56
PENDIDIKAN SEBAGAI SEBUAH SYSTEM MANAJEMAN PENGELOLAAN Pengertian Pendidikan Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Berdasarkan UU Sistem Pendidikan : Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Batasan tentang Pendidikan Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. a. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain. b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri. c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. d.Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan (Makalah)

Citation preview

Page 1: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

PENDIDIKAN SEBAGAI SEBUAH SYSTEM MANAJEMAN PENGELOLAAN

Pengertian Pendidikan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

Berdasarkan UU Sistem Pendidikan :Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Batasan tentang Pendidikan

Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.

a. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.

b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi

Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara

Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.

d.Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja

Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN

GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Pengertian Sistem

Beberapa definisi sitem menurut para ahli:

a.   Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)

b.  Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)

Page 2: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

c.Sistem  merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)

1. Unsur, Komponen dan Faktor-faktor Pendidikan

Unsur-unsur Pendidikan

(Cipto Blog)

Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:

1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.

b. Individu yang sedang berkembang.

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.

d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

2. Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)

6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)

Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang kuratif.

Page 3: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

7.     Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Komponen Pendidikan

Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output(tamatan), instrumentalinput(guru, kurikulum), environmental input(budaya, kependudukan, politik dan keamanan).

2. Asas – asas Pendidikan dan Landasan Kependidikan 

Asas Pendidikan

(Filsafat Pendidikan Nonformal . Dr. H. Oong Komar,M.Pd hal.66-67)

Masalah Asas Pendidikan

Pelaksanaan kegiatan pendidikan agar kokoh dan memiliki arah arah yang tepat tentu saja tidak hanya harus mempunyai landasan/ dasar sebagaimana telah diuraikan diatas, melainkan juga perlu memiliki asas (principle) pendidikan sebagai pilar yang menjadi patokan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan. Diantaranya adalah asas pendidikan Tut Wuri Handayani (TWH) dan Pendidikan Seumur Hidup (PSH).

Asas TWH bertitik tolak dari keyakinan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur diri sendiri sebagaimana kodratnya. Oleh karena itu, proses pendidikan yang menggunakan perintah, paksaan dan hukuman harus diganti dengan proses pendidikan yang berfaedah bagi kemerdekaan diri dan dengan usaha yang dilakukan sendiri, sehingga pendidik/guru menjadi ikhlas mengorbankan segala kepentingan pribadi demi kemaslahatan anak.

Asas TWH dirumuskan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan perguruan Taman Siswa yang didirikan tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Dengan harapan, seorang pendidik menyadari sepenuhnya bahwa otoritas profesionalnya bertujuan untuk memandirikan anak dan bukan untuk menjunakkannya. Oleh karena itu, pendidik dalam setiap saat harus siap menarik diri ketika tanda kemandirian anak mulai tumbuh.

Implementasi TWH dengan cara sistem among yang dijiwai kemerdekaan, arena pendidikannya meliputi pendidikan keluarga, perguruan/sekolah, dan masyarakat (tripusat). Dengan system among, guru memperoleh sebutan pamong yang membimbing aktifitas anak dalam belajar dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berbuat sendiri dan tanpa terus-menerus mencampurinya. Pamong hanya bertindak aktif dan mencampuri perbuatan anak apabila ia tidak dapat menghindari/menyingkirkan rintangan yang dihadapinya. Asas selengkapnya berbunyi Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karsa, Tut Wuri Handayani.

Asas PSH bertitik tolak dari keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, sebab selama hidupnya ia terus-menerus belajar walaupun dengan cara dan proses yang berbeda. Kita maklumi bahwa pengembangan potensi manusia terus-menerus berlangsung tanpa mengenal batas usia bahkan pendidikan itu tidak hanya di sekolah melainkan pendidikan di luar sekolah pun kadang-kadang lebih intensif dalam memberikan pengetahuan/ keterampilan pada bidang tertentu. PSH merupakan orientasi baru yang meninggalkan pendidikan tradisional yang dibatasi waktu. Batas waktu awal dimulai sejak anak mengakui kewibawaan pendidik, sedangkan batas waktu akhir ditandai dengan tercapainya kedewasaan. Dengan PSH, pendidikan diartikan sebagai bagian integral dari kehidupan manusia.

Konsep PSH telah berlangsung sejak masyarakat belum mengenal pendidikan sekolah. Penyebab masyarakat berpaling dari cara lama adalah karena dominasi sekolah. Akan tetapi, munculnya kekurangan sekolah menyebabkan masyarakat menggelorakan

Page 4: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

kembali semangat PSH, bahkan didukung dengan alas an bahwa PSH untuk: (a) persamaan kesempatan pendidikan, (b) mengatasi masalah pembiayaan sekolah, (c) menyesuaikan dengan perubahan orientasi kehidupan masyarakat, (d) mengatasi drastisnya perubahan yang terus-menerus, (e) mengatasi usangnya hasil belajar yang relaif singkat, (f) merupakan konsep reorientasi pendidikan yang mendasarkan pada integralisasi pengalaman hidup dengan pendidikan menuju kehidupan yang lebih baik.

Implementasi PSH dengan cara: (a) menghubungkan antara materi pembelajaran di sekolah dan kehidupan, (b) mengaitkan antara proses belajar di sekolah dan pengalaman di luar sekolah sehingga sekolah merupakan jenjang pendidikan yang e\mengantarkan pembelajaran di jenjang kehidupan bermasyarakat.

(dari Cipto’s Blog)

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.

1. Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:

1.  Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)2. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan

semangat)3. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.

Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif)

Page 5: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

Konsep Pendidikan Seumur Hidup

oleh Drs. M. Noor Syam

Pendidikan ada lembaga dan usaha pembangunan bangsa dan watak bangsa. Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang amat komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir (rasio, intelek), kepribadian manusia seutuhnya. Untuk membina kepribadian demikian jelas memerlukan rentangan waktu yang relatif panjang; bahkan berlangsung seumur hidup.

Konsepsi pendidikan seumur hidup (lifelong education) mulai di masyarakat melalui kebijaksanaan Negara (Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 jo Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978, tentang GBHN) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional (pembangunan bansa dan watak bangsa), antara lain :

“B. Arah Pembangunan Jangka Panjang.

1. Pembangunan Nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.”

Dalam Bab IV bagian Pendidikan, GBHN menetapkan :

“D. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan Pemerintah.”

Berdasarkan ketentuan mendasar ini, maka kebijaksanaan Negara kita menetapkan prinsip-prinsip :

1. Pembangunan bangsa dan watak bangsa dimulai dengan membangun subyek manusia Indonesia seutuhnya, sebagai perwujudan manusia Pancasila. Tipe kepribadian ideal ini menjadi cita-cita pembangunan bangsa dan watak bangsa yang menjadi tanggungjawab seluruh lembaga negara, bahkan tanggungjawab semua warganegara untuk mewujudkannya.

2. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya secara khusus merupakan tanggungjawab lembaga dan usaha pendidikan nasional untuk mewujudkan melalui lembaga-lembaga pendidikan. Karena itu konsepsi manusia Indonesia seutuhnya ini merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional Indonesia.

Kebijaksanaan pembangunan nasional tersebut khususnya dalam bidang pendidikan (ad.d) dapat kita mengerti bahwa secara konstitusional ketetapan ini wajib dilaksanakan oleh lembaga pendidikan. Artinya menjadi landasan kebijaksanaan untuk merencanakan pembinaan pendidikan nasional. Meskipun demikian wajar juga bila secara teoritis dan konsepsional kita memahami latar-belakang dan tujuan konsepsi-pendidikan seumur hidup ini.

Asas pendidikan seumur hidup bertitik-tolak atas keyakinan, bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah.

Prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam diktum ini cukup mendasar dan luas, yakni meliputi asas-asas :

1. Asas pendidikan seumur hidup; berlangsung seumur hidup, sehingga peranan subyek manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati manusia.

2. Lembaga pelaksana dan wahana pendidikan meliputi :

a. dalam lingkungan rumah tangga (keluarga), sebagai unit masyarakat pertama dan utama;

Page 6: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

b. dalam lingkungan sekolah, sebagai lembaga pendidikan formal dan

c. dalam lingkungan masyarakat sebagai lembaga dan lingkungan pendidikan non-formal, sebagai wujud kehidupan yang wajar.

3. Lembaga penanggungjawab pendidikan mencakup kewajiban dan kerjasama ketiga lembaga yang wajar dalam kehidupan, yaitu :

a. lembaga keluarga (orang tua)

b. lembaga sekolah : lembaga pendidikan formal;

c. lembaga masyarakat sebagai keseluruhan tata kehidupan dalam negara baik perseorangan maupun kolektif.

Ketika lembaga (komponen) penanggungjawab pendidikan ini disebut oleh Dr. Ki Hajar Dewantara sebagai tri pusat pendidikan. Konsepsi pendidikan manusia (Indonesia) seutuhnya dan seumur hidup ini merupakan orientasi baru yang mendasar. Ini berarti kebijaksanaan Pendidikan Nasional kita telah tidak berorientasi kepada sistem dan teori pendidikan Eropah Kontinental yang diajarkan oleh Prof. Dr. M.J. Langeveld yang mengajarkan adanya batas umur dan batas waktu pendidikan, misalnya : adanya batas-bawah antara 5-6 tahun dan batas-atas antara 18-25 tahun yang dianggap sebagai tingkat kedewasaan (kematangan) pribadi. Dengan kebijakan tanpa batas-umur dan batas waktu untuk belajar (sekolah), maka kita mendorong supaya tiap pribadi sebagai subyek yang bertanggungjawab atas pendidikan diri-sendiri menyadari, bahwa :

proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan hingga manusia meninggal. Asas ini berarti pula memberikan tanggungjawab pedagogis-psikologis kepada orangtua, lebih-lebih ibu yang mengandung untuk membina kandungannya secara psiko-fisis yang ideal.

Bahwa untuk belajar, tiada batas waktu; artinya tidak ada istilah ”terlambat” atau ”terlalu dini” untuk belajar. Ini berarti pula tidak ada konsep bahwa ”terlalu tua” untuk belajar!

Bahwa belajar atau mendidik diri-sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral atau merupakan totalitas kehidupan. Jadi, manusia belajar atau mendidik ini, bukanlah sebagai persiapan (bekal) bagi kehidupan (yang akan datang dalam masyarakat), melainkan pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Prinsip pendidikan demikian, memberikan makna bahwa pendidikan adalah tanggungjawab manusia sebagai subyek atas diri-sendiri, lebih-lebih yang sudah dewasa, supaya meningkat terus-menerus, yakni mandiri secara sosial, ekonomis, psikologis, dan etis. Sifat dan derajat inilah yang dimaksud dengan kedewasaan atau kematangan kepribadian.

Pendidikan Manusia Seutuhnya

Di samping dasar (landasan) yuridis-konstitusional (kenegaraan : GBHN), pendidikan manusia seutuhnya ini sesuai pula dengan konsepsi atau teori kejiwaan manusia menurut teori kepribadian dan psikologi Gestalt.

Teori ilmu jiwa mengajarkan bahwa kepribadian manusia merupakan satu kebulatan antara potensi-potensi lahir-batin bahkan juga jasmani dan penampilannya, antara lain sebagai dikatakan oleh Garrett :

In fact, their definition of personality not only includes an individual’s characteristic ways of conducting himself in everyday situations but stresses as well such conditioning factors as physique, appearance, intelligence, aptitudes, and character traits. All these contribute, although in varying degree, to a person’s total quality-that is, to the impression which he makes on other people. (1:495)

Page 7: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

Dalam kenyataan, pengertian/definisi kepribadian menurut para ahli jiwa bukan hanya mencakup sifat (ciri, karakteristik) bagaimana seseorang bertingkah laku dalam kehidupan dan situasi sehari-hari, melainkan lebih ditekankan bersamaan dengan itu juga faktor-faktor jasmaniah, penampilan, inteligensi, bakat dan sifat karakteristik. Semuanya ini menyumbang/mencerminkan, walaupun dalam derajat yang berbeda-beda terhadap keseluruhan/totalitas kualitas seseorang, yaitu bagi kesan orang lain tentang dirinya.

Kepribadian manusia ialah suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik, lahir-batin dan dalam antar-hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya. Kepribadian, di samping satu perwujudan setiap manusia (yang dalam proses berkembang terus menerus), juga suatu kualitas dan integritas yang diinginkan; yakni sebagai suatu derajat atau martabat manusia. Pengertian demikian, tersirat dalam ungkapan ”ia tidak mempunyai kepribadian”. Padahal istilah dan konsepsi kepribadian, hanyalah suatu konsep kejiwaan yang belum diberikan persyaratan dan predikat apa pun. Dengan perkataan lain, istilah kepribadian dapat mengandung makna (diberi predikat) baik, ideal atau pun buruk, jahat dan sebagainya.

Membahas pendidikan manusia seutuhnya, sebenarnya adalah menganalisa secara konsepsional (teoritis dan praktis) apa dan bagaimana perwujudan manusia seutuhnya itu. Konsepsi tradisional, seutuhnya (kebulatan) dimaksud ialah kebulatan atau integritas antara aspek jasmaniah dengan rokhaniah; antara akal dengan ketrampilan. Atau lebih luas sedikit yakni konsepsi kebulatan (keseimbangan) antara 3h’s : head (akal), heart (hati-nurani) dan hand (ketrampilan). Ada pula teori ilmu jiwa daya (= Faculty psychology dari Herbart) yang mengatakan bahwa daya-daya jika seperti ingatan, pikiran, perasaan, tanggapan dan sebagainya, saling berasosiasi.

Manusia seutuhnya sebagai satu konsepsi modern perlu kita analisa menurut pandangan (berdasarkan sistem nilai dan psikologi) sosio-budaya Indonesia. Untuk inilah pemikiran secara konsepsional perlu dirintis. Berdasarkan pikiran demikian dapat diuraikan konsepsi seutuhnya itu secara mendasar, yakni mencakup pengertian :

1. Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.

2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai (yang menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya).

Uraian :

1. Konsepsi keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.

Kepribadian manusia lahir batin ialah satu kebulatan yang utuh antara potensi-potensi hereditas (bawaan) dengan faktor-faktor lingkungan (pendidikan, tata-nilai dan antar-hubungan). Potensi-potensi subyek manusia secara universal mencakup tujuh potensi :

a. Potensi jasmaniah : phisik, badan dan pancaindera yang sehat (normal);

b. Potensi pikir (akal, rasio, inteligensi, intelek);

c. Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan etis-moral maupun perasaan estetis.

d. Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-kecenderungan, nafsu; termasuk prakarsa);

e. Potensi cipta (daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal danimajinasi);

f. Potensi karya (kemampuan menghasilkan, kerja, amal sebagai tindak lanjut dari a-e; atau tindakan dan lakon manusia);

g. Potensi budi-nurani (kesadaran budi, hati-nurani, kata-hati, consciencia, geweten atau Gewessen, yang bersifat superrasional).

Ketujuh potensi ini merupakan potensi dan watak bawaan dan watak bawaan yang potensial; artinya dalam proses berkembang dan tidak. Perkembangan atau aktualitasnya itu akan menentukan kualitas pribadi seseorang. Inilah yang dimaksud

Page 8: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

dengan istilah self-realization, atau self-actualization; yang menurut istilah Indonesia dapat kita artikan realisasi-kedirian, atau mandiri.

2. Konsepsi Keutuhan wawancara (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai.

Tiap pribadi, terutama manusia yang dewasa dan berpendidikan memadai, wajar mempunyai wawasan atas nilai-nilai dalam kehidupan. Manusia sebagai subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai; artinya menghayati, meyakini dan mengamalkan sistem nilai tertentu, baik secara sosial (kemasyarakatan dan kenegaraan), maupun secara pribadi (individual). Bahkan sesungguhnya prestasi dan kualitas pribadi, amat ditentukan oleh penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan hidupnya.

Manusia bersikap, berpikir, bertindak dan bertingkah laku dipengaruhi oleh wawasan atau orientasinya terhadap kehidupan dan nilai-nilai yang ada didalamnya. Wawasan dimaksud mencakup :

a. Wawasan dunia dan akhirat : manusia yakin bahwa kehidupan di dunia akan berakhir dengan kematian; dan pasti manusia mengalami kehidupan di akhirat. Karenanya sikap dan tingkah lakunya diorientasikan bagi kehidupan yang baik di akhirat; karenanya manusia cenderung berbuat kebaikan; atau paling sedikit tidak mau berbuat dosa;

b. Wawasan individualitas dan sosial, secara berkeseimbangan. Kecenderungan aku (ego) yang berhadapan dengan realitas sosial (masyarakat, negara) mendorong manusia untuk dapat hidup harmonis;

c. Wawasan jasmaniah dan rokhaniah : kesadaran bahwa pribadi kita mempunyai kebutuhan jasmaniah seperti kesehatan, makanan yang bergizi, olahraga, rekreasi, istirahat, pakaian dan sebagainya. Juga kesadaran adanya kebutuhan rokhaniah seperti menghayati nilai-nilai budaya : ilmu pengetahuan, kesenian, sastra, filsafat dan nilai keagamaan. Juga memberikan wawasan material dan spiritual dalam kehidupan yang seimbang.

d. Wawasan masa lampau dan masa depan : kesadaran dimensi kesejahteraan, masa lampau bangsa yang jaya dan penjajahan yang menimbulkan penderitaan, kebodohan dan kemiskinan; semua keadaan ini memberikan kesadaran cinta bangsa dan kemerdekaan, motivasi berjuang demi cita-cita nasional, kesetiaan kepada bangsa dan sebagainya.

Keempat wawasan ini akan memberikan aspirasi dan motivasi bagi sikap dan tindakan seseorang menurut kadar kesadaran wawasannya masing-masing. Seseorang berbuat atau tidak atas sesuatu hal, banyak didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang bersumber atas ruang lingkup wawasan tersebut. Misalnya : kita iri-hati atau benci pada seseorang/golongan, biasanya dengan mawas diri demi kehidupan rokhani yang sehat (tulus, suci) dan demi kehidupan di akhirat yang lebih baik, secara sadar kecenderungan itu kita buang. Begitu juga penonjolan aku (ego) kita yang dapat melanggar kepentingan bersama (masyarakat, negara), kita taklukkan demi martabat kita di hadapan kehidupan bersama ini dan demi kebenaran dan keadilan.

Wawasan atau orientasi ini memberikan arah dan pertimbangan dalam berbagai keputusan dan kebijaksanaan pribadi dalam pergaulan dan kehidupan. Keputusan-keputusan dalam semua sikap dan tindakan manusia lebih-lebih orang dewasa ditentukan berdasarkan dimensi-dimensi dalam wawasan tersebut.

Sekedar penjelasan tentang potensi manusia seutuhnya dalam hubungannya dengan pendidikan, dapat dilihat dalam skema berikut :

Page 9: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

TUJUAN ANTARAKSI

KELUARGADASAR

SuasanaMetodeSarana

G

U

R

U

SIKAP

ILMU

SKILL

KURIKULUM

KELEMBAGAAN

PENDIDIKAN

FILSAFAT

NEGARA

SOSIO

BUDAYA

M

U

R

I

D

PancainderaPikirRasaKarsaCiptaKaryaBudi

Faktor/kondisi dalam

Faktor/kondisi luar

MANUSIA SEUTUH-NYA

()

() Berlangsung terus menerus seumur hidup

Pendidikan Manusia Seutuhnya

Dasar- dasar, Tujuan dan Implikasinya

Pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup yang menjadi dictum dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 jo Ketetapan MPR Np. IV/MPR/1978 (GBHN) sebagai landasan formal pedoman pendidikan nasional kita, tentu didasarkan atas asas-asas yang mendasar (fundamental). Kebijakan di atas sebagai landasan formal (kelembagaan Negara dan yuridis) dan landasan operasional (pedoman pelaksanaan) oleh aparatur Negara, khususnya lembaga pendidikan, didasarkan pula atas berbagai pertimbangan. Dasar-dasar pertimbangan ini tentu meliputi berbagai aspek. Untuk keseluruhannya jika kita analisa, mempunyai dasar-dasar dan tujuan serta implikasinya.

1. Dasar-dasar

Prinsip pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung seumur hidup diadasarkan atas berbagai landasan yang meliputi :

a. Dasar-dasar filosofis :

Bahwa sesungguhnya secara filosofis (filsafat manusia) hakekai kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral segi-segi/potensi-potensi (essensia) :

1. Manusia sebagai makhluk pribadi (individual being);

2. Manusia sebagai makhluk sosial (social being);

3. Manusia sebagai makhluk susila (moral being).

Page 10: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

Ketiga essensia ini merupakan potensi-potensi dan kesadaran yang integral (bulat dan utuh) yang dimiliki setiap manusia. Bahkan ketiganya menentukan martabat dan kepribadian manusia. Artinya bagaimana individu itu merealisasikan potensi-potensi tersebut secara optimal dan berkesinambungan, itulah wujud kepribadiannya. Mereka yang menonjol individu kualitasnya (egonya) ialah pribadi yang individualistis atau egoistis; mereka yang menonjol segi sosialnya ialah pribadi yang sosial (altruis atau pengabdi); dan mereka yang menonjolkan segi moralitasnya dianggap sebagai pribadi moralis. Sedangkan pribadi yang berkesinambungan ialah yang dengan sadar mengembangkan potensi-potensi itu secara wajar dan seimbang. Jadi tidak menonjolkan atau lebih mengutamakan salah satunya. Misalnya : jika seseorang lebih menonjolkan pengabdian kepada masyarakat (sosial, altruis) dengan melupakan/mengabaikan individualitasnya (kepentingan dirinya, dan keluarganya) tidaklah wajar.

b. Dasar-dasar psikofisis :

Yang dimaksud dasar-dasar psikofisis ialah dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas psikofisis manusia menunjukkan, bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara :

1. Potensi-potensi dan kesadaran rokhaniah baik segi pikir, rasa, karsa, cipta maupun budi-nurani;

2. Potensi-potensi dan kesadaran jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan pancaindera yang normal secara fisiologis bekerjasama dengan system syaraf dan kejiwaan;

3. Potensi-potensi psikofisis ini juga berada di dalam suatu lingkungan hidupnya baik alamiah (fisik) maupun social-budaya (manusia dan nilai-nilai).

Ketiga kesadaran ini menampilkan watak dan kepribadian seseorang sebagai suatu keutuhan.

c. Dasar-dasar sosio-budaya :

Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari umat manusia dan alam semesta, namun manusia Indonesia terbina pula oleh tata-nilai sosio-budayanya sendiri. Inilah segi-segi sosio-budaya bangsa dan sosio-psikologis manusia yang wajar diperhatikan oleh pendidikan. Tiap warga Negara dan tiap generasi bangsa Indonesia merupakan bagian dari tata-nilai dimaksud; mereka juga merupakan pewaris dan penerus tata-nilai tersebut. Kesadaran demikian akan berkembang jika manusia Indonesia menyadari dan menghayati bahwa dirinya merupakan bagian yang bulat dari rakyat/bangsa Indonesia dan kebudayaannya (sosio-budayanya).

Segi sosio-budaya bangsa itu mencakup :

(1) Tata-nilai warisan budaya bangsa yang menjadi filsafat hidup rakyatnya seperti nilai Ketuhanan,kekeluargaan, musyawarah, mufakat, gotong-royong dan tenggang rasa (tepaslira);

(2) Nilai-nilai filsafat negaranya, yakni Pancasila;

Page 11: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

(3) Nilai-nilai budaya dan tradisi bangsanya seperti bahasa nasional, adat-istiadat, unsure-unsur kesenian dan cita-cita yang berkembang;

(4) Tata-kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan kenegaraan baik yang non formal (paguyuban-paguyuban); maupun yang formal seperti kelembagaan Negara menurut Undang-Undang Dasar Negara. Termasuk juga tata-sosial ekonomi rakyat.

Pendidikan berkewajiban menanamkan kesadaran penghayatan untuk mempu mengamalkan dan melestarikan tata-nilai dimaksud. Karena kelestarian tata-nilai di atas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia Indonesia. Ini berarti generasi muda wajib menyadari, bahwa hidupnya (eksistensinya) ada di dalam dan untuk tata-nilai tersebut. Bahkan pendidikan merupakan usaha dan lembaga untuk melestarikan dan mewariskan keseluruhan tata-nilai sosio-budaya bangsanya, di samping menguasai nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Tujuan

Tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup adalah :

a. Untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuia dengan kodrat dan hakekatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan potensial manusia diisi kebutuhannya supaya berkembang secara wajar.

Penjelasan :

(1) Potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) menurut ilmu kesehatan memerlukan gizi dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat sebagai prakondisi hidupnya. Jika kebutuhan jasmaniah ini sebagian tidak tercukupi, maka tubuh orang yang bersangkutan akan lemah; bahkan dapat sakit. Karena itulah ilmu kesehatan dan ilmu ekonomi berusaha meningkatkan kesejahteraan (jasmani) manusia.

(2) Potensi-potensi rokhaniah (psikologis dan budi-nurani) juga embutuhkan “makanan”. Makanan rokhaniah ini terutama kesadaran cinta kasih, kesadaran kebutuhan/keagamaan, dan nilai-nilai budaya (ilmu pengetahuan, sastra dan filsafat). Supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera (mental hygiene) di samping itu juga rokhani kita harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesame manusia, tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya. Hidup rokhani ini pangkal kebahagiaan manusia.

b. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup.

Dengan keseimbangan yang wajar hidup jasmani dan rokhani kita itu, berarti kita mengembangkan keduanya secara utuh sesuai dengan kodrat kebutuhannya, akan dapat terwujud manusia seutuhnya. Sebaliknya ada kecenderungan – kadang-kadang tanpa disadari – kita lebih

Page 12: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

mengutamakan hidup jasmani dan keduniawian. Hal ini terbukti dengan kebiasaan hidup yang melupakan kebutuhan nilai-nilai rokhaniah spiritual di atas.

Menurut ilmu kesehatan (kedokteran) modern banyak penyakit disebabkan oleh factor-faktor non fisis; yakni adanya segi-segi psikomatik. Artinya sumber-sumber/ sebab penyakit berasal dari segi-segi kejiwaan (psikologis, sosio ataupun ekonomi). Misalnya : ryang putus cinta dan sebagainya. Tegasnya, tujuan pendidikan manusia seutuhnya ialaha mengembangkan potensi-potensi kodrati manusia secara proporsional sesuai dengan martabat kepribadiannya.

3. Implikasi

Sebagai satu kebijakan yang mendasar dalam memandang hakekat pendidikan manusia dapat kita jelaskan segi implikasi ini sebagai berikut :

a. Pengertian Implikasi :

Ialah akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Jadi sesuatu yang merupakan tindak-lanjut dari suatu kebijakan atau keputusan.

b. Segi-segi implikasi dari konsepsi pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup :

(1) Manusia seutuhnya sebagai subyek didik atau sasaran disik;

(2) Proses berlangsungnya pendidikan; yakni waktunya seumur hidup manusia.

Karenanya lebih menekankan, tanggung jawab pendidikan :

- Oleh subyek didik sendiri (tidak terikat kepada pendidikan formal);

- Untuk mengembangkan diri sendiri sesuai dengan potensi-potensi dan minatnya;

- Berlangsung selama ia mampu mengembangkan dirinya.

c. Isi yang dididikan :

Dengan mengingat potensi-potensi manusia seutuhnya itu (meliputi tujuh potensi), maka dapatlah dikembangkan wujud manusia seutuhnya itu dengan membina dan mengembangkan sikap hidup :

(1) Potensi jasmani dan pancaindera :

Dengan mengembangkan sikap hidup : sehat, memelihara gizi makanan, olahraga yang teratur, istirahat yang cukup, lingkungan hidup bersih;

(2) Potensi piker (rasional) :

Dengan mengembangkan kecerdasar, suka membaca, belajar ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat, mengembangkan daya pikir yang kritis dan obyektif.

(3) Potensi perasaan dikembangkan :

- Perasaan yang peka dan halus dalam segi moral dan kemanusiaan (etika) dengan menghayati tata-nilai Ketuhanan/keagamaan, kemanusiaan, social budaya, filsafat;

- Perasaan estetika dengan mengembangkan minat kesenian dengan berbagai seginya, sastra dan budaya.

Page 13: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

(4) Potensi karsa atau kemauan yang keras dengan mengembangkan sikap rajin belajar/bekerja, ulet, tabah menghadapi segala tantangan, berjiwa perintis (kepeloporan), suka berprakarsa, termasuk hemat dan hidup sederhana.

(5) Potensi-potensi cipta dengan mengembangkan daya kreasi dan imajinasi baik dari segi konsepsi-konsepsi pengetahuan maupun seni-budaya (sastra,puisi, lukisan, desain, model).

(6) Potensi karya; konsepsi dan imajinasi tidak cukup diciptakan sebagai konsepsi; semuanya diharapkan dilaksanakan secara operasional. Inilah tindakan, amal, atau karya yang nyata. Misalnya gagasan yang baik tidak cukup dilontarkan : kita berkewajiban merintis penerapannya.

(7) Potensi budi-nurani : kesadaran Ketuhanan dan keagamaan, yakni kesadaran moral yang meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi manusia yang berbudi luhur, atau insane kamil; ataupun manusia yang takwa menurut kensepsi agama masing-masing.

Dengan mengembangkan ketujuh potensi itu dengan sikap hidup dan isi pendidikan yang secara mendasar disebutkan di muka, maka pendidiklan manusia seutuhnya itu secara teoritis konsepsional telah memadai. Untuk merealisasinya merupakan tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarkat, bahkan tanggung jawab individu manusia Indonesia (terutama yang sudah dewasa).

Landasan Pendidikan

(Cipto Blog)

1. Landasan Filososfis

a. Pengertian Landasan Filosofis

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme

1. Esensialisme

Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.

2. Perenialisme

Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.

3. Pragmatisme dan Progresifme

Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.

Page 14: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

4. Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional

Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

2. Landasan Sosiolagis

a. Pengertian Landasan Sosiologis

Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi  pendidikan meliputi empat bidang:

1.     Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.

2.     hubunan kemanusiaan.

3.     Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.

4.     Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

b. Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional

Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.

Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)

3. Landasan Kultural

a. Pengertian Landasan Kultural

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.

Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.

Page 15: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional

Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

4. Landasan Psikologis

a. Pengertian Landasan Filosofis

Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.

Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.

b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis

Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis

a. Pengertian Landasan IPTEK

Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke  dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.

b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah

Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.

(Sa’dun Akbar. Sebagian handout Matakuliah PENGEMBANGAN KURIKULUM IPS.2006. hal 2-9)

Paling tidak, ada empat landasan utama pentingnya pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofis, landasan psikologis, landasan social, dan landasan ipteks.

Page 16: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

1. Landasan Filosofis

Secara umum, pendidikan diartikan sebagai upaya pemberian bantuan kepada manusia dengan tujuan meningkatkan martabat kemanusiawian, kemanusiaan, kedewasaan, diri dan pribadinya sebagai manusia. Kata peningkatan senantiasa merujuk kepada gerak, dinamika, aktivitas positif, kearah yang lebih, dan ada upaya-upaya; martabat merujuk pada sebuah nilai -- kedudukan yang tidak rendah, yang meningkat kemanusiawian dan kemanusiaannya. “Kemanusiawian” merujuk kepada syarat nilai-nilai manusiawi—pikir, perasaan seni, aturan dan keteraturan; kemanusiaan berkaitan dengan pengakuan manusia lain dan rasa kemanusiaan; dan diri pribadi mengacu pada pengenalan diri sendiri, sebagai makhluk, hamba, pemimpin yang menjadi dirinya sendiri dan bukan menjadi orang lain. Kajian filosofis menjadi penting ketika merumuskan manusia yang seperti apa yang ingin dikembangkan di masa yang akan datang.

Pendidikan diartikan juga sebagai proses transformasi budaya. Budaya yang seperti apa yang akan diwariskan dan dikembangkan bagi generasi mendatang, dapat menjadi perdebatan yang panjang ketika ingin mengembangkan sebuah kurikulum. Kajian filosofis untuk menemukan gambaran budaya dan peradaban manusia yang seperti apa yang akan dibangun ke depan adalah hal yang sangat mendasar.

Setiap masyarakat dan Negara boleh saja merumuskan secara bebas tujuan-tujuan pendidikannya, budaya dan peradaban, untuk mengembangkan manusia dan masyarakat manusia seperti yang diidealkan. Perumusan tujuan pendidikan, budaya dan peradaban masyarakat yang diidealkan itu dilakukan dengan kajian-kajian filosofis secara mendasar dengan pengutamaan-pengutamaan tertentu. Kajian-kajian filosofis biasanya mempunyai rujukan-rujukan pada pandangan filsafat tertentu. Filsafat apa yang mendasari kajian-kajian dalam menentukan tujuan pendidikan dalam proses pengembangan kurikulum akan mewarnai kurikulum yang dikembangkan itu.

Antara satu pandangan filsafat dengan pandangan filsafat lainnya ada perbedaan-perbedaan pengutamaan apa yang dikembangkan. Pandangan-pandangan filsafat idealisme, realism, perenialsisme, esensialisme, pragmatisme, rekonstruksionisme, dan eksistensialisme dan filsafat manusia berbeda pandangan-pandangannya antara yang satu dengan lainnya.

Pandangan filsafat (Kaber, 1988, Barnadib, 1988; dan Doll,1922) idealisme misalnya, memandang manusia lahir dengan kecenderungan-kecenderungan dapat berbuat baik, kebaikan itu inheren dalam diri manusia. Oleh karena itu anak-anak perlu dibantu untuk memperoleh kebaikan-kebaikan, kebijakan-kebijakan, dan dapat mempraktikannya dalam menjalani hidupnya. Belajar hendaknya berpusat pada ideal-ideal, nilai-nilai yang luas yang terdapat dalam sastra, seni, filsafat dan agama. Tujuan pendidikan tidak lain adalah memanusiawikan manusia. Anak manusia dibantu perkembangannya agar mereka dapat menjadi manusia sebagaimana seharusnya manusia. Manusia yang tumbuh kemanusiawiannya.

Lain dengan filsafat realisme yang memandang manusia dapat hidup dengan baik jika ia belajar mengenal realitas dunia, dari lingkungan tempat ia hidup. Sekolah hendaknya mewariskan nilai-nilai. Kebenaran dapat dipelajari melalui realitas dunia (Aristoteles). Sekolah hendaknya mewariskan nilai-nilai dan pengetahuan yang telah terbukti kegunaannya dalam realitas hidup.

Berbeda pula dengan filsafat perenialisme, ia lebih memandang penting mewariskan nilai-nilai yang bersifat abadi atau tidak berubah (perenial) dari generasi ke generasi; Inti kurikulum adalah nilai-nilai abadi yang ada pada leberals art-- pengetahuan-pengetahuan yang bersifat membebaskan kepicikan manusia.

Page 17: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

Filsafat esensialisme lebih memandang harus mempersiapkan anak agar dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekarang. Anak ada adalam persiapan/latihan menjadi orang dewasa. Pelajaran di sekolah hendaknya lebih ditekankan pada penguasaan yang berguna bagi zaman sekarang dalam berbagai disiplin ilmu.

Lain lagi dengan filsafat pragmatisme yang berpandangan bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak. Dunia manusia akan terus berubah, nilai-nilai atau apa yang dihargai manusia juga terus mengalami perubahan. Tidak terlalu penting ada pewarisan nilai-nilai dari masa lalu. Yang penting, anak-anak perlu dibantu mengerti dirinya dan dunia lingkungannya, mereka akan menyelidiki nilai, pengetahuan, dan pengalamannya sesuai minat mereka masing-masing. Peran guru tidak lagi penyebar ilmu pengetahuan tetapi sebagai menciptakan situasi yang memberi pengalaman belajar anak dan meningkatkan siklus interaksi yang terus menerus antara anak dengan lingkungannya.

Akhirnya, filsafat pancasila yang bersifat efektif yang mengambil keutamaan-keutamaan dari berbagai pandangan filsafat untuk mengembangkan manusia Indonesia yang pancasilais. Disamping masih menghargai nilai-nilai yang dipandang mempunyai kebenaran abadi (misalnya yang bersumber dari agama, sastra, filsafat, dll, juga mempedulikan realitas kehidupan dunia/lingkungan anak masa kini. Harkat dan martabat kemanusiaan dan kemanusiawian yang diupayakan diangkat dalam praktik pendidikan adalah dalam konteks yang religious.

2. Landasan Psikologis

Pendidikan pada dasarnya dilakukan bagi manusia. Disamping manusia adalah makhluk yang memerlukan bantuan agar dapat tumbuh menjadi dewasa dan dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sesungguhnya, juga, ia adalah makhluk yang perlu dididik dan dapat didik. Upaya pendidikan itu tidak sekedar berorientasi pada kemampuan-kemampuan fisik tetapi lebih-lebih (didominasi) oleh pengembangan kekuatan psikologis – yang berkaitan dengan gejala-gejala kejiwaan atau gejala-gejala mental.

Pengembangan kurikulum hendaknya memperdulikan gejala-gejala kejiwaan setiap individu peserta didiknya. Pendidikan hendaknya mengembangkan kepribadian manusia secara utuh. Ketika desain kurikulum tidak mampu mengembangkan seluruh dimensi kejiwaan atau dimensi kepribadian manusia secara utuh maka akan lahirlah manusia yang kurang sempurna yang perilakunya kurang mencerminkan sebagai pribadi yang utuh.

Dalam tujuan pendidikan nasional kita jelas dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya – yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pada tujuan tersebut jelas sekali gejala-gejala psikologis apa yang diharapkan berkembang pada pribadi manusia Indonesia.

Ketika pendidikan bertujuan “mencerdaskan” bangsa misalnya, maka kajian-kajian psikologis yang berkaitan dengan kecerdasan manusia tak dapat dielakkan dalam pengembangan kurikulum. Dalam konteks ini kesadaran akan adanya kecerdasan IQ, juga EQ, dan SQ bagi pengambang kurikulum mutlak diperlukan untuk menghindari lahirnya manusia yang hanya memiliki kecerdasan yang tidak menyeluruh.

Ketika tujuan pendidikan kita ingin mengembangkan kepribadian utuh, maka dimensi-dimensi kepribadian utuh yang telah mendalam dikaji para ahli psikologi hendaknya menjadi

Page 18: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

pertimbangan penyusun, pengembang, dan orang-orang yang mengimplementasikan kurikulum. Memang banyak pandangan tentang kepribadian utuh yang memandang dari berbagai sudut yang berbeda-beda. Ada pandangan bahwa kepribadian utuh itu digambarkan dengan kepribadian yang seimbang antara dimensi-dimensi lahiriah-jasmaniah-fisik dengan batiniah-rohaniah-psikologis; kepribadian utuhakan terjadi jika terjadi pengembangan secara seimbang dimensi-dimensi cognitive, conative, affective, dan psychomotor. Dari sisi filsafat pendidikan umum bahwa pengembangan kepribadian utuh akan terjadi jika proses pendidikan itu mampu menghadirkan (menginternalisasikan) nilai-nilai simbolis, empiris, etis, estetis, sinnoetis, dan sinoptis dari berbagai dunia nilai (makna). Pribadi (1977) memandang kepribadian utuh adalah pribadi yang tumbuh dan berkembang, peribadi yang terintegrasi dan terorganisasi, dan pribadi yang matang dan normal. Ada lagi pandangan bahwa kepribadian utuh digambarkan dengan manusia yang berakal-yakni manusia yang mau menggunakan pikirannya yang terbimbing dengan hati nuraninya – sehingga dalam konteks pengembangan kepribadian utuh hendaknya ada keseimbangan pengembangan antara pikir dan hati. Pengembang kurikulum hendaknya mempertimbangkan pandangan-pandangan tersebut ketika ingin mengembangkan kepribadian utuh.

Kajian-kajian dari sisi psikologis banyak penjelasan mengenai, misalnya keunikan setiap individu, karakteristik, minat-minat dan keinginan-keinginan individu, perbedaan-perbedaan individu, tahap-tahap perkembangan seseorang manusia – sehingga ada bidang kajian psikologi yang namanya psikologi perkembangan; teori-teori belajar, teori-teori kepribadian – ada teori-teori bahavioristik, psikodinamis, sifat dan holistic. Seluruh teori-teori psikologi dan teori kepribadian tersebut hendaknya dipertimbangkan ketika menyusun dan mengembangkan kurikulum – khususnya ketika menyusun dan mengembangkan kurikulum, misalnya ketika menentukan kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, isi kurikulum, proses belajar pembelajaran, dan alternative-alternatif pembelajarannya. Semuanya, perlu landasan psikologis yang kuat agar tercipta iklim dan situasi pendidikan yang kondusif tidak terjadi salah didik.

3. Landasan Sosial

Pendidikan dapat dipandang sebagai proses transformasi budaya. Ada nilai-nilai yang dihargai dalam sebuah masyarakat, nilai-nilai itu diupayakan dikembangkan, ditransformasikan dan diinternalisasikan pada diri peserta didik dalam proses pendidikan. Nilai-nilai itu tidak hanya nilai yang sudah mendarah daging pada diri orang-orang dan yang sesuai dengan kehidupan masyarakat kini tetapi ada juga nilai-nilai yang didesain berkembang bagi masyarakat generasi yang akan datang.

Core dari landasan social dalam pengembangan kurikulum ini adalah agar kurikulum yang dikembangkan hendaknya mampu mengembangkan kemampuan interaksi social siswa, agar anak-anak dapat menghadapi berbagai macam tentangan dan tentangan dunianya, agar anak-anak dapat hidup (survive) di dalam dunianya, dan anak-anak dapat melakukan adaptasi secara aktif – ia dapat berperan dan mempengaruhi dunia social huniannya. Ideal-ideal ini penting karena anak-anak adalah berasal dari masyarakat dan akan kembali ke masyarakat.

Oleh karena itu, sekolah hendaknya menyatu dengan masyarakat. Tidak seperti menara gading yang sangat indah “disawang” dari kejauhan. Sekolah merupakan salah satu institusi social yang dibangun masyarakat untuk member layanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum hendaknya mengakomodasi : nilai-nilai yang dihargai

Page 19: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

masyarakat saat ini, kecenderungan-kecenderungan perkembangan masyarakat masa depan, dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat baik kini maupun yang akan datang.

Pengaruh-pengaruh tradisi, kultur, perubahan-perubahan social, lingkungan masyarakat, dan lainnya mempunyai kekuatan yang tinggi dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan kurikulum. Berbagai gejala perkembangan masyarakat hendaknya dapat terrefleksi dalam kurikulum sekolah, agar kehidupan masyarakat tidak menjadi dunia yang asing bagi sekolah. Dengan terrefleksinya berbagai gejala yang sedang terjadi dan berkembang di masyarakat ini memungkinkan lahirnya lulusan dari sebuah institusi pendidikan yang dapat memahami, membangun, dan melakukan adaptasi secara aktif dalam masyarakatnya.

4. Landasan Ipteks

Pendidikan merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan; lembaga pendidikan sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan tidak hanya untuk pengetahuan itu sendiri melainkan untuk memecahkan berbagai persoalan hidup manusia dalam kerangka untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup manusia melalui pengembangan ilmu pengetahuan ini, dirasakan tidak pernah berakhir sejalan dengan kebutuhan hidup dan tuntutan perkembangan zaman.

Demikian pula dalam implementasi ilmu pengetahuan dalam bentuk teknologi. Teknologi ini juga menjadi alat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Sayangnya, penerapan teknologi seringkali bagaikan pisau bermata dua disamping dapat bermanfaat – dalam arti dapat meningkatkan kualitas hidup manusia juga membawa dampak-dampak yang kadang-kadang negative yang mengganggu dan menurunkan kualitas hidup manusia yang lain. Nah, persoalan-persoalan pengembangan iptek dan upaya mengurangi dampak-dampak negative iptek perlu diakomodasi dalam pengembangan kurikulum.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, akhir-akhir ini, berkembang begitu pesat. Pengembangan teknologi yang terjadi tidak hanya dilakukan dalam dunia pendidikan tetapi dengan dunia bisnis. Fenomena yang tampak, belakangan ini, dunia pendidikan seringkali tertinggal dengan dunia bisnis dan industry dalam hal penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Implikasinya adalah kemampuan-kemampuan siswa yang dikembangkan sekolah tertinggal jauh dengan tuntutan dunia bisnis dan industri. Persoalan ketertinggalan antara dunia pendidikan dan dunia bisnis dan industry ini hendaknya menjadi persoalan yang serius karena merupakan tindakan pemborosan yang luar biasa – dan ini hendaknya menjadi pertimbangan serius dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum.

Amun demikian, pesatnya perkembangan iptek memprasyaratkan adanya pendidikan yang baik. Oleh karena itu, para pengembang kurikulum hendaknya dapat merangsang rasa keingintahuan yang dalam, kemauan yang tinggi untuk mengatasi berbagai persoalan hidup melalui ikhtiar pengembangan ilmu pengetahuan. Implikasinya adalah, ketika menentukan kompetensi-kompetensi dasar, indicator-indikator hasil pembelajaran, pendekatan dan model-model yang dikembangkan dalam proses belajar pembelajaran, dan evaluasinya hendaknya disesuaikan dengan pentingnya penguasaan dan pengembangan iptek ini.

Page 20: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

3. Peserta Didik dan Aspek-aspeknya

Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.

Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.

Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :

1). Aspek Paedogogis.Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan.

2). Aspek Sosiologi dan Kultural.Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.

3). Aspek Tauhid.Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk yang beragama).

4. Pendidik dan Aspek-aspeknya

Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik.Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.

Jika menjelaskan pendidik ini selalu dikaitkan dengan bidang tugas dan pekejaan, maka fareable yang melekat adalah lembaga pendidika. Dan ini juga menunjukkan bahwa akhirnya pendidik merupakan profesi atau keahlian tertentu yang melekat pada diri seseorang yang tugasnya adalah mendidik atau memberrikan pendidikan.

a. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik.Tugas-tugas dari seorang pendidik adalah : 1)Membimbing peserta didik, dalam artian mencari pengenalan terhadap anak didik mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.2)Menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu ; suatu keadaan dimana tindakan-

Page 21: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

tindakan pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.3)Seorang penddidik harus memiliki pengetahuan yang diperlukan, seperti pengetahuan keagamaan, dan lain sebagainya.Seperti yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membaha hati manusia untuk Taqarrub kepada Allah SWT.

Sedangkan tanggung jawab dari seorang pendidik adalah :1)Bertanggung moral.2)Bertanggung jawab dalam bidang pedidikan.3)Tanggung jawab kemasyarakatan.4)Bertanggung jawab dalam bidang keilmuan.

b.Tujuan Pendidik.

Pendidik adalah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya demi mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk tuhan, makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

Orang yang pertama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak atau pendidikan anak adalah orang tuanya, karena adanya pertalian darah secara langsung sehingga ia mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masa depan anaknya. Orang tua disebut juga sebagai pendidik kodrat. Namun karena mereka tidak mempunayai kemampuan, waktu dan sebagainya, maka mereka menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang lain yang dikira mampu atau berkompeten untuk melaksanakan tugas mendidik.

Syarat-syarat umum bagi seorang pendidik adalah : Sehat Jasmani dan Sehat Rohani. Menurut H. Mubangit, syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu : 1)Harus beragama.2)Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.3)Tidak kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk Negara yang demokratis.4)Harus memiliki perasaan panggilan murni.

Sedangkan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah : 1)Integritas peribadi, peribadi yang segala aspeknya berkembang secara harmonis.2)Integritas sosial, yaitu peribadi yang merupakan satuan dengan masyarakat.3)Integritas susila, yaitu peribadi yang telah menyatukan diri dengan norma-norma susila yang dipilihnya.

Adapun menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi, seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat tertenru agar ia dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, seperti yang diungkapkan oleh beliau adalah :

1)Memiliki sifat Zuhud, dalam artian tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari ridha Allah.2)Seorang Guru harus jauh dari dosa besar.3)Ikhlas dalam pekerjaan.

Page 22: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

4)Bersifat pemaaf.5)Harus mencintai peserta didiknya.

5. Isi / Kurikulum Pendidikan

(Sa’dun Akbar . Sebagian Handout Matakuliah Pengembangan Kurikulum IPS )

Pengembangan Kurikulum (hal 1)

Kurikulum adalah sebuah program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu (Depdikbud, 1977). Tujuan-tujuan pendidikan dapat mengalami pengembangan dan perubahan-perubahan, diantaranya karena terjadinya perubahan-perubahan masyarakat dan kecenderungan –kecenderungan perkembangan masa depan. Masyarakat dapat saja mengendalikan pendidikan yang seperti apa yang dikehendaki untuk masa depan.

Pengembangan kurikulum, sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ia sebagai instrument yang membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Casswell (dalam Kaber, 1988) menyatakan bahwa pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses berkelanjutan dan proses siklus (pada perubahan-perubahan tujuan, isi, kegiatan, dan evaluasi) yang terus menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan perubahan masyarakat.

Kajian-kajian yang pada pengembangan yang bersifat filosofis, psikologis, situasi social politis, dan perkembangan iptek menjadi sangat penting ketika dikehendaki perubahan-perubahan dan pengembangan pendidikan masa depan. Pertimbangan-pertimbangan tentang pentingnya relevansi, fleksibilitas, dan kontinyuitas merupakan prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Pertimbangan-pertimbangan tersebut akan menjadi kekuatan sebuah kurikulum dalam hal mengantisipasi perubahan-perubahan dan perkembangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Prinsip- Prinsip Pengembangan Kurikulum (hal 9)

Secara umum, ada tiga prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu : (1) prinsip relevansi; (2) prinsip fleksibilitas; (3) prinsip kontinyuitas.

1. Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi mengacu kepada kesatuan kurikulum dengan tuntutan hidup masyarakat. Diantara tuntutan hidup masyarakat adalah misalnya, agar lulusan dapat ikut dalam proses produksi yang menggunakan teknologi tertentu. Dalam konteks tersebut, pengembangan kurikulum yang relevan adalah pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan lulusan yang terlibat dalam proses produksi dengan menggunakan teknologi tertentu. Dengan kata lain, ada kesesuaiana antara kurikulum dengan tuntutan duania kerja pada waktu tertentu.

Kesesuaian kurikulum dengan dunia kerja memang penting, namun bukan berarti pendidikan hanya akan menghasilkan tenaga-tenaga teknis yang terampil menerapkan teknologi tertentu dalam duania kerjanya saja. Sebab jika demikian, lulusan ini tidak akan

Page 23: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

mampu mengikuti perkembangan-perkembangan iptek yang begitu cepat. Oleh karena itu, kata “relevan” tersebut dapat dipandang sebagai kemampuan adaptasi aktif dengan berbagai perubahan yang berkembang dalam dunia lulusan (diantaranya tempat kerja). Kemampuan adaptasi secara aktif dengan berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam dunia lulusan dan yang tidak mengenal batas waktu ini akan menjadi gaya hidup, daya hadap dan daya menghidupi dunia lulusan yang sangat kuat. Oleh karena itu kurikulum yang baik itu tidak sekedar yang mampu mengatasi persoalan hidup lulusan yang bersifat sementara saja, tetapi lebih dari itu.

2. Prinsip Fleksibilitas

Menurut Hasan (1992) fleksibilitas dalam dunia pendidikan dapat ditelaah dari dua posisi yang berbeda. Pertama, fleksibilitas sebagai suatu pemikiran pendidikan. Kedua, fleksibilitas sebagai kaidah dalam pengembangan kurikulum. Prinsip fleksibilitas dalam konteks ini adalah fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum. Fleksibilitas sebagai kaidah pengembangan kurikulum diistilahkan dengan fleksibilitas dimensi pelaksana program.

Prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum dapat digambarkan dengan kaidah-kaidah yang memberikan ruang gerak (kebebasan) kepada pelaksana program-kurikulum, siswa, dan lulusan dalam bertindak. Ada peluang-peluang yang besar munculnya gagasan-gagasan baru dan kewenangan-kewenangan baru dalam duania kerja lulusan.

Prinsip fleksibilitas ini menempatkan pengembang kurikulum (khususnya guru) yang tidak hanya sebagai tenaga teknis tetapi sebagai tenaga professional yang mengembangkan profesinya. Aktivitas dan kreativitas guru akan meningkat dengan pesat dan ada peluang-peluang yang lebih besar untuk dapat mengikuti dinamika perkembangan masyarakat yang sedang berlangsung.

3. Prinsip Kontinyuitas

Prinsip kontinyuitas (kesinambungan) dalam konteks ini bias kontinuitas yang bersifat vertical dan kontinuitas yang bersifat horizontal. Kontinuitas vertical adalah kontinuitas antar level pendidikan yang satu dengan lainnya. Level yang dimaksud dapat berbentuk kesinambungan antar jenjang pendidikan yang satu dengan yang lain: misalnya antara pendidika pra sekolah, SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi. Level dapat juga dipahami sebagai kesinambungan antara kelas yang satu dengan kelas berikutnya: ada kesinambungan antara kelas 1,2,3,4,5,…,8,dst.

Kontinuitas horizontal dapat dipahami sebagai adanya sambungan atau nyambung antara matapelajaran yang satu dengan matapelajaran yang lain. Pokok bahasan tertentu yang disajikan pada semester tertentu pada matapelajaran IPS misalnya hendaknya disambungkan dengan pokok bahasan tertentu pada matapelajaran agama, bahasa Indonesia dan PPKn pada semester tertentu pula. Prinsip kontunuitas baik horizontal maupun vertical ini sangat penting untuk menghindari terjadinya overlapping baik yang terjadi antar jenjang pendidikan maupun antar kelas dalam suatu jenjang pendidikan.

Page 24: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

6. Alat, Media dan Teknologi Pendidikan

Teknologi Pendidikan

Sebelum membahas teknologi pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui pengertian teknologi. Kata teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai alat elektronik. Tapi oleh ilmuwan dan ahli filsafat ilmu pengetahuan diartikan sebagai pekerjaan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis. Jadi teknologi lebih mengacu pada usaha untuk memecahkan masalah manusia.

1. Menurut Yp Simon (1983)Teknologi adalah suatu displin rasional yang dirancang untuk meyakinkan penguasaan dan aplikasi ilmiah.

2. Menurut (An) Teknologi tidak perlu menyiratkan penggunaan mesin, akan tetapi lebih banyak penggunaan unsur berpikir dan menggunakan pengetahuan ilmiah.

3. Menurut Paul Saetiles (1968)Teknologi selain mengarah pada permesinan, teknologi meliputi proses, sistem, manajemen dan mekanisme kendali manusia dan bukanmanusia.

4. Pengertian Teknologi Pendidikan diabad ke dua puluh Meliputi lentera pertama proyektor slide, kemudian radio dan kemudian gambar hidup. Sedangkan abad 19 ke bawah sampai lima belas teknologi lebih diartikan papan tulis dan buku.

5. Menurut Prof. Sutomo dan Drs. Sugito, M.Pd. Teknologi Pendidikan adalah proses yang kompleks yang terpadu untuk menganalisis dan memecahkan masalah belajar manusia/ pendidikan.

6. Menurut ”Mackenzie, dkk” (1976)Teknologi Pendidikan yaitu suatu usaha untuk mengembangkan alat untuk mencapaiatau menemukan solusi permasalahan.

Jadi Teknologi Pendidikan adalah segala usaha untuk memecahkan masalahpendidikan. Lebih detail dapat diuraikan bahwa:

- Teknologi Pendidikan lebih dari perangkat keras. Ia terdiri dari desain dan lingkungan yang melibatkan pelajar.

- Teknologi dapat juga terdiri segala teknik atau metode yang dapat dipercaya untuk melibatkan pelajaran; strategi belajar kognitif dan keterampilan berfikirkritis.

- Belajar teknologi dapat dilingkungan manapun yang melibatkan siswa belajarsecara aktif, konstruktif, autentik dan kooperatif seta bertujuan.

Macam-macam Teknologi Pendididan

Dalam inovasi pendidikan tidak bisa lepas dengan masalah revolusi metode,kurikulum yang inovatif, teknologi serta SDM yang kritis untuk bisa menghasilkandaya cipta dan hasil sekolah sebagai bentuk perubahan pendidikan. Sekolah harusmempunyai orientasi bisnis pelanggan yang memiliki daya saing global. Untuk itu adalima teknologi baru yang dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik.

Page 25: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

1. Lima macam Teknologi- Teknologi yang pertama : Sistem berpikir

Sistem berpikir menjadikan kita untuk lebih hati-hati dengan munculnya tiap modedi dunia pendidikan. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya perubahan yang tidakkita inginkan. Tanpa sistem berpikir kita akan sulit untuk mengadakanpeningkatan riil di bidang pendidikan. Jadi sistem berpikir menghadirkan konsepsistem yang umum, dimana berbagai hal saling terkait.

- Teknologi yang kedua: Desain sistemDesain sistem adalah teknologi merancang dan membangun sistem yang baru.Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang cepat yang meningkatkanharapan. Desain sistem memberi kita peralatan untuk menciptakan suatu sistemyang baru dan suatu strategi untuk perubahan.

- Teknologi yang ketiga: Kualitas pengetahuanMutu atau kualitas pengetahuan merupakan teknologi yang memproduksi suatuproduk atau jasa/ layanan yang sesuai harapan dan pelanggan. Ilmu pengetahuanyang berkualitas telah menjadi alat yang sangat berharga dalam inovasipendidikan/ sekolah.

- Teknologi yang keempat : Manajemen PerubahanManajemen perubahan adalah suatu cara untuk memandu energi kreatif ke arahperubahan positif. Dapat juga diartikan sistem pemikiran yang berlaku untukaspek manajemen inovasi tentunya dengan berorientasi pada POAC (Perencanaan,Organisasi, Aktualisasi dan Kontrol).

- Teknologi yang kelima : Teknologi PembelajaranDisini ada dua bagian yaitu peralatan Pelajar elektronik (Komputer, multimedia,Internet, telekomunikasi), dan pembelajaran yang didesain, metode danstrateginya diperlukan untuk membuat peralatan elektronik yang efektif. Pelajaranelektronik ini mengubah cara mengkomunikasikan belajar. Jadi teknologipembelajaran adalah sistem pemikiran yang berlaku untuk instruksi dan belajar.

Kelima teknologi tersebut merupakan suatu keterpaduan untuk menuju inovasipendidikan sehingga dalam memecahkan masalah pendidikan perlu kombinasiperalatan/ alat elektronik, orang-orang, proses, manajemen, intelektual, untukperubahan yang efektif.

2. Tiga macam teknologi pendidikan menurut Davies (1972):

- Teknologi pendidikan satuTeknologi pendidikan satu yaitu mengarah pada perangkat keras sepertiproyektor, laboratorium, komputer (CD ROM, LCD, TV, Video dan alat elektroniklainnya). Teknologi mekanik ini dapat mengotomatiskan proses belajar mengajardengan alat yang memancarkan , memperkuat suara, mendistribusikan, merekam

Page 26: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

dan mereproduksi stimuli material yang menjangkau pendengar/ siswa dalamjumlah yang besar. Jadi teknologi satu ini efektif dan efisien.

- Teknologi pendidikan duaTeknologi pendidikan dua mengacu pada ”perangkat lunak” yaitu menekankanpentingnya bantuan kepada pengajaran. Terutama sekali dalam kurikulum, dalampengembangan instruksional, metodologi pengajaran, dan evaluasi. Jadi teknologidua, menyediakan keperluan bagaimana merancang yang baru ataumemperbarui yang sekarang, bermanfaat pada pengalaman belajar Mesin dan mekanisme dipandang sebagai instrumen presentasi atau transmisi.

- Teknologi pendidikan tigaTeknologi pendidikan tiga, yaitu kombinasi pendekatan dua teknologi yaitu“peragkat keras“ dan perangkat lunak”. Teknologi pendidikan tiga, orientasiutamanya yaitu ke arah pendekatan sistem, dan sebagai alat meningkatkanmanfaat dari apa yang ada di sekitar. Teknologi pendidikan tiga dapat dikatakansebagai pendekatan pemecahan masalah, titik beratnya dalam orientasidiagnostik yang menarik. Dari ketiga macam tekonologi di atas dapat dikatakanbahwa teknologi pendidikan dalam konteks sebenarnya adalah tidak hanyamengacu pada perangkat keras saja seperti yang umum dijadikan sebagaipersepsi yang benar, namum juga meliputi perangkat lunak dan perpaduankeduanya perangkat keras dan lunak.

Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6).

Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.

Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.

Menurut Sadiman (2002:16), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.

c. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap

pasif anak didik. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk:

1) Menimbulkan kegairahan belajar.

Page 27: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.

3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda.Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:

1) Memberikan perangsang yang sama.

2) Mempersamakan pengalaman.

3) Menimbulkan persepsi yang sama.

Berdasarkan manfaat tersebut, nampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar terhadap kesuksesan proses belajar mengajar.

Macam dan Jenis Media

Macam-macam media pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar, dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a.Bahan publikasi : Koran, majalah, buku.b.Bahan bergambar : gambar, bagan (chart), peta, poster, foto, lukisan, grafik, diagram.c.Bahan pameran : bulletin board, papan flannel, papan magnet, papan demontrasi.d.Bahan proyeksi : film, film strip, slide, transparansi, OHP.e.Bahan rekaman audio : tape cassette, piringan hitam, kaset video.f.Bahan produksi : kamera, tape recorderg.Bahan siaran : program radio, program televisih.Bahan pandang dengar (audio visual) : TV, film suara, slide suara

i.Bahan model/benda tiruan : model irisan penampang batang, model torso tubuh manusia. Beraneka ragamnya media tersebut, dapat dilihat dari mulai yang sederhana sampai yang

kompleks dan dari yang murah sampai yang termahal dan masing-masing mempunyai karakteristik tertentu, baik dari keamuhannya dan kelemahannya masing-masing.

Media pembelajaran berdasarkan jenisnya dapat pula dikelompokkan sebagai berikut :

a. Media asli hidup, seperti : aquarium dengan ikan dan tumbuhannya, terrarium dengan hewan darat dan tumbuhannya, kebun binatang dengan semua binatang yang ada, kebun percobaan/kebun botani dengan berbagai tumbuhan, insektarium (berupa kotak kaca yang berisi serangga, semut, anai-anai dan sebagainya).

b. Media asli mati, misalnya : herbarium, taksidermi, awetan dalam botol, bioplastik, dan diorama (pameran hewan dan tumbuhan yang telah dikeringkan dengan kedudukannya seperti aslinya di alam).

c. Media asli benda tak hidup, contoh : berbagai jenis batuan ,mineral, kereta api, pesawat terbang, mobil, gedung, papan tulis, dan papan temple.

Page 28: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

d. Media asli tiruan atau model, seperti : model irisan bagian dalam bumi, model penampang batang, penampang daun, model boneka, model torso tubuh manusia yang dapat dilepas dan dipasang kembali, model globe, model atom, model DNA, maket.

e. Media grafis, bagan (chart), diagram grafik, poster, plakat, gambar, foto, lukisan.

f. Media dengar (audio) : program radio, tape recorder, piringan hitam, casete, tape.

g. Media pandang dengar (audio visual) : tv, video.

h. Media proyeksi :proyeksi diam contoh slide dan filmstrip

i. Media cetak: buku cetak, Koran, majalah.

7. Strategi, Pendekatan dan Metode Pendidikan

Pendekatan Pendidikan

Pengertian Pendekatan

Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran.

Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis (Badudu 1996:17).Aksiomatis artinya bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan.

Fungsi Pendekatan

Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Di samping itu, tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama pendekatannya. Sebagai contoh dalam pengajaran bahasa. Pendekatan SAS melahirkan metode SAS. Pendekatan langsung melahirkan metode langsung. Pendekatan komunikatif melahirkar metode komuniatif.

Bila prinsip lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan, pendekatan lahir dari asumsi terhadap bidang-bidang yang relevan pula. Misalnya, pendekatan pengajaran bahasa lahir dari asumsi-asumsi yang muncul terhadap bahasa sebagai bahan ajar, asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan belajar, dan asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan mengajar. Berdasarkan asumsi-asumsi itulah kemudian muncul pendekatan pengajaran yang dianggap cocok bagi asumsi-asumsi tersebut. Asumsi terhadap bahasa sebagai alat komunikasi dan bahwa belajar bahasa yang utama adalah melalui komunikasi, lahirlah pendekatan komunikatif.

Page 29: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

Macam – macam Pendekatan

Pendekatan, seperti halnya prinsip, dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Pendekatan Umum

Pendekatan Umum yaitu pendekatan yang berlaku bagi semua bidang studi di suatu sekolah program. Contoh pendekatan umum yang ditetapkan kurikulum antara lain:

a. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)

Pengajaran ini mengutamakan keaktifan siswa selama proses belajarmengajar berlangsung

b. Pendekatan Keterampilan Proses

Pengajaran ini tidak hanya ditujukan untuk penguasaan tujuan, tetapi juga penguasaan keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut (keterampilan proses).

c. Pendekatan Spiral

Pendekatan ini mengatur pengembangan materi yang dimulai dengan jumlah kecil yang terus meningkat. Dengan kata lain, dari materi dasar berkembang terus hingga materi lanjut.

d. Pendekatan Tujuan

Pengajarannya dimulai dengan penetapan tujuan, terutama tujuan-tujuan operasional. Berdasarkan tujuan-tujuan itulah ditentukan bahan, metode, teknik, dan sebagainya.

2. Pendekatan Khusus

Pendekatan yang berlaku untuk bidang studi tertentu, misalnya pendekatan khusus pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa contoh pendekatan khusus yang pernah digunakan dalam pembelajaran bahasa misalnya:

a. pendekatan komunikatif,

b. pendekatan struktural,

c. pendekatan Iisan (oral),

d. pendekatan langsung,

e. pendekatan tak langsung,

f. pendekatan alamiah.

Strategi Pendidikan

Istilah strategi berasal dari Yunani strategia ’ilmu perang’ atau ’panglima perang’. Selanjutnya strategi diartikan sebagai suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut. Strategi dapat diartikan pula sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal ikhwal (Hidayat 2000:1).

Antony (dalam Hidayat 2000: 1) menyatakan bahwa strategi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Secara umum strategi diartikan suatu cara, teknik, taktik, atau siasat yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Pringgowidagda 2002: 88).

Page 30: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155) mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Dick dan Carey menjelaskan lima komponen umum strategi pembelajaran, yaitu:

a) kegiatan prapembelajaran,

b) penyajian informasi,

c) partisipasi siswa,

d) tes, dan

e) tindak lanjut.

Kelima komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan strategipembelajaran.

Berkaitan dengan strategi ini, ada kesepakatan beberapa ahli. Mereka menyatakan bahwa strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematik sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat ini, konsep strategi mencakupi empat pengertian sebagai berikut (Suparman 1993:156):

a. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikanisi pelajaran kepada siswa.

b. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajarandan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif.

c. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

d. Waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Berikut ini akan dijelaskan empat komponen utama strategi pembelajaran, yaitu urutan kegiatan pembelajaran, metode, media, dan waktu. Urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu pendahuluan, penyajian, dan penutup. Pendahuluan terdiri atas tiga langkah, yaitu:

a) penjelasan singkat tentang isi pembelajaran,

b) penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa

(appersepsi), dan

c) penjelasan tentang tujuan pembelajaran.

Page 31: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

Penyajian terdiri atas tiga langkah, yaitu:

a) uraian,

b) contoh, dan

c) latihan.

Penutup terdiri atas dua langkah, yaitu:

a) tes formatif dan umpan balik dan

b) tindak lanjut.

Bila dibagankan urutan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

No. Komponen Langkah Kegiatan

1. Pendahuluan

a. Penjelasan singkat tentang isi pembelajaran

b. Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (appersepsi

c. Penjelasan tentang tujuan pembelajaran

2. Penyajian

a. Uraian

b. Contoh

c. Latihan

3. Penutupan

a. Tes formatif dan umpan balik

b. Tindak lanjut

Metode Pendidikan

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani methodos ’jalan’, ’cara’. Karena itu, metode diartikan cara melakukan sesuatu.

Dalam dunia pembelajaran, metode diartikan ’cara untuk mencapai tujuan’. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan bersifat filosofis, atau bersifat aksioma.

Dengan demikian, metode bersifat prosedural. Artinya, menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-¬tujuan pengajaran. Karena itu, tepat bila dikatakan bahwa setiap metode pembelajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu. Kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu bila digambarkan dalam bentuk bagan akan tampak sebagai berikut:

Page 32: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

Tahap Kegiatan

I. Persiapan Seleksi (pemilihan bahan ajar dengan berpedoman kepadakurikulum. Gradasi (penyusunan bahan, tujuan, dan seba-gainya sehingga menjadi rencana pembelajaran (RPP).

II. Pelaksanaan Presentasi awal (penyajian atau pengenalan bahan kepada siswa)Presentasi lanjut (pemantapan, latihan).

III. Penilaian Penilaian formatif (proses pembelajaran) Penilaian sumatif sudah di luar metode

Jadi, secara keseluruhan metode pengajaran itu mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu persiapan (preparasi), pelaksanaan (presentasi), dan penilaian (evaluasi). Setiap tahap diisi pula oleh langkah-Iangkah kegiatan yang lebih spesifik. Dari bagan di atas terlihat bahwa tahap I (persiapan) tidak kelihatan di sekolah karena biasa dilakukan guru di rumah. Ini membuktikan bahwa metode pengajaran itu luas cakupannya, mencakup kegiatan guru yang ada di rumah sampai ke sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan peyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya. Karena itu,metode pengajaran dapat dikatan sebagai cara-cara guru mencapai tujuan pengajaran dari awal sampai akhir yang terdiri atas lima kegiatan pokok. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagai berikut:

1) pemilihan bahan,

2) penyusunan bahan,

3) penyajian,

4) pemantapan, dan

5) penilaian formatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara prosedural sebenarnya semua metode pengajaran itu sama. Yang membedakannya adalah pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianutnya. Hal itu karena keduanya, terutama pendekatan, sangat menentukan corak sebuah metode pengajaran. Metode disusun (dilaksanakan tahap-tahapnya) dengan berpedoman kepada pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianut. Pendekatan (dan juga prinsip) inilah yang mempengaruhi setiap langkah kegiatan metode, yaitu mempengaruhi pemilihan bahan, penyusunan, pengajian, pemantapan, dan juga penilaian. Karena itu, tidak heran bila nama-nama metode pengajaran bahasa banyak yang menggunakan nama-nama pendekatannya. Contohnya metode komunikatif berasal dari pendekatan komunikatif dan metode SAS berasal dari pendekatan SAS.

Sama seperti prinsip dan pendekatan, metode pengajaran juga terbagi atas dua bagian:

1. Metode Umum (Metode Umum Pembelajaran)

Metode umum adalah metode yang digunakan untuk semua bidang studi/mata pelajaran, milik bersama semua bidang studi. Contoh metode umum ini antara lain:

a. metode ceramah,

Page 33: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

b. metode tanya jawab,

c. metode diskusi,

d. metode ramu pendapat,

e. metode demonstrasi,

f. metode penemuan,

g. metode inkuiri,

h. metode pemberian tugas dan resitasi, dan

i. metode latihan.

2. Metode Khusus (Metode Khusus Pembelajaran Bidang Studi Tertentu)

Metode khusus adalah metode pembelajaran tiap-tiap bidang studi, misalnya metode khusus pengajaran bahasa. Metode khusus ini tentu sangat ditentukan oleh corak bidang studi yang bersangkutan dan tujuan pengajarannya. Bidang studi yang mirip tentu akan memiliki metode khusus yang mirip pula. Metode khusus pembelajaran bahasa dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu:

a. metode pengajaran bahasa pertama (bahasa ibu), dan

b. metode pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing.

Di antara kedua jenis metode pengajaran bahasa ini, metode pengajaran bahasa kedualah yang lebih banyak ragamnya, lebih berkembang berkat pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing di seluruh dunia. Istilah bahasa kedua dalam hal ini mencakup pula bahasa ketiga, keempat, dan seterusnya yang dipelajari oleh seseorang.

Bahasa Indonesia bagi kebanyakan orang Indonesia adalah bahasa kedua. Hal itu karena sewaktu kecil mereka telah beroleh bahasa ibu, dalam hal ini bahasa ibu. Contoh metode-metode pengajaran bahasa kedua yang pernah populer adalah

a. metode tata bahasa terjemahan,

b. metode langsung,

c. metode eklektik,

d. metode audiolingual,

e. metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), dan

f. metode komunikatif.

8. Lingkungan Pendidikan

Setiap hari orang tua banyak hanya “pegang” anak selama tujuh jam. Dalam waktu tujuh jam itulah, orang tua bias melakukan tugasnya sebagai pendidik primer. Namun, dari tujuh jam itu, orang tua saat ini banyak diganggu berbagai pihak (Slamet Iman Santoso,1988). Bagaimana mengatur anak sangat bergantung pada pilihan masing-masing orang tua. Hal ini disebabkan tugas orang tua yang multidimensi, bahkan kalau orang tua tidak berani menolak kegiatan atau acara kantor/ orang luar (baca:atasan) sehingga orang tua harus bias memilih mana tugas utama dan mana yang bukan. Bila tidak, di sinilah degradasi tugas orang tua sebagai pendidik utama.

Page 34: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

Meskipun anak dipengaruhi sangat besar oleh lingkungan keluarga, ia dapat menerima juga pengaruh dari lingkungan lainnya. Lingkungan pendidikan adalah tempat interaksi manusia dan kondisi alam dan social yang pada gilirannya dapat mengembangkan pengalaman pada diri anak yang bersangkutan. Kondisi tersebut dialaminya sejak bayi lahir yang keberadaannya dalam lingkungan keluarga, kemudian dengan usianya yang makin bertambah, ia memasuki lingkungan sekolah dan masyarakat. Jadi, lingkungan keluarga bersifat alami dan wajar. Lingkungan sekolah bersifat teratur dan sengaja dirancang untuk mempercepat tercapainya suatu tujuan, sedangkan lingkungan masyarakat bersifat partisipatif dan longgar. Oleh karena itu, tripusat pendidikan ialah pengaruh yang diterima anak selama hidupnya mulai lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Fungsi lingkungan keluarga adalah mempersiapkan anak dalam peran tertentu dan mengajarkan berperilaku pada umumnya. Fungsi lingkungan sekolah adalah mempersiapkan anak dalam mendukung perkembangan budaya dan menduduki posisi tertentu dalam masyarakat. Untuk menguasai peran tersebut, sekolah mempersiapkan anak dengan pembekalan pengetahuan umum guna mendukung perkembangan budaya dan pengetahuan khusus dalam melayani minat dan hasratnya.pelaksanaan pembekalan ini melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan. Bimbingan untuk memberikan bantuan kepada anak agar ia mampu mengelola dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengajaran untuk membantu anak agar ia mampu mengelola ilmu pengetahuan, sedangkan latihan untuk membantu anak agar ia memiliki kemahiran dalam bidang ketrampilan. Fungsi lingkungan masyarakat untuk membantu anak berinteraksi dengan kondisi alam dan social atau sumber daya yang tersedia.

Perkembangan lingkungan masyarakat mancakup : (a) masyarakat yang tidak mengalami kebudayaan Hindu dan Islam, (b) masyarakat yang dipengaruhi kebudayaan Hindu dan Islam,, (c) masyarakat yang dipengaruhi kebudayaan Hindu, tetapi dialih fungsi Islam, (d) masyarakat yang dipengaruhi kebudayaan Hindu, Islam, dan Eropa, (e) masyarakat yang dipengaruhi sector perdagangan dan industry, dan (f) masyarakat metropolitan yang kompleks. Oleh karena itu, masyarakat mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan menyediakan melalui wadah / satuan keluarga, kelompok sebaya, organisasi kepemudaan (Pramuka, karang taruna, organisasi social politik dan budaya), keagamaan, dan media massa.

Dalam kehidupan masyarakat, posisi keluarga merupakan kelompok primer, dan anggota keluarga biasanya terikat hubungan sedarah dan semenda. Oleh karena itu, keluarga yang hanya terdiri atas ibu, ayah, dan anak-anak disebut keluarga inti, sedangkan bila keluarga itu terdiri ats ibu, ayah, dan anak, serta kakek/nenek, paman/bibi atau pembantu disebut keluarga besar. Pada masyarakat yang sederhana/tradisional atau struktur social masyarakatnya belum kompleks, cakrawala/wawasan anak sangat bergantung pada kondisi keluarga. Peran ibu dalam keluarga, terutama mengasuh anak dan sosialisasi yang sulit disubstitusikan kepada orang lain, sedangkan peran ayah terutama menumbuhkan perasaan aman. Personifikasi kepuasan, dan sebagai idea/model. Fungsi orang tua adalah sebagai pengajar pengetahuan, pelatih keterampilan, dan sekaligus memberikan tuntunan/contoh berbagai perilaku masyarakat, sehingga hubungan orang tua dan anak bersifat itoritatif.

Hubungan orang tua dan anak atau pola asuh anak dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Jika pola asuh yang memanjakan, anak cenderung memiliki kepribadian yang penurut, agresif, dan protes, sedangkan pola asuh yang mendominasi/mengatur anak dengan ketat, cenderung menyebabkan kepribadian yang penurut dan kurang inisisatif. Namun, kedua pola asuh tersebut tidak memiliki pengaruh yang berarti

Page 35: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

terhadap proses belajar mengajar di sekolah, tetapi perlu diperhatikan oleh guru dalam rangka mengantisipasi kesulitan yang dihadapi anak dalam proses pembelajaran.

Beberapa masalah pendidikan sehubungan dengan keluarga adalah posisi kelahiran anak, misalnya anak tunggal biasanya kurang kompetitif, anak perempuan diantara anak laki-laki biasanya manja atau sebaliknya. Selain itu, masalah ibu yang bekerja atau ayah lebih mementingkan pembinaan kariernya dan tugas keluarga beralih fungsi kepada orang lain/ pembantu. Untuk itu, tumbuhnya satuan pendidikan seperti kelompok bermain dan penitipan anak sangat tepat kepada masyarakat modern.

Pada masyarakat modern, berbagai fungsi keluarga diambil alih oleh sekolah, biasanya makin banyak fungsi ibu diambil alih oleh fungsi sekolah. Hubungan orang tua dengan anak yang bersifat otoritatif, pada masyarakat modern berubah menjadi hubungan yang bersifat kolegial, sebab orang tua harus membagi hubungan otoritas dengan orang lain, seperti dengn guru, kiai, tokoh masyarakat, dan antar anak sendiri. Hubungan kolegial inilah cikal bakal munculnya iklim demokrasi di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian fungsi keluarga yang sifatnya klasik berupa pemberian keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, keterampilan, pemberian tuntunan, dan contoh/teladan.

Semakin modern suatu masyarakat, semakin menganggap penting peranan sekolah dalam mempersiapkan anggota masyarakatnya, sehingga sekolah dijadikan sebagai pusat kebudayaan untuk menyiapkan anggota masyarakat. Fungsi sekolah bertambah luasyang meliputi pengembangan kemampuan, mutu kehidupan, dan meningkatkan martabat manusia.

Di samping itu, kelompok sebayapunm besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian anak, kterutama interaksi social, norma kelompok, dan peniruan atau model. Kelompok sebaya atau peers group biasanya beranggotakan orang-orang yang memiliki kesamaan usia. Fungsinya untuk belajar interaksi social dan penyesuaian diri, mengenal budaya masyarakat, mengikuti nilai yang berlaku pada masyarakat, mengakui norma kelompok, mengikuti hak dan kewajiban sebagai anggota kelompok, menambah wawasan, dan memeroleh keterampilan tertentu. Dalam organisasi kepemudaan, biasanya kelompok itu beranggotakan pemuda yang mempunyai prinsip dasar yang sama dalam menyalurkan hasratnya seperti Osis, Pramuka, Karang Taruna, Palang Merah Remaja, dan lain-lain. Fungsi kelompok kepemudaan adalah untuk menambah wawasan, penyaluran minat dan mengembangkan kepribadian, kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kemandirian, dan kepemimpinan. Adapun dalam kelompok keagamaan, kelompok ini beranggotakan penganut/pemeluk suatu agama yang berkeinginan untuk melestarikan keagamaannya. Fungsinya untuk mempertebal keyakinan dan pengamalan keagamaan, mengajarkan doktrin keagamaan, dan member model perilaku beragama. Media massa pun menimbulkan pengaruh seperti wawasan, informasi, dan sosialisasi tentang sikap, nilai, dan perilaku tertentu, bahkan media massa merupakan alat komunikasi yang mampu mempengaruhi dengan jangkauan banyak orang dan berfungsi untuk informasi, edukasi, dan rekreasi.

Page 36: Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Pengelolaan

DAFTAR PUSTAKA

http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2010/01/06/pengertian-dan-unsur-unsur-pendidikan-2/

http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2010/01/06/landasan-dan-asas-asas-pendidikan/

http://mediadidik.blogspot.com/2010/02/pendekatan-strategi-metode-teknik.html

http://hasanjoen.blogspot.com/2010/08/hakikat-strategi-metode-pendekatan.html

http://www.diandidaktika.sch.id/modules/articles/default.asp?index=40

http://rumahmakalah.wordpress.com/2009/05/18/hakekat-pendidik-dan-peserta-didik/

Komar, Oong Dr. H. Filsafat Pendidikan Nonformal. 2006. Bandung : Pustaka Setia.

Akbar, Sa’dun. Sebagian Handout Matakuliah PENGEMBANGAN KURIKULUM IPS.2006. Malang : Universitas Kanjuruhan Malang.