Upload
encik-syed-saifullah
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
1/21
PELATIHAN SINGKAT PENYUSUNAN KONTRAK PERKULIAHAN
DAN BAHAN AJAR BAGI STAF PENGAJAR PTN
KAWASAN TIMUR INDONESIA
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISMEDALAM PEMBELAJARAN
DRS FRANS A. RUMATE, Apt.
KERJASAMAPUSAT PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN AKTIVITAS
INSTRUKSIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN(P3AI-UNHAS)
DENGANBAGIAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA DIRJEN DIKTI
21 -26 November 2005
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
2/21
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN
Drs Frans A.Rumate, Apt. *
I. PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, sangatlah penting untuk
mengadopsi metode pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian tujuan
pembelajaran, dengan melakukan pergeseran dari teaching centered ke
learning centered, mengakomodasi kebutuhan perimbangan antara
keunggulan dan kesesuaian akademik untuk tujuan peningkatan kualitas,
kebutuhan peserta didik , dan pendekatan belajar lain yang lebih lentur
(HELTS 2003-2010). Usaha pembelajaran berorientasi-pembelajar di
perguruan tinggi telah dilakukan melalui program penataran PEKERTI/AA
bagi staf pengajar. Konsep pembelajaran ini telah lama pula diadopsi pada
pendidikan dasar dan menengah melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Demikian pula Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada dasarnya
berorientasi pembelajar, dengan perumusan kompetensi yang perlu dicapaiseorang lulusan pada penyelesaian suatu program pendidikan.
Perkembangan terakhir dalam pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, ialah
penerapan berbagai strategi pembelajaran yang berorientasi pembelajar
(Student-centered Learning Strategies) :
- belajar aktif
- belajar mandiri
- belajar kooperatif dan kolaboratif
- generative learning,
* Pusat Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional
2
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
3/21
Universitas Hasanuddin (P3AI-UNHAS)
dan berbagai model pembelajaran kognitif
-problem based learning
- discovery learning
- cognitive strategies
Semuanya ini didasarkan pada teori belajar atau aliran filsafat
Konstruktivisme.
Konstruktivisme saat ini semakin mempengaruhi pembelajaran tradisional,
khususnya pembelajaran pada pendidikan tinggi. Sebagian pakar
menganggap konstruktivisme sebagai suatu aliran filsafat pengetahuan ,
namun sebagian lagi menganggapnya sebagai suatu teori tentang
pembelajaran. Menurut Kamus Merriam Webster, teori ialah prinsip-prinsip
umum yang masuk akal atau dapat diterima secara ilmiah yang disajikan
untuk menjelaskan suatu fenomena, sedangkan filsafat (philosophy) ialah
pencarian akan pemahaman umum tentang nilai-nilai dan realitas, yang
dilakukan terutama melalui cara yang spekulatif, bukan secara observasi.
Konstruktivisme bukan berakar pada penelitian pendidikan dibanding dengan
berbagai teori belajar yang lain seperti behaviorisme dan kognitivisme.
Namun demikian, saat ini konstruktivisme banyak dikembangkan oleh
komunitas pendidik dalam melalukan desain atau rancangan instruksional.
II. BATASAN /DEFINISI KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme
merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi (bentukan) kita sendiri,
3
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
4/21
bukan imitasi dari kenyataan, bukan gambaran dunia kenyataan yang
ada.
pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif dari
kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang
(mahasiswa). Mahasiswa membentuk skema, kategori, konsep dan
struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan.
pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat,
tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari
pengalaman atau dunia yang dialaminya
proses pembentukan ini berjalan terus menerus, dan setiap kali terjadi
reorganisasi atau rekonstruksi karena adanya pengalaman baru.
III. PEMBENTUKAN PENGETAHUAN BARU
Pembentukan pengetahuan baru menurut Konstruktivisme dapatdigambarkan dalam bagan berikut :
IV. PANCAINDERA DAN KONSTRUKTIVISME
Objek
Lingkungan
Pancaindera
melihat
mendengar
menjamah
mencium
Pengalaman
fisik
kognitif mental
Konstruksi
Pengetahuan
Baru
4
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
5/21
- Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya melalui panca
indranya, lalu menkonstruksi gambaran dunia pengalamannya itu.
- Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begita saja dari otak seseorang
(dosen) ke kepala orang lain (mahasiswa). Mahasiswa sendirilah yang
harus mengartikan apa yang dipelajarinya itu, dan menyesuaikannya
dengan pengalaman atau hasil konstruksi yang telah mereka
miliki/bangun sebelumnya.
- Pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang( dosen) ke kepala orang lain (mahasiswa).
- Mahasiswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan
itu dengan cara menyesuaikannya terhadap pengalaman-pengalaman
atau konstruksi yang telah dibangunnya.sendiri dalam otaknya.
V. PENGALAMAN DAN KONSTRUKTIVISME
- Pengetahuan merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia, tetapi
bukan dunia itu sendiri.
- Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan.
Pengalaman bukan saja pengalaman fisik, tetapi juga pengalaman kognitif
dan mental.
- Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang ketika
ia berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi bagi orang itu, lingkungan ialah
semua objek dan proposisinya yang telah diabstraksikan ke dalam
pengalaman orang itu. Abstraksi seseorang terhadap suatu hal akan
membentuk struktur konsep, dan membentuk pengetahuan bagi orang
tersebut.
5
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
6/21
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
7/21
- Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman
- Kemampuan membandingkan, dan mengambil keputusan
(justifikasi) mengenai persamaan atau perbedaan sesuatu hal.
- Lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain (selective
conscience).
VIII Gagasan (Konsep) Konstruktivisme mengenai pengetahuan
1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka,
tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatanmahasiswa ( Mind as inner individual representation)
2. Mahasiswa mengkonstruksi sendiri skema kognitif, kategori, konsep,
dan struktur dalam membangun pengetahuan, sehingga setiap individu
akan memiliki, skema kognitif, kategori, kosep, dan struktur yang
berbeda. Dalam hal ini proses abstraksi dan refleksi seseorang akan
sangat berpengaruh dalam konstruksi pengetahuan (Reflection /
Abstraction as primary)
3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing-masing individu
mahasiswa. Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan, apabila
konsep yang baru diterima itu dapat dikaitkan atau dihubungkan
(proposisi) dengan pengalaman yang telah dimiliki mahasiswa. Dengan
demikian maka pengetahuan adalah apa yang ada dalam pikiran setiap
mahasiswa (Knowledge as residing in the mind).
4. Dalam proses pembentukan pengetahuan, kebermaknaannya itu
merupakan interpretasi individual mahasiswa terhadap pengalaman
yang telah dialaminya (Meaning as internally constructed).
5. Perampatan (penyamarataan) makna merupakan proses negosiasi di
dalam individu mahasiswa dengan pengalamannya melalui interaksi
7
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
8/21
dalam proses belajar mengajar (menjadi tahu) (Learning and teaching
as negotiated construction of meaning).
.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses konstruksi pengetahuan
manusia :
Hasil konstruksi yang telah dimiliki seseorang (constructed
knowledge).
Domain pengalaman seseorang (domain of experience)
Jaringan struktur kognitif seseorang (existing cognitive structure)
IX PERBANDINGAN KONSTRUKTIVISME DENGAN
BERBAGAI ALIRAN TEORI
Konstruktivisme dan Empirisme
Pertanyaan paling besar dalam konstruktivisme : Struktur pengetahuan itu
terletak dalam realitas mana ? Apakah yang disebut kebenaran
pengetahuan ?
Kenyataan terdiri atas dua dimensi : dimensi eksternal yang bersifat objetif,
dan dimensi internal yang bersifat subjektif. Kaum rasionalis : pengetahuan
merujuk pada obyek-obyek, dan kebenaran merupakan akibat dari deduksi
logis. (Cogito ergo sum = Saya berpikir maka saya ada). Kaum empiris :
pengetahuan merujuk pada obyek-obyek berdasarkan penalaran induktif
dengan bukti-bukti yang diperoleh dari pengalaman. Menurut kaum empiris,
semua kenyataan itu diketahui dan dipahami melalui indra, dan kriteria
kebenarannya adalah kesesuaiannya dengan pengalaman. Dalam hal ini
kaum rasionalis lebih menekankan pada : rasio, logika, dan pengetahuan
deduktif, sedangkan kaum empiris lebih menekankan pada pengalaman dan
pengetahuan induktif. Konstruktivisme dikatakan merupakan sintesis
8
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
9/21
pandangan rasionalis dan empiris. Konstruktivisme menunjukkan interaksi
antara subyek dan objek, antara realitas eksternal dan juga internal.
Konstruktivisme, Empirisme, dan Relativisme
Konstruktivisme sering terkontaminasi sehingga mengarah ke empirisme dan
relativisme, terlebih dalam pendidikan sains. Kaum konstruktivis dalam
pendidikan sains menekankan pada peranan indra, pengalaman, dan
percobaan dalam pengembangan pengetahuan, sehingga cenderung ke
empirisme. Konstruktivis lain menekankan pada abstraksi, sehingga
mengarah pada relativisme, yang mengatakan bahwa semua konsep adalahsah, karena setiap ide diturunkan dari suatu abstraksi yang dianggap sah
pula.
Konstruktivisme, Empirisme, Nativisme, dan Pragmatisme
Kalau empirisme menyatakan bahwa semua pengetahuan diturunkan dari
pengalaman indrawi, nativisme menyatakan bahwa sumber pengetahuan
adalah dari dalam diri manusia. Konstruktivisme memuat segi empirisme dan
nativisme (gabungan) : pengetahuan itu berasal dari sumber luar tetapi
dikonstruksikan dalam diri seseorang.
Kebenaran pengetahuan dalam konstruktivisme diganti dengan viability
(berjalannya suatu pengetahuan) dan tidak mengklain kebenaran. Hal ini
berbeda dengan pragmatisme yang berslogan : kebenaran adalah hanya apa
yang jalan. Konstruktivisme tidak mengklaim suatu kebenaran.
Konstruktivime vs Idealisme
Kaum idealis menyatakan bahwa pikiran dan konstruksinya adalah satu-
satunya realitas. Konstruktivisme menyatakan bahwa kenyataan adalah apa
yang dikonstruksikan dalam pikiran manusia . Bentukan selalu berjalan,
namun tidak selalu merupakan representasi dari dunia nyata.
9
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
10/21
Konstruktivisme vs Objektivisme.
Bagi para Objektivis : realitas itu ada, terlepas dari pengamat, dan dapat
ditemukan melalui langkah-langkah sistematis menuju kenyataan dunia ini.
Konstruktivisme : pengetahuan adalah konstruksi pikiran manusia.
Pengetahuan adalah suatu kerangka untuk mengerti bagaimana seseorang
mengorganisasikan pengealaman, dan apa yang mereka percayai sebagai
realitas.
X PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME YANG BERKAITAN DENGAN
PEMBELAJARAN
1. Pengetahuan dibangun oleh mahasiswa sendiri, baik secara personal
maupun sosial.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari dosen ke mahasiswa,
kecuali melalui keaktifan mahasiswa sendiri untuk menalar
3. Mahasiswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga
selalu terjadi perubahan konsep menuju ke yang lebih rinci, lengkap,
serta sesuai dengan konsep ilmiah
4. Dosen sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi mhasiswa dapat terlaksana.
XI HUBUNGAN KONSTRUKTIVISME DENGAN BEBERAPA TEORI
BELAJAR
Konstruktivisme menjadi landasan beberapa Teori Belajar, misalnya Teori
Perubahan Konsep, Teori Belajar Bermakna (Ausubel), Teori Skema.
Konstruktivisme dan Teori Perubahan Konsep
10
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
11/21
Konstruktivisme maupun Teori Perubahan Konsep percaya bahwa dalam
proses belajar seseorang mengalami perubahan konsep melalui proses
perkembangan terus menerus, dengan cara mengubah konsep lama melalui
akomodasi. Atau mengembangkan konsep yang sudah ada melalui asimilasi;
pengertian yang dibentuk sendiri oleh mahasiswa mungkin berbeda-beda
dengan pengertian ilmuwan, sehingga terjadi miskonsepsi.
Konstruktivisme dan Balajar Bermakna
Teori Belajar Bermakna (Ausubel) juga didasarkan atas Konstruktivisme,
dengan penekanan pada pentingnya mahasiswa mengasosiasikan
pengalaman, fenomena, dan fakta baru ke dalam sistem pengertian yangtelah dimiliki mahasiswa sebelumnya
Konstruktivisme dan Teori Skema
Teori Skema juga berlandaskan Konstruktivisme, memandang bahwa
seseorang belajar dengan mengadakan restrukturisasi (menambah atau
mengganti) skema yang sudah dimiliki. Proses pembentukan dan
pengubahan skema merupakan proses belajar
XII PENGARUH KONSTRUKTIVISME TERHADAP PROSES BELAJAR
Menurut Konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif mahasiswa
mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fsik, dll. Belajar juga
merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau
informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki mahasiswa
sehingga pengetahuannya berkembang.
Proses tersebut bercirikan :
11
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
12/21
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh mahasiswa
dari apa yang dilihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu
dipengaruhi oleh pengertian yang telah dimiliki.
2. Konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus. Setiap kali
berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, mahasiswa
akan selalu mengadakan rekonstruksi.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu
proses pengembangan pemikiran dengan membentuk suatu pengertian
yang baru. Belajar bukanlah suatu hasil perkembangan, melainkan
perkembangan itu sendiri, yang menuntut penemuan dan pengaturan
kembali pemikiran seseorang.4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang
dalam kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk
memacu belajar.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman mahasiswa dengan dunia
fisik dan lingkungannya.
6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui
mahasiswa, yaitu konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang
mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.
XIII PENGARUH KONSTRUKTIVISME TERHADAP MAHASISWA
Kegiatan belajar adalah kegiatan aktif mahasiswa untuk menemukan sesuatu
dan membangun sendiri pengetahuannya, bukan proses mekanik untuk
mengumpulkan fakta. Mahasiswa bertanggungjawab atas hasil belajarnya. Ia
membuat penalaran atas apa yang telah dipelajarinya dengan cara mencari
makna, membandingkannya dengan apa yang telah diketahuinya, serta
menyelesaikan ketidaksamaan antara yang telah diketahui dengan apa yang
diperlukan dalam pengalaman baru. Belajar merupakanpengembangan
12
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
13/21
pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda. Belajar
yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik, dialog, penelitian,
pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, dll., dan dalam prosesnya
tingkat pemikiran selalu diperbaharui sehingga menjadi semakin lengkap.
Setiap mahasiswa mempunyai caranya sendiri untuk mengkonstruksikan
pengetahuannya, yang terkadang sangat berbeda dengan teman-temannya.
Jadi sangat penting bagi dosen untuk menciptakan berbagai variasi situasi
dan metode belajar, karena dengan satu model saja tidak akan membantu
mahasiswa yang cara belajarnya berbeda.
Mahasiswa Belajar dalam Kelompok
Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi mahasiswa bila ia terlibat secara
sosial dalam dialog, dan aktif dalam percobaan dan pengalaman.
Pembentukan makna dapat diperoleh dari dialog antar pribadi dalam suatu
kelompok. Dalam kelompok belajar, mahasiswa dapat mengungkapkan
perspektifnya dalam melihat persoalan dan hal lain yang akan dilakukan
dengan persoalan itu. Melalui kesempatan mengemukakan gagasan,
mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun
pengertian akan menjadi sangat penting dalam belajar, karena memiliki
unsur yang berguna untuk menantang pemikiran dan meningkatkan
kepercayaan seseorang.
XIV PENGARUH KONSTRUKTIVISME TERHADAP PROSES
PEMBELAJARAN
Bagi konstruktivisme, pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) dari dosen ke mahasiswa, melainkan
kegiatan yang memungkinkan mahasiswa membangun sendiri
pengetahuannya (belajar sendiri).
13
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
14/21
Pembelajaran berarti partisipasi dosen bersama mahasiswa dalam
membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap
kritis, dan mengadakan justifikasi. Pembelajaran adalah proses membantu
seseorang berpikir secara benar, dengan cara membiarkannya berpikir
sendiri, Berpikir yang baik lebih penting daripada mempunyai jawaban yang
benar atas suatu persoalan. Seorang yang mempunyai cara berpikir yang
baik dapat menggunakan cara berpikirnya ini dalam mengahadapi suatu
fenomena baru, dan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi
persoalan lain. Kemampuan ini tidak dipunyai mahasiswa yang hanya dapat
menemukan jawaban yang benar, sehingga tidak dapat memecahkan
masalah yang baru.
XV DOSEN SEBAGAI MEDIATOR DAN FASILITATOR
Menurut prinsip konstruktivisme, seorang dosen berperan sebagai mediator
dan fasilitator, yang membantu agar proses belajar mahasiswa berjalan baik,
yaitu :
1. menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan mahasiswa
bertanggungjawab. Memberi kuliah/ ceramah bukan lagi tugas utama
dosen
2. menyediakan kegiatan yang merangsang keingintahuan mahasiswa,
dan membantu mereka mengekspresikan gagasannya serta
mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.
3. memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran
mahasiswa sudah berjalan atau tidak. Dosen menunjukkan dan
mempertanyakan apakah pengetahuan mahasiswa dapat diberlakukan
untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.
Agar faktor-faktor tersebut berfungsi optimal, maka kegiatan dosen
hendaknya meliputi hal-hal sebagai berikut :
14
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
15/21
1. Dosen perlu banyak berinteraksi dengan mahasiswa untuk lebih
mengerti hal-hal yang sudah diketahui dan dipikirkan mahasiswa
2. Tujuan dan apa yang akan dilakukan di kelas sebaiknya dibicarakan
bersama sehingga mahasiswa sungguh terlibat
3. Dosen perlu mengerti pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa. Hal ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi di
tengah mahasiswa
4. Diperlukan keterlibatan dosen bersama mahasiswa yang sedang
belajar, dan dosen perlu menumbuhkan kepercayaan mahasiswa
bahwa mereka dapat belajar5. Dosen perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti
dan menghargai pemikiran mahasiswa , karena kadang kala
mahasiswa berpikir berdasarkan pengandaian yang belum tentu
diterima dosen.
Dosen yang konstruktivis akan dapat menerima dan menghormati upaya-
upaya mahasiswa untuk membentuk suatu pengertian baru, sehingga dapat
menciptakan berbagai kemungkinan untuk siswa berkreasi :
1. Membebaskan mahasiswa dari beban ikatan beban kurikulum dan
membolehkan mahasiswa untuk berfokus pada ide-ide yang
menyeluruh (big concepts)
2. Memberikan kewenangan dan kebebasan kepada mahasiswa untuk
mengikuti minatnya, mecari keterkaitan, mereformulasikan ide, dan
mencapai kesimpulan yang unik.
3. Berbagi informasi dengan mahasiswa tentang kompleksitas kehidupan
di mana terdapat berbagai perspektif, dan kebenaran merupakan
interpretasi orang per orang.
15
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
16/21
4. Mengakui bahwa belajar dan proses penilaian terhadap belajar
merupakan hal yang tidak mudah untuk dikelola, karena banyak hal
yang tidak kasat mata, tetapi lebih kepada rasionalitas individu.
XVI PENGARUH KONSTRUKTIVISME TERHADAP
STRATEGI PEMBELAJARAN
Tugas dosen ialah membantu mahasiswa agar mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret. Selain penguasaan
yang luas dan mendalam, seorang dosen dituntut untuk menguasai beragamstrategi pembelajaran sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
situasi mahasiswa. Hal ini disebabkan karena tidak ada satu strategi
pembelajaran yang cocok untuk semua situasi, waktu, dan tempat. Strategi
yang disusun dosen hanyalah suatu alternatif, bukan menu yang sudah jadi.
Pembelajaran adalah suatu seni yang menuntut bukan hanya penguasaan
teknik, melainkan juga intuisi dari setiap dosen.
Ciri Pembelajaran Konstruktivisme:
1. Orientasi. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
motivasi dalam mempelajari suatu topik, dan untuk mengadakan
observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
2. Elisitasi. Mahasiswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas
dengan berdiskusi, menulis, membuat poster,dll. Mahasiswa
mendiskusikan apa yang diobservasinya dalam wujud tulisan, gambar
ataupun poster.
3. Restrukturisasi ide
- Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide orang lain
- Membangun ide yang baru
16
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
17/21
- Mengevaluasi ide barubya dengan eksperimen
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi.Ide atau pengetahuan yang telah
dibentuk oleh mahasiswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam
situasi yangdihadapi, sehingga menjadi lebih lengkap dan lebih rinci.
5. Review bagaimana ide berubah. Dapat terjadi bahwa dalam
mengaplikasikan pengetahuannya, seseorang perlu merevisi
gagasannya agar menjadi lebih lengkap.
Hal yang perlu diperhatikan dalam konstruktivisme ialah mengevaluasi hasil
belajar mahasiswa. Dalam mengevaluasi, dosen sebenarnya menunjukkan
kepada mahasiswa bahwa pikiran/ pendapat mereka tidak sesuai untukpersoalan yang dihadapi berdasarkan prinsip atau teori tertentu. Kebenaran
bukanlah hal yang dicari, namun berhasilnya suatu proses (viable) adalah hal
yang dinilai.
Dalam mengevaluasi perlu dilihat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
misalnya mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, atau
sekedar dapat menangani prosedur standar dan memberikan sumber
jawaban standar yang terbatas. Proses evaluasi berbeda berdasarkan tujuan
belajarnya, namun dalam konstruktivisme berfokus pada pendekatan
mahasiswa terhadap persoalan yang dihadapi, bukan jawaban akhir yang
diberikannya.
Proses evaluasi dalam pembelajaran konstruktivisme tidak tergantung pada
bentuk asesmen yang menggunakan paper and pencil testatau bentuk tes
objektif. Bentuk asesmen yang digunakan disebut altenative assessment,
seperti portfolio, observasi proses, dinamika kelompok, studi kasus, simulasi
dan permainan,performance appraisal, dll.
XVII PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
17
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
18/21
Contoh : Episode dari suatu proses pembelajaran (Brooks & Brooks, 1993)
Tahap Perencanaan :
Seorang dosen baru (A) diminta mempersiapkan mata kuliah Ilmu Alamiah
Dasar (IAD). A sedikit kebingungan karena dianjurkan oleh Koordinator tim
dosennya untuk memiliki gambaran yang menyeluruh tentang IAD dan
keterkaitannya dengan mata kuliah lain. Namun A juga diharapkan berpikir
sistematis dan dapat memilah materi IAD menjadi bagian/ unit kecil yang
saling terkait sehingga dapat dimengerti mahasiswa dengan mudah. Adiminta untuk menjelaskan kepada mahasiswa unit-unit kecil dalam IAD dan
hubungan antarunit tersebut ketika memulai perkuliahan. Hal ini penting
karena A akan masuk pada beberapa pertemuan awal perkuliahan.
Setelah berpikir seminggu lamanya, A akhirnya menemukan ide untuk
menggunakan topik Melihat lebih dekat ke dalam kehidupan sebagai
pembuka perkuliahan IAD. Dengan topik ini A merencanakan akan
memberikan gambaran umum tentang kehidupan , lalu bagian/unit-unit kecil
dalam kehidupan serta keterkaitannya satu sama lain. Kemudian, analogi ini
akan digunakan untuk menjelaskan gambaran umum tentang IAD dan unit-
unit kecil di dalamnya.
Tahap Pelaksanaan
A membuka perkuliahan IAD dengan ucapan salam kepada semua
mahasiswa di kelas. Kemudian, ia melemparkan pertanyaan kepada
mahasiswa. Menurut Anda, apa yang disebut ilmu pengetahuan alam ?
Beberapa mahasiswa menjawab, Mahluk hidup, binatang, tumbuh-
18
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
19/21
tumbuhan. A mengangguk-angguk dan memberi penguatan kepada
mahasiswa : bagus, ya benar.
Lalu A membagikan fotokopi cerita tentang suatu peristiwa kebakaran yang
terjadi di suatu kota, dan meminta mahasiswa membacanya dalam hati
dalam waktu yang diberikannya. Setelah ia melihat mahasiswa selesai
membacanya, A lalu berkata, Dalam bacaan tadi, Anda menemukan banyak
sekali hal-hal yang saling terkait satu sama lain. Begitu juga dalam ilmu
pengetahuan alam.
Nah sekarang, coba baca buku Anda halaman 5-25, dan tuliskan apa isi
bacaan Anda dalam buku catatan Anda.
Setelah mahasiswa selesai membaca dan menulis, A memperlihatkan sebuah
gambar yang ditayangkan melalui OHP sambil bertanya, Nah, dalam belajar
ilmu pengetahuan alam, kita semua harus dapat melihat secara kritis semua
hal yang ada di sekeliling kita. Sekarang, coba pikirkan apa yang Anda lihat
dalam gambar ini ? Setelah beberapa saat, A bertanya lagi, Siapa yang
melihat gambar vas bunga ? Beberapa mahasiswa menunjukkan tangannya.
Kemudian Siapa yang melihat gambar dua wajah ? Beberapa mahasiswa
kembali menunjukkan tangannya.
Pertanyaan : Apakah episode proses pembelajaran IAD tersebut sudah
merupakan pembelajaran konstruktivisme ?
Perbedaan situasi pembelajaran di kelas berasarkan konstruktivisme
dan secara tradisional
19
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
20/21
Tradisional:
1. Ruang lingkup terpisah
2. Kurik. secara tuntas
3. Berdasar buku teks
4. Mah.sbg,ember yang akan diisi
5. Dosen mengajar dan sbg.
penyebar informasi
6. Mencari jawaban yang benar
7. Penilaian terpisah dari
proses belajar
8. Mah.bekerja sendiri
XIII STRATEGI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Student-centered Learning Strategies :
- belajar aktif
- belajar mandiri
- belajar kooperatif dan kolaboratif
- generative learning
- model pembelajaran kognitif :
- problem based learning
- discovery learning
- cognitive strategies
Konstruktivisme :
1. utuh, ada keterkaitan
2. Lebih penting pertanyaan
mah.
dan konstruksi jawaban
3. Beragam sumber
4. Mah. Sbg. Pemikir
5 .Dosen interaktif, mediator
dan fasilitator
6. Dosen mengikuti pola pikir
mah.
7. Penilaian integral mengenai
hasil kerja mah.
20
7/27/2019 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran (1)
21/21
Daftar Pustaka
Behaviorism and constructivism. [On-line]. Available:http://hagar.up.ac.za/catts/learner/debbie/CADVANT.HTM
Beyond constructivism - contextualism. [On-line]. Available:http://tiger.coe.missouri.edu/~t377/cx_intro.html
Constructivist theory (J. Bruner). [On-line]. Available:http://www.gwu.edu/~tip/bruner.html
Dick, W. (1991). An instructional designer's view of constructivism.Educational Technology, May, 41-44.
Duffy, T. M., Jonassen, D. H. (1991). Constructivism: New implications forinstructional technolgy? Educational Technology, May, 7-12.
Jonassen, D. H., McAleese, T.M.R. (Undated). A Manifesto for a constructivistapproach to technology in higher education. [On-line].Available:http://led.gcal.ac.uk/clti/papers/TMPaper11.html
Khalsa, G. (Undated). Constructivism. [On-line]. Available:
http://www.gwu.edu/~etl/khalsa.html
Kulikowski, S. (Undated). The constructivist tool bar. [On-line]. Available:http://www.coe.missouri.edu:80tiger.coe.missouri.edu/
Pannen, P. dkk. (2005) Konstruktivisme dalam Pembelajaran, PAU-PPAI-UT,
DirJenDikti, DepDikNas.
Shank, P. (Undated). Constructivist theory and internet based instruction.[On-line]. Available: http://www.gwu.edu/~etl/shank.html
Smorgansbord, A., (Undated). Constructivism and instructional design. [On-line]. Available: http://hagar.up.ac.za/catts/learner/smorgan/cons.html
21
http://hagar.up.ac.za/catts/learner/debbie/CADVANT.htmhttp://tiger.coe.missouri.edu/~t377/cx_intro.htmlhttp://www.gwu.edu/~tip/bruner.htmlhttp://led.gcal.ac.uk/clti/papers/TMPaper11.htmlhttp://www.gwu.edu/~etl/khalsa.htmlhttp://www.gwu.edu/~etl/shank.htmlhttp://hagar.up.ac.za/catts/learner/smorgan/cons.htmlhttp://hagar.up.ac.za/catts/learner/debbie/CADVANT.htmhttp://tiger.coe.missouri.edu/~t377/cx_intro.htmlhttp://www.gwu.edu/~tip/bruner.htmlhttp://led.gcal.ac.uk/clti/papers/TMPaper11.htmlhttp://www.gwu.edu/~etl/khalsa.htmlhttp://www.gwu.edu/~etl/shank.htmlhttp://hagar.up.ac.za/catts/learner/smorgan/cons.html