Upload
gotzon
View
160
Download
1
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Trombosis Vena Dalam pada Penyakit Ginjal Kronik. Oleh : dr. Stella Ilone COW: dr. David Santosa PPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUI Stase RSPAD Gatot Soebroto Narasumber : dr. Sugiarto , SpPD. Pendahuluan. - PowerPoint PPT Presentation
Citation preview
Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Trombosis Vena Dalam pada Penyakit Ginjal Kronik
Oleh: dr. Stella IloneCOW: dr. David SantosaPPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUIStase RSPAD Gatot Soebroto
Narasumber: dr. Sugiarto, SpPD
PendahuluanKondisi terjadi penurunan fungsi ginjal
secara progresif yang berujung pada keadaan gagal ginjal1
Amerika Serikat (2007) 20 juta orang dewasa dengan PGK dan sekitar 110.000 pasien dengan terapi pengganti ginjal2,3
Prevalensi PGK wanita>pria, progresivitas pria >>
Morbiditas dan mortalitas >> (komplikasi KV)
1. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed. IV. h. 1035-402. National Chronic Kidney Disease Fact Sheet 2010. www.cdc.gov3. Obrador GT, Pereira BJG, Epidemiology of CKD. www.uptodate.com
PendahuluanKomplikasi KV >> pada
penurunan fungsi ginjal1Risiko TVD pada ginjal normal:
derajat 1-2 : derajat 3-4= 1,5:1,9:4,52
Pasien dialisis kronik: 12,5% dengan emboli paru1,3
Berbagai macam patofisiologi mendasari terjadinya TVD pada PGK1. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed. IV. h. 1035-40
2. National Chronic Kidney Disease Fact Sheet 2010. www.cdc.gov3. Jalal DI, Chonchol M, Targher G. Disorder of hemostasis associated with CKD. Semin Thromb Hemost 2010; 36:
34-40
ILUSTRASI KASUS
Ilustrasi KasusIdentitasNama : Tn. PBUsia : 47 tahunAlamat : Asrama YONKAPekerjaan : Angkatan DaratPembiayaan : DinasMasuk RS : 9 September 2013
AnamnesisAutoanamnesis dan alloanamnesis dengan istri pasien
Keluhan Utama:Nyeri pada kaki kanan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang
7-3 tahun SMRS 2 tahun SMRS 3 hari SMRS- Pasien
diketahui memiliki PGK dengan keluhan saat itu sesak, bengkak pada kedua kaki, dan BAK berkurang
- Cuci darah sejak 5 thn SMRS 2x/minggu
- BAK tidak ada sejak 3 thn SMRS
- Sesak napas (+), DOE (+), OP (+), PND (+)
- Tidak ada keluhan nyeri dada maupun berdebar-debar pada pasien saat itu
- Pasien dirawat karena jantung bengkak
- Nyeri pada kaki kanan seperti ditusuk-tusuk setelah aktivitas >>, tidak membaik dengan istirahat
- Kaki kanan bertambah besar dan merah
- Tidak ada demamBAB normal, tidak ada riwayat BAB hitam maupun muntah hitam, penurunan
kesadaran (-), keluhan 3P (-), riwayat batu (-). HT (+) sejak 1991, tidak pernah konsumsi obat teratur (TD 160-180 mmHg)
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat nyeri tungkai
sebelumnyaLebam pada tubuhKelemahan sesisiPasien menjalani operasi kepala
10 tahun lalu karena kecelakaan
TIDAK ADA
Riwayat Penyakit KeluargaHipertensi dan DM pada ayah
pasienTidak ada riwayat hipertensi,
kolesterol, jantung, maupun stroke di keluarga
Tidak ada riwayat penyakit ginjal di keluarga
Riwayat SosialPasien tinggal bersama istri
pasienPasien seorang angkatan daratPasien tidak pernah
menggunakan IVDUMerokok (+) sejak 1991 2 batang
per hari dan sudah berhenti sejak 3 tahun yang lalu
Compliance pasien buruk
Pemeriksaan Fisik (9/9/13)Compos mentis, tampak sakit sedangTD : 150/90 mmHgFN : 84 x/menit, regularFP : 24 x/menit, teraturS : 36,8oCBB : 76 kg (pasien overload)TB : 165 cmIMT : 27,9 kg/m2
Pemeriksaan Fisik (9/9/13)Organ Pemeriksaan
Mata Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, tidak tampak edema palpebra
Leher JVP 5+3 cmH2O, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
Jantung Bunyi jantung I-II normal, tidak ada gallop, terdengar murmur pansistolik pada sternalis IV midclavikula kiri
Paru Vesikular menurun/vesikular, terdengar rhonki basah halus pada kedua paru, tidak terdapat wheezing
Abdomen Buncit tegang, hernia umbilikalis (+), tidak terdapat nyeri tekan pada seluruh lapang abdomen, hepar dan limpa sulit dinilai, SD (+), bising usus normal
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 3’’, edema pitting pada tungkai kanan bawah, perabaan panas, nyeri, serta kemerahan (VAS 3), homan sign (+). Perabaan a. dorsalis pedis +/+ dan simetris
Pemeriksaan Laboratorium (10/9/13)Variabel Hasil Nilai normal Interpretasi
Hb 10,9 13-18 Menurun
Ht 34 40-52 Menurun
Leukosit 9.300 4.800-10.500 Normal
Trombosit 164.000 150.000-400.000 Normal
MCV 90 80-96 Normal
MCH 29 27-32 Normal
MCHC 32 32-36 Normal
SGOT 16 0-34 Normal
SGPT 12 0-40 Normal
Ureum 136 20-50 Meningkat
Kreatinin 7,9 0,5-1,5 Meningkat
GDS 112 70-140 Normal
Natrium 141 135-147 Normal
Kalium 4,5 3,5-5,1 Normal
Klorida 96 96-108 Normal
AGD 7,349/24,1/145,9/ 13,4/99,2%
- Kesan: asidosis metabolik dengan alkalosis respiratorik
Pemeriksaan Laboratorium (10/9/13)
Variabel Hasil Nilai normal Interpretasi
PT/K 13,9/11,3 (1,2x)
9,8-12,6 Normal
APTT/K 51,2/39,8 (1,3x)
27-39 Meningkat
Fibrinogen 313 136-384 Normal
D-dimer 1200 0-300 Meningkat
Pemeriksaan Penunjang (10/9/13)
EKG• Irama sinus, denyut jantung 75 x/menit,
LAD, gelombang P normal 0,08’’, interval PR 0,16’’, kompleks QRS 0,08’’, tidak ada perubahan segmen ST maupun gelombang T, qs (-), poor R wave progression pada V1- V3, LVH (-), RVH (-), BBB (-). KESAN: OMI anteroseptal
Ro toraks PA• Kardiomegali dengan aorta kalsifikasi dan
efusi pleura kiri dengan tanda awal bendungan paru
Pemeriksaan Penunjang (10/9/13)
Daftar Masalah1. Edema tungkai kanan bawah ec
susp TVD dd/ selulitis tungkai kanan dd/ insufisiensi vena
2. CHF fc II-III ec HHD3. CKD st V on HD rutin ec susp
nefropati HT4. Hipertensi, TD belum terkontrol
dengan HHD5. OMI anteroseptal
Tatalaksana Edukasi penyakit, rencana diagnosis, dan rencana
terapi Rdx/: USG dopler tungkai kanan dan venografi,
pemeriksaan kadar homosistein darah, cek APTT/6 jam Rtx/:
◦ O2 (bila sesak)◦ IVFD venflon◦ Restriksi cairan 500 ml/24 jam◦ HD 3x/minggu◦ Diet ginjal rendah garam 1700 kkal/hari, protein 60 g/hari◦ Valsartan 1x160 mg◦ Clonidin 3x0,15 mg◦ CaCO3 3x500 mg◦ As folat 1x15 mg◦ Vit B12 3x500 mg◦ Bicnat 3x500 mg◦ Aspilet 1x80 mg◦ Heparin 5000 U bolus dilanjutkan dengan 25.000 U dalam 24 jam
(≈ 2 ml/jam) titrasi
Pemeriksaan Laboratorium 12/9/13 dan 13/9/13Variabel Hasil Nilai normal Interpretasi
PT/K 13,5/11,9 (1,13x)
9,8-12,6 Normal
APTT/K 55,5/33,6 (1,65x)
27-39 Meningkat
Variabel Hasil Nilai normal Interpretasi
PT/K 14/11,2 (1,3x)
9,8-12,6 Normal
APTT/K 55,8/31,6 (1,8x)
27-39 Meningkat
Fibrinogen 206 136-384 Normal
D-dimer 800 0-300 Meningkat
Pemeriksaan Fisik (14/9/13)
Selama perawatan bengkak pasien berkurang dan tidak merah serta panas
Sebelum pasien dipulangkan diberikan warfarin 1x2 mg selama 5 hari dengan target INR 2-3 kali kontrol
PrognosisQuo ad vitam: dubia ad malamQuo ad functionam: ad malamQuo ad sanationam: dubia ad
malam
DISKUSI
Penyakit Ginjal Kronik (PGK)Masalah kesehatan menduniaCDC : > 20 juta penduduk AS >
20 tahun memiliki PGK1
Sekitar 40-60 juta penduduk/tahun1
Penurunan fungsi ginjal peningkatan morbiditas dan mortalitas
Faktor risiko: metabolik, infeksi, penyakit bawaan, penyakit sistemik, keganasan, idiopatik2
1. National Chronic Kidney Disease Fact Sheet 2010. www.cdc.gov2. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed. IV. h. 1035-40
Klasifikasi PGKDerajat Penjelasan LFG
(ml/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat
≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG menurun ringan
60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG menurun sedang
30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG menurun berat
15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dengan dialisis
Suwitra K. Penyakit ginjal kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed. IV. h. 1035-40
Klasifikasi PGKDerajat LFG (ml/menit/1,73m2) Terapi
1 ≥ 90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi perburukan fungsi ginjal, dan pencegahan terhadap risiko kardiovaskular
2 60-89 Pencegahan perburukan fungsi ginjal
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan terapi pengganti ginjal
5 < 15 atau dengan dialisis
Terapi pengganti ginjal
Suwitra K. Penyakit ginjal kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed. IV. h. 1035-40
Patofisiologi PGKPengurangan massa ginjal
hipertrofi struktural dan fungsional nefron
Menggunakan molekul perantara sitokin dan GF
Hiperfiltrasi dan >> aliran darah glomerolus serta tekana kapiler
Proses maladaptasi sklerosis nefron
Suwitra K. Penyakit ginjal kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed. IV. h. 1035-40
Patofisiologi PGK
http://www.springerimages.com/img/Images/Springer/PUB=Springer-Verlag-Berlin-Heidelberg/
HemostasisTrias Virchow: kerusakan endotel, perubahan aliran darah, dan faktor koagulasi
Jalal DI, Chonchol M, Targher G. Disorder of hemostasis associated with CKD. Semin Thromb Hemost 2010; 36: 34-40
Gangguan Hemostasis pada PGKPGK risiko KV ↑↑Faktor risiko KV >> mendasari
PGK1
Gangguan hemostasis >> pada PGK1
Pelepasan tPA oleh endotel gangguan trombolisis pada PGK hipofibrinolitik dan aterotrombosis2
Peningkatan kadar fibrinogenPeningkatan CRP dan IL-63
1. Jalal DI, Chonchol M, Targher G. Disorder of hemostasis associated with chronic kidney disease. Semin Thromb Hemost 2010; 36: 34-40
2. Shlipak MG, Fried LF, Crump C, et al. Elevations of inflammatory and procoagulant biomarkers in elderly persons with renal insufficiency. Circulation 2003;107(1):87–92.
3. Irish A. Cardiovascular disease, fibrinogen and the acute phase response: associations with lipids and blood pressure in patients with chronic renal disease. Atherosclerosis 1998; 137(1):133–139
Gangguan Hemostasis pada PGKAktivasi RAAS prokoagulasi melalui:1
1. Peningkatan fibrinogen2. Peningkatan D-dimer3. Peningkatan konsentrasi PAI-1Konsentrasi PAI-1meningkat
stimulasi makrofag dan miofibroblas aterosklerosis2
Pe↑an vWF dan trombomodulin, F XIIa dan FVIIa2
1. Jalal DI, Chonchol M, Targher G. Disorder of hemostasis associated with chronic kidney disease. Semin Thromb Hemost 2010; 36: 34-40
2. Sechi LA, Novello M, Colussi G, et al. Relationship of plasma renin with a prothrombotic state in hypertension: relevance for organ damage. Am J Hypertens 2008;21(12):1347–1353
Kerusakan
target organ
Gangguan Hemostasis pada PGKPGK risiko TVD ↑↑ 2xLeon dkk.: risiko TVD pada PGK
terjadi pada usia lebih muda (median 62 vs 69,p<0,01)Risiko TVD > pada ekstremitas
atas (30% vs 10,8%, p< 0,01)
Daneschvar HL, Seddighzadeh A, Piazza G, Goldhaber SZ. Deep vein thrombosis in patients with chronic kidney disease. Thromb Haemost 2008; 99: 1035-9
Hiperhomosisteinemia pada PGK
Homosistein: asam amino dengan gugus sulfur
Hasil transmetilasi dan transulfurasi protein
Guldener CV. Why is homocysteine elevated in renal failure and what can be expected from homocysteine-lowering? Nephrol Dial Transplant 2006; 21: 1161-6.
Metabolisme Homosistein
Eldibany MM, Caprini JA. Hyperhomocysteinemia and thrombosis. Arch Pathol Lab Med 2007; 131: 872-84.
Hiperhomosisteinemia
http://www.google.com/imgres?sa=X&biw=1366&bih=705&tbm=isch&tbnid=WoJrGyCfQF1QWM:&imgrefurl=http://www.laddmcnamara.net/2012/03/
Penyebab Hiperhomosisteinemia
Eldibany MM, Caprini JA. Hyperhomocysteinemia and thrombosis. Arch Pathol Lab Med 2007; 131: 872-84.
Hiperhomosisteinemia pada PGKKadar homosistein plasma bergantung
pada kadar protein dari makananGangguan ginjal :
◦Gangguan metabolisme asam amino◦Gangguan ekskresi homosistein dalam tubuh
Hiperhomosisteinemia 12 µmol/LHiperhomosisteinemia mulai terjadi
sejak LFG 60 ml/menitPrevalensi: 85-100% pada PGK tahap
akhir Guldener CV. Why is homocysteine elevated in renal failure and what can be expected from homocysteine-lowering? Nephrol Dial Transplant 2006; 21: 1161-6.Eldibany MM, Caprini JA. Hyperhomocysteinemia and thrombosis. Arch Pathol Lab Med 2007; 131: 872-84.
Patogenesis HiperhomosisteinemiaGangguan pembuangan homosistein di
ginjal1 Gangguan metabolisme homosistein
ekstrarenal1Pengeluaran homosistein urin 6 µmol/l99% homosistein yang difiltrasi akan
direabsorbsi2Boushey dkk. homosistein ↑ risk KV ↑3
Voutilainen dkk. penebalan a. karotis4
1. Guldener CV. Nephrol Dial Transplant 2006; 21: 1161-6.2. Eldibany MM, Caprini JA. Hyperhomocysteinemia and thrombosis. Arch Pathol Lab Med 2007; 131: 872-84.3. Boushey C, Beresford S, Omenn G, Motulsky A.. JAMA. 1995; 274:1049–1057.4. Voutilainen S, Alfthan G, Nyyssonen K, Salonen R, Salonen J. Ann Med. 1998;30:300–306.
Hiperhomosisteinemia pada PGKHiperhomosisteinemia:1. Peningkatan TF2. Peningkatan aktivitas F VII3. Peningkatan trombin4. Peningkatan aktivitas FV5. Modifikasi fibrinogen6. Penurunan ekspresi trombomodulin7. Penurunan inaktivasi Fva8. Penurunan tPA binding9. Penurunan pembentukan plasmin
Eldibany MM, Caprini JA. Hyperhomocysteinemia and thrombosis. Arch Pathol Lab Med 2007; 131: 872-84.
Hiperhomosisteinemia dan TVD
N Engl J Med 1996;334:759-62
Trombosis Vena DalamKejadian tromboembolisme:
71/100.000 orang tiap tahun 1/3 berupa emboli paru
Emboli paru dan TVD Massachusetts: 23/100.000 dan 48/100.000 penduduk
Sekitar 50% TVD emboli paru simtomatik dalam 3 bulan
Heit JA, Melton LJ, Lohse CM, et al. Incidence of venous thromboembolism in hospitalized patients vs community residents. Mayo Clin Proc 2001; 76(11): 1102-10.
Trombosis Vena Dalam
Segal JB, Eng J, Bass EB. Review of the evidence on diagnosis of deep venous thrombosis and pulmonary embolism. Ann Fam Med 2007; 5: 63-73.
1. Sistem scoring menggunakan Wells score
2. ROC: 0,72-0,90 cukup baik membedakan TVD atau tidak
3. LR (+) 13-85% sesuai prevalensi TVD di populasi setempat
Trombosis Vena Dalam
Wells PS, Anderson DR, Bourmanis J, et al. Value of assessment of pretest probability of deep-vein thrombosis in clinical management. The Lancet 2002; 350: 1795-8
Modalitas Pemeriksaan TVDPemeriksaan Radiologis Karakteristik
Compression USG - Sensitivitas dan spesifisitas mencapai 95% dan 98%- Sensitivitas 11-100% dan spesifisitas 90-100% pada
TVD distal yang simtomatik- Bersifat noninvasif, cepat, dan relatif mudah
dilakukan- Tidak dapat memvisualisasi vena pelvis dengan baik- Penggunaan terbatas pada pasien obesitas- Bersifat operator-dependent
CT scan - Sensitivitas dan spesifisitas 96% dan 95%- Dapat memvisualisasi vena daerah pelvis- Menggunakan kontras dan pasien terpajan dengan
radiasi- Mahal - Visualisasi sulit bila ada artefak
MRI - Sensitivitas dan spesifisitas 96% dan 93%- Sensitivitas pada TVD distal rendah (62%)- Dapat dilakukan tanpa menggunakan kontras- Dapat memvisualisasi vena daerah pelvis dengan
cukup baik- Akses terbatas dan membutuhkan keahlian khusus
Venografi - Baku emas untuk diagnosis TVD- Membutuhkan kontras- Sulit dilakukan bila terdapat vena insufisiensi berat
Alur Diagnosis TVD
Kearon C. Natural history of venous thromboembolism. Circulation 2003;107:I22–30
Tatalaksana TVDTujuan tatalaksana:1. Mencegah bertambahnya trombus2. Membatasi bengkak progresif3. Melisiskan bekuan darah4. Mencegah emboliLMWH dan UFH meningkatkan
kerja ATIIIDosis UFH: 80 IU/kgBB bolus lanjut
18 IU/kgBB/jamSuwitra K. Penyakit ginjal kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed. IV. h. 1035-40
Tatalaksana TVDPemantauan kadar APTT tiap 6
jam setelah bolus heparinOverlapping dengan warfarin
selama 5 hari dengan target 2-3 kali kontrol
Lama pemberian antikoagulan bervariasi
Trombolitik dan trombektomi perlu dipertimbangkan dengan baik
Suwitra K. Penyakit ginjal kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed. IV. h. 1035-40
Tatalaksana TVD pada PGKPencegahan terjadinya koagulasi dan
risiko perdarahanBeberapa penelitian tidak bersifat
head to headPenghambat RAAS modulasi kondisi
hipofibrinolisisAspirin dan statin modulasi
protrombotik dengan efek penurunan TF dan CRP
Tatalaksan hiperhomosisteinemiaHo WK. Deep vein thrombosis risks and diagnosis. Australian family physician 2010; 39(7): 468-74.
SimpulanPGK peningkatan morbiditas
dan mortalitas KV TVD >>Gangguan hemostasis pada PGK:
◦Hiperhomosisteinemia◦Peningkatan faktor koagulasi◦Penurunan inhibitor koagulasi
Tatalaksana serupa dengan penyebab TVD lain: identifikasi faktor risiko dan antikoagulan
TERIMA KASIH