6
37 Sujono 1 , Lili Zalizar 2 , Ahmad Yani 3 , & Suyatno 4 , Pendampingan Dan Pemanfaatan Herbal Untuk Meningkatan Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Perah 36 Dedikasi, Volume 9, Mei 2012: 36 - 46 terdiri dari lahan sawah 40 %, lahan pekarangan 5 % dan lahan hutan sekitar 55 %. Desa Pandesari berada pada ketinggian berkisar 1.000 s.d. 1.200 meter dpl, suhu udara di Kecamatan Pujon cukup dingin 18 – 23°C, curah hujan sekitar 1000 mm/thn sangat sesuai untuk pengembangan sapi perah baik dari kondisi suhu/ kelembaban serta potensi ketersediaan hijauan makanan ternak. Lahan umumnya subur dengan sumber air yang melimpah dari Coban Rondo. Jumlah anggota kelompok peternak “ANJASMORO AGRI LESTARI” yang menjadi Mitra Program Pengabdian ini berlokasi di Desa Pandesari sebanyak 21 orang dengan jumlah ternak sapi perah 163 ekor. Kelompok Mitra ini didirikan tanggal 29 Desember 2008, yang dirintis melalui program Sarjana Membangun Desa (SMD) dengan jumlah awal sebanyak 60 ekor sapi perah. Peternak Desa Pandesari belum sepenuhnya mendapatkan pembinaan secara berkesinambungan Dinas Peternakan maupun Perguruan Tinggi dan cenderung berjalan sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing peternak sehingga produksi susu rata-rata hanya sekitar 8 - 10 liter/ekor/ hari, tetapi apabila dilakukan perbaikan manajemen dan dikembangkan dengan baik melalui pendampingan secara kontinu dari Dinas Peternakan maupun Perguruan Tinggi maka produksi dapat ditingkatkan menjadi lebih dari 12 liter/ekor/hari. Permasalahan yang sering muncul pada kelompok peternak sapi perah di Kecamatan Pujon adalah : Pertama seringnya terjadi kelumpuhan pada induk yang baru melahirkan yang memiliki potensi produksi susu tinggi. Hal ini terjadi karena rendahnya konsumsi mineral selama kebuntingan. Sementara selama kebuntingan tersebut, terus menerus dilakukan pemerahan yang menyedot sejumlah besar mineral yang ada dalam tubuh terutama pada tulang dan gigi apabila pasokan dari pakan kurang. Permasalah kedua adalah kasus mastitis yang menyerang hampir 80% induk yang dimiliki peternak yang menyebabkan kerugian sampai 30 % dari total produksi, karena susu induk yang menderita mastitis seluruhnya dibuang. Padahal bisa dilakukan pencegahan dengan menggunakan bahan alami yang murah dan mudah didapat yang dibuat salep atau ointment, dengan cara dioleskan pada puting setiap kali setelah diperah. Permasalahan lainnya adalah kasus kecacingan pada pedet. Kecacingan pada ternak muda dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, penurunan berat badan dan kematian. Mengingat berbagai permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan pelatihan manajemen pencegahan penyakit kepada peternak. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang media penularan penyakit, cara-cara penularan penyakit serta pemberian obat-obat berbahan herbal yang bisa dilakukan peternak sendiri untuk mencegah penyakit. Permasalah Mitra Para peternak sapi perah di Desa Pandesari Kecamatan Pujon melaksanakan usaha sapi perah secara turun temurun dengan keuntungan yang sangat tidak memadai karena berbagai permasalahan dalam usaha ternak antara lain karena tidak ada koordinasi dan pendampingan berkelanjutan baik dinas Pemerintahan maupun Perguruan Tinggi maka peternak kembali menjalankan usahanya secara sendiri-sendiri dengan manajemen seadanya. Berdasarkan hasil diskusi dengan anggota peternak diperoleh beberapa permasalahan yang dihadapi sebagai berikut ; 1. Produksi susu masih rata-rata relatif rendah yaitu tidak lebih dari 10 ltr/ekor/hari dengan kualitas susu yang masih di atas grade 2 (karena jumlah mikroba di atas 3 juta/ml, TS kurang dari 11% dan BJ tidak lebih dari 2,6) 2. Teknik pemberian mineral dilakukan berdasarkan perkiraan saja tanpa mengetahui kebutuhan ternak sesuai kondisi fisiologisnya sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu sapi perah. 3. Kasus penyakit mastitis tinggi (di atas 80%) akibat sanitasi yang tidak bagus. 4. Susu yang tercampur antibiotik cukup tinggi, dimana setiap bulan pasti ada pengembalian susu yang tercemar antibiotik dari Industri Pengolah Susu 5. Tingkat kematian pedet relatif tinggi (lebih dari 5 %), akibat terkena penyakit. Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu pendampingan dan pembinaan hingga mandiri dan menjaga keberlanjutan usahanya. Melalui program pendampingan ini diharapkan pula adanya inovasi dan transfer teknologi yang lebih tepat PENDAMPINGAN DAN PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI PERAH Sujono 1 , Lili Zalizar 2 , Ahmad Yani 3 , & Suyatno 4 1,2,3,4 Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang Alamat Korespondensi : Jln. Raya Tlogoma, No.246 Malang Email: [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Desa Pandesari merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pujon, berada pada ketinggian berkisar 1.000 s.d. 1.200 meter dpl, suhu udara di kecamatan Pujon cukup dingin 18 – 23°C, curah hujan sekitar 1000 mm/thn sangat sesuai untuk pengembangan sapi perah baik dari kondisi suhu/ kelembaban serta potensi ketersediaan hijauan makanan ternak. Lahan umumnya subur dengan sumber air yang melimpah dari Coban Rondo sehingga Desa Pandesari sangat cocok untuk usaha sapi perah dan sayur mayur yang memberikan kontribusi besar bagi Koperasi Susu Pujon maupun Pasar Agrobis Mantung. Jumlah anggota kelompok peternak “ANJASMORO AGRI LESTARI” yang menjadi Mitra Program Pengabdian ini berlokasi di Desa Pandesari sebanyak 21 orang dengan jumlah ternak sapi perah 163 ekor. Kelompok Mitra ini didirikan tanggal 29 Desember 2008. Permasalahan yang sering muncul pada kelompok Mitra Program Pengabdian ini adalah : sering terjadi kelumpuhan induk yang baru melahirkan dengan potensi produksi susu tinggi. Hal ini terjadi karena rendahnya konsumsi mineral selama kebuntingan. Sementara selama kebuntingan, terus dilakukan pemerahan yang menyedot mineral yang ada dalam tubuh terutama pada tulang dan gigi apabila pasokan dari pakan kurang. Permasalahan lain adalah kasus kecacingan pada pedet. Kecacingan pada ternak muda dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, penurunan berat badan dan kematian. Pencegahan penyakit kecacingan dilakukan dengan memberikan pengetahuan kepada peternak tentang media penularan penyakit dan pemberian obat berbahan herbal yang bisa dibuat oleh peternak sendiri. Peternak sapi perah di Desa Pandesari tidak cukup memiliki pendidikan yang mampu menunjang dalam usaha ternak sapi perah. Pendidikan kecakapan hidup (life Skills) dengan pendekatan berbasis kebutuhan masyarakat luas (broad based education) adalah pilihan tepat dalam pengembangan usaha sapi perah. Berdasarkan potensi dan permasalahan yang dihadapi kelompok peternak di Desa Pandesari yang dijadikan sasaran kegiatan Pendampingan dalam upaya meningkatkan pendapatan peternak sapi perah dan mendukung Kabupaten Malang sebagai Sentra Sapi Perah Nasional di Jawa Timur serta pemahaman masyarakat terhadap pembangunan yang berkelanjutan semakin baik melalui pendampingan suplementasi mineral yang seimbang dan pencegahan serta pengobatan penyakit berbahan herbal. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan respon masyarakat yang tinggi terhadap kegiatan pelaksanaan penyuluhan, pelatihan/pendampingan pada : manajemen usaha sapi perah, penanganan dan pencegahan penyakit dengan bahan herbal, peranan mineral, seleksi bibit sapi perah dan penanganan limbah telah berjalan sesuai dengan harapan. Masyarakat telah dapat merubah pola sistem pemeliharaan sapi perah menjadi lebih intensif dengan pengedepankan sistem manajemen berwawasan lingkungan dan telah mampu meningkatkan harapan dan pendapatan peternak sapi perah di kelompok peternak sapi perah “Anjasmoro Agri Lestari”Desa Pandesari. Perlu dilakukan pendampingan berkelanjutan secara berkala bagi peternak sapi perah agar lebih mampu menguasai teknologi tepat guna dalam usaha sapi perah berwawasan lingkungan. Kata kunci : Herbal, Produksi dan kualitas, Susu sapi PENDAHULUAN Desa Pandesari merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pujon Kabupaten Malang yang berbatasan langsung dengan Kota Batu di wilayah Timur, Desa Ngabab di sebelah Barat, Desa Pujon Kidul di sebelah Utara dan Gunung Banyak disebelah Selatan. Luas wilayah Desa Pandesari 7.538 Ha yang

PENDAMPINGAN DAN PEMANFAATAN HERBAL … · kasus kecacingan pada pedet. Kecacingan pada ternak muda dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, penurunan berat badan dan kematian. Mengingat

Embed Size (px)

Citation preview

37Sujono1, Lili Zalizar2, Ahmad Yani3 , & Suyatno4, Pendampingan Dan Pemanfaatan Herbal UntukMeningkatan Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Perah

36 Dedikasi, Volume 9, Mei 2012: 36 - 46

terdiri dari lahan sawah 40 %, lahan pekarangan 5 %dan lahan hutan sekitar 55 %. Desa Pandesari beradapada ketinggian berkisar 1.000 s.d. 1.200 meter dpl,suhu udara di Kecamatan Pujon cukup dingin 18 –23°C, curah hujan sekitar 1000 mm/thn sangat sesuaiuntuk pengembangan sapi perah baik dari kondisi suhu/kelembaban serta potensi ketersediaan hijauanmakanan ternak. Lahan umumnya subur dengansumber air yang melimpah dari Coban Rondo.

Jumlah anggota kelompok peternak“ANJASMORO AGRI LESTARI” yang menjadiMitra Program Pengabdian ini berlokasi di DesaPandesari sebanyak 21 orang dengan jumlah ternaksapi perah 163 ekor. Kelompok Mitra ini didirikantanggal 29 Desember 2008, yang dirintis melaluiprogram Sarjana Membangun Desa (SMD) denganjumlah awal sebanyak 60 ekor sapi perah.

Peternak Desa Pandesari belum sepenuhnyamendapatkan pembinaan secara berkesinambunganDinas Peternakan maupun Perguruan Tinggi dancenderung berjalan sendiri-sendiri sesuai dengankemampuan masing-masing peternak sehinggaproduksi susu rata-rata hanya sekitar 8 - 10 liter/ekor/hari, tetapi apabila dilakukan perbaikan manajemendan dikembangkan dengan baik melalui pendampingansecara kontinu dari Dinas Peternakan maupunPerguruan Tinggi maka produksi dapat ditingkatkanmenjadi lebih dari 12 liter/ekor/hari.

Permasalahan yang sering muncul padakelompok peternak sapi perah di Kecamatan Pujonadalah : Pertama seringnya terjadi kelumpuhan padainduk yang baru melahirkan yang memiliki potensiproduksi susu tinggi. Hal ini terjadi karena rendahnyakonsumsi mineral selama kebuntingan. Sementaraselama kebuntingan tersebut, terus menerus dilakukanpemerahan yang menyedot sejumlah besar mineralyang ada dalam tubuh terutama pada tulang dan gigiapabila pasokan dari pakan kurang.

Permasalah kedua adalah kasus mastitis yangmenyerang hampir 80% induk yang dimiliki peternakyang menyebabkan kerugian sampai 30 % dari totalproduksi, karena susu induk yang menderita mastitisseluruhnya dibuang. Padahal bisa dilakukanpencegahan dengan menggunakan bahan alami yangmurah dan mudah didapat yang dibuat salep atauointment, dengan cara dioleskan pada puting setiapkali setelah diperah. Permasalahan lainnya adalahkasus kecacingan pada pedet. Kecacingan pada ternak

muda dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan,penurunan berat badan dan kematian. Mengingatberbagai permasalahan tersebut, maka perlu dilakukanpelatihan manajemen pencegahan penyakit kepadapeternak. Pencegahan penyakit dapat dilakukandengan memberikan pengetahuan tentang mediapenularan penyakit, cara-cara penularan penyakit sertapemberian obat-obat berbahan herbal yang bisadilakukan peternak sendiri untuk mencegah penyakit.

Permasalah Mitra

Para peternak sapi perah di Desa PandesariKecamatan Pujon melaksanakan usaha sapi perahsecara turun temurun dengan keuntungan yang sangattidak memadai karena berbagai permasalahan dalamusaha ternak antara lain karena tidak ada koordinasidan pendampingan berkelanjutan baik dinasPemerintahan maupun Perguruan Tinggi makapeternak kembali menjalankan usahanya secarasendiri-sendiri dengan manajemen seadanya.Berdasarkan hasil diskusi dengan anggota peternakdiperoleh beberapa permasalahan yang dihadapisebagai berikut ;

1. Produksi susu masih rata-rata relatif rendahyaitu tidak lebih dari 10 ltr/ekor/hari dengankualitas susu yang masih di atas grade 2(karena jumlah mikroba di atas 3 juta/ml, TSkurang dari 11% dan BJ tidak lebih dari 2,6)

2. Teknik pemberian mineral dilakukanberdasarkan perkiraan saja tanpa mengetahuikebutuhan ternak sesuai kondisi fisiologisnyasehingga tidak sesuai dengan kebutuhanmasing-masing individu sapi perah.

3. Kasus penyakit mastitis tinggi (di atas 80%)akibat sanitasi yang tidak bagus.

4. Susu yang tercampur antibiotik cukup tinggi,dimana setiap bulan pasti ada pengembaliansusu yang tercemar antibiotik dari IndustriPengolah Susu

5. Tingkat kematian pedet relatif tinggi (lebihdari 5 %), akibat terkena penyakit.

Untuk membantu mengatasi permasalahantersebut, maka perlu pendampingan dan pembinaanhingga mandiri dan menjaga keberlanjutan usahanya.Melalui program pendampingan ini diharapkan pulaadanya inovasi dan transfer teknologi yang lebih tepat

PENDAMPINGAN DAN PEMANFAATAN HERBAL UNTUKMENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI PERAH

Sujono1, Lili Zalizar2, Ahmad Yani3 , & Suyatno4

1,2,3,4 Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah MalangAlamat Korespondensi : Jln. Raya Tlogoma, No.246 Malang

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Desa Pandesari merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pujon, berada pada ketinggianberkisar 1.000 s.d. 1.200 meter dpl, suhu udara di kecamatan Pujon cukup dingin 18 – 23°C, curahhujan sekitar 1000 mm/thn sangat sesuai untuk pengembangan sapi perah baik dari kondisi suhu/kelembaban serta potensi ketersediaan hijauan makanan ternak. Lahan umumnya subur dengan sumberair yang melimpah dari Coban Rondo sehingga Desa Pandesari sangat cocok untuk usaha sapi perahdan sayur mayur yang memberikan kontribusi besar bagi Koperasi Susu Pujon maupun Pasar AgrobisMantung. Jumlah anggota kelompok peternak “ANJASMORO AGRI LESTARI” yang menjadi MitraProgram Pengabdian ini berlokasi di Desa Pandesari sebanyak 21 orang dengan jumlah ternak sapiperah 163 ekor. Kelompok Mitra ini didirikan tanggal 29 Desember 2008.

Permasalahan yang sering muncul pada kelompok Mitra Program Pengabdian ini adalah : seringterjadi kelumpuhan induk yang baru melahirkan dengan potensi produksi susu tinggi. Hal ini terjadikarena rendahnya konsumsi mineral selama kebuntingan. Sementara selama kebuntingan, terusdilakukan pemerahan yang menyedot mineral yang ada dalam tubuh terutama pada tulang dan gigiapabila pasokan dari pakan kurang. Permasalahan lain adalah kasus kecacingan pada pedet. Kecacinganpada ternak muda dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, penurunan berat badan dan kematian.Pencegahan penyakit kecacingan dilakukan dengan memberikan pengetahuan kepada peternak tentangmedia penularan penyakit dan pemberian obat berbahan herbal yang bisa dibuat oleh peternak sendiri.Peternak sapi perah di Desa Pandesari tidak cukup memiliki pendidikan yang mampu menunjangdalam usaha ternak sapi perah. Pendidikan kecakapan hidup (life Skills) dengan pendekatan berbasiskebutuhan masyarakat luas (broad based education) adalah pilihan tepat dalam pengembangan usahasapi perah.

Berdasarkan potensi dan permasalahan yang dihadapi kelompok peternak di Desa Pandesariyang dijadikan sasaran kegiatan Pendampingan dalam upaya meningkatkan pendapatan peternak sapiperah dan mendukung Kabupaten Malang sebagai Sentra Sapi Perah Nasional di Jawa Timur sertapemahaman masyarakat terhadap pembangunan yang berkelanjutan semakin baik melalui pendampingansuplementasi mineral yang seimbang dan pencegahan serta pengobatan penyakit berbahan herbal.

Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan respon masyarakat yang tinggi terhadap kegiatanpelaksanaan penyuluhan, pelatihan/pendampingan pada : manajemen usaha sapi perah, penanganandan pencegahan penyakit dengan bahan herbal, peranan mineral, seleksi bibit sapi perah danpenanganan limbah telah berjalan sesuai dengan harapan. Masyarakat telah dapat merubah pola sistempemeliharaan sapi perah menjadi lebih intensif dengan pengedepankan sistem manajemen berwawasanlingkungan dan telah mampu meningkatkan harapan dan pendapatan peternak sapi perah di kelompokpeternak sapi perah “Anjasmoro Agri Lestari”Desa Pandesari.

Perlu dilakukan pendampingan berkelanjutan secara berkala bagi peternak sapi perah agarlebih mampu menguasai teknologi tepat guna dalam usaha sapi perah berwawasan lingkungan.

Kata kunci : Herbal, Produksi dan kualitas, Susu sapi

PENDAHULUAN

Desa Pandesari merupakan salah satu desa diwilayah Kecamatan Pujon Kabupaten Malang yang

berbatasan langsung dengan Kota Batu di wilayahTimur, Desa Ngabab di sebelah Barat, Desa PujonKidul di sebelah Utara dan Gunung Banyak disebelahSelatan. Luas wilayah Desa Pandesari 7.538 Ha yang

39Sujono1, Lili Zalizar2, Ahmad Yani3 , & Suyatno4, Pendampingan Dan Pemanfaatan Herbal UntukMeningkatan Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Perah

38 Dedikasi, Volume 9, Mei 2012: 36 - 46

Khalayak Sasaran

Adapun kelompok sasaran Program Pengabdianyaitu 21 orang peternak sapi perah yang tergabungdalam kelompok sapi perah “ANJASMORO AGRILESTARI” dengan kepemilikan lebih dari 163 ekorinduk berlokasi di Desa Pandesari Kecamatan Pujonyang merupakan wilayah kerja dari Koperasi SusuPujon.

Cara Pemecahan Masalah

Untuk pemecahan permasalahan yang dihadapikelompok peternak sapi perah desa Pandesari agartercapai tujuan yang telah direncanakan, menggunakanmetode sebagai berikut :

a. Metode Ceramah dan Diskusi :

Metode ini dipilih untuk menyampaikan beberapaaspek yang meliputi: manajemen usaha sapi perahsecara umum, penyajian mineral sapi perah,penanganan penyakit mastitis, penggunaan obatmastitis berbahan baku herbal, biosecurity, produksisusu, potensi dan permasalahan dalam usaha sapiperah serta usaha dan kegiatan untuk mengatasipermasalahan dalam upaya meningkatkan potensikelompok ternak dan produksi susu sapi perah dianggota kelompok peternak sapi perah DesaPandesari Kecamatan Pujon.

b. Metode Demonstrasi

Mendemonstrasikan kegiatan-kegiatan yangbersifat aplikatif yang secara langsung dapat disaksikandan dicobakan oleh seluruh anggota kelompok peternakDesa Pandesari pada suatu tempat yang telahditentukan. Misalnya: cara mencampur mineral denganpakan lain, cara pengobatan penyakit mastitis,pembuatan sampai pengemasan obat mastitisberbahan baku herbal.

c. Metode Pendampingan

Pendampingan terhadap kelompok peternak sapiperah Desa Pandesari dengan mendatangi langsungpeternak pada saat peternak melakukan kegiatanbeternaknya di kandang masing-masing.

Rancangan Evaluasi

Evaluasi terhadap keberhasilan kegiatanpengabdian pada kelompok peternak sapi perah DesaPandesari dilakukan dengan berpedoman pada :

a. Kesesuaian topik yang dikerjakan dengankebutuhan peternak sapi perah.

b. Tingkat partisipasi, sikap dan tanggapan daripeternak terhadap kegiatan dan kesungguhanmenerapkan keterampilan yang diperolehdalam usaha sapi perah.

b. Setelah menerapkan pengetahuan danketerampilan yang diperoleh kemudiandilakukan evaluasi terhadap keberhasilanusaha peternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap Persiapan dan Perencanaan

Pada tanggal 07 Januari 2012 dilaksanakankontak awal dengan Ketua Kelompok sapi Perah“Anjasmoro Agri Lestari” untuk mengetahui profilkelompok ternak, potensi dan persoalan yang dihadapisetiap harinya sekaligus untuk menentukan lokasi yangtepat untuk melaksanakan kegiatan pengabdian. Darihasil pertemuan awal, maka terdapat beberapa halyang harus disiapkan terlebih dahulu sebelumpelaksanaan pengabdian.

Adapun hal-hal yang dipersiapkan oleh Timpendamping pengabdian antara lain :

1. Materi penyuluhan dan pendampingan yangmeliputi : a) Bawang Putih sebagai ObatHerbal, b) Pencegahan Penyakit Mastitis danKecacingan, c) Manajemen PemeliharaanSapi Perah secara Intensif, d) PerananMineral untuk Ternak Ruminansia, e) Seleksipada Sapi Perah dan f). Pengolahan LimbahTernak sebagai Pupuk Organik.

2. Pengadaan alat dan bahan untuk : Pembuatanminyak bawang putih, obat antimastitis dankecacingan berbahan herbal, pengadaanmineral supra dan pengolahan limbah ternaksebagai pupuk organik.

3. Merancang pertemuan rutin dan pertemuanlapang. Kegiatan meliputi acara diskusisecara rutin setelah penyuluhan dan pelatihandilaksanakan. Pertemuan lapang diisi dengankegiatan praktek pembuatan minyak bawang

guna (TTG) dalam usaha budidaya Sapi Perahterutama penggunaan obat anti mastitis berbahan bakuherbal, yang pada gilirannya akan mampumeningkatkan produktivitas sapi perah dan pendapatanpara peternak.

Tujuan

Merujuk pada permasalahan yang dihadapi olehkelompok peternak sapi perah “Desa Pandesari” makaadapun tujuan yang diharapkan adalah :

1. Peternak menguasai sistem usaha peternakanyang intensif dan efisien terutama dalampengendalian penyakit.

2. Peternak dapat mengaplikasikan pemberianmineral yang tepat sesuai kondisi fisiologisternak sehingga menjamin kesehatan danproduktifitas ternak.

3. Peternak terampil dalam mengaplikasikanteknologi pencegahan penyakit mastitisdengan bahan baku herbal sehingga relatiftidak mempunyai efek samping yangmerugikan.

4. Meningkatnya pengetahuan dalam halpencegahan penyakit mastitis danpenanganan induk sapi perah yang terkenamastitis.

5. Terwujudnya kelompok usaha sapi perah yangmemiliki kemandirian dan mampubekerjasama dengan prinsip salingmenguntungkan dengan pihak lain

METODE PELAKSANAAN

Kerangka Pemecahan Masalah

Permasalahan utama peternak Sapi Perah DesaPandesari adalah sering timbulnya kejadian mastitispada sapi perah produksi dan terjadi kelumpuhan yangmenyebabkan rata-rata produksi susu kurang dari 10liter, kurangnya keterampilan dalam penyajian mineralserta teknik pemberian pakan, kesehatan ternakkurang diperhatikan, harga susu yang rendah kurangdari Rp. 3.400/liter dan belum dilaksanakannyamanajemen usaha dengan baik. Oleh karena itu usulanpemecahan masalah sebagai berikut:

1. Memberikan pendidikan dan penyuluhantentang pentingnya sistem pengelolaanpeternakan yang efektif dan efisien.

2. Pendampingan pada kelompok peternakdalam penyajian mineral sesuai kondisifisiologis ternak sehingga tetap dalam kondisisehat dan produktifitas tetap tinggi.

3. Pendampingan pada peternak dalammengaplikasikan pencegahan penyakitmastitis dengan bahan herbal sehingga relatiftidak berefek merugikan kesehatan manusia.

4. Pelatihan pada peternak dalam halpencegahan penyakit mastitis danpenanganan induk sapi perah terkenamastitis, penyusunan konsentrat yangekonomis, pemilihan bibit ternak, danpengolahan limbah untuk pertanian organik.

Realisasi Pemecahan Masalah

Untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuanyang telah direncanakan maka telah dilaksanakankegiatan sebagai berikut :

1. Telah dilaksanakan penyuluhan tentangpentingnya sistem pengelolaan peternakanyang efektif dan efisien guna meningkatkanpendapatan peternak.

2. Telah diselenggarakan pendampingankelompok peternak tentang cara penyajianmineral yang sesuai dengan kondisi fisiologisternak sehingga ternak tetap sehat danproduktifitas tetap tinggi.

3. Telah dilaksanakan pendampingan peternakmengaplikasikan teknologi pencegahanpenyakit mastitis dengan bahan baku herbalyang produknya berupa susu tidak memilikiefek samping yang merugikan bagi kesehatanmanusia bila dikonsumsi.

4. Telah dilakukan pelatihan peningkatanpengetahuan peternak dalam pencegahanpenyakit mastitis dan penanganan induk sapiperah mastitis, penyusunan konsentrat yangekonomis, pemilihan bibit ternak, danpengolahan limbah organik.

41Sujono1, Lili Zalizar2, Ahmad Yani3 , & Suyatno4, Pendampingan Dan Pemanfaatan Herbal UntukMeningkatan Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Perah

40 Dedikasi, Volume 9, Mei 2012: 36 - 46

Kontak awal dengan ketua kelompok bertujuanmendapatkan informasi awal jumlah peternak sapiperah anggota kelompok “Anjasmoro Agri Lestari”desa Pandesari yang ikut dalam programpendampingan. Hasil kontak awal menyepakati antaralain akan dilaksanakan penyuluhan dan pendampinganpada kelompok peternak sapi perah sapi perah DesaPandesari sejumlah 20 peternak dan dilaksanakansosialisasi program kegiatan.

Sosialisasi program pengabdian diselenggarakandi rumah ketua kelompok ternak dihadiri oleh 7 orangpeternak dan 4 orang pelaksanan program. Hasilsosialisasi dirumuskan beberapa harapan peternakuntuk dilaksanakan penyuluhan dan pendampinganterutama berhubungan dengan kasus-kasus yangterjadi pada ternak yang mereka pelihara antara lain :sering timbul kelumpuhan pada induk baru lahir,kejadian mastitis dan kecacingan yang tinggi, mahalnyaobat untuk perawatan dan pengobatan ternak, produksisusu dan harga susu yang rendah serta lingkungankandang dan ternak yang kurang bersih.

Bawang Putih sebagai Obat Herbal

Beberapa di Indonesia, penggunaan bawangputih untuk jamu tradisional dan penyedap masakansudah turun temurun dilakukan, terutama di daerahpedesaan. Di Sumatera Selatan, bawang putih dipakaidalam pembuatan saus empek-empek. Sebagianpenjual jamu “gendongan” diceritakan bahwa, makanbawang putih satu siung 2 kali seminggu seusai makansiang, dapat membangkitkan gairah badan yang lesu,serta lebih tahan terhadap ancaman berbagai penyakit.Pengobatan tradisional akhir-akhir ini sudahmenggunakan campuran bawang putih. Alasannyabawang putih telah diketahui bisa menangkal/menyembuhkan banyak penyakit: TBC, influenza, antidiabetes, menurunkan tekanan darah tinggi, mengobatiluka bakar, rematik, mencegah keracunan hati, antikolesterol, dan sebagainya.

Manfaat, cara pembuatan minyak bawang putihdan cara penggunaan bawang putih sebagai obat padaternak disampaikan oleh Dr. Drh. Lili Zalizar, MS.Penyampaian materi dan praktek pembuatan minyakbawang putih sangat menarik diikuti oleh semuaanggota kelompok ternak. Peternak tampakmembutuhkan penjelasan lebih lanjut tentang manfaatdan cara penggunaan minyak bawang putih untuk

mengobati berbagai penyakit pada ternak. Beberapapenjelasan yang disampaikan bahwa minyak bawangputih dapat mengobati luka pada kulit ternak danmenekan kecacingan apabila dikonsumsi.

Penelitian yang dilakukan oleh Belman dkk.,melaporkan bahwa zat “allicin” yang terkandung dalambawang putih mampu mencegah timbulnya sel-seltumor, juga menghambat pertumbuhan sel-sel kankerbaik pada manusia maupun ternak. Lebih lanjut Dr.Drh. Lili Zalizar, MS menjelaskan bahwa mekanismedari efek pencegahan oleh minyak astiri bawang putihmemberikan hasil yang nyata tentang pencegahantimbulnya kerusakan sel dan kecacingan yangberdampak pada meningkatnya ketahanan tubuh sertaperbaikan produksi susu terutama pada sapi yangsedang laktasi.

Lebih lanjut Dr. Drh. Lili Zalizar, MSmenjelaskan secara ringkas cara pembuatan MinyakBawang Putih dan sekaligus mempraktekkanbersama-sama dengan anggota peternak pesertapendampingan, sebagai berikut :

1. Siap kan bawang putih, minyak goreng dankompor

2. Bawang putih diblender sampai halus3. Minyak goreng dipanaskan, masukkan bawang

putih yang telah diblender4. Dipanasi dengan api kecil sambil diaduk hingga

kering5. Minyak dipisahkan dengan padatan dengan

cara diperas6. Minyak bawang putih dimasukkan dalam botol7. Diaplikasikan untuk obat pada beberapa

ternak yang sedang sakit.Sewaktu mengakhiri penyuluhan dan pelatihan

para peternak menyatakan kegembiraannya karenatelah mendapatkan pengetahuan dan pengalamantentang cara membuat obat berbahan herbal dengancara yang mudah dan murah namun memberikan efekyang sangat positif terhadap penyembuhan beberapapenyakit pada ternak yang mereka pelihara. Disampingitu dapat menekan penggunaan obat modern yangharganya mahal dan berdampak negatif bagi produksiyang dihasilkan antara lain kandungan antibiotika.

Selain zat aktif allicin, unsur lain bawang putihialah selenium adalah mineral mikro yang berperanmencegah terjadinya penggumpalan darah sertasebagai antioksidan, sehingga mampu mencegahterjadinya kerusakan sel tubuh. Disamping itu

putih, cara penggunaan obat anti mastitis dankecacingan berbahan herbal, penggunaanmineral supra dan pengolahan limbah ternaksebagai pupuk organik.

4. Merencanakan monitoring dan evaluasikegiatan untuk memastikan bahwa programpendampingan telah berjalan sesuai denganharapan.

5. Pelaporan kegiatan sesuai dengan hasilpendampingan pada kelompok peternak sapiperah Desa Pandesari.

Pelaksanaan Pendampingan

Rangkaian kegiatan pendampingan untukmengatasi permasalahan manajemen usaha sapi perahyang belum maksimal, kejadian mastitis, kelumpuhan, penanganan limbah ternak dan lingkungan dan lain-lain persoalan dalam usaha sapi perah di DesaPandesari disajikan pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1menyajikan seluruh kegiatan penyuluhan, pelatihanmaupun pendampingan selama program PPMIberlangsung.

Tabel 1. Pelaksanaan Program Pendampingan 2012

No Uraian Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Jumlah Peserta 1 Kontak awal dengan ketua kelompok

peternak sapi perah ANJASMORO AGRI LESTARI”

07 Januari 2012 4 orang

2 Sosialiasai Rencana Program Pendampingan oleh Tim DPPM

12 Januari 2012 7 orang

3 Pengadaan Mineral untuk mengatasi kelumpuhan pada induk baru melahirkan

26 Januari 2012 4 orang

4 Pembuatan Minyak Bawang Putih 2 Pebruari 2012 8 orang 5 Penyuluhan dan Pendampingan :

Pencegahan Penyakit Mastitis dan Kecacingan

Manajemen Pemeliharaan Sapi perah secara Intensif

Peranan Mineral Untuk Ternak Ruminansia

06 Pebruari 2012 29 orang

6 Pendampingan Penggunaan Mineral untuk induk menjelang melahirkan dan Minyak Bawang Putih untuk mencegah kecacingan

11 Pebruari 2012 29 orang

7 Pelatihan Pembuatan Minyak Bawang Putih: Oleh Dr. Drh. Lili Zalizar, M.S.

05 Maret 2012 20 orang

8 Pelatihan Penggunaan minyak bawang putih pada Sapi Perah : Oleh Dr. Drh. Lili Zalizar, M.S.

13 Maret 2012 24 orang

9 Pelatihan dan Pendampingan memilih bibit sapi perah yang memiliki potensi genetik baik : Oleh Ir. Suyatno, M.Si.

20 Maret 2012 21 orang

10 Teori dan Pelatihan Pengolahan Limbah Ternak menjadi Pupuk Organik Guna Menciptakan Lingkungan Kandang Yang Bersih dan Sehat : Oleh Ir. Ahmad Yani, M.P.

30 Maret 2012 23 orang

11 Evaluasi seluruh kegiatan pelatihan dan pendampingan berkelanjutan

09 April 2012 4 orang

12 Pelaporan 7 Juli 2012 4 orang

43Sujono1, Lili Zalizar2, Ahmad Yani3 , & Suyatno4, Pendampingan Dan Pemanfaatan Herbal UntukMeningkatan Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Perah

42 Dedikasi, Volume 9, Mei 2012: 36 - 46

Mineral untuk Sapi Perah

Mineral memang dibutuhkan dalam jumlah yangsangat sedikit dibandingkan dengan zat gizi yang lain,namun mineral sangat penting untuk sapi perahterutama yang sedang laktasi. Mineral dibutuhkan sapiperah untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan danproduksi susu.

Penyuluhan dan pendampingan penggunaanmineral pada sapi perah disampaikan oleh Prof. Dr.Sujono. Selama kegiatan dijelaskan bahwa mineralyang disajikan pada ternak sapi perah harus sesuaidengan kebutuhan sapi perah agar sapi tidakmengalami kelumpuhan dan produksi susu tetap tinggi.Mineral secara alamiah telah tersedia pada pakan yangdisajikan namun tidak dalam jumlah yang mencukupikebutuhan ternak terutama sapi perah yang sedangproduksi susu tinggi, sebab kekurangan jumlah mineralpada ternak sapi dapat menyebabkan meningkatnyainsiden penyakit, produksi yang rendah, dan lajupertumbuhan yang menurun pada sapi dara. Defisiensimineral makro dalam jumlah yang sedikit saja dapatmenurunkan kekebalan ternak sapi dan kemampuanuntuk melawan infeksi, seperti pada penyakit mastitisdan penyakit lainnya. Penurunan kekebalan dijumpaisebelum penurunan produksi atau beberapa kelainanakibat defisiensi, seperti perubahan warna bulu.

Lebih lanjut Prof. Dr. Sujono menjelaskan bahwauntuk kebutuhan mineral sapi perah yang sedangberproduksi susu yang perlu diperhatikan adalahkecukupan unsur Ca, P dan Mg. Kebutuhan mineralCa dan P untuk pokok hidup sapi perah dengan bobotbadan 300 s.d. 500 kg berkisar masing-masing 6.8 s.d.10.4 gr/ekor/hari sedangkan kebutuhan Ca untuk tiapliter produksi susu 2.0 gram dan P untuk tiap literproduksi susu 1.5 gram (Siregar, 2004), oleh karenaitu mineral merupakan salah komponen penting yangharus diperhatikan dalam usaha peternakan terutamasapi perah.

Setelah selesai kegiatan penyuluhan dilanjutkanpembagian mineral masing-masing 5 kg kepada pesertaanggota kelompok peternak “Anjasmoro Agri Lestari”sebanyak 29 orang. Mineral yang dibagikan adalahproduksi dari Prof. Dr. Sujono dan sekaligus dijelaskantentang cara penyajian serta manfaatnya bagi ternaksapi perah.

Seleksi Pada Ternak

Penyuluhan dengan materi seleksi pada sapiperah disampaikan oleh Ir. Suyatno, M.Si. Materidisajikan secara runtun, singkat dan jelas. Kegiatanbudidaya ternak diarahkan pada usaha agribisnis yangmenguntungkan dan berpeluang untuk dikembangkan,karena konsumsi produk peternakan khususnya susudiyakini akan terus meningkat sebagai konsekuensilogis dari pertumbuhan jumlah penduduk,meningkatnya pengetahuan, dan kesadaranmasyarakat akan kebutuhan gizi, meningkatnyapendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Lebih Lanjut Ir. Suyatno, M.Si. menjelaskanbahwa seleksi diarahkan untuk memilih bibit-bibitternak yang memenuhi kriteria/standar yangditetapkan untuk dipelihara lebih lanjut baik sebagaiinduk maupun sebagai pejantan sapi perah unggulsedangkan culling adalah mengeluarkan bibit-bibit/ternak yang telah dipelihara untuk dijual atau dipeliharauntuk tujuan penggemukan yang selanjutnya dijualkarena tidak layak lagi dipelihara sebagai ternak perahkarena tidak menguntungkan.

Seleksi bibit ternak sapi dengan tujuanpengembangbiakan sapi perah dengan harapan untukmendapatkan keturunan yang unggul. Seleksitergantung pada selera (preverensi) peternak dankemampuan modal yang dimiliki. Konsekuensi seleksiternak membutuhkan modal yang banyak karenakondisi ternak dalam kategori exelent. Faktorpenunjangnya adalah pertumbuhan dan perkembanganbibit sapi perah yang dipelihara lebih cepat dari padafase pertumbuhan bibit sapi perah pada umumnya.

Peningkatan kualitas bibit ternak sapi perah dapatdicapai dalam waktu singkat dengan sistem kawinsuntik (inseminasi buatan/ IB). karena dengan IB makaakan dapat memperbaiki mutu genetik ternak danmenghasilkan bibit ternak sapi perah yang berkualitasbagus hanya dalam waktu singkat (Warwick, et.al.,1990). IB dilakukan dengan menggunakan pejantanunggul yang dikawinkan secara berulang denganketurunannya hingga F3.

Pengolahan Limbah Ternak Untuk PupukOrganik

Untuk mengatasi pencemaran lingkungan yangberdampak pada kesehatan lingkungan dan manusia

ditemukan adanya zat “anti hemolitic factor, bergunamencegah rusaknya persendian. Adapun zat“methyllalyl trisulfide” dalam bawang putih bergunauntuk mencegah perlengketan sel-sel darah merah(Anonim, 2010).

Mastitis dan Kecacingan

Penyakit Mastitis dan Penanganannya

Kerugian dalam usaha sapi perah salah satunyadisebabkan oleh gangguan penyakit terutama mastitis.Faktor penyebab gangguan dapat bersifat internalmaupun eksternal. Faktor internal misalnya gangguanhormonal, kelainan genetik pada individu ternak itu.Sedangkan faktor eksternal itu disebabkan penanganansebelum dan setelah pemerahan yang tidak higienis,lingkungan kandang yang kotor sampai pemerah yangtidak mengikuti standar operasional prosedur dalampemerahan (SOP).

Mastitis digolongkan dalam dua jenis, yaknimastitis bacterial dan mastitis mikotik. Mastitis bakterialdisebabkan oleh berbagai jenis bakteri yang umumnyaadalah Streptococcus dan Staphylococcus;sedangkan mastitis mikotik disebabkan oleh beberapajenis cendawan terutama dari golongan ragi-ragian(khamir)

Sapi perah laktasi yang terinfeksi mastitisbacterial, mula-mula ditandai dengan perubahan susu.Susu berubah menjadi encer dan pecah dengan ujialkohol, susu bergumpal dan kadang-kadangbercampur darah ataupun nanah. Tanda-tandaselanjutnya sebagai berikut :

1. Ambing panas, membengkak dan meradang2. Nafsu makan menurun, sehingga kondisi

tubuh menurun pula3. Produksi susu mengalami penurunan.

Materi pencegahan dan penanganan penyakitmastitis disajikan oleh Dr. Drh. Lili Zalizar, MS.Mengenai faktor penyebab mastitis, tingkat/stadiumpenyakit mastitis, dampak kerugian ekonomi penyakitmastitis dan lain-lain. Sanitasi kandang danlingkungan yang baik diharapkan dapat mencegahtimbulnya penyakit yang menyebabkan mastitis danpenyakit lainnya. Keberhasilan usaha peternakansangat ditentukan oleh keterpaduan dari segi bibitternak, pakan, dan manajemen dalam arti luas.

Selanjutnya peternak peserta pendampingandiberikan pengetahuan tentang penggunaan obat salepberbahan baku herbal yang merupakan produk dariTim pendamping. Berdasarkan hasil evaluasipenggunaan salep anti mastitis selama sekitar 2 bulanmenunjukkan adanya perubahan yang sangat nyataterhadap penurunan kejadian mastitis danpenyembuhan mastitis pada sapi perah yang dimilikipeserta pendampingan. Salep anti mastitismemberikan dampak positif terhadap kesehatanambing, peningkatan produksi susu dan yang akhirnyaberdampak pada peningkatan pendapatan peternaksapi perah angggota kelompok peternak “AnjasmoroAgri Lestari” di Desa Pandesari.

Kecacingan

Berdasarkan pengamatan, anggota peternakDesa Pandesari sangat antusias mendengarkanpenjelasan tentang penyebab, gejala, dampak dan carapengobatan kecacingan. Sebelum kegiatan penyuluhanKecacingan, Tim pendamping mengawali terlebihdahulu dengan penyampaian tentang faktor-faktorsebagai pemicu atau penyebab kecacingan pada ternakterutama kondisi kandang yang kurang bersih, carapenyajian pakan yang sehat. Selanjutnya dijelaskantentang dampak yang ditimbulkan akibat kecacingan,cara pencegahan dan pengobatan ternak yangdipelihara. Pencegahan dan pengobatan kecacingandapat dilakukan dengan obat-obat kimia dan juga obatherbal, salah satu obat herbal untuk mencegah danmengobati kecacingan adalah bawang putih.

Penyuluhan kecacingan dilakanakan di rumah Ir.Ali Mahmud Dusun Sebaluh dilaksanakan 6 Pebruari2011 dan dihadiri 29 orang peternak sapi perah, di akhirpenyuluhan dilanjutkan diskusi tentang beberapapenyakit yang menyerang sapi perah dan peternakberharap Tim pengabdi akan melaksanakanpendampingan selanjutnya.

Kecacingan juga menyerang pedet sapi perahyaitu gangguan parasit cacing pada usus. Salah satujenis parasit usus yang sering dilaporkan menyerangpedet muda adalah toxocariasis. Cacing inimenimbulkan kerugian pada peternak cukup besar,karena dapat mengakibatkan kematian pada pedet.Pengendalian kecacingan kurang diperhatikan olehpeternak disebabkan gejalanya tidak tampak jelas tapimenghambat pertumbuhan dan perkembangan pedet.

45Sujono1, Lili Zalizar2, Ahmad Yani3 , & Suyatno4, Pendampingan Dan Pemanfaatan Herbal UntukMeningkatan Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Perah

44 Dedikasi, Volume 9, Mei 2012: 36 - 46

Dokumentasi Kegiatan

maka perlu pengelolaan limbah secara bijaksanamelalui proses pengolahan dengan teknologifermentasi untuk mendapatkan pupuk organik disatusisi dan kesehatan lingkungan di sisi lain. Denganproses fermentasi limbah ternak dapat diubah dalamwaktu singkat menjadi pupuk organik yang dapatmemberikan dampak yang posistif bagi rehabilitasilahan pertanian yang telah mengalami kerusakan parahakibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimiadalam jangka panjang.

Materi pengolahan limbah ternak disajikan olehIr. Ahmad Yani, MP. Meliputi dampak negatif limbahternak yang tidak diolah, proses pengolahan limbahternak, dampak positif penggunaan pupuk organik bagitanah dan tanaman dalam waktu jangka panjang,

Disamping itu sanitasi kandang dan lingkungan yangbaik diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakityang menyebabkan mastitis dan penyakit lainnya.Keberhasilan usaha peternakan salah satunyaditentukan manajemen penanganan kebersihankandang dalam arti luas.

Bahan-bahan yang disiapkan untukpembuatan pupuk organik meliputi : 1000 kgKotoran ternak, 100 kg Abu dapur, 50 kg Serbukgergaji, 2.5 kg Probiotik, 20 kg Kalsit, Adapun carapembuatan pupuk organik padat mengikuti tahapansebagai berikut :

Gambar1. Proses pembuatan pupuk organik padat

Setelah selesai pelatihan peternak berharap agarproduksi pupuk organik dilaksanakan dalam skalabesar untuk dijual sehingga dapat dijadikan sumberpenghasilan bagi kelompok peternak.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kelompok peternak Sapi Perah “ANJOSMOROAGRI LESTARI” yang berlokasi di desaPandesari memiliki potensi yang besar untukdikembangkan dan perlu untuk dibenahi terutamadalam hal sering timbulnya kejadian penyakit danterjadi kelumpuhan terutama pada ternak yangproduksi susunya tinggi.

2. Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dalamusaha sapi perah di desa Pandesari sangatdinantikan oleh peternak dan dengan kesadaranyang tinggi berharap untuk dilaksanakan secaraberkelanjutan.

3. Kelompok peternak sapi perah desa Pandesarimenyadari bahwa kegiatan ini akan memberikan

Gambar 2. Sosialisasi Rencana Program,Penyuluan dan Pendampingan

Gambar 3. Proses pembuatan minyak bawangputihdampak bagi perbaikan penghasilan peternak

sehingga terbangun motivasi tinggi untukmeneruskan kegiatan usaha sapi perah sebagaitumpuan harapan yang masih menjanjikankeuntungan.

4. Manajemen usaha sapi perah semakin membaik,terjadi penurunan kejadian kelumpuhan padasapi produktif mencapai 50 % dan kejadianmastitis menurun sampai 70 %.

5. Pendampingan manajemen usaha sapi perah,pelatihan penyajian mineral seimbang, sertapenanganan penyakit mastitis dengan obatberbahan baku herbal memberikan harapan bagipeningkatan kesehatan dan produktifitas sapiperah yang bermuara pada perbaikanpendapatan peternak sapi perah di desaPandesari.

Gambar 4. Pendampingan PenguatanKelompok dan Jejaring Pemasaran

46 Dedikasi, Volume 9, Mei 2012: 36 - 46

Gambar 5. Pelatihan Pembuatan PupukOrganik

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2000. Pengobatan Mastitis yangEfektif. http://vet-indo.com/.

Anonim, 2007. Program Breeding Sapi Perah.Ditjen Peternakan Jakarta.

Anonymous , 2010. Penyakit pada Ternak SapiPerah dan Sapi Potong.http://smallcrab.com.

Anonymous, 2011. Sanitasi dan KesehatanTernak. http://ojimori.com/.

Arif, dkk. 2009. Manajemen KesehatanPemerahan. http://disnak.jabarprov.go.id/.

Arifianto dan Liviawaty, 2000. Pengendalian Hamadan Penyakit Ternak. UI Press Jakarta.

Baharudin, 2010. Mastitis Pada Ternak Sapi. http://balitvet.litbang.deptan.go.id/.Hidayat,

Dharmojono, 1995. Rempah-rempah untukTernak. Penebar Swadaya Jakarta.

Luthvin Paramitha. 2007. IdentifikasiStaphylococcus aureus Penyebab Mastitisdengan Uji Fermentasi Mannitol danDeteksi Produksi Asetoin pada Sapi PerahDi Wilayah Kerja Koperasi Usaha TaniTernak Suka Makmur Grati Pasuruan http://digilib.unair.ac.id/.

Siregar S.B, 2004. Ransum Ternak Ruminasia.Penebar Swadaya.

Toehihere M., 1988. Penanganan LimbahPangan. Ditjen Pertanian Jakarta.

Warwick E.J., Astuti J.M. dan Hardjosubroto W.,1990. Pemulian Ternak .Gajah MadaUniversity, Yokyakarta.

Wijayani, Cinthya. 2007. Streptococcus agalactiae.http://farmasi.sanatadharma.ac.id/.

Yatim W., 1983. Genetika. Tarsito, Bandung.