27
2 PENDAHULUAN Pasar eceran atau pasar ritel di Indonesia merupakan pasar besar dengan jumlah penduduk Indonesia pada awal tahun 2010 sekitar 237.556 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, total belanja rumah tangga akhir 2010 mencapai 115 triliun rupiah (http://detikfinance.com ). Industri ritel di Indonesia terus mengalami pertumbuhan minimal sekitar 10 persen/tahun (blogdetik.com). Belanja tersebut mencangkup seluruh kebutuhan rumah tangga, mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti gula, sabun mandi, pakaian, hingga kebutuhan barang tahan lama (durable) seperti kulkas, emas dan mobil. Pasar ritel dapat terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai bidang seperti daya beli yang terus meningkat dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi tahunan yang kokoh. Pasar ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel besar atau produsen barang ritel, melainkan juga para peritel kecil yang melayani masyarakat setempat. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel adalah perkembangan populasi. Jumlah penduduk yang bertambah menyebabkan permintaan barang dan jasa meningkat (swamagazine.com). Syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha ritel agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan sehingga perusahaan harus mampu memuaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggannya melebihi apa yang diberikan oleng pesaing. Upaya- upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha ritel belum tentu memberikan jaminan bahwa usaha ritelnya akan berhasil, karena keputusan akhir jatuh pada konsumen yang akan memilih produk. Sekarang ini konsumen semakin pintar, kritis, dan selalu membandingkan satu dengan yang lain. Ketika konsumen dihadapkan pada keputusan membeli, seringkali mereka menggunakan sudut pandang, pemahaman, pengetahuan dan pengalaman, informasi serta persetujuan dan opini dari orang- orang yang ada di sekitarnya. Pada usaha ritel konsumen juga memiliki pengetahuan serta informasi tentang tempat-tempat belanja yang banyak dikunjungi. Pemasar harus menganalisis perilaku pembelian konsumen karena reaksi pembeli terhadap strategi pemasaran suatu perusahaan memiliki dampak yang besar bagi keberhasilan perusahaan (Fauzan, 2008:22).

PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

2

PENDAHULUAN

Pasar eceran atau pasar ritel di Indonesia merupakan pasar besar dengan

jumlah penduduk Indonesia pada awal tahun 2010 sekitar 237.556 jiwa. Dengan

jumlah penduduk sebanyak itu, total belanja rumah tangga akhir 2010 mencapai

115 triliun rupiah (http://detikfinance.com). Industri ritel di Indonesia terus

mengalami pertumbuhan minimal sekitar 10 persen/tahun (blogdetik.com).

Belanja tersebut mencangkup seluruh kebutuhan rumah tangga, mulai dari

kebutuhan sehari-hari seperti gula, sabun mandi, pakaian, hingga kebutuhan

barang tahan lama (durable) seperti kulkas, emas dan mobil. Pasar ritel dapat

terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai bidang seperti daya beli

yang terus meningkat dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi tahunan yang

kokoh. Pasar ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel

besar atau produsen barang ritel, melainkan juga para peritel kecil yang melayani

masyarakat setempat. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel

adalah perkembangan populasi. Jumlah penduduk yang bertambah menyebabkan

permintaan barang dan jasa meningkat (swamagazine.com).

Syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha ritel agar dapat sukses

dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan

pelanggan sehingga perusahaan harus mampu memuaskan apa yang dibutuhkan

dan diinginkan pelanggannya melebihi apa yang diberikan oleng pesaing. Upaya-

upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha ritel belum tentu memberikan jaminan

bahwa usaha ritelnya akan berhasil, karena keputusan akhir jatuh pada konsumen

yang akan memilih produk. Sekarang ini konsumen semakin pintar, kritis, dan

selalu membandingkan satu dengan yang lain. Ketika konsumen dihadapkan pada

keputusan membeli, seringkali mereka menggunakan sudut pandang, pemahaman,

pengetahuan dan pengalaman, informasi serta persetujuan dan opini dari orang-

orang yang ada di sekitarnya. Pada usaha ritel konsumen juga memiliki

pengetahuan serta informasi tentang tempat-tempat belanja yang banyak

dikunjungi. Pemasar harus menganalisis perilaku pembelian konsumen karena

reaksi pembeli terhadap strategi pemasaran suatu perusahaan memiliki dampak

yang besar bagi keberhasilan perusahaan (Fauzan, 2008:22).

Page 2: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

3

Ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam

keputusan pembelian barang dan jasa. Seperti faktor yang berasal dari dalam diri

pribadi seseorang dan faktor yang berasal dari lingkungan sekitar. Mempelajari

dan menganalisis perilaku konsumen untuk mengambil keputusan pembelian

sangat penting, karena dengan adanya pengetahuan dasar yang baik dari perilaku

konsumen akan dapat memberi masukan berarti bagi perencanaan strategis

perusahaan (Heribertus, 2012). Era globalisasi saat ini mengakibatkan pergeseran

pola belanja konsumen yang lebih suka berbelanja di pasar ritel modern (Mini

Market, Supermarket, atau Hypermarket) dibanding dengan pasar tradisional.

Tampaknya kehadiran ritel modern ini semakin menggeser peranan pasar

tradisional dan toko eceran kecil lainnya, karena selain berkembangnya konsep

one stop shopping, supermarket juga memberikan layanan lebih baik dengan

berbagai fasilitas yang memberikan kenyamanan berbelanja bagi konsumen.

(Nova, 2008:9)

NIKI BARU termasuk swalayan yang cukup terkenal di kota Salatiga,

tepatnya berada di jalan Jendral Sudirman. Peneliti tertarik meneliti NIKI BARU

karena di tengah persaingan yang ada saat ini swalayan NIKI BARU mampu

membuka cabang lagi. Selain itu meneliti Retailing Mix karena keseluruan dari

variabel mempermudah konsumen untuk berbelanja dalam sebuah toko. Peneliti

tertarik untuk meneliti pengaruh Retailing Mix terhadap keputusan pembelian

pada swalayan NIKI BARU karena persaingan ritel yang ada di Salatiga

(Supermarket, Alfamart, Indomaret, dll) sangat sengit tetapi swalayan Niki Baru

dapat membuka swalayan lain yang memungkinkan konsumen senang dengan

retailing mix perusahaan.

Usaha ritel atau eceran dapat di pahami sebagai kegiatan dalam penjualan

barang secara langsung kepada konsumen akhir yang kebanyakan untuk

penggunaan pribadi. Peran Retailing Mix sangat penting dan berpengaruh karena

tanpa adanya Retailing Mix yang tepat bagi perusahaan eceran akan mengalami

kesulitan dalam pemasarannya.

Ada enam bauran eceran (retailing Mix) keluasan dan kedalaman

keragaman produk (product mix), keputusan penetapan harga dalam seiap produk

Page 3: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

4

(price mix), penempatan lokasi yang strategis dalam bersaing (location mix),

memperkenalkan merek dalam benak konsumen (promotion mix), suasana atau

atmosfer dalam gerai yang sekiranya menentukan konsumen dalam pengambilan

keputusan membeli atau tidak (presentation mix), pelayanan pelanggan dan

penjualan pribadi (personnel mix) (Lamb, et al.2001:96).

Dalam persaingan untuk menarik konsumen sebanyak mungkin masing-

masing swalayan mempunyai kiat tersendiri. Misalnya sebuah swalayan sejak

pertama memilih lokasi yang strategis agar tingkat aksesbilitas untuk menuju toko

atau swalayan lebih mudah. Hal ini membuat konsumen tidak merasa enggan

untuk berkunjung karena kemudahaan yang di dapat. Aspek lainnya yaitu sebuah

swalayan harus memperhatikan kelengkapan produk agar konsumen tidak merasa

kecewa. Dengan menyediakan produk-produk dengan berbagai ukuran dan merek,

maka konsumen dapat memilih sesuai dengan keinginannya.

Selanjutnya swalayan juga harus memperhatikan harga-harga produk yang

di perdagangkan. Sebaiknya harga yang diberikan mampu bersaing dengan

kompetitor lainnya, sehingga konsumen tidak berpaling. Yang terakhir, sebuah

swalayan harus mempertimbangkan kenyamanan konsumen dalam berbelanja

yang meliputi ketersediaan fasilitas yang memadai. Jika fasilitas yang disediakan

semakin baik, maka dapat di jamin tingkat kenyamanan konsumen dalam

berbelanja akan semakin baik. Oleh sebab itu swalayan NIKI BARU perlu

melakukan pengelolaan yang lebih baik lagi dalam hal meliputi tingkat

aksesibilitas, kelengkapan produk, harga, dan kenyamanan berbelanja. Hal ini

diupayakan agar tetap eksis di persaingan yang semakin ketat dan supaya menjaga

agar konsumen tetap loyal.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat

dilihat bahwa faktor-fakor dalam retailing mix dapat menjadi pengaruh terhadap

keberhasilan sebuah toko. Maka dapat dirumuskan persoalan penelitian sebagai

berikut :

Adakah pengaruh retailing mix yang terdiri dari bauran produk, bauran

harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi, dan bauran personalia

terhadap keputusan pembelian pada swalayan Niki Baru ?

Page 4: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

5

Sehubungan dengan persoalan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka dapat

diperoleh tujuan penelitian sebagai berikut :

Untuk mengetahui apakah retailing mix yang terdiri dari bauran produk,

bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi, dan bauran

personalia berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada swalayan Niki Baru

Sedangkan kegunaan hasil penelitian ini adalah :

1. Kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membawa kontribusi

positif untuk menambah wawasan tentang retailing mix.

2. Kegunaan praktis bagi perusahaan penelitian ini dapat memberikan

masukan obyektif tentang bauran eceran yang mempengaruhi keputusan

pembelian pada swalayan Niki baru selain itu, penulis dapat memperoleh

pengalaman meneliti dan mengaplikasikan teori-teori yang didapat di

bangku perkuliahan ke dalam kenyataan yang sesungguhnya di lapangan.

3.

TELAAH TEORITIS

Bauran Eceran (Retailing Mix)

Pengertian bauran eceran (retailing mix)

Kotler (2003:215) mengatakan bahwa eceran (retailing) meliputi semua

kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa langsung kepada

konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan non-bisnis. Pengecer (retailer)

atau toko eceran (retail store) adalah setiap usaha bisnis yang volume

penjualannya terutama berasal dari eceran. Retailing mix merupakan suatu

kombinasi dari faktor-faktor yang digunakan retail untuk memuaskan kebutuhan

pelanggan dan mempengaruhi keputusan pembelian (Levy and Weitz, 2001:23).

Page 5: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

6

Komponen bauran eceran (retailing mix)

Gambar 1.1 Bauran Eceran (retailing mix)

Sumber: buku Utami “Manajemen Ritel”(2006:57)

Bagan diatas menunjukan enam bauran eceran (Retailing mix) yaitu:

keluasan dan kedalaman keragaman produk (product mix), keputusan penetapan

harga dalam setiap produk (price mix) penempatan lokasi yang startegis dalam

bersaing (place mix), memperkenalkan merek dalam benak konsumen (promotion

mix), suasana atau atmosfer dalam gerai yang sekiranya menentukan konsumen

dalam pengambilan keputusan membeli atau tidak (presentation mix), pelayanan

pelanggan dan penjualan pribadi (personnel mix).

Unsur-unsur bauran eceran dapat dijabarkan sebagai berikut (Lamb et al ,2001) :

• Bauran Produk (Product Mix)

Produk-produk yang dijual peritel dalam gerainya, disebut

merchandise, adalah salah satu dari unsur bauran pemasaran ritel (ritel

marketing mix). Merchandising adalah kegiatan pengadaan barang-barang

yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko (produk berbasis makanan,

pakaian, barang kebutuhan rumah, produk umum, dan lain-lain atau

kombinasi) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu, dan harga

yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel.

Page 6: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

7

a. Assortment (Keragaman) Produk

Keragaman produk terdiri dari dua hal yaitu wide/lebar dan

deep /dalam. Wide berarti banyaknya variasi kategori produk

yang dijual, sedangkan deep berarti banyaknya item pilihan

dalam masing-masing kategori produk.

b. Brand (merek)

Merek produk membantu memperkuat nilai gerai. Semakin

tinggi dan terkenalnya suatu merek maka semakin tinggi pula

nilai yang diciptakan pada gerai tersebut karena konsumen

menganggap gerai tersebut menjual produk-produk bermerek

bagus dan menimbulkan kepercayaan konsumen untuk

membeli produk pada gerai tersebut.

c. Timing atau Alokasi

Persediaan barang di dalam gerai harus disiapkan secara

terencana agar dapat disajikan dengan cepat setiap harinya.

Rencana yang disusun berdasarkan perkiraan penjualan

mencakup waktu pemesanan, pemilihan pemasok, kategori

produk yang dipesan dari masing-masing pemasok, jumlah

masing-masing kategori dan masing-masing item produk yang

dipesan, waktu penerimaan barang dari masing-masing

pemasok, tempat penyimpanan barang, cara penyimpanan

barang, dan sebagainy (Ma’ruf 2005:135-153).

• Bauran Harga (Price Mix)

Menurut Kotler dalam Dahmiri (2009), ” harga adalah sejumlah

uang yang harus dibayar oleh pembeli untuk mendapatkan produk

tertentu”. Harga juga dapat mengkomunikasikan posisi nilai tentang

produk atau merek tersebut kepada pasar. Harga merupakan satu-satunya

unsur bauran pemasaran retail yang dapat mendatangkan laba bagi peritel.

Indikator harga yaitu :

1. Harga produk sesuai dengan harapan

2. Harga sesuai dengan kualitas produk

Page 7: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

8

3. Perbedaan harga dengan swalayan lain

Berman dan Evan dalam Ma’ruf (2005:164) mengelompokkan

strategi harga menjadi tiga orientasi, yaitu :

• Orientasi permintaan (demand)

Harga ditetapkan berdasarkan permintaan konsumen, yaitu dengan

cara melihat pada perubahan belanja mereka pada harga-harga yang

berbeda kemudian dipilih harga yang merujuk pada tingkat belanja yang

ingin dicapai peritel.

• Orientasi biaya

Harga ditetapkan dengan cara menambah biaya perolehan produk

(harga pokok produk) per unit dengan semua biaya operasional beserta

laba yang diinginkan. Penetapan harga semacam ini disebut juga dengan

markup pricing.

• Orientasi persaingan

Harga ditetapkan dengan cara mengikuti harga yang telah

ditetapkan oleh pesaing. Perubahan harga baru diberlakukan apabila

pesaing yang dijadikan benchmark (patokan) mengubah harga jual mereka.

• Bauran Lokasi (location mix)

Salah satu faktor yang penting untuk mendirikan sebuah toko

adalah menentukan lokasi yang tepat dan strategis dimana lokasi tersebut

harus mudah dijangkau. Menurut Lamb, dkk. (2001:98) tersedianya

transportasi publik, jarak dengan pertokoan lain, tersedianya tempat atau

area parkir, serta keamanan dari lokasi merupakan variabel-variabel yang

membentuk pemilihan lokasi.

• Bauran Promosi (Promotion mix)

Bisnis ritel berkaitan dengan pemasaran barang atau jasa yang

dibutuhkan oleh konsumen. Kualitas perusahaan eceran secara umum akan

berpengaruh pada konsumen. Komunikasi sebagai dasar promosi bertujuan

mendorong target market untuk mau menjadi pembeli atau bahkan

menjadi pelanggan setia.

Page 8: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

9

• Bauran Presentasi (Presentation mix)

Atribut fisik atau penampilan toko memiliki peran yang sangat

penting untuk menciptakan penampilan dan suasana yang menarik dibenak

konsumen, dapat membuat konsumen nyaman saat berbelanja, dan

membuat konsumen mudah menemukan barang-barang yang dicarinya.

Pengaruh bagian depan toko (eksterior bangunan) hendaknya tidak

diremehkan, karena ini merupakan bagian pertama dari toko yang dilihat

oleh pelanggan. Didalam toko, penataan serta tampilan, susunan serta

penempatan posisi barang dagangan, warna dinding dan warna lantai, gaya

pencahayaan yang digunakan, wewangian, musik, dan rupa personalia

penjualan juga memberikan kontribusi atau sumbangan bagi citra sebuah

toko.

• Bauran Personalia (Personnel mix)

Personel atau personalia memberikan pelayanan kepada pelanggan

mereka sesuai dengan ketentuan yang sudah ditentukan didalam strategi

eceran gerai. Pelayanan yang baik bahkan merupakan hal penting dimasa

pertumbuhan ekonomi yang lambat, ketika banyak perusahaan masih

bertahan mempertahankan pelanggan yang mereka miliki. Tenaga penjual

eceran melayani fungsi penjualan yang penting antara lain membujuk

pelanggan untuk membeli. Lamb, et al (2001:110).

Menurut Ma’ruf (2006:218) ada beberapa jenis pelayanan

diantaranya:

1. Customer service;

a. Pramuniaga dan staf lain (seperti kasir dan SPG/sales promotion girl)

yang terampil dengan cara pelayanan dan kesigapan membantu.

b. Personal shopper, yaitu staf perusahaan ritel yang melayani pembeli

melalui telepon dan menyiapkan barang pesanan yang nantinya tinggal

diambil oleh pelanggan.

Page 9: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

10

2. Terkait fasilitas gerai;

a. Jasa pengantaran (delivery)

b. Gift wrapping

c. Gift certificates (voucher)

d. Jasa pemotongan pakaian jadi (atau perbaikan).

e. Cara pembayaran dengan credit card atau debit card

f. Fasilitas tempat makan (food corner)

g. Fasilitas kredit

h. Fasilitas kenyamanan dan keamanan berupa tangga jalan dan tangga

darurat

i. Fasilitas telepon dan mail orders

3. terkait jam operasional toko;

Jam buka yang panjang atau buka 24 jam.

4. fasilitas-fasilitas lain;

a. Ruang/lahan parkir

b. Gerai laundry

c. Gerai cuci cetak film

Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Amstrong (2001:196) Purchase decision is the stage

of the buyer decision process in which the consumer actually buys the product

(merupakan salah satu tahapan proses keputusan pembelian dimana konsumen

pada akhirnya membeli suatu produk).

Kotler dan Keller (2009:184) mengemukakan bahwa proses pengambilan

keputusan pembelian dapat dibagi menjadi lima tahapan sebagai berikut :

1. Pengenalan Kebutuhan (Problem Recognation)

Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah atau kebutuhan.

Kebutuhan dapat timbul ketika pembeli merasakan adanya rangsangan

eksternal atau internal yang mendorong dirinya untuk mengenali

kebutuhan. Rangsangan internal timbul dari dalam diri manusia itu sendiri,

sedangkan dorongan eksternal berasal dari luar diri manusia atau

Page 10: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

11

lingkungan. Kebutuhan mempunyai tingkat intensitas tertentu. Makin

besar tingkat intensitasnya, maka akan semakin kuat dorongan yang timbul

untuk menguranginya dengan jalan mencari obyek baru yang dapat

memuaskan kebutuhannya.

2. Pencarian Informasi (Information Search)

Konsumen yang merasakan rangsangan akan kebutuhannya kemudian

akan terdorong untuk mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak-

banyaknya. Rangsangan tersebut dibagi dalam dua level. Level pertama

adalah penguatan perhatian dimana pada level ini orang hanya sekedar

lebih peka terhadap informasi produk. Level selanjutnya adalah pencarian

informasi secara aktif dimana pada level ini orang mulai mencari bahan

bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari

produk tertentu. Sumber informasi konsumen dapat digolongkan menjadi

empat kelompok, yaitu sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik,

dan sumber eksperimental. Melalui pengumpulan informasi yang didapat

dari berbagai sumber tersebut, konsumen kemudian dapat mempelajari

merek-merek yang bersaing beserta fitur merek tersebut.

3. Evaluasi Alternatif (Evaluation Of Alternatives)

Setelah menerima banyak informasi, konsumen akan mempelajari dan

mengolah informasi tersebut untuk sampai pada pilihan terakhir. Terdapat

banyak proses evaluasi atau penilaian konsumen terhadap produk. Namun

model yang terbaru adalah orientasi kognitif yang memandang konsumen

sebagai pembuat pertimbangan mengenai produk terutama berlandaskan

pada pertimbangan yang standar dan rasional. Untuk mengetahui proses

evaluasi yang dilakukan oleh konsumen perlu dipahami beberapa konsep

dasar yaitu :

• Atribut produk.

• Bobot pentingnya ciri bagi konsumen. Pemasar harus memahami bahwa

tidak setiap konsumen mementingkan suatu atribut produk.

Page 11: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

12

• Kepercayaan terhadap merek. Konsumen cenderung memperoleh

keyakinan bahwa setiap merek mempunyai kelebihan dalam atribut

tertentu berdasarkan pengalaman atau informasi yang diperoleh.

4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)

Jika keputusannya adalah membeli, maka konsumen harus mengambil

keputusan menyangkut merek, harga, penjual, kuantitas, waktu pembelian

dan cara pembayaran. Keputusan tersebut tidak terpaku harus dilakukan

melalui proses urutan seperti diatas, dan tidak semua produk memerlukan

proses keputusan tersebut. Misalnya barang keperluan sehari-hari seperti

makanan tidak perlu perencanaan dan pertimbangan yang sangat serius.

5. Perilaku Pasca Pembelian (Postpurchase Behavior)

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami kepuasan atau

ketidakpuasan, hal ini akan mempengaruhi tindakan setelah pembelian.

Apabila konsumen memperoleh kepuasan maka sikap konsumen terhadap

produk tersebut menjadi lebih kuat atau sebaliknya. Para pemasar dapat

melakukan sesuatu dari konsumen yang merasa puas misalnya dengan

memasang iklan yang menggambarkan perasaan puas seseorang yang telah

memilih salah satu merek atau lokasi belanja tertentu.bagi konsumen yang

tidak puas, pemasar dapat memperkecil ketidakpuasan tersebut dengan

cara menghimpun saran pembeli untuk penyempurnaan produk, maupun

pelayanan tambahan terhadap konsumen dan sebagainya. Kotler

(2009:184-190).

Pengaruh Bauran Eceran (Retailing Mix) dengan Keputusan Pembelian

Para pengecer mengembangkan strategi-strategi pemasaran berdasarkan

sasaran dan rencana strategi perusahaan secara keseluruhan. Hal ini tidak terlepas

dari tujuan eceran untuk dapat mencakup lebih banyak orang datang, penjualan

produk tertentu yang lebih tinggi, citra yang lebih berskala tinggi, atau kesadaran

publik yang ditingkatkan tentang operasi eceran. Lamb, dkk. (2001:95).

Pengecer memakai unsur-unsur bauran eceran (retailing mix) untuk

mencapai tujuan perusahaan berkaitan dengan orientasi perusahaan dan asumsinya

mengenai perilaku konsumen serta bagaimana konsumen membuat keputusan

Page 12: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

13

pembelian. Lebih lanjut, konsumen membuat dua keputusan yang saling

mempengaruhi dalam memilih tempat belanja, baik mengenai pilihan produk atau

merek dan pilihan mengenai toko.

Dengan memahami perilaku konsumen serta bagaimana konsumen

membuat keputusan pembelian maka pengkombinasian unsur-unsur bauran eceran

( Retailing mix ) yang tepat oleh pengecer diharapkan akan dapat menarik pasar

sasaran melalui pembelian oleh konsumen.

Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan pada

berbagai objek penelitian, terkait dengan pengaruh retailing mix terhadap

keputusan pembelian pada perusahaan yang terpilih oleh penelitinya.

No Judul dan Peneliti Variabel

Dependen

Variabel

Indipenden

Hasil Penelitian

1 Pengaruh variabel-

variabel retailing mix

terhadap Keputusan

Pembelian konsumen

di Supermarket Kota

Manado

Nova Christian

Immanuel Mamuaya

(2008)

Lokasi, nilai,

produk,

karyawan,

komunikasi.

Keputusan

Pembelian

Secara simultan variabel

lokasi, nilai, produk,

karyawan, dan

komunikasi berpengaruh

signifikan terhadap

keputusan pembelian

konsumen.

2 Pengaruh retailing mix

terhadap Keputusan

Pembelian pada

Alfamart JL. Gajayana

Malang.

Fauzan Sulistyawan

(2008)

Retailing Mix Keputusan

Pembelian

Variabel-variabel dalam

retailing mix secara

bersama-sama

berpengaruh secara

signifikan terhadap

keputusan pembelian

pada Alfamart JL.

Gajayana Malang.

3 Pengaruh Bauran

eceran (retailing Mix)

terhadap Keputusan

Retailing Mix Keputusan

Pembelian

konsumen

Terdapat pengaruh secara

parsial bauran eceran

yang terdiri dari

Page 13: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

14

Pembelian konsumen

(studi pada Apolo

Swalayan Jombang)

Retno Sari Dewanti

(2011)

merchandise, harga,

lokasi, promosi, retail

service, atmosphere

terhadap keputusan

pembelian konsumen.

Tabel1. Penelitian terdahulu

Di lihat dari penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yang akan diteliti,

terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya yaitu dilihat dari

variabel dependen dan variabel indipenden dimana retailing mix berpengaruh

terhadap keputusan pembelian, selain itu alat analisis juga menggunakan analisis

regresi sederhana. Peneliti melakukan replikasi dari penelitian-penelitian tersebut

karena ingin melihat besarnya pengaruh retailing mix dalam setiap toko yang

dilihat dari penelitian sebelumnya dengan mengambil variabel dependen semua

bauran ritel dan melakukan penelitian di Swalayan Niki Baru Salatiga.

Indikator Empirik Retailing Mix

Variabel Dimensi Indikator Empirik

Retailing Mix

(Lamb ,2001)

1.Bauran Produk 1.Produk yang ditawarkan beragam atau banyak

variasi

2.Menjual produk dengan merek-merek yang

dikenal pelanggan. (Fauzan sulistyawan,2008)

2.Bauran Harga 1.Harga yang ditawarkan oleh swalayan sesuai

dengan produk / terjangkau

2.Harga barang sesuai dengan kualitas produk

3.Harga lebih terjangkau dibandingkan dengan

swalayan lain. (Fauzan sulistyawan,2008)

3.Bauran Lokasi 1.Lokasi swalayan mudah di jangkau

2.memiliki tempat parkir yang memadai dan

aman saat parkir kendaraan.

4.Bauran Promosi Promosi barang-barang tertentu untuk

mendorong target market untuk mau menjadi

pembeli. (Fauzan sulistyawan,2008)

5.Bauran Presentasi 1.Penampilan toko terlihat menarik

2.suasana di dalam swalayan membuat nyaman

untuk berbelanja. (Fauzan sulistyawan,2008)

Page 14: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

15

6.Bauran Personalia 1.Karyawan dapat melayani pelanggan dengan

ramah

2.Karyawan cepat tanggap saat pelanggan

memerlikan bantuan.(Fauzan sulistyawan,2008)

Tabel2. Indikator Empirik Retailing Mix

Indikator Empirik Keputusan Pembelian

Variabel Dimensi Indikator Empirik

Keputusan Pembelian

Kotler (2009:184)

1.Pengenalan Kebutuhan Konsumen membeli barang-barang

sesuai kebutuhan / yang diperlukan.

2.Pencarian Informasi Pelanggan mendapatkan beberapa

informasi untuk berbelanja di

swalayan Niki Baru.

3.Evaluasi Alternatif Swalayan Niki Baru menjadi alternatif

pilihan dalam berbelanja.

4.Keputusan Pembelian Konsumen terdorong untuk

melakukan pembelian dan merasa

yakin untuk membeli.

Tabel3. Indikator Empirik Keputusan Pembelian

Model Penelitian

Retailing Mix merupakan kombinasi dari faktor-faktor yang didalamnya

terdiri dari bauran produk, bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran

presentasi dan bauran personalia dimana semakin baik pengkombinasian dari

faktor-faktor tersebut maka akan dapat mempengaruhi dan meningkatkan

keputusan pembelian.

Berdasarkan uraian tersebut maka model kerangka penelitian ddalam

penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut

H

Gambar 2.1

H : Retailing Mix berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian

Retailing Mix (X)

Keputusan Pembelian (Y)

Page 15: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

16

METODE PENELITIAN

Tempat yang dijadikan objek penelitian ini adalah pada Swalayan Niki baru, yang

berlokasi di Jl. Jendral sudirman No 67-69, Salatiga. Objek dari penelitian adalah

setiap orang yang pernah mengunjungi atau pelanggan swalayan Niki baru yang

berdomisili di Salatiga.

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah orang yang pernah

datang ke Swalayan Niki Baru atau pelanggan Swalayan Niki Baru yang tinggal

di Salatiga. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara non probability

sampling dengan metode purposive sampling, dengan kriteria minimal sudah 3

kali datang ke Swalayan Niki Baru dan merupakan orang yang berdomisili di

Salatiga dengan criteria sampel 100 responden. Non probability sampling

merupakan “teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada

tiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel” (Ridwan ,2009). Purposive

sampling adalah pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang sesuai

dengan tujuan peneltian (Sugiono, 2007).

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan teknik

pengumpulan data dan informasi. Penelitian ini menggunakan dua macam data,

yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui penelitian lapangan

dan diolah sendiri (Supramono & Haryanto, 2005). Data primer dalam

penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada para

responden yang terpilih sebagai sampel di wilayah Salatiga, yang terdiri

dari beberapa pertanyaan sebagai instrument pengumpul data.

2. Data sekunder merupakan data primer yang sudah diperoleh atau tersedia

oleh pihak lain yang berguna untuk memberikan gambaran tambahan,

gambaran pihak lain yang berguna untuk diproses lebih lanjut (Siagian,

Sugiarto, 2002). Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari hasil

perhitungan.

Page 16: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

17

Dalam penelitian ini pengumpulan data primer menggunakan metode

survey dengan kuesioner. Kuesioner menggunakan pertanyaan tertutup langsung

kepada responden. Skala Likert didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek

setuju atau tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan (Sekaran, 2006).

Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk

mewakili pendapat dari responden. Nilai untuk skala tersebut adalah : skala 1 =

Sangat Tidak Setuju (STS), 2 = Tidak Setuju (TS), 3 = Netral (N), 4 = Setuju (S),

5 = Sangat Setuju (SS).

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan digunakan alat analisis berupa :

1. Statistik deskriptif

Merupakan alat statistik yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu

data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi, varian, range, kurtosis,

skweness (Gozali, 2001). alasan menggunakan statistic deskriptif adalah

untuk mempermudah peneliti dalam memberikan gambaran atau deskripsi

suatu data.

2. Analisa regresi

Merupakan suatu studi ketergantungan dari variabel dependen terhadap

variabel indipenden, dengan tujuan mengestimasi atau memprediksi rata-

rata nilai variabel dependen berdasar nilai variabel independen yang

diketahui. Hasil regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing

variabel independen, yang akan digunakan untuk memprediksi variabel

dependen dalam suatu persamaan.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas

Menurut Ghozali; 2005, uji validitas adalah suatu alat ukur yang

menunjukan tingkat kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid

mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti

memiliki validitas yang rendah. Dalam uji validitas digunakan perhitungan

Product Moment dan dibandingkan dengan r kritisnya.

Alasan menggunakan uji Validitas karena untuk mempermudah peneliti

Page 17: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

18

dalam melakukan pengukuran untuk menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen.

Keterangan :

Rxy = koefisien korelasi (r hitung)

X = instrument indikator

Y = variabel yang bersangkutan

N = jumlah

Angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka tabel korelasi

pada baris N dengan taraf signifikasi 5%. Apabila r hitung > r tabel korelasi antar

butir dengan skor total (pada taraf signifikasi 5%), maka pertanyaan yang

digunakan tersebut valid. Sebaliknya, apabila r hitung < r tabel korelasi atara butir

dengan skor total (pada taraf signifikasi 5%), maka pertanyaan yang digunakan

tersebut tidak valid.

Uji Reliabilitas

Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukan oleh suatu

angka yang disebut koefisien reliabilitas. Tinggi rendahya reliabilitas tes

dicerminkan oleh koefisien korelasi antara skor pada dua tes yang paralel yang

dikenakan pada sekelompok individu yang sama. Semakin tinggi koefisien

korelasi termaksud, berarti konsistensi antara hasil pengenaan dua tes tersebut

semakin baik dan hasil ukur kedua tes itu dikatakan semakin reliabel. Sebaliknya,

apabila dua tes yang dianggap paralel ternyata menghasilkan skor yang satu

dengan yang lain berkorelasi rendah, maka dapat dikatakan bahwa reliabilitas

hasil ukur tes tersebut tidak tinggi.

Alasan menggunakan uji Reliabilitas karena untuk mempermudah peneliti

dalam melakukan pengukuran untuk mendapat hasil yang dapat dipercaya.

( )[ ] ( )[ ]2222 ..

.

YYnXXn

YXXYnRxy

�−�−�−�

��−�=

Page 18: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

19

Rumus uji reliabilitas :

Keterangan :

α = Cronbach’s alpha

i = bilangan konstan

r = rata-rata korelasi antar butir

k = jumlah butir

SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik

cronbach alpha . Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai cronbach alpha > 0,6 (Ghozali;2005).

Ukuran reliabilitas adalah :

• Apabila nilai cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,5 maka item pertanyaan

x tersebut dapat dinyatakan reliabel.

• Apabila nilai cronbach’s Alpha lebih kecil dari 0,5 maka item pertanyaan

x tersebut dapat dinyatakan tidak reliabel.

Uji Hipotesis

Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk

model hubungan antara variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Jika

hanya terdapat satu variabel bebas, maka digunakan regresi linier sederhana,

sedangkan jika terdapat variabel bebas lebih dari satu maka digunakan regresi

linier berganda. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana,

hal ini dikarenakan hanya terdapat dua variabel yaitu retailing mix sebagai

variabal independen atau bebas dan keputusan pembelian sebagai variabel

dependen atau tak bebas. Alasan menggunakan uji hipotesis ini adalah untuk

mempermudah peneliti dalam membentuk model hubungan antara variabel terikat

dengan satu atau lebih variabel bebas.

Bentuk persamaannya sebagai berikut :

Y= a+ bx+e

( )KrrK

11.−+

Page 19: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

20

Dimana :

Y = Keputusan Pembelian di Swalayan Niki Baru Salatiga

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X = Retailing Mix

e = Error

Uji R-Square (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R-Square) digunakan untuk menguji persentase total

variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

independen. Nilai R-Square berkisar antara 0 sampai dengan 1. Bila R-Square

semakin mendekati 1, maka model regresi tersebut semakin baik. Semakin

mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat

menjelaskan variabilitas dari variabel dependen. Alasan menggunakan uji R-

square karena untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengujian untuk

mengetahui persentase total variasi dalam variabel dependen yang dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel independennya.

Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Kolom (signifikansi) jika hasilnya < 0,05 maka dapat diartikan bahwa

hubungan variabel dependen dengan variabel independen signifikan. Uji

signifikansi dengan nilai p (p value), jika besarnya nilai p < 0,05 bearti signifikan.

Alasan menggunakan uji Signifikansi Parsial karena untuk mempermudah peneliti

dalam melakukan pengujian untuk mengetahui persentase signifikansi hubungan

variabel dependen dengan variabel independen.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Bagian ini akan menjelaskan mengenai gambaran umum responden, yang

meliputi usia, jenis kelamin (gender), pekerjaan, pengeluaran per bulan, dan

dalam satu bulan berapa kali berkunjung ke Swalayan Niki baru. Untuk mencapai

nilai yang valid dalam proses pengolahan data, maka diambil sampel sebanyak

100 orang, melalui penyebaran kuesioner di Swalayan Niki Baru dan khususnya

masyarakat Salatiga yang berbelanja lebih dari 3 kali dalam sebulan.

Page 20: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

21

Tabel 4. Karakteristik Responden Kategori Sub Kategori Frekuensi Presentase (%)

Usia < 25 tahun

25-50 tahun

> 50 tahun

32

47

21

32

47

21

Gender Laki-laki

Perempuan

34

66

34

66

pekerjaan Mahasiswa

Karyawan

Lainnya

38

43

19

38

43

19

Pengeluaran per bulan < Rp.1.500.000,-

Rp.1.500.000 -

Rp.3.000.000,-

> Rp.3000.000,-

42

48

10

42

48

10

Dalam satu bulan berapa

kali berkunjung ke

Swalayan Niki Baru

3 – 4 kali

4 – 5 kali

> 5 kali

52

28

20

52

28

20

(Sumber Data Primer Diolah 2013)

Dari Tabel diatas, dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan usia

responden yang paling dominan adalah berusia 25-50 tahun dengan presentase

sebesar 47%, dan sisanya adalah berusia < 25 tahun dengan presentase 32%.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang dominan adalah jenis

kelamin perempuan dengan presentase sebesar 66%. Hal ini karena biasanya

perempuan yang lebih sering untuk pergi berbelanja. Karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan yang dominan adalah responden yang bekerja sebagai

karyawan dengan presentase sebesar 43% . Karakteristik responden berdasarkan

pengeluaran per bulan yg terbesar adalah responden dengan pengeluaran per bulan

Rp1.500.000 – 3.000.000,- dengan presentase 48%. hal ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa pengeluaran konsumen per bulan bisa dikatakan cukup besar.

Dan jika dilihat dari karakteristik responden yang dalam satu bulan datang ke

Swalayan Niki baru yang paling sering adalah 3 – 4 kali dengan presentase

sebesar 52%.

Page 21: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

22

Uji Validitas dan Reliabilitas

Dari penyebaran kuesioner yang telah diberikan kepada 100 orang

responden, maka diperoleh data yang akan digunakan untuk menjawab persoalan

penelitian. Dalam melakukan pengujian, langkah awal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakan

taraf signifikan sebesar 5%. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas disajikan

dalam tabel berikut ini.

Tabel 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Indikator Empirik Validitas (Corrected

item - Total

Corelation)

Reliabilitas

(Cronbach’s - Alpha)

Retailing Mix Produk 1 .314 .735

Produk 2 .423

Harga 1 .440

Harga 2 .415

Harga 3 .370

Lokasi 1 .207

Lokasi 2 .276

Promosi 1 .190

Promosi 2 .253

Presentasi 1 .376

Presentasi 2 .429

Presentasi 3 .294

Personalia 1 .452

Personalia 2 .456

Keputusan

Pembelian

Keputusan Pembelian 1 .579 .702

Keputusan Pembelian 2 .401

Keputusan Pembelian 3 .356

Keputusan Pembelian 4 .722

(Sumber Data Primer Diolah 2013)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa setiap pernyatan dari masing-masing

variabel dapat dikatakan valid, karena nilai r hitung > dari r tabel yaitu 0,117. Dan

dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 (Ghozali,2005:41). Dari

Page 22: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

23

tabel diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan variabel dapat dikatakan reliabel

karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.

Analisis Regresi Sederhana

Pengujian Hipotesis menggunakan nilai koefisien determinasi (R²) dan uji

t.

Tabel 6. Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 .294 .062 .052 1.542

(Sumber Data Primer Diolah 2013)

Dari Tampilan output SPSS model summary besarnya R² adalah 0,062

artinya 6,2% variasi keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh retailing mix

yang terdiri dari bauran produk, bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi,

bauran presentasi dan bauran personalia. Sedangkan sisanya (100% - 6,2% =

93,8%) dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Faktor- faktor yang mungkin

mempengaruhi keputusan pembelian adalah store image (Jeffri, 2006), word of

mouth (Anggraeni, 2012).

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Dalam pengujian hipotesis ingin mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat maka dilakukan uji t. Tabel dibawah ini menyajikan

hasil uji t

Tabel 7. Hasil perhitungan Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.590 1.512 7.665 .000

Retailing_mix .076 .030 .249 2.546 .012

Page 23: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

24

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.590 1.512 7.665 .000

Retailing_mix .076 .030 .249 2.546 .012

a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

Dari tabel diatas diketahui bahwa uji t menggunakan tingkat signifikansi �

= 5% maka variabel retailing mix berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian pada swalayan Niki Baru di Salatiga. Persamaan untuk

model regresi sederhana variabel retailing mix (bx), keputusan pembelian (Y)

adalah:

Y = 11.590 + 0,76 bx + e Hipotesis Pernyataan

Hipotesis

Sig. Keterangan

H retailing mix

berpengaruh positif

terhadap keputusan

pembelian

.012 Signifikan

Dari hasil uji regresi linear sederhana ditemukan bahwa pengaruh retailing mix

terhadap keputusan pembelian di atas, dapat dilihat bahwa variabel retailing mix

memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel keputusan pembelian.

Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikasi variabel retailing mix lebih kecil dari

0,05 yaitu sebesar 0,012 serta nilai � dari variabel retailing mix sebesar 0,076. Hal

ini menunjukan hipotesa retailing mix berpengaruh terhadap keputusan pembelian

terpenuhi. Dalam penelitian ini retailing mix diukur melalui bauran produk,

bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi dan bauran

personalia. Berkenaan dengan bauran produk hasil penelitian menunjukkan 68%

Page 24: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

25

responden menyatakan produk yang ditawarkan swalayan Niki baru beragam dan

66% responden menyatakan niki baru menjual produk dengan merek merek yang

di kenal. Berkenaan dengan bauran harga 65% responden menyatakan harga yang

di tawarkan oleh swalayan niki baru sesuai dengan nilai produk, 68% responden

menyatakan harga sesuai dengan kualitas produk dan 33% responden menyatakan

harga lebih rendah disbanding swalayan lain. Dalam hal bauran lokasi 44%

responden menyatakan lokasi mudah di jangkau dan 17% responden menyatakan

swalayan memiliki tempat parkir yang memadai. Dari segi bauran promosi 61%

responden menyatakan promosi barang mempengaruhi konsumen untuk membeli

dan 44% responden menyatakan spanduk produk tertentu mempengaruhi

konsumen untuk membeli produk. Berkenaan dengan bauran presentasi 35%

responsen menyatakan penataan toko swalayan terlihat menarik, 58% responden

menyatakan penataan barang di swalayan menarik dan 63% responden

menyatakan suasana di dalam swalayan membuat konsumen nyaman berbelanja.

Dilihat dari bauran personalia 40% responden menyatakan karyawan swalayan

Niki Baru melayani konsumen dengan ramah dan 21% responden menyatakan

karyawan swalayan Niki Baru cepat tanggap saat konsumen memerlukan bantuan.

Dari hasil keseluruhan diatas terdapat nilai terendah pada variabel bauran lokasi

dimana hanya 17% responden yang menyatakan swalayan memiliki tempat parkir

yang memadai, itu berarti swalayan harus dapat meningkatkan tempat parkir yang

lebih memadai lagi dan keseluruhan dari hasil dapat disimpulkan bahwa mayoritas

responden menyatakan setuju retailing mix di swalayan Niki Baru sudah bagus,

itu yang menjadikan konsumen mengambil keputusan untuk membeli atau

berbelanja di Swalayan Niki baru.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa pengaruh Retailing Mix yang terdiri dari bauran produk,

bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi, dan bauran

personalia memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian pada Swalayan Niki Baru. Hal ini dapat dilihat dari hasil regresi linear

sederhana mendapatkan persamaan regresi berikut ini Y = 11.590 + 0,76 bx + e.

Page 25: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

26

Sebesar 6,2% variasi Retailing Mix dapat dijelaskan oleh keputusan pembelian.

Penerapan bauran eceran (Retailing Mix) yang baik dan sesuai dengan

keinginan konsumen mempengaruhi konsumen untuk terus melakukan keputusan

pembelian di Swalayan Niki Baru dengan harapan dapat memenuhi semua

kebutuhan para konsumen dengan mudah. Rata-rata pelanggan Swalayan Niki

Baru tertarik datang kembali karena pengaruh Retailing Mix yang diberikan dapat

memuaskan konsumen dan mempermudah untuk mencari kebutuhan mereka, ini

yang membuat pelanggan loyal terhadap Swalayan Niki baru sehingga pelanggan

akan datang lagi dan berbelanja di Swalayan Niki baru.

Keterbatasan penelitian dan Penelitian Mendatang

Terdapat beberapa keterbatasan penelitian dalam hal ini penelitian

deskriptif dan tidak menggali lebih dalam pendapat responden tentang retailing

mix, diantara responen banyak yang mengisi cepat-cepat tanpa mempedulikan

kepentingan peneliti. Hasil pengolahan data dengan analisis regresi sederhana

menunjukan R² untuk keenam variabel retailing mix (bauran produk, bauran

harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi dan bauran personalia)

sangat kecil yaitu sebesar 6,2% terhadap keputusan pembelian pada Swalayan

Niki Baru Salatiga. Sedangkan sisanya 93,8% dijelaskan oleh faktor lain diluar

model. Faktor yang mungkin mempengaruhi keputusan pembelian adalah store

image (Jeffri, 2006), word of mouth (Anggraeni, 2012).

Page 26: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

27

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Danita Dwi. 2012. “Pengaruh Word Of Mount Terhadap Keputusan

Pembelian (Studi Pada Konsumen Illy Cafe Lai-Lai Malang)”. Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (tidak dipublikasikan).

Christian, Nova, 2008:9. “Pengaruh variabel-variabel retailing mix terhadap

Keputusan Pembelian Konsumen di Supermarket Kota Manado”. Jurnal

formas : media informasi dan komunikasi ilmiah mahasiswa Sulawesi

Utara di Malang.

Dahmiri. 2009. Pengaruh bauran penjualan eceran (Retailing Mix) terhadap Citra

Departemen Store (Studi pada Ramayana Departemen Store Kota Jambi).

Jurnal Pemasaran Modern. Vol . 1, no . 1. Januari – Juli : 7 – 18.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

��������� ��� �� ������ �������� ����� ���� ��� ����� ���� ��� ����

���������� ����� ������ ����� ������ �������� ��� ����������

����� ������ � ��������� ����� �� ����������� ��� �� � ���������

������ �� ����� ���� ��� ������ ���� ��������!�"��

Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2,

edisi ke-8, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1, edisi

13, Terjemahan Bob Sabran, MM. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 2, edisi

13, Terjemahan Bob Sabran, MM. Jakarta: Erlangga.

Lamb, Charlesh W. Joseph F. Hair, dan Carl Mc Danield, 2001. Marketing,

Terjemahan oleh David Octarevia, Edisi Pertama, Jakarta; Salemba Empat.

Levy, Michael and Barton Weitz, 2007, Retailing Management, Sixth Edition, Mc

Graw-Hill / Irwin.

Ma’ruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Siagian P. Sondang, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Penerbit: CV. Alfabeta

Page 27: PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3651/2/T1_212007055_Full... · dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan

28

Sulistyawan, Fauzan, 2008:22. “Pengaruh Retailing Mix terhadap Keputusan

Pembelian pada Alfamart JL. Gajayana Malang”.

Supramono dan Haryanto. 2005. Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran.

Yogyakarta: Andi Offset.

Uma Sekaran, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1, Jakarta:

Salemba Empat.

Uma Sekaran, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 2, Jakarta:

Salemba Empat.

Utami Cristina Whidya, 2006. Manajemen Ritel. Salemba Empat. Jakarta

http://detikfinance.com

Darandono (2012). Bisnis Ritel di Indonesia Kian Menjanjikan. From

H:\sumber\2012-bisnis-ritel-di-indonesia-kian-menjanjikan.htm

Heribertus (2012). Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam

Pembelian Suatu Produk. From H :\sumber\faktor-faktor-yang-

mempengaruhi-perilaku- konsumen-dalam-pembelian-suatu-produk.htm

Retno Arieswanti (2010). Perkembangan Bisnis Ritel di Indonesia. From

H://RETNO ARIESWANTI HAPSARINI » Blog Archive »

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA.htm