57
1 Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia Komisi Ekonomi PPI Dunia 20 tahun yang lalu, Indonesia menghadapi krisis ekonomi yang membuat pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi hingga -13.1 persen pada tahun 1998 dan membuat pendapatan per kapita Indonesia turun dari USD 1,064 menjadi hanya USD 464. Walaupun krisis ekonomi Asia 1997 berawal dari krisis mata uang Bath di Thailand, tapi Indonesia menjadi negara yang paling mengalami dampak buruk dari krisis ekonomi. Krisis ekonomi pada tahun-tahun tersebut pulalah yang membuat Presiden Soeharto mundur dari posisinya sebagai Presiden dan menandakan berakhirnya Orde Baru pada tanggal 21 Mei 1998. Oleh sebab itu, perjalanan 20 tahun reformasi tidak dapat dilepaskan dari kinerja perekonomian nasional. Kinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau tidaknya pelaksanaan reformasi selama 20 tahun. Setelah mengalami kontraksi pada tahun 1998, ekonomi Indonesia kembali mendapatkan momentum pertumbuhan pada tahun 1999 dimana ekonomi Indonesia tumbuh 0.79 persen. Sejak saat itu, Indonesia berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi selama 20 tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 5.04 persen (Bank Dunia, 2017). Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Persen) Sumber: Bank Dunia (2018) -15 -10 -5 0 5 10

Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

1

Pendahuluan

Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia

Komisi Ekonomi PPI Dunia

20 tahun yang lalu, Indonesia menghadapi krisis ekonomi yang membuat pertumbuhan

ekonomi mengalami kontraksi hingga -13.1 persen pada tahun 1998 dan membuat

pendapatan per kapita Indonesia turun dari USD 1,064 menjadi hanya USD 464. Walaupun

krisis ekonomi Asia 1997 berawal dari krisis mata uang Bath di Thailand, tapi Indonesia

menjadi negara yang paling mengalami dampak buruk dari krisis ekonomi. Krisis ekonomi

pada tahun-tahun tersebut pulalah yang membuat Presiden Soeharto mundur dari posisinya

sebagai Presiden dan menandakan berakhirnya Orde Baru pada tanggal 21 Mei 1998. Oleh

sebab itu, perjalanan 20 tahun reformasi tidak dapat dilepaskan dari kinerja perekonomian

nasional. Kinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau

tidaknya pelaksanaan reformasi selama 20 tahun.

Setelah mengalami kontraksi pada tahun 1998, ekonomi Indonesia kembali

mendapatkan momentum pertumbuhan pada tahun 1999 dimana ekonomi Indonesia

tumbuh 0.79 persen. Sejak saat itu, Indonesia berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi

selama 20 tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 5.04 persen (Bank

Dunia, 2017).

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Persen)

Sumber: Bank Dunia (2018)

-15

-10

-5

0

5

10

Page 2: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

2

Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan

Filipina, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung lebih stabil. Pada saat krisis

finansial global menghantam negara-negara di dunia pada tahun 2008, pertumbuhan

ekonomi Indonesia masih tetap positif. Di saat yang bersamaan, negara-negara tetangga

seperti mengalami gejolak ekonomi. Thailand dan Malaysia bahkan mencapai pertumbuhan

ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut

sebesar -0.7 persen dan -2,5 persen.

Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Persen)

Sumber: Bank Dunia (2018)

Dalam konteks pertumbuhan ekonomi sektoral, sektor non-tradable tumbuh lebih

cepat dibandingkan sektor tradable (lihat gambar 3). Kondisi ini membuat pertumbuhan

ekonomi Indonesia selepas berakhirnya Orde Baru dianggap tidak berkualitas dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Hal ini mengingat sektor-sektor non-tradable

menyerap tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan sektor-sektor tradable.

-15

-10

-5

0

5

10

15

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Indonesia Thailand Malaysia Philippines

Page 3: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

3

Gambar 3. Pertumbuhan Sektor Tradable dan Non Tradable (Persen)

Sumber: BPS (2016), diolah

Rendahnya pertumbuhan sektor tradable disumbang oleh rendahnya pertumbuhan

sektor industri. Padahal, sektor industri merupakan sektor krusial dalam pembangunan suatu

negara dan berperan menjadi prime mover perekonomian suatu negara. Alih-alih peranannya

semakin tinggi, sektor industri justru mengalami fenomena yang dikenal dengan istilah

deindustrialisasi dini.

Dalam sebuah tahapan pembangunan suatu negara, menurunnya peranan sektor

industri dalam bagi ekonomi dan digantikan oleh sektor jasa sebenarnya merupakan hal yang

wajar. Fenomena transformasi struktural tersebut terjadi ketika sektor industri sudah berada

pada tahap kapasitas penuh. Walaupun tidak ada kesepakatan definisi kapasitas penuh,

namun negara-negara maju mengalami transformasi struktural ketika peranan sektor industri

terhadap PDB nasional sudah mencapai 30 persen. Dalam konteks Indonesia, peranan sektor

industri bagi ekonomi justru mengalami penurunan sebelum mencapai tahap tersebut.

Bahkan sejak tahun 2001, kontribusi sektor industri terus mengalami penurunan dari 29.05

persen di 2001 menjadi hanya 20.16 persen pada tahun 2007. Meskipun pemerintah

deindustrialisasi dini sudah menjadi perhatian pemerintah namun upaya mengerem laju

deindustrialisasi belum berhasil.

4.6

2.6

3.93.5 3.4 3.5 3.7 3.9

3.4

2.2

3.8

5.14.7

3.7 3.6

2.5

5.34.9

5.3

6.37

87.4

8.8 8.7

7.1

8.6

7.1 7.2 7.1

6.26.5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tradable Non-Tradeable GDP

Page 4: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

4

Sumber: BPS (2018), diolah

Selain aspek makro, evaluasi atas kinerja ekonomi Indonesia mencakup berbagai

persoalan yang sifatnya mikro. Sebagai contoh adalah terkait pembangunan ekonomi wilayah

mengingat pembangunan wilayah merupakan salah satu semangat reformasi. Untuk

mendukung hal ini, maka sejak berakhirnya orde baru, Indonesia menjalankan desentralisasi

ekonomi dengan harapan agar kue ekonomi tidak lagi terpusat di Jakarta tetapi dapat

dirasakan di wilayah-wilayah lain di luar Jakarta dan Jawa. Lebih dari itu, indikator

kesejahteraan menjadi indikator yang penting untuk dianalisis dalam menilai kinerja

perekonomian nasional selama 20 tahun setelah reformasi.

Oleh sebab itu, pada bagian selanjutnya akan dijelaskan kinerja ekonomi Indonesia dari

sudut pandang yang lebih spesifik. Tulisan pertama yang ditulis oleh Dzulfian Syafrian, akan

menjelaskan mengenai demokratisasi ekonomi, terutama dalam kaitannya dengan

pembangunan ekonomi wilayah. Lalu pada tulisan selanjutnya, I Made Krisna akan membahas

urgensi mendorong investasi di Indonesia dalam rangka mencapai pembangunan yang

berkualitas. Lalu pada tulisan ketiga akan dibahas tantangan dan strategi yang perlu dilakukan

dalam rangka mengurai ketimpangan ekonomi di Indonesia. Lalu pada tulisan terakhir akan

dibahas bagaimana APBN dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi demografi di

Indonesia.

29.0528.72

28.25 28.0727.41 27.54

27.05

27.81

26.36

24.8024.34

23.96 23.69 23.71

22.0421.76

21.4521.03

20.7 20.8 21

20.1620.00

21.00

22.00

23.00

24.00

25.00

26.00

27.00

28.00

29.00

30.00

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDB Nasional (%)

Seri 2000 Seri 2010

Page 5: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

5

Demokratisasi Ekonomi Indonesia:

Menggeser Paradigma Kebijakan Nasional dari Berbasis Individu (People-

Centred) Menjadi Pro-Wilayah (Region-Based)

Oleh: Dzulfian Syafrian*

*Kajian Ekonomi PPI Dunia, Mahasiswa Doktoral Durham University Business School dan Anggota Jaringan

Internasional Peneliti Studi Regional, Regional Studies Association (RSA)

Pengantar

Pada tahun ini, 2018, masyarakat Indonesia memeringati fase paling penting perjalanan

bangsa ini dalam kurun waktu dua dekade belakangan, yaitu Reformasi 1998. Demokratisasi

adalah salah satu kata kunci dalam Gerakan Reformasi 1998. Hanya saja, banyak orang terlalu

fokus pada demokratisasi politik, padahal demokratisasi ekonomi Indonesia tidak lah kalah

penting dalam amanat Reformasi.

Tanpa adanya krisis moneter 1998, mungkin saja Gerakan Reformasi 1998 tidak akan

terlahir. Jatuhnya rupiah dari kisaran Rp3.000/USD menjadi Rp16.500/USD, praktis membuat

ekonomi Indonesia seketika kolaps. Maraknya praktek-praktek anti-demokrasi ekonomi,

seperti monopoli, perburuan rente (rent-seeking), korupsi, kolusi atau nepotisme dalam

berbagai aktivitas ekonomi adalah beberapa penyebab meledaknya Krisis Ekonomi 1998.

Pada periode ini, banyak sekali pengusaha ’hitam’ memanfaatkan longgarnya kebijakan

ekonomi, khususnya perbankan dan subsidi, sejak era 1980-an pada saat itu (Syafrian, 2011).

Para pengusaha busuk ini secara serampangan (moral hazard) menggunakan uang negara (i.e.

subsidi) maupun uang publik di perbankan untuk mengembangkan bisnis mereka dimana

banyak dari bisnis tersebut sebenarnya tidak layak dan aman untuk didanai. Alhasil, kredit

macet dimana-mana yang membuat sistem perbankan Indonesia kolaps. Sebagai ongkosnya,

Negara dirugikan hampir Rp150 triliun melalui bail-out besar-besaran melalui Program

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia/BLBI (Batubara, et al.,2008; Edward, 2010). Achmad

(2012) menyebut bahwa kasus ini adalah kejahatan korupsi perbankan terbesar dalam

sejarah Indonesia.

Tanpa adanya pembangunan institusi yang kuat, perilaku aktivitas-aktivitas anti-

demokrasi ekonomi seperti ini sangatlah memungkinkan terjadi karena para pemburu rente

(rent seekers) akan dengan mudah berkongsi dengan penguasa untuk memengaruhi berbagai

Page 6: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

6

kebijakan ekonomi yang menguntungkan bisnis mereka, meskipun merugikan bagi

masyarakat luas (Stigler, 1971). Oleh karena itu, kajian ini mencoba merefleksikan hal-hal

yang mesti menjadi perhatian kita semua, khususnya Pemerintah, dalam menegakkan

demoktrasisasi ekonomi Indonesia.

Fokus kajian ini menekankan isu ketimpangan regional (Bab II) sebagai titik tolak

penegakan demokratisasi ekonomi Indonesia. Selepas jatuhnya Rezim Orde Baru, ironisnya

pembangunan ekonomi Indonesia justru semakin timpang. Arah pembangunan Indonesia

semakin terpusat di Jawa (Jawa sentris). Selain itu, rasio gini (i.e. salah satu indikator utama

ketimpangan) Indonesia melorot dari level 0,31-0,33 pada era Pak Harto menjadi 0,39 per

2017, bahkan sempat menyentuh titik terburuk 0,43 pada 2013-151. Memburuknya

ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan bentuk pengkhianatan terhadap

amanat Reformasi 1998, yaitu demokratisasi ekonomi Indonesia. Selain itu, membiarkan

ketimpangan semakin meburuk juga merupakan tindakan inkonstitusional karena

pemerataan pembangunan merupakan amanat UUD 1945 dan Pancasila, khususnya sila

kelima: ’Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’. Oleh karena itu, kajian ini

merekomendasikan paradigma baru dalam pengambilan kebijakan pembangunan Indonesia,

yang awalnya cenderung bersifat orang-per-orang atau dikenal dgn istilah Peole-Centred

Approach menjadi berbasis pembangunan regional/Region-Based Approach (Bab III).

Kesimpulan kajian ini ditampilkan pada Bab IV.

Ketimpangan Regional

The Economist (2017), majalah ekonomi-politik terkemuka di dunia, menerbitkan kajian

khusus terkait efek buruk timpangnya pembangunan antar wilayah di sebuah negara. Dalam

kajian ini dibahas bagaimana ketimpangan regional memiliki ongkos ekonomi, sosial dan

politik yang begitu besar bagi sebuah negara. Contoh yang paling nyata adalah bagaimana

ketimpangan regional mendorong kemenangan mengejutkan Brexit di Inggris Raya dan juga

terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat/AS ke-45 (Clarke and Whittaker,

2016; Rodríguez-Pose, 2017). Dalam kasus Brexit, daerah-daerah yang relatif tertinggal, kecil

dan miskin mayoritas masyarakatnya memilih Britannia Raya untuk keluar ’Leave’ dari Uni

1 Koefisien Gini merupakan indikator yang lazim digunakan sebagai potret ketimpangan di suatu negara. Koefisien ini bernilai 0 (pembangunan merata sempurna/perfectly equal) hingga 1.0 (ketimpangan sempurna/perfectly inequal).

Page 7: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

7

Eropa (Brexit). Demikian pula yang terjadi di AS, wilayah-wilayah (i.e. States) yang relatif

terbelakang pembangunannya cenderung untuk memilih Trump ketimbang lawannya. Bab

ini, oleh karena itu, hendak membahas ketimpangan regional di Indonesia dan

konsekuensinya bagi perekonomian nasional.

Kasus Indonesia: Pembangunan Jawa-Sentris

Ezcurra dan Rodríguez-Pose (2014) menunjukkan bahwa Indonesia pasca reformasi

merupakan salah satu negara paling buruk dalam hal ketimpangan antar wilayahnya. Studi ini

menunjukkan besarnya perbedaan pendapatan per kapita antar wilayah di Indonesia, dengan

menggunakan data PDB per kapita, dan dibandingkan dengan negara-negara berkembang

lainnya. Ketimpangan regional di Indonesia ini juga sangat terlihat antara wilayah ‘Barat’ dan

wilayah ‘Timur’2 sebagaimana data pada Tabel 1. Tabel 1 secara gamblang menunjukkan

bahwa Wilayah Barat (Jawa dan Sumatera) selalu menguasai lebih dari 80% PDB Indonesia.

Tabel 1 juga mengindikasikan bahwa bahwa perekonomian Indonesia kian hari semakin

terpusat di Jawa (Jawa-sentris). Hal ini terlihat dari distribusi PDRB Jawa yang terus naik sejak

1971 (54,5%) menjadi 58,5% pada 2017. Dengan kata lain, hampir 60 persen aktivitas

perekonomian nasional hanya terpusat di Jawa, sedangkan daerah-daerah lain khususnya

Wilayah Timur hanya menikmati kue pembangunan kurang dari sepuluh persen saja.

Tabel 1. Distribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto/PDRB Indonesia (persen)

Wilayah 1971 1990 2017

Sumatera 29 25.2 21.7

Jawa 54.5 56.8 58.5

Bali & Nusa

Tenggara 3.4 2.9 3.1

Kalimantan 5.4 9.1 8.2

Sulawesi 6 4.1 6.1

Maluku &

Papua 1.7 1.9 2.4

total 100 100 100

Sumber: BPS

2 ‘Wilayah Barat’ di sini adalah Sumatera, Jawa, dan Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sedangkan sisanya dikategorikan sebagai ‘Wilayah Timur’ (i.e. Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua).

Page 8: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

8

Indikator-indikator sosial-ekonomi lainnya, seperti Indeks Pembangunan Manusia

(IPM), Konsentrasi Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Populasi Penduduk juga mengonfirmasi

buruknya ketimpangan wilayah di Indonesia sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. Singkat

kata, ketimpangan regional di Indonesia ini tidak hanya semakin memburuk tetapi juga

tergolong akut dan struktural.

Tabel 2. Beberapa Indikator Pembangunan Lainnya

Wilayah

IPM (2013)i

Konsentrasi DPK (%)ii

Kependudukan (2014)iii

Rata2

Margin

Total % Kepadata

n

(juta org)

(org/km2)

Sumatra 74.7 -0.2 11.5 54.4 21.

6 113.0

Jawa 74.8 0.0 76.6 143.6 56.

9 1126.0 Bali dan Nusa Tenggara 70.2 -4.6 2.6 13.9 5.5 190.0 Kalimantan 74.1 -0.8 4.4 15.0 6.0 26.0 Sulawesi 73.0 -1.8 3.0 18.5 7.3 97.0 Maluku dan 70.1 -4.8 1.8 6.7 2.7 15.0

Sumber: Syafrian dan Rachbini (2017)

Catatan: (i) Indeks Pembangunan Manusia (IPM), BPS 2015 (diolah); (ii) Dana Pihak Ketiga (DPK),

Statistik Perbankan Indonesia BI, Juli 2015 (diolah); (iii) Kependudukan, BPS 2015 (diolah)

Lahirnya gerakan-gerakan separatis baik itu berdasarkan wilayah, suku atau agama

adalah salah satu konsekuensi dari ketimpangan regional ini. Kecemburuan sosial yang

ditimbulkan oleh timpangnya kesejahteraan dan pembangunan antara satu daerah dibanding

daerah lain, memberikan ruang bagi gerakan politik populisme, khususnya wilayah-wilayah

yang merasa diacuhkan. Di Indonesia, gerakan semacam ini tidak hanya muncul di Wilayah

Timur (e.g. Organisasi Papua Merdeka/OPM) tetapi juga di Wilayah Barat (e.g. Gerakan Aceh

Merdeka/GAM). Narasi yang dikampanyekan kedua gerakan tersebut sangat lah mirip,

seperti: (i) tertinggalnya pembangunan di daerah mereka; (ii) sumber daya mereka yang

disedot oleh Jawa, khususnya Jakarta; (ii) opresi Jakarta (i.e. Pemerintah Pusat) atas daerah

mereka, dll.

Ancaman disintegrasi semacam ini tidak hanya terjadi di Indonesia atau negara-negara

berkembang lainnya. Bahkan negara-negara maju, seperti Britannia Raya (the United

Page 9: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

9

Kingdom) dan Spanyol pun tidak luput dari gerakan separtis berbasis wilayah semacam ini.

Sebagai gambaran, pada 2014 Skotlandia yang telah ratusan tahun menjadi bagian Britannia

Raya mengadakan pemilu untuk menentukan apakah mereka memilih untuk mendirikan

negara sendiri (disintegrasi) atau tetap bersama dengan Pemerintahan Britannia Raya

(integrasi). Meskipun mayoritas pemilih mendukung opsi kedua (integrasi), selisihnya sangat

lah dekat yaitu hanya 45% versus 55%. Demikian pula yang terjadi di Spanyol, Wilayah

Katalunya (Catalonia) yang merupakan markas dari Barcelona FC mengadakan referendum

serupa pada 2017. Dalam pemilu ini, Rakyat Katalunya menang telak (92%) menuntut

disintegrasi dari Pemerintah Spanyol.

Indonesia harus belajar dari pengalaman Skotlandia dan Katalunya ini. Jika ketimpangan

wilayah di Indonesia tidak segera diselesaikan, bukan tidak mungkin Indonesia akan

mengalami ancaman disintegrasi yang nyata seperti yang terjadi di Britannia Raya dan

Spanyol. Ini lah mengapa kebijakan nasional berbasis wilayah (Region-Based Policy) harus

semakin diterapkan di Indonesia guna menanggulangi ketimpangan pembangunan antar

daerah, sebagaimana dielaborasi lebih lanjut dalam bab berikutnya.

Kebijakan Pro-Wilayah (Region-Based Approach Policy)

Secara umum, berbagai kebijakan ekonomi dan publik cenderung disusun dengan fokus

terhadap membangun manusianya atau lebih dikenal dengan istilah kebijakan berbasis

individu (People-Based Approach Policy). Kebijakan berbasis individu ini sepertinya masih

menjadi paradigma utama pengambilan kebijakan ekonomi dan publik di Indonesia. Sebagai

contoh, Prof. Suahazil Nazara (2013), Ekonom TNP2K yang kini menjabat sebagai Kepala BKF

Kemenkeu, pernah menyebutkan bahwa kebijakan kemiskinan di Indonesia lebih bersifat

orang-per-orang, ketimbang berdasarkan wilayah. Konsekuensinya, alokasi dana

pengentasan kemiskinan di Indonesia sebagian besar dikucurkan di Jawa. Hal ini dikarenakan

jumlah orang miskin (number of poor people) di Jawa jauh lebih banyak ketimbang di Wilayah

lain, meskipun tingakat kemiskinan (poverty rate) di Jawa lebih rendah. Di sisi lain, daerah-

daerah yang tertinggal seperti Papua atau Nusa Tenggara hanya mendapatkan alokasi yang

relatif lebih sedikit. Fakta ini menunjukkan dilema kebijakan (pengentasan kemiskinan) yang

dihadapi Pemerintah Indonesia ketika dihadapkan antara memilih kebijakan Pro-Individu atau

Pro-Wilayah (i.e. lihat Syafrian dan Rachbini (2015) untuk pembahasan lebih lanjut terkait

dilema kebijakan ini).

Page 10: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

10

Paradigma antara kebijakan berbasis individu dan berbasis wilayah memang cukup

berbeda. Kebijakan Pro-Individu didasarkan pada argumen bahwa ketimpangan regional

merupakan sebuah keniscahyaan dari pembangunan. Pendapat ini menyatakan bahwa

aktivitas ekonomi dimanapun pasti lah tidak tersebar secara merata (i.e. lihat Gill (2010) yang

membahas argument ini secara mendetil).

Namun demikian, saat ini diskursus penyusunan kebijakan ekonomi dan publik di

berbagai belahan dunia sudah mulai bergeser dari Pro-Individu menjadi Pro-Wilayah. Sebagai

gambaran, rekomendasi kebijakan yang Pro-Wilayah (Region-Based Approach Policy) telah

menjadi perhatian luas publik, khususnya di negara-negara maju. Rekomendasi kebijakan ini

tercermin dari laporan-laporan yang dirancang oleh Barca (2009) untuk berbagai regional di

Uni Eropa dan juga OECD (2009, 2010).

Garcilazo, Martins dan Tompson (2010) mendefinisikan Kebijakan Pro-Wilayah sebagai

‘kebijakan ekonomi yang tidak hanya mementingkan kesejahteraan orang per orang tetapi

juga mempertimbangkan aspek spasial dan territorial dalam rangka memaksimalkan

pertumbuhan dan kesejahteraan’. Argumen urgensi Kebijakan Pro-Wilayah didasari temuan,

misal Laporan OECD (2009), yang menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi regional lebih

didorong oleh faktor-faktor endogenous, seperti kualitas manusia dan pasar tenaga kerja,

infrastruktur, innovasi, dan institusi (i.e. lihat pula Acemoglu dan Dell (2009) yang membahas

lebih lanjut terkait temuan ini). Oleh karena itu, sudah semestinya paradigma penyusunan

dan pengambilan kebijakan ekonomi dan publik di Indonesia juga memerhatikan aspek

spasial dan territorial, tidak hanya individu.

Singkat kata, paradigma kebijakan berbasis wilayah ini sangat lah penting untuk

diterapkan di Indonesia guna mengatasi permasalahan ketimpangan pembangunan antar

wilayah. Indonesia mesti merubah paradigma Kebijakan Pembagunan Nasional-nya, dari

berbasis orang-per-orang (People-Based Approach) menjadi berbasis wilayah (Region-Based

Approach).

Kesimpulan

Salah satu amanat utama reformasi 1998 adalah demokratisasi seluruh aspek kehidupan di

Indonesia. Meskipun demikian, isu demokrasi ekonomi masih kurang mendapat perhatian

yang cukup dalam diskursus pembangunan nasional. Hal ini menjadi ironis mengingat tidak

meratanya pembangunan antar wilayah di Indonesia yang telah menjadi permasalahan

Page 11: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

11

struktural semenjak Indonesia merdeka. Sebagaimana di tunjukkan pada Bab II, Indonesia

telah gagal melakukan demokratisasi ekonomi nasional yang tercermin dari masih

terpusatnya aktivitas ekonomi nasional terbatas di Jawa (Jawa-sentris). Kian hari,

perekonomian yang bersifat Jawa-sentris ini kian memburuk. Timpangnya pembangunan

antara Jawa-Luar Jawa atau antara Barat dan Timur Indonesia (akan) memiliki biaya sosial,

ekonomi dan politik yang besar. Paradigma pembangunan yang masih cenderung bersifat

orang-per-orang (Peole-Centred Approach) tidak akan mampu menyelesaikan ketimpangan

struktural antar wilayah ini, justru pendekatan ini dapat memperparah ketimpangan wilayah

di Indonesia. Oleh karena itu, kajian ini merekomendasikan agar diterapkannya paradigma

pengambilan kebijakan yang lebih bersifat kewilayahan (Region-Based Approach) guna

menaggulangi ketimpangan struktural antar wilayah di Indonesia.

Page 12: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

12

MENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA

Oleh: I Made Krisna *

*Kajian Ekonomi PPI Dunia, Mahasiswa Doktoral Australian National University (ANU)

Ringkasan Kebijakan Investasi Indonesia

Ekonomi Indonesia dewasa ini kembali mengalami tantangan. Di tengah defisitnya

neraca perdagangan Indonesia saat ini, mata uang rupiah melemah terhadap dolar Amerika

Serikat (AS), tertinggi sejak 2 tahun terakhir. Perdagangan internasional tengah menghadapi

ketidak pastian akibat perang dagang yang utamanya mengitari dua kekuatan ekonomi global

saat ini, yaitu AS dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Meski lifting minyak nampak memenuhi

target, namun harga minyak per barel semakin jauh meninggalkan asumsi APBN 2018 yang

tidak realistis. Pertumbuhan ekonomi pun masih di bawah harapan.

Kondisi Makroekonomi Indonesia

Bank Indonesia tidak memiliki banyak pilihan. Bank sentral AS telah meningkatkan suku

bunganya menjadi 1.75 %, dan jika pertumbuhan ekonomi AS makin membaik, maka angka

ini masih mungkin naik lagi dalam waktu dekat. Instrumen Bank Indonesia sangat terbatas:

menaikkan suku bunga dengan potensi mengendurkan pertumbuhan ekonomi, atau melepas

dolar AS yang sekarang tinggal 126 dolar AS. Kondisi ini diperparah dengan keadaan utang

Indikator Satuan APBN 2018 2017*

Pertumbuhan Ekonomi % 5.4 5.01

Inflasi % yoy 3.5 3.7

Nilai Tukar IDR/USD 13400 13331

Suku Bunga SPN % 5.2 5

Harga Minyak USD/barrel 48 48.9

Lifting Minyak 1000 barrel/hari 800 794.2

Lifting Gas 1000 barrel/hari 1200 1128.8

*Angka sampai September 2017

Sumber: https://www.kemenkeu.go.id/apbn2018

Page 13: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

13

Indonesia yang cukup tinggi dimiliki asing dan kondisi keseimbangan Neraca Pembayaran

Indonesia (NPI) yang kurang baik dibandingkan kondisi Krisis Global 2008 (Ren 2018).

Bagaimana kondisi NPI Indonesia saat ini?

Gambar 1 Grafik Neraca Pembayaran Indonesia

Berdasarkan gambar 1, kita dapat lihat bahwa transaksi berjalan Indonesia tercatat

mengalami defisit sejak 2012. Indonesia mencatat nilai ekspor yang belakangan ini konsisten

positif, namun tidak cukup untuk membendung pendapatan primer yang harus dibayarkan ke

luar negeri. Mengandalkan ekspor untuk mengurangi defisit NPI tidak mudah. Karena itu,

salah satu strategi yang masih menjadi andalan pemerintah adalah meningkatkan transaksi

finansial, untuk mengurangi defisit NPI.

Indonesia, serupa dengan negara emerging market lain, menikmati keuntungan dari

rendahnya suku bunga negara-negara maju. Uang yang semula ditanam di negara maju

langsung mengalir ke negara-negara yang suku bunganya kompetitif seperti Indonesia.

Hasilnya, nilai investasi asing yang masuk ke tanah air meningkat. Hingga saat ini, Indonesia

masih menikmati surplus neraca finansial, yang membantu mengurangi defisit NPI. Namun,

jika investasi yang masuk tersebut adalah dalam bentuk investasi portfolio, maka investasi ini

sangat rentan dengan keadaan suku bunga di Amerika Serikat. Lalu bagaimana cara terbaik

menjaga kondisi makroekonomi Indonesia saat ini?

Jawabannya adalah investasi langsung sektor riil. Cara terbaik menjaga agar aset luar

negeri tidak pergi dari Indonesia adalah menanamnya dalam bentuk Foreign Direct

Investment (FDI). Meskipun Bank Indonesia adalah penjaga nilai mata uang dan kondisi

-40,000

-30,000

-20,000

-10,000

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Transaksi Berjalan Transaksi Finansial

Page 14: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

14

moneter Indonesia, namun kita tidak boleh lupa bahwa instrument BI hanya menjaga rupiah

dari volatilitas. Jika ingin kondisi makroekonomi memiliki kestabilan jangka Panjang di posisi

yang kita inginkan, jalan terbaik adalah memperbaiki kondisi riil. Dapat kita lihat di gambar 2

bahwa investasi langsung memiliki volatilitas yang lebih rendah, dan nampak akan menuju

tren kenaikan baru.

Gambar 2 Transaksi Finansial Indonesia, 2010-2017

Kondisi Iklim Investasi Indonesia Saat ini

Investasi langsung diikordir oleh Badan Kebijakan Penanaman Modal (BKPM), namun

berbagai kebijakan pemerintah sangat memengaruhi keputusan asing untuk menanamkan

modalnya di Indonesia. Menurut Laporan Posisi Investasi Internasional Indonesia Triwulan IV

2017, tingginya surplus neraca finansial Indonesia diakibatkan oleh suku bunga kompetitif,

kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi domestik Indonesia, dan pertumbuhan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tentunya laporan tersebut berdasarkan angka dan

pengamatan sampai dengan tahun 2017.

Menurut data dari BKPM3, realisasi investasi langsung mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Gambar 3 menunjukan realisasi investasi langsung Indonesia dari tahun 2010

sampai 2016. Dapat kita lihat bahwa secara keseluruhan, realisasi tersebut mengalami tren

positif. Bagaimanapun, Penanaman Modal Asing (PMA) masih stagnan dibandingkan dengan

3 Menurut BKPM, angka-angka pada basis data mereka tidak memasukkan besanya Investasi di bidang-bidang antara lain: minyak bumi dan gas, asuransi, perbankan dan Lembaga Keuangan non-bank, sewa guna usaha, dan Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor.

-15,000

-10,000

-5,000

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Investasi Langsung Investasi portofolio

Derivatif Finansial Investasi Lainnya

Page 15: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

15

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dengan kata lain, peningkatan investasi langsung

masih didorong oleh PMDN. Jika kita bicara pertumbuhan ekonomi, tentu investasi langsung

selalu baik, dari manapun sumbernya. Akan tetapi, ini menunjukan bahwa sebagian besar

modal asing yang masuk kemungkinan memang adalah investasi portfolio, yang tentunya

volatilitasnya lebih tinggi.

Gambar 3 Realisasi Investasi Langsung Indonesia, 2010-2016, dalam dolar AS

Tabel 1 menunjukkan penjabaran investasi langsung tersebut pada tahun 2016

berdasarkan sektor. Oleh BKPM, Sektor secara garis besar dibagi 3, yaitu sektor primer,

sekunder dan tersier. Dapat kita lihat bahwa memang secara umum, PMDN jauh melebihi

PMA secara umum dalam nilai, namun sebaliknya dalam bentuk proyek. PMA memiliki lebih

banyak proyek namun dalam skala kecil, jika kita bandingkan dengan PMDN.

Di sektor primer, investasi paling banyak terkonsentrasi terutama di pertambangan dan

tanaman pangan & perkebunan. Seperti diketahui, ekspor Indonesia saat ini masih didominasi

oleh kedua sektor tersebut, antara lain batu bara, sawit, gas dan karet (sekitar 25% nilai

ekspor), dan nampaknya sektor ini masih akan menjadi keunggulan komparatif Indonesia di

masa depan.

Di sektor sekunder, industri mendapat suntikan investasi terbesar nampak memiliki

korelasi positif dengan industri yang memiliki pertumbuhan paling baik (lihat tabel 2). Industri

makanan masih menjadi primadona, mencatat pertumbuhan yang sangat konsisten dan

sangat tinggi relatif dibandingkan dengan sektor lain maupun agregat. Secara total, investasi

$0

$50,000

$100,000

$150,000

$200,000

$250,000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

PMDN PMA

Page 16: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

16

di sektor sekunder jauh melebihi investasi di sektor primer, yang artinya investor-investor

masih yakin sektor manufaktur Indonesia memiliki masa depan yang cerah.

Tabel 1 Realisasi investasi langsung tahun 2016 berdasarkan sektor

NO. S E K T O R PMA PMDN

Proyek Nilai

total (Juta

USD)

Proyek Nilai total

(Juta USD)

I SEKTOR PRIMER 2,313 4,502 802 27,704.7

1 Tanaman Pangan & Perkebunan 800 1,589.1 543 20,998.6

2 Peternakan 150 48.9 90 466.0

3 Kehutanan 108 78.2 16 203.8

4 Perikanan 125 43.3 19 2.6

5 Pertambangan 1,130 2,742.4 134 6,033.6

II SEKTOR SEKUNDER 9,564 16,687.6 3,544 106,858.9

6 Industri Makanan 1,948 2,115.0 1,171 32,046.3

7 Industri Tekstil 886 321.3 284 3,209.8

8 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 279 144.4 21 69.1

9 Industri Kayu 240 267.5 116 3,151.0

10 Ind. Kertas dan Percetakan 274 2,786.6 185 5,257.9

11 Ind. Kimia dan Farmasi 1,096 2,889.1 452 30,111.9

12 Ind. Karet dan Plastik 710 737.3 422 3,576.9

13 Ind. Mineral Non Logam 397 1,076.0 217 15,404.6

14 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 2,185 3,897.1 483 11,568.5

15 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi &

Optik & Jam

22 8.8 7 5.0

Page 17: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

17

16 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat

Transportasi Lain

928 2,369.3 93 1,713.9

17 Industri Lainnya 599 75.2 93 744.2

III SEKTOR TERSIER 13,451 7,774.6 3,168 81,742.5

18 Listrik, Gas dan Air 748 2,139.6 472 22,794.5

19 Konstruksi 437 186.9 365 14,039.1

20 Perdagangan & Reparasi 5,541 670.4 1,024 4,513.4

21 Hotel & Restoran 2,028 887.8 368 1,559.9

22 Transportasi, Gudang &

Komunikasi

620 750.2 364 26,769.6

23 Perumahan, Kawasan Ind &

Perkantoran

1,151 2,321.5 324 9,192.8

24 Jasa Lainnya 2,926 818.2 251 2,873.2

JUMLAH 25,328 28,964.1 7,514 216,306.1

Sumber: BKPM

Tabel 2 Pertumbuhan sektor industri, dalam %

Sektor 2014 2015 2016 2017

Industri makanan dan minuman 9.49 7.54 8.33 9.23

Industri logam dasar 6.01 6.21 0.99 5.87

Industri mesin dan perlengkapan 8.67 7.58 5.05 5.55

Industri kimia farmasi, dan obat

tradisional

4.04 7.61 5.84 4.53

Industri tekstil dan pakaian jadi 1.58 -4.79 -0.09 3.76

Agregat 5.61 5.05 4.43 4.84

Sumber: Kementerian Perindustrian

Untuk sektor tersier, transportasi, gudang dan komunkasi merupakan sektor yang paling

banyak mendapatkan sumber dana dari investasi. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia

Page 18: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

18

untuk mengurangi ongkos logistik di Indonesia. Selain itu, penanaman modal di bidang listrik,

gas dan air merupakan nomor dua tertinggi untuk sektor tersier, diikuti konstruksi di

peringkat ke-3. Hal yang menarik untuk dicermati untuk sektor tersier adalah investasi asing

relatif besar untuk bidang perumahan, Kawasan industri dan perkantoran.

Sementara itu, menurut publikasi BKPM berjudul Frequently Asked Question on

Investment, BKPM menargetkan beberapa sektor investasi utama. Sektor-sektor ini dapat

dilihat di gambar 4. Dari gambar 4, kita dapat lihat bahwa beberapa sektor disasar untuk

menjaga keunggulan komparatif Indonesia, terutama di bidang CPO. Tekstil, makanan dan

elektronika. Namun di gambar tersebut, memang sektor prioritas tersebut sangat banyak dan

beragam dengan pertimbangan masing-masing.

Gambar 4 Sektor Investasi Prioritas, dikutip verbatim dari BKPM

Secara keseluruhan, Indonesia sedang berinvestasi, memiliki sektor yang memang

ditargetkan untuk investasi, dan pertumbuhan investasi nampak belum mau berhenti.

Pertumbuhan investasi langsung amat penting untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan

stabilitas makroekonomi, terutama dari fenomena eksternal seperti harga minyak dan suku

bunga bank sentral AS. Sayangnya, PMA masih konsisten rendah, jika dibandingkan dengan

baik PMDN maupun investasi portofolio. Padahal, PMA sangat dibutuhkan untuk mengejar

pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, dan memperkuat stabilitas makroekonomi. Lalu

bagaimana cara pemerintah menarik lebih banyak investasi langsung, khususnya PMA?

Page 19: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

19

Kebijakan Pemerintah di Bidang Investasi Langsung

Ada beberapa langkah yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan investasi langsung di

Indonesia. Dalam artikel ini akan dibahas tiga diantaranya.

Peningkatan Belanja Infrastruktur

Pertama adalah dengan menggunakan APBN. Pembangunan infrastruktur adalah salah satu

ciri khas Presiden Joko Widodo. Pembangunan Infrastruktur ini, seiring dengan realisasi

belanja pemerintah yang lebih cepat di kuartal 1 2018, meningkatkan optimisme investor

akan kondisi investasi Indonesia. Selain itu, banyak penelitian menyatakan bahwa untuk

negara berkembang seperti Indonesia, investasi untuk infrastruktur dasar memang

diperlukan sebelum dilakukan investasi yang lebih kompleks seperti investasi di bidang

teknologi informasi (diantaranya Dewan dan Kraemer, 2000).

Tabel 3 Pertumbuhan alokasi APBN untuk Infrastruktur, 2013-2018

Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Nilai (Trilyun

Rupiah)

155.9 154.7 256.1 269.1 388.3 410.7

Perubahan (%) 7.2 -0.8 65.5 5.1 44.3 5.8

Sumber: https://www.kemenkeu.go.id/apbn2018

Tabel 1 menunjukan alokasi APBN yang digunakan untuk belanja infrastruktur. Tahun 2015,

belanja infrastruktur meningkat sebesar 65.5%, dan kembali meningkat tajam pada APBN

2017. Untuk alokasi 2018, 107,4 Trilyun diantaranya dialokasikan kepada Kementerian PU &

Perumahan Rakyat, dan sisanya dibagi secara proporsional ke Kemenhub, Dana Alokasi

Khusus (DAK), dan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang dialirkan melalui BUMN. Untuk saat

ini, target utama alokasi-alokasi tersebut antara lain adalah pembangunan jalan dan

jembatan, Light Rapid Transit (LRT), Bandara Udara, Menara BTS, dan perumahan terjangkau.

Tentu saja pertanyaan natural dari mendorong pertumbuhan investasi (atau apapun) melalui

belanja negara adalah: uangnya dari mana? Tabel 4 menunjukan defisit APBN sejak tahun

2014 sampai 2018. Menurut tabel tersebut, defisit APBN tidak mengalami perubahan yang

signifikan. Memang defisit tersebut secara nominal terus mengalami kenaikan, namun secara

proporsi, defisit APBN masih dalam batas yang sangat aman, terutama jika kita bandingkan

dengan belanja pemerintah negara ASEAN lainnya.

Page 20: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

20

Tabel 4 Defisit APBN, 2014-2018

Defisit Anggaran 2014 2015 2016 2017 2018

Nilai (Trilyun

Rupiah)

226.7 298.5 308.3 362.9 325.9

% PDB -2.25 -2.59 -2.49 -2.67 -2.19

Sumber: Kementerian Keuangan

Menurut tabel 3, kenaikan belanja infrastruktur mencapai sekitar 100 trilyun rupiah pada

2015, dan sekitar 120 trilyun rupiah pada 2017. Kenaikan ini lebih sedikit dibandingkan

kenaikan pada defisit, yaitu pada 2015, defisit naik sebesar sekitar 70 trilyun, dan pada 2017

sebesar sekitar 54 trilyun. Dapat dikatakan bahwa pemerintah menekan belanja lain untuk

membiayai belanja infrastruktur, dan bukan dari defisit. Tentu saja defisit perdagangan ini

dibiayai dari utang, namun bahkan sebelum proporsi investasi publik meningkat drastis, kita

sudah memiliki defisit yang sama, dan tentunya pertumbuhan utang yang lebih kurang sama.

Ada setidaknya dua hal yang perlu didiskusikan terkait kebijakan ini. Pertama, jika dilihat dari

target infrastruktur yang dibiayai APBN, kita dapat simpulkan bahwa infrastruktur yang

ditarget adalah infrastruktur yang mendukung logistik. Mengingat tingginya ongkos logistik

Indonesia, hal ini sangat wajar dan mungkin tepat sasaran. Namun untuk melihat dampak

jangka panjangnya, terutama pertumbuhan sektor ekonomi tertentu, mungkin kita harus

menunggu hingga beberapa tahun.

Kedua, investasi melalui APBN tidak menolong mengurangi defisit NPI. Ketika kita bicara

NPI, maka PMA menjadi penting karena kita menerima banyak mata uang asing masuk, dan

mencegahnya keluar dengan cepat seperti kasus investasi portofolio. Jika kita katakana

bahwa belanja infrastruktur ini dapat memicu PMA di sektor lain, maka kita kembali ke

argument pertama: mungkin butuh beberapa tahun sampai ini terjadi. Masalahnya, tingginya

belanja pemerintah diramalkan dapat memicu efek “crowding out” investasi4.

Dengan kata lain, pendorongan infrastruktur dari sisi APBN tidak dapat menolong

volatilitas jangka pendek mata uang rupiah maupun NPI. Gambar 3 dapat menggambarkan

kondisi PMA Indonesia yang memang tidak kunjung meningkat. Untungnya, belanja

4 Mekanismenya adalah belanja investasi pemerintah akan mendorong sisi permintaan kredit, dan meningkatkan suku bunga. Hal ini banyak dibahas dalam buku teks standar makroekonomi seperti Blanchard.

Page 21: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

21

infrastruktur bukan satu-satunya instrument pemerintah. Kita akan lihat insentif lain yang

diberikan oleh pemerintah untuk mendorong tumbuhnya investasi.

Insentif pajak

Kementerian keuangan memiliki mekanisme yang disebut insentif pajak. Peraturan yang

terbaru adalah Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 35/PMK.010/2018 Tentang

Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan. Peraturan tersebut memberikan

kebebasan dan pengurangan terhadap pajak penghasilan yang harus dibayarkan oleh

korporat. PMK ini terus diperbarui secara berkala sejak tahun 2007. Dengan kata lain,

pemerintah telah menggunakan instrument ini sejak 2007, dengan berbagai perubahan.

Untuk kondisi terbaru, pembebasan pajak diberikan kepada penanam modal baru

dengan jangka waktu 5 sampai 20 tahun, tergantung komitmen nilai investasinya. Industri

yang mendapatkan insentif ini terbatas pada 17 industri pionir, dapat dilihat pada tabel 5.

Untuk mendapatkan insentif ini, Investor dapat mengajukan untuk mendapatkan fasilitas ini

melalui BKPM. Usulan dari BKPM akan ditimbang oleh Menteri Keuangan, dan apabila

disetujui, Menteri Keuangan akan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan tentang

pemberian insentif pembebasan atau pengurangan pajak. Setelah mendapatkan fasilitas ini,

perusahaan tersebut wajib melaporkan pencairan investasinya kepada Direktorat Jenderal

Pajak, dan dievaluasi apakah investasi tersebut sesuai dengan komitmen.

Tabel 5 daftar industri pionir yang berhak mendapatkan insentif pajak

no Industri pionir

1 Industri logam dasar hulu

2 Industri pemurnian dan atau pengilangan minyak dan gas bumi dengan atau tanpa

turunannya

3 Industri petrokimia berbasis minyak bumi, gas alam, batu bara dengan atau tanpa

turunannya

4 Industri kimia dasar anorganik dengan atau tanpa turunannya, terintegrasi

5 Industri kimia dasar organic yang bersumber dari hasil pertanian, perkebunan, atau

kehutanan dengan atau tanpa turunannya, terintegrasi

6 Industri bahan baku farmasi dengan atau tanpa turunannya, terintegrasi

7 Industri pembuatan semi konduktor dan komponen utama komputer lainnya

8 Industri pembuatan komponen utama peralatan komunikasi

Page 22: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

22

9 Industri pembuatan komponen utama alat kesehatan yang terintegrasi dengan industry

pembuatan peralatan iradiasi, elektromedikal, atau elektroterapi.

10 Industri pembuatan komponen utama mesin industry.

11 Industri pembuatan komponen utama mesin.

12 Industri pembuatan komponen robotic yang terintegrasi dengan industry pembuatan

mesin manufaktur.

13 Industri pembuatan komponen utama kapal yang terintegrasi dengan industry

pembuatan kapal.

14 Industri pembuatan komponen utama pesawat terbang.

15 Industri pembuatan komponen utama kereta api.

16 Industri mesin pembangkit tenaga listrik.

17 Infrastruktur ekonomi

Sumber: BKF

PMK yang baru ini juga menyingkat waktu pengajuan pengurangan pajak. Di aturan lama,

waktu tercepat untuk mendapatkan kepastian pengurangan pajak adalah 45 hari, dengan

yang terlama dapat mencapai 120 hari. Aturan baru menyingkat proses yang tercepat menjadi

hanya 5 hari. Kepastian untuk jangka waktu pengurangan pajak di PMK ini juga sudah lebih

pasti dan tidak subyektif. Kepastian jangka waktu yang baru ini dapat dilihat di tabel 6.

Tabel 6 Jangka waktu pemberian pengurangan pajak berdasarkan nilai investasi

Nilai Investasi Jangka waktu pengurangan pajak

Rp 500 miliar s.d. kurang dari 1 triliun 5 tahun

Rp 1 triliun s.d. kurang dari Rp 5 triliun 7 tahun

Rp 5 triliun s.d. kurang dari Rp 15 triliun 10 tahun

Rp 15 triliun s.d. kurang dari Rp 30 triliun 15 tahun

Rp 30 triliun atau lebih 20 tahun

Sumber: BKF

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

KEK adalah sebuah Kawasan yang memiliki kekhususan dalam melaksanakan aktivitas

ekonomi. BKPM, dalam Frequently Asked Question on Investment, menegaskan pentingnya

Page 23: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

23

melaksanakan investasi di KEK5. KEK diatur dalam Undang-Undang nomor 39 tahun 2009. KEK

memiliki berbagai keuntungan, seperti misalnya pembebasan pajak atau peringanan pajak

penghasilan badan. Pengusaha di KEK tidak dipungut pph impor, PPN dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah (PPnBM). Perizinan dilakukan satu pintu di KEK, sehingga lebih efisien

bagi pengusaha dari sisi waktu dan biaya.

Saat ini sudah ada 14 KEK di Indonesia, kesemuanya berlokasi di luar Pulau Jawa.

Direncanakan akan dibentuk 11 lagi sampai dengan 2019. Setiap KEK ini memiliki kekhususan

tertentu. Penjabaran mengenai KEK dapat dilihat di tabel 6. Kembali dapat kita lihat industri

pilihan pemerintah daerah6 dan pemerintah pusat adalah comparative advantage di bidang

kelapa sawit, karet dan minerba.

Tabel 7 Kawasan Ekonomi Khusus, lokasi dan kekhususan

Lokasi Kekhususan

Sei Mankei, Sumatera Utara Industri sawit, karet, pupuk, logistik dan pariwisata

Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan Industri sawit, karet, dan petrokimia

Tanjung Lesung, Banten Industri pariwisata

Maloy Batuta, Kalimantan Timur Industri kelapa sawit, mineral dan batubara

Bitung, Sulawesi Utara Industri perikanan, industri agro dan logistik

Palu, Sulawesi Tengah Smelter, industri agro, dan logistik

Mandalika, Nusa Tenggara Barat Industri pariwisata

Morotai, Maluku Industri pariwisata, manufaktur dan logistik

Arun Lhokseumawe, Aceh Industri pengolahan migas, hasil pertanian, kertas,

petrokimia dan logistik

Galang Batang, Kepulauan Riau Logistik, Energi dan pengolahan ekspor

Tanjung Kelayang, Babel Industri pariwisata

MBTK, Kalimantan Timur Industri sawit dan pengolahan kayu

Bitung, Sulawesi Utara Industri perikanan, kelapa, farmasi dan logistik

Sorong, Papua Barat Industri galangan kapal, logistik, perikanan, hasil

pertanian, dan pertambangan

Sumber: Dewan Nasional KEK

5 Disebut Special Economic Zones dalam FAQ BKPM. 6 KEK dapat diusulkan oleh pemerintah daerah. Karena itu KEK memiliki sisi bottom-up policy

Page 24: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

24

Namun di luar argument comparative advantage, kita dapat lihat pemerintah mulai

mendorong hilirisasi untuk komoditas mineral dengan dibuatkannya KEK khusus smelter.

Pemerintah juga mencoba melakukan diversifikasi untuk pariwisata di luar Bali. Di samping

itu, KEK ini dapat menjadi bukti keseriusan pemerintah untuk memajukan pertumbuhan

ekonomi di luar jawa.

Berdasarkan laporan tahunan Dewan Nasional KEK 2017, saat ini dari 14 KEK tersebut,

baru 4 yang sudah beroperasi, yaitu Sei Mangkei, Tanjung Lesung, Palu dan Mandalika. Khusus

untuk Sei Mankei dan Palu, kedua KEK tersebut sudah menghasilkan output senilai 9.17 trilyun

rupiah. Dewan Nasional KEK klaim bahwa ke-empat KEK tersebut sudah menyerap hamper

8,000 tenaga kerja. Investor telah berkomitmen sebesar 41.05 trilyun rupiah, di mana dari

angka tersebut, sebesar 5.83 trilyun rupiah telah terealisasi.

Bagaimana kebijakan-kebijakan ini dapat mendorong investasi langsung?

Jika program infrastruktur berpotensi menekan keuangan negara dari sisi pembelanjaan,

maka Insentif pajak berpotensi menekan keuangan negara dari sisi penerimaan pajak.

Sementara itu, KEK memiliki potensi keduanya karena KEK memberikan pengurangan tidak

hanya PPh tapi juga cukai dan PPn. Selain itu, KEK berdasarkan peraturan dapat dibiayai oleh

pemerintah. Padahal, pajak penghasilan badan dan PPN merupakan penyumbang terbesar

pendapatan negara dari pajak, yaitu sekitar 50%. Namun tentu saja kebijakan ini, jika dapat

dikelola dengan baik, akan memiliki efek jangka panjang yang baik, terutama pemerataan

pertumbuhan ekonomi daerah.

Namun kesemua kebijakan ini nampak belum mampu menyedot PMA yang cukup untuk

berperan dalam menjaga stabilitas makroekonomi. Pertumbuhan PMA tetap stagnan, seperti

dapat dilihat di gambar 3. Kita perlu memiliki data lebih lengkap tentang PMA dan PMDN

untuk berkata lebih banyak tentang tren PMA dan PMDN, karena data yang dimiliki BKPM

hanya menunjukkan angka investasi untuk sektor tertentu. Pemerintah juga tidak nampak

memberikan kerangka yang jelas tentang bagaimana mengevaluasi dampak kebijakan-

kebijakan ini terhadap kenaikan PMA maupun PMDN.

Evaluasi dari luar nampak tidak memberikan jawaban yang cukup positif. Indonesia

Investment, sebuah perusahaan investasi asal Belanda, melakukan investigasi internal

tentang iklim investasi Indonesia. Menurut mereka, ada 190 kasus di mana investor

menyatakan penundaan atau bahkan menghentikan rencana investasinya di Indonesia

Page 25: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

25

karena mengalami hambatan ketika akan berinvestasi, bahkan setelah mendapatkan izin

prinsip dari BKPM. Nilai total 190 kasus tersebut diperkirakan mencapai 351.2 triliun rupiah.

Beberapa kasus ini diakibatkan perubahan aturan setelah izin prinsip dilakukan, kurangnya

infrastruktur logistik dan energi, buruknya koordinasi dengan pemerintah daerah, dan

tingginya suku bunga bank di Indonesia.

Pemerintah AS, melalui export.gov7, menyatakan bahwa berinvestasi di Indonesia

adalah “challenging”. Beberapa maslaah yang disebutkan dalam evaluasi mereka antara lain

ketidak pastian hukum, sulit dan lamanya mengakuisisi lahan, serta keharusan untuk

berpartner dengan pengusaha lokal yang seringkali menjadi rente. Mereka juga mengeluhkan

perlunya komitmen yang panjang dalam berinvestasi. Tentu saja komitmen ini menjadi

semakin penting di tengah ketidakpastian, terutama karena sulitnya menarik investasi

langsung. Tingginya angka korupsi dan koordinasi pusat-daerah yang buruk menambah daftar

panjang masalah dalam berinvestasi di Indonesia.

Cerita tentang investasi di Indonesia tidak selalu buruk. Indikator ease of doing business

di Indonesia, sebuah indikator yang disusun oleh World Bank (Bank Dunia), menunjukkan

bahwa Indonesia terletak di posisi 72 dari 190 negara pada tahun 2017. Bukan posisi yang

membanggakan, namun Indonesia mengalami peningkatan yang pesat sejak tahun 2015 (lihat

tabel 8). Menurut indikator ini, Indonesia memiliki kelemahan paling besar di bidang

enforcing contract dan registering property.

Tabel 8 Data historis peringkat Indonesia dalam Ease of Doing Business

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Peringkat 122 126 129 116 120 120 106 91 72

Sumber:tradingeconomics.com

Ketiga hasil yang disebutkan oleh Indonesia Investment, export.gov, dan ease of doing

business menunjukkan bahwa permasalahan utama di Indonesia bukanlah soal pengurangan

pajak. Karena itu, mengandalkan instrument fiskal saja mungkin tidak cukup. Membuat

peraturan dan memastikan tegaknya peraturan tersebut adalah dua hal yang berbeda, dan

soal penegakan ini sepertinya masih menjadi masalah klasik di Indonesia. Kebijakan berbasis

bottom-up seharusnya secara teori dapat membantu meningkatkan koordinasi pusat daerah,

7 Sebuah Lembaga binaan Departemen Perdagangan Amerika Serikat yang berfungsi membantu pengusaha AS mendapatkan informasi mengenai Investasi dan perdagangan internasional.

Page 26: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

26

namun jika kemungkinan berubahnya kebijakan seiring dengan pergantian pemimpin masih

tinggi, maka butuh instrumen yang lebih kuat untuk menjaga pusat-daerah tetap pada visi

yang telah disepakati.

Langkanya kerangka evaluasi kebijakan pemerintah membuka peluang bagi peneliti

untuk melakukan kajian lebih mendalam. Evaluasi yang lebih terstruktur dapat dilakukan

untuk memperkuat analisis awal yang terdapat di tulisan ini. Hal yang dapat dilakukan antara

lain melakukan studi mendalam di setiap sektor investasi, terutama di KEK yang saat ini sudah

beroperasi. Diperlukan juga data investasi yang lebih dalam daripada apa yang dipublikasi

oleh BKPM saat ini.

Data lain yang dapat membantu analisis lebih dalam adalah perusahaan-perusahaan

yang telah mendapatkan pengurangan pajak. Berdasarkan analisis sementara, insentif fiskal

bukan merupakan salah satu faktor utama bagi investor asing dalam memutuskan investasi

di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan insentif pajak yang ditarget kepada industri yang

memang merupakan comparative advantage Indonesia, sektor yang seharusnya sudah

memberikan insentif cukup tanpa perlu dorongan insentif fiskal.

Kesimpulan

Kondisi makroekonomi Indonesia ini belakangan dalam goncangan setelah harga minyak

konsisten naik, ditambah dengan naiknya suku bunga bank sentral AS diikuti melemahnya

rupiah. Untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia jangka panjang, menarget

masuknya PMA menjadi salah satu cara yang dapat ditempuh. Diperlukan instrumen

pemerintah untuk meningkatkan PMA. Instrumen fiskal melalui peningkatan investasi

infrastruktur, insentif pajak dan KEK telah dilakukan pemerintah dan diharapkan mampu

meningkatkan PMA. Namun demikian, analisis sementara menunjukan bahwa tren PMA

masih stagnan. Perlu penanganan masalah yang lebih mendasar untuk mendatangkan PMA,

seperti meningkatkan kepastian hukum, mengurangi korupsi dan memperbaiki koordinasi

antar instansi, terutama pusat-daerah.

Page 27: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

27

MENGURAI KETIMPANGAN EKONOMI PASCA REFORMASI

Oleh: Imaduddin Abdullah *

*Kajian Ekonomi PPI Dunia, Mahasiswa Program Public Policy, National Graduate Institute for Public Policy

Studies (GRIPS), Japan)

1. Pendahuluan

Salah satu isu krusial di bidang ekonomi setelah 20 tahun reformasi adalah ketimpangan

ekonomi yang justru semakin lebar. Rasio gini yang merupakan salah satu indikator untuk

menilai ketimpangan ekonomi di suatu wilayah menunjukkan peningkatan sejak tahun 1999.

Walaupun rendahnya ketimpangan pada tahun 1999 lebih banyak disebabkan oleh faktor

krisis ekonomi yang memukul kelompok masyarakat atas, namun sejak reformasi rasio gini

Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, rasio gini Indonesia berada pada

posisi 0.3. Namun dalam perjalanan masa reformasi, rasio gini di Indonesia terus mengalami

peningkatan dan mencapai 0.391 pada September 2017.

Gambar 4. Perkembangan Rasio Gini Indonesia (1964-2017)

Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)

Selain di level nasional, ketimpangan ekonomi juga terjadi pada level provinsi dimana

meningkatnya ketimpangan dapat lihat di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Pada tahun

1996, hanya tiga provinsi yang memiliki tingkat rasio gini yang lebih tinggi dibandingkan

angkat gini nasional. Namun pada tahun 2015, provinsi yang memiliki nilai indeks gini rasio

di atas nilai nasional (0,41) bertambah menjadi tujuh provinsi yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta,

Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Papua, serta Papua Barat. Semakin tingginya tingkat

0.25

0.27

0.29

0.31

0.33

0.35

0.37

0.39

0.41

0.43

19

64

19

69

19

76

19

80

19

84

19

87

19

90

19

93

19

96

19

99

20

00

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

Mar

-15

Sep

-15

Mar

-16

Sep

-16

Page 28: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

28

ketimpangan di Indonesia secara nasional maupun di tingkat provinsi tidaklah sejalan dengan

reformasi yang memiliki semangat untuk pemerataan pembangunan di Indonesia.

Gambar 5. Perkembangan Rasio Gini Pada Level Provinsi di Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)

Tingginya ketimpangan perlu mendapatkan perlu dari semua pihak mengingat ketimpangan

memiliki dampak negatif terhadap agenda pembangunan Indonesia. Berbagai literatur sudah

mengemukakan dampak negatif dari ketimpangan ekonomi di suatu wilayah. Studi yang

dilakukan oleh Cingano (2014) misalnya menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi

memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Studi ini konsisten dengan

sejumlah studi yang dilakukan oleh (Babu et al, 2016) Kennedy et al, 2017; Shin, 2012; . Selain

memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, ketimpangan ekonomi juga

dapat mendorong terciptanya konflik sosial dan instabilitas politik (Alesina and Perotti, 1996;

Bartusevicius, 2014; Knack and Keefer, 2000)

2. Akar Ketimpangan

Terdapat sejumlah teori yang menjelaskan akar dari ketimpangan yang dapat dikategorikan

dalam tiga aspek yaitu: rendahnya kualitas pertumbuhan ekonomi, ketimpangan akses

terhadap faktor produksi, dan ketimpangan aset. Pada bagian ini akan dijelaskan kondisi

00.05

0.10.15

0.20.25

0.30.35

0.40.45

0.5

1996 2005 2015 Nasional 1996 dan 2005 Nasional 2015

Page 29: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

29

ketiga aspek tersebut selama 20 tahun terakhir. Lalu pada bagian berikutnya akan dibahas

strategi yang dicapai dalam mengurai ketimpangan di Indonesia.

2.1. Pertumbuhan Tidak Berkualitas

Faktor pertama yang mendorong meningkatnya ketimpangan di Indonesia selama 20 tahun

terakhir adalah rendahnya kualitas pertumbuhan ekonomi. Walaupun ekonomi Indonesia

mampu tumbuh dengan rata-rata 5,2 selama periode tersebut, namun pertumbuhan

ekonomi Indonesia lebih banyak didorong oleh pertumbuhan sektor non-tradable yang relatif

menyerap tenaga kerja lebih rendah dibandingkan sektor tradable. Seperti yang terlihat pada

gambar 6, pertumbuhan sektor non-tradable selalu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

PDB nasional maupun pertumbuhan sektor tradable.

Gambar 6. Pertumbuhan Sektor Tradable dan Non-Tradable

Sumber: BPS (2017)

Jika melihat dalam konteks pertumbuhan sektoral, maka dapat dilihat bahwa sektor-

sektor yang menyerap tenaga kerja besar seperti sektor industri dan sektor pertanian

cenderung mencatatkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan sektor-sektor seperti

Pengangkutan dan Komunikasi serta Sektor Keuangan yang menyerap tenaga kerja rendah.

Rata-rata pertumbuhan sektor pertanian sepanjang 2000-2010 sebesar 3.48 persen dan 4.48

persen. Padahal 29,7 persen dan 14,1 persen dari total pekerja Indonesia bekerja di sektor

4.6

2.6

3.93.5 3.4 3.5 3.7 3.9

3.4

2.2

3.8

5.14.7

3.7 3.6

2.5

5.34.9

5.3

6.37

87.4

8.8 8.7

7.1

8.6

7.1 7.2 7.1

6.26.5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tradable Non-Tradeable GDP

Page 30: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

30

ini. Sedangkan sektor-sektor seperti Pengangkutan dan Komunikasi maupun sektor

Keuangan, Persewaan, dan Perusahaan tumbuh rata-rata sebesar 12,89 persen 6,71 persen.

Sumber: BPS (2017)

Gambar 7. Rata-Rata Pertumbuhan Tahunan dan Persentase Penyerapan Tenaga Kerja

Terdapat sejumlah faktor yang menjadi pendorong tingginya ketimpangan di Indonesia.

Yusuf et al (2014) menjelaskan faktor pemicu ketimpangan ekonomi di Indonesia dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor eksogen dan faktor endogen. Faktor-faktor eksogen

terkait dengan perdagangan dimana Indonesia menikmati ledakan komoditas (commodity

boom) di pasar global pada tahun 2000an yang membuat harga sejumlah komoditas utama

Indonesia mengalami peningkatan seperti batu bara dan minyak sawit. Hal ini membuat

kelompok masyarakat dengan pendapatan atas sebagai kelompok yang paling mendapatkan

manfaat dari kenaikan harga komoditas mengalami peningkatan konsumsi yang signifikan.

Sedangkan peningkatan konsumsi kelompok masyarakat rendah cenderung rendah yaitu 3

persen sepanjang 1993-2013, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan konsumsi rata-rata

nasional yang mencapai 3,7 persen. Studi yang dilakukan oleh Burke dan Resosudarmo (2012)

juga menunjukkan bahwa meroketnya harga komoditas, utamanya harga batubara, di pasar

global meningkatkan ketimpangan ekonomi di Indonesia. Sedangkan faktor-faktor eksogen

yang mendorong peningkatan ketimpangan di Indonesia antara lain adalah perubahan di

pasar tenaga kerja seperti semakin rendahnya permintaan unskilled labour serta semakin

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas, Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutandan Komunikasi

Keuangan Jasa-jasa

Pertumbuhan Penyarapan Tenaga Kerja

Page 31: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

31

tingginya tingkat informalitas dalam tenaga kerja berpenghasilan rendah dan kebijakan fiskal

pemerintah seperti kebijakan subsidi BBM justru semakin memperparah ketimpangan

ekonomi di Indonesia setelah berakhirnya era Orde Baru.

2.2. Ketimpangan Akses

Dalam publikasi yang lain, Bank Dunia (2017) menjelaskan bahwa semakin tingginya

ketimpangan di Indonesia dipicu oleh peningkatan pendapatan kelompok atas yang jauh lebih

cepat dibandingkan peningkatan pendapatan kelompok menengah dan miskin. Dalam

konteks ini, ketimpangan dalam hal akses terhadap sumber daya dan aset dianggap sebagai

faktor yang memicu perbedaan kecepatan peningkatan pendapatan antar kelompok

masyarakat. Padahal sumber daya maupun aset memiliki peranan yang penting dalam

menghasilkan pendapatan. Oleh sebab itu, ketimpangan dalam hal aset dan sumber daya

menjadi faktor penting yang perlu mendapatkan perhatian.

2.2.1. Ketimpangan Akses terhadap Aset di Sektor Pertanian

Salah satu bentuk ketimpangan aset yang menyebabkan jurang ketimpangan ekonomi di

Indonesia semakin tinggi adalah ketimpangan aset di sektor pertanian. Padahal, akses

terhadap aset di sektor pertanian memiliki peranan yang tinggi dalam mempengaruhi

produktivitas di sektor pertanian yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kesejahteraan

pekerja di sektor pertanian.

Berbagai studi yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa ketimpangan dalam hal akses

terhadap lahan berpengaruh terhadap produktivitas dan kesejahteraan. Setidaknya terdapat

tiga saluran yang menjelaskan hubungan antara akses terhadap lahan dan produktivitas di

sektor pertanian. Saluran pertama adalah melalui akses terhadap kredit. Akses terhadap

tanah dapat mempengaruhi akses terhadap pembiayaan di sektor pertanian karena tanah

dapat dijadikan sebagai agunan dalam mendapatkan pembiayaan. Studi yang dilaksanakan

oleh Dower dan Potamites (2014) menunjukkan adanya efek positif dan signifikan dari

kepemilikan tanah terhadap akses terhadap pembiayaan.

Saluran kedua adalah melalui insentif dalam produksi. Studi yang dilakukan oleh Lawry

et al (2017) menggunakan metodologi systematic review dari sejumlah studi yang pernah

dilakukan oleh berbagai penelitian menunjukkan bahwa petani yang memiliki lahan sendiri

cenderung lebih produktif dibanding petani tanpa lahan. Hal ini disebabkan karena petani

yang memiliki lahan memiliki insentif yang lebih tinggi untuk investasi di sektor pertanian

Page 32: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

32

karena manfaat dari investasi tersebut dapat dinikmati dalam jangka panjang. Hal berbeda

berlaku jika tidak ada kepemilikan formal terhadap tanah tersebut dimana tidak ada insentif

untuk melakukan investasi jangka panjang. Studi yang dilakukan oleh Goldstein et al (2018)

menggunakan metode Randomized-Controlled Trial (RCT) menunjukkan bahwa petani yang

memiliki lahannya sendiri akan mempengaruhi keputusan para petani tersebut untuk

mengubah bentuk investasinya dari investasi jangka pendek menjadi investasi jangka

panjang.

Saluran ketiga dari hubungan antara kepemilikan lahan dengan produktivitas dan

kesejahteraan juga dapat dilihat dari skala ekonomi penguasaan tanah. Berbagai penelitian

juga sudah menemukan bahwa besarnya lahan yang dikuasai memiliki hubungan positif

dengan tingkat produktivitas. Tabel 9. memberikan gambaran mengenai luas lahan yang

harus dikelola pada sejumlah komoditas agar usahanya Break Even Point (BEP) atau agar

usahanya mampu memberikan pendapatan setara atau di atas garis kemiskinan.

Tabel 9. Luas Lahan Minimal yang Dibutuhkan untuk Break Even Point Serta Pendapatan

Setara/Di Atas Garis Kemiskinan Pada Sejumlah Komoditas

Komoditas BEP Usaha Tani

(hektar)

Pendapatan Setara/Di Atas Garis

Kemiskinan (hektar)

Padi 0,51 0,65

Jagung 0,41 1,12

Kedelai 0,46 0,74

Sumber: Susilowati dan Maulana (2012)

Walaupun kepemilikan lahan memiliki faktor yang krusial dalam produktivitas dan

kesejahteraan petani, namun pada faktanya ketimpangan penguasaan lahan di Indonesia

cukup tinggi. Berdasarkan Sensus Pertanian tahun 2013, gini rasio tanah mencapai 0.64, lebih

tinggi dibandingkan rasio gini konsumsi yang selama ini dijadikan indikator ketimpangan

ekonomi. Walaupun gini rasio tanah berdasarkan Sensus Pertanian tahun 2013 lebih rendah

dibandingkan rasio gini tahun 2003, namun rasio tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rasio

gini selama Orde Baru.

Page 33: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

33

Gambar 9. Rasio Gini Ketimpangan Lahan

Sumber: Diolah dari BPS (2016) dan Winardi (2011)

Pada sektor pertanian sendiri, rendahnya luas kepemilikan lahan juga dapat dilihat luas

lahan yang dikuasai oleh petani. Berdasarkan data Sensus Pertanian 2013, lebih dari setengah

total petani di Indonesia (56,03 persen) merupakan petani gurem yang penguasaan lahannya

kurang dari 0,5 hektar. Di saat yang bersamaan, persentase petani yang memiliki lahan lebih

dari 2 hektar semakin besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (lihat gambar 10). Jika

dilihat secara lebih mendalam berdasarkan data sensus pertanian tahun 2003 dan 2013, maka

proporsi petani yang memiliki lahan lebih dari 3 hektar mengalami peningkatan dari 4,19

persen (dari total rumah tangga petani) tahun 2003 menjadi 6,14 persen. Lebih dari itu,

penguasaan lahan oleh korporasi dengan luas lahan 5.000-.‐30.000 hektar meningkat menjadi

24,57 persen dibandingkan tahun 2003.

Sumber: Sensus Pertanian (2013)

0.541

0.504

0.643

0.717

0.64

0.45

0.5

0.55

0.6

0.65

0.7

0.75

1973 1983 1993 2003 2013

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1983 1993 2003 2013

<0.5 0.5-0.99 1-1.99 >2

Page 34: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

34

Gambar 10. Komposisi Petani Di Indonesia Berdasarkan Luas Lahan yang Dikuasai

Jika dibandingkan dengan dibandingkan dengan negara-negara lainnya, maka rata-rata

kepemilikan lahan oleh petani di Indonesia cenderung lebih kecil. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Rigg (2015), rata-rata kepemilikan lahan oleh petani di Indonesia hanya

0,8 hektar. Sedangkan negara-negara lainnya memiliki kepemilikan lahan rata-rata lebih dari

1 hektar.

Gambar 11. Rata-Rata Luas Kepemilikan Lahan oleh Petani di Sejumlah Negara (hektar)

Sumber: Rigg et al (2015)

Jika melihat rata-rata kepemilikan tanah di atas, maka tidak mengherankan jika

pendapatan petani di Indonesia cenderung rendah. Berdasarkan penelitian Susilowati dan

Maulana (2012) terkait luas lahan untuk mencapai skala ekonomi yang sudah dijelaskan pada

bagian sebelumnya, maka lebih dari setengah petani Indonesia kesulitan untuk mencapai BEP

atau memiliki penghasilan setara atau di atas pendapatan setara atau di atas garis

kemiskinan. Hal ini terkonfirmasi dari rata-rata penghasilan petani di Indonesia yang hanya

Rp 12,4 juta per tahun atau sekitar 1 juta per bulan. Dengan asumsi satu keluarga terdiri dari

empat anggota, pendapatan per kapita dari rata-rata rumah tangga petani di Indonesia hanya

sebesar Rp 250 ribu per bulan, atau lebih rendah dibandingkan kemiskinan di pedesaan

sebesar Rp 286.097 per kapita per bulan (menggunakan data April 2014).

0.8

1.571.46

2

3.2

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Indonesia Jepang Korea Selatan Filipina Thailand

Page 35: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

35

Gambar 12. Rata-Rata Penghasilan Rumah Tangga Petani

Sumber: Sensus Pertanian (2013)

2.2.2. Ketimpangan Akses terhadap Pelayanan Dasar

Faktor lain yang menyebabkan ketimpangan ekonomi semakin tinggi di Indonesia adalah

ketimpangan akses terhadap pelayanan dasar yang membuat tidak semua masyarakat di

Indonesia mendapatkan kesempatan yang sama. Padahal, akses terhadap pelayanan dasar

memiliki peranan krusial dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang

merupakan kunci pembangunan suatu wilayah. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi hanya

dirasakan oleh kelompok masyarakat yang selama ini mendapatkan akses pelayanan dasar.

Ketimpangan akses terhadap pelayanan dasar dapat dilihat dari sejumlah indikator seperti

ketimpangan terhadap akses pendidikan, akses kesehatan, maupun akses pelayanan dasar

lainnya.

Dalam hal akses pendidikan, ketimpangan dapat dilihat dari perbedaan kesempatan

untuk mendapatkan pendidikan berdasarkan kemampuan keluarga. Berdasarkan data

Susenas (2012), dapat dilihat bahwa kuantil kelima cenderung memiliki akses yang lebih tinggi

terhadap pendidikan. Pada tahap Pendidikan Dasar (7-12 tahun), seluruh kelompok

masyarakat mendapatkan akses pendidikan yang hampir sama. Namun ketimpangan mulai

terjadi pada tahap Sekolah Menengah Pertama (13-15 tahun) dan Sekolah Menengah Atas

12.410.7

15.6

13.3

24.623.023.0

17.2

14.1

16.6

18.819.4

10.3

8.07.4

10.59.6

12.010.7

9.0

16.516.5

12.6

21.520.5

15.213.413.9

11.7

14.7

11.812.4

15.217.0

20.5

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

Ind

on

esia

Ace

h

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a B

arat

Ria

u

Jam

bi

Sum

ater

a Se

lata

n

Ben

gku

lu

Lam

pu

ng

Kep

. Ban

gka

Bel

itu

ng

Kep

ula

uan

Ria

u

DK

I Jak

arta

Jaw

a B

arat

Jaw

a Te

nga

h

DI Y

ogy

akar

ta

Jaw

a Ti

mu

r

Ban

ten

Bal

i

Nu

sa T

engg

ara

Bar

at

Nu

sa T

engg

ara

Tim

ur

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Ten

gah

Kal

iman

tan

Se

lata

n

Kal

iman

tan

Tim

ur

Kal

iman

tan

Uta

ra

Sula

wes

i Uta

ra

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Go

ron

talo

Sula

wes

i Bar

at

Mal

uku

Mal

uku

Uta

ra

Pap

ua

Bar

at

Pap

ua

Page 36: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

36

(16-18 tahun). Pada tahap SMP dan SMA, kelompok masyarakat penghasilan atas memiliki

akses pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok masyarakat bawah. Pada tahap

SMA misalnya, 75,3 persen dari kelompok masyarakat penghasilan atas (Q5) mendapatkan

akses pendidikan. Sedangkan hanya 42,9 persen dari total kelompok masyarakat penghasilan

atas (Q1) yang dapat mengenyam pendidikan SMA. Kondisi tersebut semakin parah ketika

tahap Pendidikan Tinggi (19-24 tahun) dimana hanya 4,8 persen dari total kelompok

masyarakat penghasilan atas (Q1) yang dapat kuliah di tingkat Pendidikan Tinggi. Sedangkan

33,1 persen dari total kelompok masyarakat penghasilan atas (Q1) yang dapat mengenyam

pendidikan tinggi.

Gambar 13. Angka Partisipasi Sekolah Berdasarkan Kuantil Penghasilan

Sumber: Susenas (2012), diolah

Selain akses pendidikan, ketimpangan juga dapat dilihat dari akses kesehatan. Dalam

hal ini, dua indikator dapat dilihat dalam menilai ketimpangan dalam hal akses kesehatan

yaitu akses fasilitas pada saat melahirkan dan akses imunisasi. Ketimpangan sudah terjadi

pada saat ibu melahirkan, dimana kelompok masyarakat ekonomi tinggi (Q5) memiliki akses

fasilitas kesehatan dan akses tenaga kesehatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok

masyarakat ekonomi rendah (Q1). Persentase kelompok Q1 yang mendapatkan persalinan di

fasilitas kesehatan hanya 29,7 persen sedangkan kelompok Q5 88,1 persen. Ketimpangan

akses kesehatan juga terjadi dalam konteks imunisasi dimana hanya 48,9 persen dari total

95.9

81

42.9

4.8

97.9

88.8

55.2

7.2

98.692.3

63.6

11.5

98.993.9

68.4

17.1

99.494.9

75.3

33.1

0

20

40

60

80

100

120

7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-24 tahun

Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5

Page 37: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

37

kelompok masyarakat ekonomi paling rendah (Q1) yang mendapatkan imunisasi dasar

lengkap. Sedangkan persentase kelompok masyarakat ekonomi Q5 yang mendapatkan

imunisasi lengkap mencapai 73,3 persen.

Gambar 14. Akses Kesehatan Saat

Melahirkan (Persen)

Gambar 15. Imunisasi Dasar Lengkap

(Persen)

Sumber: Susenas (2012)

3. Strategi Mengurai Ketimpangan

Isu ketimpangan ekonomi menjadi isu krusial terutama setelah berakhirnya era Orde Baru di

tahun 1998. Oleh sebab itu diperlukan strategi kebijakan yang dapat mengurai ketimpangan

yang semakin tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Strategi untuk mengurai ketimpangan

tersebut difokuskan untuk mengurai akar ketimpangan yang sudah dijelaskan pada bagian

sebelumnya. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, ketimpangan yang

semakin tinggi di Indonesia disebabkan sejumlah faktor antara lain pertumbuhan yang tidak

berkualitas, ketimpangan aset, dan ketimpangan akses. Oleh sebab itu, pada bagian ini akan

dijelaskan strategi mengurai ketimpangan dari masing-masing akar ketimpangan.

Pertumbuhan Berkualitas

Meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi dijalankan dengan melakukan revitalisasi

pembangunan di sektor pertanian dan industri. Hal ini mengingat dua sektor ini adalah dua

57.5

81.889.7

93.2 96.6

29.7

57.2

66.2

79.1 88.1

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5

Persalinan nakes Persalinan di fasilitas kesehatan

48.9

66.5 66.673.7 73.3

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5

Page 38: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

38

sektor dengan jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar. Oleh sebab itu, pertumbuhan kedua

sektor ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.

Strategi dalam rangka revitalisasi sektor pertanian diarahkan pada sejumlah kebijakan

antara lain adalah meningkatkan produktivitas petani; pembangunan infrastruktur

pendukung sektor pertanian; pengendalian harga dan ketersediaan input produksi sektor

pertanian; pengendalian kondisi pasar supaya bisa menguntungkan semua pihak, baik petani,

pedagang, maupun konsumen; serta lebih memudahkan petani dalam mengakses

pembiayaan yang murah. Revitalisasi sektor industri memiliki urgensi yang tinggi mengingat

sektor industri memiliki peranan sebagai mesin penggerak utama (prime mover)

perekonomian nasional, sekaligus tulang punggung ketahanan ekonomi nasional dengan

berbasis sumber daya lokal yang memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang kuat.

Lebih dari itu, sektor ini berperan besar dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi

karena berperan dalam mengatasi masalah pengangguran, meningkatkan nilai tambah,

investasi dan ekspor.

Kebijakan revitalisasi sektor industri perlu mencakup sejumlah aspek antara lain adalah

mendorong percepatan pembangunan infrastruktur industri (infrastruktur teknologi, logistik,

data, pasar, dan SDM industri) dan infrastruktur strategis lainnya dengan pelibatan swasta,

penyediaan SDA (bahan baku) & energi untuk pembangunan industri dalam negeri,

peningkatan kemampuan teknologi industri untuk mendorong peningkatan mutu, efisiensi,

dan produktifitas, mendorong peningkatan peran sektor keuangan pada pembiayaan industri,

menerapkan NTM untuk produk yang berpotensi lebih efisien diciptakan di dalam negeri

(subsitusi impor), erluasan pasar domestik dan ekspor produk-produk industry. Lebih dari itu,

pembangunan sektor industri juga harus didorong dengan sebagai penggerakan ekonomi

wilayah dimana setiap wilayah di Indonesia mendorong pengembangan industri berdasarkan

potensi daerah. Terlebih selama ini komoditas utama ekspor dari Kawasan Timur Indonesia

lainnya masih bersifat bahan mentah (raw material).

Meningkatkan Akses Terhadap Aset di Sektor Pertanian

Dalam rangka meningkatkan akses terhadap aset di sektor pertanian, maka diperlukan

kebijakan formalisasi hak atas tanah. Selain distribusi lahan dengan pendekatan ex-situ

dimana memberikan lahan baru kepada petani di daerah yang baru dibuka oleh pemerintah,

program distribusi lahan juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan in-situ melalui

Page 39: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

39

program legalisasi dan sertifikasi. Dalam konteks ini, perlu ditetapkan kriteria petani yang

berhak mendapatkan sertifikat (tanah yang produktif).

Lebih dari itu, peningkatan akses terhadap aset juga harus disertai dengan peningkatan

akses terhadap sejumlah faktor yang diperlukan dalam proses produksi di sektor pertanian

seperti akses terhadap informasi, pembiayaan, dan teknologi. Dalam konteks ini, kemitraan

pertanian antara petani dengan perusahaan agribisnis berbasis contract farming dapat

menjadi solusi. Melalui contract farming, petani bisa mendapatkan akses kepada faktor

produksi dan juga mendapatkan kepastian bahwa produknya akan dibeli.

Sebagai tindak lanjut pengelolaan lahan hasil reforma agraria, maka diperlukan model

bisnis (business process) perkebunan yang berfungsi sebagai pengolahan hasil tanaman

perkebunan agar bernilai tambah. Hal ini agar, pembagian lahan tidak hanya bertujuan sosial

tetapi juga bertujuan untuk menciptakan nilai tambah (value creation). Pada akhirnya

kerjasama antara petani reforma agraria dan industri perkebunan diharapkan meningkatkan

pendapatan petani sekaligus meningkatkan produktivitas hasil pertanian secara nasional.

Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar

Peningkatan akses terhadap pelayanan dasar ditujukan untuk memastikan bahwa seluruh

kelompok masyarakat di Indonesia mendapatkan akses pelayanan dasar yang sama sejak

lahir. Pada bidang kesehatan, peningkatan akses pelayanan dasar dilakukan melalui sejumlah

kebijakan antara lain adalah:

1. Meningkatkan pendanaan untuk pembangunan fasilitas kesehatan. Dalam konteks ini,

kebijakan yang dapat didorong antara lain adalah meningkatkan Dana Alokasi Khusus

(DAK) di bidang kesehatan

2. Memastikan tersedianya jumlah tenaga medis yang kompeten, khususnya di daerah-

daerah terpencil

Sedangkan pada bidang pendidikan, sejumlah kebijakan yang perlu didorong antara lain

adalah:

1. Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan jumlah tenaga pendidik khususnya di

daerah-daerah terpencil

2. Meningkatkan pendanaan di bidang pendidikan. Meskipun demikian, peningkatan

pendanaan di bidang pendidikan harus diiringi oleh peningkatan pengawasan dan

ketepatan penggunaan anggaran. Hal ini mengingat peningkatan anggaran pendidikan

Page 40: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

40

ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Angka Partisipasi Murid

(APM) dimana elastisitas anggaran pendidikan terhadap APM tingkat SD menunjukkan

semua daerah berada di bawah angka 1 yang berarti inelastis.

TRANSISI DEMOGRAFI INDONESIA DAN KEBIJAKAN FISKAL UNTUK

PENDIDIKAN DI Indonesia

Oleh: Yuventus Effendi*

*Kajian Ekonomi PPI Dunia, Mahasiswa Doktoral Australian National University (ANU)

Dalam laporan World Competitiveness Report 2017-2018, peringkat daya saing global

Indonesia naik ke posisi ke-36 dari 140 negara. Kenaikan peringkat tersebut terutama

Page 41: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

41

disebabkan karena Indonesia telah mampu memperbaiki kinerjanya dalam semua pilar daya

saing. Sama seperti laporan-laporan tahun sebelumnya, ukuran pasar yang besar masih

merupakan pendorong utama dari daya saing global Indonesia yang menduduki peringkat ke-

9 secara global. Namun, dari sisi inovasi dan bisnis, Indonesia mendapat peringkat 31 dan 32.

Bahkan untuk kesiapan teknologi dan efisiensi pasar tenaga kerja, Indonesia sangat jauh

tertinggal di peringkat 80 dan 96 dari 140 negara (Schwab, 2017). Laporan daya saing global

tersebut dapat memberikan indikasi mengenai potensi sumber daya manusia Indonesia yang

sangat besar melalui ukuran pasar yang besar. Sayangnya, populasi yang besar ini relative

masih kurang memiliki daya saing, seperti yang diindikasikan dengan indikator seperti

kesiapan teknologi dan efisiensi pasar tenaga kerja.

Kondisi Demografi Indonesia

Dalam beberapa tahun ke depan, demografi Indonesia akan mengalami perubahan yang

signifikan. Sebagai contoh, pada saat ini rasio ketergantungan8 Indonesia menunjukkan tren

penurunan sampai dengan tahun 2025. Setelah 2025, rasio tersebut akan perlahan

meningkat. Penurunan rasio ini merupakan indikasi bahwa proporsi penduduk usia produktif

yang relative lebih besar apabila dibandingkan dengan penduduk usia non-produktif.

Sedangkan kenaikan rasio ini dalam beberapa dekade ke depan merupakan indikasi bahwa

populasi penduduk yang berada dalam rentang usia tidak produktif akan mulai meningkat,

seiring dengan meningkatnya populasi penduduk yang berusia lanjut dan menurunnya

populasi usia muda.

8 Rasio ketergantungan (dependency ratio) merupakan rasio antara populasi yang sudah tidak bekerja (penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun dan lebih dari 65 tahun) dibandingkan dengan populasi usia kerja.

Page 42: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

42

Gambar 16. Rasio Ketergantungan dan Kelompok Usia

Sumber: Effendi, Hidayat, & Nurwanda (2016)

Gambar 16 menunjukkan bahwa dalam beberapa dekade ke depan, struktur demografi

Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Jumlah penduduk usia kerja akan terus

meningkat secara signifikan dari 160 juta penduduk pad atahun 2010 menjadi 210 juta

penduduk pada tahun 2035, setara dengan penambahan 50 juta penduduk usia produktif

dalam 25 tahun ke depan.

Dampak dari perubahan demografi terhadap ekonomi dapat ditemukan dalam

beberapa penelitian yang mengindikasikan bahwa demografi merupakan salah satu factor

yang penting dalam menentukan kondisi makro ekonomi suatu negara. Perkins et al. (2013)

dan Prskawetz et al. (2007) menemukan bahwa adanya dividen demografi, yang diindikasikan

dengan rendahnya rasio ketergantungan, akan mendorong peningkatan output per kapita.

Lebih lanjut, peningkatan tersebut akan mendorong peningkatan tabungan dan

kesejahteraan sebagai dampak dari lebih lamanya tingkat harapan hidup. Oosthuizen (2014)

berargumen bahwa adanya transisi demografi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

melalui lebih banyak sumber daya yang tersedia untuk penduduk usia muda dan relatif

rendahnya tingkat kesuburan yang akan mendorong penduduk usia kerja untuk tetap di pasar

tenaga kerja dan meningkatkan akumulasi investasi mereka untuk persiapan menghadapi

masa pensiun nanti.

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

0.00

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

19

50

19

56

19

62

19

68

19

74

19

80

19

86

19

92

19

98

20

04

20

10

20

16

20

22

20

28

20

34

20

40

20

46

20

52

20

58

20

64

20

70

20

76

20

82

20

88

20

94

21

00

%Ribu Orang

<14 years old 15-65 years old >65 years old Dependency Ratio (RHS)

Page 43: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

43

Gambar 17 Proyeksi PDB per kapita (dalam %, Periode 2001-2055)

Sumber: Effendi, Hidayat, & Nurwanda (2016)

Gambar 17 menunjukkan dekomposisi pendapatan per kapita menjadi tiga komponen

utamanya yaitu produktivitas, partisipasi tenaga kerja dan proporsi tenaga kerja. Secara

umum, produktivitas merupakan komponen yang dominan dalam menentukan pendapatan

per kapita di Indonesia.

Terkait dengan komponen proporsi tenaga kerja dan partisipasi maka meningkatnya

komponen proporsi tenaga kerja dalam periode 2013-2025 merupakan sesuatu yang wajar

sebagai hasil dari meningkatnya penduduk usia kerja terhadap total populasi. Dalam periode

ini, komponen proporsi ini akan mendorong bertumbuhnya pendapatan per kapita, terutama

sebelum tahun 2025. Sayangnya setelah tahun 2025, dimana rasio ketergantungan perlahan

mulai meningkat, komponen proporsi sudah tidak lagi menjadi pendorong pertumbuhan

ekonomi. Sedangkan untuk komponen partisipasi lebih berperan yang mengindikasikan

bahwa jumlah penduduk yang bekerja terhadap total angkatan kerja mampu berkontribusi

positif.

Komponen terakhir, yaitu produktivitas, dapat didefinisikan secara sederhana sebagai

total output terhadap jumlah tenaga kerja. Dalam proyeksi tersebut, diasumsikan bahwa

produktivitas relatif tidak berubah pada kisaran 3,64%. Asumsi ini pada kenyataannya bisa

lebih rendah maupun lebih tinggi, sangat bergantung pada kebijakan yang diimplementasikan

pada saat ini. Sebagai contoh, apabila pemerintah mendorong penelitian dan pengembangan,

diharapkan dalam beberapa tahun ke depan produktivitas akan meningkat karena

(3.00)

(2.00)

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

20

01

20

03

20

05

20

07

20

09

20

11

20

13

20

15

20

17

20

19

20

21

20

23

20

25

20

27

20

29

20

31

20

33

20

35

20

37

20

39

20

41

20

43

20

45

20

47

20

49

20

51

20

53

20

55

%

Productivity (GDP/Lab Force) Participation (Lab Force/Working Age)

Proportion (Working Age/Population) Decomposition (RHS)

GDP per capita (RHS)

Page 44: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

44

ditemukannya inovasi maupun teknologi baru. Produktivitas juga dapat ditingkatkan dengan

mendorong kualitas tenaga kerja, sehingga mampu memberikan tingkat output yang lebih

tinggi.

Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Shoven, Topper dan Wise (1994)

mengindikasikan bahwa transisi demografi akan memberikan dampak bagi alokasi anggaran

pemerintah melalui besarnya anggaran kesehatan yang harus dialokasikan untuk penduduk

usia lanjut, termasuk peningkatan harga dan intensitas penggunaan layanan kesehatan oleh

penduduk usia lanjut. Lebih lanjut, perubahan demografi yang menunjukkan peningkatan

penduduk usia kerja juga akan berpengaruh pada tingkat penerimaan pemerintah yang

berasal dari pajak. Sebuah studi yang dilakukan di Jerman, menunjukkan bahwa dengan

adanya populasi yang menurun dalam beberapa tahun terakhir, menyebabkan penerimaan

negara yang berasal dari pajak penghasilan menurun sebesar 7% dari total penerimaan

(Betznotska dan Hentze, 2017). Untuk kasus Indonesia, tentunya diharapkan dengan adanya

pertumbuhan populasi dan penduduk usia kerja, akan meningkatkan penerimaan negara baik

dari pajak penghasilan maupun konsumsi.

Walaupun Beznoska & Hentze (2017) menemukan bahwa adanya hubungan antara

populasi dan penerimaan negara di Jerman, untuk Indonesia, kenaikan populasi di Indonesia

belum memberikan dampak yang signifikan pada penerimaan pajak karena beberapa hal

seperti rendahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar dan masih belum terintegrasinya sistem

perpajakan di Indonesia. Sebagai contoh, dari sekitar 120 juta tenaga kerja Indonesia (BPS,

2018), hanya sekitar 18,9 juta orang yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi, atau

setara dengan . hal ini masih disertai dengan rasio penyampaian SPT Tahunan yang relatif

rendah sekitar 60,98%. Artinya, dari 18,9 juta Wajib Pajak Orang Pribadi, hanya sekitar 11,3

juta Wajib Pajak yang melaporkan pajaknya setiap tahun (DJP, 2017). Terkait dengan integrasi

sistem perpajakan, sampai dengan saat ini pemberlakukan Single Identity Number sebagai

identitas penduduk Indonesia juga masih belum diimplementasikan9. Hal ini berbeda dengan

negara maju yang telah mengintegrasikan sistem kependudukan dengan sistem administrasi

perpajakan.

Secara singkat, transisi demografi tersebut, secara langsung maupun tidak langsung

akan berpengaruh terhadap pola pendapatan dan penerimaan negara. Oleh karena itu,

9 Sampai dengan 2016, wacana untuk menggunakan Single Identity Number masih terbatas pada perekaman data penduduk dalam KTP

elektronik. Integrasi e-KTP sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak belum dilaksanakan sampai dengan saat ini.

Page 45: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

45

pemerintah harus dapat mengantisipasi perubahan demografi tersebut dengan melakukan

kebijakan-kebijakan yang lebih mendorong daya saing tenaga kerja Indonesia melalui belanja

pemerintah yang lebih focus kepada pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, termasuk

memberikan insentif bagi pengembangan penelitian dan pengembangan.

Artikel ini berargumen bahwa kebijakan belanja pemerintah dapat berperan penting

dalam mengoptimalkan transisi demografi dalam beberapa dekade ke depan. Dari sisi

belanja, Pemerintah Indonesia perlu memberikan insentif berupa peningkatan mutu sumber

daya manusia yang memang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara maju.

Termasuk, memberikan kesempatan yang lebih besar untuk melakukan riset dan inovasi. Dari

sisi penerimaan, pemerintah juga perlu memastikan bahwa adanya kenaikan jumlah tenaga

kerja tersebut juga dapat dioptimalkan untuk meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia.

Hal ini dapat dilakukan dengan lebih mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi dalam

mengawasi pembayaran pajak dari tenaga kerja dan memberikan sosialisasi terkait

penggunaan penerimaan pajak tersebut.

Lebih lanjut, artikel ini akan berfokus pada belanja pemerintah yang terkait dengan

pendidikan. Sektor pendidikan merupakan sektor yang penting dalam menentukan tingkat

daya saing tenaga kerja Indonesia. Tersedianya akses ke pendidikan secara langsung

berdampak positif terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia.

Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia

Produktivitas merupakan salah satu isu krusial terkait dengan transisi demografi dalam

beberapa tahun ke depan. Salah satu indikasi dari pentingnya peningkatan produktivitas

tenaga kerja Indonesia adalah dengan besarnya alokasi belanja pemerintah untuk

meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kerja Indonesia. Lebih lanjut, berdasarkan

dekomposisi pendapatan per kapita, komponen produktivitas merupakan komponen yang

dominan dalam menentukan pendapatan per kapita di Indonesia.

Sayangnya, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih relatif rendah apabila

dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Sebagai contoh, laporan dari Asian

Productivity Organisation (APO) mengindikasikan bahwa pada tahun 2014, tingkat

produktivitas tenaga kerja Indonesia berada di bawah Singapura, Korea Selatan, Malaysia,

Thailand, bahkan Srilangka (APO, 2016). Terdapat beberapa hal yang menyebabkan kurang

Page 46: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

46

optimalnya produktivitas tenaga kerja Indonesia seperti tingkat pendidikan dan

ketidakcocokan antara permintaan dan penawaran di pasar tenaga kerja.

Terkait dengan tingkat pendidikan, apabila dibandingkan dengan negara tetangga

seperti Korea Selatan, maka terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal proporsi

pendidikan tenaga kerja. Gambar 4 menunjukkan bahwa tenaga kerja di Korea Selatan pada

tahun 2018 didominasi oleh tenaga kerja yang lulus dari pendidikan atas dan universitas.

Hampir 40% tenaga kerja di Korea Selatan merupakan lulusan dari universitas atau

pendidikan tinggi, sisanya sebesar 40% merupakan lulusan sekolah menengah atas. Kondisi

ini sangat kontras apabila dibandingkan dengan Indonesia. Grafik 5 menunjukkan bahwa

hanya 30% dari tenaga kerja di Indonesia yang menyelesaikan pendidikan di sekolah

menengah atas dan pendidikan tinggi. Sebagian besar tenaga kerja Indonesia (sekitar 50%)

hanya berpendidikan sekolah dasar, atau tidak lulus atau bahkan tidak pernah sekolah.

a.Korea Selatan

b.Indonesia

Gambar 18 Komposisi Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Korea Selatan dan Indonesia

Sumber: CEIC (diolah)

Dari sisi permintaan dan penawaran, terlihat jelas bahwa adanya banyak permintaan

akan pekerjaan yang tidak dapat ditampung oleh penawaran. Grafik 7 menunjukkan bahwa

setiap tahunnya selalu terjadi selisih antara permintaan dan penawaran dalam pasar tenaga

kerja yang mengindikasikan adanya ketidakcocokan antara kualifikasi pekerjaan yang

ditawarkan dengan kualifikasi yang dimiliki oleh tenaga kerja. Emma (2016) berargumen

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

198

2

198

4

198

6

198

8

199

0

199

2

199

4

199

6

199

8

200

0

200

2

200

4

200

6

200

8

201

0

201

2

201

4

201

6

201

8

SD SMPSMA Universitas

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tidak Sekolah Tidak Tamat SD SD

Page 47: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

47

bahwa terjadi kesenjangan antara permintaan akan tenaga kerja yang memiliki pendidikan

kejuruan dan keahlian teknis dengan penawaran yang ada.

Sebagai contoh, pada tahun 2015, dari 5,2 juta murid yang mengambil pendidikan

tinggi, kurang dari 3% mengambil pendidikan politeknik. Lebih lanjut, terjadi masalah pekerja

yang kurang berkompeten yang mencapai sekitar 51% dari total pekerja dan hanya 40% yang

memiliki kompetensi sesuai yang dibutuhkan (Emma, 2016). ILO (2015) berpendapat bahwa

kondisi terjadinya ketidakcocokan tersebut disebabkan karena adanya tingkat pendidikan

yang rendah dan kurangnya panduan karir tenaga kerja muda yang tidak menyelesaikan

sekolah dan masuk ke pasar tenaga kerja.

Catatan: jumlah pencari kerja merupakan jumlah pencari kerja yang terdaftar

Sumber: CEIC (diolah)

Gambar 19 Jumlah lowongan dan pencari kerja (orang)

Beberapa penelitian juga mengindikasikan kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia. Gropello

(2011) menyatakan bahwa masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor yang penting

dalam menjelaskan adanya kesenjangan keahlian di Indonesia. Dalam artikel tersebut

dinyatakan bahwa walaupun ada perbaikan dalam hal pendidikan, terjadi kesenjangan antara

yang diharapkan oleh pemberi kerja dan tenaga kerja yang tersedia. Sebagai contoh, 40%

pekerja muda di Indonesia berpendapat bahwa adanya keterampilan tambahan dapat

meningkatkan kinerja mereka.

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

4,500,000

5,000,000

198

3

198

4

198

5

198

6

198

7

198

8

198

9

199

0

199

1

199

2

199

3

199

4

199

5

199

6

199

7

199

8

199

9

200

0

200

1

200

2

200

3

200

4

200

5

200

6

200

7

200

8

200

9

201

0

201

1

201

2

201

3

201

4

201

5

201

6

Lowongan Pencari Kerja

Page 48: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

48

Alokasi Anggaran Sektor Pendidikan

Dengan relatif rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia, dan berbagai permasalahan

mendasar pada pasar tenaga kerja Indonesia, maka pemerintah dalam beberapa tahun

terakhir telah melakukan berbagai upaya terkait sector pendidikan di Indonesia. Pemerintah

dalam beberapa tahun terakhir mengalokasikan anggaran belanja yang relatif besar untuk

pendidikan dan kesehatan. Grafik 8 mengindikasikan bahwa dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) pada tahun 2018 yang mencapai Rp2.221 triliun, pemerintah telah

mengalokasikan sekitar 20% dari APBN untuk pendidikan (setara dengan Rp 450 triliun).

Secara umum, alokasi tersebut seharusnya sudah memadai untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia baik dari sisi pendidikan dan kesehatan.

Sumber: CEIC (diolah)

Gambar 20 Alokasi APBN untuk Pendidikan dan Kesehatan (2001-2018)

Walaupun demikian, pemerintah Indonesia masih berfokus pada alokasi anggaran pendidikan

yang relatif besar pada pendidikan dasar. Hal ini relatif berbeda apabila dibandingkan dengan

negara lainnya seperti Thailand, Malaysia, ataupun Korea. World Bank (2013) menemukan

bahwa anggaran pendidikan di Indonesia dialokasikan sekitar lebih dari 50%, dengan

pendidikan menengah mencapai sekitar 15%. Di Malaysia dan Korea Selatan, alokasi untuk

pendidikan dasar relatif lebih rendah dengan kurang dari 40%. Alokasi pendidikan menengah

lebih dominan yang mencapai lebih dari 50% (Bank Dunia, 2013).

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

050

100150200250300350400450500

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

20

18

Triliun RupiahMiliar Rupiah

Pendidikan Total Anggaran (RHS)

Page 49: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

49

Sumber: CEIC (diolah)

Gambar 21 Anggaran Pendidikan (Triliun Rupiah) dan Persentase Pemerintah Daerah (%)

Lebih lanjut, terdapat pengalokasian anggaran pendidikan antara pemerintah pusat dan

daerah. Gambar 21 menunjukkan bahwa dari total anggaran pendidikan yang tersedia pada

tahun 2018 hampir sebagian besar dialokasikan ke pemerintah daerah (Rp 279,5 triliun).

Pemerintah pusat sendiri hanya memiliki Rp149,7 triliun untuk belanja pendidikan.

Meningkatnya jumlah transfer belanja pendidikan untuk pemerintah daerah dari tahun ke

tahun memberikan indikasi bahwa peranan pemerintah daerah dalam menentukan kinerja

pendidikan di Indonesia menjadi lebih penting di masa sekarang dan akan datang.

Sebagai contoh, pada tahun 2017, pemerintah daerah kemudian mengalokasikan

anggaran pendidikan tersebut sebagian besar ke Dana Alokasi Umum yang mencapai 55% dari

total belanja pendidikan yang ditransfer ke daerah. Relatif lebih sedikit dialokasikan pada

pembangunan fisik dan bantuan operasional sekolah yang kurang dari 20% (Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

Dengan sistem alokasi anggaran pendidikan saat ini, maka terdapat beberapa

permasalahan seperti kurangnya data untuk melakukan analisis yang komprehensif, dominasi

transfer ke daerah, kurangnya alokasi pendidikan usia dini, rendahnya alokasi untuk

pendidikan kejuruan, dan lemahnya korelasi antara insentif yang diberikan kepada guru dan

peningkatan kinerja/kualitas (World Bank, 2017).

Alokasi Anggaran Sektor Pendidikan

Terlepas dari masalah-masalah yang dihadapi pada saat pengalokasian anggaran pendidikan,

selain alokasi 20% APBN untuk pendidikan, pemerintah juga sebenarnya memiliki beberapa

52

54

56

58

60

62

64

66

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

%Triliun Rupiah

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah % Pemerintah Daerah

Page 50: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

50

strategi dalam bentuk program mikro untuk mendorong kualitas sumber daya manusia di

Indonesia. Beberapa program tersebut antara lain Program Keluarga Harapan, Bantuan

Operasional Sekolah, Program Indonesia Pintar, dan Beasiswa Lembaga Pengelola Dana

Pendidikan. Masing-masing program tersebut memiliki target yang berbeda-beda.

Terkait dengan Program Keluarga Harapan (PKH), program ini bertujuan untuk

mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, termasuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Tujuan khusus dari PKH salah satunya adalah meningkatkan akses dan kualitas

pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi peserta PKH. PKH merupakan program yang

memberikan uang tunai kepada rumah tangga target dengan syarat memenuhi beberapa

kriteria seperti rumah tangga tersebut memiliki ibu hamil/nifas/anak balita; memiliki anak

usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak pra sekolah); memiliki anak usia

SD/MI/Paket A/SDLB (usia 7-12 tahun); memiliki anak SLTP/MTs/Paket B/SMLB (Usia 12-15);

dan atau memiliki anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar termasuk

anak dengan disabilitas (TNP2K, 2018).

Sampai dengan 2017, realisasi anggaran yang telah disalurkan sekitar Rp 11,26 triliun

kepada 6 juta rumah tangga. Nilai realisasi ini naik signifikan apabila dibandingkan dengan

tahun 2015, dimana penerima PKH sebanyak 3,5 juta rumah tangga dengan total nilai bantuan

Rp5,58 triliun. Lebih lanjut, data Kementerian Sosial mengindikasikan bahwa pad atahun

2017, anggota rumah tangga penerima PKH lebih banyak mendapatkan manfaat untuk anak

usia SD sebanyak 4,73 juta orang, anak usia SMP 2,57 juta orang, dan anak usia SMA 1,52 juta

orang (Kementerian Sosial, 2017).

Sedangkan adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), merupakan salah satu program

yang bertujuan untuk menyediakan dana operasional non-personel bagi pendidikan dasar,

menengah, dan Sekolah Luar Biasa. Berdasarkan laporan penggunaan dana per komponen,

maka sebagian besar dana BOS senilai Rp 8,46 triliun pada tahun 2017 disalurkan untuk

pengembangan perpustakaan (16,83%), pengelolaan sekolah (16,65%), pembayaran honor

(14,52%), Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa (14,31%) dan kegiatan evaluasi

pembelajaran (10,27%) (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).

Lebih lanjut, Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan program yang ditujukan untuk

memberikan akses layanan pendidikan sampai dengan pendidikan menengah, baik melalui

program pendidikan formal maupun non-formal. Program ini bertujuan untuk meningkatkan

tingkat partisipasi sekolah, termasuk meringankan biaya pendidikan. Besaran dana yang

Page 51: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

51

diberikan bervariasi, bergantung pada tingkat pendidikan. Sebagai contoh, untuk peserta

didik SD/MI/Paket A mendapatkan Rp450.000,-/tahun; sedangkan untuk peserta didik

SMP/MTs/Paket B mendapatkan Rp750.000,-/tahun dan peserta didik SMA/SMK/MA/Paket

C mendapatkan Rp1.000.000,-/tahun (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).

Program terakhir adalah beasiswa yang diberikan melalui Lembaga Pengelola Dana

Pendidikan (LPDP). Sampai dengan saat ini beasiswa LPDP berfokus kepada pendidikan tinggi

baik pada tingkat magister maupun doktor. Berdasarkan laporan tahunan terakhir, penerima

beasiswa magister dan doktoral mencapai lebih dari 25 ribu orang. Penerima beasiswa LPDP

juga relatif beragam, tersebar di berbagai bidang keilmuan antara lain teknik (16,73%),

pendidikan (16,59%), dan ekonomi (11,47%) (LPDP, 2017).

Beberapa studi empiris juga membuktikan bahwa adanya bantuan program mikro

pendidikan akan memberikan dampak positif bagi rumah tangga, seperti mengurangi tingkat

putus sekolah pada saat terjadi krisis keuangan (Cameron 2009). Dampak positif ini berasal

dari pemberian bantuan Jaringan Pengaman Sosial (JPS) setelah terjadinya krisis pada tahun

1998. Cameron (2009) menemukan bahwa pemberian JPS mengurangi tingkat putus sekolah

sebesar 3% poin.

World Bank (2011) menemukan bahwa dengan adanya PKH memberikan dampak yang

relatif sedikit apabila terkait pendidikan. Adanya PKH memberikan kesempatan bagi anak

yang telah bersekolah untuk memiliki waktu yang relatif lebih lama di sekolah. Namun PKH

tidak memberikan dampak bagi anak yang tidak bersekolah. Hal ini diindikasikan dari

beberapa indikator seperti tingkat pendaftaran sekolah, tingkat putus sekolah, dan upah

tenaga kerja yang relatif tidak berubah dalam tiga tahun. Hasil yang sama juga ditemukan

oleh Satriawan (2016) yang menyatakan bahwa adanya PKH tidak memberikan dampak yang

signifikan terhadap tingkat kehadiran di sekolah (Satriawan, 2016).

Lebih lanjut, World Bank (2014) menemukan bahwa bantuan seperti BOS sebenarnya

tidak memiliki dampak yang terlalu besar terhadap rumah tangga terutama apabila rumah

tangga tersebut merupakan rumah tangga yang paling miskin atau berada di wilayah yang

relative lebih miskin. Lebih lanjut, dengan adanya program BOS mengurangi sumber

pendanaan sekolah yang berasal dari pemerintah local.

Page 52: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

52

Kesimpulan

Dalam beberapa dekade ke depan, Indonesia akan mengalami transisi demografi yang

signifikan. Transisi ini ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk yang berusia produktf

dan masuk ke pasar tenaga kerja. Di sisi lain, meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia yang

akan memberikan dampak tekanan pada penduduk yang berusia produktif dalam hal

menopang penduduk usia lanjut.

Dari sisi pemerintah, transisi demografi ini juga memberikan dampak secara langsung

pada prioritas belanja pemerintah terutama di sektor pendidikan. Sampai dengan saat ini,

pemerintah telah mampu mengalokasikan sekitar 20% dari APBN untuk pendidikan.

Sayangnya, alokasi ini masih belum disertai dengan peningkatan kualitas tenaga kerja

Indonesia.

Hal ini diindikasikan dari rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia, yang

terutama disebabkan oleh kualitas pendidikan tenaga kerja yang mayoritas lulusan sekolah

dasar. Faktor lain adalah adanya ketidakcocokan antara harapan pemberi kerja dan

tersedianya tenaga kerja di pasar Indonesia.

Produktivitas merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menentukan

pencapaian pembangunan ekonomi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, sudah

seharusnya pemerintah memiliki strategi untuk mengoptimalkan transisi demografi yang

sedang dan akan terjadi dengan mempersiapkan strategi yang efektif dan efisien dalam

mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja Indonesia.

Beberapa strategi yang dijalankan saat ini seperti pemberian PKH, BOS, PIP, dan

beasiswa LPDP sepertinya sudah berada di arah yang benar. Dengan adanya pemberian

implementasi program-program tersebut, diharapkan dalam jangka panjang, sumber daya

manusia Indonesia akan membaik seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk usia

produktif di masa yang akan datang.

Page 53: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

53

DAFTAR PUSTAKA

Acemoglu, D dan M Dell (2009), “Productivity Differences between and within

Countries”, American Economic Journal: Macroeconomics 2010, 2(1):169-188.

Achmad, Aang. (2012). “Kajian Kasus BLBI: Penggeseran Hukum Publik ke Dalam Lapangan

Hukum Privat”. Mimbar Hukum, 23(3), 597-610.

Alesina, A. and Perotti, R. (1996) Income distribution, political instability, and investment.

European Economic Review 40(6): 1203-1228.

Allen, Emma R. 2016. Analysis of trends and challenges in the Indonesian labor market. ADB

Paper on Indonesia No.16, Maret 2016.

APO. 2016. APO Productivity Databook 2016. Asian Productivity Organization. Tokyo.

Babu, M. S., Bhaskaran, V., & Venkatesh, M. (2016). Does inequality hamper long run

growth? Evidence from Emerging Economies. Economic Analysis and Policy, 52, 99-

113.

Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, 2018, ‘Insentif perpajakan sebagai

pendukung tercapainya revolusi industri 4.0 Indonesia’, Indonesia Industrial Summit

2018, viewed 20 May 2018, < http://www.kemenperin.go.id/iis2018>.

Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2016, Frequently Asked Question on Investment, Badan

Koordinasi Penanaman Modal, viewed 24 May 2018,

Bank Dunia, see World Bank Group

Bank Dunia. 2013. Belanja lebih banyak atau Belanja lebih baik: Memperbaiki Pembiayaan

Pendidikan di Indonesia. Naskah Kebijakan Maret 2013,

Barca, F (2009), “An Agenda for a Reformed Cohesion Policy”, Independent report, EC,

Brussels.

Bartusevičius, H. (2014). The inequality–conflict nexus re-examined: Income, education and

popular rebellions. Journal of Peace Research, 51(1), 35-50.

Batubara, M., et al. (2008). “Skandal BLBI: Ramai-Ramai Merampok Negara”. Haekal Media

Center.

Beznoska, M & Hentze, T. 2017. Demograhic change and income tax revenue in Germany: a

microsimulation approach. Public Sector Economics Vol. 41 (1), pp.71-84.

BKF, see Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan

Page 54: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

54

BKPM, see Badan Koordinasi Penanaman Modal

BPS 2018. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama 1986 – 2017.

Diakses pada 15 April 2018 di

https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/16/971/penduduk-15-tahun-ke-atas-

menurut-status-pekerjaan-utama-1986---2017.html

Cameron, Lisa. 2009. Can a public scholarship program successfully reduce school drop-outs

in a time of economic crisis? Evidence from Indonesia. Economics of Education Review

28 (2009) 308–317

Cingano, F. (2014), "Trends in Income Inequality and its Impact on Economic Growth", OECD

Social, Employment and Migration Working Papers, No. 163, OECD Publishing, Paris,

Clarke, S. and Whittaker, M. (2016). “The importance of place: explaining the characteristics

underpinning the Brexit vote across different parts of the UK”. RES Foundation.

https://www.resolutionfoundation.org/app/uploads/2016/07/Brexit-vote-v4.pdf

Dewan, S, and Kraemer, KL, 2000, ‘Information technology and productivity: evidence from

country-level data’, Management Science, vol. 46, no. 4, pp. 548-562.

DJP. 2017. Laporan Tahunan: Kontribusi strategis membangun bangsa melalui amnesti

pajak. Kementerian Keuangan. Direktorat Jenderal Pajak. Diakses pada 15 April 2018

di http://www.pajak.go.id/sites/default/files/Annual%20Report%20DJP%202016%20-

%20INA_0.pdf

Edward, D. (2010).” BLBI Extraordinary Crime: Satu Analisis Historis dan Kebijakan”. LKiS:

Yogyakarta.

Effendi, Y, Hidayat W, & Nurwanda, A. 2016. Does Indonesian Demographic Transition

Favors Indonesian Future Economy? A report for the Australia Awards Indonesia Short

Course Award: Strengthening the Public Policy Making Process: A Course for Emerging

Leaders in the Ministry of Finance in 2016

Export.gov, 2017, ‘Indonesia country commercial guide’, The U.S. Department of Commerce,

viewed 25 May 2018, < https://www.export.gov/article?id=Indonesia-Executive-

Summary>.

Ezcurra, R., dan Rodríguez-Pose, A. (2014). “Trade Openness and Spatial Inequality in

Emerging Countries”. Spatial Economic Analysis, 9(2), 162-182.

Garcilazo, J. E., Martins, J. O., dan Tompson, W. (2010), “Why policies may need to be place-

based in order to be people-centred”, VoxEU.org, 20 November.

Page 55: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

55

Gill, I (2010), “Regional development policies: Place-based or people-centred?”, VoxEU.org, 9

October.

Gropello, Emanuela.2011. A skill mismatch? Dalam Skill for the Labor Market in Indonesia:

Trends in Demand, Gaps, and Supply. World Bank.

ILO. 2015. Indonesia: Labour and social trends update November 2015. Asia Pacific Decent

Work Decade 2006-2015. International Labour Organization.

Indonesia Investments, 12 January 2018, ‘Indonesia misses out on billions because of troubled

investment climate’, Indonesia-investments. Viewed 25 May 2018, <

https://www.indonesia-investments.com/news/todays-headlines/indonesia-misses-

out-on-billions-because-of-troubled-investment-climate/item8488>.

Keefer, P. and Knack, S. (2000) Polarization, politics and property rights. World Bank Policy

Research Working Paper No 2418, August.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Jendela Pendidikan dan Kebudayaan :

Media Komunikasi dan Inspirasi Edisi IX/Maret 2017. Biro KOmunikasi dan Layanan

Masyarakat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Penggunaan Dana per Komponen. Diakses

pada 16 April 2018 di http://bos.kemdikbud.go.id/index.php

Kementerian Pendidkan dan Kebu.2018. Tanya jawab Kartu Indonesia Pintar. Diakses pada

16 April 2018 di http://indonesiapintar.kemdikbud.go.id/

Kementerian Sosial. 2017. Pengelolaan bantuan sosial Program Keluarga Harapan yang lebih

berkualitas. Disampaikan pada Seminar Budget Day. Jakarta, 22 November 2017.

Kennedy, T., Smyth, R., Valadkhani, A., & Chen, G. (2017). Does income inequality hinder

economic growth? New evidence using Australian taxation statistics. Economic

Modelling, 65, 119-128.

LPDP. 2017. 2016 Annual Report. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Kementerian

Keuangan Republik Indonesia.

Nazara, S. (2013). ‘Perekonomian Indonesia: Kebijakan Pengentasan Kemiskinan’.

Disampaikan di kuliah Perekonomian Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, Depok-Indonesia.

OECD (2009), “How Regions Grow: Trends and Analysis”, OECD, Paris.

OECD (2010), “Regions Matter”, Paris

Page 56: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

56

Oosthuizen, M.J., 2014. Bonus or mirage? South Africa’s demographic dividend. The Journal

of the Economics of Ageing, 5, pp.14–22. Available at:

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2212828X14000267

Perkins et al. 2013. Economic Development Edisi 7.

Prskawetz, A. et al., 2007. The Relationship Between Demographic Change and Economic

Growth in the EU,

Ren, S 2018, ‘Indonesia is fragile for a reason’, Bloomberg, viewed 24 May 2018

<https://www.bloomberg.com/view/articles/2018-05-17/indonesia-s-stuck-in-the-

fragile-five-for-good-reason>

Rodríguez-Pose, A. (2017). “The revenge of the places that don’t matter (and what to do

about it)”. Presentation on the 10th Anniversary Conference of Cambridge Journal of

Regions, Economy and Society. Cambridge: July 14.

Satriawan, Elan. 2016. Evaluating longer-term impact of Indonesia’s CCT Program: evidence

from a randomised control trial. Tim Nasional Percepatan Penganggulangan

Kemiskinan. JPAL SEA Conference on Social Protection. Jakarta, 12 Januari 2016.

Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, 2018, Merajut Pertumbuhan,

Menenun Pemerataan Laporan Tahunan Kawasan Ekonomi Khusus 2017, Jakarta.

Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus.

Shoven, J.B, Topper, M, & Wise, D.A. 1994. The Impact of the Demographic Transition on

Government Spending. Studies in the Economics of Aging. National Bureau of

Economic Research. Pp. 13-38.

Stigler, G. (1971). “The theory of economic regulation. Bell Journal of Economics and

Management Science”, 2, 3-21.

Syafrian, D. (2011). “Deregulasi Perbankan dan Praktek Rent-Seeking Para Tikus Orde Baru”.

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dapat diakses melalui https://bit.ly/2IpXM7s .

Syafrian, D. dan Rachbini, D. J. (2015). “Stabilitas Politik dan Demokrasi Ekonomi di

Indonesia”. Dalam INDEF (2015) ’2 Dekade Dies Natalis INDEF, 1995-2015’, INDEF:

Jakarta.

The Economist. (2017). “Left Behind: How to help places hurt by globalisation”. Edition October 21st-

27th.

TNP2K.2018. Program Keluarga Harapan. Diakses pada 16 April 2018 di

http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-i/program-keluarga-harapan-pkh/.

Page 57: Pendahuluan Catatan 20 Tahun Perjalanan Ekonomi Indonesia fileKinerja ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam menilai sukses atau ... ekonomi negatif pada tahun 2009 dimana

57

Trading Economics, n.d., ‘Ease of doing business in Indonesia’, Trading Economics, Viewed 25

May 2018, <https://tradingeconomics.com/indonesia/ease-of-doing-business>.

World Bank .2017. Improving quality of spending in Indonesia: 2017 budget and beyond.

Diakses pada 15 April 2018 di

http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/Publikasi/bidang%20pendidikan/improvi

ng%20quality%20of%20spending.pdf.

World Bank Group, n.d., Doing Business 2018 Reforming to Create Jobs Economy Profile

Indonesia. Viewed 25 May 2018,

World Bank. 2011. Program Keluarga Harapan: main findings from the impact evaluation of

Indonesia’s pilot household conditional cash transfer program. World Bank Jakarta.

World Bank. 2014. Assesing the role of the school operational grant program (BOS) in

improving education outcomes in Indonesia. World Bank Jakarta.

Website:

http://www.bkpm.go.id/images/uploads/printing/FAQ.compressed.pdf>.

http://www.doingbusiness.org/data/exploreeconomies/indonesia>.