12
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291766445 Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Kreativitas dan Pengalaman Musikal Mahasiswa PGSD CONFERENCE PAPER · NOVEMBER 2012 DOI: 10.13140/RG.2.1.3250.2807 1 AUTHOR: Julia - Universitas Pendidikan Indonesia Kampus … 10 PUBLICATIONS 0 CITATIONS SEE PROFILE Available from: Julia - Retrieved on: 25 January 2016

Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

Seediscussions,stats,andauthorprofilesforthispublicationat:https://www.researchgate.net/publication/291766445

PenciptaanKomposisiMusikBaruSebagaiAlternatifDalamMeningkatkanKreativitasdanPengalamanMusikalMahasiswaPGSD

CONFERENCEPAPER·NOVEMBER2012

DOI:10.13140/RG.2.1.3250.2807

1AUTHOR:

Julia-

UniversitasPendidikanIndonesiaKampus…

10PUBLICATIONS0CITATIONS

SEEPROFILE

Availablefrom:Julia-

Retrievedon:25January2016

Page 2: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

Meningkatkan Kreativitas dan Pengalaman Musikal Mahasiswa PGSD

Julia

Universitas Pendidikan Indonesia

Kampus Sumedang

Abstrak

Tulisan ini mendeskripsikan tentang pembelajaran pendidikan seni musik pada

mahasiswa PGSD. Pengkajian dilatarbelakangi oleh masalah mahasiswa PGSD

yang secara umum tidak memiliki kompetensi musikal, sehingga diperlukan suatu

alternatif pembelajaran yang relatif cepat dalam meningkatkan kreativitas dan

pengalaman-pengalaman musikal mereka. Metode pengumpulan data dilakukan

melalui pengamatan langsung terhadap pembelajaran mata kuliah pendidikan

seni musik selama satu semester. Berdasarkan hasil kajian diperoleh kesimpulan

bahwa pembelajaran seni musik melalui penciptaan komposisi musik baru dapat

menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kreativitas dan pengalaman

musikal mahasiswa PGSD, karena dalam penggarapan komposisi musik

diperlukan imajinasi dan pemikiran-pemikiran kreatif.

Kata kunci: komposisi, musik baru, kreativitas, pengalaman musikal.

Pendahuluan

Masalah yang muncul dalam proses pembelajaran musik di jurusan

atau program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di UPI

Kampus Sumedang antara lain sulitnya menentukan materi musik yang

tepat bagi mahasiswa berhubung kompetensi musik yang dimiliki mereka

pada umumnya sangat minim. Jangankan menguasai unsur-unsur musik

seperti ritmik dan tangga nada, memperoleh pengalaman musikal pun

mayoritas sangat kurang, sehingga pada saat dilakukan tes bakat dan

wawasan musik pada awal perkuliahan, pada umumnya tidak tahu

banyak tentang istilah-istilah musik baik istilah dalam musik daerah

(karawitan) maupun musik barat, tidak tahu pasti maksud dari istilah

musik yang sudah dikenal, tidak dapat membaca notasi baik notasi

daerah setempat (damina) maupun notasi barat (not balok), kurang

memiliki kepekaan rasa musikal sehingga kurang baik dalam

melantunkan melodi lagu, dan pada umumnya kurang terampil dalam

bernyanyi bahkan lagu-lagu daerah setempat pun tidak dikuasai.

Page 3: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

Kondisi di atas kiranya cukup untuk ditafsirkan bahwa pada

umumnya mahasiswa tidak mendapatkan pengalaman musikal yang

memadai yang dapat menumbuhkembangkan kompetensi musikal

mereka. Padahal, kemampuan dasar musik dapat dilatih sejak usia dini

melalui pengalaman-pengalaman musik yang alamiah dari lingkungan

keluarga, masyarakat maupun sekolah. Seperti dituturkan oleh Dieter

Mack (2010:9), bahwa dalam proses belajar musik, kegiatan menyanyi dan

menari/bergerak merupakan alat paling dasar untuk mengembangkan

representasi-representasi musikal sejati. Dengan demikian, dangkalnya

kompetensi musik dapat disebabkan karena minimnya melakukan

kegiatan-kegiatan yang bersentuhan dengan unsur musik seperti

bernyanyi dan menari sejak kecil, karena menari pun alat dasar untuk

merasakan unsur-unsur musik.

Bahkan dalam penelitian psikologi musik, anak-anak usia

prasekolah sudah bisa dilatih dengan pengalaman-pengalaman musikal

karena dalam usia tersebut anak sudah bisa merespon terhadap suara atau

bunyi-bunyian, belajar mengenal pitch nada, dan belajar ritmik-ritmik

sederhana. Sementara pada tingkat Sekolah Dasar (SD), kompetensi musik

mulai berkembang pada tahapan mengapresiasi konsep konsonan dan

disonan, mengembangkan lagu dalam tonalitas, pengembangan ritmik

dan melodi, dan merasakan harmonisasi. Maka dari itu, bagaimana

kompetensi musik anak-anak SD bisa berkembang, jika mahasiswa PGSD-

nya pun sebagai calon pendidik mereka, tidak memiliki kompetensi

musikal, sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap anak

didik mereka supaya kemampuan musikalnya berkembang. Akibatnya

seringkali anak didik dibiarkan saja tidak dibekali dengan kompetensi-

kompetensi musikal.

Untuk membentuk mahasiswa PGSD yang notabene dinilai agak

telat dalam mendapatkan kompetensi dan pengalaman musikal supaya

kemampuan musiknya meningkat dan pengalaman musiknya bertambah,

maka telah diupayakan suatu konsep pembelajaran musik melalui jalur

penciptaan komposisi musik baru (kontemporer) sebagai alternatif dalam

penambahan dan pengembangan pengalaman-pengalaman musikal

termasuk untuk memicu dan memancing sisi-sisi kreativitasnya. Untuk

itu, tulisan ini merupakan pendeskripsian dari pembelajaran seni musik

yang telah dilakukan pada program studi PGSD UPI Kampus Sumedang,

sehingga sumber data pun adalah mahasiswa PGSD semester genap yang

dikaji melalui pengamatan langsung selama satu semester.

Page 4: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

Komposisi Musik Baru dan Kompetensi Musikal

Persoalan yang dipaparkan dalam bahasan ini yakni apakah secara

teoretis mempelajari komposisi musik baru dapat meningkatkan

kompetensi musikal mahasiswa? Jawaban atas pertanyaan ini setidaknya

dapat dijelaskan melalui beberapa hal berikut.

- Komposisi Musik Baru sebagai Kegiatan Kreasi Seni Batiniah

Sama halnya dengan menciptakan jenis-jenis musik lainnya atau

karya-karya seni pada umumnya, menciptakan komposisi musik baru

pada dasarnya adalah kegiatan kreasi seni yang bersifat batiniah.

Soehardjo (2005:174) menerangkan bahwa perangkat batiniah ini terdiri

dari rangkaian kegiatan yang kinerjanya berupa pembentukan ide-seni.

Hal inilah yang tidak bisa lepas dari proses menciptakan komposisi baru,

yakni menghadirkan gagasan-gagasan melalui alam pikir sehingga

terbentuklah ide-ide seni. Sementara itu, kehebatan ide seni dapat

terbentuk sesuai dengan pengalaman dan latarbelakang budaya

pemikirnya, sehingga sebenarnya, karya yang terbentuk merupakan

perwujudan dari pengalaman-pengalaman musikal terdahulu yang

pernah didapatkan dari seluruh rangkaian kehidupannya.

Hanya saja, karena ditambah dengan pengalaman-pengalaman

baru, maka karya yang diciptakan berupaya untuk muncul pula dalam

bentuk yang relatif baru, yakni baru dalam pengertian sesuai dengan

kemampuan penciptanya dalam membuat kebaruan. Artinya, karena

pengalaman setiap orang berbeda-beda, maka baru menurut kita belum

tentu baru menurut orang lain, dan sebaliknya, baru menurut orang lain

belum tentu baru di hadapan kita. Dieter Mack (2004:42) mengatakan,

setiap manusia adalah individu, dan individualitas ini senantiasa bisa

dituangkan ke dalam proses menciptakan sebuah karya seni yang bisa

berdiri sendiri. Oleh sebab itu, semakin dalam pengalaman dan keluasan

wawasan seseorang, maka semakin unik dan berbeda pula karya yang

dapat diciptakan.

Sampai di sini, nampaknya sudah dapat ditarik kesimpulan bahwa

menciptakan komposisi baru tidak dapat lepas dari kompetensi musikal

karena mencipta merupakan bagian dari keterampilan dalam seni musik.

Semakin bagus dan berbeda dari karya yang telah ada, serta unik dan

menarik karya musik yang diciptakan, maka semakin kompeten pula

penciptanya dalam dunia seni musik.

- Komposisi Musik Baru sebagai Kegiatan Kreasi Seni Lahiriah

Page 5: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

Jika kegiatan kreasi seni batiniah terletak pada rangkaian

pembentukan ide-seni, maka kegiatan kreasi seni lahiriah menurut

Soehardjo (2005:174) adalah rangkaian mewujudkan ide-seni tersebut.

Kegiatan mewujudkan ide-seni tersebut dilakukan melalui serangkaian

aktivitas yang melibatkan fisik atau anggota badan, seperti mencari atau

memilih alat-alat yang akan digunakan, menentukan siapa saja pemain

yang akan dilibatkan, dan lain-lain. Yang mana aktivitas-aktivitas tersebut

merupakan kunci utama dalam mewujudkan suatu karya yang diinginkan

oleh penciptanya. Artinya, demi mewujudkan suatu bentuk karya musik

yang masih berada dalam dunia ide penciptanya, diperlukan sejumlah

perjuangan yang sudah pasti melibatkan aktivitas-aktivitas lahiriah

supaya karya yang terlahir ke dunia fisik benar-benar sesuai dengan yang

diharapkan, atau setidaknya mirip dan tidak meleset dari segala sesuatu

yang dirancang dalam dunia ide.

Maka dari itu, setidaknya ada dua mazhab komponis yang

berupaya melakukan aktivitas-aktivitas lahiriah demi menciptakan suatu

karya musik yang relatif baru. Mazhab pertama, yakni komponis yang

mencari kebaruan dengan cara menciptakan alat-alat musik yang baru

atau menggabungkan alat-alat musik, sehingga didapatkan warna bunyi

baru, namun gramatika musiknya bisa relatif baru dan bisa juga tidak

baru. Hal ini pernah diutarakan oleh Iwan Gunawan (2009), bahwa

bagi pemahaman sebagian orang, musik kontemporer selalu dikaitkan

dengan konsep penggunaan alat musiknya. Yang paling trend adalah ketika

suatu karya musik menggunakan campuran alat “modern” dan

“tradisional” dapat memberi penegasan bahwa itulah musik kontemporer.

Walaupun pada kenyataannya banyak karya musik kontemporer

menggunakan campuran alat musik seperti yang disebutkan di atas, akan

tetapi konsep atau ide dengan campuran alat musik tersebut sebenarnya

belum dapat menjamin bahwa karya musik tersebut adalah musik

kontemporer.

Mazhab kedua, yaitu komponis yang mencari kebaruan dengan

mengeksplorasi bunyi dari alat yang sudah ada, sehingga berupaya

mencari gramatika musik yang benar-benar baru dan segar. Bagi para

pencari kebaruan sejati, konsep kedua ini lebih berarti bila dibandingkan

dengan konsep yang pertama, karena konsep ‘baru’ bukan berarti harus

mengkolaborasikan atau menghadirkan alat-alat baru, tapi justru hadir

Page 6: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

dari konsep garap musiknya sebagai representasi dari penghayatan dan

pemikiran segar penciptanya.

- Komposisi Musik Baru sebagai Media Kreativitas

Widjaja (2011) memaparkan bahwa musik kontemporer dapat

dikenali dengan beberapa ciri yang hampir senantiasa melekat dalam

kehadirannya, yakni sebagai berikut.

Judul: Karya musik kontemporer lazim menggunakan judul yang aneh dan

bahkan asing... Tema: Dalam musik yang lazim dikenal, tema yang diangkat

umumnya berkisar pada cinta, duka, gembira. Musik kontemporer

mengusung tema yang seringkali “baru”... Instrumentasi: Dalam musik

kontemporer, bukan hanya instrumen musik yang lazim dikenal saja,

melainkan juga digunakan benda-benda yang menghasilkan bunyi...

Partitur: Untuk musik kontemporer, notasi balok dan/atau angka, tidaklah

cukup. Konsep musik dalam musik kontemporer seringkali harus disertai

petunjuk yang detail tentang gambaran bunyi dan cara memproduksi bunyi

tersebut... Teknik garapan: Seringkali, komponis musik kontemporer

membuat sendiri tata gramatika dan idiom musiknya. Juga susunan dan

struktur harmoni yang baru. Ide garapan dapat saja menggunakan idiom

dan tata gramatik musik tradisi....

Berdasarkan paparan di atas, dapat dijelaskan kembali bahwa

membuat komposisi musik baru tidaklah sederhana, namun justru

terkesan lebih menantang karena menuntut karya yang benar-benar baru

dalam segala hal, mulai dari penjudulan, penggunaan alat, sampai pada

gramatika musiknya. Iwan Gunawan (2009) menegaskan, istilah

kontemporer yang melekat pada kata “musik” itu bukanlah menjelaskan

tentang jenis (genre), aliran atau gaya musik, akan tetapi lebih spesifik

pada sikap atau cara pandang senimannya yang tentunya tersirat dalam

konsep serta gramatik musiknya yang memiliki nilai-nilai “kekinian”.

Dengan demikian, menciptakan musik baru memerlukan kreativitas yang

disertai dengan ide-ide segar sehingga menjelma menjadi bentuk karya

yang relatif baru. Maka dari itu, idealnya pemain dan pencipta musik

baru adalah mereka para musisi atau komposer profesional yang sudah

biasa berkecimpung dalam dunia musik, sehingga akan menjadi luarbiasa

jika kalangan amatir mampu membuat atau memainkan karya-karya

musik baru.

Page 7: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

Penciptaan Komposisi Musik Baru

Dalam pelaksanaan penciptaan komposisi musik, ada dua tahapan

utama yang dilalui, yaitu tahap proses penciptaan dan penyajian produk.

- Proses Penciptaan

Pada tahap ini pembelajaran terbagi ke dalam beberapa tahapan-

tahapan kegiatan sebagai berikut.

1. Pengayaan Unsur Dasar Musik

Pada tahap ini, mahasiswa diberikan pemahaman ihwal unsur dasar

musik yang urgen untuk dikuasai, yakni ritmik dan tangga nada.

Pembelajaran mengenai ritmik dilaksanakan selama empat kali

pertemuan dari pertemuan kesatu sampai keempat. Sasaran dalam

pembelajaran ini adalah mahasiswa dapat membaca ritmik dengan tepat

dan merasakan durasi dari tiap ritmik yang dipelajari dengan cara

membaca notasi balok. Dalam tahap ini pembelajaran ritmik masih

bersifat netral, artinya ritmik tidak dicampuri dengan tingkatan-tingkatan

nada seperti do-re-mi, namun menggunakan suku kata yang berbeda-

beda, bisa berupa kata-kata bebas atau berupa hitungan-hitungan,

sehingga penulisan ritmik pun belum menggunakan garis paranada,

namun hanya menggunakan garis tunggal (percussion line) saja yang

terbagi ke dalam beberapa bar dalam birama 4/4. Contohnya seperti

berikut.

Contoh 1

Contoh 2

Sementara pembelajaran tentang tangganada dilaksanakan selama

tiga kali pertemuan setelah pembelajaran ritmik selesai, yakni dari

pertemuan kelima sampai ketujuh. Sasaran dalam pembelajaran

tangganada ini adalah agar mahasiswa dapat merasakan perbedaan

interval-interval nada, membunyikan nada secara tepat, dan mengisi

ritmik-ritmik dengan nada-nada. Artinya, mahasiswa dituntut untuk

Page 8: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

mengaplikasikan nada ke dalam not balok. Hanya saja, pembelajaran ini

masih bersifat sederhana sehingga pengaplikasian nada belum diterapkan

pada garis paranada, tapi masih menggunakan garis tunggal. Tangganada

yang digunakan adalah tangganada fentatonis atau da-mi-na-ti-la. Ini

dimaksudkan supaya mahasiswa lebih mengenal tonalitas musik daerah

sendiri walaupun pembelajarannya hanya sesaat. Berikut contoh dari

pengembangan pola ritmik di atas yang mulai di isi dengan nada-nada

da-mi-na-ti-la.

Contoh 3

Contoh 4

2. Demonstrasi

Pada tahap ini didemonstrasikan beberapa kebutuhan mendasar untuk

membuat komposisi musik baru melalui dua kegiatan pembelajaran yang

terdiri atas kegiatan eksplorasi bunyi dan teknik garap. Tahap ini cukup

dilakukan satu pertemuan saja, yakni pada pertemuan ke sembilan

(setelah UTS membaca ritmik dan tangganada). Berikut paparan bentuk

aktivitas dari masing-masing kegiatan.

a. Eksplorasi Bunyi

Eksplorasi bunyi dilakukan dengan cara mencoba mengeskplor bunyi-

bunyi yang bisa dihasilkan dari media sebagai bahan alat musik yang

tersedia di kelas dan media yang sengaja dihadirkan ke kelas melalui

penugasan ke mahasiswa. Media ini terdiri atas benda-benda yang

tersedia di lingkungan sekitar sehingga mudah didapatkan dimana saja,

misalnya botol minuman, kentongan, gelas, piring, galon, ember, dan lain-

lain. Beberapa hal yang dipelajari di sini adalah bagaimana potensi bunyi

yang dapat dihasilkan oleh masing-masing alat atau media, seperti

bagaimana jenis-jenis bunyi yang bisa dihasilkan, bagaimana karakter

bunyi yang dihasilkan, dan bagaimana teknik memainkannya supaya

Page 9: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

didapatkan aneka bunyi. Mahasiswa juga mencoba mengeskplor bunyi-

bunyi dari media yang dibawanya. Di sini mahasiswa mulai

diperkenalkan pada bunyi-bunyi yang atonal, sehingga mereka bebas

untuk mengekspresikan imajinasinya tanpa harus memikirkan lagi

tonalitas yang notabene masih mentah dikuasai.

b. Teknik Garap

Pada tahap ini mahasiswa diberikan dasar-dasar untuk membuat

komposisi melalui penulisan sistem notasi. Persoalan yang muncul adalah

terkadang mereka bingung harus mulai dari mana, bagaimana cara

menghapal komposisi, dan bagaimana cara membagi-bagi tugas kepada

para pemain musiknya. Penyelesaian terhadap masalah tersebut

dilakukan dengan cara-cara berikut. Pertama, mahasiswa dibagi ke dalam

beberapa kelompok atau dibuat menjadi musik ensemble. Kedua, diberikan

contoh pengkomposisian yang diperjelas dan sekaligus diperkenalkan

pada tema musik, layer musik, tempo dan dinamika. Setiap alat yang

digunakan ditulis ke dalam garis tunggal sehingga banyaknya garis

bergantung pada banyaknya alat. Penulisan dengan mengunakan simbol

not balok dan simbol-simbol bebas disesuaikan dengan bentuk komposisi

yang dibuat. Jika komposisi berbentuk metris atau memiliki ketukan-

ketukan tetap dan memiliki tonalitas, maka digunakan simbol not balok,

namun jika komposisi berbentuk bunyi-bunyi bebas atau atonal, maka

digunakan simbol-simbol bebas. Ketiga, mahasiswa mencoba menyajikan

komposisi musik yang telah dibuat ke dalam bentuk notasi. Pada tahap

menyajikan ini tidak terlalu bermasalah sebab mahasiswa telah dibekali

dengan pemahaman bagaimana cara membaca ritmik di awal pertemuan,

dan tentunya karena komposisinya masih bersifat sangat sederhana.

Berikut contoh penggalan penulisan komposisi musik yang dibuat pada

tahap ini.

Contoh 5

Page 10: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

Melalui salah satu contoh komposisi di atas, mahasiswa diarahkan

untuk membaca ritmiknya dengan cara mengaplikasikannya secara

bergiliran pada media bunyi yang mereka bawa. Tahapannya adalah

membaca dengan tepat, kemudian diolah dengan menggunakan berbagai

tempo dan dinamika. Dengan demikian, mahasiswa dapat secara

langsung memahami konsep musik, dan merasakan unsur-unsur musik,

bahkan dapat memberikan ide-ide untuk membuka ruang imajinasinya

sehingga muncul potensi-potensi bentuk musik lainnya, setidaknya

bentuk musik yang baru dalam pengalaman musikal mereka.

3. Penggarapan

Tahap ini merupakan tahap pengaplikasian dari wawasan dan

pengalaman yang diperoleh dari pertemuan kesatu sampai kesembilan

dan ditunjang oleh pengalaman-pengalaman musikal sebelumnya. Di sini

pula yang menentukan tingkat kreativitas dan imajinasi dalam membuat

komposisi musik dari tiap individu yang tergabung ke dalam beberapa

kelompok. Penggarapan dilaksanakan selama lima kali pertemuan, yaitu

dari pertemuan ke-11 sampai ke-15. Dalam penggarapannya setiap

kelompok menyebar ke luar kelas sehingga tidak mengganggu proses

pembuatan antara satu dengan yang lainnya, dan di setiap akhir jam

pelajaran dilakukan evaluasi terhadap seluruh kelompok. Evaluasi ini

lebih bersifat merapihkan tidak bersifat mengubah keorisinalitasan karya

mahasiswa. Beberapa hal yang menjadi objek pembenahan antara lain

masalah kekompakan, ketepatan saat dalam membunyikan alat sesuai

dengan notasi yang dibuat, atau ada juga yang dibenahi notasinya karena

tidak sesuai dengan pola ritmik yang diharapkan, dan penegasan

pengolahan ekspresi seperti dinamika bunyi supaya karya lebih hidup

dan dinamis. Kematangan karya terbukti sangat ditentukan pula oleh

intensitas latihan kelompok di luar jam kuliah.

- Penyajian Produk

Ini merupakan tahap final dalam dua tahapan utama setelah tahap proses

penciptaan. Aktivitas yang dilakukan di sini adalah setiap kelompok

menyajikan hasil karya cipta mereka. Penyajian ditata ke dalam satu

bentuk pertunjukan kecil di dalam kelas dengan dibumbui oleh dekorasi

sederhana, kostum sederhana, dan di apresiasi oleh kelompok-kelompok

lainnya. Ini juga merupakan suatu pembelajaran bagi mahasiswa tentang

bagaimana mempersiapkan sebuah pertunjukan, dari mulai persiapan

Page 11: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

yang bersifat fisik atau material sampai pada persiapan mental. Berikut

dokumentasi pada kegiatan pertunjukan tersebut.

Gambar 1

Penyajian Komposisi Musik Hasil Karya Mahasiswa

Gambar 2

Penyajian Komposisi Musik Hasil Karya Mahasiswa

Kesimpulan

Berdasarkan hasil paparan di atas dapat diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut. Pertama, penciptaan komposisi musik baru

dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kreativitas dan

pengalaman musikal mahasiswa PGSD, karena dalam penggarapan

komposisi musik diperlukan imajinasi dan pemikiran-pemikiran kreatif,

serta dituntut melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Kedua,

konsep penggunaan alat musik dari media yang bebas dan tersedia di

lingkungan sekitar lebih cocok bagi mahasiswa PGSD yang notabene

mayoritas tidak dapat memainkan alat musik, sementara jika belajar alat

musik tidak akan efektif karena waktu yang dibutuhkan relatif lama, dan

alat musik yang tersedia senantiasa terbatas jumlahnya. Ketiga, konsep

penggarapan musik ensemble dapat meningkatkan pula aspek kerjasama

Page 12: Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam

di antara mahasiswa, karena karya musik terbentuk atas kerja bersama

dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

Daftar Pustaka

Gunawan, Iwan. (2009, 7 Juni). Musik Kontemporer Di Daerah Sunda

Sebagai Upaya Pengembangan Musik Lokal Yang Berwawasan

Global. Artikel diposting ke

http://onesgamelan.wordpress.com/2009/06/07/musik-kontemporer-

di-daerah-Sunda-sebagai-upaya-pengembangan-musik-lokal-yang-

berwawasan-global. [29 Oktober 2012].

Mack, Dieter. (2004). Musik Kontemporer & Persoalan Interkultural. Tanpa

tempat. Penerbit: Arti.

Mack, Dieter. (2010). Pendidikan Seni: Representasi Mental serta Konteks

Budaya. Dalam Narawati, T & Masunah, J (Ed). (2010). Quo Vadis

Seni Tradisional V: Meningkatkan Pemahaman Silang Budaya Melalui

Pendidikan Seni. Bandung: Prodi Pendidikan Seni SPs UPI.

Soehardjo, A. J. (2005). Pendidikan Seni Dari Konsep Sampai Program.

Malang: Balai Kajian Seni dan Desain Jurusan Pendidikan Seni dan

Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Widjaja, M. G. (2011, 19 Januari). Sekilas Musik Kontemporer di Indonesia.

Kompasiana [online], kolom hiburan. Tersedia:

http://hiburan.kompasiana.com/musik/2011/01/19/sekilas-musik-

kontemporer-di-indonesia. [28 Oktober 2012].

Makalah disajikan dalam seminar internasional (Forum Ilmiah VIII)

“Innovative Ideas in the Study of Language, Literature, Arts, and their

Learning” pada tanggal 20 November 2012

di FPBS UPI Bandung