Upload
ahmad-shodiq
View
57
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
cgv
Citation preview
PENCEMARAN KALI PELAYARAN SIDOARJO DAN UPAYA PENANGGULANGAN PENCEMARAN
1. Gambaran Umum Saluran Pelayaran
Saluran pelayaran berada di Wilayah Sungai Brantas yang berlokasi di Kecamatan Balongbendo, Krian, dan Tarik, Kabupaten Sidoarjo. Saluran ini memiliki panjang 21 km. Inlet saluran ini adalah kanal mangetan, sedangkan outlet saluran adalah kali Surabaya. Air dari saluran pelayaran merupakan sumber bahan baku air minum PDAM Sidoarjo dengan debit 0,8 – 1 m3/detik. Direncanakan saluran ini akan digunakan untuk suplai air baku sidoarjo sebesar 2 m3/detik dan 6-7 m3/detik untuk PDAM Surabaya. Berikut merupakan gambar ilustrasi saluran pelayaran. Selain itu, saluran ini juga dimanfaatkan untuk irigasi.
Gambar 1.1 Ilustrasi Saluran Pelayaran
Gambar 1.2 Peta Saluran Pelayaran
Saluran pelayaran
Kali Surabaya
Outlet pelayaran
Gambar 1.3 Inlet Saluran Pelayaran Gambar 1.4 Outlet Saluran Pelayaran
Pembangunan saluran pelayaran bertujuan untuk mendapatkan kualitas air baku PDAM yang lebih baik dan mendapatkan pasokan air yang lebih baik dari segi kuantitas (PU,2011). Berikut merupakan gambar tipikal dimensi di saluran pelayaran.
Gambar 1.5 Tipikal Dimensi Saluran Pelayaran
2. Kondisi Sungai Eksisting
Dalam peruntukannya sebagai air baku untuk air minum maka kualitas air di Saluran Pelayaran harus memenuhi parameter-parameter kualitas air kelas 1 menurut PP No 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Kelas 1
Parameter TSS DO(mg/L)
pH COD(mg/L)
BOD(mg/L)
NO3
(mg/L)NH3-N(mg/L)
PO43-
(mg/L)Baku Mutu
50 6 6-9 10 2 10 0,5 0,2
Saluran pelayaran
Mangetan Canal
Kali Surabaya
Saluran
pelayaran
Kali Surabaya
Sumber: Lampiran PP No 82 Tahun 2001
Menurut Irsanda dalam analisa daya tampung beban pencemaran kali pelayaran kabupaten sidoarjo dengan metode qual2kw, Pada tahun 2013 kualitas air eksisting saluran pelayaran tidak memenuhi baku mutu badan air kelasi satu. Berikut merupakan data kualitas air di saluran pelayaran.
Tabel 2.2 Data Air di Tiap Titik Segmen
Sumber: Irsanda, 2014
2.1 Sumber Pencemar
Sumber pencemar yang masuk ke badan air Kali Pelayaran berasal dari cabang kanal mangetan, limbah domestik, persawahan, dan limbah industri di sekitar bantaran sungai. Sumber pencemar tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 yakni point sources yang meliputi IPAL limbah industri, IPAL limbah domestik, serta cabang kanal mangetan. Non-point sources meliputi persawahan, serta hasil kegiatan lain yang tidak melewati IPAL seperti outlet domestik (jamban helicopter, kegiatan domestik pabrik) dan sebagainya.
3. Pengendalian Pencemaran
Dalam penelitiannya, (Irsanda, 2013) melakukan permodelan terhadap kualitas air saluran pelayaran. Dari hasil permodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas air di saluran pelayaran dapat memenuhi baku mutu kelas 1 sesuai PP No 82 Tahun 2001 dengan asumsi air buangan dari sumber pencemar telah memenuhi standar baku mutu air kelas 1.
Prinsip pengendalian pencemaran lingkungan adalah mencegah timbulnya pencemaran terutama pencemaran yang memerlukan pengolahan air limbah sebelum dialirkan ke badan air . Dari segi ekonomi, pencegahan pencemaran lingkungan dinilai jauh lebih murah dibandingkan dengan pengolahan air limbah dan pengembalian kualitas air sungai. Pengendalian pencemaran menggunakan pendekatan minimisasi air limbah, recycle produk sampah, dan perbaikan dari segi proses produksi dan bahan baku harus lebih diutamakan dibandingkan dengan pendekatan tradisional seperti end of pipe treatments (Ipsen, 1997). Berikut ini beberapa upaya dalam pengendalian pencemaran:
a. Meningkatkan kesadaran pengelolaaan air dan prespektif gender
Tahapan awal dalam melakukan pengendalian pencemaran adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air dan menjaga kualitas lingkungan. Prespektif gender dinilai memiliki peran besar dalam pengelolaan sumber daya air. Hasil studi oleh the International Water and Sanitation (IRC) terhadap 88 proyek air dan sanitasi masyarakat di 15 negara menunjukkan bahwa desain dan pelaksanana proyek yang melibatkan partisipasi penuh dari perempuan hasilnya lebih efektif dan berkelanjutan (Martiany, 2013). Di lingkungan rumah tangga, perempuan memiliki tanggung jawab dalam penyediaan air dan mengelolanya untuk kebutuhan pangan, sanitasi, dan ekonomi keluarga. Selain itu, perempuan juga membutuhkan air bersih setidaknya untuk kebutuhan reproduksi dan higenitas. Faktor-faktor seperti kebutuhan pangan, sanitasi, dan lain-lain di atas akan berpengaruh langsung terhadap tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk.
b. Penerapan best environmental practice
Selain upaya pendekatan di atas, beberapa pencemaran dari non-point sources seperti persawahan lebih baik untuk menggunakan prinsip “best environmental practice” yang biasa terdapat dalam sertifikasi produk kebun. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam best environmental practice adalah prinsip precautionary, polluter-pays, standar dan regulasi yang realistis, kontrol pencemaran air hingga sumbernya, dan yang paling utama adalah mengaplikasikan mekanisme pengelolaan sumber daya air terintegrasi antar daerah.
c. Pengaplikasian program SANIMAS
Upaya lain adalah dengan mengaplikasikan program SANIMAS. Pelaksanaan Sanitasi Berbasis Masyarakat untuk menyediakan prasarana air limbah bagi masyarakat. Program ini merupakan Demand Responsive Aprroach. Pihak daerah harus menyampaikan minat terlebih dahulu agar bisa difasilitasi. Seperti namanya, prinsip dari program ini adalah memberdayakan komunitas setempat untuk melakukan analisa dan mengambil tindakan perilaku mereka agar bebas dari perilaku buang air besar sembarangan. Fokusan program bukanlah membangun toilet, IPAL, dan fasilitas fisik lainnya melainkan adanya perubahan terhadap perilaku sanitasi masyarakat.
d. Pengaturan Tata Ruang
Tata ruang memegang peranan penting dalam pengelolaan lingkungan. Tata ruang yang baik mengatur pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan beban lingkungan yang akan muncul jika ruangnya sudah terpakai (Herlambang, 2006). Dalam perkembangannya, saat ini telah banyak bermunculan konsep eco city. Untuk kota yang telah lama berdiri penataan kembali memang sulit dilakukan namun bukanlah hal yang mustahil. Walikota Bandung, Ridwan Kamil, merupakan salah seorang pelopor pemanfaatan ruang publik berbasis lingkungan di Indonesia.
Daftar Pustaka
Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. 2011. Profil BBWS Brantas. BBWS. Surabaya
Herlambang, A. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penanganannya. JAI Vol 2 No 1 2006
Ipsen, NH dan Ulmgren, L. 1997. Water Pollution Control – A Guide to the Use of Water Quality Management Principles. WHO/UNEP
Irsanda, PGR. 2014. Analisa Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Pelayaran Kabupaten Sidoarjo dengan Metode Qual2KW. Jurnal Teknik POMITS Vol 3 No 1 ISSN: 2337-3539
Kar, K. 2008. Handbook on Community-Led Total Sanitation
Martiany, Dina. 2013. Prespektif Gender Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Pada Sustainable Development Goals (SDGs)