14
PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN TSUNAMI DENGAN KONSEP ALAMI ( SABUK HIJAU) DI KAWASAN PANTAI KOTA BENGKULU ABSTRAK Penelitian ini berujuan untuk mengetahui letak dan zone sabuk hijau dan jalur evakuasi pada kawasan pantai pantai kota Bengkulu. Selain itu juga untuk mengetahui jenis pohon apa yang cocok untuk ditanam sebagai sabuk hijau yang mempunyai daya tahan yang kuat dan bisa mengurangi penetrasi gelombang. Dari hasil analisis zone sabuk hijau terdapat di sepanjang pantai mulai dari pelabuhan Pulau Baai sampai ke pantai Universitas Bengkulu. Sedangkan jalur evakuasi terletak di kawasan depo pertamina Pulau Baai, Kawasan Bengkulu Indah Mal, kawasan Benteng Marlbourought dan kawasan Universitas Bengkulu. Jenis tanaman yang dapat digunakan untuk sabuk hijau adalah tanaman cemara laut, ketapang, waru, kelapa dan mangrov. Kata kunci : Zone sabuk hijau, pantai, tanaman, Kota Bengkulu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan bergaris pantai kira- kira 81.000 km memiliki wilayah pesisir yang beragam. Wilayah tersebut tidak saja berupa lingkungan alami, namun banyak juga yang telah rusak atau berubah menjadi lingkungan binaan. Okupasi lingkungan binaan tersebut sebagai kota, desa serta penggunaan lahan lain, seperti industri, transportasi dan utilitas merupakan lingkungan berharga perlu dilindungi dari ancaman bencana alam (Qodarian P, 2008).

Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami

PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN TSUNAMI DENGAN KONSEP ALAMI ( SABUK HIJAU) DI KAWASAN

PANTAI KOTA BENGKULU

ABSTRAK

Penelitian ini berujuan untuk mengetahui letak dan zone sabuk hijau dan jalur evakuasi pada kawasan pantai pantai kota Bengkulu. Selain itu juga untuk mengetahui jenis pohon apa yang cocok untuk ditanam sebagai sabuk hijau yang mempunyai daya tahan yang kuat dan bisa mengurangi penetrasi gelombang. Dari hasil analisis zone sabuk hijau terdapat di sepanjang pantai mulai dari pelabuhan Pulau Baai sampai ke pantai Universitas Bengkulu. Sedangkan jalur evakuasi terletak di kawasan depo pertamina Pulau Baai, Kawasan Bengkulu Indah Mal, kawasan Benteng Marlbourought dan kawasan Universitas Bengkulu. Jenis tanaman yang dapat digunakan untuk sabuk hijau adalah tanaman cemara laut, ketapang, waru, kelapa dan mangrov.

Kata kunci : Zone sabuk hijau, pantai, tanaman, Kota Bengkulu

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan bergaris pantai kira-kira 81.000 km memiliki

wilayah pesisir yang beragam. Wilayah tersebut tidak saja berupa lingkungan alami,

namun banyak juga yang telah rusak atau berubah menjadi lingkungan binaan.

Okupasi lingkungan binaan tersebut sebagai kota, desa serta penggunaan lahan lain,

seperti industri, transportasi dan utilitas merupakan lingkungan berharga perlu

dilindungi dari ancaman bencana alam (Qodarian P, 2008).

Kota Bengkulu sebagai ibukota provinsi Bengkulu merupakan kota relatif banyak

mengalami permasalahan rawan akan bencana, diantaranya masalah banjir, gempa

bumi dan rawan terhadap tsunami. Untuk mempertahankan kondisi yang ada

sekarang dan upaya mengurangi resiko di kawasan perkotaan di Bengkulu perlu

melakukan langkah-langkah untuk mencegah permasalahan rawan tsunami dan

gelombang. Salah satu langkah yang sudah dilakukan adalah pembuatan bangunan

penahan pantai di sebagian pinggir pantai. Hal lain yang harus dilakukan adalah

penyediaan zone sabuk hijau yang dapat berfungsi sebagai penahan gelombang dan

sekaligus sebagai peneduh, penghasil oksigen, penyerap polusi, pengurang

kebisingan dan penyerap air hujan. Salah satu zone hijau yang sudah ada di Kota

Bengkulu adalah kawasan Pantai Panjang, akan tetapi kawasan zone yang ada belum

Page 2: Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami

optimal. Sebagian kawasan kota yang memiliki potensi tsunami perlu kesadaran

akan pentingnya upaya mitigasi terhadap bencana tsunami. Hal-hal yang harus

dilakukan adalah upaya rezoning, penyusunan zoning regulation dan resettlement

kawasan perkotaan yang terletak di kawasan yang rawan terhadap bencana tsunami.

Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya atau kajian untuk menyusun rencana tata

ruang dengan mengoptimalkan pembuatan zone sabuk hijau di sepanjang kawasan

daerah pantai panjang Kota Bengkulu sebagai pengurangan resiko bencana.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tsunami adalah istilah dalam bahasa Jepang yang pada dasarnya menyatakan

suatu gelombang laut yang terjadi akibat gempa bumi tektonik di dasar laut. Magnitudo

Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5-4,5 skala Imamura, dengan tinggi

gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4 - 24 meter dan

jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.

Sedangkan menurut (Qodarian P, 2008), Tsunami merupakan fenomena alam yang dapat

berubah status menjadi bencana bila terjadi pada wilayah dengan karakteristik tertentu.

Wilayah pesisir yang landai, tanpa pelindung dan penyangga alam dimana terdapat suatu

komunitas manusia, fasilitas umum, utititas dan penggunaan lahan lainnya merupakan

daerah ancaman bahaya tsunami.

Yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah : gempa yang terjadi di

dasarkan laut, kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, magnitudo gempa lebih besar

dari 6,0 skala Richter, serta jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun.

Hal diatas yang memicu terjadinya tsunami di daerah yang dilalui oleh jalur patahan atau

lempeng, seperti daerah pesisir Sumatera, Lampung, Bengkulu, Padang, Kepulauan

Mentawai dan Aceh.

Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai

mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores

1992), Aceh tahun 2004 dan sebagian kecil tipe normal (Sumba, 1977). Gempa dengan

mekanisme fokus strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.

Tipe gempa bumi tektonik yang mengakibatkan tsunami dapat dianalisa berdasarkan data

mekanisme fokal sebagai cerminan terjadinya deformasi di dasar laut secara vertikal

Page 3: Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami

berupa struktur patahan naik atau normal. Gempa bumi yang berkekuatan > 6 Ms, dan

berfokus pada kedalaman dangkal yang terjadi di dasar laut yang cukup luas berasosiasi

dengan deformasi lantai samudera. Bentuk deformasi tersebut dapat berupa struktur

patahan dengan tipe patahan naik, mendatar maupun normal, serta dapat juga berupa

terbanan atau patahan bongkah berukuran besar dan luas.

Dari beberapa kejadian gempa bumi yang menimbulkan tsunami di Indonesia, umumnya

berasosiasi dengan patahan naik, sedangkan patahan turun (normal) dan patahan

mendatar sering sebagai struktur patahan yang mengalami pengaktifan kembali oleh

adanya gempa utama yang merupakan cermin dari gempa-gempa susulan sebagai reaksi

dari gaya untuk menuju kesetimbangan baru di dalam kerak bumi.

Deformasi vertikal di dasar lautan berupa patahan atau terbanan yang berlangsung secara

mendadak menyebabkan perubahan masa air laut di atasnya, sehingga terjadi arus

memusat secara tiba-tiba hingga menimbulkan gelombang pasang sebagai arus balik yang

berkecepatan tinggi dan bersifat merusak yang menjalar menuju pantai. Berdasarkan

penelitian para ahli, gempa bumi dengan kekuatan < 6,5 Ms umumnya didominasi

pergerakan mendatar, sedangkan komponen tegak tidak menonjol, namun pada gempa

bumi dengan kekuatan 7 Skala Richter, pergerakan komponen tegaknya bisa mencapai

lebih dari 1 meter.

Pada peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,5 Ms, pergeseran secara tegak bisa dominan

hingga mencapai lebih dari 5 meter, sedangkan gempa bumi berkekuatan > 8 Ms jarang

terjadi dan dapat menimbulkan pergeseran komponen tegak antara 10 – 20 meter. Pada

kasus gempa bumi dasar laut Flores yang berkekuatan 7,5 Ms diperkirakan mengalami

deformasi dasar laut dengan pergeseran tegak mencapai 4 meter yang mengakibatkan

bencana tsunami, sedangkan gempa bumi di wilayah dasar laut Aceh yang berkekuatan 8

Ms, dasar laut mengalami pergeseran tegak diperkirakan mencapai lebih dari 5 meter.

Dampak Tsunami

Secara perwilayahan di Selat Sunda dan sepanjang pantai Barat Sumatera

merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. Daerah yang

rawan untuk terlanda Tsunami berdasarkan pada potensi landaan dengan kriteria

ketinggian tempat dan tinggi landaan. Ketinggian tempat berkaitan dengan kawasan

Page 4: Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami

pantai dengan elevasi rendah, sedangkan tinggi landaan berkaitan dengan tinggi

gelombang pada saat terjadi Tsunami.

Berdasarkan kejadian Tsunami pada waktu yang lalu dan kaitannya dengan perwilayahan

dampak, maka tinggi landaan Tsunami terbagi menjadi 4 (empat) kelas, yaitu katagori

tidak berpotensi untuk terlanda (tidak berdampak), katagori terlanda dengan tinggi air

laut ≤ 2 meter (berdampak sedang), katagori terlanda dengan tinggi air laut 2 – 5 meter

(berdampak buruk), dan katagori terlanda dengan tinggi air laut 5 – 15 meter (berdampak

sangat buruk). Sedangkan yang berdasarkan pada ketinggian tempat juga terbagi menjadi

4 (empat) kelas, yaitu kondisi wilayah baik karena tidak berpotensi, kondisi wilayah

berdampak sedang karena mempunyai elevasi antara 5 – 15 meter, kondisi wilayah

berdampak buruk karena mempunyai elevasi antara 2 – 5 meter, dan kondisi wilayah

berdampak sangat buruk karena mempunyai elevasi antara 5 – 15 meter.

Potensi Tsunami di Bengkulu

Menurut penelitian (BPPT, 2009), berdasarkan parameter gempa 2007 yang diperbesar

dengan magnitude Mw 8.9, maka potensi tsunami yang bisa terjadi di kawasan Kota

Bengkulu rata-rata 4 meter, dengan penetrasi kearah barat berkisar antara 200 meter

sampai 1500 meter.

Penataan Ruang Secara alami di Kota Bengkulu

Kota Bengkulu merupakan salah satu kota yang ada di pulau Sumatera yang terletak di

pesisir pantai barat Sumatera. hampir semua wilayah kota Bengkulu merupakan daerah

pesisr pantai yang mempunyai ketinggian topografi antara 4 meter sampai 25 meter diatas

permukaan laut (DPA). Letak wilayah kota yang berada pada pesisir ini merupakan

daerah yang sangat rawan terhadap tsunami, untuk mengurangai rawan tersebut salah

satunya adalah dengan pembuatan zone sabuk hijau pada sepanjang pesisir Pantai

Panjang yang ada di Kota Bengkulu. Zone sabuk hijau mempunyai manfaat bagi

keseimbangan, kelangsungan, kesehatan, kenyamanan, kelestarian, dan peningkatan

kulaitas kota serta perlindungan untuk bencana.

Di lingkungan pesisir binaan, dapat dibangun struktur buatan berupa pemecah

ombak (offshore breakwater). Di Jepang dinding pemecah ombak di sepanjang wilayah

pantai ini menurut Smith (1992) dibangun pada bagian muka dari perairan teluk atau

pelabuhan ini.

Page 5: Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami

Menurut Qodarian P, (2008), Secara berlapis barisan pertahanan pantai ini

diperkuat dengan struktur dinding pelindung pada garis pantai yang dikombinasi dengan

jalur-jalur evakuasi di lapis belakang. Namun demikian penerapan struktur pelindung

pantai buatan yang dibangun di perairan pantai atau pada garis pantai perlu dilakukan

secara hati-hati agar tidak minimbulkan efek sampingan seperti terganggunya pola arus.

Model lainnya adalah dengan menanami sepanjang garis pantai kearah belakang setebal

100 meter sebagai hutan pengendali tsunami (tsunamic control forest). Jalur hijau

pelindung ini dikombinasi dengan struktur pelindung yang dibangun dilapis belakangnya,

serta dilengkapi dengan jalur evakuasi.

Mitigasi tsunami di Hawaii dilakukan dengan menyusun tata ruang berdasarkan zonasi

tingkat bahaya tsunami. Peta kerawan tsunami untuk lingkar pesisir pulau Hawaii

diklasifikasikan berdasarkan besaran tinggi ombak mulai dari zona 1 (tinggi ombak 1.5 –

4.6 m), 2 (4.9 – 9 m), sampai zona 5 (di atas 15 meter). Sebagai contoh di pesisir kota

Hilo yang berada pada zona 4 (9 – 15 m) telah ditransfer peruntukannya dari kawasan

komersial menjadi areal penyangga alami berupa waterfront park (Coch, 1995).

Pada lingkungan pesisir alami, sistem pelindung pantai mengandalkan pagar alam berupa

jajaran jalur hijau hutan pantai berlapis. Bahkan dalam beberapa kasus jalur hijau ini

diperkokoh oleh terumbu karang sebagai garis pertahanan di perairan terdepan yang siap

menyongsong ombak besar tsunami. Pemberdayaan sistem pelindung pantai secara alami

dengan mengandalkan jalur hijau berlapis relatif aman dari resiko efek sampingan.

Vegetasi berperanan dalam meredam kecepatan dan kekuatan ombak. Dengan komposisi

berlapis dan multi strata, vegetasi dapat meredam ombak yang datang pada beberapa

ketinggian. Disamping itu vegetasi berperan juga sebagai filter yang menyaring obyek

limpasan sebelum terseret balik ke laut, dengan menahan pada massa vegetasi tersebut,

sehingga akan mudah dalam evakuasi.

Efektivitas meredam ombak jalur hijau sempadan pantai ini tergantung pada komposisi

vegetasi dan ketebalan jalur hijau. Jenis vegetasi sempadan pantai yang diberdayakan

sangat tergantung pada karakteristik ekologi setempat. Ada dua tipe formasi vegetasi

pesisir, yaitu formasi mangrove dan baringtonia.

Page 6: Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami

II.METODOLOGI

3.1. Bahan dan Alat

Sebelum memulai pelaksanaan terlebih dahulu dilakukan penyusunan master

plan, dan dilakukan survei ke lapangan. tujuan survei lapangan adalah :

Alat-alat yang dibutuhkan dalam survei tersebut adalah meteran gulungan (50 m) untuk

mengukur jarak, meteran pita atau pita diameter untuk mengukur diameter pohon. Alat

navigasi (GPS, kompas), Peta lokasi dan alat tulis

3.2. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan pekerjaan yang secara

garis besar terlihat pada diagram alir penelitian yang disajikan dalam gambar berikut ini :

Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian

Studi Pustaka

Data Primer :1. Kordinat dan batas pantai2. Luasan3. Jenis tanaman yang ada4. Zone –zone5. Jalur evakuasi

Survei Pengambilan Data

Analisis dan Pengolahan Data :1. Peta zonase dan jalur evakuasi2. Jenis Tanaman yang cocok

Hasil dan Kesimpulan

Selesai

Mulai

Page 7: Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami

IV. PEMBAHASAN

4.1. pemetaan zone sabuk hijau

Dari data hasil di lapangan dapat di ketahui jalur evakuasi dan zone-zone sabuk hijau

sebagai berikut :

Gambar Jalur evakuasi di pelabuhan Pulau Baai

Zone Sabuk Hijau di Kawasan Pantai Panjang dan kawasan Universitas Bengkulu.

Page 8: Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami

Berdasarkan hasil analisis jenis tanaman yang cocok untuk di tanam di kawasan

zone sabuk hijau Pulau Baai - Pantai Panjang - Benteng Marlborough - Unib adalah jenis

tanaman yang diperkaya dengan jenis tumbuhan yang sama atau jenis lain pada kawasan

yang telah terbuka atau populasinya jarang. Pemilihan jenis tanaman khususnya yang

sebelumnya tidak terdapat di kawasan tersebut didasarkan pada kesesuaian

agroekologinya sehingga dapat dan mampu bertahan hidup serta berkembang dengan

baik di kawasan tersebut. Pertimbangan selanjutnya adalah mudah didapat dan mudah

dalam penyediaan bahan tanamnya. Jika tanaman yang digunakan menggunakan dengan

jenis tanaman yang sebelumnya sudah ada di tempat tersebut, yang diperlukan hanyalah

penyediaan bahan tanamnya dan pemeliharaannya setelah ditanam, karena secara

ageroekologinya sudah pasti sesuai dan dapat tumbuh dengan kuat di tanah pasir. Selain

itu yang perlu menjadi pertimbangan disamping kesesuaian agroekologinya diperhatikan

pula aspek keindahan tanaman (nilai estetikanya), sesuai dengan fungsi kawasan tersebut

sebagai daerah wisata serta sebagai tanaman yang dapat mengurangi penetrasi

gelombang.

Jenis tanaman yang akan dipilih untuk memperkaya kawasan zone sabuk hijau

Pantai panjang - Benteng Marlborough- Unib mempunyai persayaratan sebagai berikut :

a. Mampu tumbuh dan beradaptasi baik dikawasan tersebut

b. Tidak mudah mati oleh gangguan manusia

c. Memiliki sistem perakaran kuat dan banyak.

d. Bahan tanamannya mudah didapat,

e. Memiliki bentuk batang atau tajuk (kanopi) yang cukup indah atau mempunyai bunga

yang indah.

Tabel 2. Jenis-Jenis Tanaman yang digunakan pada Kawasan

No. Nama Lokasi Jenis Tanaman

1. Benteng MarlboroughAsam, Manggis, Famili Falmae, Cemara Kipas, Jenis gelodokan, Jenis Tanjung

2. Pantai Panjang Cemara Laut, Waru dan Ketapang, kelapa3. Belakang Kampung Cina Cemara Laut, Waru atau Ketapang4. Kawasan Pulau Baai Cemara Laut, Waru, Ketapang,

Kelapa,mangrove

Page 9: Penataan Ruang Kawasan Rawan Tsunami

5. Kawasan Unib Cemara Laut, Waru, Ketapang, Kelapa dan Mangrov

V. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesmpulan

1. Daerah kawasan yang cocok untuk evakuasi adalah kawasan depo Pertamina Pulau

Baai Bengkulu

2. Sedangkan untuk kawasan evakuasi di pantai Pulau Baai pada depo pertamina, pada

kawasan Pantai Panjang adalah pusat pertokoan Bengkulu Indah Mall. Sedangkan

pada kawasan tapak paderi pada benteng marlborought dan kawasan pantai Unib ada

di kampus Universitas Bengkulu.

4. Zone sabuk hijau berada pada kawasan pantai Pulau Baai, Pantai Panjang dan Pantai

kawasan Universitas Benengkulu.

5. Zone Sabuk hijau adalah kawasan dari pulau baai sampai ke pantai Unib yang di

hitung 1 meter dari drainase jalan dan jarak terdekat gelombang yang datang

DAFATAR PUSTAKA

1. Bappeda Kota Bengkulu, Draft dukomen Rencaca Tata Ruang Wilayah Kota Bengkulu

tahun 2008.

2. BPPT, 2009, Rancang bangun rekayasa struktur pantai- tsunami

3. Desain Ruang Terbuka Hijau, Kawasan Pantai panjang Bengkulu, CV. Paperta

Universitas Bengkulu tahun 2008.

4. Pramukanto Q, 2008. Srtategi dan rekayasa tata ruang pesisir pasca tsunami tahun

2009.

5. Efendi H, 2010, Implikasi UU No.32 tahun 2009, Mainstream analisis resiko

lingkungan.

6. Walhi Jabar, 2008, Sabuk hijau untuk pesisir Indramayu