13
1. PATOGENESIS KELELAHAN Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan dari tubuh, agar tubuh terhindar dari ker lebih lanjutsehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semua kepada kehilanganefisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta daya tahan tubuh. Menurut pakar kesehatan gizi klinis dr. Samuel Oetoro, MN dalam sebuah semin timbul karena sumber energi yang dimiliki oleh tubuh menurun atau habis, asam laktat menin keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu. Akibatnya seseorang merasa tubuhnya lemah, l kepala, gangguan pencernaan, kecemasan dan terjadi penurunan daya konsentras konsentrasi menjadi turun sehingga tidak bisaberfikir dan bekerja lebih baik, ujarnya‖. Secara garis besar, penyebab kelelahan dikelompokkan menjadi : 1.Penyebab Medis : Keberadaan penyakit tertentu seperti flu, anemia, DM, Stress gangguan tidur atau gangguan kelenjar tiroid juga penyakit kronis lain, dapat menyebabkan mudah lelah. 2. Penyebab Psikologis : Seperti depresi, kecemasan, stres dan kesedihan. 3. Penyakit yang berkaitan dengan Gaya Hidup : Seperti kurang tidur, terlalu banyak tidur, alkohol, diet yang buruk atau salah,kurang gerak dan olahragaatau kurang nutrisi. 4. Penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja : Misalnya kerja shift, kondisi buruk, workaholic (kecanduan kerja), suhu ruang kerja, penyinaran, kebisingan, be pekerjaan yang monoton. Secara umum, kelelahan dapat dibedakan menjadi kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelel otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Sedangkan kelelahan umum di dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monoton, intensitas dan lam kerja fisik, keadaan lingkungan pekerjaan, tidak adanya motivasi untuk bekerja, kondisi me psikologis, status kesehatan dan gizi. 2. PATOGENESIS OBESITAS Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berle sehingga BB seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Orang yang dik obesitas adala ketika ia memiliki Body Mass Index (BMI) lebih dari 30. Definisi obesitas menurut para dokter adalah sebagai berikut: 1.Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan, 2.Suatu penyakit kronik yang dapat diobati, 3.Suatu penyakit epidemik, dan 4.Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan kualit hidup. MEKANISME TERJADINYA OBESITAS Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebab

pemicu 1 blok 7

Embed Size (px)

Citation preview

1.

PATOGENESIS KELELAHAN Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan dari tubuh, agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjutsehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Istilah kelelahan menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semua bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta daya tahan tubuh.

Menurut pakar kesehatan gizi klinis dr. Samuel Oetoro, MN dalam sebuah seminar, kelelahan timbul karena sumber energi yang dimiliki oleh tubuh menurun atau habis, asam laktat meningkat, keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu. Akibatnya seseorang merasa tubuhnya lemah, lesu, sakit kepala, gangguan pencernaan, kecemasan dan terjadi penurunan daya konsentrasi, karena lelah, konsentrasi menjadi turun sehingga tidak bisa berfikir dan bekerja lebih baik, ujarnya. Secara garis besar, penyebab kelelahan dikelompokkan menjadi :

1.Penyebab Medis : Keberadaan penyakit tertentu seperti flu, anemia, DM, Stress dan Depresi, gangguan tidur atau gangguan kelenjar tiroid juga penyakit kronis lain, dapat menyebabkan seseorang mudah 2. Penyebab Psikologis : Seperti depresi, kecemasan, stres dan lelah. kesedihan.

3. Penyakit yang berkaitan dengan Gaya Hidup : Seperti kurang tidur, terlalu banyak tidur, konsumsi alkohol, diet yang buruk atau salah, kurang gerak dan olahraga atau kurang nutrisi. 4. Penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja : Misalnya kerja shift, kondisi tempat kerja yang buruk, workaholic (kecanduan kerja), suhu ruang kerja, penyinaran, kebisingan, beban kerja, juga pekerjaan yang monoton.

Secara umum, kelelahan dapat dibedakan menjadi kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan pekerjaan, tidak adanya motivasi untuk bekerja, kondisi mental dan psikologis, status kesehatan dan gizi.

2. PATOGENESIS OBESITAS Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga BB seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Orang yang dikatakan obesitas adala ketika ia memiliki Body Mass Index (BMI) lebih dari 30. Definisi obesitas menurut para dokter adalah sebagai berikut: 1.Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan, 2.Suatu penyakit kronik yang dapat diobati, 3.Suatu penyakit epidemik, dan 4.Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan kualitas hidup. MEKANISME TERJADINYA OBESITAS Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebabnya, yang

menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure atau energi yang dikeluarkan.

DAMPAK OBESITAS 1. Diabetes Mellitus Ini terjadi karena resistensi insulin. Simpanan adiposa yang tinggi pada orang gemuk mengaktifkan paling tidak salah satu enzim, yaitu lipoprotein lipase yang meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah. Konsentrasi tinggi asam lemak bebas menstimulasi pelepasan sitokin seperti TNF-a (tumor necrosis factor-alpha) yang memicu resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah meningkat. Orang gemuk dengan BMI di atas 25, tiap peningkatan BMI 1 angka mempunyai kecenderungan menjadi kencing manis sebesar 25%. Dengan bertambahnya ukuran lingkaran perut dan panggul, terutama pada obesitas tipe sentral atau android, dapat menimbulkan resistensi insulin. Sebanyak 90% penderita diabetes tipe 2. Hipertensi Lebih dari 75% kasus hipertensi berhubungan langsung dengan obesitas. Hipertensi terjadi karena peningkatan plasma darah pada orang yang obesitas meningkat sebanyak 10-20% dan penyumbatan oleh lemak sehingga jantung memompa darah dengan cepat sehingga terjadi hipertensi. Tekanan darah tinggi atau di atas 140/90 mm Hg, terdapat pada lebih dari sepertiga orang obesitas. 3. Penyakit Jantung Koroner Obesitas dapat menyebabkan penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu dengan cara perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan kadar HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah) dan hipertensi. 4. Stroke Seiring dengan meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak darah, maka orang obesitas sangat mudah terserang stroke. Ini dikarenakan adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh lemak yang mengendap di pembuluh darah sehingga menyebabkan hipertensi yang kalau lama dibiarkan akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah dan menjadi pendarahan. 5. Sleep Apnea Diantara para pasien yang menderita sleep apnea, sekitar 60% sampai 70% adalah orang yang menderita obesitas. Akibat kegemukan menyebabkan kesukaran bernafas terutama pada waktu tidur malam (sleep apnea), keadaan yang berat dapat menimbulkan penurunan kesadaran sampai koma. Selama peristiwa sleep apnea, saluran pernafasan atas terhalang, menghambat atau menghentikan pernafasan dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah berkurang dan meningkatkan tekanan darah. Orang tersebut harus segera dibangunkan dan kembali bernafas, sehingga kadar oksigen dalam darah dan aliran darah ke otak kembali normal. Gejala dari sleep apnea meliputi perasaan lelah dan mengantuk walaupun sudah tidur selama 8 jam, mendengkur yang keras sehingga mengganggu orang lain dan nafas berhenti. 6. Osteoartritis Osteoartritis biasanya terjadi pada obesitas, umumnya pada sendi-sendi besar penyanggah berat badan, misalnya lutut dan kaki, yang akan membuat sendi bekerja lebih berat. Karena sendi tersebut bekerja dengan keras maka terjadi penurunan fungsi sendi.

7. Batu Empedu Terjadi karena hati menghasilkan kolesterol, yang merupakan lemak, terlalu banyak daripada asam-asam, yang berfungsi sebagai pelarut, dan lecithin, yang berfungsi sebagai pengemulsi antara lemak dan asam-asam empedu tesebut, sehingga beberapa kolesterol tersebut tidak larut dan membentuk partikel kolesterol yang akhirnya menjadi batu empedu. Pada obesitas dengan BMI diatas 30 didapatkan kecenderungan timbul batu empedu dua kali lipat dibandingkan orang normal; pada obesitas dengan BMI lebih dari 45, ditemukan angka 7 kali lipat. 8. Kanker Payudara Wanita yang telah menopause lebih berisiko mengalami kanker payudara. Ini terjadi karena pada wanita menopause yang obesitas terjadi peningkatan estrogen yang dihasilkan dari jaringan lemak. Karena jaringan lemak terlalu banyak maka menghasilkan estrogen dalam jumlah yang besar sehingga berpengaruh terhadap kanker payudara. Obesitas sentral Pria : lingkar pinggang > 102 cm, rasio pinggang-pinggul > 0,9 Wanita : lingkar pinggang > 88 cm, rasio pinggang-pinggul > 0.85 Apa penyebab Obesitas? Obesitas terjadi karena jumlah asupan makanan yang berlebihan, sehingga meningkatkan massa dan jumlah sel lemak. Faktor resiko Obesitas : - Memiliki anggota keluarga dengan obesitas. - Sering mengonsumsi makanan berlemak, gorengan, dan fast food. - Jarang atau bahkan tidak perbah berolahraga. - Menderita penyakit-penyakit tertentu: gangguan metabolisme lemak, Cushing Syndrome, dan Hypothyroidism. - Sedang menggunakan obat-obatan DM atau antidepresan. - Sedang menggunakan hormon kontrasepsi. 4. INSULIN RESISTENSI resistensi insulin adalah kondisi dimana sensitivitas insulin menurun. Sensitivitas insulin adalah kemampuan dari hormone insulin menurunkan KGD dengan menekan produksi glukosa hepatic dan menstimulasi pemanfaatan glukosa didalam otot skelet dan jaringan adipose. Tingginya KGD menyebabkan sel pancreas terus menerus menghasilkan insulin, karena banyaknya kebutuhan insulin maka menyebabkan sel pancreas tidak mampu lagi memenuhi asupan insulin(batas ambang = 120mg/dl) sehingga terjadi penurunan reseptor insulin yang menyebabkan resistensi insulin. Obesitas adalah salah satu penyebab resistensi insulin. Simpanan adipose yang tinggi pada orang obesitas mengaktifkan salah satu enzim, yaitu protein lipase yang meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah. Konsentrasi tinggi FFA menstimulasi pelepasan sitokin seperti TNF- yang memicu resistensi insulin. Pada orang obesitas juga terjaadi peningkatan KGD yang menstimulasi insulin ekstra(hiperinsulinemia) dan berbalik menurunkan reseptor insulin dengan meningkatkan proses internalisasi dan degradasi reseptor. Sindrom resistensi insulin yang dihubungkan dengan obesitas dan DMTII menyebabkan berbagai abnormalitas metabolisme tubuh seperti Dislipidemia, Hipertensi, Arterosklerosis, & pembentukan prokoagulan. Berbagai abnormalisasi merupakan faktor-faktor PJK. Resistensi insulin jiga menyebabkan penurunan fosforilasi IRS-1(Insulin Reseptor Substrat1) berfungsi pada eksresi gen dan metabolisme lipid dan protein erta aktivitas PI-3K(Phosphatidylinositol-3 kinase) yang berfungsi pada metabolisme lipid dan protein serta glukosa dan penyimpanannya.

Faktor Resiko Umur Suhu Obesitas History DM Penyakit lain. Mekanisme Resistensi Insulin KGD SEKRESI INSULIN KADAR INSULIN DARAH JANGKA WAKTU LAMA RESISTENSI INSULIN DOWN REGULATION c. Komplikasi Resistensi Insulin Hyperglycemia Suatu kondisi di mana berlakunya peningkatan KGD yang disebabkan tingkat insulin yg rendah/resistensi insulin. Tingkat insulin yg rendah/resistensi insulin mencegah tubuh dari mengkonversi glukosa menjadi glikogen. Symptom : polifagia, polidipsia, poliuria, penglihatan kabur, penurunan BB, kelelahan, koma. Hyperinsulinemia Peningkatan tingkat insulin dalam darah apabila tubuh memproduksi insulin dlm kadar yg banyak untuk melawan resistensi insulin. Symptom : peningkatan BB, kelaparan, lemah, kurang fokus, emosi tidak stabil Akibat Resistensi Insulin Tahap awal kelainan ini kadar gula masih terkontrol, karena pancreatic inslet mengompensasi dengan menaikkan sekesi insulin. Semakin lama maka sel-sel pancreas tidak mampu untuk menompensasi lagi(exhaust) Tahap lanju menurunnya sekresi insulin meningkatnya produksi glukosa dihati overt diabetes RESISTENSI INSULIN

1. 1.

Pendahuluan Apa itu? Resistensi Insulin (IR) adalah kondisi di mana jumlah normal insulin tidak memadai untuk menghasilkan respons insulin normal dari sel lemak, sel otot dan sel hati. Resistensi insulin pada sel-sel lemak mengurangi efek insulin dan mengakibatkan peningkatan hidrolisis cadangan trigliserida, jika tidak ada langkah-langkah yang baik untuk meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau dengan memberikan insulin tambahan. Peningkatan mobilisasi cadangan lipid akan meningkatkan asam lemak bebas dalam plasma darah. Resistansi insulin pada sel-sel otot mengurangi ambilan glukosa (serta menurunkan penyimpanan glukosa sebagai glikogen), sedangkan resistensi insulin pada sel-sel hati menyebabkan gangguan sintesis glikogen dan kegagalan untuk menekan produksi glukosa. Konsentrasi asam lemak yang tinggi dalam darah (berhubungan dengan resistensi insulin dan diabetes melitus Tipe 2), berkurangnya asupan glukosa otot, dan peningkatan produksi glukosa hati semua berkontribusi terhadap peningkatan konsentrasi glukosa darah. Tidak seperti diabetes melitus tipe 1, resistensi insulin umumnya bersifat "pasca-reseptor", yang berarti masalah terletak pada respon sel terhadap insulin alih-alih produksi insulin. Kadar plasma yang tinggi dari insulin dan glukosa akibat resistensi insulin diyakini sebagai asal

usul sindrom metabolik dan diabetes tipe 2, termasuk komplikasinya. Apa yang menyebabkannya? Ada beberapa kondisi yang menyebabkan resistensi insulin.

Patofisiologi Pada orang dengan metabolisme normal, insulin dilepaskan dari sel-sel beta () pulau Langerhans pankreas setelah makan ( "postprandial"), dan mengirim sinyal ke jaringan sensitif terhadap insulin dalam tubuh (misalnya, otot, adiposa ) untuk menyerap glukosa. Hal ini akan menurunkan kadar glukosa darah. Sel-sel beta mengurangi output insulin saat kadar glukosa darah turun, dengan akibat glukosa darah dijaga pada sekitar 5 mmol / L (mM) (90 mg / dL). Pada orang dengan resistensi insulin, kadar normal insulin tidak memiliki efek yang sama pada sel-sel otot dan adiposa, dengan hasil kadar glukosa tetap lebih tinggi dari biasanya. Untuk mengkompensasi hal ini, pankreas dalam individu resistensi insulin dirangsang untuk melepaskan lebih banyak insulin. Tingkat insulin yang tinggi memiliki efek tambahan yang menyebabkan efek biologis lebih lanjut ke seluruh tubuh. Jenis yang paling umum dari resistensi insulin dikaitkan dengan kumpulan gejala yang dikenal sebagai sindrom metabolik. Resistensi insulin dapat berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 (NIDDM). Hal ini sering terlihat sebagai hiperglikemia postprandial, ketika -sel pankreas tidak mampu memproduksi cukup insulin untuk menjaga kadar gula darah normal (euglikemia). Ketidakmampuan sel- untuk menghasilkan insulin yang cukup dalam kondisi hiperglikemia adalah apa yang menjadi ciri khas transisi dari resistensi insulin untuk diabetes melitus tipe 2. [1] Berbagai kondisi penyakit membuat jaringan tubuh lebih resisten terhadap aksi insulin. Contohnya termasuk infeksi (dimediasi oleh sitokin TNFa) dan asidosis. Penelitian terbaru menyelidiki peran adipokin (sitokin yang dihasilkan oleh jaringan adiposa) dalam resistensi insulin. Obat-obatan tertentu juga dapat dikaitkan dengan resistensi insulin (misalnya, Glukokortikoid). Insulin itu sendiri dapat menyebabkan resistensi insulin; setiap kali sel terpapar ke insulin, produksi GLUT4 (reseptor glukosa tipe 4) pada membran sel berkurang. [2] Hal ini menyebabkan kebutuhan yang lebih besar untuk insulin, yang lagi-lagi mengarah pada reseptor glukosa lebih sedikit. Latihan fisik membalikkan proses ini dalam jaringan otot, [3] tetapi jika dibiarkan, dapat bergulir menjadi resistensi

insulin. Peningkatan kadar glukosa darah - tanpa memandang penyebabnya - mengarah ke peningkatan glikasi protein dengan perubahan dalam fungsi protein di seluruh tubuh. Resistensi insulin sering ditemukan pada orang dengan adipositas visera (yaitu, kandungan jaringan lemak yang tinggi di bawah dinding otot perut - yang berbeda dengan adipositas subkutan atau lemak antara kulit dan dinding otot , khususnya di tempat lain pada tubuh, seperti pinggul atau paha), hipertensi, hiperglikemia dan dislipidemia yang disertai trigliserida tinggi, partikel small dense low-density lipoprotein (sdLDL) partikel, dan penurunan kadar kolesterol HDL. Sehubungan dengan adipositas viseral , banyak bukti menunjukkan dua hubungan erat dengan resistensi insulin. Pertama, tidak seperti jaringan adiposa subkutan, sel-sel adiposa viseral menghasilkan sejumlah besar sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-alpha (TNF-a), dan interleukin-1 dan -6, dll. Pada banyak model eksperimental, sitokin pro-inflamasi ini sangat mengganggu aksi normal insulin dalam lemak dan sel-sel otot, dan mungkin menjadi faktor utama dalam menyebabkan resistensi insulin seluruh tubuh yang diamati pada pasien dengan adipositas viseral. Banyak perhatian ke produksi sitokin pro-inflamasi berfokus pada jalur IKK-beta/NF-kappa-B, jaringan protein yang meningkatkan transkripsi gen sitokin. Kedua, adipositas viseral terkait dengan akumulasi lemak dalam hati, suatu kondisi yang dikenal sebagai penyakit hati berlemak nonalkohol (NAFLD). Hasil yang berlebihan NAFLD adalah pelepasan asam lemak bebas ke dalam aliran darah (karena meningkatnya lipolisis), dan peningkatan produksi glukosa hepatik, yang keduanya mempunyai efek memperburuk resistensi perifer insulin dan meningkatkan kecenderungan diabetes mellitus tipe 2 . [4] Resistensi insulin juga sering dikaitkan dengan status hiperkoagulasi (gangguan fibrinolisis) dan meningkatkan kadar sitokin inflamasi. Resistensi insulin juga kadang-kadang ditemukan pada pasien yang menggunakan insulin. Dalam hal ini, produksi antibodi terhadap insulin menyebabkan penurunan kadar gula darah lebih kecil dari yang diperkirakan (glikemia) setelah dosis tertentu insulin. Dengan perkembangan dan analog insulin manusia pada 1980-an dan penurunan penggunaan insulin hewani (misalnya, daging babi, sapi), jenis resistensi insulin ini telah menjadi lazim. Magnesium (Mg) hadir dalam sel hidup dan konsentrasi plasma yang sangat konstan pada orang sehat. Kadar Mg intraseluler dan plasma diatur secara ketat oleh beberapa faktor. Di antaranya, insulin tampaknya menjadi salah satu yang paling penting. Penelitian in vitro dan in vivo telah menunjukkan bahwa insulin dapat memodulasi perpindahan Mg dari kompartemen ekstraselular ke intraselular. Kadar Mg intraselular juga telah terbukti efektif dalam memodulasi aksi insulin (terutama metabolisme glukosa oksidatif), mengimbangi penggabungan eksitasi-kontraksi terkait kalsium, dan mengurangi respons sel otot halus terhadap rangsang depolrisasi. Kadar Mg intraselular yang kurang, seperti yang ditemukan pada diabetes mellitus tipe 2 dan pada pasien hipertensi, dapat mengakibatkan defek aktivitas tirosin kinase di tingkat reseptor insulin dan konsentrasi kalsium intraseluler yang berlebihan. Kedua kejadian ini bertanggung jawab atas kerusakan dalam aksi insulin dan memburuknya resistensi insulin dalam DM tipe 2 dan hipertensi. Sebaliknya, pemberian Mg setiap hari ke pasien DM tipe 2, memulihkan kadar Mg intraselular. Ini berkontribusi meningkatkan ambilan glukosa yang dimediasi insulin. Manfaat suplemen Mg harian pada pasien T2DM lebih lanjut didukung oleh penelitian epidemiologi yang menunjukkan bahwa asupan Mg harian tinggi memiliki nilai prediktif menurunkan insiden DM tipe 2 [5,6]

5. SINDROM METABOLIK

Sindrom metabolik adalah kombinasi dari gangguan medis yang meningkatkan risiko terkena penyakit

kardiovaskular dan diabetes. Ini mempengaruhi satu dari lima orang, dan meningkatkan prevalensi dengan usia. Beberapa penelitian memperkirakan prevalensi di Amerika Serikat untuk bisa sampai 25% dari populasi. Sindrom metabolik juga dikenal sebagai X sindrom metabolik, sindrom X, sindrom resistensi insulin, sindrom Reaven, dan CHAOS (Australia). Kondisi serupa pada kuda kelebihan berat badan ini disebut sebagai sindrom metabolik kuda, tidak diketahui apakah mereka memiliki etiologi yang sama. Sindrom metabolik merupakan keadaan pradiabetes dgn komponen: 1. Intoleransi glukosa (kadar gula puasa 110-126 mg/dL) 2. Obesitas abdomen (gemuk dg perut buncit) dgn Indeks massa tubuh di atas 23 (kg/m2) dan lingkar perut di atas 80 cm [wanita] atau 90 cm [pria]). 3. Kadar trigliserid di sekitar atau di atas 175 mg/dL. 4. Kadar kolesterol jahat di sekitar atau di atas 150 mg/dL. 5. Tekanan darah sistolik di sekitar atau di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.

Faktor yang paling penting adalah: 1. 2. 3. 4. 5. berat badan genetika stres penuaan menetap gaya hidup, yaitu, aktivitas fisik yang rendah dan asupan kalori berlebih.

Abstrak Sindrom Metabolik atau Sindrom X merupakan kumpulan dari faktor2 risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada seorang individu. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi dislipidemi, hipertensi, gangguan toleransi glukosa dan obesitas abdominal/sentral. The National Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) mendapatkan bahwa sindrom metabolik merupakan indikasi untuk dilakukan intervensi terhadap gaya hidup yang ketat, meliputi diet, latihan fisik dan intervensi farmakologik. Penurunan berat badan secara bermakna dapat memperbaiki semua aspek dari sindrom metabolik. Demikian pula peningkatan aktifitas fisik dan pengurangan asupan kalori akan memperbaiki abnormalitas sindrom metabolik. Perubahan diet spesifik ditujukan terhadap aspek2 tertentu dari sindrom metabolik seperti : Mengurangi asupan lemak jenuh untuk menurunkan resistensi insulin Mengurangi asupan garam untuk menurunkan tekanan darah Mengurangi asupan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi untuk menurunkan kadar glukosa darah dan trigliserida Diet yang banyak mengandung buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, lemak tak jenuh dan produk2 susu rendah lemak bermanfaat pada sebagian besar pasien dengan sindrom metabolik. Dokter keluarga

efektif dalam membantu pasien merubah gaya hidupnya melalui pendekatan individual untuk menilai adanya faktor2 risiko spesifik, intervensi terhadap faktor2 risiko tersebut serta membantu pasien dalam mengidentifikasi hambatan2 yang dialami dalam upaya merubah perilaku. Pendahuluan Sindrom Metabolik yang juga disebut sindrom resistensi insulin atau sindrom X merupakan suatu kumpulan faktor2 risiko yang bertanggung jawab terhadap peningkatan morbiditas penyakit kardiovaskular pada obesitas dan DM tipe 2. 1,2) The National Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III) melaporkan bahwa sindrom metabolik merupakan faktor risiko independen terhadap penyakit kardiovaskular, sehingga memerlukan intervensi modifikasi gaya hidup yang ketat (intensif). 3) Komponen utama dari sindrom metabolik meliputi : Resistensi insulin Obesitas abdominal/sentral Hipertensi Dislipidemia : Peningkatan kadar trigliserida Penurunan kadar HDL kolesterol Sindrom Metabolik disertai dengan keadaan proinflammasi / prothrombotik yang dapat menimbulkan peningkatan kadar C-reactive protein, disfungsi endotel, hiperfib-rinogenemia, peningkatan agregasi platelet, peningkatan kadar PAI-1, peningkatan kadar asam urat, mikroalbuminuria dan peningkatan kadar LDL cholesterol. Akhir-akhir ini diketahui pula bahwa resistensi insulin juga dapat menimbulkan Sindrom Ovarium Polikistik dan Non Alcoholic Steato Hepatitis (NASH).4) Epidemiologi/ Prevalensi Prevalensi Sindrom Metabolik bervariasi tergantung pada definisi yang digunakan dan populasi yang diteliti. Berdasarkan data dari the Third National Health and Nutrition Examination Survey (1988 sampai 1994), prevalensi sindrom metabolik (dengan menggunakan kriteria NCEP-ATP III) bervariasi dari 16% pada laki2 kulit hitam sampai 37% pada wanita Hispanik. Prevalensi Sindrom Metabolik meningkat dengan bertambahnya usia dan berat badan. Karena populasi penduduk Amerika yang berusia lanjut makin bertambah dan lebih dari separuh mempunyai berat badan lebih atau gemuk , diperkirakan Sindrom Metabolik melebihi merokok sebagai faktor risiko primer terhadap penyakit kardiovaskular. Sindrom metabolik juga merupakan prediktor kuat untuk terjadinya DM tipe 2 dikemudian hari.5,6) Etiologi : Etiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui secara pasti. Suatu hipotesis menyatakan bahwa penyebab primer dari sindrom metabolik adalah resistensi insulin. Resistensi insulin mempunyai korelasi dengan timbunan lemak viseral yang dapat ditentukan dengan pengukuran lingkar pinggang atau waist to hip ratio. Hubungan antara resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular diduga dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang menimbulkan disfungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan vaskular dan pembentukan atheroma. Hipotesis lain menyatakan bahwa terjadi perubahan hormonal yang mendasari terjadinya obesitas abdominal. Suatu studi membuktikan bahwa pada individu yang mengalami peningkatan kadar kortisol didalam serum (yang disebabkan oleh stres kronik) mengalami obesitas abdominal, resistensi insulin dan dislipidemia. Para peneliti juga mendapatkan bahwa ketidakseimbangan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal yang terjadi akibat stres akan menyebabkan terbentuknya hubungan antara gangguan psikososial dan infark miokard. 7-10) Evaluasi Klinis

Terhadap individu yang dicurigai mengalami Sindrom Metabolik hendaklah dilakukan evaluasi klinis, yang meliputi : 11-12) Anamnesis, tentang : Riwayat keluarga dan penyakit sebelumnya. Riwayat adanya perubahan berat badan. Aktifitas fisik sehari-hari. Asupan makanan sehari-hari Pemeriksaan fisik, meliputi : Pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) , menggunakan rumus :

Berat badan (kg) Tinggi badan (m)2 Pengukuran lingkaran pinggang merupakan prediktor yang lebih baik terhadap risiko kardiovaskular daripada pengukuran waist-to-hip ratio. Pemeriksaan laboratorium, meliputi : Kadar glukosa plasma dan profil lipid puasa. Pemeriksaan klem euglikemik atau HOMA (homeostasis model assessment) untuk menilai resistensi insulin secara akurat biasanya hanya dilakukan dalam penelitian dan tidak praktis diterapkan dalam penilaian klinis. Highly sensitive C-reactive protein Kadar asam urat dan tes faal hati dapat menilai adanya NASH. USG abdomen diperlukan untuk mendiagnosis adanya fatty liver karena kelainan ini dapat dijumpai walaupun tanpa adanya gangguan faal hati. Penatalaksanaan Saat ini belum ada studi acak terkontrol yang khusus tentang penatalaksanaan Sindrom Metabolik. Berdasarkan studi klinis, penatalaksanaan agresif terhadap komponen2 Sindrom Metabolik dapat mencegah atau memperlambat onset diabetes, hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Semua pasien yang didiagnosis dengan Sindrom Metabolik hendaklah dimotivasi untuk merubah kebiasaan makan dan latihan fisiknya sebagai pendekatan terapi utama. Penurunan berat badan dapat memperbaiki semua aspek Sindrom Metabolik, mengurangi semua penyebab dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Namun kebanyakan pasien mengalami kesulitan dalam mencapai penurunan berat badan. Latihan fisik dan perubahan pola makan dapat menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kadar lipid, sehingga dapat memperbaiki resistensi insulin.13) Latihan Fisik : Otot rangka merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap insulin didalam tubuh, dan merupakan target utama terjadinya resistensi insulin. Latihan fisik terbukti dapat menurunkan kadar lipid dan resistensi insulin didalam otot rangka. Pengaruh latihan fisik terhadap sensitivitas insulin terjadi dalam 24 48 jam dan hilang dalam 3 sampai 4 hari. Jadi aktivitas fisik teratur hendaklah merupakan bagian dari usaha untuk memperbaiki resistensi insulin. Pasien hendaklah diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan derajat aktifitas fisiknya. Manfaat paling besar dapat diperoleh bila pasien menjalani latihan fisik sedang secara teratur dalam jangka panjang. Kombinasi latihan fisik aerobik dan latihan fisik menggunakan beban merupakan pilihan terbaik. Dengan menggunakan dumbbell ringan dan elastic exercise band merupakan pilihan terbaik untuk latihan dengan menggunakan beban. Jalan kaki dan jogging selama 1 jam perhari juga terbukti dapat menurunkan lemak viseral secara bermakna pada laki2 tanpa mengurangi jumlah kalori yang dibutuhkan.11,12)

Diet Sasaran utama dari diet terhadap Sindrom Metabolik adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Review dari Cochrane Databasemendukung peranan intervensi diet dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Bukti-bukti dari suatu studi besar menunjukkan bahwa diet rendah sodium dapat membantu mempertahankan penurunkan tekanan darah. Hasil2 dari studi klinis diet rendah lemak selama lebih dari 2 tahun menunjukkan penurunan bermakna dari kejadian komplikasi kardiovaskular dan menurunkan angka kematian total. 11) The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) merekomendasikan tekanan darah sistolik antara 120 139 mmHg atau diastolik 80 89 mmHg sebagai stadium pre hipertensi, sehingga modifikasi gaya hidup sudah mulai ditekankan pada stadium ini untuk mencegah penyakit kardiovaskular. Berdasarkan studi dari the Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), pasien yang mengkonsumsi diet rendah lemak jenuh dan tinggi karbohidrat terbukti mengalami penurunan tekanan darah yang berarti walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Penurunan asupan sodium dapat menurunkan tekanan darah lebih lanjut atau mencegah kenaikan tekanan darah yang menyertai proses menua. Studi dari the Coronary Artery Risk Development in Young Adults mendapatkan bahwa konsumsi produk2 rendah lemak dan garam disertai dengan penurunan risiko sindrom metabolik yang bermakna. Diet rendah lemak tinggi karbohidrat dapat meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar HDL kolesterol, sehingga memperberat dislipidemia. Untuk menurunkan hipertrigliseridemia atau meningkatkan kadar HDL kolesterol pada pasien dengan diet rendah lemak, asupan karbohidrat hendaklah dikurangi dan diganti dengan makanan yang mengandung lemak tak jenuh (monounsaturated fatty acid = MUFA) atau asupan karbohidrat yang mempunyai indeks glikemik rendah. Diet ini merupakan pola diet Mediterrania yang terbukti dapat menurunkan mortalitas penyakit kardiovaskular. Suatu studi menunjukkan adanya korelasi antara penyakit kardiovaskular dan asupan biji-bijian dan kentang. Para peneliti merekomendasikan diet yang mengandung biji-bijian, buah-buahan dan sayuran untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Efek jangka panjang dari diet rendah karbohidrat belum diteliti secara adekuat, namun dalam jangka pendek, terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida, meningkatkan kadar HDL-cholesterol dan menurunkan berat badan. Pilihan untuk menurunkan asupan karbohidrat adalah dengan mengganti makanan yang mempunyai indeks glikemik tinggi dengan indeks glikemik rendah yang banyak mengandung serat. Makanan dengan indeks glikemik rendah dapat menurunkan kadar glukosa post prandial dan insulin. 12) Edukasi Dokter2 keluarga mempunyai peran besar dalam penatalaksanaan pasien dengan Sindrom Metabolik, karena mereka dapat mengetahui dengan pasti tentang gaya hidup pasien serta hambatan2 yang dialami mereka dalam usaha memodifikasi gaya hidup tersebut. Dokter keluarga juga diharapkan dapat mengetahui pengetahuan pasien tentang hubungan gaya hidup dengan kesehatan, yang kemudian memberikan pesan2 tentang peranan diet dan latihan fisik yang teratur dalam menurunkan risiko penyulit dari Sindrom Metabolik. Dokter keluarga hendaklah mencoba membantu pasien mengidentifikasi sasaran jangka pendek dan jangka panjang dari diet dan latihan fisik yang diterapkan. Pertanyaan2 seperti : Bagaimana pendapat anda apakah diet dan latihan fisik yang diterapkan dapat mempengaruhi kesehatan anda ? atau Permasalahan apa yang anda hadapi dalam mencoba menerapkan perubahan diet atau aktifitas fisik ? , dapat membantu dokter keluarga dalam menerapkan langkah2 berikutnya terhadap masing2 pasien. Jawaban pasien hendaklah dicatat dalam rekam medik dan direview pada kunjungan berikutnya. Hal ini dapat membantu dokter mengidentifikasi adanya hambatan2 dalam menerapkan perubahan gaya hidup. 12.13) Farmakoterapi : Terhadap pasien2 yang mempunyai faktor risiko dan tidak dapat ditatalaksana hanya dengan perubahan gaya hidup, intervensi farmakologik diperlukan untuk mengontrol tekanan darah dan

dislipidemia. Penggunaan aspirin dan statin dapat menurunkan kadar C-reactive protein dan memperbaiki profil lipid sehingga diharapkan dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Intervensi farmakologik yang agresif terhadap faktor2 risiko telah terbukti dapat mencegah penyulit kardiovaskular pada penderita DM tipe 2. 13) Pencegahan The US Preventive Services Task Force merekomendasi konsultasi diet intensif terhadap pasien2 dewasa yang mempunyai faktor2 risiko untuk terjadinya penyulit kardiovaskular. Para dokter keluarga lebih efektif dalam membantu pasien menerapkan kebiasaan hidup sehat. The Diabetes Prevention Program telah membuktikan bahwa intervensi gaya hidup yang ketat pada pasien prediabetes dapat menghambat progresivitas terjadinya diabetes lebih dari 50% ( dari 11% menjadi 4,8%).13)6. KRITERIA DIAGNOSTIK SINDROM METABOLIK

Pedoman WHO untuk kriteria diagnosis sindrom metabolik : Terdapat DM tipe 2 atau resistensi insulin dengan 2 dari kriteria di bawah :

Dalam pengobatan anti-hipertensi atau tekanan darah > 140/90 mmHg Kadar trigliserid plasma > 150 mg/dl dan atau kadar HDL < 35 mg/dl untuk pria dan < 40 mg/dl untuk wanita BMI > 30 kg/m dan atau rasio perut-pinggul > 90 cm untuk pria dan > 85 cm untuk wanita Mikroalbuminuria ? 20 mikrogram/menit

Apabila tidak terdapat resistensi insulin maka paling tidak terdapat 3 dari kriteria di atas Pedoman IDF untuk kriteria diagnosis sindrom metabolik : Terdapat obesitas sentral dengan 2 kriteria di bawah :

Dalam pengobatan anti-hipertensi atau tekanan darah sistolik 130 mmHg atau tekanan darah diastolik > 85 mmHg Gula darah puasa 100 mg/dl atau terdiagnosis DM tipe 2 Kadar trigliserid plasma > 150 mg/dl atau sedang dalam pengobatan dislipidemia dan atau kadar HDL < 40 mg/dl untuk pria dan < 50 mg/dl untuk wanita Obesitas sentral (Asia) rasio perut-pinggul > 90 cm untuk pria dan > 80 cm untuk wanit

kriteria dari IDF tahun 2005 7.LABORATORIUM

Laboratorium Pengkuran kadar lipid dan glukosa puasa diperlukan untuk menentukan adanya sindrommetabolik atau tidak. Pengukuran biomarker tambahan yang terkait dengan resistensi insulin juga diperlukan. Pengujian seperti itu termasuk apo B, high-sensitivity CRP, fibrinogen, asamurat, microalbumin urin, dan tes fungsi hati. Sebuah studi tidur harus dilakukan jika gejalaO S A h a d i r . J i k a P C O S d i c u r i g a i b e r d a s a r k a n f i t u r k l i n i s d a n a n o v u l a s i , m a k a k a d a r testosteron, hormon luteinizing, dan follicle-stimulating hormone harus diukur

Kumpulan gejala pada Sindrom Metabolik (IDF 2005) Obesitas ( LP wanita > 80 cm, pria > 90 cm) ditambah 2 dari 4 Faktor berikut ini : 1. Trigliserida 150 mg/dl 2. Kolesterol HDL 3. Hipertensi 130/85 mmHg 4. Glukosa darah puasa 100 mg/dl Oleh karena itu, untuk mendeteksi Sindrom metabolik perlu dilakukan: Pemeriksaan Fisik : Lingkar Pinggang dan Tekanan Darah Pemeriksaan Laboratorium : Glukosa Darah, Kolesterol HDL, Trigliserida, Adiponektin

8. Penyakit terkait metabolik sindrom Seseorang yang mengalami metabolik sindrom dan tidak ditata laksana dengan benar,akan berisiko mengalami penyakit kardiovaskuler, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes melitus.