12
1 PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd., Sri Wiyanti, S.S.,M.Hum., Yulianeta, M.Pd. Dra. Novi Resmini, M.Pd., Hendri Hidayat, dan Zaenal Muttaqin FPBS Abstrak Penelitian ini berjudul Pemetaan Perbedaan Isolek di Kabupaten Indramayu. Adapun yang melatarbelakangi penelitian ini adalah ditemukannya seperangkat ujaran yang berbeda-beda di Kabupaten Indramayu. Di sana ditemukan tuturan kosakata bahasa Sunda, kosakata bahasa Jawa, bahkan ada masyarakat yang menggunakan kosakata bahasa lain. Dengan demikian perlu dilakukan penelusuran status tuturan-tuturan tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah (1) bagaimanakah deskripsi perbedaan bahasa yang terjadi di Kabupaten Indramayu berdasarkan perbandingan kata kerabat dan korespondensi bunyi? (2) bagaimanakah pemetaan isolek di Kabupaten Indramayu? Dan bagaimanakah status dan silsilah kekerabatan isolek yang ada di Kabupaten Indramayu berdasarkan penghitungan dialektometri? Metode penelitian ini menggunakan metode pupuan lapangan dengan menetapan 200 kosa kata Swadesh yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Adapun hasil penelitian ini adalah perbandingan kata kerabat dan korespondensi bunyi dari 200 daftar tanyaan yang didasarkan pada daftar kosa kata Swadesh yang menunjukkan bahwa di daerah titik pengamatan. bahwa di daerah titik pengamatan Kecamatan Haurgeulis, Kecamatan Kandanghaur, Kecamatan Sindang, Kecamatan Juntinyuat, Kecamatan Bangodua, dan Kecamatan Lelea ditemukan 153 kosakata yang menunjukkan adanya perbedaan (95 menunjukkan perbedaan fonologis, 33 menunjukkan perbedaan morfologis, dan 25 menunjukkan perbedaan leksikal). Selain itu, masih di daerah titik pengamatan yang sama ditemukan kosakata yang menunjukkan adanya persamaan di setiap titik pengamatan dengan jumlah 47 kosakata. Berdasarkan hasil pemetaannya, ditemukan penggunaan kosakata bahasa Sunda di Kecamatan Lelea selain penggunaan kosakata bahasa Jawa. Sekaitan dengan silsilah kekerabatan dialek-dialek yang ada di Kab. Indramayu diperoleh hasil penghitungan dialektometri yang menunjukkan adanya perbedaan dialek. Hal ini didasarkan pada hasil perolehan penghitungan yang menunjukkan 76,5%. Sesuai dengan standar kualifikasi, hasil tersebut menunjukkan perbedaan dialek. Kata kunci : geografi dialek, korespondensi bunyi, dialektometri.

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

1

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU

Oleh

Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd., Sri Wiyanti, S.S.,M.Hum., Yulianeta, M.Pd.

Dra. Novi Resmini, M.Pd., Hendri Hidayat, dan Zaenal Muttaqin FPBS

Abstrak

Penelitian ini berjudul Pemetaan Perbedaan Isolek di Kabupaten Indramayu. Adapun yang

melatarbelakangi penelitian ini adalah ditemukannya seperangkat ujaran yang berbeda-beda di

Kabupaten Indramayu. Di sana ditemukan tuturan kosakata bahasa Sunda, kosakata bahasa

Jawa, bahkan ada masyarakat yang menggunakan kosakata bahasa lain. Dengan demikian perlu

dilakukan penelusuran status tuturan-tuturan tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut,

maka dirumuskan masalah (1) bagaimanakah deskripsi perbedaan bahasa yang terjadi di

Kabupaten Indramayu berdasarkan perbandingan kata kerabat dan korespondensi bunyi? (2)

bagaimanakah pemetaan isolek di Kabupaten Indramayu? Dan bagaimanakah status dan silsilah

kekerabatan isolek yang ada di Kabupaten Indramayu berdasarkan penghitungan

dialektometri? Metode penelitian ini menggunakan metode pupuan lapangan dengan

menetapan 200 kosa kata Swadesh yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Adapun hasil

penelitian ini adalah perbandingan kata kerabat dan korespondensi bunyi dari 200 daftar

tanyaan yang didasarkan pada daftar kosa kata Swadesh yang menunjukkan bahwa di daerah

titik pengamatan. bahwa di daerah titik pengamatan Kecamatan Haurgeulis, Kecamatan

Kandanghaur, Kecamatan Sindang, Kecamatan Juntinyuat, Kecamatan Bangodua, dan

Kecamatan Lelea ditemukan 153 kosakata yang menunjukkan adanya perbedaan (95

menunjukkan perbedaan fonologis, 33 menunjukkan perbedaan morfologis, dan 25

menunjukkan perbedaan leksikal). Selain itu, masih di daerah titik pengamatan yang sama

ditemukan kosakata yang menunjukkan adanya persamaan di setiap titik pengamatan dengan

jumlah 47 kosakata. Berdasarkan hasil pemetaannya, ditemukan penggunaan kosakata bahasa

Sunda di Kecamatan Lelea selain penggunaan kosakata bahasa Jawa. Sekaitan dengan silsilah

kekerabatan dialek-dialek yang ada di Kab. Indramayu diperoleh hasil penghitungan

dialektometri yang menunjukkan adanya perbedaan dialek. Hal ini didasarkan pada hasil

perolehan penghitungan yang menunjukkan 76,5%. Sesuai dengan standar kualifikasi, hasil

tersebut menunjukkan perbedaan dialek.

Kata kunci : geografi dialek, korespondensi bunyi, dialektometri.

Page 2: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

2

Pendahuluan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi, bekerja sama, dan

mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat bahasa. Anggota masyarakat bahasa biasanya

terdiri atas berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan tersebut

berdampak pada variasi penggunaan bahasa oleh masyarakat. Berkaitan dengan variasi

bahasa, ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek berkaitan dengan variasi bahasa

perseorangan, dialek merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat

pada suatu tempat atau suatu waktu, dan ragam yang merupakan variasi bahasa yang

digunakan untuk situasi tertentu (formal dan nonformal).

Pada dasarnya dialek merupakan salah satu kajian linguistik, yaitu dialektologi yang

mengkaji perbedaan-perbedaan isolek dengan memperlakukan perbedaan tersebut secara

utuh. Perbedaan itu tidak sampai menyebabkan munculnya bahasa yang berbeda. Perbedaan

tersebut tidak mencegah mereka untuk secara keseluruhan merasa memiliki satu bahasa yang

sama. Oleh karena itu, ciri utama dialek adalah perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam

perbedaan (Ayatrohaedi, 1983:1-2).

Meilet (1970: 69) mengemukakan bahwa dialek memiliki dua ciri, yaitu (1) seperangkat ujaran

setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip

sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran yang lain dari bahasa yang sama, (2) dialek

tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.

Seperangkat ujaran setempat yang berbeda-beda tersebut terjadi di Kabupaten Indramayu

karena di sana ditemukan masyarakat penutur bahasa Sunda dan masyarakat penutur bahasa

Jawa, bahkan ada masyarakat yang menggunakan bahasa lain. Dikatakan bahasa lain karena

bahasa tersebut tidak tergolong bahasa Sunda dan juga tidak tergolong bahasa Jawa. Mahsun

(1995) mengategorikan variasi tersebut sebagai sebuah isolek. Berdasarkan hal itu, penelitian

ini salah satu tujuannya akan menelusuri silsilah dari isolek-isolek yang terdapat di Kabupaten

Indramayu sehingga pada akhirnya bisa diselusuri status dari isolek tersebut apakah tergolong

dialek atau subdialek dari suatu bahasa.

Dengan adanya pemetaan terhadap kondisi kebahasaan di Kabupaten Indramayu tersebut

diharapkan diperoleh gambaran umum kondisi kebahasaan di Kabupaten Indramayu, pemerian

bahasa pada tataran kosakata yang sekaitan dengan tipologi bahasa, khususnya dalam kajian

dialektologi secara lengkap, serta penelusuran status isolek yang terdapat di Kabupaten

Indramayu.

Dialektologi

Dialektologi merupakan sebuah cabang dari kajian linguistik yang timbul karena dampak

kemajuan dari linguistik historis komparatif atau linguistik diakronis (Fernandez, 1994),

sedangkan dalam kamus linguistik, yang dimaksud dengan dialektologi adalah cabang ilmu yang

mempelajari variasi-variasi bahasa dengan memperlakukannya sebagai struktur yang utuh

(Kridalaksana, 2001). Sebagai cabang atau subdisiplin linguistik terutama sosiolinguistik,

dialektologi mengkaji variasi-variasi bahasa atau dialek-dialek terutama dialek geografi atau

regional yang bersendikan pada fonetik/fonemik beserta morfologi (kosakata, kata leksikal atau

Page 3: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

3

leksem). Interdisiplin morfofonemik itu menghasilkan pembuatan atlas atau peta dialek yang di

dalamnya tercantum batas-batas wilayah dialek yaitu isoglos-isoglos.

Pembeda Dialek Fonologi, Morfologi, dan Leksikal

Dialek adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan dalam satu masyarakat untuk

membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga yang mempergunakan sistem yang

berlainan walaupun erat hubungannya (Weijnen dkk., 1975 : 63)

Setiap ragam bahasa yang dipergunakan di suatu daerah tertentu, lambat laun akan

membentuk anasir kebahasaan berbeda, seperti dalam lafal, tata bahasa, dan tata arti, dan

setiap ragam tersebut mempergunakan salah satu bentuk khusus.

Secara garis besar, anasir-anasir kebahasaan yang dikaji dalam dialektologi adalah anasir

fonologi, morfologi, dan leksikal. Perbedaan fonologi perlu dibedakan dengan leksikon

mengingat dalam penentuan isolek sebagai bahasa, dialek, atau subdialek dengan menentukan

dialektometri pada tataran leksikon, perbedaan-perbedaan fonologi (termasuk morfologi) yang

muncul dianggap tidak ada. Perbedaan fonetik, polimorfisme, atau alofonik berada dalam satu

bidang yang sama yaitu fonologi. Biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan

tidak menyadari adanya perbedaan tersebut (Ayatrohaedi, 2002: 4)

Perbedaan morfologis dibatasi oleh adanya sistem tata bahasa yang bersangkutan, oleh

frekuensi morfem-morfem yang berbeda, oleh kegunaannya yang berkerabat, oleh wujud

fonetisnya, oleh daya rasanya, dan oleh sejumlah faktor lainnya lagi. Perbedaan morfologis

tersebut di antaranya menyangkut aspek afiksasi, reduplikasi, komposisi (pemajemukan), dan

morfofonemik.

Perbedaan leksikon berkaitan dengan leksem-leksem yang digunakan untuk

merealisasikan suatu makna yang sama tidak berasal dari satu etimon prabahasa. Semua

perbedaan bidang leksikon selalu berupa variasi (Mahsun, 1995: 54).

Isogloss, Heteroglos atau Watas Kata

Gambaran umum sejumlah dialek akan tampak jelas jika semua gejala kebahasaan yang

ditampilkan dari bahan yang terkumpul selama penelitian itu dipetakan. Oleh karena itu,

kedudukan dan peranan peta bahasa di dalam kajian geografi dialek merupakan sesuatu yang

secara mutlak diperlukan. Dengan peta-peta bahasa tersebut, baik persamaan maupun

perbedaan yang terdapat di antara dialek-dialek yang diteliti itu merupakan alat bantu yang

paling penting dalam usaha menyatakan kenyataan-kenyataan dialek tersebut

Isogloss adalah garis yang menghubungkan daerah yang mempunyai dialek yang sama.

Sebaliknya heteroglos atau watas kata adalah garis yang memisahkan setiap gejala bahasa dari

dua lingkungan dialek atau bahasa berdasarkan wujud atau sistem kedua lingkungan itu yang

berbeda, yang dinyatakan pada peta bahasa ( Ayatrohaedi, 2002: 9).

Isoglos dan heteroglos ini digunakan untuk melihat gambaran perbedaan yang benar

mengenai batas-batas bahasa antardaerah titik pengamatan. Data yang tergambarkan

merupakan perbedaan tataran fonologis, morfologis, dan leksikal.

Page 4: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

4

Dialektometri

Dialektometri adalah ukuran secara statistik yang digunakan untuk melihat perbedaan

dan persamaan yang terdapat dalam bahasa atau dialek di tempat-tempat yang diteliti dengan

membandingkan sejumlah bahan yang terkumpul dari tempat yang diteliti tersebut (

Ayatrohaedi, 2002: 11).

Rumus yang digunakan dalam penghitungan dialektometri adalah jumlah beda dengan

daerah pengamatan lain yang dilambangkan S dikalikan 100 kemudian dibagi jumlah peta yang

dibandingkan dengan lambang n. Semua data bahasa dicari persentase jarak unsur

kebahasaannya, apakah termasuk pada perbedaan bahasa, perbedaan dialek, perbedaan

subdialek, perbedaan wicara atau tidak ada perbedaan sama sekali. Hal ini mengacu pada hal-

hal berikut :

1) Perbedaan Morfologi pada leksikon

a. lebih dari 80% dianggap perbedaan bahasa

b. antara 51%-80% dianggap perbedaan dialek

c. antara 31%-50% dianggap perbedaan subdialek

d. antara 21%-30% dianggap perbedaan wicara

e. > 20% dianggap tidak ada perbedaan ( Ayatrohaedi, 2002: 11).

2) Perbedaan Fonologi

a. 17% ke atas dianggap perbedaan bahasa

b. 12%-16% dianggap perbedaan dialek

c. 8% -11% perbedaan subdialek

d. 4%-7% perbedaan wicara

e. 0%-3% dianggap tidak ada perbedaan (Mahsun, 1995: 118)

Hal ini berarti perbedaan leksikal dan fonologi dapat secara mudah diketahui dari

jumlah persentase perbedaannya. Penghitungan dialektrometri ini digunakan untuk melihat

seberapa besar perbedaan dan persamaan yang terdapat pada tempat-tempat yang diteliti.

Geografi Dialek

Ilmu tentang dialek disebut dialektologi. Bagaimana melukiskan hubungan-hubungan

dalam dialek disebut geografi dialek. Dengan kata lain, geografi dialek adalah cabang

dialektologi yang mempelajari hubungan yang terdapat di dalam ragam-ragam bahasa, dengan

bertumpu kepada satuan ruang atau tempat terwujudnya ragam-ragam tersebut (Dubois, 1973:

230 dalam Ayatrohaedi, ).

Geografi dialek mempelajari variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal dalam

suatu wilayah bahasa dan mengungkapkan fakta-fakta tentang perluasan ciri-ciri linguistik yang

sekarang tercatat sebagai ciri-ciri dialek (Keraf, 1996: 143). Pada dasarnya geografi dialek masih

mempunyai hubungan yang erat dengan linguistik bandingan, yang juga mempelajari hubungan

yang terdapat di dalam ragam-ragam bahasa. Dari sejarah kelahirannya, geografi dialek

merupakan perkembangan lebih lanjut dari salah satu cabang ilmu bahasa bandingan.

Page 5: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

5

Tiap penelitian geografi dialek setidaknya harus didasarkan pada dua hal, yaitu (1)

pengamatan yang seksama dan setara terhadap daerah yang diteliti, dan (2) bahannya harus

dapat diperbandingkan sesamanya dan keterangan yang berlainan dengan kenyataan-

kenyataannya dikumpulkan dengan aturan dan cara yang sama. Agar hal tersebut dapat

tercapai maka penting sekali mempersiapkan daftar tanyaan yang jawabannya diperoleh di

setiap tempat penelitian itu dilakukan (Meillet, 1967: 80).

Kedudukan Geografi Dialek dalam Ilmu Bahasa

Kedudukan yang penting rupanya disebabkan oleh alasan praktis. Dengan penelitian

geografi dialek maka sebenarnya pada satu saat dalam kesempatan yang sama telah dapat

diperoleh gambaran umum mengenai sejumlah dialek sehingga hal tersebut sangat menghemat

waktu, tenaga, dan dana.

Dari kenyataan bahwa negara-negara yang memiliki perkembangan ilmu bahasa yang

sudah lanjut telah memiliki atau sedang mengusahakan pembuatan atlas bahasanya masing-

masing, barangkali dapat disimpulkan bahwa geografi dialek mempunyai kedudukan yang

penting di dalam ilmu bahasa umumnya, dialektologi pada khususnya (Dubois, 1973: 150).

Metodologi Penelitian

Senada dengan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yakni berusaha

menggambarkan secara objektif dan tepat aspek fonologi dan leksikal bahasa yang ada di

Kabupaten Serang Banten, maka penelitian ini bersifat deskriptif. Perlu dicatat bahwa

penelitian deskriptif ini tidak mempertimbangkan benar dan salahnya penggunaan bahasa oleh

penutur-penuturnya sehingga data bahasa tersaji apa adanya. Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data ialah metode pupuan lapangan meliputi pencatatan langsung dan

perekaman. Pada teknik pencatatan peneliti secara langsung mencatat berian yang dijawab

oleh informan. Sistem pencatatan menggunakan transkipsi fonetis. Sedangkan teknik

perekaman dilakukan untuk mengantisipasi terdistorsinya data hasil pencatatan.

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang

memenuhi syarat-syarat: (1) penduduk asli Kabupaten Serang, (2) berjenis kelamin pria atau

wanita, (3) berusia antara 40-70 tahun (tidak pikun), (4) berpendidikan maksimal SMA, (5)

berstatus sosial menengah, (6) dapat berbahasa atau mengerti bahasa Indonesia, (7) alat

artikulasinya lengkap (tidak ompong), dan (8) tidak cacat berbahasa dan memiliki pendengaran

yang tajam untuk menangkap pertanyaan-pertanyaan dengan tepat. Sedangkan instrumen

yang dipakai untuk menjaring data adalah daftar tanyaan yang berjumlah 200 kata yang

diadaptasi dari daftar kosakata swadesh.

Analisis dan Interpretasi Data

Pada tahap analisis data, peneliti membagi penganalisisan ke dalam lima tahap

pengerjaan, di antaranya adalah: proses transkripsi, klasifikasi, identifikasi, pemetaan,

penghitungan dialektrometri dan pembandingan antartitik daerah pengamatan. Pertama, data

bahasa hasil wawancara yang telah didapat selanjutnya ditranskripsi secara fonetis. Kedua,

Page 6: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

6

setelah data tersebut ditranskripsi secara fonetis, setiap berian diklasifikasikan berdasarkan

aspek fonologis, morfologis, dan leksikal. Pada penelitian ini, aspek yang akan dianalisis hanya

tataran fonologinya saja.

Proses ketiga adalah mengidentifikasi setiap perbedaan yang berada dalam tataran

fonologi sehingga didapat kesimpulan berapa banyak perbedaan yang ada. Proses keempat,

memindahkan data yang sudah diidentifikasi ke dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan

penggambaran isoglos sehingga diperoleh peta dari keseluruhan berian yang digunakan.

Proses selanjutnya, menentukan jarak perbedaan unsur-unsur kebahasaan antardaerah

dengan menggunakan penghitungan dialektrometri, sehingga akan diperoleh hasil yang akan

menentukan apakah perbedaan-perbedaan yang ada merupakan perbedaan bahasa, dialek,

subdialek, perbedaan wicara, atau tidak ada perbedaan di Kabupaten Serang Banten sehingga

tergambarkan pemetaan kebahasaan di daerah tersebut.

Hasil Temuan dan Pembahasan

Kajian Leksikografi

Dalam rangka memetakan gambaran kebahasaan di Kabupaten Kabupaten Indramayu,

langkah yang ditempuh Peneliti adalah menjaring data kebahasaan di lapangan. Variasi

kebahasaan di wilayah Kabupaten Indramayu menampilkan 6 titik pengamatan yang dijadikan

sampel, yaitu Kecamatan Haurgeulis, Kecamatan Kandanghaur, Kecamatan Sindang, Kecamatan

Juntinyuat, Kecamatan Bangodua, dan Kecamatan Lelea. Data yang dikumpulkan di lapangan

berjumlah 200 tanyaan berdasarkan daftar kosakata Swadesh yang sudah dimodifikasi peneliti.

Serbaran Kosakata Dasar dan Korespondensi bunyi

Pada bagian ini akan dibahas beberapa kasus bagaimana bentuk kosakata dasar

Swadesh yang telah dimodifikasi untuk berbagai gloss di Kabupaten Indramayu. Satu konsep

dapat saja hanya terdiri atas satu berian, akan tetapi dapat juga satu konsep diwakili oleh

beberapa berian. Uraian mengenai penyebaran gloss dan beriannya sebagai berikut.

1. Orang

Gloss orang memiliki dua berian, yaitu wong dan uwong. Berian wong ditemukan di titik

pengamatan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, sedangkan berian uwong ditemukan di titik pengamatan 1

dan 4. Kedua berian tersebut merupakan perbedaan fonologis yang memiliki satu

pasangan bunyi yang berkorespondensi, yaitu /u/ ∼ /φ/ berada pada posisi inisial.

2. Laki-laki

Gloss laki-laki memiliki satu berian yaitu lanang yang ditemukan di seluruh titik

pengamatan.

3. Suami

Gloss suami memiliki tiga berian, yaitu lakie, laki, lakine. Berian lakie ditemukan di titik

pengamatan 2, berian lakine ditemukan di titik pengamatan 2, sedangkan berian laki

ditemukan di seluruh titik pengamatan. Dari berian-berian tersebut , berian laki dan lakie

merupakan perbedaan fonologis yang memiliki satu pasangan korespondensi, yaitu /e/ ∼

/φ/pada posisi final. Berian lakine termasuk perbedaan secara morfologi.

Page 7: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

7

4. Istri

Gloss istri memiliki empat berian, yaitu rabi, rabie, rabine, dan istri. Berian rabi ditemukan

di titik pengamatan 1, 3, 4, 5, dan 6. Berian rabie ditemukan di titik pengamatan 1. Berian

rabine ditemukan di titik pengamatan 2. Berian istri ditemukan di titik pengamatan 2.

Berian rabi dan rabie merupakan perbedaan fonologis yang memiliki satu pasangan

korespondensi, yaitu /e/ ∼ /φ/pada posisi final . Berian rabine termasuk perbedaan

morfologi dan berian istri termasuk perbedaan leksikal.

5. Ibu

Gloss ibu memiliki delapan berian, yaitu mama, mboke, ibu, mimi, ema, mbok, wadon, dan

sema. Berian mama ditemukan di titik pengamatan 1. Berian mboke ditemukan di titik

pengamatan 1. Berian ibu ditemukan di titik pengamatan 2, 3 dan 5. Berian ema ditemukan

di titik pengamatan 1, 2 dan 5. Berian mimi ditemukan di titik pengamatan 3. Berian mbok

ditemukan di titik pengamatan 2, 4 dan 6. Berian wadon ditemukan di titik pengamatan 4.

Berian sema ditemukan di titik pengamatan 6. Berdasarkan berian-berian tersebut

diperoleh perbedaan fonologis dan perbedaan leksikal. Perbedaan fonologis ditemukan

pada pasanagn berian mama, mimi, ema, sema yang memiliki dua pasangan

korespondensi, yaitu m ~ s ~ Ø pada posisi inisial dan a ~ i ~ e berada pada posisi inisial

dan median (diapit oleh konsonan) dan pasangan berian mbok dan mboke yang memiliki

pasangan korespondensi e ~ Ø pada posisi final. Berian wadon merupakan perbedaan

leksikal.

6. Anak

Gloss anak memiliki dua berian, bocah dan anak. Berian bocah ditemukan di titik

pengamatan 3 dan 4 sedangkan berian anak ditemukan di seluruh titik pengamatan. Kedua

berian tersebut merupakan perbedaan leksikal.

7. Saya

Gloss saya memiliki tiga berian, yaitu kita, reang, dan kula. Berian kula ditemukan di titik

pengamatan 5. Berian kita dan kula tergolong perbedaan fonologis yang memiliki dua

pasangan korespondensi, yaitu i ~ u pada posisi median (diapit oleh konsonan) dan t ~ l

pada posisi median (diapit oleh vokal). Berian reang merupakan perbedaan leksikal.

Penghitungan Dialektometri

Setelah data kebahasaan dipetakan dan dideskripsikan sebaran kosakatanya, maka

langkah selanjutnya mencoba menghitung persentase kekerabatan antara titik pengamatan

Penghitungan dialektometri pada laporan ini didasarkan pada 153 kosakata yang

menunjukkan adanya perbedaan. Selanjutnya, temuan 153 kosakata tersebut dibagi dengan

jumlah kosakata (200 kosakata Swadesh) selanjutnya dikalikan 100. Adapun dari hasil

penghitungan tersebut diperoleh data 76,5 %. Hasil akhir dari penghitungan dialektometri ini

diperoleh simpulan bahwa antara bahasa di Kec. Haur Geulis, Kec. Kandanghaur, Kec. Sindang,

Kec. Juntinyuat, Kec. Bangodua, dan Kec. Lelea menunjukkan adanya perbedaan dialek bahasa

Jawa. Deskripsi penghitungan di atas dapat dilihat dalam rumus berikut.

d = �

� � 100

� 163

200�100

= 76,5 %

Page 8: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

8

Sekaitan dengan klasifikasi persentase yang diperoleh dari penghitungan dialektometri di

atas, status isolek-isolek dari daerah yang dijadikan titik pengamatan adalah sebagai dialek dari

bahasa Jawa.

Catatan:

d : persentase jarak beda

S : jumlah beda

n : jumlah peta

Contoh Pemetaan

Page 9: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

9

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perbedaan Bahasa

Berdasarkan deskripsi perbedaan bahasa dari 200 daftar kosakata yang didasarkan pada

daftar kosakata swadesh hasil modifikasi peneliti diperoleh hasil di Kecamatan Haurgeulis,

Kecamatan Kandanghaur, Kecamatan Sindang, Kecamatan Juntinyuat, Kecamatan

Bangodua, dan Kecamatan Lelea ditemukan 153 kosakata yang menunjukkan adanya

perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut meliputi perbedaan fonologis berjumlah 95

kosakata, perbedaan morfologis berjumlah 33 kosakata, dan perbedaan leksikal berjumlah

25 kosakata. Selain itu, masih di daerah titik pengamatan yang sama ditemukan pula

kosakata yang menunjukkan adanya persamaan dari segi bentuk dan makna dengan

jumlah 47 kosakata.

Page 10: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

10

2. Pemetaan Bahasa

Berdasarkan hasil pemetaan, kosakata yang dominan digunakan di daerah yang dijadikan

titik pengamatan adalah kosakata bahasa Jawa. Selain kosakata bahasa Jawa ditemukan

juga penggunaan kosakata bahasa Sunda di Kecamatan Lelea. Sebagai contoh untuk gloss

nyamuk ditemukan berian reungit. Kata lain yang ditemukan adalah berian jangjang untuk

gloss sayap. Meskipun demikian, kosakata yang merupakan pinjaman dari bahasa Sunda

terbatas hanya pada beberapa kata saja, sementara kosakata yang dominan adalah

kosakata yang merupakan asli bahasa Jawa (relik). Sementara itu, pada 5 daerah titik

pengamatan lainnya digunakan bahasa Jawa.

3. Silsilah Kekerabatan Berdasarkan Penghitungan Dialektometri

Sekaitan dengan silsilah kekerabatan dialek-dialek yang ada di Kab. Indramayu khususnya

Kecamatan Haurgeulis, Kecamatan Kandang Haur, Kecamatan Sindang, Kecamatan

Juntinyuat, Kecamatan Bangodua, dan Kecamatan Lelea, diperoleh hasil penghitungan

dialektometri yang menunjukkan adanya perbedaan dialek. Hal ini didasarkan pada hasil

perolehan penghitungan perbedaan dialek yang menunjukkan 76.5 %. Sesuai dengan

standar kualifikasi, isolek-isolek yang dipakai di titik pengamatan menunjukkan perbedaan

dialek dari bahasa Jawa.

Daftar Pustaka

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi. Jakarta: P3B Depdikbud.

Ayatrohaedi. 2002. Pedoman Praktis Penelitian Dialektologi. Jakarta: P3B Depdiknas.

Francis,W.N.1983. Dialectology An Introduction. London and New York: Longman.

Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia

Kawi, Djantera.dkk. 2002. Penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-bahasa daerah di

Indonesia: Provinsi Kalimantan Selatan. Jakarta: Pusat Bahasa

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis; Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Meillet, Antoine. 1970. The Comparative Method in Historical Linguistics. Paris: Honore

Champion.

Petyt, K.M. 1980. The Study of Dialec; An Introduction to Dialectology. London: Andre Deutsch

Ltd.

Sugiono, Dendy, dkk. 2002. Kosakata Dasar Swadesh di Kabuparten Sangan dan Sintang.

Jakarta: Pusat Bahasa Depdikbud.

Page 11: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

11

Sugiono, Dendy, dkk. 2002. Penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa Daerah di

Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Weijnen, A. (Penyunting). 1975. Atlas Linguarium Europeae: Introduction. Assen: van Gorkum

Page 12: PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh …

12