92
DISERTASI PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK DI KABUPATEN NAGEKEO: KAJIAN DIALEK GEOGRAFI BUKU I PETRUS PITA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

  • Upload
    vanque

  • View
    250

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

DISERTASI

PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK-

ISOLEK DI KABUPATEN NAGEKEO: KAJIAN

DIALEK GEOGRAFI

BUKU I

PETRUS PITA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

ii

DISERTASI

PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK-

ISOLEK DI KABUPATEN NAGEKEO: KAJIAN

DIALEK GEOGRAFI

BUKU I

PETRUS PITA

NIM:0790171004

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 3: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

iii

PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK-ISOLEK

DI KABUPATEN NAGEKEO: KAJIAN DIALEK GEOGRAFI

BUKU I

Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor

Pada Program Doktor, Program Studi Linguistik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

PETRUS PITA

NIM: 0790171004

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 4: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

iv

Page 5: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

v

Panitia Ujian Disertasi

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Nomor: 4083/UN.14.4/HK/2015

Tanggal: 1 Desember 2015

Ketua : Prof . Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A.

Anggota :

1. Prof. Dr. Aron Meko Mbete (Promotor )

2. Prof. Dr. Multamia R.M.T. Lauder, Mse,D.E.A (Kopromotor I)

3. Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S (Kopromotor II)

4. Prof. Dr. Ketut Artawa, M. A. Ph.D

5. Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S.

6. Prof. Dr. Made Suastra, Ph. D

7. Dr. A.A. Putu Putra, M. Hum.

Page 6: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

vi

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Petrus Pita

NIM : 0790171004

Jurusan/Program Studi: Linguistik

Fakultas/Program : Program Doktor Pascasarjana Universitas Udayana

Menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat. Apabila

di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam disertasi ini

terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk peniruan lain yang dianggap

melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan

Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-

undangan yang yang berlaku.

Denpasar, Maret 2016

Petrus Pita

Page 7: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa karena atas

Rahmat dan kasih-Nya, disertasi yang berjudul “Penentuan Status Kebahasaan

Isolek-Isolek di Kabupaten Nagekeo: Kajian Dialektologi Geografi” dapat

diselesaikan. Penyusunan disertasi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar doktor dalam bidang program studi Linguistik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa disertasi ini dapat diselesaikan dalam

bentuk dan isinya seperti ini karena adanya bimbingan, bantuan, dan kerja sama

dari semua pihak, terutama promotor dan kopromotor sejak penyusunan proposal

penelitian hingga ujian terbuka ini. Terhadap pihak-pihak yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung hingga

terwujudnya naskah disertasi ini, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya:

Kepada yang terhormat Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut

Suastika, Sp. PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada

penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Doktor di

Universitas Udayana.

Kepada yang terhormat Direktur Pascasarjana Universitas Udayana Prof.

Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K), Asisten Direktur I Prof. Dr. Made Budiarsa;

Asisten Direktur II Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph. D. atas kesempatan yang

diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Doktor pada

Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Kepada yang terhormat Prof. Dr. Aron Meko Mbete, selaku promotor yang

telah membimbing, mengarahkan, membaca dan mencermati naskah disertasi ini

dengan penuh kesabaran dan kerendahan hati walaupun di tengah kesibukan

tugas, namun tetap menyediakakn waktu bagi penulis untuk berkonsultasi serta

dukungan doa dan kunjungan ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar serta kunjungan

ke rumah di Ende untuk menguatkan kembali niat dan motivasi agar penulis tetap

menyelesaikan disertasi ini setelah menderita sakit stroke sejak 16 Oktober 2011.

Kepada yang terhormat Prof. Dr. Multamia R.M.T. Lauder, S.S, Mse,

D.E.A, dari Universitas Indonesia selaku Kopromotor I yang telah mencermati isi

naskah disertasi ini serta membimbing dan mengarahkan penulis tahap demi tahap

walaupun di tengah kesibukan tugas dan kadang-kadang dalam kondisi kesehatan

yang kurang prima, serta dukungan dan doa untuk menguatkan kembali niat dan

motivasi agar penulis tetap menyelesaikan disertasi ini setelah menderita sakit

stroke.

Kepada yang terhormat Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S, selaku Kopromotor

II yang telah dengan penuh semangat kekeluargaan mencermati, mengarahkan,

Page 8: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

viii

dan menguatkan motivasi penulis untuk tetap tekun menyelesaikan disertasi ini

walaupun banyak tantangan dan kesulitan yang menghadang, terutama setelah

menderita sakit stroke.

Kepada yang terhormat almarhum Prof. Dr. I Wayan Bawa yang telah

menanamkan motivasi dan pemahaman dasar tentang studi dialektologi atau

geografi dialek sejak penulis belajar di S-1 dan S-2 Universitas Udayana ini.

Kepada yang terhormat Prof. Dr. Ketut Artawa, M.A, Ph.D., mantan Ketua

Program Studi Pendidikan Doktor Linguistik Program Pascasarjana Universitas

Udayana yang memungkinkan penulis untuk mendapatkan dana hibah penelitian

sehingga sebagian dari kesulitan dan masalah dana penelitian teratasi dengan baik

dan penelitian dapat dijalankan secara maksimal hingga dapat merampungkan

naskah disertasi ini untuk siap ujian terbuka.

Kepada yang terhormat Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S, yang dengan tulus

dan lapang dada serta penuh persahabatan mencermati dan mengarahkan

perbaikan naskah disertasi yang berkenaan dengan fonologi generatif, sehingga

penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang relevan

dengan disertasi ini. Penulis juga hendak menyampaikan ucapan terima kasih tak

terhingga atas kebaikan dan persahabatan penuh semangat kekeluargaan melalui

kontak pribadi dengan penulis setelah kembali ke Ende untuk usaha penyembuhan

dan pemulihan kembali dari sakit; serta dukungan dan doa untuk menguatkan

kembali niat dan motivasi penulis agar tetap menyelesaikan disertasi ini setelah

menderita sakit stroke.

Kepada yang terhormat Dr. A.A. Putra, M.Hum. yang telah pula merelakan

waktu untuk berdiskusi baik langsung berhadapan muka maupun melalui kontak

pribadi dengan telepon genggam dan bahkan rela mengunjungi penulis di rumah

kediaman penulis di Ende dalam suatu perjalanan di Flores.

Kepada yang terhormat Bapak Drs. Thomas Geba, M. Si, mantan Rektor

Universitas Flores yang telah mendukung dan merekomendasikan penulis untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang S-3 linguistik ini.

Kepada yang terhormat Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada Program

Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana yang senantiasa

melayani dengan penuh kasih dan semangat persaudaraan sejak masa perkuliahan,

masa sakit stroke dengan mengunjungi penulis baik di rumah sakit maupun di

rumah kediaman.

Kepada yang terhormat Ketua Umum Yapertif:

1) Bapak Drs. H.J. Gadidjou (alm) yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S-3 linguistik ini serta membantu

meringankan beban biaya kesehatan ketika penulis pertama kali terserang

stroke.

Page 9: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

ix

2) Bapak Dr. Laurentius Gadidjou yang telah memberikan motivasi dan dukungan

moril serta bantuan yang dapat meringankan beban keuangan sehingga penulis

dapat menyelesaikan disertasi S-3 linguistik ini.

Kepada yang terhormat Rektor Universitas Flores Bapak Prof. Dr.

Stephanus Djawanai yang senantiasa mendukung dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan disertasi S-3 linguistik ini.

Kepada yang terkasih Bapak Matheus Maya (mantan Wali Kota Dili) dan

keluarga di Denpasar yang dengan penuh kebaikan dan cinta membantu usaha

penyembuhan dan pemullihan kembali dari sakit stroke yang dialami penulis

selama berobat di Denpasar Bali.

Kepada yang terkasih Kakak Benediktus Djandon sekeluarga di Denpasar

dan adik Viktor Djandon sekeluarga di Wangka - Riung yang dengan penuh

kebaikan dan cinta membantu penulis selama masa perkuliahan serta usaha

penyembuhan dan pemullihan kembali dari sakit stroke yang dialami sejak 16

Oktober 2011.

Kepada yang terkasih Adik Udin Syafrudin dan Adik Sisilia da Cunha

sekeluarga di Denpasar yang dengan penuh kebaikan dan cinta membantu penulis

selama masa usaha penyembuhan dan pemulihan kembali dari sakit stroke yang

dialami penulis.

Kepada yang terkasih ayahanda Aloysius Meo (Almarhum) dan Mamanda

Maria Tipa yang telah mengorbankan segala kesederhanaan hidup demi

pendidikan anaknya hingga penulis memperoleh pendidikan dan pekerjaan seperti

sekarang ini.

Kepada yang tercinta istri Dra. Maria Gorety Djandon, M. Si. yang setia

mendampingi penulis sejak masa perkuliahan, tahapan penelitian dan pengolahan

data, mengerjakan ketikan naskah pada setiap tahapan perbaikan, terutama cinta

dan pengorbanan lahir batin untuk merawat penulis selama menderita sakit stroke

sejak tanggal 16 oktober 2011.

Kepada yang tersayang anak-anak:

1) Paulus Ludgerius Rusman Pita, S.TP (Alumni Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana Denpasar – Bali).

2) Yulita Fulgensia Rusman Pita, mahasiwa semester VIII Pendidikan Bahasa

Inggris pada FKIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali yang

pernah ditinggalkan di Ende sejak kelas II SMP hingga tamat SMA. Penulis

sungguh menyadari keikhlasan keduanya yang telah merelakan waktu untuk

mencintai dan mengawasi mereka di masa kecil dan masa remaja karena

harus mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menyelesaikan

pendidikan di jenjang S-3 linguistik ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

semua kakak adik sanak saudara turunan Pake Rugha dan Meo Sato di Rendu dan

Page 10: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

x

di luar Rendu yang senantiasa mendukung penulis, baik di masa kuliah maupun di

masa pemulihan kembali dari sakit stroke. Ucapan terima kasih yang sama juga

penulis tujukan bagi semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

dalam disertasi ini, namun semuanya telah berjasa membantu penulis sejak awal

perkulihan hingga ujian terbuka atau ujian promosi doktor ini.

Semoga amal bakti dan keikhlasan hati semua pihak dibalas dengan berkat

dan rahmat berlimpah dari Tuhan Sang Penyelenggara kehidupan dan Allah

Pengasih Yang Mahacinta.

Denpasar, 2016

Penulis

Page 11: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xi

ABSTRAK

Petrus Pita. Penentuan Status Kebahasaan Isolek-isolek di Kabupaten Nagekeo:

Kajian Dialek Geografi

Disertasi Doktor. Denpasar: Universitas Udayana. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan bentuk isolek

berdasarkan paradigm leksikal di beberapa tempat di Kabupaten Nagekeo, (2)

pengelompokan isolek di Kabupaten Nagekeo ke dalam dialek and subdialek, dan

(3) perubahan-perubahan fonem secara fonology di kabupaten Nagekeo.

Penelitian ini adalah jenis penelitian descriptif. Melalui metode dialektometri

ditemukan 3 bahasa di Kabupaten Nagekeo, yaitu:

I. Bahasa Mbay/Riung dengan 3 dialek, yaitu (1) Dialek Lengkosambi, (2)

Dialek Nggolonio, (3) Dialek Nggolombay.

II. Bahasa Nagekeo dengan 22 dialek, yaitu:

1) Nage Tengah mempunyai satu dialek yaitu dialek Boawae dan 3 subdialek

yaitu Subdialek Rawe, Subdialek Rowa, dan Subdialek Kelewae.

2) Nage Tengah Utara mempunyai enam dialek, yaitu: (1) Dialek Munde, (2)

Dialek Dhawe, (3) Dialek Lape – Ia (Lape – Nataia), (4) Dialek Lambo,

(5) Dialek Dhereisa (6) Dialek Rendu.

3) Nage Tengah Selatan mempunyai empat dialek yaitu: (1) Dialek Ndora,

(2) Dialek Jaduro (Raja, Wudu, Wolowea, Gero), (3) Dialek Kelimado, (4)

Dialek Kotakeo dengan Beda Wicara Ladolima.

4) Nage Utara Timur mempunyai dua dialek, yaitu: (1) Dialek Wolowae atau

Dialek Toto dengan Subdialek Utetoto, (2) Dialek Oja dengan Subdialek

Watumite dan Subdialek Tendarea.

5) Perbatasan antara Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Ngada mempunyai

3 dialek, yaitu: (1) Dialek Sara–Taka (Sarasedu, Takatunga), (2) Dialek

Soa (Desa Menge-ruda), (3) Dialek Poma (Desa Denatana).

6) Keo Barat mempunyai tiga dialek, yaitu: (1) Dialek Lejo, (2) Dialek

Aewoe, (3) Dialek Kotagana dan subdialek Wolokisa.

7) Keo Tengah mempunyai dua dialek, yaitu: (1) Dialek Kotowuji dengan

Subdialek Mbaenuari, (2) Dialek Romba.

8) Keo Timur mempunyai satu dialek yaitu Dialek Riti–Woko (Riti-Woko-

dekororo) dan satu beda wicara yaitu dialek Riti – Woko.

Dalam penelitian ini terdapat 6 konsonan dalam bahasa Nagekeo yang

mengalami variasi teratur sebagai ciri pembeda dialek secara fonologis,

yaitu: (1) Variasi konsonan /b/≈ /bh,

mb/; (2) Variasi Konsonan /d/ ≈

nd/;

(3) Variasi Konsonan /g/ ≈ [g, ŋg]; (4) Variasi Konsonan alveolar

/z/ ≈ /r,

R, s, y/; (5) Variasi Konsonan tril

/r/ ≈ [r,R, l, h, lh

,

y, ø]; (6) Variasi

Konsonan lateral /l/ ≈ [l, d, ld,

rz, ø].

III. Bahasa Ende dengan 2 dialek, yaitu (1) Dialek Maukaro; (2) Dialek

Nangapanda.

Kata Kunci: Linguistik, Isolek, Dialek, Geografi

Page 12: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xii

ABSTRACT

Petrus Pita. The Linguistic Status of Isolects in Nagekeo Regency: A Dialect

Geography Analysis. Doctoral Dissertation. Denpasar. Graduate School. Udayana State University, 2016.

This study aims to investigate (1) the forms of isolect differences based on

lexical paradigm in various research locations in Nagekeo regency, (2) the

grouping of these isolects in Nagekeo regency into dialects and sub dialects, and

(3) the forms of phonemic changes phonologically of isolects in Nagekeo regency.

This research was Descriptive Analysis Research. The data were collected

through dialect metric method and comprised from three parts dialectology of

Nagekeo language.

I. Mbay language/Riung. It consists of three dialects: a). Dialect Lengkosambi,

b). Dialect Nggolonio, and c). Dialect Nggolombay.

II. Nagekeo Language. It covers 22 dialects, 5 sub-dialects, and 3 contrast in

speech, as bellow:

1) The midle Nage has one dialect and three sub-dialects, namely Boawae

dialect, Rawe sub-dialect, Rowa sub dialect, and Kelewae sub dialect.

2) The north-midle Nage has 6 dialects: Munde dialect, Dhawe dialect, Lape

dialect, Lambo dialect, Dhereisa dialect, and Rendu dialect.

3) The south –midle has 4 dialects and one contrast in speech such as Ndora

dialect, Jaduro dialect (Raja,Wudu, Wolowea, Gero), Kelimado dialect

Kotakeo dialect and Ladolima contrast in speech.

4) The north-east consists of two dialects and one contrast in speech, that is

Wolowae dialect or Toto dialect with Utetoto sub-dialect, Oja dialect with

Watumite subdialect and Tendarea subdialect.

5) The boundary region that located beatween Nageko and Ngada district has

three dialects that is Sara -Taka Dialect (Sarasedu,Takatunga); Soa Dialect

(Mengeruda), Poma Dialect (Denatana)

6) The west Keo has three dialects and one sub dialect that is Lejo dialect

with Wolokisa subdialect; Aewoe dialect; and Kotagana dialect.

7) The midle Keo has two dialect and one subdialect, namely Kotowuji

dialect with Mbaenuamuri subdialect; Romba dialect

8) The east Keo has one dialect and one contrast in speech like Riti dialect-

Woko (Riti- Wokodekororo) with contrast in speech to Riti dialect.

From it, the reseacher found the six consonants that occur regular variety

as distinctive features of dialect in term fonological point of view. They are:

(1) consonant variation is occuring on fonem /b/ ≈ [b, bh,

mb, (2) Consonant

variations on /d/ ≈ [d, nd], (3) Alveolar variation consonant /z/ ≈ [z, r, R, s,

y], (4) Various trill consonant /r/ ≈ [r,R, l, lh, h,y, Ø], and (6). Various

lateral consonant /l/ ≈ [l, d, d,

rz, ø].

III. Ende Language. It consists of two dialects; (1) Maukaro Dialect and

dialect; (2) Nangapanda Dialect.

Key Words: Linguistic, Isolects, Dialect, Geography

Page 13: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xiii

RINGKASAN

PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK-ISOLEK

DI KABUPATEN NAGEKEO: KAJIAN DIALEK GEOGRAFI

Oleh

Petrus Pita

1. Pendahuluan

1. 1 Latar Belakang

Penelitian dialek geografi yang memfokuskan kajian tentang

kebervariasian isolek di Kabupaten Nagekeo dipandang penting dan sudah

saatnya ditangani secara ilmiah dan objektif, mengingat:

1) Isolek-isolek yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Nagekeo

tergolong sebagai isolek dari bahasa daerah kecil yang hingga sekarang

kurang mendapat perhatian dalam upaya pendokumentasian berupa hasil

penelitian ilmiah, baik secara mikrolinguistik maupun secara

makrolinguistik.

2) Generasi muda dan generasi terpelajar cenderung menggunakan bahasa

Indonesia daripada bahasa-bahasa lokal sebagai bahasa ibu atau bahasa

pertama sekalipun dalam ranah-ranah keluarga dan kebudayaan lokal.

3) Bila dihubungkan dengan wawasan Nusantara dan ketahanan nasional

bangsa Indonesia, penelitian terhadap bahasa-bahasa daerah kecil, seperti

bahasa-bahasa kecil yang ada di Kabupaten Nagekeo dapat memberikan

dampak positif terhadap eksistensi Negara Kesatuan RI sebagai negara

kesatuan bangsa (bdk. Ayatrohaedi, 1985:4-5; Dhani, 1991:3-4) karena

elemen bangsa sekecil apa pun merupakan perekat yang mengokohkan

persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

4) Kebervariasian isolek yang terdapat dalam berbagai kelompok tutur dalam

masyarakat Nagekeo merupakan representasi langsung dari kekayaan

budaya masyarakat Nagekeo, sekaligus juga merupakan kekayaan bangsa

Indonesia yang perlu diselamatkan dari kepunahannya.

5) Bila ingin mengetahui kejatidirian masyarakat Nagekeo sebagai bagian dari

bangsa Indonesia yang bhineka, kebervariasian isolek yang digunakan oleh

masyarakat di Kabupaten Nagekeo pantas dipelajari dan dipahami karena

melalui isolek-isolek inilah dapat ditelusuri belantara tata kehidupan

masyarakat Nagekeo.

Kebervariasian isolek dari kelompok-kelompok bahasa masyarakat yang ada

di Kabupaten Nagekeo itu tampak semakin kompleks pada daerah-daerah atau

wilayah-wilayah transisi antara dua daerah atau dua wilayah yang berbeda.

Misalnya, di daerah atau wilayah perbatasan antara Nagekeo dengan wilayah

Ende, antara wilayah Nagekeo dengan wilayah Bajawa dan antara wilayah

Page 14: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xiv

Nagekeo dengan wilayah Riung di Kabupaten Ngada. Di daerah-daerah transisi

itu diduga banyak terjadi proses masuknya anasir kosa kata, struktur, dan cara

pelafalan dari suatu bahasa atau dialek ke dalam bahasa atau dialek lainnya

sehingga kebervariasian isolek yang muncul menjadi kompleks dan bahkan rumit

untuk dideskripsikan. Kondisi lingual seperti yang digambarkan itulah yang

berpotensi untuk menghasilkan tuturan-tuturan yang perbedaannya bergradasi

antara satu kelompok tutur dengan kelompok tutur lainnya dalam masyarakat

Nagekeo. Kebervariasian tutur yang kompleks itu pulalah yang menjadi

pertimbangan penting bagi penulis untuk memilih kebervarisian isolek dalam

bahasa masyarakat di Kabupaten Nagekeo sebagai objek penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan secara

spesifik sebagai berikut.

1) Bagaimanakah wujud perbedaan isolek berdasarkan paradigma

leksikon pada berbagai lokasi pengamatan di Kabupaten Nagekeo?

2) Bagaimanakah pengelompokan terhadap isolek-isolek yang terdapat di

Kabupaten Nagekeo ke dalam dialek dan subdialek?

3) Bagaimanakah wujud perubahan fonem-fonem secara fonologis pada

isolek-isolek di Kabupaten Nagekeo?

1.3 Tujuan Penelitian

Merujuk pada masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas, tujuan

penelitian ini dirumuskan secara spesifik sebagai berikut.

1) Menganalisis wujud perbedaan isolek berdasarkan paradigma leksikon

pada berbagai daerah pengamatan di Kabupaten Nagekeo.

2) Mengelompokkan isolek-isolek berdasarkan paradigma leksikon dan pola-

pola isoglos yang terdapat pada berbagai daerah pengamatan di Kabupaten

Nagekeo ke dalam dialek dan subdialek.

3) Mendeskripsikan wujud perubahan fonem-fonem yang terdapat dalam

isolek-isolek di Kabupaten Nagekeo berdasarkan paradigma fonologis.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara akademis penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para peneliti lain

yang melakukan penelitian terhadap bahasa Nagekeo di Kabupaten Nagekeo dan

Kabupaten Ende, baik penelitian mikrolinguistik maupun penelitian

makrolinguistik. Selain itu, penelitian ini dapat pula dimanfaatkan untuk

memperkaya fakta dan informasi tentang kebervariasian bahasa dalam kajian

dialektologi di Indonesia.

Selanjutnya, secara praktis penelitian ini dapat membantu masyarakat

bahasa Nagekeo untuk mengenal ciri-ciri khas dialek atau subdialek lain dalam

Page 15: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xv

bahasa Nagekeo, sehingga penutur dapat memilih dan menggunakannya sesuai

dengan ranah pembicaraan, latar belakang bahasa atau dialek dari lawan tutur, dan

tujuan komunikasi tertentu. Selain itu, dapat juga membantu para guru dan subjek

didik di sekolah-sekolah dalam wilayah bahasa Nagekeo mempelajari bahasa ibu

sebagai bahasa budaya masyarakat pendukungnya serta membantu pemerintah

daerah dalam hal pemekaran desa atau kecamatan agar mempertimbangkan

kesamaan bahasa dan budaya masyarakatnya dengan bantuan wilayah dialek atau

subdialek sebagai salah satu petunjuk satuan wilayah.

2. Konsep

2.1 Isolek

Kridalaksana (1988:82), dalam makalahnya yang berjudul Masalah

Metodologi dalam Rekonstruksi ‘Bahasa Melayu Purba’, mendefinisikan isolek

sebagai bentuk yang statusnya entah bahasa entah dialek. Selain itu, Mahsun

(1995:11) dalam bukunya Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar, mengatakan

bahwa isolek digunakan sebagai istilah netral untuk perbedaan dialek atau bahasa.

2.2 Isoglos dan Berkas Isoglos

Isoglos didefinisikan sebagai sebuah garis imajiner yang diterakan di atas

sebuah peta bahasa (bdk. Keraf, 1984:161, dan bdk. pula Lauder, 1990:117).

Selanjutnya, istilah isoglos disebut juga (garis) watas kata, yaitu garis yang

memisahkan dua lingkungan dialek atau bahasa berdasarkan wujud atau sistem

kedua lingkungan itu yang berbeda yang dinyatakan di dalam peta bahasa

(Ayatrohaedi, 1979:5). Jadi, isoglos merupakan suatu garis imajiner yang ditarik

di atas peta bahasa untuk memisahkan gejala kebahasaan berdasarkan variasi yang

berbeda.

2.3 Dialek

Panitia Atlas bahasa-bahasa Eropa mendefinisikan, dialek ialah sistem

kebahasaan yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dari

masyarakat lainya yang bertetangga yang mempergunakan sistem yang berlainan

tetapi erat hubunganya (Ayatrohaedi, 1979:1).

2.4 Variasi dalam Dialektologi

Variasi (variation) yaitu ujud pelbagai manisfestasi bersyarat maupun tak

bersyarat dari suatu satuan (Kridalaksana, 2001:225). Dipandang dari dimensi

geografi, perubahan atau perbedaan yang disebut variasi ada yang terjadi secara

teratur dan ada pula yang terjadi secara sporadis.

Page 16: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xvi

Variasi atau perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang relevan dalam

penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu variasi yang berkenaan dengan variasi

leksikon dan variasi fonologis.

1) Variasi Leksikon

Menurut Mahsun (1995:54) yang dimaksudkan variasi atau perbedaan

leksikon ialah jika leksem-leksem yang digunakan untuk merealisasikan suatu

makna yang sama itu tidak berasal dari satu etimon prabahasa.

Pengkajian perbedaan leksikon dilakukan berdasarkan pada pertimbangan

bahwa bidang ini cukup menentukan dalam pengelompokan variasi atau

perbedaan bahasa, sebagaimana dikatakan oleh Chambers dan Trudgill

(1980:46, dan bdk. Grijns, 1976: 10).

2) Variasi Fonologis

Menurut Mahsun (1995:23), yang dimaksudkan variasi atau perbedaan

fonologi yaitu variasi yang berkenaan dengan perbedaan fonetik. Deskripsi

variasi atau perbedaan unsur-unsur kebahasaan pada tataran fonologi yang

dijadikan objek kajian dalam penelitian ini hanya ditekankan pada perbedaan

fonem-fonem segmental.

2.5 Sifat Kajian

Kajian dialektologi yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat sinkronis.

Artinya, aspek sinkronik (synchronic) itu didasarkan pada peristiwa penggunaan

bahasa yang terjadi dalam suatu waktu atau masa yang terbatas; yaitu unsur

bahasa yang digunakan sekarang ini oleh masyarakat pendukungnya. Hal ini

sejalan dengan esensi dialektologi sinkronis yaitu bidang linguistik yang

menyelidiki kebervariasian bahasa pada berbagai dialek pada waktu tertentu

(Kridalaksana, 2000: 129, 198; bdk. pula Mahsun, 1995:13-14; bdk,

Djajasudarma, 1993:7; Nothofer, 1981:6-7; dan Dhani, 1991:11).

2.6 Proses Fonologis

1) Proses Asimilasi

Menurut Kridalaksana (2001:18) asimilasi (assimilation) adalah proses

perubahan bunyi yang mengakibatkanya mirip atau sama dengan bunyi lain

di dekatnya.

Asimilasi dibedakan atas 3 macam, yaitu:

a) Asimilasi Progresif

Bila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang

mengasimlasikan, artinya arah perubahan bunyi itu ke kanan (Kridalaksana

2001:18).

Contoh: Bahasa Nagekeo ’putar’: kilu ~ kili

Page 17: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xvii

b) Asimilasi Regresif

Asimilasi regresif, yaitu bila bunyi yang diasimilasikan itu mendahului

bunyi yang mengasimilasikan, artinya arah perubahan bunyi itu ke kiri

(Kridalaksana 2001:18).

Contoh: ;jambul ayam’ lari manu ~ rari manu

c) Asimilasi Resiprok

Asimilasi resiprok, yaitu bila bunyi yang diasimilasikan itu

mendahului bunyi yang mengasimilasikan, artinya arah perubahan bunyi itu

ke kiri (Kridalaksana 2001:18).

Contoh: ’delapan’ rua butu ~ ro butu

2) Proses Metatesis

Metatesis yaitu perubahan bunyi yang berkaitan dengan pertukaran

tempat fonem di antara dua bunyi (Kridalaksana 2001:136).

Contoh: Bahasa Nagekeo: ’isap’ səmo ~ məso

’memoton ranting kayu’ soli ~ losi

3) Protesis

yaitu penambahan segmen fonem di awal kata.

Contoh Bahasa Nagekeo’ hidung’: izu ~ ŋizu

’kaki’ aʔi ~ waʔi

’putar’ īlu ~ kilu

4) Proses Afaresis

Afaresis yaitu pelesapan bunyi pada posisi awal (Kridalaksana 2001:2),

Contoh: Bahasa Nagekeo ’terbongkar’ : beɠa ~ bea

3. Teori

Penelitian dialek geografis terhadap bahasa Nagekeo yang dilakukan ini

mengacu pada teori dialektologi tradisional sebagai landasan kerja ilmiah. Prinsip

dasar teori dialektologi tradisional ialah variasi unsur-unsur kebahasaan dalam

tataran leksikon tidak dapat diterangkan hubungan perubahan fonem-fonem antara

satu kata dengan kata yang lainnya, meskipun kata-kata itu mengacu kepada

makna yang sama.

Perbedaan-perbedaan leksikon antara satu lokasi dengan lokasi lainnya

umumnya dipengaruhi oleh latar belakang sosial masyarakatnya sehingga setiap

daerah secara manasuka memberikan nama yang berbeda-beda terhadap satu

benda atau hal yang mengacu kepada makna yang sama. Pemberian nama yang

berbeda terhadap suatu konsep yang sama muncul sebagai akibat dari pandangan

yang berbeda-beda dari masyarakatnya terhadap benda atau hal itu sesuai dengan

zat, wujud, sifat, keadaan, atau pun kegunaan dan sebagainya.

Page 18: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xviii

4. Kajian Pustaka

4.1 Kajian Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya

Kajian pustaka yang dikerjakan di sini terbatas pada hasil-hasil penelitian

dialek geografi dan dialek sosial yang dipandang erat relevansinya dengan

penelitian dialek geografi terhadap kebervariasian isolek di Kabupaten Nagekeo,

sebagaimana tampak dalam deskripsi berikut ini.

1) Penelitian Bahasa Sasak di Pulau Lombok pada tahun 1951 oleh A.

Teeuw.

2) Penelitian Dialek Geografi Bahasa Nagekeo dalam bentuk skripsi yang

dilakukan oleh Petrus Pita pada tahun 1984.

3) Penelitian Dialek Geografi Bahasa Ngadha yang dilakukan oleh Petrus

Pita pada tahun 2002.

4) Penelitian Dialek Geografi Bahasa Sumba di Provinsi Nusa Tenggara

Timur oleh A.A.Putra pada tahun 2007.

5) Penelitian tentang Relasi Historis Kekerabatan Bahasa Flores yang

dilakukan oleh Inyo Fernandez pada tahun 1996.

4.2 Relevansi Kajian Pustaka Terhadap Penelitian Kebervariasian Isolek

di Kabupaten Nagekeo

Relevansi yang dapat ditarik dari kajian pustaka terhadap hasil-hasil

penelitian dialek geografi, dialek sosial, dan hasil penelitian perbandingan bahasa-

bahasa-bahasa Flores, meliputi hal-hal dberikut ini: 1) Pemilihan Teori, 2)

Penggunaan Metode Analisis Data, 3) Penentuan Daerah Pengamatan, 4)

Penentuan Informan, 5) Pembuatan Instrumen Penelitian, 6) Penggunaan Metode

Penyediaan Data.

5. Metode Penelitian

5.1 Pemilihan dan Penomoran Lokasi Penelitian

5.1.1 Dasar Pertimbangan Pemilihan Lokasi Penelitian

Secara ideal Gaston Paris menganjurkan agar penelitian dilakukan pada

setiap masyarakat. Hal ini berarti bahwa secara ideal penelitian memang harus

dilakukan pada setiap desa, pada setiap tempat, betapa pun kecil dan terpencilnya

desa atau tempatnya itu (bdk. Ayatrohaedi, 1979:36; bdk. pula Mahsun, 1995:102-

105).

Menjawabi sebagian anjuran Gaston Paris di atas, dalam penelitian dialek

geografi bahasa Nagekeo ini, dipilih 50 desa dari 104 desa.

5.1.2 Penetapan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara proporsional berdasarkan taraf

kebervarian unsur-unsur bahasa yang terdapat dalam tuturan masyarakat dan

jumlah desa (50 desa) pada berbagai satuan wilayah, yakni: 1) Kecamatan Aesesa

Page 19: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xix

8 desa, 2) Kecamatan Aesesa Selatan 1 desa, 3) Kecamatan Nangaroro 5 desa, 4)

Kecamatan Boawae 9 desa, 5) Kecamatan Mauponggo 6 desa, 6) Kecamatan Keo

Tengah 10 desa, 7) Kecamatan Riung 1 desa, 8) Kecamatan Wolomeze 1 desa, 9)

Kecamatan Golewa 2 desa, 12) Kecamatan Nangapanda 4 desa, 13) Kecamatan

Soa 1 desa, dan 14) Kecamatan Maukaro 2 desa.

5.2 Instrumen Penelitian

5.2.1 Hakikat Daftar Pertanyaan

Daftar pertanyaan (instrumen penellitian) yang dibuat untuk penelitian

dialek geografi bahasa Nagekeo ini berisikan kosakata yang dapat mengeksplorasi

variasi leksikon dan variasi fonologi, sedangkan bidang sintaksis terbatas pada

upaya untuk mengecek silang jawaban informan yang sama pada item yang

berbeda atau bahkan mengosongkan jawabannya dalam kuesioner dengan teknik

wawancara mendalam.

5.2.2 Syarat Daftar Pertanyaan

Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, daftar pertanyaan dalam

penelitian ini mengacu pada syarat-syarat umum (Ayatrohaedi, 1979: 38-39;

bdk. Mahsun, 1995:106-112), sebagai berikut.

1) Daftar pertanyaan dalam penelitian ini diusahakan untuk menampilkan

berbagai variasi tutur (ciri istimewa) yang terdapat dalam bahasa Nagekeo.

Jawaban inilah yang kemudian diidentifikasi sebagai ciri penentu status

isolek baik variasi secara leksikon maupun secara fonologis.

2) Daftar pertanyaan disusun berdasarkan pengelompokan medan makna

dengan mempertimbangkan sifat dan keadaan budaya masyarakat bahasa

Nagekeo.

3) Daftar pertanyaan disusun secara mudah dan sederhana, dengan harapan

agar informan dapat memberikan jawaban secara langsung dan spontan

dan jawaban yang pertama kali diberikan dipandang sebagai jawaban yang

paling tepat.

5.2.3 Susunan Daftar Pertanyaan

Daftar pertanyaan yang disusun untuk penelitian dialek geografi bahasa

Nagekeo ini berisikan 1.000 Kosakatayang diharapkan dapat mengeksplorasi

variasi leksikon dan variasi fonologis. Susunan daftar pertanyaan dikelompokkan

menurut medan makna agar informan dapat memberikan jawaban yang langsung

dan spontan. Untuk keperluan tersebut, daftar pertanyaan disusun berdasarkan

tautan arti sesuai dengan medan maknanya masing-masing. Artinya, hal-hal yang

mempunyai tautan arti tertentu dikelompokkan dalam kelompok yang sama.

Page 20: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xx

5.2.4 Cakupan Daftar Pertanyaan

Daftar pertanyaan yang dibuat untuk menjaring data dalam penelitian ini

berupa daftar pertanyaan leksikon. Artinya, daftar pertanyaan ini berupa daftar

kata-kata dalam berbagai ranah kehidupan masyarakat, dengan

mempertimbangkan variasi fonologis dan variasi leksikon yang ada dalam

berbagai dialek (bdk. Lauder, 1990:70).

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, cakupan daftar pertanyaan dalam

penelitian ini (bdk. Ayatrohaedi, 1979: 41; bdk. Mahsun 1995:107-112; dan bdk.

Lauder, 1990:70) meliputi dua segi, yaitu: 1) segi leksikon, 2) segi fonetik.

5.3 Syarat Informan

Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi 50 desa atau kelurahan

yang telah ditetapkan sebagai daerah pengamatan. Mengacu kepada pendapat

Samarin yang mengatakan bahwa penelitian dialektologi membutuhkan banyak

informan dan pendapat Uhlenbeck yang mengatakan bahwa seorang ahli bahasa

hendaknya jangan bertumpu pada seorang informan saja karena penggunaan lebih

dari satu informan dapat memberikan gambaran yang lebih objektif mengenai

situasi kebahasaan setempat (Lauder, 1990:84; badk. Mahsun, 1995:106), dalam

penelitian ini dipilih satu orang informan pada setiap daerah pengamatan sebagai

informan kunci dan dua orang informan pembantu.

5.4 Metode Penyediaan Data

Metode penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi:

1) Metode Lapangan. Aplikasi metode lapangan dilakukan dengan teknik-teknik:

a) Teknik Perekaman, b) Teknik Tanya - Catat Langsung, c) Teknik Bertanya

Langsung, d) Teknik Bertanya Taklangsung, e) Teknik Memancing Jawaban, f)

Teknik Peragaan.

2) Metode Menyimak

5.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ialah metode

dialektometri. Rumus yang digunakan dalam dialektometri, ialah:

(S x 100)

= d %

n

Keterangan: S = jumlah beda dengan daerah pengamatan lain

n = jumlah peta yang diperbandingkan

d = jarak Kosakatadalam persentase

Page 21: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxi

Hasil penghitungan itu digunakan untuk menentukan hubungan

antardaerah pengamatan berdasarkan pemilahan Seguy (Mahsun, 1995:118)

seperti berikut ini.

1) 81% ke atas : dianggap perbedaan bahasa (langue)

2) 51-81% : dianggap perbedaan dialek (dialecte)

3) 31-50% : dianggap perbedaan subdialek (sousdialecte

4) 21-30% : dianggap perbedaan wicara (parler)

5) Di bawah 20% : dianggap tidak ada perbedaan.

5.6 Metode Penyajian Data

Hasil analisis disajikan melalui dua cara (Mahsun, 1995:148-149; bdk.

Mahsun, 2005:116-117), yaitu: 1) perumusan dengan kata-kata biasa, termasuk

penggunaan terminologi yang bersifat teknis; 2) perumusan dengan tanda-tanda

atau lambang-lambang.

6. Gambaran Umum Daerah Penelitian

6.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Nagekeo pada Zaman Belanda

Tiap-tiap subetnik yang mendiami wilayah Nagekeo sekarang ini pada

tahun 1911 oleh Pemerintahan Kolonial Belanda dibentuk menjadi dua kerajaan,

yaitu:

1) Kerajaan Nage untuk wilayah Tengah, Utara, dan Timur dengan Rajanya Oga

Ngole berkedudukan di Boawae. Masyarakatnya disebut orang Nage atau

etnik Nage;

2) Kerajaan Keo untuk wilayah Selatan dengan Rajanya Muwa Tunga

berkedudukan di Kota. Masyarakatnya disebut orang Keo atau etnik Keo.

Pada tahun 1928 Pemerintahan Kolonial Belanda menggabungkan

Kerajaan Nage dan Kerajaan Keo menjadi satu kerajaan saja dengan nama

Kerajaan Nagekeo dan rajanya Oga Ngole yang berkedudukan di Boawae.

6.2 Sejarah Pembentukan Kabupaten Nagekeo

Kabupaten Nagekeo dibentuk berdasarkan berbagai pertimbangan

(Nagekeo dalam angka, 2009:vii-viii), seperti:

1) Melalui Undang-Undang No. 69 Tahun 1958 yang secara integral

memasukkan wilayah Nagekeo sebagai bagian dari wilayah Kabupaten

Ngada dan UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di

Daerah.

2) Melalui Peraturan Pemerintah No. 129 tahun 2000 Tentang Pembentukan,

3) Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.

4) Melalui Surat Pernyataan DPR-GR Kabupaten Ngada No. 1 Tahun 1965.

Page 22: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxii

5) DPR-GR Kabupaten Ngada mengajukan permohonan kepada Pemerintah

Agung RI agar Kabupaten Ngada dibagi menjadi dua kabupaten yakni

Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Ngada.

6) Melalui keputusan dari Pemerintah Agung RI untuk membagi Kabupaten

Ngada menjadi 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Ngada dan Kabupaten

Nagekeo.

7) Melalui Surat Rekomendasi Bupati Ngada No. 594/PEM/10/2003 perihal

Usulan Pembentukan Kabupaten Nagekeo sebagai Pemekaran dari

Kabupaten Ngada, dan usulan Gubernur NTT melalui Surat Usulan

Gubernur NTT kepada Menteri Dalam Negeri NO.PEM.135/02/2004

tentang Usulan Pembentukan Kabupaten Nagekeo sebagai Pemekaran

Kabupaten Ngada dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur.

8) Melalui dukungan DPRD Kabupaten Ngada dengan mengeluarkan

Keputusan DPRD Kabupaten Ngada No. 14 Tahun 2003 tentang

persetujuan dan dukungan terhadap usulan Pembentukan Kabupaten

Nagekeo sebagai Pemekaran dari Kabupaten Ngada dan DPRD NTT

dengan keluarnya Keputusan DPRD Provinsi NTT No. 4/PIM.DPRD/2004

tentang pemberian dukungan bagi pemekaran Kabupaten Ngada.

6.3 Keadaan Geografi

6. 3.1 Topografi

Kabupaten Nagekeo terletak di antara 80

26’00” - 80

64’

40” Lintang

Selatan dan 12106’20” – 121

032’00” Bujur Timur. Kabupaten Nagekeo berbatasan

dengan (Nagekeo dalam angka, 2009:4):

* Utara dengan Laut Flores

* Selatan dengan Laut Sawu

* Timur dengan Kabupaten Ende

* Barat dengan Kabupaten Ngada

6.3.2 Iklim

Kabupaten Nagekeo tergolong daerah yang beriklim tropis. Sebagai daerah

yang beriklim tropis, perubahan suhu tidak dipengaruhi oleh pergantian musim

tetapi ditentukan oleh perbedaan ketinggian dari permukaan laut.

6.3.3 Fauna dan Flora

Wilayah Kabupaten Nagekeo hampir sebagian besar daerahnya adalah

padang rumput yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon lontar, asam, kayu

manis, kemiri, dan sebagainya. (Nagekeo dalam angka, 2009:4).

Page 23: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxiii

6.4 Wilayah Administrasi dan Penduduk

6.4.1 Wilayah Administrasi

Wilayah Kabupaten Nagekeo (Nagekeo dalam angka, 2009:3-12) terdiri

dari 7 wilayah kecamatan, 78 desa dan 15 kelurahan.

6.4.2 Luas Wilayah

Berdasarkan data pada tahun 2009 (Nagekeo dalam angka, 2009:6-10),

luas wilayah Kabupaten Nagekeo 1.416,96 km2. (Nagekeo dalam angka, 2009:6-

10).

6.4.3 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk berdasarkan data tahun 2009 sebanyak 127.006 jiwa

(Nagekeo dalam angka, 2009:4).

6.5 Kepercayaan dan Agama

Kepercayaan dan agama yang dianut oleh masyarakat Nagekeo dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1) Pada zaman dahulu (leluhur Nagekeo) masyarakat Nagekeo termasuk

kelompok masyarakat animisme yang percaya kepada kekuatan alam jagad

raya, yaitu alam langit yang dikenal dengan nama Dewa Zeta, dan alam bumi

yang dikenal dengan nama Ga’e Zale.

2) Pada zaman agama wahyu, masyarakat Nagekeo memeluk agama Katolik

sebagai agama mayoritas dan agama Islam (terutama di kota dan daerah

pesisir pantai).

6.6 Objek Parwisata (Tourism Destination)

Kabupaten Nagekeo merupakan salah satu kabupaten di Pulau Flores yang

kaya dengan objek wisata alam, seperti panorama alam di pantai Ena Gera

Kecamatan Mauponggo, sumber air panas yang terdapat di Puta Kecamatan

Aesesa; sumber air panas Agi di Desa Tenga Tiba Kecamatan Aesesa Selatan dan

Air Terjun Ngaba Tata di Desa Rendu Butowe Kecamatan Aesesa Selatan; Wisata

budaya seperti peninggalan batu rumah adat tradisioanl, pola perkambungan adat

di Kampung Adat Renduola di Rendu; Peo Adat (Rendu, Lambo, Lape, Gero,

Raja), dan kerajinan tangan tenun ikat, seperti hoba Nage di Nage Tengah dan

Utara, ragi Mbay di Nage Utara.

7. Penghitungan Jarak Kosakata

7.1 Penghitungan Jarak KosakataBerdasarkan Dialektometri

Metode yang digunakan untuk menentukan status bahasa, dialek, dan

subdialek dari isolek-isolek di Kabupaten Nagekeo adalah metode Dialektometri

Page 24: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxiv

leksikal yang diperkenalkan oleh Jean Seguy (1973). dengan rumus yang

digunakan, ialah:

(S x 100)

= d %

n

Keterangan: S = jumlah beda dengan daerah pengamatan lain

n = jumlah peta yang diperbandingkan

d = jarak Kosakatadalam persentase

Hasil penghitungan itu digunakan untuk menentukan hubungan

antardaerah pengamatan berdasarkan pemilahan Seguy (Mahsun, 1995:118)

seperti berikut ini.

1) 1) 81% ke atas : dianggap perbedaan bahasa (langue)

2) 2) 51-80% : dianggap perbedaan dialek (dialecte)

3) 3) 31-50% : dianggap perbedaan subdialek (soubdialecte)

4) 4) 21-30% : dianggap perbedaan wicara (parler)

5) 5) Di bawah 20% : dianggap tidak ada perbedaan.

7.2 Pengelompokan Status Isolek sebagai Bahasa, Dialek, dan Subdialek

Penentuan status isolek sebagai bahasa, dialek, dan subdialek ditetapkan

dengan mengacu pada hasil penghitungan persentase dialektometri keseluruhan

medan makna dan hasil penghitungan persentase dialektometri dengan permutasi,

seperti yang tampak berikut ini.

Tabel 1: Pengelompokan Status Isolek

Parameter Status Isolek

Bahasa Dialek Subdialek

1. Dialektometri

Leksikon

Keseluruhan

Medan Makna

2-6:81% 1-3:54 % 4-5:59% 3-13:41% 14-24:42%

5-7:85% 1-13:62% 5-6:66 % 3-14:42% 14-25:44%

2-3:58 % 5-12:63% 4-14:42 % 17-21:31%

2-4:69% 13-14:53% 6-8:35% 18-21:31%

8-10:37% 19-21:33%

9-10: 32% 21-22:38%

10-20:35% 27-35:31%

11-16:33% 34-35:31%

13-26:31% 34-36:32%

13-35:35% 36-46:36%

14-15:40%

No. Bahasa Dialek Subdialek

2. Dialektometri

dengan

Permutasi

21-5:82% 21-4:52% 5-39:64%

5-12:62% 5-40: 65%

5-15:61% 5-45:64%

5-16:61% 5-48:64%

5-22:61% 5-49:65%

Page 25: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxv

5-23:63% 1-12:63%

5-28:63% 1-14:65%

5-29:60% 1-16:63%

5-30:61% 1-27:63%

5-31:64% 1-30:63%

5-32:62% 1-39:64%

7.3 Pengelompokan Bahasa

Mengacu pada tabel pengelompokan status isolek berdasarkan persentase

dialektometri keseluruhan medan makna dan persentase dialektometri dengan

permutasi di atas, selanjutnya dilakukan pengelompokan bahasa seperti berikut

ini.

1) Bahasa Mbay/ Riung dan Dialek-dialeknya

Penetapan persentase tertinggi sebagai bahasa berdasarkan dialektometri

antartitik pengamatan terdapat pada TP 5 di Desa Nggolombay dan TP 7 Desa

Olaia sebesar 85%. Melalui pendekatan konfirmasi dengan pola-pola isoglos

keseluruhan medan makna, ditemukan bahwa TP 5 berada dalam satu pola

dengan TP 1 dan 2 dari satuan wilayah Mbay/Riung sehingga status isolek pada

satuan wilayah ini ditetapkan sebagai bahasa Mbay/Riung.

Bahasa Mbay/Riung dalam penelitian ini yang digunakan pada TP 1,2

dan 5 didukung oleh 3 dialek, yaitu:

(1) Dialek Lengkosambi (sebesar 67% yang terdapat di antara TP 1 di Desa

Lengkosambi dengan TP 35 di Desa Sarasedu).

(2) Dialek Nggolonio (sebesar 69% yang terdapat di antara TP 2 di Desa

Nggolonio dengan TP 4 di Desa Dhawe).

(3) Dialek Nggolombay (sebesar 66% yang terdapat di antara TP 5 di Desa

Nggolombay dengan TP 6 di Desa Lape).

2) Bahasa Nagekeo dan Dialek-dialeknya

Bahasa Nagekeo yang digunakan pada TP 3, 4, 6--9, 11, 12, 15--20,

22--34, 37--50 dan daerah perbatasan di Kabupaten Ngada pada TP 13, 14, 35,

36 meliputi dialek-dialek sebagai berikut.

(1) Dialek Boawae (sebesar 63% (antara TP 1 di Desa Lengkosambi dengan

TP 27 di Desa Natanage). Dialek Boawae ini meliputi subdialek-subdialek

sebagai berikut).

a) Subdialek Rawe (sebesar 44% antara TP 14 di Desa Mengeruda dengan

TP 25 di Desa Nagerawe);

b) Subdialek Rowa (sebesar 42% antara TP 21 di Desa Kerirea dengan TP

26 di Desa Rowa) ).

c) Subdialek Kelewae (sebesar 34% antara TP 8 di Desa Tendambepa

dengan TP 34 di Desa Kelewae).

Page 26: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxvi

(2) Dialek Dhawe (sebesar 69% (antara TP 4 di Desa Dhawe dengan TP 2 di

Desa Nggolonio.

(3) Dialek Munde (sebesar 58% antara TP 3 Desa Tedamude dengan TP 2

Desa Nggolonio.

(4) Dialek Lape-Ia (sebesar 66% % antara TP 6 di Desa Lape dengan TP 5 di

Desa Nggolombay).

(5) Dialek Lambo (sebesar 63% antara TP 12 di Desa Labolewa dengan TP 5

Desa Nggolombay).

(6) Dialek Dhereisa (sebesar 61% antara TP 15 di Desa Dhereisa dengan TP 5

di Desa Nggolombay).

(7) Dialek Rendu (sebesar 63% antara TP 16 Desa Renduwawo dengan TP 1 di

Desa Lengkosambi.

(8) Dialek Ndora (sebesar 61% antara TP 22 di Desa Bidoa dengan TP 5 di

Desa Nggolombay).

(9) Dialek Jaduro (Raja, Wudu, Gero) (sebesar 63% antara TP 23 di Desa Raja

dan TP 28 di Desa Wolopogo dengan TP 5 di Desa Nggolombay). Dialek

Jaduro (Raja, Wudu, Gero) ini meliputi Subdialek Gero (sebesar 42%

antara TP 24 di Desa Gerodhere dengan TP 14 di Desa Mengeruda).

(10) Dialek Kelimado (sebesar 60% antara TP 29 Desa Kelimado dengan TP 5

di Desa Nggolombay).

(11) Dialek Kotakeo (sebesar 64% (antara TP 31 Desa Kotakeo dengan TP 5

di Desa Nggolombay).

(12) Dialek Wolowae atau Dialek Toto (sebesar 65% antara TP 11 di Desa

Natatoto dengan TP 1 di Desa Lengkosambi). Dialek Wolowae atau

Dialek Toto ini meliputi Subdialek Utetoto (sebesar 32% (antara TP 17 di

Desa Utetoto dengan TP 21 di Desa Kerirea).

(13) Dialek Oja (sebesar 63% antara TP 19 Desa Tendambepa dengan TP 1 di

Desa Lengkosambi). Dialek Oja ini meliputi subdialek-subdialek sebagai

berikut ini.

a) Subdialek Watumite (sebesar 33% (antara TP 18 di Desa Watumite

dengan TP 21 di Desa Kerirea).

b) Subdialek Tendarea (sebesar 35% (antara TP 20 di Desa Tendarea

dengan TP 10 di Desa Kebirangga).

(14) Dialek Lejo (sebesar 65% antara TP 32 Desa Selalejo dengan TP 38 di

Desa Wuliwalo). Dialek Lejo ini meliputi Subdialek Wolokisa (sebesar

34% antara TP 37 Desa di Desa Wolokisa dengan TP 8 di Desa

Tendambepa).

(15) Dialek Aewoe (sebesar 66% antara TP 46 Desa Aewoe dengan TP 1 di

Desa Lengkosambi).

Page 27: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxvii

(16) Dialek Kotagana (sebesar 65% antara TP 47 Desa Kotagana dengan TP 1

di Desa Lengkosambi).

(17) Dialek Wajo (sebesar 65% (antara TP 50 Desa Udiworowatu dengan TP 1

di Desa Lengkosambi dan antara TP 40 di Desa Wajo dengan TP 5 di

Desa Nggolombay).

(18) Dialek Romba (sebesar 66% (antara TP 45 Desa Witurombaua dengan TP

1 di Desa Lengkosambi).

(19) Dialek Riti - Woko (sebesar 65% antara TP 42 di Desa Wokodekororo

dengan TP 1 di Desa Lengkosambi).

(20) Dialek Sara – Taka (Sarasedu – Takatunga) (sebesar 67% antara TP 35 di

Desa Sarasedu dengan TP 1 di Desa Lengkosambi). Wilayah pakai

Dialek Sara – Taka ini terdapat di daerah perbatasan antara Kabupaten

Nagekeo dengan Kabupaten Ngada.

(21) Dialek Soa (sebesar 65% (antara TP 14 Desa Mengeruda dengan TP 1 di

Desa Lengkosambi). Wilayah pakai Dialek Soa ini terdapat di daerah

perbatasan antara Kabupaten Nagekeo dengan Kabupaten Ngada.

(22) Dialek Poma (sebesar 62% antara TP 13 Desa Denatana dengan TP 1 di

Desa Lengkosambi).

3) Bahasa Ende dan Dialek-dialeknya

Penetapan persentase tertinggi untuk Bahasa Ende berdasarkan

dialektometri dengan permutasian dari Timur ke Barat terdapat pada TP 5 di Desa

Nggolombay dengan TP 21 di Desa Kerirea sebesar 82%. Melalui pendekatan

konfirmasi dengan pola-pola isoglos keseluruhan medan makna, ditemukan bahwa

TP 21 itu berada dalam satu pola dengan TP 10 di Desa Kebirangga dari satuan

wilayah Ende; sehingga status isolek pada TP ini ditetapkan sebagai Bahasa

Ende.

Selanjutnya, bahasa Ende dalam wilayah penelitian ini terdiri atas 2 dialek,

yaitu:

(1) Dialek Maukaro sebesar 66% (yang terdapat di antara TP 1 di Desa

Lengkosambi dengan TP 10 di Desa Kebirangga.

(2) Dialek Nangapanda sebesar 52% (yang terdapat di antara TP 14 Desa

Mengeruda dengan TP 21 Desa Kerirea.

8. Deskripsi Fonologis

8.1 Penentuan Fonem

Melalui pendekatan pasangan minimal ditemukan bahwa:

1) Fonem vokal dalam bahasa Nagekeo berjumlah 6 (enam) buah, yaitu: a, i, u, e,

ә, o.

Page 28: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxviii

TABEL 30 VOKOID BAHASA NAGEKEO

DEPAN PUSAT BELAKANG

ATAS i - - - u o

ATAS - KENDUR I - ī - ū ō

TENGAH- KENDUR α - ē ә U O

BAWAH a - - - - ā

2) Fonem konsonan dalam bahasa Nagekeo berjumlah dua puluh satu (21) buah,

yaitu: p, b, ɓ, m, f, t, d, ɗ, n, l, r, c, j, h, s, z, k, g, ɠ, ŋ, ʡ.

3) Fonem semi vokal dalam bahasa Nagekeo berjumlah dua (2) buah, yaitu: w dan y

Tabel Diagram Konsonan

ARTIKULATOR

DAN TITIK

ARTIKULASI

HAMBAT-

AN UDARA

YANG KE-

LUAR DARI

PARU-PARU

Bi-

la-

bi-

al

La-

bio

den-

tal

Api-

ko

al-

veo-

lar

La-

mi-

no

pa-

la-

tal

Me-

dio

pa-

la-

tal

Dor-

so-

ve-

lar

Uvu-

lar

Fari-

ngal

Glo-

tal

NASAL

B m - n - - ŋ

- - -

HAMBAT

EKSPLOSIF

TB p

- t - - - k - ʡ

B b - d - - g - -

HAMBAT IMPLOSIF

-

- - -

- -

FRIKATIF

TB - f s - c - - h -

B - z - j - - -

LATERAL

B - - l - - - - - -

TRILL=GETAR

B - - r - - - - - -

LUNCURAN

SEMIVOKAL B - w - - y - - - -

8.2 Variasi Fonem dalam Dimensi Geografi Dialek

Variasi-variasi segmen fonem dalam Bahasa Nagekeo dibedakan atas dua

macam, yaitu: variasi teratur dan variasi tidak teratur (sporadis).

ɓ ɗ ɠ

Page 29: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxix

8.2.1 Variasi Teratur

Variasi segmen fonem dikatakan teratur jika realisasi variasi fonem

berupa alofon-alofon itu terjadi pada glos-glos yang berbeda pada berbagai titik

pengamatan yang sama. Variasi-variasi segmen bunyi berupa alofon-alofon dalam

berbagai isolek di Kabupaten Nagekeo, oleh penuturnya dijadikan sebagai ciri

pengenal dan pembeda wilayah dialek/subdialek karena varian-varian itu

digunakan secara konsisten dan berulang dalam berbagai glos pada satuan

wilayah/daerah tertentu.

Variasi segmen fonem yang terjadi secara teratur dalam berbagai isolek di

Kabupaten Nagekeo yang dipandang signifikan sebagai ciri pengenal dan

pembeda wilayah dialek/subdialek secara geografis hanya ditemukan pada variasi

fonem konsonan sedangkan variasi fonem vokal terjadi secara tidak teratur atau

sporadis.

Dalam penelitian ini ditemukan 6 (enam) buah fonem konsonan yang

mengalami variasi teratur, seperti yang dideskripsikan berikut ini.

8.2.1.1 Varian Teratur Konsonan /b/ ≈ Alofon [b], [bh], [

mb] / #__V

Identifikasi variasi alofon [b], [bh], dan [

mb] dilakukan berdasarkan

pemakaian varian alofon-alofon itu pada berbagai titik pengamatan dalam Bahasa

Nagekeo, Bahasa Mbay, dan Bahasa Ende.

a) Wilayah Bahasa Nagekeo

(1) Alofon bilabial [b] menjadi ciri pemakaian di:

(a) Wilayah Nage – Tengah Utara pada Dialek Munde, yang terdapat

pada TP 3, Dialek Dhawe pada TP 4, Dialek Lape–Ia pada TP 6, 7,

Dialek Lambo pada TP 12, Dialek Dhereisa pada TP 15, Dialek

Rendu pada TP 16.

(b) Wilayah Nage - Tengah Selatan pada Dialek Ndora pada TP 22,30,

Dialek Jaduro (Raja, Wudu, Gero) pada TP 23, 24, 28, Dialek

Kotakeo pada TP 31, 41, 44.

(c) Wilayah Nage - Tengah yang terdapat pada Dialek Boawae pada TP

25,26, 27, 34.

(d) Wilayah Keo–Barat, yang terdapat pada Dialek Lejo pada TP 32, 33,

37, 38; Dialek Aewoe pada TP 46; Dialek Kotagana pada TP 47; Sara

– Taka pada TP 35, 36; dan Dialek Soa – Poa pada TP 13, 14.

(2) Alofon bilabial beraspirasi [bh] menjadi ciri pemakaian di wilayah Nage

Utara –Timur yang terdapat Dialek Toto atau Dialek Wolowae pada TP 8,

11, 17 dan Dialek Oja pada TP 18.

(3) Alofon bilabial pranasal [m

b] menjadi ciri pemakaian di:

(a) Wilayah Keo - Tengah pada Dialek Kotowuji pada TP 39, 40, 48, 49,

50; dan Dialek Romba pada TP 45.

Page 30: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxx

(b) Wilayah Keo – Timur yang terdapat pada Dialek Riti-Woko pada TP

42, 43.

(c) Wilayah Nage Utara – Timur, yang terdapat pada Dialek Oja pada TP

9, 19, 20.

(4) Alofon bilabial beraspirasi [bh] dan Alofon bilabial berpranasal /

mb/

dikenal dan digunakan secara bersama di wilayah Nage Utara - Timur

yang terdapat di wilayah Dialek Toto atau Dialek Wolowae pada TP 17 di

Desa Utetoto karena desa ini sejak zaman dahulu terletak di daerah transisi

dengan wilayah Bahasa Ende yang menggunakan alofon bilabial berpra-

nasal /m

b/.

b) Wilayah Bahasa Mbay

Konsonan bibial berpranasal /m

b/ menjadi ciri pemakaian dari:

(1) Dialek Lengkosambi yang terdapat pada pada TP 1.

(2) Dialek Nggolonio yang terdapat pada TP 2.

(3) Dialek Nggolombay yang terdapat pada TP 5.

c) Wilayah Bahasa Ende

Alofon bibial berpranasal [m

b] menjadi ciri pemakaian dari:

(1) Dialek Maukaro yang terdapat pada TP 10 Desa Kebirangga

(2) dialek Nangapanda yang terdapat pada TP 21 Desa Kerirea.

8.2.1.2 Varian Teratur Konsonan /d/ ≈ Alofon [d] dan [nd] / #__V

Identifikasi variasi alofon [d] dan [nd] dilakukan berdasarkan pemakaian

varian alofon itu pada berbagai titik pengamatan dalam Bahasa Nagekeo, Bahasa

Mbay, dan Bahasa Ende, seperti terlihat pada tabel di atas.

1) Wilayah Bahasa Nagekeo

a) Alofon dental [d] menjadi ciri pemakaian di wilayah-wilayah berikut ini,

(1) Wilayah Nage - Tengah Utara, yang terdapat Dialek Munde pada TP 3;

Dialek Dhawe pada TP 4; Dialek Lape – Ia pada TP 6,7; Dialek Lambo

pada TP 12; Dialek Dhereisa pada TP 15; Dialek Rendu pada TP 16.

(2) Wilayah Nage Tengah – Selatan yang terdapat Dialek Ndora pada TP

22, 30; Dialek Jaduro (Raja, Wudu, Gero) pada TP 23, 24, 28; Dialek

Boawae yang terdapat pada TP 25-27,25-27, 34; Dialek Kelimado

pada TP 29;13,14,Dialek Kotakeo pada TP 31; Dialek Sara - Taka

pada TP 35, 36.

(3) Wilayah Keo – Barat yang terdapat Dialek Lejo pada TP 37, 38; Dialek

Aewoe pada TP 46; Dialek Kotagana pada TP 47.

b) Alofon dental berpranasal [nd] menjadi ciri pemakaian di wilayah-wilayah

berikut ini.

(1) Wilayah Nage Utara – Timur, yang terdapat pada Dialek Toto atau

Dialek Wolowae pada TP 8, 9, 11, 17; Dialek Oja pada TP 18, 19, 20.

Page 31: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxxi

(2) Wilayah Keo Tengah, yang terdapat pada Dialek Kotowuji pada TP 39,

40, 48-50

(3) Wilayah Keo Timur, yang terdapat pada Dialek Riti – Woko pada TP

42, 43.

(4) Wilayah Keo Barat, yang terdapat pada Dialek Lejo pada TP 32, 33;

Dialek Aewoe pada TP 46; dan Dialek Kotagana pada TP 47.

c) Alofon dental [d] dan dental berpranasal [nd] digunakan secara

bersama di wilayah Keo Barat yang terdapat di wilayah Dialek

Ladolima Utara pada TP 41, wilayah Dialek Ladolima pada TP 44,

wilayah Dialek Witurombaua pada TP 45, wilayah Dialek Aewoe

pada TP 46 dan Dialek Kotagana pada TP 47 karena wilayah ini

terletak di daerah transisi dengan wilayah Keo Tengah.

2) Wilayah Bahasa Mbay

Alofon dental berpranasal [nd] menjadi ciri pemakaian pada.

(1) Dialek Lengkosambi yang terdapat pada TP 1.

(2) Dialek Nggolonio yang terdapat pada TP 2.

(3) Dialek Nggolombay yang terdapat pada TP 5.

3) Wilayah Bahasa Ende

Alofon dental berpranasal [nd] menjadi ciri pemakaian pada:

(1) Dialek Maukaro yang terdapat pada TP 10 Desa Kebirangga

(2) dialek Nangapanda yang terdapat pada TP 21 Desa Kerirea.

8.2.1.3 Varian Teratur Konsonan /g/ ≈ Alofon [g] dan [ŋg] / #__V

Identifikasi varian alofon velar [g] dan velar berpranasal [ŋg] dilakukan

berdasarkan pemakaian varian-varian alofon itu pada berbagai titik pengamatan

dalam Bahasa Nagekeo, Bahasa Mbay, dan Bahasa Ende.

1) Wilayah Bahasa Nagekeo

a) Varian alofon velar [g] menjadi ciri pemakaian di:

(1) Wilayah Nage Tengah - Utara yang terdapat pada Dialek Munde

pada TP 3; Dialek Dhawe yang terdapat pada TP 4; Dialek Lape - Ia

yang terdapat pada TP 6, 7; Dialek Lambo yang terdapat pada RP

12; Dialek Dhereisa yang terdapat pada TP 15; Dialek Rendu

terdapat pada TP 16.

(2) Wilayah Nage Tengah - Selatan yang terdapat pada Dialek Ndora

pada TP 22, 30; Dialek Jaduro (Raja, Wudu, Gero) pada TP 23, 24,

28; Dialek Kelimado pada TP 29; Dialek Kotakeo pada TP 31, 41,

44; Dialek Boawae pada TP 25, 26, 27, 34; Dialek Sara – Taka pada

TP 35, 36; Dialek Soa – Poma pada TP 13, 14.

(3) Wilayah Keo - Barat yang terdapat pada Dialek Lejo pada TP

32, 33, 37, 38; Dialek Aewoe pada TP 46.

Page 32: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxxii

(3) Wilayah Dialek Toto atau Dialek Wolowae terdapat pada TP 8, 9,

11; Dialek Oja terdapat pada TP 17, 18;

b) Varian alofon velar berpranasal [ŋg] menjadi ciri pemakaian di:

(1) Wilayah Nage Utara - Timur yang terdapat pada dialek Toto atau

Dialek Wolowae pada TP 9,17; Dialek Oja terdapat pada TP 19, 20.

(2) Wilayah Keo – Tengah yang terdapat pada Dialek Kotowuji pada TP

39, 40, 45, 48--50; Dialek Romba yang terdapat pada TP 45.

c) Varian alofon velar [g] dan velar berpranasal [ŋg] digunakan secara bersama

di wilayah Nage Utara–Timur yang terdapat di wilayah Dialek Toto atau

Dialek Wolowae pada TP 17 di Desa Utetoto karena desa ini sejak zaman

dahulu terletak di daerah transisi dengan wilayah Bahasa Ende yang

menggunakan alofon velar berpranasal [ŋg].

2) Wilayah Bahasa Mbay

Alofon velar berpranasal [ŋg] menjadi ciri pemakaian pada (1) Dialek

Lengkosambi yang terdapat pada TP 1, (2) Dialek Nggolonio yang terdapat

pada TP 2, (3) Dialek Nggolombay yang terdapat pada TP 5.

3) Wilayah Bahasa Ende

Alofon velar berpranasal [ŋg] menjadi ciri pemakaian pada:

(1) Dialek Maukaro yang terdapat pada TP 10 Desa Kebirangga

(2) dialek Nangapanda yang terdapat pada TP 21 Desa Kerirea.

8.2.1.4 Varian Teratur Konsonan Apiko Alveolar /z/ ≈ Alofon [z], [r], [R], [s],

[y]/ #__V

Identifikasi varian alofon [z], [r], [s], [y] dilakukan berdasarkan

pemakaian varian alofon itu pada berbagai titik pengamatan dalam Bahasa

Nagekeo, Bahasa Mbay, dan Bahasa Ende.

1) Wilayah Bahasa Nagekeo

a) Varian alofon apiko alveolar [z] menjadi ciri pemakaian di:

(1) Wilayah Nage Tengah-Utara, yang terdapat Dialek Munde pada TP

3; Dialek Dhawe pada TP 4; Dialek Lape – Ia pada TP 6,7; Dialek

Lambo pada TP 12; Dialek Dhereisa pada TP 15; Dialek Rendu

pada TP 16

(2) Wilayah Nage Utara–Timur, yang terdapat pada Dialek Toto atau

Dialek Wolowae pada TP 11, 17 dan Dialek Oja pada TP 20.

(3) Wilayah Nage Tengah – Selatan, yang terdapat pada Dialek Ndora

pada TP 22, 30; Dialek Jaduro (Raja, Wudu, Gero) pada TP 23, 24,

28; Dialek Kelimado pada TP 29.

(4) Wilayah Nage Tengah, yang terdapat pada Dialek Boawae pada TP

25-27.

Page 33: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxxiii

(5) Wilayah perbatasan Kabupaten Nagekeo, dengan Kabupaten

Ngada yang terdapat pada Dialek Sara – Taka pada TP 35.

b) Varian alofon tril [r] menjadi ciri pemakaian pada wilayah berikut ini.

(1) Wilayah Nage Tengah yang terdapat pada Dialek Boawae pada TP 34.

(2) Wilayah perbatasan Kabupaten Nagekeo dengan Kabupaten

Ngada yang terdapat pada Dialek Sara - Taka pada TP 36.

(3) Wilayah Keo – Barat pada yang terdapat pada Dialek Lejo yang

terdapat pada TP 32, 33, 37, 38; Dialek Aewoe pada TP 46.

(4) Wilayah Keo Tengah yang terdapat pada Dialek Kotowuji pada TP

39, 40, 48--50; Dialek Romba pada TP 45.

(5) Wilayah Keo Timur yang terdapat pada Dialek Riti - Woko pada TP 42,

43.

(6) Wilayah Nage Utara – Timur, yang terdapat pada Dialek Watu Mite pada

TP 18

c) Varian alofon apiko alveolar dan tril [z,r] menjadi ciri pemakaian pada

Dialek Wolowae pada TP 8.

d) Varian alofon semivokal [y] menjadi ciri pemakaian di:

(1) Wilayah Nage Utara – Timur, yang tedapat pada Dialek Toto atau Dialek

19.

(2) Wilayah Nage Tengah – Selatan, yang tedapat pada Dialek Kotakeo pada

TP 31, 41, 44.

2) Wilayah Bahasa Mbay

Varian alofon desis [s] menjadi ciri pemakaian pada:

(a) Dialek Lengkosambi yang terdapat pada TP 1.

(b) Dialek Nggolonio yang terdapat pada TP 2.

(c) Dialek Nggolombay yang terdapat pada TP 5.

3) Wilayah Bahasa Ende

Varian alofon tril uvular [R] menjadi ciri pemakaian Dialek Maukaro pada

TP 10 dan Subdialek Kerirea pada TP 21.

8.2.1.5 Varian Teratur Konsonan tril /r/ ≈ Alofon [r], [R], [l], [lh], [h], [y], [ø]/

#__V

Identifikasi Varian Alofon [r], [R], [l], [lh], [h], [y], [ø] dilakukan

berdasarkan pemakaian varian alofon-alofon itu pada berbagai titik pengamatan

dalam Bahasa Nagekeo, Bahasa Mbay, dan Bahasa Ende.

a) Wilayah Bahasa Nagekeo

1) Alofon tril [r] menjadi ciri pemakaian dari Wilayah Nage Tengah – Utara pada:

(a) Dialek Dhawe pada TP 4,

(b) Dialek Dhereisa pada TP 15,

Page 34: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxxiv

(c) Dialek Rendu pada TP 16.

2) Alofon lateral [l] menjadi ciri pemakaian dari:

(a) Wilayah Nage Utara Timur dengan sebaran pada Subdialek Utetoto

pada TP 17 dan Subdialek Tendarea pada TP 20.

(b) Wilayah Keo - Barat dengan sebaran pada Dialek Lejo pada TP 32 dan

Dialek Kotagana pada TP 47.

(c) Wilayah Keo – Tengah dengan sebaran pada Dialek Kotowuji pada TP

39, 40, 48--50; dan Dialek Romba pada TP 45.

(d) Wilayah Keo – Timur yang terdapat pada Dialek Riti - Woko pada TP

42, 43.

3) Alofon lateral beraspirasi [lh] menjadi ciri pemakaian di wilayah Nage

Tengah Utara yakni Dialek Lape-Ia pada TP 6, 7.

4) Alofon faringal [h] menjadi ciri pemakaian dari bahasa di:

(1) Wilayah Nage Utara yakni Subdialek Munde pada TP 3.

(2) Wilayah Nage Tengah yakni Dialek Boawae pada TP 25--27.

5) Alofon semivokal [y] menjadi ciri pemakaian bahasa di wilayah Nage

Utara – Timur yakni Dialek Toto atau Dialek Wolowae pada TP 8, 9, 11;

Dialek Oja pada TP 19; dan Subdialek Watumite pada TP 18.

6) Alofon zero [ø] menjadi ciri pemakaian bahasa di wilayah Nage Tengah –

Selatan yakni Dialek Ndora pada TP 22, 30; Dialek Jaduro (Raja, Wudu,

Gero pada TP 23, 24, 28; Dialek Kelimado pada TP 29; Dialek

Kotakeo pada TP 31; dan Beda Wicara Ladolima pada TP 41, 44.

8.2.1.6 Varian Teratur Konsonan Lateral /l/ ≈ Alofon [r], [R], [l], [lh], [h], [y],

[ø] / #__V

Identifikasi variasi konsonan lateral /l/ menjadi alofon [l], [d], [ld], [

rz],

[ø] didasarkan atas pemakaian varian alofon-alofon itu pada berbagai titik

pengamatan dalam Bahasa Nagekeo, Bahasa Mbay, dan Bahasa Ende.

1) Wilayah Bahasa Nagekeo

a) Alofon lateral [l] menjadi ciri pemakaian bahasa Nagekeo di:

(1) Wilayah Nage – Tengah, yang terdapat pada Dialek Boawae pada TP

25-27, 34.

(2) Wilayah Nage Tengah – Selatan, yang terdapat pada Dialek Ndora pada

TP 22, 30; Dialek Jaduro (Raja, Wudu, Gero) pada TP 23, 24, 28;

Dialek Ndora pada TP 22, 30; Dialek Kelimado pada TP 29; Dialek

Kotakeo pada TP 31; Beda Wicara Ladolima pada TP 41, 44.

(3) Wilayah Nage-Tengah Utara, yang terdapat pada Dialek Munde pada

TP 3; Dialek Dhawe pada TP 4; Dialek Lape - Ia pada TP 6, 7; Dialek

Page 35: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxxv

Lambo pada TP 12; Dialek Dhereisa pada TP 15; dan Dialek Rendu

pada TP 16.

(4) Wilayah Keo – Barat, yang terdapat pada Dialek Lejo pada TP 32, 33,

37; Dialek Aewoe pada TP 46.

(5) Wilayah perbatasan Kabupaten Nagekeo dengan Kabupaten Ngada,

yang terdapat pada Dialek Sara – Taka pada TP 35.

b) Alofon dental [d] menjadi ciri pemakaian dari:

(1) Wilayah Nage - Tengah Utara, yang terdapat pada Dialek Lambo pada TP 12.

(2) Wilayah Nage Utara – Timur, yang terdapat pada Dialek Toto atau

Dialek Wolowae pada TP 8, 11, 17; Dialek Oja pada TP 19; dan

Subdialek Tendarea pada TP 20.

(3) Wilayah Nage – Tengah - Selatan, yang terdapat Dialek Ndora pada

TP 22.

(4) Wilayah Keo - Barat, yang terdapat pada Dialek Lejo pada TP 38;

Dialek Kotagana pada TP 47.

(5) Wilayah Keo - Tengah, yang terdapat pada Dialek Kotowuji pada TP

39, 40, 48-50; Dailek Romba pada TP 45.

(6) Wilayah Keo - Timur, yang terdapat pada Dialek Riti – Woko

pada pada TP 42, 43.

e) Alofon dental berpralateral [ld] menjadi ciri di wilayah Nage Utara –

Timur, yang terdapat pada Subdialek Watumite pada TP 18.

d) Alofon zero [ø] menjadi ciri wilayah dialek di perbatasan Kabupaten

Nagekeo dengan Kabupaten Ngada, yang terdapat pada Dialek Sara –

Taka pada TP 36.

2) Wilayah Bahasa Mbay

Alofon lateral [l] menjadi ciri pemakaian di

(1) Dialek Lengkosambi yang terdapat pada TP 1.

(2) Dialek Nggolonio yang terdapat pada TP 2.

(3) Dialek Nggolombay yang terdapat pada TP 5.

3) Wilayah Bahasa Ende

Alofon alveolar berpralateral [rz] menjadi ciri pada:

(1) Dialek Maukaro yang terdapat pada TP 10 Desa Kebirangga

(2) dialek Nangapanda yang terdapat pada TP 21 Desa Kerirea.

8.2.2 Variasi Tidak Teratur (Sporadis)

Variasi tidak teratur (sporadis) penting juga dideskripsikan

secara memadai untuk mengetahui fakta keragaman suatu bahasa dan jenis-jenis

variasi yang telah memperkaya keragaman bahasa itu secara geografis. Variasi

tidak teratur adalah variasi bunyi yang muncul secara sporadis. Dipandang dari

segi linguistik, variasi bunyi yang disebut variasi tidak teratur itu muncul bukan

Page 36: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxxvi

karena persyaratan lingkungan linguistik tertentu (Saussure, 1988:25, bdk.

Mahsun, 1995:33) dan karena itu data yang menyangkut perubahan bunyi yang

berupa variasi tak teratur terbatas pada satu atau dua buah contoh saja.

8.2.2.1 Asimilasi

Asimilasi ialah variasi atau korespondensi fonem (vokal atau konsonan)

menjadi sama atau mirip satu sama lainnya. Terdapat 3 macam asimilasi dalam

penelitian ini, yaitu:

1) Asimilasi Progresif

Asimilasi progresif ialah variasi atau korespondensi fonem (vokal atau

konsonan) menjadi sama atau mirip dengan fonem yang mendahuluinya. Jadi,

segmen yang berada di sebelah kanan mempengaruhi segmen yang berada di

sebelah kiri. Variasi atau korespondensi fonem yang terjadi di sini ialah variasi

atau korespondensi vokal /u/ yang berada di sebelah kanan mengalami asimilasi

atau penyesuaian dengan vokal /i/ yang berada di sebelah kiri sehingga

menghasilkan vokal /i-i/, seperti dalam temuan berikut ini.

putar (seperti tutupan botol)

kilu: 6, 13, 27 ~ kili: 35

2) Asimilasi Regresif

Asimilasi regresif ialah variasi atau korespondensi fonem (vokal atau

konsonan) menjadi mirip atau sama dengan fonem yang mengikutinya. Dalam

peristiwa ini konsonan likuid lateral /l/ yang berada di sebelah kiri mengalami

proses asimilasi atau penyesuaian menjadi serupa dengan konsonan tril /r/ yang

berada di sebelah kanan sehingga menghasilkan konsonan likuid tril /r-r/, seperti

dalam temuan berikut ini.

(1) air ludah (peta 48)

ʡae lura: 6,7,15,16,44 ~ ʡae rura: 3, 13, 14, 25, 26; wae rura: 35,36

(2) jambul ayam (peta 148)

lari manu: 4, 6, 7, 13, 15, 16 ~ rari manu: 14, 26, 35

3) Asimilasi Resiprok

Asimilasi resiprok ialah korespondensi dua fonem yang berurutan, yang

menyebabkan kedua fonem itu menjadi fonem yang lain dari semula

(Kridalaksana, 2001:19). Jadi, terjadi peleburan dua buah segmen yang

berdekatan menjadi sebuah segmen baru. Asimilasi ini bersifat dua arah karena

antara segmen yang satu dengan segmen yang lain saling mempengaruhi, seperti

contoh berikut ini.

(1) delapan (peta 8)

rua butu : 19, 32, 33, 34, 46, 47, 38, 46, 47, 48; rua bhUtu: 17, 18; rua

mbutu: 20,39,40,42, 43,45, 49, 50; rua

mbutu: 10, 21 ~ ro b

hutu: 8.

(2) delapan belas(peta 18)

Page 37: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxxvii

ā bulu rua butu: 38; ā bulu ə.sa rua butu: 33, 34; ha bulu rua butu : 37, 46; ha mbulu əsa rua

mbutu: 45; bulu əsa rua butu: 32; sa budu rua butu: 22; ā budu

əsa rua butu: 47; se bu rua butu: 36; se budu əsa rua butu: 19; se bhU

ldu əsa

rua bhUtu: 18; se b

hUlu əsa rua b

hUtu: 11, 17; ha

mbudu rua

mbutu: 42; ā

mbudu əsa rua

mbutu: 39, 40, 43, 48-50; se

mbulu, ā

mbudu əsa rua

mbutu: 9 ~

se budu əsa ro butu: 8.

8.2.2.2 Proses Struktur Silabel

Proses struktur silabel dalam bahasa Nagekeo yang ditemukan dalam

penelitian ini terwujud dalam bentuk penambahan konsonan di awal kata

(protesis), tampak seperti data berikut ini.

a) Variasi Berupa Penambahan Konsonan

(1) Variasi berupa penambahan konsonan hambat velar /k/pada kata yang diawali

dengan vokal /i/, seperti data berikut ini.

putar, (memutar tutupan botol) (peta 901)

øīlu :29 ~ kilu: 6, 13, 27.

(2) Variasi berupa penambahan konsonan hambat velar implosif /ɠ/ pada kata

yang diawali dengan vokal /a/, tampak seperti data berikut ini.

kaki (peta 87)

ʡaʡi: 3, 4, 6--13, 15--32, 39, 40, 41, 43--45, 47--50 ~ ɠaʡi: 42.

(1) Variasi berupa penambahan konsonan nasal velar /ŋ/ pada kata yang diawali

dengan vokal /i/, seperti data berikut ini.

hidung (peta 80)

ʡi.zu: 6, 7, 8, 12, 15--17, 20, 22--24, 26--30 ~ ŋi.zu: 14, 35.

b) Variasi Berupa Penambahan Semivokal

(1) Variasi berupa penambahan semivokal /w/ dan /y/ di depan kata yang

diawali vokal /a/, tampak dalam data berikut ini.

kaki (peta 87)

ʡaʡi: 3, 4, 6--13, 15--32, 39, 40, 41, 43--45, 47--50 ~ waʡi: 14, 35 dan

yaʡi: 37, 38, 46.

(2) Variasi konsonan hambat bilabial /b/ dan /f/ menjadi semivokal /w/.

(a) Variasi Konsonan frikatif /f/ menjadi semivokal /w/

lemak (seperti pada daging babi) (peta 104)

bozo: 15, 23, 24, 27, 28 ~ wozo: 29

(b) Variasi Konsonan frikatif /f/ menjadi semivokal /w/

makan mangga menggunakan gigi depan (peta 843)

fa.gi: 3, 6, 7, 12, 15, 16, 23--25, 27, 28; fa.gi: 8, 11, 18 ~ wa.gi: 4, 22

(c) Variasi konsonan velar implosif / ɠ / menjadi semivokal /y/.

ramas/remas (peta 903)

ɠəme: 3, 4, 8, 13, 15, 22, 24, 25, 27, 30, 31, 37, 41, 46, 48 ~ yəme: 18

Page 38: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxxviii

8.2.2.3 Pelesapan Segmen

Variasi berupa pelesapan konsonan velar implosif /ɠ/ di antara vokal /e/

dan /a/, ditemukan dalam data berikut ini.

terbongkar (rumah karena di tabrak mobil (745)

beɠa: 4, 6, 7, 12, 15, 16, 22--38, 40, 41, 43, 46, 47 ~ bea: 14; mbea: 39

8.2.2.4 Metatesis

Metatesis yaitu perubahan tempat fonem-fonem dalam kata (bd.

Kridalaksana, 2001:136). Metatesis yang terjadi di sini berupa:

a) Pertukaran tempat konsonan yaitu konsonan pada suku kata pertama berpindah

tempat ke suku kata kedua.

b) Konsonan pada suku kata kedua berpindah tempat ke suku kata pertama.

Adapun variasi metatesis, meliputi:

1) Metatesis konsonan /g-l/ menjadi /l-g/. Data metatesis /g-l /~ /l-g/ yang

ditemukan dalam Bahasa Nagekeo, tampak seperti berikut ini.

keliling (mengelilingi) (peta 827)

gili ge.o: 31, 32, 37, 46; ~ li.gi leo: 44

2) Metatesis konsonan /s-m/ menjadi /m-s/. Data metatesis /s-m / ~ /m-s/ yang

ditemukan dalam Bahasa Nagekeo, tampak seperti

isap (misalnya air dalam drum dengan selang plastik) (peta 819)

səmo: 33, 37, 42 ~ məso: 4, 13

3) Metatesis konsonan /s-l/ menjadi / l-s /. Data metatesis /s-l/ menjadi / l-s /.

yang ditemukan dalam Bahasa Nagekeo, tampak seperti berikut ini:

memotong ranting kayu (peta 858)

soli: 42 ~ losi: 17

8.2.2.5 Variasi Segmen Vokal

Variasi segmen vokal meliputi:

(1) Variasi berupa pendepanan vokal belakang bundar /o/ menjadi vokal depan

takbundar /e/, seperti tampak dalam data berikut ini.

sakit bere-bere (peta 248)

bowo: 23, 26, 27, 29, 34, 35, 37, 42; bowo ~ bewe: 33, 38, 46, 47

(2) Variasi berupa pendepanan vokal belakang bundar /u/ menjadi vokal depan

takbundar /i/, seperti tampak dalam data berikut ini.

putar (putar tutupan botol (901)

kilu: 6, 13, 27 ~ kili: 35

8.2.2.6 Variasi Segmen Konsonan

Variasi konsonan berdasarkan cara artikulasi mengacu pada penyempitan

tertentu dalam saluran suara, baik hambatan total maupun penyempitan yang

Page 39: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xxxix

melebihi cara mengartikulasikan. Jadi, berdasarkan jalannya udara yang keluar

dari dalam paru-paru.

1) Variasi konsonan hambat palatal takbersuara /c/:

a) Konsonan hambat palatal takbersuara /c/ menjadi konsonan lateral bersuara

/l/ kecil (677)

coʡo: 12, 15--18, 22--24, 27--34, 46, 50 ~ loʡo: 8, 11, 19, 20, 22

b) Konsonan hambat palatal takbersuara /c/ menjadi konsonan velar bersuara

/g/ kecil (677)

coʡo: 12, 15--18, 22--24, 27--34, 46, 50 ~ goʡo: 42, 43, 45, 46, 48--50

c) Konsonan hambat palatal takbersuara /c/ menjadi konsonan desis /s/

kecil (677)

coʡo: 12, 15--18, 22--24, 27--34, 46 ~ soʡo: 4, 29, 33, 34, 36--41, 44, 47\]

2) Variasi konsonan nasal dental /n/

(a) Variasi konsonan nasal dental /n/ menjadi hambat dental /d/ disertai dengan

variasi konsonan /g/ menjadi konsonan /k/ pada suku kata kedua.

tunduk (peta 929)

nugu: 3, 4, 6--8, 11--13, 15--17, 22--38, 41, 42, 44, 46, 47 ~ duku: 14

(b) Variasi konsonan nasal dental /n/ menjadi hambat palatal /j/, seperti data

berikut ini.

tunduk (peta 929)

nugu: 3, 4, 6--8, 11--13, 15--17, 22--38, 41, 42, 44, 46, 47 ~ juku: 43

(c) Variasi konsonan nasal dental /n/ menjadi hambat labial /p/, seperti data

berikut ini.

tunduk (peta 929)

nugu: 3, 4, 6--8, 11--13, 15--18, 22--38, 41, 42, 44, 46, 47; nuŋgu:

9, 19, 20, 39, 40, 45, 48, 50 ~ pəgu: 49

3) Variasi nasal bilabial bersuara /m/

a) Variasi konsonan nasal bilabial bersuara /m/ menjadi hambat bilabial

implosif bersuara /ɓ/, disertai dengan variasi konsonan hambat velar

eksplosif /g/ menjadi konsonan hambat velar implosif /ɠ/ pada suku kata

kedua, seperti data berikut ini.

telanjang (peta 737)

moga : 11, 49, 50 ~ ɓo.ɠa:12, 22, 30

b) Variasi konsonan nasal bilabial bersuara /m/ menjadi hambat hambat dental

bersuara /d/, disertai peristiwa pengulangan dengan variasi konsonan

/d/menjadi /r/ pada kata kedua, suku kata pertama seperti data berikut ini.

telanjang (peta 737)

moga: 11, 49, 50 ~ doga –roga: 41

c) Variasi nasal bilabial bersuara /m/ menjadi hambat palatal /j/ pada suku kata

pertama dan kedua, seperti data berikut ini.

Page 40: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xl

ramas/remas (peta 903)

ɠə.me: 3, 4, 8, 13, 15,22 24,25,27, 30, 31, 37, 41, 46, 48 ~ ɠə.je: 9,17,19,20, 40, 48-

-50; ɠə.jo: 21, 45

4) Variasi konsonan hambat velar takbersuara /k/ pada suku kata kedua menjadi

konsonan hambat velar bersuara /g/, tampak seperti dalam data berikut ini.

menanduk (peta 864)

puku: 3, 4, 6, 7, 11, 12--16, 23, 25, 27, 31, 36--38 ~ pugu: 46, 47; pəgu: 39,

43, 44, 48, 49; pagu: 17, 20

5) Variasi konsonan hambat dental /d/ meliputi:

a) Variasi konsonan dental /d/ menjadi konsonan bilabial /p/

menanduk (peta 864)

dəgu: 6,8, 9, 15, 18, 19, 22,24,28--30, 34, 35, 40, 41 ~ pəgu: 39,43,44,48,49

b) Variasi konsonan dental /d/ menjadi konsonan dental /t/.

menanduk (peta 864)

dəgu: 6, 8, 9, 15, 18, 19, 22, 24, 28--30, 34, 35, 40, 41; ~ tə.gu: 26 \

6) Variasi konsonan likuid /r/ menjadi konsonan velar implosif /ɠ/, seperti

tampak dalam data berikut ini.

gagak (peta 481)

ra: 3, 12, 16; ʡa.na ra: 15, 44 ~ ɠa: 18; tu.ra; ɠa: 11

7) Variasi konsonan velar /k/ meliputi:

a) Variasi konsonan velar /k/ menjadi luncuran laringal /h/

putar (putar tutupan botol ) (peta 901)

ki.lu: 6, 13, 27; ki.li: 35; ki.du: 50; kiu: 36, 39, 43 ~ hi.du: 40

b) Variasi konsonan velar /k/ menjadi konsonan bilabial /b/

jatuh (karena terantuk) (peta 674) mbo.ka: 9, 10, 19--21, 50; b

ho.ka: 8 ~ bo.ba: 4, 6, 15, 16, 23, 24, 26, 28,

32, 33, 36, 37, 41, 44, 46, 47; m

bo.ba: 43

c) Variasi konsonan velar /k/ berkorespondensi dengan konsonan bilabial implosif /ɓ/

telan (peta 916)

kəo: 4,15,16; kəo:36 ~ ɓə.lo: 31,32,35,41, 44; ɓə.do: 39,40,43,45,47-- 50.

d) Variasi konsonan hambat velar takbersuara /k/ berkorespondensi dengan konsonan

hambat velar

bersuara /g/, tampak seperti data berikut ini.

duri (peta 387)

ka.lo: 20, 32, 39, 40, 42, 43, 45, 46, 48--50; ka.ro: 14, 17, 21, 35, 36,

44, 46; ka.yo: 8, 9, 18, 19, 33, 37, 38, 46 ~ ga.ro: 3, 4, 6, 7, 12, 13, 25;

ga.yo: 11; gaøo: 22, 30

e) Variasi konsonan velar eksplosif takbersuara /k/ berkorespondensi

dengan konsonan velar implosif bersuara /ɠ/

ramas/remas (peta 903)

Page 41: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xli

kəje: 39, 43, 49 ~ ɠəse: 6, 7, 26, 36, 38, 47; ɠəce: 12, 16, 23, 28, 29, 32--

34, 46; ɠəje: 9, 17, 19, 20, 40, 48, 50; ɠəjo: 45

f) Variasi konsonan velar / k / berkorespondensi dengan konsonan likuid tril /r/

putar (putar tutupan botol ) (peta 901)

kilu: 6, 13, 27; kili: 35; kidu: 50; kiu: 36, 39, 43 ~ 10 ridu: 8.

8) Variasi konsonan velar implosif bersuara /ɠ/ berkorespondensi dengan

konsonan velar eksplosif takbersuara /k/

putar (putar tutupan botol ) (peta 901)

ɠilu:7,15,16,18, 28,31,32,44 ~ kilu: 6,13,27; kili: 35; kidu: 50; kiøu:36,39, 43.

9) Perubahan konsonan hambat bilabial implosif /ɓ/ berkorespondensi dengan

konsonan hambat bilabial eksplosif /b/

sum-sum dalam tulang (peta 368)

ɓilu: 3, 4, 6, 7, 13--16, 23--35, 37, 38, 41, 44, 46; ɓidu: 8, 11, 12, 22, 39, 47,

49; ɓiu: 36 ~ bidu: 40.

10) Variasi konsonan likuid lateral /l/ berkorespondensi dengan konsonan velar /k/

kayu pengikat tali tenunan di pinggang (peta 999)

logo: 3, 4, 6, 7, 14--16, 23--28, 31, 33--35, 46 ~ kogo: 22, 30, 32, 36, 41,

44; koŋgo: 9, 39, 40, 42, 43, 45, 48, 49.

11) Variasi konsonan bilabial eksplosif /b/ berkorespondensi dengan konsonan

bilabial implosif /ɓ/

Variasi konsonan bilabial /b/ berkorespondensi dengan konsonan bilabial

implosif /ɓ/.

(a) terapung (peta 742)

bawa: 3, 6, 7, 11--13, 15, 16, 25, 27, 33, 34, 36, 37, 39--41, 44, 46, 47 ~

ɓawa: 4, 14, 17, 26, 29, 35.

(b) sandar (peta 906)

beʡi: 3, 6, 7, 12, 13, 15, 16, 22, 25, 28, 30--34, 36--38, 41, 44, 46, 47 ~

ɓeʡi: 4, 14, 17, 26, 29, 35.

(12) Variasi konsonan velar eksplosif /g/ berkorespondensi dengan konsonan

velar implosif /ɠ /

guling (peta 813)

gola: 4, 22, 23, 25, 27, 29, 30, 34, 41; goda: 8, 11, 12; goa: 36; ~ ɠola: 15, 16;

ɠole: 26.

13) Perubahan Konsonan Alveolar /z/

a) Perubahan Konsonan Alveolar /z/ berkorespondensi dengan konsonan

dental implosif /ɗ/

(1) beras (peta 355)

zea pa.re: 3, 4, 16; zea pae: 22, 24, 25; zea mama: 13; zea nika:

15, 23, 27, 28, 29, 41; bu zea: 8; zea ka: 6, 7, 12; ka zea: 18;

Page 42: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xlii

ʡetu zea: 39 ~ ɗea: 14, 35, 36.

b) Perubahan konsonan apiko-palatal [z] berkorespondensi dengan konsonan

apiko-alveolar /s/

bau basi (peta 985)

wau bazu: 3, 4, 7, 11, 12, 14--16, 22--24, 28, 30; wau bhazu: 8, 17,

18; wau mbazu: 20 ~ wau

mbasu: 39.

14) Perubahan konsonan dental /t/ berkorespondensi dengan konsonan alveolar /s/

jemput (menjemput anak) (peta 821)

tabu: 12, 13, 15, 16, 23, 24, 28, 38, 41, 44, 46, 47;tambu: 39, 40, 42, 43,

45, 48--50 ~ sabu: 3, 4, 7, 14, 22, 25, 29; sabhu: 11; sa

mbu: 19.

15) Variasi konsonan dental /d/ berkorespondensi dengan konsonan bilabial /p/

menanduk (peta 864)

dəgu : 4,6,7, 12, 15, 16 ~ pəgu: 39, 43, 44, 48, 49; pagu: 17, 20; pugu: 46,

47.

16) Variasi konsonan palatal bersuara /j/ meliputi:

a) Variasi konsonan palatal bersuara /j/ berkorespondensi dengan konsonan

frikatif alveolar takbersuara /z/.

(1) kuda (peta 500)

jara: 3, 4, 6, 7, 9, 12, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 25, 26, 32, 50; jaya: 11; ja:

22--24,27--31 ~ zara: 14.

(2) pisang hutan (peta 422)

buju: 3, 6, 7, 13, 15, 16, 22--29, 31, 32, 38, 39, 41, 44, 45 ~ buzu: 14.

17) Perubahan konsonan frikatif alveolar takbersuara ersuara /z/

berkorespondensi dengan konsonan hambat palatal /j/.

bau basi (peta 985)

wau bazu: 3, 4, 7, 11, 12, 14--16, 22--24, 28, 30; wau bhazu: 8, 17, 18; wau

mbazu: 20 ~ wau baju: 26, 27, 29, 33, 34, 36--38, 46.

9. Temuan Penelitian

9.1 Parameter Penghitungan

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri dengan Parameter

dialektometri antartitik pengamatan dan Parameter dialektometri dengan

permutasi, di Kabupaten Nagekeo terdapat 3 bahasa, yaitu:

a) Bahasa Mbay/Riung dalam penelitian ini didukung oleh 3 dialek, yaitu:

(1) Dialek Lengkosambi, (2) Dialek Nggolonio, (3) Dialek Nggolombay.

b) Bahasa Nagekeo terdiri atas 22 dialek, yaitu:

(1) Dialek Boawae dengan subdialek sebagai berikut:

a) Subdialek Rawe,

c) Subdialek Kelewae.

b) Subdialek Rowa,

Page 43: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xliii

(2) Dialek Munde

(3) Dialek Dhawe

(4) Dialek Lape - Ia (Lape - Nataia)

(5) Dialek Lambo

(6) Dialek Dhereisa

(7) Dialek Rendu

(8) Dialek Ndora

(9) Dialek Jaduro (Raja, Wudu, Gero)

(10) Dialek Kelimado

(11) Dialek Kotakeo dengan Beda Wicara Ladolima

(12) Dialek Sara – Taka (Sarasedu – Takatunga)

(13) Dialek Soa (di Desa Mengeruda)

(14) Dialek Poma (di Desa Denatana)

(15) Dialek Lejo dengan Subdialek Wolokisa

(16) Dialek Aewoe

(17) Dialek Kotagana

(18) Dialek Wolowae (Dialek Toto) dengan subdialek sebagai berikut:

(a) Subdialek Utetoto

(b) Subdialek Watumite.

(19) Dialek Oja dengan Subdialek Tendarea

(20) Dialek Kotowuji dengan Subdialek Mbaenuari

(21) Dialek Romba

(22) Dialek Riti – Woko (Riti – Wokodekororo)

c) Bahasa Ende dalam penelitian ini didukung oleh 1 dialek, yaitu Dialek

Kerirea dan Subdialek Kebirangga.

9.2 Fonem yang Bervariasi Secara Teratur

Bahasa Nagekeo yang digunakan di Kab. Nagekeo dan daerah

perbatasannya, memiliki 6 buah fonem konsonan yang mengalami variasi

fonologis secara teratur, yaitu:

(1) Konsonan bilabial /b/ menjadi alofon [b], [bh], [

mb]

(2) Konsonan dental /d/ menjadi alofon [d] dan [nd]

(3) Konsonan Velar /g/ menjadi alofon [g] dan [ŋg]

(4) Konsonan alveolar /z/ menjadi alofon [z], [r], [R], [s], [y]

(5) Konsonan tril /r/ menjadi alofon [r], [R], [l], [l

h], [h], [y], [ø]

(6) Konsonan lateral /l/ menjadi alofon [l], [d], [ld], [

rz], [ø]

Page 44: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xliv

9.3 Kekhasan Bahasa

Secara leksikon terdapat dua hal unik yang merupakan kekhasan Bahasa

Mbay/Riung dibandingkan dengan Bahasa Nagekeo dan Bahasa Ende, yang

ditemukan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Basis Bilangan

Kata bilangan yang digunakan dalam Bahasa Mbay/Riung berbasis 10

(sepuluh) sedangkan Bahasa Nagekeo dan Bahasa Ende menggunakan

kata bilangan berbasis 5 (lima), seperti dalam tabel berikut ini:

No. Kata

Bilangan

Bahasa

Mbay/Riung

Bahasa Nagekeo Bahasa Ende

1 satu (s,c)a ʡəsa ʡəsa

2 dua sua z(r,ɗ)ua Rua

3 tiga təlu tə(l,d)u tərzu

4 emat pat wutu wutu

5 lima lima l(d, ld)ima

rzima

6 enam nen(ng) (l ,d)ima ʡəsa rzima ʡəsa

7 tujuh pitu (l,d, ld)ima (z r,ɗ) ua

rzima Rua

8 delapan walu (z r) ua butu Rua m

butu

9 sembilan (s,c)iwa ta(ə)ra ʡəsa taRa ʡəsa

10 sepuluh sa bulu sa m

bulu s(c)a pulu

11 sebelas s(c)apulu

s(c)a

sa (b, m

b) ulu sa

ʡəsa a

mbu

rzu sa

ʡəsa

12 dua

belas s(c)apulu

sua

sa (b, m

b)ulu əsa

(z,r,ɗ)ua

a m

burzu ?əsa

Rua

2) Tipe Vokalis dan Nonvokalis

Kata-kata yang digunakan dalam Bahasa Nagekeo bersifat vokalis,

artinya kata-kata yang digunakan dalam kedua bahasa ini bersifat terbuka

atau selalu diakhiri dengan vokal, sedangkan kata-kata yang digunakan

dalam Bahasa Mbay/Riung bersifat nonvokalis, artinya kata-kata yang

digunakan dalam bahasa itu ada yang bersifat terbuka atau diakhiri dengan

vokal dan ada pula yang bersifat tertutup atau diakhiri dengan konsonan

pada akhir suku kata, seperti yang tampak dalam tabel berikut ini.

No

.

Glos Bahasa

Mbay/Riung

Bahasa Nagekeo

1 bulu

ekor

ayam

la n

do manuk:

1,2,5

lado manu : 15,16,24,26

weʡo manu: 3,4,6-13,17-34,36-

41,43-50

2 nenas pala wa n

daŋ: pala wada : 3,4,6,7, 11,13,25

Page 45: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xlv

1,2,5

3 member

i

tahu

to n

daŋ: 1,2,5

toda :3,4,6,7,12, 14-16,23,25, 28-30

4 kacang

hijau

rumbet :1,2,5

rube: 3,4, 13-16,25,26

5

garam

tanah

pasek: 1,2,5 pazo :3,4,6,7, 11-16,18,22-30, 35,38,

39,41

6 tongkat ɗoar:1,2,5 ɗoa: 3, 4, 6,7, 15,16

9.4 Temuan Teori Korespondensi Konsonan dalam Bahasa Nagekeo

Terdapat 2 teori berkorespondensi konsonan dalam Bahasa Nagekeo,

yaitu:

1) Teori Korespondensi Konsonan Hambat:

a) Rumusan Teori Korespondensi Konsonan Hambat: “Secara artikulasi

konsonan hambat selalu berkorespondensi dengan konsonan pranasal

hambat“.

b) Korespondensi Konsonan Hambat, meliputi:

(1) Konsonan Hambat Bilabial [b] Berkorespondensi [b], [m

b]

(2) Konsonan Hambat Dental [d] Berkorespondensi ≈ [d], [nd]

(3) Konsonan Hambat Velar [g] Berkorespondensi ≈ [g], [ŋg]

c) Formulasi Teori Korespondensi Konsonan Hambat: “Konsonan Hambat

/b,d, g/ ≈ [b,d, g] ≈ [m

b, n

d, n

d, ŋ

g]”.

b) Teori Korespondensi Konsonan Kontinuan

(1) Rumusan Teori Korespondensi Konsonan Kontinuan: “Konsonan

kontinuan selalu berkorespondensi dengan tipe konsonan kontinuan

yang lebih beragam tetapi tetap mempertahankan tempat

artikulasinya”.

(2) Korespondensi Konsonan Kontinuan, meliputi:

a) Korespondensi konsonan alveolar /z/ ≈ [z], [r], [R], [s], [y]

(b) Konsonan Likuida Tril /r// ≈ [r], [R], [l], /lh/, /h/,/y//,[ø]

(c) Konsonan Likuida lateral /l/ ≈ [l], [d], [ld] , [

rz] , [ø]

(3) Formulasi Teori Korespondensi Konsonan Kontinuan:

(a) Konsonan Kontinuan /z/ ≈ [z] ≈ [r] ≈ [R] ≈ [s] ≈ [y]

(b) Konsonan Likuida Tril /r// ≈ [r] ≈ [R] ≈ [l] ≈ /lh/≈ /h/≈ /y//≈ [ø]

(c) Konsonan Likuida lateral /l/ ≈ [l] ≈ [d] ≈ [ld] ≈ [

rz] ≈ [ø]

10. Simpulan dan Saran

10.1 Simpulan

Simpulan sebagai inti jawaban masalah penelitian disajikan berikut ini.

1) Pengelompokan isolek sebagai bahasa, dialek, subdialek, beda waicara dan

tidak perbedaan dilakukan berdasarkan:

Page 46: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xlvi

a) Parameter dialektometri antartitik pengamatan

b) Parameter dialektometri dengan permutasi.

2) Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri dengan Parameter dialektometri

antartitik pengamatan dan Parameter dialektometri dengan permutasi di

Kabupaten Nagekeo terdapat 3 bahasa, yaitu:

a) Bahasa Mbay/Riung dalam penelitian ini didukung oleh 3 dialek.

b) Bahasa Nagekeo yang didukung oleh 22 dialek.

c) Bahasa Ende dalam penelitian ini yang didukung oleh 2 dialek.

3) Bahasa Nagekeo yang digunakan di Kab. Nagekeo dan daerah perbatasannya,

memiliki 6 buah fonem konsonan yang mengalami variasi fonologis secara

teratur, yaitu:

(1) Konsonan bilabial /b/ menjadi alofon [b], [bh], [

mb]

(2) Konsonan dental /d/ menjadi alofon [d] dan [nd]

(3) Konsonan Velar /g/ menjadi alofon [g] dan [ŋg]

(4) Konsonan alveolar /z/ menjadi alofon [z], [r], [R], [s], [y]

(5) Konsonan tril /r/ menjadi alofon [r], [R], [l], [l

h], [h], [y], [ø]

(6) Konsonan lateral /l/ menjadi alofon [l], [d], [ld], [

rz], [ø]

10.2 Saran

Berkenaan dengan saran sebagai rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut

terhadap Bahasa Nagekeo, ada beberapa hal yang disarankan, yaitu:

1) Terhadap kekhasan atau keunikan fonologis yaitu konsonan lateral beraspirasi

/lh/ yang terdapat pada Dialek Lape – Ia (Nataia) di Desa Lape dan Desa Olaia

dan konsonan pralateral dental /ld

/ yang terdapat pada Dialek Watumite; dan

konsonan tril posterior /R/ yang terdapat pada Dialek Lambo perlu ditelusuri

asal-muasal serta arah saling pengaruh antara dialek-dialek itu dengan dialek-

dialek lain, bahkan dengan bahasa lain di sekitarnya.

2) Instrumen sebagai alat penjaring data untuk penelitian lebih lanjut pada bidang

fonologi perlu diperluas sehingga variasi-variasi fonem yang menyebabkan

terjadinya perubahan kategori kata secara signifikan, seperti kata poka

’potong’ sedangkan variannya kata boka ’jatuh’, pala ’telapak kaki’

sedangkan variannya kata bala ’bekas telapak kaki’ dapat terjangkau secara

memadai. Demikian juga dengan kehadiran kompositum sebagai pembentuk

frase dalam bidang sintaksis sebagai pemarkah golongan kata, seperti kata

kema ’kerja’ sedangkan frase ola kema ’pekerjaan’, kata ka ’makan’,

sedangkan frase ola ka ’makanan’ juga dapat diteliti secara memadai pula.

3) Terhadap munculnya gejala kepunahan keberadaan bahasa kecil sebagai

penopang bahasa nasional, maka disarankan kepada para pemangku dan

pemegang kebijakan kehidupan bangsa ini untuk membuat regulasi yang dapat

Page 47: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xlvii

melindungi dan mengayomi semua bahasa dan budaya, agar bahasa dan

budaya kecil di negeri ini tetap eksis dalam kehidupan masyarakat

pendukungnya.

Page 48: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xlviii

DISSERTATION SUMMARY

THE LINGUISTIC STATUS OF ISOLECTS IN NAGEKEO REGENCY:

A DIALECT GEOGRAPHY ANALYSIS

By

Petrus Pita

1. Introduction

1.1 Background

A research on dialect geography focusing on isolect variations in Nagekeo

regency is important and it should be investigated scientifically and objectively.

There are some main reasons such as:

1) Isolects used by people of Nagekeo regency are isolects of small local

languages which are rarely documented in the forms of scientific research

results, either micro or macro research.

2) Young generation and intellectuals tend to use Indonesian language, and not

local languages as their mother tongue or first language, even at family of local

culture domain.

3) In connection with the Nusantara Concept and national defense of Indonesian

nation, research on small local languages, such as the small languages in

Nagekeo regency will bring positive impact to the existence of Unitary

Country of the Republic of Indonesia as the unitary nation state (cf.

Ayatrohaedi, 1985:4-5; Dhani 1991: 3-4) because every elements of the nation,

no matter how small they are, are the glue that strengthens the unity and the

unitary of the Indonesian nation.

4) Isolect variations found in various speech communities in Nagekeo people are

the direct representation of cultural properties of Nagekeo people, at the same

time are the properties of the Indonesian nation which must saved from their

extinction.

5) To understand the people of Nagekeo as part of Indonesian nation, which is

diverse, isolect varieties used by the people in Nagekeo regency must be

studied and understood well, because through these isolects the life of Nagekeo

people can be learned.

Isolect variation of speech communities found in Nagekeo regency become

more complex in transitional areas between two different areas. For example,

in the bordering areas between Nagekeo and Ende, between Nagekeo and

Bajawa, and between Nagekeo and Riung in Ngada regency. In these

transitional areas, the entrance of elements of vocabulary and the pronunciation

from one language or dialect into another language or dialect, so that isolect

varieties become more complex and difficult to describe. Linguistic condition

like this potentially results in gradual differences in speech between one speech

Page 49: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xlix

community and another in Nagekeo people. This complex speech variety

becomes an important consideration for the writer in choosing the isolect

variation in the speech community in Nagekeo regency as the object of the

research.

1.2 Statement of the Problems

Problems raised in this research are specifically formulated as follows:

1) How are the forms of isolect differences based on lexical paradigm in various

research locations in Nagekeo regency?

2) How are the grouping of these isolects in Nagekeo regency into dialects and

subdialects?

3) How are the forms of phonemic changes phonologically of isolects in Nagekeo

regency?

1.3 Objectives of the Research

Based on the problems that have been formulated above, the objectives of

the research are formulated as follows:

1) To analyze the differences between isolects based on lexical paradigm in

various research locations in Nagekeo regency..

2) To group the isolects based on lexical paradigm and isoglosic patterns found in

various regions in Nagekeo regency.

3) To describe phonemic changes found in those isolects in Nagekeo regency

based in phonological paradigm.

1.4 Significance of the Research

Academically, the present research can be used by other researchers who

do research on Nagekeo language in Nagekeo regency and Ende regency, either

microlinguistic or macrolinguistic research. Besides, this research can be use to

enrich the facts and information about language variation in dialectogy studies in

Indonesia.

Furthermore, practically, this research can help Nagekeo speech

community to recognize and appreciate the characteristics of their dialectal and

other subdialects in Nagekeo language, so that the speakers can choose and use

them according to the domains of use, linguistic or dialect background of the

interlocutor, and particular communicative aims. Aside from this, this research

can help the teachers and students in the schools in Nagekeo language area to

learn their mother tongue as the language of the culture and help local government

in the formation of new villages or new districts consider linguistic and cultural

similarities of the people with the help of dialect or subdialect areas as one of the

indication of one regional entity.

Page 50: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

l

2. Concept

2.1 Isolect

Kridalaksana (1988:82) in his paper entitled “Masalah Metodoligi dalam

Rekonstruksi Bahasa Melayu Purba’”, defines isolect as the form whose status is

either language or dialect. Aside frim this, Mahsun (1955:11) in his book

Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar, says that isolect is used as neutral term

to indicate dialect and language differences.

2.2 Isogloss and Isogloss Sheaf

Isogloss is defined as an imaginary line drawn on a linguistic map (cf. Keraf,

1984: 161, and also Lauder, 1990: 117).

Furthermore, the term isogloss is also known as word/lexical border line, is

the line that separates two dialect or linguistic environment based on the form or

system of the two environments which are different from one another , and which

are realized in linguistic map (Ayotroheaedi, 1979:5). So isogloss is an imaginary

line, which is drawn on a linguistic map to separate linguistic phenomenon based

on different variation.

2.3 Dialect

Atlas Commission on European languages defines dialect as the linguistic

systems used by a society that ditinguish them from other neighboring societies

that use different but closely related systems (Ayatrohaedi, 1979:1)

2.4 Variation in Dialectolgy

Variation is the form of various conditional or non-conditional manifestation

of an entity (Kridalaksana, 2001:225). Viewed from geographical dimension,

some changes or differences called variations happen based on rules while some

others sporadically.

Variation or differences in linguistic elements which are relevant in this

research comprises two aspects, they are, lexical variations and phonological

variations.

1) Lexical Variation

According to Mashun (1995:54), lexical variation or lexical difference

means when lexemes used to realize a meaning similar or different derived

from one pre-language etymon.

The analysis of lexical differences is done based on the consideration that

this field has important role in the grouping of language variations or

differences, as claimed by Chambers and Trudgill (1980:46, and cf. Grijns,

1976:10).

Page 51: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

li

2) Phonological Variation

According to Mashun (1995:23) phonological variations or phonological

differences are the variations which are related to phonetic differences. The

description of variations or differences in linguistic items at phonological

level which become the object of analysis in this research focuses on the

differences of segmental phonemes.

2.5 Types of Analysis

Dialectological analysis carried out in this research is synchronic in nature.

This means the synchronic aspects is based on the phenomena of language use

that happen in limited period of time; that is, language elements that are used by

the people at present. This is in line with the essence of synchronic dialectology,

the branch of linguistic that investigates language variation of various dialects at

certain point of time (Kridalaksana, 2000:129, 198; cf. Mahsun, 19945: 13 – 14;

cf. Djajasudarma, 1993:7; Nothofer, 1981: 6 – 7; and Dhani, 1991:11).

2.6 Phonological Process

1) Assimilation Process

According to Kridalaksana (2001:18) assimilation is the process of sound

change that results in similarities or differences with other sounds nearby; for

example ad + similasi > assimilasi.

There are three types of assimilation:

a) Progressive Assimilation

When the assimilated sound comes after the assimilating sound; this

means sound change direction is to the right (Kridalaksana, 2001:18).

For example: Language Nagekeo ’rorate’: kilu ≈ kili

b) Regressive Assimilation

Regressive assimilation happens when the assimilated sound comes

before the assimilating sound; this means the sound change direction is to

the left (Kridalaksana 2001: 18)

For example: Nagekeo Language ‘crest’ lari manu ≈ rari manu.

c ) Assimilation Resiprok

Assimilation reciprocal , that is, if the sound that assimilated it precedes

sounds assimilate , meaning that the sound changes direction to the left

(Kridalaksana 2001: 18 ) .

Example : ' eight ' rua butu ≈ ro butu

2) Metathesis Process

Metathesis is sound change related to the change of place of the two

sounds involved (Kridalaksana, 2001:136).

For example, Nagekeo Language: ’suck’ səmo ≈ məso

‘cut the twig‘ soli ≈ losi

Page 52: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lii

3) Prothesis Process

Prothesis is the addition of a sound at the initial position of a word

(Kridalaksana, 2001:181), for example in Nagekeo Language:

Example : ' nose ' : izu ≈ Nizu

' foot ' aʔi ≈ waʔi

' rotate ' ilu ≈ kilu

4 ) Apharesis Process

Afaresis ie deletion sound at the starting position ( Kridalaksana 2001: 2 ) ,

Example : Nagekeo Language ' uncovered ' : beɠa ≈ bea

3. Theory

The dialectal geographical research on Nagekeo language carried out here

uses traditional dialectology theory as its theoretical framework. The basic

principle of traditional dialectology theory is the variation of language elements at

the level of lexicon, the relationship between phenemic changes between words

cannot be explained, although the words have the same meaning.

The differences of lexicon between one location and another is generally

influenced by social background of the people, so that each region arbitrarily give

different names to the same object of thing that carried the same meaning. Giving

different names to the same concept occurs as the result of different views from

the people to an object or a thing, based on the material, physic, characteristics,

condition or the function, etc.

4.1 Review of Literature

4.1 Review of Previous Studies

In this research, the review of previous studied is limited to the results of

geographical dialect research and social dialect research that are closely relevant

to this geographical dialect research on isolect variation in Nagekeo regency, as it

is clear in the following description:

1) The study of Sasak Language in Lombok in 1951 by A. Teeuw.

2) The study of Geographical Dialect of Nagekeo Language (undergraduate

thesis) by Petrus Pita in 1984.

3) The study of Geographical Dialect of Ngadha Language by Petrus Pita in 1984.

4) The study of Geographical Dialect of Sumba Language by A.A. Putra in 1984.

5) The study of Historical Relations of Language Family in Flores by Inyo

Fernandez in 1996.

Page 53: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

liii

4.2 Relevance of Review of Literature with the Study of Isolect in Nagekeo

Regency

The relevance between related literature and the results of geographical

dialect research, social dialect research, and the result of comparative studies of

languages in Flores, comprises the following points: 1) Theory Selection, 2) The

Use of Data Analysis Method, 3) Selection of Observation Areas, 4) Informant

Selection, 5) Formulation of Research Instrument, 6) The Use of Data Collection

Method

5. Research Method

5.1 Selection and Coding of Research Location

5.1.1 Criteria of the Selection of Research Location

Ideally Gaston Paris suggests that the research should be done to each

society. This means, ideally the research is done to every village, every location

no matter how small and remote the place is (cf. Ayatrohaedi, 1979: 36; cf. also

Mashun, 1995: 102 – 105).

To comply with part of the suggestion of Gaston Paris, in this geographical

dialect research of Nagekeo language, 50 out of 104 villages are chosen.

5.1.2 Numbering System of Research Location

The numbering of research location done in this research is the horizontal

rightward system. There are 50 villages chosen as the research location.

5.1.3 Selection of Research Location

The selection of research location is done proportionally based on the degree

of variation of linguistic elements in the speech communities dan the number of

villages in an area (district), they are: 1) Aesesa District: 8 villages, 2) Aesesa

Selatan district: 1 village, 3) Nangaroro District: 5 villages, 4) Boawae District: 9

villages, 5) Mauponggo District: 6 villages, 6) Keo Tengah District: 10 villages,

7) Riung District: 1 village, 8) Wolomeze District: 1 village, 9) Golewa

District: 2 villages, 10) Nangapada District: 4 villages, 11) Soa District: 1 village,

12) Maukaro District: 2 villages

5.2 Research Instrument

5.2.1 Nature of Questionnaire

Questionnaire made for this research of geographic dialect of Nagekeo

Language contains word list that can be sued to explore lexical variation and

phonological variation, whereas field of syntax is used to crosscheck the same

response of the informants for different items or even no response in the

questionnaire through in-depth interview.

Page 54: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

liv

5.2.2 Criteria of the Questionnaire

To get satisfactory result, the questionnaire in this research comply with

the general criteria (Ayatrohaedi, 1979: 38 – 39; cf. Nashun, 1995: 106 – 112), as

follows:

1) The questionnaire in this research is made in such a way as to reveal various

speech variations (specific characteristics) found in Nagekeo language. The

answers are then identified as the determining characteristics of isolect status,

both lexical and phonological variations.

2) The questionnaire is arranged based on the grouping of semantic fields,

considering the nature and the condition of the culture of Nagekeo people.

3) The questionnaire is easy and simple, hoping that the informants can give the

answers directly and spontaneously and the first answer is regarded as the

most appropriate answer.

5.2.3 Organization of the Questionnaire

The questionnaire in this study contains 1,000 words, which is expected to

explore the lexical and phonological variation. The questions are arranged

according to semantic fields so that the informants can give direct and

spontaneous answer. For this purpose, the questions are arranged based on

meaning relation according to each semantic field. This means, words that have

meaning realation are grouped in the same group.

5.2.4 Scope of the Questionnaire

The questionnaire in this study is in the form of lexical questions. This

means, the questionnaire is in the form of list of words of various domains of

people’s life, with the consideration of phonological and lexical variation in

various dialects (cf. Lauder, 1990:70).

Based on the aim, the questionnaire in this research (cf. Ayatrohaedi,

1979:41; cf. Mashun, 1995: 107 – 112; and cf. Lauder, 1990:70) include two

aspects, they are: 1) phonetic and 2) lexical aspect.

5.3 Criteria for the Informants

Data collection is done by visiting the 50 villages that have been chosen as

the areas of observation. Based on the opinion of Samarin that dialectology

research needs many informants and the opinion of Uhlenbeck that a linguist does

not only rely on only one informant because more than one informant will give

more objective picture of local linguistic situation (Lauder, 1990:84; cf, Mashun,

1995:106), in this research one key informant and two additional informants are

chosen from each area of observation.

Page 55: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lv

5.4 Method of Data Collection

Method of data collection in this research includes:

1) Field Method. The application of this method is done using the following

techniques: a) recording technique, b) Direct ask – take notes technique, c)

direct questioning technique, d) indirect questioning technique, e) Answer

eliciting technique, f) modeling technique.

5.5 Method of Data Presentation

Method of data analysis used in this research is dialectometric method. The

formula used in dialectometric method is:

(S X 100) = d%

n

Legend: S = number of differences with other areas

n = number of maps compared

d = distance of words in percentage

The result of the calculation is used to determine the relation between areas of

observation based on classification by Seguy (mahsun, 1995:118), as follows:

1) 81% - up : regarded as language difference (langue)

2) 51% - 81% : regarded as dialect difference (dialecte)

3) 31% - 50 % : regarded as subdialect difference (sousdialecte)

4) 21 %– 30% : regarded as speech difference (parler)

5) Below 20% : regarded as no difference

5.6 Method of Data Analysis

The result of the analysis is presented in two ways (Mashun, 2005:116 –

117), they are: 1) presentation using words and sentences, including technical

terms; 2) presentation using signs and symbols.

6. General Picture of Research Location

6.1 Short History of Nagekeo Formation during Dutch Era

Each subethnic that inhabit Nagekeo region now in 1911 belongs to one of

the two kingdoms created by Dutch Colonial Administration, they are:

1) Kingdom of Nage for Middle, North, and East Regions, with Oge Ngole as its

king, and Boawae as its Capital. The people of this kingdom is called Nege

people or Nage ethnic group.

2) Kingdom of Keo for south region, with Muwa Tunga as its king and Kota as

its capital. The people is called Keo people or Keo ethnic group.

In 1928 Dutch Colonial Administration merged the two kingdoms Nage and

Keo into one kingdom, that is Nagekeo kingdom, with Oga Ngole as its king and

Boawae as its capital.

Page 56: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lvi

6.2 History of the Foundation of Nagekeo Regency

Nagekeo Regency was founded based on several considerations (Nagekeo in

Figures, 2009: vii – viii), such as:

1) Through Ordinance No. 69 Year 1958 included Nagekeo Region into Ngada

Regency and Ordinance No. 5 Year 1974 about Regional Government.

2) Through Government Regulation No. 129 Year 2000 about Foundation,

Nullification, and merger of the regions.

3) Through Letter of Declaration of DPR-GR of Ngada Regency No. 1 Year

1965. DPR-GR of Ngada Regency made a proposal to Central Government of

Republik of Indonesia to divide Ngada Regency into two regencies: Nagekeo

Regency and Ngada Regency.

4) Through the Decree of Central Government of the Republic of Indonesia

Ngada Regency was divided into two regencies: Nagekeo Regencies and

Ngada Regencies.

5) Through the Letter of Recommendation from Ngada Mayor No.

594/PEM/10/2003 about the Proposal for the Foundation of Nagekeo

Regency and the propsal from the Governor of NTT through the Proposal to

the ministry of Internal Affairs No. PEM.135/02/2004 about the Proposal for

the Foundation of Nagekeo Regency in NTT Province.

6) Through the support from DPRD of Ngada Regency by issuing the Decree of

DPRD of Ngada Regency No 14 Year 2003 about the consent and support to

the proposal of the Foundation of Nagekeo Regency and from DPRD NTT

with the Decree of DPRD of NTT Province No. 4/PIM.DPRD/2004 about

the support for the division of Ngada Regency.

6.3 Geographical Condition

6.3.1 Topography

Nagekeo regency is located between 8026’00’’ - 8

064’40’’ South Latitude

and 12106’20’’ - 121

0 32’00’’ East Longitude. Nagekeo Regency abuts on

(Nagekeo in Figures, 2009:4):

Flores Sea to the North

Sawu Sea to the South

Ende Regency to the East

Ngada Regency to the West

6.3.2 Climate

Nagekeo Regency has tropical climate. As an area that has tropical climate

the change of temperature does not depend on the season but on the variation of

height from sea level.

Page 57: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lvii

6.3.3 Fauna and Flora

Most of the areas of Nagekeo Regency is covered with savannah, and tress

like palmyra, tamarind, cinnamon, candlenut, etc. (Nagekeo in Figures, 2009:4)

6.4 Administrative Region and Population

6.4.1 Administrative Region

The area of Nagekeo Regency (Nagekeo in Figures, 2009:3-12) consists of 7

districts, 78 villages, and 15 kelurahan.

6.4.2 Areal Extent

Based on data in 2009 (Nagekeo in Figures, 2009:6-10). The extent of the

area of Nagekeo Regency is 1.416,96 km2.

6.4.3 Population

The population of Nagekeo Regency, based on data in 2009 (Nagekeo in

Figures, 2009:4), is127.006.

6.5 Faith and Religion

Religion and faith of people of Nagekeo can be discribed as follows:

1) Formerly (Nagekeo ancestors) people of nagekeo were animists, who

believed in cosmic powers, known as Dewa Zeta (heaven) and Ga’e Zale

(earth).

2) During the era of religon of revelation, Nagekeo people embrace Catholic

religion as the religion of the majority and Islam (mostly in cities and cosal

areas).

6.6 Tourism Destination

Negekeo Regency is one of the regencies in Flores island that has many

natural tourist destination, such as natural view in Ena Gera beach in

Mauponggo District, hot spring in Putu, Aesesa District, hot spring Agi in

Tenga Tiba village, South Aesesa District, water fall Ngaba Tata in Rende

Butowe village, South Aesesa district, cultural tourist destination, such as relic

of traditional stone house, traditional village pattern in Traditional Village

Renduola in Rendu; Peo Adat, and handicraft of weaving, such as hoba Nage

in Central and North Nage, ragi Mbay in North Nage.

7. Measurement of the Distance between Vocabulary (Lexical items) based on

Dialectometre

7.1 Measurement of the Distance between Vocabulary (Lexical items?) based

on Dialectometre

Page 58: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lviii

Method of data analysis used in this research is dialectometric method. The

formula used in dialectometric method is:

(S X 100) = d%

n

Legend: S = number of differences with other areas

n = number of maps compared

d = distance of words in percentage

The result of the calculation is used to determine the relation between areas of

observation based on classification by Seguy (mahsun, 1995:118), as follows:

6) 81% - up : regarded as language difference (langue)

7) 51% - 81% : regarded as dialect difference (dialecte)

8) 31% - 50 % : regarded as subdialect difference (sousdialecte)

9) 21 %– 30% : regarded as speech difference (parler)

10) Below 20% : regarded as no difference

7.2 The Grouping of Isolect Status as Language, Dialect and Subdialect

The identification of isolect status as language, dialect or subdialect is based

on the result of dialectometric percentage calculation of the whole semantic field

and dialectometric percentage calculation with permutation, as follows:

Table 1: The Grouping of Isolect Status

Parameter Isolect Status

Language Dialect Subdialect

1. Dialectometer

of total

Semantic Field

2-6:81% 1-3:54 % 4-5:59% 3-13:41% 14-24:42%

5-7:85% 1-13:62% 5-6:66 % 3-14:42% 14-25:44%

2-3:58 % 5-12:63% 4-14:42 % 17-21:31%

2-4:69% 13-14:53% 6-8:35% 18-21:31%

8-10:37% 19-21:33%

9-10: 32% 21-22:38%

10-20:35% 27-35:31%

11-16:33% 34-35:31%

13-26:31% 34-36:32%

13-35:35% 36-46:36%

14-15:40%

7.3 Language Grouping

Based on the table of the the grouping of isolect status based on dialectometric

percentage of total semantic field and dielectometric percentage with permutation,

languages are grouped as follows:

Page 59: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lix

7.3.1 Mbay/Riung Language and Its Dialects

The highest percentage as language based on among points of observation is

found at OP 5(Observation Point) in Nggolombay village and OP 7 Olaia village.

Through confirmation check with isoglossic pattern of the whole semantic field,

it is found that OP 5 has the same patter with OP 1 and 2 from Mbay/Riung region

so that isolect status in this region is regarded as Maby/Riung language.

Mbay/Riung language in this research , which used by people in OP1, 2, and 5

has three dialects, they are:

(1) Lengkosambi Dialect (67%) found between OP 1 in Lengkosambi village

and OP 35 Sarasedu village.

(2) Nggolonio Dialect (69%) found between OP 2 in Nggolonio village and

OP 4 in Dhawe village.

(3) Nggolombay Dialect (66%) found between OP 5 in Nggolombay village

and OP 6 in Lape village.

7.3.2 Nagekeo Language and Its Dialects

Negekeo language used at OP 3, 4, 6 -9, 11, 12, 15 – 20, 22 – 34, 37 – 50 and

bordering areas of Ngada regency at OP 13, 14, 35, 36 comprise the following

dialects:

(1) Boawae Dialect (63% ) between OP 1 in Lengkosambi village and OP 27

in Natange village, which comprises the following subdialects:

a) Rawe Subdialect (44%) between OP 14 and in Mengeruda village with

OP 25 in Nagerawe village.

b) Rowa Subdialect (42%) between OP 21 in Kerirea village and OP 26

in Rowa village; and

c) Kelewae Subdialect (343%) between OP 8 in Tendambepa vaillage

and OP 34 in Kelewae village.

(2) Dhawe Dialect (69%) between OP 4 in Dhawe village and OP 2 in

Nggolonio village.

(3) Munde Dialect (58%) between OP 3 Tedamude village and OP 2

Nggolonio.

(4) Lape-Ia Dialect (66%) between OP 6 Lape village and OP 5 Nggolombay

village.

(5) Lambo Dialect (63%) between OP 12 Labolewa villae and OP 5

Nggolombay village.

(6) Dhereisa Dialect (61%) between OP 15 Dhereisa village and OP 5

Nggolombay village.

(7) Rendu Dialect (63%) between OP15 Renduwawo village with OP 1 in

Lengkosambi village.

Page 60: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lx

(8) Ndora Dialect (61%) between OP 22 Bidoa village and OP 5 Nggolombay

village.

(9) Jaduro Dialect (Raja, Wudu, Gero) (63%) between OP 23 Raja village

and OP 28 Wolopogo village. Jaduro dialect comproses subdialects Gero

(42%), between OP 24 in Gerodhere village and OP 14 in Mengeruda

village.

(10) Kelimado Dialect (60%) between OP 29 kelimado village and OP 5 in

Nggolombay village.

(11) Kotakeo Dialect (64%) between OP 31 Kotakeo village and OP 5 in

Nggolombay village.

(12) Wolowae Dialect or Toto Dialect (65%) between OP 11 in Natatoto

village and OP 1 in Lengkosambi village. This dialect comprises Utetoto

subdialect (32%) between OP 17 in Utetoto village and OP 21 in Kerirea

village.

(13) Oja Dialect (63%) between OP 19 in Tendambepa village and OP 1 in

Lengkosambi village. This dialect comprises the following subdialects:

a) Watumite Subdialect (33%) between OP 18 in Watumite village and

OP 21 in Kerirea village.

b) Tendarea Subdialect (35%) between OP 20 in Tendarea village and

OP 10 in Kebiringga village.

(14) Lejo Dialect (65%) between OP 32 in Selalejo village and OP 38 in

Wuliwalo village. This dialect comprises Wolokisa subdialect (34%)

between OP 37 in Wolokisa village and OP 8 in Tendambepa village.

(15) Aeweo Dialect (66%) between OP 46 in Aeweo village and OP 1 in

Lengkosambi village.

(16) Kotagana Dialect (65%) between OP 47 in Kotagana village and OP 1 in

Lengkosambi village.

(17) Wajo Dialect (65%) between OP 50 in Udiworowatu village and OP 1 in

Lengkosambi village and between OP 40 in Wajo village and OP 5 in

Nggolombay village.

(18) Romba Dialect (66%) between OP 45 in Witurombaua village and OP 1

in Lengkosambi village.

(19) Riti – Woko Dialect (65%) between OP 42 in Wokodekororo village and

OP 1 in Lengkosambi village

(20) Sara – Taka Dialect (Sarasedu – Takatunga) (67%) between OP 35 in

Sarasedu village and OP 1 in Lengkosambi village. Sara – Taka dialect is

spoken by people in bordering areas of Nagekeo regency and Ngada

Regency

Page 61: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxi

(21) Soa Dialect (65%) between OP 14 in Mengeruda villae and OP 1 in

Lengkosambi village. Soa dialect is spoken by people in bordering areas

of Nagekeo regency and Ngada Regency.

(22) Poma Dialect (62%) between OP 14 in Denatan village and OP 1 in

Lengkosambi village.

7.3.3 Ende Language and its Dialect

The determination of the highest persentase for Ende language based on

dialectometry with mutation from East to west is found on TP 5 at Nggolombay

village and TP 21 at Kerirea village is 82 %. Throgh confirmation approach with

isoglos pattern of whole meaning field is found that TP 21 is on the same pattern

with TP 10 at Kebirangga village from Ende region unit; by the way the isoleg on

this TP is determind as Ende Language.

Ende language in this research is the language spoken at OP 10 and 21 and

has two dialects:

(1) Maukaro Dialect

(2) Nangapanda Dialect

8. Phonological Description

8.1 Phoneme Identification

Through Minimal technique, it is found out that:

(1) There are 6 (six) vowels in Nagekeo language: a, i, u, e, ә, o

Vowel Diagram

DEPAN PUSAT BELAKANG

ATAS i - - - u o

ATAS - KENDUR I - ī - ū ō

TENGAH- KENDUR α - ē ә U O

BAWAH a - - - - ā

(1) Nagekeo language has 21 (twenty-one) consonants: p, b, ɓ, f, t, d, ɗ, n, l, r,

c, j, h, s, z, k, g, ɠ, ŋ, ?.

(2) There are 2(two) semi vowels in Nagekeo language: w and y

Page 62: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxii

Consonant Diagram

Point of

Articulation

Manner of

Articulation

bil

abia

l

labio

den

tal

Apic

o-a

lveo

lar

Lam

ino p

alat

al

Med

io p

alat

al

Dors

o v

elar

Uvula

r

Phar

ingal

Glo

ttal

Nasal B m - n - - ŋ - - -

Plosive Stop T B p - t - - - k - ?

b - d - - - g - -

Implosive Stop ɓ - ɗ - - - ɠ - -

Fricative T B - f s - c - - - -

B z j h

Lateral B l

Thrill B r

Glide/semivowel B w y

8.2 Phonemic Variation in Dialect Geography Dimension

Segmental phonemes variations in Nagekeo language are divided into two

types: the rule-governed (regular) variation and sporadic variation.

8.2.1 Rule-Governed (Regular) Variation

Segmental phoneme variation is said to be rule-governed if the realization of

phonemic variation in the form of allophones takes place for different glosses at

the same observation point (OP). Variations of segmental sounds in the form of

allophones in various isolects in Nagekeo regency becomes the characteristics and

distinguishing marks of dialects/subdialects bacause the variations are used

consistently and repetitively in various glosses at one particular area.

Rule-governed segmental phonemes variations in various isolects in Negekeo

regency, which are regarded significant as the determining characteristics of

regional dialect/subdialect, are only found in consonant variation, while vowel

variations are sporadic.

In this research, it is found out that there are 6 (six) consonants that undergo

rule-governed (regular) variation, as described below:

8.2.1.1 Rule-Governed (Regular) Variation of Consonant /b/ ≈ [b], [bh], [

mb]

The identification of allophonic variation of [b], [bh], and [

mb] is done based

on the use of these allophonic variants at various observation points in Nagekeo

language, Mbay language and Ende language.

Page 63: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxiii

a) Nagekeo language Area

(1) Allophone [b] bilabial becomes the characteristic of use in:

(a) North Central-Nage Area at Munde Dialect, which is found at OP 3,

Dhawe dialect at OP 4, Lape-Ia dialect at OP 6, 7, Lambo dialect at

OP 12, Dhereisa dialect at OP 15, Rendu dialect at OP 16.

(b) South Central-Nage at Ndore dialect OP 22, 30, Jaduro Dialect at OP

23, 24, 28, Kotakeo dialect at OP 31, 41, 44.

(c) Central Nage Area found in Boawae dialect at OP 25, 26, 27, 34.

(d) West Keo Area found in Lejo dialect at OP 32, 33, 37, 38; Aewoe

dialect aat OP 46, Kotagana dialect at OP 47; Sara-Taka dialect at OP

35, 36; and Soa- Poa dialect at OP 13, 14.

(2) Allophone [bh] (aspirated) becomes the characteristic of use in North –

East Nage Area, found in Toto dialect or Wolowae Dialect at OP 8, 11,

17; and Oja dialect at OP 18.

(3) Allophone [m

b] (prenasal) becomes the characteristic of use in:

(a) Central Keo Area at Kotowuji dialect at OP 39, 40,48, 49, 50; and

Romba dialect at OP 45.

(b) East Keo Area, found in Riti-Woko dialect at OP 43.

(c) North- East Nage Area, found in Oja dialect at OP 9, 19, 20.

(4) Allophone [bh] (aspirated) and Allophone [

mb] (prenasal) are known and

used in North East Nage Area in the area of Toto dialect or Wolowae

dialect at OP 17 in Utetoto village because this village was formerly

situated at transitional area of Ende language area, that use allophone

[m

b] (prenasal).

b) Mbay Language Area

Prenasal bilabial consonant [m

b] becomes the characteristic of use of:

(1) Lengkosambi dialect at OP 1.

(2) Nggolonio dialect at OP 2

(3) Nggolombay dialect at OP 5.

c) Ende Language Area

Allophone [m

b] prenasal becomes the characteristics of use of:

(1) Maukaro dialect at OP 10.

(2) Nangapanda dialect at OP 21.

8.2.1.2 Rule-Governed (Regular) Variation of Consonant /d/ ≈ [d], [nd]

The identification of variation of allophones [d] and [nd] is done based on the

use of allophonic variation at various observation points in Nagekeo language,

Mbay language, and Ende language, as seen in the table above.

1) Nagekeo Language Area

a) Allophone [d] becomes the characteristic of use in the following areas:

Page 64: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxiv

(1) North Central Nage, found in Munde dialect at OP 3, Dhawe dialect at

OP 4; Lape-Ia dialect at OP 6, 7; Lambo dialect at OP 12; Dhereisa

dialect at OP 15; Rendu dialect at OP 16.

(2) South Central Nage, foound in Ndora dialect at OP 22, 30; Jaduro

dialect at OP 23, 24, 28; Boawae dialect OP 25 – 27, 34; Kelimado

dialect at OP 29, 13, 14; Kotakeo at OP 31; Sara-Taka at OP 35 – 36.

(3) West Keo Area, found in Lejo dialect at OP 37, 38; Aewoe dialect at

OP 46; Kotagana dialect at OP 47.

b) Allophone [nd] becomes the characteristic of use in the following areas:

(1) North East Nage, found in Toto dialect or Wolowae dialect at OP 8, 9,

11, 17; Oja dialect at OP 18, 19, 20.

(2) Central Nage Area, found in Kotowuji dialect at OP 39, 40, 48 – 50.

(3) East Keo Area, found in Riti – woko dialect at OP 42, 43.

(4) West keo Area, found in Lejo dialect at OP 32, 33; Aewoe dialect at

OP 46; and Kotagana dialect at OP 47.

c) Allophones [d] and [nd] are used together in West Keo area in North

Ladolima dialect at OP 41, Ladolima dialect area at OP 44, Witurombaua

dialect area at OP 45, Aewoe dialect area at OP 46 and Kotagana at OP

47, because these areas are situated at the borders of Central Keo area.

2) Mbay Language Area

Allophone [nd] becomes the characteristic of use in the following areas:

(1) Lengkosambi dialect at OP 1

(2) Nggolobio dialect at OP 2.

(3) Nggolombay dialect at OP 5.

3) Ende Language Area

Allophone [nd] becomes the characteristic of use in the following areas:

(1) Maukaro dialect at OP 10.

(2) Nangapanda dialect at OP 21.

8.2.1.3 Rule-governed (regular) variation Consonant /g/ ≈ Allophones [g], [ŋg]

The identification of the variants of allophones [g] and [ŋg] is carried out

based on the use of allophonic variants at various observation points in Nagekeo

language, Mbay language and Ende language.

1) Nagekeo Language Area

a) Variant of Allophone [g] becomes the characteristic of use in:

(1) North Central Nage Area, found in Munde dialect at OP 3; Dhawe

dialect at OP 4; Lape-Ia dialect at OP 6, 7; Lambo dialect at OP 12;

Dhereisa delaect at OP 15; Rendu dialect at OP 16.

(2) South Central Nage Area, found in Ndora dialect at OP 22, 30; Jaduro

dialect at OP 23, 24, 28; Kelimado dialect at OP 29; Kotakeo dialect

Page 65: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxv

at OP 31, 41, 44; Boawae dialect at OP 25, 26, 27, 34; Sara – Taka

dialect at OP 35, 36; Soa – Poma dialect at OP 13, 14.

(3) West Keo Area, found in Lejo dialect at OP 32, 33, 37, 38; Aeweo

dialect at OP 46.

(4) Toto Dialect area or Wolowae at OP 8, 9, 11; Oja dialect at OP 17, 18.

b) Variant of Allophone [ŋg] becomes the characteristic of use in:

(1) North East Nage Area, found in toto dialect or Wolowae dialect at OP

9, 17; Oja dialect at OP 19, 20.

(2) Central Keo Area, found in Kotowuji dialect at OP 40, 45, 48 – 50;

Romba dialect at OP 45.

c) Variant of Allophone [g] and [ŋg] are used together in North East Nage

Area, which is found in Toto dialect area or Wolowae dialect at OP 17 in

Utetoto village because this village is situated in transitional area of Ende

Language area, which uses allophone [ŋg].

2) Mbay Language Area

Allophone [ŋg] becomes the characteristic of use in (1) Lengkosambi dialect

found at OP 1, (2) Nggolonio dialect at OP 2, (3) Nggolombay dialect at OP 5/

3) Ende Language Area

Allophone [ŋg] becomes the characteristic of us in Maukaro dialect at OP

10, 12.

8.2.1.4 Rule-governed (regular) variation of Consonant /z/ ≈Allophones [z],

[r], [R], [s]. [y]

The identification of variants of allophones [z], [r], [R], [s]. [y] is carried

out based on the use of allophonic variants at various observation points in

Nagekeo language, Mbay language and Ende language.

1) Nagekeo Language Area

a) Allophonic variant of [z] becomes the characteritic of use in

(1) North Central Nage Area, found in Munde dialect at OP 3; Dhawe

dialect at OP 4; Lape – Ia dialect at op 6, 7; Lambo dialect at OP OP 12;

Dhereisa dialect at OP 15; Rendu dialect at OP 16.

(2) North East Nage Area, found in Toto dialect or Woloae dialect at OP

11, 17 and Oja dialect at OP 20.

(3) South Central Nage Area, found in Ndora dialect at OP 22, 30; Jaduro

dialect at OP 23, 24, 28; Kelimado at OP 29.

(4) Central Nage Area, found in Boawae dialect at OP 25 – 27.

(5) Bordering Areas between Naekeo regency and Ngada regency, found in

Sara – Taka dialect at OP 35.

b) Allophonic variant of [r] becomes the characteritic of use in

(1) Central Nage Area, found in Boawae dialect at OP 34.

Page 66: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxvi

(2) Bordering Areas between Naekeo regency and Ngada regency, found in

Sara – Taka dialect at OP 36.

(3) West Keo Area, found in Lejo dialect at OP 32, 33, 37, 38; Aewoe

dialect at OP 46.

(4) Central Keo Area, found in Kotowuji dialect at OP 39, 40, 48 – 50;

Romba dialect at OP 45.

(5) East Keo Area. Found in Riti – Woko dialect at OP 42, 43.

(6) North East Nage Area, found in Watu Mita dialect at OP 18.

c) Allophonic variant of [z,r] becomes the characteritic of use in

Wolowae dialect at OP 8.

d) Allophonic variant of [y] becomes the characteritic of use in

(1) North East Nage Area, found in Toto dialect or Woloae dialect at

OP 19.

(2) South Central Nage, found in Kotakeo dialect at OP 31, 41, 44.

2) Mbay Language Area

Allophonic variants of [s] becomes the charateristic of use in:

(a) Lengkosambi dialect at OP 1

(b) Nggolonio dialect at OP 2.

(c) Nggolombay dialect at OP 5

3) Ende Language Area

Allophonic variant of [R] becomes the characteristic of use in Maukaro

dialect at OP 10 and Kerirea subdialect at OP 21.

8.2.1.5 Rule-governed (regular) variation of Consonant /r/ ≈ Allophones [r],

[R], [l]. [lh], [h], [y], [Ø]

The identification of allophonic variants of [r], [R], [l]. [lh], [h], [y], [Ø] is

carried out based on the use of variants of these allophones at various observation

points in Nagekeo language, Mbay language and Ende language.

a) Nagekeo Language Area

1) Allophone [r] becomes the characteristic in North Central Nage Area in:

(a) Dhawe dialect at OP 4,

(b) Dhereiss dialect at OP 15

(c) Rendu dialect at OP 16

2) Allophone [l] becomes the characteristic of use in:

(a) North East Nage Area, found in Utetoto subdialect at OP 17 and

Tendarea subdialect at OP 20.

(b) West Keo Area found in Lejo dialect at OP 32 and Kotagana dialect at 47.

(c) Central Keo Area found in Kotowuji at OP 39, 40, 48 – 50; and

Romba dialect at OP 45.

(d) East Keo dialect found in Riti – Woko dialect at OP 42, 43.

Page 67: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxvii

3) Allophone [lh] (aspirated) becomes the characteritic of use in Central

North Nage Lape – Ia dialect at OP 6, 7.

4) Allophone [h] becomes the characteristic of use in:

(1) North Nage Area, Munde Subdialect at OP 3.

(2) Central Nage Area, Boawae dialect at OP 25 – 27.

5) Allophone [y] becomes the charateristic of use in North East Nage area,

Toto dialect of Wolowae dialect at OP 8, 9, 11; Oja dialect at OP 19; and

Watumite subdialect at OP 18.

6) Zero Allophone [Ø] becomes the characteristic of use in Central South

Nage area Dora dialect at OP 22, 30; Jaduro dialect at OP 23, 24, 28;

Kelimado dialect at OP 29; Kotakeo dialect at OP 31; and Ladolima

dialect at OP 41, 44,

8.2.1.6 Rule-governed (regular) variation of Consonant /l/ ≈ Allophones [r],

[R], [l]. [lh], [h], [y], [Ø]

The identification of allophone [l] ≈ s [l], [d]. [ld], [

rz], [Ø] is carried out

based on the use of variants of these allophones at various observation points in

Nagekeo language, Mbay language and Ende language.

1) Nagekeo Language Area

a) Allophone [l] becomes the charateristic of use in

(1) Central Nage Area, found in Boawae dialect at OP 25 – 27, 34.

(2) South Central Nage Area, found in Ndora dialect at OP 22, 30; Jaduro

dialect at OP 23, 24, 28; Kelimado at OP 29; Kelimado dialect at OP

29; Kotakeo dialect at OP 31; Ladolima at OP 41, 44.

(3) North Central Nage Area, found in Munde dialect at OP 3; Dhawe

dialect at OP 4; Lape – Ia dialect at op 6, 7; Lambo dialect at OP OP

12; Dhereisa dialect at OP 15; Rendu dialect at OP 16.

(4) West Keo Area found in Lejo dialect at OP 32, 33, 37; and Aewoe

dialect at OP 46.

(5) Bordering Areas between Naekeo regency and Ngada regency, found

in Sara – Taka dialect at OP 35.

b) Allophone [d] becomes the charateristic of use in

(1) North Central Nage Area, found in Lambo dialect at OP 12.

(2) North East Nage Area, found in Toto dialect or Woloae dialect at OP

8, 11, 17 and Oja dialect at OP 19; and Tendarea subdialect at OP 20.

(3) South Central Nage Area, found in Ndora dialect at OP 22.

(4) West Keo Area found in Lejo dialect at OP 38; Kotagana dialect at OP 47.

(5) Central Keo Area found in Kotowuji at OP 39, 40, 48 – 50; and

Romba dialect at OP 45.

(6) East Keo dialect found in Riti – Woko dialect at OP 42, 43.

Page 68: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxviii

c) Allophone [ld] becomes the charateristic of use in North east Nage Area

in Watumite subdialect at OP 18.

d) Allophone [Ø] becomes the charateristic of use in dialect area in the

borders between Nagekeo regency and Ngada regency, found in Sara-

Take dialect at OP 36.

2) Mbay Language Area

Allophonic variants of [l] becomes the charateristic of use in:

(d) Lengkosambi dialect at OP 1

(e) Nggolonio dialect at OP 2.

(f) Nggolombay dialect at OP 5

3) Ende language Area

Allophone [rz] becomes the charateristic of:

(1) Maukaro dialect at OP 10.

(2) Nangapanda dialect at OP 21.

8.2.2 Sporadic Variation

It is also important to describe the sporadic variations appropriately in order

to know that facts about the varieties of a language and kinds of variations that

have enrich the language geographically. Sporadic variation is the sound that

appear sporadically. From linguistic point of view, sound variation that occurs

sporadically happens not because of certain linguistic environment (Saussure,

1988:25; cf. Mahsun, 1995:33) and therefore data related to sound changes in the

form of sporadic variation is limited to one or two examples.

8.2.2.1 Assimilation

Assimilation is phonemic variation or correspondence (vowel or consonant)

to become more like each other. There are three types of assimilation:

1) Progressive Assimilation

Progressive assimilation is variation or correspondence of phonemes

(vowel or consonant) to become the same or similar to the sound that

precedes it. Thus, the segmental that is on the right influences the one on the

left side. Variation or correspondence of the phoneme that happens here is the

variation of phoneme /u/ that is on the right undergoes assimilation or

adjustment with vowel /i/ which is on the left side, so that it results in vowel

/i-i/, as in the following finding:

turn (putar): kilu: 6, 13, 27 ~ kili: 35

2) Regressive Assimilation

Progressive assimilation is variation or correspondence of phonemes

(vowel or consonant) to become the same or similar to the sound that follows

Page 69: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxix

it. In this phenomenon fluid consonant lateral /l/ that is on the left side

undergoes assimilation process to become like thrill /r/ that is on the right

side, so that it results in fluid consonant thrill /r-r/, as in the following finding.

(1) Saliva (map 48)

?ae lura: 6,7,15,16,44 ~ ?ae rura: 3, 13, 14, 25, 26; wae rura: 35, 36.

(2) Crest (map 148)

lari manu: 4, 6, 7, 13, 15, 16 ~ rari manu

3) Reciprocal Assimilation

Reciprocal assimilation is the correspondence of two successive

phonemes, that result of in a new phoneme which is different from the two

original phonemes (Kridalaksana, 2001: 19). Thus, there is a merger of two

neighboring segmental phonemes to become one new segmental. This

assimilation is two ways because the two segmental phonemes influence one

another, as can be seen in the following examples:

(1) eight (map 8)

rua butu:19,32,33,34, 46,47, 38, 46, 47, 48; rua bhUtu: 17, 18; rua

mbutu:20,39,40,42, 43,45,49,50; Rua

mbutu:10,21 ~ ro b

hutu: 8.

(2) eighteen (map 18)

ā bulu rua butu: 38; ā bulu ə.sa rua butu: 33, 34; ha bulu rua butu : 37,

46; ha mbulu əsa rua

mbutu: 45; bulu əsa rua butu: 32; sa budu rua {butu}:

22; ā budu əsa rua butu: 47; se bu rua butu: 36; se budu əsa rua butu: 19;

se bhU

ldu əsa rua b

hUtu: 18; se b

hUlu əsa rua b

hUtu: 11, 17; ha

mbudu

rua mbutu: 42; ā

mbudu əsa rua

mbutu: 39, 40, 43, 48-50; se

mbulu, ā

mbudu əsa rua

mbutu: 9 ~ se budu əsa ro butu: 8.

8.2.2.2 Syllabic Structure Process

Syllabic structure process in Nagekeo language found in this research is in

the form of addition of consonants at the initial position (prothesis), as seen in the

following:

a) Variation in the Form of Addition of Consonant

(1) Variation in the form of addition of stop velar consonant /k/ at the

beginning of a word that starts with vowel /i/, as seen in the following

unlock (unlocking bottle cover) (map 901)

øīlu :29 ~ kilu: 6, 13, 27.

(2) Variation in the form of addition of stop velar implosive consonant /ɗ/ at

the beginning of a word that starts with vowel /a/, as seen in the

following.

foot (map 87)

ʡaʡi: 3, 4, 6--13, 15--32, 39, 40, 41, 43--45, 47--50 ~ ɠaʡi: 42.

Page 70: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxx

(3) Variation in the form of addition of nasal velar consonant /ŋ/ at the

beginning of a word that starts with vowel /i/, as seen in the following.

nose (map 80)

ʡi.zu: 6, 7, 8, 12, 15--17, 20, 22--24, 26--30 ~ ŋi.zu: 14, 35.

b) Variation in the Form of Addition of Semivowel

(1) Variation in the Form of Addition of Semivowel /w/ and /y/ at the initial

position of a word that starts with vowel /a/, as seen in the following.

foot (map 87)

ʡaʡi: 3, 4, 6--13, 15--32, 39, 40, 41, 43--45, 47--50 ~ waʡi: 14, 35 dan

yaʡi: 37, 38, 46.

(2) Variation of stop bilabial consonant /b/ and /f/ becomes semivowel /w/.

(a) Variation of bilabial consonant /b/ becomes semivowel /w/

pork (fat part of pork) (map 87)

bozo: 15, 23, 24, 27, 28 ~ wozo: 29

(b) Variation of fricative consonant /f/ becomes semivowel /w/

Eat (manggoes) with front teeth (map 843)

fagi: 3,6,7,12,15,16,23--25,27,28; fagi: 8,11,18 ~ wagi: 4, 22

(c) Variation of velar plosive consonant /ɠ/ becomes semivowel /y/

knead (map 903)

ɠəme: 3,4,8,13,15,22,24,25,27,30, 31, 37, 41, 46, 48 ~ yəme: 18

8.2.2.3 Segmental Omission

Variation in the form of omission velar implosive consonant /ɠ/ between

vowels /e/ and /a/, as seen in the following.

demolished (demolished house by the crash of car) (map 745)

beɠa: 4, 6, 7, 12, 15, 16, 22--38, 40, 41, 43, 46, 47 ~ bea: 14; mbea: 39

8.2.2.4 Metathesis

Metathesis is the change of place of phonemes in a word

(Kridalaksana:2001: 136). Metathesis that happens here is in the form of:

a) Change of place of consonants, that is, the consonant in the first syllable

of the word moves to the second syllable.

b) The consonant in the second syllable moves to the first syllable of the

word. Metathesis variation comprises:

1) Metathesis of consonant /g – l/ becomes /l – g/ . Data metathesis /g – l/

~ /l – g/ found in Nagekeo language is:

Turn around (peta 827)

gili ge.o: 31, 32, 37, 46; ~ li.gi leo: 44

2) Metathesis of consonant /m – s/ becomes /s – m/. Data metathesis /m –

s/ ~ /s – m/ found in Nagekeo language is

Page 71: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxi

suck (suck at a hose ) (peta 819)

sə.mo: 33, 37, 42 ~ mə.so: 4, 13

3) Metathesis of consonant /s – l/ becomes /l – s/. Data metathesis /s – l/ ~

/l – s/, found in Nagekeo language is

Cutting branches of a tree (peta 858)

soli: 42 ≈ losi: 17

8.2.2.5 Segmental Vowel Variation

Variation of segmental vowels comprises:

(1) Variation in form of the fronting of back rounded vowel /o/ becoming front

unrounded vowel /e/, as seen in the following.

swollen (map 248)

bowo: 23, 26, 27, 29, 34, 35, 37, 42; bowo ~ bewe: 33, 38, 46, 47

(2) Variation in the form of the fronting of back rounded vowel /u/ becoming

front unrounded vowel /i/, as seen in the following.

unlock (unlocking bottle cover) (map 901)

kilu: 6, 13, 27 ~ kili: 35

8.2.2.6 Segmental Consonant Variation

Consonant variation based on manner of articulation is related to the

constriction of certain voice tract, be it total block or constriction more than

manner of articulation. Thus, it is based on the manner in which the air passes out

from the lungs.

1) Variation of stop palatal voiceless consonant /c/:

a) Stop voiceless consonant /c/ ~ lateral voiced consonant /l/.

small (map 677)

coʡo: 12, 15--18, 22--24, 27--34, 46, 50 ~ loʡo: 8, 11, 19, 20, 22

b) Stop palatal voiceless consonant /c/ ≈ velar voiced consonant /g/.

small (map 677)

coʡo: 12, 15--18, 22--24, 27--34, 46, 50 ~ goʡo: 42, 43, 45, 46, 48--50

c) Stop palatal consonant voiceless consonant /c/ ~ velar voiced consonant

/s/.

small (map 677)

coʡo: 12, 15--18, 22--24, 27--34, 46 ~ soʡo: 4,29, 33, 34, 36--41, 44,47.

2) Variation of nasal dental consonant /n/:

(a) Variation of nasal dental /n/ ~ dental stop /d/ accompanied by variation

of consonant/g/ ~ consonant /k/ at second syllable of the word.

nod (map 929)

nugu: 3, 4, 6--8, 11--13, 15--17, 22--38,41,42,44, 46, 47 ~ duku: 14

(b) Variation of nasal dental /n/ ~ stop palatal /j/, as seen in the following.

nod (map 929)

Page 72: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxii

nugu: 3, 4, 6--8, 11--13, 15--17, 22--38, 41, 42, 44, 46, 47 ~ juku: 43

(c) Variation of nasal dental /n/ ~ stop labial /p/, as seen in the following.

nod (map 929)

nugu: 3,4,6--8,11--13,15--18,22--38,41,42,44,46, 47; nuŋgu: 9,

19, 20, 39, 40, 45, 48, 50 ~ pəgu: 49

3) Variation of bilabial nasal voiced consonant /m/:

(a) Variation of bilabial nasal consonant /m/ ≈ stop bilabial plosive voiced

/ɓ/, accompanied by variation of stop velar explosive /g/ ~ stop velar

implosive /ɠ/ at second syllable of the word, as seen in the following.

naked (map 737)

moga : 11, 49, 50 ~ ɓoɠa:12, 22, 30

(b) Variation of bilabial nasal voiced /m/ ~ dental stop voiced /d/,

accompanied by repetition with variation of consonant /d/ ~ /r/ at second

syllable of second word, as in the following.

naked (map 737)

moga: 11, 49, 50 ~ doga –roga: 41

(c) Variation of bilabial nasal voiced /m/ ~ stop palatal /j/ at first and second

syllable of the word, as seen in the following.

knead (map 903)

ɠəme: 3, 4, 8, 13, 15, 22, 24, 25, 27, 30, 31, 37, 41, 46, 48 ~ ɠəje: 9, 17, 19, 20,

40, 48--50; ɠəjo: 21, 45

4) Variation of stop velar voiceless /k/ of the second syllable of the word ≈ stop

velar voiced, as seen in the following.

butt (map 864)

puku: 3,4,6,7,11,12--16,23, 25, 27,31, 36--38 ~ pugu: 46,47; pəgu: 39, 43, 44, 48,

49; pagu: 17,20.

5) Variation of stop dental consonant /d/ comprises:

a) Variation of dental consonant /d/ ~ bilabial consonant /p/

butt (map 864)

dəgu: 6, 8, 9, 15, 18, 19, 22, 24, 28--30, 34, 35, 40, 41 ~ pəgu: 39, 43, 44, 48, 49

b) Variation of dental consonant /d/ ~ dental consonant /t/

butt (map 864)

dəgu: 6, 8, 9, 15, 18, 19, 22, 24, 28--30, 34, 35, 40, 41; ~ təgu: 26 .

6) Variation of fluid consonant /r/ ~ velar implosive consonant /ɠ/, as seen in the

following data.

crow (map 481)

ra: 3, 12, 16; ʡana ra: 15, 44 ~ ɠa: 18; tura; ɠa: 11

7) Variation of velar consonant /k/, comprises:

(a) Variation of velar consonant /k/ ~ larynx fluid consonant /h/

unlock (unlocking bottle cover) (map 901)

Page 73: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxiii

kilu: 6, 13, 27; kili: 35; kidu: 50; kiu: 36, 39, 43 ~ hidu: 40

(b) Variation of velar consonant /k/ ~ bilabial consonant /b/.

fall (map 674) mboka: 9, 10, 19--21, 50; b

hoka: 8 ~ boba: 4, 6, 15, 16, 23, 24, 26, 28,

32, 33, 36, 37, 41, 44, 46, 47; m

boba: 43

(c) Variation of velar consonant /k/ ~ bilabial implosive consonant /ɓ/.

swallow (map 916)

kəlo: 4,15,16; kəo: 36 ~ ɓəlo: 31,32,35,41,44; ɓədo: 39,40,43,45,47-- 50.

(d) Variation of stop velar consonant /k/ ~ stop velar consonant /e/ as seen

in the following.

thorn (map 387)

kalo: 20,32,39,40,42,43,45,46,48--50; karo: 14,17,21,35,36, 44, 46;

kayo: 8,9,18,19,33,37,38,46 ~ garo: 3,4,6,7,12,13,25; gayo:

11; gaøo: 22,30

(e) Variation of velar explosive voiceless consonant /k/ ~ velar implosive

voiced consonant /ɠ/

knead (map 903)

kəje: 39, 43, 49 ~ ɠəse: 6, 7, 26, 36, 38, 47; ɠəce: 12, 16, 23, 28, 29,

32--34, 46; ɠəje: 9, 17, 19, 20, 40, 48, 50; ɠəjo: 45

(f) Variation of velar consonant /k/ ~ thrill fluid consonant /r/ putar unlock

(unlocking bottle cover) (map 901)

kilu: 6, 13, 27; kili: 35; kidu: 50; kiu: 36, 39, 43 ~ 10 ridu: 8.

8) Variation of velar implosive consonant /ɠ/ ~ velar explosive voiceless

consonant /k/.

unlock (unlocking bottle cover) (map 901)

ɠilu:7,15,16,18, 28,31,32,44 ~ kilu:6,13,27; kili:35; kidu: 50; kiøu: 36,39, 43.

9) The change of stop bilabial implosive consonant /ɓ/ ~ stop bilabial explosive

consonant /b/.

Marrow (map 368)

ɓi.lu: 3, 4, 6, 7, 13--16, 23--35, 37, 38, 41, 44, 46; ɓi.du: 8, 11, 12, 22, 39,

47, 49; ɓiu: 36 ~ bi.du: 40.

10) Variation of lateral fluid consonant /l/ ~ velar consonant /k/

A tool in traditional weaving activity (map 999)

logo: 3, 4, 6, 7, 14--16, 23--28, 31, 33--35, 46 ~ kogo: 22, 30, 32, 36,

41, 44; koŋgo: 9, 39, 40, 42, 43, 45, 48, 49.

11) Variation of bilabial explosive consonant /b/ ~ bilabial implosive consonant

/ɓ/, variation of bilabial consonant /b/ ~ bilabial implosive /ɓ/

(a) float (map 742)

bawa: 3, 6, 7, 11--13, 15, 16, 25, 27, 33, 34, 36, 37, 39--41, 44, 46, 47 ~

ɓawa: 4, 14, 17, 26, 29, 35.

Page 74: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxiv

(b) lean on (map 906)

beʡi: 3, 6, 7, 12, 13, 15, 16, 22, 25, 28, 30--34, 36--38, 41, 44, 46, 47 ~

ɓeʡi: 4, 14, 17, 26, 29, 35.

12) Variation of velar explosive consonant /g/ ~ velar implosive /ɠ/

Roll over (map 813)

gola: 4, 22, 23, 25, 27, 29, 30, 34, 41; goda: 8, 11, 12; goa: 36; ~ ɠola: 15, 16;

ɠole: 26.

13) The change of alveolar consonant /z/

a) The change of alveolar consonant /z/ ~ dental implosive /ɗ/.

rice (map 355)

zea pa.re: 3,4,16; zea pae: 22,24,25; zea mama: 13; zea nika : 15,

23, 27, 28, 29, 41; bu) zea: 8; zea ka: 6, 7, 12; ka zea: 18; ʡetu zea: 39 ~

ɗea: 14, 35, 36.

b) The change of apico-palatal /z/ ~ apico-alveolar /s/

odor of stale (map 985)

wau bazu: 3, 4, 7, 11, 12, 14--16, 22--24, 28, 30; wau bhazu: 8, 17,

18; wau mbazu: 20 ~ wau

mbasu: 39.

14) The change of dental consonant /t/ ~ alveolar /s/

Pick up (map 821)

tabu: 12, 13, 15, 16, 23, 24, 28, 38, 41, 44, 46, 47;tambu: 39, 40, 42, 43, 45,

48--50 ~ sabu: 3, 4, 7, 14, 22, 25, 29; sabhu: 11; sa

mbu: 19.

15) Variation of dental consonant /d/ ~ bilabial consonant /p/

butt (map 864)

dəgu : 4,6,7, 12, 15, 16 ~ pəgu: 39, 43, 44, 48, 49; pagu: 17, 20; pugu: 46,

47.

16) Variation of palatal voiced /j/ comprises:

Variation of palatal voiced /j/ ~ fricative alveolar voiceless /z/

(1) horse (map 500)

jara: 3, 4, 6, 7, 9, 12, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 25, 26, 32, 50; jaya: 11;

ja: 22--24,27--31 ~ zara: 14.

(2) wild banana (map 422)

buju: 3,6,7,13,15,16,22--29,31,32,38,39,41,44,45 ~ buzu: 14.

17) The change of fricative alveolar voiceless/voiced consonant /z/ ~ stop palatal

consonant /j/.

Odor of stale (map 985)

wau bazu: 3, 4, 7, 11, 12, 14--16, 22--24, 28, 30; wau bhazu: 8, 17, 18; wau

mbazu: 20 ~ wau baju: 26, 27, 29, 33, 34, 36--38, 46.

Page 75: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxv

9. The Finding

9.1 Calculation Parameter

Based on the result of dialectometric calculation, using the dialectometric

parameter between observation points and dialectometric parameter with

permutation, there are three languages in Nagekeo regency, they are :

a) Mbay/Riung Language, which, in this research is supported by three dialects:

(1) Lengkosambi dialect, (2) Nggolonio dialect, (3) Nggolombay dialect

b) Nagekeo Language consists of 22 dialects:

(1) Boawae dialect, with the following subdialect:

a) Rawe subdialect

b) Kelewae subdialect

c) Rowa subdialect

(2) Munde dialect

(3) Dhawe dialect

(4) Lape - Ia dialect (Lape - Nataia dialect)

(5) Lambo dialect

(6) Dhereisa dialect

(7) Rendu dialect

(8) Ndora dialect

(9) Jaduro dialect (Raja, Wudu, Gero dialect)

(10) Kelimado dialect

(11) Kotakeo dialect with Ladolima speech difference (parler)

(12) Sara – Taka dialect (Sarasedu – Takatunga) dialect

(13) Soa dialect (in Mengeruda village)

(14) Poma dialect (in Denatana village)

(15) Lejo dialect with Wolokisa Subdialect

(16) Aewoe dialect

(17) Kotagana dialect

(18) Wolowae dialect (Toto dialect) with the following subdialect:

(a) Utetoto Subdialect

(b) Watumite Subdialect.

(19) Oja dialect with Tendarea Subdialect

(20) Kotowuji dialect with Mbaenuari Subdialect

(21) Romba dialect

(22) Riti – Woko dialect (Riti – Wokodekororo dialect)

c) Ende Language, which is supported by 1 dialect, that is Nangapanda dialect

and Maukaro dialect.

Page 76: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxvi

9. 2 Phoneme that Undergoes Rule-Governed Variation

Nagekeo language used in Nagekeo regency and the bordering areas, has 6

consonants that undergo rule-governed phonological variation:

(1) Bilabial consonant /b/ becoming allophones [b]. [bh], [

mb]

(2) Dental consonant /d/ becoming allophones [d] and [nd]

(3) Velar consonant /g/ becoming allophones [g] and /ng/

(4) Alveolar consonant /z/ becoming allophones [z], [r], [R], [s], [y]

(5) Thrill consonant /r/ becoming allophones [r], [R], [l], [l], [h], [y], [Ø]

(6) Lateral consonant /l/ becoming allophones [l], [d], [d], [z], [Ø]

9. 3 Language Characteristics

Lexicon-wise, there are two unique linguistic phenomena in Mbay/Riung

language compared to Nagekeo and Ende language found in this research:

(1) Basic Numeral

Basic numerals used in Mbay/Riung language is 10 (ten), while Nagekeo and

Ende language has 5 (five) basic numbers, as seen in the following table:

No Numeral Mbay/Riung

Language

Nagekeo

Language

Ende

Language

1 one (s,c)a ʡəsa ʡəsa

2 two sua z(r,ɗ)ua Rua

3 three təlu tə(l,d)u tə

rzu

4 four pat wutu wutu

5 five lima l(d,

ld)ima

rzima

6 six nen(ng) (l ,d)ima ʡəsa

rzima ʡəsa

7 seven pitu (l,d,

ld)ima (z

r,ɗ) ua

rzima Rua

8 eight walu (z r) ua butu Rua

mbutu

9 nine (s,c)iwa ta(ə)ra ʡəsa taRa ʡəsa

10 ten Sa bulu sa

mbulu s(c)a pulu

11 eleven s(c)apulu s(c)a

sa (b, m

b) ulu

sa ʡəsa

a m

burzu sa

ʡəsa

12 twelve s(c)apulu

sua

sa (b, m

b)ulu

əsa (z,r,ɗ)ua

a m

burzu

?əsa Rua

Page 77: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxvii

(2) Vocalic and Non-vocalic Types

Words used in Nagekeo language are vocalic in nature, which means, words

used in both languages are open in nature, or the ending is always a vowel,

whereas the words in Mbay/Riung language are non-vocalic, which means,

some words used in this language are open or end in vowels and others are

closed or end in consonants, as in the following table:

No. Gloss Mbay/Riung Language Negekeo Language

1 feather la n

do manuk: 1,2,5 lado manu :

15,16,24,26

weʡo manu: 3,4,6-

13,17-34,36-41,43-50

2 pineapple pala wa n

daŋ: 1,2,5 pala wada : 3,4,6,7,

11,13,25

3 inform to n

daŋ: 1,2,5

toda :3,4,6,7,12, 14-

16,23,25, 28-30

4 green pea rumbet :1,2,5

rube: 3,4, 13-16,25,26

5 (soil) salt pasek: 1,2,5 pazo :3,4,6,7, 11-16,

18,22-30, 35,38, 39,41

6 Stick/cane ɗoar:1,2,5 ɗoa: 3, 4, 6,7, 15,16

9.4 The Discovery of Consonant Correspondence Theory in Nagekeo

Language

There are two theories of consonant correspondence in Nagekeo

Language, are:

a) Obstruct consonant correspondence theory:

a) The formulation of obstruct consonant: “ Correspondence articulatory of

obstruct consonans is always corresponds with consonant pranasal

obstruction“.

b) The correspondence of obstruct consonant include:

(1) Obstruct bilabial consonant [b] corresponden with [b], [m

b]

(2) Obstruct dental consonant [d] corresponden with [d], [nd]

(3) Obstruct velar consonant [g] corresponden with [g], [ŋg]

c) Formulation of Obstruct consonant correspondence theory: “ Obstruct

consonant /b,d, g/ ≈ [b,d, g] ≈ [m

b, n

d, n

d, ŋ

g]”.

b) Continual consonant correspondence theory:

(1) Formulation of continual consonant correspondece theory: “ continual

consonant always corresponds with the type of more various continual

consonant caretantly maintain the position of its articulation”.

Page 78: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxviii

(2) The continual consonant correspondence include:

a) Alveolar consonant correspondence /z/ ≈ [z], [r], [R], [s], [y]

(b) Trill Liquida consonant /r// ≈ [r], [R], [l], /lh/, /h/,/y//,[ø]

(c) Lateral Liquid consonant /l/ ≈ [l], [d], [ld] , [

rz] , [ø]

(3) Formulation of continual consonant correspondece theory :

(a) Continual consonant /z/ ≈ [z] ≈ [r] ≈ [R] ≈ [s] ≈ [y]

(b) Trill Liquid consonant /r// ≈ [r] ≈ [R] ≈ [l] ≈ /lh/≈ /h/≈ /y//≈ [ø]

(c) Lateral Liquid consonant /l/ ≈ [l] ≈ [d] ≈ [ld] ≈ [

rz] ≈ [ø]

10. Conclusion and Suggestion

10.1 Conclusion

1) The grouping of isolect into language, dialect, subdialect in this research is

done based on:

a) Dialectometric Parameter among observation points

b) Dialectometric Parameter with permutation

2) Based on result of the calculation with dialectometric parameter among

observation points and dialectomateris parameter with permutation, there are 3

languages in Nagekeo regency:

a) Mbay/Riung Language, supported by 3 dialects

b) Nagekeo language, supported by 22 dialects.

c) Ende language, supported by 1 dialect

3) Nagekeo language used in Nagekeo Regency and the bordering areas has 6

consonants that undergo rule-governed phonological variation:

(1) (1) Bilabial consonant /b/ becoming allophones [b]. [bh], [

mb]

(2) (2) Dental consonant /d/ becoming allophones [d] and [nd]

(3) (3) Velar consonant /g/ becoming allophones [g] and /ng/

(4) (4) Alveolar consonant /z/ becoming allophones [z], [r], [R], [s], [y]

(5) Thrill consonant /r/ becoming allophones [r], [R], [l], [l], [h], [y], [Ø]

(6) Lateral consonant /l/ becoming allophones [l], [d], [d], [z], [Ø]

10.2 Suggestions

In terms of suggestions as recommendation for further studies of Nagekeo

language, there are several points that are suggested here:

1) For phonological uniqueness, that is, lateral aspirated consonant /lh/ in

Lape – Ia dialect (Nataia) in Lape and Olaia village and dental prelateral

consonant /ld/ in Watumite dialect; and posterior thrill /R/ in Lambo

dialect need to be investigated concerning their origin and the direction of

influence between those dialects and with other dialects, or even with

other neighboring languages.

Page 79: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxix

2) Instrument of data collection for further studies in the field of phonology

need to be broaden, so that phonemic variations that cause the significant

change of word class, such as the word poka ‘cut’, while its variant boka

‘fall’ , pala ‘sole’ and its variant bala ‘footprint’, can be analyzed

appropriately. In addition, the existence of form as phrase formation in

syntactic field as signal of word class, such as the word kema ‘to work’

while the phrase ola kema ‘the work’, the word ka ‘to eat’, while the

phrase ola ka ‘the food’ can be investigated more appropriately.

3) In terms of the phenomena of extinction of small language as the support

of national language, it is suggested that the stakeholders and decision

makers should promulgate the rules and regulations to protect all the

languages and cultures, so that the small languages and cultures in this

country can survive in the lives of its people.

Page 80: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxx

DAFTAR ISI

JUDUL LUAR ...................................................................................................... i

JUDUL DALAM ................................................................................................. ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR ................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

HALAMAN PANITIA PENGUJI ..................................................................... v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................ vi

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vii

ASBTRAK .......................................................................................................... xi

ABSTRACT ....................................................................................................... xii

RINGKASAN ................................................................................................... xiii

RESUME ........................................................................................................ xlviii

DAFTAR ISI ................................................................................................... lxxx

DAFTAR LAMBANG/SINGKATAN ....................................................... lxxxvi

DAFTAR BAGAN/DENAH ...................................................................... lxxxvii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... lxxxviii

DAFTAR PETA .................................................................................................xc

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 8

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

1.4.1 Manfaar Akademis .................................................................................. 9

1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 10

II. KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI................... 11

2.1 KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 11

2.1.1 Penelitian Bahasa Sasak di Pulau Lombok ........................................... 11

2.1.2 Penelitian Dialek Geografi Bahasa Nagekeo ........................................ 12

2.1.3 Penelitian Dialek Geografi Bahasa Sumba ........................................... 15

2.2 Konsep .................................................................................................. 17

2.2.1 Isolek ..................................................................................................... 17

2.2.2 Isoglos dan Berkas Isoglos.................................................................... 18

2.2.3 Dialek .................................................................................................... 20

2.2.4 Variasi Dalam Dialektologi .................................................................. 21

2.2.5 Sifat Kajian ........................................................................................... 23

2.3 Landasan Teori...................................................................................... 24

III. METODE PENELITIAN ................................................................... 28

3.1 Pemilihan dan Penomoran Lokasi Penelitian ...................................... 28

3.1.1 Dasar Pertimbangan Pemilihan Daerah Penelitian ............................... 28

Page 81: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxxi

3.1.2 Sistem Penomoran Daerah Penelitian ................................................... 33

3.2 Instrumen Penelitian ............................................................................. 39

3.2.1 Hakikat Daftar Pertanyaan ................................................................... 39

3.2.2 Syarat Daftar Pertanyaan ................................................................... 39

3.2.3 Susunan Daftar Pertanyaan ............................................................... 40

3.2.4 Cakupan Daftar Pertanyaan ............................................................... 40

3.3 Sumber Data dan Syarat Informan ........................................................ 42

3.3.1 Sumber Data.......................................................................................... 42

3.3.2 Syarat Informan .................................................................................... 43

3.4 Metode Penyediaan Data ...................................................................... 44

3.4.1 Metode Lapangan.................................................................................. 44

3.4.2 Metode Simak ....................................................................................... 46

3.5 Metode Pengolahan Data ...................................................................... 46

3.6 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ................................................. 49

3.7 Model Penelitian ................................................................................... 50

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................ 52

4.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Nagekeo di Zaman Belanda ................. 52

4.2 Sejarah Pembentukan Kabupaten Nagekeo ........................................ 55

4.3 Keadaan Geografi ................................................................................ 59

4.3.1 Topografi............................................................................................... 59

4.3.2 Iklim ...................................................................................................... 61

4.3.3 Fauna dan Flora..................................................................................... 61

4.4 Wilayah Administrasi dan Penduduk ................................................... 62

4.4.1 Wilayah Administrasi ........................................................................... 62

4.4.2 Luas Wilayah ........................................................................................ 65

4.4.3 Jumlah Penduduk .................................................................................. 65

4.5 Kepercayaan dan Agama ...................................................................... 66

4.6 Objek Pariwisata ................................................................................... 67

V. PENGHITUNGAN JARAK KOSAKATA BERDASARKAN

DIALEKTOMETRI ........................................................................... 68

5.1 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Dialektometri ................... 68

5.2 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna ................. 70

5.2.1 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Bilangan

dan Hitungan ......................................................................................... 70

5.2.2 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Ukuran

dan Keterangan Jumlah ......................................................................... 73

5.2.3 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Bagian

Tubuh dan Produksi Tubuh Manusia .................................................... 76

5.2.4 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Bagian

Tubuh Binatang ..................................................................................... 80

5.2.5 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Kata Ganti,

Sapaan, Kekerabatan, dan Acuan .......................................................... 83

5.2.6 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Dukun,

Penyakit, Pengobatan, dan Kematian.................................................... 86

Page 82: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxxii

5.2.7 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Adat

Perkawinan dan Kelahiran Manusia ..................................................... 89

5.2.8 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna

Rumah/Bangunan dan Bagian-bagiannya ........................................... 92

5.2.9 Penghitungan Jarak KosakataMedan Makna Peralatan Dapur

dan Rumah Tangga ............................................................................... 95

5.2.10 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Makanan

dan Minuman ...................................................................................... 98

5.2.11 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Tanaman 101

5.2.12 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Nama

Binatang dan Peralatannya ................................................................ 104

5.2.13 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Pertanian,

Perkebunan, dan Alat-alatnya ........................................................... 107

5.2.14 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Waktu

dan Musim .......................................................................................... 110

5.2.15 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Keadaan

Alam dan Benda Alam ...................................................................... 113

5.2.16 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Sifat

atau Keadaan ....................................................................................... 116

5.2.17 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Gerak

Kerja .................................................................................................... 119

5.2.18 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Warna .... 122

5.2.19 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Pakaian

dan Perhiasan .................................................................................... 124

5.2.20 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Kehidupan

di Desa ................................................................................................ 127

5.2.21 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Arah

dan Petunjuk........................................................................................ 130

5.2.22 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Bau

dan Rasa .............................................................................................. 133

5.2.23 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Medan Makna Tenun Ikat

dan Peralatannya ................................................................................. 136

5.3 Deskripsi Hasil Penghitungan Jarak Kosakata Keseluruhan Medan

Makna ................................................................................................. 140

5.3.1 Penghitungan Jarak Kosakata Keseluruhan Medan Makna ................ 140

5.3.2 Deskripsi Status Isolek Keseluruhan Medan Makna .......................... 145

5.3.2.1 Deskripsi Status Isolek Beda Bahasa .................................................. 145

5.3.2.2 Deskripsi Status Isolek Beda Dialek ................................................... 145

5.4 Deskripsi Permutasi Antartitik Pengamatan ....................................... 147

5.4.1 Penghitungan Jarak Kosakata Berdasarkan Permutasi Antara Titik

Pengamatan ......................................................................................... 147

5.4.1.1 Timur – Barat ...................................................................................... 149

5.4.1.2 Utara - Selatan.................................................................................... 150

5.4.1.3 Barat Laut - Tenggara ......................................................................... 152

5.4.1.4 Timur Laut – Barat Daya .................................................................... 153

5.4.1.5 Tenggara - Timur Laut ........................................................................ 154

Page 83: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxxiii

5.4.1.6 Barat Laut - Timur Laut ...................................................................... 156

5.4.1.7 Barat Laut - Barat Daya ...................................................................... 157

5.4.1.8 Barat Daya - Tenggara ....................................................................... 158

5.4.2 Hubungan Pemahaman Antartitik Pengamatan ................................. 159

5.5 Pengelompokkan Pola Isoglos ............................................................ 160

5.5.1 Dasar Pengelompokkan Pola Isoglos .................................................. 160

5.5.2 Macam-macam Pola Isoglos ............................................................... 161

5.5.2.1 Peta Berpola A .................................................................................... 161

5.5.2.2 Peta Berpola B .................................................................................... 163

5.5.2.3 Peta Berpola C .................................................................................... 164

5.5.2.4 Peta Berpola D .................................................................................... 166

5.5.2.5 Peta Berpola E..................................................................................... 167

5.5.2.6 Peta Berpola F ..................................................................................... 169

5.5.2.7 Peta Berpola G .................................................................................... 170

5.5.2.8 Peta Berpola H .................................................................................... 172

5.5.3 Hubungan Antara Pengelompokkan Isoglos dengan Wilayah

Bahasa/Dialek ..................................................................................... 173

5.6 Pengelompokkan Status Isolek sebagai Bahasa, Dialek/Subdialek .... 176

5.6.1 Dasar Pengelompokkan Status Isolek ................................................. 176

5.6.2 Pengelompokkan Status Isolek sebagai Bahasa .................................. 178

5.6.2.1 Bahasa Mbay/Riung ............................................................................ 179

5.6.2.2 Bahasa Nagekeo .................................................................................. 179

5.6.2.3 Bahasa Ende ........................................................................................ 187

VI. DESKRIPSI FONOLOGIS .............................................................. 190

6.1 Inventarisasi dan Klasifikasi Segmen Bunyi Bahasa Nagekeo........... 190

6.1.1 Inventarisasi dan Klasifikasi Bunyi-bunyi Vokoid ............................. 191

6.1.1.1 Kriteria Klasifikasi Bunyi-bunyi Vokoid............................................ 191

6.1.1.2 Penentuan Fonem-fonem Vokal ......................................................... 196

6.1.2 Inventarisasi dan Klasifikasi Bunyi-bunyi Kontoid ............................ 198

6.1.2.1 Kriteria Klasifikasi Bunyi-bunyi Kontoid .......................................... 198

6.1.2.2 Penetuan Fonem-fonem Konsonan ..................................................... 212

6.1.2.3 Distribusi Fonem dalam Bahasa Nagekeo .......................................... 216

VII. VARIASI LEKSIKON DALAM DIMENSI

GEOGRAFI DIALEK .................................................................... 219

7.1 Variasi Leksikon Dalam Dimensi Geografi Dialek ............................ 219

7.1.1 Variasi Leksikon Medan Makna Bilangan dan Hitungan ................... 219

7.1.2 Variasi Leksikon Medan Makna Ukuran dan Keterangan .................. 221

7.1.3 Variasi Leksikon Medan Makna Bagian Tubuh Manusia .................. 224

7.1.4 Variasi Leksikon Medan Makna Bagian Tubuh Binatang .................. 236

7.1.5 Variasi Leksikon Medan Makna Kata Ganti, Sapaan, Kekerabatan,

dan Acuan ........................................................................................... 238

7.1.6 Variasi Leksikon Medan Makna Dukun, Penyakit,

Pengobatan dan Kematian................................................................... 246

7.1.7 Variasi Leksikon Medan Makna Adat Perkawinan

Page 84: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxxiv

dan Kelahiran Manusia ....................................................................... 260

7.1.8 Variasi Leksikon Medan Makna Rumah/Bangunan

dan Bagian - bagian dan Peralatannya ................................................ 265

7.1.9 Variasi Leksikon Medan Makna Peralatan Dapur

dan Rumah Tangga ............................................................................. 271

7.1.10 Variasi Leksikon Medan Makna Makanan dan Minuman .................. 279

7.1.11 Medan Makna Tanaman ..................................................................... 283

7.1.12 Medan Makna Nama Binatang dan Peralatannya ............................... 296

7.1.13 Medan Makna Pertanian, Perkebunan, dan Alat-alatnya .................... 307

7.1.14 Medan Makna Waktu dan Musim ....................................................... 310

7.1.15 Medan Makna Keadaan Alam dan Benda Alam ................................. 318

7.1.16 Medan Makna Sifat atau Keadaan ...................................................... 323

7.1.17 Medan Makna Gerak dan Kerja .......................................................... 332

7.1.18 Medan Makna Warna .......................................................................... 337

7.1.19 Medan Makna Pakaian dan Perhiasan ................................................ 338

7.1.20 Medan Makna Kehidupan di Desa ...................................................... 342

7.1.21 Medan Makna Arah dan Petunjuk ...................................................... 346

7.1.22 Medan Makna Bau dan Rasa .............................................................. 349

7.1.23 Medan Makna Tenun Ikat dan Peralatannya ...................................... 351

VIII. VARIASI FONEM DALAM DIMENSI GEOGRAFI DIALEK.. 354

8.1 Variasi Fonem sebagai Ciri Pembeda Dialek ..................................... 354

8.1.1 Variasi Teratur .................................................................................... 354

8.1.1.1 Variasi Konsonan Hambat Bilabial /b/ ............................................... 355

8.1.1.2 Variasi Konsonan Hambat Dental /d/ ................................................. 368

8.1.1.3 Variasi Konsonan Hambat Velar /g/ ................................................... 374

8.1.1.4 Variasi Konsonan /z/ ........................................................................... 381

8.1.1.5 Variasi Konsonan Tril /r/ .................................................................... 386

8.1.1.6 Variasi Konsonan Lateral [l] ............................................................... 398

8.1.2 Variasi Tidak Teratur (Sporadis) ........................................................ 410

8.1.2.1 Asimilasi ............................................................................................. 411

8.1.2.2 Protesis ................................................................................................ 414

8.1.2.3 Pelesapan Segmen ............................................................................... 416

8.1.2.4 Metatesis ............................................................................................. 417

8.1.2.5 Variasi Segmen Vokal ........................................................................ 420

8.1.2.6 Variasi Segmen Konsonan .................................................................. 421

IX. TEMUAN PENELITIAN ................................................................. 442

9.1 Temuan Penelitian sebagai Acuan Pengembangan dan Pengujian ..... 442

9.2 Pengelompokan Bahasa dan Dialek di Kabupaten Nagekeo .............. 442

9.2.1 Berdasarkan Paradigma Varian Leksikon ......................................... 442

9.2.2 Deskripsi Varian Fonem sebagai Pembeda Satuan Wilayah

Dialek/Subdialek ................................................................................. 446

9.2.2.1 Variasi Konsonan Hambat Bilabial /b/ ≈ dengan alofon [b],

[bh],[

mb] ............................................................................................... 447

9.2.2.2 Variasi Konsonan Hambat Bilabial/d/ ≈ dengan alofon [d],

Page 85: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxxv

dan [nd] ................................................................................................ 452

9.2.2.3 Variasi Konsonan Velar /g/ ≈ dengan alofon velar [g] dan pranasal velar

[ŋg]....................................................................................................... 454

9.2.2.4 Variasi Konsonan Aveolar/z/ dengan alofon [z],[r],[R],[s][y] ........... 456

9.2.2.5 Variasi Konsonan Tril /r/ ≈ dengan alofon [r],[R],

[I],[Ih],[H],[y],[Ø] ............................................................................... 458

9.2.2.6 Variasi Konsonan Lateral /l/ ≈ dengan alofon [l], [d], [ld], ]rz], [Ø] .. 460

9.3 Kekhasan Bahasa Mbay/ Riung, Bahasa Nagekeo dan Bahasa Ende . 463

9.4 Temuan Teori Korespondesi Konsonan dalam Bahasa Nagekeo ....... 465

X. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 467

10.1 Simpulan ............................................................................................. 467

10.2 Saran ................................................................................................... 478

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 481

Page 86: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxxvi

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

1. / : dalam lingkungan

2. [ ….] : pengapit segmen fonetis

3. / …./ : pengapit segmen fonemis

4. ( ….) : pengapit segmen manasuka

5. …. : pengapit segmen yang dapat dipilih

6. ____ : posisi terjadinya proses fonologis

7. # : batas kata

8. $ : batas silabe

9. ø : zero

10. ≈ : bervariasi secara teratur

11. ~ : bervariasi secara ssporadis

12. ŋ : nasal velar

13. ʡ : glottal

14. ɓ : implosif bilabial

15. DL : Dialektologi Leksikon

16. ɗ : implosive dental

17. ɠ : implosive velar

18. R : tril posterior

19. bers. : bersuara

20. bul. : bulat

21. impl. : implosif

22. K : konsonan

23. lat. : lateral

24. ting : tinggi

25. TP : titik pengamatan

26. V : vokal

Page 87: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxxvii

DAFTAR BAGAN/ DENAH

No. Judul Bagan Halaman

1. Sistem Penomoran Daerah Penelitian ................................................... 33

2. Model Penelitian ................................................................................... 51

3. Bagan Hubungan Permutasi Antartitik pengamatan ........................... 148

4. Denah Vokoid Bahasa Nagekeo ......................................................... 196

5. Vokal Bahasa Nagekeo ....................................................................... 198

Page 88: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxxviii

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

1. Nama – Nama Desa Lokasi Penelitian.................................................. 30

2. Urutan Desa sebagai Lokasi Penelitian................................................. 33

3. Penyebaran Lokasi Penelitian .............................................................. 38

4. Simbol Garis dalam Peta ....................................................................... 48

5. Nama-nama Desa di Kabupaten Nagekeo ............................................ 62

6. Luas Wilayah di Kabupaten Nagekeo................................................... 65

7. Jumlah Penduduk di Kabupaten Nagekeo ............................................ 66

8. Dialektometri Leksikal Medan Makna Bilangan dan Hitungan ........... 71

9. Dialektometri Leksikal Medan Makna Ukuran dan

Keterangan Jumlah................................................................................ 74

10. Dialektometri Leksikal Medan Makna Bagian Tubuh Manusia ........... 77

11. Dialektometri Leksikal Medan Makna Bagian Tubuh Binatang .......... 80

12. Dialektometri Leksikal Medan Makna Kata Ganti, Sapaan,

Kekerabatan, dan Acuan ....................................................................... 83

13. Dialektometri Leksikal Medan Makna Dukun, Penyakit,

Pengobatan, dan Kematian ............................................................... 86

14. Dialektometri Leksikal Medan Makna Adat Perkawinan dan

Kelahiran Manusia ................................................................................ 89

15. Dialektometri Leksikal Medan Makna Rumah/Bangunan

dan Bagian- bagiannya .......................................................................... 92

16. Dialektometri Leksikal Medan Makna Peralatan Dapur dan

Rumah Tangga ...................................................................................... 95

17. Dialektometri Leksikal Medan Makna Makanan dan Minuman .......... 98

18. Dialektometri Leksikal Medan Makna Tanaman ............................... 101

19. Dialektometri Leksikal Medan Makna Nama Binatang

dan Peralatannya ................................................................................. 104

20. Jarak Kosakata Medan Makna Pertanian, Perkebunan,

dan Alat-alatnya ................................................................................. 107

21. Jarak Kosakata Medan Makna Waktu dan Musim ............................. 110

22. Jarak Kosakata Medan Makna Keadaan Alam dan Benda Alam ....... 113

23. Jarak Kosakata Medan Makna Sifat atau Keadaan ............................. 116

24. Jarak Kosakata Medan Makna Gerak dan Kerja................................. 119

25. Jarak Kosakata Medan Makna Warna ................................................ 122

26. Jarak Kosakata Medan Makna Pakaian dan Perhiasan ....................... 125

27 Jarak Kosakata Medan Makna Kehidupan di Desa ............................ 127

28. Jarak Kosakata Medan Makna Arah dan Petunjuk ............................ 130

29. Jarak Kosakata Medan Makna Bau dan Rasa ..................................... 133

Page 89: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

lxxxix

30. Jarak Kosakata Medan Makna Tenun Ikat & Peralatannya ................ 137

31. Penghitungan Jarak Kosakata Keseluruhan Medan Makna ................ 140

32. Pengelompokan Status Isolek Berdasarkan Dialektometri

Keseluruhan Medan Makna ............................................................... 177

33. Pengelompokan Status Isolek Berdasarkan Dialektometri

dengan Permutasi ................................................................................ 178

34. Vokoid Bahasa Nagekeo ................................................................... 195

35. Vokal Bahasa Nagekeo ....................................................................... 197

36. Diagram Kontoid Bahasa Nagekeo ..................................................... 211

37. Diagram Konsonan Bahasa Nagekeo.................................................. 215

38. Distribusi Fonem dalam Bahasa Nagekeo .......................................... 217

39. Penyebaran Varian Alofon [b], [bh],[ mb] /# __ V ............................... 356

40. Penyebaran Alofon Hambat Bilabial [b], [bh],[ mb] / V __ V ............. 360

41. Penyebaran Alofon [a,i,u,e,o] Tegang ................................................ 365

42. Penyebaran Alofon Hambat Dental [d], [ nd] / # __ V ........................ 369

43. Penyebaran Alofon Hambat Velar [d], [nd] / V __ V .......................... 371

44. Penyebaran Alofon Hambat Velar [g], [ŋg] / # __ V ........................... 375

45. Penyebaran Alofon Hambat Velar [g], [ŋg] / V __ V .......................... 379

46. Realisasi Alofon Aveolar [z], [r], [R], [s], [y], [h] / # __ V ............... 381

47. Realisasi Alofon Aveolar [z], [r], [R], [s], [y], [h] / V __ V .............. 384

48. Penyebaran Varian Alofon Tril [r], [R], [l], [lh], [h], [y] # __ V ....... 387

49. Penyebaran Varian Alofon [i,e,o,u, a] ≈ [ī,ē,ō,ũ, ā] ........................... 394

50. Penyebaran Varian Alofon [a,i,u,e,o] ≈ [ī,ē,ō,ũ,ā] ............................. 396

51. Korespondensi Alofon [l] ≈ [d] ≈ [ld] ≈ [

rz] ≈ [ø] # __ V ................... 399

52. Korespondensi Alofon [l] ≈ [d] ≈ [ld] ≈ [

rz] ≈ [ø] V __ V .................. 402

53. Alofon [i,e,o,u, a] ≈ [ī,ē,ō,ũ, ā] ≈ [ī,ē,ō,ũ, ā] Bersama Lesapnya

Alofon [l] # __ V ............................................................................. 409

54. Kekhasan Kata Bilangan dalam Bahasa Mbay/Riung ........................ 464

55. Ciri Nonvokalis dalam Bahasa Mbay/Riung ...................................... 465

Page 90: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xc

DAFTAR PETA

No. Judul Peta Halaman

1. Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Ngada dan

Kabupaten Ende .................................................................................... 32

2. Wilayah Penelitian di Kabupaten Nagekeo, Sebagian Wilayah

Kabupaten Ngada dan Sebagian Wilayah Kabupaten Ende ................. 35

3. Wilayah Bekas Kerajaan Nage dan Kerajaan Keo ............................... 55

4. Segitiga Dialektometri .......................................................................... 69

5. Dialektometri Leksikal Medan Makna Bilangan

dan Hitungan ......................................................................................... 72

6. Dialektometri Leksikal Medan Makna Ukuran

dan Keterangan Jumlah ......................................................................... 75

7. Dialektometri Leksikal Medan Makna Tubuh Manusia ....................... 78

8. Dialektometri Leksikal Makna Bagian Tubuh Binatang ...................... 81

9. Dialektometri Leksikal Makna Kata Ganti, Sapaan, Kekerabatan, dan

Acuan .................................................................................................... 84

10. Dialektometri Leksikal Makna Dukun, Penyakit,

Pengobatan, dan Kematian .................................................................... 87

11. Dialektometri Medan Makna Adat Perkawinan dan Kelahiran

Manusia ................................................................................................. 90

12. Dialektometri Leksikal Medan Makna Bangunan/Rumah,

dan Bagiannya ....................................................................................... 93

13. Dialektometri Leksikal Medan Makna Peralatan Dapur

dan Rumah Tangga ............................................................................... 96

14. Dialektometri Leksikal Medan Makna Makanan dan Minuman .......... 99

15. Dialektometri Leksikal Medan Makna Tanaman ............................... 102

16. Dialektometri Leksikal Medan Makna Nama Binatang dan

Peralatannya ........................................................................................ 105

17. Dialektometri Leksikal Medan Makna Pertanian,

Perkebunan, dan Alatnya .................................................................... 108

18. Dialektometri Leksikal Medan Makna Waktu

dan Musim .......................................................................................... 111

19. Dialektometri Leksikal Medan Makna Keadaan Alam

dan Benda Alam .................................................................................. 114

20. Dialektometri Leksikal Medan Makna Sifat atau Keadaan ................ 117

21. Dialektometri Leksikal Medan Makna Gerak dan Kerja .................... 120

22. Dialektometri Leksikal Medan Makna Warna .................................... 123

Page 91: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xci

23. Dialektometri Leksikal Medan Makna Pakaian dan Perhiasan .......... 126

24. Dialektometri Leksikal Medan Makna Kehidupan di Desa ................ 129

25. Dialektometri Leksikal Medan Makna Arah dan Petunjuk ................ 132

26. Dialektometri Leksikal Medan Makna Bau dan Rasa ....................... 135

27. Dialektometri Leksikal Medan Makna Tenun Ikat dan Peralatannya 138

28. Jaring Laba-laba Keseluruhan Medan Makna .................................... 142

29. Pemahaman Penutur dari Timur – Barat ............................................. 150

30. Pemahaman Penutur dari Utara – Selatan ........................................... 151

31. Pemahaman Penutur dari Barat Laut – Tenggara ............................... 152

32. Pemahaman Penutur dari Timur Laut – Barat Daya ........................... 154

33. Pemahaman Penutur dari Tenggara - Timur Laut ............................... 155

34. Pemahaman Penutur dari Barat Laut – Timur Laut ............................ 156

35. Pemahaman Penutur dari Barat Laut –Barat Daya ............................ 157

36. Pemahaman Penutur dari Barat Daya – Tenggara ............................. 159

37. Pola A.................................................................................................. 162

38. Pola B .................................................................................................. 164

39. Pola C .................................................................................................. 165

40. Pola D.................................................................................................. 167

41. Pola E .................................................................................................. 168

42. Pola F .................................................................................................. 170

43. Pola G.................................................................................................. 171

44. Pola H.................................................................................................. 173

45. Penggabungan Isoglos Berpola dan Tidak Berpola ............................ 176

46. Wilayah Bahasa dan Dialek ................................................................ 188

47. Pemakaian Variasi Alofon Hambat Bilabial [b] ≈ Hambat Bilabial

Beraspirasi [ /bh/] ≈ Pranasal Hambat Bilabial [

mb] / #_V ................. 364

48. Penyebaran Pemakaian Vokal /i, e, o, u, a / ≈ Alofon [α,Ï,Ʋ,ε,Ɔ]

Kendur /K_V ...................................................................................... 368

49. Variasi Alofon [d] dan [nd] ................................................................. 374

50. Variasi Alofon Hambat Velar /g/ dan Pranasal Hambat Velar [ŋg] .... 380

51. Varian Alofon [z], [r], [R], [s], [y] /# _ V ........................................... 386

52. Varian Alofon [r], [R], [l], [lh], [h], [y], [Ø]....................................... 393

53. Alofon [i,e,o,u,a] Tegang ≈ Alofon [ ī,ē,ō,ū,ā] panjang Bersama

Lesapanya Alofon Tril /r/ ≈ Zero [Ø] ................................................. 396

54. Variasi Alofon [i,e,ә,o,u,a] Tegang ≈ Alofon [Ï,∊, Ǝ, Ɔ,Ʋ,α]

Kendur,Bersamaan dengan variasi Alofon Likuid Tril

/r/ ≈ Alofon Lateral Beraspirasi /lh/ .................................................... 398

55. Variasi Alofon [l], [d], [ld], [

rz], [Ø] /# _ V ........................................ 408

56. Variasi Alofon /i,e,o,u,a/ Tegang ≈ Alofon / ī,ē,ō,ū,ā / Panjang

Bersama Lesapnya Alofon Lateral /l/ / # _ V ..................................... 410

Page 92: PENENTUAN STATUS KEBAHASAAN ISOLEK- ISOLEK … AWAL.pdf · penulis semakin memahami konsep-konsep fonologi generatif yang ... Bapak/Ibu Staf Pegawai Tata Usaha pada ... VIII Pendidikan

xcii

57. Asimilasi Progresif Vokal /u/ ~Vokal /i/ / # _ V ............................... 412

58. Asimilasi Regresif Segmen /l-r ~ Segmen /r-r/ ................................. 413

59. Asimilasi Resiprokal Segmen /ua/ ~ Vokal /o/ .................................. 414

60. Penambahan Segmen Velar /k/ di Awal Suku Kata ............................ 415

61. Pelersapan Segmen Velar implosif /ɠ/ di Antara Segmen [e]

dan [a] V_V ......................................................................................... 416

62. Metatesis Segmen Konsonan [g-l] ~ [l-g] / K_V ................................ 417

63. Metatesis Segmen Konsonan [s-m] ~ [m-s] / K_V ............................. 418

64. Metatesis Segmen Konsonan [s-l] ~ [l-s] / K_V. ................................ 419

65. Pendepanan Segmen Vokal /o/ ~ /e/ ................................................... 420

66. Variasi Segmen Konsonan /c/ ~ /l/ / #_ ............................................. 421

67. Variasi Segmen Konsonan /c/ ~ /g/ / #_ ............................................ 422

68. Variasi Segmen Konsonan /c/ ~ /s/ / #_ ............................................. 423

69. Variasi Segmen Konsonan /n/ ~ /d,j,p/ #_ ........................................ 424

70. Variasi Segmen Konsonan /m/ ~ [ɓ,d] #_ ....................................... 426

71. Variasi Segmen Konsonan /m/ ~ [j] #_ ............................................ 427

72. Variasi Segmen Konsonan /k/ ~ [g] /#_ V .......................................... 428

73. Variasi Segmen Konsonan /d/ ~ [p,t] /#_ ............................................ 429

74. Variasi Segmen Konsonan /k/ ~ [h] /#_ .............................................. 430

75. Variasi Segmen Konsonan /k/ ~ [b] /#_ .............................................. 431

76. Variasi Segmen Konsonan /k/ ~ [ɓ] /#_ .............................................. 432

77. Variasi Segmen Konsonan /k/ ~ [g] /#_ .............................................. 433

78. Variasi Segmen Konsonan /k/ ~ [ɠ] /#_ ............................................. 434

79. Variasi Segmen Konsonan /k/ ~ [ɠ] /#_ .............................................. 435

80. Variasi Segmen Konsonan /k/ ~ [l] /#_ ............................................... 436

81. Variasi Segmen Konsonan /g/ ~ [ɠ] /#_ .............................................. 437

82. Variasi Segmen Konsonan /z/ ~ [s] /V_ ............................................. 438

83. Variasi Segmen Konsonan /z/ ~ [s] /V_ ............................................. 439

84. Variasi Segmen Konsonan /t/ ~ [s] /#_ ............................................... 440

85. Variasi Segmen Konsonan /j/ ~ [z] /#_ ............................................... 441