82
PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Nn. A DENGAN APENDISITIS POST APENDIKTOMI DI RUANG MAWAR 2 RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA DISUSUN OLEH : RATNA PUTRI HARDIYANTI P.12 047 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK

TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Nn. A DENGAN

APENDISITIS POST APENDIKTOMI

DI RUANG MAWAR 2 RUMAH

SAKIT Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

RATNA PUTRI HARDIYANTI

P.12 047

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

i

PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK

TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Nn. A DENGAN

APENDISITIS POST APENDIKTOMI

DI RUANG MAWAR 2 RUMAH

SAKIT Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

RATNA PUTRI HARDIYANTI

P.12 047

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 3: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

ii

Page 4: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

iii

Page 5: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

iv

Page 6: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Teknik Distraksi Bernafas Ritmik

Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Nn. A Dengan

Apendisitis Post Apendiktomi Di Ruang Mawar 2 Rumah Sakit Dr. Moewardi

Surakarta”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan selaku pembimbing yang

telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan, serta

memfasilitasi demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini.

2. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan penguji II yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan, serta memfasilitasi

demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini.

3. S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku penguji I yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan, serta memfasilitasi

demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini.

4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

5. Kedua orang tua dan kedua kakak saya yang telah memberikan semangat,

doa dan dukungannya untuk menyelesaikan pendidikan.

Page 7: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

vi

6. Keluarga saya yang telah memberikan semangat, doa dan dukungannya

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang telah memberikan

dukungan.

Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 2015

Penulis

Page 8: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................... 4

C. Manfaat Penulisan ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ....................................................................... 7

1. Konsep Apendisitis ......................................................... 7

2. Asuhan Keperawatan ....................................................... 12

3. Konsep Nyeri ................................................................... 17

4. Konsep Teknik Distraksi ................................................. 21

5. Konsep Luka .................................................................... 22

B. Kerangka Teori ...................................................................... 28

C. Kerangkan Konsep ................................................................ 29

Page 9: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

viii

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subyek Aplikasi Riset ........................................................... 30

B. Tempat dan Waktu ................................................................ 30

C. Media dan Alat yang Digunakan ........................................... 30

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset .................... 30

E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset ........................ 31

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ....................................................................... 32

B. Pengkajian ............................................................................. 32

C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................ 37

D. Perencanaan ........................................................................... 38

E. Implementasi ......................................................................... 39

F. Evaluasi ................................................................................. 42

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian ............................................................................. 45

B. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................ 48

C. Perencanaan ........................................................................... 52

D. Implementasi ......................................................................... 56

E. Evaluasi ................................................................................. 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................... 64

B. Saran ...................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 27

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ...................................................................... 28

Gambar 3.1 Skala Nyeri Numerik ................................................................. 30

Gambar 4.1 Genogram .................................................................................. 32

Page 11: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Usulan Judul

Lampiran 2 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3 Surat Pernyataan

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 5 Jurnal

Lampiran 6 Asuhan Keperawatan (fotocopy)

Lampiran 7 Lembar Log Book Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 8 Lembar Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 9 Lembar Observasi

Lampiran 10 Skala Nyeri Numerik

Page 12: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Apendisitis adalah peradangan mendadak atau pembengkakan usus

buntu (vermiformis apendiks). Sekitar setengah dari semua apendisitis

gejalanya adalah sakit rongga perut yang tiba-tiba (disebut abdomen akut)

disertai mual, muntah, diare atau konstipasi (Kamus Kesehatan,

Apendisitis, 2015). Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya

pada anak-anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insiden tertinggi

pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insiden pada laki-

laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun

insiden laki-laki lebih tinggi (Sjamsuhidajat, 2005).

Insiden apendisitis di negara maju lebih tinggi daripada negara

berkembang, Amerika menangani 11 kasus/10.000 kasus apendisitis setiap

tahun. Menurut data RSPAD Gatot Subroto tahun 2008 jumlah pasien

yang menderita penyakit apendisitis di Indonesia adalah sekitar 32% dari

jumlah populasi penduduk Indonesia (DEPKES RI, 2009 dalam jurnal

Nainggolan, 2013). DinKes Jawa Tengah pada tahun 2009 jumlah kasus

apendisitis di Jawa Tengah sebanyak 5.980 penderita, dan 177 penderita

diantaranya memnyebabkan kematian.

Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri didaerah

umbilikus atrau periumbilikus yang disertai dengan muntah. Dalam 2-12

Page 13: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan

diperberat bila berjalan. Menurut International association for study of

pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak

menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual

maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan

(Tamsuri, 2007 dalam Yusrizal 2012). Perawat tidak bisa melihat dan

merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif

(antara induvidu satu dengan individu lainya berbeda dalam menyikapi

nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai

situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan

kenyamanan klien. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan

adalah kebutuhan dasar pasien yang merupakan tujuan pemberi asuhan

keperawtan. Peryataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

dasar manusia (Ghandi, 2010 dalam Yusrizal 2012).

Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan

merupakan satu-satunya pilihan yang baik adalah apendiktomi. Nyeri

pasca operasi mungkin sekali disebabkan oleh luka operasi, tetapi

kemungkinan sebab lain harus dipertimbangkan. Sebaiknya pencegahan

nyeri sebelum operasi direncanakan agar tidak terganggu oleh nyeri

setelah pembedahan. Cara pencegahan tergantung pada penyebab dan letak

nyeri dan keadaan penderitanya (Sjamsuhidayat, 2005).

Page 14: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

3

Nyeri post operasi akan meningkatkan stress post operasi dan

memiliki pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat

penting sesudah pembedahan, nyeri yang dibebaskan dapat mengurangi

kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat mentoleransi

mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgesik harus

digunakan untuk memastikan bahwa pasien post operasi dapat dibebaskan

(Potter dan Perry, 2006).

Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

secara farmakologis dan non farmakologis. Menangani nyeri secara

farmakolgis dilakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgetik. Sedangkan tindakan non farmakologis adalah dengan

memberikan relaksasi nafas dalam, teknik distraksi dan gate kontrol

(Sumiati, Kadrianti & Basri, 2012). Distraksi merupakan metode

pengalihan perhatian klien ke hal lain dan dengan demikian menurunkan

kewaspadaan klien terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi

terhadap nyeri sehingga nyeri berkurang. Teknik distraksi bekerja

memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, serta

untuk mengatasi nyeri intensif yang hanya berlangsung beberapa menit

(Potter & Perry, 2006).

Hasil studi pendahuluan ditemukan data di Rumah Sakit Dr.

Moewardi penyakit apendisitis dalam tiga tahun ini mengalami penurunan

yaitu pada tahun 2013 ada 189 kasus apendisitis. Sedangkan pada tahun

2014 menurun menjadi 167 kasus apendisitis. Dan pada tahun 2015 di

Page 15: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

4

bulan Januari hingga Maret ini ada 26 kasus apendisitis. Hasil studi

pendahuluan juga ditemukan untuk penanganan nyeri di ruang Mawar 2

dari hasil wawancara teknik distraksi bernafas ritmik belum diterapkan,

klien hanya melakukan posisi nyaman untuk mengurangi nyeri.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

pengelolaan kasus asuhan keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Pemberian teknik distraksi bernafas ritmik terhadap

penurunan intensitas nyeri pada asuhan keperawatan Nn. A dengan

apendisitis post apendiktomi di ruang Mawar 2 rumah sakit Dr. Moewardi

Surakarta”.

B. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai

berikut :

1. Tujuan umum

Mengaplikasikan teknik distraksi bernafas ritmik terhadap

intensitas nyeri pada pasien post apendiktomi.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan post apendiktomi

b. Merumuskan masalah keperawatan pada pasien dengan post

apendiktomi

c. Merumuskan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan

post apendiktomi

Page 16: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

5

d. Melakukan tindakan keperawatan serta evaluasi proses tindakan

keperawatan pada pasien dengan post apendiktomi

e. Melakukan evaluasi hasil yang dibahas melalui catatan

perkembangan

f. Menganalisa hasil pemberian teknik bernafas ritmik terhadap

penurunan intensitas nyeri pada Nn. A dengan apendisitis post

apendiktomi

C. Manfaat penulisan

1. Bagi profesi keperawatan

Sebagai sumber informasi dan referensi untuk penanganan nyeri post

apendiktomi.

2. Bagi penulis

a. Menambah wawasan dan informasi penulis mengenai

penatalaksanaan post apendiktomi

b. Meningkatkan ketrampilan penulis mengenai asuhan keperawatan

pada pasien dengan post apendiktomi

3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai referensi untuk pihak-pihak yang membutuhkan langsung

karya tulis ilmiah ini.

4. Bagi rumah sakit

Dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan terutama untuk

pasien nyeri post apendiktomi.

Page 17: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

6

5. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai cara penanganan

nyeri pada post apendiktomi.

Page 18: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Konsep apendisitis

a. Pengertian

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu

atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah

sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut

sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah

komplikasi yang umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat, 2005).

Apendisitis merupakan suatu proses obstruksi (hiperplasia limpo

nodi submukosa, fecolith, benda asing, tumor), kemudian diikuti

proses infeksi dan disusul oleh peradangan dari appendiks

vermiformis (Nugroho, 2011).

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks

vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling

sering. Pada masyarakat umum, sering juga disebut dengan istilah

radang usus buntu. Akan tetapi, istilah usus buntu yang selama ini

dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang

merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum)

(Kurniawan, 2014).

Page 19: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

8

b. Klasifikasi apendisitis menurut Sjamsuhidayat (2005) :

1) Apendisitis akut

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal

berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen

apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor

pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor

apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan

sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan

apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti

E.Histolytica.

2) Apendisitis kronik

Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika

dipenuhi semua syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih

dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik

dan mikroskopik, dan keluhan menghilang setelah

apendiktomi. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah

fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau

total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di

mukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis

kronik antara 1-5 persen.

3) Apendisitis rekurens

Diagnosis rekurens baru dapat dipikirkan jika ada riwayat

serangan nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong

Page 20: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

9

yang mendorong dilakukan apendiktomi, dan hasil patologi

menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangan

apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun,

apendisitis tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena

terjadi fibrosis dan jaringan parut. Risiko untuk terjadinya

serangan lagi sekitar 50%. Pada apendisitis rekurens biasanya

dilakukan apendiktomi karena sering penderita datang dalam

serangan akut.

c. Etiologi

Berbagai hal berperan sebagai pencetus apendisitis. Sumbatan

pada lumen apendiks merupakan faktor hiperplasia (pembesaran)

jaringan limfoid, timbunan tinja/feses yang keras (fekalit), tumor

apendiks, cacing ascaris, benda asing dalam tubuh (biji cabai, biji

jambu, dll) juga dapat menyebabkan sumbatan. Diantara beberapa

faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat

dugaanya sebagai penyebab apendisitis adalah faktor penyumbatan

oleh tinja/feses dan hiperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau

pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk

berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feses manusia

sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman

Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi

yang berakibat pada peradangan usus buntu (Anonim, 2008 dalam

Zulkarnain, 2011).

Page 21: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

10

d. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat

terlipat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari

feses), tumor, atau benda asing. Proses inflamasi meningkatan

tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau

menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi

di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang

terinflamasi berisi pus (Smeltzer & Bare, 2002).

e. Manifestasi klinik

Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya

disertai oleh demam ringan, mual, muntah, dan hilangnya nafsu

makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan

tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri

tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak

tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila

apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat

terasa di daerah lumbal, bila ujungnya pada pelvis, tanda-tanda ini

hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada

defekasi menunjukan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung

kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot

rektum kanan dapat terjadi.

Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi

kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri

Page 22: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

11

yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila apendiks telah

ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar; distensi abdomen terjadi

akibat ileus paralitik dan kondisi klien memburuk (Smeltzer &

Bare, 2002).

f. Komplikasi

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang

dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi

adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan

lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.

Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7 oC atau lebih tinggi,

nyeri tekan abdomen yang kontinue (Smeltzer & Bare, 2002).

g. Penatalaksanaan

Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah

ditegakan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan

dilakukan. Analgesik diberikan setelah diagnosa ditegakkan.

Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan

sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal

dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang

merupakan metode terbaru yang sangat efektif (Smeltzer & Bare,

2002).

Apendiktomi adalah operasi pengangkatan apendik

vermiformis yang meradang atau yang sering disebut apendisitis.

Page 23: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

12

Terapi apendisitis dilakukan dengan membuang apendiks yang

telah mengalami inflamasi. Apendiktomi dapat dilakukan dengan

dua teknik, yaitu teknik konvensional dan laparoskopi (Musa,

2011).

2. Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

1) Identitas pasien

Identitas klien nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, dan nomer

register.

2) Riwayat penyakit dahulu

3) Riwayat penyakit sekarang

4) Pemeriksaan fisik

a) Sistem kardiovaskuler : untuk mengetahui tanda-tanda

vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema,

dan kelainan bunyi jantung.

b) Sistem hematologi : untuk mengetahui ada tidaknya

peningkatan leukosit yang merupakan tanda-tanda infeksi

dan pendarahan, mimisan splenomegali.

c) Sistem muskuloskeletal : untuk mengetahui ada tidaknya

kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan

terdapat fraktur atau tidak.

Page 24: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

13

d) Sistem kekebalan tubuh : untuk mengetahui ada tidaknya

pembesaran kelenjar getah bening.

5) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya

peningkatan leukosit yang merupakan tenda adanya infeksi.

b) Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya

komplikasi pasca pembedahan.

b. Diagnosa keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post apendiktomi

2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan pembatasan gerak

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

apendiktomi

4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pembatasan pemasukan cairan secara oral

c. Intervensi

1) Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post apendiktomi

Tujuan : nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil :

a) Klien tampak rilek

b) Skala nyeri berkurang/hilang

Intervensi :

a) Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik dan laporkan

perubahan nyeri dengan tepat.

Page 25: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

14

Rasional :

Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan

penyembuhan, perubahan dan karakteristik nyeri.

b) Berikan posisi semi fowler

Rasional :

Menghilangkan tegangan nyeri abdomen yang bertambah

dengan posisi telentang

c) Ajarkan teknik distraksi bernafas ritmik

Rasional :

Mengurangi nyeri

d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

Rasional :

Menghilangkan nyeri

2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan pembatasan gerak

Tujuan : Toleransi aktifitas

Kariteria hasil :

a) Klien dapat bergerak tanpa pembatasan

b) Tidak berhati-hati dalam bergerak

Intervensi :

a) Catat respon emosi terhadap mobilitas

Rasional :

Immobilisasi yang di paksakan akan memperbesar

kegelisahan

Page 26: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

15

b) Memberikan aktifitas sesuai dengan keadaan klien

Rasional :

Meningkatkan kormolitas organ sesuai dengan yang

diharapkan

c) Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif

Rasional :

Memperbaiki mekanika tubuh

d) Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan

Rasional :

Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

apendiktomi

Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan

peradangan, meningkatkan penyembuhan luka

Intervensi :

a) Ukur tanda-tanda vital

Rasional :

Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi

b) Observasi tanda-tanda infeksi

Rasional :

Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah

Page 27: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

16

c) Lakukan perawatan luka dengan menggunakan tehnik

septik dan aseptik

Rasional :

Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran

bakteri

d) Observasi luka insisi

Rasional :

Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan

perkembangan luka

4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pembatasan pemasukan cairan secara oral

Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria hasil : Kekurangan volume tidak terjadi

Intervensi :

a) Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh

Rasional :

Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam

mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan

pengganti

b) Awasi vital sign: evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor

kulit, dan membran mukosa

Page 28: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

17

Rasional :

Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dari kebutuhan

intervensi

c) Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra

vena

Rasional :

Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral

tidak cukup dan meningkatkan fungsi ginjal

d. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan

(Setiadi, 2012).

e. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dan tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2012).

3. Konsep nyeri

a. Pengertian

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat

subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat

menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Asmadi, 2012).

Nyeri adalah sensasi yang penting bagi tubuh. Sensasi penglihatan,

bau, rasa, sentuhan, dan nyeri merupakan hasil stimulasi reseptor

Page 29: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

18

sensorik. Provokasi saraf-saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi

ketidaknyamanan, distress, atau menderita (Lyrawati, 2009).

b. Klasifikasi nyeri

1) Nyeri perifer

Nyeri ini ada tiga macam :

a) Nyeri superfisial, yakni rasa nyeri yang muncul akibat

rangsangan pada kulit dan mukosa

b) Nyeri viseral, yakni rasa nyeri yang muncul akibat

stimulasi pada reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium,

dan toraks.

c) Nyeri alih, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain

yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.

2) Nyeri sentral

Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula spinalis,

batang otak, dan talamus.

3) Nyeri psikogenik

Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata

lain, nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri.

Seringkali, nyeri ini muncul karena psikologis, bukan

fisiologis.

Page 30: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

19

c. Bentuk nyeri

1) Nyeri akut

Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan.

Awitan gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta

lokasi nyari sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan

peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya

meningkatkan persepsi nyeri (Andarmoyo, 2013).

2) Nyeri kronik

Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri

bisa diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan

biasanya tidak dapat disembuhkan. Selain itu, penginderaan

nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita sukar untuk

menunjukkan lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain

penderita menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami

insomnia. Akibatnya, mereka menjadi kurang perhatian, sering

merasa putus asa, dan terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri

kronis biasanya hilang timbul dalam periode waktu tertentu.

Ada kalanya penderita terbebas dari rasa nyeri (Andarmoyo,

2013).

d. Mekanisme nyeri

Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya

bahaya kerusakan jaringan. Nyeri akan membantu individu untuk

tetap hidup dan melakukan kegiatan secara fungsional. Pada kasus-

Page 31: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

20

kasus gangguan sensasi nyeri (misalnya: neuropati akibat diabetes)

maka dapat terjadi kerusakan jaringan yang hebat ( Brookoff, 2000

dalam Meliala 2007).

Nyeri terjadi apabila terdapat adanya rangsangan

mekanikal, termal dan kimiawi yang melewati ambang rangsang

tertentu. Rangsangan akan terdeteksi oleh nosiseptor yang

merupakan ujung saraf bebas. Rangsangan akan dibawa sebagai

implus saraf melalui saraf A bermielin berkecepatan hantar yang

cepat dan bertanggung jawab terhadap nyeri yang cepat, tajam,

terlokalisasi serta serabut C yang tidak bermielin berkecapatan

hantar saraf lambat dan bertanggung jawab atas nyeri ynag tumpul

dan tidak terlokalisasi dengan jelas (Moeliono, 2008).

e. Alat ukur nyeri

Skala penilaian numerik (Numerik Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi data. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling

efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan

setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk

menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (Asmadi,

2012).

Page 32: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

21

4. Konsep teknik distraksi

a. Pengertian

Distraksi merupakan metode pengalihan perhatian klien ke hal

lain dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan klien

terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri

sehingga nyeri berkurang. Teknik distraksi bekerja memberi

pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, serta untuk

mengatasi nyeri intensif yang hanya berlangsung beberapa menit

(Potter & Perry, 2006).

b. Jenis teknik distraksi menurut Young & Koopsen (2007) :

1) Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran,

melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

2) Distraksi pendengaran

Diantaranya mendengarkan musik yang disukai, individu

dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik

tenang seperrti musik klasik dan diminta untuk berkonsentrasi

pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk

menggerakan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang,

mengetukkan jari atau kaki.

3) Distraksi bernafas ritmik

Bernafas ritmik, menganjurkan klien untuk memandang

fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan

Page 33: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

22

inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai

empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut

secara perlahan dengan penghitungan satu sampai empat

(dalam hati). Menganjurkan klien untuk berkonsentrasi pada

sensasi pernafasan atau terhadap gambar yang memberi

ketenangan, lanjutkan teknik ini hingga berbentuk pola

pernafasan ritmik.

4) Distraksi intelektual

Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu,

melakukan kegemaran (ditempat tidur) seperti mengumpulkan

perangko, menulis cerita.

5) Distraksi imajinasi terbimbing

Adalah kegiatan klien membuat sesuatu bayangan yang

menyenangkan dan mengkonsentrasikan diri pada bayangan

tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari

perhatian terhadap nyeri.

5. Konsep luka

a. Pengertian

Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang

dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia,

geswekan, trauma, dan radiasi. (Joyce M. Black, 2001 dalam

Rosina & Pemila, 2007).

Page 34: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

23

b. Jenis-jenis luka menurut Baririent (2011) :

1) Berdasarkan tingkat kontaminasi

a) Clean wounds (luka bersih), yaitu luka bedah tak

terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan

(inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,

pencernaan, genital, dan urinari tidak terjadi. Luka

bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup.

Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.

b) Clean cotamined wounds (luka bersih terkontaminasi),

merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi,

pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi

terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,

kemungkinan terjadinya infeksi luka adalah 3%-11%.

c) Contamined wounds (luka terkontaminasi), termasuk

luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi

dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau

kontaminasi dari saluran cerna, pada kategori ini juga

termasuk insisi akut. Kemungkinan infeksi luka 10%-

17%.

d) Dirty or infected wounds (luka kotor), yaitu terdapatnya

mikroorganisme pada luka.

Page 35: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

24

2) Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

a) Stadium I : luka superfisial (non-blancing erithema) yaitu

luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b) Stadium II : luka “partial thickness” yaitu hilangnya

lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari

dermis. Merupakan luka superfisial dan adanya tanda klinis

seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

c) Stadium III : luka “full thickness” yaitu hilangnya kulit

keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan

subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak

melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai

pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak

mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu

lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan

sekitarnya.

d) Stadium IV : luka “full thickness” yang telah mencapai

lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya

destruksi/kerusakan yang luas.

3) Berdasarkan waktu penyembuhan luka

a) Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai

dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.

Page 36: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

25

b) Luka kronis : yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam

proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan

endogen.

c. Mekanisme terjadinya luka menurut Baririent (2011) :

1) Luka insisi (incised wounds), terjadi karena teriris oleh

instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan.

Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah

seluruh pembuluh darah yang luka diikat (ligasi)

2) Luka memar (contusion wound), terjadi akibat benturan oleh

suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan

lunak, perdarahan dan bengkak.

3) Luka lecet (abraded wound), terjadi akibat kulit bergesekan

dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak

tajam.

4) Luka tusuk (punctured wound), terjadi akibat adanya benda,

seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan

diameter yang kecil.

5) Luka gores (lacerated wound), terjadi akibat benda yang tajam

seperti oleh kaca atau oleh kawat.

6) Luka tembus (penetracing wound), yaitu luka yang menembus

organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk

diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya

akan melebar.

Page 37: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

26

7) Luka bakar (combustio)

8) Luka tekan (decubitus), karena proses tertekan yang lama di

area tertentu bagian tubuh. Tekanan tersebut menyebabkan

gangguan sirkulasi, memperberat nekrosis, timbulnya lecet

kemerahan.

d. Fase penyembuhan luka menurut Baririent (2011) :

1) Vascular response : beberapa detik setelah terjadinya luka pada

tipe apapun, respon tubuh dengan penyempitan pembuluh

darah (konstriksi) untuk menghambat perdarahan dan

mengurangi pajanan terhadap bakteri. Pada saat yang sama,

protein membentuk jaringan fibrosa untuk menutup luka.

Ketika trombosit bersama protein menutup luka, luka menjadi

lengket membentuk fibrin. Setelah 10-30 menit setelah

terjadinya luka, pembuluh darah melebar karena serotonin yang

dihasilkan trombosit. Plasma darah mengaliri luka dan

melawan toksin yang dihasilkan mikroorganisme, membawa

oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka

dan membawa agen fagosit untuk melawan bakteri maupun

jaringan yang rusak.

2) Inflamasi : bagian luka akan menjadi hangat dan merah karena

proses fagositosis. Fase inflamasi terjadi 4-6 hari setelah injury.

Tujuan inflamasi untuk membatasi efek bakteri dengan

menetralkan toksin dan penyebaran bakteri.

Page 38: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

27

3) Proliferasi/resolusi : penumpukan deposit kolagen pada luka,

angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru), proliferasi

dan pengecilan lebar luka. Fase ini berhenti 2 minggu setelah

terjadinya luka, tetapi proses tetap berlangsung lambat 1-2

tahun. Fibroblast mensintesis kolagen dan menumbuhkan sel

baru. Miofibroblas menyebabkan luka menyempit, bila tidak

terjadi penyempitan akan terjadi kematian sel. Contohnya jika

terjadi scar atau kontraktur. Epitelisasi adalah perpindahan sel

epitel dari area sekitar folikel rambut ke area luka. Perpindahan

tersebut terbatas 3 cm. Epitelisasi akan lebih cepat jika luka

dalam keadaan lembab.

4) Maturasi/rekontruksi : fase terakhir penyembuhan dengan

remodelling scar yang terjadi. Biasanya terjadi selama setahun

atau lebih setelah luka tertutup. Selama fase ini fibrin di bentuk

ulang, pembuluh darah menghilang dari jaringan memperkuat

susunannya. Remodelling ini mencakup sintesis dan pemecahan

kolagen.

Page 39: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

28

B. Kerangka teori

Apendisitis

Operasi : apendiktomi Luka Insisi Kerusakan Jaringan

Pelepasan prostalglandin Ujung saraf terputus

Stimulasi dihantarkan Spinal cord Cortex serebri

Nyeri Nyeri dipresepsikan

Rileks

Epinefrin Saraf Sensoris

Otak

Hipotalamus & Struktur Limbik Korteks Frontalis

Medulla spinalis Substansi gelatinosa

Mempengaruhi impuls nyeri

(modulasi nyeri)

Substansia grisea periakuaduktus (PAG)

dan Substansia grisea periventrikel (PVG)

Kornu dorsalis

medulla spinalis

Menekan sinyal nyeri

Nyeri berkurang

Bernafas Ritmik

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Nukleus rafe magnus

(NRM) dan nukleus

retikularis

paragigantoselularis (PGL)

(Price, 2006)

Page 40: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

29

C. Kerangka konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

(Price, 2006)

Nyeri akut Teknik Distraksi

Bernafas Ritmik Nyeri berkurang

Page 41: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

30

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subyek aplikasi riset

Subyek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan

pengambilan kasus (Budiarto, 2003). Subyek dari karya tulis ilmiah ini

adalah Nn. A dengan post apendiktomi yang mempunyai skala nyeri 4.

B. Tempat dan waktu

Tempat adalah lokasi yang digunakan untuk pengambilan data

(Budiarto, 2003). Penulis melakukan pengelolaan karya tulis ilmiah ini di

Ruang Mawar 2 Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

Waktu adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk

memperoleh data karya tulis ilmiah yang dilaksanakan (Budiarto, 2003).

Karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam waktu 3 hari yaitu dari tanggal 09

Maret 2015 sampai 11 Maret 2015.

C. Media dan alat yang digunakan

Media dan alat

1. Kertas

2. Bolpoin

3. Lembar Observasi

4. Alat ukur nyeri

D. Prosedur tindakan berdasarkan riset

Memberikan salam, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan

langkah prosedur, menanyakan kesiapan klien. Mengajarkan teknik

Page 42: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

31

distraksi bernafas ritmik, yaitu menganjurkan klien untuk memandang

fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi

perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan

kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan

menghitung satu sampai empat (dalam hati). Menganjurkan klien untuk

berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi

ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik.

Mengevaluasi tindakan, menyampaikan rencana tindak lanjut. Berpamitan.

(Young & Koopsen, 2007)

E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset

Gambar 3.1 Skala nyeri numerik

Skala penilaian numerik (Numerik Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi data. Dalam hal ini, klien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka

direkomendasikan patokan 10 cm (Asmadi, 2012).

Page 43: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

32

BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Identitas klien

Pengkajian dilakukan dengan cara autoanamnesa dan

alloanamnesa dan catatan perawatan pasien. Tanggal masuk Rumah Sakit

06 Maret 2015. Pengakajian dilakukan pada tanggal 09 Maret 2015 jam

10.00 WIB. Dari pengkajian didapatkan data identitas pasien sebagai

berikut nama Nn. A, umur 18 tahun, agama Kristen, alamat Jebres,

pendidikan terakhir SMK, pekerjaan sebagai pegawai pabrik, diagnosa

medis Apendisitis, dan nomor RM 012928xx.

Sedangkan untuk identitas penanggung jawab adalah sebagai

berikut nama Ny. S, umur 48 tahun, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan

sebagai pegawai pabrik, alamat Jebres, dan hubungan dengan klien adalah

ibu.

B. Pengkajian

Keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu pasien mengatakan

nyeri pada luka bekas operasi. Riwayat penyakit sekarang yaitu pasien

mengatakan merasakan nyeri kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah

sakit. Awalnya pasien merasa nyeri di ulu hati, kemudian pasien

merasakan nyeri belanjut dan menetap diperut kanan bawah. Pasien

dibawa keluarga ke Rumah Sakit dr. Oen dan dirujuk ke Rumah Sakit dr.

Moewardi. Sampai IGD pasien mendapatkan terapi infus RL 20 tpm,

Page 44: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

33

Ciprofloksasin 200 mg/12 jam, Ketorolac 30 mg/8 jam, Ranitidin 50

mg/12 jam, dan tanda-tanda vital sebagai berikut TD : 120/80 mmHg, RR :

20 x/menit, HR : 86 x/menit, S : 36,7 oC. Pasien di operasi pada tanggal 7

Maret 2015 dan dipindah ke ruang Mawar 2 pada tanggal 7 Maret 2015

jam 16.00 WIB.

Pengkajian riwayat penyakit dahulu didapatkan data, pasien

mengatakan sebalumnya belum pernah menderita penyakit seperti itu,

pasien juga belum pernah di rawat di rumah sakit. Pasien juga mengatakan

tidak mempunyai alergi obat ataupun makanan. Pasien mengatakan suka

makan makanan yang pedas. Riwayat kesehatan keluarga yaitu pasien

mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun seperti diabetes melitus,

hipertensi, atau asma. Genogram pasien menggambarkan bahwa pasein

adalah anak ke dua dari tiga bersaudara, dan tinggal bersama ayah dan

ibunya.

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: klien/ Nn. A

: satu rumah

Gambar 4.1 Genogram

Page 45: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

34

Riwayat kesehatan lingkungan, pasien mengatakan lingkungan

sekitar rumah bersih dan sampah dibuang ke tempat yang tersedia.

Pengkajian pola kesehatan fungsional didapatka data, untuk pola persepsi

dan pemeliharaan kesehatan yaitu pasien mengatakan bahwa sehat itu

penting, pasien menjaga kesehatannya untuk selalu makan makanan yang

bergizi dan apabila ada anggota keluarga yang sakit selalu membawa ke

unit pelayanan kesehatan terdekat. Pola nutrisi metabolik, sebelum sakit

frekuensi makan 3x sehari, jenis nasi, lauk, sayur, teh, habis satu porsi,

keluhan tidak ada. Selama sakit frekuensi makan 3x sehari, jenis bubur,

lauk, sayur, air, teh, habis setengah porsi, keluhan perut nyeri. Pola

eliminasi BAK sebelum sakit, frekuensi 5-6x sehari, jumlah urin kurang

lebih 1000 mL, warna kuning, keluhan tidak ada. Selama sakit 3-4x sehari,

jumlah urin kurang lebih 1200 mL, keluhan tidak ada. Pola eliminasi

BAB, sebelum sakit frekuensi 1x sehari, konsistensi lembek, warna coklat,

keluhan tidak ada. Selama sakit frekuensi 1x /2 hari, konsistensi lembek,

warna coklat, keluhan tidak ada.

Pola aktivitas dan latihan didapatkan sebelum sakit kemampuan

makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah,

ambulasi/ROM bisa dilakukan secara mandiri. Selama sakit kemampuan

makan/minum mandiri, toileting dengan alat bantu, berpakaian dibantu

orang lain, mobilitas ditempat tidur mandiri, berpindah dibantu orang lain,

ambulasi/ROM mandiri. Kesimpulannya pasien tergantung sebagian.

Page 46: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

35

Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan tidur kurang

lebih 8 jam/hari. Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat tidur. Selama

sakit, pasien mengatakan tidur kurang lebih 7 jam/hari. Pasien mengatakan

tidak ada keluhan saat tidur. Pola kognitif perseptual, sebelum sakit pasien

mengatakan tidak merasakan nyeri dan dapat melakukan aktivitasnya.

Selama sakit, P : pasien mengatakan nyeri pada bekas operasi, Q : nyeri

seperti dicubit, R : perut kanan bawah, S : skala nyeri 4, T : nyeri

dirasakan sewaktu-waktu. Pasien meringis saat terasa nyeri. Pola persepsi

konseptual, gambaran diri pasien mengatakan bahwa dirinya mensyukuri

seluru anggota tubuhnya. Ideal diri, pasien mengatakan bisa kembali sehat

dan bisa melakukan aktivitasnya. Harga diri, pasien mengatakan bisa

melakukan aktivitasnya seperti biasa. Peran diri, pasien mengatakan

bahwa saat ini dirinya tidak bisa bekerja karena dirawat di rumah sakit.

Identitas diri, pasien adalah seorang perempuan yang merupakan anak dari

tiga bersaudara. Pola hubungan peran, pasien mengatakan memiliki

hubungan baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Pola seksual

reproduksi, pasien mengatakan belum menikah. Pola mekanisme koping,

pasien mengatakan jika ada masalah selalu menceritakan kepada

keluarganya. Pola nilai dan keyakinan, pasien mengatakan setiap dua

minggu sekali pergi ke gereja.

Pengkajian pemeriksaan fisik, keadaan umum, kesadaran sadar

penuh/composmentis, tanda-tanda vital, TD : 110/60 mmHg, frekuensi

nadi 80x/menit, irama nadi teratur, kekuatan nadi kuat, respirasi 20

Page 47: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

36

x/menit, suhu 36oC. Bentuk kepala mesocephal, kulit kepala kotor, rambut

hitam. Muka, mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil

isokor, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung tidak ada

sekret. Mukosa bibir lembab, gigi bersih agak kuning, telinga tidak ada

serumen, dan tidak menggunakan alat bantu dengar. Leher, tidak ada

pembesaran tiroid. Dada, paru-paru : inspeksi, pengembangan dada kanan

kiri sama. Palpasi, vokal fremitus kanan kiri sama. Perkusi, sonor.

Auskultasi, vesikuler. Jantung : inspeksi, ictus cordis tidak tampak.

Palpasa, ictus cordis teraba di SIC V. Perkusi, pekak. Auskultasi, suara

jantung normal, tidak ada suara tambahan. Abdomen, inspeksi perut datar,

ada bekas operasi, luka tidak ada pus, tidak kemerahan dan ada bengkak.

Auskultasi, bising usus 15x/menit. Perkusi, kuadaran I pekak, kuadran II,

III tympani kuadran IV tidak dilakukan karena ada luka. Palpasi, nyeri

tekan dikanan bawah. Genetalia terpasang dower cateter. Rektum bersih,

tidak ada hemoroid. Ekstremitas, tangan dan kaki bisa digerakkan, tangan

kiri terpasang infus. Kekuatan otot 5/5.

Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium tanggal 6 Maret 2015

antara lain : hemoglobin 12,3 g/dL (normal 11,7-15,5), hematokrit 37,5

vol% (normal 35-47), leukosit 19.110 /mm3 (normal 3.600-11.000),

trombosit 374.000/mm3 (normal 154.000-386.000), eritrosit 4,54 juta/mm

3

(normal 3,8-5,2), MCV 82,5 mikronkubik (normal 77-99), MCH 27,1

pikogram (normal 27-31), MCHC 32,8 % (normal 33-37). Hasil foto

thorax tanggal 6 Maret 2015 yaitu pulmo tak tampak kelainan. Hasil USG

Page 48: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

37

abdomen pada tanggal 6 Maret 2015 yaitu tak tampak efusi pleura bilateral

maupun asites, hepar/GB/lien/pankreas/kedua ginjal/uterus tak tampak

kelainan. Program terapi yang diberikan pada tanggal 9,10,11 Maret 2015

antara lain : infus RL 20 tpm, Ciprofloksasin 500 mg/ 12 jam, Ranitidin 50

mg/12 jam, dan Metronidazole tablet 500 mg/8 jam.

C. Perumusan masalah keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 9 Maret 2015 jam 09.00

WIB dapat dirumuskan dua diagnosa keperawatan pada Nn. A pukul 10.00

WIB, yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Diagnosa ini didukung dengan data subyektif pasien mengatakan

nyeri pada bekas operasi, karakteristik nyeri P : nyeri bekas operasi, Q

: nyeri seperti dicubit, R : diperut kanan bawah, S : skala nyeri 4, T :

nyeri dirasakan sewaktu-waktu. Data obyektif, pasien tampak meringis

saat merasa nyeri, TD : 110/60 mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit,

S : 36oC.

b. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (apendiktomi)

Diagnosa ini didukung data subyektif pasien mengatakan ada bekas

operasi di perut kanan bawah. Data obyektif, TD : 110/60 mmHg, N :

80x/menit, RR : 20x/menit, S : 36oC. Leukosit 19.110/mm

3 (normal

3.600-11.000). Luka tidak ada pus, tidak kemerahan, dan ada bengkak.

Page 49: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

38

D. Perencanaan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada tanggal

9 Maret 2015 jam 10.20 WIB dapat disusun rencana keperawatan sebagai

berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang/hilang dengan kriteria

hasil : skala nyeri 1-2, pasien tampak rileks, menyatakan nyeri hilang

atau berkurang, mendemonstrasikan teknik distraksi bernafas ritmik.

Intervensi yang akan dilakukan adalah : observasi TTV untuk

mengetahui kondisi pasien,kaji karakteristik nyeri untuk mengetahui

karakteristik nyeri PQRST, ajarkan teknik distraksi bernafas ritmik

untuk mengurangi nyeri, beri posisi nyaman untuk menghilangkan

tegangan nyeri abdomen, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgetik untuk menghilangkan nyeri.

b. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (apendiktomi)

Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil

tidan ada tanda-tanda infeksi. Intervensi yang akan dilakukan adalah :

observasi tanda-tanda vital untuk mengetahi kondisi klien, lihat tanda-

tanda infeksi untuk mengetahui ada tidaknya infeksi, lakukan

Page 50: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

39

perawatan luka untuk mencegah infeksi, kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian antibiotik untuk menurunkan risiko infeksi.

E. Implementasi

Pada hari pertama tanggal 9 Maret 2015 implementasi keperawatan

yang dilakukan sesuai intervensi yang sudah disusun pada jam 08.00-

14.00 WIB adalah sebagai berikut :

Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah mengkaji karakteristik

nyeri PQRST pada jam 10.15 WIB dengan respon subyektif P : pasien

mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, Q : nyeri seperti di cubit, R :

nyeri diperut kanan bawah, S : skala nyeri 4, T : nyeri dirasakan sewaktu-

waktu dan respon obyektif pasien tampak meringis saat terasa nyeri. Pada

jam 10.20 WIB mengajarkan teknik distraksi bernafas ritmik dengan

respon subyektif pasien mengatakan nyaman, dan respon obyektif pasien

tampak nyaman. Mengkaji karakteristik nyeri pada jam 10.30 WIB dengan

respon subyektif, P : pasien mengatakan nyeri pada bekas operasi, Q :

nyeri seperti dicubit, R : perut kanan bawah, S : skala nyeri 3, T :

dirasakan sewaktu-waktu. Respon obyektifnya pasien tampak nyaman.

Mengukur tanda-tanda vital pada jam 10.40 WIB dengan respon subyektif

pasien mengatakan mau diukur tanda vitalnya, respon obyektif TD :

110/60 mmHg, N : 80x/menit, S : 36oC, RR : 20x/menit. Pada jam 10.50

WIB memberikan injeksi Ranitidin 50mg/12 jam dengan respon subyektif

pasien mengatakan bersedia dan respon obyektif obat masuk sesuai terapi.

Page 51: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

40

Memberikan posisi nyaman semi fowler pada jam 11.00 WIB dengan

respon subyektif pasien mengatakan bersedia respon obyektifnya pasien

rileks.

Diagnosa kedua risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif (apendiktomi), pada jam 10.40 WIB mengukur tanda-tanda vital

dengan respon subyektif pasien mengatakan mau, respon obyektif TD :

110/60 mmHg, N : 80x/menit, S : 36 oC, RR : 20x/menit. Melihat tanda-

tanda infeksi pada jam 10.45 WIB dengan respon subyektif pasien

mengatakan masih sedikit nyeri, respon obyektif luka tampak bersih. Jam

10.50 WIB memberikan injeksi Ciprofloksasin 500 mg/12 jam,

Metronidazole tablet 500 mg/8 jam.

Pada hari kedua 10 Maret 2015 implementasi keperawatan yang

dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah disusun pada jam 08.00-

14.00 WIB adalah sebagai berikut :

Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengkaji karakteristik

nyeri pada jam 08.00 WIB dengan respon subyektif, P : pasien

mengatakan nyeri pada bekas operasi, Q : nyeri seperti dicubit, R : perut

kanan bawah, S : skala nyeri 3, T : sewaktu-waktu. Respon obyektif pasien

tampak nyaman. Pada jam 08.10 WIB menganjurkan teknik distraksi

bernafas ritmik dengan respon subyektif pasien mengatakan enakan,

respon obyektif pasien tampak nyaman. Mengkaji karakteristik nyeri pada

jam 08.15 WIB dengan respon subyektif, P : nyeri pada bekas operasi, Q :

Page 52: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

41

nyeri seperti digigit semut, R : perut kanan bawah, S : skala nyeri 1, T :

sewaktu-waktu, dan respon obyektif pasien tampak rileks. Memberikan

injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam dengan respon subyektif pasien

mengatakan bersedia, obyektifnya obat masuk sesuai terapi.

Mengobservasi TTV pada jam 11.00 WIB dengan respon subyektif pasien

mengatakan bersedia, respon obyektifnya TD : 110/80 mmHg, N :

82x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,5 oC.

Diagnosa kedua risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif (apendiktomi), tindakan keperawatan yang dilakukan adalah

memberikan injeksi Ciprofloksasin 500 mg/12 jam, dan Metronidazole

tablet 500 mg/8 jam dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia,

respon obyektif obat masuk sesuai terapi. Jam 09.00 WIB melakukan

perawatan luka dengan respon subyektif pasien mengatakan mau

dibersihkan lukanya, respon obyektif luka tidak ada pus dan tidak

kemerahan. Melihat tanda-tanda infeksi pada jam 09.30 WIB dengan

respon subyektif pasien mengatakan nyaman, respon obyektif luka bersih,

tidak ada pus. Mengobservasi TTV pada jam 11.00 WIB dengan respon

subyektif pasien mengatakan bersedia, respon obyektifnya TD : 110/80

mmHg, N : 82x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,5 oC.

Pada hari ketiga 11 Maret 2015 implementasi keperawatan yang

dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah disusun pada jam 08.00-

14.00 WIB adalah sebagai berikut :

Page 53: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

42

Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pada jam 08.30 WIB

mengkaji karakteristik nyeri dengan respon subyektif, P : pasien

mengatakan nyeri dibekas operasi, Q : myeri seperti dicubit, R : perut

kanan bawah, S : skala nyeri 2, T : saat bergerak. Respon obyektif pasien

tampak rileks. Menganjurkan teknik distraksi bernafas ritmik pada jam

08.35 WIB dengan respon subyektif pasien mengatakan nyaman, respon

obyektif pasien tampak nyaman. Jam 08.45 mengkaji karakteristik nyeri

dengan pasien mengatakan sudah tidak nyeri, skala nyeri 0. Respon

obyektifnya pasien tampak nyaman. Memberikan posisi nyaman semi

fowler pada jam 09.00 WIB dengan respon subyektif pasien mengatakan

nyaman, respon obyektif pasien tampak rileks.

Diagnosa kedua risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif (apendiktomi), tindakan yang dilakukan adalah pada jam 09.30

WIB melihat tanda-tanda infeksi dengan respon subyektif pasien

mengatakan nyeri hilang, respon obyektif luka bersih, tidak ada pus, dan

tidak kemerahan.

F. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan metode evaluasi hasil dan evaluasi

proses. Evaluasi proses dilaksanakan berdasarkan respon pasien dan

keberhasilan tindakan pada saat dan setelah tindakan keperawatan yang

dilakukan. Evaluasi hasil dilakukan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil

Page 54: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

43

dari masing-masing intervensi pada diagnosa keperawatan yang muncul.

Evaluasi hari pertama dilakukan pada tanggal 9 Maret 2015 dengan hasil :

Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik, didapatkan data subyektif pasien mengatakan masih nyeri P : nyerri

karena bekas operasi, Q : nyeri seperti dicubit, R : perut kanan bawah, S :

skala nyeri 3, T : sewaktu-waktu. Obyektifnya pasien tampak meringis

saat terasa nyeri. Analisa dalam asuhan keperawatan masalah belum

teratasi sehingga tindakan keperawatan dilanjutkan.

Diagnosa kedua risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif (apendiktomi), didapatkan data subyektif pasien mengatakan masih

nyeri, obyektif TD : 110/60 mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S :

36oC. Analisa dalam asuhan keperawatan masalah tidak terjadi sehingga

tindakan keperawatan masih dilanjutkan.

Evaluasi hari kedua 10 Maret 2015 didapatkan hasil, diagnosa

pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, data subyektif

pasien mengatakan masih nyeri, P : nyeri di bekas operasi, Q : nyeri

seperit digigit semut, R : perut kanan bawah, S : skala nyeri 1, T :

sewaktu-waktu. Obyektifnya skala nyeri turun dari 3 menjadi 1. Analisa

dalam asuhan keperawatan masalah belum teratasi dan tindakan

keperawatan dilanjutkan.

Diagnosa kedua risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif (apendiktomi) didapatkan, data subyektif pasien mengatakan

nyaman, obyektifnya luka bersih dan tidak ada pus. Analisa dalam asuhan

Page 55: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

44

keperawatan masalah tidak terjadi sehingga tindakan keperawatan masih

dilanjutkan.

Evaluasi hari ketiga pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil,

diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, data

subyektif pasien mengatakan nyeri hilang, obyektif skala nyeri turun dari 2

menjadi 0. Analisa dalam asuhan keperawatan masalah teratasi dan

tindakan keperawatan dihentikan.

Diagnosa kedua risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif (apendiktomi), data subyektif pasien mengatakan luka sudah tidak

nyeri. Obyektif luka tampak bersih. Analisa dalam asuhan keperawatan

masalah tidak terjadi dan tindakan keperawatan dihentikan karena pasien

pulang.

Page 56: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

45

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas tentang hasil dari pelaksanaan pemberian

teknik distraksi bernafas ritmik terhadap penurunan intensitas nyeri pada

asuhan keperawatan pada Nn. A dengan post apendiktomi di ruang mawar 2

rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta. Pembahasan ini akan membandingkan

teori dengan kenyataan kasus, dengan melihat kesenjangan yang ada, meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini

dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini

dan waktu sebelumnya (Perry & Potter, 2006).

Pada pengkajian Nn. A yang dilakukan tanggal 9 Maret 2015 jam

09.00 WIB, keluhan utama yang dirasakan pasien mengatakan nyeri pada

bekas operasi. Semua pasien post operasi akan mengalami nyeri setelah

efek anestesi hilang (Adha,2014). Rasa nyeri timbul hampir setelah tiap

jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan, manipulasi jaringan dan

organ (Marison, 2004 dalam Adha, 2014). Dari data keluhan utama

ternyata sudah sesuai dengan teori.

Page 57: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

46

Pengkajian kognitif perseptual, pasien mengatakan nyeri pada

bekas operasi. Pasien mengatakan nyeri seperti dicubit, nyeri dibagian

perut kanan bawah, skala nyeri 4, dan nyeri dirasakan sewaktu-waktu.

Pasien juga tampak terlihat meringis saat nyeri terasa. Dalam teori untuk

pengkajian nyeri ini menggunakan metode PQRST, meliputi provoking

incident atau faktor penyebab, quality atau kualitas nyeri, region atau

lokasi nyeri, scale atau skala nyeri, time atau waktu (Muttaqin, 2009).

Hasil pengkajian nyeri, penulis sudah melakukan sesuai dengan teori.

Pengkajian pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

Nn. A yaitu TD : 110/60mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 36oC.

Dalam teori nyeri, apabila nyeri tidak segera ditangani dengan benar

mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pernafasan, suhu tubuh,

bahkan dapat meningkatkan kolaps kardiovaskuler dan syok (Adha, 2014).

Disini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus untuk tanda-tanda vital,

karena tanda-tanda vital Nn. A tidak ada peningkatan bahkan tanda-tanda

vital klien masih stabil.

Hasil pemeriksaan abdomen, inspeksi perut datar, ada luka bekas

operasi, luka tidak ada pus, dan tidak kemerahan. Auskultasi bising usus

15x/menit. Perkusi pada kuadran I pekak kuadran II, III tympani, perkusi

hanya dilakukan di kuadran I,II,III karena di kuadran IV ada luka bekas

operasi. Palpasi dilakukan disemua kuadran, dan di kuadran IV dilakukan

disekitar luka, dan hasilnya ada nyeri tekan di kanan bawah atau kuadran

IV. Nyeri biasanya disebabkan trauma bedah atau inflamasi seperti pada

Page 58: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

47

saat sakit kepala, sakit gigi, terbakar, pasca persalinan dan pasca

pembedahan (Andarmoyo, 2013).

Leukosit atau sel darah putih adalah unit-unit yang dapat bergerak

(mobile) dalam sistem pertahanan tubuh. Memiliki fungsi menahan invasi

oleh patogen (mikroorganisme penyebab penyakit, misalnya bakteri dan

virus) melalui fagositosis, mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel

kanker yang muncul dalam tubuh, berfungsi sebagai petugas pembersih

yang membersihkan sampah tubuh dengan memfagosit debris yang berasal

dari sel yang mati atau cedera, penting dalam penyembuhan luka dan

perbaikan jaringan. Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per

milimeterkubik atau mikrometer darah. Leukosit merupakan bagian

penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing,

mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung jumlah leukosit

merupakan indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap

infeksi (Putri, 2010). Pada kasus Nn. A didapatkan hasil leukosit dari

pemeriksaan laboratorium adalah 19.110/mm3 yang normalnya 3.600-

11.000 mm3. Hasil tersebut membuktikan bahwa pada kasus sudah sesuai

dengan teori.

Hasil pemeriksaan penunjang USG abdomen yaitu tak tampak

efusi pleura bilateral dan asites, hepar/GB/lien/pankreas/kedua

ginjal/uterus tak tampak kelainan. Secara umum kegunaan USG adalah

untuk menilai inflamasi dari apendiks. USG pada apendisitis akut adalah

bagian kiri yaitu sonogram secara sagital menggambarkan inflamasi

Page 59: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

48

apendiks, bagian kanan yaitu kompresi transabdominal secara transversal

didapatkan akumulasi cairan dari apendiks (Muttaqin, 2011). Data

penunjang yang didapatkan belum sesuai dengan teori, disini penulis

belum mencantumkan hasil pemeriksaan USG apendikogram karena saat

pengkajian hasil pemeriksaan tidak ada, dan setelah ditanyakan kepada

keluarga klien, keluarga juga tidak mengetahui.

Terapi yang diberikan adalah infus ringer laktat 20 tpm untuk

menambah cairan, injeksi ciprofloksasin 500 mg/12 jam yang merupakan

golongan antimikroba untuk mencegah infeksi. Metronidazole tablet

3x500 mg golongan antimikroba untuk mencegah infeksi, dan injeksi

Ranitidin 2x50 mg golongan antasida untuk pengobatan tukak lambung

(ISO, 2012).

B. Perumusan masalah

Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan

klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah

kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai

tujuan asuhan keperawatan sesuai kewenangan perawat (Setiadi, 2012).

Diagnosa yang mungkin muncul adalah nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik, intoleransi aktivitas berhubungan dengan

pembatasan gerak, risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif apendiktomi, resiko kekurangan volume cairan berhubungan

dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral (Nanda, 2012). Dari

analisa data, penulis merumuskan dua diagnosa yaitu nyeri akut

Page 60: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

49

berhubungan dengan agen cidera fisik dan risiko infeksi berhubungan

dengan prosedur invasif. Disini penulis akan membahas satu persatu

diagnosa-diagnosa tersebut, yaitu :

a. Diagnosa yang sesuai teori dan ditemukan dalam kasus

Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik, diagnosa tersebut diambil dari hasil pengkajian Nn. A yaitu

pasien mengatakan nyeri karena bekas operasi, nyeri seperti dicubit,

nyeri diperut kanan bawah, skala nyeri 4, nyeri dirasakan sewaktu-

waktu. Pasien juga tampak meringis saat merasa nyeri. Dan tanda-

tanda vital TD : 110/60 mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S :

36oC.

Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang

singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri

diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka,

seperti luka operasi. Nyeri terasa tajam seperti ditusuk, disayat,

dicubit, dan lain-lain (Asmadi, 2012). Dikatakan nyeri akut ditandai

dengan adanya perubahan respirasi, tekanan darah, denyut jantung.

Secara verbal melaporkan adanya ketidaknyamanan dan menunjukkan

respon emosi dan perilaku seperti menangis, mengerang kesakitan,

mengerutkan wajah (Andarmoyo, 2013). Dari batasan karakteristik

maka penulis mengambil etiologi agen cidera fisik (Nanda, 2012).

Hasil data yang ditemukan dalam kasus ternyata sudah sesuai dengan

teori dari Asmadi dan Andarmoyo.

Page 61: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

50

Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik sebagai prioritas utama karena menurut teori

Hierarki Abraham Maslow nyeri merupakan kebutuhan fisiologi

sehingga harus diprioritaskan telebih dahulu (Setiadi, 2012).

Dijelaskan bahwa pengertian nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman

yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat

menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Asmadi, 2012).

Diagnosa yang kedua adalah risiko infeksi berhubungan

dengan prosedur invasif, dari pengkajian pasien mengatakan ada luka

bekas operasi di perut kanan bawah, dan tanda-tanda vital TD : 110/60

mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 36oC. Leukosit diatas

normal, 19.110 /mm3. Luka tidak ada pus dan tidak kemerahan.

Setiap penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan

memiliki catatan medis yang berisi tentang tanda-tanda vital seperti

suhu, nadi, pernapasan, serta catatan lain tentang perubahan fisik, dan

keluhan penderita. Catatan medis ini sangat berharga sebagai bahan

manifestasi klinis yang sekaligus signifikan untuk dinilai sebagai tanda

telah terjadi infeksi nosokomial (Septiari, 2012). Leukosit merupakan

bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing,

mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung jumlah leukosit

merupakan indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh

terhadap infeksi (Putri, 2010). Tanda-tanda peradangan/infeksi antara

lain rubor (merah), calor (panas), tumor (bengkak), dolor (nyeri),

Page 62: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

51

fungsi laesa terganggu (misalnya peradangan di tenggorokan

menyebabkan nafsu makan menurun, peradangan dihidung

menyebabkan produksi lendir berlebihan atau pilek) (Septiari, 2012).

Penulis memprioritaskan diagnosa resiko infeksi berhubungan

dengan prosedur invasif (apendiktomi) menjadi diagnosa kedua karena

menurut teori Hierarki Abraham Maslow infeksi merupakan termasuk

kebutuhan rasa aman dan nyaman (Setiadi, 2012).

b. Diagnosa yang ada di teori tetapi tidak ditemukan didalam kasus

Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan

gerak. Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis

atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas

kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan (Nanda,

2012). Penulis tidak menegakkan diagnosa ini karena saat pengkajian

tidak ditemukan data seperti lemah, letih, tekanan darah abnormal

dispnea setelah beraktivitas yang mendukung diagnosa ini untuk

ditegakkan.

Diagnosa resiko kekurangan volume cairan berhubungan

dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral. Resiko kekurangan

volume cairan adalah berisiko mengalami dehidrasi vaskular, selular,

atau intraselular (Nanda, 2012). Penulis tidak menegakkan diagnosa ini

kerena saat pengkajian tidak ditemukan data seperti diare, muntah

yang mendukung diagnosa ini untuk ditegakkan.

Page 63: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

52

C. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian data fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan

keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah

atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Setiadi, 2012).

Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik, intervensi disusun dengan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang

dengan kriteria hasil skala nyeri 1-2, nyeri berkurang atau hilang, pasien

mendemonstrasikan teknik bernafas ritmik, dan pasien tampak rileks.

Intervensi pertama ukur TTV, tanda-tanda vital bisa menggambarkan

perubahan kondisi pasien. Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan untuk

menentukan status kesehatan pasien, seperti terapi medis dan keperawatan

atau menandakan perubahan fisiologis (Muttaqin, 2009).

Intervensi yang kedua adalah kaji karakteristik nyeri PQRST ini

untuk mengetahui penyebab, kualitas, tempat, skala, dan waktu nyeri

terjadi. metode PQRST meliputi provoking incident yaitu faktor penyebab

nyeri timbul, quality yaitu seperti apa nyeri dirasakan atau digambarkan

klien, apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau

menusuk, region yaitu lokasi nyeri yang dirasakan klien, scale yaitu

seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien, misalnya skala nyeri 0 tidak ada

nyeri, skala nyeri 1-3 yaitu nyeri ringan, 4-6 yaitu nyeri sedang, 7-10 yaitu

Page 64: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

53

nyeri berat, time yaitu berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah ada

waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri (Muttaqin, 2009).

Intervensi yang ketiga, berikan teknik distraksi bernafas ritmik

untuk mengalihkan rasa nyeri dengan menganjurkan pasien memejamkan

mata, kemudian tarik nafas melalui hidung dalam empat hitungan, dan

dihembuskan secara perlahan lewat mulut dengan empat hitungan, lalu

dilakukan secara berulang sampai terbentuk perrnafasan ritmik. Tindakan

tersebut bisa membuat pasien menjadi rileks sehingga nyeri akan

berkurang. Distraksi adalah metode pengalihan perhatian klien ke hal lain

dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan klien terhadap nyeri,

bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri sehingga nyeri berkurang.

Teknik distraksi bekerja memberi pengaruh paling baik untuk jangka

waktu yang singkat, serta untuk mengatasi nyeri intensif yang hanya

berlangsung beberapa menit (Potter & Perry, 2006).

Intervensi keempat, berikan posisi nyaman untuk mengurangi nyeri

dan menghilangkan tegangan abdomen. Posisi semi fowler dengan derajat

kemiringan 45o, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk

membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen

pada diafragma (Rozikhin, 2014). Intervensi kelima, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian analgesik. Analgesik adalah metode paling umum

untuk mengatasi nyeri, tergolong dalam analgesik non-narkotik dengan

indikasi nyeri pasca operasi, nyeri trauma berat, artritis rematoid

(Andarmoyo, 2013)

Page 65: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

54

Diagnosa yang kedua risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif, intervensi disusun dengan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan

kriteria hasil tidak ada tanda-tanda infeksi. Tanda-tanda klinik infeksi

tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai

perawatan (Septiari, 2012). Disini penulis telah menemukan kesenjangan

teori dalam menentukan kriteria hasil. Seharusnya kriteria hasil yang di

harapkan yaitu proses penyembuhan luka sesuai dengan fasenya. Tanda-

tanda peradangan/infeksi antara lain rubor (merah), calor (panas), tumor

(bengkak), dolor (nyeri), fungsi laesa terganggu (misalnya peradangan di

tenggorokan menyebabkan nafsu makan menurun, peradangan dihidung

menyebabkan produksi lendir berlebihan atau pilek) (Septiari, 2012).

Intervensi yang pertama ukur TTV, tanda-tanda vital bisa menjadi

acuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda vital juga bisa

menggambarkan perubahan kondisi pasien. Pemeriksaan tanda-tanda vital

dilakukan untuk menentukan status kesehatan pasien, seperti terapi medis

dan keperawatan atau menandakan perubahan fisiologis (Muttaqin, 2009).

Intervensi kedua, lihat tanda-tanda infeksi seperti ada tidaknya pus,

kemerahan, bengkak, atau nyeri. Tanda-tanda peradangan/infeksi antara

lain rubor (merah), calor (panas), tumor (bengkak), dolor (nyeri), fungsi

laesa terganggu (misalnya peradangan di tenggorokan menyebabkan nafsu

makan menurun, peradangan dihidung menyebabkan produksi lendir

berlebihan atau pilek) (Septiari, 2012). Rumah sakit selain untuk mencari

Page 66: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

55

kesembuhan juga merupakan sumber dari berbagai penyakit, yang berasal

dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman

penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit,

seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis

maupun non medis. Jadi infeksi yang mengenai seseorang dan infeksi

tersebut diakibatkan pengaruh dari lingkungan rumah sakit disebut infeksi

nosokomial (Nugraheni, 2010). Infeksi nosokomial merupakan infeksi

yang diperoleh atau yang terjadi dirumah sakit berkaitan dengan

pemberian layanan kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan dan tindakan

perawat diperlukan untuk mencegah infeksi nosokomial dengan

melakukan cuci tangan, menggunakan alat pellindung, mengelola alat

kesehatan, desinfeksi lokasi tindakan, melakukan perawatan dan

penutupan luka serta pengelolaan sampah (Ali, 2010).

Intervensi yang ketiga, lakukan perawatan luka untuk mencegah

infeksi dan menjaga kebersihan daerah luka. Luka bedah merupakan luka

dengan kemungkinan terinfeksi sangat kecil karena dilakukan dalam

keaddaan steril. Ruang operasi memiliki peran penting dalam pencegah

infeksi karena diperkirakan 90% infeksi luka terjadi pada saat pembedahan

(Gruendemann & Fernsebner, 2006 dalam jurnal Rahmat Ali, 2010).

Namun seringkali pada saat perawatan luka pada pasien bedah di rumah

sakit terjadi infeksi bedah dimana infeksi tersebut sering tidak dapat

sembuh spontan dan dapat mengakibatkan berbagai komplikasi seperti

Page 67: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

56

pernanahan, nekrosis, bahkan kematian bila tidak dilakukan tindakan

keperawatan dan medis(Ali, 2010).

Intervensi yang keempat, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat antibiotik, antibiotik sangat diperlukan untuk mencegah

infeksi. Pemberian antibiotik sebelum, saat, dan hingga 24 jam pasca

operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi

dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi (Kementrian

Kesehatan, 2011).

D. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Implementasi dilakukan dari perencanaan yang disusun

sebelumnya. Berikut ini pembahasan inplementasi dari masing-masing

diagnosa :

Diagnosa keperawatan yang pertama nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik, implementasi yang dilakukan pada tanggal 9, 10,

11 Maret 2015, adalah mengkaji karakteristik PQRST, metode PQRST

meliputi provoking incident yaitu faktor penyebab nyeri timbul, quality

yaitu seperti apa nyeri dirasakan atau digambarkan klien, apakah nyeri

bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk, region

yaitu lokasi nyeri yang dirasakan klien, scale yaitu seberapa jauh nyeri

yang dirasakan klien, misalnya skala nyeri 0 tidak ada nyeri, skala nyeri 1-

3 yaitu nyeri ringan, 4-6 yaitu nyeri sedang, 7-10 yaitu nyeri berat, time

Page 68: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

57

yaitu berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah ada waktu-waktu

tertentu yang menambah rasa nyeri (Muttaqin, 2009).

Mengajarkan teknik distraksi bernafas ritmik, distraksi dapat

menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi system kontrol desenden,

yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke

otak (Nurhayati, 2011). Otak itu sendiri mengendalikan atau memengaruhi

persepsi nyeri yaitu hipotalamus dan struktur limbik berfungsi sebagai

pusat emosinal persepsi nyeri, dan korteks frontalis menghasilkan

interpretasi dan respon rasional terhadap nyeri. Namun, terdapat variasi

yang luas dalam cara individu mempersepsikan nyeri.

Salah satu penyebab variasi adalah karena sistem saraf pusat (SSP)

memiliki beragam mekanisme untuk memodulasi dan menekan

rangsangan nosiseptif. Kemudian jalur-jalur desendens serat eferen yang

berjalan dari korteks serebrum kebawah ke medula spinalis dapat

menghambat atau memodifikasi rangsangan nyeri yang datang melalui

suatu mekanisme umpan-balik yang melibatkan substansia gelatinosa dan

lapisan lain kornu dorsalis. Karenanya, jalur-jalur desendens dapat

memengaruhi implus nyeri di tingkat spinal.

Salah satu jalur desendens yag telah diidentifikasi sebagai jalur

penting dalam sistem modulasi nyeri atau analgesik adalah jalur yang

mencakup tiga komponen berikut, bagian pertama adalah substansia

grisen periakuaduktus (PAG) dan substansia grisea periventrikel (PVG)

mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi akuadutus sylvius.

Page 69: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

58

Bagian kedua adalah neuron-neuron dari daerah 1 mengirim implus ke

nukleus rafe magnus (NRM) yang terletak di pons bagian bawah dan

medula bagian atas dan nukleus retikularis paragigantoselularis (PGL) di

medula lateralis. Bagian ketiga, implus ditransmisikan dari nukleus di 2 ke

bawah ke kolumna dorsalis medula spinalis ke suatu kompleks inhibitorik

nyeri yang terletak di kornu dorsalis medula spinalis. Kemudian

rangsangan listrik daerah PAG atau rafe nukleus dapat hampir menekan

sinyal nyeri yang kuat yang masuk melalui akar spinal dorsal. Selain

jaringan batang otak ke medula spinalis, juga terdapat hubungan-hubungan

saraf dari hipotalamus dan neokorteks ke PAG, sehingga perasaan dan

pikiran seseorang dari pusat-pusat yang lebih luhur dapat memodulasi

nyeri (Price, 2006).

Mengukur TTV, tanda vital diukur untuk menentukan status

kesehatan klien biasanya (data dasar) atau untuk menguji respons klien

terhadap stress fisiologis atau psikologi atau terhadap terapi medik atau

keperawatan (Potter, 1996 dalam Setiadi 2012).

Memberikan injeksi Ranitidin 50 mg, tergolong antasida untuk

pengobatan tukak lambung (ISO, 2012). Memberikan posisi nyaman semi

fowler, untuk mengurangi nyeri. Posisi semi fowler dengan derajat

kemiringan 45o, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk

membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen

pada diafragma (Rozikhin, 2014).

Page 70: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

59

Diagnosa keperawatan yang kedua risiko infeksi berhubungan

dengan prosedur invasif, implementasi yang dilakukan pada tanggal

9,10,11 Maret 2015, adalah mengukur TTV, setiap penderita yang sedang

dalam proses asuhan keperawatan memiliki catatan medis yang berisi

tentang tanda-tanda vital seperti suhu, nadi, pernapasan, serta catatan lain

tentang perubahan fisik, dan keluhan penderita. Catatan medis ini sangat

berharga sebagai bahan manifestasi klinis yang sekaligus signifikan untuk

dinilai sebagai tanda telah terjadi infeksi nosokomial (Septiari, 2012).

Memberikan injeksi ciprofloksasin 500 mg dan metronidazole

tablet 500 mg, tergolong antimikroba untuk mencegah infeksi. Infeksi

bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati barrier mukosa atau kulit dan

menembus jaringan tubuh. Umumnya, tubuh berhasil mengeliminasi

bakteri tersebut dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila bakteri

berkembang biak lebih cepat daripada aktivitas respon imun tersebut maka

akan terjadi penyakit infeksi yang disertai dengan tanda-tanda inflamasi.

Terapi yang tepat harus mampu mencegah berkembangbiaknya bakteri

lebih lanjut tanpa membahayakan host. Antibiotik dalah obat yang

digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Antibiotik bisa bersifat

bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik (mencegah

berkembangbiaknya bakteri) (Kementrian Kesehatan, 2011).

Melakukan perawatan luka, perawatan luka biasanya dimulai

dengan pengobatan yang konvensional seperti pembersihan luka,

pemberian anti radang dan antibiotik (Rahmawati, 2009). Dasar

Page 71: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

60

pembersihan luka dilakukan dengan memperhatikan prinsip saat

membersihkannya yaitu, bersihkan dari area yang sedikit terkontaminasi

yaitu daerah dalam luka ke luar area luka karena luka diyakini hanya

sedikit terkontaminasi daripada kulit sekitarnya (Smeltzer & Bare, 2002

dalam jurnal Rahmat Ali, 2012).

Melihat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda peradangan/infeksi antara

lain rubor (merah), calor (panas), tumor (bengkak), dolor (nyeri), fungsi

laesa terganggu (Septiari, 2012). Infeksi bedah adalah salah satu bentuk

infeksi nosokomial yang sering terjadi di rumah sakit yang menterang

klien yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit dan

juga dapat terjadi selama pasien berada dalam fasilitas kesehatan atau baru

terjadi setelah klien pulang. Faktor penyebab infeksi nosokomial

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang ada dalam diri pasien,

faktor lingkungan sekitar dan juga faktor keperawatan ynag berkaitan

dengan standar pelayanan yang diberikan (Darmadi, 2008 dalam jurnal

Rahmat Ali, 2012).

E. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2012).

Evaluasi dilakukan setiap hari diakhir shift dengan metode SOAP.

Diagnosa yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Page 72: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

61

pada tanggal 9 Maret 2015, pasien mengatakan masih nyeri P : nyeri pada

bekas operasi, Q : nyeri seperti dicubit, R : perut kanan bawah, S : skala

nyeri 3, T : sewaktu-waktu. Pasien tampak meringis saat terasa nyeri.

Analisa masalah belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi seperti kaji

karakteristik nyeri, anjurkan tenik distraksi bernafas ritmik, beri posisi

nyaman.

Evaluasi pada tanggal 10 Maret 2015, diagnosa pertama nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik pasien mengatakan masih nyeri, P :

nyeri karena bekas operasi, Q : nyeri seperit digigit semut, R : perut kanan

bawah, S : skala nyeri 1, T : sewaktu-waktu. Skala nyeri turun dari 3

menjadi 1. Analisa masalah belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi

seperti kaji karakteristik nyeri, anjurkan teknik distraksi bernafas ritmik.

Evaluasi pada tanggal 11 Maret 2015, untuk diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik pasien mengatakan luka sudah tidak

nyeri, skala nyeri turun dari 2 menjadi 0, analisa masalah teratasi, planning

intervensi dihentikan.

Hasilnya setiap hari skala nyeri turun, hal ini sudah sesuai dengan

jurnal Nunung Febriany Sitepu (2012), dengan penelitian pengaruh

menggunakan teknik distraksi bernafas ritmik terhadap intensitas nyeri

pada luka post apendiktomi di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam tahun

2012 yaitu responden pada saat observasi sebelum diberikan tindakan

teknik distraksi bernafas ritmik yaitu tidak nyeri 2 orang (20%), nyeri

ringan 2 orang (20%), nyeri sedang 2 orang (20%), nyeri berat 2 orang

Page 73: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

62

(20%), dan nyeri sangat berat 2 orang (20%). Responden pada saat

observasi setelah dilakukan teknik distraksi bernafas ritmik yaitu

berjumlah tidak ada nyeri 4 orang (40%), dan nyeri ringan 6 orang (60%).

Hasil kesimpulan adalah sebelum dan sesudah menggunakan teknik

distraksi bernafas ritmik terhadap intensitas nyeri pada luka post

apendiktomi, mengalami pengaruh yang signifikan.

Diagnosa yang kedua risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif, pasien mengatakan nyeri bekas operasi, tanda-tanda vital TD :

110/60 mmHg, N : 80x/menit, RR :20x/menit, S : 36oC. Analisa masalah

tidak terjadi. Planning intervensi dilanjutkan seperti observasi TTV,

lakukan perawatan luka, lihat tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian antibiotik.

Diagnosa yang kedua risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif, pasien mengatakan nyaman, luka bersih tidak ada pus, analisa

masalah tidak terjadi. Plannning lanjutkan intervensi seperti observasi

TTV, lakukan perawatan luka, lihat tanda-tanda infeksi, kolaborasi dalam

pemberian antibiotik.

Diagnosa kedua risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif, pasien mengatakan luka sudah tidak nyeri, luka tampak bersih,

analisa masalah tidak terjadi, planning lanjutkan intervensi.

Diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif,

infeksi disini tidak terjadi karena tidak ada tanda-tanda infeksi. Tanda-

Page 74: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

63

tanda peradangan/infeksi antara lain rubor (merah), calor (panas), tumor

(bengkak), dolor (nyeri), fungsi laesa terganggu (Septiari, 2012).

Page 75: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

64

64

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada Nn. A dengan post

apendiktomi, maka penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 9 Maret 2015 keluhan

utama yang dirasakan pasien adalah nyeri pada bekas operasi.

Karakteristik nyeri yaitu P : nyeri karena bekas operasi, Q : nyeri seperti

dicubit, R : nyeri diperut kanan bawah, S : skala nyeri 4, T : nyeri

dirasakan sewaktu-waktu.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian Nn. A adalah

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, dan risiko infeksi

berhubungan dengan prosedur invasif.

3. Intervensi

Setelah penulis merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi

disusun dengan tujuan dan kriteria hasil masing-masing diagnosa.

Intervensi dari kedua diagnosa yang penulis tetapkan berdasarkan kondisi

dan keadaan pasien. Penulis akan melakukan intervensi selama 3x24 jam.

4. Implementasi

Implementasi dilakukan penulis pada tanggal 9-11 Maret 2015.

Hampir semua tindakan keperawatan sudah dilakukan oleh penulis.

Page 76: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

65

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setiap hari di akhir shift. Dari kedua diagnosa,

diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik masalah sudah

teratasi. Untuk diagnosa yang kedua risiko infeksi berhubungan dengan

prosedur invasif masalah tidak terjadi.

6. Hasil evaluasi dari pemberian teknik distraksi bernafas ritmik dalam

penurunan intensitas nyeri pada Nn. A dengan post apendiktomi terbukti

efektif dengan hasil penurunan skala di hari pertama yaitu dari skala 4

menjadi 3, dihari kedua dari skala 3 menjadi 1, dan dihari ketiga dari skala

2 menjadi 0.

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Dari hasil aplikasi riset ini diharapkan mahasiswa keperawatan mampu

memberikan teknik distraksi bernafas ritmik terhadap penurunan intensitas

nyeri pada asuhan keperawatan terutama untuk pasien post apendiktomi.

2. Bagi profesi keperawatan

Sebagai referensi dan sumber informasi untuk pemberian asuhan

keperawatan pada pasien post apendiktomi, dengan tindakan distraksi

bernafas ritmik bisa menurunkan intensitas nyeri.

3. Bagi rumah sakit

Diharapkan rumah sakit mampu memberikan salah satu tindakan

keperawatan yaitu pemberian teknik distraksi bernafas ritmik untuk

Page 77: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

66

mengurangi nyeri pada asuhan keperawatan dengan pasien post

apendiktomi ataupun pada pasien yang lain.

Page 78: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA

Adha, D. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Respon Terhadap Nyeri

Pasien Post Operasi Mayor Di IRNA Dr. Djamil Padang 2014. Jurnal

Keperawatan.

Ali, R. 2010. Tindakan Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Luka Pasca

Bedah. Jurnal Keperawatan.

Andarmoyo, S. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz Media.

Jogjakarta.

Asmadi. 2012. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. PT. RINEKA CIPTA.

Jakarta.

Baririent. 2011. Konsep Luka. Basic nursing Department. PSIK FIKES UMM.

Budiarto. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. EGC. Jakarta.

Febriany, N. 2012. Pengaruh Menggunakan Teknik Distraksi Bernafas Ritmik

Terhadap Intensitass Nyeri Pada Luka Pos Apendiktomi Di RSUD Deli

Serdang Lubuk Pakam Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Medistra Lubuk Pakam. 1(2):1-6.

Iqbal, W & Chayatin, N. 2007. Buku ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori &

Aplikasi Dalam Praktik. EGC. Jakarta.

kamuskesehatan.com/arti/apendisitis/. 16 Februari 2015 (09.30)

Page 79: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

Kayra, N. 2012.Apendiksitis. https://nurkayat.wordpress.com/ratna/appendiksitis/.

24 Maret 2015 (11.00)

Kementrian Kesehatan. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.

Kurniawan. 2014. Makalah Apendisitis. docslide.net/document/makalah-

apendisitisdoc.html. 17 Februari 2015 (08.00).

Lyrawati. 2009. Penilaian Nyeri. 17 Februari 2015 (09.00)

Meliala, L & Pinzon, R. 2007. Breakthrough in Management of Acute Pain. Jurnal

Kedokteran dan Farmasi. 20(4):151-155.

Moeliono, M. A. 2008. Modalitas Fisik Dalam Penatalaksanaan Nyeri. Simposium

Nyeri. Bandung.

Musa, A. 2011. Perbedaan Lama Rawat Inap Dan Biaya Perawatan Antara Terapi

Teknik Konvensional Dan Laparoskopi Pada Pasien Apendisitis Di RSUD

Dr. Moewardi. digilib.uns.ac.id/dokumen/abstrak/27794/ Perbedaan-Lama-

Rawat-Inap-Dan-Biaya-Perawatan-Antara-Terapi-Teknik-Konvensional-

Dan-Laparoskopi-Pada-Pasien-Apendisitis-Di-RSUD-Dr-Moewardi. 24

Maret 2015 (10.25)

Muttaqin, A. dan Kumalasari. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Salemba

Medika. Jakarta.

Muttaqin, A. dan Kumalasari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika. Jakarta.

Nainggolan, E & Simanjuntak, L. 2013. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Lamanya

Penyembuhan Luka Pasce Operasi Apendiktomi Di Zaal C Rumah Sakit

HKBP Balige Tahun 2013. Jurnal Keperawatan HKBP Balige. 1(2):98-105.

Page 80: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

Nanda, 2012. Nanda International Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

EGC. Jakarta.

Nugraheni, R. 2012. Infeksi Nosokomial Di RSUD Setjonegoro Kabupaten

Wonosobo. Jurnal Kesehatan. 11(1):94-100.

Novita, D. 2012. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open

Reduction And Internal Fixation (ORIF) Di RSUD DR. H. Abdul Moeloek

Propinsi Lampung. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Indonesia.

Depok.

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.

Nuha Medika. Yogyakarta.

Nurhayati, E E, Hemiyatun & Safrudin. 2011. Pengaruh Teknik Distraksi Relaksasi

Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi

Di PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan.

1(1):35-42.

Putri. 2010. Perbedaan Jumlah Leukosit Pada Pasien Apendisitis Akut dan

Apendisitis Kronik Di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Periode Tahun 2010.

Jurnal Kesehatan.

Potter, & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

Price, S. A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.

Jakarta.

Rahmawati. 2009. Pengembangan Sistem Penyembuhan Luka dengan Stimulasi

Listrik. Seminar on Intelligent technology and Its Application.

Page 81: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

Rosina & Pemila. 2007. Perawatan Luka “Moist Wound Healing”. Tesis. Program

Magister Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.

Rozikhin, M. 2014. Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Penurunan.

http://prezi.com/frall-d4jnh6i/keefektifan-pemberian-posisi-semi-fowler-

penurunan/. 15 Mei 2015 (19.00)

Septiari. 2012. Infeksi Nosokomial. Nuha Medika. Yogyakarta.

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Sirma, F & Haskas, Y. 2013. Faktor Risiko Kejadian Apendisitis Di Rumah Sakit

Umum Daerah Kab. Pangkep. Jurnal Keperawatan. 2(1):1-8.

Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.

Smeltzer & Bare. 2002 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddarth.

Edisi 8. Vol. 1. EGC. Jakarta.

Sumanto, H & Rozak, M. Perbedaan Teknik Distraksi Mendengarkan Musik Klasik

dengan Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Klien

Post operasi Seksio Sesaria Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Jurnal

Keperawatan.

Sumiati, Kadrianti & Basri. 2013. Pengaruh Penggunaan Teknik Relaksasi Nafas

Dalam, Distraksi, Gate Kotrol, terhadap Penurunan Sensasi Nyeri Ca

Mammae Di RSUD Labuang Baji Makasar. Jurnal Keperawatan.

Young & Koopsen. 2007. Spiritual, Kesehatan, dan, Penyembuhan. Bina Perintis.

Medan. Universitas Sumatera Utara

Page 82: PEMBERIAN TEKNIK DISTRAKSI BERNAFAS RITMIK …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-ratnaputri... · bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan

Yusrizal. 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Masase Terhadap

Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Pasca Apendiktomi Di Ruangan Bedah

RSUD DR. M. Zein Painan Tahun 2012. Fakultas Keperawatan. Universitas

Andalas.

Zulkarnain, N. 2015. Asuhan Keparawatan Apendisitis. http:/nuzulul-

fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35840-Kep%20Pencernaan-

Askep%20Apendisitis.html. 16 Februari (09.15).

2012. ISO : Informasi Spesialite Obat Indonesia. PT. ISFI. Jakarta.