22
PEMBERDAYAAN PEGAWAI PADA KANTOR KELURAHAN MELAYU KOTA PIRING KOTA TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI Oleh: RIRIN MARIANA NIM : 090563201052 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

PEMBERDAYAAN PEGAWAI PADA KANTOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam paradigma baru ... sepenuhnya

Embed Size (px)

Citation preview

PEMBERDAYAAN PEGAWAI PADA KANTOR KELURAHAN MELAYU

KOTA PIRING KOTA TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

RIRIN MARIANA

NIM : 090563201052

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

1

PEMBERDAYAAN PEGAWAI PADA KANTOR KELURAHAN MELAYU

KOTA PIRING KOTA TANJUNGPINANG

RIRIN MARIANA

Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam paradigma baru mengenai

orientasi pelayanan para aparatur/ birokrat adalah pemberdayaan. Pemberdayaan

dalam hal ini dimaksudkan sebagai proses transformasi dari berbagai pihak yang

mengarah pada saling menumbuhkembangkan, saling memperkuat, dan menambah

nilai daya saing global yang saling menguntungkan. Tujuan penelitian ini, yaitu

untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan pegawai pada Kantor Kelurahan

Melayu Kota Piring Kota Tanjungpinang. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif

kualitatif, dengan jumlah informan adalah 4 orang yaitu Sekretaris Lurah, Kepala

Seksi Pelayanan Umum dan Kesejahteraan Sosial. Kepala Seksi Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat serta Kepala Seksi Tata Pemerintahan Dan Ketentraman

Umum. Pada akhir penelitian ini dari Pemberdayaan Pegawai Pada Kantor Kelurahan

Melayu Kota Piring Kota Tanjungpinang belum berjalan dengan baik. Para pegawai

belum diberdayakan dengan baik. Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah

penulis lakukan pada bagian maka saran yang dapat disampaikan adalah Perlunya

pemberian pelatihan dan pendidikan secara merata kepada seluruh pegawai agar

dapat meningkatkan pengetahuan pegawai sehingga pegawai tersebut dapat

diberdayakan dalam pelaksanaan tugas.Dalam pelaksanaan tugas pegawai hendaknya

diberikan pemahaman tentang pelaksanaan prosedur kerja yang ada sehingga

nantinya dapat diterapkan dan memberikan dampak terhadap Pemberdayaan Pegawai

pada Kantor Kelurahan Melayu Kota Piring. Pada Kantor Kelurahan Melayu Kota

Piring hendaknya pimpinan lebih memperhatikan kemampuan pegawai untuk dapat

diberikan bimbingan teknis sehubungan dengan pelaksanaan tugas yang nantinya

akan dapat meningkatkan kemampuan pegawai tersebut dalam melaksanakan

pekerjaannya.

Kata Kunci : Pemberdayaan Pegawai

2

A B S T R A C T

One approach that can be used in the new paradigm of service orientation on

the apparatus / bureaucrats is empowerment. Empowerment in this case is intended

as a transformation process from various parties that lead to mutually develop,

reinforce each other, and add value to the global competitiveness of mutual benefit.

The purpose of this research is to know how employee empowerment at the

Kelurahan Melayu Kota Piring. This type of research is descriptive qualitative

research, the number of informants is that the Secretary of Ward 4, Section Head of

Public Service and Social Welfare. Section Head of Development and Community

Empowerment and section head of governance and public tranquility. At the end of

the study from the Employee Empowerment Kelurahan Melayu Kota Piring not going

well. The employees have not been properly empowered. Based on the data and the

results of research that has been done on the part of the suggestions can be

submitted is the Need for the provision of training and education equally to all

employees in order to increase the knowledge of employees so that the employees

can be empowered in the implementation of task execution tugas.Dalam employee

should be given an understanding of the implementation existing work procedures so

that they can be applied and give effect to the Employee Empowerment at the

Kelurahan Melayu Kota Piring. Kelurahan Melayu Kota Piring leaders should pay

more attention to the ability of employees to be given technical assistance in

connection with the implementation of the tasks that will be able to improve the

employee's ability to do the job.

Keywords : Employee Empowerment

3

PENDAHULUAN

Latar belakang. Keberadaan pegawai dalam

suatu organisasi, khususnya pada

organisasi pemerintah, seharusnya

diposisikan dan dipandang sebagai

modal utama organisasi yang harus

dipelihara, dikembangkan,

diberdayakan dan dimotivasi

keberadaannya dalam pencapaian

tujuan organisasi. Fakta tersebut

bermakna bahwa, keberadaan

pegawai atau sumber daya manusia

dalam organisasi bukanlah hanya

sebagai pelengkap dalam proses

kegiatan dalam pencapaian tujuan

saja, tetapi harus menjadi faktor

penentu keberhasilan suatu kegiatan

yang dilaksanakan organisasi.

Begitu juga peluang dan

tantangan yang dihadapi oleh suatu

organisasi, baik yang berasal dari

dalam maupun dari luar lingkungan

organisasi begitu kompleks. Hal ini

mendorong perlunya organisasi

tersebut, untuk selalu dapat

meningkatkan kualitas dan

kemampuan pegawai dalam

menghadapi berbagai perubahan

tersebut. Seperti dengan membekali

para pegawai dengan berbagai

pengetahuan dan keterampilan kerja

yang ada, hal ini hanya akan dapat

dicapai dengan pelaksanaan program

pemberdayaan kepada para pegawai,

secara berkesinambungan. Sehingga

dapat menunjang dalam pencapaian

tujuan organisasi dan dapat

meningkatkan upaya pemberian

pelayanan kepada masyarakat.

Pemberdayaan itu perlu dilakukan

oleh organisasi dalam pencapaian

tujuan-tujuannya. Sebab tanpa

pemberdayaan yang terencana dan

berkelanjutan, maka organisasi

tersebut akan tertinggal jauh. Baik

itu dari segi kemampuan kerja

sumber daya manusianya, peralatan

kerjanya maupun dalam penguasaan

teknologi kerja yang digunakan.

Dengan adanya upaya

pemberdayaan pada pegawai ini,

diharapkan produktivitas kerja

pegawai meningkat, terwujudnya

hubungan yang serasi antara atasan

dan bawahan, terjadinya proses

pengambilan keputusan yang lebih

cepat dan tepat karena melibatkan

para pegawai, semangat kerja

pegawai meningkat, komunikasi

kerja menjadi lebih efektif, pegawai

memiliki tingkat keahlian (skill)

yang tinggi, mempunyai kemampuan

kerja (ability) yang baik, memiliki

pengetahuan (knowledge) kerja yang

baik serta memiliki sikap dan tingkah

laku yang baik dan positif dalam

pelaksanaan tugas yang dilakukan.

Setiap aparat pemerintah

harus bersikap profesional dalam

memberikan pelayanan. Oleh sebab

itu seluruh aparat pada tiap-tiap

organisasi pemerintah haruslah

saling bekerjasama satu sama lain

agar dapat memberikan pelayanan

yang terbaik kepada masyarakat.

Upaya peningkatan kualitas

pelayanan publik selama ini haruslah

terus menerus dilakukan oleh

pemerintah melalui berbagai

kebijakan dalam pelayanan, maka

pemberdayaan aparatur pemerintah

yang memberikan pelayananan

publik harus terus menerus

dilakukan.

Pemberdayaan aparatur

merupakan salah satu strategi yang

tepat untuk meningkatkan kinerja

pelayanan, dan memberikan

penghargaan yang dipandang mampu

dalam memberikan pelayanan yang

berkualitas disegala bidang. Suatu

4

organisasi akan dapat menjalankan

tugas fungsinya dengan efektif dan

efisien apabila didukung oleh

aparatur yang memiliki kompetensi

sesuai dengan bidang tugasnya. Hal

ini diharapkan menjadi kunci

keberhasilan dalam penyediaan

pelayanan. Berbagai bentuk

pelayanan, baik berupa barang, jasa,

dan administratif sangat ditentukan

oleh bagaimana pegawai dalam

organisasi tersebut melakukan

pekerjaannya. Oleh sebab itu

menjadi tantangan setiap organisasi

pemerintah baik ipusat dan didaerah

bagaimana mengelola pegawainya

dengan sebaik-baiknya. Strategi yang

biasa dilakukan dalam pengelolaan

pegawai untuk mewujud kan

pelayanan yang optimal adalah

pemberdayaan pegawai. Hal ini

merupakan suatu proses untuk

mengikut sertakan para pegawai

disemua level dalam pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah.

Pegawai Negeri Sipil

mempunyai peran yang menentukan,

yaitu sebagai pemikir, pelaksana,

perencana, dan pengendali

pembangunan. Dengan demikian,

PNS mempunyai peran yang sangat

penting dalam memperlancar

jalannya roda pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan

nasional.Mengingat pentingnya

peranan tersebut, perlu adanya

pemberdayaan pegawai agar

diperoleh PNS yang setia dan taat

sepenuhnya kepada Pancasila,

Undang-Undang Dasar 1945, Negara

dan Pemerintah, serta yang bersatu

padu, bermental baik, berwibawa,

kuat, berdaya guna, berhasil guna,

bersih, berkualitas tinggi, dan sadar

akan tanggung jawabnya sebagai

unsur aparatur Negara.

Salah satu pendekatan yang

dapat digunakan dalam paradigma

baru mengenai orientasi pelayanan

para aparatur/ birokrat adalah

pemberdayaan (empowerment).

Pemberdayaan dalam hal ini

dimaksudkan sebagai proses

transformasi dari berbagai pihak

yang mengarah pada saling

menumbuhkembangkan, saling

memperkuat, dan menambah nilai

daya saing global yang saling

menguntungkan.

Berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

dijelaskan bahwa untuk mewujudkan

aparatur sipil negara sebagai bagian

dari reformasi birokrasi, perlu

ditetapkan aparatur sipil negara

sebagai profesi yang memiliki

kewajiban mengelola dan

mengembangkan dirinya dan wajib

mempertanggungjawabkan

kinerjanya dan menerapkan prinsip

merit dalam pelaksanaan manajemen

aparatur sipil negara

Untuk itu dibutuhkan

pemberdayaan. Tujuan

pemberdayaan itu sendiri adalah

untuk meningkatkan mutu,

keterampilan, serta memupuk

kegairahan dalam bekerja sehingga

dapat menjamin terwujudnya

kesempatan berpartisipasi dan

melaksanakan pembangunan secara

menyeluruh, Usaha pemberdayaan

aparatur pemerintah harus

ditingkatkan demi tercapainya tujuan

organisasi/ pemerintahan.

Pemberdayaan yang dilakukan

terhadap aparatur pada akhirnya akan

meningkatkan prestasi kerja yang

lebih baik. Untuk meningkatkan

prestasi kerja maka perlu diadakan

peningkatan sumber daya manusia

5

selaku tenaga kerja melalui usaha-

usaha pemberdayaan. Berkaitan

dengan hal itu maka seorang aparatur

perlu mendapatkan pemberdayaan.

Didasarkan pada adanya

pemberdayaan aparatur pemerintah

maka kemungkinan prestasi kerja

meningkat atau sebaliknya adanya

pemberdayaan tetap prestasi kerja

tetap atau bahkan menurun.

Salah satu bentuk

pemberdyaan pegawai adalah

pemberian diklat. Pendidikan dan

Pelatihan Pegawai Negeri Sipil yang

selanjutnya disebut Diklat adalah

proses penyelenggaraan belajar

mengajar dalam rangka

meningkatkan kemampuan Pegawai

Negeri Sipil. Untuk mencapai daya

guna dan hasil guna yang sebesar-

besarnya diadakan pengaturan dan

penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan jabatan Pegawai Negeri

Sipil yang bertujuan untuk

meningkatkan pengabdian, mutu,

keahlian, kemampuan, dan

keterampilan.

Jenis Diklat Teknis terdiri

atas Diklat Teknis Substantif adalah

Diklat teknis umum yang

diselenggarakan untuk memberikan

pengetahuan dan ketrampilan yang

bersifat substantif dalam rangka

pencapaian kompetensi PNS yang

terkait dengan pekerjaan Pegawai

Negeri Sipil yang bersangkutan,

sehingga mampu melaksanakan

tugas dan tanggungjawabnya secara

professional. Diklat Teknis

Umum/Administrasi dan Manajemen

adalah Diklat yang diselenggarakan

untuk memberikan pengetahuan dan

ketrampilan yang bersifat umum/

administrasi dan manajemen dalam

rangka pencapaian kompetensi PNS

yang terkait dengan pekerjaan

Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan, sehingga mampu

melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya secara

profesional.

Salah satu diklat yang

diadakan oleh pemerintah untuk para

aparaturnya adalah diklat teknis.

Diklat teknis adalah diklat yang

dilaksanakan untuk memberikan

pengetahuan dan/atau penguasaan

ketrampilan di bidang tugas yang

terkait dengan pekerjaan, sehingga

mampu melaksanakan tugas dan

tanggung jawab secara profesional.

Diklat teknis dilaksanakan untuk

mencapai persyaratan kompetensi

teknis yang diperlukan untuk

pelaksanaan tugas PNS. Kompetensi

Teknis adalah kemampuan PNS

dalam bidang-bidang teknis tertentu

untuk pelaksanaan tugas masing-

masing.

Diklat Teknis

diselenggarakan dengan tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan,

keahlian, ketrampilan, sikap dan

perilaku untuk dapat melaksanakan

tugas teknis secara profesional

dengan dilandasi kepribadian dan

etika PNS sesuai dengan kompetensi

teknis jabatan, Memantapkan sikap,

perilaku dan semangat pengabdian

yang berorientasi pelayanan,

pengayoman, dan pemberdayaan

masyarakat.

Kelurahan Melayu Kota

Piring Kota Tanjungpinang

merupakan salah satu kelurahan yang

ada pada Kecamatan Tanjungpinang

Timur. Tugas dan fungsi dari

kelurahan akan dapat terlaksana dan

tercapai dengan baik, bila adanya

para pegawai atau para aparatur

pegawai negeri sipil yang

6

mempunyai tingkat kemampuan

kerja baik, sehingga pada akhirnya

diharapkan akan lahir atau tercipta

tingkat kinerja pegawai yang

optimal, dalam pelaksanaan tugas

dan fungsi kantor kelurahan tersebut.

Namun demikian dalam

kegiatan sehari-hari pada Kantor

Kelurahan Melayu Kota Piring Kota

Tanjungpinang untuk menyelesaikan

tugas –tugasnya, masih terdapat

beberapa gejala yang berdampak

pada Pemberdayaan pegawai , Hal

ini dapat dilihat dari :

1. Pegawai pada Kantor

Kelurahan Melayu Kota

Piring Kota Tanjungpinang,

belum seluruhnya

mendapatkan program

pendidikan dan latihan yang

berhubungan dengan

pelaksanaan tugas.

Seharusnya seluruh Pegawai

Negeri Sipil mengikuti Diklat

Teknis, diklat teknis

dilaksanakan untuk mencapai

persyaratan kompetensi

teknis yang diperlukan untuk

pelaksanakan tugas PNS.

Diklat teknis dapat

dilaksanakan secara

berjenjang. Jenis dan jenjang

diklat Teknis untuk masing-

masing jabatan ditetapkan

oleh instansi teknis yang

bersangkutan. Dalam hal ini

pegawai pada Kantor

Kelurahan Melayu Kota

Piring belum semuanya

mendapatkan atau mengikuti

diklat-diklat diatas, seperti

diklat kepemimpinan, diklat

teknis maupun diklat

fungsional. Berdasarkan data

yang didapatkan, di

Kelurahan Melayu Kota

Piring yang baru mengikuti

diklat teknis berjumlah 5

orang, 3 orang dari kepala

seksi 2 orang lagi staff, hal

ini tentu tidak sesuai dengan

jumlah pegawai yang ada.

2. Ketersediaan sarana dan

prasarana kerja seperti

komputer dan yang lainya

yang masih belum sesuai

kebutuhan, sehingga kondisi

dapat berdampak kepada

hasil kerja serta waktu kerja

yang dicapai pegawai

sehubungan dengan tugas

yang dilaksanakan.

Berdasarkan data yang

didapatkan di Kelurahan ini

masih kurangnya komputer

hanya ada 2 komputer

sehingga penggunaannya

secara bergantian hal ini

membuat pelayanan menjadi

lama dan memakan waktu.

Dari uraian tersebut serta

berdasarkan gejala-gejala yang

ditemui, maka penelitian ini disusun

dalam sebuah penelitian dengan

judul: “PEMBERDAYAAN

PEGAWAI PADA KANTOR

KELURAHAN MELAYU KOTA

PIRING KOTA

TANJUNGPINANG”

Perumusan masalah

Pemberdayaan pegawai

merupakan salah satu upaya yang

perlu dilakukan oleh organisasi

pemerintah. Untuk menciptakan serta

mendapatkan pegawai berkualitas,

memiliki kemampuan kerja baik,

dapat memanfaatkan dan

mengembangkan kreativitas, inovasi

serta menguasai ilmu pengetahuan

dan tehnologi.

7

Untuk kondisi saat ini pada

Kantor Kelurahan Melayu Kota

Piring Kota Tanjungpinang, masih

terdapat persoalan seperti adanya

pegawai yang belum mendapatkan

pemberdayaan dalam bentuk

pendidikan dan pelatihan

sehubungan dengan pelaksanaan

kerja yang dilakukannya,

ketersediaan sarana dan prasarana

kerja yang kurang sehingga dari

uraian tersebut dirumuskan

permasalahan penelitian, yaitu :

“Bagaimana Pemberdayaan

Pegawai Pada Kantor Kelurahan

Melayu Kota Piring Kota

Tanjungpinang” ?

Tujuan dan kegunaan penelitian.

1 Tujuan penelitian.

Tujuan penelitian ini, yaitu :

Untuk mengetahui bagaimana

pemberdayaan pegawai pada Kantor

Kelurahan Melayu Kota Piring Kota

Tanjungpinang.

2. Kegunaan penelitian.

Diantaranya, yaitu:

a. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan

informasi sebagai bahan

masukan bagi Kelurahan

Melayu Kota Piring Kota

Tanjungpinang.

b. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat

memberikan informasi bagi

peneliti yang sama dalam hal

pemberdayaan pegawai dan

khususnya bagi ilmu

Adaministrasi Negara

Konsep Operasional

1. Meningkatkan pendidikan

pegawai.

Yaitu meningkatkan

pendidikan pegawai Kelurahan

Melayu Kota Piring, baik pendidikan

formal maupun pendidikan non

formal yang dapat menunjang

kelancaran pelaksanaan tugas yang

dikerjakan, dalam upaya peningkatan

pemberian pelayanan kepada

masyarakat. Indikator dari pada

meningkatkan pendidikan pegawai

ini, dilihat dengan :

a. Peningkatan pendidikan

formal pegawai, misalnya

dengan memberikan izin

belajar kepada para pegawai

untuk meningkatkan

pendidikan formalnya

kejenjang lebih tinggi.

b. Peningkatan pengetahuan

pegawai terhadap tugas,

misalnya memberikan

kesempatan pegawai

mengikuti seminar-seminar,

memberikan sosialisasi

peraturan perundangan

terhadap pekerjaan atau tugas

yang dilakukan dan lainnya.

2. Memberikan pelatihan bagi

pegawai.

Adalah meningkatkan

keterampilan kerja pegawai,

sehingga pegawai dalam pelaksanaan

tugas dapat melakukannya secara

baik dan cepat. keterampilan itu

berkenaan dengan peningkatan

keterampilan peralatan kerja, seperti

komputer, maupun keterampilan

dalam metode kerja, dapat dilihat

dengan :

a. Memberikan kesempatan

kepada pegawai untuk

mengikuti diklat sesuai

8

dengan kebutuhan dalam

pelaksanaan pekerjaannya

b. Pengetahuan dalam

penguasaan aturan dan

prosedur kerja.

3. Memperlengkapi dengan

sarana dan prasarana kerja yang

memadai.

Yaitu tersedianya sarana dan

prasarana pada Kelurahan Melayu

Kota Piring, untuk mendukung

pelaksanaan tugas pekerjaan yang

dilaksanakan. Indikator

memperlengkapi dengan sarana dan

prasarana kerja yang memadai ini,

dapat dilihat dengan, yaitu :

a. Tersedianya peralatan kerja,

misalnya adanya komputer,

mesin tik, telepon, faximile dan

lainnya.

b. Tersedianya pra sarana kerja,

misalnya adanya meja dan kursi,

ruangan kerja yang memadai,

penerangan yang baik dan

lainnya.

4. Memberikan wewenang.

Yaitu pelimpahan

kewenangan tugas dari seseorang

pimpinan kepada pegawai dalam

pelaksanaan kegiatan kerja yang

dilakukan. Biasanya wewenang ini

berhubungan dengan kewenangan

untuk melakukan sesuatu yang

semestinya haris dilakukan kepada

pimpinan, namun untuk efektivitas

kerja maka diberikan kepada

pegawai yang dipercaya untuk

melakukannya. Indikator

wewenang ini dapat dilihat dengan:

a. Pengambilan Keputusan

ketika pemimpin tidak berada

ditempat

Metode Penelitian.

1 Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang

akan peneliti laksanakan ini

adalah penelitian deskriptif

kualitatif, yang mana peneliti

dalam penelitian deskriptif

kualitatif ini, hanya akan

memberikan gambaran secara

sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta yang

sesuai dengan ruang lingkup

judul penelitian yaitu tentang

Pemberdayaan Pegawai pada

Kantor Kelurahan Melayu

Kota Piring Kota

Tanjungpinang. Sugiyono

(2005:11) menjelaskan

bahwa “penelitian deskriptif

adalah penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui

nilai variabel mandiri, baik

satu variabel atau lebih tanpa

membuat perbandingan, atau

menghubungkan antara

variabel satu dengan variabel

lain”. Penelitian diskriptif

dimaksudkan untuk

pengukuran yang cermat

terhadap fenomena sosial

tertentu. Peneliti

mengembangkan konsep dan

menghimpun fakta, tetapi

tidak melakukan pengujian

hipotesa.

2. Lokasi penelitian.

Penelitian ini dilakukan

di Kelurahan Melayu Kota

Piring Kota Tanjungpinang,

adapun alasan mengambil

obyek penelitian disini,

adalah pegawai pada Kantor

Kelurahan Melayu Kota

Piring Kota Tanjungpinang,

belum seluruhnya

mendapatkan program

9

pendidikan dan latihan yang

berhubungan dengan

pelaksanaan tugas serta

ketersediaan sarana dan

prasarana kerja seperti

komputer dan yang lainya

yang masih belum sesuai

kebutuhan.

3. Informan

Adapun informan

yang diambil dalam

penelitian ini yaitu kepala

seksi yang ada di kantor

Kelurahan Melayu Kota

Piring yang berjumlah 4

orang, yaitu Sekretaris

Lurah. Kasi Pelayanan

Umum & Kesos, Kasi

Pembangunan dan

Pemberdayaan

Masyarakat, Kasi tata

Pemerintahan dan

Ketentraman Umum dan

1 orang Lurah sebagai

Key Informan.

4. Jenis dan Sumber Data.

Jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu:

a. Data Primer.

Yaitu data yang

diperoleh melalui

wawancara langsung

dengan informan, yaitu

pegawai pada Kantor

Kelurahan Melayu Kota

Piring Kota

Tanjungpinang

b. Data Sekunder.

Data sekunder adalah

data yang peneliti

dapatkan dalam bentuk

sudah jadi atau sudah

dikumpulkan oleh

pegawai pada Kantor

Kelurahan Melayu Kota

Piring. Adapun data

skunder yaitu meliputi :

data uraian tugas dan

fungsi, data struktur

organisasi, data jumlah

pegawai, uraian tugas unit

kerja yang ada, serta data

sarana dan prasarana

kerja.

5. Teknik dan Alat

Pengumpulan Data.

Untuk mengumpulkan data

penelitian maka digunakan teknik,

yaitu:

a. Wawancara

Wawancara

dilakukan dengan

informan yaitu pegawai

pada Kantor Kelurahan

Melayu Kota Piring serta

dengan informan kunci

yaitu Lurah Melayu Kota

Piring. Soehartono

(2002:67-68),

menyatakan bahwa

“wawancara merupakan

pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan-

pertanyaan oleh

pewancara kepada

informan dan jawaban-

jawaban dari para

informan tersebut dicatat

atau direkam”.

Wawancara yang

dilaksanakan ini

berpedoman kepada

daftar pertanyaan yang

telah di susun, mengenai

Pemberdayaan Pegawai

pada Kantor Kelurahan

Melayu Kota Piring Kota

Tanjungpinang.

b. Observasi.

Teknik pengumpulan

data secara observasi

mempunyai ciri-ciri yang

10

spesifik bila

dibandingkan dengan

teknik lain. Hal ini sejalan

dengan pendapat

Sugiyono (2005:166)

yang mengemukakan

bahwa “ tehnik observasi

merupakan suatu proses

yang komplek dan sulit,

yang tersusun dari

berbagai proses biologis

dan proses psikologis

diantaranya yang

terpenting adalah

pengamatan dan ingatan”.

Dalam penelitian yang

dilakukan ini, observasi

yang peneliti gunakan

yaitu observasi terstruktur

yang telah dirancang

secara sistematis, tentang

apa yang diamati, kapan

dan dimana tempatnya,

dengan alat pengumpul

data yaitu Check list.

Teknik Analisis Data.

Dalam rangka memberikan

gambaran yang jelas, logis dan

akurat mengenai hasil pengumpulan

data, Data yang diperoleh dihimpun

menurut jenis dan kelompoknya,

maka selanjutnya dilaksanakan

pengelolaan dan analisis data yang

dilakukan dengan cara deskriptif

kualitatif, yaitu mengemukakan

masalah menurut apa adanya.

Moleong (2004:35) menyatakan

analisa dan kualitatif adalah proses

pengorganisasian, dan penguratan

data kedalam pola dan kategori serta

satu uraian dasar, sehingga dapat

dikemukakan tema yang seperti

disarankan oleh data. Adapun

langkah – langkah analisa data yang

dilakukan adalah : (1) menelaah dari

semua data yang tersedia dari

berbagai sumber, (2) reduksi data

yang dilakukan dengan membuat

abstraksi, (3) menyusun data

kedalam satuan-satuan, (4)

pengkategorian data sambil membuat

koding, (5) mengadakan

pemeriksaaan keabsahan data, dan

(6) penafsiran data secara deskripsif.

Alasan kenapa mengunakan atau

memilih analisis data deskriptif

kualitatif, yaitu karena penulis hanya

ingin untuk mendeskripsikan atau

mengambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana apa adanya,

tanpa bermaksud untuk membuat

kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generealisasi.

LANDASAN TEORITIS

Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari

kata benda (noun) Bahasa Inggris

yaitu empowerment. Kata dasarnya

power, artinya daya atau kekuatan.

Kemudian menurut kamus besar

bahasa Indonesia, pemberdayaan

berasal dari kata berdaya yaitu

berkekuatan; berkemampuan;

bertenaga. Sedangkan diberdaya

adalah diberi kekuatan untuk

membuat pilihan yang relevan

dengan situasi seseorang. Bertindak

dengan keyakinan.

Secara konseptual,

pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata

power yang berarti kekuasaan atau

keberdayaan. Oleh karena itu, ide

utama pemberdayaan bersentuhan

dengan konsep mengenai kekuasaan.

Kekuasaan seringkali dikaitkan dan

dihubungkan dengan kemampuan

individu untuk membuat individu

melakukan apa yang diinginkan,

terlepas dari keinginan dan minat

mereka. Pemberdayaan menunjuk

11

pada kemampuan seseorang atau

kelompok.

Secara harfiah, kata

pemberdayaan dapat diartikan

sebagai upaya memajukan dan

mengembangkan sesuatu.

Pemberdayaan aparatur pemerintah

daerah merupakan bagian dari

pembangunan aparatur pemerintah

daerah yang meliputi lembaga, tata

kerja dan aparatur pemerintah daerah

yang semata-mata diarahkan pada

penyelenggaraan pemerintahan yang

bersifat efektif, efisien, serta tanggap

terhadap kondisi wilayah dan

perubahan-perubahan yang terjadi

pada daerah tersebut. Demikian pula

aparatur pemerintah daerah harus

mampu memahami aspirasi yang

berkembang di dalam masyarakat

dan mampu melakukan

pembangunan diberbagai bidang.

Sulistiyani (2004:7)

menjelaskan bahwa “Secara

etimologis pemberdayaan berasal

dari kata dasar ”adaya‟ yang berarti

kekuatan atau kemampuan”.

Bertolak dari pengertian tersebut,

maka pemberdayaan dimaknai

sebagai proses untuk memperoleh

daya, kekuatan atau kemampuan, dan

atau pemberian daya, kekuatan atau

kemampuan dari pihak yang

memiliki daya kepada pihak yang

kurang atau belum berdaya

Ginanjar dalam Sedarmayanti

(1999:96) menyatakan bahwa:

“ Pemberdayaan sumber daya

manusia Indonesia dilakukan

dengan, yaitu :

1. Menciptakan suasana atau

iklim yang memungkinkan

potensi manusia

berkembang, disini titik

tolaknya adalah pengenalan

setiap manusia memiliki

potensi yang dapat

dikembangkan artinya tidak

ada sumber daya manusia

yang tanpa daya, karena itu

perlu dilakukan

pemberdayaan agar dapat

lebih berdaya, melalui

mendorong,

membangkitkan kesadaran

akan potensi yang

dimilikinya kemudian

dikembangkan.

2. Memperkuat potensi atau

daya yang dimiliki oleh

manusia sehingga

diperlukan langkah yang

positif seperti penciptaan

iklim dan suasana

organisasi yang mendukung

kerja. Langkah ini dicapai

melalui penyediaan

berbagai masukan serta

pembukaan akses pada

berbagai peluang, dalam

kaitan ini perlu adanya

peningkatan pendidikan,

derajat kesehatan dan akses

pada sumber kemajuan.

3. Memberdayakan juga

mengandung arti

melindungi, dalam proses

pemberdayaan harus

dicegah yang lemah

menjadi lemah untuk itu

perlu adanya program

pemberdayaan pegawai.

Uraian tersebut menunjukkan

pemberdayaan pegawai

ditujukan untuk menambah

tingkat keahlian (skill)

pegawai, meningkatkan

kemampuan kerja pegawai

(ability) dan meningkatkan

tingkat pengetahuan pegawai

(knowledge) serta terjadinya

12

perubahan sikap dan tingkah

laku dari para pegawai yang

sasaran akhirnya adalah

peningkatan kemampuan

pegawai dalam pelaksanaan

pemberian pelayanan kepada

masyarakat.

Wirawan (2002:102),

menyatakan bahwa:

“ Pemberdayaan pegawai dapat

dilakukan melalui :

1. Menyatakan kepercayaan

kepada kemampuan

karyawan dan mempunyai

ekspektasi atau

pengharapan kepada

mereka, upaya ini di kenal

dengan istilah pymalion

effec.

2. Mengikutsertakan pegawai

dalam pengambilan

keputusan, perencanaan,

pelaksanaan kegiatan dan

kooptasi.

3. Memberikan otonomi

mengenai bagaimana

mereka melaksanakan

pekerjaannya. Maknanya

adalah para pegawai

diberikan kewenangan

dalam melaksanakan

pekerjaannya.

4. Memakai wewenang

dengan cara yang hati-hati

dan positif dan membatasi

kekuasaan paksa.

5. Merancang dan

melaksanakan program

mentorisasi, artinya

diberikan upaya mentor

untuk pelaksanaan diklat

bagi para pegawai tersebut

dalam pelaksanaan

tugasnya.

6. Melakukan program

pengembangan sumber

daya manusia, secara

berkelanjutan dan

terprogram.

7. Mengembangkan kreatifitas

dan inovasi.

8. Mengembangkan proaktif

pegawai.

9. Mengembangkan disiplin

kerja.

10. Job enlargement dan job

einrichment”.

Dari pendapat tersebut,

diketahui bahwa organisasi harus

melaksanakan program

pemberdayaan terhadap pegawainya,

yang dilaksanakan secara terencana,

tersistematis dan berkelanjutan. Hal

ini disebabkan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan

dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat sesuai tuntutan

dan kebutuhan masyarakat sekarang

ini.

GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

Secara umum wilayah

Kelurahan Melayu Kota Piring

masih berada di wilayah Kota

Tanjungpinang yang dibentuk

berdasarkan UU No. 5 tahun 2001

tentang penetapan Desa menjadi

Kelurahan. Secara fisik kondisi tanah

berbukit serta rawa bakau yang mana

wilayah Kelurahan Melayu Kota

Piring memiliki luas ± 11 km2

dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan

dengan Kelurahan Kampung

Bugis, Kecamatan

Tanjungpinang Kota.

2. Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kelurahan Sei-Jang,

Kecamatan Bukit Bestari.

13

3. Sebelah Barat berbatasan

dengan Kelurahan Kampung

Bulang, Kecamatan

Tanjungpinang Timur.

4. Sebelah Timur berbatasan

dengan Kelurahan Air Raja

dan Kelurahan Batu IX,

Kecamatan Tanjungpinang

Timur.

Wilayah Kelurahan Melayu

Kota Piring dapat dikelompokkan ke

dalam dua zona fisiografis utama,

yakni zona daratan interior dan zona

daratan pantai. Wilayah yang masuk

daratan pantai yaitu RT 001/RW 003

dan RW 003/RW 003. Sedangkan

wilayah RT/RW lainnya termasuk

zona daratan interior. Pemerintah

Kota Tanjungpinang pada umumnya

dan Kelurahan Melayu Kota Piring

pada khususnya secara umum

beriklim Tropis kering yang di

pengaruhi oleh sifat-sifat Iklim

Darat, musim hujan berlangsung

pada bulan Oktober sampai bulan

Juli, dimana matahari berada di

belahan Bumi Selatan dan angin

bertiup dari Barat Laut. Musim

kemarau berlangsung pada bulan

Juni sampai Oktober setiap

tahunnya, dan matahari berada pada

belahan bumi Utara dan angin

bertiup dari arah Tenggara.

Kelurahan Melayu Kota Piring

sebagian masyarakatnya tinggal

dipesisir pantai dan bermata

pencarian sebagai nelayan

tradisional. Para nelayan ini dapat

terbantu dengan pelatihan yang

berguna untuk melatih penduduk

setempat karena dalam hal budidaya

perikanan dan kerambah yang dapat

membantu nelayan dalam

meningkatkan kesejahteraaan hidup.

Kelurahan Melayu Kota Piring juga

memiliki lahan perkebunan dan

peternakan rakyat, sama seperti para

kelompok Nelayan tradisional para

petani dan peternak juga

mendapatkan pelatihan dan bantuan

melalui Dinas Sumber Daya Alam

dan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial

Kota Tanjungpinang.

B. Visi dan Misi

Visi

Menumbuhkembangkan

partisipasi dan keikutsertaan

masyarakat dalam rangka

peningkatan kesejahteraan

dan kemajuan daerah

khususnya Kelurahan Melayu

Kota Piring.

Misi

Meningkatkan peran

kelembagaan masyarakat

Kelurahan serta

meningkatkan partisipasi

peran serta masyarakat dalam

bidang pembangunan dan

usaha unggulan yang dimiliki

Kelurahan Melayu Kota

Piring.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

1. Meningkatkan pendidikan

pegawai.

Yaitu meningkatkan

pendidikan pegawai Kelurahan

Melayu Kota Piring baik pendidikan

formal maupun pendidikan non

formal yang dapat menunjang

kelancaran pelaksanaan tugas yang

dikerjakan, dalam upaya peningkatan

pemberian pelayanan kepada

masyarakat. Indikator dari pada

meningkatkan pendidikan pegawai

ini, dilihat dengan :

a. Peningkatan pendidikan formal

pegawai. Dari hasil penelitian maka

dapat dianalisa bahwa pegawai

14

diberikan kesempatan meningkatkan

pendidikan formalnya pada Kantor

Kelurahan Melayu Kota Piring maka

dapat dianalisis bahwa iya telah ada

diberikan kesempatan kepada para

pegawai untuk meningkatkan

pendidikan formalnya kejenjang

Sarjana. Hanya saja kesempatan

untuk meningkatkan pendidikan

formal pegawai itu hanya masih

sebatas izin saja (tanpa disertai

bantuan biaya kuliah atu belajar bagi

pegawai yang bersangkutan), itupun

dengan catatan izin belajar yang

diberikan itu tidak menganggu tugas

pekerjaan yang diberikan kepada

pegawai yang bersangkutan.

Hal ini sesuai dengan

pendapat Young (dalam

Ravianto,1998:79), dalam

pemberdayaan salah satu wujudnya

adalah dengan meningkatkan

pendidikan pegawai, yaitu

menambah atau meningkatkan

pendidikan yang telah dimiliki

pegawai, baik itu melalui

peningkatan jenjang pendidikan

maupun melalui upaya lainnya,

seperti peningkatan pendidikan non

formal pegawai. Hal ini juga sesuai

dengan yang dijelaskan dalam

undang-undang bahwa hak untuk

memperoleh pendidikan adalah

merupakan hak asasi setiap warga

negara Indonesia. Hak WNI untuk

memperoleh pendidikan ini

dilindungi oleh konstitusi yaitu

dalam Pasal 28C ayat (1)

Amandemen II jo Pasal 31

Amandemen IV UUD 1945. Namun,

dalam hal seorang Pegawai Negeri

Sipil (PNS) ingin melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi, sebagaimana kami kutip dari

laman resmi Badan Kepegawaian

Negara, harus memperoleh izin dari

pimpinan instansi yang

bersangkutan. Dan izin belajar harus

diajukan secara hirarkhis kepada

pejabat pembina kepegawaian atau

pejabat yang diberikan berwenang

mengeluarkan izin belajar.

b. Peningkatan pengetahuan

pegawai terhadap

Berdasarkan pengamatan

serta jawaban yang diberikan

informan tentang peningkatan

pengetahuan pegawai dalam upaya

penberdayaan pegawai pada kantor

Kelurahan Melayu Kota Piring.

Dapat dianalisis bahwa masih

sebagian kecil atau belum

keseluruhan pegawai yang diberikan

kesempatan untuk untuk

meningkatkan pengetahuannya

terhadap tugas-tugas, baik itu melalui

seminar, simposium dan sosialisasi

aturan kerja dalam tugas nya sehari-

hari. Sebab fakta yang terlihat

selama ini pada Kantor Kelurahan

Melayu Kota Piring, pegawai yang

diberikan kesempatan untuk

mengikuti seminar-seminar,

simposium ataupun sosialisasi itu

paling banyak jumlahnya 2 orang

atau 3 orang pegawai. Dan

pegawainya pun yang itu-itu saja

orangnya yaitu staf yang dekat

dengan pimpinan dan tidak diberi

kesempatan kepada pegawai lain,

pada hal seharusnya pemberian

program peningkatan pengetahuan

pegawai itu harus merata kepada

seluruh staf yang ada, serta

berdasarkan kepada kemampuan

teknis yang dimiliki staf dan

berdasarkan bagian atau unit kerja

yang ada.

2. Memberikan pelatihan bagi

pegawai.

Adalah meningkatkan

keterampilan kerja pegawai,

15

sehingga pegawai dalam pelaksanaan

tugas dapat melakukannya secara

baik dan cepat. keterampilan itu

berkenaan dengan peningkatan

keterampilan peralatan kerja, seperti

komputer, maupun keterampilan

dalam metode kerja, dapat dilihat

dengan :

a. Keterampilan penguasaan

peralatan kerja.

Berdasarkan pengamatan dan

jawaban yang diberikan informan

tentang keterampilan pegawai dalam

penguasaan peralatan kerja dalam

upaya pemberdayaan pegawai

Kelurahan Melayu Kota Piring.

Dapat dianalisis bahwa telah ada

diberikan pelatihan dalam

penguasaan peralatan kerja kepada

para pegawai.

b. Pengetahuan dalam penguasaan

aturan dan prosedur kerja.

Dengan peraturan yang berlaku

kita bisa mengantisipasi berbagai

situasi yang mungkin terjadi dalam

menjalankan pekerjaan. Prosedur

kerja akan memberi arah bagi

pegawai dalan menjalankan

pekerjaannya. Dengan adanya

prosedur kerja maka pegawai

mengetahui lingkup pekerjaannya.

Dengan kejelasan ruang lingkup ini,

maka job description akan jelas

sehingga tidak tumpang tindih.

Dengan demikian maka kinerja

personil akan terjaga dengan baik.

Dari seluruh wawancara yang

dilakukan dengan informan diatas

maka dapat dianalisa bahwa sudah

ada pedoman standar kerja yang

mengatur para pegawai saat

melaksanakan pekerjaannya. Dan

sebagian pegawai sudah mampu

memahami peraturan dan prosedur

kerja yang ada. Peningkatan

oengetahuan tersebut didapat dari

diklat serta pelatihan kerja.

Hal ini senada dengan yang

diungkapkan oleh Young (dalam

Ravianto,1998:79), menyatakan

bahwa salah satu bentuk

pemberdayaan adalah memberikan

pelatihan pegawai, yaitu memberikan

keterampilan-keterampilan kerja

yang baru kepada pegawai dalam

pelaksanaan kerja yang dilakukan,

baik itu yang berhubungan dengan

pelatihan peralatan kerja, maupun

yang berhubungan dengan pelatihan

uraian tugas. Latihan dan

pengembangan dapat didefinisikan

sebagai usaha yang terencana dari

organisasi untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan pegawai, pelatihan dan

pengembangan merupakan dua

konsep yang sama, yaitu untuk

meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan.

3. Memperlengkapi dengan

sarana dan prasarana kerja yang

memadai.

Yaitu tersedianya sarana dan

prasarana pada Kantor Kelurahan

Melayu Kota Piring, untuk

mendukung pelaksanaan tugas

pekerjaan yang dilaksanakan.

Indikator memperlengkapi dengan

sarana dan prasarana kerja yang

memadai ini, dapat dilihat dengan,

yaitu :

a. Tersedianya peralatan kerja,

misalnya adanya komputer,

mesin tik, telepon, faximile dan

lainnya.

Dari hasil pengamatan serta

dari jawaban informan tentang

ketersediaan peralatan kerja bagi

pegawai, dapat dianalisis yaitu belum

tersedianya peralatan kerja yang

dibutuhkan pegawai dalam

16

pelaksanaan tugas administrasi

umum dan kepegawaian,

administrasi keuangan, perencanaan

dan evaluasi pada Kelurahan Melayu

Kota Piring, terutama peralatan kerja

komputer, kendaraan kantor dan

lainnya.

Kondisi tentu dapat

berakibat kepada kurang efektifnya

kerja Kelurahan Melayu Kota Piring

dalam pelaksanaan tugas

administrasi umum dan

kepegawaian, administrasi keuangan,

perencanaan dan evaluasi, terutama

dari waktu kerja dan kualitas hasil

kerja yang dicapai. Misalnya diberi

waktu 1 (satu) minggu untuk

membuat laporan keuangan kegiatan

ternyata pegawai butuh waktu 10

(sepuluh) hari baru bisa menyiapkan

laporan keuangan tersebut.

b. Tersedianya pra sarana kerja,

misalnya adanya meja dan kursi,

ruangan kerja yang memadai,

penerangan yang baik dan lainnya.

Dari pengamatan serta

jawaban informan tentang

ketersediaan pra sarana kerja bagi

pegawai, dapat dianalisis yaitu

terbatasnya pra sarana kerja yang

dibutuhkan pegawai dalam

pelaksanaan tugas. Misalnya meja

dan kursi, lemari dan rak arsip,

ruangan yang pengap karena cahaya

dan pentilasi yang kurang masuk

ruangan, ruangan kerja yang sempit

karena terlalu banyak memuat meja

dan kursi sehingga menganggu gerak

kerja dari para pegawai, arsip dan

dokumen yang tidak tersusun rapi

dan hanya diletakkan dipojok-pojok

ruangan dan diatas meja kerja

pegawai.

Hal ini senada dengan yang

diungkapkan oleh Young (dalam

Ravianto,1998:79) dimana

pemberdayaan melalui

memperlengkapi dengan sarana dan

prasarana, yaitu menyediakan semua

peralatan kerja yang dibutuhkan para

pegawai dalam pelaksanaan kerja

yang dilakukan. Secara umum sarana

dan prasarana adalah alat penunjang

keberhasilan suatu proses upaya

yang dilakukan di dalam pelayanan

publik, karena apabila kedua hal ini

tidak tersedia maka semua kegiatan

yang dilakukan tidak akan dapat

mencapai hasil yang diharapkan

sesuai dengan rencana.

Moenir (2006 : 119)

mengemukakan bahwa sarana adalah

segala jenis peralatan, perlengkapan

kerja dan fasilitas yang berfungsi

sebagai alat utama/pembantu dalam

pelaksanaan pekerjaan, dan juga

dalam rangka kepentingan yang

sedang berhubungan dengan

organisasi kerja. Pengertian yang

dikemukakan oleh Moenir, jelas

memberi arah bahwa sarana dan

prasarana adalah merupakan

seperangkat alat yang digunakan

dalam suatu proses kegiatan baik alat

tersebut adalah merupakan peralatan

pembantu maupun peralatan utama,

yang keduanya berfungsi untuk

mewujudkan tujuan yang hendak

dicapai.

4. Memberikan wewenang.

Yaitu pelimpahan kewenangan

tugas dari seseorang pimpinan

kepada pegawai dalam pelaksanaan

kegiatan kerja yang dilakukan.

Biasanya wewenang ini berhubungan

dengan kewenangan untuk

melakukan sesuatu yang semestinya

harus dilakukan kepada pimpinan,

namun untuk efektivitas kerja maka

diberikan kepadapegawai yang

dipercaya untuk melakukannya.

17

Indikator wewenang ini dapat dilihat

dengan:

a. Pengambilan Keputusan ketika

pemimpin tidak berada ditempat

Untuk pengambilan

keputusan biasanya diperlukanlah

sebuah keberanian. Tapi kadang-

kadang para pegawai biasa masih

sangat takut untuk mengambil

keputusan sendiri, dari jawaban

diatas dapat dianalisa untuk bahwa

pegawai masih belum dapat

mengambil keputusan sendiri, masih

ada beberapa pegawai yang belum

mampu menyelesaikan setiap

masalah-masalah yang seharusnya

dapat diselesaikan sendiri. Ini dapat

menjadi perhatian karena untuk

mendapatkan kinerja pegawai yang

baik mereka tidak hanya ditutut

untuk dapat bekerja dengan baik

tetapi juga mampu untuk mengambil

keputusan, mengambil inisiatif

dalam situasi-situasi tertentu.

Kebanyakan pegawai dalam

wawancara dapat dianalisa

mengatakan bahwa untuk mengambil

inisiatif atau keputusan para pegawai

tidak semua berani karena tidak

semua pegawai mendapat

kepercayaan pimpinan. Karena

salah-salah keputusan pegawai malah

membuat masalah baru. Tetapi

biasanya di rapat para pegawai juga

diikut sertakan dalam memintai

pendapat, disini barulah para

pegawai berani memberikan ide-ide,

dan biasanya keputusan akan diambil

sesuai kesepakatan bersama. Dari

hasil observasi ditemukan kebenaran

dari pernyataan yang didapat dari

wawancara diatas bahwa semua

pegawai belum berani mengambil

keputusan sendiri harus atas

persetujuan pemimpin.

Dalam pengambilan

keputusan di kantor Kantor

Kelurahan Melayu Kota Piring masih

dilakukan secara musyawarah atau

bersama, ini dapat dilihat dari setiap

rapat yang dilangsungkan dalam

membahas masalah atau agenda yang

dibuat di Kantor Kelurahan Melayu

Kota Piring pemimpin menampung

ispirasi, pendapat, ide, masukan dari

pegawainya lalu kemudian

mengambil keputusan secara

bersama. Hal ini sudah sangat baik.

Hanya saja untuk suatu hal-hal

tertentu dalam kondisi-kondisi

tertentu para pegawai harus mampu

untuk mengambil keputusannya

sendiri. Karena saah satu ukuran dari

pemberdayaan pegawai adalah

memberikan kewenangan pegawai

untuk mengambil keputusan sendiri

dalam waktu-waktu tertentu.

Hal ini senada dengan yang

diungkapkan oleh Young (dalam

Ravianto,1998:79) bentuk

pemberdayaan lainnya yaitu dalam

Pemberian wewenang, yaitu

pelimpahan atau pendelegasian suatu

kewenangan dari pimpinan kepada

pegawai dalam pelaksanaan kerja,

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pelibatan pegawai adalah proses

mengikutsertakan para karyawan

pada semua tingkatan organisasi

dalam pembuatan keputusan dan

pemecahan masalah. Ketika terjadi

penyimpangan, manajemen harus

memberdayakan karyawan yang

bekerja erat dengan proses untuk

mencari akar penyebab masalah dan

mencari solusi yang tepat.

Sedangkan pemberdayaan pegawai

mengacu pada tindakan

mendelegasikan wewenang dan

tanggung jawab bersama untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan.

18

Sebelum mendelegasikan wewenang

dan tanggung jawab, seorang

manajer perlu memastikan bahwa

karyawan telah mendapatkan

pelatihan yang cukup dan menguasai

bidang yang menjadi

tanggungjawabnya.

PENUTUP

Kesimpulan.

Kesimpulan pada akhir penelitian

ini dari Pemberdayaan Pegawai Pada

Kantor Kelurahan Melayu Kota

Piring Kota Tanjungpinang belum

berjalan dengan baik. Para pegawai

belum diberdayakan dengan baik.

Selanjutnya peneliti setelah

melakukan analisis pembahasan pada

bab sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Lurah memberikan

kesempatan kepada para

pegawai untuk meningkatkan

pendidikan formalnya

kejenjang Sarjana. Hanya

saja kesempatan untuk

meningkatkan pendidikan

formal pegawai itu hanya

masih sebatas izin saja (tanpa

disertai bantuan biaya kuliah

atu belajar bagi pegawai yang

bersangkutan), itupun dengan

catatan izin belajar yang

diberikan itu tidak

menganggu tugas pekerjaan

yang diberikan kepada

pegawai yang bersangkutan.

2. Masih sebagian kecil atau

belum keseluruhan pegawai

yang diberikan kesempatan

untuk untuk meningkatkan

pengetahuannya terhadap

tugas-tugas, baik itu melalui

seminar, simposium dan

sosialisasi aturan kerja dalam

tugas nya sehari-hari. Sebab

fakta yang terlihat selama ini

pada Kantor Kelurahan

Melayu Kota Piring, pegawai

yang diberikan kesempatan

untuk mengikuti seminar-

seminar, simposium ataupun

sosialisasi itu paling banyak

jumlahnya 2 orang atau 3

orang pegawai. Dan

pegawainya pun yang itu-itu

saja orangnya yaitu staf yang

dekat dengan pimpinan dan

tidak diberi kesempatan

kepada pegawai lain, pada hal

seharusnya pemberian

program peningkatan

pengetahuan pegawai itu

harus merata kepada seluruh

staf yang ada, serta

berdasarkan kepada

kemampuan teknis yang

dimiliki staf dan berdasarkan

bagian atau unit kerja yang

ada.

3. Dalam pengetahuan dalam

penguasaan aturan dan

prosedur kerja dapat

diketahui bahwa sudah ada

pedoman standar kerja yang

mengatur para pegawai saat

melaksanakan pekerjaannya.

Dan sebagian pegawai sudah

mampu memahami peraturan

dan prosedur kerja yang ada.

Peningkatan pengetahuan

tersebut didapat dari diklat

serta pelatihan kerja.

4. Ketersediaan sarana dan

prasarana kerja bagi pegawai,

dapat dianalisis yaitu

terbatasnya pra sarana kerja

yang dibutuhkan pegawai

dalam pelaksanaan tugas.

Misalnya meja dan kursi,

lemari dan rak arsip, ruangan

yang pengap karena cahaya

19

dan pentilasi yang kurang

masuk ruangan, ruangan

kerja yang sempit karena

terlalu banyak memuat meja

dan kursi sehingga

menganggu gerak kerja dari

para pegawai, arsip dan

dokumen yang tidak tersusun

rapi dan hanya diletakkan

dipojok-pojok ruangan dan

diatas meja kerja pegawai.

5. Dalam kondisi-kondisi

tertentu para pegawai harus

mampu untuk mengambil

keputusannya sendiri. Karena

saah satu ukuran dari

pemberdayaan pegawai

adalah memberikan

kewenangan pegawai untuk

mengambil keputusan sendiri

dalam waktu-waktu tertentu.

Namun hal ini belum dapat

dilakukan dengan baik di

kelurahan Melayu Kota

piring.

Saran

Berdasarkan data dan hasil

penelitian yang telah penulis lakukan

pada bagian maka saran yang dapat

penulis sampaikan antara lain pada

halaman berikut:

1. Perlunya pemberian pelatihan

dan pendidikan secara merata

kepada seluruh pegawai agar

dapat meningkatkan

pengetahuan pegawai

sehingga pegawai tersebut

dapat diberdayakan dalam

pelaksanaan tugas.

2. Dalam pelaksanaan tugas

pegawai hendaknya diberikan

pemahaman tentang

pelaksanaan prosedur kerja

yang ada sehingga nantinya

dapat diterapkan dan

memberikan dampak

terhadap Pemberdayaan

Pegawai pada Kantor

Kelurahan Melayu Kota

Piring.

3. Perlu adanya penambahan

sarana prasarana pendukung

pelaksanaan kerja seperti

menambahkan komputer agar

pekerjaan tidak terkendala

dan lebih efisien.

4. Pada Kantor Kelurahan

Melayu Kota Piring

hendaknya pimpinan lebih

memperhatikan kemampuan

pegawai untuk dapat

diberikan bimbingan teknis

sehubungan dengan

pelaksanaan tugas yang

nantinya akan dapat

meningkatkan kemampuan

pegawai tersebut dalam

melaksanakan pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

Atmosoeprapto, Kisdarto, 2002.

Menuju SDM Berdaya –

Dengan Kepemimpinan

Efektif dan Manajemen

Efisien, PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Fathoni, Abdurrahmat. 2006.

Organisasi dan Manajemen

Sumber Daya Manusia.

Jakarta : Rineka Cipta.

Tjipto, Fandy, dkk. (2010), Total

Quality Management,

Jakarta : Andi Publisher.

Makmur, Syarif. 2008.

Pemberdayaan Sumber Daya

20

Manusia dan Efektivitas

Organisasi. Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Ravianto. J. 1998. Manual

Peningkatan Produktivitas.

Jakarta : PT. Binaman

Tehnika Aksara.

Rukminto, Adi Isbandi. 2003.

Pemberdayaan, Pegembangan

Masyarakat, dan Intervensi

Komunitas ( Pengantar pada

Pemikiran dan Pendekatan

Praktis). Jakarta : LPFE UI

Sedarmayanti. 2001. Restrukturisasi

dan Pemberdayaan

OrganisasiUntuk

Menghadapi Dinamika

Perubahan Lingkungan.

Bandung : Mandar Maju.

---------------. 2004. Good

Governance :

Kepemerintahan Yang Baik.

Bandung : Mandar Maju.

Bagian Kedua.

Singarimbun, Masri dan Sofian

Effendi. 1995. Metode

Penelitian, Jakarta : Bina

Aksara.

Soehartono. Irawan. 2002, Metode

Penelitian Sosial, Cetakan ke

lima, Jakarta : Remaja

Rosdakarya

Stewart, Aileen Mitchel. 2008.

Empowering People:

Pemberdayaan Sumber Daya

Manusia. Yogyakarta :

Kanisius.

Sugiyono. 2005, Metode Penelitian

Administratif, Bandung :

Alfabeta.

Triton, PB. 2005. Pradigma Baru

Manajemen Sumber Daya

Manusia. Yogyakarta : Tugu

Publisher.

Wibowo, 2005. Manajemen

perubahan. Jakarta : PT. Raja

Grafindo

Wirawan. 2002. Kapita Selekta Teori

Kepemimpinan, Pengantar

Untuk Praktek dan

Penelitian,Jakarta : Yayasan

Bangun Indonesia.

Yudoyono, Bambang, 2001.

Otonomi Daerah,

Desentralisasi dan

Pengembangan Sumber Daya

Manusia aparatur Pemerintah

Daerah dan Anggota DPRD,

Pustaka Sinar Harapan :

Jakarta

Jurnal :

Isrorina dan Widhy Setyowati. 2009.

Pengaruh Pemberdayaan

Pegawai Dan Karakteristik

Pekerjaan Terhadap Kinerja

Pegawai Dengan Mediasi

Iklim Organisasi Pada

Sekretariat Daerah

Kabupaten Pekalongan.

TEMA Vol 6 Edisi 1, Maret

2009 hal 19 -31

21

Sulaiman Zuhdi dan Mayarni. 2013.

Pemberdayaan Pegawai,

Motivasi Kerja, Dan Kualitas

Pelayanan. Vol 1 Nomor 3

Syarifah Irma Maulina. 2013.

Efektifitas Pelaksanaan

Pemberdayaan Pegawai

Negeri Sipil Pada Rumah

Sakit Bhayangkara Pontianak

PublikA, Jurnal S-1 Ilmu

Administrasi Negara Volume

2 Nomor 1, April 2013

Dokumen / Skripsi :

Sunarta. 2014. Pentingnya

Memberdayakan Pegawai

Dalam Konteks Perubahan.

http://staff.uny.ac.id

Wulan Murni Sulianti 2014.

Pengaruh Komitmen

Manajemen, Pelatihan Dan

Pemberdayaan Terhadap

Kinerja Pegawai Negeri Sipil

Dinas Perijinan Kota Malang.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Wisnuwardhana

[email protected]