27
EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA DI DESA MANTANG LAMA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Oleh: EKO PURWANTO NIM : 110565201053 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

  • Upload
    vudung

  • View
    253

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN

DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA DI

DESA MANTANG LAMA TAHUN 2015

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

EKO PURWANTO

NIM : 110565201053

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

1

EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN

DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA DI

DESA MANTANG LAMA TAHUN 2015

EKO PURWANTO

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas

Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dibentuk ditap-tiap desa di seluruh

Indonesia. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu lembaga yang menjalankan

tugas dan fungsi legislasi, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Namun

permasalahan yang masih terjadi di Desa Mantang Lama adalah anggota BPD yang

ada di Desa Mantang Lama saat ini masih belum mampu menyalurkan aspirasi

masyarakat, hal ini terbukti dari banyak aspirasi masyarakat yang tidak di salurkan

dengan baik, BPD bahkan tidak pernah melakukan pertemuan khusus dengan

masyarakat, kemudian masih rendahnya kemampuan anggota BPD sehingga banyak

pelaksanaan fungsi yang tidak berjalan seperti tidak adanya pembuatan peraturan

desa sejak BPD menjabat, kemudian kurangnya pengawasan BPD terhadap

pembangunan dan pengelolaan keuangan desa, sehingga banyak pembangunan yang

tidak tepat sasaran dan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Fungsi Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa Di Desa Mantang Lama

Tahun 2015. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif

Kualitatif. Dalam penelitian ini informan berjumlah 6 orang

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

Evaluasi Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam

Penyelenggaraan Pemerintah Desa Di Desa Mantang Lama Tahun 2015 belum

berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Masih banyak permasalahan dan

hambatan berkaitan dengan hal tersebut, hal ini dapat dilihat dari :

BPD di Desa Mantang selama ini masih kurang melaksanakan fungsinya yaitu

membuat peraturan desa, dalam menjalankan tugasnya, BPD dan pemerintah desa

hanya menetapkan satu peraturan desa saja. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

belum dapat menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembangunan desa.

Permasalahan tersebut diduga disebabkan oleh lemahnya Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) dalam menampung dan menyalurkan aspirasi yang berkembang di

masyarakat. proses sudah dilakukan, namun tidak semua dapat dilaksanakan oleh

BPD. belum bisa dikatakan sebagai wadah aspirasi masyarakat desa.

Kata Kunci : Badan Permusyawatan Desa, Evaluasi, Desa

Page 3: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

2

A B S T R A C T

The Agency's consultative village (BPD) formed ditap-each village

throughout Indonesia. The Agency's consultative village (BPD) i.e. the institution

that runs the tasks and functions of legislation, holding and disbursing the

aspirations of the community. However the problem still occurred in the village of

Old Mantang are members of BPD in the village Long Mantang currently still hasn't

been able to channel the aspirations of society, it is evident from the many

aspirations of communities that are not in the channel well, BPD never even did a

special meeting with the community, then still the low ability of members of BPD so

that much of the implementation of a function that does not run as the absence of

regulation of the village since BPD served , then the lack of supervision of the BPD

against development and financial management of the village, so a lot of

development that was not right on target and not in accordance with the wishes of

the community.

The purpose of this research was to evaluate the function of the Consultative

Body of the village (BPD) in implementing the Government's village in the village of

Old Mantang 2015. In this study the author uses Descriptive types of Qualitative

research. In this study informants amounted to 6 people

Based on the research results then can be drawn the conclusion that in the

evaluation of the implementation of the Agency's consultative Function of the village

(BPD) in implementing the Government's village in the village of Old Mantang 2015

has not been run in accordance with the applicable rules. There are still many

problems and obstacles related to the foregoing, it can be seen from BPD in the

village of Mantang during this still less carry out its function, namely to make the

rules of the village, in the exercise of his duties, the Government's only village and

BPD set one rule the village only. The Agency's consultative village (BPD) has not

been able to channel the aspirations of the community in the development of the

village. The problem allegedly caused by a weak Consultative Body village (BPD) in

accommodating and channeling the aspirations of the community. the process is

already done, but not all can be implemented by BPD. Yet it could be said as a

container village community aspirations.

Keywords: The Agency's consultative village, Evaluation, Village

Page 4: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

3

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-

Undang No. 06 Tahun 2014

Tentang Desa, Desa adalah desa

dan desa adat atau yang disebut

dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal

usul, dan/atau hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah desa terdiri dari

Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Kepala desa dipilih langsung oleh

rakyat dan kepala desa yang

terpilih ditetapkan langsung oleh

BPD serta disahkan langsung oleh

Bupati. Sedangkan BPD dipilih

dari dan oleh penduduk desa

bersangkutan. Dari konsep

pemerintahan desa dapatlah

diketahui bahwa desa sebagai

suatu organisasi pemerintahan

yang dikelola oleh Kepala Desa

yang difungsikan sebagai

menjalankan pemerintahan,

sedangkan BPD difungsikan

sebagai unsur penyelenggaraan

pemerintahan desa. Sebagai

konsekuensi atas berlakunya

Undang-undang Desa Nomor 06

Tahun 2014 adalah adanya

kucuran dana milyaran rupiah

langsung ke desa yang bersumber

dari alokasi dana Desa yang

merupakan bagian dari dana

perimbangan yang diterima

Kabupaten/Kota.

Untuk penyelenggaraan

pemerintahan Desa maka di

bentuklah yang namanya Badan

Permusyawaratan Desa yang di

singkat dengan BPD. BPD adalah

lembaga yang ikut dan aktif

dalam peneyelengaraan

Pemerintahan Desa. Peran BPD

sangatlah penting karna lembaga

ini adalah lembaga yang paling

dekat dengan masyarakat. Jadi

dengan demikian dengan

dibentuknya BPD diharapkan bisa

terwujutnya suatu proses yang

namanya demokrasi di

pemerintahan Desa.

Di tiap-tiap Desa di seluruh

Indonesia memiliki yang namanya

Badan permusyawaratan Desa

(BPD). Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) dibentuk ditiap-tiap

desa di seluruh Indonesia. Badan

Permusyawaratan Desa (BPD)

yaitu lembaga yang menjalankan

tugas dan fungsi legislasi,

menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat. Berdasarkan

Undang- Undang Nomor 06

Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, pasal 63 tugas dan fungsi

BPD dapat dirincikan sebagai

berikut :

1. membahas dan

menyepakati Rancangan

Peraturan Desa bersama

Kepala Desa;

2. menampung dan

menyalurkan aspirasi

masyarakat Desa; dan

3. melakukan pengawasan

kinerja Kepala Desa.

Tata kelola Pemerintahan

yang baik (Good Government)

sangatlah di dambakan oleh setiap

Pemerintahan Desa untuk

masyarakatnya, maka dengan itu

perlu keterlibatan seluruh element

Desa melaui lembaga yang

namanya Badan Permusyawaratan

Page 5: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

4

Desa (BPD) di setiap urusan

public, penyelenggaraan

pemerintahan serta merumuskan

kepentingan Desa.

Pada saat sekarang ini,

Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) dituntut untuk berperan

secara aktif menjalankan tugas

dan fungsinya dalam rangka

partisifatif dalam membangun

Desa. Desa Mantang, merupakan

salah satu wilayah Desa yang

secara administratif berada dalam

wilayah Kabupaten Bintan

Provinsi Kepulauan Riau. Namun

fenomena yang terjadi adalah

Pemerintahan Desa Mantang saat

ini belum bisa menerbitkan suatu

Peraturan Desa (PERDES) yang

akan dijadikan acuan oleh warga

masyarakat untuk percapaian

dalam peningkatkan

perekonomian, kesejahteraaan

warga, kenyamanan

bermasyarakat serta kemandirian

untuk Desa itu sendiri. BPD Desa

Mantang masa jabatan hingga

tahun 2015 belum ada peraturan

desa yang dibuat.

Tugas dan fungsi Badan

Permusyawaratan Desa (BPD)

dalam Pemerintahan Desa

sangatlah penting, salah satunya

sebagai penyalur aspirasi

masyarakat. Usulan atau masukan

untuk rancangan suatu Peraturan

Desa dapat datang dari

masyarakat dan disampaikan

melalui BPD. Inisiatif juga bisa

datang dari Kepala Desa. Usulan-

usulan tersebut dilakukan dan

sesungguhnya akan di

review/tinjau kembali oleh Badan

Permusyawaratan Desa (BPD)

apakah usulan tersebut mencakup

semua keperluan warga Desa atau

masalah tersebut datangnya hanya

dari satu golongan tertentu untuk

memenuhi kepentingan mereka

sendiri.

Namun permasalahan yang

masih terjadi di Desa Mantang

Lama adalah anggota BPD yang

ada di Desa Mantang Lama saat

ini masih belum mampu

menyalurkan aspirasi masyarakat,

hal ini terbukti dari banyak

aspirasi masyarakat yang tidak di

salurkan dengan baik, BPD

bahkan tidak pernah melakukan

pertemuan khusus dengan

masyarakat, kemudian masih

rendahnya kemampuan anggota

BPD sehingga banyak

pelaksanaan fungsi yang tidak

berjalan seperti tidak adanya

pembuatan peraturan desa sejak

BPD menjabat, kemudian

kurangnya pengawasan BPD

terhadap pembangunan dan

pengelolaan keuangan desa,

sehingga banyak pembangunan

yang tidak tepat sasaran dan tidak

sesuai dengan keinginan

masyarakat. Berikut tahapan

musrenbangdes :

a. Pendaftaran Peserta

b. Pemaparan Camat atas

prioritas kegiatan

pembangunan di tingkat ke

c. Pemaparan Kepala Desa atas

prioritas program/kegiatan

untuk tahun berikutnya.

Dalam melaksanakan

kewenangan yang dimilikinya

untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakatnya,

Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) sebagai lembaga legislasi

(menetapkan kebijakan desa) dan

menampung serta menyalurkan

aspirasi masyarakat bersama

Kepala Desa.

Permasalahan di Desa

Mantang dari ke 26 kegiatan di

Page 6: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

5

bahas di Musrenbangdesa hanya

ada 2 saja yang terealisasi yaitu

Pembangunan jembatan

penyebrangan penimbunan dan

batu miring dan Penyambungan

pelabuhan Kemudian ada kegiatan

yang di realisasi tidak sesuai

dengan aspirasi masyarakat, salah

satunya adalah masyarakat

mengusulkan kepada BPD untuk

membangun gapura dekat

pelabuhan, namun BPD

membangun di tengah

pemukiman masyarakat, hal ini

yang dikeluhkan masyarakat,

kemudian jalanan juga terlihat

sudah rusak, masyarakat beberapa

kali mengajukan untuk

memperbaiki jalannya tersebut

namun hingga kini belum

direalisasi.

Berdasarkan pemikiran di

atas penulis tertarik untuk

melakukan kajian khusus

mengenai persepsi masyarakat

tentang pelaksanan tugas dan

fungsi Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) dalam suatu judul

penelitan yaitu: “EVALUASI

PELAKSANAAN FUNGSI

BADAN

PERMUSYAWARATAN

DESA (BPD) DALAM

PENYELENGGARAAN

PEMERINTAH DESA DI

DESA MANTANG LAMA

TAHUN 2015".

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

masalah di atas, maka

permasalahan dalam penelitan ini

yaitu: Bagaimana Fungsi Badan

Permusyawaratan Desa (BPD)

Dalam Penyelenggaraan

Pemerintah Desa Di Desa

Mantang Lama Tahun 2015?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang

telah dikemukakan diatas, maka

penelitan ini bertujuan: Untuk

mengevaluasi Fungsi Badan

Permusyawaratan Desa (BPD)

Dalam Penyelenggaraan

Pemerintah Desa Di Desa

Mantang Lama Tahun 2015

2. Manfat Penelitian

Penelitan ini diharapkan

bermanfat sebagai berikut :

a. Secara Akademis

1. Sebagai penerapan ilmu

yang telah dipelajari

khususnya dalam Ilmu

Pemerintahan khususnya

mengenai Evaluasi

Pelaksanaan Fungsi

Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) Dalam

Penyelenggaraan

Pemerintah Desa Di

Desa Mantang Lama

Tahun 2015

2. Penyempurnaan sebuah

kajian dari masalah yang

terjadi yang perlu untuk

diketahui dan bisa dapat

memberikan solusi dan

pemaparan di dunia

akademik dan bisa di

pertanggung jawabkan

oleh peneliti.

b. Secara Praktis

1. Bermanfaat secara

langsung Bagi

Pemerintah Desa dalam

rangka meningkatkan

pelaksanan tugas dan

fungsi Badan

Permusyawaratan Desa

Page 7: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

6

(BPD) demi kemajuan

Sistem Pemerintahan

Desa.

2. Dijadikan

acuan/referensi untuk

perbaikan kedepannya

dari permasalahan

terjadi yang berdampak

pada pelaksanaan tugas

dan fungsi BPD

Kerangka Berfikir

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian

menggunakan metode yang

baik sangat membantu peneliti

dalam melakukan penelitian di

lapangan untuk mendapatkan

hasil informasi yang maksimal

dan akurat. Didalam penelitian

ini, peneliti menggunakan jenis

penelitian yang bersifat

deskriptif, kualitatif yang mana

peneliti akan berupaya untuk

mencari fakta-fakta di

lapangan sesuai dengan ruang

lingkup dari judul Usulan

Penelitian ini dan kemudian

akan memaparkan secara jelas

untuk memberikan gambaran

tentang adanya fenomena

tentang tugas dan fungsi.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah

suatu tempat dimana peneliti

akan melakukan penelitian.

Didalam suatu penelitian harus

ditentukan tempatnya dan perlu

dibatasi ruang lingkupnya

untuk mempermudah peneliti

dalam melakukan penelitian

sehingga peneliti dapat dengan

mudah dan terarah. Penilitian

ini dilakukan di lokasi Desa

Mantang Kabupaten Bintan

Kepulauan Riau. Dengan

adanya permasalahan yang

sangat tampak dan menarik

untuk dilakukan penelitian

didalam Badan

Permusyawaratan Desa (BPD).

3. Informan

Dalam penelitian ini

peneliti mengambil sampel

sebanyak 10 orang. BPD masa

jabatan 2009-2015, Pemerintah

Desa dan instansi terkait yang

ada di Desa Mantang

Kabupaten Bintan dengan

sendirinya menjadi sampel

diantaranya Ketua dan anggota

BPD, Pemerintahan Desa &

staf serta instansi terkait dalam

penelitian ini yang nantinya

bisa membantu memudahkan

dalam proses penelitian.

Kemudian akan diambil

masyarakat yaitu tokoh

masyarakat.

4. Sumber dan Jenis Data

Data yang di perlukan untuk

melakukan penelitian ini yaitu :

1) Data Primer

Data yang diperoleh

dari hasil imformasi

wawancara yang diperoleh

dari lapangan, yang menjadi

pusat penelitian yaitu Desa

Mantang. Semua data yang

diambil meliputi data-data

yang menyangkut dengan

penelitian kemudian

dianalisis.

Page 8: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

7

2) Data Skunder

Data pendukung yang

berguna untuk melengkapi

data primer yang peroleh

dari data dokumen dan data

tertulis misalnya, data-data

tentang gambaran objek

yang menjadi pusat

penelitian yang diantaranya

:

a) Gambaran umum

Pelaksanaan Tugas

Dan Fungsi Badan

Permusyawaratan

(BPD) selama ini

b) Gambaran umum

tentang Tugas Dan

Fungsi instansi terkait

yang berhubungan

dengan objek yang

diteliti

c) Data tentang tugas

dang fungsi BPD yang

sudah terealisasikan di

wilayah objek peneliti

d) Data-data yang

berkenaan dengan

situasi lokasi objek

penelitian yaitu letak

geografis, mayarakat

dan lain-lain.

5. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Observasi adalah

teknik pengumpulan

data dengan cara

peneliti mengadakan

pengamatan secara

langsung terhadap

objek yang akan diteliti

sejalan dengan yang

dikemukakan.

Sugiyono (2012:166)

mengatakan teknik

observasi merupakan

suatu proses yang

komplek dan sulit,yang

tersusun dari suatu

proses biologis dan

proses psikologis

diantaranya yang

terpenting adalah

pengamatan dan

ingatan, dalam

penelitian ini, observasi

yang digunakan yaitu

observasi terstruktur

yang telah dirancang

secara

sistematis,tentang apa

yang diamati, kapan

dan dimana tempatnya.

Alat pengumpulan data

adalah daftra checklist

dan catatan harian.

2) Wawancara

(Interview)

Esterberg (dalam

Sugiyono, 2011:231)

Wawancara adalah

merupakan pertemuan

dua orang untuk

bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab

dalam penelitian ini

wawancara dilakukan

dengan BPD,

Pemerintah Desa dan

instansi terkait yang ada

di Desa Mantang

Kabupaten Bintan

dengan sendirinya

menjadi sampel

diantaranya Ketua dan

anggota BPD masa

jabatan 2009-2015,

Pemerintahan Desa &

staf serta instansi terkait

dalam penelitian ini

yang nantinya bisa

membantu

Page 9: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

8

memudahkan dalam

proses penelitian.

Kemudian akan diambil

masyarakat yaitu tokoh

masyarakat, sehingga

dapat dikonstruksikan

makna dalam

permasalahan penelitian

ini. Wawancara adalah

percakapan dengan

maksud tertentu yang

dilakukan secara

langsung dengan

informan Pengurus

Badan

Permusyawaratan

Desa/BPD oleh peneliti.

Alat pengumpulan data

adalah Pedoman

Wawancara.

3) Dokumentasi

Dokumentasi

adalah teknik dengan

cara menggunakan

gambar-gambar dan

buku-buku yang bisa

membantu peneliti

dalam melakukan

penelitian.

6. Analisis Data

Teknik analisis data

digunakan untuk menganalisa

data yang diperoleh dari hasil

penelitian dilapangan. Dalam

penelitian ini digunakan

analisis kualitatif. Teknik

analisis data yang digunakan

adalah teknik analisa data

Deskriptif, Kualitatif. Analisis

data kualitatif adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data,

mengorkanisasikan data dan

memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.

Moleong (2004:35)

menyatakan analisa dan

kualitatif adalah proses

pengorganisasian data kedalam

pola dan kategori serta satu

uraian dasar, sehingga dapat

dikemukakan tema yang

seperti disarankan oleh data

yang meliputi hal sebagai

berikut :

a. Reduksi Data. Merupakan

proses penyeleksian data

yang sesuai dengan focus

permasalahanyang diteliti.

b. Penyajian Data. Merupakan

proses pemaparan dari data

yang sudah di analisa yang

telah disusun secara

sistematis.

c. Mengambil Kesimpulan.

Merupakan proses analisa

dari reduksi dan penyajian

data sehingga peneliti

mampu dan bisa mengambil

sebuah kesimpulan dari

yang telah diperoleh.

LANDASAN TEORITIS

Evaluasi

Evaluasi merupakan salah

satu rangkaian dalam meningkatkan

kualitas, kinerja, atau produktifitas

suatu lembaga dalam melaksanakan

programnya. Evaluasi atau penilaian

kebijakan menyangkut pembahasan

kembali terhadap implementasi

kebijakan. Tahap ini berfokus pada

identifikasi hasil-hasil dan akibat-

akibat dari implementasi kebijakan.

Dengan fokus tersebut, evaluasi

kebijakan akan menyediakan umpan-

balik bagi penentuan keputusan

mengenai apakah kebijakan yang ada

perlu diteruskan atau dihentikan.

Suchman (Winarno 2007:230)

mengemukakan ada 6 langkah dalam

evaluasi kebijakan,yakni :

Page 10: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

9

a. Mengidentifikasi tujuan

program yang akan

dievaluasi.

b. Analisis terhadap

masalah.

c. Deskripsi dan

standarisasi kegiatan.

d. Pengukuran terhadap

tingkatan perubahan

yang terjadi.

e. Menentukan apakah

perubahan yang diamati

merupakan akibat dari

kegiatantersebut atau

karena penyebab yang

lain.

f. Beberapa indikator

untuk menentukan

keberadaan suatu

dampak.

Secara singkat dapat

dikatakan evaluasi merupakan proses

pengukuran akan efektivitas strategi

yang digunakan dalam upaya

mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, dan data yang diperoleh

dari hasil pengukuran tersebut akan

digunakan sebagai analisis situasi

dalam program berikutnya. Dalam

melakukan evaluasi program harus

mempertimbangkan 9 langkah, yaitu

:

“(1) Menentukan

tujuan dan ruang

lingkup evaluasi, (2)

Menentukan

pertanyaan evaluasi

(Apa yang ingin

diketahui?),

(3)Menentukan

rancangan evaluasi,

(4) Membuat teknik

pengumpulan data,

(5) Mengumpulkan

data, (6) Analisis data,

(7) Dokumen temuan,

(8) Menyebarluaskan

temuan, dan (9)

Adanya umpan balik

untuk perbaikan

program.”

Tujuan dalam evaluasi adalah

untuk menghimpun data dan

informasi yang akan di jadikan

sebagai bukti mengenai taraf

perkembangan atau kemajuan yang

dialami dalam sebuah proses

pelaksanaan suatu program, dengan

kata lain tujuan evaluasi adalah

untuk memperoleh data pembuktian

yang menjadi petunjuk sampai

dimana tingkat pencapaian kemajuan

suatu program yang diselenggarakan

terhadap tujuan yang telah ditetapkan

atau seberapa besar kompetensi yang

telah dicapai oleh suatu program

yang telah diselenggarakan.

Menurut Dunn (Nugroho

2008:472), pengertian dan istilah

evaluasi, evaluasi dapat disamakan

dengan penaksiran (appraisal),

pemberian angka (ratting), dan

penilaian (assesment), kata yang

menyatakan usaha untuk

menganalisis hasil kebijakan dalam

arti satuan nilai.

Untuk mengukur kinerja

akhir objek evaluasi, evaluasi yang

digunakan dalam hal mengevaluasi

suatu proses kebijakan maka evaluasi

yang digunakan ialah evaluasi

sumatif yang berupaya mengukur

indikator-indikator yang ada didalam

sebuah program. Evaluasi Sumatif

dilaksanakan pada akhir pelaksanaan

program, dengan indikator sebagai

berikut (Wirawan, 2012:89):

a. Hasil dan pengaruh

layanan atau intervensi

program.

Page 11: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

10

b. Mengukur presepsi

klien mengenai layanan

dan intervensi program.

c. Menentukan

costeffectiveness, cost

efficiency, dan cost

benefit.

d. Menentukan sukses

keseluruhan

pelaksanaan program.

e. Menentukan apakah

tujuan umum dan

tujuan khusus program

telah tercapai.

f. Menentukan apakah

klien mendapatkan

manfaat dari program.

g. Menentukan komponen

mana yang paling

efektif dalam program.

h. Menentukan keluaran

yang tidak diantisipasi

dari program.

i. Menentukan cost dan

benefit program

j. Mengkomunikasikan

temuan evaluasi kepada

para pemangku

kepentingan

k. Mengabil keputusan

apakah program harus

dihentikan,

dikembangkan, atau

dilaksanakan di tempat

lain.

Dalam hal permasalahan

penelitian yang peneliti ambil juga

mengacu kepada Phenomenological

Human Scientific Research atau yang

dikenal dengan penelitian yang

berkaitan dengan fenomena sosial

yang terjadi di lokasi penelitian,

menurut Zahavi (Englander,

2012:15) mengatakan bahwa

“Phenomenologists have always

argued for the importance of

examining not only how a

phenomenon appears to an

individual subject but how the

phenomenon is present to an

intersubjective community”. Yang

dapat diartikan bahwa “Sebuah

fenomena selalu mengacu bukan

hanya pentingnya meneliti tidak

hanya bagaimana suatu fenomena itu

muncul terhadap satu subjek tetapi

bagaimana suatu fenomena tersebut

ada ditengah masyarakat sebagai

subjeknya”.

Phenomenology Methods

merupakan suatu fenomena yang ada

sesuai dengan kenyataan yang ada

yang murni berupa sebuah fenomena

dan menjadi data mutlak untuk

memulai sebuah penelitian,

(Groenewald Eagleton, Eagleton,

Kruger, Moustakas, 2004,).

Evaluasi dalam suatu

program menjadi salah satu aspek

terpenting untuk menilai

keberhasilan suatu program, tidak

hanya untuk melihat apakah suatu

program berhasil atau tidak, evaluasi

juga bertujuan untuk menggali,

menemukan dan memahami

kekuatan dan kelemahan dari semua

variabel pokok yang terlibat dalam

suatu kegiatan, peristiwa, dan juga

dalam pelaksanaan program. Melalui

penelitian evaluasi harus dapat

ditemukan kekuatan maupun

kelemahan dalam sebuah program

kegiatan.Selanjutnya setelah

didapatkan hasil melalui evaluasi

program, peneliti juga harus bisa

mengajukan saran secara

operasional, sebagai rujukan untuk

memperbaiki dan mengembangkan

program tersebut.

Page 12: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

11

Stufflebeam (Tayibnapis

2008:14) merumuskan

bahwa:“Evaluasi sebagai “Suatau

proses menggambarkan, memperoleh

dan menyediakan informasi yang

berguna untuk menilai alternative

keputusan”. Stufflebeam

merumuskan model evaluasi CIPP,

yang membagi 4 macam, (Wirawan,

2012:92) :

a. Contect Evaluation to

Serve Planning Decision

Konteks evaluasi ini

membantu

merencanakan

keputusan, menentukan

kebutuhan yang akan

dicapai oleh program,

dan merumuskan tujuan

program. Evaluasi ini

mengidentifikasi dan

menilai kebutuhan-

kebutuhan yang

mendasari disusunnya

suatu program, evaluasi

ini untuk menjawab

pertanyaan apa yang

perlu dilakukan? (what

need to be done?)

denganwaktu

pelaksanaan yaitu

sebelum program

diterima dengan system

perencanan program.

b. Input Evaluation,

Structuring Decision

Evaluasi ini menolong

mengatur keputusan,

menentukan sumber-

sumber yang ada,

alternative apa yang

diambil, apa rencana

dan strategi untuk

mencapai kebutuhan.

Bagaimana prosedur

kerja untuk

mencapainya.

c. Process Evaluation, to

Serve immlementing

Decision

Evaluasi proses untuk

membantu

mengimplementasikan

keputusan sampai sejauh

mana rencana telah

diterapkan? Apa yang

harus direvisi? Begitu

pertanyaan tersebut

dijawab, prosedur dapat

dimonitor, dikontrol dan

diperbaiki.

d. Product Evaluation, to

Serve Recycling

Decision

Evaluasi produk untuk

menolong keputusan

selanjutnya.Apa hasil

yang telah dicapai? Apa

yang dilakukan setelah

program berjalan?

Ada beberapa model evaluasi

salah satunyan yang digunakan untuk

mengevaluasi suatu program ialah

Model Evaluasi Sistem Analisis

(System Analys evaluation model)

yang dikemukakan oleh Ludwig von

Bertalanffy (Wirawan 2012 : 107)

atau yang sering disebut

Management Evaluation model.

Dalam evaluasi ini memiliki 5

indikator diantaranya, yaitu:

1. Evalusi Masukan

(Input Eevaluation)

Evaluasi masukan

dalam hal ini

berkaitan untuk

menjaring dan

menganalisis serta

menilai kuantitas

dan kualitas

masukan yang

Page 13: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

12

diperlukan untuk

merencanakan dan

melaksanakan suatu

program bantuan,

sumber-sumber yang

diperlukan oleh

program, meliputi

diantaranya tenaga,

keuangan, dan

sumber-sumber

masyarakat yang

dapa dimanfaatkan

program untuk

merancang dan

melaksanakan

program.

2. Evaluasi Proses

(Process Evaluation)

Pada tahap evaluasi

proses memfokuskan

kepada pelaksanaan

program yang telah

dirancang guna

menghasilkan suatu

hasil akhir serta

yang akan

mempengaruhi

Impact (dampak)

yang dihasilkan dari

suatu program

bantuan. Dalam

evaluasi proses ini

bersinggungan

langsung terhadap

pelaksanaan

program dari

pengusulan calon

penerima bantuan,

penetapan calon

penerima, hingga

pelaksanaan

program.

3. Evaluasi Keluaran

(Output Evaluation)

Keluaran program

merupakan produk

langsung dari

aktivitas program

yang dapat berupa

target jenis dan level

layanan yang harus

disajikan oleh

program.

4. Evaluasi Akibat

(Outcome

Evaluation)

Evaluasi akibat atau

dampak adalah

perubahan khusus

perilaku,

pengetahuan,

keterampilan, status,

dan level

berfungsinya para

partisipan program

yang mendapatkan

layanan / intervensi.

Dalam hal ini

berkaitan erat

dengan

akibat/manfaat yang

dirasakan secara

langsung setelah

pelaksanaan

program. Apakah

dengan diadakannya

program bantuan

dengan basis

perbaikan kualitas

hunian ini

bermanfaat bagi

masyarakat yang

mendapat bantuan.

5. Evaluasi Dampak

(Impact Evaluation)

Impact atau dampak

adalah perubahan

yang diharapkan

atau tidak

diharapkan yang

terjadi dalam

pelaksanaan

program, organisasi,

Page 14: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

13

masyarakat, atau

sistem sebagai hasil

dari aktivitas

program dalam

jangka panjang.

Suchman (Arikunto, 2004:1)

memandang evaluasi sebagai sebuah

proses menentukan hasil yang telah

dicapai beberapa kegiatan yang

direncanakan untuk mendukung

tercapainya tujuan. Definisi lain

dikemukakan oleh Worthen dan

Sanders (Arikunto, 2004:1) yang

mengemukakan bahwa evaluasi

adalah kegiatan mencari sesuatu

yang berharga tentang sesuatu;

dalam mencari sesuatu tersebut, juga

termasuk mencari informasi yang

bermanfaat dalam menilai

keberadaan suatu program, produksi,

prosedur, serta alternatif strategi

yang diajukan untuk mencapai tujuan

yang sudah ditentukan.

Suharto (2007:40)

mengemukakan bahwa evaluasi pada

dasarnya merupakan alat untuk

mengumpulkan dan mengelola

informasi mengenai program atau

pelayanan yang diterapkan. Evaluasi

menyediakan data dan informasi

yang bisa dipergunakan untuk

menganalisis kebijakan dan

menunjukkan rekomendasi-

rekomendasi bagi perbaikan-

perbaikan yang diperlakukan agar

implementasi kebijakan berjalan

efektif sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan.

Ripley dan Franklin (dalam

Winarno, 2007;145) berpendapat

bahwa Evaluasi adalah apa yang

terjadi setelah undang-undang

ditetapkan yang memberikan otoritas

program, kebijakan, keuntungan dan

benefit. Sementara itu, Grindle

(dalam Winarno 2007:146) juga

memberikan pandangannya tentang

Evaluasi dengan mengatakan bahwa

secara umum, tugas evaluasi adalah

membentuk suatu kaitan yang

memudahkan tujuan-tujuan

kebijakan bisa direalisasikan sebagai

dampak dari suatu kegiatan

Pemerintah.

Dari beberapa pendapat diatas

dapat kita ketahui bahwa Evaluasi

menunjuk pada sejumlah kegiatan

yang mengikuti pernyataan maksud

tentang tujuan-tujuan program dan

hasil-hasil yang diinginkan oleh para

pejabat Pemerintah. Evaluasi

mencakup tindakan-tindakan oleh

berbagai aktor, khususnya para

birokrat yang dimaksud untuk

membuat program berjalan.

Evaluasi memberi informasi yang

valid dan dapat dipercaya mengenai

kinerja kebijakan, yaitu seberapa

jauh kebutuhan, nilai dan

kesempatan telah dapat dicapai

melalui tindakan publik. Evaluasi

sangat berperan dalam nilai-nilai

suatu tujuan dan target yang telah

ditetapkan.

Evaluasi merupakan suatu hal

yang sangat penting dalam suatu

proses pekerjaan, karena dengan

adanya evaluasi maka hal tersebut

akan mempermudah jalannya suatu

proses kerja dalam sebuah

organisasi. Soemardi (1992:165)

mengatakan “Penilaian (evaluation)

dapat diberikan pengertian/definisi

sebagai suatu proses/rangkaian

kegiatan pengukuran dan

pembanding dari pada hasil-hasil

pekerjaan/produktivitas kerja yang

telah tercapai dengan target yang

direncanakan”. Dunn (2003:610)

menggambarkan kriteria-kriteria

evaluasi kebijakan bahwa:

1. Efektivitas : Berkenaan

dengan apakah

program/kebijakan tersebut

mencapai hasil (akibat) yang

Page 15: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

14

diharapkan, atau mencapai

tujuan dari diadakannya

kegiatan-kegiatan yang

dilakukan. Efektifitas, yang

secara dekat berhubungan

dengan rasionalitas teknis,

selalu diukur dari unit produk

atau layanan atau nilai

moneternya

2. Efisiensi : Berkenaan dengan

jumlah usaha yang diperlukan

untuk menghasilkan tingkat

efektifitas tertentu. Efisiensi

yang merupakan sinonim dari

rasionalitas ekonomi adalah

merupakan hubungan antara

efektifitas dan usaha, yang

terakhir umumnya diukur dari

ongkos moneter.

3. Kecukupan : Berkenaan

dengan seberapa jauh suatu

tingkat efektifitas

memuaskan kebutuhan, nilai,

atau kesempatan

menumbuhkan adanya

masalah. Kriteria kecukupan

menekankan pada kuatnya

hubungan antara alternatif

kebijakan dan hasil yang

diharapkan

4. Perataan : Kebijakan/program

tersebut dilaksanakan merata

serta terpenuhinya seluruh

kebutuhan.

5. Responsivitas: berkenaan

dengan seberapa jauh suatu

kebijakan dapat memuaskan

kebutuhan, preferensi, atau

nilai kelompok-kelompok

masyarakat tertentu. kriteria

responsivitas adalah penting

karena analisis yang dapat

memuaskan semua kriteria

lainnya. efektifitas, efisiensi,

kecukupan, kesamaan, masih

gagal jika belum menanggapi

kebutuhan aktual dari

kelompok yang semestinya

diuntungkan dari adanya

suatu kebijakan

6. Ketepatan : suatu hasil

pelaksanaan yang dilihat dari

kesesuaian biaya dengan

standar dan bentuk Surat

Pertanggung Jawaban yang

sesuai dengan ketentuan

juklak dan juknis.

Untuk dapat mengusahakan agar

pekerjaan sesuai dengan rencana atau

maksud yang telah ditetapkan, maka

pemimpin harus melakukan

kegiatan-kegiatan pemeriksaan,

pengecekan, pencocokan, inspeksi,

pengendalian dan pelbagai tindakan

yang sejenis dengan itu, bahkan

bilamana perlu mangatur dan

mencegah sebelumnya terhadap

kemungkinan-kemungkinan adanya

yang mungkin terjadi. Apabila

kemudian ternyata ada

penyimpangan, penyelewengan atau

ketidak cocokan maka pemimpin

dihadapkan kepada keharusan

menempuh langkah-langkah

perbaikan atau penyempurnaan. Dan

apabila semuanya berjalan baik,

demi kemajuan organisasi, yang

bersangkutan selalu harus diadakan

aktivitas penyempurnaan atau

melakukan evaluasi.

B. Desa Pemerintahan Desa adalah

suatu organisasi yang dipimpin oleh

Kepala Desa mempunyai otonomi

khusus dalam menyelenggarakan

pemerintahan didesa.

Page 16: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

15

Konsekuensinya dituntut untuk

menggali segenap potensi dan

manfaat sumber-sumber potensi

tersebut secara nyata dan

bertanggung jawab bagi kemajuan

desa.

Orang kebanyakan (umum)

memahami desa sebagai tempat

dimana bermukim penduduk yang

lebih terbelakang ketimbang kota.

Biasanya dicirikan dengan bahasa

ibu yang kental, tingkat pendidikan

yang relatif rendah, mata

pencaharianyya yang umumnya dari

sector pertanian. Bahkan terkesan

kuat. Bahwa pemahaman umum

memandang desa sebagai tempat

bermukim para petani

(Suhartono,2000:10).

Desa merupakan kampung

kecil yang didalamnya terdapat

masyarakat-masyarakat yang saling

berkerjasama di suatu wilayah,

masyarakat disini adalah suatu

sistem hubungan-hubungan yang

ditertibkan. Pada wilayah tersebut

dipimpin oleh kepala desa dan segala

tata cara unsur didalam tatanan

pemerintahan ditingkat desa telah

diatur Undang-undang maupun

peraturan daerah.

Menurut Ndraha

sebagaimana yang dikutip oleh

Labolo (2006:133) berpendapat

bahwa: “ Desa dianggap sebagai

sumber nilai luhur yang memiliki

karakteristik seperti gotong royong,

musyawarah mufakat dan

kekeluargaan sehingga menimbulkan

berbagai semboyan”. Menurut Mutty

sebagaiman yang dikutip oleh

Labolo (2006:133) mengatakan

bahwa “Desa sebagai suatu lembaga

pemerintahan dengan hak otonomi

yang dimilikinya.

Dalam pengertian Sosiologi:

desa digambarkan suatu bentuk

kesatuan masyarakat atau komunitas

penduduk yang bertempat tinggal

dalam suatu lingkungan yang dimana

mereka saling mengenal dan corak

kehidupan mereka relatif homogen

serta banyak bergantung pada alam

(Maschab, 1992 dalam

Suhartono,2000:11). Dilihat dari

sudut pandang Hukum dan Politik,

yang memenekankan kepada tata

aturan yang menjadi dasar

pengaturan kehidupan masyarakat,

desa dipahami sebagai suatu daerah

kesatuan hukum dimana bertempat

tinggal suatu masyarakat yang

berkuasa (memiliki wewenang)

mengadakan pemerintahan sendiri

(Kartohardikoesoemo,1984:16;

Wiradi, 1988 dalam Suhartono,

2000:13)

Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, memasukkan konsep tentang

desentralisasi desa. Desa merupakan

garda depan dari sistem

pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang

keberadaannya merupakan ujung

tombak dari pelaksanaan kehidupan

yang demokratis di daerah. Menurut

Tandjung (2005:12) menyebutkan

bahwa: “Desa merupakan Kesatuan

yang utuh yang memiliki bentuk

pemerintahan yang diatur dengan

peraturan perundang-undangan”.

Selanjutnya Widjaja (2003:3)

menyatakan bahwa:

“Desa adalah suatu kesatuan

masyarakat hukum yang

mempunyai susunan asli

berdasarkan hak asal usul

yang bersifat istimewa.

Landasan pemikiran dalam

mengenai pemerintahan desa

adalah keanekaragaman,

partisipasi,otonomi asli,

demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat”.

Page 17: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

16

Berkaitan halnya tersebut

tentang landasan berfikir tentang

pangaturan Desa maka hal ini

berkaitan dengan kewajiban BPD

yang tertuang berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa pada Pasal 7 disebutkan

juga bahwa desa memiliki

kewenangan antara lain:

1) Menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang sudah ada

berdasarkan hak asal usul

desa

2) Menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi

kewenangan Kabupaten/Kota

yang diserahkan

pengaturannya kepada desa,

yakni urusan pemerintahan

yang secara langsung dapat

meningkatkan pelayanan

masyarakat.

3) Tugas pembantuan dari

Pemerintah, Pemerintah

Provinsi, dan Pemerintahan

Kabupaten/Kota

4) Urusan pemerintahan lainnya

yang diserahkan kepada desa

Adapun yang menjadi urusan

pemerintahan desa meliputi

pelayanan umum, pembangunan

dan pemeberdayaan seperti

pelayanan administrasi

kependududkan di tingkat desa,

pembangunan sumber daya

manusia serta pembangunan

sarana dan prasarana umum

misalnya jalan umum,

masjid/surau dan lain sebagainya.

C. Pemerintahan Desa

Dalam pemerintahan daerah

kabupaten/kota dibentuk

pemerintahan desa yang terdiri

pemerintah desa dan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD).

Pemerintah desa terdiri atas kepala

desa dan perangkat desa. Menurut

Solekhan (2012:63) sebagai unsur

penyelenggaraan pemerintahan desa,

pemerintahan desa mempunyai tugas

untuk menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan. calon kepala desa

yang mencalonkan diri kemudian

terpilih menjadi kepala desa sesuai

dengan suara yang terbanyak

dianggap sebagai pemenang untuk

menjadi kepala desa yang terpilih.

Untuk masyarakat yang memiliki

hak tradisional yang di akui

keberadaanya, yaitu melakukan

pemilihan kepala desa sesuai dengan

ketentuan adat setempat, yang

ditetapkan dalam Peraturan Daerah

dengan pedoman pada Peraturan

Pemerintah. Masa jabatan kepala

desa adalah enam tahun dan dapat

dipilih kembali hanya untuk sekali

masa jabatan berikutnya. Masa

jabatan kepala desa yang meliliki

hukum adat, yang keberadaannya

masih diakui masyarakat setempat

dapat dikecualikan dan hal ini diatur

dalam Peraturan Daerah. Kepala desa

yang terpilih dingkat atau dilantik

paling lambat tiga bulan oleh Bupati

setelah calon kepala desa dinyatakan

menang dalam pemilihan.

Dalam pemerintahan desa

juga memiliki sekretaris desa dan

perangkat desa lainnya, sekretaris

desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil

(PNS) yang telah memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan.

Ketentuan sekretaris desa yang

mungkin sebelumnya bukan dari

PNS tapi setelah di berlakukan UU

32 Tahun 2004 maka sekretaris desa

dengan secara bertahap akan

diangkat nantinya menjadi PNS yang

Page 18: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

17

mana telah tertuang dalam peraturan

yang telah ditetapkan.

D. Konsep lembaga dan Fungsi

Badan Pemusyawaratan Desa Untuk lebih memperjelas

masalah penelitian agar tidak

mendapat kekeliruan dalam

penafsiran pelaksanaan fungsi BPD

yang menjalankan fungsinya sebagai

legislatif, tugas kontrol dan

pengawasan atas pelaksanaan tugas

Kepala Desa (eksekutif) dalam

melaksanakan tugasnya. Maka dalam

hal ini fungsi BPD harus

berlandaskan pada kepentingan

bersama atau untuk seluruh

masyarakat desa khususnya yang

diwakilinya. maka fungsi merupakan

kegunaan, peran yang akan

dilakukan dalam mencapai suatu hal

yang telah ditetapkan sebelumnya

dalam penelitian ini fungsi BPD di

desa Mantang harus dilakukan oleh

BPD dalam rangka melaksanakan

tugas-tugas yang telah ditentukan

yang tertuang dalam Undang-undang

Nomor 6 tahun 2014 , sebagai

pengontrol dan pengawasan bagi

pemerintah desa, dan sebagai

pengayoman penuntun bagi

masyarakat desa. Hubungan kerja

Pemerintah Desa dengan BPD adalah

bersifat kemitraan, konsultatif dan

koordinatif.

Bersifat “kemitraan” artinya

Kepala Desa dan BPD selalu

mengembangkan prinsip kerja sama

yang harmonis dalam

penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan

di desa Bersifat “konsultatif” artinya

bahwa kepala desa dan BPD

senantiasa mengembangkan prinsip

musyawarah dan konsultasi yang

intensif dalam pelaksanaan kegiatan.

Bersifat “koordinatif” artinya bahwa

kepala desa dan BPD selalu

mengembangkan prinsip

musyawarah dan koordinasi yang

intensif dalam pelaksanaan kegiatan

Fungsi pokok dari pemerintah

khususnya Pemerintah Daerah yaitu

melaksanakan fungsi pelayanan,

melaksanakan pembangunan, dan

perlindungan masyarakat.

Selanjutnya, beberapa teori Fungsi

(seperti : mempertahankan struktur

melalui konflik) Polomo (2004 : 117)

mengatakan :

“ Bila suatu kelompok kecil

dengan ikatan yang kuat

berjuang melawan musuh

dari luar, maka kelompok

tersebut tidak memberikan

toleransi pada perselisihan

internal, kelompok tipe ini

giat mempertahankan

kesesatan kelompoknya dana

akan bereaksi pada setiap

usaha yang akan

meninggalkan kelompok itu.”

Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) menurut Widjaja ( 2003

: 107 ) bahwa: “Badan

Permusyawaratan Desa (BPD )

adalah permusyawaratan yang terdiri

dari pemuka-pemuka masyarakat di

desa yang berfungsi mengayomi adat

istiadat, membuat peraturan desa,

menampung aspirasi dan

menyalurkan aspirasi masyarakat,

serta melakukan pengawasan

terhadap penyelenggaraan

pemerintah desa.”

Berdasarkan pemaparan

diatas, maka fungsi BPD dapat

dijabarkan menurut Widjaja ( 2003 :

107 ) sebagai berikut:

1. Membuat peraturan desa

diartikan bahwa BPD mampu

merumuskan dan menetapkan

peraturan desa bersama

pemerintahan desa.

2. Menampung dan

menyalurkan aspirasi

Page 19: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

18

masyarakat yaitu : menangani

dan menyalurkan aspirasi

masyarakat yang diterima

dari masyarakat kepada

pejabat atau instansi yang

berwenang.

3. Pengawasan terhadap

penyelenggaraan

pemerintahan yaitu:

pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan desa,

anggaran pendapatan dan

belanja desa,serta keputusn

kepala desa.

Erat kaitannya bahwa BPD

merupakan yang mempunyai ruang

lingkup tanggung jawab yang

penting sebagai wakil-wakil

masyarakat desa yang diberikan

kepercayaan terhadap kelangsungan

kehidupan masyarakat serta kegiatan

yang dilaksanakan baik yang bersifat

sosial, budaya, pemerintahan

maupun sosial ekonomi masyarakat.

Lebih lanjut, apabila

permasalahan BPD dikaitkan dengan

aktifitas BPD sebagai unsur yang

tidak lepas secara nyata bagi

program yang dilaksanakan atau

bersifat integrasi. Selanjutnya

berkaitan dengan tanggungjawab

BPD dalam meningkatkan partisipasi

dan aktivitas fisik yang dilakukan,

maka fungsi BPD dalam kegiatan

masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Mengadakan musyawarah

dengan unsur masyarakat.

b. Mengkoordinasi kegiatan.

c. Bertanggungjawab atas

kegiatan.

Dengan demikian dapat dilihat

sejauh mana partisipasi, prakarsa dan

swadaya masyarakat yang

bersangkutan dalam melaksanakan

perubahan didaerahnya sendiri,

disamping perlunya pelaksanaan

fungsi BPD itu sendiri dengan baik

untuk mencapai tujuan bersama.

BPD memegang peranan dan fungsi

yang sangat penting dalam

menyalurkan aspirasi masyarakat,

sehingga dalam mewujudkan hal itu,

maka BPD tidak dapat melepaskan

diri dari berintegrasi dengan

masyarakat, artinya dalam

menumbuh ide atau gagasan yang

aktual yang sesuai dengan tuntutan

dan aspirasi masyarakat. Maka BPD

perlu mengadakan komunikasi yang

baik untuk mencari masukan (input)

yang dapat dijadikan pertimbangan

dalam proses pembuatan peraturan

desa sebagai salah satu tujuan

langkah dalam parancanaan

pembangunan yang akan

dilaksanakan kedepan.

Berdasarkan penelitian

terdahulu Aulia, Agus (2015)

menjelaskan bahwa hasil Penelitian

menunjukkan bahwa Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) telah

melaksanakan fungsinya sesuai

dengan peraturan yang ada.

Pelaksanaan fungsi menetapkan

peraturan Desa berpedoman pada

peraturan daerah yang ada. Fungsi

menampung dan menyalurkan

aspirasi BPD dilakukan dengan

penyampaian secara langsung, temu

warga seperti rapat selapanan RT,

kemudian menyalurkan secara

langsung kepada perangkat desa

terdekat dan musyawarah tingkat

Desa. Fungsi Pengawasan, yaitu

pengawasan terhadap pelaksanaan

peraturan Desa dan pelaksanaan

APBdes.

Kemudian dalam penelitian

terdahulu oleh Rudiansyah, dkk

(2014) ditemukan bahwa Sumber

daya aparatur BPD yang masih

rendah dan kurang memahami fungsi

BPD. Rendahnya kesadaran

Masyarakat untuk ikut aktif dalam

pembangunan desa. Terlambatnya

Page 20: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

19

Pemberian dana operasional BPD

yang bersumber dari ADD. Dalam

strukur Pemerintahan Desa,

kedudukan Badan Permusyawaratan

Desa ( BPD ) adalah sejajar dengan

unsur Pemerintah Desa bahkan mitra

kerja dari Kepala Desa, hal tersebut

dimaksudkan agar terjadi proses

penyeimbang kekuasaan sehingga

tidak terdapat saling curiga antara

Kepala Desa selaku pelaksana

Pemerintahan Desa dan BPD sebagai

Lembaga Legislasi yang berfungsi

mengayomi adat istiadat, fungsi

pengawasan dan fungsi menampung

dan menyalurkan aspirasi

masyarakat.

GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

Kecamatan Mantang

merupakan salah satu kecamatan

termuda di Kabupaten Bintan.

Kecamatan ini hasil pemekaran dari

wilayah kecamatan Bintan Timur

yang merupakan bagian wilayah

Kabupaten Bintan (Peraturan Daerah

No.12/2007). Kecamatan Mantang

bertekad membangun daerahnya

dengan Visi dan Misi untuk menjadi

salah satu pusat pertumbuhan

perekonomian dengan tetap

mempertahankan nilai-nilai Budaya

Melayu. Kecamatan Mantang

berusaha menciptakan iklim investasi

dengan memberdayakan berbagai

potensi yang dapat menggambarkan

kondisi sumberdaya dan potensi

yang dimiliki oleh pihak Kecamatan

Mantang dan diharapkan dapat

membantu pihak-pihak terkait yang

berkepentingan.

Kecamatan Mantang

berbatasan dengan Kecamatan

Bintan Timur dan Kecamatan Bintan

Pesisir disebelah utara. Kecamatan

Senayang disebelah selatan

Kecamatan Teluk Bintan dan

Kecamatan Galang disebelah barat

dan Kecamatan Bintan Pesisir

disebelah timur

Kondisi geografis inilah yang

juga membuat konsentrasi tempat

tinggal penduduk Kecamatan

Mantang hanya terpusat pada pulau-

pulau tertentu dengan data dari

seluruh pulau diwilayah Kecamatan

Mantang yang berjumlah 25 (dua

puluh lima) pulau, hanya 14 (empat

belas) pulau yang dihuni oleh

penduduk Kecamatan Mantang

(Monografi Kecamatan Mantang,

2013).

Pulau Mantang yang pada

awalnya hanya memakai sebuah

sebutan terus berkembang sesuai

zaman. Sebutannnya untuk tahun

1960 bernama Pulau Kayu Arang.

Kemudian, seiring adanya

perkembangan dan semakin

banyaknya pendudduk di sana, pada

tahun 2001 nama Pulau Kayu Arang

diubah menjadi Pulau Mantang, dan

sekarang dimekarkan menjadi empat

kecamatan yakni, Mantang Lama,

Mantang Besar, Mantang Riau, dan

Mantang Baru .

Kondisi Geografis

Kondisi geografis inilah yang

juga membuat konsentrasi tempat

tinggal penduduk Kecamtan

Mantang hanya terpusat pada pulau-

pulau tertentu dengan data dari

seluruh pulau diwilayah Kecamatan

Mantang yang berjumlah 25 (dua

puluh lima) pulau, hanya 14 (empat

belas) pulau yang dihuni oleh

penduduk Kecamatan Mantang

(Monografi Kecamatan Mantang,

2013). Dari total keseluruhan jumlah

penduduk di Kecamatan Mantang

(Monografi Kecamatan Mantang,

Januari-Maret 2013) yang berjumlah

4272 dengan jumlah jiwa umur 17

tahun keatas sebanyak 2686 jiwa

Page 21: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

20

(Data Pendataan Keluarga PLKB

Kecamatan Mantang 2012)

Kecamatan Mantang sebagian

besar terletak di Pulau Mantang.

Pulau-pulau yang ada di Kecamatan

Mantang saat ini terdiri dari 39

pulau, dimana 14 diantaranya sudah

dihuni dan 25 yang lain merupakan

pulau-pulau kecil yang masih kosong

belum dihuni. Wilayah Kecamatan

Mantang merupakan wilayah

kelautan sehingga luas laut lebih

besar dibandingkan dengan luas

daratan. Luas daratan Kecamatan

Mantang adalah + 114,00 Km2 ,

sedangkan luas laut jauh lebih besar

dibandingkan luas daratan yaitu

sebesar +1.109,10 Km2 sehingga

total luas Kecamatan Mantang

sebesar +1.223,10 Km2

Kecamatan Mantang

merupakan salah satu Kecamatan di

Kabupaten Bintan yang dahulunya

merupakan Kabupaten Kepulauan

Riau. Kecamatan ini merupakan

pemekaran dari Kecamatan Bintan

Timur, yang letaknya di Pulau

Bintan. Pembentukan Kecamatan

Mantang berdasarkan Peraturan

Daerah Kab. Bintan No.12 Tahun

2007 yaitu tentang pembentukan

Kecamatan Toapaya, Kecamatan

Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir

dan Kecamatan Sri Kuala Lobam

yang di tetapkan di Kijang tanggal

23 Agustus tahun 2007 (Lembaran

Daerah Kab. Bintan No.12 Tahun

2007). Peresmian Kecamatan

Mantang telah dilakukan oleh Bupati

Bintan pada tanggal 05 Desember

tahun 2007, sejak itu resmilah

Kecamatan Mantang yang memiliki

luas ± 1.223,10 Km2 , dengan luas

perairan ± 1.109,10 Km2 ( 91% ) dan

luas daratannya sebesar ± 114,00

Km2 ( 9% ).

Kecamatan Mantang terbagi

menjadi 4 ( empat ) desa yaitu :

1. Desa Mantang Lama

2. Desa Mantang Besar

3. Desa Mantang Baru

4. Desa Dendun

Dari 4 (empat) Desa di atas

pada tingkat pemerintahan yang

lebih rendah Kecamatan Mantang

terdiri pula dari : 9 RW dan 21 RT,

dimana, Desa Mantang Lama terdiri

dari 4 RT 2 RW Desa Mantang

Besar terdiri dari 6 RT 3 RW. Desa

Mantang Baru terdiri dari 5 RT 2

RW. Desa Dendun terdiri dari 6 RT

2 RW. Kecamatan Mantang

dibentuk dalam rangka

pengembangan dan kemajuan

pembangunan. Karena adanya

aspirasi dan keinganan masyarakat

untuk lebih dapat meningkatkan

kemajuan diberbagai sektor dan

pelayanan masyarakat pada

umumnya.

PEMBAHASAN

1. Membahas dan menyepakati

Peraturan Desa

a. Perumusan Peraturan Desa

Berdasarkan hasil wawancara

dengan seluruh informan maka

diketahui bahwa selama ini fungsi

BPD dalam membuat peraturan desa

belum optimal, karena selain

Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa (RPJMDESA)

belum ada perdes lainnya yang

dihasilkan, padahal BPD sering

menjaring aspirasi masyarakat

tersebut. Melihat dari masalah

kurang baiknya koordinasi antara

anggota BPD dan Pemerintah Desa

dalam pembuatan peraturan desa

tersebut, pasti akan mempengaruhi

penyelenggaraan pembangunan di

desa Mantang.

Kemudian berdasarkan hasil

observasi di lapangan diketahui

bahwa kendala dalam perumusan

peraturan desa ini terdapat faktor

Page 22: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

21

yang menyebabkan pelaksanaan

fungsi tersebut tidak dapat berjalan

secara maksimal, yaitu rendahnya

kualitas sumber daya manusia

anggota BPD di desa Mantang,

kemudian kurangnya koordinasi

antara BPD dan Pemerintah Desa,

padahal hal ini sangatlah penting

guna menciptakan hubungan yang

harmonis, saling menghormati,

menghargai pendapat satu sama lain

dalam rangka memajukan desa.

Berkaitan dengan masalah tersebut.

Tidak hanya itu dalam pembuatan

peraturan desa, BPD dan pemerintah

desa adalah adalah mitra kerja

termasuk dalam menyusun rencana

peraturan desa, mereka bersama-

sama merumuskan perdes yang di

butuhkan di desanya. Namun

kenyataannya di Desa Mantang,

selama menjabat BPD belum

menghasikan perdes selain

RPJMDes.

Selama ini proses sudah

dilakukan, namun memang masih

banyak hambatan dalam pembuatan

perdes tersebut, kendala pemerintah

Desa Mantang dalam

mengimplementasikan fungsinya

dalam pembuatan peraturan desa.

Yakni sumber daya, dana, sarana-

prasarana dan waktu. Sumber daya,

sumber daya manusia pembuat

kebijakan baik aparat desa dan BPD

yang masih kurang. Dana, dimana

anggaran yang digunakan untuk

pembuatan peraturan desa belum

dialokasikan sebagaimana yang

diharapkan dan terbatasnya dana

tersebut, kemudian komitmen yang

rendah sehingga banyak hambatan

dalam menjalankan program-

program tersebut.

b. Proses menetapkan peraturan

desa.

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat

dianalisa bahwa proses sudah

dijalankan BPD, seperti adanya

musrenbang. Musrenbang Desa

merupakan forum perencanaan

(program) yang dilaksanakan oleh

lembaga publik yaitu pemerintah

desa, bekerja sama dengan warga

dan para pemangku kepentingan

lainnya. Musrenbang yang bermakna

akan mampu membangun

kesepahaman tentang kepentingan

dan kemajuan desa, dengan cara

memotret potensi dan sumber-

sumber pembangunan yang tidak

tersedia baik dari dalam maupun luar

desa. Berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 66 tahun 2007,

Rencana Kerja Pembangunan Desa

yang selanjutnya disingkat (RKP-

Desa) adalah dokumen perencanaan

untuk periode 1 (satu) tahun dan

merupakan penjabaran dari RPJM-

Desa yang memuat rancangan

kerangka ekonomi desa, dengan

mempertimbangkan kerangka

pendanaan yang dimutahirkan,

program prioritas pembangunan

desa, rencana kerja dan pendanaan

serta prakiraan maju, baik yang

dilaksanakan langsung oleh

pemerintah desa maupun yang

ditempuh dengan mendorong

partisipasi masyarakat dengan

mengacu kepada Rencana Kerja

Pemerintah Daerah dan RPJM-Desa.

Berdasarkan hasil seluruh

pengumpulan data baik wawancara

dan observasi maka dapat dianalisa

bahwa BPD belum menjalankan

proses menetapkan peraturan desa

dengan benar, hal ini karena

kurangnya kesiapan anggota BPD,

memang dilakukan musyawarah

terlebih dahulu namun anggota BPD

yang ada malah tidak hadir, hanya

sebagian saja, hal ini menimbulkan

Page 23: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

22

kekecewaan pemerintah desa dan

masyarakat yang menganggap BPD

tidak komitmen dalam membangun

desa. Walaupun proses penetapan

desa sudah dilakukan sesuai prosedur

namun karena adanya hambatan

maka peraturan desa akhirnya tidak

dapat di tetapkan.

2. Menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat

a. Proses BPD menggali dan

menyalurkan aspirasi masyarakat

kepada instansi yang berwenang.

Berdasarkan hasil

pengumpulan data maka untuk

indikator tersebut di temukan bahwa

BPD masih belum mampu menggali

dan menyalurkan aspirasi masyarakat

kepada instansi yang berwenang. Hal

ini dibuktikan dari tidak adanya

perdes yang dirumuskan oleh BPD

padahal hal tersebut penting untuk

masyarakat misalnya Peraturan desa

tentang pemberdayaan masyarakat,

atau tentang pembangunan. Selama

ini juga BPD Desa Mantang juga

jarang melakukan pertemuan-

pertemuan kepada masyarakat.

Padahal terdapat beberapa upaya

yang dapat dilakukan oleh BPD

dalam dalam menyalurkan aspirasi

masyarakat dalam bidang

pembangunan yaitu dengan secara

aktif melakukan pendekatan kepada

masyarakat untuk mengetahui

aspirasi yang berkembang di

masyarakat, melakukan observasi ke

dusun-dusun untuk mengetahui

kondisi riil di setiap dusun atas

usulan yang disampaikan serta secara

aktif melakukan pengawasan

sehingga dapat mengetahui

pelaksanaan pembangunan yang

dilaksanakan, namun hal ini tidak

dilakukan oleh BPD Desa Mantang.

b. Menyalurkan aspirasi

masyarakat.

Berdasarkan hasil

pengumpulan dalam indikator ini,

ditemukan bahwa BPD belum

mampu sepenuhnya secara optimal

menyalurkan aspirasi masyarakat,

karena tidak semua aspirasi yang

masyarakat salurkan mampu

ditampung oleh BPD. Dalam upaya

mewujudkan pelaksanaan demokrasi

dalam penyelenggaraan

pemerintahan Desa agar mampu

menggerakkan masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pembangunan

dan penyelenggaraan administrasi

Desa, maka setiap keputusan yang

diambil harus berdasarkan atas

musyawarah untuk mencapai

mufakat. Oleh karena itulah, Badan

Permusyawaratan Desa mempunyai

fungsi mengayomi adat istiadat,

menetapkan peraturan Desa bersama

Kepala Desa, menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat,

serta mengawasi pelaksanaan

peraturan Desa dan peraturan Kepala

Desa, mengusulkan pengangkatan

dan pemberhentian Kepala Desa.

3. Pengawasan

a. Pengawasan BPD terhadap

kegiatan Desa

Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat

dianalisa bahwa BPD sudah

melakukan pengawasan terhadap

kegiatan yang ada di desa, namun

tidak dengan peraturan

desa,berdasarkan hasil observasi,

tidak banyak peraturan desa yang

dihasilkan oleh BPD. Suatu

Organisasi juga memiliki

perancangan proses pengawasan,

yang berguna untuk merencanakan

secara sistematis dan terstruktur agar

proses pengawasan berjalan sesuai

dengan apa yang dibutuhkan atau

direncanakan. Untuk menjalankan

proses pengawasan tersebut

Page 24: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

23

dibutuhkan alat bantu manajerial

dikarenakan jika terjadi kesalahan

dalam suatu proses dapat langsung

diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat

bantu pengawasan ini dapat

menunjang terwujudnya proses

pengawasan yang sesuai dengan

kebutuhan.

Berdasarkan hasil

pengumpulan data dari wawancara

da observasi maka dalam indikator

pengawasan berjalan walaupun pada

kenyataannya tidak banyak peraturan

yang di buat oleh Desa Mantang

untuk diawasi, BPD hanya

mengawasi pengelolaan keuangan,

kemudian pembangunan yang

dilakukan pemerintah desa, untuk

pelaksanaan peraturan desa tidak

berjalan karena memang selama

menjabat BPD hanya mengeluarkan

perda tentang APBDes bersama-

sama pemerintah desa, selebihnya

tidak ada.

b. Pengawasan terhadap

penyelenggaraan pemerintahan

desa.

Berdasarkan indikator tersebut

dijelaskan bahwa belum optimalnya

pengawasan terhadap

penyelenggaraan pemerintahan desa

di Desa Mantang, BPD belum

sepenuhnya mampu mengawasi

pelaksaaan pemerintah desa.

Permasalahan yaitu banyak

pelayanan di kantor desa yang belum

optimal, mulai dari pemahaman

pegawai hingga prosedur dan syarat

yang tidak di publikasikan.

Walaupun diawasi oleh BPD namun

BPD selama ini hanya mampu

memberikan teguran kemudian

mengadakan pertemuan untuk

masalah-masalah berikut. namun

penyelesaiannya tetap dilakukan oleh

pemerintah desa.

4. Faktor Yang mempengaruhi

Pelaksanaan Tugas dan Fungsi

BPD

a. Faktor intern, yaitu faktor yang

mempengaruhi didalam Desa

Mantang Lama

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat dianalisa bahwa hal yang

paling mempengaruhi pelaksaaan

tugas dan fungsi kepala desa adalah

berasal dari internal BPD sendiri.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

merupakan lembaga perwujudan

demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa. Anggota BPD

adalah wakil dari penduduk desa

bersangkutan berdasarkan

keterwakilan wilayah. Anggota BPD

terdiri dari Ketua Rukun Warga,

pemangku adat, golongan profesi,

pemuka agama dan tokoh atau

pemuka masyarakat lainnya. Masa

jabatan anggota BPD adalah 6 tahun

dan dapat diangkat/diusulkan

kembali untuk 1 kali masa jabatan

berikutnya. Pimpinan dan Anggota

BPD tidak diperbolehkan merangkap

jabatan sebagai Kepala Desa dan

Perangkat Desa. BPD berfungsi

menetapkan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa, menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat.

b. Faktor ekstern yaitu faktor

yang mempengaruhi dari luar

Desa Mantang Lama Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan maka dapat

dianalisa bahwa salah satu yang

menghambat dari segi eksternal yaitu

ketidak tahuan masyarakat terhadap

pentingnya keberadaan BPD. Dari

keseluruhan masalah tersebut, akar

masalah yang dapat ditarik adalah

karena secara normatif, belum ada

peraturan turunan yang mengatur

secara spesifik tentang BPD. Dapat

disampaikan di sini bahwa dari

keseluruhan hal yang terkait dengan

Page 25: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

24

penyelenggaraan pemerintahan desa,

BPD termasuk lembaga yang belum

memiliki aturan turunan secara

spesifik, terutama aturan di tingkat

lokal seperti Perda, SK

Bupati/Walikota dan aturan

sejenisnya. Ketiadaan aturan inilah

yang menyebabkan BPD merasa

kurang memiliki acuan jelas.

Berdasarkan hasil penelitian

maka diketahui faktor juga datang

dari luar yaitu faktor eksternal,

Berbagai permasalahan harus diakui

memang sering muncul di

masyarakat desa, ketika BPD

mengundang masyarakat untuk

mengadakan suatu koordinasi terkait

pelaksanaan pemerintahan di desa

banyak masyarakat yang tidak hadir

dan keberadaan BPD di Desa ini

tidak dipahami oleh masyarakat.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa dalam Evaluasi Pelaksanaan

Fungsi Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan

Pemerintah Desa Di Desa Mantang

Lama Tahun 2015 belum berjalan

sesuai dengan aturan yang berlaku.

Masih banyak permasalahan dan

hambatan berkaitan dengan hal

tersebut, hal ini dapat dilihat dari :

BPD di Desa Mantang

selama ini masih kurang

melaksanakan fungsinya yaitu

membuat peraturan desa, dalam

menjalankan tugasnya, BPD dan

pemerintah desa hanya menetapkan

satu peraturan desa saja, yaitu

Peraturan desa tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah

Desa (RPJMDESA). Hal ini

menunjukan bahwa BPD di desa

Mantang dalam melaksanakan

fungsinya belum optimal bahkan

BPD sangat minim menggunakan

hak inisiatifnya dalam mengajukan

rancangan peraturan desa. kendala

dalam perumusan peraturan desa ini

terdapat faktor yang menyebabkan

pelaksanaan fungsi tersebut tidak

dapat berjalan secara maksimal, yaitu

rendahnya kualitas sumber daya

manusia anggota BPD di desa

Mantang, kemudian kurangnya

koordinasi antara BPD dan

Pemerintah Desa

Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) belum dapat

menyalurkan aspirasi masyarakat

dalam pembangunan desa.

Permasalahan tersebut diduga

disebabkan oleh lemahnya Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) dalam

menampung dan menyalurkan

aspirasi yang berkembang di

masyarakat. proses sudah dilakukan,

namun tidak semua dapat

dilaksanakan oleh BPD belum bisa

dikatakan sebagai wadah aspirasi

masyarakat desa. karena selama ini

komunikasi kurang baik dengan

masyarakat mengakibatkan

keputusan yang diambil oleh BPD

tidak sesuai dengan rapat. Selain itu

BPD banyak mengambil keputusan

yang sepihak tanpa memikirkan apa

maunya masyarakat yang sebenarnya

BPD sudah melakukan

pengawasan terhadap program desa,

dan peraturan desa, walaupun

berdasarkan hasil observasi, tidak

banyak peraturan desa yang

dihasilkan oleh BPD, untuk

pengawasan terhadap kinerja

pemerintah desa dapat dikatakan

belum optimal, hal ini dapat dilihat

dari BPD jarang datang langsung ke

kantor desa untuk melihat kegiatan

atau pelaksanaan tugas yang

dilakukan oleh pemerintah desa

sehingga keluhan yang disampaikan

Page 26: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

25

kepada masyarakat tidak sepenuhnya

di tanggapi karena BPD sendiri tidak

memahami dan merasakan tentang

kondisi pelayanan pemerintah desa.

Saran

Adapun saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut :

1. BPD sebaiknya

meningkatkan pemahaman

terhadap tugas pokok dan

fungsinya sebagai perwakilan

masyarakat desa.

2. Sebaiknya ada komunikasi

yang baik antara pemerintah

desa dengan BPD agar

koordinasi berjalan baik.

DAFTAR PUSTAKA

A. Nugroho, Riant, Kebijakan Publik

“Formulasi, Implementasi dan

Evaluasi, Elex

Media Komputindo, Jakarta,

2004

Amirullah dan Budiyono, Haris.

2004. Pengantar Manajemen.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Atmosoeprapto, Kisdarto. 2002.

Menuju Sumber Daya

Manusia Berdaya. Jakarta :

Gramedia

Arikunto, S. 2004. Dasar – Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Dunn, William N. 2003. Analisis

Kebijakan Publik.

Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press

Labolo, Muhadam, 2006. Memahami

Ilmu Pemerintahan : Suatu

Kajian, Teori, Konsep dan

Pengembangannya.

RajaGarfindo Persada,

Jakarta

Napitupulu, 2007, Menuju

Pemerintahan Perwakilan, PT.

Alumni,. Bandung

Ndraha, Talidziduhu. 2005.

Metodologi Ilmu Pemerintahan.

Jakarta : CV. Rineka

Cipta.

Nugroho, Riant D. 2008. Kebijakan

Publik Formulasi

Implementasi dan Evaluasi.

Jakarta : PT.Elex Media

Komputindo

Mudrajad Kuncoro, Ph. D. 2004.

Otonomi dan Pembangunan daerah.

Jakarta.

Penerbit Erlangga

Moleong, Lexy. J. 2004. Metode

Penelitian Kualitatif.

Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Paloma M Margaret,.2004. Sosiologi

dengan Pendekatan

Membumi, Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Santoso, Singgih dan Fandy

Tjiptono, 2002, Riset

Pemasaran: Konsep dan

Aplikasi dengan SPSS,

Penerbit PT Gramedia,

Jakarta.

Solekhan, Moch. 2012

Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa. Serta Press: malang.

Sugiyono.2011.Metode penelitian

kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Suharto, E. 2007. Isu-Isu Tematik

Pembangunan Sosial:

Konsepsi dan Strtategi.

Jakarta: Badan Pelatihan

Page 27: EVALUASI PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · evaluasi pelaksanaan fungsi badan permusyawaratan

26

dan Pengembangan Sosial.

Suhartono, dkk, Cetakan I Juli 2000.

Edisi Revisi-September

2001. Politik Lokal.

Parlemen Desa : Awal

Kemerdekaan sampai

Jaman Otonomi Daerah.

Yogyakarta. Lapera.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008).

Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Sumaryadi, I Nyoman.2005.

Perencanaan Pembangunan

Daerah Otonom dan

Pemberdayaan

Masyarakat.Jakarta : Citra

Utama

Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000.

Evaluasi Program. Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Tanjung. 2003. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Jakarta:

Universitas Trisakti.

Thoha, Miftah. 2005. Perilaku

Organisasi. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada

Widjaja, HAW. 2003. Otonomi

Desa. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan

Publik, Teori dan Proses.

Jakarta: PT. Buku Kita.

Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja

Sumber Daya Manusia :

Teori Aplikasi dan

Penelitian. Jakarta: Salemba

Empat

Zainal, Nining Haslinda. 2008.

Tugas dan Fungsi Pegawai,

Jakarta: PT Rajawali

Perundang-Undangan :

Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa

Jurnal :

Aulia, Agus (2015) tentang

Pelaksanaan Fungsi Badan

Permusyawaratan Desa

(BPD) Dalam Mendukung

Pemerintahan Desa Di Desa

Kedungadem Kecamatan

Kedungadem Kabupaten

Bojonegoro. Vol 2 No 3

Rudiansyah, Adam Idris, Rosa

Anggraeiny (2014) Fungsi

Badan Permusyawaratan

Desa Dalam Penyelenggaraan

Pembangunan Didesa Loa

Kulu Kota Kecamatan Loa

Kulu Kabupaten Kutai

Kartanegara. eJournal

Administrative Reform,

2014, 2 (1): 970-981 ISSN

2338-7637 ,