163
i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN (Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh ASHLAHUL ARIFIN NIM 111-12-125 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

i

PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI

KULTUR PESANTREN

(Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

ASHLAHUL ARIFIN

NIM 111-12-125

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

Page 2: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

ii

Page 3: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

iii

PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI

KULTUR PESANTREN

(Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

ASHLAHUL ARIFIN

NIM 111-12-125

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

Page 4: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

iv

Dr. M. Gufron, M.Ag.

Dosen IAIN Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan Hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi,

maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Ashlahul Arifin

NIM : 111-12-125

Judul :

dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk

diujikan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR

PESANTREN (Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga).

Salatiga, 14 September 2016

Pembimbing

Dr. M. Gufron, M.Ag.

Page 5: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

v

SKRIPSI

PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI

KULTUR PESANTREN

(Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga)

disusun Oleh:

ASHLAHUL ARIFIN

NIM: 111-12-125

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 September 2016 dan telah dinyatakan

memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Imam Sutomo, M.Ag

Sekretaris Penguji : Dr. M. Gufron, M.Ag.

Penguji I : Prof. Dr. Budiharjo, M.Ag

Penguji II : Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd

Salatiga, 30 September 2016

Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITU AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716

Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]

Page 6: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ashlahul Arifin

NIM : 11112125

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat dan

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Salatiga,14 September 2016

Penulis

Ashlahul Arifin

111-12-125

Page 7: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

vii

M O T T O

يرجى كاى لوي حسنة أسىة الله رسىل في لكن كاى لقد

كثير الله وذكر الآخر واليىم الله

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.S. Al Ahzab, 33:21)

Page 8: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya Bapak Sarno dan Ibu Karsiyah yang telah

membesarkan dan mendidik saya dengan sepenuh hati, dengan

segala pengorbanan dan kasih sayang yang takkan pernah bisa

terganti.

2. Kakak tersayang Mbak Mir’atun Khasanah bersama keluarga

kecilnya, Mas Ihwan dan dek Dika, terima kasih atas dorongan dan

motivasinya.

3. Calon Istriku tercinta Mbak Ayu Ratnasari yang senantiasa

mendampingi dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kyai/ pengasuh serta para santri pondok pesantren salafiyah

pulutan yang telah memotivas dan membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

5. Semua teman-teman PAI D Unyu-Unyu Bathok angkatan 2012

IAIN Salatiga, terima kasih atas semangat belajar dan motivasinya.

Page 9: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

ix

KATA PENGANTAR

Maha suci Allah atas segala karunianya, seraya berserah diri kepada-Nya,

Dzat yang telah mengerakan hati dan fikiran penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI

MELALUI KULTUR PESANTREN (Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga)” dapat disimpulkan. “Apalah arti diriku tanpamu, Apalah arti

ilmuku tanpa ridhomu, dan engkaulah yang mengajariku dengan perantara guru-

guruku. Wahai Dzat Yang satu-satunya tempat hamba bersandar, berikan aku

jalan keselamatan.”

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada cahaya diatas

cahaya, yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Tidak lupa kepada para kolega beliau

dari Anbiyaa dan Mursaliin, juga Auliyaa Allah yang sama-sama menegakan

kalimat laa ilaaha illa Allah. Begitu juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in

tabi’at, ulama mu’tabarah, hujjaj kiyai, guru, santri juga para cendikiawan muslim

dan para pelajar yang selalu siaga untuk menebar rahmat, melanjutkan perjuangan

Rasulullah SAW dalam menegakkan panji-panji Islam. Semoga penulis dan

pembaca termasuk ke dalam golongan tersebut. Amiin

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak

sedikit hambatan dan perjuangan. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

juga penghargaan yang sebesar-besarnya dengan penuh rasa tadzim kepada semua

pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini, terlebih kepada:

1. Bapak Dr.Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

Page 10: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

x

2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku ketua jurusan Progdi PAI.

4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag., selaku pembimbing yang telah

mengarahkan dan memberi petunjuk serta meluangkan waktu dan

perhatian dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan bagian Akademik IAIN

Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan pada saya.

6. Bapak Drs. KH. Abdul Basyit, M.Pd.I, selaku pengasuh pondok pesantren

Salafiyah Pulutan Sidorejo Salatiga yang telah mengasuh, mendidik, dan

membimbing kepada penulis.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat

terselesaikan dengan baik.

Penulis bermunajat kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa

yang telah dilakukan. Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga

apa yang penulis kerjakan mendapat keridhaan dan kecintaan-Nya. Akhirnya,

semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat khususnya bagi penulis juga bagi

pembaca umumnya. Amin.

Salatiga, 14 September 2016

Penulis

Ashlahul Arifin

NIM. 11112125

Page 11: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

xi

ABSTRAK

Arifin, Ashlahul. 2016. 11112125. Pembentukan Akhlaq Santri Melalui Kultur

Pesantren (Study Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga)Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.

Kata kunci : Kultur Pendidikan Pesantren, Akhlak, Pondok Pesantren

Pulutan Salatiga

Penelitian ini memfokuskan korelasi antara kultur pendidikan pesantren

terhadap pembentukan akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga.

Kemudian juga mencari adakah keterkaitan antara kultur pesantren dengan

pembentukan akhlak santri dan santriwati. Karena kultur adalah budaya pesantren

yang mempengaruhi pola pikir, mental, karakter, kebiasaan serta akhlak para

santri yang menggunakan sistem asrama dengan pengawasan para ustadz.

Diharapkan kultur pendidikan pesantren bisa membentuk pribadi yang unggul

yaitu pribadi yang berakhlaqul karimah. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab

permasalahan: (1) Bagaimana kultur Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga? (2) Apa saja kegiatan yang dilakukan santri Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan Salatiga? (3) Bagaimana hubungan kultur pendidikan Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga dengan pembentukan akhlak para santri?

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif yang menggunakan metode

deskriptif analisis, korelasi, menggunakan dokumen perpustakaan (library

research), ataupun diluar perpustakaan atau wawancara dalam pengumpulan data.

Hasil penelitian ini penulis dapat membatasi masalah yaitu kultur

pendidikan pesantren dan pembentukan akhlak santri. Berdasarkan hasil

penelitian, korelasi antara kultur pendidikan pesantren terhadap pembentukan

akhlak santri dapat dikatakan sangat berhubungan. Hal ini dapat dibuktikan dari

hasil korelasi variabel kultur pendidikan akhlak santri (variabel X) dengan

Pembentukan akhlak santri (variabel Y). Jadi dapat disimpulkan bahwa kultur

pendidikan di pesantren dapat membina karakter santri, pembentukan mental,

kebiasaan beribadah, konsepsi diri, sikap yang mulia bagi para santri, sehingga

mampu membentuk akhlaqul karimah. Semoga dengan berakhlaqul karimah maka

dapat memberikan dampak baik bagi santri, baik terhadap Allah, orang lain

maupun lingkungannya.

Page 12: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iv

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................vi

MOTTO ............................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix

ABSTRAK .............................................................................................................xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian ......................................................................... 5

E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 6

F. Metode Penelitian .................................................................................... 9

1. Jenis Penelitian .................................................................................... 9

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 10

3. Subyek Penelitian .............................................................................. 11

4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 13

5. Teknik Analisis Data ......................................................................... 15

G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 18

Page 13: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

xiii

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Akhlaq ................................................................................ 18

1. Pengertian Akhlaq ............................................................................. 18

2. Metode Pembentukan Akhlaq ........................................................... 19

3. Sumber-sumber ajaran Akhlaq .......................................................... 25

4. Tujuan pembinaan Akhlaq ................................................................. 26

5. Pembagian Akhlaq ............................................................................. 27

6. Metode Pembentukan Akhlaq di pesantren ....................................... 28

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlaq ............. 28

b. Metode Pesantren dalam membentuk perilaku santri .................. 24

c. Pengaruh Kiai terhadap santri ...................................................... 36

d. Peran Pesantren dalam pembentukan akhlaq ................................ 41

B. Pesantren ............................................................................................... 42

1. Pengertian Pesantren .......................................................................... 42

2. Ciri-ciri khusus dan karakteristik khusus pesantren .......................... 43

3. Kultur Pesantren ................................................................................ 45

a. Pengertian Kultur ......................................................................... 45

b. Budaya Sekolah ........................................................................... 49

c. Kultur Pesantren ............................................................................ 54

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data ......................................................................................... 61

1. Letak strategis pondok pesantren salafiyah pulutan .......................... 61

2. Profil pondok pesantren salafiyah pulutan ........................................ 62

3. Visi, Misi, Motto, Academic Distinctiveness, aturan dan etika santri

............................................................................................................... 64

4. Keadaan ustadz dan santri ................................................................. 66

5. Sejarah berdirinya pondok pesantren dan silsilah pengasuh ............ 68

6. Kronologi pembangunan dan bentuk fisik pondok pesantren .......... 72

Page 14: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

xiv

7. Kondisi keagamaan masyarakat sekitar pondok pesantren ............... 74

8. Kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren salafiyah pulutan ... 74

B. Temuan Penelitian ................................................................................. 77

1. Kultur pendidikan pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga ....... 77

2. Aktifitas sehari-hari yang dilakukan dalam usaha pembentukan

akhlak .................................................................................................... 75

3. Hubungan kultur pendidikan ponpes dengan pembentukan akhlak

para santri ............................................................................................... 79

BAB IV PEMBAHASAN

A. Kultur pondok pesantren terhadap pembentukan akhlak para santri di

pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga .............................. 86

1. Pentinnya pendidikan yang diterapkan pondok pesantren ................ 86

2. Kultur pendidikan dalam pembentukan akhlak ................................. 86

B. Aktifitas sehari-hari yang dilakukan dalam usaha pembentukan akhlak

................................................................................................................................ 87

1. Kegiatan pendidikan harian di pesantren ........................................... 87

2. Metode pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren ................ 90

C. Hubungan kultur pendidikan ponpes dengan pembentukan akhlak para

santri ...................................................................................................................... 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 96

B. Saran-saran ............................................................................................ 98

C. Penutup ................................................................................................ 100

Page 15: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

xv

DAFTAR TABEL

1. Tabel I Nama-nama responden dalam penelitian ............................................... 11

2. Tabel II Manifestasi Budaya .............................................................................. 57

3. Tabel III Daftar nama ustadz pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga ....... 66

4. Tabel IV Nama-nama santri pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga ........ 67

Page 16: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka

2. Daftar Riwayat Hidup

3. Kisi-kisi wawancara

4. Pedoman wawancara

5. Daftar Responden

6. Surat ijin penelitian

7. Surat keterangan penelitian

8. Lembar konsultasi pembimbing

9. Laporan SKK

Page 17: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam non-formal

yang ada di Indonesia. Peranan pesantren dalam syiar Islam di Indonesia

sangatlah penting dan terasa sekali manfaatnya. Islam adalah agama yang

mengatur semua aspek kehidupan, baik berkaitan dengan urusan ketuhanan

maupun urusan yang berkaitan dengan duniawi atau kemanusiaan.

Pada masa ini kebudayaan semakin berkembang pesat. Akan tetapi justru

akhlaq dan moral generasi bangsa semakin mengalami kemerosotan. Jika tidak

dibekali dengan ilmu dan iman yang kuat, maka generasi muda yang akan

datang menjadi generasi lemah. Dari segi akhlaqya, para pemuda saat ini

mengalami krisis akhlaqul karimah. Sikap tawadhu’ yang seharusnya dimiliki,

justru menjadi sebaliknya. Yang paling bertanggung jawab terhadap degradasi

moral bangsa adalah umat islam. Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah

orang Islam. Nilai-nilai keislaman harus ditanamkan sejak kecil.

Pengetahuan tentang agama dapat diperoleh di lembaga formal maupun

lembaga non-formal. Di lembaga formal yaitu sekolah diberikan mulai dari

pendidikan paling rendah sampai jenjang tertinggi. Sedangkan pada lembaga

non-formal pendidikan agama diperoleh melalui Madrasah Diniyyah maupun

pondok pesantren.

Pondok Pesantren merupakan tempat mempelajari pengetahuan islam

secara matang. Dalam kesehariaannya, pondok pesantren memiliki

Page 18: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

2

karakteristik yang berbeda-beda. Tetapi secara umum, pada pondok pesantren

mengajarkan pengetahuan keislaman, kedisiplinan dan kebiasaan yang dapat

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan dipondok pesantren inilah

yang nantinya akan dilakukan pula oleh para santri setelah lulus dari pondok.

Berbekal ilmu yang dimiliki, para santri dapat menerapkan ilmunya dalam

kehidupan bermasyarakat.

Dengan perubahan itu diharapkan santri mampu memahami ilmu-ilmu

umum sekaligus agama secara berimbang. Semboyan salah seorang pengasuh

Pesantren Darul Ulum, Musta’in Romli (1930-1985), yaitu santri harus

“berotak London dan berhati Masjidil Haram” merupakan gagasan yang

menarik. “Berotak London” menggambarkan keluasan penguasaan ilmu

pengetahuan, dan “Berhati Masjidil Haram” menggambarkan kedalaman

pemahaman dan pengamalan keagamaan santri. Semua itu akan

menggambarkan keseimbangan antara kekuatan pikir dan dzikir dalam diri

santri. Santri yang kelak mampu berpartisipasi dalam kemajuan jaman dengan

tetap selalu dekat dengan Allah.

Orangtua memasukkan anaknya ke pondok pesantren biasanya disertai

dengan harapan agar si anak mempunyai ilmu agama yang bagus, berakhlaq

mulia dan memahami hukum-hukum Islam. Selama ini tidak ada kekhawatiran

bahwa dengan menuntut ilmu di pesantren akan menjauhkan kasih-sayang

orangtua terhadap anak. Anak yang tinggal di pondok pesantren dalam waktu

cukup lama tetap bisa beridentifikasi kepada kedua orangtuanya. Dengan

Page 19: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

3

menjalin komunikasi secara intens dan teratur diharapkan anak tidak akan

kehilangan figur orangtua.

Seperti kita ketahui bahwa sumber identifikasi seorang anak tidak hanya

kedua orangtuanya, tetapi bisa juga kepada figur-figur tertentu yang dianggap

dekat dan memiliki pengaruh besar bagi anak. Keberadaan Kiai, pembimbing,

ustad maupun teman sebaya juga bisa mempengaruhi pembentukan

kepribadian anak.

Kelebihan inilah yang dimiliki pesantren sebagai lembaga pendidikan.

Dengan segala keterbatasannya pesantren mampu menampilkan diri sebagai

lembaga pembelajaran yang berlangsung terus-menerus hampir 24 jam sehari.

Aktivitas dan interaksi pembelajaran berlangsung secara terpadu yang

memadukan antara suasana keguruan dan kekeluargaan. Kiai sebagai figur

sentral di pesantren dapat memainkan peran yang sangat penting dan strategis

yang menentukan perkembangan santri dan pesantrennya. Kepribadian Kiai

yang kuat, kedalaman pemahaman dan pengalaman keagamaan yang

mendalam menjadi jaminan seseorang dalam menentukan pesantren

pilihannya.

Salah satu pesantren yang ikut berperan dalam pendidikan islam adalah

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga. Pondok pesantren salafiyah

memberi nuansa yang menarik pada proses pembelajarannya. Dimana semua

santri yang mukin di pondok pesantren adalah mahasiswa, baik yang berasal

dari IAIN Salatiga atau UKSW. Para asatid yang ada dipondok pesantren juga

memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, ada yang berasal dari

Page 20: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

4

pendidikan lokal (pesantren salaf) dan ada juga yang pernah menjalani

pendidikan di luar negeri. Tentunya masih-masing ustad akan memiliki cara-

cara yang berbeda dalam penyampaian materinya. Semua kegiatan belajar-

mengajar di pondok pesantren, harapannya akan dapat membentuk karakter

dari para santri. Karena semua kegiatan pembelajaran berkesinambungan dan

dilakukan rutin sehingga menjadi kebiasaan.

Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlaq adalah kebiasaan

atau adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu

diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. Kebiasaan dipandang

sebagai fitrah yang kedua setelah nurani. Karena 99% perbuatan manusia

terjadi karena kebiasaan. Harapan yang bisa mungkin terjadi adanya kebiasaan

atau kultur pesantren yang positif menjadikan seseorang melakukan hal yang

sama, meskipun sudah tidak dilingkungan pondok pesantren. Tentunya hal ini

berkesinambungan dengan pembentukan akhlaq seseorang.

Dari uraian di atas menarik penulis untuk meneliti tentang apakah ada

pengaruh kultur pendidikan dipesantren terhadap pembentukan akhlaq para

santri.

Dalam penulisan skripsi ini peneliti tertarik untuk mengangkat skripsi

dengan judul Pembentukan Akhlaq Santri Melalui Kultur Pesantren (Study

kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga). Dengan harapan, peneliti

dapat mendapatkan data dan informasi yang ada tentang pendidikan akhlaq di

pondok pesantren serta dampak yang dirasakan bagi santri.

Page 21: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

5

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana kultur Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga?

2. Apa saja kegiatan yang dilakukan santri santri Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga?

3. Bagaimana hubungan kultur pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga dengan pembentukan akhlaq para santri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kultur Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga.

2. Mengetahui kegiatan yang dilakukan santri di Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga

3. Mengetahui adakah hubungan kultur pendidikan Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan Salatiga dengan pembentukan akhlak para santri.

D. Manfaat Hasil penelitian

1. Praktis

a. Diharapkan dapat memberikan wawasan para santri tentang pentingnya

mendapatkan pendidikan di pesantren khususnya di sekitar salatiga.

b. Diharapkan dapat menambah wawasan kepada orang tua dalam memilih

lembaga pendidikan yang menitik beratkan pada pendekatan

pembentukan budi pekerti santri yang berahklaqul karimah.

Page 22: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

6

c. Diharapkan dapat dijadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar

pertimbangan dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik yang

menyangkut masalah pendidikan tentang pembentukan akhlaqul

karimah.

d. Diharapkan menambah pengetahuan bagi penulis khususnya tentang

korelasi kultur pendidikan di pesantren dalam pembentukan akhlaqul

karimah para santri.

2. Teoretik

a. Dapat menyumbangkan wacana baru bagi orang tua tentang pendidikan

akhlaq sebagai pedoman mengenai kultur pendidikan pembentukan

akhlaq santri melalui peran pendidikan di pesantren.

b. Dapat menjadi panduan dalam mendidik akhlaq santri yang sesuai

dengan ajaran islam.

E. Penegasan Istilah

1. Kultur Pendidikan Pesantren

a. Kultur

Secara sederhana, Deal (1985: 605) mendefinisikan kultur sekolah

sebagai satuan pendidikan dengan “cara kita berbuat di sini.‟ Jika

ditransformasi ke pesantren, maka definisi ini dapat kita kemukakan

menjadi, cara kita berprilaku di dalam atau sekitar pesantren (Sulton dan

Khusnurdilo, 2005:26).

Page 23: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

7

Konteks kultur dalam skripsi ini adalah mengenai kultur atau

kebiasaan positif yang dilakukan oleh pondok pesantren yang diteliti

yang memiliki pengaruh baik terhadap santri.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Anonim; UU Sisdiknas, 2007:3).

Sedangkan pendidikan yang dimaksud oleh penulis ialah

bimbingan atau usaha sadar yang dilakukan oleh asatid terhadap

pembentukan moral dan akhlaq menuju kepribadian yang baik dan

beriman.

c. Pesantren

Pesantren menurut John berasal dari bahasa Tamil, -santri yang

berarti guru mengaji. C.C Berg juga berpendapat bahwa istilah santri

berasal dari kata shastri (bahasa India) yang berarti orang yang tahu

buku-buku suci agama Hindu atau sarjana ahli kitab suci agama Hindu.

Kata shastri berasal dari kata shastra, yang berarti buku-buku suci, buku-

buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan (pendidikan

islam integratif hal. 155)

Page 24: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

8

Berdasarkan konsep tersebut dapatlah dipahami bahwa pesantren

berasal dari India dan dipergunakan secara umum untuk pendidikan dan

pengajaran agama hindu di Jawa, sistem tersebut kemudian diambil alih

oleh Islam. Sekarang pesantren dimaknai sebagai sarana dan tempat

murid-murid mengaji, khususnya dengan tujuan meningkatkan kekuatan

keagamaan (religous power) Islam.

Pesantren adalah model lembaga pendidikan islam pertama yang

mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional. Secara historis,

pesantren tidak saja mengandung makna keislaman tetapi juga keaslian

indonesia. Seperti dikatakan A. Malik Fadjar (1998:21), pesantren

merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki watak indigenous

(pribumi) yang ada sejak kekuasaan Hindu-Budha dan menemukan

formulasinya yang jelas ketika Islam berusaha mengadaptasikan (meng-

Islamkan)-nya.

Dari uraian diatas akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa kultur

pesantren itu mengandung nilai-nilai, perilaku, pembiasaan, yang dengan

sengaja dibentuk atau diciptakan oleh pengasuh pesantren dalam

pembinaan dan pendidikan pesantren untuk mencapai tujuan yang

diinginkan oleh lembaga pendidikan dalam pesantren tersebut.

2. Pembentukan Akhlaq

Akhlaq adalalah bentuk jamak dari kata khuluk yang berarti budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian etimologi ini,

akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma prilaku yang mengatur

Page 25: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

9

hubungan manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan manusi

degan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta (Azmi, 2006:40).

Secara termologi akhlaq (budi pekerti) yang terdiri dari kata budi

dan pekerti, “budi“ ialah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan

kesadaran yang didorong oleh perasaan hati yang disebut behavior. Jadi

budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang

bermanifestasi pada karsa dengan tingkah laku manusia (Djatmiko,

1996:26).

Menurut Al Ghozali, bahwa akhlaq yang baik itu hanya dapat

dicapai dengan empat syarat yaitu “ tenaga, ilmu, tenaga amarah, tenaga

syahwat (keinginan), dan tenaga keadilan antara ketiga tersebut (Nasirudin,

2010:33).

Sedangkan akhlaq yang dimaksud oleh penulis ialah tingkah laku

atau akhlaq yang mulia yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban dan

menjauhi segala larangan, baik yang berhubungan dengan Allah maupun

yang berhubungan dengan mahluk, baik diri sendiri maupun orang lain.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam membahas permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka

metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu:

data atau informasi yang terkumpul berbentuk kata kata atau gambar, tulisan

hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari kumpulan informasi untuk

memberikan ilustrasi dan mengisi isi laporan. Dalam penelitian kualitatif,

Page 26: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

10

peneliti lebih menitik beratkan kepada gejala proses dari pada hasil dari

proses tersebut.

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu

pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini

digunakan karena beberapa pertimbangan, antara lain;

a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah jika berhadapan dengan

kenyataan jamak.

b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara

peneliti dengan responden.

c. Metode ini lebih peka lebih menyesuaikan dengan banyak penajaman

pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.(Moleong,

1999:9-10)

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Kecamatan Sidorejo, Salatiga. Penulis memilih lokasi tersebut

karena merupakan salah satu pondok pesantren yang letaknya strategis di

daerah yang dekat dengan wilayah kota Salatiga. Sedangkan letaknya

berada di desa Pulutan yang terdiri dari perkampungan penduduk. Adapun

waktu penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih 3 bulan (Juni-Agustus)

dari proses pengumpulan data hingga selesai penelitian.

3. Subjek Penelitian

Secara keseluruhan santri pondok pesantren salafiyah pulutan

berjumlah 37 santri, terdiri dari 11 santri putra dan 26 santri putri. Peneliti

Page 27: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

11

menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data

disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto,

2013:172).

Responden dalam penelitian ini adalah Pengawas, pengasuh, Kiai, 2

santri pengurus, 5 santri putra dan 5 santri putri. Responden dipilih

berdasarkan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang

diperoleh nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono, 2010:124). Santri

yang menjadi responden adalah mereka yang sudah menjalani pendidikan di

pondok pesantren selama 4 tahun. Berikut nama-nama responden dalam

penelitian ini.

Tabel 1

Nama-nama Responden dalam penelitian.

No. Kode Nama

1. AB Drs. KH. Abdul Basith, M.Pd.I.

2. SR KH. Shonwasi Ridwan

3. ZU H. Zunaedi, BA.

4. HE Sholihul Hadi

5. WK Wawan Kurniawan

6. WNF Wahyu Najib Fikri

7. BPD Bangkit Putra Dewandaru

8. MAR Muhammad Abdul Rasyid

9. ABI Ahmad Abidin

10. AR Arif Ridho

11. TI Titik Isniatus Salihah

12. RS Risa Suryani

13. KZ Khuzaimah

14. RT Retna Tri Susanti

15. AN Siti Maskanah

Page 28: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

12

4. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah sebagai pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan

perhatian terhadap suatu objek dengan menggunkan seluruh alat indra

(Arikunto, 1998:146).

Metode observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai alat bantu

untuk mendapatkan data-data antara lain: data tentang sosio kultural yang

meliputi, kegiatan keagamaan di Podok Pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga. Dan data tentang keadaan lokasi Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga.

b. Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara dan digunakan untuk menilai

keadaan seseorang mencari data tentang variabel latar belakang orang

tua, pendidikan, perhatian sikap terhadap sesuatu (Arikunto, 1998:145)

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data tentang

pentingnya mendalami ilmu pengetahuan tentang agama islam di pondok

pesantren yang salah satu tujuannya adalah untuk pembentukan akhlaqul

karimah bagi para santrinya. Metode wawancara ini ditujukan kepada

para responden yang ada, yaitu adalah pengasuh pondok pesantren,

pengurus, ustad, santri (yang sudah melakukan study lebih dari 4 tahun)

dan wali santri. Wawancara yang akan dibahas yaitu mengenai peran

pendidikan pesantren, pembentukan akhlaqul karimah.

Page 29: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

13

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236).

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan data keadaan lokasi pondok pesantren, sejarah berdirinya

pondok pesantren, tempat beribadah yang ada di lingkungan pesantren,

dan situasi belajar mengajar di pondok pesantren salafiyah pulutan.

5. Teknik analisis data

Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang

signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan uraian dan hubungan di

antara dimensi-dimensi uraian. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis

data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan

data dan sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk

menemukan dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan

oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan kepada tema dan

hipotesisi kerja itu.

Jadi analisis data ialah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh

data (Meleong, 1999:280).

Page 30: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

14

a. Deduktif

Deduktif adalah proses pendekan yang berangkat dari kebenaran

umum mengenai suatu fenomena (teori) dan meggeneralisasikan

kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri

sama dengan fenomena yang bersangkutan (prediksi). Dengan kata lain

deduktif berarti menyimpulkan hubungan yang tadinya tidak tampak

berdasarkan generalisasi yang sudah ada. (Azwar, 2007:40)

Pendekatan deduktif adalah berfikir dari suatu keadaan yang

abstrak kepada yang kongkret. Dengan kata lain deduktif adalah kaidah

umum dengan mengambil kesimpulan khusus.

Penerapan pendekatan deduktif dimaksud dalam penelitian ini

yaitu membantu menyimpulkan hal-hal yang bersifat umum menjadi

khusus atau kongkret dalam penelitian ini untuk menyimpulkan hasil

wawancara dan observasi yang dilakukan.

b. Induktif

Induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik

lewat observasi menuju kepada teori. Dengan kata lain induksi adalah

proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang

terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi

(Syaifuddin Azwar, 2007:40).

Pendekatan induktif dimaksudkan untuk membantu pemahaman

tentang pemaknaan dalam data yang rumit melalui pengembangan tema-

Page 31: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

15

tema yang diikhtisarkan dari data kasar. Pendekatan ini jelas dalam

analisis data kualitatif.

Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan

antara lain:

1) Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyatan jamak

sebagai yang terdapat dalam kata.

2) Analisis induktif lebih dapat membuat hubungan penelitian responden

menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel.

3) Analisis demikian lebih dapat membuat keputusan-keputusan tentang

dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya.

4) Analisis induksi lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang

mempertajam hubungan-hubungan.

5) Analisis demikian dapat mempehitungkan nilai-nilai secara eksplisif

sebagai bagian dari struktur analisis (Meleong,1999:10).

Adapun penerapan pendekatan induktif dalam penelitian ini

digunakan untuk mengorganisasikan faktor-faktor dan hasil observasi

dan wawancara yang dilakukan pada santri Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga tahun 2016.

c. Reduksi

Reduksi data adalah proses penelitian, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan

yang tertulis di lapangan sesuai dengan tema yang diteliti. Data yang

Page 32: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

16

diperoleh dari lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau

laporan yang terinci (Nasution, 2003:129).

Pada mulanya data yang diperoleh dikumpulkan dan diidentifikasi

secara sederhana yang sesuai dengan data yang diperoleh yaitu tentang

indikasi mengenai akhlaq yang dimiliki santri Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan Salatiga. Kemudian data tersebut disusun secara teliti,

sistematis dan terperinci dalam bentuk uraian atau laporan.

d. Sintesis

Sintesis yaitu mengintegrasikan semua unsur baik dan menyisihkan

atau melengkapi semua unsur yang tidak memadai. Sintesis itu tidak

menambah pemahaman serba baru, melainkan menyeimbangkan semua

yang telah ditentukan (Bakker dan Zubair, 1994:100).

Penerapan sintesis dalam penelitian ini yaitu menggabungkan

pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan

mengenai akhlaq para remaja saat ini, dari hasil data-data yang telah

disusun secara sistematis yaitu tentang kondisi sosio kultural, persepsi

pendidikan pesantren, dan variabel pembentukan akhlaq para santri.

Kemudian data-data tersebut digabungkan dengan pengetahuan-

pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan tentang

pembentukan akhlaqul karimah para santri.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika disini dimaksudkan sebagai gambaran umum akan dibahas

dalam skripsi ini yang terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai berikut:

Page 33: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

17

Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka berisi tentang landasan teori yang membahas

tentang kultur pendidikan di pesantren, pembentukan akhlaqul karimah dan

korelasi kultur pendidikan pesantren dengan pembentukan akhlaq

Bab III Paparan data dan temuan penelitian berisi tentang paparan data

temuan penelitian yang meliputi kultur pendidikan di pesantren, pembentukan

akhlaqul karimah dan korelasi kultur pendidikan pesantren dengan

pembentukan akhlaq

Bab IV Pembahasan berisi tentang pendidikan di pesantren, pembentukan

akhlaqul karimah.

Bab V Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.

Page 34: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Akhlaq

1. Pengertian Akhlaq

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlaq ialah bentuk jamak

dari khuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at

(Mustofa,1997:11). Akhlaq disamakan dengan kesusilaan, sopan santun.

Khuluk merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk

lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh

tubuh. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluk ini disamakan dengan kata

ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan

hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.

Dilihat dari sudut istilah (terminologi) para ahli berbeda pendapat,

namun intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat pendapat

ahli dihimpun sebagai berikut;

a. Menurut Ibnu Maskawih dalam bukunya, Tahdzibul-akhlaq

watathhirul-araq memberikan definisi akhlaq sebagai berikut: “Akhlak

itu adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran

(terlebih dahulu)” (Chabib Thoha, 1999:110).

b. Menurut Nasirudin akhlaq adalah sesuatu yang telah tercipta atau

terbentuk melalui sebuah proses (Nasirudin, 2009:31). Karena sudah

terbentuk, akhlaq disebut juga dengan kebiasaan. Kebiasaan adalah

Page 35: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

19

tindakan yang tidak lagi banyak memerlukan pemikiran dan

pertimbangan. Kebiasaan adalah sebuah perbuatan yang muncul dengan

mudah.

c. Menurut Syaikh Muhamad bin Ali as-Syarif al-Jurjani mengartikan

akhlaq sebagai stabilitas sikap jiwa yang melahirkan tingkah laku

dengan mudah tanpa melakukan proses berpikir (Nasirudin, 2009:32).

d. Menurut Imam Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulum al-Din

mendefinisikan akhlaq sebagai berikut: Akhlaq merupakan ungkapan

tentang keadaan yang melekat pada jiwa dan darinya timbul perbuatan-

perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan kepada pemikiran dan

pertimbangan (Nasirudin, 2009:32).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlaq

adalah kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi

seseorang dalam kehidupannya sehingga sulit untuk dipisahkan.

2. Metode Pembentukan akhlak

a. Melalui Teladanan yang Baik (Uswah Hasanah)

Kehidupan ini sebahagian terbesar dilalui dengan meniru atau

mencontoh oleh manusia yang satu pada manusia yang lain. Sesuatu

yang dicontoh itu mungkin bersifat baik dan mungkin pula bernilai

keburukan. Bagi umat islam keteladanan yang paling baik dan utama,

terdapat di dalam diri dan pribadi Rasulullah Muhammad SAW.

Sebagaimana difirmankan Allah di dalam surat Al-Ahzab ayat 21.

Firman tersebut mengatakan sebagai berikut:

Page 36: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

20

وذكر الآخر واليىم الله يرجى اىك لوي حسنة أسىة الله رسىل في لكن كاى لقد

كثيرا الله

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

(Q.S. Al Ahzab, 33:21)

Di dalam diri Rasulullah terhimpun dan tercermin pribadi yang

bersumber dari isi kandungan Al-Qur’an, yang bila dijadikan suri

teladan, Insya Allah akan mengantarkan seseorang pada keselamatan,

kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Untuk

mencontoh agar menjadi sama dengan Rasulullah, memang tidak

mungkin, karena hanya beliau sendiri, manusia yang diciptakan untuk

memiliki pribadi yang mulia itu. Pribadi yang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

Siddiq yakni pribadi yang selalu berkata dan berbuat benar, satu

antara kata dan perbuatan. Tabligh yakni pribadi yang tidak

menyembunyikan segala sesuatu yang harus disampaikan dari Allah

SWT, baik berupa perintah atau laranganNya. Maksum yakni pribadi

yang jauh dan terhindar dari perbuatan dosa, baik dosa besar maupun

dosa kecil. Amanah yakni pribadi yang dipercaya karena kejujuran yang

tiada duanya dalam perkataan dan perbuatan. Fatonah yakni pribadi

yang memiliki kecerdasan yang tinggi sehingga selalu bijaksana dalam

perkataan dan perbuatan, terutama dalam mengambil keputusan dan

Page 37: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

21

memimpin umat islam. Pribadi yang seperti teladan Rasulullah itulah

yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan setiap pendidik, khususnya

orang tua.

Dalam proses pendidikan, setiap pendidik harus berusaha menjadi

teladan anak (subyek) didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan

bukan teladan dalam keburukan. Dengan keteladanan itu, diharapkan

anak didik akan mencontoh atau meniru segala sesuatu yang baik di

dalam perkataan dan perbuatan pendidiknya.

Banyak sekali keteladanan yang perlu ditampilkan orang tua atau

pendidik seperti guru (ustadz) dan para alim ulama. Keteladanan dalam

disiplin kerja dan disiplin waktu, kebersihan dan hidup sehat, kejujuran

dan lain-lain, baik dalam kondisi kehidupan pada umumnya maupun

khusus dalam menjalankan perintah dan manjauhi larangan Allah SWT.

Keteladanan sangat penting artinya, karena dalam interaksi pendidikan,

anak (subyek) didik tidak sekedar menangkap/ memperoleh makna

sesuatu dari ucapan pendidiknya, akan tetapi justru melalui/ dari

pribadi, yang tergambar pada sikap dan tingkah laku para pendidiknya.

b. Melalui Pembiasaan (amal)

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, sangat banyak kebiasaan

yang berlangsung otomatis dalam bertutur kata dan bertingkah laku.

Kebiasan-kebiasaan baik itu telak dilakukan secara turun-temurun dari

generasi yang satu ke generasi yang berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan

itu telah membudaya dalam masyarakatnya masing-masing.

Page 38: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

22

Diantaranya mungkin saja terdapat kebiasaan dalam satu masyarakat

yang terasa janggal bagi masyarakat lain. Penguasaan kebiasaan itu dari

satu generasi ke generasi berikutnya, sebahagian terbesar diturunkan

melalui proses pendidikan, sehingga membudaya dalam kehidupan.

Bersamaan dengan itu melalui proses pendidikan pula dihindari dan

dikurangi kebiasaan-kebiasaan buruk, yang dapat merugikan kehidupan

secara perseorangan atau dilingkungan suatu masyarakat.

Kebiasaan dala kehidupan beragama yang perlu dibentuk agar

menjadi tingkah laku yang dilakukan secara otomatis. Misalnya

kebiasaan mengucapkan salam pada waktu masuk atau meninggalkan

rumah bila ada orang lain. Demikian pula kebiasaan bangun pagi dan

segera meninggalkan tempat tidur, berwudhu dan manunaikan shalat

subuh. Kebiasaan melafalkan basmalah setiap memulai pekerjaan,

selajutnya melafalkan alhamdulillah setelah menyelesaikan suatu

pekerjaan ataupun setiap kali mendapat nikmat dari Allah SWT.

Contoh lain kebiasaan segera menunaikan shalat lima waktu,

apabila telah masuk waktu shalat, harus dipupuk terus sejak masa

kanak-kanak. Sedangkan kebiasaan menunda-nunda mengerjakan shalat

sampai mendekati habis waktu shalat yang satu dan segera memasuki

waktu shalat berikutnya, harus dibuang agar tidak menjadikan

kebiasaan.

Dari uraian diatas jelas bahwa ada dua jenis kebiasaan yang perlu

diteruskan melalui proses pendidikan. Kedua jenis kebiasaan itu adalah:

Page 39: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

23

Kebiasaan yang bersifat otomatis, yang dilakukan meskipun anak-anak

yang harus melakukannya tidak mengerti makna atau tujuannya.

Misalnya kebiasaan menyikat gigi pada pagi dan malah hari sebelum

tidur, kebiasaan bangun pagi dan segera menunaikan shalat subuh,

kebiasaan membaca basmalah sewaktu memulai pekerjaan dan lain-

lain.

Kebiasaan yang dilakukan atas dasar pengertian dan kesadaran

akan manfaat atau tujuannya. Misalnya kebiasaan menunaikan shalat

lima waktu yang dipahami betapa meruginya orang yang meninggalkan

shalat, kebiasaan orang menunaikan shalat secara khusuk dan tertib,

karena mengetahui sugguh merugi dan sia-sia seseorang yang lalai dan

tidak khusuk dalam menunaikan shalat dan lain-lain.

Pendidik harus mampu memberikan pengertian bahwa hidup

dengan kebiasaan yang baik memang akan bersifat rutin, namun

demikianlah hidup yang penuh dengan peristiwa-peristiwa yang bersifat

rutin, agar mampu menghindari kebosanan atau keengganan dalam

melaksanakannya.

c. Melalui Pemahaman (Ilmu)

Pemahaman ini dilakukan dengan cara menginformasikan tentang

hakikat dan nilai-nilai yang terkandung di dalam obyek itu. Sebagai

contoh, taubat adalah obyek akhlaq, oleh karena taubat dengan segala

hakikat dan nilai-nilai kebaikannya harus diberikan kepada si penerima

pesan (anak didik, santri atau diri sendiri). Penerima pesan selalu diberi

Page 40: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

24

pemahaman tentang obyek itu, sehingga benar-benar memahami dan

meyakini bahwa obyek itu benar-benar berharga dan bernilai dalam

kehidupannya baik didunia maupun akhirat.

Proses pemahaman itu berupa pengetahuan dan informasi tentang

betapa pentingnya akhlaq mulia dan betapa besarnya kerusakan yang

akan timbul akibat akhlaq yang buruk. Pemahaman berfungsi

memberikan landasan logis teoritis mengapa seseorang harus berakhlaq

mulia dan harus menghindari akhlaq tercela. Dengan pemahaman

seseorang menjadi tahu, insaf dan terdorong untuk senantiasa berakhlak

mulia. Pemahaman dapat bersumber dari al-Qur’an, sunnah, maupun

pertanyaan-pertanyaan etis dari orang salih.

Proses pemahaman itu dilakukan oleh diri sendiri maupun orang

lain seperti kiai, guru, ustadz orang tua dan orang-orang yang merasa

bertanggung jawab untuk membentuk akhlak yang mulia. Bagi yang

sudah menyadari akan penyakit dan keburukan akhlaknya, tentu dapat

melakukan pemahaman secara mandiri dengan cara berfikir dan

bertadabbur, membaca dan memahami teks syar’iyyah maupun

mendengarkan melalui majlis-majlis mauidlah dan ta’lim. Namun bagi

yang belum mempunyai pemahaman tentu dibutuhkan pihak luar untuk

ikut memberikan pemahaman.

Proses pemahaman melalui orang lain dapat dilakukan melalui

proses pengajaran dengan berbagai metode seperti ceramah, cerita,

diskusi, nasihat, penugasan dan lain sebagainya.

Page 41: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

25

Ketiga proses di atas tidak dapat dipisah-pisahkan, karena proses

yang satu akan memperkuat proses yang lain. Pembentukan akhlaq

yang hanya menggunakan proses pemahaman tanpa pembiasaan dan

uswatun khasanah akan bersifat verbalistik dan teoritik. Proses

pembiasaan tanpa pemahaman hanya akan menjadikan manusia seperti

robot yakni berbuat tanpa memahami makna. Akhlak yang hanya

dihasilkan oleh proses seperti ini akan mudah roboh. Pembentukan

akhlak yang tidak didukung oleh teladan orang-orang terdekat akan

berjalan lambat.

3. Sumber-sumber Ajaran Akhlaq

Sumber ajaran akhlaq ialah Al Qur’an dan Hadist. Tingkah laku

Nabi Muhammad merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia

semua. Ini ditegaskan oleh Allah dalam Al Qur’an :

وذكر الآخر واليىم الله يرجى كاى لوي حسنة أسىة الله سىلر في لكن كاى لقد

كثيرا الله

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

(Q.S. Al Ahzab, 33:21).

Tentang akhlaq pribadi Rosullullah dijelaskan pula oleh A’isyah RA.

Berkata Sesungguhnya akhlaq Rosullullah meliputi perkataan dan tingkah

laku beliau, merupakan sumber akhlaq yang kedua setelah Al Qur’an.

Page 42: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

26

Segala ucapan dan perilaku beliau senantiasa mendapatkan bimbingan dari

Allah . Allah berfirman:

(٤( إى هى إلا وحي يىح )٣وها ينطق عي الهىي ) )

Terjemah: Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al Qur’an)

menurut keinginannya. Tidak lain (Al Qur’an itu) adalah wahyu yang

diwahyukan (kepadanya) (QS. An-Najm, 53:3-4).

Kehidupan ini sebahagian terbesar dilalui dengan meniru atau

mencontoh oleh manusia yang satu pada manusia yang lain. Sesuatu yang

dicontoh itu mungkin bersifat baik dan mungkin pula bernilai keburukan.

Bagi umat islam keteladanan yang paling baik dan utama, terdapat di

dalam diri dan pribadi Rasulullah Muhammad SAW.

4. Tujuan Pembinaan Akhlaq

Tujuan akhir sebuah ibadah adalah takwa. Bertakwa mengandung

arti melaksanakan segala perintah agama dan meninggalkan segala

larangan agama. Ini berarti menjauhi perbuatan perbuatan jahat dan

melakukan perbuatan perbuatan baik (akhlaqul karimah). Perintah Allah

ditujukan kepada perbuatan perbuatan baik dan larangan berbuat jahat

(Akhlaqul Mazmumah). Orang yang bertakwa berarti orang yang

berakhlaq mulia, berbuat baik dan berbudi luhur.

Akhlaq dalam islam jasmani dan rohani mereka. Kebebasan

manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, tanpa

mengorbankan kepentingan jasmani dan rohani mereka. Pentingnya

pendidikan akhlaq tidak terbatas pada perseorangan saja, tetapi penting

Page 43: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

27

untuk masyarakat, umat dan kemanusiaan seluruhnya. Atau dengan kata

lain akhlaq itu penting bagi perseorangan dan masyarakat sekaligus.

Sebagaimana perseorangan tidak sempurna kemanusiaannya tanpa akhlaq,

begitu juga masyarakat dalam segala tahapnya tidak baik keadaannya,

tidak lurus keadaannya tanpa akhlaq, dan hidup tidak akan bermakna tanpa

akhlk yang mulia. Jadi bisa dikatakan bahwa akhlaq mulia adalah dasar

pokok untuk menjaga bangsa bangsa, negara-negara, rakyat dan

masyarakat.

Oleh karena itu, timbulnya amal soleh yang berguna untuk kebaikan

umat dan masyarakat. Tidak akan ada suatu umat, negara ataupun rakyat

yang menyeleweng dari prinsip-prinsip akhlaq yang mulia atau mengarah

ke sifat foya-foya, pemubaziran, kerusakan dan kedhaliman, kecuali ia

akan dihancurkan oleh Allah oleh karena sifat-sifat tersebut.

Jadi bahaya keruntuhan akhlaq bagi umat dan masyarakat jauh lebih

besar dari pada yang dapat dihitung dirasakan dan diraba (Toumy,

1979:318).

5. Pembagian Akhlaq

Keadaan jiwa yang ada pada seseorang itu adakalanya melahirkan

perbuatan terpuji dan ada kalanya melahirkan perbuatan tercela. Oleh

karena itu akhlaq ditinjau dari sifatnya dibagi dua, yaitu:

a. Akhlaq Terpuji (mahmudah) atau kadang disebut dengan Akhlaq Mulia

(karimah).

Page 44: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

28

Akhlaq yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji

(mahmudah) juga bisa dinamakan fadhilah (kelebihan). Al-Ghazali

menggunakan perkataan munjiyat yang berarti segala sesuatu yang

memberikan kemenangan atau kejayaan. Akhlaq yang baik dilahirkan

oleh sifat-sifat yang baik (Yatimin, 2007:12).

b. Akhlaq Tercela (madzmumah) ialah perangai atau tingkah laku pada

tutur kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam

bentuk yang tidak menyenangkan orang lain. Akhlảqul madzmủmah

ialah perangai yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku, dan sikap

yang tidak baik.

Akhlaqul madzmumah menghasilkan pekerjaan buruk dan tingkah

laku yang tidak baik. Akhlaq tidak baik dapat dilihat dari tingkah laku

perbuatan yang tidak elok, tidk sopan dan gerak-gerik yang tidak

menyenangkan. Tiang utama dari akhlaq tidak baik adalah hawa nafsu.

(Rosidin, 2015: 35)

6. Pembentukan akhlak di pesantren

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan akhlak ada tiga aliran yang sudah amat populer. Pertama

aliran nativisme. Kedua, aliran Empirisme. Dan ketiga aliran

konvergensi.

Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh

terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari

Page 45: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

29

dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat akal, dan

lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau

kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendiri nya orang

tersebut menjadi baik.

Aliran ini tampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada

dalam diri manusia, dan hal ini kelihatannya terkait erat dengan

pendapat aliran intuisisme dalam penentuan baik dan buruk

sebagaimana telah diuraikan di atas. Aliran ini tampak kurang

menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan atau

pembentukan dan pendidikan. (Abuddin, 2004:165 )

Kemudian menurut aliran empirisme bahwa faktor yang sangat

berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari

luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang

diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan kepada anak

itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian juga sebaliknya. Aliran ini

tampak begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia

pendidikan dan pengajaran. Akan tetapi berbeda dengan pandangan

aliran konvergensi, aliran ini berpendapat pembentukan akhlak

dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor

dari luar yaitu pendidikan atau pembentukan dan pembinaan yang

dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.

Fitrah atau kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri

manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.

Page 46: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

30

Aliran yang ketiga ini tampak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini

dapat dipahami dari surat an Nahl ayat 78; Artinya: Dan Allah

mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui

sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,

agar kamu bersyukur (Q.S. An Nahl : 78). Ayat tersebut memberikan

petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu

penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus

disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.

Menurut Hamzah Ya’kub Faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya akhlak atau moral pada prinsipnya dipengaruhi dan

ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu

fitrah yang suci yang merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir

dan mengandung pengertian tentang kesucian anak yang lahir dari

pengaruh-pengaruh luarnya.

Setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki naluri

keagamaan yang nantinya akan mempengaruhi dirinya seperti unsur-

unsur yang ada dalam dirinya yang turut membentuk akhlak atau

moral, diantaranya adalah;

(a) Instink (naluri)

Instink adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang

kompleks tanpa latihan sebelumnya, terarah pada tujuan yang

Page 47: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

31

berarti bagi si subyek, tidak disadari dan berlangsung secara

mekanis. Ahli-ahli psikologi menerangkan berbagai naluri yang

ada pada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya,

diantaranya naluri makan, naluri berjodoh, naluri keibu bapakan,

naluri berjuang, naluri bertuhan dan sebagainya.

(b) Kebiasaan

Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak

adalah kebiasaan atau adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan

adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi

mudah dikerjakan.

Kebiasaan dipandang sebagai fitrah yang kedua setelah

nurani. Karena 99% perbuatan manusia terjadi karena kebiasaan.

Misalnya makan, minum, mandi, cara berpakaian itu merupakan

kebiasaan yang sering diulang-ulang

(c) Keturunan

Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan sifat-sifat

tertentu dari orang tua kepada keturunannya, maka disebut al

Waratsah atau warisan sifat-sifat. Warisan sifat orang tua

terhadap keturunanya, ada yang sifatnya langsung dan tidak

langsung. Artinya, langsung terhadap anaknya dan tidak

langsung terhadap anaknya, misalnya terhadap cucunya. Sebagai

contoh, ayahnya adalah seorang pahlawan, belum tentu anaknya

Page 48: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

32

seorang pemberani bagaikan pahlawan, bisa saja sifat itu turun

kepada cucunya.

(d) Keinginan atau kemauan keras

Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku

manusia adalah kemauan keras atau kehendak. Kehendak ini

adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu.

Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam. Itulah yang

menggerakkan manusia berbuat dengan sungguh-sungguh.

Seseorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi menuntut

ilmu di negeri yang jauh berkat kekuatan, azam (kemauan keras).

Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu yang

berat dan hebat memuat pandangan orang lain karena digerakkan

oleh kehendak. Dari kehendak itulah menjelma niat yang baik

dan yang buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku menjadi

baik dan buruk karenanya.

(e) Hati nurani

Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-

waktu memberikan peringatan (isyarat) apabila tingkah laku

manusia berada diambang bahaya dan keburukan. Kekuatan

tersebut adalah “suara batin” atau “suara hati” yang dalam

bahasa arab disebut dengan dhamir. Dalam bahasa Inggris

disebut “conscience”. Sedangkan “conscience” adalah sistem

Page 49: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

33

nilai moral seseorang, kesadaran akan benar dan salah dalam

tingkah laku.

Fungsi hati nurani adalah memperingati bahayanya

perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang

terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak

senang (menyesal), dan selain memberikan isyarat untuk

mencegah dari keburukan, juga memberikan kekuatan yang

mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang baik

(Imamuddin, 1989:106). Oleh karena itu, hati nurani termasuk

salah satu faktor yang ikut membentuk akhlak manusia.

2) Faktor ekstern

Adapun faktor ekstern adalah faktor yang diambil dari luar yang

mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi ;

(a) Lingkungan

Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan

seseorang atau suatu masyarakat adalah lingkungan (milleu).

Milleu adalah suatu yang melingkupi suatu tubuh yang hidup.30

Misalnya lingkungan alam mampu mematahkan/mematangkan

pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang; lingkungan

pergaulan mampu mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku.

(b) Pengaruh keluarga

Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelas

fungsi keluarga dalam pendidikan yaitu memberikan

Page 50: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

34

pengalaman kepada anak baik melalui penglihatan atau

pembinaan menuju terbentuknya tingkah laku yang diinginkan

oleh orang tua. Dengan demikian orang tua (keluarga)

merupakan pusat kehidupan rohani sebagai penyebab perkenalan

dengan alam luar tentang sikap, cara berbuat, serta pemikirannya

di hari kemudian. Dengan kata lain, keluarga yang melaksanakan

pendidikan akan memberikan pengaruh yang besardalam

pembentukan akhlak.

(c) Pengaruh sekolah

Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah

pendidikan keluarga dimana dapat mempengaruhi akhlak anak.

Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus sebagai berikut;

“Kewajiban sekolah adalah melaksanakan pendidikan yang

tidak dapat dilaksanakan di rumah tangga, pengalaman anakanak

dijadikan dasar pelajaran sekolah, kelakuan anak-anak yang

kurang diperbaiki, tabiat-tabiatnya yang salah dibetulkan,

perangai yang kasar diperhalus, tingkah laku yang tidak senonoh

diperbaiki dan begitulah seterunya. Di dalam sekolah

berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan

pendidikan. Pada umumnya yaitu pembentukan sikap-sikap dan

kebiasaan, dari kecakapan-kecakapan pada umumnya, belajar

bekerja sama dengan kawan sekelompok melaksanakan

tuntunan-tuntunan dan contoh yang baik, dan belajar menahan

diri dari kepentingan orang“(Ahmadi, 1991:269).

(d) Pendidikan masyarakat

Masyarakat dalam pengertian yang sederhana adalah

kumpulan individu dalam kelompok yang diikat oleh ketentuan

negara, kebudayaan, dan agama. Ahmad D. Marimba

mengatakan; “Corak dan ragam pendidikan yang dialami

Page 51: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

35

seseorang dalam masyarakat banyak sekali. Hal ini meliputi

segala bidang baik pembentukan kebiasaan. Kebiasaan

pengertian (pengetahuan), sikap dan minat maupun pembentukan

kesusilaan dan keagamaan”.

Dari paparan di atas maka jelas bahwa pembentukan akhlak

selain dari faktor intern juga dari faktor ekstern. Maka disinilah

peran pondok pesantren sangat penting. Dari berbagai kegiatan

dan kultur di dalam pondok pesantren maka terdapat beberapa

metode yang diterapkan di dalam pesantren serta peran Kiai di

pesantren.

b. Metode Pesantren dalam Membentuk Perilaku Santri

Apakah sebenarnya Perilaku? Perilaku merupakan seperangkat

perbuatan/tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap

sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang

diyakini. Perilaku manusia pada dasarnya terdiri dari komponen

pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor)

atau tindakan. Dalam konteks ini maka setiap perbuatan seseorang

dalam merespon sesuatu pastilah terkonseptualisasikan dari ketiga

ranah ini. Perbuatan seseorang atau respon seseorang terhadap rangsang

yang datang, didasari oleh seberapa jauh pengetahuannya terhadap

rangsang tersebut, bagaimana perasaan dan penerimaannya berupa

sikap terhadap obyek rangsang tersebut, dan seberapa besar

Page 52: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

36

keterampilannya dalam melaksanakan atau melakukan perbuatan yang

diharapkan.

Bagi pesantren setidaknya ada 6 metode yang diterapkan dalam

membentuk perilaku santri, yakni 1) Metode Keteladanan (Uswah

Hasanah); 2) Latihan dan Pembiasaan; 3) Mengambil Pelajaran

(ibrah); 4) Nasehat (mauidzah); 5) Kedisiplinan; 6) Pujian dan

Hukuman (targhib wa tahzib)

Terkait dengan kebiasan santri yang bersifat rutinitas menunjukkan

kecenderungan santri lebih mampu dan berani dalam mengambil dan

melaksanakan keputusan secara mandiri, misalnya pengelolaan

keuangan, perencanaan belanja, perencanaan aktivitas rutin, dan

sebagainya. Hal ini tidak lepas dari kehidupan mereka yang tidak

tinggal bersama orangtua mereka dan tuntutan pesantren yang

menginginkan santri-santri dapat hidup dengan berdikari. Santri dapat

melakukan sharing kehidupan dengan teman-teman santri lainnya yang

mayoritas seusia (sebaya) yang pada dasarnya memiliki kecenderungan

yang sama. Apabila kemandirian tingkah-laku dikaitkan dengan

rutinitas santri, maka kemungkinan santri memiliki tingkat kemandirian

yang tinggi.

c. Pengaruh Kiai terhadap santri

Sebelum menguraikan kedudukan (peran) kiai di pesantren,

terlebih dahulu penulis uraikan pengertian kiai. Kata "Kiai" berasal dari

bahasa jawa kuno "kiya-kiya" yang artinya orang yang dihormati.

Page 53: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

37

Sedangkan dalam pemakaiannya dipergunakan untuk: pertama, benda

atau hewan yang dikeramatkan, seperti kyai Plered (tombak), Kyai

Rebo dan Kyai Wage (gajah di kebun binatang Gembira loka

Yogyakarta), kedua orang tua pada umumnya, ketiga, orang yang

memiliki keahlian dalam Agama Islam, yang mengajar santri di

Pesantren. Sedangkan secara terminologis menurut Ziemnek pengertian

kiai adalah "pendiri dan pemimpin sebuah pesantren sebagi muslim

"terpelajar" telah membaktikan hidupnya "demi Allah" serta

menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran dan pandangan Islam

melalui kegiatan pendidikan Islam. Namun pada umumnya di

masyarakat kata "kyai" disejajarkan pengertiannya dengan ulama dalam

khazanah Islam[28].

Menurut Hartono karisma yang dimiliki kiai merupakan salah satu

kekuatan yang dapat menciptakan pengaruh dalam masyarakat. Ada dua

dimensi yang perlu diperhatikan. Pertama, karisma yang diperoleh oleh

seseorang (kiai) secara given, seperti tubuh besar, suara yang keras dan

mata yang tajam serta adanya ikatan genealogis dengan kiai karismatik

sebelumnya. Kedua, karisma yang diperoleh melalui kemampuan dalam

pengausaan terhadap pengetahuan keagamaan disertai moralitas dan

kepribadian yang saleh, dan kesetiaan menyantuni masyarakat.

(http://www.brunet.bn/news/pelita/25jan/ teropong.htm Sabtu, 6

Agustus 2016, 07.53. PM )

Page 54: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

38

Kiai dan pesantren merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan alternatif sebagian telah

melakukan penyesuaian dan standarisasi pendidikannya dengan

pendidikan umum, misalnya SMP, SMU, SMK, dan universitas.

Dengan kata lain, sebagian pesantren ada yang telah melakukan

perubahan model, yaitu dari model salafi menjadi khalafi, Perubahan itu

diharapkan dunia pesantren tetap diminati masyarakat. Oleh karena itu,

perubahan-perubahan substansial harus dilakukan untuk

mengakomodasi sebagian dari tuntutan jaman.

Dengan perubahan itu diharapkan santri mampu memahami ilmu-

ilmu umum sekaligus agama secara berimbang. Semboyan salah

seorang pengasuh Pesantren Darul Ulum, Musta’in Romli (1930-1985),

yaitu santri harus “berotak London dan berhati Masjidil Haram”

merupakan gagasan yang menarik. “Berotak London” menggambarkan

keluasan penguasaan ilmu pengetahuan, dan “Berhati Masjidil Haram”

menggambarkan kedalaman pemahaman dan pengamalan keagamaan

santri. Semua itu akan menggambarkan keseimbangan antara kekuatan

pikir dan dzikir dalam diri santri. Santri yang kelak mampu

berpartisipasi dalam kemajuan jaman dengan tetap selalu dekat dengan

Allah.

Orangtua memasukkan anaknya ke pondok pesantren biasanya

disertai dengan harapan agar si anak mempunyai ilmu agama yang

bagus, berakhlak mulia dan memahami hukum-hukum Islam. Selama

Page 55: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

39

ini tidak ada kekhawatiran bahwa dengan menuntut ilmu di pesantren

akan menjauhkan kasih-sayang orangtua terhadap anak. Anak yang

tinggal di pondok pesantren dalam waktu cukup lama tetap bisa

beridentifikasi kepada kedua orangtuanya. Dengan menjalin

komunikasi secara intens dan teratur diharapkan anak tidak akan

kehilangan figur orangtua.

Seperti kita ketahui bahwa sumber identifikasi seorang anak tidak

hanya kedua orangtuanya, tetapi bisa juga kepada figur-figur tertentu

yang dianggap dekat dan memiliki pengaruh besar bagi anak.

Keberadaan Kiai, pembimbing, ustad maupun teman sebaya juga bisa

mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.

Kelebihan inilah yang dimiliki pesantren sebagai lembaga

pendidikan. Dengan segala keterbatasannya pesantren mampu

menampilkan diri sebagai lembaga pembelajaran yang berlangsung

terus-menerus hampir 24 jam sehari. Aktivitas dan interaksi

pembelajaran berlangsung secara terpadu yang memadukan antara

suasana keguruan dan kekeluargaan. Kiai sebagai figur sentral di

pesantren dapat memainkan peran yang sangat penting dan strategis

yang menentukan perkembangan santri dan pesantrennya. Kepribadian

Kiai yang kuat, kedalaman pemahaman dan pengalaman keagamaan

yang mendalam menjadi jaminan seseorang dalam menentukan

pesantren pilihannya.

Page 56: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

40

Berdasarkan pertimbangan di atas, santri mengidentifikasi Kiai

sebagai figur yang penuh kharisma dan wakil atau pengganti orang-tua

(inloco parentis). Kiai adalah model (uswah) dari sikap dan tingkah-

laku santri. Proses sosialisasi dan interaksi yang berlangsung di

pesantren memungkinkan santri melakukan imitasi terhadap sikap dan

tingkah-laku Kiai. Santri juga dapat mengidentifikasi Kiai sebagai figur

ideal sebagai penyambung silsilah keilmuan para ulama pewaris ilmu

masa kejayaan Islam di masa lalu.

Kiai atau Ustad di pesantren bisa menempatkan diri dalam dua

karakter, yaitu sebagai model dan sebagai terapis. Sebagai model, Kiai

atau Ustad adalah panutan dalam setiap tingkah-laku dan tindak-

tanduknya. Bagi anak usia 7-12 tahun hal ini mutlak dibutuhkan karena

Kiai atau Ustad adalah pengganti orangtua yang tinggal di tempat yang

berbeda. Dalam pesantren dengan jumlah santri yang banyak diperlukan

jumlah Ustad yang bisa mengimbangi banyaknya santri sehingga setiap

santri akan mendapatkan perhatian penuh dari seorang Ustad. Jika rasio

keberadaan santri dan ustad tidak seimbang, maka dikhawatirkan ada

santri-santri yang lolos dari pengawasan dan mengambil orang yang

tidak tepat sebagai model.

Sebagai terapis, Kiai dan Ustad memiliki pengaruh terhadap

kepribadian dan tingkah-laku sosial santri. Semakin intensif seorang

ustad terlibat dengan santrinya semakin besar pengaruh yang bisa

diberikan. Ustad bisa menjadi agen kekuatan dalam mengubah perilaku

Page 57: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

41

dari yang tidak diinginkan menjadi perilaku tertentu yang diinginkan.

Akan sangat bagus jika anak dapat belajar dari sumber yang bervariasi,

dibandingkan hanya belajar dari sumber tunggal.

d. Peran pesantren dalam pembentukan akhlaq

Masing-masing pondok pesantren memiliki tujuan pendidikan yang

berbeda, sering kali sesuai dengan falsafah dan karakter pendirinya.

Sekalipun begitu setiap pondok pesantren mengemban misi yang sama

yakni dalam rangka mengembangkan dakwah Islam, selain itu di

karenakan pondok pesantren berada dalam lingkungan Indonesia, setiap

pondok pesantren juga berkewajiban untuk mengembangkan cita-cita

dan tujuan kehidupan berbangsa sebagaimana tertuang dalam falsafah

negara; Pancasila dan UUD 1945. Menurut Manfred Ziemek yang

dikutib oleh Mujamil Qamar dalam bukunya pesantren dari trasformasi

metodologi menuju demokratisasi institusi tujuan pesantren adalah

membentuk kepribadian memantapkan akhlak dan melengkapinya

dengan pengetahuan.(Mujamil Qomar:2002:4)

Kultur pondok pesantren banyak memberi warna dan

menginspirasi para santri untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh

dalam kehidupan sehari-hari, baik dimasa sekarang maupun masa yang

akan datang.

Kultur pesantren yang khas dan suri tauladan dari kiai serta

ustadz di pesantren banyak menginspirasi para santri. Hal ini

menunjukkan betapa pentingnya kultur pendidikan pondok pesantren

Page 58: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

42

menjadikan kebiasaan yang positif yang sesuai dengan tujuan

pendidikan yaitu menciptakan individu yang berakhlakul karimah, baik

akhlak kepada Allah, sesama manusia maupun lingkungannya.

B. PESANTREN

1. Pengertian Pesantren

Pesantren menurut John berasal dari bahasa Tamil, -santri yang

berarti guru mengaji. Berg juga berpendapat bahwa istilah santri berasal

dari kata shastri (bahasa India) yang berarti orang yang tahu buku-

buku suci agama Hindu atau sarjanan ahli kitab suci agama Hindu. Kata

shastri berasal dri kata shastra, yang berarti buku-buku suci, buku-buku

agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. (Muliawan,

2005:155)

Berdasarkan konsep tersebut dapatlah dipahami bahwa pesantren

berasal dari India dan dipergunakan secara umum untuk pendidikan dan

pengajaran agama hindu di Jawa, sistem tersebut kemudian diambil alih

oleh Islam. Sekarang pesantren dimaknai sebagai sarana dan tempat

murid-murid mengaji, khususnya dengan tujuan meningkatkan

kekuatan keagamaan (religous power) Islam.

“Pesantren” yaitu suatu lembaga pendidikan islam, yang di

dalamnya terdapat seorang Kiai (pendidik) yang mengajar dan

mendidik para santri (anak didik) dengan sarana masjid yang digunakan

Page 59: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

43

untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung adanya

pondok sebagai tempat tinggal para santri (Muhaimin, 1993:299)

Sebagai suatu lembaga pendidikan jelas sekali bahwa pesantren

adalah lembaga pendidikan islam yang berada di luar sistem

persekolahan (pendidikan di luar sekolah). Pesantren tidak terikat oleh

sistem kurikulum, perjenjangan, kelas-kelas atau jadwal pembelajaran

terencana secara ketat. Pesantren merupakan suatu sistem pendidikan di

luar sekolah yang berkembang di dalam masyarakat. Oleh sebab itu,

dalam beberapa hal lembaga ini bersifat merakyat.

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang

unik dan memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang membedakan

lembaga pendidikan ini dengan lembaga pendidikan lain.

2. Ciri-ciri Khusus dan Karakteristik Khusus Pesantren

a. Pondok

Pondok berasal dari kata Funduk yang berarti hotel atau

asrama. Pondok berfungsi sebagai asrama bagi santri. Pondok

merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan sistem

pendidikan tradisional dimasjid-masjid yang berkembang

dikebanyakan wilayah Islam negara-negara lain.

b. Masjid

Suatu pesantren mutlak mesti memiliki masjid, sebab disitulah

pada mulanya dilakanakan proses belajar-mengajar, komunikasi

antara kiai dan santri. Masjid merupakan elemen yang tak dapat

Page 60: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

44

dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang

paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik

sembahyang jum’at, dan pengajaran kitab-kitab klasik. Masjid

merupakan manifestasi uniersalisme dari sistem pendidikan islam.

c. Santri

Santri dalam penggunaannya di lingkungan pesantren seorang

alim (berilmu) yang hanya dapat disebut kiai bilamana memiliki

pesantren dan santri yang tinggal dalam suatu pesantren. Santri

terdiri dari dua kelompok:

1) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh

dan menetap dalam pondok pesantren.

2) Santri kalong, murid-murid yang berasal dari desa-desa

disekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam

pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka

bolak-balik (glajo) dari rumahnya sendiri.

d. Kiai

Menurut asal usulnya, kata kiai dalam bahasa jawa dipakai

untuk tiga jenis gelar kehormatan yang saling berbeda. Pertama, kiai

sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap

keramat; umpamanya, “Kiai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan

kereta emas yang ada dileraton Yogyakarta. Kedua, kiai sebagai

gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. Ketiga, kiai

sebagai gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agam

Page 61: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

45

islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan

mengajarkan kitab-kitab klasik Islam kepada para santrinya

(Muliawan, 2005:155).

Sedangkan, penggunaan istilah kiai di sini merujuk pada orang

yang memimpin sebuah pesantren.

3. Kultur Pesantren

a. Pengertian Kultur

Beragam definisi dikemukakan oleh para ahli dalam memberikan

batasan tentang “pengertian budaya atau sering disebut kultur”. Tilman

(2002:4) mendefinisikan budaya sebagai: a group’s individual and

collection ways of thinking, beliving, and knowing, which includes their

shared experience, consciousness, skills, values, forms of expression,

social institutions and behaviours (Furkan, 2013:23). Definisi ini

menjelaskan bahwa budaya adalah cara berpikir, kepercayaan, dan

pengetahuan bersama individu dan kelompok yang terdiri dari

pengalaman, kesadaran, keterampilan, nilai, bentuk ekspresi, institusi

sosial dan perilaku bersama.

Young Pai (1990:21) mengatakan:

“Culture is most commonly viewed as that pattern of knowledge,

skill, behaviour, attitude and beliefs, as well as material artifact

produced by ahuman society and transmitted from one generation to

another. Culture is the whole of humanity’s intelectual, social,

technological, political, economic, moral, religious, and aesthetic

accomplishment (Furkan, 2013:24)”.

Definisi ini menjelaskan bahwa kebudayaan biasanya dipandang

sebagai pola pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap, dan

Page 62: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

46

keyakinan, maupun material artefak yang dihasilkan oleh suatu

masyarakat dan dialihkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Kebudayaan adalah keseluruhan capaian intelektual, sosial, teknologi,

politik, ekonomi, moral, agama dan kecakapan estetis umat manusia.

Dari definisi budaya atau kultu yang dikemukakan di atas, dapat

diidentifikasi beberapa unsur yang terdapat dalam istilah budaya, di

antaranya: 1) sebagai pola pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap,

dan keyakinan, serta artefak material yang dihasilkan oleh masyarakat

manusia; 2) budaya ditransfer (diwariskan) generasi ke generasi lain; 3)

budaya sebagai keseluruhan pencapaian kemanusiaan, intelektual,

sosial, teknologi, politik, ekonomi, moral, keagamaan, dan keindahan.

Budaya merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh

suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berpikir, perilaku,

sikap, nilai dan hasilnya yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun

abstrak. Kultur juga dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai,

sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan

lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang persoalan dan

memecahkannya. Oleh karena itu , suatu kultur secara alami akan

diwariskan oleh generasi kepada generasi berikutnya. Sekolah, di

samping keluarga, merupakan lembaga utama yang didesain untuk

memperlancar proses transmisi kultural antara generasi tersebut.

Williams dalam Barker, C. 2005:55 berpendapat bahwa makna

kebudayaan harus dipelajari dalam konteks kondisi-kondisi

Page 63: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

47

produksinya, sehingga membentuk gambaran kita tentang kebudayaan

sebagai suatu keseluruhan cara hidup (Furkan, 2013:27).

Dengan demikian, budaya adalah keseluruhan sistem berpikir,

nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang merupakan hasil dari

interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya termasuk

hasil karya fisik seperti benda-benda yang digunakan dalam kehidupan

manusia dan memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari.

Gibson (1996:76) mengartikan kultur sebagai berikut:

“Kultur mengandung pola eksplisit maupun implisit dari dan

untuk perilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan dalam simbol,

menunjukkan hasil kelompok manusia secara berbeda, termasuk benda-

benda hasil ciptaan manusia. Inti utama dari kultur terdiri dari ide

tradisional (turun-temurun dan terseleksi) dan terutama pada nilai yang

menyejarah (historisitas) (Komariah, 2005:96)”.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:149) mendefinisikan

budaya dalam dua pandangan, yaitu pertama, hasil kegiatan dan

penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan

adat istiadat; kedua, menggunakan pendekatan antropologi yaitu

keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang

menjadi pedoman tingkah lakunya. Senada dengan definisi tersebut

adalah pendapat Farid dan Philip (1987), yang menyatakan bahwa

Page 64: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

48

budaya sebagai norma dan perilaku-perilaku yang disepakati oleh

sekelompok orang untuk bertahan hidup dan berada bersama.

Gibson (1996:76) mengidentifikasi bahwa para ahli yang telah

mendefinisikan kultur sebelumnya sepakat menyimpulkan bahwa kultur

memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Mempelajari, kultur diperlukan dan diwujudkan dalam belajar,

observasi, dan pengalaman.

2) Saling berbagi, individu dalam kelompok, keluarga, dan masyarakat

saling berbagi kultur.

3) Transgenerasi, merupakan kumulasi dan melampaui generasi satu ke

generasi lain.

4) Persepsi pengaruh, membentuk perilaku dan struktur bagaimana

seorang menilai dunia.

5) Adaptasi, kultur didasarkan pada kapasitas seseorang berubah atau

beradaptasi.

Orientasi kultural dari suatu masyarakat mencerminkan interaksi

dari lima karakteristik tersebut.

Kesimpulannya adalah bahwa budaya merupakan pandangan

hidup (way of life) yang dapat berupa nilai-nilai, norma, kebiasaan,

hasil karya, pengalaman, dan tradisi yang mengakar di suatu

masyarakat dan memengaruhi sikap dan perilaku setiap

orang/masyarakat tersebut.

Page 65: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

49

b. Budaya sekolah

Definisi budaya sekolah bisa berbeda-beda antara sekolah yang

satu dengan sekolah yang lain, namun substansi dari budaya sekolah

bisa diasumsikan sama. Seperti dikatakan Deal, Terrence E & Kent

D. Petersen (1992:2) bahwa:

“School have a culture that is definitely their own. There are,

in the school, complex ritual of personal relationship, a set of

folkways, mores, and irrational sanctions, a moral code based

upon them”.

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa konsep budaya

yang dimiliki masing-masing sekolah berbeda dan bukan sesuatu hal

yang baru, sekolah memiliki suatu budaya menurut definisi budaya

mereka sendiri.

Hakiki Mahfuzh (2010:1) berpendapat bahwa budaya sekolah

merupakan organisasi dalam konteks persekolahan. Budaya sekolah

sebagai kualitas kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang

berdasarkan spirit dan nilai yang dianut sekolah, yakni dalam bentuk

bagaimana warga sekolah seperti komite sekolah, yayasan (untuk

swasta), kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa bekerja, belajar,

dan berhubungan satu sama lain. Kultur sekolah merupakan faktor

yang esensial dalam membentuk siswa menjadi manusia yang

optimis, berani tampil, berperilaku kooperatif serta memiliki

kecakapan personal dan akademik (Furkan, 2013:28).

Pengertian budaya sekolah yang dipaparkan ahli tersebut diatas

berbeda-beda tergantung cara pandang mereka, namun substansi

Page 66: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

50

dalam budaya sekolah terdapat nilai-nilai, keyakinan yang menjadi

spirit dan pedoman bagi sekolah untuk melakukan kegiatan

pendidikannya dan menjadi identitas sekolah tersebut.

Jadi, budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah yang

didasari oleh nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, adat istiadat,

kebiasaan-kebiasaan, norma-norma yang berlaku dan digunakan

sebagai spirit dalam berperilaku, berinteraksi yang ditampakkanoleh

warga sekolah secara konsisten dalam kehidupan baik disekolah

maupun di luar lingkungan sekolah untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan-persoalan kehidupan sehari-hari serta

mengambil keputusan yang tepat.

Budaya sekolah sangat penting dalam membentuk karakter

peserta didik, sebab ia menjadi nilai dan norma dalam kegiatan dan

aktifitas peserta didik. Dengan demikian peserta didik maupun warga

sekolah lainnya memiliki motivasi untuk belajar, bekerja sama dan

meningkatkan sikap yang baik dalam berinteraksi antara warga

sekolah.

1) Unsur-unsur budaya sekolah

Djemari Mardapi (2004:7) membagi unsur-unsur budaya

sekolah ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan

sebagai berikut:

a) Budaya sekolah yang positif

Page 67: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

51

Budaya sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang

mendukung peningkatan kualitas pendidikan, misalnya

kerjasama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap

prestasi, dan komitmen terhadap belajar.

b) Budaya sekolah yang negatif

Budaya sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra

terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten

terhadap perubahan , misalnya siswa takut salah, siswa takut

bertanya, dan siswa jarang melakukan kerjasama dalam

memecahkan masalah.

c) Budaya sekolah yang netral

Budaya sekolah netral yaitu budaya yang tidak berfokus pada

satu sisi namun dapat memberikan kontribusi positif terhadap

perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa

berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam siswa

dan lain-lain (Furkon, 2013:31).

Hedley Beare dalam Hakiki Mahfuzh (2010)

mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua kategori,

yaitu unsur kasat mata dan unsur tidak kasat mata. Unsur kasat

mata mempunyai makna kalau berkaitan atau mencerminkan apa

yang tidak kasat mata. Yang tidak kasat mata adalah filsafat atau

pandangan dasar sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna

hidup atau yang dianggap penting dan harus diperjuangkan oleh

Page 68: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

52

sekolah. Halm itu harus dinyatakan secara konseptual dalam

rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang lebih konkret yang

akan dicapai oleh sekolah. Adapun unsur yang kasat mata dapat

termanifestasi secara konseptual meliputi: (1) visi, misi, tujuan dan

sasaran; (2) kurikulum; (3) bahasa komunikasi; (4) narasi sekolah;

(5) narasi tokoh-tokoh; (6) struktur organisasi; (7) ritual atau

upacara; (8) prosedur belajar mengajar; (9) peraturan sistem

ganjaran/hukuman; (10) layanan psikologi sosial; (11) pola

interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat. Unsur yang

materil dapat berupa: fasilitas dan peralatan, artefak dan tanda

kenangan serta pakaian seragam (Furkon, 2013:32).

Herminarto(2005:12) mengidentifikasi budaya sekolah

sebagai berikut:

(1) Artefak. Artefak memiliki dua jenis yaitu (a) artefak yang

dapat diamati seperti: arsitektur, tata ruang, eksterior dan

interior, kebiasaan dan rutinitas, peraturan-peraturan, ritus-

ritus, simbol, logo, slogan bendera, gambar-gambar, tanda-

tanda, sopan santun, cara berpakaian; (b) artefak yang tidak

dapat diamati berupa norma-norma atau cara-caratradisional

berprilaku yang telah lama dimiliki kelompok.

(2) Nilai-nilai keyakinan. Nilai dan keyakinan yang ada disekolah

dan menjadi ciri utama sekolah misalnya; (a) ungkapan rajin

Page 69: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

53

pangkal pandai, (b) air beriak tanda tak dalam, dan berbagai

penggambaran nilai dan keyakinan lain (Furkon, 2013:32).

Dalam Depdiknas (2003:1) menyatakan bahwa: Elemen

penting budaya sekolah adalah norma, keyakinan, tradisi, upacara

keagamaan, seremoni, dan mitos yang diterjemahkan oleh

sekelompok orang tertentu. Hal ini dapat diliah dari kebiasaan-

kebiasaan atau perbuatan yang dilakukan warga sekolah secara

terus menerus. Budaya sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua

yaitu: (1) budaya yang dapat diamati, berupa konseptual yaitu

struktur organisasi, kurikulum, behavior (perilaku) yaitu kegiatan

belajar mengajar, upacara, prosedur, peraturan dan tata tgertib;

material yaitu fasilitas dan perlengkapan; (2) budaya yang tidak

dapat diamati berupa filosofis, yaitu visi misi serta nilai-nilai: yaitu

kualitas keefektivitas, keadilan, pemberdayaan dan kedisiplinan

(Furkon, 2013:34).

2) Faktor yang mempengaruhi pengembangan budaya sekolah

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan budaya

sekolah merupakan faktor yang dapat mendukung dan

menghambat pelaksanaan pengembangan budaya sekolah di

satuan pendidikan. Faktor-faktor tersebut yakni faktor internal

dan faktor eksternal.

Page 70: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

54

a) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi

pengembangan budaya sekolah yang berasal dari lingkungan

sekolah diantaranya (a) kepala sekolah, (b) guru, (c) tenaga

kependidikan, (d) peserta didik, (e) visi sekolah, (f) program

sekolah, (g) peraturan sekolah, dan (h) sarana prasarana

pendidikan.

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi

budaya sekolah di luar lingkungan sekolah. Faktor eksternal

yang dimaksud dalam tulisan ini antara lain: (a) masyarakat,

(b) komite sekolah; (c) orang tua dan keluarga; (d) dinas

pendidikan setempat; (e) letak geografis sekolah.

c. Kultur pesantren

Kamus Sosiologi Modern menyatakan bahwa kultur adalah

totalitas dalam sebuah organisasi, way of life termasuk nilai-nilai, norma-

norma dan karya-karya yang diwariskan antar generasi. Kultur merupakan

kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh individu dan kelompok yang

dapat ditunjukkan oleh perilaku organisasi yang bersangkutan (Rika,

2008:55).

Secara sederhana, Deal (1985: 605) mendefinisikan kultur sekolah

sebagai satuan pendidikan dengan “cara kita berbuat di sini.‟ Jika

ditransformasi ke pesantren, maka definisi ini dapat kita kemukakan

Page 71: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

55

menjadi, cara kita berprilaku di dalam atau sekitar pesantren (Sulton dan

Khusnurdilo, 2005:26).

Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif seseorang

berasal dari hubungan sosial dan kultur. Baik itu kultur individual maupun

hubungan pendidikan dengan perkembangan berperan penting dalam

perkembangan kognitif karena memberi dasar untuk menyimpulkan

asumsi dasar tentang pembelajaran. Menurut Vygotsky, kultur bukan

hanya memberi latar untuk pengembangan kognitif individual. Kultur juga

memberi simbol-simbol kultural (perangkat psikologis) dan anak belajar

berpikir dengan bentuk penalaran ini (Zuhrati 10069.Blogspot.com).

Menurut Antropolog Clifford Geertz, salah satu ilmuwan yang

memberikan sumbangan penting dalam mendeskripsikan tentang

pengertian kultur pesantren mengemukakan bahwa:

“Kultur pesantren dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai,

ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam

perjalanan panjang pesantren. Atau suatu perilaku, nilai- nilai,

sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan

lingkungan dan sekaligus cara untuk memandang persoalan dan

memecahkannya (Zamroni, 2000:149)”.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam, memiliki budaya

tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi,

kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-

orang yang berada didalamnya.

McBrien dan R.S Brandt (1997:89) mendefinisikan budaya sekolah

sebagai berikut:

Page 72: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

56

“Definition of scholl Culture: the sum of the values, culture, safety

practices, and organizational structure within a school that cause it to

fucntion and reach in particular ways”.

Budaya sekolah atau School Culture didefinisikan Stop dan Smith

(1994:232) sebagai berikut:

School culture can be defined as the historically transmitted

patterns of meaning that include the norms, values, beliefs, ceremonies,

ruituals, tradition, and myths unstood, maybe in varying degress, by

members of the school community. This system of meaning often shapes

what people think and how they act (Komariah, 2005:102).

Berdasarkan kajian tersebut, penulis mengartikan budaya sekolah

sebagai karakteristik khas sekolahyang dapat diidentifikasi melalui nilai

yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang

ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personel

sekolah yang membentukn satu kesatuan khusus dari sistem sekolah.

Beberapa manifestasi budaya dapat diidentifikasi dari cara-cara

para anggota organisasi berkomunikasi, bergaul, dan menempatkan diri

dalam perannya sebagai tuan rumah, atau dapat ditangkap dari cara-cara

bersikap, kebiasaan anggota organisasi dalam melakukan keseharian

operasionalisasi yang dapat berbentuk upacara, ritual, ataupun seragam

yang dikenakan. Tabel berikut menjelaskan manifestasi budaya.

Page 73: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

57

Tabel 2

Manifestasi Budaya

Manifestasi Deskripsi

Story Cerita yang didasarkan atas kejadian sebenarnya tetapi

sering pula merupakan campuran kebenaran dan

khayalan.

Folkate Cerita yang sepenuhnya khayalan.

Simbol Setiap objek, tindakan, kejadian kualitas, dan hubungan

yang memberikan sarana bagi penyampaian makna.

Gesture Gerak bagian tubuh yang digunakan untuk

mengekspresikan makna/maksud.

Artifact Objek material (benda) yang dibuat oleh orang untuk

memfasilitasi pengekspresian budaya.

Sumber: Diadaptasi dari Trice & Beyer, 1984 (dalam Hodge and Anthony,1988,

Organizational Theory, 3th ed.) Massachuesetts: Allyn & Bacon, INC.

Sergiovani (1987) mengutip pendapat Lundberg (1985) yang

menyebutkan bahwa BO muncul dalam empat tingkatan, yaitu 1) Artifact;

2) Perspectives; 3) Values; 4) Assumption. Berdasarkan kenyataan

tersebut maka untuk mendeskripsikan budaya suatu organisasi, pertama

kali yang harus dilakukan adalah mengamati perwujudan budaya tersebut,

baru kemudian menangkap maknanya.

Dari uraian di atas akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa

kultur pesantren itu mengandung nilai-nilai, perilaku, pembiasaan, yang

Page 74: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

58

dengan sengaja dibentuk atau diciptakan oleh pengasuh pesantren dalam

pembinaan dan pendidikan pesantren untuk mencapai tujuan yang

diinginkan oleh lembaga pendidikan dalam pesantren tersebut.

Selain dari beberapa unsur tersebut, pesantren juga memiliki ciri

khas yang unik lainnya, yaitu metode pengajaran kitab dengan cara

wetonan atau bandongan, sorogan, dan hafalan.

1) Metode pengajaran kitab

Wetonan atau bandongan adalah metode pengajaran dengan cara

santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai. Kiai

membacakan kitab yang dipelajari saat itu, santri menyimak kitab masing-

masing dan membuat catatan.

Sedangkan sorogan adalah metode pengajaran dengan cara santri

menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan

dipelajari. Metode ini adalah metode yang paling sulit dari keseluruhan

sistem pendidikan di pesantren. Sebab sistem ini menuntut kesabaran,

kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari murid.

Metode hafalan adalah metode yang paling umum dalam

pesantren, terutama untuk hafalan Al-Qur’an dan hadis. Jumlah kuantitas

hafalan surat atau ayat menjadi penentu tingkat keilmuan santri

(Muliawan, 2005:156).

2) Kegiatan pondok pesantren

Kegiatan-kegiatan dalam pondok pesantren adalah mencakup “ Tri

Dharma Pondok Pesantren “ yaitu:

Page 75: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

59

1) Keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT

2) Pengembangan ilmu yang bermanfaat

3) Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara.

Unsur-unsur dan kegiatan pondok pesantren itu dengan istilah

elemen pesantren yang meliputi: pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab

islam klasik, santri dan kiai.

Kultur merupakan jiwa (spirit) sebuah pesantren yang memberi

makna terhadap setiap kegiatan di pesantren, dan menjadi jembatan antara

aktifitas dan hasilnya. Kultur merupakan sintesa antara etika dan

rasionalitas, sebuah keadaan yang mengantarkan kita, minimal secara

konseptual, melebihi batas-batas manusiawi menuju tingkatan kreatifitas,

seni dan intelek yang tinggi. Kultur juga merupakan kendaraan (vehicle)

untuk mentransmisikan nilai-nilai pendidikan (Cavabagh dan Dellar,

1998).

Jika kultur sebuah pesantren lemah, maka tidak tercipta situasi

kondusif bagi perkembangan pesantren. sebaliknya jika kulturnya kuat

maka akan menjadi fasilitator penting bagi pengembangan sekolah.

Karena restruktur secara hirarkis saja tidak cukup memberikan pengaruh

signifikan terhadap pengembangan pesantren. Sebagaimana kompleksnya

dunia pendidikan, sebuah usaha reformasi pendidikan menghendaki

pendekatan multispektif, termasuk perspektif budaya atau kultur.

Secara sosiologis kultur mengacu kepada kebiasaan atau praktek-

praktek, karakter-karakter yang merefleksikan kesepakatan-kesepakatan

Page 76: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

60

makna, kognisi, symbol, atau pengalaman sebuah kelompok masyarakat.ia

menyangkut cara seseorang berperilaku, memberi reaksi atau menyikapi

sesuatu. Dalam kata-kata yang sederhana kultur merupakan “cara kita

melakukan sesuatu di sini” (the way we do thinks around here). Secara

estetika, kultur berhubungan dengan suatu usaha tanpa henti untuk

mencapai sesuatu yang ideal tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia,

melihat kultur sebagai pencarian terhadap kesempurnaan dengan maksud

mengetahui apa yang menjadi kepentingan orang banyak.

Dari kedua definisi di atasmengandung maknasebuah proses yang

terus menerus tanpa akhir. Dengan demikian, jika kultur

merepresentasikan idealitas manusia, maka ia merupakan sesuatu yang

dinamis, makhluk progresif, sebuah potensi yang dapat membawa kepada

proses belajar yang tak pernah berakhir, “long life education”.

Page 77: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

61

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. PAPARAN DATA

1. Letak Strategis Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan terletak di Jalan Imam Bonjol,

Pulutan Lor, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga Kode Pos 50773. Dari pusat

kegiatan kota Salatiga, Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan berjarak± 2

km. Rute yang biasa ditempuh untuk sampai di lokasi Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan adalah melalui Jetis ke arah barat (arah Ambarawa)

sejauh 2 km (lihat lampiran rute Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Lamp. 1).

Sedangkan lokasi Pondok Pesantren Salafiyah Pulutanyang tenang,

terletak dipinggir kampung Pulutan Utara, memungkinkan para santri yang

mukim disana terdorong untuk betah belajar dan mengaji disana. Santri

yang datang bermukim dan mengaji disana datang dari sekitar Salatiga,

Batang, Semarang, Pati, Purwodadi, Boyolali, Solo, Sumatra, Kalimantan

dll.

Santri-santri yang mukim dan belajar ngaji di Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan, pada tahun 1970-an dan tahun-tahun sebelumnya

adalah sebagai santri ngaji, artinya menjadi santri adalah satu-satunya

aktifitas keseharian yang mereka tekuni. Tetapi pada masa-masa tahun

1975-an dan tahun-tahun sesudahnya Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan dihuni sebagian besar santri sekolah, para santri belajar di

Page 78: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

62

pondok Pesantren Salafiyah dan memiliki kewajiban sekolah. Hal ini

merupakan gejala umum yang dialami oleh pondok-pondok pesantren

masa sekarang. Maka ada satuhal yang perlu disimpulakan bahwa

keadaan tersebut merupakan perkembangan baik pada lembaga

pendidikan pondok pesantren, karena dinilai masyarakat dan generasi

muda ternyata masih memiliki rasa antusias untuk belajar dan mengaji di

pondok pesantren.

2. Profil Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga merupakan sebuah

institusi pendidikan keagamaan, yang juga berusaha membekali santri-

santrinya dengan keterampilan-keterampilan. Sehingga Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan Salatiga terdapat struktur kepengurusan guna

peningkatan sumber daya santrinya. Adapun secara statistik profil

pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga adalah sebagai berikut:

a. Nama : Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatig

b. Alamat : Jl. Imam Bonjol, Pulutan Lor, Sidorejo, Salatiga

c. Telepon : 08179512623

d. Pengasuh : Drs. KH. Abdul Basith, M.Pd.I

e. Tahun berdiri : 1770 M/1192 H

f. Status tanah : Waqaf

Page 79: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

63

SUSUNAN PENGURUS ORGANISASI SANTRI

PONDOK PESANTREN SALAFIYAH PULUTAN SALATIGA

BADAN PEMBINA

Pengasuh : Drs. KH. Abdul Basith, M.Pd.I

Penasehat : KH. Shonwasi Ridwan

BADAN PENGURUS HARIAN

Ketua :

1. Sholihul Hadi

2. Annilta Manzilah Adlimah

Sekretaris :

1. Abdul Rosid

2. Risa Suryani

Bendahara :

1. Wawan Kurniawan

2. Nuril Mimin Jannah

Tarbiyah :

1. Wahyu Najib Fikri

2. Titik Isniatus Solikhah

Bahasa :

1. Ihda Muflih Saifullah

2. Roisa Indriani

Keamanan :

1. Arif Ridho

2. Risma Zuliana Dewi

Humas :

1. Bangki Putra Dewandaru

2. Khuzaimah

Kebersihan :

1. Panji Asoka Rahmat Wiguna

2. Retna Tri Susanti

Pangan/ konsumsi :

1. Jamasri

2. Erni Istiani

Page 80: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

64

3. Visi, Misi, Motto, Academic Distinctiveness, Aturan dan EtikaSantri

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga

Visi

Menjadi Pesantren yang unggul dengan mewujudkan

keseimbangan kemampuan keilmuan keislaman dan kemampuan

bermasyarakat.

Misi

a. Mewujudkan Santri yang menguasai dan memahami tradisi-tradisi

Ahlussunah wal Jama`ah.

b. Mewujudkan Santri yang menguasai keilmuan keislaman: Aqidah,

Akhlaq, Fiqih dan Usul Fiqih, Hadist dan Ilmu Al-Hadist, Al-Qur`an dan

Ilmu Al-Quran dan Ilmu Falaq.

c. Mewujudkan Santri yang menguasai ilmu-ilmu alat, yaitu bahasa Arab

dan Inggris

d. Mewujudkan Santri yang mempunyai social skill (kemampuan

bermasyarakat) yang kuat dan kepedulian sosial yang tinggi

MOTO

a. Khoirunnasi anfa`uhum linnas

b. Khoirunnasi ahsanuhum khuluqon

c. Al-Muhafadlotu `ala qadiimissalih wal akhdu bi jadiidil aslah

Page 81: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

65

Academic Distinctiveness

Adapun keilmuan dan kegiatan yang akan dikembangkan dan

menjadi ciri khas dari Pesantren Salafiyah adalah sebagai berikut:

a. Ilmu Falaq.

b. Pengembangan Kemampuan Kemasyarakatan.

c. Bahasa (Inggris).

Aturan dan Etika Santri Ponpes Salafiyah Pulutan

a. Santri (mukim) diharuskan mengikuti semua kegiatan ponpes.

b. Santri Putri diharuskan berjilbab dan berpakaian rapi, sopan dan elegan

(tidak tembus pandang dan ketat).

c. Santri Putra memakai sarung, pakaian rapi dan peci ketika berjama`ah

dan mengikuti kajian.

d. Santri Putra tidak boleh memasuki Pondokan Putri Tanpa seizin

Pengasuh dan Pengurus Santri Putri.

e. Santri Putri tidak boleh memasuki kamar Santri Putra.

f. Santri tidak boleh melakukan kegitan di atas jam 11 malam.

g. Santri harus menjunjung tinggi sifat jujur, amanah dan tanggung Jawab.

h. Santri harus izin pengurus ponpes dan pengasuh ketika akan bermalam di

luar pondok.

i. Santri dianjurkan menyapa dengan salam kepada pengasuh, sesepuh

masyarakat, asatidz dan masyarkat Pulutan pada umumnya.

j. Santri bergabung dengan kegiatan masyarakat, seperti kerjabakti.

Page 82: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

66

4. Keadaan Ustadz dan Santri

a. Keadaan ustadz

SelainDrs. KH. Abdul Basith, M.Pd.I para ustadz pondok

pesantren SalafiyahPulutan Salatiga berasal dari masyarakat sekitar dan

alumni yang mempunyaikepedulian terhadap perkembangan pesantren

serta para santri sendiriyang telah dianggap mampu untuk mengajar dan

berkompeten padadisiplin ilmu yang telah dikuasai.

Tabel III

Daftar nama ustadz Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga.

No. Asatidz Reguler Asatidz Tematik

1 KH Abdul Basith, MPd.I Dr. Ilya Muhsin, M.Si

2 KH Sonwasi Ridwan, BA Dr. M. Ghufron, M. Ag

3 KH Dimyati Haramain Dr. Faqih Nabhan

4 KH Zunaidy, BA KH. Imam Baihaqi, M.Ag

5 K. Muhyi Moh Khusen, M.Ag, MA

6 Munajat, MA, PhD Kastolani, M.Ag

7 Murtadlo, S.Ag Miftahuddin, M.Ag

8 Ahmad Asy’ari, S.Ag Syukron M.Si

9 Agus Sauedy, Lc

10 Wahidin, M.Pd.I

11 H. Dimyati Susilo

12 Prof. Dr. Mansur

13 Prof. Dr. Budiharjo

14 Kastolani, M.Ag

Page 83: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

67

b. Keadaan santri

Sedangkan para santri berasal dari banyak daerah diantaranya:

Batang, Boyolali, Pati, Purwodadi, Demak, Magelang dan daerah-daerah

lain. Semua santri ponpes salafiyah adalah mahasiswa, mayoritas dari

IAIN Salatiga dan beberapa dari UKSW dan STIEAMA.

Adapun nama-nama santri secara terinci dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel IV

Daftar Nama Santri Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga.

No. Nama Jenis Kelamin

1. Sholihul Hadi Laki-laki

2. Ahmad Abidin Laki-laki

3. Fadhil Yahya Budi Utomo Laki-laki

4. Wawan Kurniawan Laki-laki

5. M. Abdul Rosid Laki-laki

6. Wahyu Najib Fikri Laki-laki

7. Ihda Muflih Saifullah Laki-laki

8. Panji Asoka Rahmat Wiguna Laki-laki

9. Arif Ridho Laki-laki

10. Jamasri Laki-laki

11. Bangki Putra Dewandaru Laki-laki

12. Annilta Manzilah Adlimah Perempuan

13. Dwi Supriatiningsih Perempuan

14. Diah Ayu Sita Perempuan

15. Erni Istiani Perempuan

16. Fauzul Muna Amalia Perempuan

17. Firdha Afifia Putri Perempuan

18. Leiliyah Maghfuroh Perempuan

19. Nuril Mimin Jannah Perempuan

20. Retna Tri Susanti Perempuan

21. Siti Maskanah Perempuan

Page 84: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

68

22. Ulun Nlayyiroh Perempuan

23. Umi Maghfiroh Perempuan

24. Uswatun Khasanah Perempuan

25. Titik Isniatus Solikhah Perempuan

26. Himmatul Aliyah Perempuan

27. Risa Suryani Perempuan

28. Roisa Indriani Perempuan

29. Anggun Klarasinta Perempuan

30. Khuzaimah Perempuan

31. Miftah Nuril Maulida Perempuan

32. Risma Zuliana Dewi Perempuan

33. Fitri Ananta Perempuan

34. Yustika Maulani Perempuan

35. Laila Risalul Umami Perempuan

36. Iin Isna Sofiana Perempuan

37. Taufiqotul Baroroh Perempuan

5. SejarahBerdirinya Pondok Pesantren dan Silsilah Pengasuh Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga.

a. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan didirikan pada tahun 1770 M

bertepatan dengan tahun 1192 H. Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutandidirikan bersama dengan dibangunnya Masjid Asy-Syarqowi

Pulutan. Masjid Asy-Syarqowi merupakan masjid induk di daerah

Pulutan dan sekitarnya. Masjid Asy-Syarqowi dikatakan masjid tertua

disekitar daerah Pulutan dan wilayah sekitarya, setelah Masjid Kauman

Kota. Dengan satu petunjuk cerita, bahwaMasjid Asy-Syarqowi pada

masa lalu merupakan masjid yang digunakan untuk melaksanakan solat

jum’at didaerah Pulutan dan daerah lain seperti Candran, Candi, Jombor

dan daerah lain disekitarnya.

Page 85: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

69

Antara bangunan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan dan

bangunan Masjid Asy-Syarqowi dibangun dengan bentuk berhadapan.

Bangunan pondok menghadap barat dan bangunan masjid menghadap

timur. Sedangkan tentang nama masjid adalah diambil dari nama

pendirinya yakni Kyai Syarqowi. Dua bangunan tersebut yaitu Pondok

Pesantren Salafiyah dan Masjid Asy-Syarqowi yang berada di dalam satu

lokasi dan dibangun bersamaan nampaknya memiliki arti khusus.

Mestinya ada hikmah yang terkandung, yang sampai saat ini belum

terungkap.

Bangunan fisik gedung didirikan di tanah milik KH. Kozin. Tanah

seluas 50 m2 untuk bangunan masjid Asy-Syarqowi, dan tanah seluas 60

m2 untuk bangunan Pondok Pesantren Salafiyah. Tanah seluas 50 m

2

untuk Masjid Asy-Syarqowitelah memiliki status wakaf sedang tanah

untuk bangunan Pondok Pesantren masih merupakan hak milik.

Bangunan fisik gedung Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

dibangun dengan bahan kayu jati untuk rangkanya dan dinding bambu

untuk (gedheg), pada kali pertama dibangun. Jadi terbilang merupakan

bangunan tipe sangat sederhana.

b. Silsilah Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

Untuk mengetahui silsilah pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan, diperlukan keluarga Kyai Syarqowi. Maka silsilah ini lebih tepat

jika dimuali dari kakek Kyai Syarqowi yakni Mbah Primbon Tarunodipo.

Page 86: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

70

Mbah Primbon Tarunodipo berputra empat orang; anak pertama

tidak diketahui (missing), Sukimin, Rakimin, dan Ta’lim. Dari Ta’lim

menurunkan Kyai Syarqowi; generasi pertama Pengasuh Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan, sekaligus pendirinya. Sementara itu Kyai

Syarqowi berputra Kyai Surur yang akhirnya menjadi generasi kedua

Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan.

Kyai Surur menikah dengan Ny. Siti Aisyah, yang menurunkan

enam putra yakni KH. Soleh Bandungan, Kyai Dalail Jombor, KH.

Dakoik Nawawi Pulutan, Sofiah (wafat pada usia 21 tahun), KH.

Damanhuri Pulutan dan H. Khozin Pulutan. Pada tahun 1928 Kyai Surur

berangkat ibadah haji ke tanah suci dan wafat disana. Untuk itulah

diantara enam putra itu harus ada yang menempati sebagai pengganti

pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan sebagai generasi ketiga

dari para pendahulunya. Sebagai genersi ketiga yaitu KH. Dakoik

Nawawi.

Untuk sekedar diketahui generasi-generasi pendahulu adalah

imam-imam ajaran thariqah Naqshabandiyah Qadiriyah, yang para

jamaahnya datang dari segala penjuru Salatiga dan Kabupaten Semarang

berjumlah ratusan pengikut. Kelebihan-kelebihan “linuih” memang telah

dikenal oleh masyarakat, bahwa KH. Dakoik Nawawi dan para

pendahulunya mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki manusia

pada umumnya. Hal ini diketahui para nara sumber dan masyarakat. Jika

diceritakan disini dapat disebutkan, diantara para sesepuh itu yakni KH.

Page 87: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

71

Dakoik Nawawi mempunyai kelebihan dapat berjalan di atas air, dapat

membuat pepaya yang sudah matang menjadi keras sehingga para santri

tidak dapat mengelupas kulitnya, dan lain-lain kelebihan dalam ilmu

batin.

Tahun 1987 KH. Dakoik Nawawi wafat pada usia 106 tahun,

selanjutnya generasi keempat Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan diserahkan kepada KH. Kodri Nawawi yang merupakan putra

dari KH. Dakoik Nawawi dari Istri yang ketiga (Ny. Romzatun).

Penyerahan kepengasuhan tersebut dibuktikan dengan wasiat:

- Untuk imam Jum’atan diserahkan kepada Kyai. Mu’minan

(Pulutan kidul).

- Untuk pengurusan bangunan fisik pondok diserahkan kepada

Muh. Jajuli (mantan santri/ lurah pondok).

- Untuk pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

diwasiatkan kepada KH. Kodri Nawawi.

Selanjutnya KH. Kodri Nawawi menunjuk Drs. KH. Abdul Basith,

M.Pd.I sebagai generasi kelima pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan. Namun, KH. Abdul Basit menghendaki agar tanggung jawab

kepengasuhan pondok pesantren tidak hanya beliau saja, tetapi bersama-

sama dengan para tokoh agama yang lain. Diantara tokoh agama tersebut

adalah KH. Zunaidi, BA., KH. Sonwasi Ridwan, Kyai. Dimyati

Haromen, Munajat, P.hd., Kyai. Bastari.

Page 88: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

72

Dari berbagai sumber data tentang pemilihan lurah pondok, dapat

disimpulkan bahwa model pemilihan lurah pondok pesantren kebanyakan

ditunjuk oleh sang Kyai pengasuh. Penunjukannya dilakukan dengan

pengamatan secara khusus (maknawiyah). Biasanya siapa yang pandai

dalam mengaji diangkat dan ditunjuk sebagai pemimpin santri dengan

maksud sebagai badal Kyai pengasuh (pengganti sementara selama sang

Kyai mengalami kesibukan di luar pondok pesantren). Jadi, lurah disini

berfungsi sebagai koordinator para santri yang lebih junior.

Pemilihan lurah baru dilaksanakan secara demokrasi sekitar tahun

1988. Karena santri semakin banyak dan pengetahuan mereka mengikuti

perkembangan zaman, maka mendorong untuk dilaksanakan pemilihan

lurah pondok pesantren melalui suara terbanyak. Sedangkan Kyai

Pengasuh memberikan legitimasi dengan persetujuan pada lurah yang

telah dipilih para santri.

6. Kronologi Pembangunan dan Bentuk Fisik Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga

a. Kronologi Pembangunan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga

Seperti diketahui bangunan fisik gedung Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan didirikan dengan menggunakan bahan bangunan yang

sederhana yakni kayu jati dan dinding kepangan bambu (gedheg). Bentuk

bangunan berkaki 16 buah setinggi 50cm dari permukaan tanah, dengan 6

buah kamar berbentuk persegi seluas 2 x 2 m2. Di tengah bangunan

Page 89: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

73

terdapat ruang persegi panjang sisa dari kamar-kamar yang ada, sekaligus

tempat mengaji dan tempat tidur.

Pada tahun 1950 dinding gedheg tersebut direhab dengan dinding

papan kayu sengon. sebenarnya dinding gedheg tersebut masih dianggap

baik, sehingga sebagian tokoh masyarakat di Pulutan tidak menyetujui

hal tersebut.

Bangunan Pondok Pesantren yang relatif kecil dan sederhana tidak

seimbang dengan jumlah santri yang ada. Santri yang bermukim di

Pondok Pesantren Salafiyah semakin banyak, apalagi jika ditambah

dengan santri kalong akan semakin membengkak. Hal ini menjadi

pemikiran para tokoh agama di desa Pulutan.

Pada tahun 1967/1968 bangunan fisik gedung pondok pesantren

ditambah dengan bangunan baru yang ditepatkan di bagian utara pondok

yang lama (semula tempat sepeda santri). bangungan ditambah lagi

dengan bangunan baru berbentuk U pada tahun 1984/1985 ditempatkan

dibelakang bangunan pondok yang lama. seluruh kamar berjumlah 21

dan semua diperuntukkan sebagai tempat tidur para santri.

Sebagai tambahan perlengkapan untuk keperluan memasak santri,

maka dibuat pula dapur dan sumur. untuk pendukung bangunan dibuat

pula tempat sepeda dan tempat jemuran. Untuk masa sekarang fasilitas

gedung telah dianggap cukup memenuhi. Hanya perbaikan/ renovasi/

rehab harus sering dilakukan disebabkan bangunan yang ada merupakan

Page 90: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

74

bangunan tua/ cukup umur, dan bahan bangunan yang dipakai terlihat

memiliki kualitas yang tidak begitu baik.

7. Kondisi Keagamaan Masyarakat sekitar Pondok Pesantren

Kondisi masyarakat lingkungan sekitar pondok merupakan

masyarakat yang religius, artinya masyarakat memiliki banyak kegiatan

keagamaan seperti kegiatan rutin tahlil keliling, pengajian rutin

melibatkan santri pondok. Masyarakat lingkungan pondok sangat

mendukung kegiatan pesantren dan memberikan perhatian yang bersifat

kekeluargaan sehingga hubungan emosional antara masyarakat sekitar

dengan santri terbilang cukup sangat baik.

Tidak hanya dalam hal kegiatan keagamaan akan tetapi kegiatan

yang bersifat sosial seperti, pengurus jenazah, olahraga dilapangan,

mantenan, dan sebagainya. Para santri pondok dilibatkan sebagai bentuk

kerukunan.

Hal ini menunjukkan interaksi sosial yang baik dapat memberikan

pembelajaran dan pendewasaan bagi para santri untuk kehidupan

bermasyarakat di masa mendatang. Sehingga ketika keluar dari pondok

para santri alumni dapat mengamalkan ilmunya serta bermanfaat bagi

lingkungan sekitar.

8. KegiatanBelajar mengajar di Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

Seperti pondok-pondok pesantren yang lain, Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan menggunakan sistem sorogan (Individual) dan

bandongan (klasikal).

Page 91: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

75

a. Sistem Sorogan/ Bandongan dan kitab-kitab yang dikaji

Bandongan merupakan bentuk belajar mengajar dengan cara

ustadz membaca kitab kuning yang dikaji, memberi makna dan

menerangkan isi yang dibaca, sedangkan kelompok santri menyimak

dan menulis makna dan keterangan ustadz yang dianggap penting pada

kitab yang masing-masing dibawa santri. Kitab yang dikaji hanya satu

jenis.

Kitab-kitab kuning yang biasa digunakan dalam pengajian

bandongan di Pondok Pesantren Salafiyah antara lain: Ta’limu al-

muta’allim, Kifayatul Akhyar, Durrotun Nasikhin, Mukhtarol Hadist,

Dan kitab-kitab kuning lain yang diintruksikan oleh ustadz.

Kemudian ada beberapa kegiatan yang menjadi rutinitas harian

maupun mingguan para santri, antaralain: Shalat Tahajut dan Duha,

Kegiatan Khitobah, Tadarus Al-Qur’an, Barjanji dan Rebana, Ziarah

Kubur, Tahlilan.

1) KurikulumPembelajaran disesuaikan dengan intruksi ustadz,

artinya kurikulum bersifat fleksible. Apa yang menjadi anjuran

Kyai itulah yang menjadi bahan pembelajaran para santri.

2) Lokasi/ Tempat Belajar Mengajar

Kehidupan Pondok Pesantren merupakan kehidupan penuh sahaja.

Hal ini mungkin disebabkan karena keterbatasan fasilitas yang ada

dan yang digunakan. Sedangkan dalam proses belajar mengajar di

Page 92: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

76

Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan, tempat yang dipergunakan

antara lain:

a) Aula (jerambah) pondok pesantren.

b) Kamar (gotaan/ kotak) pondok pesantren.

c) Rumah penduduk yang diperlukan.

d) Serambi Masjid.

Memang untuk tempat belajar mengajar di Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan bisa dianggap belum teratur, artinya belum

memiliki tempat tertentu untuk kegiatan belajar mengajar. Hal ini

sampai saat sekarang masih berlangsung disebabkan:

a) Belum adanya tempat khusus untuk kegiatan belajar

mengajar.

b) Keinginan individu santri untuk mengaji bermacam-macam.

(1) Ada individu santri yang ingin mengaji pada sesama

santri yang lebih senior, otomatis tempat yang digunakan

adalah kamar santri.

(2) Ada individu santri yang ingin mengaji pada seorang

ustadz yang ada disekitar pondok pesantren sehingga

proses kegiatan belajar mengajar harus dilaksanakan di

rumah ustadz(yang notabene rumah penduduk).

Page 93: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

77

B. TEMUAN PENELITIAN

1. Kultur Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga

a. Pentingnya pendidikan yang diterapkan pondok pesantren

Di pondok pesantren salafiyah pulutan, para santri dibiasakan

untuk mengikuti solat berjamaah di masjid asy syarqowi. Melaksanakan

hal yang menjadi wejangan para kyai, misalnya saja melaksanakan

ibadah-ibadah sunnah seperti pembiasaan solat sunnah misalnya saja

solat jahajjut, shalat dhuha, shalat sunnah rawatib, shalat hajat, dan

pembiasaan puasa sunnah.

Seperti yang disampaikan Ana

“Menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk mengaji,

shalat berjama’ah, shalat malam, puasa senin-kamis dan ajaran

sunah lainnya”

Sebagaimana Titik berpendapat

Pembiasaan Shalat berjama’ah, biasanya sebelum Subuh sudah

dibangunkan untuk melaksanakan shalat malam atau shalat sunah

lainnya.

Selain itu, sebagai seorang santri hendaknya selalu bersikap

dengan santun, sesuai dengan etika yang ada. Sebagaimana disampaikan

oleh Kh. Sonwasi Ridwan:

“Apapun keadaanya dan dimanapun tempatnya, perilaku santri

harus tetap ditunjukkan, dan ketika berbaur dengan masyarakat

sadar bahwa dia seorang yang dan menjaga perilakunya”.

Beliau juga menyampaikan pendapat tentang tujuan pendidikan

pesantren:

Page 94: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

78

“Tujuan pendidikan pesantren adalah satu, menjadikan orang yang

ma’yul islami kesadaran terhadap tugas-tugas keislamannya kuat.

Menjadi orang yang bisa dicontoh oleh orang yang ada

disekitarnya. Hubbul watonmencintai NKRI (Negara Kesatuan

Republik Indonesia)”

Hal ini dimaksudkan sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri

kepada Allah SWT. Pembiasaan-pembiasan tersebut pada akhirnya akan

menjadi pembiasaan yang baik kelak saat santri terjun dimasyarakat.

Santri dapat dijadikan sebagai uswah bagi masyarakat dan orang-orang

terdekat. Hal ini menjadi suatu akhlaqul karimah.

b. Kultur pendidikan dalam pembentukan akhlaq

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang

memiliki peran yang utuh dalam membangun dan mengembangkan ilmu

pengetahuan yang nantinya mampu menjawab tantangan dunia

pendidikan.

Kultur pendidikan yang ada di pesantren salafiyah antara lain

Pembelajaran kitab-kitab kuning, bimbingan pengasuh pondok pesantren

terhadap santri dan bertujuan dalam pembentukan akhlaqul karimah.

Pendidikan merupakan dasar bagi perkembangan pola pikir dan

sikap moral manusia dalam kehidupannya. Apabila pendidikan anak

dinilai kurang, terutama pendidikan agama, maka moral mereka akan

berkembang kurang baik dan dalam waktu lama akan merusak

lingkungan masyarakatnya (Haryanto, 2012:214).

Demikian juga apa yang disampaikan oleh Drs. KH. Abdul Basith,

M.Pd.I bentuk-bentuk pendidikan akhlaq:

Page 95: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

79

“Bentuk-bentuknya tentu melalui pengajian, melalui kegiatan-

kegiatan yang ada di pondok terkait dengan menghadapi tamu

atau apa, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di pondok”.

2. Aktifitas sehari-hari yang dilakukan santri dalam usaha pembentukan

akhlaq santri pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga

a. Kegiatan yang dilakukan santri Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga

Sepertiyang disampaikan KH.AbdulBasith bahwa:

“Kegiatannya ada kegiatan harian dan mingguan. Kegiatan harian

seperti mengaji kitab-kitab kuning setelah shalat Subuh, Maghrib,

dan Isya’. Sedangkan kegiatan yang mingguan, seperti diba’an

yang dilaksanakan setiap malam Jumat. Kemudian ro’an

dilaksanakan setiap Jumat pagi. Selain itu, setiap Jumat malam

Sabtu diadakan khitobah untuk melatih sikap percaya diri sebagai

bekal santri kelak saat terjun di masyarakat”.

Sesuai yang disampaikan oleh Abdul Rasid bahwa:

“Banyak sekali selain pengajian kitab-kitab turros, kitab-kitab

kuning, kemudian ada pelatihan tarik suara seperti tilawah, kita

setiap malam Jumat ba’da magrib ada yasinan, kemudian setelah

isa ada barzanji, kemudian pada Jumat pagi ziarah kubur ke

makam Mbah Dakoik Nawawi selaku babat alas pondok Salafiyah

ini. Malam Sabtu ada khitobah, kemudian pada malam Selasa

biasanya kita manakiban yang dipimpin oleh pak kyai sendiri”

Santri mengikuti kajian kitab-kitab sesuai dengan jadwal yang ada.

Hal ini dimaksudkan sebagai sarana keilmuan bagi santri, sehingga

memiliki intelektual agama yang kuat.

1) Kegiatan pendidikan rutin di pesantren

Setiap harinya para santri mengikuti kajian kitab-kitab kuning

sesuai dengan jadwal. Hal ini sebagai sarana santri untuk

menambah wawasan dan keilmuan. Kitab-kitab yang dikaji seseuai

dengan intruksi kyai ataupun permintaan dari santri, terkadang

Page 96: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

80

disesuaikan juga dengan hari libur sekolah/ PHBI. Misalnya saja

saat puasa, kajian kitab disesuaikan dengan waktu, kira-kirta dalam

satu bulan sudah selesai, artinya kitab yang dikaji lebih tipis.

2) Shalat Tahajut dan Duha

Pagi-pagi sebelum subuh, biasanya para santri sudah

dibangunkan oleh kyai, untuk melaksanakan shalat sunnah tahajjut

dan shalat sunnah fajar, setelah itu mengikuti shalat berjamaah. Hal

ini ditanamkan oleh kyai Abdul Basit agar selalu tertanam dalam

diri santri, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang istiqomah.

Hal ini menjadi salah satu yang tertanam dalam diri santri,

karena terbiasa di pondok pesantren melaksanakan hal ini,

sehingga saat dirumah sudah berjalan dengan sendirinya tanpa

paksaan.

3) Kegiatan Khitobah

Kegiatan khitobah dilaksanakan setiap hari jum’at malam

sabtu, kegiatan ini sebagai sarana santri untuk memupuk mental

dalam berbicara di depan umum, sekaligus sebagai sarana santri

untuk memberi masukan kepada santri lain.

Santri belajar bagaimana menjadi karakter/ seseorang yang

sedang berbicara di depan umum. Misalnya saja ada yang menjadi

pembawa acara, pengisi acara, sambutan dan lain-lain.

Page 97: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

81

4) Tadarus

Kegiatan tadarus di pondok pesantren dilaksanakan setiap

ba’da magrib, isa’ dan subuh sebelum memulai kajian kitab kuning

dengan kyai.

Tadarus memupuk santri untuk mengingat ayat-ayat suci

Allah, agar hati menjadi tenang.

5) Barjanji dan Rebana

Berzanji atau rebana dilaksanakan setiap hari kamis malam

ba’da shalat isa. Semua santri mengikuti kegiatan ini, didampingi

oleh ustaz dan diikuti juga oleh warga masyarakat sekitar. Dalam

kenyataannya, grup rebaga pondok pesantren terkadang juga

dipanggil untuk mengisi di acara hajatan-hajatan warga sekita,

misalnya saja pada acra mantenan, sunatan, pengajian dan lain-lain.

6) Ziarah Kubur, Tahlilan

Ziarah kubur biasanya dilaksanakan kamis sore ba’da shalat

asar ataupun hari jum’at pagi sebelum kegiatan ro’an dilaksanakan.

Tahlilan juga merupakan hal lain yang menjadi kegiatan para

santri, biasanya dilaksanakan setiap kamis malam ba’da magrib.

Santri juga dilatih untuk bisa memimpin tahlil.

b. Metode pendidikan yang diterapkan di pesantren pulutan salatiga

1) Metode keteladanan

Keteladanan dari seorang kiai merupakan salah satu kultur

pesantren yang pasti ada, kyai menjadi panutan kyai dalam

Page 98: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

82

bertindak dan beribadah. Hal-hal yang menjadi kebiasaan kyai

biasanya akan menjadi uswah bagi santri, biasanya santri akan

mengikuti hal tersebut.

2) Metode Latihan dan Pembiasaan

Pembiasaan yang diterapkan di pondok pesantren salafi

diantaranya mengikuti shalat berjamaah, berkata baik. Santri dilatih

untuk menjalani tirakat dalam bentuk puasa sunnah dan sunnah-

sunnah lainnya. Tak terkecuali pembiasan dalam shalat berjamaah.

Seperti yang disampaikan oleh Kh. Abdul Basith:

“Pembiasaan yang dilakukan misalnya pembiasaan

melaksanakan shalat berjama’ah.”

3) Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)

Saat mengakaji sebuat kitab kuning, terkadang kyai memberi

gambaran cerita yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi para

santri.

4) Mendidik melalui mauidzah (nasehat)

Nasehat adalah salah satu bentuk kasih sayang ataupun

perhatian kyai kepada seorang santri. Setiap harinya santri selalu

mendapat nasehat-nasehat yang baik ari para kyai, baik saat

melakukan kajian kitab ataupun saat duduk bersama di jerambah

masjid setelah shalat.

“Seperti disampaikan Abdul Rasid ketika setiap hari ada

contoh yang baik, ada kata-kata yang selalu memotivasi kami

untuk berbuat baik itu pasti ada perubahan”.

Page 99: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

83

Dalam kesehariannya, kyai selalu memberikan nasehat-nasehat

yang baik kepada para santri, baik saat mengaji, bercengkerama di

jerambah masjid dan sebagainya.

5) Mendidik melalui kedisiplinan

Salah satu kedisiplinan yang terus dihimbau oleh kyai adalah

disiplin dalam melaksanakan shalat dan ibadah wajib ataupun

sunnah lainnya. Termasuk dalam disiplin mengaji, sebelum kyai

datang, santri harus siap untuk menerima ilmu yang disampaikan.

6) Mendidik melalui targhib wa tahzib

Kyai mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan realitas

keseharian siswanya, sehingga makna ayat-ayat itu benar-benar

ditujukan buat mereka. Metode ini sesuai dengan kejiwaan

manusia, bahwa manusia menyukai kesenangan dan kebahagiaan,

dan ia membenci kesengsaraan dan kekurangan. Guru harus bisa

meyakinkan siswa agar mereka selalu cenderung pada iman dan

kebaikan, dan menghindari kekufuran.

7) Mendidik melalui kemandirian

Santri dilatih mandiri untuk melakukan apapun aktifitas yang

ada di pesantren, seperti mencuci baju, memasak makanan sendiri

dan sebagainya. Kemandirian dalam mengatur keuangan pondok

pesantren juga menjadi salah satu bentuk kemandirian.

Page 100: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

84

3. Hubungan kultur pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga dengan pembentukan akhlaq para santri.

Kultur pendidikan yang ada di pesantren seperti uswah dari kyai,

kajian kitab kuning, dan nasehat-nasehat yang diberikan, menjadi suatu

pembelajaran bagi santri. Pembiasaan yang baik dipesantren, kegiatan-

kegiatan yang ada di pesantren pada ahirnya akan menjadi suatu akhlaq

yang tertanam dalam diri santri. Kultur pendidikan di pesantren memiliki

ciri khas tersendiri yang berbeda dengan pendidikan lain ataupun

pendidikan formal disekolah.

Dengan pembelajaran yang ada, pembiasan-pembiasaan dan nasehat

yang diberikan kyai/pengasuh kepada para santri tentunya akan menjadi

sesuatu yang dapat merubah diri santri menjadi lebih baik, artinya

pemahaman tanggung jawab sebagai seorang hamba yang diwajibkan

menjalankan perintahNya dan menjauhi segala larangannya.

Pendidikan pesantren yang khas secara berkesinambungan pada

akhirnya akan membentuk akhlaq santri yang baik, atau yang biasa disebut

dengan akhlaqul karimah.

Page 101: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

85

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kultur Pondok PesantrenTerhadap Pembentukan Akhlaq Para Santri di

Pondok Pesantren Salafiah Pulutan Salatiga.

1. Pentingnya pendidikan yang diterapkanPondok pesantren

Manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan,

pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara

mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.

Generasi muda adalah generasi yang akan berperan dimasa yang

akan datang. Oleh karenanya harus dibekali dengan iman yang kuat dalam

menghadapi kehidupan yang semakin berkembang. Banyak tantangan yang

akan dihadapi; masalah moral, susila, pendidikan, politik dan sebagainya.

Maka dibutuhkan benteng iman yang kokoh dan pengetahuan agama

sebagai syarat yang mutlak dimiliki generasi muda, khususnya para santri.

2. Kultur pendidikan dalam pembentukan Akhlaq

Setiap pendidikan memiliki kultur yang berbeda-beda. Dan

pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang memiliki kultur yang

unik yang berbeda dari lembaga pendidikan lainnya. Dan merupakan bagian

dari lingkungan dan kultur merupakan ruh dari sebuah pesantren.

Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlaq adalah

kebiasaan atau adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan

yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudahdikerjakan.

Page 102: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

86

Kebiasaan dipandang sebagai fitrah yang kedua setelah nurani.

Karena 99% perbuatan manusia terjadi karena kebiasaan. Misalnya makan,

minum, mandi, cara berpakaian itu merupakan kebiasaan yang sering

diulang-ulang.

Harapannya kebiasaan-kebiasaan positif yang dijalani dipesantren

seperti ritual peribadatan: shalat, mengaji, tahajut, mengurus diri secara

mandiri, disiplin dan sebagainya dapat dijalankan meskipun santri tersebut

tidak berada dilingkungan pondok pesantren. Selain itu sikap ketawadhu’an

terhadap guru maupun orang yang lebih dituakan adalah hal yang penting

karena perbuatan tersebut adalah salah satu ciri akhlaqul karimah. Semua

bentuk kebiasaan itulah yang akan menginspirasi dan dilakukan pula dimasa

mendatang sehingga terbentuklah akhlaq yang mulia.

B. Aktivitas sehari-hari yang dilakukan santri dalam usaha pembentukan

akhlaq pondok pesantren salafiyah pulutan salatiga.

1. Kegiatan Pendidikan Harian di pesantren

a. Ngaji Kitab: Ba’da Magrib, Isya’, Subuh

Seperti pondok-pondok pesantren yang lain, Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan menggunakan sistem sorogan (Individual) dan

bandongan (klasikal). Kegiatan ini dilakukan hampir setiap hari. Sistem

Sorogan/ Bandongan dan Kitab-Kitab Yang Dikaji antara lain: Ta’limu

al-muta’allimu, Kifayatul Akhyar, Durrotun Nasikhin, Mukhtarol Hadist,

dan kitab-kitab kuning lain yang diintruksikan oleh ustadz.

Page 103: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

87

Santri mengikuti kajian kitab-kitab sesuai dengan jadwal yang ada.

Hal ini dimaksudkan sebagai sara menambah keilmuan bagi santri

sehingga memiliki intelektual agama yang kuat.

Seperti yang disampaikan oleh KH. Abdul Basit bahwa:

“Kegiatannya ada kegiatan harian dan mingguan. Kegiatan harian

seperti mengaji kitab-kitab kuning setekah shalat subuh, magrib,

dan isa’. Sedangkan kegiatan mingguan seperti diba’amn yang

dilaksanakan setiap kamis malam jum’at. Kemudian khitobah yang

dilaksanakan setiap jum’at malam, dan ro’an yang dilaksanakan

setiap jum’at pagi.

Sesuai yang disampaikan oleh Abdul Rasyid bahwa:

“Banyak sekali, selain pengkajian kitab-kitab turros, kitab-kitab kuning,

kemudian ada pelatihan tarik suara seperti tilawah, kita setiap malam

jum’at ba’da magrib yasinan, kemudian setelah isa’ ada berzanji,

kemudian pada jum’at pagi ziarah kubur ke makam mbah Dakoik

Nawawi selaku babat alas pondok salafiyah ini. Malam sabtu ada

khitobah, kemudian pada malam selasa biasanya kita manaqiban yang

dipimpin oleh pak kyai sendiri”.

b. Shalat Tahajut dan Duha

Pagi-pagi sebelum subuh biasanya para santri sudah dibangunkan

oleh kiai, untuk melaksanakan shalat sunnah tahajjut dan shalat

sunnahfajar, setelah itu mengikuti shalat subuh berjamaah. Hal ini

ditanamkan oleh kiai Abdul Basit agar selalu tertanam dalam diri santri,

sehingga menjadi suatu kebiasaan yang istiqomah.

c. Kegiatan Khitobah

Kegiatan khitobah dilaksanakan setiap hari jum’at malam sabtu,

kegiatan ini sebagai sarana santri untuk memupuk mental dalam

Page 104: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

88

berbicara di depan umum, sekaligus sebagai sarana santri untuk memberi

masukan kepada santri lain.

Santri belajar bagaimana menjadi karakter/ atau seseorang yang

sedang berbicara didepan umum. Misalnya saja menjadi pembawa acara,

pengisi acara, sambutan dan lain-lain.

d. Tadarus

Kegiatan tadarus di pondok pesantren dilaksanakan setiap ba’da

magrib, isa’ dan subuh sebelum memulai kajian kitab kuning dengan

kiai. Tadarus memupuk santri untuk selalu mengingat ayat-ayat suci

Allah, agar hati menjadi tenang.

e. Barjanji dan Rebana

Berzanji dan rebana dilaksanakan setiap hari kamis malam ba’da

shalat isa’. Semua santri mengikuti kegiatan ini, didampingi oleh ustadz

dan diikuti juga oleh warga masyarakat sekitar. Dalam kenyataannya,

grup rebana pondok pesantren terkadang juga dipanggil untuk mengisi di

acara hajatan-hajatan warga masyarakat sekitar, misalnya saja pada acara

mantenan , sunatan, pengajian da lain-lain.

f. Ziarah Kubur dan Tahlilan

Ziarah kubur biasanya dilaksanakan pada kamis sore ba’da shalat

asarataupun hari jum’at pagi sebelum kegiatan ro’an dilaksanakan.

Tahlilan juga merupakan hal lain yang menjadi kegiatan para

santri, biasanya dilaksanakan setiap kamis malam ba’da magrib. Santri

juga dilatih untuk bisa memimpin tahlil.

Page 105: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

89

2. Metode pendidikan yang diterapkan di pesantren di Pondok Pesantren

Pulutan Salatiga

Berbicara kultur pesantren maka identik dengan penerapan metode

yang digunakan. Setidaknya ada 7 metode yang diterapkan dalam

membentuk perilaku Santri di Pondok Pesantren Pulutan salatiga, yakni a.

Metode Keteladanan (Uswah Hasanah); b. Latihan dan Pembiasaan; c.

Mengambil Pelajaran (ibrah); d. Nasehat (mauidzah); e. Kedisiplinan; f

Pujian dan Hukuman (targhib wa tahzib); g. Mendidik melalui kemandirian.

a. Metode keteladanan

Pendidikan perilaku lewat keteladana adalah pendidikan dengan cara

memberikan contoh-contoh kongkrit bagi para santri. Dalam pesantren,

pemberian contoh keteladanan sangat ditekankan. Kiai dan ustadz di

Pondok pesantren Pulutan Salatiga senantiasa memberikan uswah yang

baik bagi para santri, dalam ibadah-ibadah ritual, kehidupan sehari-hari

maupun yang lain.

b. Metode Latihan dan Pembiasaan

Mendidik perilaku dengan latihan dan pembiaasaan adalah

mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap norma-

norma kemudian membiasakan santri untuk melakukannya. Dalam

pendidikan di pesantren di pondok ini biasanya akan diterapkan pada

ibadah-ibadah amaliyah, seperti shalat berjamaah, kesopanan pada kiai

dan ustadz. Pergaulan dengan sesama santri dan sejenisnya.

Sedemikian, sehingga tidak asing di pesantren dijumpai, bagaimana

Page 106: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

90

santri sangat hormat pada ustadz dan kakak-kakak seniornya dan begitu

santunnya pada adik-adik pada junior, mereka memang dilatih dan

dibiasakan untuk bertindak demikian.

c. Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)

TujuanPaedagogis dari ibrah adalah mengntarkan manusia pada

kepuasaan pikir tentang perkara agama yang bisa menggerakkan,

mendidik atau menambah perasaan keagamaan.

Adapun pengambilan ibrah bisa dilakukan melalui kisah-kisah

teladan, fenomena alam atau peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik di

masa lalu maupun sekarang. Dalam hal ini Kiai maupun ustadz

dipondok pesantren pulutan memberikan ceramah tentang sejarah

maupun tentang peristiwa yang fenomenal untuk kemudian dikaji dan

mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi.

d. Mendidik melalui mauidzah (nasehat)

Kiai dan ustadz di pondok pesantren ini memberikan

mauidzahnya secara rutin dalam kegiatan mengaji sehingga diperoleh

berbagai nasehat yang sangat bermanfaat bagi para santri.

Metode mauidzah, mengandung tiga unsur, yakni: 1). Uraian

tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang,

dalam hal ini santi, misalnya tentang sopan santun, harus berjamaah

maupun kerajinan dalam beramal; 2). Motivasi dalam melakukan

kebaikan; 3). Peringatan tentang dosa atau bahaya yang bakal muncul

dari adanya larangan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Page 107: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

91

Nasehat yang diterima untuk para santri ini menjadi sesuatu

yang rutin diperoleh, karena motivasi berbuat kebaikan harus

ditanamkan dan dikuatkan.

e. Mendidik melalui kedisiplinan

Dalam ilmu pendidikan, kedisiplinan dikenal sebagai cara

menjaga kelangsungan kegiatan pendidikan. Metode ini identik dengan

pemberian hukuman atau sangsi. Tujuannya untuk menumbuhkan

kesadaran siswa bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak benar,

sehingga ia tidak mengulanginya lagi.

Sangsi diberikan kepada santri yang melanggar dengan

memperhatikan hal berikut:

1) Perlu adanya bukti yang kuat tentang adanya tindak pelanggaran;

2) Hukuman harus bersifat mendidik, bukan sekedar memberi

kepuasan atau balas dendam dari si pendidik;

3) Harus mempertimbangkan latar belakang dan kondisi santri yang

melanggar, misalnya frekuensinya pelanggaran, perbedaan jenis

kelamin atau jenis pelanggaran disengaja atau tidak.

Di pesantren, hukuman ini dikenal dengan istilah takzir. Takzir

adalah hukuman yang dijatuhkan pada santri yang melanggar.

Hukuman yang terberat adalah dikeluarkan dari pesantren. Hukuman ini

diberikan kepada santri yang telah berulang kali melakukan

pelanggaran, seolah tidak bisa diperbaiki. Juga diberikan kepada santri

Page 108: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

92

yang melanggar dengan pelanggaran berat yang mencoreng nama baik

pesantren.

f. Mendidik melalui targhib wa tahzib

Metode ini terdiri atas dua metode sekaligus yang berkaitan satu

sama lain; targhib dan tahzib. Targhib adalah janji disertai dengan

bujukan agar seseorang senang melakukan kebajikan dan menjauhi

kejahatan. Tahzib adalah ancaman untuk menimbulkan rasa takut berbuat

tidak benar. Tekanan metode targhib terletak pada harapan untuk

melakukan kebajikan, sementara tekanan metode tahzib terletak pada

upaya menjauhi kejahatan atau dosa.

Meski demikian metode ini tidak sama pada metode hadiah dan

hukuman. Perbedaan terletak pada akar pengambilan materi dan tujuan

yang hendak dicapai. Targhib dan tahzib berakar pada Tuhan (ajaran

agama) yang tujuannya memantapkan rasa keagamaan dan

membangkitkan sifat rabbaniyah, tanpa terikat waktu dan tempat.

Adapun metode hadiah dan hukuman berpijak pada hukum rasio (hukum

akal) yang sempit (duniawi) yang tujuannya masih terikat ruang dan

waktu. Di pesantren, metode ini biasanya diterapkan dalam pengajian-

pengajian, baik sorogan maupun bandongan.

g. Mendidik melalui kemandirian

Kemandirian tingkah-laku adalah kemampuan santri untuk

mengambil dan melaksanakan keputusan secara bebas. Proses

pengambilan dan pelaksanaan keputusan santri yang biasa berlangsung

Page 109: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

93

di pesantren dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu keputusan yang

bersifat penting-monumental dan keputusan yang bersifat harian. Pada

tulisan ini, keputusan yang dimaksud adalah keputusan yang bersifat

rutinitas harian.

Terkait dengan kebiasan santri yang bersifat rutinitas

menunjukkan kecenderungan santri lebih mampu dan berani dalam

mengambil dan melaksanakan keputusan secara mandiri, misalnya

pengelolaan keuangan, perencanaan belanja, perencanaan aktivitas

rutin, dan sebagainya. Hal ini tidak lepas dari kehidupan mereka yang

tidak tinggal bersama orangtua mereka dan tuntutan pesantren yang

menginginkan santri-santri dapat hidup dengan berdikari. Santri dapat

melakukan sharing kehidupan dengan teman-teman santri lainnya yang

mayoritas seusia (sebaya) yang pada dasarnya memiliki kecenderungan

yang sama. Apabila kemandirian tingkah-laku dikaitkan dengan

rutinitas santri, maka kemungkinan santri memiliki tingkat kemandirian

yang tinggi.

Page 110: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

94

C. Hubungan kultur pendidikan Pesantren dengan pembentukan akhlaq

santri

Menurut Antropolog Clifford Geertz salah satu ilmuan yang memberikan

sumbangan penting dalam mendeskripsikan tentang pengertian kultur

pesantren mengemukakan bahwa kultur pesantren dapat dideskripsikan pola

nilai-nilai, mios, kebiasaan, yang dibentuk dalam perjalanan panjang pesantren

atau prilaku nilai nilai, sikap hidup dan cara hidup untuk melakukan

penyesuaian dengan lingkungan dan sekaligus cara untuk memandang

persoalan dan cara memecahkannya (Zamroni, 2000:149).

Dan dari uraian diatas akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa kultur

pesantren itu mengandung nilai nilai prilaku,pembiasaan, yang dengan sengaja

dibentuk atau diciptakan oleh pengasuh pesantren dalam pembinaan dan

pendidikan pesantren untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh lembaga

pendidikan pesantren tersebut.

Page 111: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

95

Page 112: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Persepsi Kultur Ponpes Terhadap Pembentukan Akhlak

a. Pentingnya pendidikan yang diterapkan untuk pembentukan Akhlaqul

Karimah

Menurut aliran empirisme bahwa faktor yang sangat

berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang aalah faktor dari

luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan

yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan . jika

pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka

baiklah anak itu. Demikian juga sebaliknya. Aliran ini tampak begitu

percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan

pengajaran. Pendapat lain mengatakan Fitrah atau kecenderungan ke

arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif

melalui berbagai metode. Maka benar bahwa mendidik santri dengan

kutur pendidikn yang baik maka menjadikan kebiasaan yang positif

yang membentuk akhlaqul karimah.

b. Kultur yang membangun Aspek-aspek pembentukan Akhlak

Kultur pesantren yang khas dan sauri tauladan dari kiai serta

ustad dipesantren banyak menginspirasi para santri. Hal ini

menunjukkan betapa pentingnya kultur pendidikan pondok pesantren

Page 113: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

97

menjadikan kebiasaan yang positif yang sesuai dengan tujuan

pendidikan yaitu menciptakan individu yang berakhlaqul karimah,

baik akhlak kepada Allah, sesama manusia maupun lingkungannya.

2. Aktivitas/ kegiatan santri yang dilakukan dalam usaha pembentukan

akhlak.

a. Kegiatan santri di pesantren

1) Kegiatan Pendidikan Harian di pesantren

2) Shalat Tahajut dan Duha

3) Kegiatan Khitobah

4) Tadarus

5) Barjanji dan Rebana,

6) Ziarah Kubur dan Tahlilan

b. Metode yang dilaksanakan di ponpes dalam membangun

pembentukan akhlaqul karimah.

h. Metode keteladanan

i. Metode latihan dan pembiasaan

j. Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)

k. Mendidik melalui mauidzah (nasehat)

l. Mendidik melalui kedisiplinan

m. Mendidik melalui targhib wa tahzib

n. Mendidik melalui kemandirian

Page 114: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

98

3. Korelasi pendidikan pesantren terhadap akhlaq santri

Kultur pesantren itu mengandung nilai nilai prilaku,pembiasaan,

yang dengan sengaja dibentuk atau diciptakan oleh pengasuh pesantren

dalam pembinaan dan pendidikan pesantren untuk mencapai tujuan yang

diinginkan oleh lembaga pendidikan pesantren tersebut.

B. Saran-saran

Ada beberapa saran yang terkait dengan hasil penelitian tentang

kultur Pondok pesantren terhadap pembentukan Akhlaqul Karimah

sebagai berikut:

1. Kultur Pondok Pesantren

a. Kepada Seluruh Ustadz Pondok Pesantren

Bahwa kondisi akhlak generasi muda harus terus menerus

dibenahi dan menjadi tanggung jawab bersama terutama Lembaga

pendidikan baik formal maupun non formal (pondok Pesantren)

guna membangun generasi muda yang berakhlaqul karimah.

Kultur pondok pesantren harus tetap dipertahankan karena

diharapkan mampu mencetak santri yang memiliki sikap tawadhu’

dan berakhlaqul karimah

b. Kepada Santri ponpes

Bahwa kultur yang ada di podok pesantren merupakan

pendidikan pendewasaan diri sebagai sarana untuk melatih

kebiasaan yang positif dan membangun akhlaqul karimah.

2. Pembentukan Akhlaqul karimah

Page 115: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

99

a. Kepada Seluruh Ustadz Pondok Pesantren

Bahwa kondisi akhlak generasi muda harus terus menerus

dibenahi dan menjadi tanggung jawab bersama terutama Lembaga

pendidikan baik formal maupun non formal (pondok Pesantren)

guna membangun generasi muda yang berakhlaqul karimah

b. Kepada Santri Ponpes

Bahwa pendidikan di pondok pesantren sangatlah penting

karena tidak hanya pendidikan agama saja yang diperoleh

melainkan pendidikan akhlak yang mulia sesuai dengan norma

agama, sosial dan norma hukum sehingga mampu menjadi generasi

muda yang berkualitas.

c. Kepada masyarakat

Bahwa pendidikan di pondok pesantren sangatlah penting

karena tidak hanya pendidikan agama saja yang diperoleh

melainkan pendidikan akhlak yang mulia sesuai dengan norma

agama, sosial dan norma hukum sehingga mampu menjadi generasi

muda yang berkualitas. Maka kepada masyarakat henndaknya

memasukkan anak ke pondok pesantren menjadi pilihan utama

dalam membangun akhlaqul karimah

Page 116: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

100

C. Penutup

Demikian kajian skripsi yang dapat peneliti sajikan, tentu semua

masih banyak kekeliruan dan kekurangan, sehingga dapat dikaji ulang

kembali. Oleh karena itu peneliti tidak menutup kritik maupun saran yang

dapat membangun dan dapat menghasilkan pemahaman yang efektif dan

efisien.

Akhirnya puji syukur “Alhamdulilah” panjatkan kepada Allah

SWT, yang telah memberi petunjuk, kemudahan serta kelancaran dalam

penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Seiring do’a

peneliti haturkan kepada Sang Kholik semoga bermanfaat dan

menginspirasi khususnya bagi peneliti dan masyarakat. Amiiiiin.

Page 117: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:

Amzah

Aceh, Aboebakar. 1991. Pendidikan Sufi Sebuah Karya Mendidik Akhlak

ManusiaKarya Filosof Islam di Indonesia Cet ke-3. Solo: CV. Ramadhani.

A’isyah. 2010. “Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini (Studi Kasus pada

Masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten

Batang Tahun 2009)”Skripsi.Salatiga: JurusanTarbiyah Program Studi

Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Salatiga.

Amin, Achmad.1992. Etika. Jakarta: Bulan Bintang

Arikunto, Suharsimin. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Azizy, Qodri. 2003. Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial

(mendidik anak sukses masa depan: Pandai dan Bermanfaat).

Ali, Muhammad Daud. 2000. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Basit, Muhammad Abdul. 1995. “Dokumen Sejarah Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan, Sidorejo, Salatiga ”Dokumen. Salatiga: Pondok Pesantren

Salafiyah Pulutan.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif:

Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta

Engku, Iskandar dan Zubaidah. Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Furkon, Nuril. 2013. Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah, Yogyakarta:

Magnum Pustaka Utama.

Hamid, Abdul. 2003. Madrasah Pendidikan Jiwa, .Jakarta: Gema Insani.

Haryanto, Sugeng. 2012. Persepsi Santri Terhadap Perilaku Kepemimpinan Kiai

di Pondok Pesantren (Studi Interaksionisme Simbolik di Pondok Pesantren

Sidogiri-Pasuruan). Jakarta: Kementrian Agama RI

Ibrahim, Anis. 1972. Almu’jam Al Wasith. Mesir : Darul Ma’arif.

Page 118: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

2

Imammuddin, Basuni. et.al., Kamus Kontekstual Arab Indonesia. Depok: Ulinuha

Press.

Jamhari, Zainudin Muhammad Jamhari. 1998. Al Islam Jilid 2. Bandung: Pustaka

Seti.

Katsier, Ibnu.1986. Tafsir Ibnu katsier, Terj. Halim Bahreisy dan Bahreisy.

Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2005.Visionari Leadership menuju sekolah

efektif, Jakarta: Bumi Aksara.

Marimba, Ahmad. 1980. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: al-

Ma‟arif.

Masyhud, Sulton dan Moh. Khusnurdilo. 2005. Manajement Pondok Pesantren.

Jakarta: Diva Pustaka.

Maslihah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.

Yogyakarta: CV. Orbittrust Corp.

Mas’ud, Abdurrachman dkk., 2002. Dinamika Pesantren dan Madrasah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Muhaimin dan Abdul Mujib.1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis

dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya Cet. Ke-1. Bandung: PT.

Trigenda Karya.

Mustofa.1997. Ahlak Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia, 1997.

Nasirudin. 2009. Pendidikan Tasawuf. Semarang: RaSAIL Media Group.

Ratnasari, Ayu. 2016. “Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional Guru dan

Fasilitas Belajar Serta Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran

Biologi Siswa Manu 01 Limpung Kec. Limpung Kab.Batang Tahun

Pelajaran 2015/2016”Skripsi. Semarang: Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri WalisongoSemarang.

Razak, Nasrudin. 1993. Razak, Dienul Islam. Bandung: Al Ma’arif.

Rosidin. 2015. Pengantar Akhlak Tasawuf. Semarang: CV Karya Abadi Jaya

Sa’adah, Lailatus. 2015. “Sekularisme dan Pendidikan Akhlak (Studi Atas

Pemikiran Syed Muhammad Naquib al-Attas Tentang Konsep

Pendidikan Akhlak Dalam Menghadapi Sekularisme)” Skripsi.

Page 119: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

3

Semarang: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Walisongo Semarang.

Shihab, Quraish. 1996. Wawasan Al Qur’an, Bandung: Mizan.

Soegarda Purbakawatja. 1976. Ensiklopedia pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Syaihany, Oemar Muhammad Al Toumy. 1979. Falsafah Pendidikan Islam.

Terj.hasan Langggulung. Jakarta: Bulan Bintang.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sujatma, Rika Rachmita. 2008. Pengembangan Kultur Sekolah. Jakarta: Jurnal

Pendidikan.

Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Cet. Ke-

6.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Umary, Barmawey. 1991. Materi Akhlak. Solo: Ramadhani.

Ya’kub, Hamzah. 1993. Etika Islam. Bandung: Diponegoro

Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: BIGRAF

Publising

Zuhrati.2003. Pengalaman Mengenai Peran Kultur.www.Zuhrati10069.Blogspot.

com.

Page 120: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

4

Lamp. 1

Skema rute/ letak strategis Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

masjid

candran

pp. salafiyah

Page 121: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

5

Lamp. 1.2

Skema Bentuk Bangunan Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

1

2 3

3

7

4

5

6 6

8

9

12

12 12 12

9

12 13

9

12

11 11 11

10

Keterangan:

1. Masjid

2. Gudang Masjid

3. Wc. Putri

4. Tempat wudlu putri

5. Tempat wudlu putra

6. Wc. Putra

7. Sumur

8. Garasi/ kantor

9. Kamar santri putra

10. Dapur

11. Wc. santri putri

12. Kamar santri putri

13. Aula

Page 122: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

6

Lamp. 3.3

Silsilah Keluarga Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan

Primbon Jarunodipo

(Missing)

Sukimin

Rukimin

Ta'lim

KH. Syarqowi

KH. Surur & Ny. Siti Aisyah

KH. Soleh

K. Dalail

Sofiah

KH. Damanhuri

H. Khazin

KH. Dakoik Nawawi

& Ny. Siti Aisyah

& Istri kedua

& Ny. Romzatun

1. KH. Dimyati

1. Toha

2. Siti Khoiriyah

2. KH. Kodri Nawawi

3. H. Sofwan

3. Salaubin

4. Khasoni

5. Muflihah

6. Muamir

7. Arfiatun

8. Zunaidi BA.

9. Tasrifah

Page 123: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

7

Lampiran 2

1. Dokumentasi Wawancara dengan Asatidz

Page 124: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

8

2. Dokumentasiwawancara dengan santri

Page 125: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

9

Lampiran 3

Dokumentasi Kegiatan di pesantren

1. Berzanji/ diba’an

2. Dokumentasi Khitobah

Page 126: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

10

3. Kegiatan penyembelihan hewan qurban

Page 127: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

11

Page 128: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

12

LAMPIRAN

Page 129: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

13

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

A. Identitas Informan

Kode Responden :

Kode Data :

Pekerjaan :

Hari/tanggal :

Waktu :

B. Sasaran Wawancara

Bagaimana pembentukan akhlaqul karimah pada santri Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan. Bagaimana peran pendidikan pesantren dalam

pembentukan akhlak santri.

C. Butir-butir Pertanyaan

Daftar Pertanyaan Wawancara Kyai

1. Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam

pembentukan akhlak?

2. Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor

yang menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses

pendidikan akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

3. Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

4. Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada

para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

5. Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

6. Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang

digunakan di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

7. Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

8. Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di

pondok pesantren?

9. Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok

pesantren, apakah harapan Kyai kepada para santri setelah lulus

dari pondok pesantren/

10. Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren

Salafiyah, terutama mengenai akhlak santri?

Page 130: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

14

Lampiran 2

Pedoman Wawancara

A. Identitas Informan

Kode Responden :

Kode Data :

Pekerjaan :

Hari/tanggal :

Waktu :

B. Sasaran Wawancara

Bagaimana pembentukan akhlaqul karimah pada santri Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan. Bagaimana peran pendidikan pesantren dalam

pembentukan akhlak santri.

C. Butir-butir Pertanyaan

Daftar Pertanyaan Wawancara Pengurus

1. Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

2. Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor

yang menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses

pendidikan akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

3. Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

4. Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada

para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

5. Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

6. Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan

di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

7. Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

8. Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

9. Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok

pesantren, adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang

akhlak?

10. Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren

Salafiyah, terutama mengenai akhlak santri?

Page 131: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

15

Lampiran 3

Pedoman Wawancara

A. Identitas Informan

Kode Responden :

Kode Data :

Pekerjaan :

Hari/tanggal :

Waktu :

B. Sasaran Wawancara

Bagaimana pembentukan akhlaqul karimah pada santri Pondok

Pesantren Salafiyah Pulutan. Bagaimana peran pendidikan pesantren dalam

pembentukan akhlak santri.

C. Butir-butir Pertanyaan

Daftar Pertanyaan Wawancara Santri

1. Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

2. Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor

yang menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses

pendidikan akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

3. Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

4. Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada

para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

5. Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

6. Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan

di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

7. Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

8. Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

9. Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok

pesantren, adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang

akhlak?

10. Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren

Salafiyah, terutama mengenai akhlak santri?

Page 132: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

16

Lampiran 4

Kode Penelitian

Peran Pendidikan Pesantren dalam pembentukan Akhlaqul karimah Santri (Study kasus Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Salatiga)

1. Responden

No. Kode Nama

1. AB Drs. KH. Abdul Basith, M.Pd.I.

2. SR KH. Shonwasi Ridwan

3. ZU H. Zunaedi, BA.

4. HE Sholihul Hadi

5. WK Wawan Kurniawan

6. MNF Muhammad Najib Fikri

7. BPD Bangkit Putra Dewandaru

8. MAR Muhammad Abdul Rasyid

9. ABI Abidin

10. AR Arif Ridho

11. TI Titik Isniatus Salihah

12. RS Risa Suryani

13. KZ Khuzaimah

14. RT Ratna

15. AN Ana

2. Metode

Kode Metode Penelitian

W Wawancara

O Observasi

D Dokumentasi

3. Kategori Sumber Responden

Kode Keterangan

PE Pengasuh Pondok Pesantren

K Kyai

PG Pengurus

S Santri

Page 133: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

17

Lampiran 5

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : AB

Kode Data : W/PE/AB

Hari/ Tanggal : Rabu, 24 Agustus 2016

Waktu : 08.00 – 08.30 WIB.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Ya kalau di pesantren itu pendidikan akhlak itu justru yang paling utama,

kalau pendidikan keilmuan itu justru nomor berikutnya, yang pertama itu

akhlak yang utama.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Ya kalau penghambatnya paling tidak justru lingkungan, lingkungan itu

biasanya banyak faktor banyak hal yang kaitannya dengan lingkungan itu

mungkin karena memang di sini kondisi pondoknya masih terbuka,

kadang-kadang banyak terpengaruh oleh kondisi luar. Kondisi fisik

melihat adab di lingkungan sekitar. Kedua, kadang-kadang penghambat

yang berikutnya terkait dengan akhlak mungkin masih banyak yang

kurang memahami saja sesungguhnya manfaat atau peran akhlak itu

sendiri, menghayati yang sesungguhnya.

Ya kalau penunjang justru ketauladanan terutama dari seorang guru/

seorang kyai itu menjadi faktor yang paling menunjang. Kemudian antar

teman bisa saling memberikan contoh ketauladanan, karena akhlak lebih

cenderung pada ketauladanan tidak cukup hanya lisan. Kalau ajakan lisan

itu hanya verbal saja bahkan tidak begitu dominan, yang menjadi dominan

justru uswatun khasanah.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Bentuk-bentuknya tentu melalui pengajian, melalui kegiatan-kegiatan

yang ada di pondok terkait dengan menghadapi tamu atau apa, dan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan di pondok.

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

B : Pembiasaan yang dilakukan misalnya pembiasaan melaksanakan shalat

berjama’ah.

Page 134: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

18

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

B : Kegiatannya ada kegiatan harian dan mingguan. Kegiatan harian seperti

mengaji kitab-kitab kuning setelah shalat Subuh, Maghrib, dan Isya’.

Sedangkan kegiatan yang mingguan, seperti diba’an yang dilaksanakan

setiap malam Jumat. Kemudian ro’an dilaksanakan setiap Jumat pagi.

Selain itu, setiap Jumat malam Sabtu diadakan khitobah untuk melatih

sikap percaya diri sebagai bekal santri kelak saat terjun di masyarakat.

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Kalau kurikulum pesantren itu sesuai apa yang ada di dalam kitab-kibab

akhlak, di hadis-hadis juga banyak.

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Yang menjadi pelaksana pendidikan akhlak di pesantren tentunya adalah

Kyai sebagai pengajar dan santri sebagai penerima ilmu.

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Yang namanya akhlak itu justru akan mengangkat derajat seseorang,

kalau seseorang ingin diangkat derajatnya justru dari akhlak itu, diangkat

derajatnya oleh siapapuun jadi orang yang mulia itu karena akhlaknya

bukan kepandaiannya. Dan ketika seseorang ahlaknya baik, ilmunya itu

akan ikut, seberapapun ilmu yang dimiliki. Justru orang pandai yang tidak

didasari akhlak, ilmunya itu tidak ada faedahnya.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

B : Akhlak santri, pesannya ya harus direalisasikan bersama dengan teman,

masyarakat, guru dan terutama juga akhlak ketika beribadah kepada Allah

sesuai dengan aturan yang ada.

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

apakah harapan Kyai kepada para santri setelah lulus dari pondok

pesantren?.

B : Mengamalkan ilmunya, mengisi diri dengan akhlak kemudian bisa

bermanfaat bisa berperan di masyarakat dengan baik. Harapannya seperti

itu.

Page 135: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

19

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : MAR

Kode Data : W/S/MAR

Hari/ Tanggal : Rabu, 24 Agustus 2016

Waktu : 19.46 WIB – selesai.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Pendidikan akhlak itu sangat penting, bahwasannya kita tahu bahwa

menteri pendidikan itu menyarankan bahwa pendidikan karakter itu di

nomor satukan ketimbang yang lainnya, ketimbang psikomotorik dan yang

lain. Pesantren itu adalah salah satu lembaga yang mencetak para orang-

orang yang berakhlak, kalau masalah nanti dia pinter itu bonus.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Kalau yang menjadi penghambat itu kurangnya pemahaman,

bahwasannya ketika seorang santri mengaji menimba ilmu akan ditadaburi

apa isi ngaji tersebut. Kemudian diterapkan dalam dirinya, dan penerapan

itu yang menjadi akhlak, merubah perilakunya menjadi lebih baik.

Hambatannya, para santri kurang memahami kurang dapat

mengaplikasikan apa yang didapat dari ngaji tersebut kepada diri sendiri.

Untuk penunjangnya, para santri di sini Alhamdulillah masih diingatkan

oleh Kyai, oleh para senior yang lain. Misalnya, ada santri masuk

kemudian unggah-ungguhnya kemudian kesopanannya itu kurang pasti

seniornya akan menegur akan memberi contoh yang baik itu adalah salah

satu yang menjadi taladan. Jadi para senior itu menjadi teladan santri-

santri yang akhlaknya kurang atau belum baik.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

B : Untuk pembiasaanya di pondok pesantren Salafiyah ini, seperti salah satu

contoh pak Kyai selalu mendisiplinkan kami dalam shalat Subuh misalnya,

ketika sudah waktunya adzan Subuh kita dibangunkan untuk disiplin. Itu

juga salah satu bentuk pembentukan karakter yang baik juga itu, bangun

pagi. Kemudian ketika ada santri sang memakai pakaian yang tidak sopan,

itu pasti akan disindir oleh kyai atau para asatid di pondok ini.

Page 136: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

20

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

B : Banyak sekali selain pengajian kitab-kitab turros, kitab-kitab kuning,

kemudian ada pelatihan tarik suara seperti tilawah, kita setiap malam

Jumat ba’da magrib ada yasinan, kemudian setelah isa ada barzanji,

kemudian pada Jumat pagi ziarah kubur ke makam Mbah Dakoik Nawawi

selaku babat alas pondok Salafiyah ini. Malam Sabtu ada khitobah,

kemudian pada malam Selasa biasanya kita manakiban yang dipimpin oleh

pak kyai sendiri.

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Untuk kurikulum yang digunakan pokoknya kita manut apa dawuhnya

kyai saja, bersifat fleksibel.

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Kalau yang menjadi pelaksana itu Kyai, santri dan warga masyarakat.

Karena ketika ada salah satu santri yang melakukan tindakan kurang baik,

masyarakat yang akan menilai. Kalau para senior, asatid dan Kyai itu pasti

tidak akan dapat melihat 24 jam salah satu yang dapat menilai gerak-gerik

santri di luar adalah masyarakat. Sebagai salah satu stake holder yang

penting.

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Ya tujuannya kita itu meneruskan dakwah nabi, nabi saja diturunkan

untuk membenahi akhlak. Seperti hadits “innamȃ bu’itstu li-utammima l-

akhlȃq (aku diutus untuk menyempurnakan [terwujudnya] akhlaq yang

mulia). Kemudian kita ingin meneruskan dakwah nabi itu supaya

kedepannya orang itu tidak seenaknya sendiri, orang itu mempunyai tata

cara hidup, mempunyai sopan santun.

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang akhlak?

B : Ya walaupun itu hanya setitik dari satu lembar yang kosong itu pasti ada,

ketika setiap hari ada contoh yang baik, ada kata-kata yang selalu

memotivasi kami untuk berbuat baik itu pasti adalah. Ada sedikit

perubahan.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

Page 137: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

21

B : Untuk para santri, agar dapat mengaplikasikan apa yang didapat dari

mengaji tersebut, jadi tidak hanya masuk dari telinga kiri keluar telinga

kanan. Kita harus mentadaburi apa yang kita pelajari, mempraktekkan apa

yang kita pelajari dan terus mengembangkan diri kita itu untuk selalu

berbuat baik. Dan imbasnya adalah menjadi insan yang kaffah, menjadi

manusia yang berakhlak sempurna.

Nb: Hal yang berbeda dari pondok ini yaitu kita sebagai santri diserahkan dengan

seluruhnya, kita mempunyai wewenang dan otoritas. Itu yang membedakan, jadi

ketika di pondok lain itu ada pengurus ada yang lain itu dari pihak asatid kalau

kita tidak. Kita diserahkan sepenuhnya jadi manajemen pondok. Kemudian tata

tertib itu kita yang buat sendiri dan tujuannya juga kita mentaati apa yang kita

buat sendiri.

Page 138: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

22

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : ABI

Kode Data : W/S/ABI

Hari/ Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016

Waktu : 22.11 WIB – selesai.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Menurut saya pendidikan pesantren sangat penting sekali, karena

menurut saya pendidikan di pesantren sangat komplit sekali, dari sebuah

kurikulum di pesantren, kalau melihat pendidikan di pesantren itu sudah

mengalahkan pendidikan umum karena dari pagi sampai malam kita

mengaji. Kalau masalah akhlak itu muncul dari pribadi masing-masing,

karakter seseorang memang berbeda-beda, tapi karena kita seorang santri

yang hidup di pesantren, dan pesantren adalah tempat untuk membentuk

diri menjadi lebih baik.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Faktor utama yang menjadi penghambat adalah dari lingkungan yang ada

di pesantren, yang namanya sifat negatif itu cepat diikuti para santri,

soalnya yang berbau negatif itu pasti berbau kenikmatan.contoh disaat ada

suara adzan ternyata kita asik main ps, padahal adzan adalah panggilan

Allah. Ketika kita sering keluar, jangang ngaji itu juga faktor penghambat

karena yang namanya maksiat itu memang asik, tapi jangan ditiru.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Kita dilatih disiplin oleh romo Kyai, khususnya shalat jamaah. Misalnya,

saat pagi kyai berupaya membangunkan santri agar ikut berjama’ah subuh.

Kyai juga menunjukkan kewibawaan dengan memberi contoh tauladan

yang baik, dimana para santri mengikuti hal tersebut.

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

B : Selalu istiqomah dalam mengaji, dalam rangka menambah wawasan

ilmu, entah santrinya itu banyak ataupun sedikit.

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

Page 139: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

23

B : Untuk kegiatannya dari malam senin sampai malam sabtu alhmdulillah

full, malam senin itu ada Mukhtarol Hadits, kemudian malam selasa

setelah Maghrib itu kita manaqiban, terus habis isa itu kita ngaji falaq,

ta’limul muta’alim, terus mbah Shon itu Nashoihul Ibad, Sulam Taufiq itu

di malam kamis habis Isya’, bagaimana bacaan shalat itu yang benar dan

cara kita khusu’ dengan Allah, terus ada berzanji, ada khitobah.

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Kurikulum yang digunakan itu K13, Kompetensinya santri dapat

merubah akhlaknya.

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Pelaksananya ya seorang Kyai.

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Tujuan utama pendidikan di pesantren adalah untuk mencetak generasi

yang berbobot, di mana generasi itu mau mengamalkan apa yang telah

didapatkan, sitiko diamalke timbang akeh ora diamalke. Untuk merubah

bangsa ini menjadi lebih baik.

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang akhlak?

B : Ya Insya Allah kalau diri saya pribadi itu masih berusaha, karena saya

masih banyak keburukannya, ngrasani, entah bagaimana saya itu yang

menilai adalah orang lain, tapi dari diri saya berusaha ingin menjadi baik.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

B : Ya pesan saya, ketika kita berbicara dengan siapapun itu hati-hati dan

waspada. Karena apa, ucapan kita itu belum tentu di respon baik oleh

orang lain. Makanya kita itu harus berhati-hati dalam perkataan, karena

lidah itu memang lentur ora ono balunge, tapi sekali ngomong itu man

ceter koyo Harimau. Kita harus membentengi diri sendiri agar tidak

terjerumus kepada hal yang tidak benar.

Nb : Semua santri di pondok ini Salafiyah kebanyakan adalah mahasiswa, dan

lingkungan masyarakat sekitar mendukung pendidikan yang ada di

pesantren, baik tua maupun muda.

Page 140: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

24

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : HE

Kode Data : W/S/ HE

Hari/ Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016

Waktu : 21.40 WIB – selesai.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Kalau dalam pesantren, dari awal itu adalah pembentukan akhlak santri,

terbentuk dalam suatu proses di mana seseorang itu melakukan perubahan

dari akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik, di mana salah satunya

adalah di pondok pesantren.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Faktor penghambat dalam pembentukan karakter seseorang itu, kalau di

sini tercondong dalam perilaku yang ada di sini terutama pada santri

putra, ada beberapa santri yang tidak mematuhi aturan dan itu menjadi

momok dalam hancurnya akhlak tersebut. Bisa jadi perilaku seseorang itu

mencontoh perilaku tersebut.

Kalau faktor itu bisa dari diri sendiri dan orang lain, misalnya jarang

melakukan sesuatu atau melanggar sesuatu.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Kalau pembentukan akhlak itu kita terapkan pada kegiatan sehari-hari,

pada saat kita melakukan apa itu diselingi dengan pembicaraan yang baik

dan membuat seseorang itu menjadi baik dan tidak boleh membuat akhlak

seseorang itu menjadi tidak baik.

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

B : Kalau pondok pesantren itu mengajarkan akhlak santri dan mengaji kitab

kuning, agar santri bisa mengambil hikmahnya dari kitab tersebut.

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

Page 141: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

25

B : Kalau dalam kegiatan itu kita sering melakukan kegiatan mengaji kitab,

ada khitobah, diba’an, yasinan dan lain sebagainya.

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Dalam pondok pesantren ini menggunakan akhlaqul banin.

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Ya semua, dari kalangan pengurus, maupun asatid semuanya berperan

dalam membentuk akhlak santri.

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Tujuan utamanya, jika seorang santri terjun langsung dalam masyarakat

itu akan bisa menjadikan contoh yang baik dalam berhubungan sehari-hari

dalam masyarakat tersebut.

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang akhlak?

B : Kalau dari diri saya terutama dalam akhlak itu berbeda, dulu sebelum

masuk pesantren dan sesudah itu pasti berbeda, kalau saat di rumah itu

belum berbau akhlak pondok tetapi kalau sudah masuk pada ranah

pesantren pasti ada perubahan dalam perilaku.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

B : Dari santri itu agar untuk memperbaiki perilaku seseorang, agar

perilakunya lebih baik.

Nb : Kalau untuk pondok itu sama, pembelajaran kajian Islami di mana di

pondok lain itu belum tentu ada, yaitu kita mempelajari ilmu falaq atau

ilmu perbintangan.

Page 142: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

26

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : MNF

Kode Data : W/S/MNF

Hari/ Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016

Waktu : 19.01 – 19.11 WIB.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Pada dasarnya pendidikan nasional di Indonesia itu mengacu pada

pendidikan ponok pesantren, bahwasanya pondok pesantren itu secara

tidak langsung memberikan pendidikan akhlak dengan segala aturan-

aturan dan tata tertibnya yang sudah tertera di pondok pesantren. meskipun

pondok pesantren bukan lembaga pendidikan formal, namun pendidikan

nasional bercermin pada pendidikan pesantren.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Kurangnya rasa hormat santri kepada pengurus, karena pengurus di

pesantren adalah para santri itu sendiri. Kemudian kurangnya rasa ta’dim

dan sikap tawaduk santri kepada Kyai. Faktor penunjang yakni dibina

akhlaknya dengan adanya pembelajaran kitab-kitab, kegiatan-kegiatan,

tata tertib, dan lain-lain.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Pertama tata tertib, kedua pembelajaran dan sistem pembelajaran yang

ada di pondok pesantren, dan kajian-kajian kitab yang ada.

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

B : Pertama, shalat berjama’ah, menganjurkan fastabiqul khairat (berlomba-

lombalah dalam kebaikan)

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

B : Kegiatan harian mengaji setiap ba’da Maghrib, Isya’ dan Subuh.

Kegiatan mingguan seperti barzanji, manaqiban, khitobah, ro’an (bersih-

bersih) setiap hari Jumat

Page 143: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

27

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Kurikulum berbasis kompetensi, sesuai dengan Kyai, lebih fleksibel.

Adanya saling keterbukaan antara santri dan Kyai.

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Dapat dilihat dari dua sudut,. Pertama dari santri selaku subyek atau

penerima pendidikan. Kedua, dari asatidnya sebagai objeknya. Jadi

stimulus responnya tetap ada. Setidaknya, kalau asatid tidak menjelaskan,

tapi secara tidak langsung asatid mempraktekkannya. Jadi, santri bisa

menerima pembelajarn tersebut melalui peneladanan yang dilakukan oleh

santri terhadap asatid.

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Kita menganut pada prinsip Al ulama’ warasatul anbiya’ (ulama pewaris

para nabi). Sebaik mungkin kita melakukan fastabiqul khairat

sebagaimana layaknya santri.

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang akhlak?

B : Pembentukan akhlak yang baik, karena label seorang santri setelah terjun

di masyarakat, yang dilihat utama adalah akhlaknya, kepandaiannya itu

nomor dua. Perubahan selanjutnya yaitu mendapatkan ilmu yang

bermanfaat yang dapat diimplementasikan di masyarakat, ditularkan

kepada orang lain.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

B : Pertama, melakukan prinsip fastabiqul khairat. Kedua, menjaga akhlak.

Page 144: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

28

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : AN

Kode Data : W/S/AN

Hari/ Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016

Waktu : 21.27– 21.34 WIB.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Dalam pembentukan akhlak, pendidikan pesantren itu sangat penting

terutama dalam pembentukan karakter yang baik.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Faktor pergaulan teman sangat mempengaruhi. Baik buruknya teman

sangat mempengaruhi terhambatnya proses pendidikan akhlak di pondok

pesantren.

Faktor lingkungan, lingkungan yang baik pasti mendukung hal-hal yang

baik.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Bentuk-bentuk pembinaan seperti mengaji, shalat jama’ah ditertibkan,

TPQ, bakti sosial, shalat malam dirutinkan untuk melatih santri supaya

bisa mengatur waktu, bisa memanfaatkan waktu dengan baik.

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

B : Menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk mengaji, shalat

berjama’ah, shalat malam, puasa senin-kamis dan ajaran sunah lainnya.

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

B : Mengaji, khitobah, diba’an, kerja bakti dan bakti sosial yang diadakan di

luar pondok.

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

Page 145: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

29

B : Untuk sementara ini belum ada karena pondok ini belum lama ditempati,

jadi belum ditetapkan kurikulumnya.

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Pelaksananya seluruh anggota yang ada di lingkungan pondok pesantren,

dari mulai santri, Pak Kyai, warga dan masyarakat sekitar.

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Mencetak generasi yang baik, berakhlaqul karimah, anak yang soleh dan

solehah.

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang akhlak?

B : Perubahan yang saya rasakan dari sebelum di pesantren dan setelahnya,

sebelunya saya itu susah bersosialisasi, sekarang hidup di pondok

pesantren bersama teman-teman menjadi bisa bersosialisasi dengan teman-

teman sekitar. Kemudian dari pembiasaan shalat, awalnya tidak pernah

tepat waktu karena sudah terbiasa di pondok pesantren itu terjadwal harus

tepat waktu bisa mempraktekkan di rumah juga. Kemudian pembiasaan

puasa-puasa sunnah, sebelumnya tidak pernah sekalipunpuasa sunnah

sekarang menjadi rutin.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

B : Pesannya adek-adek harus lebih bisa baik lagi, dalam mengikuti

program-program yang ada di pondok pesantren.

Page 146: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

30

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : RT

Kode Data : W/S/RT

Hari/ Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016

Waktu : 21.20– 21.27 WIB.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Pendidikan akhlak sangat penting, karena di zaman sekarang banyak

akhlak anak yang kurang baik, akibat penyalahgunaan internet. Pesantren

sangat penting dalam mengendalikan banyaknya akhlak yang kurang baik.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Faktor yang menghambat biasanya sering ngobrol pada saat mengaji,

sering mengulur waktu, pengaruh buruk dari teman. Teman dan

masyarakat yang baik dapat menunjang pembentukan akhlak yang baik.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Bentuk-bentuk pembinaan seperti mengaji, shalat jama’ah

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

B : Berjama’ah, mengaji, shalat malam, puasa kliwonan, senin-kamis.

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

B : Mengaji, diba’an, tahlilan, ro’an, TPQ bersama.

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Tidak ada kurikulum yang terikat, sesuai intruksi dari bapak Kyai.

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Santri.

Page 147: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

31

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Tujuan pendidikan akhlak tentunya untuk membentuk akhlak yang baik.

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang akhlak?

B : Perubahan sangat besar bagi saya sendiri, awalnya saya tidak memakai

jlbab, sekarang saya memakai jilbab. Dahulu saya tidak bisa mengaji

akhirnya bisa mengaji. akhlak saya sebelumnya kurang baik, sekarang

insya Allah menjadi baik.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

B : Pesannya, saat kita di pondok kita konsentrasi kegiatan di pondok.

Misalnya waktunya mengaji, kita mengaji. Setelah kita keluar dari pondok

akhlak kita menjadi baik.

Nb : Hal yang menarik dari pondok Salafiyah daripada pondok lain yaitu para

santri bisa membaur dengan masyarakat.

Page 148: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

32

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : TI

Kode Data : W/S/TI

Hari/ Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016

Waktu : 20.05– 20.18 WIB.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Sangat penting, pendidikan di pondok pesantren lebih dari 50%

mempengaruhi dalam pembentukan akhlaqul karimah. Karena di pondok

pesantren dibiasakan oleh Kyai. Sikap tawaduknya santri terhadap Kyai

sangat dianjurkan.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Ada faktor intern dan ekstern, faktor intern yaitu dari diri sendiri, kadang

sifat-sifat yang negatif muncul, seperti malas dan sebagainya yang dapat

mempengaruhi akhlak kita. Jadi, tergantung bagaimana kita bisa

mengontrol diri kita sendiri untuk berakhlaqul karimah. Kalau kita dapat

menerapkan pengetahuan kita dengan benar, Insya Allah semakin sedikit

hambatannya. Namun, jika pengetahuan kita banyak tetapi tidak bisa

menerapkannya, maka dapat menghambat proses pembentukan akhlak

yang baik. Faktor ekstern dapat berasal dari teman dan lingkungan. Jika

teman kita mempunyai akhlak yang kurang baik, dan kita mudah

terpengaruh, tidak bisa menyaring mana akhlak yang bak dan tidak, maka

hal itu dapat menghambat terbentuknya akhlaqul karimah. faktor penujang

sama dengan faktor penghambat, namun dari sisi positifnya. Ustadz juga

berperan dalam menunjang, Kyai selalu memberikan pitutur-pitutur yang

baik. Selain itu, mendorong dan membina para santrinya untuk

berakhlaqul karimah, baik melalui wejangan lisan, mengaji kitab, uswatun

hasanah atau tauladan dari seorang Kyai. Jika kita mengikuti teman kita

yang baik juga salah satu faktor penunjang.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Pembinaan akhlak, kajian-kajian kitab di pondok bersama para Kyai.

Adanya jadwal piket yang mengajarkan menjaga kebersihan.

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

Page 149: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

33

B : Pembiasaan Shalat berjama’ah, biasanya sebelum Subuh sudah

dibangunkan untuk melaksanakan shalat malam atau shalat sunah lainnya.

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

B : Mengaji setelah Maghrib, Isya, Subuh, diba’an, ro’an.

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Tidak menggunakan kurikulum yang paten. Biasanya kita berdiskusi apa

yang akan kita pelajari.

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Santri, guru/asatid. Selain itu warga yang menjadi cermin bagi kita untuk

berkaca bagaimana kita berakhlaqul karimah.

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Tujuan utamanya agar akhlaqul karimah dapat tertanam dalam jiwa para

santri. di manapun mereka berada, mereka tetap berakhlaqul karimah,

tidak hanya dalam pengawasan.

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang akhlak?

B : Ada, perubahan itu seperti pembiasaan shalat malam. Kalau di pondok,

bangun subuh itu pasti. Kalau tubuh tidak fit, baru tidak bangun malam.

Kalau di rumah, lebih berat. Jadi, selama di pondok, banyak hal-hal positif

yang saya lakukan dan banyak ilmu-ilmu yang didapat saya serap untuk

diterapkan.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

B : Dapat mempertahankan akhlaqul karimah dan mungkin bisa ditambah

atau ditingkatkan, adapun akhlak yang tidak baik tidak mempengaruhi.

Page 150: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

34

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : RS

Kode Data : W/S/RS

Hari/ Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016

Waktu : 20.55– 21.03 WIB.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Pendidikan akhlak di pondok pesantren sangat penting, karena di pondok

pesantren, santriwan santriwati itu belajar agama dan semuanya pasti

akhlaqul karimah.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Faktor yang menghambat yang pertama handphone, banyaknya social

media yang tidak digunakan secara efektif. faktor penunjang seperti

mengaji kitab.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Selain dicontohkan oleh Kyai atau ustadz, setiap malam Sabtu ada

kegiatan Khitobah, di mana kita diberi kesempatan untuk menyampaikan

sepatah du apatah kata.

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

B : Ketepatan waktu berjama’ah, membangunkan untuk shalat tahajud, shalat

gerhana dan sebagainya. Jadi, Kyai lebih mencontohkan, kemudian santri

mengikuti.

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

B : Selain mengaji kitab salaf, shalat tahajud, khitobah. Kalau membaca Al-

Qur’an itu pasti, masing-masing anak setelah shalat.

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Kurikulumnya masih salaf atau tradisional, dari Kyai.

Page 151: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

35

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Santriwan santriwati, sedangkan penanggung jawab atau yang memberi

contoh yaitu asatid, dan di atasnya bisa dibilang pak Kyai.

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Tujuan pendidikan akhlak untuk membentuk karakter santriwan

santriwati berdasarkan karakteristik salafiyah yaitu tradisional.

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang akhlak?

B : Perubahan sangat berpengaruh terutama dalam kegiatan mengaji,

jama’ah. Hal lain misalnya, kalau temannya puasa jadi ikut puasa,

temannya belajar bahasa Arab, juga ikut belajar bahasa Arab. Selain itu

dari cara berpakaian juga lebih sopan, memakai rok, tidak celana atau

legging.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

B : Pesannya, senantiasa menumbuhkan dan mengembangkan akhlaqul

karimah secara istiqomah. Tidak hanya di pondok, tetapi juga di rumah

dan di kampus. Everywhere and everytime.

Nb : Perbedaan dengan pondok lain yaitu, kalau kita santrinya mahasiswa-

mahasiswa. Adanya kajian-kajian kemahasiswaan, tidak ada kata manja,

kita semua melakukan segala sesuatu secara mandiri dan bersama-sama.

Page 152: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

36

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : KZ

Kode Data : W/S/KZ

Hari/ Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016

Waktu : 21.08– 21.17 WIB.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Sangat penting sekali, karena di pondok pesantren berbeda dengan

pendidikan di sekolah-sekolah umum. Di pondok pesantren banyak sekali

adab-adab sopan santunnya, tata krama, dan itu sangat penting sekali

dalam membentuk kepribadian atau akhlaqul karimah para santrinya. Pasti

berbeda akhlak anak yang berada di pondok pesantren dibandingkan

dengan anak di sekolah-sekolah umum. Anak yang di pondok pesantren

pasti lebih bagus dan lebih tawaduk dengan temannya.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Faktor yang menghambat antara lain gadget, laptop sangat

mempengaruhi orang jadi individual. Faktor lain, karena di sini mahasiswa

semua, berbaur dengan teman di kampus dari berbagai macam karakter,

jadi akhlaknya terkontaminasi dengan teman-temannya. Selain itu,

kurangnya pemantauan dari pengasuh pondok pesantren. Faktor yang

menunjang misalnya dari masyarakat, ada warga yang memantau santri.

Jika warga melihat ada santri yang pulang terlambat atau terlalu malam,

perempuan dan laki-laki berboncengan, itu warga mengingatkan.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Melalui teguran langsung dari warga atau pengasuh walaupun tidak

intensif. selain itu, juga ada pelajaran-pelajaran hadits tentang akhlak.

Walaupun sedikit, tapi ilmu yang diperoleh itu diamalkan. kemudian dari

pak Kyai juga selalu diberi amalan-amalan yang baik-baik.

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

Page 153: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

37

B : Shalat berjama’ah, ikut pengajian dengan warga, di bulan Ramadhan ada

salah satu kegiatan yang materinya tentang akhlak yang baik, shalat

malam.

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

B : Kegiatan pokoknya mengaji. Kemudian diba’an, khitobah.

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Tidak ada kurikulum patokan, sesuai dengan keinginan dan kebutuhan,

fleksibel. Tidak ada kurikulum patokan seperti sekolah pada umumnya.

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Semua pihak di lingkungan pondok pesantren. Terutama pak Kyai,

masyarakat, dan santri.

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Untuk membentuk akhlak yang baik, dan nanti saat kembali ke rumah

kita sudah dibekali akhlak yang baik untuk terjun langsung di masyarakat.

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

adakah perubahan dalam diri Anda terutama dalam bidang akhlak?

B : Sedikit ada, seperti yang dulunya jarang berjama’ah sekarang sering

berjama’ah. Amalan-amalan lain dan sopan santun juga ada perubahan.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

B : Pesannya, kita harus menghormati yang lebih tua, menjaga bicara, jaga

diri, lingkungan dan sekitarnya.

Page 154: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

38

Transkip Wawancara

Identitas Informan

Kode Responden : SR

Kode Data : W/K/SR

Hari/ Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2016

Waktu : 17. 30– 17.47 WIB.

A : Seberapa penting peran pendidikan di pesantren dalam pembentukan

akhlak?

B : Tujuan pokok pendidikan di pesantren, disamping ilmiah atau keilmuan

adalah pembentukan karakter santri. Sehingga dengan duanya itu berjalan,

ilmiah keilmuan dan pembentukan karakter pada akhirnya, satu akan

menjadi orang-orang yang berilmu dan beramal. Kemudian yang kedua

karena santri itu selalu ditunggui oleh Kyai, sehingga mereka mempunyai

uswah atau kiblat dalam melaksanakan sesuatu, ada rujukan. Dari sekian

banyak lembaga pendidikan yang sekaligus menerapkan ilmu amaliah

adalah pesantren.

A : Dalam proses pembelajaran/ pendidikan akhlak tentunya ada faktor yang

menjadi penghambat dan penunjang:

a. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan

akhlak di pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

b. Faktor apa saja yang menjadi penunjang dalam proses

pembentukan akhlak?

B : Salah satu hambatannya itu, karena sekarang banyak santri yang

mondoknya itu nyambi, sekolah nyambi mondok. Mestinya harus dibalik

mondok nyambi sekolah. Karena mondoknya hanya nyambi maka

komitmennya kurang. Jika sekolahnya libur maka mondoknya juga libur.

Pendidikan di pondok tidak bisa maksimal karena sangat tergantung pada

alokasi waktu diperguruan atau sekolahan.

Niat sangat menentukan, nek niatku mondok berarti orientasi

konsentrasinya di pondok. Artinya apapun kegiatan di pondok mestinya

harus diikuti. Tetapi banyak juga akhirnya program di pondok tidak

diikuti, hanya sebatas di pondok.

Santri memerlukan metode lain untuk pengembangan diri. Jadi akan

sangat sempurna jika anak-anak mondok sekaligus kuliah. Sehingga

pengembangan metodologi, pengembangan pola pikir itu akan lengkap.

Jadi basic ilmu bisa lewat pondok tetapi pengembangan keilmuannya

lewat pendidikan formal. Di pondok untuk pengembangan pemikiran tidak

ada, kalau diperkuliahan kan ada. Jadi akan lengkap.

A : Apa saja bentuk-bentuk pembinaan akhlaqul karimah di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

Page 155: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

39

B :

A : Pembiasaan apa saja yang diajarkan oleh para asatid/ Kyai kepada para

santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah?

B : ya pembiasaan berzanji, dan pembiasaan-pembiasaan lain yang harusnya

terprogram oleh pondok. Pembiasaan fasih untuk berbicara, bagai

manapun mahasiswa pada ahirnya akan terjun di masyarakat. Perlu

diadakan tes/ ujian pondok, misalnya tes membaca al-Qur’an.

A : Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Pulutan

Salatiga?

B : Kegiatan kajian kitab-kitab kuning, dan berzanjen dan sebagainya.

A : Berkaitan dengan pendidikan akhlak, kurikulum apa yang digunakan di

pondok pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Kurikulumnya ya kegiatan yang ada di pesantren, sesuai intruksi kyai.

A : Siapa saja yang menjadi pelaksana dalam pendidikan akhlak di pondok

pesantren Salafiyah Pulutan?

B : Pelaksananya adalah kyai/ pengasuh pondok pesantren dan para santri.

A : Apa yang menjadi tujuan utama adanya pendidikan akhlak di pondok

pesantren?

B : Tujuan pendidikan pesantren adalah satu, menjadikan orang yang ma’yul

islami kesadaran terhadap tugas-tugas keislamannya kuat. Menjadi orang

yang bisa dicontoh oleh orang yang ada disekitarnya. Hubbul waton

mencintai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

A : Setelah menjalani berbagai pembelajaran yang ada di pondok pesantren,

apakah harapan Kyai kepada para santri setelah lulus dari pondok

pesantren.

B : Santri dapat memiliki keilmuan yang baik dan amal yang baik. Santri

dapat menjadi contoh di lingkungan kelak di masyarakat.

A : Adakah pesan bagi para santri yang ada di pondok pesantren Salafiyah,

terutama mengenai akhlak santri?

B : Hubungan antar santri tetap dijaga/ saling mengisi. Tetap mencerminkan

bahwa apapun keadaannya dia adalah santri, perilaku santri harus tetap

ditunjukkan dan dimanapun ketika berbaur dimasyarakat tetap sadar

bahwa dia seorang santri. Seberapapun pengembangan keilmuan tetap

dijaga.

Page 156: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

1

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Ashlahul Arifin

NIM : 111-12-125

PA : Dr. M. Gufron, M.Pd

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai

1. Orientasi Pengenalan Akademik dan

kemahasiswaan (OPAK) oleh DEMA

STAIN Salatiga

05-07

September

2012

Peserta 3

2. Orientasi Pengenalan Akademik dan

kemahasiswaan (OPAK) oleh HMJ

Syari’ah STAIN Salatiga

08-09

September

2012

Peserta 3

3. Orientasi Dasar Keislaman (ODK) oleh

ITTAQO dan CEC

10 September

2012

Peserta 2

4. Seminar Enterpreneurship dan

Perkoperasian 2012 oleh MAPALA

MITAPASA dan KSEI STAIN Salatiga

11 September

2012

Peserta 2

5. Achievment Motivation Training oleh

JQH dan LDK

12 September

2012

Peserta 2

6. Library User Education oleh UPT

Perpustaakaan STAIN Salatiga

13 September

2012`

Peserta 2

7. Gerakan Santri Menulis Sarasehan

Jurnalistik Ramadhan di Pondok

Pesantren Al-Falah Salatiga

31 September

2012

Peserta 2

8. Training Pembuatan Makalah oleh

Lembaga Dakwah Kampus (LDK)

13 Oktober

2012

Peserta 2

9 Seminar Regional oleh ITTAQO

Aktualisasi bahasa Arab Sekolah Tinggi

Agama Islam negeri STAIN Salatiga

27-28 Oktober

2012

Peserta 4

10 Seminar Nasional oleh KOMPAS

bersama AQUA DWIPAYANA

“Berhenti Kerja Semakain kaya”

05 April 2013 Peserta 2

11. Seminar Tafsir Tematik oleh JQH

STAIN Salatiga

04 Mei 2013 Peserta 2

12. Bedah Buku oleh Lembaga Dakwah

Kampus (LDK) “Sang Maha Segalanya

25 Mei 2013 Peserta 2

Page 157: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

2

mencintai Sang Mahasiswa”

13. Lomba Cerpen Islami dalam rangka

MILAD LDK Darul Amal STAIN

Salatiga XI

13 Juni 2013 Peserta 2

14. Seminar Regional Deteksi Dini

Gangguan Perkembangan pada Anak

18 Juni 2013 Peserta 4

15 Penerimaan Anggota Baru (PAB) JQH

2013

23-24

November

2013

Peserta 2

16. SK Pengangkatan Kepengurusan HMPS

Pendidikan Agama Islam Periode 2014-

2015

20 Juli 2014 Peserta 4

17. GARDIKA (Gema Ramadhan di

Kampus) Pesantren Kilat di SMPN 3

Salatiga

29-31 Agustus

2013

Pemateri 4

18. Upgrading dan Rapat Kerja Pengurus

Himpunan Mahasiswa Program Studi

(HMPS) Pendidikan Agama Islam

06 September

2014

Peserta 2

19. Seminar Nasional Bahasa Arab oleh

ITTAQO

09 Oktober

2013

Panitia 8

20. Diklat Microteaching oleh Himpunan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Agama Islam STAIN Salatiga

08 November

2014

Panitia 3

21. WORKSOP NASIONAL oleh

Himpunan Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga

16 Desember

2014

Panitia 8

22. Harmonisasi Lingkungan oleh

MAPALA MITAPASA STAIN Salatiga

27 Desember

2014

Peserta 2

23. Workshop Pengembangan Desain Modul

Pendidikan Toleransi, HAM dan

Perdamaian di Pesantren

24-27 Mei

2015

Peserta 4

24. Seminar Nasional oleh Dewan

Mahasiswa (DEMA) Fakultas Syari’ah

Institut Agama Islam Negeri salatiga

27 Juni 2015 Peserta 8

25. Training & Field Trip Peningkatan

Pemahaman Perdamaian di Pesantren

Berperspektif HAM dan Islam

2-5 Oktober

2015

Peserta 4

26. Seminar Nasional Kewirausahaan oleh

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koperasi Salatiga

30 Oktober

2015

Peserta 8

Page 158: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

3

27. IAIN Salatiga Bersholawat dan Orasi

Kebangsaan oleh Dewan Mahasiswa

(DEMA) IAIN Salatiga

03 November

2015

Peserta 2

28. Pengajian Isro’ Mi’roj oleh REMASTA

Simo Boyolali

06 Mei 2016 Panitia 3

29. Nusantara Mengaji “300.000 Khataman

Al-Qur’an se-Indonesia Untuk

Keselamatan & kesejahteraan Bangsa”

oleh JQH Al-Furqon IAIN Salatiga

08 Mei 2016 Peserta 3

30. Sertifikat Regional Workshop Tahfidz

oleh JQH Al-Furqon IAIN Salatiga

04 Juni 2016 Peserta 2

31. Dialog Nasional “Peningkatan Konsep

Hablum Minannas Melalui Ramadhan”

19 Juni 2016 Peserta 8

JUMLAH 108

Salatiga, 14 September 2016

mengetahui,

Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama

Achmad Maimun, M.Ag

NIP. 19700510 199803 1003

Page 159: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

1

Page 160: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

2

Page 161: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

3

Page 162: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

4

Page 163: PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTRENe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1138/1/Ashlahul... · 2017. 3. 10. · i PEMBENTUKAN AKHLAQ SANTRI MELALUI KULTUR PESANTREN

5