158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA (Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama : Pendidikan Fisika Oleh : Bambang Siwiharjo S830809204 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN

MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA

(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas

X SMK Negeri Jenawi Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama : Pendidikan Fisika

Oleh :

Bambang Siwiharjo

S830809204

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN

MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL

(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X

SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun oleh :

Bambang Siwiharjo

S830809204

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

NIP. 19520116 198003 1 001 ....................... ...............

Pembimbing II : Dra. Suparmi, MA. Ph.d

NIP. 19520915 197603 2 001 ........................ ...............

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

NIP. 19520116 198003 1 001

Page 3: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL

(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X

SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun oleh :

Bambang Siwiharjo

S830809204

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua : Prof. Dr. H. Ashadi NIP. ....................... ............... Sekretaris : Drs. Cari, M.Sc, MA, Ph.D. NIP. ........................ ............... Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001 ....................... ............... 2. Dra. Suparmi, MA. Ph.d NIP. 19520915 197603 2 001 ........................ ...............

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Drs. Suranto, M.A, Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP NIP

Page 4: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Bambang Siwiharjo

NIM : S830809204

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER

(NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL

(Studi Kasus pada Materi Fisika Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X

SMK Negeri Jenawi Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tesebut.

Surakarta, Januari 2011

Yang membuat pernyataan

Bambang Siwiharjo

Page 5: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul ” PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN

METODE STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISSION(STAD) DAN

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN

MOTIVASI DAN INTERAKSI SOSIAL (Studi Kasus pada Materi Fisika

Hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X SMK Negeri Jenawi Tahun

Pelajaran 2010/2011).

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Drs.

Suranto, M.A, Ph.D yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam

menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing pertama Prof. Dr. H. Widha

Sunarno, M.Pd yang telah memberikan arahan selama penulisan tesis ini.

Page 6: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

4. Pembimbing kedua Dra. Suparmi, M.A, Ph.D yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Segenap dosen pengampu mata kuliah Program Studi Pendidikan Sains

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.

7. Istri tercinta (B. Dwi Kristiani M) dan anak pertama kami tersayang (Galatia

Vega Raharjo) yang rela mengijinkan untuk terus belajar.

8. Rekan-rekan pascasarjana angkatan paralel September 2009, utamanya Bu

Agin dan suami (Pak Aris), Bu Sumiati, Bu Pudji dan Bu Yayuk, yang senasib

sepenanggungan.

9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mendoakan semoga amal kebaikan semua pihak

tersebut mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat di sisi Allah SWT.

Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam pemanfaatan penelitian ini.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 7: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .......................................................................................................... i

PERSETUJUAN .......................................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................ iii

KATA-KATA MUTIARA........................................................................... iv

PERNYATAAN............................................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

ABSTRAK .................................................................................................... xvi

ABSTRACT .................................................................................................. xvii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 11

C. Pembatasan Masalah ................................................................. 12

D. Perumusan Masalah .................................................................. 13

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 13

F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 14

Page 8: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

BAB II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS ................................................................................ 16

A. Kajian Teori

1. Hakekat Pembelajaran Fisika ................................................. 16

a. Teori Belajar ..................................................................... 17

b. Teori Belajar Konstruktivisme ........................................... 18

c. Teori Belajar Kognitif ........................................................ 25

1). Teori Belajar Piaget ...................................................... 26

2). Teori Belajar Ausubel .................................................. 30

3). Teori Belajar Gagne ..................................................... 32

d. Teori Belajar Sosial............................................................ 33

e. Pembelajaran Kooperatif .................................................... 35

1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif ............................ 35

2). Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ................................ 37

3). Tujuan Pembelajaran Kooperatif ................................ 40

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division(STAD) .................................................................... 42

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) ................................................................................... 45

4. Motivasi Belajar ................................................................... 45

5. Interaksi Sosial ..................................................................... 50

a. Definisi Interaksi Sosial ................................................... 50

b. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ........................................ 51

Page 9: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

6. Pengertian Prestasi Belajar dan Penilaian Hasil Belajar ...... 52

7. Mata Pelajaran Fisika ........................................................... 57

a. Konsep Gaya .................................................................... 57

b. Hukum-hukum Newton tentang Gerak ............................ 58

c. Penerapan Hukum-hukum Newton .................................. 60

B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 65

C. Kerangka Berpikir .................................................................. 69

D. Pengajuan Hipotesis ................................................................ 75

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 76

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 76

1. Tempat Penelitian ................................................................. 76

2. Waktu Penelitian ................................................................... 76

B. Metode Penelitian ...................................................................... 77

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............. 77

1. Penetapan Populasi Penelitian .............................................. 77

2. Penetapan Sampel Penelitian ................................................ 78

3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 78

D. Variabel Penelitian ................................................................... 78

1. Variabel Bebas ...................................................................... 78

2. Variabel Terikat .................................................................... 80

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 81

1. Metode Tes ........................................................................... 81

2. Metode Angket ..................................................................... 81

Page 10: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

3. Metode Dokumentasi ............................................................ 81

F. Instrumen Penelitian.................................................................. 82

1. Instrumen Pembelajaran ....................................................... 82

2. Instrumen Pengambilan Data ................................................ 82

G. Uji Coba Instrumen Penelitian .................................................. 82

1. Istrumen Penilaian Kognitif .................................................. 82

a. Uji Validitas ..................................................................... 82

b. Uji Reliabilitas ................................................................. 84

c. Uji Tingkat Kesukaran Soal ............................................. 85

d. Uji Daya Beda Soal .......................................................... 87

2. Istrumen Penilaian Motivasi dan Interaksi Sosial ................ 88

a. Uji Validitas ..................................................................... 89

a. Uji Reliabilitas ................................................................. 90

H. Teknik Analisis Data ................................................................ 91

1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................... 92

a. Uji Normalitas .................................................................. 92

b. Uji Homogenitas .............................................................. 92

2. Uji Hipotesis ......................................................................... 93

a. Uji Anava ......................................................................... 93

a. Uji Lanjut Anava .............................................................. 97

BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................. 99

A. Deskripsi Data ........................................................................... 99

1. Data Prestasi Belajar Fisika .................................................. 99

Page 11: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

2. Data Motivasi ....................................................................... 102

3. Data Interaksi Sosial ............................................................. 105

B. Pengujian prasyarat analisis ...................................................... 107

1. Uji Normalitas ...................................................................... 107

2. Uji Homogenitas ................................................................... 111

C. Pengujian Hipotesis ................................................................... 113

1. Hasil Uji Hipotsis ................................................................. 113

2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan ..................... 116

D. Pembahasan ............................................................................... 119

E. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 131

BAB V. KESIMPILAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................. 132

A. Kesimpulan ............................................................................... 132

B. Implikasi .................................................................................... 134

1. Implikasi Teoritis .................................................................. 134

2. Implikasi Praktis ................................................................... 135

C. Saran .......................................................................................... 136

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 138

LAMPIRAN.................................................................................................. 140

Page 12: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1.1 Nilai rata-rata Ulangan Kelas X Semester 1 Tahun 2009 .............. 2

Tabel 1.2 Pendidikan Orang Tua ................................................................... 5

Tabel 1.3 Pekerjaan Orang Tua ..................................................................... 6

Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky ................... 23

Tabel 2.2 Perkembangan Kognitif Piaget ...................................................... 28

Tabel 2.3 Ranah Kognitif, Indikator dan Cara Evaluasi ................................ 56

Tabel 2.4 Ranah Afektif, Indikator dan Contoh Perolehan Kemampuan ...... 56

Tabel 3.1 Tahap Penelitian ............................................................................ 74

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ..................................................................... 75

Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 82

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrument Tes prestasi belajar 83

Tabel 3.5 Tabel Indeks Kesukaran………………………………………… 84

Tabel 3.6. RangkumanTaraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar ............... 85

Tabel 3.7 Tabel Nilai Daya Pembeda Soal .................................................... 86

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestsi Belajar ........... 86

Tabel 3.9 Rancangan Komputasi Data Statistik ............................................ 93

Tabel 3.10 Rangkuman Analisis Varians Tiga Jalan ..................................... 95

Tabel 4.1 Diskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika .................................. 98

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika ................................ 99

Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Mempunyai Motivasi Tinggi dan Rendah .... 101

Tabel 4.4. Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ..................... 102

Page 13: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Tabel 4. 5 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ....................... 102

Tabel 4.6 Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Interaksi Sosial Tinggi

dan Rendah………………………………………………………... 103

Tabel 4.7 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ...................... 104

Tabel 4.8 Diskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ........................ 104

Tabel 4.9 Jumlah Siswa dengan Motivasi Tinggi Rendah dan Interaksi Sosial

Tinggi Rendah ............................................................................... 105

Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga Jalan ..................................................... 113

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linear Model .. 113

Tabel 4.12 Rangkuman Uji Hasil Komparasi Ganda (Uji Scheffe’) ............. 115

Page 14: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Balok ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α ................ 61

Gambar 2.2 Dua balok dihubungkan oleh katrol licin ................................... 61

Gambar 2.3 Dua balok dihubungkan oleh katrol licin dan tergantung .......... 62

Gambar 2.4 Balok meluncur pada bidang miring yang membentuk sudut α 63

Gambar 2.5 Orang berada di dalam lift ......................................................... 63

Gambar 4.1 Diagaram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ............. 100

Gambar 4.2 Diagaram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT ............... 100

Gambar 4.3 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika ...................................... 107

Gambar 4.4 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD ................. 108

Gambar 4.5 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT .................... 109

Gambar 4.6 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Metode ........ 110

Gambar 4.7 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Motivasi ...... 111

Gambar 4.8 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Interaksi

Sosial………………………………………………………… 114

Gambar 4.9 Diagram ANOM pengaruh metode terhadap prestasi belajar .... 116

Gambar 4.10 Diagram ANOM pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar 117

Gambar 4.11 Diagram ANOM pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi

Belajar ....................................................................................... 118

Page 15: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Silabus ....................................................................................... 138

Lampiran 2. Skenario Pembelajaran (RPP) ................................................... 140

Lampiran 3. LKS ........................................................................................... 162

Lampiran 4. Kisi-kisi Angket Motivasi Siswa ............................................... 174

Lampiran 5. Angket Motivasi siswa .............................................................. 175

Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Interaksi Sosial ............................................... 180

Lampiran 7. Angket Interaksi Sosial ............................................................. 181

Lampiran 8. Kisi-kisi Tes Prestasi Kognitif .................................................. 188

Lampiran 9. Tes Prestasi Kognitif ................................................................. 190

Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Penilaian Afektif .......................................... 197

Lampiran 11. Angket Penilaian Afektif ......................................................... 198

Lampiran 12. Hasil Uji Coba Instrumen ........................................................ 202

Lampiran 13. Data Induk Penelitian .............................................................. 213

Lampiran 14. Hasil Olah Data Minitab 15 ..................................................... 215

Lampiran 15. Hasil Analisis Variansi ............................................................ 224

Lampiran 16. Hasil Uji Scheffe’ .................................................................... 228

Lampiran 17. FotoKegiatan ........................................................................... 232

Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian ................................................................. 236

Page 16: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRAK

Bambang Siwiharjo, S830809204, 2011, ”Pembelajaran Fisika dengan Metode Student Teams Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan Memperhatikan Motivasi dan Interaksi Sosial Siswa” (Studi kasus pada materi Hukum-hukum Newton untuk kelas X SMK Negeri Jenawi Semester 1 Tahun Pelajaran 2010-2011). Tesis: Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing: 1) Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd; 2) Dra. Suparmi, MA, Ph.D. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT, 2) Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah, 3) Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah, 4) Interaksi antara metode dan motivasi terhadap prestasi belajar siswa, 5) Interaksi antara metode dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa, 6) Interaksi antara motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa, 7) Interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2010, dengan populasi siswa SMK N Jenawi I tahun pelajaran 2010/2011. Populasinya kelas X, XI dan XII, sampel penelitian menggunakan sampel acak mengambil 2 kelas. Kelas pertama (X TKJ 1) yang diberi metode STAD dan kelas kedua (X TKJ 2) yang diberi metode NHT. Tes soal diberikan untuk prestasi belajar aspek kognitif, dan angket untuk motivasi, interaksi sosial siswa dan prestasi belajar aspek afektif. Hipotesis menggunakan Anava tiga jalan 2x2x2 dan uji lanjut menggunakan uji schefee’. Hasil uji ANAVA yang menggunakan taraf signifikasi 5% dan Ftabel = 3,98, menunjukkan : 1) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi metode STAD dan NHT (Fobs = 4,56), 2) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah (Fobs = 12,60), 3) ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dan rendah (Fobs = 7,58), 4) tidak ada interaksi antara metode dan motivasi terhadap prestasi belajar (Fobs = 0,16), 5) tidak ada interaksi antara metode dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar (Fobs = 0,01), 6) tidak ada interaksi antara motivasi dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar (Fobs = 0,01), 7) tidak ada interaksi antara media, keingintahuan, dan gaya berpikir terhadap prestasi belajar (Fobs = 3,21). Kata Kunci : STAD, NHT, Motivasi, Interaksi Sosial, hukum-hukum Newton,

Prestasi Belajar.

Page 17: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRACT

Bambang Siwiharjo, S830809204, 2011,”Science Learning Using Student Teams Achievement Division (STAD) and Numbered Heads Together (NHT) Methods Over Viewed from Student Motivation and Sosicial Interaction” (A case study on Newton Laws for grade X SMKN Jenawi 1st Semester Academic Year 2010/2011). Thesis: Science Education Post Graduate Program, Sebelas Maret Univercity, Surakarta, 2011. Advisors: 1) Prof. Dr. H. Widha sunarno, M.Pd, 2) Dra. Suparmi, MA, Ph.D.

The purposes of this research were to know : 1) the difference of student achievement between student who learnt using STAD and NHT methods, 2) the difference of student achievement between student who had high and low motivation, 3) the difference of student achievement between student who had high and low social interaction, 4) the interaction between mothods and motivation toward student achievement, 5) the interaction between methods and social interaction toward student achievement, 6) the interaction between motivation and social interaction toward student achievement, 7) the interaction between mothods, motivation and social interaction toward student achievement.

The research used experimental method and was conducted on November 2010, the population was all student of SMK N Jenawi academic year 2010/2011. The population were grade X, XI and XII. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of 2 classes. The first class (XTKJ I) treaded using STAD method and the second class (X TKJ 2) treaded using NHT method. The data was taken using test for student achievement; and questionere for motivation and social interaction. The hypotheses were tested using Anava with 2x2x2 factorial design and unegual cell member, continued by scheffe’.

From the data analysis can be concluded that : 1) there was differencess of student achievement between student who learnt using STAD and NHT methods (Fobs = 4,56), 2) there was differences of student achievement between student who had high and low motivation(Fobs = 12,60), 3) there was difference of student achievement between student who had high and low social interaction (Fobs = 7,58), 4) there was no interaction between methods and motivation toward student achievement (Fobs = 0,16); 5) there was no interaction between methods and social interaction toward student achievement (Fobs = 0,01); 6) there was no interaction between motivation and social interction toward student achievement (Fobs = 0,01); 7) there was no interaction between methods, motivation and social interaction toward the student achievement (Fobs = 3,21). Key words: STAD, NHT, motivation, social interaction, Newton Laws, student

achievement.

Page 18: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari kejadian-kejadian alam yang terjadi di sekitar kita, juga mencari tahu

tentang fenomena alam secara sistematis. Kemudian digeneralisasikan ke dalam

konsep atau prinsip-prinsip. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada era globalisasi ini pengetahuan manusia semakin banyak dan maju

dengan pesat. Akibatnya pengetahuan seseorang akan cepat usang, tidak relevan

lagi, dan kehilangan nilai dan utilitas. Agar pengetahuan semakin mutakhir, maka

harus dikembangkan dengan cara-cara belajar baru, misalnya bagaimana mencari,

mengolah, memilih informasi yang demikian banyak sesuai dengan

kebutuhannya. Menyadari hal di atas maka penyempurnaan kurikulum termasuk

kurikulum fisika SMK mutlak harus dilaksanakan secara dinamis.

Penyempurnaan kurikulum harus dilaksanakan melalui prosedur yang benar,

yaitu: evaluasi kurikulum yang lama atau yang sedang berjalan uji coba

kurikulum baru, sosialisaai kurikulum baru, maupun menetapkan kurikulum yang

baru.

Kedinamisan perubahan kurikulum juga harus diikuti perubahan

paradigma guru dalam mengajar. Namun sebagian besar guru masih mengajar

Page 19: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

dengan menganggap bahwa guru adalah yang paling hebat di kelas, guru sebagai

sumber pokok di kelas. Guru adalah subyek dalam kegiatan belajar mengajar di

kelas. Sebagai akibatnya adalah aktifitas siswa dalam proses pembelajaran rendah

atau kurang. Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa yang rendah. Data

prestasi belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1: Nilai Rata-rata Ulangan Kelas X Semester 1 Tahun 2009

No

Kelas KK

M

Nilai Rata-rata

Ulangan

Harian

Prosentase

di atas

KKM

Mid

Semester

Prosentase

di atas

KKM

Ujian

Semester

Prosentase

di atas

KKM

1

2

3

XTMO

XTKJ 1

XTKJ 2

65

65

65

50

57

56

14,8 %

42,5 %

32,4 %

57

59

57

18,5 %

35 %

30 %

56

61

60

33,3 %

40 %

31,5 %

Sumber: Data Guru

Rendahnya kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satu penyebabnya adalah “ belum dimanfaatkannya sumber belajar secara

maksimal, baik oleh guru maupun oleh peserta didik. Hal tersebut lebih dipersulit

lagi oleh kondisi yang turun menurun, dimana guru mendominasi kegiatan

pembelajaran” (Mulyasa E 2002 : 47). Dalam KBK (Kurikulum Berbasis

Kompetensi) maupun KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) peranan

guru tidak berlaku sebagai subyek dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran

bisa dilakukan dari berbagai sumber belajar. Dan guru berperan sebagai motivator

dan fasilitator dalam proses pembelajaran.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK sebagai perwujudan dari

kirikulum pendidikan menengah dikembangkan sesuai dengan relevensinya oleh

Page 20: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

setiap kelompok keahlian atau satuan pendidikan. Merujuk Permendiknas No. 22

tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) dan Permendiknas No. 24 tentang Pelaksanaan Standar Isi SKL ,

untuk mata pelajaran fisika di SMK beban belajarnya adalah 192 jam / 3 tahun

yang kemudian dijabarkan menjadi 3 jam tatap muka per minggu.

Materi fisika yang diajarkan pada semester I kelas X adalah Besaran dan

Pengukuran (meliputi besaran fisis, dimensi dan pengukuran), Gerak (meliputi

kerangka acuan, perpindahan, kecepatan, percepatan, gerak lurus dan gerak

melingkar), Gaya dan Hukum-Hukum Newton (meliputi vektor, gaya, hukum-

hukum Newton dan penerapan hukum-hukum Newton) dan Rotasi Benda Tegar

(meliputi gerak rotasi, momentum sudut dan keseimbangan benda tegar).

Materi hukum-hukum Newton merupakan materi yang banyak dialami

oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kekadian-kejadian dalam kehidupan

sehari-hari banyak yang merupakan penerapan hukum-hukum Newton yang

sering kali tidak dipahami oleh siswa. Sebagai contoh ketika seseorang sedang

naik bis dan tiba-tiba bis tersebut direm mendadak, maka kita menerapkan hukum

I Newton. Ketika mendorong mobil yang mogok, sebenarnya kita sedang

menerapkan hukum II Newton. Ketika kita memukul meja dengan kepalan tangan

atau mendorong tembok dengan kaki sambil duduk, sebenarnya kita sudah

menerapkan hukum aksi reaksi atau hukum III Newton.

Dengan melihat/memperhatikan kurikulum di atas, maka guru sebagai

pengajar dan pendidik dituntut untuk mampu memilih strategi pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik peserta didik dan juga materi yang diajarkannya.

Page 21: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

Namun kenyataannya, belum semua guru mampu merancang skenario

pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan

metode pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa.

SMA Negeri Jenawi berdiri berdasarkan SK Bupati Karanganyar No. 211

Tahun 2002 dan berdasarkan SK Bupati Karanganyar No. 421.5/769 Tahun 2009

mengalami alih fungsi dan berubah menjadi SMK Negeri Jenawi. Hal ini

disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Dan juga atas dasar kajian

bahwa hanya ada sekitar 10 % lulusan SMA Negeri Jenawi yang melanjutkan

sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Visi SMK Negeri Jenawi adalah mencetak lulusan yang terampil, cerdas

dan berbudi pekerti luhur. Sejalan dengan visi tersebut maka para guru dituntut

untuk mampu mengembangkan kompetensi siswa di bidang/ranah kognitif,

psikomotor dan afektif. Kebutuhan tenaga kerja di masyarakat menuntut siswa

untuk memiliki kompetensi kognitif, psikomotor dan afektif yang optimal.

Metode pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh para guru di SMK

Negeri Jenawi adalah metode konvensional, seperti mengajar dengan ceramah,

pemberian tugas/pekerjaan rumah (PR), merangkum dan mencatat. Bahkan tidak

jarang seorang guru berceramah secara terus-menerus selama proses pembelajaran

berlangsung. Sehingga metode pembelajaran yang diterapkan bersifat teacher

centered atau pembelajaran berpusat pada guru. Guru seolah-olah sebagai satu-

satunya sumber belajar di kelas, orang yang paling pandai di kelas, orang yang

paling hebat di kelas. Banyak guru di SMK Negeri Jenawi belum menggunakan

metode pembelajaran kooperatif sebagai alternatif dari metode konvensional.

Page 22: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

Prestasi belajar siswa ditentukan oleh banyak hal, yang secara garis besar

dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal tersebut adalah IQ, motivasi, interaksi sosial siswa, kondisi fisik,

kesehatan, kreatifitas dan lain-lain. Faktor eksternal tersebut antara lain guru,

sarana dan prasarana, lingkungan keluarga dan masyarakat, perkembangan

teknologi, metode pembelajaran, dan lain-lain. Para guru di SMK Negeri Jenawi

dalam melaksanakan pembelajaran belum memperhatikan faktor-faktor tersebut,

khususnya motivasi dan interaksi sosial (faktor internal).

Berdasarkan data dari sekolah, sebagian besar orang tua atau wali murid

dari siswa SMK Negeri Jenawi berpendidikan SD, hal ini bisa dilihat dari tabel

berikut:

Tabel 1.2: Pendidikan Orang Tua

No

Tahun

Pendidikan Orang Tua

SD SMP SMA Diploma S1

1.

2.

3.

4.

2006

2007

2008

2009

71,34 %

70,31 %

56,66 %

63,46 %

16,66 %

15,62 %

21,66 %

21,15 %

14,06 %

9,37 %

18,33 %

15,38 %

1,56 %

3,12 %

3,33 %

-

-

1,56 %

-

-

Kondisi pendidikan orang tua/wali murid ini sudah barang tentu juga

berpengaruh pada prestasi siswa, karena jika siswa mengalami kesulitan dalam

belajar di rumah (saat mengerjakan pekerjaan rumah) maka orang tua tidak bisa

membantu dalam memecahkan soal yang dihadapi oleh siswa tersebut.

Page 23: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiii

Berdasarkan data dari sekolah, sebagian besar pekerjaan orang tua/wali

murid dari siswa SMK Negeri Jenawi adalah petani, hal ini bisa dilihat dari tabel

berikut:

Tabel 1.3: Pekerjaan Orang Tua

No

Tahun

Pekerjaan Orang Tua

Petani Buruh Wiraswasta PNS

1.

2.

3.

4.

2006

2007

2008

2009

57,5 %

58,33 %

41,93 %

73,07 %

10 %

5,55 %

6,45 %

7,69 %

35 %

27,77 %

41,93 %

34 %

7,5 %

11,11 %

6,45 %

16,66 %

Kondisi ini sudah barang tentu juga berpengaruh terhadap prestasi siswa,

karena dengan penghasilan yang tidak tentu orang tua/wali murid tidak mampu

untuk memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anaknya. Pelajaran tambahan

tersebut misalnya mengikuti bimbingan belajar atau memanggil guru privat. Hal

ini sangat bertolak belakang dengan kondisi yang kita jumpai di daerah perkotaan.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa dampak positif

dan negatif bagi siswa. Salah satu dampak positifnya adalah dengan tersedianya

fasilitas internet di setiap sekolah maka siswa mampu mengakses banyak

informasi sebagai bahan dalam belajar. Salah satu dampak negatif dari

perkembangan teknologi tesebut adalah semakin meningkatnya sifat

individualisme para siswa. Semakin banyaknya permainan di komputer maupun di

hand phone menjadikan siswa untuk suka berkompetisi, yang sayangnya

Page 24: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiv

kompetisi tersebut kadang-kadang tidak sehat. Sehingga siswa ketika menghadapi

tes/ujian akan mencontek jawaban dari teman atau dari buku.

Siswa di kelas X SMK merupakan siswa yang akif, interaktif dan mereka

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka memiliki kelompok-kelompok sosial

tertentu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kelompok siswa yang suka

bermain sepak bola, bermain bola voli. Mereka terlibat secara emosional di dalam

kelompok tersebut.

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang

disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, karakteristik siswa, sarana dan

prasarana dan juga penguasaan kompetensi guru. Oleh karena itu diperlukan suatu

model pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga

mampu membangkitkan motivasi siswa dan mengembangkan interaksi sosial

siswa selama pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang dimaksud

adalah model pembelajaran yang mampu membuat siswa terlibat aktif dalam

proses pembelajaran dengan cara berdiskusi dengan teman-temannya, saling

membantu teman yang belum menguasai materi pelajaran, mampu menyampaikan

ide-ide yang membangun dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi

terhadap tugasnya masing-masing. Sehingga paradigma pembelajaran yang

berlaku selama ini yaitu teacher centered akan berubah menjadi paradigma

pembelajaran yang baru yaitu student centered.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

merujuk pada bermacam-macam metode pembelajaran dimana para siswa

bekerja/belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5

Page 25: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxv

orang. Disini, siswa diharapkan dapat saling membantu dalam memahami materi

pelajaran, saling berdiskusi dan berargumentasi dan mampu menyampaikan

ide/gagasan. Pada model pembelajaran kooperatif, siswa diberi kesempatan yang

seluas-luasnya untuk saling bekerja sama selama proses pembelajaran

berlangsung. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Model

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajarn yang mampu

meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih

bersemangat, tangguh, dan bergairah selama pembelajaran berlangsung. Selain

itu, model pembelajaran kooperatif juga akan membuat siswa untuk saling

berinteraksi dengan teman-temannya. Sehingga mereka mampu menerima

perbedaan terhadap teman yang mempunyai kemampuan akademik lemah, teman

yang berbeda jenis kelamin, kondisi ekonomi orang tuanya, mengembangkan

hubungan antar siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan juga

meningkatkan rasa percaya diri siswa.

Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam metode

pembelajaran, diantaranya adalah Jigsaw, Group Investigation (GI), Students

Teams Achievement Division (STAD), Think-Pair-Share (TPS), Nubmbered Heads

Together (NHT), Two Stay Two Stray (TSTS) dan lain-lain. Langkah-langkah

pembelajaran pada metode Students Teams Achievement Division (STAD) adalah:

1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. 2) Menyajikan informasi. 3)

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. 4) Membimbing

kelompok kerja dan belajar. 5) Evaluasi. 6) Penghargaan kelompok. Pada metode

STAD ini dalam satu tim/kelompok siswa akan saling membantu, berdiskusi dan

Page 26: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvi

siswa yang kurang dalam pemahaman materi tidak akan malu untuk bertanya

kepada teman yang lain karena usia mereka relatif sama (tutor sebaya), sehingga

siswa dalam satu tim/kelompok mampu memecahkan dan memahami semua

masalah/soal yang diberikan oleh guru. Langkah-langkah pembelajaran pada

metode NHT adalah: 1) Membagi siswa dalam kelompok-kelompok lalu masing-

masing siswa diberi nomor. 2) Guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan

kepada siswa. 3) Siswa saling berdiskusi untuk menemukan jawaban atas

pertanyaan atau permasalahan tersebut. 4) Guru memanggil sebuah nomor dan

siswa yang memiliki nomor tersebut memberikan jawabannya, dan seterusnya

hingga pertanyaan atau permasalaham habis. Pada metode NHT ini seorang siswa

akan memberikan jawaban yang diterima oleh seluruh siswa di kelas tersebut,

sehingga siswa yang mempunyai tanggung jawab terhadap soal tersebut juga akan

mengetahui jawabannya dan mampu memahami materi pembelajaran.

Menurut Mohammad Asrori (2007:183), motivasi diartikan sebagai: “(1)

Dorongan yang timbul pada diri seseorang, yang disadari atau tidak disadari untuk

melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) Usaha-usaha yang dapat

menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan

sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai”. Suatu proses

pembelajaran memiliki tujuan akhir yaitu memiliki prestasi belajar yang tinggi.

Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka dorongan dari pihak lain maupun dari

diri sendiri sangat penting agar setiap langkah yang diambil tepat atau sesuai.

Dengan adanya motivasi belajar , siswa akan memiliki gairah belajar yang tinggi

yang akan memberikan semangat untuk belajar. Semangat belajar yang tinggi

Page 27: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvii

akan membawa siswa untuk terus-menerus mengasah diri sehingga tumbuh rasa

percaya diri dan kemadirian pada diri siswa. Hingga akhirmya terbentuk karakter

siswa yang tangguh, sabar, berdaya juang tinggi dan berprestasi.

Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sehingga diperlukan sikap

saling membantu antar siswa ketika sedang belajar. Pada model pembelajaran

kooperatif, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok

terdiri dari berbagai macam sifat heterogenitas siswa. Sifat heterogenitas tersebut

santara lain kepandaian, jenis kelamin, latar belakang sosial dan lain-lain. Model

pembelajaran kooperatif akan berjalan dengan baik jika para siswa saling

berinteraksi sehingga mereka mampu menerima setiap perbedaan yang ada.

Ketika mereka berinteraksi dengan teman-teman sebaya, interaksi ini akan

berkembang menjadi kelompok persahabatan . Dalam kelompok persahabatan ini

mereka akan merasa aman, tumbuh dengan baik, menyalurkan perasaan,

mengembangkan ketrampilan, rasa ingin tahu dan bersikap lebih dewasa.

Sehingga siswa dalam kelompok tersebut akan saling membantu, siswa yang lebih

pandai membantu siswa yang kurang pandai dalam memahami materi

pembelajaran dan siswa yang kurang pandai tidak akan malu untuk bertanya

kepada yang lebih pandai karena usia mereka relatif sama. Akibatnya mereka

akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik.

Bertolak dari uraian di atas, maka pada penelitian ini diangkat judul

sebagai berikut: “Pembelajaran Fisika dengan Metode Student Teams-

Achievement Division (STAD) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan

Memperhatikan Motivasi dan Interaksi Sosial .(Studi Kasus pada Materi Fisika

Page 28: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxviii

hukum-hukum Newton untuk Siswa Kelas X Semester I SMK Negeri Jenawi

Tahun Pelajaran 2010/2011).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan

permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Rendahnya kualitas pembelajaran di SMK Negeri Jenawi Kabupaten

Karanganyar karena guru mengajar secara konvensional dan monoton.

2. Ada beberapa metode pembelajaran kooperatif yang bisa diterapkan pada mata

pelajaran fisika, misalnya: STAD, NHT, GI, Jigsaw, TPS, TSTS dan lain-lain.

Namun guru belum menerapkan metode yang bervariasi.

3. Ada beberapa faktor internal siswa yang mempengaruhi proses pembelajaran,

misalnya: motivasi, kreativitas, interaksi sosial, sikap ilmiah, IQ, gaya belajar

dan lain-lain. Namun guru belum memperhatikan faktor-faktor tersebut.

4. Ada beberapa bentuk interaksi sosial, antara lain: kerja sama, persaingan,

pertentangan, persesuaian dan perpaduan. Namun guru belum memperhatikan

bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut.

5. Guru belum memperhatikan semua aspek pembelajaran yang meliputi

aspek/ranah kognitif, psikomotor dan afektif.

6. Ada beberapa materi pembelajaran yang disajikan pada kelas X semester 1

antara lain Besaran dan Pengukuran, Gerak, Gaya dan Hukum-hukum Newton

dan Rotasi Benda Tegar, namun dalam proses pembelajaran guru belum

Page 29: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxix

menunjukkan saling keterkaitan konsep-konsep tersebut sehingga proses

pembelajarannya belum bermakna.

7. Sumber belajar yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal oleh guru.

8. Tingkat pendidikan orang tua/wali murid sebagian besar adalah SD.

9. Pekerjaan orang tua/wali murid sebagian besar adalah petani .

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah STAD dan NHT.

2. Faktor internal dibatasi pada motivasi dan interaksi sosial.

3. Aspek yang dinilai meliputi prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa.

4. Materi pelajaran fiska dibatasi pada bahasan hukum-hukum Newton.

5. Subyek yang diteliti adalah siswa-siswi kelas X SMK Negeri Jenawi tahun

pelajaran 2010 /2011.

D. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berkut :

1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan

metode STAD dan NHT ?

2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi

dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ?

Page 30: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxx

3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa mempunyai yang interaksi sosial

tinggi dan rendah ?

4. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT dengan

motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ?

5. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT dengan

interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa ?

6. Apakah ada interaksi antara motivasi dengan gaya interaksi sosial terhadap

prestasi belajar fisika siswa ?

7. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode STAD dan NHT, motivasi,

dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan metode

STAD dan NHT .

2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan rendah .

3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dan

rendah .

4. Interaksi antara metode STAD dan NHT dengan motivasi tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar fisika siswa .

5. Untuk mengetahui interaksi antara metode STAD dan NHT dengan interaksi

sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa .

Page 31: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxi

6. Untuk mengetahui interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial terhadap

prestasi belajar fisika siswa .

7. Untuk mengetahui interaksi antara metode STAD dan NHT, motivasi dengan

interaksi sosial terhadap prestasi belajar fisika siswa .

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat praktis :

a) Memberikan masukan kepada guru fisika untuk mendapatkan gambaran

tentang penerapan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa.

b) Memberikan masukan bagi peneliti, bahwa hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan metode pembelajaran

yang serupa pada pokok pembelajaran yang lain.

c) Memberikan bahan pertimbangan bagi pengembang kurikulum dalam

rangka pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada masa yang

akan datang.

2. Manfaat teoritis :

a) Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan metode

pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan

prestasi belajar.

b) Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta acuan bagi penelitian

selanjutnya.

Page 32: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxii

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakekat Pembelajaran Fisika

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses

belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang

dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan

kemampuan mengkonstruksi kemampuan baru sebagai upaya menguasai materi

pelajaran.

Menurut Syiful Sagala (2008:61), pembelajaran ialah membelajarkan

siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu

utama keberhasilan pendidikan. Corey (1986) dalam Syaiful Sagala (2008:61)

menyatakan bahwa, “pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinka ia turut serta dalam

tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari

penddidikan.

Page 33: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiii

Menurut Kirk dan Gustafson (1986) dalam Syaiful Sagala (2008:64),

pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi secara seketika, melainkan

sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu

seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu

proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi

dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Dan pembelajaran fisika adalah setiap

kegiatan yang dirancang oleh guru fisika untuk membantu seseorang mempelajari

suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis

melalui tahapan rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan

belajar mengajar.

a. Teori Belajar

Banyak definisi tentang belajar. Sesungguhnya masalah belajar sangatlah

kompleks, sehingga apa bila orang menganggap beberapa macam kegiatan yang

berbeda , dapat diistilahkan secara umum sebagai belajar.

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:

Travers dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan “Belajar adalah proses

menghasilkan penyesuaian tingkah laku”. Cronbach dalam Agus Suprijono

(2009:2) menyatakan “Learning is shown by a change in behavior as a result of

experience”. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

Harold Spears dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan “ Learning is to

Page 34: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiv

observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow

direction”. (Dengan kata lain, belajar adalah mengamati, membaca, meniru,

mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu). Geoch dalam Agus

Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is change performance as aresult of

practice”. (Belajar adakah perubahan performance sebagai hasil latihan). Morgan

dalam Agus Suprijono (2009:2) menyatakan “Learning is any relatively

permanent change in behavior that is a result of past experience”. (Belajar adalah

perubahan perilaku yang bersifat permenen sebagai hasil dari pengalaman).

Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

adalah sebuah proses perubahan perilaku untuk mendapatkan pengetahuan sebagai

hasil dari latihan. Proses ini berlangsung di sekolah dan masyarakat. “Proses

belajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal” (Agus Suprijono, 2009:3).

Sehingga peserta didik sudah belajar jika sudah hafal hal-hal yang telah mereka

pelajari. Satu hal yang harus dipahami bahwa perolehan pengetahuan maupun

upaya penambahan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan

menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya. Sebagian besar masyarakat

menganggap bahwa kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah.

b. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut pendekatan konstruktivistik, pengetahuan bukanlah kumpulan

fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi

kognitif seseoran terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Paul

Suparno (2008 : 25) menyatakan kaum “Konstruktivisme beranggapan bahwa

pengetahuan adalah hasil konsturksi manusia”. Teori – teori pembelajaran kognitif

Page 35: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxv

dalam psikologi pendidikan dapat dikelompokkan dalam pandangan

konstuktivisme tentang belajar yang menyatakan bahwa “ siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan – aturan lama dan merevisinya apabila aturan –

aturan itu tidak lagi sesuai” (Mohammad Nur dan Muchlas Samani 1996 : 2).

Menurut teori ini berarti guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan

kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam

pikirannya. Seorang guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menerapkan ide – ide merekan sendiri dan membelajarkan siswa agar secara sadar

menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

Wadsworth dalam Suparno (2008 : 35) menyatakan “ bagaimana proses

pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual dan kesiapan anak

untuk belajar yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual yang

dimaksud dilengkapi dengan ciri – ciri tertentu dalam mengkonstruksi

pengetahuan :. Jadi belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkonstruksi

berupa teks, dialog atau pengalaman fisik. Belajar merupakan suatu proses yang

menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan yang sudah

dimiliki seseorang sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Belajar

merupakan suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian

yang berbeda. Siswa dalam belajar harus mempunyai pengalaman dengan

membaut hipotesis, menguji hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan

persoalan , mencari jawaban, menggambar, meneliti, mengadakan refleksi,

Page 36: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvi

mengungkapkan pertanyaan dan mengekpresikan gagasan untuk membentuk

konstruksi baru.

Baru menurut kaum konstruktif merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi

pikirnya. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan

pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai

seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.

Piaget dalam Suparno ( 2008 : 38 ) menyatakan bahwa “ Semua

pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari kegiatan/tindakan

seseorang.” Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali

mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Penganut

konstruktivisme ini menyakini bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang

yang sedang belajar. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari

seorang guru kepada murid, sehingga murid sendiri yang harus mengartikan apa

yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman – pengalaman

mereka. Menurut pandangan ini seorang anak membangun melalui berbagai jalur

yakni membaca, mendengarkan, bertanya, menelusuri dan melakukan eksperimen

terhadap lingkungannya.

Piaget dalam Agus Suprijono (2009:31) menyatakan bahwa

pengkonstruksian pengetahuan dikategorisasikan menjadi tiga yaitu: “

pengetahuan fisis, pengetahuan matematis logis dan pengetahuan sosial”.

Pengetahuan fisis adalah pengetahuan yang dibentuk dari abstraksi langsung

terhadap obyek yang dipelajari. Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan

yang dibentuk dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi maupun penggunaan

Page 37: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvii

obyek. Pengetahuan ini dibentuk dari perbuatan berpikir seseorang terhadap

obyek yang dipelajari. Pengetahuan yang didapat dapat disimbolkan menjadi

suatu logika matematika murni. Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang

dibentuk melalui interaksi seseorang dengan orang lain.

Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:32), “konstruksi

pengetahuan Piaget bersifat personal”. Asumsi dari Piaget adalah dalam bahasa

setiap individu terdapat egosentris. Dengan menggunakan bahasanya sendiri

individu membentuk skema dan mengubah skema. Jadi individu sendiri yang

mengkonstruksi pengetahuan ketika beriteraksi dengan pengalaman dan obyek

yang dihadapi.

Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah

bahasa merupakan aspek social . Vigotsky dalam Agus Suprijono (2009:32)

menyatakan bahwa “pembicaraan egosentrik merupakan permulaan dari

pembentukan inner speech (kemampuan bicara yang pokok) yang akan digunakan

sebagai alat dalam berpikir”. Inner speech berperan dalam pembentukan

pengertian spontan. Pengertian spontan mempunyai dua segi suatu pengertian

dalam dirinya sendiri dan pengertian untuk orang lain. Dua pengertian tersebut

membentuk ketegangan dialktik sejak awal. Individu teus berusaha untuk

mengungkapkan pengertian mereka dengan simbol yang sesuai untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

Konstruktivisme Vygotsky memandang bahwa pengetahuan dikostruksi

secara kolaboratif antar individu dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh

setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan melalui adaptasi intelektual

Page 38: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxviii

dalam konteks sosial; budaya. Proses penyesuaian itu ekuivalen dengan

pengkonstruksian pengetahuan secraa intra individual yakni melalui proses

regilasi diri internal. Dalam hubungan ini , para konstruktivis vygotskian lebih

menekankan kepada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual. Dua

prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: mengenai fungsi dan

pentingnya bahasa dalam komunikasi sosial yang dimulai proses pencanderaan

terhadap tanda, sampai pada tukar menukar informasi dan pengetahuan; serta

zone of proximal development. Guru sebagai mediator memiliki peran mediator

pendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan ,

pengertian dan kompetensi

Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat

pembelajaran sosiokultural. Inti teori ini adalah menekankan interaksi antara

aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada

lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori ini, fungsi kognitif manusia

berasal dari interasi sosoal masing-masing individu dalam konteks budaya.

Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi pada saat siswa menangani

tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas tersebut masih dalam jangkauan

kemempuannya atau tugas tersebut berada dalam zone of proximal development

mereka.

Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:34) menyatakan bahwa

“Kedua perspektif itu sama-sama mengimplikasikan keaktifan peserta didik dalam belajar. Keduanya menekankan pada tindakan terhadap obyek. Hanya saja yang satu menekankan pentingnya keaktifan individu dalam melakukan tindakan terhadap obyek, sedangkan yang lain lebih

Page 39: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxix

menekankan pentingnya lingkungan social-kultural dalam melakukan tindakan terhadap obyek. “

Belajar menurut model konstruktivisme merupakan proses aktif siswa

untuk mengkonstruksi pikirannya. Belajar juga merupakan proses

mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman-pengalaman yang telah

dimilikinya.

Perbandingan antara teori Piaget dan Vygotsky menurut Santrok dalam

Agus Suprijono (2009:34-35) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky

TOPIK PIAGET VYGOTSKY KONTEKS SOSIOKULTURAL

Sedikit penekanan Penekanan Kuat

KONSTRUKTIVISME Konstruktivis kognitif Konstruktivis Sosial TAHAPAN Penekanan perkembangan

kognitif (sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal)

Kurang menekankan perkembangan kognitif

PROSES KONSTRUKSI Skemata, asimilasi, akomodasi, equilibirasi

Zo-Ped, bahasa, dialog adalah alat ukur

PERAN BAHASA Perkembangan kognitif menentukan bahasa

Bahasa memainkan peranan kuat dalam membentuk pemikiran

PERAN PENDIDIKAN Pendidika memperbaiki ketrampilan peserta didik

Pendidikan memainkan peran sentral, membantu peerta didik mepelajari alat-alat ukur

IMPLIKASI PENGAJARAN

Guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk menemukan pengetahuan

Guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didikuntuk belajar berama guru, teman dan para ahli

Sumber: Santrok, John W., Psikologi

Pendidikan.

Proses belajar dalam model konstruktivisme bercirikan sebagai berikut :

(Suparno, 2008 : 61 ) a) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan

oleh awal dari apa yang mereka lihat, dengar , rasakan dan alami. Konstruksi

berarti dipengaruhi oleh pengertian yang dipunyai, b) Konstruksi arti adalah

Page 40: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xl

proses terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atrau persoalan

yang baru, diadakan konstruksi baik secara kuat atau lemah, c) Belajar bukanlah

kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran

dengan membuat pangertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan ,

melainkan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menurut

penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang, d) Proses belajar yang

sebenarnya terjadi pada waktu skemaseseorang dalam keraguan yang merangsang

pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium ) adalah situasi

yang baik untuk memacu belajar, e) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman

pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, f) Hasil belajar seseorang

tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar : konsep-konsepn tujuan, dan

motivasi yang mempengaruhi interaaksi dengan bahan yang dipelajari.

Tujuan belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu yang

memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaiakan masalah yang dihadapi.

Kurikulum yang berlaku dirancang agar sesuai dengan kondisi yang

memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta

didik.

Menurut Mohammad Asrori (2007:28-29), ciri-ciri proses pembelajaran

yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme adalah:

a).Menekankan pada proses belajar, bukan mengajar.b) Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.c) Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.d) Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil. e) Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan. f) Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar. g) Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa. h) Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa. i) Mendasarkan proses

Page 41: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xli

belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif. j) Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran; seperti: prediksi, kreasi dan analisis. k) Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar. l) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru. m) Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. n) Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata. o) Menekankan pentingnya konteks dalam belajar. p) Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar. q) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata. Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1)

Orientasi, merupakan fase untuk member kesempatan kepada peserta didik

memperhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi

pembelajaran. 2) Elicitasi, merupakan fase untuk membantu peserta didik

menggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan peserta didik

untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka

melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh peserta didik. 3)

Restrukturisasi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan

cara mengkontraskan id-idenya dengan ide orang lain melalui diskusi. 4) Aplikasi

ide, dalam langkah ini idea atau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik

perlu diaplikasikan dalam bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan

membuat pengetahuan peserta didik lebih lengkap bahkan lebih rinci. 5) Reviu,

dalam fase ini peserts didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang

dihadapinya sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah satu keterangan

atau dengan mrngubahnya menjadi lebih lengkap.

c. Teori Belajar Kognitif

Menurut Ratna Wilis Dahar (1996 : 19) “ belajar dapat dikelompokkan ke

dalam dua keluarga , yaitu keluarga perilaku ( behavioristik ) yang meliputi

Page 42: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlii

stimulus-stimulus respon conditioning dan keluarga Gestald-field yang meliputi

teori- teori kognitif”. Jadi secara umum teori belajar dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu teori perilaku dan teori Gestalt (kongitif). Teori kognitif

dipelopori oleh Piaget, Ausubel dan Gagne.

C.Asri Buduningsih (2005 : 51) menyatakan bahwa pengertian “belajar

menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak

selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur “. Jadi setiap orang

telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk

struktur kognitif yang dimilikinya. Prases belajar akan berjalan dengan baik jika

materi pelajaran atau informasi baru mampu menyesuaikan dengan struktur

kognitif yang telah dimiliki seseorang.

Menurut Agus Suprijono (2009:22) “Dalam perspektif teori kognitif,

belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal

yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap belajar”.

Perilaku indiviu bukan semata-mata respon terhadap yang ada melainkan yang

lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya. Belajar adalah

proses mental yang aktif untuk mencapai , mengingat dan menggunakan

pengatahuan. Belajar adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh

persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan

belajarnya. Teori kognitif menekankan belajar sebagai proses internal. Belajar

adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

1). Teori Belajar Piaget

Page 43: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliii

Menurut Piaget dalam Mohamad Surya (2003 :56) “Perkembangan

kognitif merupakan suatu proses dimana kemajuan ivdividu melalui suatu

rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Hal yang diperoleh

dalam satu peringkat merupakan dasar bagi peringkat berikutnya “. Dan menurut

Piget dalam C. Asri Budiningsih (2005 : 35) “ Perkembangan kognitif merupakan

suatu proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis

perkembangan sistem saraf “. Perkembangan kognitif yang terbentuk adalah

melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkunngannya sehingga

terjadi dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan proses

penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga dikenal oleh individu.

Sedangkan adaptasi merupakan proses terjadinya penyesuaian antara individu dan

lingkungannya. Adaptasi terjadi dalam dua bentuk yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi merupakan proses menerima dan mengubah dengan dirinya, sedangkan

akomodasi adalah proses individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa

yang diterima dari lingkungannya.

Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami

konflik kognitif atau sesuatu ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahui

dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Interaksi individu dengan

lingkungan dikendalikan oleh adanya prinsip keseimbangan yaitu upaya individu

agar memperoleh keadaan seimbangan antara keadaan dirinya dengan yang

datang dari lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungannya akan memperoleh

pengetahuan dengan asimilasi, akomodasi dan dikendalikan oleh prinsip

keseimbangan. Pada masa bayi dan anak – anak pengetahuan bersifat subyektif

Page 44: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliv

dan akan berkembang menjadi obyektif apabila sudah mencapai perkembangan

remaja dan dewasa.

Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989) dan Asri Budiningsih ( 2005 )

membagi tahap – tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat,

yaitu: 1). Tahap Sensori-Motor (umur 0-2 tahun), 2). Tahap Pra-operasional

(umur 2-7/8 tahun), 3). Tahap Operasional Konkret (umur 7/8-11/12 tahun) dan

4). Tahap Operasional Formal (umur 11/12-18 tahun).

Paul Suparno dalam Agus Suprijono (2009:23) menggambarkan

perkembangan kognitif Piaget adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Perkembangan Kognitif Piaget

TAHAP UMUR CIRI POKOK PERKEMBANGAN

SENSORIMOTOR 0-2 tahun Berdasarkan tindakan langkah demi

Langkah

PRAOPERASIONAL 2-7 tahun Penggunaan symbol/bahasa

Tanda

Konsepintuitif

OPERASI KONKRET 8-11 tahun Pakai aturan jelas/logis

Reversible dan kekekalan

OPERASI FORMAL 11 tahun ke atas Hipotesis

Abstrak

Deduktif dan induktif

Logis dan Probabilitas

Menurut Piaget, pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan

dengan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan

indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerak-

gerakkannya. Pada tahap pra-operasional anak mengendalikan diri pada persepsi

Page 45: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlv

tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana,

berpartisipasi, membuat gambar dan menggolong-golongkannya. Pada tahap

operasi konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti

pikiran logis, walau kadang-kadang memecahkan masalah secara trial and error .

Ia dapat mengerti setiap langkah dari transformasi secara keseluruhan, bukan

bagian demi bagian. Ia sudah dapat mengerti adanya konsep kekekalan dari sutu

obyek. Anak menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, masih

mengalami kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai banyak

variable. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti orang

dewasa. Anak dapat berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan

proposisi-proposisi dan hipotesis serta dapat mengambil kesimpulan yang umum

dari kejadian –kejadian yang khusus. Ia dapat berpikir fleksibel dan efektif,

mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Mampu berpikir secara

abstraksi rafleksif yaitu abstraksi yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan

matematis logis.

Perkembangan kognitif yang digambarkan Piaget merupakan proses

adaptasi intelektual. Adaptasi ini merupakan proses yang melibatkan skemata,

asimilasi, akomodasi dan equilibration. Skemata adalah struktur kognitif berupa

ide, konsep dan gagasan. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami

sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sekarang. Asimilasi adalah

proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah

dimiliki individu. Akomodasi adalah proses penyesuain struktur kognitif ke dalam

situasi baru. Equlibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur

Page 46: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvi

keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Piaget menyatakan bahwa

perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa

seseorang.

Siswa SMK termasuk dalam tahap perkembangan kognitif operasional

formal. Beberapa karakteristik perkembangan kognitif pada tahap ini adalah: 1).

Siswa sudah dapat berfikir adolensi, yaitu masa dimana ia dapat merumuskan

banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah, tetapi ia belum

mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis. 2). Siswa sudah

mulai mampu berpikir secara proporsional yaitu berpikir yang tidak hanya

terbatas pada peristiwa – peristiwa konkret saja, 3). Siswa mampu berpikir

kombinatorial, yaitu yang meliputi kombinasi benda – benda, gagasan – gagasan

yang abstrak dan konkret dengan menggunakan pola pikir kemungkinan. 4).

Siswa mampu berpikir reflektif, yaitu berpikir kembali pada satu seri operasional

mental, atau sudah mampu berpikir tentang berikutnya.

2). Teori Belajar Ausubel

Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Menurut

Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 112) “menyatakan bahwa belajar

bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada kosep –

konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang”. Menurut

Ausubel, Novak dan Hanesian dalam Suparno (2005 : 53) “ Belajar ada dua jenis

yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote

learning)”. Ausubel dalam Agus Suprijono (2009:25) “mengemukakan belajar

sebagai reception learning . Reception learning merupakan pembelajaran

Page 47: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvii

deduktif. Salah satu konsep penting dalam reception learning adalah advance

organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari

individu”. Advance organizer adalah statement perkenalan yang menghubungkan

antara skematayang sudah dimiliki oleh individu dengan informasi baru yang akan

dipelajarinya. Fungsi advance organizer adalah memberi bimbingan untuk

memahami informasi baru. Advance organizer dapat menjadi jembatan antara

informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki individu. Pemberian

advance organizer bertujuan: (1) member arah bagi individu mengetahui apa

yang terpenting dari materi yang dipelajarinya ; (2) memberi penguatan terhadap

pengetahuan yang diperoleh/dipelajari.

Belajar bermakna merupakan suatu proses belajar dimana informasi baru

dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah ada pada diri seseorang yang

sedang belajar. Dalam belajar bermakna siswa mencoba menghubungkan

fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan yang ada, serta kesiapan dan niat

dari anak didik untuk belajar dari kebermaknaan materi pelajaran secara potensial.

Hal ini dapat berlangsung apabila melalui belajar konsep dan perubahan konsep

yang telah ada akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep

yang telah ada atau dimiliki siswa. Belajar menghafal diperlukan apabila dalam

struktur kognitif siswa belum ada konsep/informasi baru yang dipelajari. Jika

konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada dalam struktur kognitif

siswa, maka konsep/informasi baru tersebut harus dipelajari dengan belajar

menghafal.

Page 48: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlviii

Ausubel lebih lanjut menegaskan bahwa pentingnya belajar dengan

mengasosiasikan konsep/fenomena baru ke dalam skema yang dimiliki siswa.

Dalam proses ini siswa dapat mengembangkan skema yang ada atau bahkan dapat

mengubahnya sehingga dalam kegiatan belajar siswa mengkontruksi apa yang

dipelajari oleh siswa sendiri.

Pembelajaran fisika sesuai dengan teori belajar Ausubel harus memiliki

pola tertentu yang khas. Pola ini sebaiknya diawali dengan menampilkan sesuatu

yang pernah dipelajari siswa sebelumya, tetapi juga mampu menumbuhkan konflik

kognitif. Adanya konflik kognitif akan menumbuhkan permasalahan yang harus

dipecahkan. Jika akhir pembelajaran mampu memecahkan permasalahan yang

muncul diawal pembelajaran, ini akan menumbuhkan kebermaknaan

pembelajaran fisika yang lebih mendalam .

3). Teori Belajar Gagne

Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan bahwa “belajar

adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui

aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses

pertumbuhan seseorang secara alamiah”.

Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:10), belajar

merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah

belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Belajar adalah

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati

pengolahan informasi, menjadi kapabilitas yang baru.

Page 49: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlix

Dari pendapat Gagne ini dapat disimpulkan bawa kemampuan yang

dicapai seseorang didapatkan melalui usaha yang sengaja dirancang, direncanakan

dan dilaksanakan agar seseorang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan

nilai. Bukan sesuatu yang terjadi secara otomatis bersama-sama dengan

pertambahan umur seseorang.

d. Teori Belajar Sosial

Albert Bandura dalam Mohammad Asrori ( 2008:23 ) berpandangan

bahwa “individu dalam mengembangkan tingkah laku positif dilakukan dengan

meniru tingkah laku yang diterima masyarakat (sosially accepted behavior).

Demikian juga tingkah laku negatif dapat berkembang dengan meniru tingkah

laku yang tidak diterima oleh msyarakat”.

Tingkah laku yang diterima masayarakat tersebut adalah : (a) Berbeda

satu budaya dengan budaya lain; (b) Berbeda antara individu satu dengan yang

lain; (c) Berbeda menurut situasi. Dengan demikian, pembelajaan sosial tidak

hanya melibatkanmempelajari tingkah laku yang diterima masyarakattetapi juga

tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.

Bandura dalam Agus Suprijono (2009:26) berpendapat “walaupun

prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku,

prinsip itu harus memerhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak

oleh paradigma behaviorisme”. Pertama, manusia dapat berpikir dan mengatur

tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi

obyek pengaruh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi.

Kedua, banyak aspek kepribadian interaksi orang satu dengan orang lain.

Page 50: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

l

Teori belajar sosial dari Bandura didasarkan pada konsep saling

menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement),

dan pengaturan diri/berpikir (self-regolation/cognition). Determinasi resiprokal

adalah pendekatan yang menjelaskan yang menjelaskan tingkah laku manusia

dalam bentuk interaksi timbale-balik yang terus menerus antara determinan

kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan atau mempengaruhi

tingkah lakunya dengan menngontrol kekuatan lingkungan, tetapi orang itu juga

dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.

Mencermati Teori Belajar Sosial ini nampak semakin jelas bahwa betapa

pentingnya seorang guru mampu menunujukkan perilaku yang berkualitas di

hadapan para siswanya. Perilaku yang berkualitas tersebut antara lain : menguasai

materi pelajran dengan baik, mampu mengajar dengan menarik, berperilaku

sopan, bertutur kata santun dan perilaku lain yang sejenis. Ini sangat penting

karena menurut sudut pandang teori ini perilaku guru tersebut akan menjadi

model bagi parasiswanya dan akan cenderung ditiru. Jadi, guru harus bisa menjadi

model bagi siswanya. Jika guru justru menunujukkan perilaku yang sebaliknya,

yaitu perilaku yang tidak berkualitas, maka akan sangat membahayakan

perkembangan para siswanya.

Menurut Teori Belajar Sosial ini nampak bahwa dalam proses

pembelajaran, siswa akan mencontoh perilaku/tindakan dari teman-temannya.

Mereka akan mengamati perilaku, sikap dan raksi emosi orang lain. Disini

perilaku seorang siswa akan menjadi model bagi siswa yang lain.

Page 51: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

li

Keterkaitan teori belajar Bandura dalam penelitian ini adalah bahwa

dalam pembelajaran kooperatif STAD dan NHT, siswa belajar dalam kelompok-

kelompok. Mereka saling berinteraksi dengan teman-temannya selama

pembelajaran berlangsung. Diharapkan perilaku-perilaku positif seperti

bersemangat, tangguh, menerima perbedaan akan berkembang.

e. Pembelajaran Kooperatif

1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran

yang berdasarkan faham konstruktifisme. Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota keompok kecil yang

tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

siswa sebagai anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar belum

dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan

pelajaran. Sejalan dengan itu menurut Johnson “struktur tujuan koperatif

menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa

meraih tujuan pribadi mereka jika kelompok mereka bisa sukses”

(Slavin:2008:34).

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut : 1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka adalah satu tim. 2)

Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain

dalam kelompoknya, selain tanggung jawab pada diri sendiri dalam menuasai

Page 52: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lii

materi pelajaran. 3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki

tujuan yang sama. 4) Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab diantara para

anggota kelompok. 5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang

akan ikut berpengaruh dalam evaluasi kelompok. 6) Para siswa berbagi

kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerjasam selama

belajar. 7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

yang ditangani oleh kelompok kooperatif.

Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-

kelompok yang saling membantu satu dengan yang lainnya. Jumlah kelompok di

dalam kelas disusun berdasarkan jumlah materi yang akan diajarkan oleh guru.

Jumlah anggota tiap kelompok merupakan hasil pembagian jumlah siswa dengan

jumlah kelompok. Anggota tiap kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.

Artinya bahwa anggota tiap kelompok terdiri dari berbagai kemampuan siswa,

jenis kelamin, dan suku. Hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa agar dapat

menerima perbedaan an siswa dapat bekerja sama dengan teman yang berbeda

latar belakangnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Deutsch (1949)

dan Thomas (1957) ”Ketika para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih

sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekspresikan norma-norma yang

baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan

kelompok”(Slavin:2008:35).

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan

khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti

menjadi pendengar yang baik. Siswa diberi lembar kegiatan yang berisi

Page 53: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liii

pertanyaan yang sudah direncanakan untuk diajarkan. Selama belajar / kerja

kelompok, tugas setiap anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan dalam

memahami materi pelajaran.

Pembelajaran kooperatif juga mempunyai kekurangan jika model ini

tidak dikelola dengan baik, yaitu dominasi kelompok oleh siswa yang pandai dan

tidak mempunyai kepedulian terhadap siswa yang kurag pandai. Masalah ini

disebut sebagai “difusi tanggung jawab”(Slavin:2008:41). Difusi tanggung jawab

ini dapat ditekan dengan cara: setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas

unit yang berbeda dalam tugas kelompok dan membuat setiap anggota kelompok

mempunyai tanggung jawab secara individu atas pembelajaran mereka. Dengan

kedua cara ini pembelajaran kooperatif dapat dijalankan dengan baik dan akan

menghasilkan hasil yang maksimal.

2). Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah: setiap anggota kelompok

mempunyai peran yang penting, terjadi interaksi langsung di antara siswa, setiap

anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman

dalam kelompoknya, guru membantu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan

interpersonal kelompok dan guru berinteraksi dengan kelompok belajar siswa bila

diperlukan saja.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif

adalah: penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan kesempatan

yang sama untuk mencapai keberhasilan. Pembelajaran kooperatif menggunakan

tujuan untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok

Page 54: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liv

diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas criteria yang telah ditentukan.

Keberhasilan kelompok juga ditentukan oleh penampilan individu sebagai

anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling

mendukung, saling membantu dan saling peduli. Keberhasilan kelompok

tergantung dari pembelajaran individu dari setiap anggota kelompok.

Pertanggungjawaban individu menitikberatkan pada aktivitas setiap anggota

kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban dari

setiap anggota kelompok juga dijadikan modal untuk menghadapi tes dan tugas-

tugas lainnyasecara mandiri tanpa bantuan teman dalam kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang mencakup nilai

perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang

terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiapsiswa baik yang

berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk

berhasil dan melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.

Roger dan David Johson dalam Agus Suprijono (2009:58), menyatakan:

Lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah: Positif interdepence (saling ketergantungan positif), Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), Face to face promotive interaction (interaksi promotif), Interpersonal skill (komunikasi antaranggota) dan Group processing (pemrosesan kelompok).

Unsur pertama adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini

menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban

kelompok, yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan

menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang

ditugaskan tersebut. Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif

Page 55: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lv

adalah menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam

kelompok, mengusahakan agar setiap anggoata kelompok mendapatkan

penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan,

mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok

mendapat sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya mereka belum dapat

menyelesaiakan tugas sebelum mereka menyatukan tugas mereka menjadi satu.

Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas /peran yang saling mendukung dan

saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik

lain dalam kelompok.

Unsur kedua adalah tanggung jawab individual. Pertanggungjawaban ini

muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tanggung

jawab individu adalah kunci untuk menjaminsemua anggota yang diperkuat oleh

kegiatan belajr bersama. Artinya setelah mengikuti kelompok belajar bersama,

anggota kelompok harus dapat menyelesaiakan tugas yang sama. Beberapa cara

menumbuhkan tanggung jawab individu adalah kelompok belajar jangan terlalu

besar, melakukan assemen terhadap setiap siswa, memberi tugas kepada siswa,

yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada

guru maupun kepada seluruh peserta didik, mengamati setiap kelompok dan

mencatat frukuensi individu dalam membantu kelompok , menugasi seorang

peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa dikelompoknya dan menugasi

peserta didik mengajari temannya.

Unsur ketiga adalah interaksi promotif. Unsur ini penting karena dapat

menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:

Page 56: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvi

a.Saling membantu secara efektif dan efisien b. Saling member informasi dan sarana yang diperlukan c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien d. Saling mengingatkan e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi f. Saling percaya g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

(Agus Suprijono, 2009:60)

Unsur keempat adalah ketrampilan sosial. Untuk mengkoordinasikan

kegiatan peserta dalam pencapaian tujuan peserta didik harus saling mengenal dan

mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling

menerima dan saling mendukung serta mampu menyelesaikan secara konstruktif.

Unsur kelima adalah pemrosesan kelompok. Pemrosesan mengandung

arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasikan dari urutan

atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di

antara anggota kelompok yang saling membantu dan siapa yang tidak membantu.

Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam

memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan

kelompok. Ada dua pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara

keseluruhan.

3 ). Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional

yang merupakan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan

pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif

mencakup tiga jenis tujuan penting yaitu: “hasil belajar akademik, penerimaan

terhadap keagaman dan pengembangan ketrampilan sosial” (Ibrahim dkk, 2007

dalam Trianto:2007:44).

Page 57: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvii

Penjelasan dari tiga jenis tujuan tersebut di atas adalah sebagai berikut:

hasil belajar akademik. Dalam pembelajarn kooperatif meskipun mencakup

beragam tujuan sosial juga memperbaiki prestasi belajar siswa. Beberapa ahli

berpendapat bahwa ini unggul dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Para

pengembang model ini telah menunjukkan bahwa struktur model penghargaan

kooperatif telah dapat meningkatkan niali siswa pada pembelajaran akademik dan

perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah

norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat

member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah, menengah atau atas yang

bekerja bersama-sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Penerimaan terhadap keragaman atau perbedaan individu. Tujuan kedua

pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang

berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial dan kemampuan. Pembelajaran

kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi

yang berbeda untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik

dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu

sama lain.

Pengembangan ketrampilan sosial. Tujuan pembelajaran kooperatif yang

ketiga adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan untuk bekerja sama dengan

teman-teman dalam kelompoknya dan saling berkolaborasi. Ketrampilan-

ketrampilan sosial penting dimiliki oleh siswa karena pada saat ini banyak

terdapat anak muda yang masih kurang ketrampilan sosialnya.

Page 58: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lviii

Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa

atau peserta didik juga harus mempelajari ketrampilan khusus yang disebut

ketrampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan

hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan

membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan tersebut berlangsung.

Ketrampilan kooperatif tingkat awal meluputi menggunakan kesepakatan.

menghargai kontribusi, mengambil giliran dalam berbagi tugas, berada dalam

kelompok, berada dalam tugas,mendorong partisipasi dan menghormati perbedaan

individu. Ketrampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan

simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima oleh

orang lain, mendengarkan dengan seksama dan arif, bertanya, membuat

ringkasan, menafsirkan, mengorganisir dan mengurangi ketegangan. Ketrampilan

tingkat mahir meliputi mengolaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan

kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams - Achievement Division

(STAD)

Pembelajarn kooperatif tipe Student Teams- Achievement Division

(STAD) STAD merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran

kooperatif. Model pembelajaran tipe Student Teams- Achievement Division

(STAD) terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor

kemajuan individual dan rekognisi tim (Slavin : 2008:143).

Page 59: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lix

Presentasi kelas, merupakan pelajaran langsung seperti yang sering

dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru tetapi juga memasukkan

presentasi audiovisual. Siswa harus benar-benar member perhatian penuh selama

presentasi kelas ini, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka

ketika mengerjakan kuis dan skor kuis tersebut menentukan skor tim mereka.

Tim, terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian

kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi tim ini

adalah untuk memastikan semua anggota tim benar-benar belajar dan

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah

guru menyampaikan presentasi kelas, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-

lembar kegiatan. Tiap-tiap anggota tim membahas permasalahan bersama,

membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila

anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Kuis, setelah tim bekerja untuk memecahkan permasalahan yang

diberikan oleh guru para siswa mengerjakan kuis secara individual. Mereka tidak

diperbolehkan uttuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap

siswa bertanggung jawab secara individu untuk memahami materi pelajaran.

Skor kemajuan individual, gagasan dibalik skor kemajuan individual

adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat

dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik

dari pada sebelumya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang

maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat

Page 60: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lx

melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa

diberikan skor awal yang diperoleh dari nilai sebelumnya.

Rekognisi tim, guru memberikan penghargaan kepada tim yang

memperoleh skor terbesar. Sehingga tim lain akan terpacu untuk bekerja lebih giat

agar tim mereka bisa memperoleh skor yang terbaik untuk materi selanjutnya.

Seperti halnya model pembelajaran yang lain, pembelajaran tipe Student

Teams -Achievement Division (STAD) ini juga membutuhkan persiapan yang

matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan

tersebut antar lain: a). Perangkat Pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan

pembelajaran ini perlu dipersiapkan perlengkapan pembelajrannya yang meliputi

Silabus, Rencana Pembelajaran (RP), modul pembelajaran siswa, alat evaluasi. b).

Membentuk Kelompok Kooperatif. Menentukan anggota kelompok diusahakan

agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar

satu kelompok dengan kelompok lainnya relative homogen. Apabila

memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan keragaman ras,

agama, jenis kelamin dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang sosial yang sama maka pembentukan kelompok didasarkan

pada perbedaan prestasi akademik. c). Menentukan skor awal. Skor awal yang

dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor ini

dapat berubah setelah adanya kuis, misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan

setelah diadakan tes, maka hasil tes individu dapat dijadikan skor awal. d).

Pengaturan tempat duduk. Pengaturan tenpat duduk dalam kelas kooperatif perlu

juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan

Page 61: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxi

pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk maka akan

menyebabkan kegagalan pembelajaran di kelas. e). Kerja kelompok. Untuk

mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipa STAD, terlebih

dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk jauh

mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok

3. Pembelajaran Numbered-head-together (NHT)

Numberad-head-together adalah pendekatan yang dikembangkan oleh

Spencer Kagan (1998) dalam Arends (2008 : 16) untuk melibatkan lebih banyak

siswa dalam review berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan

untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Untuk

mengarahkan pertanyaan kepada seluruh siswa di dalam kelas, guru menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut: membagi siswa menjadi kelompok-kelompok

yang beranggotakan tiga sampai lima orang siswa dan memberi nomor sehingga

masing-masing siswa memiliki nomor 1 sampai 5, mengajukan

pertanyaan/permasalahan kepada siswa, siswa menyatukan “kepalanya” untuk

menemukan jawaban dan memastikan semua siswa tahu jawabannya dan terakhir

guru memanggil sebuah nomor dan siswa yang memiliki nomor tersebut

mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya kepada seluruh kelas secara

bergantian hingga semua pertanyaan/permasalahan habis.

4. Motivasi Belajar

Page 62: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxii

“Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutaman

memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja”

(Slavin,2008:34). Menurut Deutch dalam Slavin (2008:35) megidentifikasikan

tiga unsur tujuannya yaitu:

Kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan - anggota yang lain. Kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan - dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lain. Individualistik, dimana usaha berorientasi tujuan - dari tiap individ tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota yang lain.

Dalam perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan

sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok mereka bisa meraih

tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu,

untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman

satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil,

dan mungkin yang lebih penting, mendorong anggota kelompoknya untuk

melakukan usaha maksimal. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang

didasarkan pada kinerja kelompok menciptakan struktur penghargaan

interpersonal dimana anggota kelompok akan memberikan atau menghalangi

pemicu-pemicu sosial dalam merespon usaha yang berhubungan dengan tugas

kelompok. Dalam kelompok kooperatif , pembelajaran menjadi sebuah aktivitas

yang membuat para siswa lebih unggul dari teman sebayanya. Jadi teori motivasi

dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada derajat perubahan tujuan

kooperatif mengubah insentif bagi siswa untk melakukan tugas-tugas akademik.

Page 63: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiii

Menurut John M. Keller dalam Angkowo (2007 : 39) prinsip motivasi

yang dapat diterapkan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran yaitu model

ARCS (Attention, Relevance, Convidence, Satisfication ). A (Attention atau

perhatian) artinya siswa mau belajar harus memiliki perhatian pada materi yang

akan dipelajari. Perhatian siswa dapat bangkit antara lain karena dorongan rasa

ingin tahu. Siswa cenderung belajar tentang apa yang ingin mereka pelajari dan

akan mengalami kesulitan untuk mempelajari materi yang tidak menarik minat

mereka. R (Relevance atau kegunaan) artinya motivasi belajar akan tumbuh bila

siswa mengetahui bahwa materi pelajaran mempunyai manfaat langsung secara

pribadi. Kata relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan

kebutuhan dan kondisi siswa. C (Convidence atau kepercayaan diri) untuk belajar

secara efektif perlu dihilangkan kekhawatiran dan ketidakmampuan dalan diri

siswa. Siswa harus percaya bahwa ia mampu dan bias berhasil dalam mempelajari

sesuatu. Oleh karena itu dalam diri siswa perlu ditumbuhkan harapan posotif

untuk berhasil. Siswa harus merasa diri kompeten atau mampu agar dapat

berinteraksi secara positif dengan lingkungannya. S (Satisfication atau kepuasan)

artinya motivasi belajar harus mampu menghasilkan rasa puas guna mendorong

tumbuhnya keinginan untuk tetap belajar. Keberhasilan dalam mencapai suatu

tujuan akan menghasilkan kepuasan. Dengan demikian siswa akan termotivasi

untuk terus berusaha mencapai tujuan.

Menurut Mc Donald dalam Wasty Soemanto (1983 : 191) motivasi

sebagai perubahan tenaga di dalam pribadi/diri seseorang yang ditandai oleh

dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi

Page 64: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiv

motivasi ini berisi tiga hal, yaitu motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga

dalam diri seseorang, motivasi ditandai oleh dorongan afektif dan motivasi

ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan.

Beberapa pendapat tentang motivasi belajar: menurut Morgan dalam

Wasty Soemanto (1983: 194) dikatakan bahwa motivasi bertalian dengan

dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek daripada motivasi :

keadaan yang mendorong tingkah laku (“motivating states ), tingkah laku yang

didorong oleh motivasi tersebut (“motivated behavior”), dan tujuan dariupada

tingkah laku tersebut (“goal or ends of such behavior”). Menurut McDonald

dalam Wasty Soemanto (1993 : 194 ) dikatakan adalah motivasi adalah

perubahan dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-

reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan bagian dari learning.

Proses timbul/tumbuhnya motivasi mengikuti pola berikut : Drives-----Needs-

----Motives----Motivasi kelakuan. Menurut Mohammad Asrori (2007:183),

motivasi diartikan sebagai: dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara

disadari atau tidak disadari untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan

tertentu; dan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok

orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

ingin dicapai.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu proses kegiatan untuk memberikan

dorongan kepada seseorang (atau dapat juga pada diri sendiri) , untuk

Page 65: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxv

mengambil tindakan atau berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Sehingga tim atau kelompok akan memperoleh penghargaan.

Menurut Mohammad Asrori (2007:184), indikator untuk mengetahui

siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran adalah:

1) Memiliki gairah yang tinggi. 2) Penuh semangat. 3) Memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi. 4) Mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu. 5) Memiliki rasa percaya diri. 6) Memiliki daya konsentrasi yang tinggi. 7) Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi. 8) Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.

Jika indikator-indikator ini muncul dan berkembang dalam proses

pembelajaran di kelas, maka guru akan merasa enak dan antusias dalam

menyelenggarakan proses pembelajarannya. Namun demikian , keadaan yang

sebaliknya juga sangat boleh jadi kita temukan. Artinya ada sejumlah siswa

yang bermotivasi rendah.

Mohammad Asrori (2007:184), ada sejumlah indikator siswa yang

memiliki motivasi rendah ini, yaitu:

1) Perhatian terhadap pelajaran kurang. 2) Semangat juangnya rendah. 3) Mengerjakan sesuatu seperti diminta membawa beban berat. 4) Sulit untuk bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas. 5) Memiliki ketergantungan kepada orang lain. 6) Mereka bisa jalan kalau sudah “dipaksa”. 7) Daya konsentrasi kurang. Secara fisik mereka berada di dalam kelas, tapi pikirannya mungkin berada di luar kelas. 8) Mereka cenderung membuat kegaduhan. 9) Mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi kesulitan.

Jika indikator-indikator ini muncul dan berkembang dalam proses

pembelajaran di kelas, maka guru tidak akan enak, tidak nyaman dan tidak

antusias dalam menyelemggarakan proses pembelajaran.

Page 66: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvi

5. Interaksi Sosial

a. Definisi Interaksi Sosial

Menurut Slamet Santosa (2006 : 10), pada hakekatmya manusia memiliki

sifat yang dapat dibagi menjadi tiga folongan, yaitu manusia sebagai makhluk

individual; manusia sebagai makhluk sosial; dan manusia sebagai makhluk

berketuhanan. Manusia sebagai makhluk sosial dituntut melakukan hubugan

sosial antar sesama dalam hidupnya disamping tuntutan untuk hidup

berkelompok. Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang harus

dilaksanakan, artinya bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari

tentang kehadirannya di samping kehadiran individu lain. Hal ini disebabkan

bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran

yang satu terhadap yang lain, ketika mereka saling berbuat, saling mengakui, dan

saling mengenal.

Menurut Soerjono Soekamto (2006 : 65), “interaksi sosial merupakan

hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang per orang,

antara kelompok-kelompok manusia maupun antara per orang dengan kalompok

manusia”. Interaksi sosial terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi.

Menurut Soerjono Soekamto (2006 : 65-66), “kontak sosial dapat berlangsung

dalam tiga bentuk, yaitu: antara orang per orang, dilakukan dalam proses

sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat baru mempelajari

norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat; antara individu dengan suatu

kelompok sosial atau sebaliknya; dan antara kelompok sosial dengan kelompok

sosial lainnya”. Komunikasi memberikan penafsiran pada perilaku manusia yang

Page 67: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvii

berwujud pembicaraan, gerak badaniah, sikap, dan tindakan. Secara sederhana

dapat dirumuskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari

seseorang (pengirim) baik secara langsung maupun melalui media kepada orang

lain (penerima). Sejalan dengan itu komunikasi juga dapat diartikan sebagai

proses berbagi bersama perasaan, gagasa, sikap, dan perilaku dalam meraih

tujuan yang diinginkan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

interaksi sosial merupakan hubungan antara dua individu atau lebih ketika

individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan

individu yang lain, atau sebaliknya.

b. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Menurut Merton Deuttah dalam Slamet Santosa (2006: 22-23), bentuk-

bentuk interaksi sosial antara lain:

1) kerja sama (cooperation), yaitu suatu bentuk interaksi sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu yang lain juga mencapai tujuan. Perlu disadari bahwa tujuan bersama tersebut merupakan perpaduan atau kepentingan masing-masing individu anggota kelompok sehinga masing-masing anggota menyediakan tenaga untuk saling membantu dan saling member atau menerima pengaruh dari anggota lain; dan 2) Persaingan (competition), yaitu suatu bentuk interaksi sosial ketika seorang individu dapat mencapai tujuan tersebut sehingga individu lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut. Persaingan dapat pula diartikan sebagai suatu proses sosial ketika individu / kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Persaingan memiliki fungsi-fungsi antara lain : menyalurkan keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok, menarik perhatian umum atau masyarakat, dan alat seleksi individu agar pembagian kerja dapat efektif sehingga tujuan kelompok lekas tercapai.

Page 68: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxviii

Menurut Park dan Burgess dalam Slamet Santosa (2006 : 23-27),

bentuk interaksi sosial dibagi menjadi :

1) Persaingan (competition); 2) pertentangan (conflict), yaitu merupakan proses interaksi sosial dimana individu-induvidu atau kelompok induvidu berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan; 3) persesuaian (accommodation), yaitu “…a process of increasing mutual adaption or adjustment. Typecally accommodation is a kind of compromise by which conflict is halted, though often only temporarily”. Persesuaian merupakan usaha individu-individu atau kelompok individu

saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.

Ada juga yang mendefinisikan usaha-usaha individu untuk meredakan suatu

pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi berarti

proses ketika individu atau kelompok saling menyesuaikan diri untuk mengatasi

ketegangan-ketegangan; dan perpaduan/asimilasi (assimilation) yaitu proses sosial

dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi

perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara individu-individu atau kelompok-

kelompok dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,

sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan

atau tujuan bersama.

Soerjono Soekamto (2006:71-90) mengemukakan bentuk-bentuk interaksi

sosial meliputi :

1). kerjasama; 2) akomadasi; 3) asimilasi, yaitu suatu proses yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi adanya perbedaan yang terdapat pada tiap-tiapindividu atau kelompok manusia dengan meningkatkan kesatuan sikap, tindakan dan proses-proses mental sebagai upaya mencapai tujuan dan kepentingan bersama; 4) persaingan, yaitu suatu proses dimana individu atau kelompok yang bersaing berusaha mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian dan mempertajam prasangka yang telahada tanpa menggunakan kekerasanterhadap keputusan atau tindakan orang lain; 5) pertentangan / konflik, yaitu suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menantang pihk lain melalui ancaman atau kekerasan.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-

bentuk interaksi sosial yang terjadi ada yang bersifat assosiatif (menuju kearah

Page 69: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxix

kestabilan sosial) yang dilakukan melalui kerjasama, akamodasi, asimilasi,

akulturasi dan bersifat dissosiatif demi persaingan, kontravensi dan pertentangan.

Selanjutnya penulis menyimpulkan bahwa untuk mengetahui interaksi sosial yang

terjadi pada siswa dapat ditinjau dari : 1) kerjasama (cooperation); 2) persaingan

(competition); 3) pertentangan (conflict); 4) persesuaian (accommodation); dan 5)

perpaduan (assimilation)

6. Pengertian Prestasi Belajar dan Penilaian Hasil Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam belajar

(Purwodarminto, 1986:56). Prestasi dinilai dan diukur dari usaha belajar yang

dinyatakan dengan simbol, angka, huruf maupun kalinat yang dapat

mencerminkan hasl yang telah dicapai anak didik dalm periode tertentu

(Tirtonegoro,1984:26 )

Prestasi didefinisikan sebagi kemampuan, ketrampilan dan sikap

seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin,1993:3). Prestasi merupakan

hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar (Syaiful Anwar,1987:13) atau

bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai (Winkel,1993:24).

Menurut Nana Sudjana (2005 : 2) belajar dan mengajar merupakan suatu

proses yang mengandung tiga unsur yang dapat di bedakan yaitu tujuan

pengajaran (instruksional), pegalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar.

Hasil belajar merupakan hasil dari rangkaian proses belajar mengajar untuk

mencapai tujuan instruksional, sejauh mana tujuan instruksional telah dicapai

siswa dapat dilihat dari hasil belajar, jadi hasil belajar dapat digunakan sebagai

Page 70: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxx

umpan balik, guru dapat mengambil tindakan untuk menentukan metode dan

media alternatif yang tepat sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas , maka dapat diambil kesimpulan

bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang yang disebut dengan

hasil belajar yang diukur dengan menggunakan tes atau evaluasi, dan ditunjukkan

dengan nilai tes. Sehingga proses belajar adalah kegiatan yang paling pokok, yang

artinya bahwa hasil belajar tergantung pada proses belajar yang dialami siswa.

Dalam penelitian ini prestasi belajar yang akan diukur adalah dari sisi

aspek kognitif dan afektif siswa. Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang

padanannya adalah knowing , berarti mengetahui. Dalam perkembangan

selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu

domain/wilayah/ranah psikologis manisia yang meliputi setiap perilakuyang

berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,

pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan

Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat

perlu dikembangkan segera, khusunya oleh guru, yaitu strategi belajar memahami

isi materi pelajaran dan strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan

aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi

pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini,

agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan

psikomotornya sendiri.

Muhibbin Syah (1999 : 51), Strategi adalah prosedur mental yang

berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan alokasi upaya-upaya yang bersifat

Page 71: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxi

kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan-pilihan kognitif atau pilihan-pilihan

kebiasaan belajar ( cognitife preferences ) siswa. Pilihan kebiasaan belajar siswa

secara garis besar terdiri atas menghafal prinsip-prinsip yang terkandung dalam

materi dan mengaplikasi prinsip-prinsip materi.

Preferensi kognitif yang pertama pada umunya timbul karena dorongan

luar ( motif ekstrinsik ) yang mengakibatkan siswa belajar hanya sebagai alat

pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang dimilikinya pun

menurut Dart & Clarke dalam Muhibbin Syah (1999 : 51), bukan ingin menguasai

materi secara mendalam, melainkan sekedar lulus atau naik semata. Sebaliknya

preferensi yang kedua timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri (

motif instrinsic ), artinya siswa memang tertarik dan membutuhkan materi-materi

pelajaran yang disajikan guru. Tugas guru dalam hal ini menggunakan pendekatan

mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang

berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran.

Tabel 2.4. Ranah Kognitif, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah Kognitif Indikator Cara Evaluasi 1.Pengamatan 2.Ingatan 3.Pemahaman

1.Dapat menunjukkan 2.Dapat membandingkan 3.Dapat menghubungkan 1.Dapat menyebutkan 2.Dapat menunjukkan kembali 1.Dapat menjelaskan 2.Dapat mendefinisikan dengan lisan

sendiri

1.Tes lisan 2.Tes tertulis 3.Observasi 1.Tes lisan 2.tes tertulis 3.Observasi 1.Tes tertulis 2.Tes tertulis

Page 72: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxii

4.Aplikasi 5.Analisis (Pemeriksaan

dan pemilahan secara teliti)

6.Sintesis (Membuat

paduan baru dan utuh )

1.Dapat memberi contoh 2.Dapat menggunakan secara tepat 1.Dapat menguraikan 2.Dapatmengklasifikan/memilah-milah 1.Dapat menghubungkan materi-

materi, sehingga menjadi kesatuan yang baru.

2.Dapat menyimpulkan

1.Tes tertulis 2.Pemberian tugas 3.Observasi 1.Tes tertulis 2.Pemberian tugas 3.Observasi 1.Tes tertulis 2.Pemberian tugas

(Muhibbin Syah, 1999 : 214 )

Tabel 2.5. Ranah Afektif, Indikator dan Contoh Perolehan Kemampuan

Ranah Indikator Contoh Perolehan Kemampuan

Keterangan

Afektif 1. Penerimaan 2. Partisipasi 3. Penilaian/penentuan

sikap 4. Organisasi 5. Pembentukan pola

hidup

Menunjukkan…. Mematuhi…. Menghargai…. Membentuk aturan Menunjukkan kepercayaan diri

Sesuai jenis nilai, norma dan perilaku

(Dimyati dan Mudjiono, 2009:178)

Suharsimi Arikunto (1988:1) menyatakan bahwa tujuan utama penilaian

adalah menyiapkan informasi untuk pengambilan keputusan, tujuan khususnya

untuk identifikasi bagian-bagian yang belum terlaksana, tujuan tambahan untuk

mencoba mencari alternatif lebih lanjut, diteruskan, diubah dan dihentikannya

suatu program. Penilaian selain untuk mengambil keputusan juga berfungsi untuk

perbaikan dan prngembangan kegiatan yang sedang berlangsung atau penilaian

formatif. Sedangkan fungsi penilaian adalah untuk pertanggungjawaban, seleksi

dan keterangan merupakan fungsi sumatif. Sehingga adanya penilaian merupakan

ide dasar dalam melakukan pengembangan, implementasi, perbaikan program,

seleksi motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan (Toyibnapis,2000:4).

Page 73: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxiii

“Penilaian formatif berlangsung pada saat terjadinya proses pembelajaran

dengan maksud memberi umpan balik kepada siswa” (Toyibnapis,2000:18 ).

Sasaran pengamatan guru dalam penilaian formatif adalah apakah siswa telah

bekerja secra maksimal dan efisein. Bila hasil pengamatan guru menunjukkan

gejala positif, maka kegiatan pembelajaran dilangsungkan terus dan bila negatif

maka pembelajaran mungkin perlu modifikasi. Pada penilaian formatif ini, siswa

perlu diinformasikan mengenai kemajuannya serta dimotivasi untuk

mnggairahkan kegiatannya.

Penilaian sumatif dilaksanakan pada akhir semester, tahun atau program.

Penilaian sumatif dapat dijadkan sebagai masukan untuk mermberikan penilaian

yang komprehensif terhadap kesuksesan program atau kurikulum.

7. Mata Pelajaran Fisika

Cakupan materi fisika di tingkat SMK meliputi : 1) Mekanika,yang

memuat bahasan kinematika, dinamika, elastisitas dan fluida. 2) Kalor, yang

memuat suhu, perpindahan kalor, pemuaian, perubahan wujud zat, teori kinetik

gas dan thermodinaika. 3) Getaran, gelombang mekanik, gelombang

elektromagnetik dan gelombang bunyi. 4) Listrik yang meliputi listrik statis,

listrik dinamis dan sumber arus searah. 5) Magnet yang meliputi medan magnet

dan induksi elektromagnetik. 6) Arus dan tegangan bolak-balik. 7) Optik dan alat-

alat optik yang meliputi refleksi, difraksi, dispersi dan interferensi. 8) Fisika

Page 74: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxiv

modern yang meliputi teori atom, teori relativitas, zat padat dan piranti semi

konduktor.

Dari sekian banyak cakupan materi fisika, peneliti mengambil materi

pada bahasan dinamika gerak lurus yang diajarkan di kelas X semester 1 SMK

yang berkaitan dengan Hukum-hukum Newton dan penerapannya. Adapun materi

dinamika gerak lurus yang diajarkan adalah sebagai berikut:

a. Konsep Gaya

Jika seseorang mendorong sebuah meja, menarik sebuah balok dengan

tali atau memukul sebuah kaleng maka meja dan balok tersebut akan bergerak

sedangkan kaleng tersebut akan penyok (berubah bentuk). Jadi gaya adalah suatu

dorongan atau tarikan yang menyebabkan suatu benda mengalami gerak atau

berubah bentuk. Salah satu cara untuk mengukur besarnya gaya adalah dengan

menggunakan neraca pegas. Gaya diberi notasi F dan satuan gaya adalah Newton

(N). Gaya merupakan besaran vektor yaitu besaran yang memiliki besar dan arah.

Fisikawan mengenal empat gaya di alam yang disebut gaya-gaya fundamental

yaitu : 1) Gaya gravitasi. 2) Gaya elektromagnetik. 3) Gaya nuklir kuat. 4) Gaya

nuklir lemah.

Gaya gravitasi adalah gaya yang bekerja antara bumi dengan sebuah

benda yang berada di dekat permukaan bumi, gaya ini disebut berat benda. Gaya

gravitasi juga bekerja antara matahari dengan bumi dan planet planet yang lain.

Gaya electromagnet meliputi gaya listrik dan gaya magnet. Gaya nuklir kuat dan

lemah bekerja diantara partikel-partikel yang terpisah di dalam ruang.

Page 75: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxv

Dalam mekanika dikenal empat gaya populer, antara lain berat benda,

gaya gesek, tegangan tali dan gaya normal. Berat benda adalah gaya yang dialami

oleh suatu benda karena pengaruh gaya tarik bumi yang arahnya menuju pusat

bumi. Gaya gesek adalah gaya yang dialami oleh suatu benda yang bergerak di

atas lintasan yang kasar, yang arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak

benda. Tegangan tali adalah gaya yang bekerja pada tali jika suatu benda

digantung dengan tali karena pengaruh dari gaya berat. Dan gaya normal adalah

gaya yang arahnya selalu tegak lurus dengan bidang benda berada.

b. Hukum-hukum Newton Tentang Gerak

1). Hukum I Newton (Hukum Kelembaman)

Hukum ini menyatakan bahwa suatu benda akan cenderung

mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan jika tidak ada gaya

yang bekerja pada benda tersebut atau gaya total yang bekerja pada benda tersebut

sama dengan nol. Atau dikatakan bahwa benda yang diam akan tetap diam dan

benda yang bergerak lurus dengan kecepatan tetap akan tetap bergerak lurus

dengan kecepatan tetap. Pernyataan Hukum I Newton ini secara matematis dapat

dituliskan sebagai:

∑ F = 0

…………………………………………………………………..(2.1)

Persamaan (2.1) menyatakan bahwa jumlah dari semua gaya yang bekerja

sama dengan nol.

2). Hukum II Newton

Page 76: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxvi

Hukum ini menyatakan bahwa resultan gaya yang bekerja pada suatu

benda akan menghasilkan percepatan yang arahnya sama dengan arah resultan

gaya tersebut dan berbanding lurus dengan besar gaya dan berbanding terbalik

dengan massa benda. Atau dapat dikatakan bahwa percepatan suatu benda

dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan massanya. Secara matematis

dituliskan sebagai :

a = ∑ F / m atau

∑ F = m.a

…………………………………………………………………..(2.2)

Persamaan (2.2) menyatakan bahwa jika gaya dinyatakan dalam satuan

Newton, massa dalam satuan kg dan percepatan dalam satuan meter per detik.

Semakin besar massa benda maka semakin besar gaya yang diperlukan dan

semakin besar percepatan suatu benda maka gaya yang diperlukan juga akan

semakin besar Hukum II Newton ini dapat pula dinyatakan dengan laju perubahan

momentum sebuah benda yang bergerak sebanding dan searah dengan gaya yang

mempengaruhinya dan diformulasikan sebagai:

F = d(mv) / dt

………………………………………..………………(2.3) Persamaan (2.3)

menyatakan bahwa gaya merupakan turunan dari fungsi momentum suatu benda

terhadap waktu. Jika massa benda adalah tetap maka:

F = m dv/dt

…………………….……………………………………………..(2.4)

Persamaan (2.4) menyatakan bahwa gaya merupakan hasil kali antara

massa benda dengan turunan fungsi kecepatan suatu benda terhadap waktu.

Page 77: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxvii

3). Hukum III Newton

Hukum III Newton disebut juga sebagai hukum aksi-reaksi, karena

hukum ini membahas tentang gaya reaksi yang disebabkan oleh gaya aksi. Syarat

berlakunya hukum III Newton ini adalah gaya aksi-reaksi harus bekerja pada dua

benda yang berlainan dan arah kedua gaya tersebut adalah berlawanan. Hukum ini

menyatakan jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda

yang kedua ini akan mengerjakan gaya pada benda pertama yang besarnya sama

dan arahnya berlawanan. Secara matematis dituliskan sebagai:

Faksi = -Freaksi …………………………………………………………………………………….

(2.5) Persamaan (2.5) menyatakan bahwa besarnya gaya reaksi sama dengan

besarnya gaya aksi. Tanda negatif menyatakan bahwa arah gaya reaksi

berlawanan dengan arah gaya aksi.

c. Penerapan hukum-hukum Newton

1) Benda di atas bidang datar licin, dipengaruhi gaya yang membentuk sudut

tertentu terhadap arah gerak benda.

Percepatan sistem:

Σ F = ma

Fcos α = ma` Gambar 2.1. Balok ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α.

a =

mF acos

………………………………………………………..……(2.6)

Persamaan (2.6) menyatakan bahwa besarnya percepatan suatu benda yang

ditarik dengan gaya yang membentuk sudut α tergantung dari gaya dan massa

m α

F

Page 78: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxviii

benda. Semakin besar sudutnya maka percepatan benda akan semakin kecilkarena

nilai cos sudut tersebut semakin kecil, semakin besar gaya maka percepatan akan

semakin besar dan semakin besar massa benda maka nilai percepatan akan

semakin kecil.

2) Dua buah benda dihubungkan dengan tali yang melalui katrol licin, dengan

salah satu benda berada di atas bidang datar licin dan yang lainnya tergantung

Percepatan sistem :

Σ F = ma

W2 – T – T = ( m1 + m2 ) a

m2 g = ( m1 + m2 ) a Gambar 2.2. Dua balok dihubungkan oleh

katrol licin

a

=21

2

mm

m

+…………………………………………………………..(2.7)

Persamaan (2.7) menyatakan bahwa besarnya percepatan dari dua balok

yang dihubungkan oleh katrol licin, satu balok terletak pada bidang datar dan

yang lain tergantung dapat ditentukan dengan membagi massa balok yang

tergantung dengan jumlah massa kedua balok.

Tegangan tali:

Σ F = m1a

Untuk benda m1

T = m1a

…………………………………………………………….(2.8) Persamaan

(2.8) menyatakan bahwa tegangan tali merupakan hasil kali antara massa balok

m1

m2

Page 79: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxix

yang terletak pada bidang datar dengan percepatan. Tegangan tali dinyatakan

dalam satuan Newton.

3) Dua buah benda dihubungkan dengan tali yang melalui katrol yang licin, kedua

benda dalam keadaaan tergantung ( m2 > m1 )

Percepatan sistem :

Σ F = ma

W2 – T + T – W1 = ( m1 + m2 ) a

( m2 – m1 ) g = ( m1 + m2 ) (2.9) Gambar 2.3. Dua balok

dihubungkan oleh

katrol licin dan

tergantung

a = 21

12

mm

mm

+-

g ……………………………………………………

(2.9) Persamaan (2.9) menyatakan bahwa percepatan kedua balok dapat

ditentukan dengan membagi selisih massa kedua balok dengan jumlah massa

kedua balok kemudian hasilnya dikalikan dengan percepatan gravitasi bumi.

Percepatan gravitasi bumi dinyatakan dengan satuan m/det2.

Tegangan tali : untuk benda m1

Σ F = ma

T – W1 = m1a

T – m1g = m1

T = m1 ( g + a) …………………………………………………. (2.10)

m1 m2

m2 > m1

Page 80: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxx

Persaaan (2.10) menyatakan bahwa besarnya tegangan tali dapat

ditentukan dengan mengalikan massa m1 dengan jumlah dari nilai percepatan

gravitasi bumi dengan percepatan .

4) Benda berada di bidang miring licin yang membentuk sudut tertentu

Percepatan benda :

Σ F = ma

Wsinα = ma

mgsinα = ma Gambar 2.4. Sebuah balok meluncur pada

bidang miring yang membentuk sudut α

a = g sinα …………………………………………………….

(2.11) Persamaan (2.11) menyatakan bahwa besarnya percepatan suatu balok

yang meluncur pada bidang miring tergantung dari nilai sinus sudutnya dikalikan

besarnya percepatan gravitasi bumi, semakin besar sudutnya maka percepatannya

akan semakin besar. Percepatan balok tidak tergantung pada massa balok.

5) Gaya normal atau berat benda/orang yang berada di dalam lift.

(a) Lift diam atau bergerak lurus beraturan

Σ F = ma

N – W = 0

N – mg = 0 Gambar 2.5. Orang berada di dalam lift

N = mg ………………………………………………………… (2.12)

Persamaan (2.12) menyatakan bahwa besarnya gaya normal orang atau

berat orang sama dengan massa dikalikan percepatan gravitasi. Gaya normal

orang atau berat orang dinyatakan dalam satuan newton.

α

m

a

w

W cos α

W sin α

Page 81: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxi

(b). Lift bergerak ke bawah dengan percepatan a

Σ F = ma

N + mg = ma

N = mg - ma

N = ( g - a )m ……………………………………………………. (2.13)

Persamaan (2.13) menyatakan bahwa gaya normal orang yang berada di

dalam lift yang bergerak ke bawah sama dengan selisih antara percepatan

gravitasi dengan percepatan lift dikalikan massa. Semakin besar percepatan benda

maka besarnya gaya normal akan semakin kecil.

(c). Lift bergerak ke atas dengan percepatan a

Σ F = ma

N – mg = ma

N = mg + ma

N = ( g + a ) m

…………………………………………………………(2.14)

Persamaan (2.14) menyatakan bahwa gaya normal orang yang berada di

dalam lift yang bergerak ke atas sama dengan jumlah percepatan gravitasi dengan

percepatan lift dikalikan dengan massa. Semakin besar percepatan lift maka

besarnya gaya normal akan semakin besar pula.

(d). Tali lift putus atau lift bergerak ke bawah dengan percepatan g

Σ F = ma

N + mg = mg

N = 0 ………………………………………..……………… (2.15)

a

a

g

Page 82: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxii

Persamaan (2.15) menyatakan bahwa gaya normal orang yang berada di

dalam lift yang bergerak ke bawah dengan percepatan g adalah sama dengan nol,

artinya terjadi gerak jatuh bebas.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Endah Setiyani (2009) dengan judul

“Pembelajaran Kooperatif Students Teams Achievement Division (STAD) dan

Number Head Together (NHT) ditinjau dari orientasi bekerja sama dan

kemampuan visual spasial” yang bertujuan untuk mengetahui: a) pengaruh

metode pembelajaran STAD dan NHT terhadap prestasi belajar kimia, b)

pengaruh orientasi bekerja sama tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

kimia, c) pengaruh kamampuan visual spasial tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar kima, d) interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT

dengan orientasi bekerja sama terhadap prestasi belajar kimia, e) interaksi

antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan kemampuan visual

spasial terhadap prestasi belajar kimia, f) interaksi antara orientasi bekerja

sama dengan kemampuan visual spasial terhadap prestasi belajar kimia dan g)

interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT, orientasi bekerja sama

serta kemampuan visual spasial terhadap prestasi belajar kimia. Kekurangan

penelitian ini adalah penyampaian presentasi kelas dengan power point

sehingga siswa kurang aktif selama proses pembelajaran. Penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dalam penyampaian presentasi kelas dengan

demonstrasi dilengkapi LKS sehingga siswa terlibat aktif dalam memahami

Page 83: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxiii

materi yang diajarkan. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah penerapan metode STAD dan NHT. Sedangkan perbedaannya

adalah pada mata pelajarannya, yaitu kimia dan yang diteliti oleh peneliti

adalah fisika. Variable orientasi bekerja sama dan kemampuan visual spasial

sedangkan yang diteliti oleh peneliti adalah motivasi dan interaksi sosial siswa.

Dan juga populasinya yaitu siswa SMA N 5 Madiun dan yang diteliti oleh

peneliti adalah siswa SMK N Jenawi Kabupaten Karanganyar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Harsoyo (2010) dengan judul “Pembelajaran

Fisika melalui STAD (Students Teams Achievement Division) dan Jigsaw

ditinjau dari kemampuan menggunakan alat ukur dan aktivitas belajar”, yang

bertujuan: a) mengetahui pengaruh model pembelajaran STAD dan Jigsaw

terhadap prestasi belajar, b) mengetahui pengaruh menggunakan alat ukur

listrik tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar, c) menegtahui pengaruh

aktivitas belajar tinggi da rendah terhadap prestaso belajar, d) mengetahui

interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar, e) mengetahui interaksi

antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan aktivitas belajar terhadap

prestasi belajar, f) mengetahui interaksi antara kemampuan menggunakan alat

ukur dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar dan f) mengetahui

interaksi antar model pembelajaran STAD dan Jigsaw, kemampuan

menggunaka alat ukur serta aktivitas belajr terhadap prestasi belajar.

Persamaan antara penelitian ini dengan yang dilakukan oleh peneliti adalah

pada penerapan model pembelajaran STAD pada ranah kognitif siswa.

Page 84: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxiv

Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian ini model Jigsaw sedang yang

diteliti oleh peneliti adalah metode NHT, variable dalam peneliyian ini adalah

menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar sedangkan yang diteliti oleh

peneliti adalah motivasi dan interaksi social siswa. Populasinya SMA N 1

Surakarta dan yang diteliti oleh peneliti adalah SMK N Jenawi Kabupaten

Karanganyar.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tulus Junianto dengan judul “Pengaruh

Pembelajaran Kooperatif STAD dan TPS Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau

dari Sikap Ilmiah” yang bertujuan untuk mengatahui: a) pengaruh penggunaan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TPS terhadap prestasi belajar

mahasiswa, b) pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar mahasiswa dan c) interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif

tipe STAD dan TPS dengan sikap ilmiah terhdap prestasi belajar mahasiswa.

Pada penerapan metode TPS seorang siswa berpikir sendiri kemudian berbagi

dengan pasangannya, sehingga sumbangan dari teman-teman yang lain di

dalam kelas sangat kurang. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah penerapan metode pembelajaran STAD. Perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode TPS dan yang diteliti

oleh peneliti adalah metode NHT , sikap ilmiah dan yang diteliti oleh peneliti

adalah motivasi dan interaksi social siswa serta populasinya yaitumahasiswa

Akademi Analisis Kesehatan Nasional Surakarta dan yang diteliti oleh peneliti

adalah siswa SMK N Jenawi Kabupaten Karanganyar. Penerapan metode NHT

memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memberikan jawabannya

Page 85: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxv

kepada seluruh kelas, mereka juga menerima jawaban dari semua teman di

dalam kelas. Sehingga sumbangan dari teman-teman di dalam kelas lebih

banyak. Interaksi sosial dengan teman juga menjadi lebih baik.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Mulyadi (2010) dengan judul “

Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan Metode STAD dengan Media Kit

dan Media Sederhana Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kemampuan Awal

Siswa”. Penelitian ini telah membuktikan: a. Media berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa, b. Kemampuan awal berpengaruh terhadap presyasi

belajar siswa, c. Motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,

d. Tidak ada interaksi antara media dengan kemampuan awal terhadap prestasi

belajar siswa, e. Tidak ada interaksi antara media dengan motivasi belajar

terhadp prestasi belajar siswa, f. Tidak ada interaksi antara motivasi belajar

dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa, g. Tidak ada

interaksi antara media, motivasi belajar dengan kemempuan awal siswa

terhadap prestasi belajar siswa. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan

peneliti adalah penerapan metode STAD. Perbedaannya adalah pada penerapan

metode NHT yang dilakukan oleh peneliti. Kelebihan dari penelitian ini adalah

penggunaan media kit sehingga materi lebih mudah dipahami dan diingat

karena bersifat riil. Kelemahan dari penelitian ini adalah penggunaan media

sederhana yaitu media torso yang merupakan media yang bersifat tiruan.

Penelitian yang dilakukan peneliti presentasi kelas dilakukan dengan

demonstrasi dilengkapi LKS.

Page 86: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxvi

5. Penelitian yang dilakukan oleh Kamuran Tarim dan Fikri Adeniz tahun 2008

dengan judul “The effects of cooperative learning on Turkish elementary

students’ mathematics achievement and attitude towards mathematics using

TAI and STAD methods “. Peneliti dalam penelitian ini telah membuktikan

adanya dampak positif dengan penerapan TAI dan STAD terhadap prestasi

belajar matematika siswa SD. Penerapan metode TAI memberikan hasil yang

lebih baik dari pada metode STAD. Kelebihan dari penelitian ini adalah

penelitian berlangsung selama 14 minggu. Kelemahan dari penelitian ini adalah

sampelnya siswa SD dengan umur 9-10 tahun. Menurut Piaget untuk usia

tersebut siswa dalam tahap operasional konkret. Siswa belum mampu untuk

berdiskusi, menarik kesimpulan maupun menyampaikan gagasan/ide dalam

kelompoknya. Sampel pada penelitian yang dilakukan peneliti adalah siswa

SMK yang usianya 15-16 tahun yang menurut Piaget termasuk dalam tahap

operasional formal sehingga siswa mampu untuk berdiskusi, menarik

kesimpulan, mengoreksi hasil jawaban maupun menyampaikan gagasan/ide

dalam kelompoknya. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah penerapan metode STAD. Perbedaannya adalah metode TAI

diganti dengan NHT

C. Kerangka Berpikir

Page 87: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxvii

1. Pegaruh Penggunaan Metode STAD dan NHT terhadap Prestasi Belajar

Siswa

Pembelajaran di SMK N Jenawi masih bersifat “teacher centered”, yang

artinya pembelajaran yang berpusat pada guru. Para guru di SMK N Jenawi belum

menerapkan metode pembelajaran yang variatif. Gejala-gejala fisis dan aplikasi

hukum-hukum Newton banyak diamati dan dirasakan oleh siswa dalam kehidupan

sehari-hari, baik hukum I, II dan III Newton. Sehingga siswa sudah memahami

konsep tentang hukum-hukum Newton. Mereka sudah bisa mempelajari secara

mandiri, baik secara sendiri maupun bersama-sama, sehingga mereka sudah

memahami materi hukum-hukum Newton meskipun masih sedikit.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan proses adaptasi

intelektual. Adaptasi ini melibatkan proses skemata, asimilasi, akomodasi dan

equilibration. Skemata adalah struktur kognitif yang berupa ide, konsep dan

gagasan yang dimiliki seseorang. Asimilasi adalah proses perubahan yang

dipahami sesuai dengan struktur kognitif (skemata) yang ada sekarang. Asimilasi

adalah proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang

telah dimiliki oleh seseorang. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke

dalam situasi baru. Equilibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk

mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Perkembangan kognitif

terbentuk melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.

Penerapan metode STAD dan NHT memberikan kesempatan kepada siswa

untuk belajar bersama-sama dalam kelompok dalam memahami konsep yang

diajarkan, sehingga penerapan metode STAD dan NHT dapat meningkatkan

Page 88: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxviii

interaksi sosial siswa. Metode STAD adalah pembelajaran yang dilakukan dengan

presentasi kelas, dalam hal ini guru memberikan motivasi dan tujuan

pembelajaran. Kemudian mengelompokkan siswa, guru memberikan demonstrasi

tentang materi yang diajarkan dengan dibantu oleh siswa jika diperlukan.

Kemudian siswa melakukan kegiatan belajar (diskusi) bersama membahas materi

tertentu. Sehingga siswa yang mempunyai kemampuan kurang akan terbantu oleh

siswa yang mampu. Dilanjutkan dengan kuis, siswa mengerjakan soal-soal secara

individual. Selanjutnya guru memberikan skor kemajuan individual. Terakhir

rekognisi tim, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh

skor terbesar. Penerapan metode NHT juga merupakan pembelajaran dengan

mengelompokkan siswa. Pada penerapan metode NHT siswa dikelompokkan,

kemudian setiap siswa dalam kelompok tersebut diberi nomor, guru memberikan

demonstrasi tentang materi yang diajarkan dengan dibantu oleh siswa jika

diperlukan. Siswa diberi materi untuk didiskusikan. Kemudian guru memanggil

nomor tertentu dan setiap siswa dengan nomor tersebut menjawab soal dan

seterusnya hingga soal habis. Adanya perlakuan yang berbeda ini, diduga

penerapan metode STAD akan menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada

penerapan metode NHT.

2. Pengaruh Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah terhadap Prestasi Belajar

Siswa

Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu agar ia

mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tim atau kelompok akan memperoleh

Page 89: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxix

penghargan. Tinggi rendahnya motivasi siswa dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung akan memiliki

gairah yang tinggi dalam belajar, penuh semangat, memiliki rasa penasaran atau

rasa iungin tahu yang tinggi, mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa

untuk melakukan sesuatu, memiliki rasa percaya diri, memiliki daya konsentrasi

yang tinggi, kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi, serta

memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Mereka menyiapkan segala

sesuatu yang diperlukan untuk pembelajaran, memiliki buku pake lebih dari satu

buah, sering pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi tentang materi yang

diajarkan. Sehingga diduga siswa yang memiliki motivasi tinggi akan

mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi

rendah.

3. Pengaruh Interaksi Sosial Tinggi dan Rendah terhadap Prestasi Belajar

Siswa

Interaksi sosial merupakan kemampuan seseorang untuk bersosial dalam

kedudukannya ditempat ia berada. Siswa yang memiliki interaksi sosial yang

tinggi akan lebih mudah bekerja sama saling membantu antar siswa dalam

kelompok, menyukai persaingan tanpa kekerasan terhadap keputusan atau

tindakan orang lain, tidak menyukai konflik, berusaha untuk

meredakan/mengatasi pertentangan sehingga mencapai kestabilan, dan selalu

berusaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan di antara individu-individu atau

kelompok-kelompok serta mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses mental

Page 90: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xc

dengan memperhatikan kepentingan atau tujuan bersama. Sehingga siswa dengan

kemampuan interaksi sosial yang tinggi lebih mudah berteman, bergaul ataupun

hidup bersosial di lingkungannya. Ia tidak akan malu untuk bertanya, memberikan

penjelasan kepada teman-temannya. Sehingga diduga siswa yang memilki

interaksi sosial tinggi akan mendapatkan presatsi belajar yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang memiliki interaksi sosial yang rendah.

4. Interaksi antara Metode STAD dan NHT dengan Motivasi Belajar

terhadap prestasi belajar

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa secara nyata berinteraksi

satu faktor dengan faktor lainnya. Dalam penelitian ini, faktor metode

pembelajaran yang berinteraksi dengan motivasi dapat mempengaruhi prestasi

belajar. Bisa jadi siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih senang diajar dengan

metode STAD karena metode ini lebih menantang dari pada metode NHT. Siswa

harus lebih berkonsentrasi, lebih percaya diri, lebih bergairah dan berdaya juang

yang tinggi. Siswa merasa tertantang untuk belajar mandiri karena peran guru

yang sangat minim. Sedangkan dalam metode NHT peran guru lebih dominan dari

pada metode STAD. Dengan demikian metode yang membuat siswa lebih

tertantang selama proses pembelajaran berinteraksi dengan motivasi yang tinggi

sehingga menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Demikian juga sebaliknya,

maka akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah. Karena itulah , maka

interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi diduga dapat memberikan

perbedaan prestasi belajar siswa.

Page 91: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xci

5. Interaksi Antara Metode STAD dan NHT dengan Interaksi Sosial

Metode pembelajaran yang baik dan berinteraksi dengan interaksi sosial

yang tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula. Metode belajar

yang baik tentunya dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar.

Bisa jadi siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih senang diajar dengan

metode STAD karena metode ini lebih memberikan ruang untuk setiap siswa

dalam saling berdiskusi bersama dalam memecahkan semua soal yang diberikan

oleh guru, siswa saling berinteraksi dengan siswa yang lain selama pembelajaran

berlangsung. Metode STAD melibatkan siswa secara lebih aktif dalam belajar .

Sedangkan dalam metode NHT peran guru lebih dominan dari pada metode

STAD. Dengan demikian interaksi antara metode pembelajaran dengan interaksi

sosial diduga akan memberikan perbedaan prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara Motivasi dengan Interaksi Sosial

Motivasi yang tinggi dapat membuat siswa aktif dan bersemangat dalam

dalam proses pembelajaran. Ia akan mengambil tindakan-tindakan dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yauitu tim/kelompok memperoleh

penghargaan. Dengan demikian prestasi belajarnya juga tinggi. Interaksi sosial

yang tinggi juga dapat membuat siswa aktif dan bersemangat dalam proses

pembelajaran. Ia akan lebih mudah bergaul, berteman . suka bertanya kepada

siswa yang lain jika belum memahami materi tertentu. Dengan demikian prestasi

belajarnya juga tinggi. Interaksi antara motivasi yang tinggi dan interaksi sosial

Page 92: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcii

yang tinggi menjadikan siswa benar-benar aktif dan bersemangat sehingga siswa

benar-benar berpartisipasi dalam belajar. Sehingga diduga interaksi antara

motivasi dengan interaksi sosial akan memberikan perbedaan prestasi belajar

siswa.

7. Interaksi antara Metode STAD dan NHT dengan Motivasi dan Interaksi

Sosial

Metode STAD dan NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerja dalam kelompok-kelompok belajar. Mereka saling bekerja sama dalam

memecahkan dan memahami materi yang diajarkan oleh guru. Siswa yang belajar

dengan metode yang membuat siswa aktif, ditunjang dengan motivasi yang tinggi

dan disertai interaksi sosial yang tinggi, maka siswa akan bersemangat dalam

belajar. Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu agar ia

mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tim atau kelompok akan memperoleh

penghargan. Tinggi rendahnya motivasi siswa dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa. Interaksi sosial merupakan kemampuan seseorang untuk bersosial

dalam kedudukannya ditempat ia berada. Siswa dengan kemampuan interaksi

sosial yang tinggi lebih mudah berteman, bergaul ataupun hidup bersosial di

lingkungannya. Ia tidak akan malu untuk bertanya, memberikan penjelasan

kepada teman-temannya. Dengan demikian interaksi dari metode, motivasi dan

interaksi sosial diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

D. Pengajuan Hipotesis

Page 93: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xciii

Berdasarka kajian teori dan kerangka berpikir yang telah disampaikan,

maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang diberi pembelajaran

metode STAD dan NHT.

2. Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang memiliki motivasi

belajar tinggi dan rendah.

3. Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang memiliki interksi sosial

tinggi dan rendah.

4. Ada interaksi antara metode STAD dan NHT dengan motivasi belajar terhadap

prestasi belajar fisika.

5. Ada interaksi antara metode STAD dan NHT dengan interaksi sosial terhadap

prestasi belajar fisika.

6. Ada interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar

fisika.

7. Ada interaksi antara metode STAD dan NHT, motivasi belajar, dan interaksi

sosial terhadap prestasi belajar fisika.

Page 94: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xciv

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di kelas X semester 1 SMK Negeri Jenawi

untuk tahun pelajaran 2010/2011.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Desember tahun 2010.. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan

secara bertahap. Adapun tahap – tahap pelaksanaannya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tahap Penelitian

Kegiatan Bulan

5 6 7 8 9 10 11 12 1

Penyusunan Proposal

Permohonan ijin

Penyusunan instrumen uji

coba instrumen

Pengambilan data

penelitian

Penyusunan laporan dan

konsultasi

Page 95: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcv

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen.

Dengan menggunakan rancangan faktorial 2x2x2. Faktor pertama adalah metode

pembelajaran, yaitu metode pembelajaran STAD dan NHT . Faktor kedua adalah

motivasi belajar, yaitu motivasi belajar tinggi dan rendah, sedang faktor ketiga

adalah interaksi sosial, yaitu interaksi sosial tinggi dan rendah.

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian

Motivasi

Belajar (B)

Metode (A)

A1 A2

B1 B2 B1 B2

Interaksi Sosial

(C)

C1 A1B1C1 A1B2C1 A2B1C1 A2B2C1

C2 A1B1C2 A1B2C2 A2B1C2 A2B2C2

Metode terdiri dari metode STAD (A1) dan NHT (A2), motivasi terdiri dari

motivasi ringgi (B1) dan motivasi rendah (B2) sedangkan interaksi sosial terdiri

dari interaksi sosial tinggi (C1) dan interaksi sosial rendah (C2). Sebagai contoh

A1B1C1 artinya kelompok siswa yang diberi metode STAD, memiliki motivasi

tinggi dan interaksi sosial tinggi. A2B2C2 artinya siswa yang diberi metode NHT,

memiliki motivasi rendah dan interaksi sosial rendah.

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Penetapan Populasi Penelitian

Page 96: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcvi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa X, XI dan XII semester 1

SMK Negeri Jenawi tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 10 kelas.

2. Sampel Penelitian

Dalam penelitian tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu

dalam populasi, karena di samping membutuhkan biaya yang cukup besar, juga

membutuhkan waktu yang relatif lama. Dengan penelitian dari sebagian populasi,

kita harapkan bahwa hasil yang didapat sudah dapat menggambarkan sifat

populasi yang bersangkutan. Sebagian populasi yang diambil disebut sampel.

Pada penelitian ini tidak dilakukan terhadap semua anggota populasi, akan tetapi

sampel yang diambil adalah tiga kelas dari populasi kelas X TKJ SMK Negeri

Jenawi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini harus representatif karena hasil

dari penelitian ini digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh

populasi yang ada. Sampel yang diperoleh dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas X

TKJ 1 sebagai kelas eksperimen I dan kelas X TKJ 2 sebagai kelas eksperimen II.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara undian

kelas (cluster random sampling). Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan

dua kali pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan sebagai

kelompok eksperimen I dan nomor undian yang keluar berikutnya ditetapkan

sebagai kelompok eksperimen II.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Page 97: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcvii

Variabel bebas dalam penelitian ini ada tiga, yaitu variabel bebas 1,

variabel bebas 2, dan variabel bebas 3. Variabel bebas 1 adalah metode

pembelajaran, variabel bebas 2 adalah motivasi belajar siswa, dan variabel bebas

3 adalah interaksi sosial siswa.

1. Variabel bebas 1

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam

mengajarkan konsep-konsep pada materi Hukum-hukum Newton dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan metode

pembelajaran STAD dan NHT.

Metode pembelajaran STAD adalah suatu metode pembelajaran yang

dapat mengembangkan dan melatih keterampilan berpikir serta

mengembangkan potensi intelektual siswa yang meliputi langkah-langkah

pemecahan masalah.

2. Variabel bebas 2

a. Definisi Operasional

Motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya penggerak di dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang diwujudkan dalam bentuk

adanya kebutuhan, dorongan dan usaha dari siswa dalam melakukan aktivitas

atau kegiatan belajar sehingga tujuan belajar siswa tersebut dapat tercapai.

Dalam penelitian ini motivasi belajar dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah.

b. Skala pengukuran: skala interval yang kemudian diubah ke skala nominal

dengan cara mengelompokkan tinggi dan rendah. Pembuatan kategori ini

Page 98: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcviii

berdasarkan pada nilai rata-rata untuk keseluruhan skor yang dicapai

siswa. Siswa dengan perolehan diatas atau sama dengan nilai rata-rata

dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan

skor dibawah nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah.

3. Variabel bebas 3

a. Definisi Operasional

Interaksi sosial siswa merupakan hubungan antara dua individu atau lebih

ketika individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki

kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.

b. Skala pengukuran: skala interval yang kemudian diubah ke skala nominal

dengan cara mengelompokkan tinggi dan rendah. Penggolongan ini

berdasarkan pada nilai rata-rata untuk keseluruhan skor yang dicapai

siswa. Siswa dengan perolehan di atas atau sama dengan nilai rata-rata

dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan

skor dibawah nilai rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh

variabel yang lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar

fisika.

a. Definisi operasional

Prestasi belajar fisika adalah perolehan skor pada pengukuran dengan prestasi

belajar fisika yang mencerminkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep-

Page 99: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcix

konsep pada materi pokok Hukum-hukum Newton setelah siswa mengikuti

proses belajar mengajar.

b. Skala pengukuran: Interval

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

tes, teknik angket, dan teknik dokumentasi.

1. Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa pada

materi pokok hukum – hukum Newton siswa kelas X SMK Negeri Jenawi

tahun pelajaran 2010/2011. Metode tes juga digunakan untuk mengetahui

prestasi siswa.

2. Metode Angket

Angket yang digunakan adalah angket motivasi belajar siswa yang

digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya motivasi belajar siswa, angket

interaksi sosial siswa mengetahui kemampuan interaksi sosial siswa dan angket

penilaian afektif untuk mengetahu prestasi belajar aspek afektif. Metode angket

berupa sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan yang harus dijawab oleh

siswa. Angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan pilihan jawaban

yang sudah disediakan oleh peneliti. Pemberian skor angket digunakan skala

Likert 1 sampai 4.

3. Metode Dokumentasi

Page 100: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c

Metode dokumentasi yaitu mencari data yang berupa catatan, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya

yang merupakan dokumen-dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya.

Yang digunakan sebagai dokumen dalam penelitian ini adalah data nilai materi

pokok sebelumnya.

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini adalah Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

2. Instrumen Pengambilan Data

Instrumen pengambilan data dalam penelitian ini adalah tes prestasi

kognitif, angket penilaian afektif, angket penilaian motivasi siswa dan angket

penilaian interaksi sosial siswa.

G. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dalam penelitian ini terdiri dari atas penilaian

kognitif dengan menggunakan tes prestasi , motivasi belajar siswa dan interasi

sosial siswa dengan menggunakan angket.

1. Instrumen Penilaian Kognitif

Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes objektif. Sebelum digunakan

dalam penelitian, instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu untuk

menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal. Uji

Page 101: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ci

coba tes prestasi belajar dilakukan di SMK Negeri Sambirejo yang mempunyai

karakteristik hampir sama dengan SMK Negeri Jenawi.

a. Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

suatu instrument (Suharsimi, 1989: 160). Validitas yang diuji dalam penelitian ini

adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item dari suatu tes adalah

ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Uji validitas butir dilakukan

dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai

berikut:

rxy = ( )( )

( ) ( ) ( ) ( )[ ]2222 Uå-UåCå-Cå

UåCå-CUå

NN

N

Persamaan (3.1) menyatakan bahwa nilai validitas butir soal (rxy) ditentukan oleh

jumlah sampel (N), skor item untuk masing-masing responden (X) dan skor total

dari keseluruhan masing-masing responden.

Kriteria item: jika rxy ≥ rharga kritik maka item tersebut valid, jika rxy < rharga kritik

maka item tersebut invalid (Suharsimi Arikunto, 1998: 160).

Hasil uji validitas tes prestasi belajar fisika yang telah dilakukan

terangkum dalam tabel 3.3:

Tabel 3.3.Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar

Jumlah

Soal Kriteria Nomor Soal

26 Valid : 22

……………(3.1)

Page 102: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cii

1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,24 dan 25

Invalid : 4

9,12,23,dan 26

Tabel 3.3 menunjukkan hasil uji validitas instrument tes prestasi belajar, dari hasil

analisis tersebut diperoleh 22 soal yang valid dan 4 soal yang invalid (lihat

lampiran 12)

b. Uji Reliabilitas

Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat

dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan.

Pengujian reliabilitas menggunakan rumus sebagai berikut:

÷÷ø

öççè

æ å-÷øö

çèæ

-=

t

t11 V

pqV

1kk

r

Persamaan (3.2) menyatakan bahwa realibilitas instrumen (r11)

ditentukan oleh banyaknya butir pertanyaan (k), varians total (Vt), proporsi

subyek yang mendapat skor satu/menjawab betul (p) dan proporsi subyek yang

mendapat skor nol (q).

N1 kornya yangssubyek Banyaknya

p =

q = proporsi subyek yang mendapat skor 0

= 1 – p

(Suharsimi Arikunto, 1998: 180)

………………………………………..(3.2)

Page 103: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ciii

Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan

dengan r product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrument tersebut

adalah reliabel.

Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:

0,81-1,00 : Sangat Tinggi

0,61-0,80 : Tinggi

0,41-0,60 : Cukup

0,21-0,40 : Rendah

0,00-0,20 : Sangat Rendah

(Suharsimi Arikunto, 1998: 191)

Hasil uji realiabelitas instrumen tes prestasi belajar fisika yang telah

dilakukan terangkum dalam tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabelitas Instrumen Tes Prestasi Belajar

Variabel Jumlah Soal Reliabelitas Kriteria

Soal Materi Hukum-hukum

Newton 26 0,98650 Sangat Tinggi

Tabel 3.4 menyatakan hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar yang telah

dihitung dengan persamaan (3.2), untuk jumlah soal 26 dengan nilai realibilitas

0,9869 kriteria sangat tinggi (lihat lampiran 12). Artinya soal-soal tersebut akan

memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran kembali pada

subyek yang berbeda pada waktu yang berlainan.

c. Uji Taraf Kesukaran Soal

Page 104: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

civ

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sulit, dan untuk mengetahui apakah soal itu sulit, mudah ataukah sedang

dilakukan dengan pengujian tingkat kesuitan soal. Hasil dari uji tersebut berupa

bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal yang disebut indeks

kesukaran. Indeks ini kemudian diinterpretasikan kedalam klasifikasi indeks

kesukaran yang telah ditentukan. Untuk mengukur tingkat kesulitan soal

digunakan rumus sebagai berikut:

MaksimalSkor x NB

=IK ................ ...............................................(3.3)

Persaman (3.3) menyatakan bahwa indeks kesukaran (IK) ditentukan

dengan mambagi jumlah siswa yang menjawab benar dari suatu item (B) dengan

jumlah siswa (N) kali skor maksimal.

Tabel 3.5 Tabel Ideks Kesukaran

IK Keterangan

0,81 – 1,00 Mudah Sekali (MS)

0,61 – 0,80 Mudah (M)

0,41 – 0,60 Sedang/Cukup(Sd-C)

0,21 – 0,40 Sukar (SK)

0,00 – 0,20 Sukar Sekali (SS)

(Masidjo,2006:208)

Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal tes prestasi belajar fisika yang telah

dilakukan terangkum dalam tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar

Jumlah Soal Kriteria Nomor Soal

26 Mudah : 12 1,2,3,5,6,7,8,10,11,13,15 dan 24

Page 105: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cv

Sedang : 10 4,9,12,14,17,19,21,23,25 dan 26

Sukar : 4 16,18,20 dan 22

Tabel 3.6 menyatakan hasil uji taraf kesukaran soal yang dihitung dengan

persamaan (3.3) yang diperoleh soal dengan kriteria mudah: 12, sedang: 10 dan

sukar: 4 (lihat lampiran 12). Penetapan: soal dengan kriteria sukar yaitu nomor

16, 18, 20 dan 22 dipakai. Soal dengan kriteria sedang yaitu nomor 4, 14, 17, 19,

21 dan 25 dipakai, sedangkan nomor 9,12,23 dan 26 tidak dipakai karena

termasuk invalid (tabel 3.3). Soal dengan kriteria mudah yaitu nomor 1, 3, 5 dan

24 dipakai, sedangkan nomor 2, 6, 7, 8, 10, 11, 13 dan 15 diperbaiki.

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antar siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah). Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa pandai

maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik, karena tidak mempunyai daya

pembeda. Jika semua siswa pandai dan bodoh tidak dapat menjawa soal dengan

benar maka soal tersebut juga tidak baik. Daya pembeda disebut indeks

diskriminasi (ID). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

Untuk mengetahui daya beda instrumen tes prestasi digunakan rumus:

MaksimalSkor x KBatau NKA KB-KA

=ID

Persamaan 3.4 menyatakan bahwa indeks daya beda (ID) ditentukan

dengan membagi selisih dari jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa

……….............................(3.4)

Page 106: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cvi

yang tergolong kelompok atas dikurangi jumlah jawaban benar yang diperoleh

dari siswa yang tergolong kelompok bawah dengan jumlah siswa kelompok atas

atau kelompok bawah.

Tabel 3.7 Tabel Nilai Daya Pembeda Soal

ID - ID Kualifikasi

0,80 – 1,00 Sangat membedakan (SM)

0,60 – 0,79 Lebih membedakan (LM)

0,40 – 0,59 Cukup membedakan (CM)

0,20 – 0,39 Kurang membedakan (KM)

Negatif Tidak membedakan (TM)

Hasil uji daya pembeda soal tesprestasi belajar fisika yang telah dilakukan

terangkum dalam tabel 3.8:

Tabel 3.8. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar

Jumlah Soal Kriteria Nomor Soal

26

SM : 4 14,17,19,dan 25

LM : 9 6,7,8,10,15,16,18,21 dan 24

CM : 7 1,2,3,4,10,12,dan20

KM : 6 5,9,12,22,23,dan 26

Page 107: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cvii

Tabel 3.8 menyatakan hasil uji daya beda soal tes prestasi belajar yang telah

dihitung dengan persamaan 3.4 (lihat lampiran 12), diperoleh soal dengan kriteria

sangat membedakan sejumlah 4 nomor, lebih membedakan sejumlah 9 nomor,

cukup membedakan sejumlah 7 nomor dan kurang membedakan sejumlah 6

nomor.

2. Instrumen Penilaian Motivasi Belajar dan Interaksi Sosial Siswa

a. Penyusunan kisi-kisi angket

Setelah aspek dan indikator dirumuskan kemudian disusun kisi-kisi angket

yang memuat tentang ruang lingkup variabel bebas sesuai dasar teori. Kisi-kisi

angket tersebut dijadikan pedoman pembuatan pertanyaan dan pernyataan.

b. Penyusunan item angket

Meliputi pembuatan item-item pertanyaan, alternatif jawaban dan petunjuk

pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah

dirumuskan.

Kriteria penilaian tiap item pernyataan adalah sebagai berikut:

Pemberian skor skala 1 sampai 4, untuk item yang mengarah jawaban positif,

pemberian skornya sebagai berikut :

Skor 4 untuk jawaban terbaik

Skor 3 untuk jawaban baik

Skor 2 untuk jawaban sedang

Skor 1 untuk jawaban kurang baik

Page 108: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cviii

Item yang mengarah pada jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut

:

Skor 1 untuk jawaban terbaik

Skor 2 untuk jawaban baik

Skor 3 untuk jawaban sedang

Skor 4 untuk jawaban kurang baik

Skor ≥ skor rata-rata kelas = tinggi

Skor < skor rata-rata kelas = rendah (Suharsimi Arikunto, 2002: 263-267)

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut

diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabelitas item

angket.

a. Uji Validitas

Validitas dari instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi. Sebuah

tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila instrumen tersebut mengukur

setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus

(indikator).

Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus sebagai berikut:

{ }{ }å åå åå å å=

2222xyY)(- YNX)(- XN

Y)X)(( - XYN r

………………………(3.5)

Page 109: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cix

Persamaan 3.5 menyatakan bahwa koefisien validitas (rxy) ditentukan oleh

jumlah sampel (N), skor item untuk masing-masing responden (X) dan skor total

dari keseluruhan masing-masing responden.

Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria

validitas suatu tes (rxy):

0,91 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)

0,71 – 0,90 : Tinggi (T)

0,41 – 0,70 : Cukup (C)

0,21 – 0,40 : Rendah (R)

Negatif – 0,20 : Sangat Rendah (SR)

(Suharsimi Arikunto,2002: 222)

Setelah dilakukan uji validitas dengan persamaan 3.5 diperoleh hasil

bahwa untuk uji validitas angket motivasi dan interaksi sosial diperoleh nilai rxy >

r tabel (0,32) (lihat lampiran 12). Sehingga 40 butir item instrumen angket motivasi

dan interaksi sosial seluruhnya valid.

b. Uji Reliabilitas

Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat

memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali

kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus

alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0); yaitu

sebagai berikut:

11r = úúû

ù

êêë

é

s

s-úû

ùêëé

2t

2i1

1nn

………..………………………………….(3.6)

Page 110: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cx

Persaman 3.6 menyatakan bahwa reliabilitas instrumen (r11) ditentukan

oleh banyaknya butir pertanyaan atau soal dan jumlah kuadrat masing-masing

item.

Kriteria :

0,91-1,00 : Sangat Tinggi

0,71-0,90 : Tinggi

0,41-0,70 : Cukup

0,21-0,40 : Rendah

Negatif-0,20 : Sangat Rendah (Masidjo, 1995 : 243)

Setelah dilakukan uji reliabelitas dan dihitung dengan persamaan 3.6

diperoleh hasil bahwa untuk uji reliabilitas angket motivasi diperoleh nial r11 =

0,984 dengan kriteria tinggi dan uji reliabelitas angket interaksi sosial dengan r11

= 0,9817 dengan kriteria tinggi (lihat lampiran 12). Sehingga 40 butir item

instrumen angket motivasi dan interaksi sosial seluruhnya reliabel. Artinya jika

dilakukan pengukuran kembali pada sampel dan waktu yang berbeda akan

memberikan hasil yang relatif sama.

H. Teknik Analisis Data

Untuk mengolah data dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi

tiga jalan dengan sel tak sama dan diakhiri dengan uji F. Untuk menguji

hipotesis dengan uji F ini, sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji

normalitas dan uji homogenitas.

Page 111: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxi

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung

menggunakan software minitab.

1) Prosedur Penentuan Hipotesis:

H0 : sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal

2) Statistik Uji

Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan-Joiners.

Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-value > 0,05.

Artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika p-

value < 0,05 maka Ho diterima, artinya sampel berasal dari populasi yang

tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitaian

berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan

software minitab.

1) Prosedur Penentuan Hipotesis:

H0 : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen

H1 : sampel berasal dari populasi yang homogen

2) Statistik Uji

Page 112: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxii

Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan

kesimpulan, H0 ditolak ketika p-value > 0,05. Artinya sampel berasal dari

populasi yang homogen. Sebaliknya jika p-value < 0,05 berarti sampel

tidak homogen.

2. Uji Hipotesis

a. Uji Anava

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji

signifikansi efek tiga varibel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi

ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat.

a. Uji Hipotesis:

1) H0A : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi

metode pembelajaran STAD dan NHT .

H1A : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode

pembelajaran STAD dan NHT .

2) H0B : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki

motivasi belajar siswa tinggi dan rendah.

H1B : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki

motivasi siswa tinggi dan rendah .

3) H0C : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki

interaksi sosial siswa tinggi dan rendah.

H1C : Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki

interaksi sosial siswa tinggi dan rendah .

Page 113: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxiii

4) H0AB : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT

dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

H1AB : Ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan

motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

5) H0AC : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT

dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa.

H1AC : Ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan

interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa.

6) H0BC : Tidak ada interaksi antara motivasi belajar siswa dan interaksi sosial

siswa terhadap prestasi belajar siswa.

H1BC : Ada interaksi antara motivasi belajar siswa dan interaksi sosial siswa

terhadap prestasi belajar siswa.

7) H0ABC : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT,

motivasi belajar siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar

siswa.

H1ABC : Ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT,

motivasi belajar siswa dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar

siswa.

b. Statistik Uji

Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan

pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-value < 0,05 selain itu H1 akan

diterima.

Untuk melakukan uji anava dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 114: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxiv

1) Penyajian data statistik

Untuk kepentingan perhitungan data statistik adalah menggunakan format

Rancangan Komputasi Data Statistik sebagai berikut:

Tabel 3.9. Rancangan Komputasi Data Statistik

N Data Statistik B1

B2 Total C1 C2 C1 C2

A1

n SX SX2

XS 2

A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2

A2

n SX SX2

XS 2

A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2

Tabel 3.9 menyatakan rancangan komputasi data statistik. Contoh A1B1C1

adalah kolom untuk penerapan metode STAD, motivasi tinggi dan interaksi

social tinggi. Pada kolom tersebut akan dihitung banyaknya siswa (n), jumlah

prestasi belajar siswa (SX), jumlah kuadrat prestasi belajar siswa (SX2),

pengaruh simpangan varians (S2) dan rerata (`X).

2) Menghitung jumlah kuadrat

JKtot = N

XX tot

tot

22 )(S-S

JKant = N

X

n

X

n

X

n

X tot

m

m22

2

22

1

21 )()(

.......)()( S

-S

++S

+S

JKdal = DKtot – DKant

3) Menghitung derajat kebebasan

dktot = N – 1

dkant = m – 1

Page 115: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxv

dkdal = dktot – dkant

4) Menghitung rata-rata kuadrat

RK = dbJK

RKant = ant

ant

db

JK

RKdal = dal

dal

db

JK

5) Menghitung nilai F0

F0 = dal

ant

RK

RK

6) Menentukan Ftabel dengan derajat kebebasan dan taraf signifikansi 5%

7) Membuat rangkuman analisis varians tiga jalan

8) Menarik kesimpulan (Budiyono, 2004:239).

Tabel 3.14 Rangkuman Analisis Varians Tiga Jalan

Sumber JK dk RK Fobs Ftabel p

A

B

C

AB

AC

BC

ABC

Galat

JKA

JKB

JKC

JKAB

JKAC

JKBC

JKABC

JKG

p-1

q-1

r-1

(p-1)(q-1)

(p-1)(r-1)

(q-1)(r-1)

(p-1)(q-1)(r-1)

N-pqr

RKA

RKB

RKC

RKAB

RKAC

RKBC

RKABC

RKG

Fa

Fb

Fc

Fab

Fac

Fbc

Fabc

-

F*

F*

F*

F*

F*

F*

F*

-

<α atau>α

<α atau>α

<α atau>α

<α atau>α

<α atau>α

<α atau>α

<α atau>α

-

Total JKT N - 1 - - - -

Keterangan : p adalah probabilitas amatan; F* adalah nilai F yang diperoleh dari

tabel

Page 116: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxvi

Jika F0 > Ftab 5%, maka H0 ditolak

Jika F0 < Ftab 5%, maka H0 diterima

Dalam penelitian ini semua perhitungan pada analisis data untuk menguji

hipotesis menggunakan program Minitab 15. Pada program ini kriteria penolakan

Ho terjadi jika nilai p (p-value) lebih kecil dari nilai taraf signifikansi (α = 0,05).

b. Uji Lanjut Anava

Jika dari hasil pengujian hipotesis penelitian dengan analisis varian tiga

jalan terdapat perbedaan (Ho ditolak) diteruskan dengan uji lanjut Anava dengan

uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe’.

Rumus uji lanjut dengan metode Scheffe’ adalah sebagai berikut:

( )

úúû

ù

êêë

é+

-=-

ji

ji

ji

nnRKG

XXF

11

2

Fi-j adalah nilai Fobs pada pembandingan perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j yang

tergantung pada rerata pada sampel ke-i ( iX ),rerata pada sampel ke-j ( jX

rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis varians (RKG),

galat, ukuran sampel ke-i (ni) dan ukuran sampel ke-j (nj).

Dengan daerah kritis DK = {F│F > (k – 1) Fα;k-1,N-k} atau Ho yang menyatakan

bahwa rerata pada kedua sampel tidak berbeda secara signifikan ditolak jika Fobs >

(k – 1) Fα;k-1,N-k.

…………………………………….….(3.7)

Page 117: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxvii

Dalam penelitian ini uji lanjut selain menggunakan metode Scheffe’ juga

dengan memperhatikan pola grafik yang ditunjukkan oleh diagram analisys of

means (ANOM) pada program Minitab 15.

Page 118: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxviii

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini meliputi data prestasi belajar fisika, data

motivasi siswa dan data interaksi sosial siswa. Data diperoleh dari kelas X TKJ

1 sebagai kelas eksperimen 1 dengan menerapkan metode STAD dan dari kelas

X TKJ 2 sebagai kelas eksperimen 2 dengan menerapkan metode NHT. Berikut

ini diberikan uraian tentang data-data tersebut:

1. Data Prestasi Belajar Fisika

Data prestasi belajar fisika siswa pada aspek kognitif diperoleh dari tes

prestasi belajar pada materi pokok hukum-hukum Newton yang diberikan kepada

masing-masing kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan penerapan

metode pembelajaran STAD dan NHT . Kelas eksperimen I dengan menerapkan

metode pembelajaran STAD sedangkan kelas eksperimen II dengan metode

pembelajaran NHT. Rangkuman data prestasi belajar fisika pada materi pokok

hukum-hukum Newton yang diperoleh siswa pada masing-masing kelas disajikan

dalam tabel 4.1:

Tabel 4.1. Diskripsi data nilai prestasi belajar fisika.

Kelas Jumlah

Data

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-rata Standar

Deviasi

STAD 36 80 40 63,33 9,78

Page 119: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxix

NHT 36 80 40 58,33 9,71

Total 72

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada

kelas STAD nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 63,33 dengan

standar deviasi 9,78 . Prestasi belajar aspek kognitif pada kelas NHT nilai

terendah 40 , nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 58,33 dengan standar devias 9,71 .

Selanjutnya nilai tes prestasi belajar fisika dari masing-masing kelas dapat

dibuat daftar distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika

Interval

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

Metode STAD NHT

Frekuensi Frekuensi Relatif Frekuensi Frekuensi Relatif

36-42

1 2,8 % 2 5,6 %

43-49

1 2,8 % 3 8,3 %

50-56

6 16,7 % 12 33,3 %

57-63

9 25 % 7 19,4 %

64-70

12 33,3 % 10 27,8 %

71-77

5 13,9 % 1 2,8 %

78-84

2 5,6 % 1 2,8 %

Jumlah 36 100 % 36 100 %

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa untuk kelas ekperimen I dengan metode

STAD nilai tertinggi pada interval 64-70 dengan frekuensi 12 dan frekuensi relatif

33,3 % sedangkan untuk kelas ekperimen II dengan metode NHT nilai tertinggi

pada interval 50-56 dengan frekuensi 12 dan frekuensi relatif 33,3 %.

Page 120: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxx

Perbandingan prestasi belajar fisika antara kelas eksperimen I yang

menerapkan metode pembelajaran STAD dan kelas eksperimen II yang

menerapkan metode NHT dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2:

Gambar 4.1 Diagram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD

Gambar 4.2 Diagram Batang Prestasi Belajar Fisika NHT

Dari tabel 4.2 maupun gambar 4.1 dan 4.2 perbandingan prestasi belajar fisika

kelas STAD dan NHT dapat dilihat bahwa jumlah siswa kelas STAD yang

mendapatkan nilai dengan frekuensi terbesar yaitu 12 kelas interval 64-70 dan

Page 121: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxi

siswa kelas NHT dengan frekuensi terbesar pada kelas interval 50-56.

Berdasarkan rata-rata nilai tes prestasi belajar fisika juga terlihat bahwa rata-rata

nilai kelas STAD (63,33) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nilai

kelas NHT (58,33) (lihat lampiran 14).

2. Motivasi

Data motivasi siswa diperoleh dari isian angket tertulis motivasi.

Berdasarkan data motivasi yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua

kategori yaitu tinggi dan rendah. Pembagian kategori motivasi tinggi dan rendah

yang akan digunakan berdasarkan perolehan skor rata-rata. Skor di atas atau sama

dengan skor rata-rata termasuk kategori tinggi dan di bawah skor rata-rata

termasuk kategori rendah. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 72 siswa

yang terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen I dengan menerapkan metode

pembelajaran STAD dan 36 siswa kelas eksperimen II dengan metode

pembelajaran NHT, terdapat 32 siswa mempunyai motivasi tinggi dan 40 siswa

mempunyai motivasi rendah. Secara rinci data jumlah siswa yang mempunyai

motivasi tinggi dan rendah disajikan dalam tabel 4.3:

Tabel 4.3. Jumlah siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah.

Gaya Belajar

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

STAD NHT

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Motivasi Tinggi 16 44,4% 16 44,4%

Motivasi Rendah 20 55,6%% 20 55,6%

Jumlah 36 100 % 36 100 %

Page 122: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxii

Data prestasi belajar fisika pada materi pokok hukum-hukum Newton

yang diperoleh siswa dengan motivasi tinggi dan rendah pada masing-masing

kelas disajikan dalam tabel 4.4:

Tabel 4.4. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas STAD.

Motivasi Jumlah

Data

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-rata Standar

Deviasi

Tinggi 16 80 60 67,50 6,32

Rendah 20 80 40 60,00 10,88

Total

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada

kelas STAD dengan motivasi tinggi nilai terendah 60, nilai tertinggi 80, nilai

rata-rata 67,50 dengan standar deviasi 6,32. Prestasi belajar aspek kognitif siswa

dengan motivasi rendah nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 60,00

dengan standar deviasi 10,00 . Sedangkan prestasi belajar siswa pada kelas NHT

terangkum pada tabel 4.5:

Tabel 4.5. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas NHT.

Motivasi Jumlah

Data

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-rata Standar

Deviasi

Tinggi 16 80 45 62,81 8,94

Rendah 20 70 40 54,75 8,96

Total 36

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh data prestasi belajar fisika aspek kognitif pada

kelas NHT dengan motivasi tinggi nilai terendah 45, nilai tertinggi 80, nilai rata-

rata 62,81 dengan standar deviasi 8,94 . Prestasi belajar aspek kognitif siswa

Page 123: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxiii

dengan motivasi rendah nilai terendah 40 , nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 54,75

dengan standar deviasi 8,96.

3. Data interaksi Sosial

Data penelitian ini data interaksi sosial dari isian angket tertulis interaksi

sosial. Berdasarkan data interaksi sosial yang diperoleh, kemudian dikelompokkan

dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pembagian kategori interaksi sosial

tinggi dan rendah yang akan digunakan berdasarkan perolehan skor rata-rata. Skor

di atas atau sama dengan skor rata-rata termasuk kategori tinggi dan di bawah

skor rata-rata termasuk kategori rendah.

Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 72 siswa yang terdiri dari 36

siswa kelas eksperimen I dengan menerapkan metode pembelajaran STAD dan 36

siswa kelas eksperimen II dengan metode pembelajaran NHT, terdapat 45 siswa

mempunyai kemampuan interaksi sosial tinggi dan 27 siswa mempunyai

kemampuan kemempuan interaksi sosial rendah. Secara rinci data kemampuan

interaksi sosial disajikan dalam table 4.6:

Tabel 4.6. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Interaksi Sosial Tinggi dan Rendah.

Interaksi Sosial

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

STAD NHT

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tinggi 25 69,4% 20 55,6%

Rendah 11 30,6% 16 44,4%

Jumlah 36 100 % 36 100 %

Page 124: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxiv

Data prestasi belajar fisika pada materi pokok hukum-hukum Newton

yang diperoleh siswa dengan kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah pada

masing-masing kelas disajikan dalam tabel 4.7:

Tabel 4.7. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas STAD.

Interaksi Sosial Jumlah

Data

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-rata Standar

Deviasi

Tinggi 25 80 45 65,60 8,93

Rendah 11 70 40 58,18 10,07

Total 36

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada

kelas STAD dengan interaksi sosial tinggi nilai terendah 45, nilai tertinggi 80,

nilai rata-rata 65,60 dengan standar deviasi 8,93. Prestasi belajar aspek kognitif

siswa dengan interaksi sosial rendah nilai terendah 40, nilai tertinggi 70, nilai

rata-rata 58,18 dengan standar deviasi 10,07. Sedangkan prestasi belajar siswa

pada kelas NHT terangkum pada tabel 4.8:

Tabel 4.8. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas NHT.

Interaksi Sosial Jumlah

Data

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-rata Standar

Deviasi

Tinggi 20 80 45 61,25 9,16

Rendah 16 70 40 54,69 9,39

Total 36

Page 125: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxv

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh data prestasi belajar fisika aspek kognitif pada

kelas NHT dengan kemampuan interaksi sosial tinggi nilai terendah 45, nilai

tertinggi 80, nilai rata-rata 61,25 dengan standar deviasi 9,16. Prestasi belajar

aspek kognitif siswa dengan kemampuan interaksi sosial rendah nilai terendah 40,

nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 54,69 dengan standar deviasi 9,39.

Berdasarkan pengelompokan dengan menggunakan kategori tersebut

dari 72 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen menggunakan metode

STAD, terdapat 12 siswa mempunyai motivasi tinggi interaksi sosial tinggi, 13

siswa mempunyai motivasi rendah interaksi sosial tinggi, 4 siswa mempunyai

motivasi tinggi interaksi sosial rendah, dan 7 siswa mempunyai motivasi rendah

interaksi rendah rendah.

Sedangkan untuk 36 siswa kelas eksperimen menggunakan metode

pembelajaran NHT, terdapat 10 siswa mempunyai gaya motivasit tinggi interaksi

sosial tinggi, 10 siswa mempunyai motivasi rendah interaksi sosial tinggi, 6 siswa

mempunyai motivasi tinggi interaksi sosial rendah, dan 10 siswa mempunyai

motivasi rendah interaksi sosial rendah.

Secara rinci pembagian kelompok tersebut dapat disajikan dalam tabel 4.9:

Tabel 4.9 : Jumlah siswa dengan motivasi tinggi interaksi sosial tinggi, motivasi rendah interaksi sosial tinggi, motivasi tinggi interaksi sosial rendah dan motivasi rendah interaksi sosial rendah.

Motivasi Belajar

Metode

STAD NHT

Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Interaksi Sosial Tinggi 12 13 10 10

Rendah 4 7 6 10

Page 126: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxvi

Tabel 4.9 menyatakan terdapat 12 orang siswa yang

diberi metode STAD, motivasi tinggi dan interaksi

sosial tinggi dengan nilai rata-rata 67,92, terdapat 13

orang siswa yang diberi metode STAD, motivasi

rendah dan interaksi sosial tinggi dengan nilai rata-rata

63,46, terdapat 4 orang siswa yang diberi metode

STAD, motivasi tinggi dan interaksi social rendah

dengan nilai rata-rata 66,25, terdapat 7 orang yang

diberi metode STAD, motivasi rendah dan interaksi

sosial rendah dengan nilai rata-rata 53,57, terdapat 10

orang siswa yang diberi metode NHT, motivasi tinggi

dan interaksi sosial tinggi dengan nilai rata-rata 66,50,

terdapat 10 orang siswa yang diberi metode NHT,

motivasi rendah dan interaksi sosial tinggi dengan

nilai rata-rata 56,00, terdapat 6 orang yang diberi

metode NHT, motivasi tinggi dan interaksi sosial

Page 127: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxvii

rendah dengan nilai rata-rata 56,67 dan terdapat 10

orang siswa yang diberi metode NHT, motivasi rendah

dan interaksi sosial rendah dengan nilai rata-rata 53,50

(lampiran15).

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan

beberapa uji persyaratan analisis antara lain uji normalitas dan uji homogenitas.

Hasilnya akan disampaikan pada uraian berikut :

1. Uji Normalitas

Salah satu syarat agar teknik analisis variansi dapat diterapkan maka

harus normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat

telah dipenuhi, maka dilakukan uji normalitas. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki

apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi

normal atau tidak (Sudjana, 1996: 291-292).

Uji normalitas data prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan

Ryan-Joiner normality test perhitungannya dengan bantuan software Minitab 15.

Jika nilai P atau p-value lebih besar dari 0,100 (p-value > 0,100) maka Hipotesis

nol (Ho) yang menyatakan sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

normal ditolak atau dengan kata lain hipotesis yang menyatakan bahwa sampel

Page 128: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxviii

berasal dari populasi yang berdistribusi normal diterima. Hasil uji normalitas yang

telah dilakukan dapat dilihat pada gambar 4.3:

10090807060504030

99,9

99

9590

80706050403020

10

5

1

0,1

Prestasi Belajar

Pe

rce

nt

Mean 60,83StDev 10N 72RJ 0,999P-Value >0,100

Probability Plot of Prestasi BelajarNormal

Gambar 4.3. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika

Gambar 4.3 menunjukkan uji normalitas prestasi belajar siswa secara keseluruhan.

Titik-titik merah pada gambar tersebut nampak terletak di dekat garis biru, tidak

ada titik merah yang letaknya jauh dari garis biru. Sebagai contoh pada prestasi

belajar dengan nilai 40 terdapat tiga titik merah dengan persentase kurang dari 5

%. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai RJ = 0,999 dengan p > 0,100 yang lebih

besar dari nilai α = 0,05, sehingga Ho (sample berdistribusi tidak normal) ditolak.

Jadi dapat diambil keputusan bahwa data prestasi belajar fisika terdistribusi

normal. Hasil tersebut dipertegas dengan pengujian normalitas data prestasi

Page 129: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxix

belajar pada masing-masing kelompok eksperimen yang hasilnya dapat dilihat

pada gambar 4.4 untuk kelas eksperimen I (kelas STAD) dan gambar 4.5 untuk

kelas eksperimen II (kelas NHT).

8070605040

Median

Mean

706866646260

1st Quartile 60,000Median 65,0003rd Quartile 70,000Maximum 80,000

60,023 66,644

60,000 70,000

7,935 12,762

A-Squared 0,59P-Value 0,118

Mean 63,333StDev 9,783Variance 95,714Skewness -0,349987Kurtosis -0,293382N 36

Minimum 40,000

Anderson-Darling Normality Test

95% Confidence Interval for Mean

95% Confidence Interval for Median

95% Confidence Interval for StDev95% Confidence Intervals

Summary for Prestasi BelajarMetode = STAD

Gambar 4.4. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas STAD

Grafik pada gambar 4.4 terlihat bahwa diagram batang hampir mendekati garis

normalitas dengan frekuensi terbesar pada nilai 60. Analisis dengan Anderson

Darling Normality Test diperoleh nilai p = 0,118 yang lebih besar dari nilai α =

0,05, sehingga Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Jadi dapat diambil

keputusan bahwa data prestasi belajar fisika kelas ekperimen 1 (kelas STAD)

Page 130: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxx

terdistribusi normal. Sedangkan untuk uji normalitas prestasi belajar fisika kelas

ekperimen 2 (kelasNHT) terlihat seperti gambar 4.5:

8070605040

Median

Mean

62,560,057,555,0

1st Quartile 50,000Median 60,0003rd Quartile 65,000Maximum 80,000

55,048 61,619

55,000 61,323

7,876 12,666

A-Squared 0,43P-Value 0,296

Mean 58,333StDev 9,710Variance 94,286Skewness 0,055073Kurtosis -0,429673N 36

Minimum 40,000

Anderson-Darling Normality Test

95% Confidence Interval for Mean

95% Confidence Interval for Median

95% Confidence Interval for StDev95% Confidence Intervals

Summary for Prestasi BelajarMetode = NHT

Gambar 4.5. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas NHT

Grafik pada gambar 4.5 tampak bahwa diagram batang hampir mendekati garis

normalitas dengan frekuensi terbesar pada nilai 60. Analisis dengan Anderson

Darling Normality Test diperoleh nilai p = 0,296 yang lebih besar dari nilai α =

0,05, sehingga Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak. Jadi dapat diambil

keputusan bahwa data prestasi belajar fisika kelas NHT terdistribusi normal.

Page 131: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxi

Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas

diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Dengan demikian

dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian

ini menggunakan uji F dengan bantuan software minitab 15 dengan taraf

signifikansi α = 0,05 atau taraf kepercayaan 95 %. Jika harga P – value data yang

diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama α = 0,05 maka Hipotesis nol

(Ho) yang menyatakan sampel berasal dari populasi yang tidak homogen ditolak

atau dengan kata lain hipotesis yang menyatakan bahwa sampel berasal dari

populasi yang homogen diterima. Artinya dapat dikatakan bahwa data tersebut

berasal dari populasi yang berdistribusi dengan variansi yang homogen. Hasil uji

homogenitas telah terangkum sebagai berikut:

Page 132: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxii

STAD

NHT

1413121110987

Met

ode

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

STAD

NHT

8070605040

Me

tod

e

Prestasi Belajar

Test Statistic 0,99P-Value 0,965

Test Statistic 0,00P-Value 1,000

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Prestasi Belajar

Gambar 4.6. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Metode

Dari grafik pada gambar 4.6 ini terlihat bahwa Ho (data tidak homogen)

ditolak sebab diperoleh nilai p (p-value) 0,965 untuk F-test dan 1,00 untuk

Levene’s test yang lebih besar dari nilai α = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan

bahwa kelas ekperimen 1 (kelas STAD) dan kelas ekperimen 2 (kelasNHT)

homogen.

T in g g i

R en d ah

14121086

Mot

ivas

i

9 5 % B o n f e r r o n i C o n f id e n ce I n te r v a ls f o r S tD e v s

T in g g i

R en d ah

8070605040

Mot

ivas

i

P r e sta s i B e la j a r

T est S ta tistic 1 ,63P - V a lu e 0,163

T est S ta tistic 3 ,19P - V a lu e 0,078

F - T est

L ev en e 's T est

T e s t fo r E q u a l V a r ia n c e s f o r P r e s ta s i B e la ja r

Page 133: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxiii

Gambar 4.7. Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut Motivasi

Gambar 4.7 menunjukkan hasil uji homogenitas yang dihitung dengan F-Test dan

Lavene’s Test. Nilai p untuk F-Test 0,163 dan Lavene’s Test 0,078 yang lebih

besar dari nilai α = 0,05 sehingga Ho (data tidak homogen) ditolak. Jadi dapat

diambil keputusan bahwa kelompok siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan

rendah adalah homogen.

Sedangkan hasil uji homogenitas prestasi belajar menurut kemampuan

interaksi sosial menggunakan minitab seperti tampak pada gambar 4.8 diperoleh

nilai p untuk F-test 0,764 dan Lavene’s test 0,745 yang lebih besar dari nilai α =

0,05 sehingga Ho (data tidak homogen) ditolak. Jadi dapat diambil keputusan

bahwa kelompok siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah adalah

homogen.

Tinggi

Rendah

1413121110987

Inte

rak

si S

osi

al

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

Tinggi

Rendah

8070605040

Inte

rak

si S

osia

l

Prestasi Belajar

Test Statistic 1,10P-Value 0,764

Test Statistic 0,11P-Value 0,745

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Prestasi Belajar

Gambar 4.8. Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut Interaksi Sosial

Page 134: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxiv

Berdasarkan hasil uji homogenitas prestasi belajar di atas, untuk setiap uji

homogenitas atau uji perbandingan dua varians diperoleh nilai p (p-value) yang

lebih besar dari nilai α = 0,05, sehingga Ho (data berasal dari populasi yang tidak

homogen) ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel

penelitian ini adalah homogen yang artinya mempunyai varians yang sama.

C. Pengujian Hipotesis

1. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan

dengan sel tak sama dan perhitungan menggunakan minitab dapat dilihat pada

lampiran 14. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan disajikan

sebagai berikut :

Tabel 4.10. Rangkuman Anava Tiga Jalan

Sumber JK dk RK Fobs Fα p keputusan

Efek Utama

A 336,8087 1 336,8087 4,5621 3,9800 < 0.05 ditolak

B 930,2618 1 930,2618 12,6005 3,9800 < 0.05 ditolak

C 559,6670 1 559,6670 7,5808 3,9800 < 0.05 ditolak

Efek Interaksi

AB 11,7872 1 11,7872 0,1597 3,9800 > 0.05 diterima

AC 0,5913 1 0,5913 0,0080 3,9800 > 0.05 diterima

BC 0,7769 1 0,7769 0,0105 3,9800 > 0.05 diterima

ABC 237,3191 1 237,3191 3,2145 3,9800 > 0.05 diterima

Galat 4724,9451 64 73,8273

Page 135: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxv

Total 6802,1571 71

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diambil keputusan hipotesis 1, 2 dan 3 tidak ditolak

(Ho ditolak) karena dilihat dari harga Fobs yang lebih besar dari harga F tabel

pada taraf signifikansi α = 0,05, yaitu F α = 3,9800.

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linier Model

No. Terhadap Prestasi Belajar Fobs P Keputusan

1. Metode 4,56 0,037 Ditolak

2. Motivasi 12,60 0,001 Ditolak

3. Interaksi Sosial 7,58 0,008 Ditolak

4. Metode*Motivasi 0,16 0,691 Diterima

5. Metode*Interaksi Sosial 0,01 0,929 Diterima

6. Motivasi*Interaksi Sosial 0,01 0,919 Diterima

7. Metode*Motivasi*Interaksi Sosial 3,21 0,078 Diterima

Keterangan :

a. P-value metode 0,037 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar

antara siswa yang diberi metode pembelajaran STAD dan NHT) ditolak (P >

0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang

diberi metode pembelajaran STAD dan NHT.

b. P-value motivasi 0,001 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar

antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,005

tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang

mempunyai motivasi tinggi dan rendah.

Page 136: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxvi

c. P-value interaksi sosial 0,008 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi

belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan interaksi sosial tinggi dan

rendah) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar

antara siswa yang mempunyai kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah.

d. P-value interaksi antara metode dengan motivasi siswa 0,691 > 0,05, maka Ho

(tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan

motivasi) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak ada interaksi antara

metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa terhadap prestasi

belajar fisika.

e. P-value interaksi antara metode dengan interaksi sosial 0,929 > 0,05, maka Ho

(tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan

interaksi sosial siswa) diterima (P < 0,005 ditolak), berarti tidak terdapat

interaksi antara interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan

interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.

f. P-value interaksi motivasi dengan interaksi sosial 0,919 > 0,05, maka Ho (tidak

terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial siswa) diterima (P <

0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi

sosial terhadap prestasi belajar fisika.

g. P-value interaksi antara metode, motivasi dengan interksi sosial 0,078 > 0,05,

maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode, motivasi dengan interksi

sosial siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara

metode, motivasi dengan interksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.

2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan

Page 137: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxvii

Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda (uji Scheffe’) diperlukan untuk

mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat lihat lampiran

16. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama,

kedua dan ketiga. Sedangkan pada hipotesis keempat, kelima, keenam dan ketujuh

tidak diperlukan uji komparasi ganda karena keputusan Ho tidak ditolak atau

diterima.

Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda (Uji Scheffe’)

Ho F obs v1 v2 F tabel DK p Keputusan

Komparasi Antar Kolom Metode (A1 Vs A2)

µ1 = µ2 83,7424 1 68 3,9800 3,9800 < 0.05 ditolak

Komparasi Antar Kolom Motivasi (B1 Vs B2)

µ1 = µ2 228,4402 1 68 3,9800 3,9800 < 0.05 ditolak

Komparasi Antar Baris Interaksi Sosial (C1 Vs C2)

µ1 = µ2 8,1535 1 68 3,9800 3,9800 < 0.05 ditolak

Berdasarkan rangkuman hasil uji komparasi ganda dengan menggunakan

uji Scheffe diperoleh kesimpulan bahwa metode (STAD dan NHT), motivasi dan

interaksi sosial berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika. Hal ini dapat dilihat

dari nilai Fobs yang masih lebih besar dari daerah kritik DK = 3,98 pada taraf

signifikansi α = 0,05, sehingga Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi

belajar antara metode pembelajaran STAD dan NHT ditolak. Selanjutnya Ho yang

menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan motivasi

tinggi dan rendah juga ditolak. Selanjutnya Ho yang menyatakan tidak ada

Page 138: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxviii

perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan interaksi social tinggi dan rendah

ditolak.

Kesimpulan di atas dipertegas dengan paparan diagram analysis of means

(ANOM) pada program Minitab 15 yang menunjukkan metode STAD

berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar fisika dibandingkan dengan

metode NHT. Hal itu terlihat pada gambar 4.9 berikut ini:

ST ADNHT

64

63

62

61

60

59

58

57

M et ode

Mea

n

58,542

63,124

60,833

One-Way Normal ANOM for Prestasi BelajarAlpha = 0,05

Gambar 4.9. Diagram ANOM pengaruh metode terhadap prestasi belajar

Pada diagram di atas, garis vertikal biru untuk STAD mengarah ke atas mendekati

garis merah, berarti metode STAD berpengaruh lebih besar terhadap prestasi

belajar fisika dibandingkan dengan metode NHT.

Sementara itu, pada diagram ANOM pengaruh motivasi terhadap prestasi

belajar terlihat ada garis biru yang melewati batas garis merah. Hal ini

Page 139: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxxxix

menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar

fisika. Motivasi tinggi berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar

dibandingkan dengan motivasi rendah.

T in g g iR e n d a h

6 6

6 4

6 2

6 0

5 8

5 6

M o t iv a s i

Mea

n

5 8 ,0 4

6 3 ,6 3

6 0 ,8 3

O n e -W a y N o r m a l A N O M f o r P r e s ta s i B e l a ja rA lp h a = 0 ,0 5

Gambar 4.10. Diagram ANOM pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar

Sementara itu, pada diagram ANOM pengaruh interaksi sosial terhadap

prestasi belajar terlihat ada garis biru yang melewati batas garis merah. Hal ini

menunjukkan bahwa interaksi sosial berpengaruh signifikan terhadap prestasi

belajar fisika. Interaksi sosial tinggi berpengaruh lebih besar terhadap prestasi

belajar dibandingkan dengan interaksi sosial rendah.

Page 140: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxl

T ingg iRe ndah

6 5 ,0

6 2 ,5

6 0 ,0

5 7 ,5

5 5 ,0

In t eraksi S o sial

Mea

n

5 8 ,8 8

6 2 ,7 9

6 0 ,8 3

O ne-W ay N ormal AN O M for P restas i BelajarA lpha = 0,05

Gambar 4.11. Diagram ANOM pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar

D. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode pembelajaran STAD

dan NHT, ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang

mempunyai motivasi tinggi dan rendah, ada atau tidaknya perbedaan prestasi

belajar antara siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah. Ada atau

tidaknya interaksi model metode pembelajaran STAD dan NHT terhadap prestasi

belajar fisika belajar ditinjau dari motivasi dan interaksi sosial.

Pengukuran motivasi dan interaksi sosial siswa dilakukan sebelum

pembelajaran berlangsung dengan mengerjakan angket motivasi dan interaksi

sosial siswa. Setelah selesai pembelajaran materi hukum-hukum Newton

dilakukan tes untuk mengukur prestasi belajar fisika. Dalam penelitian ini

digunakan metode model pembelajaran STAD dan NHT, suatu metode

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yang diorganisasikan

Page 141: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxli

sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang

harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif selama proses

pembelajaran melalui diskusi kelompok sehingga siswa memperoleh pengetahuan

dengan berinteraksi dengan siswa yang lain.

1. Hipotesis Pertama

Dari anava tiga jalan dengan sel tidak sama prestasi belajar fisika aspek

kognitif diperoleh harga F = 4,56 > Fα untuk faktor metode atau P-value 0,037 <

0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi

metode pembelajaran STAD dan NHT) ditolak, (P > 0,005 tidak ditolak). Berarti

ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi metode pembelajaran

STAD dan NHT. Hal ini berarti penggunaan metode pembelajaran STAD dan

NHT memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar fisika pada materi

hukum-hukum Newton.

Berdasarkan gambar 4.9 hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa rerata prestasi

belajar siswa yang diberi metode STAD lebih tinggi dari pada rerata prestasi

belajar siswa yang diberi metode NHT. Hal ini menunjukka bahwa metode STAD

lebih baik pengaruhnya dari pada metode NHT terhadap prestasi belajar fisika

siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Endah Setiyani (2009)

yang salah satu kesimpulannya adalah bahwa Metode STAD memberikan

pengaruh yang lebih baik dari pada metode NHT terhadap prestasi belajar kimia.

Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa metode pembelajaran

merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang.

Dua metode yang karakteristiknya berbeda akan memberikan pengaruh yang

Page 142: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlii

berbeda pula terhadap prestasi belajar. Meskipun landasannya sama yaitu

kooperatif, akan tetapi metode yang berbeda akan memberikan pengaruh yang

berbeda pula terhadap prestasi belajar. Pada metode kooperatif STAD dan NHT

guru memberikan informasi akademik melalui demonstrasi di kelas untuk

memahami materi pelajaran. Pada metode STAD setiap siswa berdiskusi dalam

kelompoknya untuk memecahkan semua masalah yang dihadapi atau yang ada di

kalompok tersebut, sehingga setiap siswa dituntut untuk mampu memecahkan

dan memahami soal yang diberikan oleh guru dalam kelompoknya. Pada metode

NHT seorang siswa memecahkan dan memahami masalah atau soal sesuai

dengan nomor kepalanya masing-masing. Jadi untuk siswa dengan nomor kepala

2 maka akan memecahkan dan memahami soal nomor 2 saja, kemudian ia akan

memberikan jawaban atas soal tersebut setelah guru menunjuk nomornya dan

didengarkan oleh semua siswa di kelas (lihat lampiran 17).

Metode pembelajaran STAD adalah metode pembelajaran yang lengkap

dimana terjadi interaksi antara siswa dan guru serta siswa dengan siswa. Kegiatan

belajar dalam kelompok dan fungsi dari kelompok ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan siswa yang memiliki nilai akademik rendah dengan cara berdiskusi,

membandingkan jawaban dan mengoreksi jawaban jika ditemukan salah persepsi

tentang materi pelajaran sehingga setelah proses pembelajaran ini semua siswa

akan lebih mengerti mengenai materi yang diajarkan. Melalui diskusi dalam

kelompok siswa ditintut untuk mampu berpikir kritis, memecahkan masalah

bersama-sama, berkomunikasi antar pribadi, saling menukarkan gagasan, fakta

Page 143: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxliii

dan opini di antara siswa sehingga belajar menjadi lebih dinamis. Sehingga siswa

menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung (lihat lampiran 17).

Menurut hasil penelitian Amstrong dkk diungkapkan ”There will be a

significant difference between treatment STAD and comparison groups

(traditional) on academic achievement”. Ada perbedaan yang signifikan antara

siswa yang diberi pembelajarn tipe STAD dan metode konvensional terhadap

prestasi akademik. Pada metode pembelajaran STAD dapat mengurangi dominasi

guru (teacher centered) dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari

skenario pembelajaran, pera guru hanya pada penyampaian tujuan pembelajaran

dan pemberian motivasi dengan cara menggali pengetahuan siswa melalui

kegiatan demonstrasi, selanjutnya tahap-tahap berikuntnya dilakukan oleh siswa,

baik secara mandiri maupun kooperatif. Sehingga siswa dapat membangun konsep

yang harus dipelajari. Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang

berpusat pada siswa (student centered) dan guru berperan sebagai fasilitator dan

mediator selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Hipotesis kedua

Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama untuk hipotesis kedua

diperoleh harga F = 12,6 > Fα untuk faktor motivasi atau P-value = 0,031 < 0,05,

maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai

motivasi tinggi dan rendah) ditolak (P > 0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan

prestasi belajar antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah. Dari

hipotesis kedua, disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara siswa

Page 144: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxliv

yang mempunyai motivasi tinggi dan rendah. Dari gambar 4.10 juga diperoleh

kesimpulan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi memperoleh nilai rata-

rata yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi rendah. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadloli (2010) yang menunjukkan

adanya pengaruh motivasi tinggi,sedang dan rendah terhadap prestasi belajar

mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi memperoleh prestasi

belajar yang lebih baik daripadayang memiliki motivasi sedang dan rendah.

Menurut Mohammad Asrori (2008) “motivasi merupakan (1) Dorongan yang

timbul pada diri sesseorang, secara disadari maupun tidak disadari, untuk

melakukan tindakan dengan tujuan tertentu (2) Usaha-usaha yang dapat

menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan

sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai”. Secara alami, motivasi

siswa sesungguhnya berkaitan erat dengan keinginan siswa untuk terlibat dalam

proses pembelajaran. Motivasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses

pembelajaran di kelas secara efektif. Motivasi memiliki peranan yang sangat

penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil.

Seorang siswa yang mempunyai motivasi tinggi, akan mampu meraih

keberhasilan baik dalam proses maupun output pembelajaran.

Siswa yang memiliki motivasi tinggi, secara otomatis memiliki gairah

yang tinggi, penuh semangat selama proses pembelajaran berlangsung, memiliki

rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi, mampu “jalan sendiri” ketika guru

meminta siswa untuk mengerjakan sesuatu (misalnya tes), memiliki rasa percaya

diri, memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi, mengannggap bahwa kesulitan

Page 145: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlv

merupakan tantangan yang harus dihadapi, memiliki kesabaran dan daya juang

yang tinggi. Siswa tersebut akan meyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk

pembelajaran dari rumah, mereka akan mengerjakan soal-soal yang ada di dalam

buku paket tanpa harus guru menyuruhnya mengerjakan sebagai pekerjaan rumah.

Mereka akan tetap balajar meskipun besok ada ulangan (tes) maupun tidak.

Sementara itu siswa yang memiliki motivasi rendah mereka akan kurang

memperhatikan terhadap pelajaran, semangat juangnya rendah, mengerjakan

sesuatu merasa seperti diminta membawa beban berat, sulit bisa “jalan sendiri”

ketika diberikan tugas, memiliki ketergantungan kepada orang lain, bias berjalan

kalau sudah “dipaksa”, daya konsentrasi kurang, suka membuat gaduh dan mudah

berkeluh kesah serta pesimis ketika menghadapai kesulitan. Hal ini akan berakibat

pada prestasi belajar yang rendah.

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis pengaruh interaksi sosial

terhadap prestasi belajar fisika menunjukkan F = 7,58 > Fα atau P-value

kemampuan berpikir abstrak 0,008 < 0,05, maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi

belajar antara siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah) ditolak (P

> 0,005 tidak ditolak) berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang

mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah. Interaksi sosial merupakan suatu

hubungan antara dua individu atau lebih dimana perilaku individu-individu

tersebut saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku orang lain

atau sebaliknya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hubungan sosial yang

Page 146: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlvi

dimaksud dapat berupa hubungan antar individu, antar kelompok maupun antara

individu dengan kelompok.

Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh interaksi

sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. Data penelitian juga

menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang memiliki

interaksi sosial tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata nilai siswa

yang memiliki interaksi sosial rendah baik untuk kelas eksperimen 1 (STAD)

maupun kelas eksperimen 2 (NHT). Belajar merupakan aktivitas dari individu

yang mengalami pendidikan dan pengajaran yang keberhasilannya banyak

dipengaruhi oleh interaksi social di dalam kelas baik hubungan antara siswa

dengan siswa maupun antara siswa dengan guru sangatlah penting untuk

memotivasi siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar sehingga prestasi belajar

yang diharpkan dapat tercapai.

Kebutuhan ingin diperhatikan oleh orang-orang di sekitar kita akan

terpengaruh apabila suasana kelompok atau kelas menuju pergaulan yang baik.

Siswa yang mempunyai prestasi baik akan disenangi oleh teman-temannya,

sehingga teman-temannya akan mencontoh perilaku dari siswa yang mempunyai

prestasi yang lebih baik tadi. Hal ini sesuai dengan Teori Psikologi Sosial

Bandura yang menyatakan bahwa perilaku individu tidak semata-mata refleks

otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil

intaraksi antara lingkungan dengan skama kognitif individu itu sendiri. Mereka

juga tidak akan sungkan, segan ataupun merasa malu untuk bertanya kepada

Page 147: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlvii

teman yang sudah mampu memahami materi bila ada materi yang belum atau

kurang dipahami karena usia mereka relatif sama.

4. Hipotesis Keempat

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi metode dengan

motivasi diperoleh harga F = 0,16 < Fα atau P-value 0,691 > 0,05, maka Ho (tidak

terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi

siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara metode

pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa.

Dari hipotesis keempat, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara

antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan motivasi siswa. Siswa yang

memiliki motivasi tinggi, secara otomatis memiliki gairah yang tinggi, penuh

semangat selama proses pembelajaran berlangsung, memiliki rasa penasaran atau

rasa ingin tahu yang tinggi, mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa

untuk mengerjakan sesuatu (misalnya tes), memiliki rasa percaya diri, memiliki

daya konsentrasi yang lebih tinggi, mengannggap bahwa kesulitan merupakan

tantangan yang harus dihadapi, memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.

Siswa tersebut akan meyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk

pembelajaran dari rumah, mereka akan mengerjakan soal-soal yang ada di dalam

buku paket tanpa harus guru menyuruhnya mengerjakan sebagai pekerjaan rumah.

Mereka akan tetap balajar meskipun besok ada ulangan (tes) maupun tidak.

Mereka akan tetap menunjukkan indikator-indikator tersebut ketika diberi metode

apapun, dalam hal ini STAD dan NHT.

Page 148: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlviii

Sementara itu siswa yang memiliki motivasi rendah ketika mereka diberi

metode pembelajaran tertentu mereka akan kurang memperhatikan terhadap

pelajaran, semangat juangnya rendah, mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta

membawa beban berat, sulit bisa “jalan sendiri” ketika diberikan tugas, memiliki

ketergantungan kepada orang lain, bias berjalan kalau sudah “dipaksa”, daya

konsentrasi kurang, suka membuat gaduh dan mudah berkeluh kesah serta pesimis

ketika menghadapai kesulitan. Hal ini akan berakibat pada prestasi belajar yang

rendah.

5. Hipotesis kelima

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara metode

dengan interaksi sosial menunjukkan harga F = 0,01 < Fα atau P-value interaksi

antara metode dengan interaksi sosial 0,929 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat

interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial

siswa) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara metode

dengan interaksi sosial.

Dari hipotesis kelima, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara

metode pembelajaran STAD dan NHT dengan interaksi sosial. Tidak adanya

interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: berdasarkan hipotesis pertama,

metode pembelajaran STAD memberikan pengaruh lebih baik daripada NHT

terhadap prestasi belajar fisika. Sedangkan pada hipotesis ketiga interaksi sosial

berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika. Siswa yang memiliki kemampuan

interaksi sosial tinggi akan mencapai prestasi belajar fisika lebih tinggi

dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial rendah. Sehingga

Page 149: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cxlix

apapun metode pembelajaran yang digunakan, baik STAD maupun NHT, siswa

yang memiliki kemampuan interaksi sosial tinggi tetap akan memperoleh nilai

prestasi belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan

interaksi sosial rendah. Sebaliknya baik yang mempunyai kemampuan interaksi

tinggi maupun rendah, siswa yang diberi pembelajaran dengan metode STAD

akan memiliki prestasi belajar fisika lebih baik daripada siswa yang diberi

pembelajaran dengan metode NHT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan interaksi sosial

siswa. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi

proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun

yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor metode pembelajaran dan

kemampuan interaksi sosial siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu,

masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat

mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran.

6. Hipotesis keenam

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara motivasi

dengan interaksi sosial menunjukkan harga F = 0,01 < Fα atau P-value interaksi

antara motivasi dengan interaksi sosial 0,919 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat

interaksi antara motivasi dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar

fisika) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara motivasi

dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.

Page 150: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cl

Apapun interaksi sosial siswa, baik tinggi maupun rendah, siswa yang

memiliki motivasi tinggi tetap akan memperoleh nilai prestasi belajar fisika lebih

tinggi dibandingkan siswa yang memiliki motivasi rendah. Siswa yang memiliki

motivasi tinggi sudah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Selama

pembelajaran mereka tidak perlu harus bertanya kepada teman karena materi yang

diajarkan sudah dipelajari dahulu dari rumah. Mereka sudah mencoba

mengerjakan soal-soal yang ada di buku paket dari rumah. Sementara itu siswa

yang memiliki motivasi rendah akan cenderung membuat kegaduhan, mereka

berinteraksi dengan teman yang lain tetapi tidak mendukung proses pembelajaran.

Mereka membicarakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran yang

diberikan oleh guru. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara

motivasi dengan interaksi sosial. Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat

mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari

dalam maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor motivasi dan

interaksi sosial siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih

banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol

faktor-faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran.

7. Hipotesis Ketujuh

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara metode,

motivasi dan interaksi sosial siswa menunjukkan harga F = 3,21 < Fα atau P-

value interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial siswa 0,078 > 0,05,

maka Ho (tidak terdapat interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial

siswa terhadap prestasi belajar fisika) diterima (P < 0,005 ditolak) berarti tidak

Page 151: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cli

terdapat interaksi antara metode, motivasi dan interaksi sosial siswa terhadap

prestasi belajar fisika.

Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT,

motivasi dengan interaksi sosial dijelaskan bahwa hasil statistik menunjukkan

bahwa siswa diberi metode STAD memiliki prestasi yang lebih baik dari pada

siswa yang diberi metode metode NHT, siswa dengan motivasi tinggi memiliki

prestasi yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi rendah dan siswa dengan

interaksi social tinggi memiliki prestasi yang lebih baik dari pada interaksi sosial

rendah. Hal ini berarti bahwa: (a) Baik untuk siswa dengan motivasi tinggi

maupun rendah yang diberi pembelajaran dengan metode STAD memiliki prestasi

yang lebih baik dari pada yang diberi metode NHT, (b) Baik untuk siswa dengan

motivasi tinggi maupun rendah dan yang diberi metode pembelajaran STAD atau

NHT prestasi belajar siswa dengan kemampuan interaksi sosial tinggi lebih baik

dari pada siswa dengan kemampuan sosial rendah, dan (c) Baik untuk siswa

dengan kemampuan interaksi social tinggi maupun rendah dan di beri metode

STAD atau NHT prestasi belajar siswa yang motivasinya tinggi lebih baik dari

pada siswa yang motivasinya rendah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode,

motivasi dan interaksi sosial siswa. Hal ini dimungkinkan karena masih banyak

faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik

yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain

faktor metode, motivasi dan interaksi sosial siswa yang digunakan dalam

penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga

Page 152: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clii

peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan

pembelajaran.

E. Keterbatasa Penelitian

1. Data angket motivasi dan interaksi sosial siswa yang diperoleh dengan berupa

tes tulis dengan skor kategori tinggi dan rendah tidak jauh berbeda.

2. Soal tes kognitif yang digunakan belum mewakili kelima kriteria indek

kesukaran yaitu mudah sekali, mudah, sedang, sukar dan sukar sekali.

3. Ada banyak faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, namun

dalam penelitian ini peneliti hanya memperhatikan motivasi dan interaksi

sosial saja.

4. Pada hasil uji coba tes prestasi belajar untuk uji indek kesukaran diperoleh soal

dengan kategori mudah lebih banyak daripada kategori sedang dan sukar.

5. Mata pelajaran di SMK dibagi menjadi tiga kelompok yaitu produktif, adaptif

dan normatif. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran adaptif yang tidak

diujinasionalkan sehingga kurang mendapat perhatian baik dari siswa maupun

kurikulum (jumlah jam pelajaran fisika di SMK lebih sedikit daripada di SMA

dengan materi yang sama).

Page 153: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cliii

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil analisis data yang

telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Penerapan metode STAD dengan langkah-langkah presentasi kelas, tim, kuis,

skor kemajuan individual dan penghargaan kelompok menuntut setiap siswa

untuk berdiskusi dengan teman-temannya dalam memecahkan dan

memahami semua soal atau permasalahan yang diberikan oleh guru.

Penerapan metode NHT dengan langkah-langkah pembentukan kelompok

dan penomoran siswa, guru mengajukan pertanyaan, siswa menyatukan

“kepala” dan terakhir guru memenggil sebuah nomor dan siswa dengan

nomor tersebut memberikan jawabannya kepada seluruh kelas sampai semua

soal habis menuntut setiap siswa untuk memahami pertanyaan sesuai dengan

nomor “kepalanya”. Prestasi belajar fisika siswa yang diberi pembelajaran

dengan metode STAD lebih baik dari pada siswa yang diberi pembelajaran

dengan metode NHT.

b. Siswa dengan motivasi tinggi memiliki gairah yang tinggi, bersemangat, rasa

ingin tahu tinggi, mampu “jalan sendiri”, percaya diri, daya konsentrasi tinggi

dan berdaya juang yang tinggi. Mereka telah menyiapkan materi pelajaran

dari rumah, rajin ke perpustakaan, soal-soal di buku paket atau modul sudah

dikerjakan tanpa diperintah oleh guru. Sedangkan siswa dengan motivasi

yang rendah memiliki perhatian yang rendah terhadap pelajaran, semangat

Page 154: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cliv

juang rendah, mengerjakan sesuatu karena dipaksa, sulit “ jalan sendiri”, suka

membuat kegaduhan dan mudah berkeluh kesah serta pesimis ketika

menghadapi kesulitan. Prestasi belajar fisika siswa yang memiliki motivasi

tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi rendah.

c. Siswa dengan interaksi sosial tinggi akan mudah bekerjasama, menyukai

persaingan tanpa harus menjatuhkan pihak yang lain, tidak menyukai

pertentangan, mudah meyesuaikan diri atau berakomodasi dengan lingkungan

tempat ia berada dan menyukai perpaduan. Sedangkan siswa dengan interaksi

sosial rendah akan sulit bekerjasama (egois), menyukai persaingan yang tidak

sehat, menyukai pertentangan (mempertahankan pendapat meskipun salah),

sulit menyesuaikan diri dan tidak menyukai perpaduan. Prestasi belajar fisika

siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi lebih baik dari pada siswa yang

memiliki interaksi sosial rendah.

d. Siswa dengan motivasi tinggi diberi metode STAD ataupun NHT memiliki

prestasi yang lebih baik dari pada siswa dengan motivasi rendah, sehingga

tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan NHT dengan

motivasi siswa terhadap prestasi belajar fisika.

e. Siswa dengan interaksi sosial tinggi diberi metode STAD ataupun NHT

memiliki prestasi yang lebih baik dari pada siswa dengan interaksi sosial

rendah, sehingga tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD

dan NHT dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.

f. Siswa dengan motivasi tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik

daripada siswa dengan motivasi rendah untuk interaksi social tinggi maupun

Page 155: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clv

rendah, sehingga tidak terdapat interaksi antara motivasi dengan interaksi

sosial siswa terhadap prestasi belajar fisika.

g. Siswa dengan motivasi tinggi diberi metode STAD memiliki prestasi yang

lebih baik daripada metode NHT, siswa dengan interaksi sosial tinggi diberi

metode pembelajaran STAD dan NHT memilki prestasi yang lebih baik

daripada interaksi sosial rendah untuk motivasi tinggi maupun rendah, siswa

dengan motivasi tinggi diberi metode pembelajaran STAD dan NHT

memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah

untuk interaksi sosial tinggi maupun rendah. Sehingga tidak terdapat interaksi

antara metode pembelajaran STAD dan NHT, motivasi dan interaksi sosial

siswa terhadap prestasi belajar fisika.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

a. Efektifitas pembelajaran dapat diciptakan dengan merancang metode yang

mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Penerapan metode STAD

menghasilakan prestasi belajar yang lebih baik dari pada metode NHT.

b. Motivasi merupakan faktor internal siswa yang mempunyai pengaruh

terhadap presatsi belajar fisika. Dalam penelitian ini motivasi tinggi

memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap prestasi belajar

fisika siswa. Untuk itu guru perlu untuk meningkatkan/membangkitkan

motivasi belajar siswa agar prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.

Page 156: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clvi

c. Interaksi sosial merupakan faktor internal yang mempunyai pengaruh

terhadap prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini kemampuan interaksi

sosial tinggi memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap prestasi

belajar siswa. untuk itu untuk itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

pendidik dapat menerapkan metode pembelajaran yang melibatkan siswa

untuk senantiasa berinteraksi dengan teman-temannya selama proses

pembelajaran belangsung.Sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih

baik.

2. Implikasi Praktis

a. Diperoleh nilai rata-rata sebesar 63,33 untuk kelas yang diberi metode

STAD dan 58,33 untuk kelas yang diberi metode NHT yang besarnya

kurang dari KKM yaitu 65, dengan prosentase di atas KKM sebesar 52,7

% untuk kelas yang diberi metode STAD (lebih besar daripada sebelum

penelitian) dan 36 % untuk kelas yang diberi metode NHT sehingga

metode STAD disarankan untuk diterapkan pada mata pelajaran fisika

khususnya pada materi hukum-hukum Newton.

b. Penerapan metode STAD mendorong siswa lebih aktif dalam diskusi

selama proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bersifat

“student centered”.

c. Pelayanan kepada siswa dengan memperhatikan motivasi, interaksi social

dan metode yang tepat akan membantu menemukan cara dalam

mempercepat pemrosesan informasi.

Page 157: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clvii

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian di atas maka

penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Pendidik

a. Dalam pembelajaran fisika, pendidik dan calon pendidik hendaknya

memperhatikan pemilihan metode pembelajaran yang tepat yaitu yang

melibatkan siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung dan

sesuai dengan karakter materi yang akan diajarkan. Penerapan metode

STAD dilengkapi ekperimen akan menghasilkan prestasi yang lebih baik.

b. Dalam proses pembelajaran fisika perlu memperhatikan motivasi dan

interaksi sosial siswa. Motivasi dan ineraksi sosial yang dimiliki peserta

didik, guru dapat menumbuhkan, mengarahkan dan membimbing peserta

didik agar memiliki motivasi dan kemampuan interaksi sosial yang tinggi

2. Bagi Peserta Didik

a. Setiap peserta didik mempunyai motivasi dan interaksi sosial yang

berbeda-beda dan masing-masing dapat dikembangkan, karena motivasi

dan interaksi sosial yang tinggi berpengaruh pada prestasi belajar.

b. Peserta didik hendaknya mempunyai motivasi yang tinggi dan interaksi

sosial yang tinggi pula.

3. Bagi Peneliti lain

a. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang diperoleh adalah metode

STAD dan NHT dengan memperhatikan motivasi dan intersksi sosial

siswa. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat melakukan

Page 158: PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

clviii

penelitian yang lain, yang mungkin dari metode yang akan digunakan

dalam penelitian bahkan mungkin dengan memperhatikan faktor internal

yang lainnya.

b. Hasil penelitian ini terbatas pada materi hukum-hukum Newton peserta

didik kelas X SMK N Jenawi Kabupaten Karanganyar, sehingga

memungkinkan bisa diterapkan pada materi yang lain dan mungkin di

sekolah yang lain.

c. Harapan peneliti bagi peneliti yang lain adalah apa yang diteliti pada

penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran

peneliti maupun pendidik pada umumnya.