97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DAN LINGKARAN HIDROKARBON PADA MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X SEMESTER GENAP SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh : ESTI UTAMI K3307022 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI LEMBAR

KERJA SISWA (LKS) DAN LINGKARAN HIDROKARBON

PADA MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X

SEMESTER GENAP SMA BATIK 2 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

ESTI UTAMI

K3307022

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI LEMBAR

KERJA SISWA (LKS) DAN LINGKARAN HIDROKARBON

PADA MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X

SEMESTER GENAP SMA BATIK 2 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

ESTI UTAMI

K3307022

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Dosen Pembimbing I

Drs. Haryono, M.Pd

NIP. 19520423 197603 1 002

Dosen Pembimbing II

Lina Mahardiani, S.T, M.M, M.Sc.

NIP. 19800310 200501 2 003

Page 4: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Esti Utami. STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT

TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI LEMBAR

KERJA SISWA (LKS) DAN LINGKARAN HIDROKARBON PADA

MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X SEMESTER GENAP SMA

BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi.

Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Agustus 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) perbedaan prestasi

belajar aspek kognitif siswa antara penggunaan metode STAD yang dilengkapi

LKS dan metode STAD yang dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon pada materi

pokok hidrokarbon dan (2) perbedaan prestasi belajar aspek afektif siswa antara

penggunaan metode STAD yang dilengkapi LKS dan metode STAD yang

dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain

penelitian Randomized Pretest-Posttest Comparison Group Design. Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Batik 2 Surakarta tahun

pelajaran 2010/2011 sebanyak 6 kelas. Sampel terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas

X.7 sebagai kelas eksperimen I (STAD dengan media LKS) dan kelas X.8

sebagai kelas eksperimen II (STAD dengan media Lingkaran Hidrokarbon)

yang dipilih secara cluster random sampling. Teknik pengumpulan data

prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes sedangkan prestasi belajar

afektif siswa menggunakan angket. Teknik analisis data untuk pengujian

hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t- dua pihak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) terdapat perbedaan

prestasi belajar aspek kognitif siswa antara penggunaan metode STAD yang

dilengkapi LKS dan metode STAD yang dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon pada

materi pokok hidrokarbon. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai posttest sebesar

68,000 untuk kelas eksperimen I dan 73,632 untuk kelas eksperimen II

(2) terdapat perbedaan prestasi belajar aspek afektif siswa antara penggunaan

metode STAD yang dilengkapi LKS dan metode STAD yang dilengkapi

Lingkaran Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon. Hal ini terlihat dari rata-

rata nilai posttest sebesar 89,553 untuk kelas eksperimen I dan 95,816 untuk kelas

eksperimen II

Kata Kunci: STAD, LKS, Lingkaran Hidrokarbon, Prestasi Belajar, Hidrokarbon

Page 6: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Esti Utami. COMPARATION STUDY OF STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) LEARNING METHOD

COMPLETED WITH WORK SHEETS AND HYDROCARBON CIRCLE

ON THE SUBJECT MATTER OF HYDROCARBON FOR CLASS X ON

2nd

SEMESTER SMA BATIK 2 SURAKARTA, ACADEMIC YEAR

2010/2011. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas

Maret University, August 2011.

The purposes of this research are to know: (1) the difference of student‟s

learning achievement in cognitive aspect between using STAD method completed

with work sheets and STAD method completed with Hydrocarbon Circle on the

subject matter of Hydrocarbon and (2) the difference of student‟s learning

achievement in affective aspect between using STAD method completed with

work sheets and STAD method completed with Hydrocarbon Circle on the subject

matter of Hydrocarbon.

This research used experimental method with Randomized Pretest-

Posttest Comparison Group Design. The population is X grade students of SMA

Batik 2 Surakarta, academic year 2010/2011. The sample consists of 2 classes,

which are X.7 class as experimental class I (STAD completed with work sheets)

and X.8 class as experimental class II (STAD completed with Hydrocarbon

Circle). The sampling technique of this research is cluster random sampling. The

data of the research was collected using test method to measure cognitive learning

achievement and questionnaires method to measure affective learning

achievement. The hypotheses were tested using two side t- test.

Based on the result of research, it can be concluded that: (1) there are

difference of student‟s learning achievement in cognitive aspect between using

STAD method completed with work sheets and STAD method completed with

Hydrocarbon Circle on the subject matter of hydrocarbon. It can be seen from the

average of posttest value for first experiment class is 68,000 and 73,632 for

second experiment class, (2) the difference of student‟s learning achievement in

affective aspect between using STAD method completed with work sheets and

STAD method completed with Hydrocarbon Circle on the subject matter of

hydrocarbon. It can be seen from the average of posttest value for first experiment

class is 89,553 and 95,816 for second experiment class.

Keywords: STAD, Work Sheets, Hydrocarbon Circle, Learning Achievement,

Hydrocarbon

Page 7: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah

selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(QS. Al-Insyiroh: 6-8)

“Kebanyakan orang gagal adalah orang yang tidak menyadari betapa dekatnya

mereka ke titik sukses saat mereka memutuskan untuk menyerah”

(John Rushkin)

“Lakukan yang terbaik yang bisa kamu lakukan saat itu, hingga kata „menyesal‟

dapat terminimalisir dalam hidupmu”

(Penulis)

“Keberanian sejati adalah melangkah maju ketika hasilnya masih belum pasti”

(Michael E. Angier)

Page 8: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, makalah skripsi ini penulis

persembahkan kepada:

1. Kedua orangtua dan adikku yang selalu mendo‟akanku dan menjadi

sumber semangat buatku

2. Yulinda Ariesta Ariyani, the best friend in my life, thanks for everything.

Be your friend is lucky in my life.

3. Almamaterku

Page 9: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada

waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian

dari berbagai pihak, skrpsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Dalam

kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Haryono, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa sehingga

memperlancar penulisan skripsi ini.

5. Ibu Lina Mahardiani, S.T, M.M, M.Sc., selaku pembimbing II yang juga telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Drs. H. Soewarto, M.M., selaku Kepala SMA Batik 2 Surakarta yang

telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Bapak Jumiyat, S.Pd, Selaku guru mata pelajaran kimia SMA Batik 2

Surakarta yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk

mengadakan penelitian.

Page 10: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

8. Siswa-siswi kelas X.7 dan X.8 SMA batik 2 Surakarta atas bantuan dan

kerjasamanya.

9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan do‟a restu

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Mahasiswa kimia angkatan 2007 (special to Han, Shint, Sya, Trez, Hezt, Ann,

and Nadhew, thanks buat semua bantuan, doa dan dukungannya)

11. Teman- teman kost Larasati special to mb Linda, Ifa, mb Dyah untuk

dukungan dan semangatnya.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih

jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

Page 11: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v

HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 6

D. Perumusan Masalah............................................................................ 7

E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 9

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 9

1. Studi Komparasi............................................................................. 9

2. Pembelajaran Kimia ...................................................................... 9

3. Metode Pembelajaran .................................................................... 14

4. Pembelajaran Kooperatif ............................................................... 16

5. Pembelajaran Kooperatif STAD ................................................... 19

6. Metode Pembelajaran .................................................................... 22

Page 12: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

7. Lingkaran Hidrokarbon ................................................................. 23

8. Lembar Kerja Siswa (LKS) ........................................................... 24

9. Prestasi Belajar .............................................................................. 26

10. Hidrokarbon ................................................................................ 29

B. Kerangka Berpikir ............................................................................. 43

C. Hipotesis ............................................................................................ 46

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 47

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 47

B. Metode Penelitian.............................................................................. 47

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel...................... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 50

E. Instrumen Penelitian.......................................................................... 50

F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 63

A. Deskripsi Data ................................................................................... 63

B. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................ 69

C. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 71

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ....................................................... 72

E. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 77

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................... 78

A. Kesimpulan ....................................................................................... 78

B. Implikasi ............................................................................................ 78

C. Saran .................................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80

LAMPIRAN ..................................................................................................... 83

Page 13: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Data Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Hidrokarbon Kelas X

Tahun Pelajaran 2010/ 2011.............................................................. 3

Tabel 2 Skor Perkembangan Individu ............................................................ 20

Tabel 3 Penghargaan Tim .............................................................................. 21

Tabel 4 Rumus Molekul, Rumus Struktur dan Nama Senyawa Alkana ........ 32

Tabel 5 Rumus Struktur dan Nama Senyawa Alkana dengan Jumlah Atom

C1 sampai C10 .................................................................................. 33

Tabel 6 Rumus Struktur dan Nama Beberapa Gugus Alkil ........................... 34

Tabel 7 Rumus Molekul, Rumus Struktur dan Nama Senyawa Alkena ........ 36

Tabel 8 Rumus Molekul, Rumus Struktur dan Nama Senyawa Alkuna ........ 37

Tabel 9 Titik Didih dan Titik Leleh Senyawa Hidrokarbon .......................... 40

Tabel 10 Rancangan Penelitian ........................................................................ 48

Tabel 11 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas

Soal pada Aspek Kognitif ................................................................. 52

Tabel 12 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji

Reliabilitas Soal pada Aspek Kognitif .............................................. 53

Tabel 13 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Taraf

Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif ............................................... 54

Tabel 14 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya

Pembeda Soal pada Aspek Kognitif .................................................. 56

Tabel 15 Kriteria Skor Penilaian Afektif ......................................................... 57

Tabel 16 Ringkasan Hasil Tryout untuk Validitas Soal pada Aspek Afektif ... 58

Tabel 17 Ringkasan Hasil Tryout untuk Reliabilitas Soal pada Aspek

Afektif ............................................................................................... 59

Page 14: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Tabel 18 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian.............................................. 63

Tabel 19 Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok

Hidrokarbon Kelas Eksperimen I ...................................................... 64

Tabel 20 Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok

Hidrokarbon Kelas Eksperimen II .................................................... 65

Tabel 21 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok

Hidrokarbon ...................................................................................... 66

Tabel 22 Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Materi Pokok

Hidrokarbon Kelas Eksperimen I ..................................................... 67

Tabel 23 Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Materi Pokok

Hidrokarbon Kelas Eksperimen II .................................................... 68

Tabel 24 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif

Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok

Hidrokarbon ...................................................................................... 69

Tabel 25 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif dan Afektif ............. 70

Tabel 26 Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif ........................... 70

Tabel 27 Hasil Uji t- dua arah Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I

dan Kelas Eksperimen II ................................................................... 71

Tabel 28 Hasil Uji t- dua arah Selisih Nilai Afektif Kelas Eksperimen I

dan Kelas Eksperimen II .................................................................. 72

Page 15: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Rangkaian Percobaan untuk Menunjukkan Karbon dan

Hidrogen dalam Senyawa Organik ............................................. 29

Gambar 2 Ikatan Rantai Karbon dalam Bentuk Dua Dimensi ..................... 30

Gambar 3 Ikatan Rantai Karbon dalam Bentuk Tiga Dimensi .................... 30

Gambar 4 Kedudukan Atom Karbon Terhadap Atom Karbon Lain ............ 31

Gambar 5 Penggolongan Hidrokarbon Berdasarkan Bentuk Rantai ........... 31

Gambar 6 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 45

Gambar 7 Histogram Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon

Kelas Eksperimen I ..................................................................... 64

Gambar 8 Histogram Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon

Kelas Eksperimen II .................................................................... 65

Gambar 9 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi

Pokok Hidrokarbon ..................................................................... 66

Gambar 10 Histogram Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon

Kelas Eksperimen I ..................................................................... 67

Gambar 11 Histogram Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon

Kelas Eksperimen II .................................................................... 68

Gambar 12 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi

Pokok Hidrokarbon ..................................................................... 69

Page 16: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Silabus .........................................................................…..... 83

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11.

Lampiran 12.

Lampiran 13.

Lampiran 14.

Lampiran 15.

Lampiran 16.

Lampiran 17.

Lampiran 18.

Lampiran 19.

Lampiran 20.

Lampiran 21.

Lampiran 22.

Lampiran 23.

Lampiran 24.

Lampiran 25.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……………………......

Lembar Kerja Siswa (LKS).........…….…………......……...

Kisi-kisi Instrumen Kognitif..……………………………...

Lembar Soal Kognitif.............………………….…………..

Kunci Jawaban Soal Kognitif………………………............

Lembar Jawab Soal Kognitif……………………..…….......

Kisi-kisi Angket Aspek Afektif…………………...….…….

Pedoman Penskoran Penilaian Aspek Afektif ….......……...

Indikator Angket Afektif.......................……………………

Angket Aspek Afektif………………………………......….

Daftar Nilai Mid Semester Genap Kelas X SMA Batik 2

Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011....…….........................

Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya

Pembeda Penilaian Kognitif……………………………......

Uji Validitas dan Relibilitas Angket Afektif…………......

Penghargaan Kelompok..……………….....……………….

Data Induk Penelitian............................................................

Kelompok STAD...................................................................

Nilai Kuis dan Skor Tim.......................................................

Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa..............................

Uji Normalitas.......................................................................

Uji Homogenitas...................................................................

Uji t-matching.......................................................................

Uji t- dua arah........................................................................

Soal Kuis...............................................................................

Dokumentasi Penelitian.........................................................

85

130

165

182

188

189

190

191

192

193

197

203

206

212

214

216

217

221

225

231

236

237

239

245

Page 17: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Page 18: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha pemerintah dalam memperbaiki mutu pendidikan telah lama

dilakukan, salah satunya adalah dengan mengadakan perombakan dan

pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai dari kurikulum 1968

sampai kurikulum 2004. Kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan oleh

pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai

pengembangan dari kurikulum 2004. Prinsip yang digunakan dalam

pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan

dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberi kesempatan

kepada guru untuk mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri, sehingga

guru dituntut untuk kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi

pembelajaran yang akan disampaikan di sekolah. Materi yang dipilih disesuaikan

dengan kebutuhan serta tingkat kemampuan masing-masing sekolah. Dengan

kurikulum ini, maka guru sebagai pendidik harus bisa memilih strategi

pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya. Nur (2000) dalam Lambang

Subagiyo dkk (2007: 2), menambahkan bahwa dalam teori konstruktivis guru

tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Seorang guru

hendaknya mampu membantu siswa dalam membangun keterkaitan antara

informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah

mereka miliki atau mereka kuasai dan memperkenankan siswa untuk bekerja

secara bersama-sama (cooperative).

Dalam proses belajar mengajar pemilihan dan penggunaan metode

pembelajaran yang tepat dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa

dalam mempelajari serta memahami segala sesuatu yang disajikan guru, sehingga

melalui tes hasil belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa.

Melalui pembelajaran yang tepat, siswa diharapkan mampu memahami dan

menguasai materi ajar sehingga dapat berguna dalam kehidupan nyata. Salah satu

indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar

Page 19: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah cermin dari pengetahuan,

keterampilan, dan sikap di mana dalam KTSP sering disebut sebagai aspek

kognitif, afektif dan psikomotor.

Selain pemilihan metode pembelajaran yang tepat, seorang guru juga

harus bisa memilih media pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran, materi, keadaan siswa serta sarana yang tersedia untuk menciptakan

pembelajaran yang menarik. Secara umum tujuan penggunaan media

pembelajaran adalah membantu guru dalam menyampaikan pesan-pesan atau

materi pelajaran kepada siswanya, agar pesan lebih mudah dimengerti, lebih

menarik dan lebih menyenangkan bagi siswa. Sedangkan secara khusus media

pembelajaran bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan

bervariasi sehingga merangsang minat siswa untuk belajar, menumbuhkan sikap

dan katrampilan dalam bidang teknologi, menciptakan situasi belajar yang tidak

mudah dilupakan siswa, mewujudkan situasi belajar yang efektif dan

meningkatkan motivasi belajar siswa (Robinson Situmorang dkk, 2005: 175).

Pada kenyataannya, saat ini masih banyak pendidik yang belum

menerapkan pembelajaran yang mengacu pada KTSP. Pembelajaran Teacher

Centered Learning (TCL) masih banyak diterapkan dalam proses pembelajaran di

kelas dengan alasan pembelajaran tersebut praktis dan tidak banyak menyita

waktu. Guru hanya menyajikan materi secara teoritik dan abstrak sedangkan siswa

pasif, siswa hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Sebagian guru

juga masih enggan menggunakan media pembelajaran untuk membantu proses

penyampaian materi ke siswa. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang kreatif

dalam memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama dalam kelompok

tidak optimal, kegiatan belajar mengajar tidak efesien dan pada akhirnya hasil

belajar menjadi rendah. Selain itu sebagian besar guru masih menilai kemampuan

peserta didik hanya dari segi kognitifnya saja, padahal dalam KTSP penilaian

terhadap peserta didik tidak hanya dilihat dari kemampuan ia mengerjakan soal,

tetapi dari sikap (afektif) dan juga kecakapan individu (psikomotor).

Sebagai contoh konkret adalah pembelajaran di SMA Batik 2 Surakarta.

Berdasarkan pengamatan secara umum di SMA tersebut melalui wawancara

Page 20: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dengan guru kimia kelas X diperoleh informasi bahwa dalam menyampaikan

materi pelajaran kimia khususnya materi pokok hidrokarbon masih menggunakan

metode ceramah. Dalam proses pembelajaran siswa hanya dibantu sebuah buku

paket yang dipakai berdua untuk satu meja tanpa dilengkapi media pembelajaran

apapun. Banyak siswa yang merasa kesulitan pada materi tersebut sehingga

prestasi belajar pada materi ini relatif rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa

kelas X tahun ajaran 2009/2010 yang tidak tuntas pada materi ini yaitu lebih dari

30% dengan nilai KKM sebesar 60. Selain itu dari nilai rata- rata kelas ulangan

harian materi pokok hidrokarbon kelas X SMA Batik 2 Surakarta tahun ajaran

2009/2010 juga masih terdapat beberapa kelas yang berada di bawah KKM seperti

ditunjukkan pada Tabel 1. Padahal hidrokarbon merupakan salah satu materi

pokok dalam pelajaran kimia yang penting untuk dipelajari karena konsep-konsep

dalam hidrokarbon masih akan digunakan sebagai dasar dalam mempelajari

materi selanjutnya. Selain itu materi tersebut memerlukan pemahaman dan

kemampuan memori yang cukup tinggi dari siswa. Untuk itu perlu cara yang

mudah dalam penyampaian materi hidrokarbon yaitu dengan metode dan media

yang tepat agar siswa lebih aktif belajar dan tidak cepat merasa bosan.

Tabel 1. Data Nilai Rata-rata Ulangan Harian Hidrokarbon Tahun Pelajaran

2009/2010

Tahun

Ajaran

Kelas Semester Rata-rata nilai

Hidrokarbon

KKM Ketuntasan

(%)

2009/2010 X.1 II 59,29 60 68,42

X.2 II 58,26 60 61,54

X.3 II 62,25 60 72,50

X.4 II 60,74 60 71,79

X.5 II 63,45 60 67,50

X.6 II 57,70 60 62,50

X.7 II 59,68 60 68,42

X.8 II 63,49 60 64,11

Sumber: Daftar Nilai Ulangan Harian Materi Hidrokarbon kelas X SMA Batik 2

Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu bentuk

pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dan penyajian materi kimia yang

lebih menarik, sehingga dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar dan

Page 21: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menghilangkan persepsi buruk siswa terhadap pelajaran kimia. Pembelajaran yang

dimaksud adalah pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi

juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal, sehingga diharapkan mampu

meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu juga dapat membuat siswa aktif

terlibat dalam proses belajar mengajar semaksimal mungkin yaitu dengan siswa

menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan

masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau

gagasan dan mempunyai tanggungjawab terhadap tugasnya.

Salah satu solusi yang dapat digunakan yaitu menggunakan pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran ini merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di

mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu

satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif,

para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan

berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan

menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing siswa (Slavin, 2008: 4).

Teori pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan pembelajaran

kontruktivisme. Hal ini atas dasar siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan

masalah-masalah tersebut dengan temannya (Slavin, 2008: 5). Dalam

pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi metode yang diterapkan antara

lain: metode Student Team Achievment Division (STAD), Group Investigation

(GI), dan Team Assited Individualization (TAI). Dalam penelitian ini dipilih

metode STAD dengan alasan metode tersebut tapat untuk melibatkan keaktifan

siswa dalam mempelajari materi pelajaran dan sesuai dengan kondisi siswa di

SMA Batik 2 Surakarta.

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa

(LKS) dan Lingkaran Hidrokarbon. Dengan menggunakan LKS maka siswa

memiliki kesempatan untuk banyak mengerjakan latihan soal sehingga dapat

meningkatkan pemahaman siswa, akan tetapi media ini juga memiliki kelemahan

karena dengan ringkasan materi yang singkat terkadang menimbulkan

miskonsepasi pada siswa. Media Lingkaran Hidrokarbon dikemas dalam bentuk

Page 22: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

mainan sederhana yang praktis dan diharapkan dapat lebih menarik perhatian

siswa untuk mempelajari materi di dalamnya tetapi media yang dikemas dalam

bentuk mainan seperti ini dapat memancing kegaduhan dalam kelas yang

dikhawatirkan akan mengganggu proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba menerapkan metode

pembelajaran STAD- LKS dan STAD- Lingkaran Hidrokarbon untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan yang signifikan dalam pencapaian prestasi belajar siswa

pada pembelajaran kimia materi pokok hidrokarbon dengan judul: “STUDI

KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DILENGKAPI LEMBAR KERJA

SISWA (LKS) DAN LINGKARAN HIDROKARBON PADA MATERI POKOK

HIDROKARBON KELAS X SEMESTER GENAP SMA BATIK 2

SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat

diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Belum semua guru mampu merancang skenario pembelajaran yang sesuai

dengan kurikulum yang berlaku (KTSP) dan belum menerapkan metode yang

berorientasi pada student centered.

2. Proses pembelajaran kimia belum diselenggarakan secara kreatif dan inovatif

sehingga guru belum menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa.

3. Metode konvensional masih dominan dalam kegiatan belajar- mengajar

sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa.

4. Kurangnya variasi penggunaan media pembelajaran sehingga prestasi yang

dicapai siswa tidak optimal.

5. Media LKS dan Lingkaran Hidrokarbon masing- masing memiliki kelebihan

dan kekurangan sehingga perlu dibuktikan ada tidaknya perbedaan penggunaan

kedua media tersebut terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok

hidrokarbon.

6. Guru cenderung memberikan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal

penilaian mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Page 23: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

7. Siswa dituntut untuk dapat menguasai kompetensi tertentu melalui proses

pembelajaran baik secara individu maupun interaksi dengan temannya agar

bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap kompetensi

dasar. Kenyataan menunjukkan masih banyak siswa yang belum mencapai

KKM tersebut.

8. Salah satu materi kimia yang masih dianggap sulit dipahami dan dikuasai siswa

kelas X SMA Batik 2 Surakarta adalah materi pokok hidrokarbon, hal ini

mengakibatkan kurang maksimalnya hasil belajar siswa seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 1.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh penulis dan tidak

memungkinkan semua masalah yang ada diteliti, maka penelitian ini dibatasi

pada:

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Batik 2 Surakarta semester genap

tahun ajaran 2010/2011.

2. Metode dan Media Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) sedangkan media

yang digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lingkaran

Hidrokarbon.

3. Materi Pelajaran

Materi pelajaran kimia dibatasi pada materi pokok hidrokarbon.

4. Prestasi Belajar Siswa

Karena dalam pembelajaran ini tidak ada kegiatan praktikum maka prestasi

belajar hanya dibatasi pada selisih nilai pretest-posttest siswa yang meliputi

aspek kognitif dan afektif.

Page 24: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar aspek kognitif siswa antara

penggunaan metode STAD yang dilengkapi LKS dan metode STAD yang

dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon?

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar aspek afektif siswa antara

penggunaan metode STAD yang dilengkapi LKS dan metode STAD yang

dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan prestasi belajar aspek kognitif siswa antara penggunaan metode

STAD yang dilengkapi LKS dan metode STAD yang dilengkapi Lingkaran

Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon.

2. Perbedaan prestasi belajar aspek afektif siswa antara penggunaan metode

STAD yang dilengkapi LKS dan metode STAD yang dilengkapi Lingkaran

Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan :

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini memberi informasi tentang penerapan metode STAD

dilengkapi media pada materi pokok hidrokarbon.

b. Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya

teori tentang pembelajaran kimia bahwa penggunaan pembelajaran

kooperatif seperti metode STAD serta penggunaan media pembelajaran

yang tepat dapat memberikan perbedaan terhadap prestasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat

bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan proses belajar

mengajar.

Page 25: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi kimia dalam

pemilihan metode dan media pembelajaran yang diharapkan dapat

memperbaiki prestasi belajar siswa.

c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian

lanjutan berkaitan dengan penelitian ini.

d. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

khususnya dalam pembelajaran kimia.

Page 26: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Studi Komparasi

Menurut Poerwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:

708), studi berasal dari bahasa inggris “to study” yang artinya ingin mendapatkan

atau mempelajari. Mempelajari di sini berarti ingin mendapatkan sesuatu yang

khusus, yang didorong oleh rasa ingin tahu terhadap apa yang belum dipelajari dan

dikenal. Sedangkan komparasi berasal dari bahasa inggris “to compare” yang berarti

membandingkan.

Aswarni Sudjud dalam Suharsimi Arikunto (1998: 247) mengemukakan

bahwa penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, prosedur kerja, ide-ide, kritik terhadap

orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa studi komparasi adalah

suatu bentuk penelitian yang membandingkan antara variabel-variabel yang saling

berhubungan dengan mengemukakan perbedaan-perbedaan ataupun persamaan-

persamaan.

2. Pembelajaran Kimia

Menurut Poerwodarminto (2003: 22), istilah pembelajaran sama dengan

introduction atau pengajaran, mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan,

sedangkan pengajaran diartikan sebagai kegiatan mengajar tentunya ada guru dan

yang belajar yaitu siswa. Dengan demikian pembelajaran diartikan sama dengan

perbuatan mengajar (oleh guru) dan belajar (oleh siswa). Pembelajaran adalah usaha

sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan

mengaktifkan faktor ekstern dan intern dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut

Alvin W. Howard dalam Slameto (2010: 32), pembelajaran adalah suatu aktivitas

untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah

atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan, dan pengetahuan.

Murshell dalam Slameto (2010: 33) mengemukakan bahwa pembelajaran

digambarkan sebagai “mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan

Page 27: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa. Sardiman

(2010: 47) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan

kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk

berlangsungnya proses belajar.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu

usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar yaitu dengan terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri pebelajar yang berlaku dalam waktu relatif lama.

Hal yang penting dalam mengajar adalah bagaimana siswa dapat mempelajari bahan

sesuai tujuan. Usaha yang dilakukan guru hanya merupakan serangkaian peristiwa

yang dapat mempengaruhi siswa belajar.

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap

orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi

seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan dan di

mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya

perubahan pada tingkat pengetahuan, ketermpilan atau sikapnya (Robinson

Situmorang dkk, 2005: 173).

Belajar juga boleh dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara diri

manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep

ataupun teori. Proses interaksi itu sendiri meliputi dua hal, yaitu proses internalisasi

dari sesuatu ke dalam diri pebelajar dan dilakukan secara aktif, dengan segenap

panca indera ikut berperan.

Proses internalisasi dan keaktifan pebelajar dengan segenap panca indera

perlu ada pengembangannya yakni melalui proses yang disebut dengan sosialisasi

yaitu menginteraksikan atau menularkan ke pihak lain. Dalam proses sosialisasi,

karena berinteraksi dengan pihak lain tentu akan melahirkan suatu pengalaman. Dari

pengalaman satu ke pengalaman lain inilah yang nantinya akan menyebabkan

perubahan pada diri seseorang. Sebagaimana dikatakan di atas, bahwa proses belajar

yang terjadi merupakan proses aktif dimana individu menerapkan pengetahuan yang

dimilikinya. (Paul Suparno, 2001: 61).

Page 28: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

b. Teori Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan

penting dalam pembentukkan pribadi dan perilaku individu. Banyak teori belajar

yang telah disusun oleh para ahli namun tidak dapat dikatakan bahwa hanya satu

teori yang paling tepat. Setiap teori mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-

masing sehingga dalam pelaksnaannya perlu menggabungkan beberapa teori agar

saling melengkapi.

1) Teori Belajar Konstruktivisme

Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi

pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan terdahulu.

Persepsi yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa

menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasar

realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa.

Landasan filosofi kontruktivisme menurut Depdiknas (2003: 2) adalah

filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,

tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam diri mereka sendiri.

Pengetahuan dibangun dalam pikiran (dikonstruksi) dari hasil interpretasi atau suatu

gejala, sehingga pengetahuan sangatlah dipengaruhi oleh pola pikir orang tersebut

(E. Mulyasa, 2005: 238).

Ide pokok pada teori konstruktivisme adalah peserta didik secara aktif

membagi pengetahuan mereka sendiri. Pendekatan dalam pembelajaran

konstruktivisme dapat menggunakan pembelajaran secara kooperatif ekstensif.

Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menanamkan dan mengerti akan

konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan

masalah tersebut dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam

kelompok yang terdiri sekitar empat orang untuk saling membantu memecahkan

masalah-masalah dalam pembelajaran dan penggunaan kelompok yang sederajat

untuk menghasilkan pemikiran. Pada sistem pengajaran ini memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas

terstruktur dan inilah yang disebut pengajaran gotong royong dan cooperative

learning (Slavin, 2008: 2).

Page 29: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2) Teori Perkembangan Piaget

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang

menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterprestasikan objek dan

kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran

aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif

menerima informasi.

Dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 151-155), Piaget membagi tahap-tahap

perkembangan kognitif menjadi empat yaitu:

a) Tahap Sensorimotor (Umur 0 - 2 Tahun)

Periode ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya

(sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Selama periode ini bayi

tidak mempunyai konsepsi.

b) Tahap Preoperasional (Umur 2 - 7 Tahun)

Anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental,

yaitu menambah, mengurangi, dan lain-lain.

c) Tahap Operasional Konkret (Umur 7 – 11 Tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah

menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis dan ditandai adanya

reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir

logis, tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret, dan

masih memiliki masalah mengenai cara berpikir abstrak.

d) Tahap Operasional Formal (Umur 11 – ke Atas)

Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi

konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks.

Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori ini mengacu pada kegiatan

pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut

teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus

dikontruksi dan direkontruksi peserta didik. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam

kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif. Pembelajaran kooperatif

adalah sebuah model pembelajaran aktif dan parsitipatif (Isjoni, 2010: 53).

Page 30: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3) Teori Perkembangan Vygotsky

Vygotsky menegemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan

pengertian. Sumbangan paling penting teori Vygotsky adalah penekanan pada

hakekat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurut Vygotsky pembelajaran terjadi

saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal (zone of proximal

development). Zona perkembangan proksimal merupakan jarak antara tingkat

perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat

perkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah

secara mandiri, sedangkan tingkat perkembangan potensial didefinisikan sebagai

kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui

kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. Ide penting lain yang

diturunkan dari teori Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding merupakan pemberian

sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian

mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung

jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan,

peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan,

memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan pelajar tumbuh

mandiri (Isjoni, 2010: 39-40).

4) Teori Belajar Bermakna dari Ausubel

Menurut Ausubel, bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna”.

Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada

konsep-konsep relevan yang terdapat dalam stuktur kognitif seseorang. Struktur

kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah

dipelajari dan diingat siswa. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah

dalam pembelajaran terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran dalam

kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan langsung

dari guru, baik lisan maupun dengan contoh tindakan, sedangkan siswa diberi

kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Ausabel, pemecahan

masalah yang cocok adalah lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang

efisien dalam pembelajaran (Isjoni, 2010: 35-36).

Page 31: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-

faktor yang yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu :

1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: (1) Faktor jasmaniah,

meliputi: kesehatan dan cacat tubuh; (2) Faktor psikologis, meliputi: intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motivasi, kamatangan dan kesiapan, dan (3) Faktor

kelelahan, meliputi : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (Slameto, 2010: 54-59).

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang

berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor sebagai

berikut: (1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang

kebudayaan; (2) faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa dan alat pelajaran; (3) faktor masyarakat,

meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk

kehidupan masyarakat (Slameto, 2010: 60-71).

d. Unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang dapat berubah dalam

proses belajar. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang ada dalam diri

siswa dan yang ada di luar diri siswa bersangkutan. Adapun unsur-unsur dinamis

yang terkait dalam proses belajar adalah: (1) motivasi siswa; (2) bahan belajar;

(3) alat bantu belajar; (4) suasana belajar, dan (5) kondisi subyek yang belajar

(Oemar Hamalik, 2003: 50-52).

3. Metode Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mempunyai strategi agar

tujuan pengajaran tercapai dan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Salah

satu strategi yang harus dimiliki adalah kemampuan memilih metode mengajar yang

tepat. Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi

yang pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi

Page 32: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan

(Mulyani Sumantri, 2001: 114).

Beberapa macam metode pembelajaran yang sering digunakan guru untuk

meningkatkan efektifitas dalam mengajar di antaranya adalah metode ceramah

(konvensional), metode tanya jawab, metode diskusi, metode demontrasi, inquiry,

discovery dan sebagainya. Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan

kelemahannya sendiri-sendiri, jadi sebuah metode pembelajaran belum tentu cocok

bila diterapkan untuk materi tertentu. Satu hal yang harus diingat sehubungan dengan

penggunaan metode pembelajaran adalah bahwa tidak satupun metode yang efektif

untuk semua mata pelajaran. Setiap metode pada dasarnya akan efektif hanya untuk

materi atau tujuan tertentu.

Untuk memilih suatu metode yang akan digunakan dalam kegiatan

pembelajaran, terlebih dahulu kita harus mengetahui jenis-jenis metode yang ada,

khususnya mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing metode. Selain itu

kita juga harus mengetahui tujuan yang akan dicapai, jenis materi, dan peserta didik

yang akan mengikuti pembelajaran. Mengetahui tujuan pembelajaran yang akan

dicapai adalah satu hal yang utama dalam pemilihan metode, karena setiap kata kerja

yang terdapat pada Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) akan mencerminkan jenis

metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya untuk TPK

yang kata kerjanya “menjelaskan” cukup menggunakan metode ceramah interaktif,

tetapi untuk kata kerja “menerapkan” apabila kita menggunakan metode yang sama,

maka kita tidak dapat mencapai tujuan tersebut dengan baik (Robinson Situmorang

dkk, 2005: 88-89).

Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya masih

mengguanakan metode pembelajaran klasikal (ceramah) dan kenyataannya sering

dijumpai masih rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Untuk mengatasi hal

tersebut salah satunya diperlukan inovasi dalam hal metode pembelajaran misalnya

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Berdasar penjelasan di atas

maka untuk memperoleh hasil yang maksimal seorang guru harus bisa memilih

metode sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, materi yang akan

disampaikan, situasi kelas serta disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia.

Page 33: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Menurut Margono (1995: 8), untuk menentukan metode pembelajaran yang

baik perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain :

a. Tujuan Pembelajaran

Berisi perumusan pola tingkah laku yang berupa kemampuan, ketrampilan, dan

sikap yang diharapkan dapat dimiliki setelah kegiatan belajar selesai.

b. Materi Pengajaran

Tiap bidang studi memiliki isi dan struktur yang berbeda. IPA berbeda dengan

Matematika, hal ini memberikan corak yang khas pada pemilihan metode.

c. Siswa

Perlu diperhatikan jumlah siswa, perbedaan kemampuan siswa, dan tingkat

perkembangannya, perbedaan kesempatan, kecepatan, dan ragam belajarnya.

d. Guru

Harus memperhatikan kemampuan profesionalnya, kepribadiannya dan gaya

mengajarnya.

e. Fasilitas

f. Perlu mempertimbangkan ketersediaan alat, media, ruangan, dan penggunaan

waktu yang dimiliki siswa dan sebagainya.

4. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran yang akan digunakan dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas harus lebih dikenal dan dipahami untuk dipilih yang paling

tepat untuk membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Salah satu model yang dapat dipertimbangkan adalah belajar dengan kerjasama

(Cooperative learning) dalam kelompok kecil yang heterogen.

Cooperative learning refers to instructional methods in which students work

together in small groups to help each other learn (Slavin, R. E, 1997: 284).

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok-

kelompok kecil, Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman

belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok. Menurut Slavin

(2008: 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran

dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu

Page 34: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini, para

siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi

untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan

dalam pemahaman masing-masing.

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2007: 10). Sedangkan

menurut Mulyani Sumantri (2001: 127), pembelajaran kooperatif adalah mengajar

dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu

kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut

Dalam pembelajaran kooperatif para peserta didik dikelompokkan secara

arif dan proporsional. Pengelompokkan peserta didik dalam suatu kelompok dapat

didasarkan pada: fasilitas yang tersedia, perbedaan individu dalam minat belajar dan

kemampuan belajar, jenis kelamin, atau berdasarkan pada lotre atau random. Dalam

pembagian kelompok ini, kelompok dibagi secara heterogen baik dari segi

kemampuan belajar maupun dari jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajar

yang lebih baik dari kelompok, sehingga tidak terkesan ada kelompok yang kuat dan

yang lemah (Mulyani Sumantri, 2001: 127-128).

Roger and David Johnson dalam Anita Lie (2004:31) mengatakan bahwa

tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai

hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus

diterapkan, yaitu :

a. Saling Ketergantungan Positif

Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang

diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai

peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang

mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk

tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok

harus saling berhubungan, saling memenuhi dan bantu-membantu.

Page 35: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab

untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, karena penilaian dilakukan

secara individu dan kelompok. Nilai kelompok merupakan “sumbangan” setiap

anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas rata-

rata mereka. Artinya siswa yang berprestasi tinggi ataupun rendah mempunyai

kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi. Sehingga timbul rasa tanggung

jawab untuk keberhasilan kelompoknya.

c. Interaksi Tatap Muka

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.

Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena

siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi.

d. Komunikasi Antar Anggota

Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan

positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Dengan adanya komunikasi

yang baik, pencapaian tujuan akan lebih mudah.

e. Evaluasi Proses Kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi

proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja

sama dengan lebih efektif.

Lima prinsip metode belajar kooperatif yang dikembangkan dan terus

dilakukan serta diperbaiki antara lain : (a) Student Teams Achievement Division

(STAD); (b) Teams Games Tournament (TGT); (c) Jigsaw; (d) Coopertive

Integrated Reading and Composition (CIRC), dan (e) Teams Assisted

Individualization (TAI) (Slavin, 2008:11).

Berdasarkan hasil penelitian Oludipe dan Awokoy (2010) dalam jurnal yang

berjudul “Effect of Cooperative Learning Teaching Strategy on the Reduction of

Students’ Anxiety for Learning Chemistry” diperoleh kesimpulan bahwa metode

pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh yang positif terhadap kegelisahan

siswa dalam belajar kimia sebagai hasil dari sikap ketergantungan positif yang

memungkinkan siswa melihat bahwa kontribusi, masukan, dan kesuksesan mereka

berasal dari siswa lainnya dalam kelompok. Selain itu berdasarkan hasil penelitian

Page 36: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dari Lambang Subagyo (2007) dalam jurnal yang berjudul “Model Pembelajaran

Kooperatif dalam Peningkatan Motivasi, Partisipasi dan Kualitas Hasil belajar

Siswa SMA Negeri 2 Samarinda” diperoleh informasi bahwa dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif proses belajar mengajar berlangsung efektif, aktivitas

belajar siswa di dalam kelas sangat baik. Siswa sudah memiliki keberanian

berpendapat dan mampu menemukan jawaban secara diskusi bersama teman

kelompoknya. Keterlibatan siswa kegiatan belajar mengajar mencapai 82,9%.

5. Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari

universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling

langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode

STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu,

baik melalui penyajian verbal maupun tertulis (Sugiyanto, 2007: 14).

Secara umum STAD terdiri dari 5 komponen utama, yaitu:

a. Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam

kelas. Hal ini dapat dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau pengajaran

diskusi dengan guru. Prasentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pengajaran pada

umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian

siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok menggunakan

media pembelajaran yang ada. Dengan demikian, siswa dituntut untuk bersungguh-

sungguh dalam memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dalam presentasi

kelas karena hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang

nantinya juga akan mempengaruhi skor dari tim mereka.

b. Tim atau Kelompok

Tim atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis

kelamin, maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua

anggota tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan

anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan

dengan baik.

Page 37: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Setelah guru mempresentasikan materi, anggota tim secara bersama-sama

mempelajari materi yang diberikan guru. Pada tahap ini siswa diberi lembar tugas

sebagai bahan yang akan dipelajari. Kemudian siswa mendiskusikan masalah atau

kesulitan yang ada, membandingkan jawaban dari masing-masing anggota tim dan

membetulkan kesalahan konsep dari anggota tim. Tim merupakan hal penting yang

harus ditonjolkan dalam STAD. Dalam setiap langkah, titik beratnya terletak pada

ingatan anggota tim agar bisa bekerja yang terbaik demi timnya dan cara terbaik

dalam tim adalah bekerja sama dengan baik. Pada tahap ini guru berperan sebagi

fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

c. Kuis

Setelah satu atau dua kali pertemuan guru mempresentasikan materi di kelas

dan setelah satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa

diberi kuis secara individual. Jadi setiap siswa bertanggung jawab secara individu

dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hasil selanjutnya adalah diberi

skor. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman materi setiap individu.

Skor individu ini didata/ diarsipkan dan digunakan pada perhitungan skor kelompok.

d. Skor Perkembangan Individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan

skor tersebut setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan

sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang

diperolehnya. Perhitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar siswa

terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Untuk

skor tes dengan skala 100 berlaku ketentuan seperti Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Skor Perkembangan Individu

Skor Individu Skor Perkembangan Individu

Turun lebih dari 10 dari skor awal 5

Turun sampai dengan 10 dari skor awal 10

Tetap atau naik sampai dengan 10 20

Naik lebih dari 10 dari skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasar skor awal) 30

(Slavin, 2008 : 143-159)

Page 38: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

e. Pengakuan / Penghargaan Tim

Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata- rata

yang dikatergorikan menjadi kelompok baik, hebat dan super. Perhitungan skor

kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing- masing skor perkembangan

individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Adapun kriteria yang

digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok

ditunjukkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Penghargaan Tim

Rata-rata Skor Kelompok Penghargaan

15 Tim Baik

20 Tim Hebat

25 Tim Super

(Isjoni, 2010: 77)

Secara singkat, langkah-langkah dari metode pembelajaran STAD sebagai

berikut: (1) Membentuk kelompok secara heterogen (campuran menurut prestasi,

jenis kelamin, suku, dan lain-lain); (2) guru menyajikan materi pelajaran;

(3) memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan bersama dalam kelompok;

(4) anggota kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya

sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti; (5) memberi kuis atau

pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab kuis tidak boleh saling

membantu; (6) menghitung skor individu dan tim, dan (7) merekognisi tim.

Berdasarkan penelitian Adesoji dan Ibraheem (2009) dalam jurnal yang

berjudul “Effects of Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathematics

Knowledge on Learning Outcomes in Chemical kinetics” diperoleh kesimpulan

bahwa pemberian perlakuan, di mana dalam penelitiannya yaitu menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD, memiliki potensi untuk memberikan hasil

positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam pelajaran kimia di SMA. Hal

ini ditunjukkan dengan hasil posttest siswa di kelas eksperimen yang menggunakan

metode STAD terbukti lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang menggunakan

metode konvensional. Selain itu jika ditinjau dari aspek afektif seperti minat dan

sikap, kelompok eksperimen dengan metode STAD juga memiliki skor rata-rata

Page 39: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

tertinggi terhadap sikap siswa. Ditinjau dari segi minat ternyata siswa yang memiliki

kemampuan sedang dan rendah jika digabungkan dengan siswa yang memiliki

kemampuan tinggi dapat memberikan penampilan atau kinerja yang lebih baik

daripada mereka bekerja sendiri.

Metode STAD juga memiliki kelemahan, bagi guru yaitu sulitnya

mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari sisi akademis.

Kemudian bagi siswa yaitu masih banyak siswa yang berkemampuan tinggi kurang

terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya yang berkemampuan

rendah (Wiji Hastuti, 2009: 35).

6. Media Pembelajaran

Media berasal dari kata Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang berarti perantara. Oleh karena itu secara harfiah, media diartikan

sebagai perantara atau pengantar pesan. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara

terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya

dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Yhudi Munadi, 2010: 7).

Dalam bidang pendidikan (Association for educational communications and

technology (AECT, 1977) yaitu suatu asosiasi yang bergerak dalam bidang

tekhnologi komunikasi dan pendidikan, mendifinisikan media sebagai segala bentuk

yang digunakan untuk menyalurkan informasi (Robinson Situmorang, dkk, 2005:

173).

Media pembelajaran didefinisikan oleh Gagne dan Raiser sebagai alat-alat

fisik dimana peran-peran instruksional dikomunikasikan. Media merupakan wadah

dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau

penerima pesan tersebut, bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan

pembelajaran dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar

(Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 152).

Berdasarkan kegunaannya media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media

yang dipakai sebagai alat bantu mengajar disebut dependent media dan media belajar

yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar mandiri, disebut

independent media (Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 13).

Page 40: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Penggunaan media pembelajaran bertujuan sebagai berikut:

(1) Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi lebih

besar; (2) menyajikan benda atau peristiwa yang jauh kehadapan peserta, misalnya

menggunakan video; (3) menyajikan peistiwa yang kompleks, rumit, berlangsung

dengan cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana;

(4) menampung sejumlah peserta untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu

yang sama; (5) menyajikan benda atau peristiwa berbahaya ke hadapan peserta;

(6) meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian siswa, dan (7) meningkatkan

sistematika proses pembelajaran.

Manfaat media dalam pembelajaran sebagai berikut: (1) Untuk

memperlancar interaksi antara guru dan siswa; (2) proses belajar menjadi lebih

menarik; (3) proses belajar siswa menjadi lebih interaktif; (4) jumlah waktu mengajar

dapat dikurangi; (5) meningkatkan kualitas belajar siswa; (6) proses pembelajaran

dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, dan (7) menimbulkan sikap positif siswa

terhadap proses pembelajaran (Robinson Situmorang dkk, 2005: 175-176).

Menurut Rudy Bretz (1971) dalam Robinson Situmorang (2005: 179),

media dikelompokkan berdasarkan pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan

gerak. Adapun klasifikasinya sebagi berikut: (1) media audio; (2) media cetak;

(3) media visual diam; (4) media visual gerak; (5) media audio semi gerak; (6) media

semi gerak; (7) media audio visual diam dan (8) media audio visual gerak.

7. Lingkaran Hidrokarbon

Menurut Rudy Bretz (1971) dalam Robinson Situmorang (2005: 179) media

dapat dikelompokkan menjadi media audio, visual dan gerak (kinestetik).

Berdasarkan pengelompokkan jenis media tersebut, Lingkaran Hidrokarbon dapat

dimasukkan dalam katergori media visual atau disebut juga media pandang karena

seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Sri Anitah

(2008: 12-13) membedakan media visual menjadi media visual yang diproyeksikan

dan media visual yang tidak diproyeksikan. Secara lebih khusus Lingkaran

Hidrokarbon ini tergolong media visual yang tidak diproyeksikan, yaitu media yang

sederhana, tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksikan

Page 41: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

perangkat lunak. Media ini digunakan guru karena mudah penggunaannya, praktis,

dan sesuai untuk kelompok kelas kecil.

Lingkaran Hidrokarbon dalam penelitian ini adalah suatu media seperti

mainan yang berupa lingkaran, terbuat dari kertas bolak balik yang dapat dimainkan

dengan cara diputar searah jarum jam. Jenis media ini berisi ringkasan materi pokok

hidrokarbon yang terbagi dalam beberapa buah lingkaran sesuai jumlah sub pokok

bahasan yang ada. Dalam media ini juga diberikan petunjuk cara mengerjakan soal

baik secara langsung maupun hanya berupa contoh-contoh yang bersifat

mengarahkan. Maksud mengarahkan di sini adalah bahwa contoh tersebut dibuat

untuk menuntun siswa dalam memahami tahap penyelesaian soal yang benar yang

dapat dipelajari bersama kelompoknya. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama

kelompok yang baik untuk bisa membantu siswa memahami konsep dari topik yang

sedang dibahas.

Lingkaran Hidrokarbon dilengkapi latihan soal diskusi yang dapat

dikerjakan bersama anggota kelompok sehingga kesulitan yang dialami oleh siswa

yang memiliki kemampuan akademis kurang dapat terminimalisir. Kelebihan media

ini yaitu dikemas dalam bentuk mainan yang dapat memberikan daya tarik tersendiri

bagi siswa yang biasanya cenderung bosan jika harus belajar menggunakan buku

pelajaran. Selain itu media ini juga praktis dibawa ke suatu tempat dan dapat

memilih pokok bahasan yang dirasa paling sulit untuk lebih sering dipelajari

sehingga diharapkan siswa selanjutnya bisa mengatasi kesulitan pada materi tersebut.

Kekurangan media ini adalah ketika digunakan di kelas dapat memancing

kegaduhan, kemudian bagi siswa yang daya ingatnya tidak kuat masih memerlukan

tambahan catatan-catatan penting untuk mempelajarinya. Akan tetapi hal itu bisa

teratasi jika siswa sering mempelajari kembali di rumah. Belajar sambil bermain

tidak selalu berakibat buruk pada prestasi belajar siswa karena penyajian materi

melibatkan siswa agar aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya

sehingga memberikan kontribusi pada prestasi belajar siswa.

8. Media Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu contoh media cetak yang

dapat dijadikan alternatif untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut

Page 42: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Endang Retna Wulan (2003: 22), LKS adalah sebuah buku yang berisi tentang materi

untuk memperkaya, memperdalam dan mengembangkan buku pokok. LKS

merupakan lembaran kertas yang menjadi sarana belajar yang harus dibaca, dipahami

dan dikerjakan siswa dalam rangka melaksanakan instruksi guru yang tertera dalam

LKS tersebut dalam usaha menemukan atau memahami suatu konsep atau teori

(Depdiknas, 2003: 32). Berdasarkan pengertian LKS yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa LKS adalah suatu lembar kegiatan yang berisi

petunjuk atau arahan dari guru kepada siswa supaya siswa dapat melaksanakan

kegiatan guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Apabila guru

menggunakan lembar kerja sebagai sarana pembelajaran maka lembar kerja tersebut

harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Suatu lembar kerja haruslah memenuhi

berbagai persyaratan, diantaranya: (1) susunan sistematis; (2) terarah kepada

pencapaian tujuan pembelajaran; (3) tegas, jelas, mudah dipahami siswa;

4) mengembangkan kreativitas siswa, dan (5) produknya dapat dinilai.

Penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar dapat digunakan untuk :

a. Mengaktifkan siswa

Dengan diberi LKS siswa diajak selalu aktif membaca, menulis dan berfikir atau

berproses untuk dapat menemukan konsep-konsep yang dikehendaki guru agar

dipahami siswa.

b. Membantu guru dalam penyesuaian rencana pembelajaran

Dengan LKS guru akan dapat memperkirakan proses kegiatan belajar yang

dikehendaki di dalam kelas.

c. Memberikan pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan

laboratorium.

d. Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan proses.

e. Membantu siswa menambah informasi tentang konsep.

Kriteria penilaian suatu LKS yang disusun mengacu pada syarat didaktik,

konstruksi dan teknis. Syarat- syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKS

yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau

yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan

yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui kegiatan siswa. LKS

Page 43: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial,

emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan

oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. Syarat konstruksi berhubungan dengan

penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan

dalam LKS, sedangkan syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, penampilan

dalam LKS (Rescha, 2010: 3).

Beberapa kelebihan LKS antara lain: (1) Siswa lebih aktif belajar;

(2) memacu kreatifitas siswa; (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk

belajar sesuai kemampuannya; (4) guru dapat berperan sebagai pembimbing, bukan

semata-mata sebagai pengajar; (5) menumbuhkan keingintahuan siswa;

(6) menciptakan kompetensi yang sehat antar siswa, dan (7) meringankan beban

guru. Sedangkan kekurangan LKS menurut Wiji Hastuti (2009: 73) antara lain sering

menimbulkan miskonsepsi pada siswa karena materi yang disajikan singkat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ozmen dan Yildirim (2005) dalam

jurnal yang berjudul “Effect of Work Sheets on Student’s Success: Acids and Bases

Sample” diperoleh kesimpulan bahwa LKS merupakan bahan ajar yang lebih efektif

untuk membuat siswa aktif dalam kelas daripada bahan ajar metode tradisional.

9. Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda “prestatie” kemudian dialih

bahasakan ke bahasa Indonesia “prestasi” yang berarti hasil usaha (Zainal Arifin,

1990: 2). Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang

dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang

hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan. Kedudukan

siswa dalam kelas dapat diketahui melalui prestasi belajar yaitu siswa tersebut

termasuk pandai, sedang atau kurang. Dengan demikian prestasi belajar mempunyai

fungsi yang penting disamping sebagai indikator keberhasilan belajar dalam mata

pelajaran tertentu, juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar. Menurut Winkel (2004: 510) prestasi belajar dapat dilihat dari

perubahan-perubahan dalam pengertian kognitif, pengalaman ketrampilan, nilai sikap

yang bersifat konstan. Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru atau

penyempurnaan sesuatu hal yang pernah dimiliki atau dipelajari sebelumnya.

Page 44: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Menurut Ngalim Purwanto (2002: 102-107) ada dua hal yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

a. Faktor dari luar individu, yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental.

Misalnya guru sebagai pembimbing, sarana, dan prasarana, kondisi pembelajaran

(metode dan media yang digunakan), kebijaksanaan penilaian, kurikulum yang

diterapkan dan lingkungan sosial siswa.

b. Faktor dari dalam individu, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, misalnya

kemampuan yang dimiliki siswa, sikap, minat, kreativitas, motivasi, perhatian,

dan kebebasan belajar.

Zainal Arifin (1990: 2-3) menyebutkan pentingnya prestasi belajar karena

mempunyai fungsi utama antara lain: (1) Sebagai indikator kuantitas dan kualitas

pengetahuan yang telah dikuasai siswa; (2) sebagai lambang pemuasan hasrat ingin

tahu; (3) sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan; (4) sebagai indikator

intern dan ekstern dari institusi pendidikan, dan (5) dijadikan indikator daya serap

(kecerdasan).

Gronlund (1977) dalam Saifuddin Azwar (2002: 18-22) merumuskan

beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi belajar sebagai berikut:

a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai

dengan tujuan instruksional.

b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil relajar

dan dari materi yang dicakup olah program instruksional atau pengajaran.

c. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur

hasil belajar yang diinginkan.

d. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan

penggunaan hasilnya.

e. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya

harus ditafsirkan dengan hati-hati.

f. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar anak

didik.

Page 45: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dalam pembelajaran KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sistem

penilaian prestasi belajar ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan

psikomotor.

1). Aspek Kognitif

Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berpikir”. Kawasan

kognitif menurut Bloom dalam Martinis Yamin (2007: 31) terdiri dari enam

tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda yaitu pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam menerapkan keenam tingkat

kognitif, perlu diperhatikan eksistensi dan kontinuitas dari tingkat yang lebih rendah,

kongkret, sederhana, (tingkat pengetahuan) sampai pada tingkat yang paling tinggi,

kompleks, dan abstrak (tingkat evaluasi).

2). Aspek Afektif

Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan,

emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau

penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu

memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek yang merupakan

faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Dalam literatur tujuan

afektif tersebut sebagai: minat, sikap hati, sikap menghargai, sisyem nilai serta

kecenderungan sosial (Martinis Yamin, 2007: 32).

3). Aspek Psikomotor

Menurut Nana Sudjana (2005: 31) ranah psikomotorik berkenaan dengan

keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar

tertentu. Pengukuran keberhasilan pada aspek keterampilan ditujukan pada

keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapat hasil. Evaluasi dari aspek

keterampilan yang dimiliki siswa bertujuan mengukur sejauh mana siswa dapat

menguasai teknik praktikum, khususnya dalam penggunaan alat dan bahan,

pengumpulan data, meramalkan, dan menyimpulkan.

Prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara

faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal individu.

Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas adalah minat belajar siswa,

sedangkan faktor eksternalnya adalah metode dan media pembelajaran.

Page 46: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

10. Materi Hidrokarbon

Hidrokarbon merupakan materi pokok bidang studi kimia yang diberikan

kepada siswa SMA kelas X semester genap. Standar Kompetensi materi pokok ini

adalah meamahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa

makromolekul.

a. Identifikasi Unsur-unsur dalam Senyawa Karbon

Untuk mengetahui bahwa suatu bahan merupakan senyawa karbon dapat

dilakukan dengan membakar senyawa tersebut. Pembakaran tidak sempurna terhadap

senyawa karbon akan menghasilkan zat sisa berupa arang (karbon), sedangkan

pembakarannya berlangsung sempurna menghasilkan CO2. Oleh karena itu untuk

mengenalinya dilakukan dengan cara mengalirkan gas hasil pembakaran ke dalam air

kapur (Ca(OH)2)(aq). Hasil pembakaran sempurna senyawa karbon berupa gas CO2,

dan gas tersebut dapat mengeruhkan air kapur atau air barit karena terjadi reaksi

sebagai berikut:

CO2(g) + Ca(OH)2(aq) CaCO3(s) + H2O(l)

Jernih keruh

Adanya H2O dapat diidentifikasi dengan kertas kobalt (II) klorida yang akan berubah

dari biru menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

Kertas kobalt biru + H2O(l) kertas kobalt merah muda

Unsur oksigen dapat diketahui keberadaannya dari selisih massa antara sampel

dengan jumlah massa karbon + hidrogen + unsur lainnya (J.M.C Johari dan M.

Rachmawati, 2007: 278)

Gambar 1. Rangkaian percobaan untuk menunjukkan karbon dan hidrogen dalam

senyawa organik

Page 47: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

b. Kekhasan Atom Karbon

Hidrokarbon adalah suatu senyawa yang terdiri dari atom-atom karbon (C)

dan atom Hidrogen (H) sebagai penyusunnya. Keunikan atom karbon antara lain:

1) Dapat membentuk 4 ikatan kovalen

Dalam Sistem Periodik Unsur (SPU), karbon memiliki nomor atom (Z = 6)

dan nomor massa (A = 12). Konfigurasi atom karbon adalah 6C = 2 4 yang berarti

terdapat 2 elektron di kulit pertama dan 4 elektron di kulit kedua, sehingga dalam

SPU atom karbon terletak pada golongan IV A dan periode ke-2 (Sunardi, 2007:

223). Oleh karena atom karbon mempunyai 4 elektron valensi maka untuk mencapai

konfigurasi oktet ia dapat membentuk 4 ikatan kovalen. Unsur golongan lain tidak

dapat membentuk ikatan kovalen sebanyak itu kecuali melebihi konfigurasi oktet.

2) Atom karbon dapat membentuk rantai karbon

Atom-atom karbon dapat saling berikatan untuk membentuk rantai karbon

lurus, bercabang, dan melingkar. Selain itu, atom karbon juga berikatan dengan unsur

lain seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang, halogen, dan beberapa atom

logam. Oleh karena itu, jumlah senyawa karbon menjadi sangat banyak.

Gambar 2. Ikatan Rantai Karbon dalam Bentuk Dua Dimensi

Rantai Lurus Rantai Bercabang

Rantai Siklik

Gambar 3. Ikatan Rantai Karbon dalam Bentuk Tiga Dimensi

CH

CH

CHCH

CH

CH

CH2 CHCH3

CH3CH2

CH3

CH3

CH

HH

H

C

HH

C

H

H

C

H

H

lurus bercabang siklik

Page 48: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

c. Atom Karbon Primer, Sekunder, Tersier, dan Kuartener

Kemampuan karbon mengikat karbon lainnya, menyebabkan atom karbon

mempunyai empat macam kedudukan, yaitu :

1) Atom C primer adalah atom C yang mengikat satu atom C lainnya.

2) Atom C sekunder adalah atom C yang mengikat dua atom C lain.

3) Atom C tersier adalah atom C yang mengikat tiga atom C lain.

4) Atom C kwartener adalah atom C yang mengikat empat atom C lain.

Atom C sekunder

CH3

CH3 –C –CH2 –CH2 –CH –CH3

Atom C kuartener CH3 CH3 Atom C primer

Atom C tersier

Gambar 4. Kedudukan Atom Karbon Terhadap Atom Karbon lain

(Michael Purba, 2007: 104)

d. Penggolongan Hidrokarbon

Hidrokarbon digolongkan berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis

ikatannya.

1) Berdasarkan Bentuk Rantai Karbonnya

Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan ke dalam

hidrokarbon alifatik (rantai terbuka) dan siklik (rantai tertutup). Alifatik merupakan

rantai yang ujung-ujung atom karbonnya tidak saling berhubungan. Pada rantai

tertutup (siklis) terdapat pertemuan antara ujung-ujung rantai karbonnya. Terdapat

dua macam rantai siklis yaitu alisiklik dan aromatik.

Alifatik Alisiklik Aromatik

Gambar 5. Penggolongan Hidrokarbon Berdasarkan Bentuk Rantai

Page 49: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

2) Berdasarkan Jenis ikatan Karbonnya

Berdasarkan jenis ikatan karbonnya, hidrokarbon alifatik dan alisiklik

dibedakan atas jenuh dan tidak jenuh. Senyawa hidrokarbon jenuh adalah senyawa

hidrokarbon yang semua atom C dalam senyawa tersebut berikatan tunggal.

Contoh :

2,4-dimetil pentana Siklobutana

Senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang salah

satu atau lebih atom C pada senyawa tersebut berikatan rangkap dua atau rangkap

tiga.

Contoh :

a) Etena b) Propuna

e. Alkana, Alkena, Alkuna

1) Alkana

a) Rumus Umum Alkana

Senyawa alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh dengan

rumus umum molekulnya CnH2n+2

Tabel 4. Rumus Molekul, Rumus Struktur, dan Nama Senyawa Alkana

Rumus Molekul Rumus Struktur Nama

CH4 H

H C H

H

Metana

C2H6 H H

H C –C H

H H

Etana

C3H8 H H H

H C –C –C H

H H H

Propana

C C CH3CH3CH2 CH2

CH3 CH

CH3

CH2 CH3CH

CH3

CH2 CH2

CH2 CH2

Page 50: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

b) Deret Homolog

Suatu kelompok senyawa karbon dengan rumus umum yang sama dan sifat

yang bermiripan disebut satu homolog. Alkana merupakan suatu homolog

Tabel 5. Rumus Struktur dan Nama Alkana dengan Jumlah Atom C1 sampai C10

Jumlah atom C Rumus Struktur Nama

1 CH4 Metana

2 CH3CH3 Etana

3 CH3CH2CH3 Propana

4 CH3(CH2)2CH3 Butana

5 CH3(CH2)3CH3 Pentana

6 CH3(CH2)4CH3 Heksana

7 CH3(CH2)5CH3 Heptana

8 CH3(CH2)6CH3 Oktana

9 CH3(CH2)7CH3 Nonana

10 CH3(CH2)8CH3 Dekana

(Fessenden dan Fessenden, 1982: 89)

c) Tata Nama Alkana

International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) telah

merumuskan tata nama sistematis untuk senyawa karbon, termasuk alkana.

(1) Alkana rantai lurus

Contoh :

CH

HH

H

C

HH

C

H

H

C

H

H

C

H

H

n-pentana

1. (2) Alkana rantai bercabang

Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang adalah sebagai berikut:

(a) Nama alkana bercabang

Bagian pertama, dibagian depan yaitu nama cabang.

Bagian kedua, di bagian belakang, yaitu nama rantai induk.

Contoh :

CH3 CH2 CH2 CH3CH

CH3

CH2

Cabang

Induk

Page 51: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

(b) Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Bila terdapat dua atau lebih

rantai terpanjang maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk

diberi nama alkana bergantung pada panjang rantai.

Contoh:

CH3 CH2 CH2 CH3CH

CH3

CH

CH2 CH3

(Benar, jumlah cabang = 2)

CH3 CH2 CH2 CH3CH

CH3

CH

CH2 CH3

(Salah, jumlah cabang = 1)

(c) Cabang diberi nama alkil, yaitu nama alkana yang sesuai dengan mengganti

akhiran ana menjadi il. Gugus alkil mempunyai rumus umum CnH2n+1 dan

dinyatakan dengan lambang R.

Tabel 6. Rumus Struktur dan Nama Beberapa Gugus Alkil

Gugus Alkil Nama

CH3- Metil

CH3 –CH2- Etil

CH3 –CH2 –CH2- n-propil

CH3 –CH-

CH3

Isopropil

CH3 –CH2 –CH2 –CH3- n-butil atau butil

CH3 –CH2 –CH-

CH3

sek-butil (baca sekunder butil)

CH3 –CH –CH2-

CH3

Isobutil

CH3

CH3 –C-

CH3

ters-butil (baca tersier butil)

Page 52: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

(d) Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu, rantai induk

perlu dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk

sedemikian rupa sehingga posisi cabang mendapat nomor terkecil.

Contoh: 5CH3 –

4CH2 –

3CH2 –

2CH –

1CH3

CH3

(cabang pada nomor 2)

Bukan:

1CH3 –

2CH2 –

3CH2 –

4CH –

5CH3

CH3

(cabang pada nomor 4)

(e) Jika terdapat dua atau lebih cabang sejenis, hal ini diawali dengan awalan di,

tri, tetra, penta, dan seterusnya.

Contoh: CH3

1 CH3 –

2CH2 –

3C –

4CH2 –

5CH3 3,3-dimetilpentana

CH3

(f) Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari nama cabang

itu.

Contoh : etil ditulis lebih dahulu daripada metil (e mendahului m)

Isopropil ditulis lebih dahulu daripada metil (i mendahului m)

CH3

6CH3 –

5CH2 –

4CH –

3C –

2CH2 –

1CH3 3-etil-3,4-dimetilheksana

CH3 C2H5

(g) Jika penomoran ekivalen dari kedua ujung rantai induk, maka harus dipilih

sehingga cabang yang harus ditulis terlebih dahulu mendapat nomor

terkecil.

Contoh: 6CH3 –

5CH2 –

4CH –

3CH –

2CH2 –

1CH3

CH3 C2H5

3-etil-4-metilheksana (benar)

1CH3–

2CH2 –

3CH –

4CH –

5CH2 –

6CH3

CH3 C2H5

4-etil-3-metilheksana (salah)

Page 53: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Etil ditulis mendahului metil, oleh karena itu penomoran dimulai dari ujung

kanan sehingga etil mendapat nomor lebih kecil ( Ucu Cahyana, 2007: 43-44).

Berdasarkan aturan-aturan tersebut, penamaan alkana bercabang dapat

dilakukan mengikuti tiga langkah sebagai berikut: (1) Memilih rantai induk, yaitu

rantai terpanjang yang mempunyai cabang terbanyak; (2) Penomoran, dimulai dari

salah satu ujung sehingga cabang mendapat nomor terkecil; (3) Penulisan nama,

dimulai dengan nama cabang (cabang-cabang) sesuai urutan abjad, kemudian

diakhiri dengan nama rantai induk. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka.

Antara angka dengan angka dipisahkan dengan tanda koma (,), antara angka dengan

huruf dipisahkan tanda jeda (-) (Michael Purba, 2007: 113).

2) Alkena

a) Rumus Umum Alkena

Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap

–C=C–. Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap disebut alkadiena, yang

mempunyai tiga ikatan rangkap disebut alkatriena, dan seterusnya. Rumus umum

alkena yaitu CnH2n. jika dibandingkan dengan rumus umum alkana, alkena mengikat

lebih sedikit atom H. Oleh karena itu, alkena disebut tidak jenuh. Kekurangan atom

H alkena ini terjadi karena pembentukan ikatan rangkap karbon-karbon memerlukan

2 elektron lebih banyak daripada pembentukan ikatan tunggal. Berikut ini beberapa

rumus struktur dan nama dari senyawa alkena:

Tabel 7. Rumus Molekul, Rumus Struktur, dan Nama Senyawa Alkena

Rumus Molekul Rumus Struktur Nama

C2H4 H H

C = C

H H

Etena

C3H6 H H H

C = C –C H

H H

Propena

C4H8 H H H H

C = C –C –C H

H H H

1-butena

Page 54: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

b) Tata Nama Alkena

(1) Nama alkena diturunkan dari nama alkana yang sesuai (yang

jumlah atom karbonnya sama) dengan mengganti akhiran ana

menjadi ena.

(2) Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung ikatan

rangkap.

(3) Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian

sehingga ikatan rangkap mendapat nomor terkecil.

Contoh: 7CH3 –

6CH2 –

5CH2 –

4CH2–

3C –CH2 –CH2 –CH3

2CH

1CH3

(4) Posisi ikatan rangkap ditunjukkan dengan awalan angka, yaitu

nomor dari atom karbon berikatan rangkap yang paling pinggir

(nomor terkecil).

(5) Penulisan cabang-cabang sama seperti pada alkana.

Contoh: 6CH3 –

5CH –

4CH2 –

3CH =

2CH –

1CH3

CH3

5-metil-2-heksena

(h) 3. Alkuna

a) Rumus Umum Alkuna

Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh dengan satu ikatan

rangkap tiga – C C – C. Senyawa yang mempunyai 2 ikatan rangkap tiga disebut

alkadiuna, yang mempunyai 1 ikatan rangkap dan 1 ikatan rangkap tiga disebut

alkenuna. Rumus umum alkuna adalah CnH2n-2. Berikut ini beberapa rumus struktur

dan nama senyawa alkuna yang diberikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Rumus Molekul, Rumus Struktur, dan Nama Senyawa Alkuna

Rumus Molekul Rumus Struktur Nama

C2H2 H –C C –H

Etuna

Page 55: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Rumus Molekul Rumus Struktur Nama

C3H4 H

H –C C –C –H

H

Propuna

C4H6

H H

H –C –C C –C –H

H H

2-butuna

C5H8

H H H

H –C C –C –C –C –H

H H H

1-pentuna

b) Tata Nama Alkuna

(1) Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti

akhiran ana menjadi una.

(2) Tata nama alkuna bercabang sama seperti penamaan alkena.

f. Isomer

Senyawa yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi berbeda struktur atau

rumus bangunnya disebut isomer (Yunani iso = sama, meros = bagian). Dengan kata

lain isomer adalah senyawa-senyawa yang berbeda strukturnya, tetapi mempunyai

rumus molekul yang sama.

1) Isomer Alkana

Alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 3 tidak memiliki isomer. Jadi,

alkana yang mulai mempunyai isomer adalah butana (C4H10) dan seterusnya.

Keisomeran alkana mempunyai keisomeran kerangka, karena perbedaan struktur

terletak pada kerangka atom karbonnya. Makin banyak atom karbonnya, makin

banyak pula kemungkinan ”isomernya”. Perbedaan struktur molekul ini

menyebabkan perbedaan sifat dari masing-masing senyawa. Ada dua kemungkinan

struktur yang diperoleh dari senyawa butana yaitu:

a) n-butana yang memiliki titik didih = -0,5°C

CH

HH

H

C

HH

C

H

H

C

H

H

Page 56: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

b) Isobutana yang memiliki titik didih = -10°C

2) Isomer Alkena

Keisomeran pada alkena dapat dimulai dari butena (C4H8). Jenis keisomeran

pada alkena adalah keisomeran struktur, yakni keisomeran kerangka dan keisomeran

posisi, serta keisomeran ruang, yakni keisomeran geometri.

Keisomeran kerangka terjadi jika isomer-isomer memiliki kerangka atom C

yang berbeda. Sebagai contohnya pada senyawa butena yang mempunyai tiga

isomer, yaitu:

C C

H H H

H C

H

H

C H

H

(i) 1- butena (ii) 2-butena

Keisomeran pada alkena juga dapat berupa keisomeran ruang, yang terjadi

karena perbedaan susunan ruang atom-atom molekulnya. Keisomeran ruang

tergolong isomer geometris, karena perbedaan orientasi gugus-gugus di sekitar ikatan

rangkap. Pada 2-butena dikenal: cis-2-butena dan trans 2-butena. Keduanya memiliki

struktur sama tapi berbeda konfigurasinya (orientasi gugus-gugusnya). Pada cis-2-

butena, kedua gugus metil terletak pada sisi yang sama dari ikatan rangkap.

Sedangkan pada trans-2-butena, kedua gugus metil terletak pada sisi yang

berseberangan.

cis-2-butena trans-2-butena

Keisomeran posisi terjadi karena isomer-isomer memiliki ikatan C=C tetapi

posisinya berbeda. Contohnya adalah 1-butena, cis-2-butena, dan trans-2-butena

seperti telah digambarkan pada struktur di atas.

H

C C

H H H

H C

H

H

C H

HC C

H

HH

H C

H

H

C

H

H

(iii) 2-metil-propena

C C

H

H CH3

H3C

C C

HH

CH3H3C

Page 57: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

3) Isomer Alkuna

Keisomeran alkuna tergolong keisomeran struktur, alkuna tidak mempunyai

keisomeran geometris. Keisomeran pada alkuna mulai terdapat pada butuna yang

mempunyai 2 isomer.

a. Keisomeran posisi

(i) 1-butuna (ii) 2-butuna

b. Keisomeran Kerangka

HC C CH2 CH2 CH3 1-pentuna

H3C C C CH2 CH3 2-pentuna

CH3

HC C CH CH2 CH3 3-metil-1-butuna

g. Sifat-sifat Hidrokarbon

1) Sifat Fisik

a) Kelarutan

Pada umumnya, senyawa-senyawa hidrokarbon sukar atau kurang larut

dalam air atau pelarut polar tetapi mudah larut dalam pelarut non polar seperti

tetraklorometana. Sebagai contoh bensin (senyawa hidrokarbon dengan jumlah atom

C dari 5 sampai 12 tidak dapat larut dalam air.

Polimerisasi etena menghasilkan polietena

n( ) n

b) Titik Didih dan Titik Lebur

Tabel 9. Titik Didih dan Titik Leleh Senyawa Hidrokarbon

Nama Rumus

Molekul

Titik

leleh

(oC)

Titik

didih

(oC)

Fase pada

25°C

Metana

Etana

Propana

Butana

CH4

C2H6

C3H8

C4H10

-182,5

-183,2

-187,7

-138,3

-161,5

-88,6

-42,1

-0,5

Gas

Gas

Gas

Gas

CH2 CH2

CH3 C C CH3CH3C CH2CH

CH2 CH2

Page 58: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Nama Rumus

Molekul

Titik

leleh

(oC)

Titik

didih

(oC)

Fase pada

25°C

Pentana

Heksana

Heptana

Oktana

Nonana

Dekana

Oktadekana

C5H12

C6H14

C7H16

C8H18

C9H20

C10H22

C18H38

-129,7

-95,3

-90,6

-56,8

-53,6

-25,6

28,2

36,1

68,7

98,4

125,7

150,8

174

316,1

Cair

Cair

Cair

Cair

Cair

Cair

Padat

Semakin besar masa molekul relatif alkana makin tinggi titik didih, titik

leleh, dan massa jenisnya. Pada suhu kamar berwujud gas, suku berikutnya berwujud

cair dan suku tinggi mulai C18H38 berwujud zat padat.

Senyawa-senyawa hidrokarbon tak jenuh mempunyai titik didih lebih

rendah daripada senyawa hidrokarbon jenuh, meskipun jumlah atom C-nya sama.

Sebgai contoh, etana mempunyai titik didih -88,6°C sedangkan etena mempunyai

titik didih -104°C (Sunardi, 2007: 256-258).

Isomer hidrokarbon rantai bercabang mempunyai titik didih lebih rendah

dibandingkan dengan hidrokarbon rantai lurus. Sebagai contoh, n-butana mempunyai

titik didih sebesar -0,5°C dan isobutana mempunyai titik didih sebesar -10°C.

2) Sifat Kimia

Sifat-sifat kimia hidrokarbon seperti alkana, alkena dan alkuna dapat

mengalami reaksi-reaksi kimia dengan zat lain dan membentuk zat baru. Sebagai

contoh alkana yang merupakan parafin (sukar beraksi) dapat mengalami reaksi-reaksi

kimia seperti reaksi pembakaran, subtitusi dan perekahan (cracking), sedangkan

alkena dan alkuna dapat beraksi untuk membentuk senyawa lain diantaranya melaui

reaksi–reaksi pembakaran, adisi dan polimerisasi.

a) Sifat Kimia Alkana

(1) Alkana tergolong zat yang sukar bereaksi, sehingga disebut juga parafin yang

bersifat afinitas kecil.

(2) Dengan bantuan Sinar Ultraviolet alkana dapat bereaksi dengan gas Klor.

Page 59: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Reaksi: CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl

(3) Reaksi yang terjadi dalam senyawa alkana sebagai berikut:

(a) Reaksi pembakaran

Misalnya pembakaran propana

C3H8 (g) + 5 O2 (g) bunga api

3 CO2 (g) + 4 H2O (l)

(b) Reaksi substitusi metana, umumnya metana disubstitusi oleh halogen

sehingga disebut reaksi halogenasi.

CH4 + Cl2 cahaya

CH3Cl + HCl

CH3CH2CH3 + Br2 cahaya

Br + HBr

CH3CHCH3

(Fessenden dan Fessenden 1982: 102)

(c) Reaksi perekahan etana menghasilkan etena dan gas hidrogen yang

digunakan dalam industri.

C2H6 C2H4 + H2

b) Sifat Kimia Alkena

Sifat kimia alkena berhubungan dengan dengan reaksi-reaksi alkena. Alkena

jauh lebih reaktif dibandingkan dengan alkana. Hal ini disebabkan adanya ikatan

rangkap –C=C–, reaksi alkana terutama terjadi pada ikatan rangkap itu. Reaksi-

reaksi yang terjadi pada alkena antara lain:

(1) Reaksi pembakaran (oksidasi)

Seperti halnya alkana, alkena suku rendah mudah terbakar. Pembakaran

sempurna alkena menghasilkan gas CO2 dan H2O.

Reaksi pembakaran etena menghasilkan karbon dioksida dan air

C2H4 + 3 O2 2 CO2 + 2 H2O

(2) Reaksi adisi (penjenuhan)

a) Reaksi adisi propena dengan HCl untuk menghasilkan 2-kloropropana

+ HCl

b) Polimerisasi etena menghasilkan polietena

n ( ) n

cracking

CH3CH2 CH

CH2 CH2 CH2 CH2

CH3CH3 CHCl

Page 60: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

c) Sifat Kimia Alkuna

Sifat kimia alkuna berhubungan dengan reaksi-reaksi alkuna. Reaksi yang terjadi

pada alkuna adalah reaksi adisi yaitu rekasi penjenuhan ikatan rangkap.

(1) Reaksi adisi

Contoh: adisi etuna dengan hidrogen.

Mula-mula etuna bereaksi dengan H2 membentuk etena.

HC CH + H H H2C CH2 (etena)

Kemudian bereaksi lagi dengan H2 membentuk etana

H2C CH2 + H H H3C CH3 (etana)

(2) Pembakaran alkuna

Pembakaran alkuna adalah reaksi antara alkuna dengan gas oksigen.

HC CH + O2 4CO2 + H2O

(Michael Purba, 2007: 226-229)

B. Kerangka Berpikir

Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari

prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

dari suatu usaha dalam mengikuti pembelajaran atau latihan tertentu yang hasilnya

dapat ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pembelajaran. Dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), prestasi belajar mencakup aspek

kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor intern

seperti tingkat intelegensi, sikap, minat dan motivasi. Selain itu juga dapat

dipengaruhi oleh faktor ekstern seperti penggunaan metode dan media pembelajaran

di sekolah.

Metode pembelajaran merupakan cara- cara yang ditempuh guru untuk

menciptakan situasi belajar yang benar- benar menyenangkan dan mendukung bagi

kelancaran proses belajar dan terc apainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

Pembelajaran kimia tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu metode

saja. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menguasai berbagai metode

pembelajaran agar tidak terjadi kejenuhan dalam pembelajaran. Kejenuhan tersebut

dapat terjadi karena banyak faktor, diantaranya adalah pemilihan metode mengajar

yang kurang cocok serta penggunaan media yang tidak menarik dan komunikatif.

Page 61: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga

tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan

proses belajar secara efisien dan efektif. Metode dan media pembelajaran yang

efektif adalah metode yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi yang

disampaikan, kondisi siswa, dan sarana yang tersedia.

Salah satu metode mengajar yang sampai sekarang digunakan di sekolah-

sekolah seperti SMA Batik 2 Surakarta adalah metode konvensional yang

memungkinkan siswa cenderung pasif karena guru lebih banyak mendominasi dalam

proses belajar mengajar. Selain itu guru kurang mengoptimalkan penggunaan media

dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi kurang kreatif dalam

memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal,

kegiatan belajar mengajar tidak efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi

rendah.

Hidrokarbon merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran kimia bagi

siswa kelas X dan dianggap sulit oleh sebagian siswa SMA Batik 2 Surakarta. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai ulangan harian siswa pada materi pokok hidrokarbon yang

relatif rendah dan lebih dari 30% siswa kelas X tidak tuntas pada materi ini. Materi

ini memerlukan daya pemahaman dan kemampuan memori yang cukup tinggi. Oleh

karena itu diperlukan suatu metode yang dapat mempermudah cara belajar siswa.

Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah metode

pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk

mengkomparasikan dua media pembelajaran yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) dan

Lingkaran Hidrokarbon.

Metode pembelajaran kooperatif STAD merupakan pembelajaran dalam

kelompok-kelompok kecil dengan fasilitator teman sejawat yang memiliki kriteria

tertentu sehingga para siswa merasa lebih fair, senang, dan terjadi konstruksi

pengetahuan yang lebih kuat diantara mereka. Diskusi dalam bentuk kelompok-

kelompok kecil ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi

dan memecahkan suatu permasalahan.

Page 62: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Pemilihan media yang tepat dapat membuat siswa lebih cepat mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Media yang dipilih dalam penelitian ini adalah Lembar

Kerja Siswa (LKS) dan Lingkaran Hidrokarbon. Dengan media LKS, siswa dapat

mengerjakan latihan-latihan soal yang mengacu pada ringkasan konsep materi yang

dapat menumbuhkan penguatan dalam ingatan dan pemahaman siawa, akan tetapi

media ini juga memiliki kelemahan karena dengan ringkasan materi yang singkat

terkadang menimbulkan miskonsepasi pada siswa. Media Lingkaran Hidrokarbon

dikemas dalam bentuk mainan sederhana yang praktis dan diharapkan dapat lebih

menarik perhatian siswa untuk mempelajari materi di dalamnya, tetapi media yang

dikemas dalam bentuk mainan seperti ini juga dapat memancing kegaduhan dalam

kelas yang dikhawatirkan akan mengganggu proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, di duga bahwa penggunaan metode

pembelajaran STAD di lengkapi LKS dapat memberikan perbedaan hasil belajar

yang signifikan dengan metode STAD yang dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon baik

dari aspek kognitif maupun afektif. Untuk memperjelas hubungan metode dan media

pembelajaran dengan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka

pemikiran sebagai seperti pada Gambar 6 berikut.

Gambar 6. Bagan Kerangka Berpikir

Metode STAD dilengkapi LKS pada materi

pokok hidrokarbon

Metode STAD dilengkapi Lingkaran

Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon

Kelas Eksperimen I

Kelas Eksperimen II

Perbedaan Prestasi Belajar

Aspek Kognitif

Aspek Afektif

Page 63: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir tersebut dapat

diambil hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan prestasi belajar aspek kognitif siswa antara penggunaan

metode STAD yang dilengkapi LKS dan metode STAD yang dilengkapi

Lingkaran Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar aspek afektif siswa antara penggunaan

metode STAD yang dilengkapi LKS dan metode STAD yang dilengkapi

Lingkaran Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon.

Page 64: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Batik 2 Surakarta pada kelas X semester

Genap tahun ajaran 2010/2011.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011

pada bulan Februari sampai Mei 2011. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan

secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Februari-April 2011, meliputi

pengajuan judul, penyusunan proposal penelitian, permohonan izin, serta

penyusunan instrumen.

b. Tahap penelitian pada bulan Mei 2011, meliputi semua kegiatan yang

dilaksanakan di tempat penelitian yaitu pengambilan data yang disesuaikan

dengan alokasi waktu penyampaian materi kimia pada materi pokok

hidrokarbon.

c. Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan pada bulan

Juni 2011 sampai selesai.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan

perluasan Randomized Pretest-Posttest Comparison Group Design yang

rancangan penelitiannya seperti terlihat pada Tabel 10. Rancangan ini

menggunakan 2 kelompok subjek, yaitu 1 kelompok sebagai kelas eksperimen I

(metode STAD dilengkapi LKS) dan 1 kelompok sebagai kelas eksperimen II

(metode STAD dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon).

Page 65: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 10. Rancangan Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen I T1 X1 T2

Eksperimen II T1 X2 T2

(Nana Syaodih S, 2005: 205)

Keterangan:

X1 = Pembelajaran menggunakan metode STAD dilengkapi LKS

X2 = Pembelajaran menggunakan metode STAD dilengkapi Lingkaran

Hidrokarbon

T1 = Tes awal

T2 = Tes akhir

Berdasarkan desain penelitian yang telah dirancang maka langkah

penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pretest T1 pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen

II untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum kedua kelas diberi

perlakuan.

2. Memberikan perlakuan 1 pada kelompok eksperimen I berupa penggunaan

metode STAD dilengkapi LKS.

3. Memberikan perlakuan 2 pada kelompok eksperimen II berupa penggunaan

metode STAD dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon.

4. Memberikan postest T2 pada kedua kelas itu untuk mengukur rata-rata

kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan 1 dan 2.

6. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelompok eksperimen I untuk

mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z1).

7. Menentukan selisih nilai antara T1dan T2 pada kelompok eksperimen II untuk

mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z2).

8. Menggunakan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan

tersebut signifikan, yaitu dengan uji- t dua arah.

Page 66: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik

kesimpulannya.

a. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini

adalah prestasi belajar kimia siswa pada materi pokok hidrokarbon yang

terlihat dari selisih nilai pretest-posttest.

b. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

metode pembelajaran STAD dilengkapi LKS untuk kelas ekserimen I dan

metode STAD dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon untuk kelas eksperimen II.

2. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan

dengan urutan sebagai berikut:

a. Melakukan observasi pada kelas X SMA Batik 2 Surakarta meliputi subjek

penelitian yang akan digunakan dan pembelajaran yang ada.

b. Melakukan uji coba/tryout soal kognitif dan angket afektif.

c. Menentukan dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian secara random.

d. Memberikan prettest pada kedua kelas sampel dengan instrumen penelitian

yang telah diujicobakan untuk digunakan dalam mengambil data penelitian

e. Melaksanakan penelitian dengan menerapkan pembelajaran koopertif tipe

STAD dilengkapi LKS untuk kelas eksperimen I dan STAD dilengkapi

Lingkaran Hidrokarbon untuk kelas eksperimen II

f. Memberikan posstest

g. Mengolah dan menganalisis data dengan uji statistik yang sesuai

h. Menarik kesimpulan

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Penetapan Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Batik 2

Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 6 kelas.

Page 67: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster

random sampling. Dalam teknik ini sampel merupakan unit dalam populasi yang

mendapat peluang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual

tetapi kelas. Dari 6 kelas X SMA Batik 2 Surakarta tersebut diambil secara acak 2

kelas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis.

Pengujian data diperoleh dengan memberikan nilai pretest sebelum perlakuan dan

posttest setelah perlakuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa

pada materi pokok hidrokarbon akibat perlakuan yang diberikan. Sumber data

dalam penelitian ini berupa metode tes dan metode angket.

1. Metode Tes

Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan individu

yang dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi belajar kognitif pada materi

pokok hidrokarbon kelas X SMA Batik 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

2. Metode Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung

dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan

jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang

ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar

afektif.

E. Instrumen Penelitian

Berdasarkan variabel yang diteliti maka instrumen penelitian yang

diperlukan adalah tes kognitif, dan angket afektif.

1. Tes Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon

Tes adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data, berupa suatu

daftar pertanyaan atau butir-butir soal. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan

data berupa tes objektif yang disusun oleh peneliti berdasarkan rancangan

pembelajaran dan kisi-kisi tes. Tes yang berisi perolehan hasil belajar kimia

tersebut digunakan untuk mengambil data prestasi belajar materi pokok

Page 68: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

hidrokarbon. Perangkat tes yaitu tes objektif dengan 5 alternatif jawaban. Jawaban

yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.

Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya

pembeda maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu

diujicobakan terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang telah menerima

materi pokok hidrokarbon, dalam hal ini adalah seluruh siswa kelas X.2 SMA

Batik 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

1) Uji Validitas

Validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan, atau

keabsahan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika tes tersebut dapat dengan

tepat, benar, shahih atau absah mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya

diukur lewat tes tersebut. Dalam penelitian, validitas yang diuji adalah validitas

butir soal atau validitas item. Penelitian ini menggunakan tes objektif bentuk

pilihan ganda, dimana setiap butir soal yang dijawab benar diberi skor 1 (satu),

sedangkan untuk setiap jawaban salah diberi skor 0 (nol). Rumus yang digunakan

untuk menentukan validitas butir soal yaitu korelasi point biserial sebagai berkut:

q

p

SD

MMr

t

tp

pbi

Keterangan :

rpbi : koefisien korelasi biserial

Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh siswa, untuk butir item yang

bersangkutan telah dijawab dengan betul.

Mt : skor rata-rata dari skor total

SDt : standar deviasi dari skor total

p : proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang sedang

diuji validitas itemnya

(p =banyaknya siswa yang menjawab benar

jumlah seluruh siswa)

Page 69: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

q : proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang

diuji validitas itemnya (q=1-p)

Kriteria pengujian

Jika r pbi ≥ r tabel maka soal dinyatakan valid

Jika r pbi < r tabel maka soal dinyatakan tidak valid

Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%.

(Anas Sudijono, 2005: 185)

Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui harga

kritik (rtabel) sebesar 0,312. Ringkasan hasil uji validitas soal kognitif setelah

dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 11. Sedangkan analisis hasil uji validitas

soal kognitif dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 13.

Tabel 11. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Soal

pada Aspek Kognitif

Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria

Kognitif 35 Valid Invalid

29 6

2) Uji Reliabilitas

Kata “reliabilitas” sering diartikan sebagai keajegan atau kemantapan.

Sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabil jika hasil-hasil pengukuran yang

dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap subjek

yang sama, senantiasa menunjukkn hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan

stabil selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Realibilitas dapat dicari dengan menggunakan rumus yang ditemukan oleh Kuder

dan Richardson. Menurut Kuder dan Richardson, cara menentukan reliabilitas tes

itu adalah lebih tepat apabila dilakukan secara langsung terhadap butir-butir item

tes yang bersangkutan (Anas Sudijono, 2005: 252).

Page 70: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk objektif digunakan

rumus KR20 sebagai berikut:

2

2

111

t

iit

S

qpS

n

nr

Keterangan :

r11 : koefisien reliabilitas tes

n : banyaknya butir item

1 : bilangan konstan

St2 : varian total

pi : proporsi siswa yang menjawab benar butir item yang bersangkutan

q : proporsi siswa yang menjawab salah, atau qi =1- pi

∑pi qi : jumlah dari hasil perkalian antara pi dengan qi

(Anas Sudijono, 2005: 252-253)

Kriteria pengujian:

Jika r 11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang

tinggi (reliable).

Jika r 11 < 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang

tinggi (unreliable).

(Anas Sudijono, 2005: 209)

Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal penilaian kognitif terangkum

dalam Tabel 12. Hasil uji coba reliabititas instrumen soal penilaian kognitif yang

lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 12. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Reliabilitas

Soal pada Aspek Kognitif

Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Kognitif 35 0,838 Tinggi

c) Taraf Kesukaran Suatu Item

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal

pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.

Page 71: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yag

besarnya berkisar 0,00-1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang

diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki

TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki

TK= 1,00 artinya bahwa seluruh siswa menjawab benar. Perhitungan indeks

tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor

rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan

dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu.

Rumus yang digunakana adalah sebagai berikut:

TK =jumlah siswa yang menjawab benar butir soal

jumlah siswa yang mengikuti tes

Klasifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:

0,00 – 0,30 = soal tergolong sukar

0,31 – 0,70 = soal tergolong sedang

0,71 – 1,00 = soal tergolong mudah

(Depdiknas, 2009: 9)

Hasil uji coba taraf kesukaran instrumen soal penilaian kognitif

terangkum dalam Tabel 13. Hasil uji taraf kesukaran instrumen soal penilaian

kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 13. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Taraf

Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif

Jenis soal

Jumlah Soal

Taraf Kesukaran Soal

Mudah Sedang Sukar

Kognitif 35 9 24 2

d) Daya Pembeda Soal

Daya Pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan

antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dengan siswa yang

tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Bilangan yang

menunjukkan hasil perbandingan antara perbedaan jawaban benar dari

siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (kelompok siswa yang memahami

materi) dan kelompok bawah (kelompok siswa yang belum memahami materi)

Page 72: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

yang diperoleh, dengan perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa yang tergolong

kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh disebut indeks daya

pembeda atau Indeks Diskriminasi (ID). Semakin tinggi indeks daya pembeda

soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan kelompok

siswa yang telah memahami materi dengan kelompok siswa yang belum

memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan

1,00. ID suatu item sebesar 0,00 berarti tidak ada perbedaan jawaban benar antara

siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah. ID suatu item sebesar 1,00

berarti ada perbedaan yang sempurna dari jawaban benar antar siswa yang

tergolong kelompok atas dan bawah. Dengan kata lain seluruh siswa yang

tergolong kelompok atas menjawab benar suatu item tertentu dan siswa kelompok

bawah menjawab salah terhadap item tersebut. Sebaliknya, apabila seluruh siswa

yang tergolong kelompok bawah menjawab benar terhadap suatu item tertentu,

dan kelompok siswa yang tergolong kelompok atas menjawab salah terhadap item

tersebut, maka ID sebesar -1,00. Daya pembeda soal pilihan ganda dapat

dipergunakan rumus sebagai berikut:

B

B

A

ABA

J

B

J

BPPID

Keterangan :

ID : angka indeks diskriminasi item

PA : proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir

item yang bersangkutan

PA : proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar

butir item yang bersangkutan

Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :

Kurang dari 0,20 : jelek (J)

0,20 – 0,40 : cukup (C)

0,40 – 0,70 : baik (B)

0,70 – 1,00 : baik sekali (BS)

Bertanda negatif : jelek sekali (JS)

(Anas Sudijono, 2005: 389-390)

Page 73: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Hasil uji coba daya pembeda instrumen soal penilaian kognitif yang

dilakukan terangkum dalam Tabel 14. Hasil uji daya pembeda soal yang lebih

rinci bisa dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 14. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Pembeda

Soal pada Aspek Kognitif

Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria

Baik

Sekali

Baik Cukup Jelek Jelek

Sekali

Kognitif 35 - 8 21 6 -

2. Angket Afektif Materi Pokok Hidrokarbon

Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan

adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban dengan

memilih salah satu alternatif jawaban yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep

alat ukur ini berisi indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang

hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam

menyusun item-item angket.

Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah

ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan responden atau siswa hanya

dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.

Ada 5 (lima) ranah afektif yang dinilai, yaitu sikap, minat, konsep diri,

nilai, dan moral. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert, skor

tertinggi tiap butir adalah 5 dan yang terendah adalah 1. Dalam pengukuran sering

terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada kategori 3 (tiga) untuk

skala Likert. Untuk mengatasi hal tersebut skala Likert hanya menggunakan 4

(empat) pilihan agar jelas sikap atau minat responden, yaitu sangat setuju, setuju,

tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Depdiknas, 2003: 20).

Page 74: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 15. Kriteria Skor Penilaian Afektif

Skor untuk aspek yang dinilai Skor

Pernyataan positif (+) Pernyataan negatif (-)

SS (Sangat Setuju) 4 1

S (Setuju) 3 2

TS (Tidak Setuju) 2 3

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4

(Depdiknas, 2003: 91)

Sebelum digunakan untuk mengambil data, angket tersebut diuji cobakan

terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.

1) Validitas Angket

Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan teknik analisis

korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑦 =𝑁Σ𝑋𝑌− Σ𝑋 (Σ𝑌)

√{𝑁Σ𝑋2− Σ𝑋 2}{𝑁Σ𝑌2−(Σ𝑌)2}

Keterangan:

rxy : Koefisien Validitas

X : skor soal

Y : skor total

N : jumlah subyek

Kriteria pengujian

Jika r hitung ≥ r tabel maka soal dinyatakan valid

Jika r hitung < r tabel maka soal dinyatakan tidak valid

(Anas Sudijono, 2005: 181)

Penentuan validitas didasarkan pada harga rhitung yang melampaui harga

kritik (rtabel) sebesar 0,329. Ringkasan hasil uji validitas angket afektif setelah

dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 16. Sedangkan analisis hasil uji validitas

angket afektif dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 14.

Page 75: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tabel 16. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Soal

pada Aspek Afektif

Jenis Soal Jumlah Soal Kriteria

Angket afektif 40 Valid Invalid

31 9

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran

tersebut dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan kembali

kepada subyek yang sama.

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan

untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut:

2

2

11 11

t

i

S

S

n

nr

Keterangan:

r11 :koefisien reliabilitas suatu tes

n : jumlah item yang dikeluarkan dalam tes

1 : bilangan konstan

2

iS : jumlah varian skor dari tiap-tiap item

S 2

t : varian total

Kriteria pengujian:

Jika r 11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang

tinggi (reliable).

Jika r 11 < 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang

tinggi (unreliable) (Anas Sudijono, 2005: 208-209).

Hasil uji coba reliabilitas instrumen angket afektif terangkum dalam Tabel

17. Hasil uji coba reliabilitas instrumen angket afektif yang lebih rinci dapat

dilihat pada Lampiran 14.

Page 76: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 17. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Reliabilitas

Soal pada Aspek Afektif

Jenis Soal Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Kognitif 40 0,777 Tinggi

F. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara statistik menggunakan

analisis uji-t dua arah. Alasan digunakannya uji t-dua arah karena penelitian ini

bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara dua

kelas sampel yang dikenai penggunaan dua media yang berbeda. Maksudnya

dalam penelitian akan dicari apakah kedua variasi media yang digunakan tersebut

memberikan selisih nilai rata-rata yang sama atau tidak. Untuk menguji hipotesis

ini, sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, uji

homogenitas dan uji t- matching.

1. Uji Prasyarat Analisis

a.Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Uji ini digunakan

untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

populasi yang terdistribusi normal atau tidak.

Metode Lilliefors digunakan dengan prosedur :

1). Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal

2). Statistik Uji

L = max ii ZSZF

Dengan:

Z berdistribusi N (0,1)

F(Zi) = P(Z ≤ Zi)

S(Zi) = proporsi cacah Z ≤ Zi terhadap seluruh Zi

3). Taraf Siginifikansi ( ) = 0,05

Page 77: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

4). Daerah Kritik (DK)

DK = { L L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel.

5). Keputusan Uji

Ho ditolak Jika Lhitung DK.

6). Kesimpulan

a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima.

b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak (Budiyono,

2009: 170-172)

b.Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian

mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini

digunakan uji Bartlett dengan rumus :

χ2

= (ln 10) { B - ∑ (ni – 1) log si2}

= 2,3026 { B - ∑ (ni – 1) log si2}

B = (log s2) ∑ (ni – 1)

∑(ni – 1 )si2

∑ (ni – 1)

Hipotesis yang akan diuji adalah

Ho = δ12 = δ2

2 = kedua populasi mempunyai varian yang sama

H1 = δ12 ≠ δ2

2 = paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan menggunakan

uji Bartlett sebagai berikut:

1. Menentukan hipotesis

Ho = δ12 = δ2

2

H1 = δ12 ≠ δ2

2

2. Menghitung varian masing-masing sampel (si2) dengan rumus :

(xi – 𝑥 )2

n– 1

3. Menghitung varian gabungan dari semua sampel (s2) dengan rumus :

∑(ni – 1 )si2

∑ (ni – 1)

s2 =

si2 =

s2 =

Page 78: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

4. Menghitung harga satuan:

B = (log s2) ∑ (ni – 1)

5. Menghitung Chi_kuadrat (χ2), dengan rumus:

χ2

= (ln 10) { B - ∑ (ni – 1) log Si2}

6. Menghitung χ2 dari tabel distribusi Chi_kuadrat pada taraf signifikansi 5%

7. Kriteria uji

Ho diterima, apabila χ2 hitung < χ

2tabel, yang berarti sampel homogen.

(Sudjana, 2005: 263)

c. Uji t- matching

Uji t- matching bertujuan untuk mencari kesetaraan antara dua sampel

dalam penelitian. Uji ini dalakukan menggunakan uji t- dua arah yang dijelaskan

lebih detail pada uji hipotesis di bawah ini.

2. Uji Hipotesis

Data yang diperoleh dalam penelitian akan diolah dengan menguji

kesamaan rata-rata. Uji yang digunakan adalah uji t-dua arah dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. Menentukan Hipotesis

H0 : µ1 = µ2 (rata-rata selisih nilai pretest- posttest kelas eksperimen I sama

dengan kelas eksperimen II)

H1 : µ1 ≠ µ2 (rata-rata selisih nilai pretest- posttest kelas eksperimen I tidak

sama dengan kelas eksperimen II)

Keterangan :

1 = nilai rata-rata kelas eksperimen I

,2 = nilai rata-rata kelas eksperimen II

b. Tingkat Signifikansi : α = 0,05

c. Statistik Uji

Page 79: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Keterangan :

1X = nilai rata-rata kelas eksperimen I

2X = nilai rata-rata kelas eksperimen II

s2 = Standar deviasi total

s12 = standar deviasi subyek 1

s22 = standar deviasi subyek 2

n1 = banyaknya subyek 1

n2 = banyaknya subyek 2

t = nilai uji kesamaan

= rata-rata subyek 1

= rata-rata subyek 2

d. Daerah Kritik

DK = n1+n2 – 2

e. Keputusan Uji

Jika –t(1-1/2α)<thitung< t(1-1/2α), maka hipotesis nol diterima

Jika thitung < –t(1-1/2α) atau thitung > t(1-1/2α), maka hipotesis nol ditolak

(Sudjana, 2005: 239)

Page 80: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada

materi pokok hidrokarbon, yaitu meliputi aspek kognitif dan afektif. Data tersebut

berupa nilai pretest dan posttest yang diambil dari kelas eksperimen I (metode

pembelajaran STAD dilengkapi LKS) dan kelas eksperimen II (metode

pembelajaran STAD dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon). Prestasi belajar yang

dimaksud di sini adalah selisih nilai pretest- posttest kognitif dan afektif siswa.

Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 38 siswa dari kelas X.7

dan 38 siswa dari kelas X.8 SMA Batik 2 Surakarta tahun ajaran 2010/ 2011.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari masing-

masing variabel.

1. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Hidrokarbon

Data prestasi belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon yang meliputi

aspek kognitif dan afektif kelas eksperimen I (metode pembelajaran STAD

dilengkapi LKS) sebanyak 38 siswa dan kelas eksperimen II (metode

pembelajaran STAD dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon) sebanyak 38 siswa dapat

dilihat pada Lampiran 16. Deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar

secara ringkas disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian

Jenis Penilaian Nilai Rata-Rata

Eksperimen I Eksperimen II

Pretest Kognitif 37,053 38,132

Posttest Kognitif 68,000 73,632

Selisih Nilai Kognitif 30,947 35,500

Pretest Afektif 69,000 70,895

Posttest Afektif 89,553 95,816

Selisih Nilai Afektif 20,553 24,921

Page 81: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

2. Data Selisih Nilai Kognitif pada Materi Pokok Hidrokarbon

Data penelitian dipaparkan dalam set distribusi frekuensi. Hal ini

dilakukan untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian. Pada kelas

eksperimen I, selisih nilai kognitif terendah adalah 10 dan selisih nilai kognitif

tertinggi adalah 51. Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen I

pada materi pokok hidrokarbon disajikan dalam Tabel 19 dan histogramnya dapat

dilihat pada Gambar 7, perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam

Lampiran 19.

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon

Kelas Eksperimen I

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi % Frekuensi

1 10 – 16,8 13,4 1 2,63

2 16,9 – 23,7 20,3 7 18,42

3 23,8 – 30,6 27,2 10 26,32

4 30,7 – 37,5 34,1 9 23,68

5 37,6 – 44,4 41 7 18,42

6 44,5 – 51,3 47,9 4 10,53

Jumlah 38 100

Gambar 7. Histogram Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon Kelas

Eksperimen I

Page 82: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Pada kelas eksperimen II, selisih nilai kognitif terendah adalah 16 dan

selisih nilai kognitif tertinggi adalah 53. Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif

kelas eksperimen II pada materi pokok hidrokarbon disajikan dalam Tabel 20 dan

histogramnya dapat dilihat pada Gambar 8, perhitungan distribusi frekuensinya

disajikan dalam Lampiran 19.

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon

Kelas Eksperimen II

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi % Frekuensi

1 16 – 22,2 19,1 3 7,89

2 22,3 – 28,5 25,4 5 13,16

3 28,6 – 34,8 31,7 9 23,68

4 34,9 – 41,1 38 11 28,95

5 41,2 – 47,4 44,3 6 15,79

6 47,5 – 53,7 50,6 4 10,53

Jumlah 38 100

Gambar 8. Histogram Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Hidrokarbon Kelas

Eksperimen II

Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen

I dan kelas eksperimen II pada materi pokok hidrokarbon disajikan dalam Tabel

21, perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 19.

Page 83: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 21. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok

Hidrokarbon

No Interval

Nilai

Tengah

Kelas Eksperimen I Kelas Eksprimen II

Frekuensi % Frekuensi Frekuensi % Frekuensi

1 10 – 16,1 13,05 1 2,63 1 2,63

2 16,2 – 22,3 19,25 7 18,42 2 5,26

3 22,4 – 28,5 25,45 9 23,68 5 13,16

4 28,6 – 34,7 31,65 7 18,42 9 23,68

5 34,8 – 40,9 37,85 7 18,42 10 26,32

6 41 – 47,1 44,05 5 13,16 7 18,42

7 47,2 – 53,3 50,25 2 5,26 4 10,53

Jumlah 38 100 38 100

Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data

dalam Tabel 21 dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I

dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Hidrokarbon

3. Data Selisih Nilai Afektif pada Materi Pokok Hidrokarbon

Data penelitian mengenai nilai afektif kelas eksperimen I dapat dilihat

pada Lampiran 16. Pada kelas ini selisih nilai afektif terendah adalah 12 dan

Page 84: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

selisih nilai afektif tertinggi adalah 31. Distribusi frekuensi selisih nilai afektif

kelas eksperimen I disajikan dalam Tabel 22 dan histogramnya dapat dilihat pada

Gambar 10, perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 19.

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Materi Pokok Hidrokarbon

Kelas Eksperimen I

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi % Frekuensi

1 12 – 15,2 13,6 5 13,16

2 15,3 – 18,5 16,9 6 15,79

3 18,6 – 21,8 20,2 13 34,21

4 21,9 – 25,1 23,5 9 23,68

5 25,2 – 28,4 26,8 3 7,89

6 28,5 – 31,7 30.1 2 5,26

Jumlah 38 100

Gambar 10. Histogram Selisih Nilai Afektif Materi Pokok Hidrokarbon Kelas

Eksperimen I

Pada kelas eksperimen II selisih nilai terendah adalah 15 dan selisih nilai

tertinggi adalah 33. Distribusi frekuensi selisih nilai afektif kelas eksperimen II

pada materi pokok hidrokarbon disajikan dalam Tabel 23 dan histogramnya dapat

Page 85: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dilihat pada Gambar 11, perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam

Lampiran 19.

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Materi Pokok Hidrokarbon

Kelas Eksperimen II

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi % Frekuensi

1 15 - 18 16,5 5 13,16

2 18,1 - 21,1 19,6 4 10,53

3 21,2 - 24,2 22,7 6 15,79

4 24,3 - 27,3 25,8 10 26,32

5 27,4 - 30,4 28,9 9 23,68

6 30,5 - 33,5 32 4 10,53

Jumlah 38 100

Gambar 11. Histogram Selisih Nilai Afektif Materi Pokok Hidrokarbon Kelas

Eksperimen II

Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai afektif kelas eksperimen I

dan kelas eksperimen II pada materi pokok hidrokarbon disajikan dalam Tabel 24,

perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 19. Sedangkan

untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 24 dapat

dilihat pada Gambar 12.

Page 86: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel 24. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Kelas

Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok

Hidrokarbon

No Interval

Nilai

Tengah

Kelas Eksperimen I Kelas Eksprimen II

Frekuensi % Frekuensi Frekuensi % Frekuensi

1 12 – 15 13,5 5 13,16 1 2,63

2 15,1 – 18,1 16,5 6 15,79 4 10,53

3 18,2 – 21,2 19,7 13 34,21 4 10,53

4 21,3 – 24,3 22,8 6 15,79 6 15,79

5 24,4 – 27,4 25,9 5 13,16 10 26,31

6 27,5 – 30,5 29 2 5,26 9 23,68

7 30,6 – 33,6 32,1 1 2,63 4 10,53

Jumlah 38 100 38 100

Gambar 12. Histogram Perbandingan Selisih Nilai Afektif Kelas Eksperimen I

dan Kelas Eksperimen II pada Materi Pokok Hidrokarbon

B. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk menyelidiki apakah sampel

penelitian berasal dari populasi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk melakukan uji t- dua arah adalah distribusi sampelnya harus

Page 87: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

normal. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors (Budiyono,

2009: 170-172). Uji normalitas nilai kognitif dan afektif siswa tercantum dalam

Lampiran 20. Hasil uji normalitas terangkum dalam Tabel 25.

Tabel 25. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif dan Afektif

Kelas Parameter Harga L Kesimpulan

Hitung Tabel

Eksperimen I Selisih Nilai Kognitif 0,1031 0,1437 Normal

Selisih Nilai Afektif 0,1117 0,1437 Normal

Ksperimen II Selisih Nilai Kognitif 0,0936 0,1437 Normal

Selisih Nilai Afektif 0,0940 0,1437 Normal

Tampak dari Tabel 25 bahwa harga Lhitung < Ltabel, dengan demikian

dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini digunakan metode

Bartlett pada taraf signifikansi 5% dengan statistik uji Chi kuadrat (Sudjana, 2005:

263). Hasil uji homogenitas nilai kognitif dan afektif tercantum dalam Lampiran

21. Ringkasan hasil uji homogenitas nilai kognitif dan afektif siswa terangkum

pada Tabel 26.

Tabel 26. Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif

No Parameter 2

hitung 2

tabel Kesimpulan

2. Selisih Nilai Kognitif 0,17 3,841 homogen

3. Selisih Nilai Afektif 0,085 3,841 homogen

Dari Tabel 26 di atas dapat dilihat bahwa harga 2

hitung kurang dari

2

tabel atau berada di luar daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan kedua sampel

(kelas kelas eksperimen I dan eksperimen II) homogen.

3. Uji Keseimbangan (Uji t Matching)

Uji keseimbangan ini diambil dari nilai mid semester genap kelas X

SMA Batik 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Untuk kelas X.7 (kelas STAD

dilengkapi LKS) dengan jumlah siswa 38 diperoleh rerata 66,658 dan variansi

Page 88: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

96,609 sedangkan untuk kelas X.8 (kelas STAD dilengkapi Lingkaran

Hidrokarbon) dengan jumlah siswa 38 diperoleh rerata 66,026 dan variansi

72,301.

Hasil perhitungan uji keseimbangan dengan menggunakan uji t- dua arah

dapat dilihat pada Lampiran 22. Pada nilai mid semester genap tersebut, hasil uji

ini diperoleh thitung = 0,3 dengan t(0,975;74) = 1,67 atau -t(0,975;74) = - 1,67. Daerah

penolakan H0 adalah jika thitung < -t(0,975;74) (-1,67) atau thitung > t(0,975;74) (1,67).

Dari perhitungan nilai mid semeter diperoleh hasil -t(0,975;74) (-1,67) < thitung (0,3)

< t(0,975;74) (1,67), maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II mempunyai rerata kemampuan awal yang

sama atau kedua kelas tersebut dalam keadaan seimbang.

C. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penggunaan dua media yang

berbeda pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, maka dilakukan uji

perbandingan rata-rata selisih nilai pretest-posttest aspek kognitif maupun afektif.

Statistik yang digunakan adalah uji t- dua arah pada taraf signifikansi 5%

(Sudjana, 2005: 239).

1. Uji Hipotesis Selisih Nilai Kognitif antara kelas Eksperimen I dan Kelas

Eksperimen II

H0 : rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas eksperimen I sama dengan

siswa kelas eksperimen II.

H1 : rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas eksperimen I tidak sama

dengan siswa kelas eksperimen II.

Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 23 dapat dirangkum dalam Tabel

27 sebagai berikut.

Tabel 27. Hasil Uji t-dua arah Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I dan

Kelas Eksperimen II.

Kelompok Sampel Rata-Rata Variansi T

Kelas Eksperimen I 30,947 96,275 -2,083

Kelas Eksperimen II 35,500 85,933

Page 89: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = -2,083 dan setelah

dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikasi 0,05 untuk t(0,975;74)

adalah 1,67. Hipotesis nol (H0) diterima jika - t(0,975;74) < thitung < t(0,975;74), karena

thitung < -t(0,975;74) (-2,083 < -1,67) maka hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan

demikian rata- rata selisih nilai kognitif siswa kelas eksperimen I tidak sama

dengan kelas eksperimen II.

2. Uji Hipotesis Selisih Nilai Afektif antara kelas Eksperimen I dan Kelas

Eksperimen II

H0 : rata-rata selisih nilai afektif siswa kelas eksperimen I sama dengan

siswa kelas eksperimen II.

H1 : rata-rata selisih nilai afektif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan

siswa kelas eksperimen II.

Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 23 dapat dirangkum dalam Tabel

28 sebagai berikut.

Tabel 28. Hasil Uji t- dua arah Selisih Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas

Eksperimen II

Kelompok Sampel Rata-Rata Variansi T

Kelas Eksperimen I 20,553 20,575 -4,172

Kelas Eksperimen II 24,921 21,206

Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = -4,172 dan setelah

dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikasi 0,05 untuk t(0,975;74)

adalah 1,67. Hipotesis nol (H0) diterima jika - t(0,975;74) < thitung < t(0,975;74), karena

thitung < -t(0,975;74) (-4,172 < -1,67) maka H0 ditolak. Dengan demikian rata- rata

selisih nilai afektif siswa kelas eksperimen I tidak sama dengan kelas eksperimen

II.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan komparasi dua media pembelajaran yaitu

LKS dan Lingkaran Hidrokarbon melalui metode pembelajaran STAD. Kedua

media mencakup kedalaman materi hidrokarbon yang sama. Akan tetapi kedua

media memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dalam LKS terdapat

Page 90: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

banyak latihan soal yang bersifat terstruktur sehingga siswa memiliki kesempatan

untuk banyak mengerjakan latihan soal untuk meningkatkan pemahaman siswa,

kelemahannya adalah dengan ringkasan materi yang singkat terkadang

menimbulkan miskonsepasi pada siswa. Media Lingkaran Hidrokarbon dikemas

dalam bentuk mainan sederhana yang praktis dan diharapkan dapat lebih menarik

perhatian siswa untuk mempelajari materi di dalamnya tetapi media yang dikemas

dalam bentuk mainan seperti ini dapat memancing kegaduhan dalam kelas yang

dikhawatirkan mengganggu proses pembelajaran.

Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok hidrokarbon terlebih

dahulu dilakukan pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa, seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pelajaran yang

akan mereka ikuti. Kemudian pada akhir pembelajaran materi pokok hidrokarbon

dilakukan posttest untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

Hasil analisis menggunakan uji t-matching terhadap nilai mid semester

genap siswa kelas X.7 dan X.8 SMA Batik 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011

menunjukkan bahwa kedua kelas sampel setara. Dari data induk penelitian pada

Lampiran 16 dapat dilihat bahwa rata- rata nilai pretest siswa kelas eksperimen I

pada aspek kognitif adalah 37,053 dan kelas eksperimen II adalah 38,132.

Selanjutnya kedua kelas sampel masing-masing dikenai perlakuan. Pada kelas

eksperimen I, yaitu pembelajaran menggunakan metode STAD dilengkapi media

LKS, langkah pertama yang dilakukan adalah membagi kelompok yang terdiri

dari 4-5 siswa. Setelah pembagian kelompok, guru memberikan materi secara

garis besar dalam presentasi kelas dan selanjutnya siswa berdiskusi secara

kelompok untuk mendiskusikan materi dan soal-soal yang ada dalam LKS. Tiap

kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk memastikan teman satu

tim mereka telah menguasai materi dan meminta bantuan dari teman satu tim

apabila ada kesulitan sebelum bertanya kepada guru. Hal ini dimaksudkan agar

ketika kuis semua anggota kelompok dapat menjawab dengan benar sehingga

akan menambah nilai bagi kelompok mereka. Setelah itu diberikan kuis untuk

dikerjakan secara individu dan yang terakhir pemberian penghargaan pada tim

berprestasi. Untuk kelas eksperimen II, sintaks pembelajaran yang diberikan

Page 91: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

sama, hanya saja pada kelas ini media pembelajaran yang digunakan adalah

Lingkaran Hidrokarbon. Setelah kedua kelas sampel tersebut diberi perlakuan

selama 8 x 45 menit dalam 5 kali tatap muka, selanjutnya diberikan posttest untuk

mengetahui seberapa besar siswa mampu menguasai materi hidrokarbon yang

telah dipelajarinya. Berdasarkan hasil posttest kognitif seperti yang ditunjukkan

pada Lampiran 16 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen I

adalah 68,000 dan kelas eksperimen II adalah 73,632. Berdasarkan rata- rata nilai

pretest-posttest tersebut maka dapat dilihat rata- rata selisih nilainya, yaitu pada

kelas eksperimen I mengalami peningkatan sebesar 30,947 sedangkan pada kelas

eksperimen II adalah 35,500.

Secara umum pelaksanaan pembelajaran kooperatif (dalam penelitian ini

yaitu metode STAD) berlangsung dengan baik. Masing- masing kelompok pada

kedua kelas sampel mampu bekerja sama dengan baik bersama anggotanya untuk

mempelajari materi dan mengerjakan soal diskusi menggunakan bantuan media

yang ada. Prestasi belajar siswa pada aspek kognitif untuk kedua kelas sampel

juga meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian Oludipe dan Awokoy (2010)

dalam jurnal yang berjudul “Effect of Cooperative Learning Teaching Strategy on

the Reduction of Students’ Anxiety for Learning Chemistry” yang diperoleh

kesimpulan bahwa metode pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh yang

positif terhadap kegelisahan siswa dalam belajar kimia sebagai hasil dari sikap

ketergantungan positif yang memungkinkan siswa melihat bahwa kontribusi,

masukan, dan kesuksesan mereka berasal dari siswa lainnya dalam kelompok.

Kemudian diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Adesoji dan

Ibraheem (2009) dalam jurnal yang berjudul “Effects of Student Teams

Achievement Divisions Strategy and Mathematics Knowledge on Learning

Outcomes in Chemical kinetics” bahwa penggunaan metode pembelajaran STAD

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan mampu membuat siswa

mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap diri sendiri, teman sebaya dan

pembelajaran pada umumnya.

Dari perbedaan selisih nilai kognitif yang terdapat pada kedua kelas

sampel menunjukkan bahwa dengan kemampuan yang setara ternyata setelah

Page 92: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

diberikan perlakuan yang berbeda maka diperoleh hasil yang berbeda pula. Secara

kasat mata selisih nilai kognitif kedua kelas sampel tersebut memang terdapat

perbedaan, di mana kelas eksperimen II memiliki selisih nilai rata-rata kognitif

lebih tinggi dari pada kelas eksperimen I. Akan tetapi untuk membuktikan secara

statistik apakah perbedaan tersebut signifikan dilakukan uji t- dua arah. Dari hasil

uji t- dua arah terhadap prestasi belajar kognitif diperoleh thitung (-2,083)

< -ttabel (-1,67) yang berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan H1 diterima

(Lampiran 23). Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas eksperimen memang

memiliki perbedaan prestasi belajar aspek kognitif yang signifikan.

Perbedaan pemberian perlakuan pada kedua kelas eksperimen membuat

prestasi belajar mereka berbeda. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa

jika ditinjau dari isi materinya, LKS dan Lingkaran Hidrokarbon memang bisa

dikatakan sama. Melalui LKS diharapkan guru akan memperoleh kesempatan

untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas.

LKS sendiri memiliki banyak latihan soal yang dapat meningkatkan pemahaman

siswa sehingga melalui kerjasama dalam kelompok dengan bantuan LKS

seharusnya siswa akan lebih aktif dan mendapatkan prestasi yang maksimal.

Kenyataan yang terjadi tidak demikian, keaktifan siswa dalam kelas ini masih

belum optimal. Mereka terlihat tidak ada ketertarikan saat LKS dibagikan dalam

kerja kelompok. Hal yang sama juga terjadi ketika kerja kelompok berlangsung,

seharusnya setiap siswa dalam kelompok bekerja sama untuk mempelajari materi

dan mengerjakan soal- soal di dalamnya tetapi di lapangan tidak semua siswa

bekerja, terlihat masih ada beberapa siswa yang sibuk mengobrol sendiri dan

memilih meminjam LKS temannya yang sudah lengkap untuk disalin di rumah.

Lingkaran Hidrokarbon memberikan suasana baru bagi siswa kelas

eksperimen II. Melalui media tersebut siswa dituntut untuk mencari alasan

diballik ringkasan materi maupun cara mengerjakan soal yang bersifat

membimbing. Lingkaran Hidrokarbon dikemas dalam bentuk mainan yang dapat

memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa. Selain itu mainan ini juga praktis

dibawa ke suatu tempat dan dapat dipilih sub pokok bahasan yang dirasa masih

sulit untuk lebih sering dipelajari sehingga selanjutnya siswa bisa mengatasi

Page 93: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

kesulitan pada materi tersebut. Hidrokarbon merupakan materi dasar dalam ilmu

kimia organik karena pada materi ini siswa dikenalkan dengan senyawa karbon

dan golongannya untuk selanjutnya sebagai dasar mempelajari senyawa organik di

kelas XII. Selain itu di dalamnya terdapat sub-sub materi yang bersifat banyak

hafalannya sehingga dengan sering dipelajari maka siswa akan lebih mudah

menguasai materi tersebut. Pada kelas eksperimen II tersebut para siswa terlihat

sangat tertarik terhadap penggunaan media Lingkaran Hidrokarbon. Siswa sangat

antusias saat dijelaskan mengenai tata cara penggunaan media dan mereka aktif

bertanya baik mengenai materi yang diajarkan maupun bagaimana cara

mengoperasikan media. Kerja kelompok di antara mereka juga terjalin dengan

baik, mereka bersemangat menyelesaikan soal diskusi bersama kelompoknya

menggunakan bantuan Lingkaran Hidrokarbon.

Perbedaan prestasi belajar tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja.

Pada aspek afektif rata- rata nilai pretest yang dipeoleh kelas eksperimen I adalah

69,000 dan untuk kelas eksperimen II sebesar 70,895. Kemudian setelah diberikan

perlakuan dan dilakukan posttest pada akhir pembelajaran diperoleh rata- rata

nilai sebesar 89,553 untuk kelas eksperimen I dan 95,816 untuk kelas eksperimen

II. Dari data tersebut diperoleh selisih nilai rata-rata afektif sebesar 20,553 untuk

kelas eksperimen I dan 24,921 untuk kelas eksperimen II. Untuk hasil uji t- dua

arah terhadap prestasi belajar afektif ini diperoleh thitung (-4,172) < -ttabel (-1,67)

yang berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan H1 diterima (Lampiran 23). Hal

ini menunjukkan kedua kelas eksperimen memiliki perbedaan prestasi belajar

aspek afektif yang signifikan.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji t- dua arah terhadap

kedua aspek di atas diperoleh hasil sesuai dengan harapan peneliti bahwa terdapat

perbedaan penggunaan metode pembelajaran STAD yang dilengkapi LKS dan

STAD yang dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon pada prestasi belajar aspek

kognitif dan afektif siswa. Aspek afektif dalam penelitian ini mencakup sikap,

minat, nilai, konsep diri, dan moral dari siswa. Seorang siswa akan sulit untuk

mencapai keberhasilan belajar secara optimal apabila siswa tersebut tidak

Page 94: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

memiliki minat pada pelajaran tertentu, dalam hal ini adalah pelajaran kimia.

Berdasarkan rata-rata selisih nilai kognitif maupun afektif serta hasil uji t- dua

arah tersebut menunjukkan hasil yang saling mendukung, di mana terlihat bahwa

metode pembelajaran STAD yang dilengkapi Lingkaran Hidrokarbon memiliki

rata- rata selisih nilai lebih tinggi daripada STAD yang dilengkapi LKS baik dari

aspek kognitif maupun afektif. Siswa kelas eksperimen II yang memiliki prestasi

belajar afektif lebih tinggi ternyata dilihat dari aspek kognitif juga memiliki

prestasi yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen I. Berdasarkan hal

tersebut dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi

penunjang keberhasilan untuk mencapai hasil pembelajaran pada aspek lainnya

yaitu aspek kognitif.

E. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini meskipun sudah direncanakan dan melalui proses

evaluasi sebelum dilaksanakan namun tidak terlepas dari ketebatasannya. Adapun

hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini: (1) Dalam memperoleh

pengetahuan masih terdapat kemungkinan siswa tidak hanya belajar dari media

yang diberikan oleh guru tetapi bisa dari bimbingan belajar maupun sumber

lainnya, (2) untuk memastikan tidak adanya bias dalam penelitian diperlukan

pengontrol sehingga hasil yang diperoleh benar-benar berasal dari perlakuan yang

diberikan peneliti, tetapi dalam penelitian ini belum menggunakan pengontrol. Hal

ini seharusnya bisa diatasi misalnya dengan pemberian angket di akhir pertemuan

sehingga data yang diperoleh lebih valid, (3) Metode pembelajaran STAD kurang

cocok dengan materi pelajaran yang digunakan karena metode tersebut lebih tepat

untuk materi yang sederhana, (4) Rencana Pembelajaran (RP) yang dibuat masih

terdapat kekeliruan pada tahap eksplorasi dan konfirmasi. Untuk tahap eksplorasi

seharusnya lebih mengarahkan siswa untuk mencari informasi dari media yang

ada, begitu juga dengan tahap konfirmasi, seharusnya kesimpulan dibuat siswa

melalui presentasi hasil diskusi masing- masing kelompok, tidak langsung dari

guru, dan (5) Jawaban siswa terkait angket afektif yang diberikan kadang tidak

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Page 95: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Page 96: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta

mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan prestasi belajar aspek kognitif siswa antara penggunaan

metode STAD yang dilengkapi LKS dan metode STAD yang dilengkapi

Lingkaran Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon. Hal ini terlihat dari

rata-rata nilai posttest sebesar 68,000 untuk kelas eksperimen I dan 73,632

untuk kelas eksperimen II.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar aspek afektif siswa antara penggunaan

metode STAD yang dilengkapi LKS dan metode STAD yang dilengkapi

Lingkaran Hidrokarbon pada materi pokok hidrokarbon. Hal ini terlihat dari

rata-rata nilai posttest sebesar 89,553 untuk kelas eksperimen I dan 95,816

untuk kelas eksperimen II.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat penulis sampaikan

sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya

dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara

sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar

secara maksimal.

2. Implikasi Praktis

Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran menggunakan

metode STAD diengkapi Lingkaran Hidrokarbon dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa lebih tinggi daripada menggunakan LKS sehingga untuk

memperoleh hasil belajar yang lebih optimal maka metode STAD- Lingkaran

Page 97: STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Hidrokarbon dapat diterapkan pada kegiatan belajar mengajar kimia materi pokok

hidrokarbon.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran

sebagai berikut :

1. Dalam mengajar materi pokok hidrokarbon dapat digunakan metode STAD

dilengkapi media Lingkaran Hidrokarbon karena metode dan media tersebut

terbukti dapat memperbaiki prestasi belajar siswa menjadi lebih optimal.

2. Perlunya ditingkatkan pembelajaran dengan variasi media misalnya

menggunakan LKS dan Lingkaran Hidrokarbon pada materi pokok

hidrokarbon atau media yang inovatif lainnya agar pembelajaran lebih

menarik dan prestasi siswa menjadi maksimal.

3. Untuk memperkuat penelitian ini, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut

mengenai penggunaan metode pembelajaran STAD di lengkapi LKS maupun

kemasan media seperti Lingkaran Hidrokarbon pada materi kimia lain.