Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TAKAAN T_BANG ~erjaan umum
8 . 984 \J
PEMBANGUNAN NASIONAL (/
DITJNJAU DAR I
INDUSTRI KONSTRUKSI
DISIAPKAN OLEH :
lr. S. DANUNAGORO
STAF AKHLI MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN TENAGA LISTRIK
. ... •• . ..
•• • • • •
UNTUK
PENDIOI KAN NEGOTIATOR II
SBBPU - FBSI - AAFLI
PADA TANGGAL 2 SID 9 AGUSTUS 1976
0 1 Cl LOTO, PUNCAK
• ,. •
• • ... .. • • '4'\
• ( • '
• •
• ...
•
* •
(] DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DAN TENAGA LISTRIK
.'
PEMSANGUNAN NASIONAL DITINJAU D~RI INDUSTRI KONSTRUKSI
DISIAPKAN OLEH
Ir. S. DANUNAGORO
STAF AHLI MENTER! PEXERJ~P..N UMUM DAN TENAGA LISTRIK
UN'l'UK
PENDIDI~N NEGOTIATOR SBBPU - FBSI - ~~FI
PN>A TANGGAL 2 s/d 9 AGUSTUS 1976
DI CILOTO PUNCr-.I<
- -=_ ==--- D- ep-a-r t-c-:-:c-. (_n_I:'_c;: ~ e r j a an U m u=; "1 .. Ca n -:·. n•r·a L.i ~ trik
P E ;, · · .. ;, ~· \ .\ N
DEPARTEMEN PEI<E:RJAAN UMUM DP-.1'1 TENAGl>. LISTRIK
DEPA.RTE;MEN PEKE RJAAN UMUM
PUSLi T !3A N G f· E Fl P U S T /J.. K A. ,D. N
/
N.l. : 41.2/ 7t.
N.K • . : "'-eX>@ : !3B ff . '4- ..
· IJ P"~I rter:· ~ ..
' I .
I. I ' •
· ~~· --
\ i i }1 1 ~. . '1b . \
PFMBMfGUNAN NASIONAL DITINJJl.U DARI INDUSTRI KONSTROKSI '
PENDAHULl»'N :
Judul prasaran/pelajaran yang dimintakan oleh Panitya Pendidikan Neqo-
tiator .II SBI!PU - F: .J I - ; : :· .".-.:. •Pembangunan Nasional ditinjau dari Indus-
tri Bangunan " disarankan untuk selanjutnya dil-a.ca menjadi • Pembangunan Na
sional ditinjau dari Industri Konstruksi "•
Istilah Industri ~onstruksi merupakan terjemahan dari Construction In
dustry, dan istilah ini mulai banyak dlperqunakan sejak dilancarkan Pemhang~
nan Lima Tahun yanq Pertama dalam tahun 1968•
Industri KOnstruksi adalah seluruh rangkaian kegiatan untuk men~hasil
kan konstruksi yang dapat berbentuk : qedung-gedunq 1 jalan-jalan, dan jemba
tan, hendung-an, pengairan, pelabuhan, lapangan terbanq dan lain-lainnya yanq
sejenis dengan yan~ telah disebutkan.
Pada kesempatan ini akan dicoba memberikan gambaran secara sinq~at, I~
dustri Konstruksi itu meliputi kegiatan apa, ciri-cirinya baqaimana dan per
kembangannya beserta peranannya dalam konteks pembanqunan nasional bagaimana
pula.
Oleh karena pendidikan ini diada~an oleh dan untuk dunia perburuhan,
~aka hal-hal yanq menyangkut masalah tenaga kerja merupakan aspek-aspek yang
relevant untuk memperoleh perhatian.
Industri KOnstruksi merupakan ridanq kegiatan yang esensiil dalam ti
ap c;istim ekonomi dan memegang peranan pentinq dalam pel'lbanqunan ekonani,
Untuk mengE!!Ibanakan ekonomi selalu diperlukan penanarnan modal. ~enurut pe~
a"'llatan International P.-ank for Reconstruction and DeveloJ!Dent antara 45\ -
65% dari gross fixed capital investment diperuntuY.kan untuk memhiayai ke
giatan konstruksi.
Negara-negara •••••••·
Reqara•neqara berJraba119 dal• ~Jta ~ugunan nuioJII.l -.rlukan
invest:ui-inVMtMi, ba1kpaa 41 public aector uupa 41 private aector. Oleh
karena itu t!ap-tiap n89ara ya-. aec!anq berJuDb&DJ perlu a.n'UIIIlbuhkan danae
mupu)f in4uatrJ. Jr.on8trubt nuional yang dapat melaJtukan keqiatan. secara effes,
tive 4an efficient.
Indoneaia c!eDCJaD Pelita Pertaa, Jte4ua dan selanjutnya nanti inqin ·me
ningkatkan pro4ukai nuioaal nyata dencJu laju pertlnbuhan rata-rata aebesar
7,5, - Pertumbuhan ekooaai ini tidak 4en;an sendirinya aenjaBin tercapainya
sasaran nasional YAD1 lain aeperti perluaaan ke-patal'l kerja I peaerataan PE!!.
bac;,ian basil pellba~, Jtuei.llbanqan pertlabuhan daerah dan tujuan•tujuan
lainnya. R..un d•ikian, la:Ju pe~an ekonani Y&n!!J rendah akan memperke
cil keaempatan dan k--PIU kita untuk aencapai tujuan pel'lift!Jkatan kesejahte . -
raan rakyat aeoara aenyelurllh,
Untuk llellOapai 7, s• -•ran laj u pertalbuhan ekOftCI!'i teraebut diatas ,m!.
ka investui riil perlu titinqlratkan c!enqan lebih dari 13• •etiap tahun. Jura -· lah investui dal• tah1m 1973./1974 cUperkirakan aekitar 1,100,0 milyar rupi ·
. -ah dan diperkirakan atu aeninqkat secara rill menjadi 1ebih dari paaa 2. ooo, o mi1yar rupiah dal .. tahun 1978/1979,
Ru!f!! lil§kSP tstate 4• ~iri-c:u& !Pf!!tn Jroutft!"•l
Ruanq lift!JkUp ke~JiataD IndaBtri Xonatntai aeliputi e survey, investi«;r!,
tion, DesiCJn, conat:ruoticm,Operation dan Maintanance (s.t.o.c.o.M.) ~aqai ciri•ciri lnduatrl lcnstruk•i cSapat disebutltan •
- untuk •ebaqia~~ panting c!atanqnya peDtintaan dari PQblic sector.
- j\ftlah ~otal pexairltaan ada kalanya lftenqalami diakofttinuitaa dan
tluktuaai.
- ~anyak variui teJcftologi dan Mtode 4apat ti tterapku UJttulr lftenqhas~,
kan output yang beruelta raq••
- haail pi'Odut•l •elalu "taylor aade• Y8D1J 4iaeauailran dent}an JtOftdisi
dan aituai Mtatpat, tiap produk dilferjaku ditelllpat itu,
- keqiatan operationil yanq geoqrapis teraebar meniabulkan problema di
bidanq loc;,i•tik dan pe~awasan.
- dal• pelaktlanaan proyek-proyeJt jangka panjanq seriDIJ kali dihadapi
keadaan al• 4u c:reofiaik tak terduqa.
_JC ... ea-..d_aa_.!l •••••••••••••••••
- 3 -
Yeadaan Industri Konstruksi sebe1um Repe1ita Pertama
Sebe1um tahun 1965 Indonesia menqa1ami ketidak stabi1an po1itik keadaan
perekonomian menga1ami masa suram, inf1asi meraja1e1a sehinqqa mencapai tingkat
kenaikan yang luar biasa, yaitu s~$itar 600% setahun.
~ktivitas pembangunan hersifat kurang produktip; kecuali pada beherapa
proyek "mercu suar" yang salin<J merebutkan semua sumber yang ada pada ,.,aktu itu.
Seka1ipun demikian, proyek~proyek yang diperioritaskan inipun ~asih menga1ami
masalah-masalah yang gawat dalarn pernbiayaan dan logistiknya.
Perusahaan-perusahaan swasta banyak menghadapi kesulitan, baik akibat ke
bijaksanaan-kebijaksanaan pernerintah yang mengekang maupun akihat ik1il'!l ekoncmi
dan sosial yang tidak cocok untu~ berusaha. Dalam lapangan konstruksi peranan
perusahaan milik neqara yang berqeraY- dibidan~ konstruksi sangat dominan, sesuai
dengan posisi mereka yang lebih menguntungkan untuk mendapatkan penugasan peker
jaan, karena praktis semua proyek konstruksi ada da1am pUblic sector (milik pem~
rintah).
... PERUBJIHJIN 1-WNJELANG REPELITJI PEPTJIHP.
Setelah kudeta G.30 s. gagal pada tahun 1965, pemerintah baru memulai se
suatu program stabilisasi dan rehahilitasi ekonomi serta prasarana fisik 1 yanq
mencap~i puncaknya, dengan perancan~an pembangunan lima tahun yang pertama pada
tahun 1968.
Suksesnya pemerintah dalarn menekan inflasi dan menciptakan ketertiban
setelah kekacauan i tu sudah umum diJ~etahui.
Pemerintah telah pula rnengurnumkan peruhahan-perubahan dalam kebijaksana
an terhadap perusahaan swasta. Untuk selanjutnya peranan Pemerintah ditujukan
untuk menciptakan dan meme1ihara iklim yang cocok hagi perusahaan swasta dan
hanya menangani sendiri pekerjaan yang tidak da:9at ataupun tidak boleh dikuasai
sektor s~·~l'lsta.
Sesuai dengan kehijaksanaan pemerintah yanq lebih bersifat lih~ral sifatnya,be
berapa undang-undang telah dikeluarkan untuk merangsang investasi swasta,baik
dalam ne0eri maupun asing (L~J. PMDN No.6/tahun 1968, jo. no.l2/tahun 1970 dan
uu. P.r.~ • .n. No.l/tahun 1967 jo. No.ll/1970).
Dalam menyelengg-arakan proyek-proyek pembangunan fisH· sf>..hagai salah
satu tugas pokoknya Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaqa Listrik mulai rnenqambil
langkah ••••••• , ••••
- 4 -
langkah dalam ranqka pengaturan dan pembinaan Industri KOnstruksi.
Dalam menanggapi Repelita Pertama oleh Menteri P.U.T.L. dinyatakan bahwa
hampir separo dari pada pembangunan selalu terdiri dari building dan civil e~L
neering works, maka perlu dipikirkan pula kemungkinan untuk memperk~banakan
Industri konstruksi di Indonesia. Paik perusahaan hangunan negara maupun peru
sahaan-perusahaan bangunan swasta perlu dibina dalam arti yang sehat. Karena
tiap tahun volume pekerjaan akan meningkat terus secara teratur, maka harus
difikirkan usaha peningYatan daya arsorpsi kita.
Dalarn rangka penqaturan dan pembinaan tersebut diatas pada pertengahan
tahun 1968 diprakarsai oleh Departemen P.u.T.L. rerlangsungnya/Seminar ~ertib
Pcrnbangunan, yang menyirnpulkan pola hubungan kerja antara ketiga un!'lur pemha
ngunan seperti dapat terlihat pada diagram 1.
Adapun unsur-unsur dan peserta-peserta pembangunan adalah seba~ai be-
rikut
(i) unsur pemberi tu~as dengan peserta-peserta
- pemilik obyek pembangunan
- dan/atau pemakai objek pembangunan.
(ii) unsur Perencana dengan peserta-peserta
- perancang dan perencana (planner & desi~ner)
- penasehat ahli (consultant)
- pengawas (supervisor).
(iii) unsur Pelaksana dengan peserta-peserta
- pelaksana (contractor)
- sub-pelaksana (sub-contrac-tor)
- instalatur
- leveransir (supplier) bahan-bahan.
Selanjutnya Seminar tadi menyimpulkan bahwa s
1. Dalam realisasi suatu proyek pembanr;runan harus di.capai mutu dan kernanfaatan,
serta waktu dan cara pelaksanaannya yanq ekonomis - ~emuanya adalah k~rena
adanya kerja sama yang erat, dalam arti yang baik antara ketiga unsur pem
bangunan, ?emberi tuqas, perencana dan pelaksana, denganpenqertian ,bahwa
setiap peserta pembangunan mengetahui benar-benar tugas kewajiban,tanqcrung
jawab dan haknya masing-masing dalam mencapai prestasi yang optimal.
2. Pemerintah • • ••••••••••••
- 5 -
2. Pernerintah perlu segera ~enunjuk suatu Yewenanqan (building authority) yang
bertanggung jawab atas dilaksanakannya tata cara penyelenggaraan pembangun
an yang tertih di Indonesia.
3. t-1ajib daftar dan izin kerja perencana dan pelaksana.
Salah satu cara yang effective untuk menjamin kepentingan masyarakat dan
negara terhadap kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh basil karya peren
cana-perencana dan pelaksana-pelaksana yang tidak bonafide dan tidak meme
nuhi syarat-syarat ialah dengan jalan mengadakan Undang-undanq/Peraturan
Pemerintah tetang wajib daftar dan izin kerja bagi perencana dan pelaksana.
Gl\MBJ-:PJ'IN UMUM INDUSTFI KONSTRUKSI INDONESIA ..
Dalam ranoka bantuan teknik u.s.;.r.o. oleh Lembaga .Pfiliasi dan Pene
litian Industri/Institut Teknologi Bandung telah dilakukan penelitian industri
Yonstruksi di Indonesia. Dalam laporan van~ telah selesai disusun pada bulan
~pril 1974 dapat disajikan gamharan umum industri konstruksi Indonesia pada
diagram 2.
Dari penelitian itu selanjutnya antara lain distmpulkan, bahwa setelah
tahun 1968 terdapat peningkatan terus menerus dalarn permintaan akan konstruksi.
Distribusi permintaan dalam ruanq memperlihatkan suatu konsentrasi yang
tidak proporsionil di Jakarta (sekitar 25 - 35 % dari seluruh perrnintaan), baik
dari sektor Pemerintah maupun dari sektor s'·rasta.
Kemungkinan akan terdapat nemencaran permintaan akan konstruksi dalarn
sektor swasta didaerah-daerah diluar Jnkarta, dan dipulau-pulau lainnya,da
lam rangka penanaman modal bidang perminyakan, pertambangan, kehutanan dan
pariwisata dalam hubungannya dengan industri-industri lainnya, serta kegiatan
kegiatan penunjangnya.
Dibawah peningkatan permintaan yan~ cepat akan konstruksi setelah tahun
1968, industri konstruksi telah mengalami perubahan-perubahan yang besar dan
fondamentil. Penanaman modal Pemerintah dengan pinjaman luar negeri, ppnanam
an modal asing penanaman modal dalam negeri dengan ukuran besar dan kompleks
telah memperkenalkan suatu segmen moderen hersifat internasional pada indus
tri konstruksi.
Dalam pengamatan dapat dilihat pula, bahwa perusahaan-perusahaan kons
truksi, perusahaan penyalur (supply) dan perusahaan produksi (manufacturer)
sebagai suatu kelompok memperlihatkan sifat dualistis, yang merupakan ciri
khas industri dineqara berkemhang.
Dualisme ••r••••••••••
- 6 -
Dualisme tidak hanya ada diantara kelom~k asing domestic, tetapi juga
didalam kelompok dalam negeri sendiri, dimana perusahaan-perusahaan yang ku
rang maju tidak dapat masuk untuk berkompetisi.
Penin~katan permintaan untuk kebutuhan performance tinggi telah rnenye-
babkan polarisasi juranq antara kapasitas dan kecakapan diantara sub-sistim
industri konstruksi menjadi lebar, terutama antara sektor moderen dan tradi
sionil.
Pada kondisi ini terdapat persaingan yang belum sehat diantara dan di
dalam s\ll"l-sistim yang dapat menimhulkan akibat-akihat sosial dan ekonorni yanq
luas. Aspek ini pantas mendapat perhatian yang sunqguh-sungguh.
KEBIJAKSA'NAAN UMUM DA~J.~ AA.NG~. PD!BIN}l.J\.N INDUSTFI KONSTRUKSI.
Dalam ranqka bantuan teknis dari In~gris dalam tahun 1971 telah disusun
oleh Mr.F.H.Piley "Report of a visit to rndonesia" dan kemudian juga dalam
tahun 1971 oleh Dr. Y.Tahara dar! Japan "Report on General P-'anagement for Irn
pro•ing Enviromnent of Construction Industry in Indonesia".
Untuk dapat memanfaatkan hantuan teknik tersebut Departenen P.u.T.L.
telah menugaskan kepada Ko~isi yang telah dibentuk sehagai Counterpart, yang
dikenal dengan singkatan Ko~binikon (Komisi Persiapan Pembinaan Industri Kons
truksi di Indonesia).
Kepada Kd.misi ini ditu1askan untuk mengadakan evaluasi terhadap kedua
laporan tadi. Sebagai hasil evaluasj dirumuskan "General Policy on the Deve
lopnent of the Construction Industry", yang oleh Departeii'\Pn PUTL diperauna
kan untuk mencrhadapi Business International Round Table.
Perurnusan tadi dibagi dalarn empat ba~ian
- Introduction
- The Construction I~dustry and Economic Development
- Pole of the Government/Dept. P.U.T.L.
- Policy objectives and Implementation
Diagram 3 secara skematis memberikan qambaran tentang "General Policy
on the Develop:nent of the Constructions Industry"
SISTIM DAS.ll.R INDUSTFI dan PE~IN7\ANNYP DI INDONESI'-•
Dalam "General Policy" tersebut diatas oleh KQphinikon juga dirumuskan
sistim Dasar Industri Konstruksi dan Pembinaannya di Indonesia.
Pad a .............. •··•. • • • • • • • •
- 7 -
Pada diagram 4 sistim tadi dapat dilihat terdiri atas empat sub-sistiM
- sub-sistim Management Unit Usaha
- sub-sistim Pasaran
- sub-sistim Modal
- sub-sistim Te~~ologi.
Yang perlu dioptimasikan adalah Manag~ent Unit Usaha, Sub-sistim itu
berpengaruh timbal-balik terhadap lingkungannya, yang secara umum dapat dike
nal sebagai tiga sub-sistim Pasaran, Modal dan Teknologi. Ketiga sur-sistim
linqkungan masing~asing luas, bergerak bebas dan mempunyai dinamika sendiri
sendiri~
Sub-sistim ~anagement Unit Usaha dapat dikatakan hampir sepenuhnya bereaksi
terhadap keadaan-keadaan Pasaran, Modal dan Teknologi. Problema Pernbinaan
industri konstruksi dapat diarti~an : bagaimana membina keseimbangah keempat
sub-sistim itu dalam rangkaian sistim lain yang jauh lebih besar, yaitu kehi
dupan dan pembangunan negara.
Riset dan pengembangan sebaqai tulang-punggung dalam pembinaan membu-
tuhkan biaya yang tidak sedikit dan merupakan kegiatan-kegiatan yang kurang
menarik bagi sektor swasta. Walupun demikian dalam jangka panjang riset dan
pengembangan akan merupakan faktor yang menentukan, apakah industri konstruk
si nasional dapat menguasai pasaran atau tidak. Lebih-lebih oleh karena kon
disi pas~ran perlu tetap kompetatip tertib (conducive competative market)
dalam rangka pembangunan nasional.
Pemerintah diharapkan melakukan usaha untuk pemecahan prohlerna ini be£
sama-sama unit industri yang bersangkutan. Pemerintah diharapkan setiak-tida~
nya mempunyai lembaga, yang menampung dan mengarahkan lapangan usaha ini se
cara komprehensip dengan mengikut sertakan dunia usaha industri konstruksi.
Diagram 5 memberikan gambaran tentang proses riset dan pengernbangan
yang dibutuhkan i tu.
Dalam hubungan ini perlu dicatat, bahwa "Study C'enter" tercantum da
lam diagram, sementara merupakan non-fixed Organisation". Dengan Keputusan
Menteri PUTL tanggal 2 Juni 1975 No.l45/KPTS/1975 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Departemen PUTL telah dibentuk Biro Bina Sarana Perusahaan se
bagai staf Sekretaris Jenderal. Dengan demikian peranan dan kegiatan Study
Center telah dilembagakan.
Adanya industri konstruksi yang efficient akan dapat rnenunjang sukses
nya implementasi pembangunan nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan kemampuan
management unit-unit usaha dan penggarapan faktor-faktor lingkungan.
Serang~.aian •••••• , •••••••••
- 8 -
Serangkaian riset dalam bentuk study-study secara bertahap perlu diselenggara
kan. Hasil-hasil riset/study, itu akan merupakan input untuk perumusan kebij~
sanaan dan langkah-langkah yang perlu diambil.
Dalam rangka kerja sama antara Direktorat Tata Bangunan Direktorat Jende
ral Cipta Karya Departemen PUTL dan Lembaga ~filiasi Penelitian dan Industri
Institut Teknoloqi Bandung sedang dilakukan suatu studi tentang Pengaturan Ja
sa-jasa Industri Konstruksi. Dari laporan sementara dapat dikutip Kerangka Pe
ngendalian Industri Konstruksi dalam konteks Pembangunan Nasional, sebagaimana
tergambar pada diagram s.a.
POOMOSI INDUSTRI KONSTRUKSI DI NEGJI,RA-NEGAPA YANG SEDANG BERKEMBANG.
Peranan industri konstruksi dalam pembangunan di negara-negara yang se
dang berkembang ternyata memperoleh perhatian pula dar! Pimpinan Bank Dunia
(International Bank for Reconstruction and Development (I.B.R.D.). Pada per
tengahan tahun 1973 telah diadakan pembahasan tentanq " Promotion of Domestic
Construction Industries in Developinq Countries 11 •
Dalam pembahasan tersebut dipertimbanqkan kemungkinan-kemungkinan untuk memh~
rikan technical assistance dan direct finm1cial assistance.
Technical assistance dapat diberikan kepada neqara-neqara yang sedanq be~
kembang untuk meruL~skan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan merumuskan serangkai
an tindakan yang perlu diambil kearah promosi industri konstruksi.
Direct financial assistance dipertimbangkan untuk diberikan kepada Peme
rintah yanq sedanq berkembang, yang dapat menyalurkan bantuan permodalan kepa
da unit-unit usaha industri konstruksi melalui 11 local intermediaries 11 •
Selanjutnya I.B.R.D. telah menggariskan kebijaksanaan untuk dapat membe
rikan "profit margin preference " sebesar 7,5 'kepada kontraktor dalam nege
ri yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, dalam tender-tender proyek pem
bangunan menurut persyaratr..n dan prosedur 11 international competative bidding".
sudah tentu kontraktor dalam negeri te~aksud harus memenuhi persyaratan kwali
fikasi teknis dan bonafiditas keuangan.
POSISI UNIT USAH.A. NASIONAL DALJI,t~ " INTEPNr.TIONJ\L COMPETl>.TIVE BIDDING
Penanaman modal Pemerintah dengan pinjaman luar neqeri, penanaman modal
asinq dan penanaman modal dalam neqeri dengan ukuran yanq besar dan kanpleks
telah memperkenalkan suatu seqmen modErn bersifat internasional pada industri
konstruksi •••••••••
- 9-
konstruksi. Menanj&knya pezmintaan di sektor swasta akan konstruksi denqan
performance tinqqi, menandakan kecenderunqan, bahwa seqmen modern yanq ber
sifat international ini akan menjadi permanen.
Wala.upun kontraktor nasl.onal segmen modern selalu bisa saja ikut serta
dalam tender, akan tetapi dirasakan adanya "kompetisi yanq 'kuranq adil".
Pada umumnya seqmen modem nasional berada dalam posisi yanq lemah. Jenis
dan jumlah peralatan belum memadai, persyaratan penqalaman dalam pelaksanaan
proyek-proyek besar denqan performance tinqqi terbatas dan "acces to finance
and foreiqn exehanqo" sanqat suli t diperoleh dan kalaupun bisa diperdapat,
biasanya denqan persyaratan yanq relatip berat.
MASALAH TENAGA I<EPJA.
Dalam nota penjelasan Repeli ta II dikemukakan perkiraan perkembanqan
kesempatan kerja. Dalam nota penjelasan tersebut antara lain dinyatakan bah
wa laju pertumhuhan sektor-sektor ekonomi juqa akan memperluas kesempatan
kerja dan merubah struktur kesempatan kerja. 1\.kan tetapi kelemahan di dalam
konsepsi data-data statistik mengenai kesempatan dan tenaga kerja dewasa ini,
tidak memunqkinkan untuk menyusun perkiraan yanq tepat menqenai perkembanqan
kesempatan kerja dimasa datang. t-7alaupun demikian, ada gunanya untuk membuat
sekedar perkiraan mengenai arab perkembangan kesempatan kerja selama Repelita
II.
Jumlah tenaqa kerja yang dapat diserap secara produktip selama Repelita
II berjumlah 5,51 juta orang. Pertambahan angkatan kerja selama Repelita II
diperkirakan sebesar 5,76 juta orang. Dengan demikian maka dari jumlah pertam
bahan angkatan kerja tersebut, 96% atau hampir seluruhnya diperkirakan akan
dapat diserap.
Selama Repelita II akan terjadi perubahan didalam struktur kesempatan
kerja yang dapat terqambar dalam diagram no. 6.
Dalam nota penjelasan dinyatakan bahwa perkiraan ini menqandung kelemah
an sehingga perlu ditinjau dan ditelaah kemhali berdasarkan data-data yang
lengkap dan yanq dapat lebih dipercaya.
Perlul'lSan kesempatan kerja secara optimal kepada tenaga kerja Indonesia
merupakan pula salah satu sasaran national dalam Repelita II. Denqan Keputus
an Presiden R.I. No. 23 tahun 1974 penqgunaan tenaqa kerja warga negara asing
pendatanq dibatasi. Berdasarkan Keppres tersebut Menter! Tenaqa ~rja
Transmigrasi ••••••••••••••••••
- 10 -
Transmigrasi dan Koperasi mengatur penggunaan tenaga kerja warga asing pen
datang dengan mengadakan pembatasan-pembatasan sebagai berikut :
a. menetapkan jenis-jenis pekerjaan yang tertutup sama sekali bagi
tenaga kerja warga negara asing pendatang karena sudah tersedia te
naga kerja warganegara Indonesia.
b. menetapkan jenis-jenis pekerjaan yang untuk jangka waktu tertentu
dapat diisi oleh tenaga kerja wargancgara asing pendatang sementara
menyiapkan tenaga kerja warga negara Indonesia untuk menggantinya.
c. menetapkan jenis-jenis pekerjaan yang untuk jangka waktu tertentu
terbuka bagi tenaga kerja warganegara asing pendatang sehubungan
dengan penanaman modal dan kepercayaan yang diperlukan untuk itu.
Selain C~nharnn umum tentang incustri konstruksi ~i Indonesia Laporan Lembaga
Afiliasi dan Penelitian Industri/Institut Teknologi Bandung (L.A.P.I./ I.T.E.)
tersebut dimuka juga menyajikan tenagc kerja sebagai masalah. Menurut penga
matan Lembaga tersebut volume pembangunan terus meningkat sekitar 20 - 25%
setiap tahun. Berkenaan dengan itu mak.a dapat diperkirakan bahwa kebutuhan
tenaga kerja akan meningkat pula sejalan dengan volumP. kegiatan konstruksi.
Pada waktu ini diperkirakan, bahwa jumlah sarjana yang dapat dihasilkan oleh
universitas-universitas yang mempunyai keahlian yang dibutuhkan dalam indus
tri konstruksi, hanya dapat menyediakan tambahan sekitar 9 - 13% dari stock
tenaga kerja yang sudah ada.
Angka ini mungkin akan mengecil diwaktu mendatang, karena pertumbuhan
kapasitas universitas yang tidak dapat mengikuti permintaan akan tenaga ker
ja. Jelas, bahwa diwaktu mendatang keadaan "high level manpower" di dalam
industri konstruksi akan menjadi kritis.
Keadaan tersebut akan sama saja untuk tenaga teknis dan management
menengah dan rendah, dan tenaga-tenaga pernbantunya (administratif).
Yang jelas berkelebihan ialah jumlah tenaga kerja yang mempunyai pen
didikan umum dan tenaga kerja tidak terlatih (untrained labour).
Kekurangan tenaga terdidik pada berbagai tingkat tanggung jawab dan
bidang-bidang keahlian ini, disertai dengan belum adanya suatu kebijaksanaan
pengupahan (~;oTage policy) antar sektor, akan menimbulkan masalah-masalah di
dalam pengembangan industri yang makin mendesak, khususnya jika nanti
industri&lisasi ••.•••••••••.••..••..
- 11 -
industrialisasi menjadi titik berat dalam pengembangan negara, seperti diga
gaskan untuk Pelita III.
Didalam sistim pendidikan formil belum mampu untuk menghasilkan tena
ga kerja dalam jumlah dan kwalitas yang dibutuhkan, maka yang menjadi perta
nyaan ialah sampai sejauh mana kebutuhan tenaga kerja tersebut dapat dipe
cahkan melalui pendidikan non-formil dan sistim "apprenticeship" didalam
industri konstruksi sendiri. Kiranya asosiasi-asosiasi di dalam hal ini akan
banyak membantu bila peranannya dapat lebih aktip didalam pembinaan industri
konstruksi.
P E N U T U P.
Mengindahkan tugas yang diberikan oleh Pimpinan Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik kami telah mencoba memberikan gambaran tentang In
dustri Konstruksi dan peranannya dalam rangka pembangunan nasional.
Semoga uraian tadi dapat memberikan manfaat bagi para peserta.
Akhirul kata sebagai penutup kami ingin menggaris bawahi salah satu
faktor dalam "career guidance for prospective construction workers" yang
dirumuskan oleh International Labour Organisation (I. L. o. ).
" The justification for pride in belonging to an industry which
has contributed to much to the cultural heritage and material well being
of mankind, and the personal satisfaction to be derived from participating,
in however modest a role, in the construction of ~~rks which ramain as
part of the permanent wealth of community" •
Jakarta, F,.gustus 1976.-
Diagram 1 : DzA G AN
POLA t!JB\!NGAN KERJA
p E M E R I N T A H I I I I
IT I I I ~I~ 1:.:
:r:l l!)lz I~ z 0: ~I c( t&J
0,~ t; ~~ z t&J
~I ::l Q.
l!>lz Ill! ~I ~~~ lz . I 0 t-
I~ ~I Zl< ::l 0: s, I~ 1 ... ~ il I l! ~I
-.....1 It!> z l!>l PEMBERI I~ z ~I TUGAS I~ ~I le> l!>J z
~I I~ ~I I~
I I I
I I
PERSVARATAN
t---- PER~TURAN PELAKSANAAN ---i
REALISASI
Diagram 2 GAMBARAN UMUM INOUSTRI KONSTRUKSI INCiONESIA ·ao
Sektor Jlodem S~or Tr..s.iai•nil ..
Internaaional Modern Naaional Modern Traubioall Jlu Jl• ·l. ..
Clients
Proyek dengan dana asing besar &: komplex
Proyek dengan dana
asing dan dana dalam Negeri
Proyek dengan dana
dalam negeri keoil dan sederhana
UmUID Swasta Unum Swasta Umua Svqna a.. a. Sana
-Pertambangan -Pertambang -Pertambang -Pariwisa- - Jalan 1-Jalan - Jalan - Industri be- an an ta
1., - Irigasi -Bangunan ~ Irigaai rat -Kehutanan -Pelabuhan ..;.rndustri - Bendunpn - Pelabuhan
.;.. Lapangan -Industri -Lapangan ringan
berat terbang -Bangunan
- Bendungan-Komersil , - BangUnan,-Faailitae
umUIJI · ao sial - Bangunan U• - Fuilitaa a terbang
- Jalan -Industri -Iri.gasi kantor &:
ringan -Bendungan perd.agang-- Faailitaa-Perumahan
soaial I sial - Perumahan
- Irigasi -Parawisata -Jalan2 an - Perumahan - Bendungan -Kantor &: -Air -Perumahan - Air - Tenaga listrik
bangunan -Listrik -Perdagangan-Bangunan -Perumahan f umum
I . lConaultan
Peranoangan Arsitektural &: Engineering Q.S. Y.euangan Management Legal
I Kontraktor General dan Spesialisasi
I Sub Kontraktor
Specialises •ub contractin~ Penyewaan peralatan
I . Suppliers
Importir Perwakilan
Prodnsen
Bahan bangunan dan peralatan berkwalitas dan performance tinggi
'rerutama da lam lingkungan I nt ernasio r)!il
-PerWDahan -Fasilitas
so sial
W-----
1 I
Operasi gabungan _
Operasi beraama
&: Joint Ventures
I Joint Venture"
Joint Ventures
Joint Ventures
-
Perancangan Ars & Eng. Y.euangan Management Legal
Oeneral dan
g
t t SpesiN
Speciali!5,M I sub contra<?~!.~ Penyewaan J peralatan J
I I , I
Importir Perwa.ldlan I Distributor I Pen~\181 J
I I I
Bahan bangunan dan pcrale: tan berkwali tas f tinggi J
I I I I I I .I
A\.
General C()ntractor
~
-Penjual -Hardw~re -Produk2 desa
l Manufacturing Industri (Pembuatan barang2 jadi) dan ~raotive Industries (Industri bahan Dazar)
Pembuatan bahan bangunan setampat, seperti : bata, genting, komponen2 kayu dan baja, tikar bambu dll. Penggalian batu, pasir, kapll{• -
'I'erutama ber:... Tak terr~1asuk lint;~ungan ada di Jakar- Regional dan lokal dengan
J ta I ekonomi desa dan kota yang ! 1 relatif lumpuh.
SUMBffi : Laporan : Kemampuan dan Pengendalian Industri Konstruksi di Indonesia. Penin.jauan Terhadap perkemban~-:~an Industri Konstruk:si di Indonesia :~cjak tahun 1968. Diagram II 1 hal. 211.
Diagram 3 : GENERAL POLICY ON THE DEVELOPMENT OF THE CONSTRUCTION INDUSTRY
SCOPE OF SERVICE
CONSULTING : ROLE OF GOVERNMENT
PLANNING CQ. DPUTL
~GHITECTURE PRES!!f! UN·ITS
ENGINEERING DESIGN FOREIGN CONTRACTOR ENVIRONMENTAL OBJECTIVE:
SPECIAL & DOMESTIC SUBCON- CONDITIONING TRACTOR
POLICY ON THE INCREASED CONTRACTING : STRUCTURE OF EFFECTIVITY
GENERAL CONTRACTOR MARKET EFFECIENCY CIVIL ENGINEERING ~ 1-
·~ AND QUALITY. INCREASED
STRUCTURAL ACHIEVE ROLE OF INDUSTRIAL INSTALLATION INCREASED UTILITIES JOINT VENTURE POLICY ON CREDIT
~rJ INTER- THE INDI
SPECIAL INSTITUTION TECHNICAL, NATIO- GENOUS ~1ANAGERIAL NAL UNITS IN
~ !'- A CONDUCI-MATERIAL MANUFACTURING . JOINT ENTERPRISE ENTREPRENEURIAL STAND-. POLICY ON TECHNO- VE COMPETI KNOWHOW. DARD BUILDING ELEMENTS & LOGICAL FACTORS TIVE MAR-MATERIALS (STANDARD SPECIFI-
KET RAW MATERIAL DRESSING & CATION & CODE OF
IMPROVED PREPARATION PRACTICE] FINANCUL CAPA-SPECIAL BILITIES
BQQIPMENT HANDLING PLANT HIRE LEASE "EQUIPMENT INDIGENOUS UNITS SPECIAL
UNIT USAHA
SISTIM ~ INDJSTRI KO~TRUIS
MODAL
...... 5:
PAte. OF ExPERTS
_ .J!HNCA~_£!... :; PLENARY· S£C~
LAB ~-----~ -GOVT
-Sarrps
-cbnruer Problems
-Ana~Vtis
- Field Manuals
- BANK CONS CONT MAN !QU - TEEH
WORKfNG $SSD6
PROBLEM j ~ Y.brklnSJ ~.,. - Atatyst~·
-~·
STUDY
CENTRE -
INDEPENDENT INFORMATION SOURCES
- Advisory Rapers -Manuals -Handbooks
CONSTRUCTION INDUSTRY
CONSUL riNG
-Ranning 'CONTRACTING MATERfALS EQUIPtENT -Desi gting MAN.JFACTURING LEASING -E n~ec ring
STUDY OAGANIZA TION AND FLOW CF H'ORMATION
/
I I I I I I I I I I
/-------- ---------------------,. -- ·-- - -··-··-··'"-........ ,.INUU;::.IMI r\.UN:::,JH'Urc;.:S
~- i : );[ ~~ : I
'-~-§ I g
I I : ~~I ~ :I "' "' 7 .. ~ ~
"' " " dana ~ /f\. o· I " I§_ 1l ! I ' tPnaga I
ilmu pengeta- I' I
oALIAN-~ huan dan tek-
I ,.ENGE
i I nologi konsultant
: l ~ !3 ~ perancang !
bahan I
I konsultan 1- :
~I at I I "- perencana : .,;j kebijak- ! 7 I
J'l' i
I sanaan pelaksana :
~ ------- I strategi umum i ,, l,f 4-----
,. PASARAN h 31" """1111 ll..penerapan _..... pelaksana i
'&. khusus :I 1/ J i -· '::> "' I' I '- I
pemerintah w , penyalur
L industri bahan swasta ter- I ' organisir I ~ngunan
swasta indi--...iduil ~
-- .....
;;; \! " "' ;;;· ' !l 0 I ~ ::>
I Q) -
I I
I
! I I : i I I I
I I I i l I
I I I I I I
I [
...,j
\ \ I
I I I I I I I I I I I I I I I I I I
I I ' " ------------------ --- -~--Jl- --- --- _., I ----fill' ----------------- PEMBANGUNAN NASIONAL
KERANGKA PENGENDALIAN INDUSTRI KONSTRUKSI
~ pengendalian langsung ke dalam sub-sistim
terhadap kaitan unsur - unsur. - - - -) pengendalian tidak langsung terhadap
kaitan antar sub-sistim.
0 iii'
I.Q
"" Ill
3
Ul i»
Diagram I 6e RESEMPATAN KERJA 1973/74 - 1973/79u
-I Penyebaran -Pertambahan Pertambaban Kesempc..tan Penyebaran J Sektoral ke- Kesempltan Kesempatan Kerja 1978/79 Sektoral Ke-
Kesempe.tan sempatan Ke,~: Kerja rata- Kerja 1973/74 (dalam ri- sempatan Ker-Ke~a ta 1973/74 rata tahun - 1978/79 buan) ta 1978/79
1973 74 dalam %) 1973/74 - (dalam ribuan) daJam %) 1978/79 (dalam %) - -- ---
1. Pertan:l.an 25.342 60.3 0,9 1.187 26.529 S518 2. Pertambangan 93 0,2 2,2 10 103 0,2 3. Industri 3.209 ?,6 6,S 1.187 4.396 9,3 4. I4strik 39 011 3,0 6 4S o,1 sit Bangunan . 1.0.32 2,5 5,5 318 1.350 2,8 6. ferdagangan s.236 12,5 4,2 1.196 6.4.32 1.3,5 7. Peogailgk.utan 1.045 2,5 4,0 226 1.27J. 2,7
dan Kovamfkasi
8. &nk..hank dan 121 0,3 5,4 36 15'7 0,3 ae 'blgaieya.
9. Jasa-jasa dan s.89? 14,0 4,2 1 • .347 7.244 15,2 lain-lain - -
42·014 100,0 2,5 s.s13 47.527 100,0 -
Dikutip dari Nota PeDjelasan Repelita II.
\