Upload
risyda-afdhilati
View
199
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
identifikasi suatu senyawa harus diawali dengan ekstraksi
Citation preview
PEMBAHASAN
Secara teknis, proses identifikasi suatu senyawa harus diawali dengan ekstraksi,
karena zat aktif yang akan diuji harus dipisahkan dari zat lainnya agar diperoleh hasil uji
yang valid dan efisien. Pembuatan larutan percobaan dengan melarutkan 0,5 gram serbuk
simplisia dalam 10 ml metanol merupakan proses ekstraksi padat cair dengan prinsip
senyawa flavonoid yang tidak larut dalam metanol akan terpisah dari zat-zat lain di dalam
simplisia yang larut dalam metanol. Senyawa lain selain flavonoid akan ikut menguap pada
saat dipanaskan pada suhu 700C yang merupakan titik didih metanol1`. Penambahan dietil eter
setelah penguapan metanol merupakan proses ekstraksi cair cair yang bertujuan untuk
meningkatkan kencenderungan senyawa flavonoid tertarik ke dalam fase metanol. Metanol
kemudian diuapkan kembali, dan ekstrak kering dilarutkan dalam etil asetat, penggantian
pelarut ekstrak ini bertujuan untuk mencegah adanya reaksi yang akan mengganggu senyawa
ekstrak dengan reagen uji. Selain itu, etil asetat juga dapat melarutkan aglikon glikosida yang
mungkin telah terlepas dari glikonnya sehingga mudah bereaksi dengan reagen dalam
larutan2.
Masing-masing simplisia, yaitu Sonchii Folium, Othosipon Folium, Elephantopi
Folium, dan Andrographis Folium, menunjukan warna kuning setelah dijadikan dalam bentuk
larutan percobaan. Warna kuning yang terbentuk merupakan bukti bahwa ke empat sampel
mengandung senyawa flavonoid, karena flavonoid diambil dari kata Latin, flavous, yang
berarti kuning, di mana warna kuning menunjukkan sifat fisikokimia flavonoid yang
memiliki gugus pyran dan benzopyran3.
Uji glikosida-3-flavonol pada Sonchii Folium, Othosiphonis Folium, Elephantopi
Folium, dan Andrographis Folium menunjukan adanya perubahan warna akibat adanya reaksi
antara ion Cl- dari HCl dengan senyawa flavonol yang telah direduksi oleh logam zink4. Ke
empat sampel juga bereaksi positif dengan reagen uji shinoda, di mana agen pereduksinya
adalah logam magnesium, dan hasil akhir menampakkan warna kuning jingga yang
menunjukan keberadaan flavon, kalkon, dan auron5.
Studi literatur yang didapat menerangkan bahwa Sonchii Folium lebih banyak
mengandung senyawa flavon, apiin-7-glukosida, dan senyawa auron6 yang telah
teridentifikasi sejak awal berwarna kuning ketika bereaksi dengan etil asetat3. Simplisia
Orthosiphonis Folium menampakan spektrum ultraviolet yang mengindikasikan keberadaan
senyawa flavon7. Simplisia Elephanthopi Folium yang diekstrak menggunakan metanol
mengandung lebih banyak senyawa terpenoid, akan tetapi tetap menunjukan keberadaan
senyawa isoflavon8,9, dan simplisia Andgrographis Folium yang tanaman asalnya
dideferensiasikan menggunakan sistem kultur jaringan menunjukan data analisa yang
menyatakan adanya tiga jenis senyawa flavon, yaitu 5-hidroksi-7,8,2′-trimetoksi-, 5,2′-
dihidroksi-7,8-dimetoksi-, dan 5-hidroksi-7,8-dimetoksi-flavon10.
Senyawa turunan flavonoid yang terkandung di dalam ke empat simplisia yang diuji
sebagian besar adalah jenis flavon, dengan struktur sebagai berikut.
(Sumber Gambar : Kutipan Nomor 3)
Perubahan warna ekstrak simplisia pada uji
glikosida-3-flavonol juga memungkinkan ke empat simplisia mengandung senyawa flavonol
dengan struktur sebagai berikut.
(Sumber Gambar : Kutipan Nomor 3)
Oleh karena belum ada studi literatur yang
menyatakan secara gamblang adanya senyawa flavonol di dalam ke empat simplisia, maka
ada kemungkinan gugus –OH pada atom C alfa pyran milik flavonol terhidrolisis pada saat
pembilasan menggunakan air, dan senyawa flavonol berubah menjadi flavon.
KESIMPULAN
Identifikasi glikosida flavonoid dalam simplisia dapat dilakukan dengan mereaksikan
ekstrak etil asetat dari simplisia dengan logam pereduksi (Zn dan Mg) dan HCl pekat, apabila
positif, akan terjadi perubahan warna pada ekstrak simplisia yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
1 Wikipedia. Metanol. Online https://id.wikipedia.org/wiki/Metanol diakses pada 15
November 2015
2 Mardawati, 2008. Kajian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Manggis (Gracinia
Mangostana L) dalam Rangka Pemanfaatan Limbah Kulit Manggis di
Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikamalaya, Tesis, Lembaga Penelitian
Universitas Padjajaran, Bandung, Indonesia
3 Ashutosh Kar. 2007. Pharmacognosy dan Pharmacobiotechnology. New Age International
Publisher : New Delhi p 157-160
4 Ir. Nanang Ruhyat. Reaksi Kimia dan Susunan Berkala : KIMIA TEKNIK. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar UMB
5 Eka Putri, dkk. 2015. Modul Praktikum Farmakognosi Fitokimia. Jakarta : Farmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6 Roshita Anggun, dkk. 2013. Isolasi, Identifikasi Dan Uji Antioksidan Senyawa
Flavonoid Dari Ekstrak Etil Asetat Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.).
Chem Info Vol 1, No 1, Hal 247 - 255, 2013. Laboratorium Kimia Organik Jurusan
Kimia Universitas Diponegoro Semarang
7 Lusiana Arifianti, dkk. 2014. Pengaruh Jenis Pelarut Pengektraksi Terhadap Kadar
Sinensetin Dalam Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus Benth.
E-Journal Planta Husada Vol.2,No.1 April 2014 Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga
8 C. Wiwat dan S. Kwantrairat. 2014. HIV- 1 Reverse Transcriptase Inhibitors fromThai
Medicinal Plants and Elephantopus scaber Linn. Department of Microbiology,
Faculty of Pharmacy, Mahidol University, Thailand. Mahidol University Journal of
Pharmaceutical Sciences 2013; 40 (3), 35-44
9 Anees Ahmad. 2009. Extraction, Separation and Identification of Chemical
Ingredients of Elephantopus Scaber L. Using Factorial Design of Experiment.
Environmental Technology Division School of Industrial Technology Universiti Sains
Malaysia. CCSE International Journal of Chemistry. Vol 1 No. 1 Februari 2009
10 Md. Sanower Hossain , dkk. 2014. A Review of Ethnobotany, Phytochemistry, and
Pharmacology. The Scientific World Journal Volume 2014 (2014)
diakses online http://dx.doi.org/10.1155/2014/274905 pada 15 November 2015