7
PEMAHAMAN DIRI PADA REMAJA Oleh : Anglia Febrina Remaja memiliki penghayatan mengenai siapakah mereka dan apa yang dapat membedakan diri mereka dengan orang lain di sekitar mereka. Apakah mereka lebih tinggi dibandingkan teman-teman sebayanya? Apakah keahlian yang terdapat pada diri mereka? Sebagai contoh, perhatikan deskripsi diri yang dibuat oleh seorang remaja laki-laki sebagai berikut : “Aku adalah seorang atlet laki-laki yang cerdas, yang memiliki pandangan politik liberal, seorang ekstrovert, dan seorang individu yang bergairah” ia merasa nyaman dengan keunikannya: “Tidak ada seorangpun yang benar-benar menyerupai diriku. Tinggi badanku 5 kaki 11 inci dan berat badanku 160 pon. Aku tinggal di pinggiran kota dan berencana untuk memasuki universitas negeri. Aku ingin menjadi seorang jurnalis di bidang olahraga. Aku adalah seorang ahli dalam membuat perahu kano. Ketika sedang tidak bersekolah dan tidak sedang belajar, aku menuliskan sebuah cerita pendek mengenai tokoh olahraga, yang aku harap dapt dipublikasikan suatu hari nanti.” Nyata atau hanya imajinasi saja, penghayatan mengenai diri dan keunikan yang dikembangkan oleh seorang remaja ini dapat memotivasi hidupnya. Eksplorasi kami mengenai diri akan dimulai dengan pemaparan informasi mengenai pemahaman diri remaja. Meskipun di masa remaja seorang individu menjadi lebih introspektif, pemahaman diri ini tidak sepenuhnya bersifat internal, namun pemahaman diri merupakan sebuah kontruksi sosial-kognitif (Bergman, 2004; Bosma & Kunnen, 2001; Harre, 2004; Harter, 2006; Tesser, Fleeson, & Suls, 2000). Apakah yang Dimaksud Dengan Pemahaman Diri? Pemahaman diri (self-understanding) adalah representasi kognitif remaja mengenai diri, substansi dan isi dari konsepsi- diri remaja. Sebagai contoh, seorang remaja laki-laki 12 tahun memahami bahwa ia adalah seorang siswa, seorang pemain sepak bola, seorang anggota keluarga, dan seorang pencinta permainan video. Seorang remaja perempuan berusia 14 tahun memahami bahwa ia adalah seorang pemandu sorak, seorang anggota dari senat

Pemahaman Diri Pada Remaja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemahaman diri remaja

Citation preview

Page 1: Pemahaman Diri Pada Remaja

PEMAHAMAN DIRI PADA REMAJA

Oleh : Anglia Febrina

Remaja memiliki penghayatan mengenai siapakah mereka dan apa yang

dapat membedakan diri mereka dengan orang lain di sekitar mereka. Apakah

mereka lebih tinggi dibandingkan teman-teman sebayanya? Apakah keahlian

yang terdapat pada diri mereka? Sebagai contoh, perhatikan deskripsi diri yang

dibuat oleh seorang remaja laki-laki sebagai berikut : “Aku adalah seorang atlet

laki-laki yang cerdas, yang memiliki pandangan politik liberal, seorang

ekstrovert, dan seorang individu yang bergairah” ia merasa nyaman dengan

keunikannya: “Tidak ada seorangpun yang benar-benar menyerupai diriku.

Tinggi badanku 5 kaki 11 inci dan berat badanku 160 pon. Aku tinggal di

pinggiran kota dan berencana untuk memasuki universitas negeri. Aku ingin

menjadi seorang jurnalis di bidang olahraga. Aku adalah seorang ahli dalam

membuat perahu kano. Ketika sedang tidak bersekolah dan tidak sedang belajar,

aku menuliskan sebuah cerita pendek mengenai tokoh olahraga, yang aku harap

dapt dipublikasikan suatu hari nanti.” Nyata atau hanya imajinasi saja,

penghayatan mengenai diri dan keunikan yang dikembangkan oleh seorang

remaja ini dapat memotivasi hidupnya. Eksplorasi kami mengenai diri akan

dimulai dengan pemaparan informasi mengenai pemahaman diri remaja.

Meskipun di masa remaja seorang individu menjadi lebih introspektif,

pemahaman diri ini tidak sepenuhnya bersifat internal, namun pemahaman diri

merupakan sebuah kontruksi sosial-kognitif (Bergman, 2004; Bosma & Kunnen,

2001; Harre, 2004; Harter, 2006; Tesser, Fleeson, & Suls, 2000).

Apakah yang Dimaksud Dengan Pemahaman Diri?

Pemahaman diri (self-understanding) adalah representasi kognitif remaja

mengenai diri, substansi dan isi dari konsepsi- diri remaja. Sebagai contoh,

seorang remaja laki-laki 12 tahun memahami bahwa ia adalah seorang siswa,

seorang pemain sepak bola, seorang anggota keluarga, dan seorang pencinta

permainan video. Seorang remaja perempuan berusia 14 tahun memahami

bahwa ia adalah seorang pemandu sorak, seorang anggota dari senat

Page 2: Pemahaman Diri Pada Remaja

mahasiswa, seorang penggemar film, dan seorang penggemar bintang musik

rock. Dalam satu arti, pemahaman diri seorang remaja didasarkan pada berbagai

peran dan jenis keanggotaan yang mereka ikuti, ini semua berperan dalam

mendefinisikan dirinya (Harter, 19901; 2006). Meskipun pemahaman diri

memberikan landasan yang rasional, pemahaman diri bukanlah identitas

keseluruhan remaja.

Dimensi-Dimensi Pemahaman Diri Remaja

Pemahaman diri remaja memiliki sifat yang kompleks dan melibatkan berbagai

asapek diri (Harter, 1998, 1999, 2006). sekarang kita mengkaji bagaimana

pemahaman diri remaja berbeda dengan pemahaman diri anak.

1. Abstraksi dan Idealisasi

ketika diminta untuk mendeskripsikan mengenai dirinya sendiri, remaja mulai

menggunakan istilah-istilah yang lebih abstrak dan idealistik. Hal ini tidak terjadi

pada anak-anak. Simaklah deskripsi abstrak yang diberikan oleh Laurie, 14

tahun, mengenai dirinya; “aku adalah seorang manusia. Aku adalah seorang

yang bimbang. Aku tidaklah menganal siapakah diriku ini.” simaklah juga

deskripsi idealistik mengenai dirinya; “pada dasarnya aku adalah seorang yang

sensitif, yang betul-betul peduli terhadap perasaan orang lain. Aku menganggap

diriku menarik.” tidak semua remaja mendeskripsikan dirinya dalam cara

idealistik seperti ini, namun sebagian remaja membedakan antara diri riil (real

self) dan diri ideal (ideal self).

2. Diferensiasi

Seiring dengan berlangsungnya waktu, pemahaman diri remaja menjadi semakin

terdiferensiasi (differentiated) (Harter, 2006). Dibandingkan anak-anak, remaja

semakin mempertimbangkan berbagai konteks atau situasi ketika

mendeskripsikan dirinya (Harter, Waters, & Whitesell, 1996). sebagai contoh,

seorang remaja perempuan yang berusia 15 tahun mungkin akan

mendeskripsikan dirinya dengan menggunakan seperangkat karakteristik

tertentu apabila berkaitan dengan keluarganya, dan seperangkat karakteristik

lainnya apabila berkaitan dengan kawan-kawannya. Meskipun demikian ,

seperangkat karakteristik lainnya mungkin juga muncul dalam deskripsi dirinya

yang berkaitan dengan relasi romantik. Singkatnya, dibandingkan anak-anak,

Page 3: Pemahaman Diri Pada Remaja

remaja cenderung lebih memahami bahwa mereka memiliki beberapa diri yang

berbeda, sampai taraf tertentu, variasi dari masing-masing diri itu berkaitan

dengan peran atau konteks tertentu.

3. Diri yang Berfluktuasi

Karena sifat dasar dari seorang remaja berkontradiksi, tidak mengherankan

apabila diri itu berfluktuasi diberbagai situasi dan waktu yang berbeda-beda

(Harter, 1990a; Harter & Whitesell, 2002). Seorang remaja yang berusia 15

tahun yang dipaparkan di awal, menyatakan bahwa ia tidak memahami

bagaimana ia dapat berubah dari sifat periang di suatu saat, menjadi cemas di

saat yang lain, dan tidak lama kemudian berubah lagi menjadi kasar. Seorang

peneliti menyatakan fluktuasi diri remaja sebagai “diri barometris” atau

(barometric self) (Rosenberg, 1979). dalam kebanyakan kasus, diri senantiasa

berada dalam kondisi tidak stabil hingga masa remaja akhir atau bahkan masa

dewasa awal, ketika disusun sebuah teori mengenai diri yang lebih menyeluruh.

4. Kontradiksi di Dalam Diri

Ketika remaja mulai melakukan diferensiasi dalam konsepnya mengenai diri

menjadi berbagai peran dalam konteks relasi yang berbeda-beda, remaja mulai

menangkap adanya berbagai kemungkinan kontradiksi yang dapat muncul dalam

dirinya yang berbeda-beda itu. Dalam sebuah studi, Susan Harter (1986)

meminta peran siswa kelas tujuh, sembilan, dan sebelas, untuk mendeskripsikan

dirinya. Ia menemukan adanya sejumlah kontradiksi dalam deskripsi diri yang

dinyatakan oleh remaja (suasana hati yang berubah-ubah dan memahami, buruk

dan menarik, bosan dan ingin tahu, peduli dan tidak peduli, introvert dan gemar

bersenang-senang), cenderung meningkat secara dramatis antara kelas tujuh

dan sembilan. Meskipun jumlah kontradiksi dari deskripsi diri para siswa ini

cenderung menurun di kelas sebelas, deskripsi seperti ini masih terlihat menonjol

di kelas tujuh. Remaja mengembangkan kemampuan kognitif untuk mendeteksi

inkonsistensi ini ketika mereka berjuang menyusun sebuah teori umum

mengenai diri (Harter & Monsour, 1992).

5. Diri riil Versus Diri Ideal, Diri Sebenarnya Versus Diri Palsu

Munculnya kemampuan remaja untuk menyusun diri ideal dapat membingungkan

mereka. Sementara kapasitas untuk mengenali kesenjangan antar diri riel dan

diri ideal itu memperlihatkan kemajuan kognitifnya, seorang ahli teori humanistik

Page 4: Pemahaman Diri Pada Remaja

Carl Rogers (1950) berpendapat bahwa kesenjangan yang kuat antara diri riel

dan diri ideal dapat menjadi indikasi dari gangguan penyesuaian diri.

Salah satu pandangan menyatakan bahwa suatu aspek yang penting dari diri

ideal atau diri yang dibayangkan itu disebut kemungkinan diri (possible self),

kemungkinan individu itu menjadi seperti apa, diri seperti bagaimanakah yang

diinginkan, diri seperti bagaimanakah yang tidak diinginkan (Cota-Robles, Neis,

& Hunt, 2000; Dunkel & Kerpelman, 2004; Markus & Nurius, 1986).

Menurut pandangan ini, munculnya diri ideal yang diharapkan maupun yang

ditakutkan atau tidak diinginkan itu sehat secara psikologis, menggiring pada

keseimbangan antara perspektif dan motivasi remaja. Dapatkah remaja

membedakan antara diri yang sebenarnya dan diri yang palsu? Sebuah penelitian

menemukan bahwa mereka mampu (Harter & Lee, 1989). Remaja paling sering

menampilkan diri yang palsu ketika berada bersam kawan-kawan sekelas dan

dalam situasi pacaran, mereka paling jarang menampilkan diri yang palsu ketika

mereka berada bersama kawan-kawan dekat. Alasan yang mendorong remaja

untuk menampilkan diri yang palsu adalah karena keinginan untuk memberi

kesan yang baik atau untuk mencoba berbagai perilaku atau peran baru.

6. Perbandingan Sosial

Karena jumlah kelompok yang dijadikan referensi itu banyak sekali, remaja

dapat bingung apabila mereka terlalu banyak mengandalkan perbandingan

sosial. Perlukah mereka membandingkan dirinya dengan kawan-kawan

sekelasnya? Membandingkan dirinya dengan kawan-kawan yang berjenis kelamin

sama? Membandingkan dirinya dengan para remaja yang populer, menarik, dan

atletis? Remaja bingung apabila harus mempertimbangkan semua kelompok

pembanding ini.

7. Kesadaran diri

Dibandingkan dengan anak-anak, remaja cenderung lebih sadar diri (Self-

Conscious) dan berpraokupasi dengan pemahaman dirinya (Harter, 2006).

Meskipun remaja menjadi lebih introspektif, mereka tidak selalu

mengembangkan pemahaman dirinya dalam kondisi terisolasi secara sosial.

Remaja mendekati kawan-kawannya untuk memperoleh dukungan dan

penjelasan mengenai dirinya, termasuk mendengarkan pendapat kawan-

Page 5: Pemahaman Diri Pada Remaja

kawannya dalam proses mendefinisikan siapa dirinya itu.

8. Perlindungan Diri

Dalam upaya untuk melindungi diri, remaja cenderung menyangkal karakteristik-

karakteristik yang negatif. Sebagai contoh, dalam penyelidikan yang dilakukan

oleh Harter mengenai pemahaman diri, remaja cenderung memandang deskripsi

diri yang positif, seperti menarik, menyenangkan, sensitif, penuh perasaan, dan

Ingin tahu, sebagai aspek-aspek yang sentral dan penting dari diri, sementara itu

mereka cenderung memandang deskripsi diri yang negatif seperti buruk, biasa-

biasa saja, depresi, mementingkan diri sendiri, dan cemas sebagai aspek-aspek

yang kurang penting dari diri (Harter, 1986). Kecenderungan ini konsisten

dengan kecenderungan remaja untuk mendeskripsikan dirinya secara idealistik.

9. Diri yang Tidak Disadari

Dimasa remaja, pemahaman diri melibatkan pengenalan yang lebih besar bahwa

diri meliputi komponen-komponen yang tidak disadari maupun yang disadari.

Meskipun demikian, pengenalan ini cenderung tidak muncul sebelum individu

memasuki masa dewasa akhir (Selman, 1980). Artinya, dibandingkan remaja

yang lebih kecil, remaja yang lebih besar lebih mempercayai adanya aspek-aspek

tertentu dari pengalaman mental yang berada di luar kesadaran atau kontrol

mereka.

10.Integrasi Diri

Khususnya di masa remaja akhir dan masa beranjak dewasa, pemahaman diri

menjadi lebih terintegrasi, yang mengandung bagian-bagian dari diri yang

terpisah itu digabungkan secara sistematis. Ketika berusaha menyusun teori

umum mengenai diri, penghayatan mengenai identitas yang terintegrasi, anak

muda yang lebih besar dapat mendeteksi adanya inkonsistensi dalam deskripsi

dirinya yang lebih awal.

Page 6: Pemahaman Diri Pada Remaja

Pemahaman Diri dan Konteks Sosial

Diri majemuk dari anak-anak muda yang berasal dari berbagai etnik

mencerminkan pengalaman mereka ketika mengarahkan dunia keluarga, kawan-

kawan, sekolah dan komunitas yang beraneka ragam (Cooper dkk., 2002).

Penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak muda AS keturunan Afrika, Cina,

Filipina, Latin, Eropa, Jepang dan Vietnam, maupun terhadap anak-anak muda

Jepang, memperlihatkan bahwa ketika mereka berpindah dari budaya yang satu

ke budaya yang lainnya, mereka menjumpai rintangan-rintangan yang terkait

dengan bahasa, rasisme, gender, imigrasi, dan kemiskinan. Meskipun demikian,

di setiap dunia yang berbeda-beda itu mereka juga dapat menemukan sumber-

sumber dukungan di institusi, di antara orang-orang lain., dan dalam diri mereka

sendiri. Anak muda yang kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang

berbeda-beda itu dapat terasing dari sekolah, keluarga, atau kawan-kawan

sebaya. Meskipun demikian, anak muda yang dapat mengarahkan dirinya secara

efektif ketika berhadapan dengan dunia yang berbeda-beda itu dapat

mengembangkan diri yang bikultural atau multikultural dan menjadi “perantara

budaya” bagi orang lain.

Hazel Markus dan koleganya (Markus & Kitayama, 1994 ; Markus, Mullaly,

& Kitayama, 1999) berpendapat bahwa pemahaman mengenai diri yang

mejemuk yang muncul ketika seseorang berpartisipasi dalam praktik-praktik

budaya merupakan hal yang penting. Menurut mereka, semua diri bersifat

spesifik- budaya yang muncul ketika individu beradaptasi dengan lingkungan

budayanya. Dalam konteks Amerika Utara (khususnya konteks sosio-ekonomi

menengah), budaya yang ada, mendukung dan membina individualitas. Apabila

diberi peluang untuk mendeskripsikan diri mereka sendiri, maka orang-orang

Amerika Utara sering kali tidak hanya memberikan gambaran mengenai dirinya

sekarang ini namun juga gambaran mengenai dirinya di masa depan.

Mereka sering kali memperlihatkan kebutuhan untuk mengembangkan diri

mejemuk yang stabil dan konsisten.

Di Jepang, diri majemuk sering kali dideskripsikan dalam keterikatannya dengan

orang lain (Dedikdes & Brewer, 2001). Bagi banyak orang Jepang, kemajuan diri

juga merupakan salah satu aspek penting dari diri majemuk ini. Markus dan

rekan-rekan koleganya mengenali bahwa kelompok-kelompok budaya ditandai

Page 7: Pemahaman Diri Pada Remaja

oleh adanya perbedaan namun berkesimpulan bahwa menempatkan aspek yang

dominan dari diri majemuk dalam satu budaya itu akan sangat membantu.

Daphna Oyserman dan para koleganya (2002) baru-baru ini menciptakan

sebuah intervensi untuk mendukung berkembangnya kemungkinan diri yang

terfokus pada kehidupan akademik yang dapat membantu para remaja agar

merasa memiliki kaitan dan terlibat dengan kegiatan sekolahnya. Partisipan

yang dilibatkan adalah para remaja laki-laki dan perempuan Afrika Amerika

pusat kota yang berada di tingkat terakhir sekolah lanjutan.

Referensi : Santrock J.W, 2007. Remaja Edisi 11 Jilid 1, Erlangga : Jakarta.