25
KETERBUKAAN DIRI REMAJA PENGGUNA TWITTER BERDASARKAN TAHAP PERKEMBANGAN REMAJA (REMAJA AWAL, REMAJA TENGAH, DAN REMAJA AKHIR) Natalia Konradus Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma [email protected] ABSTRAK Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Salah satu tugas perkembangan remaja diantaranya adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Salah satu cara untuk mengembangkan sebuah hubungan adalah dengan membuka diri terhadap orang lain. Dengan adanya teknologi yang semakin maju, keterbukaan diri dapat dilakukan juga di dunia maya, salah satunya di dalam jejaring sosial twitter. Faktor-faktor keterbukaan diri yang diungkapkan oleh remaja awal diduga berbeda dengan remaja tengah, dan akhir karena ketiga kelompok tersebut memiliki karakteristik perkembangan yang cukup berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini ingin membuktikan apakah terdapat perbedaan faktor-faktor keterbukaan diri yang diungkapkan antara remaja awal, tengah, dan akhir pengguna twitter. Penelitian ini menggunakan satu set kuesioner yang terdiri dari lima pengukuran tiap faktor yang dikembangkan oleh Magno, Cuason, dan Figueroa dari De La Salle University, Manila. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode purposive sampling yang melibatkan 95 responden, terdiri dari 32 orang remaja awal, 33 orang remaja tengah, dan 30 orang remaja akhir. Teknik analisis yang digunakan adalah one way anova yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.647 (p>0.05), sehingga hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang

Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Salah satu tugas perkembangan remaja diantaranya adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Salah satu cara untuk mengembangkan sebuah hubungan adalah dengan membuka diri terhadap orang lain. Dengan adanya teknologi yang semakin maju, keterbukaan diri dapat dilakukan juga di dunia maya, salah satunya di dalam jejaring sosial twitter. Faktor-faktor keterbukaan diri yang diungkapkan oleh remaja awal diduga berbeda dengan remaja tengah, dan akhir karena ketiga kelompok tersebut memiliki karakteristik perkembangan yang cukup berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini ingin membuktikan apakah terdapat perbedaan faktor-faktor keterbukaan diri yang diungkapkan antara remaja awal, tengah, dan akhir pengguna twitter. Penelitian ini menggunakan satu set kuesioner yang terdiri dari lima pengukuran tiap faktor yang dikembangkan oleh Magno, Cuason, dan Figueroa dari De La Salle University, Manila. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode purposive sampling yang melibatkan 95 responden, terdiri dari 32 orang remaja awal, 33 orang remaja tengah, dan 30 orang remaja akhir. Teknik analisis yang digunakan adalah one way anova yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.647 (p>0.05), sehingga hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada keterbukaan diri remaja awal, tengah, dan akhir pengguna twitter, demikian pula antara masing-masing faktor keterbukaan diri yang diungkapkan. Keterbukaan diri pada tiap kelompok remaja pada penelitian ini berada pada tingkat sedang, begitu pula pada masing-masing faktor keterbukaan diri yang diungkapkan tiap kelompok remaja tersebut.

Citation preview

Page 1: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

KETERBUKAAN DIRI REMAJA PENGGUNA TWITTER BERDASARKAN TAHAP PERKEMBANGAN REMAJA (REMAJA AWAL, REMAJA

TENGAH, DAN REMAJA AKHIR)

Natalia KonradusFakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

[email protected]

ABSTRAK

Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Salah satu tugas perkembangan remaja diantaranya adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Salah satu cara untuk mengembangkan sebuah hubungan adalah dengan membuka diri terhadap orang lain. Dengan adanya teknologi yang semakin maju, keterbukaan diri dapat dilakukan juga di dunia maya, salah satunya di dalam jejaring sosial twitter. Faktor-faktor keterbukaan diri yang diungkapkan oleh remaja awal diduga berbeda dengan remaja tengah, dan akhir karena ketiga kelompok tersebut memiliki karakteristik perkembangan yang cukup berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini ingin membuktikan apakah terdapat perbedaan faktor-faktor keterbukaan diri yang diungkapkan antara remaja awal, tengah, dan akhir pengguna twitter. Penelitian ini menggunakan satu set kuesioner yang terdiri dari lima pengukuran tiap faktor yang dikembangkan oleh Magno, Cuason, dan Figueroa dari De La Salle University, Manila. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode purposive sampling yang melibatkan 95 responden, terdiri dari 32 orang remaja awal, 33 orang remaja tengah, dan 30 orang remaja akhir. Teknik analisis yang digunakan adalah one way anova yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.647 (p>0.05), sehingga hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada keterbukaan diri remaja awal, tengah, dan akhir pengguna twitter, demikian pula antara masing-masing faktor keterbukaan diri yang diungkapkan. Keterbukaan diri pada tiap kelompok remaja pada penelitian ini berada pada tingkat sedang, begitu pula pada masing-masing faktor keterbukaan diri yang diungkapkan tiap kelompok remaja tersebut.

Kata kunci: Keterbukaan diri, remaja awal, remaja tengah, remaja akhir, twitter.

Page 2: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

SELF DISCLOSURE IN TWITTER USER ADOLESCENTS BASED ON ADOLESCENTS DEVELOPMENTAL STAGE (EARLY ADOLESCENCE,

MIDDLE ADOLESCENCE, AND LATE ADOLESCENCE)

ABSTRACT

Adolescence is a transition from childhood into adulthood. Adolescent development is divided into three phases, which are early adolescent, middle adolescent, and late adolescent. One of adolescent developmental task is establishing a new and more mature relationships with peers, both men and women. One way to develop a relationship is to open up to others. The advance of technology, providing self-disclosure in cyberspace, such as in social networking twitter. Self-disclosure factors which expressed by early adolescents maybe different with middle and late adolescents because the three groups had quite different developmental characteristics. Therefore, this study wanted to know if there are differences in self-disclosure factors expressed among early, middle, and late adolescents of twitter users. This study used a set of questionnaire consisting of five measurements of each factor developed by Magno, Cuason, and Figueroa from De La Salle University, Manila. This quantitative study used purposive sampling method involving 95 respondents, consisting of 32 early adolescents, 33 middle adolescents, and 30 late adolescents. The analysis technique used is one way anova resulting significance value of 0647 (p>0.05), so that the results showed no significant differences in adolescent’s self-disclosure among early, middle, and late adolescents of twitter users, as well as between each of the factors of self-disclosure. Self-disclosure on each group of adolescents in this study were at a moderate level, as well as in each of the self-disclosure factor expressed by each group.

Key words: Self-disclosure, early adolescents, middle adolescents, late adolescents, twitter.

PENDAHULUAN

Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan sepanjang

kehidupannya. Pertumbuhan merupakan proses pertambahan secara kuantitatif,

seperti bertambahnya tinggi dan berat badan, sedangkan, perkembangan merupakan

proses pertambahan secara kualitatif, seperti misalnya kematangan dalam sistem

reproduksi atau kematangan dalam emosi. Fase perkembangan manusia merupakan

proses yang panjang, meliputi masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga lanjut

Page 3: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

usia. Pada tiap fase perkembangan, manusia mengalami perubahan baik secara fisik

maupun psikologis serta memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukan

pada tahap tersebut. Salah satu tahap perkembangan yang penting dalam kehidupan

manusia adalah masa remaja, dimana seseorang mulai meninggalkan masa kanak-

kanaknya untuk mulai mencapai kedewasaan.

Monks (1999) membagi remaja menjadi tiga fase, yaitu remaja awal (12-15

tahun), remaja pertengahan (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Pada masa

remaja awal, remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat pesat dan

perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat remaja pada dunia

luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak ingin dianggap anak-anak lagi namun

belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Pada masa remaja pertengahan,

kepribadian remaja terkadang masih bersifat kekanak-kanakan. Namun, pada masa

ini remaja mulai menemukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap

pemikiran filosofis dan etis. Pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri

sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk

melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang telah dilakukannya. Sedangkan pada

masa remaja akhir, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal

dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri. Remaja mulai

memahami arah kehidupannya, dan menyadari tujuan hidupnya.

Dengan sifat-sifat yang dimilikinya, remaja dituntut untuk melakukan tugas-

tugas perkembangan tertentu. Salah satu tugas perkembangan remaja menurut

Havinghust (dalam Hurlock, 1990) adalah mencapai hubungan baru yang lebih

matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, oleh karena itu remaja

memiliki keinginan yang tinggi untuk menjalin hubungan dengan orang-orang di

sekitarnya.

Menurut Jourard (dalam Myers, 2005) sebuah hubungan ditandai dengan

adanya keterbukaan diri. Dengan membuka diri seseorang dapat mengembangkan

rasa saling percaya kepada orang lain sehingga hubungan yang dijalani akan semakin

Page 4: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

baik. Keterbukaan diri memiliki arti membuka diri kepada orang lain mengenai

sesuatu yang menyangkut dirinya sendiri (Higgins, 1982). Menurut Taylor, Peplau,

dan Sears (2009) keterbukaan diri dapat dikatakan sebagai mengungkapkan informasi

atau perasaan terdalam kepada orang lain.

Keterbukaan diri tidak hanya dapat dilakukan secara langsung dengan cara

tatap muka. Perubahan yang semakin cepat dalam teknologi komunikasi-informasi,

menyediakan suatu media yang memudahkan komunikasi antar manusia secara

global (Rahardjo, 2006). Kemajuan teknologi kini menyediakan suatu media

komunikasi yang memberikan fasilitas bagi seseorang khususnya remaja untuk dapat

membuka diri dan menjalin komunikasi dengan orang lain secara online, yaitu

melalui media internet.

Joinson (2001) mengemukakan bahwa komunikasi dalam internet ditandai

dengan adanya tingkat keterbukaan diri yang tinggi. Punnyanunt dan Carter (2006)

menyebutkan salah satu ciri hubungan interpersonal yang terbentuk melalui

komunikasi dalam dunia maya adalah keterbukaan diri. Hasil penelitian Punnyanunt

dan Carter tampak pada fenomena saat ini seperti berjamurnya para pengguna blog.

Banyak individu kini yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam dunia maya

melalui tulisan-tulisan artikel di blog atau situs-situs jejaring sosial seperti facebook,

frindster, twitter, dan lain-lain. Para pengguna blog dan situs jejaring sosial tersebut

memaparkan informasi mengenai dirinya dengan intensitas yang cukup sering.

Twitter merupakan situs jejaring sosial berupa micro-blogging, yang

memfasilitasi pengguna untuk dapat memberikan update (pembaruan) informasi

tentang diri pengguna, bisnis, dan lain sebagainya. Twitter dapat dijuluki “SMS of the

internet” atau “Pesan pendek dalam internet”, sebagai program aplikasi internet

untuk mengirim pesan pendek ke aplikasi-aplikasi lain. Pesan pendek tersebut disebut

juga tweet atau kicauan. Tweet adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang

ditampilkan pada halaman profil pengguna.

Page 5: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

Masa-masa awal remaja merupakan masa yang sulit, karena remaja

mengalami perkembangan fisik yang cepat sehingga menyebabkan kecanggungan

dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. Hal ini sering menimbulkan perasaan

rendah diri, sehingga remaja akan bersifat lebih tertutup dan sulit untuk membuka diri

terhadap orang lain, Remaja cenderung akan berteman dengan teman sesama jenis

daripada dengan yang berlawanan jenis. Seiring dengan berjalannya waktu, ketika

memasuki masa remaja tengah dan akhir, remaja semakin mantap dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan yang dimilikinya. Emosi menjadi semakin stabil dan

pengungkapan akan identitas diri semakin terbuka.

Penelitian yang dilakukan oleh Papini, Farmer, Clark, Micka, dan Barnett

(1990) pada remaja awal yang berumur 12 – 15 tahun, menemukan remaja awal

dengan usia yang lebih muda, lebih memilih untuk membuka diri mengenai keadaan

emosionalnya kepada orang tua sedangkan remaja awal dengan umur yang lebih tua

memilih untuk membuka diri kepada teman dekat. Keterbukaan diri pada orang tua

berkaitan erat dengan persepsi remaja terhadap keterbukaan komunikasi dalam

keluarga, kelekatan keluarga, dan kepuasan terhadap hubungan keluarga.

Keterbukaan kepada teman berkaitan erat dengan harga diri remaja di dalam

kelompok kawan sebaya dan perkembangan identitas.

Penelitian yang dilakukan Alwardt (1995) menemukan bahwa remaja pada

usia sekolah menengah membuka diri dengan membicarakan topik-topik yang umum

dan yang khusus, sedangkan remaja pada usia mahasiswa membuka diri dengan

hanya membicarakan topik-topik yang khusus secara lebih mendetail. Selain itu,

dengan bertambahnya usia maka, topik-topik yang dibicarakan dalam usaha untuk

membuka diri kepada orang lain semakin bertambah. Selain itu, banyaknya waktu

dalam mendiskusikan suatu topik bertambah sejalan dengan bertambahnya usia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui perbedaan

perilaku keterbukaan diri remaja pengguna twitter berdasarkan pada tahap

perkembangan remaja

Page 6: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

METODE PENELITIAN

Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a) tahapan

perkembangan remaja (sebagai variabel bebas), dan (b) keterbukaan diri (sebagai

variabel tergantung).

Tahapan perkembangan remaja pada penelitian ini mengacu pada pembagian

masa remaja, yang meliputi remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Variabel

tahapan perkembangan remaja dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan

pembagian masa remaja menurut Monks, Knoers, Haditono, dan Rahayu (1999),

yaitu masa remaja awal adalah remaja yang berusia antara 12 sampai 15 tahun,

remaja tengah adalah remaja yang berusia antara 15 sampai 18 tahun, dan remaja

akhir adalah remaja yang berusia antara 18 sampai 21 tahun. Namun, pada penelitian

ini sampel remaja tengah akan diambil dari usia 16 sampai 18 tahun, sedangkan

remaja akhir diambil dari usia 19 sampai 21 tahun. Pengelompokan ini dilakukan

untuk mengontrol pengaruh masa transisi yang mungkin dapat mempengaruhi

kondisi-kondisi psikologis subjek penelitian.

Keterbukaan diri dalam penelitian ini adalah perilaku verbal dimana

seseorang mengungkapkan informasi pribadi mengenai diri sendiri kepada orang lain

secara sukarela berupa pikiran, pengalaman, dan perasaan. Variabel keterbukaan diri

dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala keterbukaan diri yang

berisi factor-faktor yang ada dalam keterbukaan diri dari Magno, Cuason, dan

Figueroa (2008) yaitu faktor beliefs (keyakinan), faktor relationships (hubungan) ,

faktor personal matters (masalah pribadi), faktor interest (minat atau ketertarikan),

faktor intimate feelings (perasaan intim). Semakin tinggi nilai skor, maka semakin

tinggi keterbukaan diri, sebaliknya semakin rendah nilai skor, maka semakin rendah

keterbukaan diri.

Page 7: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja awal, remaja tengah, dan remaja

akhir pengguna twitter yang tinggal di Jabodetabek. Sampel penelitian ini adalah

siswa SMP, SMA, mahasiswa dan karyawan berjenis kelamin pria dan wanita yang

tergolong remaja awal (usia 12-15 tahun), remaja tengah (usia 16-18 tahun), dan

remaja akhir (usia 19-21 tahun) sebanyak 95 orang. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah teknik purposive sampling.

Teknik Pengumpulan Data

Daftar isian data diri subjek terdiri dari usia, status, agama, dan sejumlah

pertanyaan yang berhubungan dengan twitter. Usia digunakan untuk menentukan

remaja berada pada tahapan perkembangan remaja awal, remaja tengah, atau remaja

akhir.

Skala keterbukaan diri digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

keterbukaan diri remaja. Skala keterbukaan diri yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan adaptasi alat ukur Self Disclosure Scale (SDS) yang dikembangkan oleh

Magno, Cuason, dan Figueroa (2008). Skala ini berisi faktor-faktor yang ada dalam

keterbukaan diri, meliputi faktor beliefs (keyakinan), faktor relationships (hubungan),

faktor personal matters (masalah pribadi), faktor interest (minat atau ketertarikan),

faktor intimate feelings (perasaan intim).

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adanya

perbedaan keterbukaan diri berdasarkan tahapan perkembangan remaja (remaja awal,

remaja tengah, dan remaja akhir) adalah teknik one way anova dengan bantuan

program IBM SPSS Statistic Ver. 20.

Page 8: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Hipotesis

Dari hasil analisis one way anova, diketahui nilai signifikansi keterbukaan diri

sebesar 0.647 (p > 0.05). Dengan demikian dari hasil tersebut terlihat tidak adanya

perbedaan keterbukaan diri antara kelompok remaja awal, remaja tengah, dan remaja

akhir. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis

yang berbunyi “Terdapat perbedaan keterbukaan diri pada remaja awal, tengah, dan

akhir pengguna twitter”, ditolak.

Uji Perbedaan tiap Faktor dalam Keterbukaan Diri

Dari hasil analisis one way anova, diketahui nilai signifikansi tiap faktor

dalam keterbukaan diri adalah sebagai berikut:

Tabel 1Nilai Signifikansi tiap Faktor dalam Keterbukaan Diri

No. Faktor Sig F1. Belief 0.079 2.6152. Relationships 0.318 1.1623. Personal Matters 0.077 2.6404. Interest 0.993 0.0075. Intimate Feelings 0.495 0.709

Dengan demikian dari hasil tersebut terlihat tidak adanya perbedaan pada

masing-masing faktor dalam keterbukaan diri antara kelompok remaja awal, remaja

tengah, dan remaja akhir.

Kategorisasi Subjek Penelitian

Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian dapat diuraikan mengenai

kategorisasi subjek penelitian. Kategorisasi subjek yang digunakan dalam penelitian

ini berdasarkan perbandingan rerata hipotetik dan rerata empiric. Hasil perbandingan

rerata hipotetik dan rerata empirik pada variabel keterbukaan diri dalam ketiga

Page 9: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

kelompok tahapan perkembangan remaja pengguna twitter dapat dilihat pada tabel 1

berikut ini:

Tabel 2Rerata Empirik dan Rerata Hipotetik Keterbukaan Diri

Kelompok Remaja Rerata Empirik Rerata Hipotetik Standar Deviasi Hipotetik

Remaja Awal 91.16 92.5 18.5Remaja Tengah 89.33 92.5 18.5Remaja Akhir 91.73 92.5 18.5

Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan bahwa keterbukaan diri pengguna

twitter baik remaja awal, remaja tengah, maupun remaja akhir termasuk dalam

kategori sedang.

Analisis Faktor dalam Keterbukaan Diri

Dari hasil deskripsi data penelitian dapat diuraikan lagi mengenai kategorisasi

subjek penelitian berdasarkan tiap faktor dalam keterbukaan diri. Kategorisasi per

faktor yang digunakan sama dengan kategorisasi keterbukaan diri secara keseluruhan,

yaitu berdasarkan perbandingan rerata hipotetik dan rerata empiric. Hasil

perbandingan rerata hipotetik dan rerata empirik pada tiap faktor keterbukaan diri

dalam ketiga kelompok tahapan perkembangan remaja pengguna twitter dapat dilihat

pada tabel 1 berikut ini:

Page 10: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

Tabel 3Rerata Empirik dan Rerata Hipotetik Faktor-faktor dalam Keterbukaan Diri

No. Faktor Kelompok Remaja

Rerata Empirik

Rerata Hipotetik

Standar Deviasi

Hipotetik1 Belief Remaja Awal 9.47 10 2

Remaja Tengah 9.73 10 2Remaja Akhir 10.43 10 2

2 Relationships

Remaja Awal 22.88 25 5Remaja Tengah 23.24 25 5Remaja Akhir 24.20 25 5

3 Personal Matters

Remaja Awal 15.13 15 3Remaja Tengah 13.82 15 3Remaja Akhir 14.30 15 3

4 Interest Remaja Awal 17.47 17.5 3.5Remaja Tengah 17.45 17.5 3.5Remaja Akhir 17.40 17.5 3.5

5 Intimate Feelings

Remaja Awal 26.22 25 5Remaja Tengah 25.09 25 5Remaja Akhir 25.40 25 5

Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan bahwa tiap faktor keterbukaan diri

yang diungkapkan pengguna twitter baik remaja awal, remaja tengah, maupun remaja

akhir termasuk dalam kategori sedang.

Interpretasi Terhadap Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan keterbukaan

diri pada remaja pengguna twitter ditinjau berdasarkan tahapan perkembangan remaja

yang meliputi remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Hasil analisis

menemukan tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam keterbukaan diri pada

remaja awal, tengah, dan akhir pengguna twitter. Hal ini mungkin disebabkan karena

twitter memang merupakan tempat berbagi informasi, sehingga setiap remaja baik itu

remaja awal, tengah, maupun akhir yang menggunakan twitter akan cenderung untuk

membagikan informasi mengenai dirinya, meskipun ketiga kelompok remaja ini

memiliki karakteristik perkembangan yang cukup berbeda.

Page 11: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

Keterbukaan diri subjek dalam ketiga kelompok, yaitu kelompok remaja awal,

remaja tengah, dan remaja akhir pada penelitian ini berada pada tingkat sedang. Hal

ini berarti pada usia remaja awal, tengah, dan akhir dalam penelitian ini memiliki

kecenderungan untuk mengungkapkan informasi pribadi mengenai diri sendiri kepada

orang lain berupa pikiran, pengalaman, dan perasaan di dalam twitter. Namun mereka

dapat memilih dan menentukan informasi-informasi pribadi mana yang dapat

diungkapkan dan mana yang tidak dapat diungkapkan di dalam twitter.

Penulis juga mencoba untuk melihat apakah ada perbedaan antara masing-

masing faktor dalam keterbukaan diri pada remaja awal, tengah, dan akhir pengguna

twitter. Berdasarkan uji One Way Anova, ditemukan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara faktor-faktor yang terdapat dalam keterbukaan diri pada remaja

awal, tengah, dan akhir pengguna twitter. Analisis lebih lanjut menemukan bahwa

kelima faktor yang terdapat dalam keterbukaan diri, yaitu faktor belief (keyakinan),

faktor relationships (hubungan), faktor personal matters (masalah pribadi), faktor

interest (minat atau ketertarikan), dan faktor intimate feelings (perasaan yang intim)

pada ketiga kelompok remaja pada penelitian ini berada pada tingkat sedang, yang

artinya remaja awal, tengah, dan akhir mengungkapkan berbagai aspek pada diri

mereka dengan cukup terbuka.

Hal ini mungkin terjadi karena ada beberapa anggapan bahwa keterbukaan

diri yang berlebihan kurang baik. Menyampaikan semua informasi pribadi, baik itu

berupa pikiran maupun perasaan secara terang-terangan dianggap kurang pantas,

apalagi kepada orang-orang yang belum dikenal secara langsung. Teman-teman

(follower) di dalam twitter mungkin saja bukan merupakan teman akrab dari

pengguna twitter, melainkan hanya sekedar kenalan yang bahkan belum pernah

bertemu sebelumnya. Sehingga pengguna twitter merasa kurang nyaman untuk

mengungkapkan informasi mengenai dirinya. Selain itu, di dalam twitter tidak hanya

follower saja yang dapat melihat status (tweet) pengguna, namun semua orang yang

Page 12: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

bahkan tidak memiliki twitter pun dapat melihatnya, kecuali jika twitter pengguna

diproteksi.

Faktor-faktor dalam keterbukaan pada penelitian ini memang berada pada

kategori sedang. Namun, jika dilihat dengan lebih teliti berdasarkan posisi dan rerata

empirik dari masing-masing faktor, ada faktor yang berada pada kategori sedang yang

cenderung menuju kategori tinggi, dan ada yang cenderung menuju kategori rendah.

Faktor belief pada remaja awal dan remaja tengah berada pada tingkat sedang

menuju pada kategori rendah, sedangkan pada remaja akhir berada pada tingkat

sedang yang menuju pada kategori tinggi. Hal ini mungkin terjadi mengingat remaja

akhir sudah mulai memiliki pilihan arah hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu

mengambil pilihan dan keputusan tentang arah hidupnya, termasuk yang

berhubungan dengan keyakinan, prinsip, serta kepercayaan, sehingga remaja akhir

lebih mudah untuk berbagi mengenai hal-hal tersebut.

Faktor relationships pada remaja awal, tengah, dan akhir sama-sama berada

pada kategori sedang yang menuju ke arah rendah, demikian pula dengan faktor

interest.

Fakktor personal matter pada remaja awal berada pada kategori sedang

menuju ke arah tinggi, sedangkan pada remaja tengah dan akhir faktor personal

matter berada pada tingkat sedang mengarah pada kategori sedang. Remaja awal

merasa cemas terhadap dirinya sendiri karena merasa kurang mendapat perhatian dari

orang lain atau bahkan merasa tidak ada orang yang mempedulikanya sehingga

mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar. Remaja pada usia ini

merasa memiliki banyak masalah yang cukup sulit berkaitan dengan perubahan

dirinya secara jasmani sehingga mungkin inilah yang menyebabkan remaja awal lebih

terbuka mengenai masalah pribadi mereka.

Faktor intimate feelings pada remaja awal, remaja tengah, dan akhir,

ketiganya berada pada tingkat sedang yang menuju ke arah kategori tinggi. Dalam hal

ini, ketiga kelompok remaja lebih cenderung memilih membuka diri mereka

Page 13: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

berkenaan dengan perasaan-perasaan yang sedang mereka rasakan, seperti perasaan

senang maupun perasaan sedih.

Dengan membuka diri, remaja dapat meningkatkan kedekatan dan keintiman

dalam hubungan (Derlega, dkk, dalam Rotternberg, 1995). Namun, keterbukaan diri

yang berlebihan dapat menimbulkan dampak yang kurang baik. Pada Februari 2010,

ada dua orang pelajar Indonesia, Rana dan Marsha, yang menjadi bintang secara

mendadak di twitter, nama mereka sempat masuk ke dalam deretan trending topics

dunia. Rana, siswi SMP di Jakarta, menulis komentar berisi hinaan kepada para

pengguna BlackBerry. Rana menyebut pengguna gadget yang sedang naik daun ini

sebagai alay alias anak layangan (sebutan untuk orang yang dianggap kampungan).

Sedangkan Marsha, siswi SMA swasta di Jakarta, sempat menghina dan

menjelekkan-jelekkan sekolah negeri dan sekolah internasional. Kedua remaja

tersebut mendapat balasan berupa hujatan bertubi-tubi dari pengguna twitter lainnya

(tekno.kompas.com).

Twitter memang merupakan salah satu jenis CMC yang memfasilitasi remaja

untuk dapat berhubungan dengan orang lain, baik teman maupun kenalan yang berada

di dalam maupun luar negeri. Hal ini didukung oleh deskripsi subjek dalam penelitian

ini, yaitu sebanyak 51 dari total 95 subjek atau sebesar 53.68% mengatakan alasan

membuat akun twitter adalah untuk memperluas jaringan pertemanan. Dengan

keterbukaan diri yang sewajarnya, memilih informasi apa saja yang dapat dibagikan,

dan informasi apa saja yang tidak seharusnya dibagikan di dalam twitter, remaja

dapat menjalin hubungan pertemanan yang baik tanpa harus mengalami dampak

negatif seperti yang telah dialami kedua remaja di atas.

Namun, tidak dapat dipungkiri fungsi twitter bukan hanya untuk mencari

teman, melainkan juga dapat digunakan untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan

public figure, mempopulerkan web atau blog yang dimiliki, media advertise, mencari

dukungan politik, mendapatkan informasi secara realtime, serta dapat digunakan

untuk mencari uang (Juju dan MataMaya, 2009). Mengingat fungsi twitter tersebut,

Page 14: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

mungkin saja remaja menggunakan twitter untuk salah satu hal di atas, misalnya

untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan public figure yang ia sukai atau untuk

mendapatkan informasi secara realtime, contohnya saja informasi mengenai

beasiswa, sehingga aktivitas yang dilakukan remaja dalam twitter bukan untuk

membagikan informasi pribadinya namun sebaliknya untuk mendapatkan informasi

tertentu.

Terkadang juga, pengguna saling berteman di dalam twitter karena memiliki

hobi atau ketertarikan yang sama akan sesuatu hal, misalnya saja menyukai artis

tertentu. Sehingga interaksi yang mereka lakukan dalam twitter hanya sebatas

membagikan informasi mengenai artis tersebut dan bukan mengenai informasi

pribadi masing-masing. Meskipun demikian, remaja tetap dapat menjalin komunikasi

yang baik dan berkenalan dengan pengguna twitter lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil analisis menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

pada keterbukaan diri antara remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir pengguna

twitter. Keterbukaan diri subjek dalam ketiga kelompok, yaitu kelompok remaja

awal, remaja tengah, dan remaja akhir pada penelitian ini berada pada tingkat sedang.

Analisis lebih lanjut menunjukkan, kelima faktor yang terdapat dalam

keterbukaan diri, yaitu faktor belief (keyakinan), faktor relationships (hubungan),

faktor personal matters (masalah pribadi), faktor interest (minat atau ketertarikan),

dan faktor intimate feelings (perasaan yang intim) pada ketiga kelompok remaja pada

penelitian ini berada pada tingkat sedang.

Page 15: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

Saran

Bagi Remaja

Bagi remaja disarankan agar dapat memanfaatkan twitter sebagai sarana

komunikasi dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja pengguna

twitter memiliki keterbukaan yang cukup baik dalam twitter. Dengan adanya

keterbukaan diri dalam batas yang sewajarnya remaja dapat memperluas jaringan

pertemanan sehingga memungkinkan remaja untuk mendapatkan banyak

pengetahuan dari teman dan kenalan dalam twitter, tanpa harus mendapat anggapan

atau dampak negatif dari pengguna twitter lainnya.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti perbedaan keterbukaan

diri remaja awal, tengah, dan akhir yang tidak menggunakan twitter. Selain itu,

peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat melakukan analisis mendalam untuk

menjaring faktor-faktor apa saja yang mungkin dapat mempengaruhi perbedaan

keterbukaan diri dalam komunikasi online, khususnya twitter.

DAFTAR PUSTAKA

Alwardt, N. C. (1995). Can we talk? gender and age differences in self-disclosure among close friends. Thesis. Illinois: Eastern Illinois University Charleston.

Derlega, V. J. (1993). Self disclosure. London: SAGE Publication.

Higgins, J. M. (1982). Human relations concepts and skill. United States: Random House.http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/02/18/09054237/Fenomena.Indonesia.di.Belantara.Trending.Topics.Twitter

Hurlock, E. B. (1990). Psikologi perkembangan:suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Page 16: Jurnal Skripsi - Keterbukaan DIri Remaja Pengguna Twitter Berdasarkan Tahapan Perkembangan Remaja (Remaja Awal, Remaja Tengah, Dan Remaja Akhir)

Joinson, A. N. (2001). Self-disclosure in computer mediated communication: the role of self-awarenerss and visual anonymity. European Journal of Social Psychology. United Kingdom: The Open University.

Juju, D., Studio, M. (2009). Twitter: tunggu apa lagi…follow me! Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Magno, C., Cuason, S., Figueroa, C. (2008). The development of the self-disclosure scale. Manila: De La Salle University.

Monks, F. J., Knoers, A.M.P., Haditono, Rahayu, S. (1999). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Myers, D. G. (2005). Social psychology. New York: Mc.Graw Hill.

Papini, D.R., Farmer, F.F., Clark, S.M., Micka, J.C., Barnett, J.K. (1990). Early adolescent age and gender differences in pattern of emotional self disclosures to parents and friends. Journal of developmental psychology. Macomb: Department of Psychology, Western Illinois University

Punyanunt. N.M, Carter. (2006). An analysis of college student’s self disclosure behaviors on the internet. USA: Texas Tech University.

Rahardjo, W., Hutahean, E.S.H., & Mufattahah, S. (2006). Kontribusi kebutuhan afiliasi dan privasi terhadap self-disclosure pada pengguna internet relay chat (irc). Jurnal Psikologi Sosial. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Taylor, S. E, Peplau, L. A, Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial (edisi ke-12). Jakarta: Prenada Media Group.

Zulkarnain, I. (2010). Fenomena indonesia di belantara trending topics twitter. November 1, 2012.