Upload
yasril-syaf
View
1.009
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
PELUANG DAN TANTANGAN PERUSAHAAN SOFTWARE LOKAL DI INDONESIA
Yasril Sjaf , 0706166056, Class B, Group 6Email: [email protected]
Perkembangan industri software di Indonesia saat ini merupakan cerminan kemajuan
masyarakat Indonesia memahami dan menggunakan teknologi informasi dalam kehidupan
sehari-harinya, akan tetapi sangat disayangkan bahwa perkembangan industri software dalam
negeri saat ini masih rendah. Menurut data CITRAS Indonesia lebih dari 70 % komponen
pembangun Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah software atau aplikasi, akan tetapi
jumlah ini masih sebagai target pasar produk piranti lunak besar dunia seperti Microsoft,
IBM, SAP, Oracle maupun produk raksasa lainnya bukan menjadi pemain utama di negara
sendiri. Selain itu konsumsi teknologi informasi secara keseluruhan masih tergolong rendah
bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, India, dan Singapura [5].
Konsumsi TI di Indonesia masih didominasi oleh piranti keras, sedangkan produk
piranti lunak hanya mencapai 8% dan 12 % berupa layanan software yang bila ditotal sekitar
US$380 juta [5]. Sementara itu, berdasarkan riset dari Forrester Research, pasar peranti lunak
secara global mencapai US$207 miliar. Apabila diproyeksikan terhadap PDB, maka angka
konsumsi TI Indonesia di atas hanya sekitar 0,7% sementara itu, konsumsi TI di India sudah
mencapai 3% yakni sebesar US$8 [5]. Dari angka ini dapat kita lihat bahwa pertumbuhan
konsumsi TI Indonesia juga berperan pada pendapatan dan devisa negara yang akhirnya
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Semakin cepat pertumbuhan TI maka
semakin cepat pula pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua kondisi diatas dapat menjadi
sebuah peluang dan tantangan bagi anak negeri sendiri untuk mengembangkan industri
software lokal Indonesia apalagi tahun 2015 mencanagnkan MII (Masyarakat Informasi
Indonesia) sebuah gagasan dimana masyarakat mempunyai keunggulan TI dalam semua
sektor.
Saat ini pertumbuhan pemain industri software lokal di Indonesia masih mengalami
pasang surut. Data pertengahan tahun 2006 ini menunjukkan industri terkait teknologi
informasi berkembang sebesar 6,9 %. Industri jasa berkembang paling besar dengan tingkat
perkembangan 10,4 %, disusul dengan industri aplikasi telematika 8,7 %, hardware 6,5 % dan
perangkat komunikasi 7,8 % [5]. Masih banyak peluang yang bisa diraih oleh pemain lokal
untuk dapat bersaing di level lokal maupun internasional apabila didukung oleh pemerintah
melalui dukungan yang intensif serta regulasi yang tepat, akan tetapi menurut penelitian Frost
& Sullivan, industri perangkat lunak lokal Indonesia mengalami stagnasi di tahun 2009. Hal
ini disebabkan oleh kurangnya pemerintah, asosiasi, dan pemain lokal menjalin kerjasama
dengan negara-negara di Asia Tenggara [4].
Masalah utama selain regulasi dan dukungan pemerintah adalah pembajakan software
yang tidak bisa diredam dengan mudah baik oleh swasta maupun pemerintah. Tidak mudah
mengendalikan pembajakan yang terjadi di Indonesia karena tingkat kesadaran masyarakat
pengguna TI di Indoenesia masih rendah mengenai pentingnya menghormati hak cipta
seseorang maupun perusahaan. Faktor harga lisensi software yang mahal dan tingkat ekonomi
masyarakat yang masih rendah bukan menjadi satu-satunya pemicu tingginya angka
pembajakan di Indonesi yang harus dihadapi pemain lokal saat ini. Menurut Kepala
Perwakilan Business Software Alliance Indonesia Donny A Sheyoputra, pembajakan tak
hanya terjadi pada piranti lunak mahal tetapi juga produk piranti lunak lokal dengan harga
murah. Hal ini menunjukkan alasan keterbatasan ekonomi bukan semata-mata menjadi
penyebab tingginya pembajakan piranti lunak di Indonesia. Selain itu menurutnya,
penurunan jumlah pembajakan sebesar 10% akan megundang investor dan menyerap tenaga
kerja TI sebanyak 2.200 orang dalam empat tahun kedepan [3].
Berbagai teknik anti-pembajakan maupun distribusi software telah dilakukan oleh
pemain lokal untuk mengurangi terjadinya pembajakan, akan tetapi hal tersebut masih belum
berhasil. Dari data tahun 2006 hingga 2007 penurunan tingkat pembajakan di Indonesia
hanya satu persen dari 85 persen menjadi 84 persen. Sehingga 84 persen piranti lunak yang
diinstal di komputer seluruh Indonesia adalah produk bajakan [3]. Dari semua uraian diatas
maka sebaiknya pemerintah dan pihak yang berwenang melakukan langkah-langkah strategis
yang nyata dan ketat dalam hal regulasi dan pengawasan. Seluruh aspek mulai dari produksi,
distribusi, hingga purna jual software harus diproses dan dipantau dengan cara terbaik
berdasarkan regulasi yang dibuat nantinya.
Selain masalah pembajakan diatas pemerintah juga membuka peluang dan
memberikan dukungan bagi industri software lokal untuk meningkatkan kualitas dan
kematangan organisasi nya dalam memenuhi sertifikasi CMM International. Pemerintah
dalam hal ini Departemen Perindustrian bersama Asosiasi Piranti Lunak Telematika
Indonesia (Aspiluki) tahun 2008 mengeluarkan Kematangan Industri Perangkat lunak
Indonesia (KIPI) versi 1.0 [2]. Tujuan dari dibuatnya standar ini adlaah membantu
pengembang software lokal untuk meningkatkan proses pengembangan piranti lunak dengan
memenuhi standar yang terukur dan berkualitas tanpa perlu mengambil sertifikasi CMM
internasional yang mahal dan memakan waktu lama dalam proses peningkatan kualitas
pengembangan . Selama ini di Indonesia hanya ada dua perusahaan yang mempunyai standar
CMM Internasional dan itu pun hanya berada di level tiga [2]. Dengan dukungan ini
seharusnya pemain lokal di Indonesia semakin terpacu semangatnya dan berlomba-lomba
dalam memenuhi standar nasional ini terlebih dahulu untuk selanjutnya dapat mengambil
standar internasional yang lebih tinggi demi meningkatkan kualias dan daya saing pemain
lokal di dunia software internasional.
Dari aspek dampak sosial yang dirasakan saat ini dari perkembangan industri software
di Indonesia yang paling terasa adalah adanya ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap
perkembangan teknologi. Masyarakat umum maupun kalangan bisnis saat ini ingin selalu
melihat dan mendapatkan teknologi tercanggih untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini
mendorong pemain industri software nasional berlomba-lomba menghasilkan produk
software yang canggih. Hal ini dapat menimbulkan dua kemungkinan yakni menghasilkan
software dengan kualitas bagus dan sesuai kebutuhan konsumen atau malah bisa
menghasilkan produk software yang tidak berkualitas bahkan terlalu canggih padahal tidak
sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan konsumen sehingga konsumen lebih memilih dan
suka kepada produk software luar. Hal ini tentunya akan mengundang semakin banyak
vendor luar untuk berinvestasi dan menguasai pasar lokal di Indonesia.
Dampak lain yang dapat dilihat adalah meningkatnya jumlah sumber daya manusia
berkualitas yang dibutuhkan oleh industri software karena perkembangan industri ini
mendorong tingginya angka permintaan software yang berkualitas pula. Faktor ini yang
mendorong trend masyarakat untuk memilih dan menginvestasikan uangnya untuk
pendidikan di jalur teknologi informasi. Hal ini mendorong tingkat pertumbuhan institusi
penyedia pendidikan TI di Indonesia meningkat tak terkendali dan tanpa ada jaminan kualitas
pendidikan yang dapat diberikan ke masyarakat. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat
Indonesia memiliki jumlah penduduk yang jauh melebihi jumlah penduduk negara-negara
tetangga di kawasan Asean, sedangkan modal utama dari industri perangkat lunak adalah
sumber daya manusia [1].
KESIMPULAN
Industri software dalam negeri di Indonesia sedang mengalami perkembangan pesat
saat ini. Perkembangan ini seharusnya dapat dijadikan sebuah alat untuk memajukan negara
dari berbagai dimensi terutama dimensi ekonomi dan pembangunan masyarakat Indonesia.
Perkembangan ini selanjutnya harus diringi dengan pemantauan dan penjaminan bahwa
dampak yang ditimbulkan dari hal ini mempunyai nilai positif kepada seluruh pihak yang
terlibat dalam produksi maupun konsumsi teknologi informasi. Dukungan berupa kemudahan
dan regulasi dari pemerintah merupakan satu tindakan nyata yang mendukung industri
software dalam negeri. Kesadaran masyarakat kedepannya mengenai pentingnya menghargai
dan menghormati hak cipta dan hak paten dari sebuah karya software menjadi penting seiring
dengan perkembangan industri ini. Arah pemenuhan sumber daya manusia TI yang
berkualitas semakin meningkat seiring dengan perkembangan ini, oleh karena itu dibutuhkan
keseriusan semua pihak dalam menyelenggarakan pendidikan TI yang berkualitas pula.
References
[1] Wibowo, Wahyu C. Pengembangan Industri Perangkat Lunak di Indonesia. Fakultas Ilmu Komputer Universitas
Indonesia. Available at: http://telaga.cs.ui.ac.id/~wibowo/publik/ipl.pdf. Accessed November 6, 2010.
[2] Iskandar, Karto. Kematangan Industri Perangkat Lunak Indonesia (KIPI).2010. Available at: http://karto-
iskandar.blogspot.com/2010/08/kematangan-industri-perangkat-lunak.html. Accessed November 6, 2010.
[3] Pembajakan Piranti Lunak Ancam Industri Lokal. 2008. RRI Medan, Desember 9. Available at:
http://www.rrimedan.net/detail_ekonomi.php?id=17. Accessed November 6, 2010
[4] Perangkat Lunak Lokal Tumbuh 20%. 2010. Koran Jakarta, Juli 27. Available at: http://www.koran-jakarta.com/berita-
detail.php?id=58269. Accessed November 6, 2010.
[5] Ahmadjayadi, Cahyana.Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Tantangan dan Peluang. Available at: http://www.aptel.depkominfo.go.id/download/ca_1.pdf. Accessed November 6, 2010.