Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
P2KP02.05.00.00
ProyekPenanggulangan
Kemiskinandi Perkotaan
PT Mitra Lingkungan Dutaconsult
Berkerjasama dengan
C O N S U L T A N T=
PT. ATA GUNA PATRIAT=
EXPERTS & ASSOCIATES, PT.
Edisi Januari 2006
Pedoman Teknis
Pelaksanaan
PAKET
Jl. Bendungan Jatiluhur No. 58, Jakarta Pusat 10210Tlp. (021) 5732850,5732854,5732678,5732879 fax.5732922
E-mail :[email protected] - Website :www.p2kp.org
Alamat Pengaduan:E-mail : [email protected]
PO.BOX. 2222 JKPMT
Pedoman PAKET i
KATA PENGANTAR
Dalam rangka penanggulangan kemiskinan khususnya di wilayah perkotaan, melalui P2KP telah dilakukan proses pemberdayaan masyarakat yang ditujukan kepada seluruh komponen masyarakat di kelurahan sasaran, sebagai upaya meningkatkan kemampuan mereka dan menumbuhkan kebersamaan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan.
Tahap 1 proses pemberdayaan masyarakat dalam P2KP untuk 2 (dua) tahun pertama, dilakukan dalam bentuk rembug masyarakat, pembentukan lembaga komunitas (BKM), penyiapan PJM Pronangkis, dan penyaluran bantuan langsung masyarakat (BLM) untuk membiayai kegiatan sosial kemasyarakatan, pendayagunaan dan pengembangan prasarana dan sarana lingkungan, serta pengembangan ekonomi lokal sesuai konsep Tridaya. Dengan selesainya tahap I, masyarakat telah mempunyai modal sosial dalam bentuk kelembagaan (BKM) yang kredibel untuk dapat mengakses berbagai sumber dana dan program masyarakat (PJM Pronangkis) yang siap ditawarkan kepada berbagai pihak untuk pembiayaannya, dalam rangka membangun kemitraan sinergis dengan berbagai pihak yang mempunyai kepedulian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk keberlanjutan program penanggulangan kemiskinan pada tahap 2 kegiatan P2KP yang dilaksanakan pada 2 (dua) tahun kedua dikembangkan upaya menumbuh-kembangkan kemitraan (channeling) dengan berbagai pihak seperti Pemerintah Daerah (Pemda), pengusaha, perguruan tinggi, LSM, swasta dan kelompok peduli lainnya untuk merealisasikan PJM Pronangkis yang di buat oleh masyarakat.
Pemerintah kota/kabupaten diharapkan dapat menggalang kebersamaan berbagai pihak untuk melakukan upaya penanggulangan kemiskinan secara bersinergi dan dukungan Pemerintah Pusat akan diberikan dalam bentuk kontribusi melalui program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) atau Poverty Alleviation Partnership Grant (PAPG) melalui P2KP.
PAKET akan lebih diarahkan untuk kegiatan pengembangan prasarana dan sarana lingkungan yang dapat mendukung upaya penanggulangan kemiskinan sebagaimana tercermin dalam PJM Pronangkis Kota/Kabupaten termasuk pelatihan berbagai pelaku di tingkat daerah untuk meningkatkan kemampuan mereka melakukan kemitraan (channeling) untuk mengakses berbagai sumberdaya yang telah tersedia di wilayah tersebut.
Melalui program PAKET tersebut diharapkan mampu menyiapkan masyarakat yang mandiri dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan lingkungan permukimannya sesuai konsep Tridaya serta mewujudkan ”Gerakan Bersama” para pelaku penanggulangan kemiskinan di tingkat lokal dan daerah yang berkelanjutan, menuju kehidupan dan penghidupan yang lebih baik guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sejahtera.
Jakarta, Januari 2006
Direktur Jenderal Cipta Karya
Ir. Agoes Widjanarko, MIP
Pedoman PAKET ii
DAFTAR ISI
Pengantar........................................................................................................................ i Daftar Isi ......................................................................................................................... ii Daftar Singkatan ............................................................................................................ iii Bab 1. Pendahuluan ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1 1.2 Pengertian PAKET ................................................................................... 1 1.3 Tujuan Pelaksanaan PAKET ................................................................... 2 1.4 Keterlibatan Tiga Unsur dalam Pelaksanaan PAKET .......................... 2
Bab 2. Ketentuan Umum.............................................................................................. 4 2.1 Pemilihan kota/kabupaten ..................................................................... 4 2.2 Lokasi Sasaran.......................................................................................... 4 2.3 Kelompok Sasaran ................................................................................... 5 2.4 Pemanfaatan Dana PAKET ..................................................................... 5 2.5 Mekanisme Pemanfaatan Dana PAKET................................................. 6
Bab 3. Tahapan Pelaksanaan PAKET.......................................................................... 9 3.1 Persiapan Daerah ..................................................................................... 9 3.2 Perencanaan.............................................................................................. 12 3.3 Penetapan proposal kegiatan/subproyek.............................................. 13 3.4 Pelaksanaan Kegiatan PAKET ................................................................ 14 3.5 Pelaporan dan Evaluasi ........................................................................... 14
Bab 4. Organisasi Pelaksana......................................................................................... 15 4.1 Pemerintah................................................................................................ 15 4.2 Panitia Kemitraan .................................................................................... 19
Lampiran 1. Tata Cara Pengajuan dan Penilaian PAKET ....................................... 21 Lampiran 2. Format Penilaian SPKD dan PJM Pronangkis .................................... 25 Lampiran 3. Format Berita Acara Penetapan Lokasi Pelaksana PAKET ............... 27 Lampiran 4. Format Berita Acara Pembentukan Pokja PAKET.............................. 28 Lampiran 5. Format Proposal Panitia Kemitraan .................................................... 29 Lampiran 6. Daftar Kegiatan yang Layak Dilaksanakan dengan PAKET ............. 31 Lampiran 7. Alur Pencairan Dana PAKET............................................................... 32 Lampiran 8. SPPB PAKET ......................................................................................... 35 Lampiran 9. Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan PAKET
(BAPPUK) PAKET ................................................................................ 43 Lampiran 10. Surat Pernyataan Kesanggupan Memanfaatkan Bantuan PAKET
(SPKMB PAKET)................................................................................... 44 Lampiran 11. Berita Acara Penarikan/Penggunaan Dana PAKET (BAPPD
PAKET) .................................................................................................. 46 Lampiran 12. Surat Pernyataan Kemajuan Pekerjaan PAKET (SPKP PAKET)....... 48 Lampiran 13. Permohonan Pembayaran Dana PAKET (PP PAKET) ........................ 49 Lampiran 14. Kuitansi ................................................................................................... 50 Lampiran 15. Nota Kesepakatan .................................................................................. 51
Pedoman PAKET iii
DAFTAR SINGKATAN APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BAPPD : Berita AcaraPenarikan/Penggunaan PAKET BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BI : Bank Indonesia BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat BLM : Bantuan Langsung Masyarakat BOP : Biaya Operasional Pekerjaan BPS : Biro Pusat Statistik DEPDAGRI : Departemen Dalam Negeri DEPKEU : Departemen Keuangan DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DJPBN : Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara DLN : Direktorat Luar Negeri, Departemen Keuangan DPHLN : Direktorat Pengelolaan Hutang Luar Negeri FGD : Focussed Group Discussion FMR : Financial Management Report IBRD : International Bank Reconstruction Development IDA : Int ernatioan Development Assistance KBP : Komunitas Belajar Perkotaan KMP : Konsultan Manajemen Pusat KMW : Konsultan Manajemen Wilayah KPKD/TKPKD : Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah KPPN : Kantor Pusat Perbendaharaan Negara LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MoU : Memorandum of Understanding (Nota Kesepahaman) P2KP : Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan PAKET : Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu PAPG : Poverty Alleviation Partnership Grant PJM : Perencanaan Jangka Menengah PJOK : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan POKJA PAKET : Kelompok Kerja PAKET Pronangkis : Program penanggulangan kemiskinan PU : Pekerjaan Umum PSD : Prasarana dan Sarana Dasar Satker PBL : Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan SKS : Satuan Kerja Sementara SNVT : Satuan kerja Non Vertikal Tertentu SPKD : Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKMB : Surat Pernyataan Kesanggupan Memanfaatkan Bantuan SPKP : Surat Pernyataan Kemajuan Pekerjaan SPM : Surat Perintah Membayar SPP : Surat Permintaan Pembayaran SPPB : Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana TKPKD : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah UKM : Usaha Kecil Mikro UPK : Unit Pengelola Keuangan UPL : Unit Pengelola Lingkungan UPS : Unit Pengelola Kegiatan Sosial
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Program Penanggulangan kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dimulai sejak Tahun 1998 merupakan upaya membangun ‘gerakan masyarakat’ untuk menanggulangi masalah kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Upaya ini telah menghasilkan perkembangan yang positif, terutama dalam membangun lembaga masyarakat warga di tingkat Kelurahan yang cukup mengakar, representatif, dan kepemimpinan kolektif yang disebut Badan Keswadayaan Masyarakat, disingkat BKM. Keberadaan BKM inilah yang diharapkan mampu menjadi pondasi yang kokoh bagi terbangunnya tatanan masyarakat berdaya.
Meskipun demikian, harus diakui bahwa tatanan masyarakat berdaya tersebut perlu terus menerus difasilitasi sehingga mampu transformasi ke tatanan masyarakat mandiri. Pada tatanan masyarakat mandiri inilah yang akan mampu mendorong tumbuhnya gerakan kemitraan yang sinergis antara masyarakat dengan pemerintah daerah (kota/kabupaten) dan kelompok peduli setempat (LSM, perguruan tinggi dll), sehingga upaya penanggulangan kemiskinan akan menjadi “gerakan bersama” yang dibangun atas dasar sifat inklusif, kemitraan dan kesetaraan dari ketiga pilar utama pembangunan tersebut.
Perkuatan pendekatan penanggulangan kemiskinan sebagaimana digambarkan tersebut di atas selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk penambahan komponen proyek P2KP, yakni Penanggulangan Kemiskinan Terpadu di Perkotaan, disingkat PAKET, yang diharapkan mampu melandasi pengembangan upaya dan aktivitas penanggulangan kemiskinan sebagai gerakan bersama oleh dan dari masyarakat, pemerintah serta kelompok peduli setempat.
Melalui berbagai penyempurnaan upaya-upaya dalam P2KP tersebut, diharapkan pada masa-masa mendatang upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan Pemerintah Daerah yang didukung oleh masyarakatnya secara mandiri dan berkelanjutan.
1.2. Pengertian PAKET PAKET adalah suatu komponen program P2KP untuk mendorong dan memperkuat kemitraan sinergis antara masyarakat, pemerintah daerah serta kelompok peduli sehingga upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan secara mandiri dan
berkelanjutan serta melembaganya proses pembangunan yang bersifat partisipatif di tingkat kota.
Melalui Komponen PAKET diharapkan juga dapat terbangun dan melembaga proses konsultatif antara ketiga pilar pembangunan (pemerintah, masyarakat, swasta/kelompok peduli) di tingkat kota/kabupaten dalam penanggulangan kemiskinan. Hal ini berarti bahwa PAKET hanya dapat berjalan sesuai dengan tujuannya apabila di antara masing-masing pelaku pembangunan di atas memiliki ‘kepentingan dan kebutuhan yang sama’ untuk saling koordinasi, kooperasi dan kolaborasi satu terhadap yang lain sehingga terjadi kemitraan. PAKET hanya sekedar stimulan untuk membantu dan mempercepat proses kemitraan yang mulai ditumbuhkan oleh mereka sendiri.
Bagi masyarakat, terutama BKM, Komponen PAKET juga dimaksudkan sebagai proses pembelajaran untuk mengakses dan menggalang berbagai sumber daya maupun sumber dana yang dimiliki oleh pemerintah kota/kabupaten atau kelompok peduli setempat
Pedoman PAKET 2
(channeling), sehingga diharapkan dapat lebih mengoptimalkan kemandirian dan keberlanjutan upaya penanggulangan kemiskinan.
Agar BKM/masyarakat mampu bermitra dengan pemerintah kota/kabupaten dan kelompok peduli setempat, maka prasyarat utama adalah bahwa BKM-BKM memiliki kredibilitas yang menjamin kepercayaan dari berbagai pihak tersebut. Hal ini berarti bahwa hanya BKM-BKM yang telah menunjukkan kinerja sebagai “BKM Berdaya” yang memiliki perluang untuk dapat berpartisipasi aktif dalam proses channeling dari program-program yang ada, khususnya melalui PAKET.
1.3. Tujuan Pelaksanaan PAKET Maksud Pelaksanaan kegiatan PAKET P2KP adalah agar terjadi proses pembelajaran kemitraan dan gerakan bersama oleh seluruh pelaku di tingkat kabupaten/kota sehingga terjalin sinergi upaya-upaya penanggulangan kemiskinan di wilayahnya.
Tujuan umum dari pelaksanaan kegiatan PAKET adalah melembagakan kemitraan sinergis antara masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli untuk membangun wilayahnya dalam rangka menciptakan lingkungan permukiman yang layak huni, nyaman, produktif dan berjati-diri.
Sedangkan tujuan khusus pelaksanaan PAKET adalah: 1. Melembagakan pola-pola pembangunan partisipatif yang dilaksanakan di
kota/kabupaten lokasi PAKET. 2. Menciptakan nuansa kerja sama yang nyata antara pemerintah kota/kabupaten
dengan kelompok masyarakat peduli serta masyarakat sasaran. 3. Meningkatkan kepedulian, partisipasi dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap
fasilitas dan/atau program yang dilaksanakan bersama antara pemerintah kota/kabupaten dengan masyarakat.
4. Membuka Akses masyarakat miskin kepada sumber daya kunci (dana, keahlian, informasi, teknologi dan lain-lain) yang dimiliki pemerintah kota/kabupaten, yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan penanggulangan kemiskinan makin terbuka.
5. Meningkatkan kapasitas pemerintah kota/kabupaten untuk menciptakan kebijakan-kebijakan dan program-program yang memihak kaum miskin (pro poor)
6. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi program pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat (Demand Driven).
1.4. Keterlibatan tiga unsur dalam pelaksanaan PAKET Dalam pelaksanaan PAKET melibatkan 3 (tiga) unsur utama, yaitu: 1. Pemerintah Kota/Kabupaten, melalui Dinas-Dinas 2. Masyarakat, melalui BKM atau Organisasi masyarakat lainnya 3. Kelompok PEDULI: LSM, Universitas, Tokoh Masyarakat, Dunia usaha swasta, dll.
Komponen Program PAKET harus ditempatkan sebagai sarana pembelajaran kemitaran antara masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Dengan demikian, Indikator pelaksanaan dan capaian PAKET dapat dilihat pada tumbuhnya kebutuhan rasa kebersamaan dan kemitraan antara masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli, baik dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan maupun sumber dana terhadap kegiatan pembangunan
Pedoman PAKET 3
Ketiga unsur dimaksud akan belajar bermitra mulai tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi kegiatan PAKET, baik melalui Panitia Kemitraan maupun KPK-D dan KBP.
PERENCANAAN KEGIATAN & PENGAJUAN
PROPOSAL PAKET
PANITIA KEMITRAAN
DINAS
PERSETUJUAN KEGIATAN PAKET &
PENETAPAN JUMLAH DANA BANTUAN PAKET
KPKD
Forum BKM Pemda
Klmpk. Peduli
PELAKSANAAN KEGIATAN PAKET BAGI
PROPOSAL YANG TELAH DISETUJUI
PANITIA KEMITRAAN
EVALUASI KEGIATAN PAKET YANG
DILAKSANAKAN DAN AUDIT
Klmpk Peduli
BKM Berdaya
KPKD
DINAS
Klmpk Peduli
Forum BKM
Pemda
Klmpk. Peduli BKM
Berdaya
Pedoman PAKET 4
BAB II
KETENTUAN UMUM
Komponen PAKET P2KP akan mengalokasikan dana stimulan yang dapat digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan yang direncanakan secara partisipatif serta diusulkan oleh BKM Berdaya bekerjasama dengan dinas pemerintah kota/kabupaten dan kelompok peduli setempat atau sebaliknya.
Dengan kata lain, kegiatan yang diusulkan PAKET adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama oleh masyarakat, pemerintah kota/kabupaten dan kelompok peduli setempat sejak tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dan pemeliharaan sebagai sarana pembelajaran untuk membangun dan melembagakan ‘kemitraan sinergis’ serta ‘gerakan bersama’ dalam rangka terwujudnya sinergi upaya penanggulangan kemiskinan.
Komponen PAKET tidak dilaksanakan di seluruh kota/kabupaten sasaran P2KP, namun hanya akan dilaksanakan di sebagian kota/kabupaten saja yang menyatakan minat dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan P2KP.
2.1. Pemilihan kota/kabupaten Pemilihan kota/kabupaten penerima dana PAKET akan dilakukan oleh SKS P2KP (dibantu Tim Penilai Inter Departemen) berdasarkan usulan yang disampaikan oleh kabupaten/kota yang ingin menjadi pelaksana PAKET yang telah memenuhi persyaratan sebagai calon pelaksaan PAKET, sebagai berikut: 1. Terbentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD)/Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) 2. KPKD/TKPKD telah menggerakkan Komunitas Belajar Perkotaan1 (KBP) sehingga
telah aktif melaksanakan kegiatannya 3. Memiliki dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dan
Perencanaan Jangka Menengah (PJM) Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) kota/kabupaten, yang disusun oleh KPKD/TKPKD secara partisipatif dengan melibatkan unsur pemerintah (dinas-dinas), masyarakat dan kelompok peduli, melalui kegiatan KBP
4. Mengalokasikan dana APBD kota/kabupaten (program dinas) sebagai kontribusi untuk pelaksanaan kegiatan PAKET.
Tata cara Pengajuan dan Penilaian Usulan Lokasi PAKET dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.2. Lokasi Sasaran Lokasi sasaran penerima bantuan PAKET adalah Kota/Kabupaten yang menjadi lokasi pelaksanaan P2KP. Bantuan PAKET P2KP diperuntukkan bagi:
1 Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) adalah nama generik yang merupakan kumpulan individu (masyarakat peduli) dalam suatu forum untuk belajar, berbagi pemikiran dan pengalaman, serta melakukan kajian-kajian pembangunan (terkait dengan pelaksanaan P2KP terutama persoalan kemiskinan) yang dilandasi prinsip-prinsip ‘good governance’.
Khusus program dinas/instansi kota/kabupaten yang dapat didukung oleh bantuan PAKET adalah program atau kegiatan pokok dinas kota/kabupaten bersangkutan, dan bukan merupakan program baru yang diusulkan semata-mata untuk memperoleh bantuan PAKET.
Pedoman PAKET 5
1. Kelurahan/desa lokasi sasaran P2KP, yang telah memiliki kinerja BKM Berdaya 2. Kelurahan/desa yang bukan lokasi P2KP dapat menerima dana PAKET jika
melakukan kerja sama dengan kelurahan/desa lokasi P2KP yang memiliki kinerja BKM Berdaya untuk melaksanakan proyek bersama yang merupakan kebutuhan prioritas untuk penanggulangan kemiskinan di lokasi-lokasi yang bersangkutan.
2.3. Kelompok Sasaran Bantuan PAKET P2KP dilaksanakan melalui ’Panitia Kemitraan’, yang dibentuk atas dasar kesepakatan dan gabungan dari lembaga masyarakat yang mengakar dan representatif (BKM) dengan dinas kota/kabupaten dan kelompok peduli sebagai pengusul kegiatan bersama.
2.4. Pemanfaatan Dana PAKET Sesuai sifat dana PAKET sebagai stimulan untuk memperkuat dan melembagakan mekanisme kemitraan antara masyarakat, dinas pemerintah kota/kabupaten dan kelompok peduli setempat dalam penanggulangan kemiskinan, maka proposal kegiatan/subproyek harus mencerminkan upaya penanggulangan kemiskinan dalam konteks keseimbangan TRIDAYA, antara lain yang terkait dengan: 1. Lingkungan & kesehatan seperti: pembangunan rumah kumuh, prasarana
permukiman, pembangunan jaringan air bersih/limbah, rehabilitasi jalan setapak, fasilitas kesehatan, vaksinasi, abatisasi, dsb
2. Ekonomi seperti: pembangunan pasar rakyat, TPI (Tempat Pelelangan Ikan), pengembangan produk unggulan, pembibitan, irigasi, dsb
3. Sosial seperti: perbaikan sarana pendidikan, khitanan masal, penyuluhan, pelatihan keterampilan, dsb.
•
Dana PAKET dapat digunakan dengan berpedoman kepada PJM Pronangkis yang disusun masyarakat dan Pronangkis Kota/Kabupaten yang disusun oleh KPKD/TKPKD (melalui proses KBP), sehingga hasilnya dapat memberikan manfaat langsung dalam mendukung gerakan masyarakat mengurangi kemiskinan di wilayahnya. Meskipun demikian ada beberapa kegiatan yang tidak boleh dibiayai dengan dana PAKET ini, adalah:
Pembentukan Panitia Kemitraan merupakan ikatan pemersatu adanya kesamaan kepentingan (kesesuaian atau keselarasan) rencana program yang dimiliki dinas terkait dengan rencana program penanggulangan kemiskinan (Pronangkis) yang telah disusun masyarakat.
Tridaya merupakan konsep yang dilaksanakan oleh Departemen PU (khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya) dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagai penyedia prasarana dan sarana dasar (PSD) permukiman. Tridaya dilaksanakan sebagai kesatuan upaya, yang dapat diterjemahkan menjadi: Pemberdayaan sosial kemasyarakatan, masyarakat disiapkan untuk beralih
peran sebagai pelaku pembangunan, yang diwujudkan dengan pemantapan kelembagaan di tingkat akar rumput
Pemberdayaan usaha ekonomi lokal bertumpu pada usaha keluarga/ kelompok, yang dilakukan melalui penyediaan fasilitas ekonomi yang mendukung
Pendayagunaan prasarana dan sarana dasar yang mendukung, melalui: • Penyediaan fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas ekonomi • Rehabilitasi rumah tidak layak • Rehabilitasi/peningkatan PSD, dll
Pedoman PAKET 6
• Kegiatan perkreditan atau dana bergulir • Pengadaan senjata api dan sejenisnya • Pembiayaan kegiatan yang berkaitan dengan politik (kampanye dll) • Pembelian atau usaha narkoba • Deposito atau yang berkaitan dengan upaya memupuk bunga bank • Pembebasan lahan dan/atau pemukiman kembali secara paksa • Pembangunan rumah ibadah • Pembangunan gedung kantor pemerintah/Forum BKM atau gaji pegawai
pemerintah/ Pokja PAKET/Forum BKM • Produk-produk yang merugikan lingkungan • Usaha perjudian dan usaha yang bertentangan dengan susila serta moral dan nilai-
nilai agama • Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan
kelestarian budaya lokal • Kegiatan yang bertentangan dengan hukum dan kemanusiaan serta tidak sejalan
dengan visi, misi, tujuan dan sasaran P2KP • Kegiatan bukan merupakan kegiatan pokok dari dinas/instansi pengusul; dan • Jangka waktu pelaksanaan kegiatanyang diperkirakan lebih dari satu tahun.
2.5. Mekanisme Pemanfaatan Dana PAKET Alokasi dana PAKET P2KP kepada pemerintah kota/kabupaten terpilih akan dilakukan melalui mekanisme penganggaran yang biasa dilakukan pemerintah pusat kepada pemerintah kota/kabupaten. Untuk kepentingan ini, pemerintah kota/kabupaten akan menunjuk PJOK (Penanggung jawab Operasional Kegiatan) di tingkat kota/kabupaten yang bertanggungjawab dalam mengadministrasikan alokasi dana PAKET tersebut.
Untuk kota/kabupaten yang terpilih sebagai lokasi PAKET, maka akan menerima stimulan dana PAKET sebesar antara Rp 4,5 sampai dengan Rp 7,5 milyar per kota/kabupaten (sesuai dengan kriteria jumlah BKM), yang akan dialokasikan dalam tiga tahap, sebagai berikut:
Alokasi Dana PAKET per Kota/Kabupaten
Ukuran Kota/Kab. Kecil Sedang Besar Jumlah BKM < 15 BKM 15 – 25 BKM > 25 BKM
Tahap 1 1 milyar 1,5 milyar 2 milyar Tahap 2 1,5 milyar 2 milyar 2,5 milyar Tahap 3 2 milyar 2,5 milyar 3 milyar
Alokasi PAKET per tahapan (milyar Rp)
Total 4,5 milyar 6 milyar 7,5 milyar Plafon Usulan per proyek/ sub proyek PAKET per Panitia kemitraan
Minimal Rp 30 juta dan Maksimal Rp 200 juta. Kurang daripada Rp 30 juta diharapkan dapat dipenuhi dengan
swadaya masyarakat atau stimulan dana BLM, sedangkan lebih dari Rp 200 juta dapat didukung oleh APBD setempat maupun channeling program dengan pihak terkait lainnya
Catatan: Ketentuan dan Alokasi Dana PAKET di atas adalah bersifat sementara dan dapat disesuaikan berdasarkan keputusan SKS P2KP.
Pemerintah Kota/Kabupaten pemenang PAKET akan mendapatkan dana PAKET dalam tiga tahapan, sehingga diharapkan akan terjadi pelembagaan proses pembangunan partisipatif di tingkat kota/kabupaten secara bertahap.
Pedoman PAKET 7
Untuk menerima dan melaksanakan PAKET, baik pemerintah daerah maupun masyarakat harus menyediakan dana pendamping, yang meliputi:
2.5.1. Biaya Operasional Pelaksanaan (BOP) BOP adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten penerima (menjadi lokasi) program PAKET dari sumber APBD, yang digunakan untuk kegiatan operasional pendukung PAKET yang dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten melalui Sekretariat PAKET di Bappeda. Penyediaan BOP oleh pemerintah Kota/Kabupaten merupakan salah satu persyaratan mendapatkan dana PAKET.
BOP besarnya minimal 5% dari alokasi dana PAKET untuk periode tahapan yang bersangkutan, selama masa pelaksanaan PAKET di wilayahnya, yang digunakan untuk: 1. Biaya sosialisasi dan pemasyarakatan PAKET, pelatihan-pelatihan, monitoring dan
kegiatan pendukung lainnya 2. Kegiatan maupun operasional Pokja PAKET: rapat koordinasi, peninjauan lapangan
dan kesekretariatan, biaya cetak dan penyiaran, dsb. 3. Biaya operasional PJOK PAKET.
BOP ini tidak untuk membayar gaji atau honor anggota Pokja, karena anggota Pokja PAKET adalah relawan.
Alokasi dana BOP untuk PJOK dipergunakan untuk membiayai kegiatan maupun operasional, antara lain untuk keperluan rapat (termasuk rapat koordinasi), peninjauan lapangan dan kesekretariatan.
2.5.2. Dana Pendamping Panitia Kemitraan Dana pendamping adalah dana swadaya dari pihak pengusul atau panitia kemitraan (BKM, Dinas dan Kelompok Peduli) yang dialokasikan sebagai pendamping dana PAKET (matching fund) dari keseluruhan dana yang diusulkan oleh pihak panitia kemitraan. Dana pendamping ini bersumber dari dana Dinas untuk kegiatan terkait bersama-sama dengan dana masyarakat (BKM) dan kelompok peduli, baik dalam bentuk tunai/cash maupun dapat dalam bentuk lainnya/In kind (natura, tenaga sukarela, penyerahan lahan sukarela, peminjaman alat, material, dsb).
Proporsi minimal dari keseluruhan usulan dana yang diajukan oleh Panitia Kemitraan adalah 50% sampai 70% dana swadaya dan 30% sampai 50% dana PAKET.
Sebagai contoh: Dinas PU atau Kimpraswil memiliki program perbaikan rumah kumuh sebesar Rp 50 juta untuk 10 KK Miskin di Kelurahan X. Sedangkan masyarakat kelurahan X, sesuai hasil PJM PRONANGKIS, memiliki kebutuhan untuk pembangunan 30 rumah kumuh bagi 30 KK Miskin dengan perkiraan biaya sebesar Rp 150 juta. Untuk itu, BKM dan Dinas Kimpraswil dapat bermitra untuk mengusulkan kegiatan PAKET pembangunan rumah kumuh bagi 30 KK miskin, dengan sumber dana yang diajukan, misalnya, Rp 50 juta bersumber dari dinas Kimpraswil, Rp 25 juta bersumber dari masyarakat/BKM (In Kind) serta usulan dana PAKET sebesar Rp 75 juta.
Sebagai contoh: Kota ‘A’ merupakan kota sedang yang akan memperoleh dana PAKET total senilai Rp. 6 milyar, maka pada pelaksanaan tahap pertama menyediakan dana senilai Rp 100 juta (6,67% x Rp. 1,5 milyard) untuk BOP PAKET. Selajutnya Rp. 150 juta (7,5%) untuk pelaksanaan tahap ke dua, dan Rp. 200 juta (8%) untuk pelaksanaan tahap ke tiga.
Pedoman PAKET 8
Akan lebih baik dan lebih diprioritaskan dalam seleksi usulan kegiatan PAKET, apabila dalam usulan kegiatan/subproyek panitia kemitraan yang diajukan: 1. Persentase dana swadaya (Dinas, masyarakat) lebih besar dari dana PAKET 2. Dalam komponen dana swadaya mencakup sumber dana dari pihak lain, selain dana
Dinas dan dana dari masyarakat sasaran proyek
Pedoman PAKET 9
BAB III TAHAPAN PELAKSANAAN PAKET
Setelah suatu kabupaten/kota ditetapkan untuk melaksanakan PAKET, secara garis besar seluruh kegiatan PAKET terdiri atas 5 siklus kegiatan yang akan berulang setiap tahapan, selama tiga tahap (kecuali seleksi kota yang hanya dilakukan satu kali di setiap kota.), yaitu:
Persiapan daerah Penyusunan rencana pelaksanaan pelaksanaan proyek PAKET oleh Panitia Kemitraan Penetapan proposal penerima PAKET Pelaksanaan proyek/subproyek Pelaporan dan evaluasi
Siklus pelaksanaan PAKET selama tiga tahap dapat dilihat pada bagan 1.
Dari setiap 5 siklus utama tersebut, akan dilakukan sub-sub kegiatan, secara terinci dapat dilihat pada bagan 2 serta tabel Proses Pelaksanaan PAKET.
3.1. Persiapan Daerah Tahapan ini merupakan langkah penyiapan pelaksanaan PAKET di kota/kabupaten penerima, baik bagi pemerintah maupun masyarakat, meliputi kegiatan-kegiatan:
3.1.1. Kampanye melalui media massa Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung jawab KPKD/TKPKD, yang bertujuan untuk menyebarluaskan konsep PAKET (termasuk pengumuman calon proyek kemitraan yang akan diajukan memperoleh dana PAKET) agar masyarakat sadar akan adanya peluang kerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Kampanye dapat dilakukan melalui media cetak lokal, radio, televisi, spanduk dan poster, serta media massa lain yang memungkinkan.
KPK-D/TKPKD dalam hal ini akan dibantu penuh oleh Pokja PAKET yang berada dalam struktur dan koordinasi KPK-D/TKPKD, serta beranggotakan relawan-relawan terpilih melalui proses KBP
Pedoman PAKET 10
Tahapan Pelaksanaan PAKET-P2KP
TAHAPAN KEGIATAN PELAKU LOKASI Di Tingkat Nasional I Penetapan
kabupaten/ kota PAKET
1 Diseminasi PAKET Ke Pemda kab/kota sasaran P2KP serta pengumuman Tata Cara Pengajuan dan Penilaian calon lokasi PAKET
Pelaksana: Tim Koord. Nasional Peserta: Bappeda Kota/kab. lokasi P2KP
Di Propinsi
2 Penetapan Kota Seleksi kota/kab. peserta PAKET P2KP
SKS P2KP Pusat & Tim Penilai Interdep Nasional
Di Pusat
Di Tingkat Kabupaten/Kota II Persiapan
Daerah 3 Kampanye Media
Penyebarluasan konsep PAKET KPKD/TKPKD
Di Kota/Kab
4 Lokakarya I. Perumusan Pokja PAKET FGD KBP perumusan tugas, keanggotaan, dan mekanisme kerja Pokja PAKET.
KPKD/TKPKD
Di Kota/Kab
5 Pembentukan Pojka PAKET Pelaksana: KPKD/TKPKD
Di Kota/Kab.
6 Kampanye Kelurahan Pelaksana: Pokja Di Kel.
Pembentukan Pokja PAKET
Merintis Kerjasama Kegiatan BKM dengan
Dinas Perencanaan
Proposal
Pembuatan Detail Desain
Penilaian Kelayakan Proposal
Penetapan Proyek PAKET
Lokakarya Manajemen
Penandata-ganan SPPB
Penyaluran Dana
Pelaksanaan
Pelaporan
Evaluasi Kota
Pelaporan Tahunan
LOKASI PAKET
Evaluasi Kinerja PAKET & Audit
Tahap ke-2 Selesai
Ya Tidak
Kampanye kelurahan
Pembentukan panitia
kemitraan
Kampanye kelurahan
Bagan 2. Siklus Per Tahap Pelaksanaan PAKET P2KP
Pedoman PAKET 11
TAHAPAN KEGIATAN PELAKU LOKASI PAKET
Sasaran
III Perencanaan 7 Pembentukan Panitia Kemitraan Masyarakat/BKM dan dinas terkait
Di Kota/Kab.
8 Lokakarya II. Pendalaman Konsep dan Mekanisme PAKET
Pokja PAKET dan Panitia Kemitraan
Di Kota/Kab
9 Perencanaan Proyek/Sub Proyek a. Penyusunan proposal
bersama b. Pengajuan Proposal ke
Pokja PAKET
Pelaksana: Panitia Kemitraan Fasilitator: Pokja
Di Kelurahan peserta Kota/Kab
IVPenetapan Proposal
10 Penilaian Proyek/Subproyek Penilaian kelayakan proposal oleh Pokja PAKET
Pelaksana: Pokja PAKET Fasilitator:KMW
Di Kota/Kab
11 Penetapan Proyek Penerima PAKET Pengumuman proy/subproy yg disetujui melalui media massa dan diajukan ke PJOK (diproses)
Pelaksana: Pokja PAKET Fasilitator: KMW
Di Kota/Kab
V Pelaksanaan 12 Lokakarya III. Manajemen pelaksanaan Membahas manajemen proyek, prosedur administrasi & pendanaan, persyaratan teknis pelaksanaan proyek/subproyek
Pelaksana: Panitia Kemitraan Fasilitator: Pokja PAKET
Di Kota/Kab
13 Pelaksanaan Kegiatan Secara Swadaya Pelaksanaan kegiatan menggunakan sumberdaya/dana Dinas dan masyarakat
Pelaksana: Masing- masing Pan.Kemitraan Fasilitator: KMW
Di Kelurahan peserta
14 Penyaluran Dana Penandatanganan SPPB PAKET (PJOK PAKET dan Panitia Kemitraan), Pencairan dana PAKET ke rekening Pan. Kemitraan
Pelaksana: PJOK PAKET, Panitia Kemitraan, KPKN
Di Kelurahan peserta (sesuai ketentuan)
15 Pelaksanaan Kegiatan dengan Dana PAKET
Panitia Kemitraan
Di Lokasi sasaran
VI 16 Penyusunan laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan proyek
Masing2 Panitia Kemitraan
Pelaporan & Evaluasi
17 Evaluasi Kota Evaluasi & penilaian proy/subproyterbaik
Pokja PAKET/KPKD/TKPKD
Di Kota/Kab
18 Pelaporan Tahunan Penyusunan laporan tahunan pelaksanaan PAKET di tingkat Kota/Kab
Pokja PAKET
Di Kota/Kab
Pelaksanaan PAKET putaran ke-dua (Tahap Ke-dua)
Pedoman PAKET 12
3.1.2. Pembentukan Pokja PAKET Pembentukan pokja PAKET tingkat kabupaten/kota akan dilakukan oleh KPKD/TKPKD secara partisipatif bersama relawan-relawan KBP. Proses pembentukan Pokja PAKET akan dilakukan melalui dua tahapan, yaitu, pertama, diskusi kelompok terarah (Focused Group Discussion/FGD) dalam KBP untuk merumuskan: • Kesepakatan tugas pokok Pokja PAKET • Keanggotaan dan mekanisme pemilihan anggota Pokja PAKET • Mekanisme kerja.
Langkah ke dua adalah pemilihan anggota Pokja PAKET berdasarkan tata cara dan kriteria yang telah disepakati dalam hasil FGD sebelumnya. Jumlah anggota Pokja PAKET adalah 11 orang atau lebih, dengan catatan ganjil untuk memudahkan proses pengambilan keputusan.
3.2. Perencanaan BKM dapat mengajukan usulan kegiatan untuk mendapatkan dana PAKET berdasarkan PJM Pronangkis (baik di tingkat kelurahan/desa maupun tingkat kabupaten/kota) untuk pekerjaan yang harus berkolaborasi dengan dinas terkait dan/atau kelompok peduli setempat yang berlandaskan kemitraan dan kesetaraan tercermin pada seluruh proses kegiatan, sesuai prinsip dan nilai P2KP, dalam suatu Panitia Kemitraan.
3.2.1. Pembentukan Panitia Kemitraan Dilakukan melalui proses kesepakatan bersama BKM dengan dinas dan/atau kelompok peduli sesuai kegiatan/program yang telah diusulkan untuk memperoleh PAKET. BKM diperkenankan berkolaborasi dengan beberapa dinas terkait yang berbeda untuk mengusulkan beberapa proposal sub proyek yang berbeda. Keberadaan Panitia Kemitraan diverifikasi KMW dan Pokja PAKET.
Anggota Pokja PAKET merupakan relawan-relawan kemiskinan kabupaten/kota (yang tagabung dalam KBP) yang mencerminkan sifat-sifat universal kemanusiaan (dipercaya, ikhlas, jujur, peduli, adil), bukan mewakili kewilayahan, kelompok, atau golongan tertentu. Semua anggota Pokja PAKET bekerja atas dasar sukarela, serta tidak diperkenankan digaji atau menerima imbalan honor secara rutin
Beberapa pertimbangan pendekatan Panitia Kemitraan, adalah sbb: Melembagakan kemitraan dan pembangunan partisipatif, khususnya dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan antara masyarakat, pemerintah kota/kabupaten, kelompok peduli/kelompok ahli.
Menumbuhkembangkan transparansi & akuntabilitas dalam tata kepemerintahan melalui mekanisme komunikasi timbal balik.
Mendorong proses alih pengetahuan, sumberdaya, teknologi, informasi dan lain-lain dari dinas/instansi terkait serta kelompok ahli kepada masyarakat
Mendorong dinas/intansi tingkat kota/kabupaten serta kelompok peduli setempat lebih memahami kultur, dinamika dan kebutuhan riil masyarakat.
Mengoptimalkan keterpaduan potensi masyarakat dengan sumber daya dan potensi yang dimiliki dinas/instansi terkait serta kelompok ahli lokal
Membangun saling kepercayaan dan kerjasama sinergis antara masyarakat dengan dinas/instansi terkait atau dengan kelompok ahli lokal.
Pedoman PAKET 13
3.2.2. Penyusunan Proposal kegiatan proyek/subproyek Penyusunan proposal (bila diperlukan, dilengkapi dengan disain terinci) kegiatan-kegiatan kemitraan yang telah terpilih untuk diajukan memperoleh dana PAKET, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan administrasi 1. Satu proposal kegiatan/subproyek hanya terdiri dari satu jenis kegiatan, tetapi
BKM dapat mengusulkan 2 atau lebih proposal kegiatan bekerja sama dengan dinas/instansi yang berbeda dan/atau kelompok peduli yang berbeda
2. Kegiatan/subproyek yang diusulkan adalah kegiatan yang tercantum pada PJM dan Rencana Tahunan Pronangkis Kelurahan serta PJM Pronangkis Kabupaten/Kota, bukan kegiatan baru bagi dinas/instansi yang akan berkolaborasi dengan masyarakat/BKM
b. Kriteria proposal kegiatan proyek/subproyek 1. Sesuai dengan PJM Pronangkis kota/kabupaten yang bersangkutan 2. Efektif mendukung pencapaian tujuan penanggulangan kemiskinan 3. Dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat miskin, perempuan
dan kelompok masyarakat rentan lainnya, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pemanfaatan hasil kegiatan
4. Cakupan wilayah atau penerima manfaat kegiatan diutamakan meliputi lebih dari satu kelurahan. Jika hanya meliputi satu wilayah kelurahan, maka hanya boleh untuk skala kegiatan yang tidak dimungkinkan untuk dibiayai oleh sumber dana BLM
5. Kontribusi keswadayaan dari pengusul (BKM bersama Dinas) minimal 50% sampai dengan 70% (in kind) dari jumlah total kebutuhan biaya
6. Kriteria-kriteria lain (setempat) yang ditetapkan oleh Pokja PAKET secara partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel.
3.3. Penetapan proposal kegiatan/subproyek Proposal-proposal/subproyek kegiatan akan disetujui jika telah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan dana bantuan PAKET. Proposal-proposal kegiatan/subproyek akan dikompetisikan secara sehat sesuai dengan kriteria untuk mendapatkan dana PAKET, serta kriteria yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan Pokja PAKET dengan berpedoman pada visi, misi, tujuan, nilai-nilai serta ketentuan P2KP.
3.3.1. Penilaian Proposal Pokja PAKET, difasilitasi KMW, memverifikasi proposal/subproyek kegiatan yang diajukan panitia-panitia kemitraan, agar memenuhi kelayakan pelaksanaan kegiatan, antara lain sbb: 1. Tingkat kemitraan yang diukur dari proses kebersamaan dan kerjasama sinergi
antara BKM dengan dinas pemerintah kota/kabupaten dan atau kelompok peduli yang tercermin dalam proses pengajuan usulan tersebut (mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan pelestarian kegiatan).
2. Efektifitas terhadap pencapaian tujuan penanggulangan kemiskinan (hasil yang diharapkan dari usulan kegiatan tersebut berkaitan langsung dengan pencapaian
Kriteria yang telah ditetapkan harus diumumkan melalui media massa, minimal satu kali melalui koran setempat
Pedoman PAKET 14
tujuan penanggulangan kemiskinan), serta cakupan pemanfaat kegiatan/ proyek/subproyek
3. Tingkat kontribusi keswadayaan pihak pengusul (Dana Pendamping Panitia Kemitraan) dalam usulan kegiatan yang diajukan sesuai ketentuan PAKET (minimal 50% sampai dengan 70% dari jumlah dana yang diusulkan).
3.3.2. Seleksi/penetapan proposal kegiatan/proyek/subproyek Pemilihan usulan kegiatan PAKET, akan ditentukan berdasarkan kriteria prioritas yang telah disepakati bersama dan ditetapkan oleh Pokja PAKET. Suatu kegiatan/proyek/subproyek akan diprioritaskan apabila dalam usulan kegiatan/ subproyek yang diajukan persentase dana swadaya lebih besar dari dana PAKET, dan melibatkan sumberdana lain (selain dana Dinas dan dana masyarakat sasaran).
3.4. Pelaksanaan Kegiatan PAKET Sesuai dengan organisasi pelaksanaan PAKET P2KP, maka pelaksana proyek/sub proyek adalah Panitia Kemitraan. BKM bersama Dinas yang membentuk Panitia Kemitraan yang akan melaksanakan kegiatan (setelah terpilih oleh Pokja PAKET) harus menyepakati perjanjian bahwa dalam pelaksanaan kegiatan tersebut akan didasarkan pada prinsip kemitraan dalam kesetaraan antara kedua belah pihak, sebagai aktivitas yang dikelola secara partisipatif.
Bantuan dana PAKET akan dicairkan setelah pelaksanaan sub proyek dengan dana pendamping selesai dilaksanakan. Setelah dinilai oleh Pokja PAKET bahwa proses pelaksanaannya sesuai ketentuan PAKET (transparan dan akuntabel), selanjutnya dicairkan dana PAKET untuk pelaksanaan proyek selanjutnya.
Bantuan PAKET disalurkan langsung dari pemerintah pusat ke rekening Panitia Kemitraan. Penyaluran Dana PAKET dilakukan dalam 2 tahap, sebesar 50% dan 50%. Pencairan dana tahap berikutnya mengikuti tata cara pencairan tahap pertama, ditambah dengan persyaratan audit dari auditor independen. Pelaksanaan PAKET tahap berikutnya dapat dibatalkan bila: 1. Terjadi penyalahgunaan dana PAKET tahap sebelumnya 2. Tidak dilakukan audit oleh auditor independen 3. Visi, misi, tujuan, prinsip dan nilai P2KP tidak dilaksanakan secara konsisten.
Ketentuan-ketentuan lain untuk pencairan dana dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8 tentang pedoman pencairan dana PAKET.
Apabila masyarakat yang bekerjasama dengan dinas pemerintah kota/ kabupaten memutuskan untuk memilih kegiatan yang mungkin menimbulkan dampak lingkungan atau memerlukan pembebasan lahan, maka harus melaksanakan ketentuan Pedoman Lingkungan dan Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan serta Pemukiman Kembali/Penampungan, sebagaimana dijelaskan pada Buku Pedoman Umum P2KP
Dana PAKET dapat dicairkan jika Sistem Informasi Manajemen (SIM) P2KP di tingkat kota/kabupaten yang dikelola oleh pemerintah kota/kabupaten telah berjalan (dapat menyajikan informasi) tentang perkembangan pelaksanaan P2KP
Pedoman PAKET 15
3.5. Monitoring Sesuai dengan dasar pelaksanaan proyek PAKET, yaitu kemitraan antara Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan Kelompok Peduli, kegiatan monitoring akan dilakukan oleh seluruh pelaku P2KP sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing, yaitu:
a. Pemerintah, baik pusat maupun daerah (provinsi dan kota/kabupaten) b. Masyarakat dan Kelompok Peduli di tingkat kota/kabupaten.
Pelaku di tingkat kota/kabupaten (baik pemerintah, masyarakat, maupun kelompok peduli) berkewajiban memantau kegiatan Pokja PAKET dan Panitia Kemitraan, meliputi:
a. Penetapan kriteria pemilihan proposal yang dapat memperoleh dana stimulan PAKET (oleh Pokja PAKET)
b. Pembentukan Panitia Kemitraan dan penyusunan proposal c. Pengajuan proposal d. Penetapan proposal calon penerima dana stimulan PAKET e. Persiapan pelaksanaan proyek PAKET f. Pengelolaan dan pemanfaatan dana PAKET g. Pelaporan pelaksanaan proyek PAKET h. Rencana pemanfaatan hasil proyek (jika ada).
Pelaku di tingkat Provinsi/Pusat bertugas memantau kegiatan PAKET di tingkat kotakabupaten, meliputi:
a. Persiapan pelaksanaan PAKET, meliputi: • Pembentukan Pokja PAKET termasuk proses perumusan tugas, keanggotaan,
dan mekanisme kerja Pokja PAKET • Kampanye kelurahan • Pelatihan/lokakarya pelaksanaan PAKET, meliputi Pendalaman Konsep dan
Mekanisme PAKET, serta Manajemen Pelaksanaan PAKET
b. Pelaksanaan PAKET di tingkat kota/kabupaten. • Pembentukan Panitia Kemitraan dengan anggota dari Dinas dan masyarakat
(BKM)/Kelompok Peduli • Jenis kegiatan yang diusulkan untuk memperoleh dana stimulan PAKET sesuai
dengan ketentuan dalam Pedoman Pelaksanaan PAKET • Pemanfaatan dana Dinas dan swadaya masyarakat sebagai prasyarat pencairan
dana PAKET • Pemanfaatan dana PAKET • Penyusunan laporan kegiatan oleh Pokja PAKET • Penyusunan ’Best Practices’ pelaksanaan PAKET.
Untuk menjamin transparansi kegiatan PAKET agar dapat dipantau oleh seluruh masyarakat, pelaku PAKET wajib menyajikan hasil kegiatannya ke dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) P2KP di tingkat kota/kabupaten, meliputi data:
1. Daftar dan alamat kontak anggota Pokja PAKET
2. Daftar Proyek/kegiatan yang telah ditetapkan untuk memperoleh dana stimulan PAKET, dilengkapi dengan volume proyek, rencana anggaran biaya (dinas, masyarakat, dan PAKET), jumlah penerima manfaat orang miskin dan non miskin
3. Memasukkan hasil kemajuan kerja pelaksanaan proyek PAKET yang mencakup data biaya yang telah dikeluarkan beserta sumber pendanaan serta volume pekerjaan yang telah dihasilkan, minimal 3 kali, yaitu: a. Setelah menyelesaikan pekerjaan dengan dana dinas dan dana masyarakat b. Setelah menyelesaikan pekerjaan dengan dana PAKET 50% pertama c. Setelah menyelesaikan seluruh pekerjaan
Pedoman PAKET 16
3.6. Pelaporan dan Evaluasi
3.6.1. Laporan Pelaksanaan Proyek Penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan proyek dilaksanakan oleh Panitia Kemitraan Pelaksana proyek. Laporan akan diserahkan kepada Pokja PAKET, yang selanjutnya menjadi bahan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan PAKET di kota/kabupaten.
3.6.2. Evaluasi Kota KPKD/TKPKD (melalui Pokja PAKET) akan melakukan penilaian terhadap seluruh proyek yang dilaksanakan oleh Panitia Kemitraan untuk mengevaluasi pelaksanaan PAKET di kota/kabupaten bersangkutan.
3.6.3. Laporan Akhir Tahapan Laporan akhir tahapan diperlukan sebagai evaluasi apakah (pendanaan) PAKET dapat dilanjutkan pada tahapan berikutnya. Pokja PAKET bertanggungjawab untuk menyusun laporan ini.
Pedoman PAKET 17
BAB IV ORGANISASI PELAKSANA
Struktur organisasi untuk pelaksanaan PAKET P2KP adalah sama dengan struktur organisasi P2KP secara keseluruhan, dengan beberapa penambahan struktur dan personil yang dibutuhkan bagi pelaksanaan PAKET. untuk menetapkan Kota/Kab. Penerima dana/pelaksana PAKET dibentuk Tim Penilai Inter Departemen di tingkat pusat.
Pada tingkat kota, Pemkot/kabupaten menunjuk KPK-D sebagai pelaksana PAKET, yang dalam pelaksanaan tugasnya akan berkoordinasi sehari-hari dengan Bappekot/kab. Pemerintah Daerah juga mengangkat PJOK PAKET yang merupakan staf pemerintah daerah yang ditugaskan di Bappeda setempat.
Sebagai salah satu persyaratan PAKET, KPKD/TKPKD membentuk Pokja PAKET sesuai proses yang ditetapkan P2KP untuk melaksanakan PAKET.
Struktur organisasi untuk pelaksanaan PAKET dapat dilihat pada pada Bagan 3.
4.1 Pemerintah Peran aktif pemerintah yang diharapkan dalam pelaksanaan P2KP adalah: (a) menumbuhkan iklim untuk mendukung upaya pemberdayaan masyarakat. khususnya masyarakat miskin, dan (b) “melembagakan” mekanisme yang menjamin terwujudnya komunikasi, koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Bagan 3. Struktur Organisasi Pelaksana PAKET – P2KP
DEPARTEMEN P.U
Tingkat kecamatan
Tingkat Kelurahan
Gar is Pengendalian Gar is fasilitasi Gar is koordinasi Gar is Pelaporan/informasi
KPK Propinsi
Direktur PBI
KMW Pimpro PBI Propinsi
Dirjen Cipta Karya
KMP
Koord. Kota/Kab
Forum BKM Kabupaten/Kota
Tim Fasilitator
BKM
PJOK Kemitraan
Dinas
KSM
Pusat
Tim Pengarah Inter Departemen
Tim Pelaksana Inter Departemen
Bappeda Propinsi
Propinsi
Kepala Dinas PU/ Perumahan
/Kimprasw il Kota/Kab.
Bappeda Kota/Kab.
Tim Kelompok Kerja Nasional
Kabupaten Kota
Forum BKM Propinsi
K E
Kepala SKS P2KP
Relawan/kader
K A
Kepala Dinas PU/ Perumahan/Kimpraswil
Propinsi
KPK Kota/Kab.
PJOK PAKET
Pokja Paket
Klpk Peduli
Tim Penilai PAKET dan Replikasi P2KP Inter Departemen
Pedoman PAKET 18
4.1.1 Pemerintah Pusat Lembaga penyelenggara (executing agency) proyek P2KP di tingkat nasional adalah Departemen Pekerjaan Umum (PU), yang untuk kelancaran tugas membentuk Satuan Kerja Sementara (SKS)
Departemen PU di bawah arahan Tim Pengarah Inter Departemen, yang terdiri atas unsur-unsur terkait, yaitu: Bappenas, Dept PU, Depdagri, DepKeu, Kantor Menko Kesra, BPS, Deperindag serta Departemen Koperasi dan UKM. Tim Pengarah Inter Departemen (Inter Dept.) akan didukung Tim Pelaksana Inter departemen, yang beranggotakan unsur-unsur terkait yang sama.
4.1.1.1. Tim Pengarah Inter Departemen
Tugas-tugas dari Tim Inter Departemen sesuai Surat Keputusan Menteri Negara dan Kepala Bappenas No.300/M.PPN/10/2002, adalah:
1. Menetapkan dan memberikan dasar-dasar kebijakan, perencanaan, koordinasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan P2KP
2. Melakukan sinkronisasi pelaksanaan P2KP dengan program lainnya dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh
3. Memberikan laporan perkembangan kerja secara triwulanan dan laporan hasil kerja kepada Menteri Negara/Kepala Bappenas
4.1.1.2. Tim Penilai Inter Departemen Tim penilai Inter Departemen dibentuk sesuai Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya No. 44/KPTS/DC/2005 tertanggal 19 Desember 2005 untuk menilai usulan kegiatan PAKET dan Replikasi Program P2KP oleh Pemerintah Propinsi/Kota/ Kabupaten. Tugas dan tanggungjawab Tim penilai adalah sbb:
1. Menyusun instrument yang akan digunakan dalam verifikasi lapangan. 2. Melakukan verifikasi di lapangan untuk melihat kesesuaian kondisi yang ada
dengan persyaratan dan ketentuan pelaksanaan PAKET dan Replikasi Program P2KP.
3. Membuat berita acara verifikasi lapangan. 4. Menyusun rekomendasi hasil penilaian terhadap usulan kegiatan PAKET dan
Replikasi Program P2KP dan bentuk kerjasama yang diperlukan. 5. Membuat laboran mengenai proses dan hasil penilaian lepada Direktur Jendral
Cipta Karya untuk mendapatkan penetapan oleh Direktur Jendral CIpta Karya yang selanjutnya sebagai dasar pembuatan Nota Kesepahaman (MOU) antara Direktur Jendral Cipta Karya dengan Bupati/Walikota yang bersangkutan.
4.1.1.3. Tim Pelaksana Inter Departemen
Tim Pelaksana Inter Departemen bertugas untuk: 1. Menyusun kebijakan umum dan pedoman-pedoman umum P2KP. 2. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dengan mengacu pada kebijakan yang
telah ditentukan 3. Memberikan masukan kepada Tim Pengarah untuk penyempurnaan
pelaksanaan program 4. Melaporkan hasil pelaksanaan P2KP kepada Tim Pengarah
Pedoman PAKET 19
Untuk memperlancar koordinasi, sinkronisasi dan komunikasi antara executing agency dengan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Inter Departemen, Dirjen Cipta Karya Departemen PU menetapkan Surat Keputusan tentang Pokja P2KP Nasional, yang beranggotakan eselon III dari departemen-departemen terkait.
4.1.1.4. Kepala SKS Penaggulangan Kemiskinan Departemen PU
Kepala SKS Penanggulangan Kemiskinan Departemen PU berperan sebagai penanggungjawab umum pelaksanaan P2KP dan berkedudukan di pusat. Tanggungjawab dan tugas pokok Kepala SKS adalah:
1. Bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan teknis proyek P2KP 2. Menetapkan jumlah dan nama kelurahan sasaran 3. Menyiapkan Pedoman-pedoman pelaksanaan P2KP 4. Mengarahkan, memantau, dan minilai kinerja konsultan pelaksana 5. Melaksanakan sosialisasi secara nasional 6. Bertanggungjawab terhadap replenishment IDA Credit No. 3658-IND dan IBRD
Loan No. 4664.
Untuk pelaksanaan substansi proyek, termasuk sebagian tanggung jawab kualitas pelaksanaan P2KP, Ketua SKS menugaskan KMP (Konsultan Manajemen Pusat) yang bertindak untuk atas nama SKS di lapangan -sesuai dengan batasan kewenangan yang diberikan- dan bertanggungjawab langsung ke Kepala SKS dan Pejabat Pemegang Komitment P2KP.
4.1.1.5. Pejabat Pembuat Komitment P2KP
Pejabat Pembuat Komitment P2KP adalah penyelenggara dan sekaligus mewakili Departemen PU sebagai instansi pelaksana dan bertindak atas nama proyek di tingkat pusat (executing agency), dengan tugas pokok sebagai berikut:
1. Bertanggungjawab atas kelancaran administrasi proyek P2KP 2. Menetapkan Kerangka Acuan Kerja (Term of Reference) konsultan pelaksana 3. Menyiapkan Dokumen pelaksanaan P2KP 4. Memantau, dan minilai kinerja konsultan pelaksana 5. Melaksanakan dan bertanggungjawab terhadap replenishment IDA Credit No.
3658-IND dan IBRD Loan No. 4664. 6. Melakukan proses pengadaan dan pembayaran konsultan pelaksana.
4.1.2 Di Tingkat Propinsi Pemerintah Propinsi berperan memberikan dukungan dan jaminan atas kelancaran pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya. Untuk kelancaran tugasnya dapat menunjuk KPK/TKPK Propinsi sebagai Tim Koordinasi PAKET di tingkat propinsi, yang disyahkan dengan Surat Keputusan Gubernur.
Bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Pemasyarakatan PAKET P2KP ke instansi pemerintah di tingkat propinsi dan
kepada pemerintah Kabupaten/Kota di wilayahnya 2. Memfasilitasi koordinasi pelaksanaan PAKET P2KP di wilayahnya 3. Memantau pelaksanaan PAKET P2KP dan menerima laporan akhir tahapan dari
Pemerintah Kabupaten/Kota
Pedoman PAKET 20
4. Mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menumbuhkembangkan pola pembangunan partisipatif dengan cara membangun sinergi dan memadukan program yang disusun masyarakat dengan program pembangunan pemerintah dan tercermin dalam APBD Kabupaten/Kota
5. Mengalokasikan BOP PAKET P2KP yang diperlukan untuk tingkat propinsi 6. Memperkuat peran dan fungsi KPKD/TKPKD Propinsi dalam merumuskan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Tingkat Propinsi, dan KPKD/TKPKD sebagai pusat pembelajaran pengkajian masalah-masalah kemiskinan di wilayahnya berdasarkan masukan-masukan dan aspirasi masyarakat, untuk disampaikan kepada Pemerintah Propinsi sebagai bahan pengambilan kebijakan serta program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan propinsi
7. Mendorong keberlanjutan pelaksanaan P2KP di wilayahnya.
4.1.3 Di Tingkat Kota/Kabupaten
4.1.3.1. Pemerintah Kabupaten/Kota
Perangkat pemerintah daerah akan beralih peran dari pelaksana menjadi pemampu, dari peran birokrasi menjadi fasilitator atau pendamping warga, dan selalu beorientasi pada pengembangan masyarakat dengan mengedepankan prakarsa masyarakat. Secara khusus perangkat pemerintah berperan sebagai katalis pembangunan dalam rangka mendorong terjadinya proses transformasi dan bukan transplantasi.
Bappeda/Bappeko sebagai penanggung jawab pelaksanaan P2KP di tingkat kota/kabupaten. Pemerintah Kota/Kabupaten berperan menjamin kelancaran pelaksanaan PAKET P2KP di wilayah kerjanya, yang untuk kelancaran tugasnya dapat menunjuk KPK/TKPK tingkat kota/kabupaten sebagai Pelaksana PAKET P2KP, melalui Surat Keputusan Walikota/Bupati. Secara umum pemerintah kota/kabupaten melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut: 1. Mengangkat PJOK di tingkat kota/kabupaten untuk membantu adminsitrasi
pencairan dana PAKET 2. Memfasilitasi KPKD/TKPKD membentuk Pokja PAKET dan membentuk sekretariat
PAKET untuk memfasilitasi koordinasi PJOK PAKET dan Pokja PAKET 3. Mendukung koordinasi dan kerjasama antar para pelaksana P2KP, baik pelaksana
dari instansi pemerintah, konsultan maupun masyarakat 4. Mengalokasikan BOP secara tepat waktu dan tepat kebutuhan, maupun biaya-biaya
lain yang terkait dengan pelaksanaan PAKET P2KP yang tidak disediakan oleh APBN, APBD Propinsi, dan pinjaman Bank Dunia
5. Mensosialisasikan PAKET P2KP kepada instansi pemerintah di tingkat kota/kabupaten termasuk kecamatan dan kelurahan di wilayahnya
6. Mendorong pelibatan masyarakat, BKM dan Forum BKM dalam proses perencanaan pembangunan partisipatif, mulai dari tingkat kelurahan/desa, kecamatan hingga kota/kabupaten
7. Memadukan kebutuhan, rencana, dan program penanggulangan kemiskinan masyarakat (PJM Pronangkis) melalui penetapan kebijakan program pemerintah kota/kabupaten, khususnya yang dibiayai APBD Kota/Kabupaten
8. Memfasilitasi pelatihan/lokakarya untuk Pelaksanaan PAKET 9. Memfasilitasi pembentukan dan kegiatan Panitia Kemitraan 10. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pelaksanaan PAKET P2KP serta
menerima serta mengevaluasi laporan kegiatan PJOK PAKET
Pedoman PAKET 21
11. Melakukan supervisi pelaksanaan PAKET P2KP dan memberi masukan-masukan kepada pihak-pihak terkait untuk perbaikan selanjutnya.
4.1.3.2. PJOK PAKET
PJOK PAKET (tingkat kota/kabupaten) sebagai penanggungjawab pelaksanaan PAKET mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut: 1. Menyebarluasan usulan kegiatan PAKET ke seluruh wilayah kabupaten/kota 2. Menyiapkan Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan (SPPB) PAKET (yang
ditandatangani Panitia Kemitraan, Pokja PAKET, dan PJOK) 3. Mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (berdasarkan SPPB yang telah
ditandatangani) kepada Kepala SKS P2KP untuk ditindaklanjuti dengan pencairan dana PAKET sesuai alokasi yang ditetapkan
4. Menerima dan menyusun laporan penyerapan dan penggunaan dana dari Panitia Kemitraan
5. Menyampaikan laporan penyerapan dan penggunaan dana PAKET kepada Pemkot/kab setempat serta kepala SKS, dnegan ditembuskan ke KPK-D dan KMW
6. Melakukan pemeriksaan atas kemajuan kegiatan sebelum memberikan persetujuan pencairan dana berikutnya.
4.1.3.3. Pokja PAKET
Pembentukan Pokja PAKET difasilitasi KMW dan KPKD/TKPKD melalui proses KBP sesuai ketentuan P2KP dalam rangka pelaksanaan program PAKET P2KP. Dalam Pokja PAKET proses pengambilan keputusan dilakukan secara kolektif, dimana ketua tidak berhak mengambil keputusan. Peran Tugas Pokja PAKET adalah sbb: a. Sosialisasi dan diseminasi PAKET; b. Merumuskan dan menyepakati kriteria seleksi proposal kegiatan PAKET; c. Mengevaluasi dan menyeleksi proposal; dan d. Menetapkan prioritas usulan-usulan kegiatan panitia kemitraan yang dinilai layak
untuk menerima dana PAKET; e. Monitoring pelaksanaan kegiatan oleh panitia kemitraan serta menetapkan kegiatan-
kegiatan terbaik (best practice) untuk dapat dipertimbangkan memperoleh penghargaan (rewards) maupun menerapkan sanksi terhadap panitia kemitraan yang melaksanakan kegiatan PAKET tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Buku Pedoman PAKET;
f. Memfasilitasi serangkaian forum diskusi antar pelaku (stakeholders) di tingkat kota/kabupaten untuk membahas perkara kemiskinan serta upaya-upaya penanggulangannya sebagai bahan masukan untuk kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan yang dirumuskan oleh KPK setempat.
Anggota Pokja PAKET tidak boleh terlibat sebagai pengusul atau pelaksana usulan/proposal kegiatan PAKET (anggota Panitia Kemitraan)
Pedoman PAKET 22
4.2 Panitia Kemitraan Panitia Kemitraan adalah panitia yang dibentuk bersama antara BKM dengan dinas terkait2 dan/atau kelompok peduli dalam rangka kolaborasi melakukan kegiatan/subproyek bersama.
Tugas pokok Panitia Kemitraan adalah 1. Menyusun proposal bersama kegiatan/subproyek yang akan diajukan untuk
memperoleh dana PAKET (Dari PJM Pronagkis Kelurahan dan PJM Kabupaten/Kota)
2. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang dianggap dapat membantu melaksanakan kegiatan/subproyek bersama tersebut, termasuk dalam hal mendapat tambahan dukungan pendanaan dan bantuan teknis teknologis
3. Melakukan pengurusan ke PJOK dan Pokja PAKET dalam rangka mensukseskan kegiatan/subproyek tersebut
4. Melaksanakan kegiatan/subproyek, dimulai dengan dana swadaya (dari dinas dan masyarakat) dan kemudian baru menggunakan dana PAKET.
2 Kesepakatan pembentukan Panitia Kemitraan harus dituangkan dalam bentuk berita acara yang ditandatangi oleh masing-masing pimpinan dari unsur pembentuk (format berita acara dapat dilihat pada lampiran 2
Pedoman PAKET 23
Lampiran 1. Tata Cara Pengajuan dan Penilaian PAKET
TATA CARA
PENGAJUAN DAN PENILAIAN USULAN KEGIATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TERPADU (PAKET) P2KP
OLEH PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
I. PENDAHULUAN
Usaha penanggulangan kemiskinan di Indonesia telah dilaksanakan oleh Pemerintah melalui berbagai program, salah satunya adalah Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Berbagai program kemiskinan terdahulu yang bersifat parsial, sektoral, dan charity dalam pelaksanaannya masih terjadi hal-hal yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan belum menyentuh akar permasalahannya. Berdasarkan hasil pembelajaran dalam pelaksanaan P2KP, diperoleh pemahaman bahwa akar permasalahan kemiskinan adalah kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan ciri-ciri perilaku/sikap/cara-pandang masyarakat yang tidak bertumpu pada nilai-nilai universal kemanusiaan (seperti: jujur, dapat dipercaya, ikhlas, dan lain-lain), dan pada prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (seperti: transparansi, akuntabilitas, partisipasi, demokrasi, dan lain-lain).
Proses pendampingan masyarakat oleh P2KP telah menghasilkan perkembangan yang positif, terutama dalam membangun organisasi masyarakat warga di tingkat kelurahan dengan kepemimpinan kolektif yang berbasis nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal kemanusiaan, yang secara generik disebut Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Namun disadari dalam rangka keberlanjutan penanganan kemiskinan, diperlukan adanya upaya untuk mendorong BKM tersebut berkembang menjadi mandiri, yang diyakini oleh P2KP akan dapat tercapai melalui kemitraan sinergis antara masyarakat, pemerintah, dan kelompok peduli (termasuk dunia usaha swasta).
Berkenaan dengan hal tersebut, P2KP menambahkan komponen kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET), yang diharapkan mampu mendorong pengembangan upaya dan aktifitas penanggulangan kemiskinan sebagai gerakan bersama oleh dan dari seluruh pelaku di tingkat kabupaten/Kota, yaitu masyarakat, pemerintah, dan kelompok peduli.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan PAKET, oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang memerlukan kerja sama dengan Pemerintah Pusat, maka perlu diatur tata cara pelaksanaannya.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Pelaksanaan kegiatan PAKET P2KP dimaksudkan sebagai sarana pembelajaran bagi seluruh pelaku di tingkat kabupaten/kota agar upaya penanggulangan kemiskinan dapat menjadi gerakan bersama dan berkelanjutan.
Sedangkan tujuan dari pelaksanaan kegiatan PAKET adalah melembagakan kemitraan sinergis antara masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli untuk membangun wilayahnya dalam rangka menciptakan lingkungan permukiman yang layak huni, nyaman, produktif dan berjati-diri sebagai perwujudan kesejahteraan masyarakat yang menjadi cita-cita seluruh rakyat Indonesia.
Pedoman PAKET 24
III. KETENTUAN UMUM
Pelaksanaan kegiatan PAKET oleh Pemerintah Kabupaten/Kota perlu mengikuti ketentuan umum sebagai berikut:
1. Lokasi kota/kabupaten adalah wilayah sasaran P2KP 2. Pihak Pemerintah Kabupaten/Kota bersedia untuk mendapatkan bimbingan,
arahan, dan pengawasan pelaksanaan oleh Pemerintah Pusat 3. Telah terbentuk BKM yang merupakan lembaga representasi masyarakat yang
mengakar dan dipercaya (pemilihan anggota secara langsung tanpa pencalonan, tertutup, dan tanpa kampanye)
4. Telah terbentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD/TKPKD) dan Komunitas Belajar Perkotaan3 (KBP) telah aktif melaksanakan kegiatannya
5. Telah memiliki dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dan Perencanaan Jangka Menengah (PJM) Program Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) kota/kabupaten
6. Lokasi sasaran adalah BKM telah memanfaatkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sesuai Pedoman Umum dan Petunjuk-petunjuk lainnya yang ditetapkan P2KP.
7. Pemerintah Kabupaten/Kota telah mengalokasikan dana APBD kota/kabupaten sebagai kontribusi untuk pelaksanaan kegiatan PAKET.
IV. KETENTUAN PELAKSANAAN
Ketentuan pelaksanaan kegiatan PAKET P2KP oleh Pemerintah Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan PAKET akan dilaksanakan dengan menggunakan dana PAKET yang berasal dari Pemerintah Pusat dan dana pendamping yang berasal dari Pemerintah kabupaten/kota dan swadaya masyarakat, dengan ketentuan porsi dana PAKET sebesar 30% sampai dengan 50% dari total nilai kegiatan tergantung kemampuan keuangan daerah
2. Pemerintah Pusat akan menyediakan dana PAKET (sesuai porsi tersebut di atas), yang akan dicairkan dalam 3 (tiga) tahap
3. Pemerintah kabupaten/kota (melalui KPKD/TKPKD dalam kegiatan KBP) memfasilitasi proses kegiatan kemitraan (pemerintah, masyarakat, dan kelompok peduli) dalam pelaksanaan PAKET mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, pemantauan dan evaluasi, serta penyusunan laporan kegiatan termasuk ’best practices’ pelaksanaan PAKET
4. Pemerintah kabupaten/kota bersama masyarakat menyediakan dana pendamping sebesar 50% sampai dengan 70% dari nilai kegiatan baik dalam bentuk cash (alokasi dana APBD dan dana swadaya masyarakat), maupun in kind (penyediaan lahan, sumbangan material, tenaga sukarela, dsb)
5. Pelaksanaan kegiatan PAKET akan dilakukan oleh Panitia Kemitraan (dengan anggota pihak pemerintah kabupaten/kota, masyarakat, dan kelompok peduli)
3 Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) adalah kumpulan individu (masyarakat peduli) dalam suatu forum untuk belajar, berbagi pemikiran dan pengalaman, serta melakukan kajian-kajian pembangunan (terkait dengan pelaksanaan P2KP terutama persoalan kemiskinan) yang dilandasi prinsip-prinsip ‘good governance’.
Pedoman PAKET 25
6. Pada setiap akhir tahap pelaksanaan kegiatan PAKET akan dievaluasi untuk menetapkan kelanjutan pelaksanaan kegiatan PAKET tahap berikutnya. Kegiatan PAKET tahap ke 2 hanya akan dilaksanakan apabila hasil evaluasi pelaksanaan tahap pertama memuaskan. Demikian juga halnya dengan tahap ke 3 hanya akan dilaksanakan apabila hasil evaluasi pelaksanaan tahap ke 2 memuaskan.
7. Evaluasi pelaksanaan akan dilakukan oleh Tim Interdepartemental dari Pemerintah Pusat, yang terdiri atas Departemen PU sebagai lembaga pelaksana, Bappenas, dan Departemen Dalam Negeri.
V. MEKANISME PENGUSULAN DAN PENILAIAN
Pelaksanaan kegiatan PAKET dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut: 1. Usulan untuk mengikuti Program PAKET dari Pemerintah Daerah (beserta
lampirannya) ditujukan kepada Direktur Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum selaku Executing Agency dengan alamat: Jl. Patimura No. 20, Jakarta 12110, telepon 021-72796157 dan fax 021-72796462, dan tembusan tanpa lampiran disampaikan kepada instansi terkait di Pusat selaku Tim Penilai PAKET, meliputi: • Direktur Perkotaan Dit Jen Bina Bangda, Jl. TMP Kalibata no 20, Jakarta
Selatan. Telp. 021 7942640, fax 021 7942647 • Direktur Penanggulangan Kemiskinan Bappenas, Gedung Madiun Lantai 3, Jl.
Taman Suropati 2, Jakarta Pusat, Telp dan fax 021 31934715 2. Usulan yang disampaikan terdiri atas:
a. Surat permohonan dari Bupati/Walikota bersama-sama Pimpinan DPRD setempat, untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan PAKET
b. Copy Surat Keputusan Bupati/Walikota tentang pembentukan dan keanggotaan KPK-Daerah
c. Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPK-D) d. Dokumen PJM Pronangkis Kabupaten/Kota e. Copy pencantuman alokasi dana pada APBD tahun anggaran berjalan f. Daftar lokasi kelurahan sasaran dan daftar rencana kegiatan PAKET
3. Pihak Pemerintah Pusat akan melakukan penilaian terhadap aktivitas KPKD/TKPKD/KBP dengan memperhatikan aspek keterlibatan tiga unsur stakeholders kota (pemerintah, masyarakat, dan kelompok peduli termasuk dunia usaha swasta) dengan jumlah yang proporsional
4. Pihak Pemerintah Pusat akan melakukan kajian terhadap dokumen SPKD dan PJM Pronangkis dengan memperhatikan berbagai aspek sebagai berikut: a. SPKD harus memiliki kelengkapan isi (substansi) sesuai kerangka (outline)
dari panduan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat4, yang secara terinci dapat dilihat pada lampiran 1.
b. Dokumen PJM Pronangkis Kabupaten/Kota sebagai penjabaran program yang mengacu kepada SPKD harus:
4 Tim Koordinasi Penyiapan Penyusunan Perumusan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan (TKP3KPK), INFORMASI DASAR PENYUSUNAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (SPKD), Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Jakarta, Januari 2004.
Pedoman PAKET 26
Mencerminkan sebagai rangkuman atau mengakomodasi PJM Pronangkis Kelurahan (bagi wilayah P2KP) atau Musbangkel (bagi wilayah non P2KP)
Memiliki rencana alokasi sumber daya (sumber dana dan sumber daya manusia) untuk pelaksanaan rencana kerja, yang telah melibatkan partisipasi berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan kelompok peduli lainnya.
Penilaian akan dilakukan pada aspek-aspek yang dapat dilihat pada lampiran 2. 5. Jika dari hasil penilaian awal terhadap dokumen yang telah diterima dinyatakan
layak oleh Tim Penilai, selanjutnya Tim Penilai Interdep dari Pemerintah Pusat akan melaksanakan kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi terhadap aspek-aspek seperti yang tercantum dalam lampiran 2. Verifikasi lapangan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terarah (FGD) dengan para pihak dan kunjungan lapangan untuk meyakinkan bahwa proses penyusunan SPKD dan PJM Pronangkis Kota/Kabupaten dilakukan secara partisipatif dalam proses Komunitas Belajar Perkotaan, dengan memeriksa: a. Keterlibatan para pihak dalam kegiatan KPKD/TKPKD/KBP, yang dilihat
dari keaktifan/kehadiran dalam kegiatan b. PJM Pronangkis Kota/Kabupaten telah mengakomodir usulan-usulan dalam
PJM Kelurahan c. Proyek yang diusulkan bermanfaat bagi upaya penanggulangan kemiskinan
(masyarakat miskin sebagai penerima manfaat) 6. Pemerintah Pusat akan menyampaikan kajian terhadap usulan Pemerintah
kabupaten/kota dan menetapkan kabupaten/kota sebagai penerima program PAKET, apabila telah memenuhi seluruh persyaratan
7. Pemerintah Pusat (Dir. Jen Cipta Karya Dep. PU) dan Pemerintah Daerah (Walikota/Bupati) menandatangani nota kesepakatan (MoU) untuk pelaksanaan kegiatan PAKET, setelah diperiksa (dibubuhkan paraf) oleh Direktur Perkotaan Dit Jen Bangda Depdagri selaku ketua Tim Penilai usulan PAKET P2KP.
Pedoman PAKET 27
Lampiran 2. Format Penilaian SPKD dan PJM Pronangkis
Nama Kota/Kab: Tanggal : __________
No Aspek Yang Dinilai Kelengkapan isi (substansi) Ada
Tdk leng-kap
Tdk ada
Catatan/ Keteranga
n A B C D E F G
I.1. Keanggotaan KPKD/TKPKD
Telah mencakup 3 unsur (pemerintah, masyarakat peduli, dunia usaha swasta) dengan jumlah seimbang
II Dokumen SPKD
2. Pendahuluan Mencakup: a. Latar belakang b. Tujuan c. Ruang Lingkup
3. Kondisi dan Penyebab Kemiskinan di kota/kabupaten
Mencakup: a. Kondisi kemiskinan saat ini dan
perkembangannya dari waktu ke waktu
b. Penyebab kemiskinan (Siapa, dimana dan kenapa mereka miskin)
4. Kajian Ulang Kebijaksanaan dan Program penanggulangan kemiskinan
Mencakup 4 pilar: a. Perluasan kesempatan kerja b. Pemberdayaan Masyarakat c. Peningkatan Kapasitas &
sumber-daya manusia d. Perlindungan sosial
5. Landasan dan Arah Penanggulangan Kemiskinan
Mencakup: a. Paradigma Baru
Penanggulangan Kemiskinan b. Visi dan misi c. Asumsi Kondisi Makro
Penanggulangan Kemiskinan d. Tujuan dan sasaran
6. Kebijakan dan Program
Mencakup: a. Kebijakan dan Program b. Kelembagaan mekanisme
pelaksanaan c. Indikator kerja dan target d. Prioritas program dan anggaran
jangka pendek
7. Sistem & mekanisme monev
Mencakup: a. Sistem dan mekanisme
monitoring b. Sistem dan mekanisme evaluasi
Pedoman PAKET 28
No Aspek Yang Dinilai Kelengkapan isi (substansi) Ada
Tdk leng-kap
Tdk ada
Catatan/ Keteranga
n
III PJM Pronangkis Kota/Kabupaten
8. Substansi PJM: a. Gambaran permasalahan kemiskinan kota/ kabupaten
9. b. Arah Kebijakan penanganan
10 c. Progam Penanggulangan Kemiskinan
11 d. Rencana Tindak
12 e. Matriks yang menggambarkan pendayagunaan potensi-potensi yang ada (kebutuhan dana dan rencana pembiayaan berdasarkan potensi sumber dana dan sumber daya manusia yang melibatkan partisipasi pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli)
Verifikasi Kegiatan KBP
No Aspek Yang Dinilai
Kelengkapan isi (substansi) Ada Tdk lng-kap
Tdk ada
Catatan/ Keteranga
n A B C D E F G
IV Kegiatan KBP dalam Penyusunan SPKD dan PJM Pronangkis Kabupaten/Kota (Laporan KMW)
13. Kegiatan KBP a. Apakah kegiatan KBP pernah terlaksana
14. b. KBP dilaksanakan secara rutin dan memiliki agenda yang jelas
15. c. KBP telah diikuti oleh berbagai unsur stakeholders kota/kabupaten
16. d. Dokumentasi kegiatan KBP
17. e. Keberadaan kegiatan KBP telah tersosialisasi di tingkat masyarakat
V.18. Penyusunan PJM Pronangkis
a. Disusun secara partisipatif (melibatkan 3 unsur stakeholders)
19. b. PJM Pronangkis kabupaten/kota telah mengakomodir PJM Kelurahan (aspiratif)
Pedoman PAKET 29
20. c. Program yang tersusun akan memberikan manfaat untuk penanggulangan kemiskinan (pro poor)
Cara Penilaian : • Ada dan lengkap, diberikan tanda di kolom ‘D’ • Ada, substansi tidak lengkap, diberikan tanda di kolom ‘E’ • Jika tidak ada, diberikan tanda di kolom ‘F’.
Penilaian akan dilakukan oleh Tim Pelaksana Inter Departemen di tingkat Nasional.
Pedoman PAKET 30
Lampiran 3. Format Berita Acara Penetapan Lokasi Pelaksana PAKET
Berita Acara Hasil Penilaian Tim Penilai PAKET P2KP
Berdasarkan pemeriksaan kelengkapan administrasi, pengamatan di lapangan yang telah dilaksanakan pada tanggal ................................, serta penilaian dan pembahasan bersama Tim Penilai PAKET P2KP, maka pada hari ini ..................... tanggal ............................, dinyatakan bahwa:
Kabupaten/Kota : .......................................
Provinsi :........................................
Telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan PAKET dan direkomendasikan dapat menerima dana/melaksanakan PAKET P2KP .
Demikian berita acara ini dibuat untuk ditandaklanjuti sebagaimana mestinya sesuai ketentuan P2KP.
Jakarta, Tanggal _________________
Direktur Perkotaan
Dit Jen Bina Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri
Selaku Ketua Tim Penilai
Terhadap Usulan PAKET dan Replikasi Program P2KP dari Pemerintah Daerah
Ir. Haryo Sasongko, M.Sc Nip 010 092 456
Pedoman PAKET 31
Lampiran 4. Format Berita Acara Pembentukan Pokja PAKET
Propinsi : _______________________ Kota/Kabupaten : _______________________
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesepakatan Rapat Pembentukan Pokja PAKET di Kota/Kabupaten ______________________, yang dihadiri oleh ______ peserta dalam KBP, maka bersama ini ditetapkan pembentukan Pokja PAKET Kota _______________, pada hari/tanggal ______________, dengan Daftar anggota dan susunan pengurus Pokja PAKET periode tahun ___________sebagai berikut:
Nama Jabatan Alamat Pekerjaan
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Dst… Sesuai Jumlah anggota Pokja PAKET
Rapat pembentukan Pokja PAKET Kota/Kabupaten .........................juga telah membahas dan mengesahkan keputusan-keputusan sebagai berikut:
1. Kesepakatan aturan-aturan tertulis Pokja PAKET Kota ___________ 2. Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja Pokja PAKET Kota ___________ 3. Rencana Kerja Pokja PAKET_______________periode Tahun______ 4. Dll (sebutkan)
Tanggal ___________________
_______________________ _______________________
Tim Koordinasi Kota/Kab. Ketua KPKD/TKPKD
*) Format ini hanya contoh, dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setempat.
Pedoman PAKET 32
Lampiran 5. Format Proposal Panitia Kemitraan
Propinsi : ___________________________ Kota partisipan : ___________________________ Nama Panitia Kemitraan : ___________________________ Dinas dan BKM Pengusul : ___________________________ Jenis Kegiatan : ___________________________ Jumlah Anggota : Laki-laki: _______ Perempuan : _________ A. Uraian Kegiatan
Uraian dan Alasan Kegiatan: Tujuan dan Sasaran Kegiatan: Lokasi: Volume: Kebutuhan biaya: Jumlah/tingkat Keterlibatan Masyarakat Miskin dan Perempuan: Jumlah/luas jangkauan Penerima Manfaat/Dampak: Dampak lingkungan: Rencana dan Mekanisme Pengadaan: Uraian Biaya:
Sumber Pendanaan (Rp.) Swadaya Panitia Kemitraan
Komponen Biaya PAKET (< 50%) Dinas/
APBD BKM & Masy.
Kelpk Peduli
Jumlah
1. ……………… 2. ……………… 3. ……………… 4. ……………… 5. Dst.
Total Biaya
B. Jadwal Pelaksanaan dan Pendanaan
Uraian Kegiatan Waktu Pelaksana Jumlah Biaya Keterangan
1. ……………… 2. ……………… 3. ……………… 4. ………………
C. Team Pelaksana Kegiatan
Nama : 1. ___________________ Posisi: _________________ 2. ___________________ Posisi: _________________ 3. ___________________ Posisi: _________________ Dst
Pedoman PAKET 33
Mekanisme Pelaporan dan Pertanggungjawaban Kegiatan: _______________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
D. Rencana Pengadaan
No Barang, Pekerjaan atau Tenaga Ahli/Trampil Prosedur
dst (Catatan: Lihat Ketentuan Umum Dokumen Jasa Pengadaan dan Pelaksanaan Pekerjaan di Buku Pedoman tejnis P2KP, Format Kegiatan BLM-1)
E. Rencana Pengoperasian dan Pemeliharaan
No Kegiatan Frekuensi Penanggung jawab Biaya Sumber
Dana
Pedoman PAKET 34
Lampiran 6. Daftar Kegiatan yang Layak Dilaksanakan dengan PAKET
Propinsi : ___________________________ Kota partisipan : ________________________
Jumlah (orang) Swadaya PanitiaNo Nama Panitia
Kemitraan Jenis
Kegiatan
Volumedan
Lokasi Penerima Manfaat
Tenaga Kerja
Nilai Usulan Kegiatan (Rp)
Dana PAKET
(Rp) Dinas BKM Lain2
1 2 3 4 5 6 7 8
dst
……………,……………20…
Tenaga Ahli KMW: Pokja PAKET Kota……… 1.________________ 2.________________ 3.________________ _________________________
dst Ketua
Mengetahui:
Ketua Tim Koordinasi Kota
______________________
Pedoman PAKET 35
Lampiran 7. Alur Pencairan Dana PAKET
Sebagai perwujudan sifat dana PAKET sebagai ‘stimulan’ atau pelengkap atas keswadayaan Panitia Kemitraan (BKM dan Dinas dan/atau kelompok peduli), pencairan dana PAKET ke panitia kemitraan, hanya dapat dilakukan apabila panitia kemitraan tersebut telah menggunakan seluruh dana swadaya-nya terlebih dahulu untuk pelaksanaan kegiatan panitia kemitraan bersangkutan, sesuai verifikasi KMW.
Bank Dunia
BI Pusat
SKS P2KP Pusat
KPPN Propinsi
Bank Pelaksana Satker PBL
di Propinsi
KMW (Verifikasi)
PJOK PAKET
(Verifikasi)
Panitia Kemitraan
Rek. Pan Kemitraan
DLN Depkeu
Initial Deposit & Reimburesement
3
1 Pengiriman Dok. FMR
4 DIPA
2
Appl. FMR/WA
PUSAT
5 SE DJPBN
6 Kelengkapan Dok.Pencairan
7 Penerusan Dokumen
8 Pengiriman Dokumen Pencairan
9
SPP & SPM
SSP2D
11 Transfer
12
Dana PAKET
13 Nota Debet 14 Pelaporan
15 Pelaporan
PROPINSI
KAB./KOTA
KELURAHAN
10
16 RKBI
KPK-D
(Verifikasi)
Korkot (Verifikasi)
Pedoman PAKET 36
Keterangan:
1. Sesuai dengan Loan Agreement yang disepakati, pihak Satker akan meminta kepada DPHLN untuk mengajukan initial deposit kepada Bank Dunia sebagai dana awal untuk memulai pelaksanaan kegiatan P2KP. Penyiapan dokumen FMR akan dilakukan oleh Satker P2KP Pusat, yang akan diajukan melalui DJPBN ke Bank Dunia sebagai permohonan pencairan dana (Aplikasi FMR/WA).
2. Atas dokumen FMR yang sudah disiapkan Satker P2KP, maka DPHLN akan mengajukan withdrawal application untuk mencairkan sejumlah dana yang dibutuhkan kepada Bank Dunia. Selanjutnya Bank Dunia akan mentransfer dana yang diminta ke Rekening Khusus P2KP.
3. Bank Dunia akan mentrasfer sejumlah dana yang diminta ke Rekening Khusus P2KP yang dibuka di Bank Indonesia.
4. Untuk memulai pelaksanaan kegiatan di lapangan, Satker Sementara P2KP akan mengajukan Anggaran untuk Tahun Anggaran berjalan kepada Departemen Keuangan. Persetujuan atas Anggaran yang diajukan ke Depkeu akan dituangkan dalam DIPA Tahun Anggaran bersangkutan.
5. Atas dasar DIPA yang sudah disetujui, maka DPHLN, Depkeu, akan menerbitkan SE DJPBN sebagai dasar dan bentuk kesiapan pendanaan kepada seluruh KPPN yang ditunjuk sebagai kantor bayar.
6. Dengan adanya kesiapan pendanaan, maka Panitia Kemitraan (BKM, Dinas dan Kelompok Peduli) sudah dapat mulai mengajukan pencairan dana PAKET setelah melengkapi seluruh persyaratan dokumen dan format lampiran yang diperlukan. Kelengkapan dokumen pencairan akan dipersiapkan oleh Panitia Kemitraan bersama dengan Korkot, sekaligus merupakan verifikator pertama.
7. Atas dasar pengajuan dokumen pencairan dari Panitia Kemitraan, PJOK PAKET akan memberikan verifikasi, berkoordinasi dengan KPK-D setempat (Pokja PAKET), dan akan mengajukan Permohonan Pembayaran kepada Satker P2KP qq Satker PBL di Propinsi melalui KMW.
8. KMW akan mengirimkan dokumen pencairan dana PAKET kepada Satker PBL di Propinsi yang bersangkutan setelah melakukan verifikasi atas kelengkapan dan kebenaran data-data yang diisi.
9. Atas dokumen pencairan yang diterima, Satker PBL di Propinsi akan melakukan proses pemeriksaan dan menerbitkan SPM (Surat Perintah Membayar) kepada KPPN Pembayar di propinsi yang ditunjuk untuk membayarkan sejumlah dana langsung ke Rekening Panitia Kemitraan.
10. Atas dasar SPM yang diterima, maka KPPN Pembayar di propinsi akan menerbitkan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) yang ditujukan ke Bank Pelaksana dimana KPPN tersebut membuka Rekening, yang berisi perintah untuk mencairkan sejumlah dana ke Rekening Panitia Kemitraan.
11. Atas dasar SP2D yang diterima, Bank Pelaksana akan mentransfer sejumlah dana langsung ke Rekening Panitia Kemitraan
12. Dana PAKET yang sudah efektif di Rekening Panitia Kemitraan dapat mulai dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan seperti yang sudah disetujui bersama.
13. Pada saat yang sama Bank Pelaksana akan mengirimkan Nota Debet ke BI sebagai bukti bahwa Bank Pelaksana sudah mendebet rekening P2KP.
14. Satker PBL di Propinsi akan memberikan laporan realisasi penerbitan SPP dan SPM ke Satker P2KP Pusat di Jakarta secara reguler.
Pedoman PAKET 37
15. KPPN pembayar akan memberikan laporan dan copy SP2D ke DPHLN secara reguler setiap minggu berikutnya setelah SP2D diterbitkan.
16. Bank Indonesia secara reguler (setiap minggu) akan memberikan Account Statement dari RKBI yang memuat seluruh transaksi yang terjadi pada periode bersangkutan ke DJPBN.
Penjelasan resmi mengenai mekanisme penyaluran dana bantuan P2KP akan ditetapkan melalui SE DJPBN yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan.
Pedoman PAKET 38
Lampiran 8. SPPB PAKET Propinsi : _______________________
Kota/Kabupaten : _______________________
DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Satuan Kerja Sementara Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan, Nomor ……………………… Tanggal ……………………
I. Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : ………………………………..
Jabatan : Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PJOK) PAKET P2KP
Kabupaten/Kota…………….Propinsi…………
Berdasarkan keputusan Bupati/Walikota …..............………….. Nomor………………
Bertindak atas nama Pemerintah Indonesia, selanjutnya disebut Pihak Pertama.
2.a. Nama : ……………………………….
Jabatan : Ketua Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)………………….
Desa/Kelurahan……………………Kecamatan…………………….
Kabupaten/Kota……………….Propinsi……………Berdasarkan musyawarah anggota dan disahkan/dicatatkan di Notaris ……………………………… No. ……………., tanggal ……………
Alamat : …………………………………………….
Bersama-sama dengan:
b. Nama : …………………………………..
Jabatan : Kepala Dinas……………………Kota/Kabupaten ............................. Propinsi …….. …………………….
Dimana kedua nama tersebut bertindak atas nama Panitia Kemitraan………………..
Selanjutnya disebut Pihak Kedua
II. Kedua belah pihak sepakat :
1. Pihak kedua akan melaksanakan kegiatan sesuai usulan dan RAB terlampir dengan pendanaan sebagai berikut:
Kegiatan/Volume Lokasi
Dana Dinas dan/atau Klpk
Peduli
Swadaya BKM & Masy
Bantuan PAKET Total
2. Pihak kedua bersedia mematuhi berbagai ketentuan yang berlaku di P2KP, sebagaimana disebutkan dalam Buku Panduan dan ketentuan-ketentuan lainnya, dan memenuhi persyaratan umum perjanjian (terlampir).
Pedoman PAKET 39
3. Pihak kedua menjamin bahwa kegiatan-kegiatan yang diusulkan dan akan dilaksanakan melalui PAKET P2KP adalah tidak termasuk kegiatan yang dilarang (negatif list) dalam pelaksanaan P2KP.
4. Pihak kedua menjamin bahwa kegiatan yang diusulkan dan akan dilaksanakan dalam bantuan dana PAKET P2KP, tidak akan menimbulkan / telah dilengkapi dengan rencana pengelolaan*) dampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli, pembebasan lahan dan pemukiman kembali serta sosial budaya dan nilai-nilai yang hidup di masyarakat dan wilayah setempat.
5. Pihak pertama memberikan dana bantuan PAKET dengan tahapan sebagai berikut:
Pembayaran Tahap I (50%) : Rp Pembayaran Tahap II (50%) : Rp ------------------------ Jumlah dana Bantuan PAKET P2KP : Rp
Catatan:
Pembayaran Tahap I (50%) dilakukan setelah SPPB PAKET ini ditandatangani
Pembayaran Tahap II (50%) dilakukan bila pekerjaan telah mencapai kemajuan 50%, dana PAKET tahap sebelumnya telah dimanfaatkan sekurang-kurangnya 95%, dana kontribusi dinas serta swadaya BKM (masyarakat) telah digunakan, serta kegiatan sebelumnya telah diverifikasi KMW dan PJOK.
6. Keseluruhan proses pembayaran dana bantuan PAKET P2KP kepada pihak kedua harus diselesaikan selambat-lambatnya pada tanggal (…..)∗. Apabila batas waktu tersebut terlampaui, maka Dana bantuan PAKET P2KP tidak dapat dicairkan.
7. Dana Bantuan PAKET P2KP disalurkan melalui rekening pihak kedua sebagai berikut:
Rekening atas nama : ………………………………………………… Nama bank : ………………………………………………… Alamat bank : …………………………………………………
Nomor Rekening : ……………………………………………….... Demikian perjanjian ini dibuat secara sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun untuk dilaksanakan dan ditaati bersama.
……………………., ……………………..
Pihak Pertama Pihak Kedua,
PJOK PAKET P2KP Panitia Kemitraan…….…………….
(_________________) (_________________) (____________________)
Koordinator BKM…………… Kepala Dinas……………
*SPPB PAKET ini berikut lampirannya dibuat 5 rangkap dan salah satunya dilengkapi dengan materai Rp 6,000 untuk dokumen penagihan ke KPKN.
∗ Diisi sesuai batas akhir tahun anggaran pemerintah pada tahun berjalan
Pedoman PAKET 40
Lampiran Persyaratan Umum Perjanjian Penyaluran Bantuan PAKET, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari SPPB PAKET dan memiliki kekuatan yang mengikat
A. Tanggungjawab Panitia Kemitraan (BKM dan Dinas dan/atau Kelompok peduli): 1. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan usulan, pedoman lingkungan dan pedoman
pembebasan lahan dan penampungan sesuai Panduan P2KP. 2. Menjamin bahwa dalam keseluruhan pelaksanaan kegiatan di Panitia Kemitraan, sejak
tahap penyusunan usulan kegiatan hingga pelaksanaan dan pemeliharaan kegiatan, senantiasa didasarkan pada prinsip dan nilai P2KP, khususnya prinsip transparansi, akuntabel, kemitraan dan kebersamaan.
3. Menjamin bahwa proses pengadaan (material, tenaga kerja dan lain-lain) dalam pelaksanaan kegiatan PAKET berpedoman pada panduan dan ketentuan P2KP.
4. Menjamin bahwa pelaksanaan usulan kegiatan didasarkan padat karya atau dengan cara lain yang membuka peluang kesempatan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat miskin dan kaum penganggur di lokasi kegiatan.
5. Menjamin kesempatan proses pembelajaran bagi masyarakat setempat, khususnya dalam pengetahun, teknik/teknologi dan lain-lainnya.
6. Pihak kedua menyerahkan hak otorisasi kepada KMW dan PJOK PAKET untuk membatalkan seluruh atau sebagian pembayaran bantuan PAKET P2KP, jika, menurut penelitian KMW dan PJOK, pihak kedua tidak membutuhkan dana dimaksud, dan/atau gagal mencapai target kegiatan dan/atau gagal memenuhi prinsip dan nilai serta ketentuan dalam P2KP, dengan pertanda: a. Dinilai gagal atau tidak mencapai hasil dan kinerja yang memuaskan dalam
pelaksanaan kegiatan 50% sebelumnya; b. Dana tidak digunakan atau dimanfaatkan sesuai dengan usulan atau proposal
kegiatan yang telah disetujui oleh Pokja PAKET; c. Diketemukan indikasi adanya penyalahgunaan dalam penggunaan dana bantuan
oleh Pihak Kedua; d. Usulan kegiatan pihak kedua terbukti dikemudian hari telah melanggar ketentuan
mengenai dampak lingkungan, pembebasan lahan dan penampungan maupun ketentuan lain yang ditetapkan dalam P2KP;
e. Tidak dipenuhinya atau dilaksanakannya secara konsisten prinsip dan nilai P2KP. Dalam kondisi salah satu atau lebih pertanda di atas terpenuhi, maka SPPB ini berlaku sebagai Surat Kuasa otorisasi dari Pihak Kedua kepada KMW dan PJOK PAKET.
7. Menyediakan kontribusi dana, atau lainnya secara swadaya, dalam jumlah dan waktu sesuai yang tercantum pada usulan, yakni sekurang-kurangnya separuh (50%) dari keseluruhan kebutuhan biaya kegiatan.
8. Menjamin bahwa usulan kegiatan yang diajukan untuk mendapatkan bantuan dana PAKET P2KP telah dilengkapi dengan rencana pengelolaan dampak (lingkungan, pembebasan lahan/pemindahan penduduk/penggusuran, sosial-budaya-adat istiadat setempat, dan penduduk asli setempat), yang didasarkan pada pedoman pembebasan lahan dan penampungan, pedoman dampak lingkungan, pedoman perlindungan penduduk asli, sebagaimana diatur dalam Panduan P2KP dan/atau peraturan perundangan yang berlaku.
9. Menyerahkan laporan kemajuan secara rutin ke Pokja PAKET, KMW dan PJOK PAKET. Selain itu memberikan kesempatan juga kepada pemerintah Kota/Kabupaten, DPRD dan pihak-pihak lainnya untuk mendapatkan salinan laporan dimaksud dan salinan-salinan laporan lainnya, serta mengadakan peninjauan lapangan. Pada akhir pekerjaan, Panitia Kemitraan berkewajiban menyerahkan
Pedoman PAKET 41
laporan akhir penyelesaian pekerjaan kepada Pokja PAKET, yang ditembuskan ke KMW dan PJOK PAKET.
10. Menjamin bahwa kedua belah pihak (BKM dan Dinas) senantiasa berpedoman pada prinsip kesetaraan dalam kebersamaan, tanpa ada upaya sedikitpun untuk mensubordinasi salah satu pihak.
11. Menjamin pengoperasian dan pemeliharaan hasil kegiatan telah diserahterimakan dari Panitia Kemitraan kepada masyarakat setempat, yang diwakili oleh BKM beserta perangkat kelurahan setempat.
12. Menjamin pemisahan pengelolaan administrasi keuangan dana PAKET P2KP dengan sumber dana dari Dinas (APBD), BKM, Swadaya Masyarakat dan lain-lainnya. Sumber dana dari Dinas, BKM, Swadaya atau swasta dikelola oleh masing-masing pihak secara otonom dan independen tanpa upaya mencampuri atau mempengaruhi satu sama lain;
13. Menjamin penyimpanan bukti-bukti pengeluaran berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PAKET P2KP selama jangka waktu 3 tahun.
14. Menjamin keterbukaan terhadap pemeriksaan keuangan yang ditentukan oleh BPKP, maupun pemeriksa keuangan independen yang diundang oleh Pokja PAKET. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya adanya penyimpangan penggunaan dana, seperti untuk keperluan di luar rencana (konsumtif, dipinjamkan kembali dll), maka Panitia Kemitraan wajib mengembalikan dana dimaksud, sejumlah perhitungan penyimpangan yang telah terjadi. Panitia Kemitraan wajib menyimpan catatan dan bukti-bukti pengeluaran berkaitan dengan PAKET P2KP selama jangka waktu 3 tahun.
Namun demikian, Pihak Kedua diperkenankan tidak melaksanakan kegiatan, untuk sementara waktu, setelah dana diterima, jika: a. terjadi force majeure, yaitu suatu kejadian yang mengganggu atau merusak
pekerjaan di luar kemampuan pengendalian Panitia Kemitraan. Dalam keadaan demikian, Panitia Kemitraan wajib melaporkan kepada Pokja PAKET untuk dibahas dan ditetapkan dalam Rapat Anggota Pokja PAKET. Selanjutnya Pokja PAKET melaporkan kepada KMW dan PJOK PAKET dalam batas waktu 7 hari setelah Rapat Anggota Pokja PAKET dimaksud dan keputusan harus diambil KMW serta PJOK dalam batas waktu 14 hari;
b. terdapat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa sebaiknya kegiatan itu dibatalkan. Dalam keadaan demikian, maka keputusan dimaksud harus dilaporkan kepada KMW dan PJOK PAKET dalam batas waktu 7 hari dan keputusan diambil dalam batas waktu 14 hari;
Untuk berbagai kasus di atas, pencairan dana selanjutnya akan ditinjau kembali. Peninjauan kembali pencairan dana dapat juga terjadi jika Panitia Kemitraan melalaikan kewajiban dan/atau kegiatannya. Dalam keadaan demikian, maka KMW harus mempelajari dan menentukan langkah-langkah selanjutnya; dana bantuan yang telah diterima mungkin harus dikembalikan segera oleh Panitia Kemitraan, jika Pokja PAKET memutuskan demikian.
B. Tanggung jawab KMW: 1. Memfasilitasi penyiapan usulan kegiatan oleh Panitia Kemitraan (BKM dan Dinas)
dalam hal ketepatan sasaran, kesesuaian dengan prinsip dan nilai P2KP, serta pembelajaran untuk membuat usulan kegiatan berdasarkan kebutuhan dan kemampuannya.
2. Memfasilitasi penguatan Panitia Kemitraan, terutama dalam membangun kesetaraan, kemitraan, kebersamaan berdasarkan transparansi dan akuntabilitas
Pedoman PAKET 42
3. Memfasilitasi dan memberikan rekomendasi terhadap proses dan hasil perangkingan usulan-usulan kegiatan oleh Pokja PAKET, terutama apakah proses telah memenuhi kesesuaian dengan prinsip dan nilai P2KP;
4. Menilai kelayakan proposal yang diajukan Panitia Kemitraan (dari usulan yang telah dirangking Pokja PAKET) dengan dasar pertimbangan proffesional (teknis, keuangan, dan lingkungan) dan menyampaikan hasil rekomendasi penilaian ke Pokja PAKET.
5. Mengawasi dan Memfasilitasi Proses Prioritasisasi dan persetujuan proposal teknis yang dilakukan oleh Pokja PAKET.
6. Membantu Panitia Kemitraan dan PJOK untuk memproses administrasi pencairan dana
7. Melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan PAKET P2KP 8. Melaksanakan pengechekan keabsahan pengeluaran dana PAKET P2KP oleh Panitia
Kemitraan dan menandatangani dokumen pembayaran. 9. Menyelesaikan Perbedaan-perbedaan pendapat yang mungkin terjadi antara Panitia
Kemitraan, Pokja PAKET dan pihak-pihak lainnya berdasarkan bukti-bukti faktual dan perjanjian yang ada.
10. Mengadakan penyesuaian biaya bila terjadi perubahan dalam rincian awal pekerjaan, dan perubahan ini dibenarkan oleh KMW. Perubahan spesifikasi pekerjaan ini harus dituangkan dalam Perjanjian Tambahan.
11. Senantiasa menjaga konsistensi penerapan prinsip dan asas P2KP oleh masyarakat, Panitia Kemitraan, dan Pokja PAKET dalam keseluruhan proses kegiatan PAKET P2KP di wilayah itu.
12. Menjamin bahwa kegiatan yang disetujui telah memenuhi Pedoman Pembebasan Lahan dan Penampungan, dan Rencana Pengelolaan Lingkungan, jika ada, atau persyaratan teknis lainnya, sebagai prasyarat pencairan dana tahap I. Setiap UKL/ UPL yang diperlukan harus dimasyarakatkan dan musyawarah bersama masyarakat setempat akan dilaksanakan dan dicatat. Kemajuan pembayaran juga tergantung pada pelaksanaan RKL, jika ada.
13. Bersama dengan PJOK PAKET, melakukan verifikasi terhadap Pokja PAKET maupun kinerja dan pencapaian hasil keseluruhan kegiatan PAKET di tingkat kota/kabupaten sebagai dasar pertimbangan untuk rekomendasi pelaksanaan kegiatan PAKET tahun berikutnya di kota/kabupaten bersangkutan.
C. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pencairan dana PAKET
1. Ketentuan Teknis P2KP:
(a) Definisi Ketentuan Teknis P2KP
(1) Dimaksud dengan ketentuan teknis P2KP adalah tindakan dan kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak ke dua harus sesuai dengan Buku-Buku Pedoman P2KP, ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen P2KP, serta ketentuan-ketentuan yang diatur di SPPB ini beserta lampirannya.
(2) Pihak ke dua melaksanakan prinsip dan nilai P2KP, sesuai dengan tujuan dan sasaran P2KP, mampu mengelola dana PAKET sesuai dengan prinsip standard, dengan indikator-indikator antara lain: o Prinsip dan nilai P2KP dilaksanakan secara taat asas dan konsisten; dan/atau
Pedoman PAKET 43
o Pelaksanaan kegiatan melibatkan dan/atau bermanfaat bagi kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin; dan/atau
o BKM terbentuk sebagai representasi masyarakat dan/atau kinerjanya efektif setelah satu tahun pelaksanaan P2KP di kelurahan tersebut; dan/atau
o Pencapaian kemajuan dan perkembangan proyek P2KP memuaskan dalam kurun waktu satu tahun pelaksanaan proyek; dan/atau
o Tidak ada penyalahgunaan wewenang dan keputusan dalam penggunaan dana bantuan P2KP; dan/atau
o Melaksanakan tanggungjawab dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam SPPB ini beserta lampirannya
(b) Penghentian pencairan Dana PAKET
(1) Penghentian Bantuan Yang Bersifat Sementara
i. Apabila berdasarkan penilaian KMW dan PJOK, pihak ke dua dinilai tidak melakukan ketentuan teknis P2KP, maka pihak pertama berhak menghentikan bantuan untuk sementara waktu sampai batas yang ditetapkan oleh pihak pertama.
ii. Selama penghentian bantuan sementara waktu tersebut, pihak ke dua diberi kesempatan untuk memperbaiki kinerjanya hingga telah dapat memenuhi ketentuan teknis P2KP, sebagaimana ditetapkan pada Buku-Buku Pedoman P2KP, SPPB beserta lampirannya dan ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan Pemerintah Indonesia.
iii. Selama penghentian bantuan sementara waktu tersebut, pihak pertama berhak menunjuk pihak tertentu untuk melakukan pemeriksaan, pendampingan masyarakat, maupun langkah-langkah lainnya yang dianggap perlu agar ketentuan teknis P2KP dapat dilaksanakan dengan baik oleh pihak ke dua.
iv. Termasuk kategori penghentian yang bersifat sementara ini adalah penundaan atau penghentian sementara pelaksanaan kegiatan PAKET P2KP oleh pihak ke dua, penundaan atau penghentian sementara pembayaran dana PAKET tahap berikutnya dan tindakan lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia.
(2) Penghentian Bantuan Yang Bersifat Tetap/Permanen
i. Dalam hal setelah diberi kesempatan untuk memenuhi ketentuan teknis P2KP, dengan difasilitasi oleh KMW ataupun bentuk bantuan teknis lainnya yang diberikan oleh pihak pertama, ternyata pihak ke dua dinilai masih tidak mampu memenuhi ketentuan teknis yang berlaku di P2KP sampai batas waktu yang ditetapkan, maka pihak pertama berhak menghentikan bantuan PAKET P2KP secara tetap di wilayah tersebut.
ii. Melalui penghentian bantuan PAKET P2KP yang bersifat tetap, maka pihak pertama berhak untuk menghentikan bantuan teknis maupun bantuan dana PAKET tahap berikutnya. Hal ini berarti bahwa pihak kedua tidak diperkenankan lagi diikutsertakan dalam pelaksanaan PAKET P2KP.
2. Penggunaan Dana PAKET P2KP: (a) Definisi Penggunaan Dana PAKET P2KP
Dimaksud dengan penggunaan Dana PAKET P2KP adalah penggunaan, pengelolaan dan pemanfaatan dana PAKET P2KP yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam P2KP, ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia,
Pedoman PAKET 44
dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen P2KP, serta ketentuan-ketentuan yang diatur di SPPB ini beserta lampirannya.
(b) Penhentian Selama Proyek P2KP
1) Penghentian Sementara Dana PAKET P2KP dan Audit Khusus
i. Apabila terdapat indikasi bahwa pihak ke dua melakukan penyimpangan atau penyalahgunaan dana bantuan P2KP, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen P2KP Pusat berhak melakukan penghentian kegiatan dan bantuan P2KP untuk sementara waktu di wilayah bersangkutan.
ii. Selama masa penghentian bantuan sementara tersebut Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen P2KP, berhak menunjuk auditor independent untuk melakukan audit khusus kepada pihak ke dua.
2) Penghentian Dana PAKET P2KP dan Tindakan Hukum
i. Apabila berdasarkan hasil audit khusus tersebut menunjukkan secara nyata adanya penyimpangan atau penyalahgunaan dana PAKET P2KP, maka Pihak pertama menghentikan kegiatan dan dana PAKET P2KP secara tetap
ii. Pihak Pertama berhak untuk melakukan tindakan hukum sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
iii. Pihak Ke dua berkewajiban untuk mengembalikan dana bantuan P2KP kepada Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen P2KP Pusat, untuk selanjutnya disetor ke kas negara, sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
D. Keadaan Memaksa (Force Majeure)
1. Definisi: i. Untuk keperluan SPPB ini, “Keadaan Memaksa” (“Force Majeure”) berarti sebagai
suatu kejadian yang tidak dapat dihindari dan diluar kemampuan salah satu pihak, yang menyebabkan salah satu pihak tersebut tidak mungkin melaksanakan tanggungjawabnya, atau tidak dapat melaksanakan tugasnya; Keadaan seperti itu termasuk, tapi tidak terbatas pada, perang, huru-hara, epidemi, gempa bumi, badai, banjir atau akibat dari kondisi alam lainnya, pemogokan masal (kecuali apabila dalam hal pemogokan, larangan bekerja atau gangguan industri tersebut, Kedua belah pihak atau salah satu pihak memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya Keadaan Memaksa), penyitaan atau tindakan lain oleh pemerintah.
ii. Keadaan memaksa tidak termasuk (i) kejadian yang disebabkan oleh kelalaian atau tindakan disengaja dari salah satu pihak. (ii) kejadian dimana salah satu pihak dapat menduga hal-hal sebagai berikut: (A) Pada saat itu sudah bisa mempertimbangkan konsekuensi dari adanya SPPB, (B) menghindari atau mengatasi kendala dalam pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam proyek.
2. Tidak Merupakan Pelanggaran atas SPPB:
Kegagalan salah satu pihak dalam memenuhi kewajibannya yang diatur dalam SPPB ini, tidak dapat dianggap sebagai suatu pelanggaran atau ingkar janji, jika kegagalan tersebut karena suatu “Keadaan Memaksa”, dengan ketentuan bahwa pihak yang terkena kejadian tersebut telah melakukan segala tindakan pencegahan yang wajar dan
Pedoman PAKET 45
melakukan upaya alternatif yang dapat dipertanggungjawabkan, semua itu dilakukan dengan tujuan melaksanakan ketentuan dan syarat SPPB.
3. Langkah-Langkah Yang Harus Diambil:
a. Pihak yang mengalami Keadaan Memaksa harus secepatnya melakukan segala tindakan yang dapat mengatasi halangan tersebut agar dapat memenuhi kewajiban SPPB dengan sekecil mungkin keterlambatan.
b. Pihak yang mengalami Keadaan Memaksa harus memberitahukan secepatnya kepada Pihak lainnya selambat-lambatnya empat belas (14) hari sejak terjadinya keadaan memaksa tersebut, menyampaikan fakta dan menjelaskan sifat dari kejadian tersebut, demikian pula secepat mungkin memberitahukan jika keadaan telah normal kembali.
c. Kedua belah Pihak harus melakukan segala tindakan yang wajar agar Konsekuensi dari kejadian Keadaan Memaksa tersebut menjadi sekecil mungkin.
4. Konsultasi:
Selambat-lambatnya tiga puluh (30) hari, dari terjadinya keadaan memaksa yang mengakibatkan salah satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajibannya tersebut, Para Pihak harus saling berkonsultasi untuk memperoleh kesepakatan mengenai tindakan tepat apa yang harus dilakukan dalam keadaan itu.
E. Berlaku Jujur, Adil, Transparan dan Akuntabel
Para Pihak yang terikat dalam SPPB ini harus berlaku jujur, menghormati hak-hak pihak lain, transparan, akuntabel serta harus menjalankan semua keputusan-keputusan yang telah disepakati untuk merealisasikan SPPB ini.
F. Penyelesaian Perselisihan
1. Penyelesaian Secara Musyawarah :
Para Pihak akan mencari jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang timbul, atau perselisihan yang berhubungan dengan pasal-pasal dalam SPPB ini atau perselisihan yang timbul karena penafsiran atas SPPB ini .
2. Penyelesaian Sesuai Ketentuan Hukum Yang Berlaku :
Jika ada perselisihan yang timbul diantara para pihak dalam SPPB ini yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh satu pihak dari pihak yang lain, permintaan penyelesaian masalah dapat dimintakan oleh salah satu pihak untuk diselesaikan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Pedoman PAKET 46
Lampiran 9. Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan PAKET (BAPPUK) PAKET
Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan PAKET
Propinsi : ___________________________ Kota partisipan : ___________________________ SWK : ___________________________ Pokja PAKET : ___________________________
Sesuai hasil kesepakatan Rapat Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan PAKET, pada tanggal .......................... bertempat di .......................... maka dari daftar usulan kegiatan Panitia Kemitraan yang dinilai layak berdasarkan rekomendasi KMW, serta disesuaikan dengan alokasi Dana PAKET yang tersedia, telah dipilih melalui rapat anggota POKJA PAKET, berikut adalah kegiatan-kegiatan (proyek) yang diusulkan untuk menerima dana PAKET.
Jumlah (orang) Swadaya Kemitraan
No Nama Panitia
Kemitraan
Jenis/ Judul
Usulan
Volume dan
Lokasi Penerima Manfaat
Tenaga Kerja
Nilai Usulan
Kegiatan (Rp)
Dana PAKET
(Rp) Dinas BKM Total
1 2 3 4 5 6 7 8
dst
…………………,……………20…
Tenaga Ahli KMW: POKJA PAKET Kota……………
1.________________
2.________________
3.________________ _________________________
dst Ketua/Koordinator
Pedoman PAKET 47
Lampiran 10. Surat Pernyataan Kesanggupan Memanfaatkan Bantuan PAKET
Surat Pernyataan Kesanggupan Memanfaatkan Bantuan PAKET (SPKMB PAKET)
Propinsi : ___________________________ Kota partisipan : ___________________________ SWK : ___________________________ Pokja PAKET : ___________________________
Pada hari ini……………..tanggal…….bulan…………..tahun………, kami yang bertandatangan di bawah ini:
1. Nama : ……………………………….
Alamat :……………………………….
Jabatan: Ketua Badan Keswadayaan Masyarakat ……………………… di kelurahan tersebut di atas, sesuai dengan musyawarah warga masyarakat tanggal…………. Dan disyahkan Notaris No:……….tanggal…………………, dan
2. Nama : ……………………………….
Alamat :……………………………….
Jabatan: Kepala Dinas ……………………… di Kota/Kabupaten bersama-sama dengan ini menyatakan :
1. Penerimaan Dana PAKET P2KP sampai saat ini : Rp ………………………..
2. Jumlah dana PAKET yang telah dimanfaatkan : Rp ………………………..
3. Saldo dana Panitia Kemitraan : Rp………………………. (1-2)
4. Jumlah pengeluaran yang telah dipertanggungjawabkan : Rp ……………………..
5. Sisa dana yang belum dipertanggungjawabkan : Rp ………………………. (2-4)
6. Kesanggupan Panitia Kemitraan untuk menyalurkan dana PAKET P2KP tahap II sebesar Rp ………………… dan saldo dana PAKET pada butir 3 di atas sesuai dengan ketentuan P2KP.
7. Dana PAKET dimaksud akan dimanfaatkan sesuai dengan usulan yang disetujui dalam Rapat Prioritas Pokja PAKET Kota/Kabupaten………….;
8. Perubahan realisasi penggunaan dana PAKET yang telah diterima hanya apabila telah diusulkan dan disetujui dalam Rapat Anggota Pokja PAKET serta diverifikasi oleh KMW dan PJOK PAKET,
9. Panitia Kemitraan akan mengembalikan seluruh dana P2KP yang telah diterimanya apabila diketemukan indikasi bahwa terjadi penyalahgunaan dana dan wewenang dalam pelaksanaan kegiatan P2KP dan/atau terdapat indikasi tidak mungkin ketentuan, prinsip dan nilai P2KP dapat dilaksanakan.
Pedoman PAKET 48
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan penuh rasa tanggungjawab, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
……………………….., 20…….
Yang Membuat Pernyataan,
(__________________) (__________________)
Kepala Dinas Ketua BKM
Pernyataan KMW
Kami telah meneliti Surat Pernyataan di atas dan dengan ini menyatakan turut bertanggung jawab atas kebenaran isinya
(_____________________)
Nama jelas dan Tanda tangan Team Leader/ Koorkot serta cap KMW
Pedoman PAKET 49
Lampiran 11. Berita Acara Penarikan/Penggunaan Dana PAKET
Berita Acara Penarikan/Penggunaan Dana PAKET (BAPPD PAKET)
Propinsi : _______________________
Kota/Kabupaten : _______________________
Pada Hari ini………tanggal…bulan………tahun……, kami yang bertandatangan dibawah ini:
1. Nama : ………………………………..
Jabatan : Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PJOK) PAKET P2KP di kota/ kabupaten tersebut di atas, berdasarkan keputusan Bupati/Walikota …………… Nomor ….........…, bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Republik Indonesia.
Selanjutnya disebut Pihak Pertama.
2.a. Nama : ……………………………….
Jabatan : Ketua Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)………………….
Desa/Kelurahan……………………Kecamatan…………………….
Kabupaten/Kota……………….Propinsi………………Berdasarkan musyawarah anggota dan disahkan/dicatatkan di Notaris …………………. No. ………………., tanggal ……………
Alamat : …………………………………………….
Bersama-sama dengan:
b. Nama : …………………………………..
Jabatan : Kepala Dinas……………………Kota/Kabupaten ……………
Propinsi …….. …………………….
Dimana kedua nama tersebut bertindak atas nama Panitia Kemitraan ……………….....................
Selanjutnya disebut Pihak Kedua
Dengan ini secara bersama-sama telah melakukan penelitian dan menyatakan bahwa:
(1) Panitia Kemitraan……………………….. telah siap melaksanakan kegiatan yang diusulkan dan disetujui oleh Pokja PAKET, dengan jumlah keseluruhan kebutuhan biaya untuk pelaksanaan kegiatan tersebut adalah sebesar Rp……………………….., sebagaimana ditetapkan persetujuannya dalam Rapat Anggota Pokja PAKET Kota/Kabupaten………… pada tanggal………………………
(2) Panitia Kemitraan ………………………. berhak menerima bantuan dana PAKET P2KP sejumlah Rp ……………………. yang merupakan setengah (50%) dari total jumlah dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pencairan dana PAKET P2KP untuk Panitia Kemitraan bersangkutan dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:
Pedoman PAKET 50
a. Tahap 1 sebesar 50% atau Rp…………. dibayarkan setelah penandatanganan SPPB PAKET
b. Tahap 2 sebesar 50% atau Rp…………………. dibayarkan setelah 50% pekerjaan dilaksanakan, kontribusi swadaya (Dinas dan BKM) telah digunakan, dan dana tahap 1 telah dimanfaatkan sekurang-kurangnya 95%.
(3) Setengah kebutuhan dana lainnya, akan dipenuhi oleh Panitia Kemitraan …………………….. melalui sumber-sumber dana sebagai berikut:
a. Sumber Dana Dinas (APBD) sejumlah Rp………………..
b. Sumber Dana BKM (bila ada) sejumlah Rp………………..
c. Swadaya Masyarakat (tunai dan natura) Rp………………..
d.Swasta/Donatur atau sumber lainnya (bila ada) Rp …………….....
Dengan disepakatinya pencairan dana tahap ini, maka KMW beserta PJOK PAKET P2KP Kota……………….. akan mengawasi dan memonitor Panitia Kemitraan………………… untuk bertanggungjawab dalam mengelola dan memanfaatkan dana bantuan PAKET P2KP sesuai dengan persyaratan, jadwal dan sasaran yang telah disepakati dalam proposal kegiatannya.
Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pihak Pertama Pihak Kedua,
PJOK PAKET P2KP Panitia Kemitraan…...………… Kota/Kabupaten………..
(__________________________) (_________________) (_____________________) Koordinator BKM Kepala Dinas.................
* Materai Rp 6.000
Pernyataan KMW,
Kami telah meneliti Surat Pernyataan di atas dan bertanggung jawab atas kebenaran isinya, serta menyanggupi untuk turut mengawasi pelaksanaannya
(_____________________)
Nama Jelas & Tanda tangan Team Leader/Korkot serta cap KMW
Pedoman PAKET 51
Lampiran 12. Surat Pernyataan Kemajuan Pekerjaan PAKET
Surat Pernyataan Kemajuan Pekerjaan PAKET (SPKP PAKET) Propinsi : _______________________
Kota/Kabupaten : _______________________
Yang bertandatangan di bawah ini, Penanggungjawab Panitia Kemitraan …………………………, dan masyarakat wilayah ………………………., dengan ini secara bersama-sama menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan PAKET P2KP oleh Panitia Kemitraan ………………………, telah mencapai kemajuan 50%, dengan uraian terinci sebagai berikut.
Realisasi Pendanaan (Rp.)
Swadaya Panitia Kemitraan Kegiatan Volume Kegiatan PAKET
P2KP Dinas (APBD) BKM Swadaya
Masyarakat Jumlah
1.1 …………
1.2 …………
1.3 …………
1.4 …………
1.5 Dst……
Jumlah
Dengan telah dicapainya kemajuan pelaksanaan kegiatan tersebut, maka bersama ini diajukan permohonan pembayaran dana PAKET tahap ke II sebesar 50% untuk menyelesaikan seluruh pelaksanaan pekerjaan/kegiatan……………………………oleh Panitia Kemitraan…………………
Yang Membuat Pernyataan,
Panitia Kemitraan……….. Masyarakat/Lurah/Camat*)
(___________________) (____________________) (____________________)
Koordinator BKM………….. Kepala Dinas………..
Mengetahui,
Pokja PAKET P2KP KMW,……..
Kota/Kabupaten…………………….
(__________________________) (__________________________)
Pedoman PAKET 52
Lampiran 13. Permohonan Pembayaran Dana PAKET (PP PAKET)
Kepada Yth. Kepala Satuan Kerja Sementara Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP 2) Di Jakarta
Pada Hari ini…………tanggal……bulan………tahun……, kami yang bertandatangan dibawah ini: Nama : ……………………………….. Jabatan : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) P2KP di Kota/Kab. ………………………….., berdasarkan keputusan Bupati/Walikota …………… Nomor ……, bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Republik Indonesia
Berdasarkan hasil verifikasi bersama KMW terhadap kesiapan pelaksanaan kegiatan P2KP dan kelengkapan dan kebenaran dokumen pencairan dana, maka dengan ini kami mengajukan Permohonan Pembayaran Dana PAKET Tahap I / II * untuk:
Panitia Kemitraan : Kelurahan/Desa : Kecamatan : Kota/Kabupaten : Provinsi : Yang Membuka Rekening di Bank : Alamat Bank : No. Rekening : Jumlah Dana PAKET yang Diajukan : Rp. Terbilang :
Demikian Permohonan Pembayaran Dana PAKET ini kami ajukan agar dapat diproses sebagaimana mestinya.
Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
P2KP II, Kota/Kab. .........................................................................................................
Catatan:
Kelengkapan dan kebenaran dokumen terlampir
* Coret yang tidak perlu
Pedoman PAKET 53
Lampiran 14. Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan PAKET
Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan Kegiatan PAKET
Propinsi : _______________________
Kota/Kabupaten : _______________________
Yang bertandatangan di bawah ini, Penanggungjawab Panitia Kemitraan …………………………, dan masyarakat wilayah ………………………., dengan ini secara bersama-sama menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan PAKET P2KP oleh Panitia Kemitraan ………………………, telah mencapai kemajuan 100%, dengan uraian terinci sebagai berikut.
Realisasi Pendanaan (Rp.)
Swadaya Panitia Kemitraan Kegiatan Volume Kegiatan PAKET
P2KP Dinas (APBD) BKM Swadaya
Masyarakat Jumlah
1.6 ………
1.7 ………
1.8. ………
1.9. ……….
1.10. ………
1.11. Dst……
Jumlah
Dengan selesainya pelaksanaan tersebut, maka tanggung jawab ‘Pengoperasian, Pengembangan, maupun Pemeliharaan’ hasil-hasil kegiatan Panitia Kemitraan dalam bentuk: ……………………………………………………………………………………………………… berada dalam tanggung jawab BKM …………………….. beserta masyarakat dan perangkat kelurahan ……………………………
Yang Membuat Pernyataan,
Panitia Kemitraan……….................…. Masyarakat/Lurah/Camat*)
(___________________) (____________________) (____________________)
Koordinator BKM………….. Kepala Dinas………..
Mengetahui,
Pokja PAKET P2KP KMW,……..
Kota/Kabupaten…………………….
(__________________________) (__________________________)
Pedoman PAKET 54
Lampiran 15. Kuitansi
K u i t a n s i
Telah Diterima dari : Pejabat Yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran/Pembuat Komitmen SKS Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi ...................................
Uang Sebesar : Rp.
Terbilang : ....................................................................................................................
Untuk Keperluan : …..……………….,………
RP.
..........................., tanggal (bulan, tahun)
Setuju dibayar Pejabat Yang Mengakibatkan
Pengeluaran Anggaran/Pembuat
Komitmen SKS Penataan Bangunan dan Lingkungan
Provinsi ...........................
Diajukan ke KPKN ....................
Bendaharawan SKS Penataan Bangunan dan
Lingkungan Provinsi ………………..
Yang Menerima,
Panitia Kemitraan PAKET P2KP Kelurahan
...................., Kecamatan .................Kota/Kabupaten
.................
Materai Rp. 6000
(..........................................)
Nip.
(..........................................)
Nip.
(..........................................)
Ketua
Pedoman PAKET 55
Lampiran 16. Nota Kesepakatan
NOTA KESEPAKATAN (MEMORANDUM OF AGREEMENT)
Antara
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Dengan
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA …………………….
PROPINSI ………………………..
Tentang
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENANGGULANGAN KEMISKINAN TERPADU (PAKET)
PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP)
DI KABUPATEN/KOTA …………………………
Nomor : ……………………..
Nomor : …………………….
Pada hari ini ………………. Tanggal ………………………………. Bulan …………... Tahun ...................... (tgl-bln-thn), yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Ir. Agus Widjanarko, MIP : Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum selaku lembaga pelaksana (Executing Agency) Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), selanjutnya disebut: PIHAK PERTAMA
2. : Bupati/Walikota ............................, Provinsi ........................., dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten/Kota ........................, selanjutnya disebut: PIHAK KE DUA
Menimbang: 1. Bahwa kuantitas dan kualitas kemiskinan yang terjadi dalam 5 tahun terakhir telah
meningkat secara tajam sebagai akibat terjadinya krisis multidimensi, untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya agar secepat mungkin keluar dari lingkaran krisis, sebagai agenda utama penanggulangan kemiskinan;
Lambang Kota/
Kabupaten
Pedoman PAKET 56
2. Bahwa upaya-upaya penanggulangan kemikinan tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, sehingga penanganannya harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh;
3. Bahwa untuk mempercepat upaya-upaya penanggulangan kemiskinan, maka komitmen untuk membangun sinergi dan keterpaduan program merupakan prioritas utama dan mendesak;
4. Bahwa untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan program-program penanggulangan kemiskinan tersebut, diperlukan dukungan dari pemerintah daerah.
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah Daerah 2. Keputusan Presiden No. 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu; 3. Peraturan Menteri No. 286/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pekerjaan Umum 4. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor …………….., tanggal ….. ….. 200_ tentang
Pemberhentian dan Pengesahan Bupati/Walikota ……………… 5. Peraturan Daerah tentang APBD Kabupaten/Kota …………………. Tahun Anggaran
200_.
Memperhatikan:
Loan Agreement antara Pemerintah Republik Indonesia dengan International Bank For Reconstruction and Development (IBRD) Second Urban Poverty Project (Loan4664-IND) tanggal 20 Agustus 2002, tentang pelaksanaan Poverty Alleviation Partnership Grand (PAPG) kedua belah pihak sepakat melaksanakan Proyek Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) di Kabupaten/Kota ……………… dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1 Tugas dan Wewenang Pihak Pertama
1. Mengalokasikan dana bantuan Proyek PAKET sebesar Rp. -.---.---,00 ( ---- milyar
rupiah) untuk kebutuhan selama 3 (tiga) tahap yang pencairannya dilakukan dalam 3 (tiga) tahap sesuai yang ditetapkan dalam Pedoman Umum P2KP, Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan PAKET, dan atau ketentuan lain yang ditetapkan oleh Kepala SNVT P2KP mulai tahun anggaran 200_ sampai tahun anggaran 200_.
2. Memberikan bantuan teknis yang diperlukan guna kelancaran pelaksanaan proyek PAKET.
3. Secara periodik melakukan monitoring dan supervisi pelaksanaan penggunaan dana proyek PAKET.
4. Melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan proyek PAKET pada setiap tahun anggaran dan mengambil tindakan berupa penghentian pelaksanaan proyek PAKET bila ternyata proyek PAKET tidak dilaksanakan sesuai dengan Pedoman PAKET P2KP.
Pedoman PAKET 57
Pasal 2 Tugas dan Wewenang Pihak Ke dua
Tugas dan wewenang PIHAK KE DUA adalah sebagai berikut: 1. Menggalang dana pendampingan yang berasal dari APBD dan swadaya masyarakat
(berupa tunai dan natura) yang nilainya minimal sama dengan dana PAKET yang telah dialokasikan oleh Pihak Ke satu.
2. Menyediakan dana BOP pada setiap tahun anggaran bagi keperluan biaya operasional pendukung pelaksanaan proyek PAKET P2KP minimal sebesar 5% dari alokasi dana PAKET selama masa pelaksanaan Proyek PAKET.
3. Melaksanakan audit terhadap penggunaan/pemanfaatan dana proyek PAKET. 4. Melakukan sosialisasi secara intensif kepada seluruh lapisan masyarakat dan dinas-
dinas instansi terkait tentang pentingnya kemitraan sinergis dalam upaya penanggulangan kemiskinan antara dinas/instansi dengan BKM-BKM
5. Mendorong pelembagaan kemitraan sinergis antara dinas-dinas dengan BKM-BKM melalui forum Musbangkel, UDKP dan Rakorbang baik terhadap perencanaan, pelaksanaan program maupun monitoring dan pemeliharaan.
6. Mengangkat dan menetapkan PJOK PAKET di tingkat Kabupaten/Kota. 7. Menetapkan TKKP P2KP yang susunan keanggotaannya berdasarkan ketentuan-
ketentuan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis P2KP dan ketentuan yang ditetapkan oleh Kepala SNVT P2KP.
8. Mensahkan Pokja PAKET yang dibentuk berdasarkan hasil pemilihan yang demokratis partisipatif, transparan dan akuntabel.
9. Menyiapkan dan membentuk Sekretariat proyek PAKET dan Pokja PAKET yang berkedudukan di kantor Bappeda.
10. Melaksanakan sistem administrasi dan menyimpan seluruh dokumen pelaksanaan proyek dengan baik sesuai ketentuan-ketentuan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis P2KP dan ketentuan kearsipan lain yang berlaku.
11. Melaksanakan tugas lain yang diperlukan guna menunjang kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan proyek PAKET.
Pasal 3 Pemanfaatan dan Penggunaan Dana
1. Kegunaan dan pemanfaatan dana proyek PAKET sebagaimana dimaksud pasal 1
harus ditunjuk untuk upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dengan kegiatan-kegiatan berupa: a. Perbaikan prasarana dasar lingkungan perumahan/pemukiman, seperti
perbaikan lingkungan perumahan dan pemukiman masyarakat miskin, rehabilitas jalan setapak, fogging, penyediaan fasilitas air bersih, dsb.
b. Fasilitas perekonomian masyarakat, seperti: pembangunan pasar rakyat, TPI (Tempat Pelelangan Ikan), pengembangan produk unggulan, pembibitan, dsb.
c. Sosial yaitu: perbaikan sarana pendidikan, fasilitas kesehatan, khitanan masal, penyuluhan, pelatihan keterampilan, dsb.
2. Pemanfaatan dan pengelolaan dana proyek PAKET sebagaimana dimaksud ayat (1)
diatas, tidak boleh dipergunakan untuk: a. Perguliran dana dan atau perkreditan b. Deposito atau yang berkaitan dengan upaya memupuk bunga bank c. Pembiayaan kegiatan yang berkaitan dengan politik (kampanye, dll)
Pedoman PAKET 58
d. Pembebasan lahan dan/atau pemukiman kembali secara paksa e. Pembangunan rumah ibadah; f. Pembangunan gedung kantor pemerintah dan pembayaran gaji pegawai
pemerintah; g. Pendanaan usaha perjudian dan/atau usaha yang lain yang bertentangan dengan
susila serta moral dan nilai-nilai agama; h. Pembiayaan kegiatan-kegiatan yang berdampak negatife terhadap lingkungan
penduduk asli dan kelestarian budaya lokal; i. Pembiayaan kegiatan yang bertentangan dengan hukum dan kemanusiaan serta
tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan dan sarana P2KP; j. Pembiayaan kegiatan yang bukan merupakan kegiatan pokok dari di as/instansi
pengusul; k. Pembiayaan kegiatan yang jangka waktu pelaksanaannya diperkirakan lebih dari
satu tahun
Pasal 4 Penutup
Demikian Nota Kesepakatan (Memorandum of Agreement) ini dibuat pada hari dan tanggal sebagaimana tersebut di atas.
PIHAK KE DUA
Bupati /Walikota
………………………………..
PIHAK PERTAMA
Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
Ir. Agus Widjanarko, MIP.
Pedoman PAKET 59
Lampiran 17. Panduan Pokja PAKET
PANDUAN Pokja PAKET
Unik dan rumitnya pelaksanaan kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) memerlukan lebih banyak penjelasan yang tidak mungkin ditampung dalam satu Pedoman Khusus Pelaksanaan PAKET P2KP. Panduan ini disusun dengan harapan agar Pokja PAKET dapat memahami fungsi dan perannya, sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah yang lebih jelas dan mencapai hasil yang diharapkan, secara terinci sebagai berikut:
• Memahami proses pelaksanaan PAKET • Memahami konsep kemitraan dalam penanggulangan kemiskinan • Memahami peluang kerjasama dengan masyarakat • Inspirasi membangun kemitraan dgn pemerintah, dan organisasi masyarakat • Acuan untuk melaksanakan PAKET • Menyusun strategi pelaksanaan PAKET • Perencanaan pelaksanaan PAKET • Pemantauan dan evaluasi kemajuan PAKET.
Pengertian Pokja PAKET Pokja PAKET adalah panitia ad-hoc di tingkat kota/kabupaten yang dibentuk oleh KPKD dalam rangka pelaksanaan program PAKET P2KP. Pokja ini berbentuk dewan, jadi proses pengambilan keputusan dilakukan secara kolektif, ketua tidak berhak mengambil keputusan sendiri.
Semua anggota Pokja PAKET bekerja atas dasar sukarela, serta tidak diperkenankan digaji atau menerima imbalan honor secara rutin. Meskipun demikian biaya operasional kegiatan akan disediakan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten sebagai bagian dari kontribusi Pemerintah Kota/Kabupaten dalam kegiatan P2KP.
Pembentukan Pokja PAKET Pembentukan Pokja PAKET difasilitasi KMW/P2KP dan KPKD/TKPKD melalui proses KBP sesuai ketentuan P2KP dalam rangka pelaksanaan program PAKET P2KP, dengan tujuan:
a. Terbentuk Pokja PAKET secara partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel
b. Proses pembentukan Pokja PAKET oleh ketiga pilar pembangunan lokal (masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok peduli) dilakukan atas dasar kesetaraan dan kemitraan sesuai pedoman P2KP
c. Proses pembelajaran untuk senantiasa menumbuhkembangkan kemitraan, kesetaraan dan kerjasama antara ketiga pilar pembangunan lokal.
Agar Pokja PAKET terbentuk dan memiliki tingkat indipendensi yang cukup maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Penyebarluasan lewat media massa, KPKD/TKPKD melaku penyebarluasan konsep
PAKET melalui media massa (koran, radio, televisi) 2. Lokakarya Antar Pelaku, KPKD/TKPKD melalui proses KBP menyelenggarakan
lokakarya antar pelaku dengan mengundang semua stakeholder kota: perguruan
Pedoman PAKET 60
tinggi, kelompok-kelompok peduli, asosiasi profesi, asosiasi usaha sejenis, LSM, tokoh-tokoh masyarakat, Forum BKM, birokrat, dsb, dengan tujuan memperkenalkan dan membahas PAKET dan mekanisme kerjanya
3. KPKD/TKPKD menyelenggarakan serangkaian Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan stakeholder yang bersedia menjadi pelaku PAKET (yang diperoleh sebagai hasil Lokakarya Antar Pelaku), dengan tujuan membahas pola dan mekanisme pembentuan Pokja PAKET, meliputi: • Kemitraan dalam penanggulangan kemiskinan • Potensi stakeholders di tingkat kota/kabupaten untuk kegiatan kemitraan dalam
penanggulangan kemiskinan • Tugas-tugas dan mekanisme kerja Pokja PAKET dalam pelaksanaan PAKET • Keanggotaan dan Tata cara pemilihan anggota Pokja PAKET
4. Pembentukan Pokja Paket dan pemilihan anggota Pokja PAKET melalui lokakarya/rembug kota, yang beranggotakan minimal 11 orang atau lebih dengan catatan ganjil untuk memudahkan proses pengambilan keputusan. Harus mencakup 3 unsur stakeholders, yaitu: pemerintah kota/kabupaten, masyarakat peduli, dan dunia usaha swasta, dengan jumlah anggota wanita minimal 30%
Pelantikan Pokja PAKET oleh KPKD/TKPKD atau Walikota/Bupati bila diperlukan, dan penerbitan Surat Keputusan Pembentukan Pokja PAKET.
Anggota Pokja PAKET tidak diperkenankan: a) Terlibat dalam penyusunan proposal panitia kemitraan b) Terlibat dalam pelaksanaan penyaluran dana PAKET c) Terlibat dalam pelaksanaan proposal kegiatan PAKET d) Mengedepankan kepentingan aspirasi politik atau golongan tertentu, maupun
kepentingan individu.
Fungsi dan Peran Pokja PAKET Tugas Pokja PAKET adalah sebagai berikut: a. Sosialisasi dan diseminasi PAKET b. Membangun kemitraan dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan c. Merumuskan dan menyepakati kriteria seleksi proposal kegiatan PAKET d. Menyebarluaskan seluruh ketentuan dan hasil kesepakatan tentang pelaksanaan
PAKET kepada berbagai lapisan masyarakat kota/kabupaten e. Mengevaluasi dan melakukan seleksi proposal f. Menetapkan prioritas usulan-usulan kegiatan panitia kemitraan yang dinilai layak
untuk menerima dana PAKET g. Menjamin agar usulan-usulan yang diajukan dan disetujui oleh Pokja PAKET tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli, penggusuran, sosial, dan-lain-lain, sebagaimana ditetapkan oleh peraturan pemerintah Indonesia maupun ketentuan lembaga donor (World Bank)
Anggota Pokja PAKET merupakan relawan-relawan kemiskinan kabupaten/kota yang mencerminkan sifat-sifat universal kemanusiaan (dipercaya, ikhlas, jujur, peduli, adil), bukan mewakili kewilayahan, kelompok, atau golongan tertentu. Semua anggota Pokja PAKET bekerja atas dasar sukarela, serta tidak diperkenankan digaji atau menerima imbalan honor secara rutin.
Pedoman PAKET 61
h. Menjamin bahwa usulan-usulan yang disetujui Pokja PAKET telah menyusun mekanisme pengadaan (prorecurement) sesuai ketentuan yang berlaku
i. Monitoring pelaksanaan kegiatan oleh panitia kemitraan serta menetapkan kegiatan-kegiatan terbaik (best practice) untuk dapat dipertimbangkan memperoleh penghargaan (rewards) maupun menerapkan sanksi terhadap panitia kemitraan yang melaksanakan kegiatan PAKET tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Buku Pedoman PAKET
j. Memfasilitasi serangkaian forum diskusi antar pelaku (stakeholders) di tingkat kota/kabupaten untuk membahas perkara kemiskinan serta upaya-upaya penanggulangannya sebagai bahan masukan untuk kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan yang dirumuskan oleh KPK setempat
k. Menyebarluaskan dan mempromosikan contoh-contoh kegiatan yang baik ’best practices’ di kalangan pemerintah dan masyarakat, sebagai salah satu upaya proses pembelajaran dan internalisasi mekanisme kemitraan pemerintah dengan masyarakat
l. Mendorong pemerintah kotakabupaten untuk melembagakan pola kerja pembangunan partisipatif berbasis masyarakat.
Kegiatan Pokja PAKET Sesuai dengan tugas untuk mengawal pelaksanaan PAKET P2KP dari tahap awal hingga penyelesaian dan perumusan rekomendasi bagi para stakeholders kota berdasarkan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan PAKET, setelah terbentuk Pokja PAKET secara terinci kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Sosialisasi dan diseminasi Kegiatan PAKET Kegiatan ini bertujuan untuk menyebarluaskan konsep PAKET (termasuk pengumuman calon kegiatan kemitraan yang akan diajukan memperoleh dana PAKET) agar masyarakat sadar akan adanya peluang kerja sama dengan pemerintah daerah setempat, dapat dilakukan melalui:
• Kampanye melalui media massa: media cetak lokal, radio, televisi, spanduk dan poster, serta media massa lain yang memungkinkan
• Pelatihan/lokakarya bagi stakeholders calon pelaku PAKET, yang terdiri atas aparat pemerintah, masyarakat peduli, dunia usaha swasta yang telah tergabung dalam kegiatan KBP
• Kampanye kelurahan: dilakukan di kelurahan-kelurahan (khususnya wilayah P2KP)
• Sosialisasi kriteria seleksi proposal Panitia Kemitraan melalui media massa.
Untuk keperluan sosialisasi dan diseminasi Pokja (jika diperlukan P2KP akan membantu materi substansi) harus menyiapkan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.
b. Menyelenggarakan serangkaian Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dengan stakeholder PAKET
Kegiatan FGD bertujuan untuk menyamakan persepsi antar pelaku PAKET tentang ’Kemitraan’ khususnya untuk penanggulangan kemiskinan, sehingga dapat tergali potensi-potensi yang ada di kota/kabupaten untuk membangun kemitraan. Serangkaian FGD yang perlu dilakukan meliputi topik-topik bahasan sebagai berikut:
• Kemitraan • Potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan oleh kota/kabupaten untuk
membangun kemitraan dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan
Pedoman PAKET 62
• Kesepakatan antar pelaku untuk melakukan kemitraan, termasuk mekanisme pelaksanaan kemitraan
• Menetapkan kriteria seleksi (penetapan prioritas) usulan kegiatan Panitia Kemitraan
• Dsb.
c. Mendorong dan membantu Panitia Kemitraan menyusun proposal PAKET Pokja PAKET berkewajiban memfasilitasi Panitia Kemitraan yang telah sepakat untuk melakukan kemitraan untuk menyusun proposal bersama (dengan ketentuan seperti yang tercantum dalam pedoman teknis pelaksanaan PAKET P2KP), melalui kegiatan-kegiatan:
• Mempertemukan para calon potensial pelaku kemitraan • Fasilitasi bimbingan teknis penyusunan proposal (jika diperlukan).
d. Menilai usulan kegiatan Panitia Kemitraan Pokja PAKET melakukan verifikasi proposal kegiatan Panitia Kemitraan, meliputi kelengkapan administratif serta persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan dalam pedoman teknis pelaksanaan PAKET, kelayakan teknis (khusus untuk kegiatan pembangunan/perbaikan prasarana/sarana lingkungan), kelayakan biaya.
e. Menetapkan kegiatan yang dapat menerima dana PAKET Proposal-proposal yang telah dinilai layak akan ditetapkan untuk dapat menerima dana PAKET sesuai urutan prioritas (kriteria seleksi) yang telah disepakati secara partisipatif dan transparan dengan berpedoman pada visi, misi, tujuan, nilai-nilai serta ketentuan P2KP, melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:
⋅ Penetapan sementara proposal yang disetujui untuk memperoleh (dilaksanakan dengan) dana PAKET
⋅ Uji publik dengan mengumumkan proposal yang telah disetujui (sementara) melalui media massa, dengan masa tenggang minimal 1 minggu
⋅ Setelah melalui masa tenggang, jika terdapat sanggahan/keberatan dari masyarakat, maka Pokja harus melakukan perbaikan-perbaikan ataupun perubahan-perubahan yang diperlukan, sampai tidak ada lagi keberatan
⋅ Jika sudah tidak ada pihak-pihak yang berkeberatan, Pokja akan menetapkan proposal penerima dana PAKET, dan diumumkan melalui media massa.
f. Fasilitasi pembuatan perjanjian/kesepakatan Panitia Kemitraan Panitia kemitraan (Dinas, masyarakat, dan kelompok peduli) yang usulan kegiatannya telah disetujui untuk memperoleh dana PAKET, harus menyepakati perjanjian bahwa dalam pelaksanaan tersebut akan didasarkan pada prinsip kemitraan dan kesetaraan. Pokja perlu menyiapkan format perjanjian dan menyelenggarakan pelaksanaan penandatanganan perjanjian.
g. Menyelenggarakan lokakarya Manajemen Pelaksanaan PAKET Dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan kegiatan PAKET, Pokja melakukan fasilitasi pelatihan/lokakarya bagi anggota Panitia Kemitraan yang membahas manajemen kegiatan, prosedur administrasi & pendanaan, persyaratan teknis pelaksanaan kegiatan/subkegiatan, serta pelaporan pelaksanaan kegiatan PAKET.
Pedoman PAKET 63
h. Monitoring pelaksanaan kegiatan PAKET Selama pelaksanaan kegiatan PAKET oleh panitia kemitraan, Pokja melakukan monitoring untuk menjamin kegiatan dilaksanakan sesuai dengan usulan, yang menyangkut: kualitas pekerjaan, ketepatan waktu, pemanfaatan dana, kelengkapan administrasi, dsb.
i. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan PAKET Penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh Panitia Kemitraan Pelaksana kegiatan. Laporan akan diserahkan kepada Pokja PAKET, yang selanjutnya menjadi bahan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan PAKET di kota/kabupaten. Laporan akhir tahapan diperlukan sebagai evaluasi apakah (pendanaan) PAKET dapat dilanjutkan pada tahapan berikutnya. Pokja PAKET bertanggungjawab untuk menyusun laporan ini.
j. Evaluasi kota pelaksanaan kegiatan PAKET KPKD/TKPKD (melalui Pokja PAKET) akan melakukan penilaian terhadap seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Panitia Kemitraan untuk mengevaluasi pelaksanaan PAKET di kota/kabupaten bersangkutan. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemilihan ’best practices’ sebagai bahan masukan bagi pemerintah (khususnya pemerintah kota/kabupaten) penyusunan kebijakan pembangunan terkait dengan upaya penanggulangan kemiskinan.
Biaya Operasional Pelaksanaan (BOP) BOP adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten penerima (menjadi lokasi) program PAKET dari sumber APBD, dapat digunakan untuk kegiatan operasional pendukung PAKET yang dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten melalui Sekretariat PAKET di Bappeda, sebagai berikut: a. Biaya sosialisasi dan pemasyarakatan PAKET, pelatihan-pelatihan, monitoring dan
kegiatan pendukung lainnya b. Kegiatan maupun operasional Pokja PAKET: rapat koordinasi, peninjauan lapangan
dan kesekretariatan, biaya cetak dan penyiaran, dsb.
BOP ini tidak untuk membayar gaji atau honor anggota Pokja, karena anggota Pokja PAKET adalah relawan.
Indikator Kinerja Pokja PAKET Indikator kinerja Pokja PAKET, meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Proses Pembentukan
a. Jumlah pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan untuk membentuk Pokja PAKET
b. Jumlah dan persentase keterlibatan BKM, pemerintah dan kelompok peduli dalam serangkaian pertemuan penyiapan pembentukan Pokja PAKET, khususnya dalam membangun kesepakatan aturan dasar, mekanisme kerja, dan lain-lainnya
c. Proses pembentukan Pokja PAKET dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, partisipasi, transparan, akuntabel dan desentralisasi
d. Anggota Pokja wanita minimal 30% dari total anggota Pokja e. Jumlah penduduk kelurahan yang tahu dan paham PAKET
Pedoman PAKET 64
f. Jumlah staf pemerintah daerah yang tahu dan paham PAKET.
2. Pendampingan penyusunan proposal kegiatan (oleh Panitia Kemitraan) dan penetapan prioritas proposal untuk memperoleh dana PAKET
a. Jumlah proposal/usulan kegiatan yang diajukan ke Pokja PAKET b. Persentase BKM dan Dinas dalam pengusul kegiatan PAKET dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan BKM dan dinas di kota setempat c. Persentase Pronangkis dan program dinas dalam usulan kegiatan PAKET yang
disetujui dengan jumlah keseluruhan Pronangkis dan dinas d. Jumlah proposal/usulan kegiatan PAKET yang disetujui didanai dari PAKET e. Jumlah dana kemitraan dinas serta dana swadaya BKM dan masyarakat dalam
usulan kegiatan yang disetujui pendanaannya oleh Pokja PAKET.
3. Pendampingan dan pengawasan Pelaksanaan kegiatan PAKET a. Kesesuaian kegiatan yang direalisasi dengan usulan yang disetujui Pokja
PAKET, baik rincian kegiatan, volume, sasaran, waktu, dana dan lain-lainnya b. Proses dan prosedur pengadaan, pembebasan lahan serta permukiman dan lain-
lainnya sesuai dengan ketentuan dalam lampiran Panduan Umum P2KP. c. Jaminan pengoperasian, pemeliharaan dan pelestarian hasil-hasil kegiatan
Pedoman PAKET 65
Catatan Singkat Kemitraan dan Sinergi Dalam Pembangunan5) 01. SIFAT DASAR KEMITRAAN
Kemitraan bukanlah sekedar sekumpulan aturan main yang tertulis dan formal atau suatu kontrak kerja melainkan lebih menunjukkan perilaku hubungan yang bersifat intim antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan demikian kemitraan sekurang-kurangnya memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut di bawah ini 6). • Lebih bersifat jangka panjang bukan sekedar hubungan sesaat oleh sebab tujuan-
tujuan yang ingin dicapai biasanya lebih mendasar, disamping itu hubungan sesaat tidak dapat membangun relasi yang lebih mendalam. Contoh hubungan tradisional yang bersifat sementara antara penjual dan pembeli seperti antara penjual rumah (developer) dan pembeli rumah (konsumer) atau antara penjual jasa konsultan dengan pemakai jasa konsultan.
• Lebih di fokuskan pada pemecahan persoalan bersama untuk mencapai tujuan bersama bukan sekedar menjual suatu produk (barang atau jasa). Dalam tautan kemiskinan misalnya bagaimana kelompok masyarakat miskin ini mendapat akses ke tanah di kota, kredit, perizinan, dsb.
• Didasarkan atas nilai-nilai luhur seperti lazimnya suatu kerjasama seperti kejujuran, keterbukaan, saling percaya, saling memperhatikan, kesetaraan, dsb.
• Saling bergantung 7), dimana tiap pihak sesuai peran dan fungsi masing-masing saling membutuhkan dan dibutuhkan agar tercapai tujuan bersama. Contoh yang jelas adalah tubuh manusia dimana tiap organ tubuh memiliki fungsi masing-masing tetapi tetap dalam kesetaraan dan saling membutuhkan agar kita dapat tetap hidup dengan wajar.
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa kemitraan adalah jenis hubungan antar dua atau beberapa pihak dengan sifat-sifat dasar sebagai tersebut di atas (jangka panjang, berorientasi pemecahan persoalan bersama/tujuan bersama, dilandasi nilai-nilai luhur dan saling bergantung).
02. MENGAPA KEMITRAAAN PERLU
Banyak alasan yang dapat dikemukakan mengapa kemitraan itu perlu dan menjadi makin perlu di masa-masa mendatang. Di antara berbagai alasan paling tidak ada tiga alasan yang penulis anggap penting untuk di bahas bersama seperti tersebut di bawah ini 8).
5) Disusun oleh PARWOTO, sebagai bahan diskusi dalam Orientasi Paket, 12 s/d 14 Mei, 2003,
diselenggarakan oleh Departemen Kimpraswil, Jakarta. 6) Larry Wilson with Hersch Wilson, Stop Selling and Start Partnering, 1994, hal 95.
7) Stephen R. Covey, saling kebergantungan (interdependence) adalah tingkat kedewasaan tertinggi dari Seven Habit Maturity Continum, Seven Habits of the Highly Effective People, 1994
8) Ian Linton, dalam bukunya Partnership for Profit (diterjemahkan oleh Sularno Ciptowardoyo menjadi Kemitraan, 1997) menguraikan bahwa kemitraan timbul oleh sebab adanya prakarsa, baik dari pemasok
Pedoman PAKET 66
1) Yang pertama, persoalan yang dihadapi oleh semua pihak (stakeholder), para pelaku pembangunan (sektor swasta dan masyarakat) dan penyelenggara pembangunan (pemerintah) sudah sangat kompleks dan kronis sehingga tidak ada satu pihak pun yang dapat mengklaim memahami persoalan yang dihadapi oleh pihak lain. Akibatnya tindakan sepihak/diselesaikan secara sepihak saja tidak lagi memadai, termasuk misalnya meningkatkan pelayanan saja. Diperlukan kerja sama atau bentuk hubungan baru antar pihak (penyelenggara dan pelaku pembangunan) yang lebih intim untuk bersama-sama memecahkan persoalan bersama yang sudah kronis tersebut untuk mencapai tujuan bersama pula.
2) Pergeseran posisi pelaku utama dari pemerintah dan swasta (sebagai pemasok) ke masyarakat. Ini berarti masyarakatlah yang kini menentukan apa yang perlu dan bagaimana harus dipasok. Sering kali tuntutan masyarakat tidak mampu lagi dipenuhi oleh pola pasokan konvensional, misalnya masyarakat menuntut mutu layanan publik yang layak dengan harga yang terjangkau yang tidak mungkin lagi dipenuhi dengan hanya menurunkan harga dan mengurangi mutu yang lazim ditempuh dalam pola pasokan konvensional (perumahan misalnya). Masyarakat seringkali memiliki aspirasi yang berbeda terhadap produk-produk pelayanan publik yang ditawarkan/dipasok oleh pemerintah dan atau perusahaan perumahan milik swasta. Untuk mendekatkan antara harapan dan kemampuan pasokan inilah menuntut adanya bentuk hubungan baru/lain antara yang memasok dan yang dipasok, yang lebih bersifat jangka panjang dan beroreintasi pada pemecahan persoalan bersama.
3) Keterbatasan sumberdaya di semua pihak baik di pihak pemerintah sebagai penyelenggara pembangunan maupun di pihak pelaku pembangunan lainnya; swasta maupun masyarakat, sehingga perlu dilakukan sinergi untuk mencapai tujuan bersama seperti rumah layak untuk semua dalam lingkungan permukiman yang lestari.
Keterbatasan sumberdaya ini dapat dilihat dari dua sisi, (i) sisi kelangkaan dan (ii) sisi distribusi/penyebaran penguasaan sumberdaya. a) Dari sisi kelangkaan dapat diartikan (i) keterbatasan ketersediaan sumberdaya
yang dibutuhkan oleh semua pihak, artinya sumberdaya yang tersedia terbatas yang membutuhkan banyak, sehingga setiap penggunaan oleh satu pihak akan berpengaruh pada yang lain 9). Jadi perlu bentuk kerja sama baru yang lebih konseptual dan mendasar atau (ii) keterbatasan dalam arti tiap pihak menguasai sumberdaya yang sama secara terbatas sehingga untuk memproduksi sesuatu perlu bentuk kerjasama yang lebih konseptual sehingga tercapai sinergi.
b) Dari sisi penyebaran diartikan bahwa tiap pihak hanya menguasai satu atau dua jenis sumberdaya saja (dana saja, tanah saja atau tenaga kerja saja, dsb) sehingga untuk menghasilkan sesuatu perlu keterlibatan semua pihak yang menguasai sumberdaya yang berbeda. Dengan demikian maka dibutuhkan bentuk kerjasama baru yaitu kemitraan yang bersifat jangka panjang, berorientasi pada pemecahan persoalan bersama, di dasarkan nilai-nilai luhur dan tercapai saling kebergantungan.
maupun pembeli yang didorong oleh suatu kebutuhan untuk memperbaiki kinerja kompetitif sebuah sebuah perusahaan.
9) David C. Korten, Dalam bukunya Getting to the Twenty First Century: Voluntary Action and The Global Agenda, mengungkapkan perbedaan manajemen lingkungan dengan contoh dari Kenneth Boulding yang membedakan ekonomi cowboy dan ekonomi kapal ruang angkasa yang menunjukan perbedaan sikap dalam pemanfaatan sumberdaya antara yang berlimpah yang tidak berpikir efisiensi (ekonomi cowboy) dan yang terbatas yang sangat tergantung pada efisiensi dan efektifitas dalam pemakaian sumberdaya secara berkelanjutan dan pendaurulangannya (ekonomi kapal ruang angkasa).
Pedoman PAKET 67
03. PENERAPAN KEMITRAAN DALAM PEMBANGUNAN
Agar kemitraan seperti tersebut di atas dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan konsepnya maka penerapan kemitraan harus mengikuti prinsip-prinsip dasar sebagai berikut ini yang selanjutnya akan disebut sebagai prinsip PACTS atau PACTS principles 10).
Prinsip 1: Partisipasi/participation (P), semua pihak memiliki kesempatan yang sama untuk menyatakan pendapat, memutuskan hal-hal yang langsung menyangkut nasibnya dan bertanggung jawab atas semua keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam melaksanakan partisipasi maka semua pihak harus memperhatikan ketepatan waktu atau mementum artinya partisipasi harus tepat waktu/punctual (P) sehingga terjadi sinkronsikasi.
Prinsip 2: Akseptasi/acceptable (A); kehadiran tiap pihak harus diterima oleh pihak lain apa adanya dan dalam kesetaraan. Ini juga berarti bahwa tiap pihak memiliki fungsi masing-masing dan di dalam fungsi masing-masing tersebutlah terjadi kesetaraan. Contoh klasik dalam hal ini adalah tubuh manusia; tidak ada seorangpun yang beranggapan bahwa usus manusia yang penuh kotoran ini lebih rendah dari muka yang cantik. Jadi usus dan muka sesuai dengan fungsi masing-masing ada dalam kesetaraan. Agar tiap pihak dapat diterima oleh pihak lain maka kepada tiap pihak dituntut untuk bersikap bertanggung jawab atau dapat diandalkan atau bersifat tanggung gugat/accountable (A).
Prinsip 3: Komunikasi/communication(C); masing-masing pihak harus mau dan mampu mengomunikasikan dirinya beserta rencana kerjanya sehingga dapat dilakukan koordinasi dan sinergi. Untuk itu tiap pihak dituntut untuk mau meleburkan diri menjadi satu kesatuan/collaboration (C)
Prinsip 4: Percaya/trust (T); masing-masing pihak harus dapat mempercayai dan dipercaya atau saling percaya karena tidak mungkin suatu hubungan kerjasama yang intim dibangun di atas kecurigaan atau saling tidak percaya. Untuk itu tiap pihak dituntut untuk berani bersikap terbuka/transparent (T)
Prinsip 5: Berbagi/share (S); masing-masing harus mampu membagikan diri dan miliknya (time, treasure and talents) untuk mencapai tujuan bersama dan bukan satu pihak saja yang harus berkorban atau memberikan segalanya sehingga tidak lagi proporsional. Dalam prinsip berbagi ini juga mengandung arti penyerahan/submit (put under control of another - S) artinya tiap pihak disamping siap memberi juga siap menerima pendapat orang lain termasuk dikritik
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa untuk melaksanakan kemitraan yang baik tiap pihak dituntut untuk mengikuti prinsip PACTS (participation, acceptance, communication, trust, sharing) dan untuk secara efektif dapat menerapkan PACTS tiap pihak harus menerapkan PACTS yang kedua (punctual, accountable, collaboration, transparant, submit). Kemitraan semacam inilah yang diharapkan tumbuh dan berkembang setelah disentuh Paket.
10) PACTS adalah singkatan dari Participation, Acceptance, Communication, Trust, Sharing. Sedangkan
PACTS sebagai satu kata berarti kesepakatan
Pedoman PAKET 68
04. JENJANG KERJASAMA DALAM KEMITRAAN
Jaringan (Networking) Berbagi informasi yang dapat membantu mitranya untuk bekerja lebih baik, seperti pengalaman (best practices), pelajaran yang disimpulkan dari pengalaman masing-masing, dsb. Beberapa pihak yang terlibat dalam jaringan ini tidak perlu melakukan satu pekerjaan bersama.
Koordinasi (Coordination) Berbagi informasi, melakukan penyesuaian agar dapat mengakomodasi yang lain, agar tidak bersaing atau konflik, misalnya tidak melakukan kegiatan yang pesertanya sama dalam waktu yang bersamaan, atau tidak mendudukkan klien/konsumer untuk terpaksa memilih yang satu terhadap yang lain.
Kooperasi (Cooperation) Berbagi informasi, melakukan penyesuaian agar dapat mengakomodasi yang lain dan secara nyata ada beberapa aspek pekerjaan yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Contohnya dua organisasi yang bekerjasama untuk hanya melakukan satu kali kunjungan lapangan yang memenuhi tujuan masing-masing. Jadi dapat saja berbagi sumberdaya, menyamakan agenda, dsb tetapi hasilnya untuk kepentingan masing-masing.
Kolaborasi (Collaboration) Berbagi informasi, melakukan penyesuaian agar dapat mengakomodasi yang lain, beberapa aspek dari pekerjaan menjadi tanggung jawab masing-masing sesuai bidang keahlian dan akhirnya berbagi hasil bersama. Dengan kata lain berbagi segalanya termasuk risiko untuk dapat mencapai hasil bersama yang lebih baik (sinergi) karena masing-masing tidak mampu mencapai hasil yang ingin dicapai bersama tersebut. Jadi secara bersama-sama juga bertanggung jawab /akuntabel terhadap hasil yang dicapai bersama. Kerjasama dalam bentuk kolaborasi inilah yang ingin dicapai melalui konsep kemitraan dalam Paket
05. SINERGI
Sinergi adalah suatu situasi yang terjadi bila suatu kerjasama menghasilkan lebih besar dari penjumlahan hasil masing-masing pihak bila mengerjakannya sendiri-sendiri
Secara rinci ciri-ciri sinergi dapat dikatakan sebagai berikut: • punya tujuan bersama • berorientasi pada hasil bersama • hasil bersama lebih besar dari penjumlahan hasil masing-masing • proses pengembangan alternatif ketiga
Untuk mencapai sinergi ini ada beberapa persyaratan baku sebagai berikut: • ada berbedaan atau keragaman • hargai perbedaan • berpikir dan bersikap menang-menang • berupaya untuk mengerti lebih dahulu • jakin bersama akan menemukan alternatif ke tiga.
Pedoman PAKET 1
Tabel Langkah-Langkah Pembentukan Pokja PAKET di Kota/Kabupaten
No
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
1 Memperkuat dan Memfungsikan Forum BKM Kota/Kabupaten.
Forum BKM mengakar dan mampu untuk menjembatani kepentingan bersama BKM-BKM yang ada di wilayahnya Forum BKM siap untuk mulai membangun kemitraan dan kerjasama dengan pihak lain, terutama pemerintah daerah
KMW dan
Tim Fasilitator
KMW, Tim Fasilitator & Forum BKM
Prasyarat utama bagi pembentukan Pokja PAKET adalah Forum BKM telah terbentuk dan berfungsi. Secara internal, forum BKM diperkuat melalui pelatihan maupun penguatan organisasi, mana-jemen serta pengakaran dengan BKM-BKM yang mendukungnya. KMW memfasilitasi berfungsinya forum BKM dengan mengadakan pertemuan rutin forum BKM bersama KMW untuk membahas berbagai perkembangan dan permasalahan yang ada dalam pelaksanaan P2KP di wilayahnya masing-masing.
Setelah forum BKM terbentuk dan selanjutnya bisa berlangsung secara rutin tiap bulan.
2 Merintis dan Membangun koordinasi dengan Pemerintah Kota melalui pertemuan rutin KMW, Forum BKM dan Pemerintah Kota.
Terjalin saling pengertian, tukar menukar informasi dan pembahasan perkembangan maupun penanganan masalah serta pengaduan mengenai P2KP di kota bersangkutan
KMW, Forum BKM dan Tim Koord. P2KP Kota
KMW, Forum BKM dan Tim Koordinasi P2KP Kota
Pertemuan koordinasi rutin antara Forum BKM, KMW dan Bappeda atau Tim koordinasi kota/ kabupaten selain membahas permasalahan dan kondisi lapangan, juga difokuskan sebagai salah satu sarana sosialisasi awal tentang PAKET P2KP, maupun membahas aspirasi dan masukan dari masyarakat.
Idem dan berjalan rutin minimal satu bulan sekali
3 Lokakarya I: Pemahaman Substansi Program PAKET ke seluruh stakeholders tingkat Kota
Dipahaminya konsep program PAKET P2KP secara utuh
KMW dan Tim Koord. P2KP Kota
Pemda, Forum BKM, Klpk Peduli
Konsep dasar dan gambaran umum PAKET Siklus kegiatan PAKET
Bulan ke -1 setelah PAKET dilaksanakan di lokasi terpilih.
4. Identifikasi Stakeholders Kota/ Kabupaten dalam Penanggulangan Kemiskinan
Teridentifikasi setidaknya 30 orang stakeholders di kota/ kabupaten tersebut yang memiliki komitment kuat pada upaya penanggulangan
KMW dan Tim Koord. Kota/Kab.
KMW, Forum BKM dan Tim Koord. Kota/Kab.
KMW, Forum BKM dan Pemda melakukan proses identifikasi peserta KBP penanggulangan kemiskinan, yang berasal dari berbagai kompenen yang ada di tingkat kota/kabupaten (pemerintah, LSM, perguruan tinggi, pers dan media massa, asosiasi profesi, organisasi masyarakat, dan masyarakat lainnya).
Bulan ke -1 setelah PAKET dilaksanakan di kota peserta.
Pedoman PAKET 2
No
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
kemiskinan. Penyebarluasan PAKET kepada seluruh stakeholders yang teridentifikasi, sekaligus mengundang mereka untuk hadir dalam lokakarya ‘kemitraan dalam penanggulangan kemiskinan’ tingkat kota/kabupaten.
5.. Lokakarya II: Refleksi Kemiskinan Kota
Disepakatinya peta serta gambaran umum profil dan karakteristik kemiskinan kota
Tim Koord. Kota/Kab. dan KMW
Pemerintah Kota/Kab, KMW, Pokja PAKET,BKM, stakeholders
Membahas dan Mengapresiasi hasil-hasil FGD refleksi kemiskinan masyarakat kelurahan sebagai pondasi kebijakan kemiskinan perkotaan. Pemahaman intensif mengenai PAKET maupun Pokja PAKET, serta memilih tim persiapan pembentukan Pokja PAKET.
Bulan ke-1 setelah PAKET dilaksanakan di kota peserta
6. Lokakarya III: Rapat Pembentukan Pokja PAKET
Pokja PAKET dibentuk secara partisipatif, demokratis, transparan serta akuntabel dan sesuai dengan ketentuan PAKET P2KP Anggota Pokja PAKET dipilih sesuai ketentuan PAKET P2KP, yakni secara langsung dan rahasia tanpa kampanye, pencalonan dan rekayasa.
Pemda dan forum BKM difasilitasi KMW.
Forum BKM, Pemerintah Daerah, Kelompok Peduli dan Stakeholder lainnya
1. Pembahasan aturan dasar dan deklarasi pembentukan Pokja PAKET.
2. Pemilihan dan penetapan anggota Pokja PAKET dengan jumlah ganjil, minimal 11 orang.
3. Pemilihan anggota Pokja PAKET secara tertutup, rahasia, tanpa proses pencalonan, kampanye dan rekayasa.
Bulan ke-2 setelah PAKET dimulai di kota peserta
7 Proses Legalisasi Pokja PAKET
Pokja PAKET yang terbentuk telah dilegitimasi oleh Berita Acara Rapat Pembentukan yang ditandatangani oleh peserta yang hadir serta dapat dilegalisasi melalui
Pokja PAKET
Peserta rapat pem-bentukan Pokja PAKET dan KPKD setempat
Legitimasi melalui Penandatanganan berita acara Rapat pembentukan Pokja PAKET, oleh peserta, termasuk KMW serta Bappeda. Selanjutnya legitimasi Pokja PAKET dapat diperkuat dengan pengesahan melalui Surat Keputusan KPKD. KMW berkoordinasi dengan Bappeda, berwewenang untuk menetapkan bahwa Pokja PAKET yang terbentuk tersebut tidak berhak untuk terlibat dalam
Maksimal 2 minggu setelah pembentukan Pokja PAKET
Pedoman PAKET 3
No
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
Surat Keputusan KPKD pelaksanaan PAKET P2KP, apabila proses dan hasil pembentukannya tidak sesuai dengan ketentuan PAKET P2KP.
8. Penyebarluasan Hasil-Hasil Rapat Pembentukan Pokja PAKET.
Seluruh hasil Rapat Pemben-tukan Pokja PAKET disebar-luaskan ke seluruh masyarakat dan pemerintah setempat.
Pokja PAKET
KMW, Pokja PAKET, Tim Koord.Kota, BKM dan pihak lainnya
Penyebarluasan informasi mengenai kelembagaan, kepengurusan, hak dan kewajiban, peran dan fungsi serta lainnya melalui surat, media massa, rapat atau pertemuan, penempelan pengumuman di tempat-tempat yang strategis dan lain-lainnya.
Mulai hari ketiga setelah Pokja PAKET terbentuk & terus menerus
Pedoman PAKET 4
Tabel Mekanisme Pengajuan dan Persetujuan Usulan Kegiatan PAKET
No
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA TEMPAT SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
1 Pemasyarakatan PAKET ke seluruh wilayah kelurahan di kota partisipan PAKET P2KP.
Seluruh masyarakat, aparat pemerintah dan kelompok peduli di kota partisipan paham PAKET P2KP
KMW, Tim Koordinasi, Pokja PAKET
BKM, Dinas, Kelompok Peduli, kader-kader masyarakat
Di seluruh wilayah Kota peserta PAKET P2KP
Dilakukan dalam rangka penyebarluasan informasi mengenai PAKET dan penyamaan persepsi substansi PAKET. Sekaligus mendorong motivasi untuk menjalin kemitraan masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli setempat.
Dimulai sejak kota/kabupaten ditetapkan sebagai peserta PAKET P2KP
2 Konsultasi Usulan Perencanaan Partisipatif Masyarakat dalam Penanggulangan Kemiskinan antara PJM dan Rencana Tahunan Pronangkis dengan Program Dinas/Instansi Pemda.
Dicapai daftar titik temu keterpaduan rencana program masyarakat (PJM Pronangkis) dengan program dinas/instansi di kota/ kabupaten bersangkutan.
Bappeda, Forum BKM dan POKJA PAKET difasilitasi KMW
Dinas-dinas, DPRD, BKM-BKM, KMW, Fasilitator, pers, DPRD, kelompok peduli dll.
Ruang perte-muan representatif milik Pemda
Lokakarya expose hasil PJM Pronangkis Kota/Kabupaten yang telah mengakomodir PJM Pronangkis Kelurahan POKJA PAKET mempresentasikan ketentuan dan kebijakan pelaksanaan PAKET P2KP, sedangkan Tim Koordinasi Kota atau Bappeda memaparkan rencana dan program-program yang dimiliki dinas/instansi di kota/kabupaten yang berkaitan dengan upaya penanggulangan kemiskinan.
Paling lambat 2 minggu setelah Pokja PAKET terbentuk
3 Penyusunan dan Pengajuan Usulan Kegiatan PAKET, Berdasarkan daftar keterpaduan Usulan Program Masyarakat dengan Program Dinas Yang ada pada tahun tersebut
BKM dan dinas bersama-sama menyusun usulan kegiatan yang merupakan keterpaduan program dinas dengan usulan masyarakat. Usulan bersama dinas dan BKM diserahkan ke Pokja PAKET paling lambat satu bulan setelah konsultasi usulan
BKM dan dinas difasilitasi KMW dan fasilitator
BKM atau organisasi masyarakat akar rumput dan dinas terkait
Masing-masing lokasi
Dinas/Instansi terkait bersama organisasi masyarakat (BKM) pengusul, atau sebaliknya, menyiapkan sebuah usulan kegiatan yang telah dibahas, disepakati serta ditandatangani oleh seluruh pihak yang terlibat tersebut.
Usulan memuat pokok-pokok atau ringkasan uraian tentang kegiatan yang diusulkan dan keterkaitan dengan rencana partisipatif, lokasi, penerima manfaat, dan pembagian tugas kedua
Paling lambat 1 bulan setelah pelaksaanaan lokakarya konsultasi usulan Pronangkis
Pedoman PAKET 5
No
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA TEMPAT SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
belah pihak. 4. Penilaian Usulan Kegiatan
oleh KMW, berdasarkan kelayakan teknis, financial dan lingkungan.
Usulan kegiatan yang diajukan oleh Panitia Kemitraan memenuhi kelayakan teknis, keuangan dan lingkungan KMW memberikan rekomen-dasi dan pertimbangan secara rasional kepada Pokja PAKET atas dasar kelayakan teknis, keuangan dan lingkungan
Koordinator Kota/Kab KMW, Tim Fasilitator kelurahan
BKM dan dinas pengusul serta KMW
Di lokasi pengusul dan di kantor KMW untuk penilaian kelayakan proposal
Penilaian kelayakan usulan kegiatan oleh KMW harus memberikan penilaian secara proffesional mengenai analisa kelayakan keuangan, teknis, dampak lingkungan serta kemanfaatannya. Proses penilaian kelayakan dilakukan KMW dalam konteks pembelajaran kepada panitia kemitraan dan Pokja PAKET agar usulan yang diajukan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional, baik tujuan, jenis usulan, proses pengusulan, maupun kemanfaatannya, dll. Diharapkan tidak ada proposal yang ditolak oleh KMW, kecuali bila ternyata diketemukan indikasi penyimpangan ketentuan P2KP dari usulan tersebut. Bila terdapat proposal yang menurut penilaian KMW belum memadai layak, maka KMW memfasilitasi pihak pengusul untuk dapat menyempurnakan proposal tersebut dalam waktu secepat mungkin. Hasil penilaian kelayakan teknis diserahkan KMW ke Pokja PAKET.
Dilakukan paling lambat 3 minggu minggu setelah Pokja PAKET menyerahkan usulan kegiatan yang masuk kepada KMW.
5. Rapat Pokja PAKET untuk Perangkingan Terhadap Usulan-Usulan Kegiatan PAKET yang telah dinilai kelayakannya oleh KMW
Keputusan Pokja PAKET secara transparan, demokra-tis, partisipatif dan akuntabel untuk menetapkan usulan kegiatan yang diprioritaskan pada tahun tersebut. Usulan-usulan kegiatan yang disetujui harus
Pokja PAKET
Pokja PAKET, KMW, Tim Koordinasi & pengusul kegiatan
Tempat atau ruang yang disepakati bersama
Sistem evaluasi untuk prioritasisasi usulan diserahkan sepenuhnya pada kesepakatan anggota Pokja PAKET, berpedoman pada ketentuan P2KP. Rapat prioritas usulan yang diselenggarakan Pokja PAKET harus diinformasikan terlebih dahulu sebelumnya, bersifat terbuka, dan dihadiri oleh seluruh anggota Pokja PAKET. Pada Rapat prioritas, pihak pengusul
Dilakukan paling lambat 1 minggu setelah batas waktu penyampaian usulan PAKET ditutup.
Pedoman PAKET 6
No
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA TEMPAT SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
diumumkan di masing2 lokasi sasaran terkait, ditempelkan di papan pengu-muman yang dapat dilihat oleh seluruh warga, serta disebar-luaskan melalui media massa. Salah satunya ditempatkan di luar kantor Tim Koordinasi Kota/Kabupaten, disertai lokasi, pihak pengusul, jenis kegiatan, dan lain-lain.
dapat mem-berikan penjelasan dan seluruh warga Kota/ Kabupaten dapat berpatisipasi dalam presentasi usulan-usulan tersebut. Pokja PAKET mengadakan musyawarah mufakat (bila diperlukan dengan pemungutan suara) untuk menyusun peringkat usulan. Hanya anggota Pokja PAKET yang memiliki hak suara. Peserta rapat yang bukan anggota Pokja PAKET tidak memiliki hak suara Hasil prioritas kegiatan diumumkan melalui media massa, dengan masa tenggang minimal sstu minggu sebelum diputuskan menjadi kegiatan yang akan menerima dana PAKET, jika tidak ada pihak-pihak yang berkeberatan dengan kegiatan terpilih
6. Penyusunan Proposal Teknis (Bila Diperlukan) oleh Pihak Pengusul yang usulan kegiatannya telah diprioritaskan Oleh Pokja PAKET.
Dinas dan BKM mampu menyusun proposal teknis secara bersama atas dasar kemitraan yang setara Proposal-proposal teknis dari pengusul kegiatan yang telah diprioritaskan Pokja PAKET telah dinilai layak oleh KMW
BKM dan dinas pengusul serta KMW untuk penilaian kelayakan proposal teknis
BKM dan dinas pengusul serta KMW untuk penilaian kelayakan proposal teknis
Di lokasi pengusul dan di kantor KMW untuk penilaian kelayakan proposal
Proposal teknis menguraikan rencana pelaksanan kegiatan secara teknis oleh pihak pengusul terkait, mis: DED untuk pembangunan prasarana dll). BKM dan Dinas pengusul, bila diperlukan, dapat memanfaatkan tenaga profesional maupun kelompok peduli. Proposal teknis diselesaikan dalam waktu paling lambat selama 1 bulan. Proposal teknis tersebut terlebih dahulu dinilai kelayakan teknisnya oleh KMW. Dalam hal ini KMW harus memberikan penilaian secara proffesional mengenai analisa kelayakan keuangan, teknis maupun dampak lingkungan serta kemanfaatannya. Bila terdapat proposal yang menurut
Dilakukan paling lambat 1 bulan setelah Rapat prioritas Usulan oleh Pokja PAKET.
Pedoman PAKET 7
No
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA TEMPAT SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
penilaian KMW belum memadai layak, maka KMW memfasilitasi pihak pengusul untuk dapat menyempurnakan proposal tersebut dalam waktu secepat mungkin. Hasil penilaian kelayakan teknis diserahkan KMW ke Pokja PAKET.
7. Penguatan Kapasitas Panitia Kemitraan.
Jalinan kerjasama antara BKM dengan dinas telah terbangun Panitia Kemitraan telah memahami ketentuan PAKET P2KP dan sepakat untuk mengusulkan kegiatan
KMW, Tim Fasilitator serta Bappeda
BKM dan Dinas
Tempat atau ruang yang disepakati bersama
Panitia Kemitraan yang terbentuk tidak secara otomatis dapat melaksanakan usulan kegiatan PAKET P2KP yang telah disetujui oleh POKJA PAKET, sebelum menunjukkan potensi kemampuan untuk menerapkan prinsip dan nilai-nilai P2KP. Hal ini sebagai proses pembelajaran bahwa Panitia Kemitraan adalah wadah interaksi kedua pihak untuk bersama-sama mengatasi persoalan penanggulangan kemiskinan, atas dasar potensi sumber daya yang mereka miliki. Selain itu, semua pihak harus paham bahwa Panitia Kemitraan tidak semata-mata dipandang sebagai persyaratan formal untuk secara mudah dan murah memperoleh bantuan PAKET P2KP.
Panitia Kemitraan membahas dan menyepakati pembagian tugas, pengaturan hak dan kewajiban masing-masing pihak, kontribusi masing-masing pihak dan kesepakatan bagaimana menerapkan prinsip dan nilai P2KP dalam pengelolaan Panitia serta kesepakatan kerjasama lainnya.
Pelaksanaan pelatihan bagi Panitia Kemitraan dalam hal dinamika kelompok, pemberdayaan masyarakat, pendekatan partisipatif maupun kesiapan teknis dll.
Dapat dilakukan mulai setelah usulan diprioritas-kan oleh Pokja PAKET dan secara intensif dilakukan terus.
Pedoman PAKET 8
No
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA TEMPAT SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
yang dilaksanakan oleh KMW. 8. Kesepakatan Pelaksanaan
Usulan oleh Panitia Kemitraan sesuai Panduan PAKET P2KP
Ditandatanganinya Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan (SPPB) antara PJOK PAKET dengan Panitia Kemitraan (BKM dan Dinas) Panitia Kemitraan mampu memahami hak serta kerwajiban, peran dan fungsi serta wewenang dan tanggungjawabnya dalam pelaksanaan kegiatan PAKET P2KP
PJOK Paket, Panitia Kemitraan, KMW dan Pokja PAKET
PJOK Paket, Panitia Kemitraan, KMW dan Pokja PAKET
Masing-masing lokasi
Usulan-usulan yang telah disetujui dan diprioritaskan Pokja PAKET ditandatangani oleh Panitia Kemitraan terkait serta pimpinan Pokja PAKET, dan harus disertifikasi oleh KMW, serta dianjurkan diketahui oleh pimpinan pemerintahan lokal di lokasi usulan tersebut akan dilaksanakan.
Usulan ini selanjutnya menjadi dasar bagi pembuatan SPPB PAKET yang ditandatangani oleh Panitia Kemitraan, Pokja PAKET dan PJOK PAKET.
PJOK PAKET selanjutnya mengajukan SPPB yang telah ditandatangani, beserta Surat Permintaan Pembayaran kepada KPPN untuk mendapatkan dana sesuai alokasi yang ditetapkan.
Setiap bulan atau waktu yang ditetapkan dalam akad bantuan antara POKJA PAKET dengan Panitia Kemitraan, masing-masing Panitia Kemitraan melaporkan penyerapan dan penggunaan dana serta kemajuan dan hasil kegiatannya, termasuk tanda tangan dari wakil masyarakat yang menjadi lokasi pelaksanaan usulan kegiatannya.
Dilakukan setelah Proses Penguatan kapasitas Panitia Kemitraan.
Pedoman PAKET 9
Tabel Pedoman Pendampingan dan Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan PAKET
No
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA TEMPAT SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
1 Umumkan secara terbuka informasi tentang telah diterimanya dana PAKET oleh Panitia-Panitia Kemitraan.
Masyarakat tahu dan paham adanya dana serta kegiatan PAKET di wilayahnya Masyarakat terdorong untuk melakukan pengawasan dan evaluasi mandiri terhadap pelaksanaan kegiatan PAKET yang ada di wilayahnya
KMW, Fasilitator, dan Pokja PAKET
KMW, Fasilitator, dan Pokja PAKET
Di seluruh wilayah kota partisipan
Pokja PAKET dan PJOK PAKET selanjutnya menginformasikan secara terbuka jumlah dana yang disalurkan ke Panitia-Panitia Kemitraan (berikut nama BKM dan dinas, alamat, jenis kegiatan, lokasi dan volume kegiatan, rencana serta jadwal kegiatan dan penanggungjawab Panitia Kemitraan).
KMW/Fasilitator secara intensif mengajak masyarakat untuk bersama-sama memonitor dan mengawasi pengelolaan dana maupun pelaksanaan kegiatan oleh Panitia Kemitraan. Sebarluaskan poster, leaflet, spanduk tentang “Masyarakat Berhak Memantau dan Mengawasi Dana serta kegiatan PAKET” dan “Bersama Membangun Kemandirian”
Dimulai Segera stlh dana PAKET disalurkan ke Panitia Kemitraan dan terus menerus dilakukan secara berkesinambung-an
2 Membangun komitment dan kesepakatan pengawasan dana serta kegiatan PAKET pada saat penyaluran dana PAKET
Panitia Kemitraan yang akan melaksanakan kegiatan PAKET akan arti pentin monitoring dan evaluasi oleh masyarakat
KMW, PJOK PAKET, Fasilitator, dan Pokja PAKET
Panitia-Panitia Kemitraan, PJOK PAKET, KMW
Di seluruh wilayah kota partisipan
Pada saat penyaluran dana PAKET ke rekening Panitia Kemitraan, KMW & Pokja PAKET menginternalisasikan agar Panitia Kemitraan dalam melaksanakan kegiatan harus sesuai dengan usulannya dan berpedoman pada ketentuan P2KP.
Internalisasikan pula bahwa masyarakat, pemerintah dan Panitia peduli di kota partisipan tersebut akan melakukan pengawasan terhadap dana serta kegiatan yang mereka lakukan.
Selain itu, KMW dan PJOK PAKET akan memantau Panitia Kemitraan bahan untuk rekomendasi apakah dana PAKET tahap 2 dapat dicairkan atau tidak.
Pada saat penanda-tangan penyaluran dana PAKET ke rekening Panitia Kemitraan
Pedoman PAKET 10
No
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA TEMPAT SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
3 Check dan Diskusikan dengan Panitia-Panitia Kemitraan, apakah dalam pelaksanaan usulan kegiatannya berkaitan dengan Pengadaan pekerjaan fisik, dan/atau pasokan dan/atau pembebasan lahan atau tidak.
Pelaksanaan kegiatan PAKET oleh Panitia Kemi-traan dapat berpedoman pada ketentuan Pengada-an, Pembebasan Lahan, Perlindungan Lingkungan dan penduduk asli, dsbnya
Tim Fasilitator dan KMW
Panitia-Panitia Kemitraan, Pokja PAKET,
Lokasi kegiatan PAKET P2KP
Meminta Panitia Kemitraan untuk melaksanakan kegiatan sesuai ketentuan pada lampiran Buku Panduan P2KP.
Sebagai alat bantu, Panitia Kemitraan dapat memakai contoh Format Kegiatan pada Buku Panduan Teknis P2KP. Format harus dimodifikasi terlebih dahulu.
Sebelum usulan kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Panitia-Panitia Kemitraan
4. Lakukan pendampingan intensif pada setiap Panitia Kemitraan dalam melaksanakan kegiatannya dengan mengadakan dialog, pertemuan serta peninjauan langsung ke lokasi-lokasi kegiatan Panitia Kemitraan tersebut.
Mendorong dan Menjamin pelaksanaan kegiatan PAKET sesuai dengan ketentuan P2KP, bermanfaat dan efektif, dilaksanakan sesuai proposal teknis, dan dapat membangun kemitraan serta kerjasama sinergi antara BKM/masyarakat dengan dinas/Pemerintah.
Tim Fasilitator dan KMW
Panitia-Panitia Kemitraan
Di lokasi pelaksanaan kegiatan PAKET
Fokus utama pendampingan yang harus terus menerus diinternalisasikan adalah, sbb: Menjamin bahwa pengelolaan kegiatan
maupun Panitia Kemitraan didasarkan pada kesetaraan kedua pihak (BKM & Dinas)
Proses pengadaan, pembebasan lahan dan permukiman kembali dilaksanakan sesuai dengan ketentuan P2KP
Dana dinas serta swadaya masyarakat lebih dahulu diprioritaskan untuk digunakan secara optimal dalam pelaksanaan kegiatan Panitia Kemitraan bersangkut-an, sebelum memanfaatkan dana bantuan PAKET
Menjamin penggunaan dana serta pelaksanaan kegiatan secara partisipatif, transparan dan akuntabel untuk mencegah kemungkinan penyimpangan/ penyalahgunaan dana, wewenang dan kegiatan.
Selama pelaksanaan kegiatan oleh Ke-lompok Kemitraan
5 Penyampaian dan Pembahasan Laporan Kegiatan Panitia
Kegiatan-kegiatan PAKET dari Panitia
Tim Fasilitator
Panitia-Panitia
Di Tempat yang
Bahas laporan-laporan Panitia Kemitraan dalam pertemuan Pokja PAKET dengan seluruh Panitia Kemitraan, yang difasilitasi
Idem
Pedoman PAKET 11
No
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA TEMPAT SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
Kemitraan Secara Berkala dan Rutin
Kemitraan dapat dimonitor dan edievaluasi secara berkala dan rutin untuk dapat disempurnakan dan terus diperbaiki sehingga tujuan kegiatan dapat dicapai.
dan KMW Kemitraan, Pokja PAKET, KMW, Tim Fasilitator
disepakati bersama dan di lokasi kegiatan PAKET
KMW dan PJOK PAKET. Bandingkan laporan hasil kerja Panitia Kemitraan dengan rencana kerja pada usulan kegitan Panitia Kemitraan yang disetujui Pokja PAKET.
Apabila diketemukan penyimpangan kegiatan, tetapkan sanksi sesuai panduan umum P2KP maupun yang ditetapkan Pokja PAKET.
Dalam hal Panitia Kemitraan mengusulkan adanya revisi/ penyesuaian kegiatan, maka pelaksanaan kegiatan yang direvisi itu hanya dapat dilakukan setelah disetujui Rapat Pokja PAKET.
Umumkan secara terbuka kepada seluruh warga masyarakat mengenai perkembangan, kemajuan dan masalah yang ditemukan pada pelaksanaan kegiatan Panitia-Panitia Kemitraan maupun Pokja PAKET.
6 Panitia-Panitia Kemitraan yang telah menyelesaikan seluruh kegiatannya harus membuat laporan lengkap (Kegiatan dan keuangan) yang dilampiri dengan Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan atau Format Kegiatan PAKET-1.
Penyelesaian akhir kegiatan PAKET oleh Panitia Kemitraan dan Serah terima hasil-hasil kegiatan kepada Masyarakat penerima manfaat kegiatan
Panitia-Panitia Kemitraan
Panitia2 Kemitraan, KMW, PJOK PAKET, Pokja PAKET, Tim Fasilitator, Forum BKM &
Idem Lakukan pertemuan Panitia Kemitraan, Pokja PAKET, PJOK PAKET, KMW & Tim Fasilitator serta Masyarakat di lokasi kegiatan. Bahas dan diskusikan tentang Penyelesaian dan Penyerahan Hasil kegiatan PAKET oleh Panitia Kemitraan kepada masyarakat
Buat laporan akhir kegiatan PAKET oleh Panitia Kemitraan. Khusus laporan keuangan yang bersumber dari APBD, maka oleh Dinas tetap dilaporkan dengan
Setelah Panitia Kemitraan menyelesaikan seluruh Kegiatan PAKET yang diusulkannya
Pedoman PAKET 12
No
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN TUJUAN PELAK-
SANA PESERTA TEMPAT SUBSTANSI KERANGKA WAKTU
Masyarakat
mekanisme administrasi keuangan pemerintah setempat.
Untuk Panitia Kemitraan yang melaksanakan kegiatan pembangunan prasarana harus disertai Dokumen lengkap tentang penyerahan hasil kegiatan dan rencana pengoperasian serta pemeliharaan prasarana dimaksud.
Umumkan secara terbuka hasil-hasil akhir kegiatan Panitia-Panitia Kemitraan yang telah dilaksanakan.
Pedoman PAKET 1
Lampiran 18. Panduan Panitia Kemitraan
PANDUAN PANITIA KEMITRAAN
Panitia Kemitraan sebagai pelaksana kegiatan kemitraan antara Pemerintah Daerah (Dinas), masyarakat, dan kelompok peduli perlu memahami tugas-tugasnya dalam menjalankan kegiatan PAKET sesuai siklus yang telah ditetapkan agar dicapai hasil sesuai yang diharapkan. Panduan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada Panitia Kemitraan akan fungsi dan perannya, sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah yang lebih jelas. Secara terinci tujuan dari panduan adalah agar anggota Panitia Kemitraan dan pelaku-pelaku lain yang terlkait dapat:
• Memahami peluang kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dan kelompok-kelompok pemerhati masalah kemiskinan
• Inspirasi membangun kemitraan dgn pemerintah, dan organisasi masyarakat • Memahami proses pelaksanaan kegiatan PAKET • Acuan operasional untuk melaksanakan kegiatan PAKET • Menyusun strategi pelaksanaan kegiatan PAKET • Perencanaan pelaksanaan kegiatan PAKET • Pelaporan kemajuan pelaksanaan kegiatan PAKET.
Pengertian Panitia Kemitraan PAKET Panitia Kemitraan adalah panitia yang dibentuk bersama antara BKM/organisasi masyarakat warga yang mengakar setempat dengan dinas terkait dan kelompok peduli dalam rangka kolaborasi melakukan kegiatan/subproyek bersama.
Tugas Panitia Kemitraan PAKET Tugas Pokok Panitia Kemitraan PAKET adalah sebagai berikut:
a. Sosialisasi dan diseminasi PAKET kepada masyarakat di masing-masing wilayah lokasi kegiatan yang akan dilaksanakan
b. Menyusun proposal bersama untuk suatu kegiatan/subproyek yang telah diyakini dan disepakati sebagai kegiatan yang sesuai dengan tujuan bersama (Pronangkis dan program dinas serta kelompok peduli jika ada)
Beberapa pertimbangan pendekatan Panitia Kemitraan, adalah sbb: Melembagakan kemitraan dan pembangunan partisipatif, khususnya dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan antara masyarakat, pemerintah kota/kabupaten, kelompok peduli/kelompok ahli.
Menumbuhkembangkan transparansi & akuntabilitas dalam tata kepemerintahan melalui mekanisme komunikasi timbal balik.
Mendorong proses alih pengetahuan, sumberdaya, teknologi, informasi dan lain-lain dari dinas/instansi terkait serta kelompok ahli kepada masyarakat
Mendorong dinas/intansi tingkat kota/kabupaten serta kelompok peduli setempat lebih memahami kultur, dinamika dan kebutuhan riil masyarakat.
Mengoptimalkan keterpaduan potensi masyarakat dengan sumber daya dan potensi yang dimiliki dinas/instansi terkait serta kelompok ahli lokal
Membangun saling kepercayaan dan kerjasama sinergis antara masyarakat dengan dinas/instansi terkait atau dengan kelompok ahli lokal.
Pedoman PAKET 2
c. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang dianggap dapat membantu terlaksanakan kegiatan/subproyek bersama tersebut termasuk dalam hal mendapat tambahan dukungan pendanaan dan bantuan teknis teknologis
d. Melakukan pengurusan ke PJOK dan Pokja PAKET dalam rangka mensukseskan kegiatan/subproyek tersebut
e. Melaksanakan kegiatan/subproyek bersama tersebut setelah disetujui oleh Pokja PAKET untuk mendapat dukungan dana, dimulai dengan dana swadaya (termasuk yang dari dinas dan BKM/masyarakat) dan kemudian baru menggunakan dana PAKET
f. Menyediakan pengelola setempat (ketua tim, mandor, tukang, tenaga administratif).
Pembentukan Panitia Kemitraan PAKET Panitia Kemitraan dibentuk atas dasar kesepakatan dan gabungan dari lembaga masyarakat yang mengakar dan representatif (BKM) dengan dinas kota/kabupaten dan kelompok peduli sebagai pengusul kegiatan bersama.
Dilakukan melalui proses kesepakatan bersama BKM dengan dinas dan/atau kelompok peduli sesuai kegiatan/program yang telah diusulkan untuk memperoleh PAKET, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Melalui proses pemasyarakatan PAKET yang dilakukan oleh Pokja PAKET dan
lokakarya antara pelaku, dimana dinas-dinas dan BKM saling menyajikan kegiatan/program, harapan dan keterbatasan masing-masing maka terjadilah proses saling memahami peluang dan kebutuhan masing-masing (dinas & BKM)
b. Dilakukan pembahasan lebih lanjut antara BKM dengan dinas-dinas yang terkait yang dianggap sejalan dengan tujuan masing-masing untuk disusun kerjasama sinergi dalam mencapai tujuan bersama
c. Dibentuklah Panitia Kemitraan untuk merealisasikan tujuan/harapan bersama tersebut diatas
d. BKM bersama Dinas yang membentuk Panitia Kemitraan yang akan melaksanakan kegiatan harus menyepakati perjanjian bahwa dalam pelaksanaan kegiatan tersebut akan didasarkan pada prinsip kemitraan dalam kesetaraan antara kedua belah pihak, sebagai aktivitas yang dikelola secara partisipatif.
Penyusunan Proposal Kegiatan PAKET Penyusunan proposal kegiatan-kegiatan kemitraan yang telah terpilih untuk diajukan memperoleh dana PAKET, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan administrasi a. Satu proposal kegiatan/subproyek hanya terdiri dari satu jenis kegiatan, tetapi
BKM dapat mengusulkan 2 atau lebih proposal kegiatan bekerja sama dengan dinas/instansi yang berbeda dan/atau kelompok peduli yang berbeda
b. Kegiatan/subproyek yang diusulkan adalah kegiatan yang tercantum pada PJM dan Rencana Tahunan Pronangkis Kelurahan serta PJM Pronangkis
Pembentukan Panitia Kemitraan merupakan ikatan pemersatu adanya kesamaan kepentingan (kesesuaian atau keselarasan) rencana program yang dimiliki dinas terkait dengan rencana program penanggulangan kemiskinan (Pronangkis) yang telah disusun masyarakat.
Pedoman PAKET 3
Kabupaten/Kota, bukan kegiatan baru bagi dinas/instansi yang akan berkolaborasi dengan masyarakat/BKM
c. Lokasi rencana kegiatan dan dilengkapi dengan disain terinci (bila diperlukan).
b. Kriteria proposal kegiatan/subproyek a. Efektif mendukung pencapaian tujuan penanggulangan kemiskinan b. Dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat miskin, perempuan
dan kelompok masyarakat rentan lainnya, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pemanfaatan hasil kegiatan
c. Cakupan wilayah atau penerima manfaat kegiatan diutamakan meliputi lebih dari satu kelurahan. Jika hanya meliputi satu wilayah kelurahan, maka hanya boleh untuk skala kegiatan yang tidak dimungkinkan untuk dibiayai oleh sumber dana BLM
d. Nilai kegiatan/subproyek masing-masing Panitia Kemitraan antara Rp. 30 juta sampai dengan Rp. 200 juta
e. Kontribusi keswadayaan dari pengusul (BKM bersama Dinas) minimal 50% sampai dengan 70% (In kind: program dinas, natura, tenaga sukarela, penyerahan lahan sukarela, peminjaman alat, material, dsb) dari jumlah total kebutuhan biaya
f. Kriteria-kriteria lain (setempat) yang ditetapkan oleh Pokja PAKET secara partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel.
Setelah proposal tersusun (Format Proposal Panitia Kemitraan dapat dilihat pada lampiran 5 Pedoman Teknis Pelaksanaan PAKET), Panitia Kemitraan menyerahkan kepada Pokja PAKET untuk dinilai kelayakannya untuk memperoleh dana PAKET. Akan lebih baik dan lebih diprioritaskan dalam seleksi usulan kegiatan PAKET, apabila dalam usulan kegiatan/subproyek panitia kemitraan yang diajukan:
a. Kegiatan/subproyek yang diusulkan mencakup antar (lebih dari satu wilayah) kelurahan
b. Persentase dana swadaya (Dinas, masyarakat) lebih besar dari dana PAKET c. Dalam komponen dana swadaya mencakup sumber dana dari pihak lain, selain
dana Dinas dan dana dari masyarakat sasaran kegiatan.
Pelaksanaan Kegiatan dan Pencairan Dana PAKET Setelah Pokja PAKET menetapkan kegiatan PAKET yang dapat dilaksanakan (memperoleh) dana PAKET, sebagai persiapan pelaksanaan kegiatan akan dilakukan lokakarya ‘Manajemen Pelaksanaan Kegiatan PAKET’, membahas manajemen kegiatan, prosedur administrasi dan pendanaan, persyaratan teknis pelaksanaan kegiatan/subproyek.
Panitia Kemitraan akan melaksanakan kegiatan tersebut dengan menggunakan dana pendamping (dinas dan swadaya masyarakat) terlebih dahulu. Untuk mewujudkan
Masyarakat yang tinggal di luar lokasi sasaran P2KP dapat mengakses dana PAKET, melalui cara-cara sebagai berikut:
1. Bekerja sama dengan BKM di sekitar wilayahnya yang berdasarkan pronangkis memiliki usulan kegiatan sama dengan cakupan lintas wilayah kelurahan
2. Meminta bantuan KMW dan/atau Forum BKM untuk memfasilitasi masyarakat setempat dalam melakukan proses pemetaan swadaya dan perencanaan partisipatif sesuai ketentuan P2KP
3. Memilih dan menetapkan organisasi masyarakat warga setempat (sesuai kriteria P2KP) yang dipercaya untuk melakukan koordinasi dengan Forum BKM.
Pedoman PAKET 4
aspek transparansi agar masyarakat dapat ikut mengawasi pelaksanaan kegiatan/kegiatan PAKET, bagi Panitia Kemitraan kegiatan pembangunan/perbaikan prasarana/sarana lingkungan, minimal seminggu sebelum pekerjaan dimulai diwajibkan memasang papan proyek dari bahan yang tidak mudah rusak akibat cuaca, yang berisi minimal:
a. Nama Kegiatan dan volume b. Nama Panitia Kemitraan c. Rencana anggaran kegiatan, dilengkapi dengan rencana pembiayaan:
- Dana dinas - Dana swadaya masyarakat - Dana PAKET - Dana lain-lain (kalau ada).
d. Penerima manfaat (masyarakat miskin dan tidak miskin).
Bantuan dana PAKET akan dicairkan setelah pelaksanaan sub proyek dengan dana pendamping selesai dilaksanakan, dan Sistem Manajemen Informasi P2KP telah berjalan. Setelah dinilai oleh Pokja PAKET bahwa proses pelaksanaannya sesuai ketentuan PAKET (transparan dan akuntabel), dicairkan dana PAKET untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Bantuan PAKET disalurkan langsung ke rekening Panitia Kemitraan, yang akan dilakukan dalam 2 tahap, sebesar 50% dan 50%. Pencairan dana tahap berikutnya mengikuti tata cara pencairan tahap pertama, ditambah dengan persyaratan audit dari auditor independen.
Pelaksanaan PAKET tahap berikutnya dapat dibatalkan bila: a. Terjadi penyalahgunaan dana PAKET tahap sebelumnya b. Tidak dilakukan audit oleh auditor independen c. Visi, misi, tujuan, prinsip dan nilai P2KP tidak dilaksanakan secara konsisten.
Ketentuan-ketentuan lain untuk pencairan dana dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8 Pedoman Teknis Pelaksanan PAKET tentang pedoman pencairan dana PAKET.
Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan PAKET Penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh Panitia Kemitraan Pelaksana kegiatan, minimal terdiri atas: 1. Pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan dana pendamping (Pemerintah/dinas,
masyarakat, dan pihak lain jika ada), yang mencakup: • Volume pekerjaan yang telah diselesaikan • Biaya yang telah dimanfaatkan secara terinci dari masing-masing sumber, yang
dilengkapi dengan dokumen pendukung (berita acara penyerahan pekerjaan jika dilaksanakan oleh pihak ke tiga, kwitansi, foto kegiatan sebelum dan hasil setelah pelaksanaan
2. Pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan 50% dana PAKET, yang mencakup: • Volume pekerjaan yang telah diselesaikan • Biaya yang telah dimanfaatkan secara terinci yang dilengkapi dengan dokumen
pendukung (laporan kemajuan atau berita acara penyerahan pekerjaan jika dilaksanakan oleh pihak ke tiga, kwitansi, foto hasil kegiatan setelah pelaksanaan
3. Laporan akhir penyelesaian pekerjaan, yang mencakup: • Volume pekerjaan yang telah diselesaikan • Waktu penyelesaian pekerjaan
Pedoman PAKET 5
• Total biaya yang telah dimanfaatkan secara terinci dari masing-masing sumber (PAKET, Pemerintah/dinas, swadaya masyarakat, dan pihak lain jika ada) yang dilengkapi dengan dokumen pendukung (berita acara penyerahan pekerjaan jika dilaksanakan oleh pihak ke tiga, kwitansi, foto hasil kegiatan setelah pelaksanaan
• Jumlah (orang atau Kepala Keluarga) penerima manfaat, baik masyarakat miskin maupun yang tidak miskin
Laporan-laporan tersebut diserahkan kepada Pokja PAKET, yang selanjutnya menjadi bahan pertimbangan untuk pencairan dana PAKET dan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan PAKET di kota/kabupaten, serta pembuatan ’Best Practices’.
Sebagai bahan penyusunan laporan dan untuk menjamin transparansi, panitia kemitraan diwajibkan memiliki catatan harian pelaksanaan pekerjaan, yang sewaktu-waktu dapat diperiksa oleh pihak manapun.
Ketentuan Tambahan Persyaratan tambahan terkait dengan pelaksanaan tugas oleh Panitia Kemitraan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pekerjaan fisik prasarana/sarana yang akan dilaksanakan oleh pihak ke
tiga (kontraktor) hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari P2KP, dengan tata cara pengadaan kontraktor/pemborong mengikuti ketentuan P2KP
2. Jika Panitia melakukan penyimpangan terhadap ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, pihak P2KP akan memberikan peringatan tertulis dan mengirimkan tembusan kepada PJOK dan Pokja PAKET. Jika dalam waktu 15 hari setelah peringatan diterima oleh Panitia Kemitraan dan tetap tidak melakukan perbaikan, maka pihak P2KP akan meminta rapat anggota Pokja PAKET untuk membahas dan memutuskan masalah tersebut
3. Sebagai sanksi, pencairan dana kepada panitia kemitraan yang bermasalah harus ditunda sampai dilakukan perbaikan dan diterima oleh pihak P2KP sesuai dengan kesepakatan kerja.