9
71 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014 Peter Ardhianto: Makna Tipografi Onomatopoeia pada Komik “Tigan Ngasak Batavia” MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN NGASAK BATAVIA” Peter Ardhianto Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta Jl. Ki Hajar Dewantara 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 ABSTRAK Tipografi merupakan elemen dalam studi desain komunikasi visual yang berkenaan tentang huruf, salah satu penerapan tipografi yang paling unik adalah penggabungan huruf dengan suara (onomatopoeia). Tipografi onomatopoeia dalam desain komunikasi visual banyak dijumpai pada komik. Huruf yang mempunyai karakter masing-masing tersebut dipadukan dengan efek suara dan divisualkan sebagai bagian dari teks dalam komik “Tigan Ngasak Batavia” karya Bengkel Qomik Surakata. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peran tipografi onomatopoeia dalam komik yang dianalisis melalui klasifikasi suara dan pendekatan semiotika Roland Barthes yakni denotatif dan konotatif. Metode penelitian kualitatif yang digunakan meliputi wawancara, studi pustaka dan dokumen. Hasil temuan dari penelitian ini adalah: tipografi onomatopoeia berfungsi sebagai penentu cerita, pembagian secara klasifikasi sumber suara dan klasifikikasi efek suara dalam komik sangat merata. Tidak semua efek bunyi yang dihadirkan pada komik “Tigan Ngasak Batavia” merupakan bunyi sesungguhnya, hal tersebut justru menjadi daya tarik dan penyeimbang komedi pada saat adegan konflik berlangsung. Tipografi onomatopoeia dalam “Tigan Ngasak Batavia” berperan penting dalam tugasnya, yakni membantu pembaca mendengar dengan mata. Hal ini menjadi suatu bukti bahwa teks dalam komik mempunyai kekuatan yang besar dalam menyampaikan pesan. Kata kunci: tipografi, onomatopoeia, komik, komunikasi visual ABSTRACT Typography is an element of study in visual communication design related to letter. One of the most unique applications of typography is the combination of letter with sound ( onomatopoeia). Typography of onomatopoeia in visual communication design can be found in comic. The font with its own characteristic is combined with the sound effect and then visualized as a part of text in comic “Tigan Ngasak Batavia” by Bengkel Qomik Surakarta. The problem discussed in this research is how the role of typography onomatopoeia in comic analyzed through sound classification and semiotic approach of Roland Barthes that is denotative and connotative. The method of qualitative research used includes interview, library study, and document. The result of research is that typography onomatopoeia has a function as the story determiner. The dividing of sound source classification and sound effect in comic is completely spread. Not all of the sound effect presented in comic “Tigan Ngasak Batavia” shows the original sound. It exactly becomes the attractiveness and stabilization of comedy when the conflict takes place. Typography onomatopoeia in “Tigan Ngasak Batavia” has a very important function that is helping audience to hear by eyes. It shows the proof that text in comic has a strong power in conveying messages. Keywords: typography, onomatopoeia, comic, visual communication A. Pengantar Tipografi merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dilepaskan sebagai unsur pendukung dalam desain komunikasi visual. Faktor budaya serta kemajuan teknologi sangat berpengaruh pada perkembangan tipografi. Selain untuk berkomunikasi rangkaian huruf juga harus dipertimbangkan bagaimana letak, ukuran huruf, tingkat keterbacaan dan kemudahan dimengerti pembacanya, oleh karena setiap karakter tipografi yang ditampilkan menimbulkan persepsi berbeda berdasarkan gaya dan bentuk hurufnya. Tipografi merupakan segala disiplin yang berkenaan dengan huruf (Rustan, 2011:16). Di Indonesia seni menyusun huruf cetak rasanya masih sedikit ditemui pembahasannya, baik secara sejarah masuknya tipografi maupun penerapannya hingga masa kini. Tipografi seolah dipandang sebelah mata dalam desain komunikasi visual. Tidak jarang desainer-desainer grafis lebih

MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN … · Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepada pembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah, bahwa apabila mau berkerjasama

  • Upload
    dangtu

  • View
    233

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN … · Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepada pembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah, bahwa apabila mau berkerjasama

71Volume 12 Nomor 1, Juli 2014

Peter Ardhianto: Makna Tipografi Onomatopoeia pada Komik “Tigan Ngasak Batavia”

MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK“TIGAN NGASAK BATAVIA”

Peter ArdhiantoProgram Pascasarjana

Institut Seni Indonesia SurakartaJl. Ki Hajar Dewantara 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

ABSTRAK

Tipografi merupakan elemen dalam studi desain komunikasi visual yang berkenaan tentang huruf, salah satupenerapan tipografi yang paling unik adalah penggabungan huruf dengan suara (onomatopoeia). Tipografionomatopoeia dalam desain komunikasi visual banyak dijumpai pada komik. Huruf yang mempunyai karaktermasing-masing tersebut dipadukan dengan efek suara dan divisualkan sebagai bagian dari teks dalam komik“Tigan Ngasak Batavia” karya Bengkel Qomik Surakata. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalahbagaimana peran tipografi onomatopoeia dalam komik yang dianalisis melalui klasifikasi suara dan pendekatansemiotika Roland Barthes yakni denotatif dan konotatif. Metode penelitian kualitatif yang digunakan meliputiwawancara, studi pustaka dan dokumen. Hasil temuan dari penelitian ini adalah: tipografi onomatopoeiaberfungsi sebagai penentu cerita, pembagian secara klasifikasi sumber suara dan klasifikikasi efek suaradalam komik sangat merata. Tidak semua efek bunyi yang dihadirkan pada komik “Tigan Ngasak Batavia”merupakan bunyi sesungguhnya, hal tersebut justru menjadi daya tarik dan penyeimbang komedi pada saatadegan konflik berlangsung. Tipografi onomatopoeia dalam “Tigan Ngasak Batavia” berperan penting dalamtugasnya, yakni membantu pembaca mendengar dengan mata. Hal ini menjadi suatu bukti bahwa teks dalamkomik mempunyai kekuatan yang besar dalam menyampaikan pesan.

Kata kunci: tipografi, onomatopoeia, komik, komunikasi visual

ABSTRACT

Typography is an element of study in visual communication design related to letter. One of the most uniqueapplications of typography is the combination of letter with sound (onomatopoeia). Typography of onomatopoeiain visual communication design can be found in comic. The font with its own characteristic is combined withthe sound effect and then visualized as a part of text in comic “Tigan Ngasak Batavia” by Bengkel QomikSurakarta. The problem discussed in this research is how the role of typography onomatopoeia in comicanalyzed through sound classification and semiotic approach of Roland Barthes that is denotative andconnotative. The method of qualitative research used includes interview, library study, and document. Theresult of research is that typography onomatopoeia has a function as the story determiner. The dividing ofsound source classification and sound effect in comic is completely spread. Not all of the sound effectpresented in comic “Tigan Ngasak Batavia” shows the original sound. It exactly becomes the attractivenessand stabilization of comedy when the conflict takes place. Typography onomatopoeia in “Tigan NgasakBatavia” has a very important function that is helping audience to hear by eyes. It shows the proof that text incomic has a strong power in conveying messages.

Keywords: typography, onomatopoeia, comic, visual communication

A. Pengantar

Tipografi merupakan salah satu unsur yangtidak bisa dilepaskan sebagai unsur pendukung dalamdesain komunikasi v isual. Faktor budaya sertakemajuan teknologi sangat berpengaruh padaperkembangan tipografi. Selain untuk berkomunikasirangkaian huruf juga harus dipertimbangkanbagaimana letak, ukuran huruf, tingkat keterbacaandan kemudahan dimengerti pembacanya, oleh karena

set iap karakter tipograf i yang ditampilkanmenimbulkan persepsi berbeda berdasarkan gaya danbentuk hurufnya. Tipografi merupakan segala disiplinyang berkenaan dengan huruf (Rustan, 2011:16).

Di Indonesia seni menyusun huruf cetakrasanya masih sedikit ditemui pembahasannya, baiksecara sejarah masuknya t ipograf i maupunpenerapannya hingga masa kini. Tipografi seolahdipandang sebelah mata dalam desain komunikasivisual. Tidak jarang desainer-desainer grafis lebih

Page 2: MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN … · Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepada pembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah, bahwa apabila mau berkerjasama

72 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014

Jurnal Seni Budaya

mementingkan gambar dan ilustrasi, tipografi hanyamenjadi pendukung dan terakhir dipertimbangkankeberadaannya. Semestinya tipografi mempunyaiandil yang sangat besar dalam periklanan, karenamerupakan satu-satunya elemen layout yang dapatmenyampaikan pesan tanpa memberikan persepsiganda kepada pembaca.

Onomatopoeia yaitu bentuk sebuah lambangdari suara (Leanne Hinton et al., 1994: 8), dalam hal inijika berhubungan dengan tipografi dapat dikatakan bahwabentuknya adalah teks. Jenis tipografi onomatopeiasebenarnya tidak hanya sekedar menyampaikanbahasa lisan ke dalam bentuk huruf visual yang dapatdibaca melainkan juga menyampaikan karakter,perasaan, volume, kecepatan suara, dramatisasi danemosi dengan cara berelasi terhadap tanda-tanda disekelilingnya. Tipografi onomatopoeia pada ranahdesain komunikasi visual banyak dijumpai padakomik. Dalam komik tipografi onomateopoeia adadalam lingkup yang bernama phonogram.

Permasalahan yang terjadi ialah merangkaihuruf tipografi onomatopoeia dalam komik masihdipandang sebelah mata. Umumnya, komikus cenderungmementingkan karakter dan latar belakangnya daripadaefek suara sebagai penyampai bahasa verbal. Komikussangat jarang yang benar-benar mempertimbangkan efeksuara dalam komik dengan maraknya huruf digitalyang mudah didapat dari internet. Komikus cenderunghanya mengetikkan huruf yang tersedia tanpa harusmempertimbangkan kesan apa yang diperoleh darikarakter huruf tersebut.

Perkomikan nasional dewasa ini sangatjarang ditemui komik yang menyertakan tipografionomatopoeia secara manual, hampir keseluruhantipografi diketikkan dengan menggunakan font (hurufelektrik). Itu sebabnya komik “Tigan Ngasak Batavia”karya Bengkel Qomik dipilih sebagai studi kasus.Tipografi onomatopoeia dalam komik Tigan sangatberagam dan dibuat seluruhnya dengan teknik manual.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkankedalaman makna pada tipografi onomatopoeia komik“Tigan Ngasak Batavia” yang didekati dengan analisissemiotika Roland Barthes (denotatif dan konotatif).Didukung dengan pengelompokan sumber suara danpengelompokan efek suara dalam komik untukmemepermudah menganalisa. Secara keseluruanpenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola analisistipografi onomatopoeia dalam komik.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikanmanfaat dalam hal perkembangan komik di Indonesiapada umumnya, dan efisiensi tipografi onomatopoeiapada komik pada khususnya. Serta dapat

berkontribusi pada dunia ilmu pengetahuan dalam halbahasan dan kajian semiotika tipografi di Indonesiapada umumnya dan dalam tipografi onomatopoeiakomik khususnya.

Metode deskriptif kualitatif digunakan dalampenelitian ini yang di lakukan melalui proseswawancara, studi pustaka dan dokumentasi yangkemudian dianalisis menggunakan klasifikasi suaradan pendekatan semiotika Roland Barthes yaknidenotatif dan konotatif. Penelitian tersebut dipilihkarena melihat permasalahan yang sudah dirumuskanyaitu tipografi onomatopoeia pada komik “TiganNgasak Batavia” karangan Bengkel Qomik Surakartayang dianalisis dengan semiotika Roland Barthes.

B. Komik “Tigan Ngasak Batavia”

Pada tahun 2001 merupakan masa yangproduktif bagi Bengkel Qomik dalam industri komiknasional. Melalui komik yang berjudul “Tigan NgasakBatavia” Bengkel Qomik menjadi salah satu studiokomik yang diperhitungkan dalam kancah perkomikanNasional.

Awal diciptakannya komik “Tigan NgasakBatavia” adalah keinginan dari para anggota untukmengikuti ajang pameran komik Nasional yangbertajuk PKAN (Pameran Komik dan Animasi) yangdigelar di Jakarta tahun 2001.

Setelah melakukan brainstorming akhirnyaditentukan akan mengusung komik bergenre komedidengan alasan kurangnya komik komedi pada masaitu (tahun 2001) serta genre komedi dianggap akanmemudahkan pembaca dalam menerima informasi.Seluruh anggota dari Bengkel Qomik menyepakatiuntuk melakukan riset terhadap cerita komik yangakan dibuat yaitu “Tigan Ngasak Batavia”.

Pemilihan judul “Tigan Ngasak Batavia”sendiri mempunyai makna yaitu, kata Tigan diadobsidari bahasa jawa ngoko yakni Telu/Telon, kata Teludalam Telon diganti oleh kata Tiga menjadi Tigan yangmewakili peran lakon dalam komik ini yang terdiri daritiga orang yaitu Tugimin, Tulkija, dan Gendon. Tugiminmempunyai peran sebagai anak Lurah Sleman, ayahnyaadalah seorang mantan pasukan Mataram yang gagahberani. Namun Tugimin adalah anak yang pemalu,penakut dan berperawakan tubuh kecil. Berbedahalnya dengan Tulkija, ia merupakan seorang pria dariBantul yang berperawakan tinggi kurus namunpemberani dan badung. Sedangkan Gendonmerupakan seorang yang cinta damai, berbadangemuk, dan mempunyai kebiasaan minum.

Page 3: MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN … · Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepada pembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah, bahwa apabila mau berkerjasama

73Volume 12 Nomor 1, Juli 2014

Peter Ardhianto: Makna Tipografi Onomatopoeia pada Komik “Tigan Ngasak Batavia”

Kata Ngasak diambil dari bahasa jawa ngokoyang berarti memporak-poradakan atau menyerangdengan kasar. Batavia sendiri merupakan namasebuah tempat di bagian Barat Pulau Jawa yangsekarang menjadi Kota Jakarta, pada tahun 1628menjadi sasaran pasukan Mataram

Adapun crew yang terlibat dalam pembuatankomik “Tigan Ngasak Batavia” adalah sebagai berikut.

Editor : Agus MediSkrip Cerita : Suryo Adhi (Iyok)Storyboard : AndraSketsa : Karakter (Popo), Background

(Taufik)Tinta : Bobo, Agus, Santo, TonyLetter : Ryan, ErikCover : AgusPin up : Taufik, Popo, Bobo, Keke.

Alasan pemilihan cerita yang mengusungsejarah Mataram ialah semata-mata ingin mengangkatbudaya lokal yang sudah meredup pada tahun 2000-an. Pada saat itu industri komik banyak dikuasai olehkomik-komik asing terjemahan dan gaya manga yangmenjamur pada dunia perkomikan. Selain itu, kotaJakarta yang merupakan salah satu kiblatperkembangan komik lokal pada era 2000-an seolahmenjadi target sasaran yang harus ditaklukkan samaseperti saat penyerangan Mataram ke Batavia.

Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepadapembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah,bahwa apabila mau berkerjasama meskipun tanpakeahlian sebelumnya dan dari latar belakang yangberbeda maka setiap orang dapat bermanfaat sertaberguna bagi orang lain.

Komik “Tigan Ngasak Batavia” suksesmenjalani debut pertamanya yang diusung pada acaraPameran Komik dan Animasi Nasional (PKAN) diJakarta tahun 2001 dan mendapatkan predikat komikfavorit pada saat itu. Akhirnya komik tersebutdiproduksi lebih banyak oleh Bengkel Qomik dan mulaidiperjual-belikan pada tahun 2001 hingga tahun 2008.

Gambar 1. Karakter Tugimin dalam komik “TiganNgasak Batavia” hal. 3

Sumber: Suryo Adhi, 2014Gambar 2. Karakter Gendon dalam komik “Tigan

Ngasak Batavia” hal. 12. Sumber: Suryo Adhi, 2014

Gambar 3. Karakter Tulkija dalam komik “TiganNgasak Batavia” hal. 14. Sumber: Suryo Adhi, 2014

Page 4: MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN … · Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepada pembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah, bahwa apabila mau berkerjasama

74 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014

Jurnal Seni Budaya

Karakter kartun dipilih karena ingin mengubahpersepsi pembaca tentang komik Nusantara yangrealis. Bahasa tubuh dan keunikan dari karakter kartunjuga lebih mudah dimainkan untuk mendukung ceritakomedi di dalamnya. Mengingat tren komik padamasa itu adalah manga maka komik “Tigan NgasakBatavia” tidak ingin menggunakan gaya manga agardapat menarik perhatian pada saat komik inidipamerkan.

Gambar 4. Teks sebagai narasi dalam komik “TiganNgasak Batavia” hal. 1. Sumber: Suryo Adhi, 2014

Gambar 5. Fungsi Teks sebagai balon kata dan efeksuara dalam komik “Tigan Ngasak Batavia” hal. 4

Sumber: Suryo Adhi, 2014

Pada teks komik “Tigan Ngasak Batavia”difungsikan dengan maksimal yakni untuk narasi,balon kata, dan efek suara. Komikus inginmenekankan bahwa seluruh aspek dalam komikmerupakan bagian yang penting, termasuk teks yangdipandang sebelah mata oleh kebanyakan komikus.

Gambar 6. Panel yang dinamis dalam komik “TiganNgasak Batavia” hal. 2

Sumber: Suryo Adhi, 2014

Gambar 7. Tanda panah sebagai petunjukperpindahan panel dalam komik “Tigan Ngasak

Batavia” hal. 10. Sumber: Suryo Adhi, 2014

Panel pada komik “Tigan Ngasak Batavia”sangat dinamis, namun masih dapat dipahami olehpembacanya karena komikus memberikan tandapanah supaya pembaca dapat mengerti alur panelyang disajikan pada suatu halaman. Komikus dalamhal ini tidak membatasi jumlah panel dalam suatuhalaman, panel disesuaikan dengan pembabagancerita (Closure).

C. Visualitas Tipografi Onomatopoeia padaKomik “Tigan Ngasak Batavia”

Dalam ragam penerapan tipografi modernsekarang ini, definisi tipografi bukan lagi terletak padahuruf cetak. Tipografi sekarang mempunyai cakupanyang sangat luas, penerapannya sudah ada pada

Page 5: MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN … · Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepada pembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah, bahwa apabila mau berkerjasama

75Volume 12 Nomor 1, Juli 2014

Peter Ardhianto: Makna Tipografi Onomatopoeia pada Komik “Tigan Ngasak Batavia”

banyak media baik cetak maupun multimedia bahkanpada onomatope juga. Dapat disimpulkan bahwatipografi onomatopoeia merupakan efek suara yangdivisualkan dengan huruf dengan mempertimbangkanaspek-aspek grafis supaya makna pesan dapatlengkap tersampaikan.

Efek suara dalam komik berbeda pada efeksuara dalam fi lm. Pada fi lm penonton akanmenggunakan dua indera yaitu penglihatan danpendengaran serta mampu menawarkan pengalamancerita yang lebih banyak. Namun dalam komik,komikus harus dapat menggunakan satu indera yaitupenglihatan untuk menciptakan pengalam seperti film(Mc Cloud 2007: 146)

Pendapat Scot Mc Cloud mengenai tipografionomatopoeia dalam komik dibagi menjadi empatvariabel seperti: suara keras, warna nada, asosiasi,dan integrasi grafis. Fungsi dari efek suara dalamkomik ialah menjadikan cerita lebih hidup (Mc Cloud2007: 147).

Gambar 8. Efek suara dalam komikSumber: Scot McCloud (2007: 147)

Efek suara sering di jumpai untukmempertegas keadaan pada suatu bagian paneldengan alur cerita sebagai benang merahnya. Tidakdapat dipungkiri bahwa komik merupakan susunanelemen-elemen seperti karakter, balon kata,phonogram, ilustrasi, warna, dan frame. Bisa sajakomik dibuat tanpa menggunakan efek suara, komikIndonesia masa lampau misalnya hanyamengandalakan karakter tokoh, percakapan, narasidan setting latar belakangnya. Tentunya hal itu akan

terasa lain apabila ada efek suara dalam komiktersebut, pembaca akan lebih menikmati sensasiemosi dan volume berbicara maupun dramatisasisetting dalam suatu panel dengan adanya tipografionomatopoeia di dalamnya. Cerita secara keseluruhanakan lebih tersampaikan di benak pembaca jika benar-benar mempertimbangkan tipografi onomatopoeia didalamnya. Seperti halnya kita makan, tanpa sajianpembuka dan penutup kita bisa saja kenyang, tetapitidak terasa penuh, lengkap dan merasa benar-benarmakan.

Visual efek suara pada komik “Tigan NgasakBatavia” yang dianalisis dari keempat kategori di atas,dapat terlihat bahwa dari 26 halaman komik Tiganterdapat 19 halaman dan 58 panel yang di dalamnyaterdapat tipografi onomatopoeia. Dapat dikatakanberagam dikarenakan persebaran antar klasifikasicukup merata, yaitu pada klasifikasi pertama terdapat14 panel, diklasifikasi kedua terdapat 22 panel, padaklasifikasi ke tiga terdapat 13 panel, dan yang padaklasifikasi keempat ada 10 panel.

Pembagian kelas suara menggunakan teoriScot McCloud dapat ditarik kesimpulan bahwakomikus komik “Tigan Ngasak Batavia” benar-benarmempertimbangkan jenis huruf, besar dan kecilnya,maupun kata yang dipakai dalam suatu panel. Haltersebut dapat dilihat dari pembagian kelompok suarayang merata, hal itu juga menegaskan bahwakomikus memaksimalkan peran tipograf ionomatopoeia dalam komik dalam berbagai visualsuara.

D. Makna Tipografi Onomatopoeia pada Komik“Tigan Ngasak Batavia”

Teks mempunyai tugas yang kompleks dalammenyampaikan informasi, dalam komik tentu disadaribahwa hanya indera pengelihatan yang digunakanpembaca dalam melihat, mendengar, merasakan, menciumserta berinteraksi secara emosional dengan cerita yangdiusung. Maka teks harus benar-benar mampu membuatpembaca mengerti pesan yang ingin disampaikan.

Tipografi onomatopoeia merupakan salah satuelemen komik yang berupa teks yang mempunyaikompleksitas dalam tugasnya menyampaikan maknamelalui visualitasnya. Oleh karenanya, dalam penelitianini akan dipaparkan mengenai makna dari tipografionomatopoeia tersebut yang dikaji melalui analisis semiotikaRoland Barthes, yaitu denotatif dan konotatif untukmemperdalam bahasan tentang makna tersebut.

Roland Barthes membagi teori tanda menjadidenotasi dan konotasi. Menurut Barthes apa yang

Page 6: MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN … · Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepada pembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah, bahwa apabila mau berkerjasama

76 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014

Jurnal Seni Budaya

dikemukaan Saussure masih berada pada tanda yangberlaku umum, yang terkendali secara sosial. Inidisebutnya denotasi yang masih merupakan sistem tanda“sistem pertama”. Namun manusia menggunakan tandadengan dua kemungkinan lain pada apa yang disebutnyasebagai “sistem kedua”. Denotatif berati maknasebenarnya atau makna bawaan namun konotatifmerupakan makna kiasan atau asosiatif (Hoed, 2008:58).

Makna denotatif disebut makna yangreferensial sehingga memiliki pemaknaan yang lugas.Sedangkan konotasi adalah pemaknaan yangmengacu pada perasa atau pikiran yang timbul atauditimbulkan pada penerima (Sobur, 2004: 263).

Tipografi onomatopoeia yang ada pada komik“Tigan Ngasak Batavia” merupakan asli buatan tangandari crew Bengkel Qomik tanpa mengambil jenis hurufelektrik (font) pada program komputer. Hal ini menarikkarena kondisi komik pada masa itu sudahberkembang dengan komputerisasi namun crewBengkel Qomik tetap percaya bahwa onomatopoeia dapatmendongkrak pesan dan aksi komedi tokoh-tokoh dalamkomik. Berikut analisa tipografi onomatopoeia denganpendekatan semiotika denotatif dan konotatif RolandBarthes.

Gambar 9. Efek suara dalam komik “Tigan NgasakBatavia” hal. 1. Sumber: Dokumen Suryo Adhi (2014)

Makna denotatif tipografi onomatopoeia“UUEEEINGG...” merupakan tiruan dari suara bendayang merupakan peristiwa bunyi dari benda terbangdengan kecepatan tinggi. Pada visual di atas bendayang terbang melintas berwujud gantole. Huruf U, Edan G yang lebih dari satu huruf, diikuti oleh tiga titikdibelakang huruf terakhir yang memperkuat persepsipembaca sebagai suara dari benda yang terbangmelintas dari arah kanan ke arah kiri pembaca.

Secara konotatif tipografi onomatopoeia“UUEEEINGG...” yang dihadirkan di atas mengajakpembaca untuk memusatkan perhatian kepada paneltersebut sebagai awal pembukaan cerita, mengingatpesawat terbang yang terbang dengan kecepatan tinggidan terlihat oleh mata merupakan sesuatu yang masihmenarik perhatian. Pada panel di atas tipografionomatopoeia berfungsi dalam menghadirkan suasana

santai yang terlihat dari karater huruf yang digunakan,juga menerangkan setting waktu dan keadaan kepadapembaca dengan cara yang tidak kaku.

Gambar 10. Efek suara dalam komik “Tigan NgasakBatavia” hal. 4. Sumber: Dokumen Suryo Adhi (2014)

Makna denotatif tipografi onomatopoeia“WADAUUWW!!.” pada panel di atas adalah,merupakan ucapan bunyi dari orang berteriak, karenarasa kesakitan pada bagian kaki karena terinjak.

Secara konotatif efek suara di atas bermaknakaget, tidak menyangka bahwa hal tersebut akanmenimpa dirinya, namun kekagetan itu hanya bisadiekspresikan dengan teriakan kesaki tan“WADAUUWW!!”. Ucapan bunyi kesakitan tersebutmenunjukkan adegan bahwa seorang tokoh Tulkijaadalah korban pada satu situasi keramaian akibatsalah seorang tokoh (Tugimin) yang tidak berhati-hati,kata “WADAUUWW!!” yang divisualkan denganbentuk bergelombang dan dengan gradasi warna gelapterang, menyampaikan bahwa teriakan Tulkija sangatkuat dan keras membentuk gelombang suara yangkasar dan tidak beraturan.

Gambar 11. Efek suara dalam komik “Tigan NgasakBatavia” hal. 12. Sumber: Dokumen Suryo Adhi (2014)

Page 7: MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN … · Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepada pembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah, bahwa apabila mau berkerjasama

77Volume 12 Nomor 1, Juli 2014

Peter Ardhianto: Makna Tipografi Onomatopoeia pada Komik “Tigan Ngasak Batavia”

Makna denotatif tipografi onomatopoeia“GABRUS” merupakan imajinasi bunyi ungkapanmanusia yang dalam panel di atas menunjukkankekuatan dan berat badan tokoh Gendon yangmelebihi berat dan kuat se-ekor kuda. Dalam aplikasivisual di atas teks “GABRUS” yang disusun dari kecilke besar merupakan volume yang mengeras mengikutisumber suara dari kiri bawah dan volume membesarke kanan atas.

Makna konotatif dari efek suara di atas adalahmenyatakan ketidak mampuan kuda ketika dinaikioleh seorang tokoh (Gendon), dengan kekuatannyaGendon dapat menaklukan kuda hanya denganmenaikinya saja namun tetap tidak dapatmengendalikan dan menjalankan kuda. Hal inimenegaskan bahwa tanpa mengetahui cara yangbenar dan latihan maka tidak akan mudahmengendalikan seekor binatang. Pada panel di atastipografi onomatopoeia menjadi pendorong unsurkomedi, kata “GABRUS” yang biasanya digunakanuntuk mewakili hal yang negatif berubah menjadi halyang lucu dalam panel ini.

Gambar 12. Efek suara dalam komik “Tigan NgasakBatavia” hal. 16. Sumber: Dokumen Suryo Adhi (2014)

Makna denotatif tipografi onomatopoeia“SRUPUT SRUPUT SRUPUT” merupakan ucapanbunyi dari suara orang minum dengan perlahan darigelas, biasanya minuman panas yang mengharuskan

orang meminumnya dengan sedikit-sedikit denganmenggunakan ujung mulut, dalam kaitannya denganvisual pada panel di atas menyampaikan situasibahwa seorang tokoh (Tulkija) sedang menyodorkanujung mulutnya bukan untuk minum namun berusahauntuk sedikit mencium penjual jamu.

Makna konotatif yang terkandung dalam efekvisual di atas adalah penggunaan kata “SRUPUTSRUPUT SRUPUT” yang tidak pada tempatnya justrumenjadi senjata komikus untuk menyisipkan unsurkomedi, aktifitas yang sama antara meminum denganujung mulut dan aktifitas mencium yang juga denganujung mulut dapat menjadi jembatan tersampaikannyamaksud komikus terhadap pembaca. Tipografionomatopoeia yang diletakan ditengah-tengah Tulkijadan penjual jamu mempertegas situasi bahwa Tulkijasangat ingin mencium penjual jamu, kata “Sruput”yang diulang tiga kali dari atas ke bawahmenyampaikan pesan bahwa Tulkija berulangkaliberusaha menyodorkan ujung bibirnya pada wajahgadis penjual jamu.

Gambar 13. Efek suara dalam komik “Tigan NgasakBatavia” hal. 23. Sumber: Dokumen Suryo Adhi (2014)

Makna denotatif tipografi onomatopoeia“KYUT! KYUT!” merupakan peristiwa bunyi dari suaraberdecit yang dalam visual di atas adalah manandakanPanglima sedang menulis pada papan tulis white boarddengan spidol.

Page 8: MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN … · Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepada pembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah, bahwa apabila mau berkerjasama

78 Volume 12 Nomor 1, Juli 2014

Jurnal Seni Budaya

Secara konotatif merupakan aktifitas yangserius seorang tokoh (Panglima) dalam menulis padapapan tulis white board juga merupakan strategikomikus untuk tidak membawa persepsi pembacayang berada pada era 2000-an yang sudah mengenalpapan tulis white board tetap berpersepsi samatentang apa yang dilakukan Panglima, padahal padatahun 1628 papan tulis white board belum ditemukan.Hal ini dilakukan sebagai upaya menceritakan suatukondisi namun tidak memperumit persepsi pembaca.Tipografi onomatopoeia dalam panel di atas berfungsisebagai penunjang gambar, yang memudahkanpembaca untuk mengerti bahwa Panglima sedangmenulis dan menggerakkan spidol pada papan, sertamenjadi penunjang unsur komedi yang berkerjasamadengan gambar.

Gambar 14. Efek suara dalam komik “Tigan NgasakBatavia” hal. 25. Sumber: Dokumen Suryo Adhi (2014)

Makna denotatif tipografi onomatopoeia“NGeRi” “HuoRe!” “SiP” pada panel di atas secarakeseluruhan merupakan penjelasan dari situasikeramaian yang di dalamnya terdapat ekspresikegembiraan dari banyak orang. Kata “NGeRi” di atasmerupakan ucapan dari suara manusia, jugamerupakan ekspresi kekaguman terhadap suatu hal.“HuoRe!” merupakan ucapan dari suara manusia,yang menandakan ekspresi kegembiraan atauperayaan terhadap suatu keberhasilan, dalam visual

di atas merupakan penuturan yang bersemangat dansangat gembira yang divisualkan dengan tambahanhuruf “u” dalam kata “HuoRe!”. Kata “SiP” merupakanucapan dari suara manusia yang melambangkanungkapan baik, puas, benar atau setuju.

Secara konotatif tipografi onomatopoeia yangada pada panel di atas merupakan ungkapan rasasyukur dan kebahagian yang secara spontandiucapkan rakyat Mataram untuk mendukung suatuhal yang dianggap baik dan membawa suatukeuntungan pada mereka. Dalam panel ini komikusingin menyampaikan pesan kekompakan dandukungan yang positif rakyat Mataram pada suatuhal yang sedang akan diperjuangkan yakni mengambilalih Batavia dari tangan VOC, juga merupakan suatubekal yang baik bagi para prajurit Mataram yang akanmelaksanan misinya. Tipografi onomatopoeia dalam panelini dimanfaatkan untuk menggantikan balon kata dannarasi, sehingga mempunyai tugas yang kompleksdalam menyampaikan suasana riang gembira padasaat terakhir akan diberangkatkannya para anggotawajib militer yang akan bertempur di Batavia.

E. Kesimpulan

Sangat jarang di jumpai komik yangmenggunakan tipografi onomatopoeia dengan teknikmanual, banyaknya huruf elektrik pada komputerisasisekarang sering menjadi jebakan bagi komikus dalamberkarya. Komik “Tigan Ngasak Batavia” merupakansalah satu komik yang t idak terjebak padakemudahan dan banyaknya fasilitas dalam berkarya,dari kajian ini dapat dilihat bahwa para seniman komik“Tigan Ngasak Batavia” masih percaya bahwa tipografionomatopoeia merupakan suatu perwajahan bunyi yangkompleks dan huruf mempunyai kapasaitas untukmenggambarkannya, oleh karenanya tipografionomatopoeia dalam komik “Tigan Ngasak Batavia” dibuatsecara manual.

Setelah membedah tipografi onomatopoeia dalamkomik “Tigan Ngasak Batavia” dengan teori Scot Mc Cloudtentang efek suara dalam komik dapat dilihat bahwapara komikus “Tigan Ngasak Batavia” mengerti akankonsepsi klasifikasi Mc Cloud, dengan banyaknyaefek suara dalam komik tersebut serta beragamnyaekspresi dan perwakilan bunyi yang dibuat parakomikus untuk menjadi bagian penting dari komik “TiganNgasak Batavia”.

Tidak semua efek bunyi yang dihadirkan padakomik “Tigan Ngasak Batavia” merupakan bunyisesungguhnya, komik ini justru dapatmempertahankan genre komedi yang diusung, dan

Page 9: MAKNA TIPOGRAFI ONOMATOPOEIA PADA KOMIK “TIGAN … · Nilai filosofi yang ingin diutarakan kepada pembaca dari ketiga tokoh dalam komik ini adalah, bahwa apabila mau berkerjasama

79Volume 12 Nomor 1, Juli 2014

Peter Ardhianto: Makna Tipografi Onomatopoeia pada Komik “Tigan Ngasak Batavia”

ketidak selarasan bunyi dengan visualnya menjadisenjata ampuh untuk meredam kegentingan dankeseriusan pada gambar yang dihadirkan. Sehinggapersepsi pembaca dapat menangkap unsur komedipada setiap panel yang dihadirkan oleh karenatipografi onomatopoeianya.

Tipografi onomatopoeia pada komik “TiganNgasak Batavia” membuktikan kekuatanya sebagaibagian dari teks pada sebuah komik, huruf yangselama ini tekenal hanya berfungsi sebagai pelengkapdalam komik seperti mengeluarkan segenapkesaktiannya apabila melihat dan menganalisa komik“Tigan Ngasak Batavia” dari prespektif semiotika.Selain itu, tipografi onomatopoeia berperan sangatkompleks dalam komik Tigan dan dapat dikatakanmenjadi ujung tombak dalam unsur komedi. Olehkarenanya banyak sekali tipografi onomatopoeia yangdigunakan dalam komik ini.

Tujuan utama tipografi onomatopoeia dalamkomik adalah membuat pembaca dapat mendengardengan indera penglihatan, dan dapat dikatakankonsepsi mengenai hal di atas dapat terpenuhi dalamkomik “Tigan Ngasak Batavia” yang berhasilmenggabungkan teks dan gambar dengan baik.

KEPUSTAKAAN

Hinton, Leanne et.al. 1994. Sound Symbolysm. NewYork: Cambridge University Press.

Hoed, Benny H. 2008. Semiotik dan Dinamika SosialBudaya. Depok: Fakultas Ilmu PengetahuanBudaya (FIB) UI.

McCloud, Scott. 2007. Membuat Komik. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

McCloud, Scott. 2001. Memahami Komik. Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia.

Rustan, Surianto. 2011. Huruf Font Tipografi. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Qomic, Bengkel. 2001. Tigan Ngasak Batavia.Surakarta: Bengkel Qomic.

Narasumber:

Suryo Adhi (34), komikus dan ilustrator BengkelQomik, Jl. Dr Ciptomangunkusumo No. 51Surakarta.