PDT timoma

Embed Size (px)

Citation preview

Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Timoma Di Rumah Sakit Persahabatan Tahun 2007Elisna Syahruddin: Ahmad Hudoyo*, Anwar Jusuf*, Aziza G Ikhsan*: Agung W~bawanto**, lsmid D Busroh*: Junfarti Arsanus*: Heriawaty Hidayat"* DepartemenPulmonologi dan llmu Kedokteran Resp~rasi FKUl - RS PersahabatanJakarta

** Tim Onkoloai Toraks RS Persahabatan. Jakarta

PENDAHULUAN Tumor mediastinum menunjukkan kecenderungan meningkat di RS Persahabatan dengan jenis beragam dan hampirsemua jenis jinak maupun ganas dapat didiagnosis dan diterapi. Tumor mediastinum jenis ganas yang sering ditemukan antara lain timoma, seminoma, sel germinal, teratoma, tumor neurogenik dan iimfoma. Tumor mediastinum ganas sangat jarang didiagnosis pada saat ukuran tumor masih kecil, ha1ini disebabkan anatomi rongga medlastinumsendiri yang memberikan peluang tumor untuk terus tumbuh membesar tanpa keluhan klinis. Hal itu juga menjadi penyebab jarangnya timoma terdlagnosis ketika masih dalam stage Iatau II. Gejala yang menyebabkan penderita timoma datang biasanya setelah muncul masalah klinis yang berat akibat penekanan dan atau invasi tumor ke organ sekitar bahkan kegawatanseperti sindrom vena kava superior (SVKS) dan krisis miastenia (myasthenia crisis). Diagnosis timoma tidak terlalu rumit dan hampir serupa dengan prosedur diagnosis untuk kanker paru. Penatalaksanaan timoma tergantung juga prognosisnya. Kesulitan pada stage, dem~kian tlmbul jika timoma disertai miastenia gravls. Penatalaksanaan timoma dengan miastenia gravis perlu dilakukan khusus karena kesulitan yang dapat ditimbulkannya pascabedah dan penatalaksanaan lanjut setelah terap~utama timoma (bedah +/kemoterapi dan radioterapi) telah dilakukan.~

itu yang dapat tumbuh jinak (noninvasif) atau ganas (invasif). Malignant Thymoma atau timoma ganas adalah tumor primer timus dan didiagnosis dengan ditemukannya sel kanker pada jaringan t h u s (selanjutnyayang dimaksud timoma adalah timoma ganas).

Timoma merupakan kasus yang jarang jika dibandingkan dengan keganasan lainnya tetapi merupakan keganasan yang banyak ditemukan diantara tumor mediastinum. Timoma biasanya muncul pada usia produktif atau dewasa muda, lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Belum ada data yang memperlihatkan risiko etnis tertentu dengan munculnya timoma, tetapi beberapa kasus memperlihatkan riwayat yang sama dalam salah satu keluarga terdekatnya. Di RS Persahabatan dari tahun 2003-2005 dapat didiagnosis lebih dari 30 kasus tumor mediastinum dan jenis terbanyak adalah timoma. Koreiasi timoma dengan miastenia g r a m sangat erat. Di Amerika Serikat tercatat 14 kasus miasteniagravis per 100.000 penduduk. Laporan dari Jepang mendapatkan 24,8% miastenia gravis pada 270 kasus timomadan laporan lain menyebutkan 10% kasus miastenia gravis ternyata juga ditemukan dengan timoma dan diperkirakan lebih setengah dari seluruh kasus timoma akan mempunyai miastenia gravis. Hasil peneiitian lain melaporkan sekitar 47% kasus timoma dengan miastenia gravis. DIAGNOSIS

Timoma adalah neoplasma epitel timus dan merupakan neoplasma yang sering pada tumor mediastinum anterior. Timus adalah organ yang berperan dalam sistim imun yaitu memproduksi sel T. Timus mempunyai dua tipe sel yaitu epitelial dan limfolitik. Timoma dapat timbul pada kedua tipe sel

Diagnosistimoma memerlukan keterlibatan multidisiplin yaitu dokter spesialis paru, radiologi, patalogi anatomi, neurologi, bedah toraks dan spesialis keganasan darah. Beberapa prosedur diagnosis dibutuhkan untuk menegakkan diagnosisJ Respir lndo

Vol. 27, No. 4, Ohtober 2007

231

pasti yaitu memastikanjenis sel dan stage penyakit sehingga pilihan pengobatantepat. Pemeriksaan fisis Secara umum anamnesis tidak mampu memberikan informasi spesifik untuk membedakan timoma dengan jenis lain dalam kelompok tumor mediast.'num. Lebih dari 30% kasus timoma tidak memberikan gejala khas demikian juga dengan pemeriksaan fisis. Temuan yang tidak normal pada pemeriksaan fisis hanya dapat dikaitkan dengan besar ukuran tumor, lokasi dan gangguan yang ditimbulkannya. Keluhan yang sering ditemukan antara lain : Batuk Sesaknapas Nyeri dada kalau menar~k napas dalam Gangguan menelan Suara serak Benjolan di leher atau di sekitar sternum

ke organ sekitar dan melihat terjadinya metastasis akibat penyebaran melalui darah atau limfe di paru. MRI memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan CT dalam ha1 penentuan telah atau belum terjadi invasi pada pembuiuh darah, pleura atau paru. Prosedur lnvasif Bronkoskopi dapat memperkuat dugaan ke arah timoma jika penampakan bronkoskopi adalah stenosis kompresi dari arah tumor, lesi infiltratif didapat jika telah terjadi invasi timoma ke saluran napas. Transthoracal needle aspiration tanpa atau denaan tuntunan CT di rumah sakit Persahabatan memberikan nilai akurasi yang cukup tinggi. Jika oleh karena berbagai kendala diagnosis pasti belum dapat ditegakkan,-maka dapat hiiakukan VATS atau torakotomi eksplorasi.

. . . . .

-

Batuk dan gangguan menelan adalah gejala yang palingPseringd~keluhkanterutama bila telah terjadi penekanan pada saluran napas besar atau edema esofagus. Peningkatan vena jugularis dan venektasi adalah tanda yang sering didapat sebagai bagian dari SVKS yang sering terjadi pada tumor mediastinum dan tumor paru sentral. Gejala khas yang mengarah ke timoma yaitu bila ada kecurigaan terjadinya miastenia gravis misalnya gangguan menelan, suara serak dan lemah pada otot tertentu. Semua keluhan bersifat episodik yang akan menghilang setelah penderita istirahat. Tanda lain yang berhubungan dengan miastenia gravis antara lain diplopia dan kelopak mata yang jatuh. Imaging Foto toraks PA dan lateral akan memperlihatkan gambaran massa di daerah mediastinum atau tumor mediastinum dengan pinggir licin dan kadang tampak kalsifikasi. Kesulitannya adalah jika ukuran tumor besar atau telah terjadi invasi ke organ sekitarnya misalnya paru atau jantung dan bahkan dengan efusi pleura, maka agak sulit memastikan apakah gambaran tumor mediastinum atau tumor paru. CT-scan toraks dengan kontras akan dapat memberikan gambaran lebih akurat daripada foto toraks. Lokasi timoma banyak ditemukan di mediastinum superior anterior. CT-Scan dapat memprediksi invasi tumor ke kapsul, jaringan lemak

Patalogi anatomi Diagnosis pasti timoma ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan patologi anatomi dari spesimen yang diambil. Timoma terdiri dari berbagai jenis, sesuai dengan klasifikasi WHO timoma dibagi atas : TipeA : medular, sel timoma bentukspindleatau oval. Tipe AB : (tipe campuran) jika bentuknya kombinasi sel pada tipe A dan B. Tipe B : tampak dendritic atau epitheiioid. Berdasarkan peningkatan rasio epithelial . lymphocyte dan emergence of atypia dari sel neoplastiknya maka tipe B dibagi menjadi B1,B2 dan 83. - Tipe B1 : predominan kortikal, kaya limfosit, limfolitik,timoma organoid. - Tipe 82 : kortikal. Tipe 83 : epitelial skuamosa, timomaatipik, well differentiatedkarsinoma timik. Tipe C : karsinoma timik (thymic carcinoma)

.

.

-

.

Tim Onkologi Paru RS Persahabatan membagi timoma berdasarkan subtipe histologik epitel timik yaitu : Timoma medular. Timoma campuran (mixed thymoma). Timoma tipe predominan kortikal. Timoma kortikal. Karsinoma timik berdiferensiasi baik. Lain-lain (subtipe yang jarang ditemukan).

. . . . ..

dilakukan pembedahan. Kemoterapi adjuvan untuk timoma stage Ill yang dibedah diberikan 2 minggu pascabedah dan syarat-sprat kemoterapi telah terpenuhi. Kemoterapi paliatif untuk stage IV diberikan sesegera mungkin dan selanjutnya akan dilakukan debulkingjika memungkinkan. Kemoterapi diberikan setiap 4 minggu (28 hari) dan maksimal 6 siklus dengan evaluasi setelah pemberian 2 siklus (respons objektif) dengan fOt0 toraks dan dengan CT-scan setelah pemberian kemoterapi 3 siklus. Respons subjektif dan toksisiti hendaknya tercatat dalam rekam medik pasien. Kombinasi kemoterapi dan terapi diberikan secara sekuensial karena tlngginya efek samping masing-masing tinbakan. Paduan obat (rejimen) kemoterapi untuk timoma ada beberapa, antara lain rejimen sisplatin + doksorubisin + siklofosfamid, rejimen sisplatin + etoposid (PE), rejirnen etoposid + ifosfamid + sisplatin (VIP) atau doksorubisrn + sisplatin + vinkristin + Siklofosfamid (ADOC).

Prognosis lebih baik pada penderita yang menjalani timornektomi. Tindakan lain adalah dengan memberikan obat-obatan. Pemberian obat untuk miastenia gravis merupakan terapi jangka panjang dan bahkan seumur hidup. Obat-obatan yang digunakan antara lain golongan aminoglikosida atau antikolinesterase. Steroid dapat diberikan pada penderitayang mempunyai respons buruk terhadap antikolinesterase. Di RS Persahabatan piridostigmin drberikan sebagai terapi oral untuk reaksi rniastenia atau miastenia gravis. MlASTENlA GRAVIS PENYULIT PENATALAKSANAANTIMOMA PADA

Karqa tingginya prevalens miastenia gravis pada tirnoma, maka pasien timoma harm dikonsulkan ke dokter spesialis syaraf pada Saat pertama tirnbul dugaan timoma sehingga dapat dilakukan pemeriksaan klinis dan uji yang spesifik untuk miastenia gravis. Gejala dan tanda Mistenia gravis dapat hanya timbul satu atau gabungan dari ptosis, diplopia, gangguan mengunyah, suara serak, gangguan rnenelan, gangguan pernapasan, kelemahan yang diakibatkan oleh kelemahan otot setempat dan biasanya dengan istirahat dalam waktu tertentu gejala menghilang. Diagnosfs Diagnosis miastenia gravis dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaanantam lain meiakukan uji konfirmasi yaitu dengan melihat respons pemberian short-acting anticholinesterase, tensjlon test (respons pemberian rapid acting obat yang diberikan secara intravena), biopsi otot atau pengukuran kadar achetylcholjne reseptor di serum penderita. Di RS Persahabatandiagnosis miastenia gravis ditegakkan dengan melakukan EMG dan Harvey-Masiand Uji yang dapat menyimpulkan hasil negatif, reaksi miastenia dan hasil positif. Pengobatan Timomektorni sebaiknya dilakukan terutama pada penderita dengan umur kurang dari 60 tahun.

Karena tingginya prevalens miasteniagravls pada timoma, maka pasien tirnoma harus dikonsulkan ke dokter spesialrs saraf pada saat pertama t~mbul dugaan t ~ m o m asehingga dapat dilakukan pemeriksaan klinis dan uji spesifik untuk miastenia gravis. Secara klinis gejala dan tanda mistenia gravis dapat ditemukan pada pemeriksaan fisis misalnya ptosis, diplopia, gangguan rnengunyah,suaraserak, gangguan menelan, gangguan pernapasan, kelemahan yang diakibatkan oleh kelemahan otot setempat dan biasanya dengan istirahat dalam waktu tertentu gejala rnenghilang. Diagnosis miastenia gravis dapat dilakukan dengan beberapapemeriksaan antara lain melakukan ujl konfirmasi yaitu dengan melihat respons pemberian short-acting anticholinesterase, tensilon test (respons pemberian rapid acting obat yang diberikan secara intravena), biopsl otot atau pengukuran level achstylchohne reseptor di serum penderita. Di RS Persahabatan diagnosis rniastenia gravis dengan melakukan EMG dan uji Harvey-Masland yang dapat menyimpulkan hasil negatif, rerata rniastenia dan hasil positif. Pemberian piridostigmin 2 x 60 mg per oral dan plasmafarese harus dilakukan sebelum pembedahan untuk mencegah kelemahan otot otot pernapasan pascabedah yang dapat menyebabkan pembebasan pasien dari ventilator terganggu. Penatalaksanaantimoma dengan atau tanpa miastenia gravis telah didiskusikan oleh anggotaTm Onkologi Toraks RS Persahabatan, Pokja Kanker Paru Perhimpunandokter paru Indonesia(PDPI) dan lndonesla Association for Study of Lung Cancer (InSCLC) sebanyak 2 kali yaitu pada acara PIPKRA Februari 2007 dan menjadi konsensus pada pertemuan di Ball Juni 2007. Hasil konsensus Bali 2007 dipublikasl secara terpisah.