View
258
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 1/18
1. Memahami dan Menjelaskan Reaksi Hipersensivitas
1.1 DefinisiReaksi hipersensivitas adalah respons dari peradangan dan imun yang
abnormal, berlebihan pada antigen. Antigen ini yang menimbilkan respons yang
disebut allergen. Allergen menimbulkan respons yag berbeda, bergantung
predisposisi genetic seseorang terhadap respons yang berlebihan.
1.2 Klasifikasi
1.2.1 Hipersentivitas Tipe 1
Diketahui juga sebagai hipersentivitas anafilaktik atau atopi.
Reaksi yang ditimbulkan, meliputi:
Atopi,Merupakan reaksi hipersensitivitas yang paling umum. Biasa disebut dengan
alergi. Berikut merupakan reaksi yang terjadi:
o
Kulit (urticaria and eczema),o Mata (conjunctivitis),
o Nasopharynx (rhinorrhea, rhinitis),
o
Jaringan bronchopulmonary (asthma) and
o Saluran gastrointestinal (gastroenteritis)
Banyak tipe antigen atau allergen dapat menimbulkan status hipersensivitas
pada individu yang rentan. Yang paling umum adalah allergen lingkungan, (serbuk
sari, rontokan rambut atau bulu, makanan, gigitan serangga, dan agens pembersih
rumah).
Penyakit yang ditimbulkan:
o
Demam jerami (hay fever)
o Urtikaria (hives)
o
Asma
o Eczema atopic
Reaksi anafilaksis
o
Respons IgE sel mast cepat setelah pajanan ke suatu antigen dan individu
sangat peka terhadapnya.
o Dapat terjadi dilatasi seluruh system pembuluh darah akibat histamine
sehingga tekanan darah kolaps.
o
Penurunan hebat tekanan darah sistemik selama reaksi anafilaktik disebutsyok anafilaktik.
o Anafilaksis sebagai respons terhadap:
Beberapa obat, misalnya penicillin
Sengatan lebah
Dapat bersifat fatal pada orang yang sangat peka karena dapat terjadi kolaps
sirkulasi atau gagal napas,
o Gejala reaksi anafilaktik
Gatal
Kram abdomen
Kemerahan kulit Gangguan saluran cerna
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 2/18
Kesulitan bernapas
Dapat bersifat fatal pada orang yang sangat peka karena dapat
terjadi kolaps sirkulasi atau gagal napas,
Reaksi yang ditimbulkan bisa menyebabkan berbagai macam reaksi,
dari yang kecil hingga kematian. Reaksi ini memakan waktu 15-30 menit dariwaktu yang dibutuhkan untuk pajanan pertama, terkadang bisa mencapai 10-12
jam.
Mekanisme
Hipersensitivitas tipe satu, atau sering disebut alergi, merupakan alergi
dari aktivasi TH2 subset dari CD4+ sel T helper oleh antigen lingkungan, yang
menyebabkan terjadinya produksi antibody IgE, dan menempel kepada sel
mast. Saat molekul IgE terikat dengan antigen (allergen), sel mast dipicu
untuk melepas mediator yang secara sementara mempengaruhi permeabilitas
pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi otot polos pada berbagai organtubuh, dan yang juga dapat merangsang peradangan lebih lama (reaksi akhir-
fase).
Aktivasi sel TH2 dan
produksi antibody IgE.Allergen masuk kedalam
tubuh bisa melalui inhalasi,
ingesti atau injeksi. Faktor-
faktor yang berkontribusi
dalam respon TH2 yang kuat
terhadap allergen adalah
termasuk port d’entry, dosis,
dan paparan antigen yang
kronis, dan factor genetic dari
sel host.
1.2.2 Hipersensitivitas tipe 2
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 3/18
Reaksi hipersensitivitas tipe II atau sitotoksik atau sitoliktik terjadi akibat di
bentuk antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen IgM yang merupakan bagian sel
pejamu. Reaksi.diawali oleh reaksi terhadap antibodi dan determinan antigen yangb
merupakan bagian dari membran sel tergantung apakah komplemen atau molekul
asesori dan metobholisme sel dilihatkan.
Reaksi sitotoksik lebih tepat mengingat reaaksi oleh lisis bukan efek toksik.Antibodi tersbut dapaat mengaktifkan sel yang memilik reseptor Fcy-R dan Juga sel NK
yang dapat berperan sebagai sel efecktor dan menimbulkan kerusakan melalui ADCC.
Reaksi tipe II mengambarkan dan menunjukkan manisfestasi klinik.
(KarnenGarna Baratwidjaja IrisRengganis :Imunologi Dasar,Edisi 10 ,2012)
Mekanisme reaksi Hipersensitivitas tipe II
Pada hipersensitivitas tipe II ,antibodi yang ditunjukkan kepada antigen
permukaan sel ataubjaringan berinteraksi dengan komplemen dan berbagai jenis sel
efektor .untuk merusak sel sasasaran .Setelah antibodi melekat pada permukaaansel,antibodi akan mengikata dan mengaktivasi komplemen C1 komplemen
Konsekuensinya adalah ;
Fragmen Komplemen (C3a dan C5a) yang dihasilkan oleh aktivasi komplemen akan
menarik makrofag dan dan PMN ke tempat tersebut, sekaligus menstimulasi sel
mastosit dan basofil untuk memproduksi molekul yang menarik dan mengaktifasi sel
efektor lain.
Aktifasi jalur klasik komplemen mengakibatkan deposisi C3b,C3bi dan C3D pada
membran sel sasaran
Aktivasi jalur klasik dan jalur litik menghasilkan C5b-9 yang merupakan membranattack complex (MAC) yang kemudian menancap pada membran sel.
Sel sel efektor ,yaitu makrofag , neutrofil, eosinofil.dan sel NK,.Berikatan
pada komplekx antibodi melalui reseptpr Fc atau berikatan dengan komponen
komplemen yang melekat pada permukaan sel tersebut.Pengikatan antibodi pada
reseptor Fc merangsang fagosit untuk memproduksi lebih banyak leukotrien dan
plostraglandin ,yang merupakan molekul molekul yang berperan pada rewspon
inflamasi .Sel sel efektor yang telah terikat kuat pada membaran sel sasaran .
(Siti Boedina Kresno ; Diagnosis dan prosedur
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 4/18
Tipe II – Hipersensitifitas Sitotoksik
Antigen yang terikat pada permukaan sel bereaksi dengan antibodi (misalnya reaksi
hemaglutinasi dan hemolisis) dan menyebabkan :
1.
Fagositosis sel itu melalui proses Opsonic Adherence (Fc) atau Immune adeherens (C3).
2. Reaksi sitotoksik ekstraseluler oleh sel K ( Killler Cell ) yang mempunyai reseptor untuk
IgFc.
3. Lisis sel karena bekerjanya seluruh sistem komplemen.
Antibodi (IgG atau IgM) melekat pada atigen lewat daerah Fab dan bekerja sebagai
suatu jembatan ke komplemen lewat daerah Fc. Akibatnya dapat terjadi lisis yang
berperantara-komplemen, seperti yang terjadi pada anemia hemolitik, reaksi transfusi
darah atau penyakit Inkompabilitas hemolitik Rhesus, transplantasi jaringan, reaksi
auto-imun ( Autoimmune reaction) dan reaksi obat.
GAMBARAN KLINIK
Hipersensitivitas Tipe 2: Sitotoksik
Reaksi transfusi
Sejumlah besar protein dan glikoprotein pada membran SDM disandi oleh
berbagai gen. Bila darah individu golongan darah A mendapat transfusi golongan
B terjadi reaksi transfusi, oleh karena anti B isohemaglutinin berikatan dengan sel
darah B yang menimbulkan kerusakan darah direk oleh hemolisis masif
intravaskular. Reaksi dapat cepat atau lambat. Reaksi cepat biasanya disebabkan
oleh inkompatibilitas golongan darah ABO yang dipacu oleh IgM. Dalam
beberapa jam hemoglobin bebas dapat ditemukan dalam plasma dan disaring
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 5/18
melalui ginjal dan menimbulkan hemoglobinuria. Beberapa hemoglobin diubah
menjadi bilirubin yang pada kadar tinggi bersifat toksik. Gejala khasnya berupa
demam, menggigil, nausea, bekuan dalam pembuluh darah, nyeri pinggang bawah
dan hemoglobinuria.
Reaksi transfusi darah yang lambat terjadi pada mereka yang pernah mendapattransfusi berulang dengan darah yang kompatibel ABO namun inkompatibel
dengan golongan darah lainnya. Reaksi terjadi 2 sampai 6 hari setelah transfusi.
Darah yang ditransfusikan memacu pembentukan IgG terhadap berbagai antigen
membran golongan darah, tersering adalah golongan Rhesus, Kidd, Kell, dan
Duffy .
Tiga Mekanisme Utama Hipersensitivitas Tipe II
Hemolytic diseases of the newborn (HDN)
Terjadi ketidaksesuaian faktor Rhesus (Rhesus incompatibility) dimana anti-D
IgG yang berasal dari ibu menembus plasenta dan masuk ke dalam sirkulasi darah
janin dan melapisi permukaan eritrosi janin kemudian mencetuskan reaksi
hipersensitivitas tipe II. HDN terjadi apabila seorang ibu memiliki Rhesus negatif
dan mempunyai janin dengan Rhesus positif. Sensitisasi pada ibu umumnya
terjadi pada saat persalinan pertama, karena itu HDN umumnya tidak timbul pada
bayi pertama. Baru pada kehamilan berikutnya, limfosit ibu akan membentuk
anti-D IgG yang dapat menembus placenta dan mengadakan interaksi denganfaktor rhesus pada permukaan eritrosit janin (eritroblastosis fetalis).
Anemia hemolitik
Antibiotika tertentu seperti penisilin, sefalosporin, dan streptomisin dapat diabsorpsi
nonspesifik pada protein membran SDM yang membentuk kompleks serupa
kompleks molekul hapten pembawa. Pada beberapa yang membentuk antibodi yang
selanjutnya mengikat obat pada SDM dan dengan Bantuan komplemen dapat
menimbulkan lisis. Dengan dan anemia progresif.
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 6/18
1.2.3. Hipersensitivitas tipe 3
4.1. DefinisiReaksi hipersensitivitas tipe III atau yang disebut juga reaksi kompleks imun adalah
reaksi imun tubuh yang melibatkan kompleks imun yang kemudian mengaktifkan
komplemen sehingga terbentuklah respons inflamasi melalui infiltrasi masif neutrofil.
4.2. MekanismeDalam keadaan normal, kompleks imun yang terbentuk akan diikat dan diangkut oleh
eritrosit ke hati, limpa dan paru untuk dimusnahkan oleh sel fagosit dan PMN.
Kompleks imun yang besar akan mudah untuk di musnahkan oleh makrofag hati.
Namun, yang menjadi masalah pada reaksi hipersensitivitas tipe III adalah kompleks
imun kecil yang tidak bisa atau sulit dimusnahkan yang kemudian mengendap di
pembuluh darah atau jaringan.
1. Komleks Imun Mengendap di Dinding Pembuluh Darah
Makrofag yang diaktifkan kadang belum dapat menyingkirkan kompleks imun
sehingga makrofag dirangsang terus menerus untuk melepas berbagai bahan yang dapat
merusak jaringan. Kompleks yang terjadi dapat menimbulkan: Agregasi trombosit
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 7/18
Aktivasi makrofag
Perubahan permeabilitas vaskuler
Aktivasi sel mast
Produksi dan pelepasan mediator inflamasi
Pelepasan bahan kemotaksis
Influks neutrofil
2. Kompleks Imun Mengendap di Jaringan
Hal yang memungkinkan kompleks imun mengendap di jaringan adalah ukuran
kompleks imun yang kecil dan permeabilitas vaskuler yang meningkat. Hal tersebut
terjadi karena histamin yang dilepas oleh sel mast.
4.3. Gambaran KlinikReaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh hipersensitivitas tipe III memiliki dua bentuk reaksi,
yaitu lokal dan sistemik.
A.
Reaksi Lokal atau Fenomena Arthus
Pada mulanya, Arthus menyuntikkan serum kuda ke kelinci secara berulang di tempat
yang sama. Dalam waktu 2-4 jam, terdapat eritema ringan dan edem pada kelinci.
Lalu setelah sekitar 5-6 suntikan, terdapat perdarahan dan nekrosis di tempat
suntikan. Hal tersebut adalah fenomena Arthus yang merupakan bentuk reaksi
kompleks imun. Antibodi yang ditemukan adalah presipitin. Reaksi Arthus dalam
kilinis dapat berupa vaskulitis dengan nekrosis.
Mekanisme pada reaksi arthus adalah sebaga berikut:
1.
Neutrofil menempel pada endotel vaskular kemudian bermigrasi ke jaringantempat kompleks imun diendapkan. Reaksi yang timbul yaitu berupa
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 8/18
pengumpulan cairan di jaringan (edema) dan sel darah merah (eritema) sampai
nekrosis.
2.
C3a dan C5a yag terbentuk saat aktivasi komplemen meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah sehingga memperparah edema. C3a dan C5a juga bekerja sebagai
faktor kemotaktik sehingga menarik neutrofil dan trombosit ke tempat reaksi.
Neutrofil dan trombosit ini kemudian menimbulkan statis dan obstruksi total
aliran darah.
3.
Neutrofil akan memakan kompleks imun kemudian akan melepas bahan-bahan
seperti protease, kolagenase dan bahan-bahan vasoaktif bersama trombosit
sehingga akan menyebabkan perdarahan yang disertai nekrosis jaringan setempat.
B.
Reaksi Sistemik atau Serum Sickness
Antibodi yang berperan dalam reaksi ini adalah IgG atau IgM dengan mekanisme
sebagai berikut:
1. Komplemen yang telah teraktivasi melepaskan anafilatoksin (C3a dan C5a) yang
memacu sel mast dan basofil melepas histamin.
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 9/18
2. Kompleks imun lebih mudah diendapkan di daerah dengan tekanan darah yang
tinggi dengan putaran arus (contoh: kapiler glomerulus, bifurkasi pembuluh darah,
plexus koroid, dan korpus silier mata)
3. Komplemen juga menimbulkan agregasi trombosit yang membentuk mkrotrombi
kemudian melepas amin vasoaktif. Bahan-bahan vasoaktiv tersebutmengakibatkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan
inflamasi.
4.
Neutrofil deikerahkan untuk menghancurkan kompleks imun. Neutrofil yang
terperangkap di jaringan akan sulit untuk memakan kompleks tetapi akan tetap
melepaskan granulnya (angry cell) sehingga menyebabkan lebih banyak
kerusakan jaringan.
5. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut juga meleaskan mediator-mediator
antara lain enzim-enzim yang dapat merusak jaringan
Dari mekanisme diatas, beberapa hari – minggu setelah pemberian serum asing akanmulai terlihat manifestasi panas, gatal, bengkak-bengkak, kemerahan dan rasa sakit di
beberapa bagian tubuh sendi dan kelenjar getah bening yang dapat berupa vaskulitis
sistemik (arteritis), glomerulonefritis, dan artiritis. Reaksi tersebut dinamakan reaksi
Pirquet dan Schick.
1.2.4 Hipersensitivitas tipe 4
DefinisiBaik CD4+ maupun CD8+ berperan dalam reaksi tipe IV. Sel T melepas
sitokin bersama dengan produksi mediator sitotoksik lainnya menimbulkan respons
inflamasi yang terlihat pada penyakit kulit hipersensitivitas lambat. (Imunologi Dasar
FK UI Edisi ke-10: hal. 389)
MekanismeAda 2 fase pada respons tipe IV yang dimulai dengan fase sensitasi yang
mebutuhkan 1-2 minggus etelah kontak primer. Dalam fase itu, Th diaktifkan oleh
APC melalui MHC-II. Reaksi khas DTH seperti respons imun lainnya mempunyai 2
fase yang dapat dibedakan yaitu fase sensitasi dan fase efektor.
Pada fase sensitasi bakteri intarseluler dimakan oleh makrofag APC, lalu APC
mensekresi sitokin, terbentuklah sel T CD4+ dan sel TDTH. Lalu pada fase efektor sel
TDTH yang tersensitasi mensekresikan IFN-gamma yang akan membuat makrofag
beristirahat. Sel TDTH juga mensekresikan TNF-beta membrane yang akanmengaktivasi makrofag. Dampak aktivasi dari makrofag adalah sintesis molekul
MHC-II, sintesis reseptor TNF, sintesis oksigen radikal, dan sintesis oksida nitrit.
(Imunologi Dasar FK UI ke-10: hal. 391)
Gambaran Klinis1.
Dermatitis Kontak
Penyakit CD4+ yang dapat terjadi akibat kontak dengan bahan tidak
berbahaya, merupakan contoh reaksi DTH. Kontak sdengan bahan seperti
formaldehid, nikel, terpenting dan berbagai bahan aktif dalam cat rambut yang
menimbulkan dermatitis kontak terjadi melalui sel Th1.
(Imunologi Dasar FK UI ke-10: hal. 393)2.
Hipersensitivitas Tuberkulin
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 10/18
Bentuk alergi bacterial spesifik terhadap produk filtrate biakan M.
Tuberkulosis yang bila disuntikan ke kulit, akan menimbulkan reaksi
hipersensitivitas lambat tipe IV. Yang berperan dalam reaksi ini adalah sel limfosit
CD4+ T. Setelah suntikan intrakutan ekstrak tuberculin atau derivate protein yang
dimurnikan (PPD), daerah kemerahan dan indurasi timbul di tempat suntikan
dalam 12-24 jam. Pada individu yang pernah kontak dengan M. Tuberkulosis, kulit bengkak terjadi oada hari 7-10 pasca induksi. Reaksi dapat dipindahkan melalui
sel T. (Imunologi Dasar FK UI ke-10: hal. 393)
3. Reaksi Jones Mote
Reaksi hipetsensitivitas tipe IV terhadap antigen protein yang ebrhubungan
dengan infiltrasi basophil mencolok di kulit di bawah dermis. Reaksi juga disebut
hipersensitivitas basophil kutan. Dibanding dengan hipersensitivitas tipe IV
lainnya, reaksi ini adalah lemah dan nampak beberapa hari setelah pajanan dengan
protein dalam jumlah kecil. Tidak terjadi nekrosis dan reaksi dapat diinduksi
dengan suntikan antigen larut seperti ovalbumin dengan ajuvan Freund.
(Imunologi Dasar FK UI ke-10: hal. 393)
4.
T Cell Mediated Cytolisis (Penyakit CD8+)
Dalam T Cell Mediated Cytolisis, kerusakan terjadi melalui sel CD8+/ CTL/
Tc yang langsung membunuh sel sasaran. Penyakit yang ditimbulkan
hipersensitivitas selular cenderung terbatas kepada beberapa organ saja dan
biasanya tidak sistemik. Pada penyakit virus hepatitis, virus sendiri tidak sitopatik,
tetapi kerusakan ditimbulkan oleh respons CTL terhadap hepatosit yang terinfeksi.
(Imunologi Dasar FK UI ke-10: hal. 394)
1.3 Etiologi
2.
Memahami dan Menjelaskan Antihistamin2.1 DefinisiAntihistamin bekerja untuk mengurangi atau memblok histamine untuk
memberhentikan gejala alergi pada tipe-tipe alergi yang berbeda termasuk demam
jerami, alergi makanan, tetapi todak semua gejala bisa diobati dengan
antihistamin.
2.2 JenisObat antihistamin diklasifikasikan kedalam tiga grup, meliputi:
Antihistamin generasi pertamaMenyebabkan gejala mengantuk. Contoh obatnya adalah diphenhydramine
and chlorphenamine. Antihistamin generasi kedua
Tidak menyebabkan gejala kantuk. Contoh obatnya adalah loratadine dan
cetirizine.
Antihistamin generasi ketiga
Menyebabkan efek samping yang lebih serius dibanding antihistamin
generasi kedua. Contoh obatnya adalah levocetirizine dan fexofenadine.
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 11/18
Biasanya obat yang direkomendasikan adalah antihistamine generasi
kedua dan ketiga. Jangan meremehkan efek samping kantuk yang disebabkan
oleh antihistamin generasi pertama karena efek samping tersebut bisa berlanjutke esok hai apabila pasien mengonsumsinya pada malam hari.
http://www.nhs.uk/Conditions/Antihistamines/Pages/Introduction.aspx
2.3 Farmakodinamik
Antagonis Reseptor H1 (AH1)
1. Antagonis terhadap histamin. AH1 menghambat efek histamine pada pembuluh
darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH1 bermanfaat untuk
mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan
histamine endogen berlebihan..
2. Otot polos. AH1 efektif menghambat kerja histamine pada otot polos usus dan
bronkus
3. Permeabilitas kapiler, Peninggian permeabilitas kapiler dan edema akibat histamine,
dapat dihambat dengan efektif oleh AH1.
4. Reaksi anafilaksis dan alergi. Reaksi anafilaksis dan beberapa reaksi alergi refrakter
terhadap pemberian AH1, karena disini bukan histamine saja yang berperan tetapi
autacoid lain yang dilepaskan. Efektivitas AH1 melawan beratnya reaksi
hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya gejala akibat histamine
5. Kelenjar Eksokrin. Efek perangsang histamine terhadap sekresi cairan lambung tidak
dapat dihambat oleh AH1. AH1dapat menghambat sekresi saliva dan sekresi kelenjareksokrin lain akibat histamine.
6. Susunan syaraf pusat. AH1 dapat merangsang maupun menghambat SSP. Efek
perangsangan yang kadangpkadang terlihat dengan dosis AH1 biasanya adalah
insomnia, gelisah, dan eksitasi. Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan
penghambatan SSP dengan gejala misalnya kantuk, berkurangnya kewaspadaan, dam
waktu reaksi yang lambat.
7. Anastesi local. AH1 yang baik untuk anastesi local adalah prometazin dan prilamin.
Akan tetapi untuk menibulkan efek tersebut dibutuhkan kadat yang beberapa kali
lebih tinggi daripada sebagai antihistamin.
8.
Antikolinergik. Dapat timbul pada beberapa pasien berupa mulut kering, kesukaran
miksi dan impotensi.
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 12/18
9. Sistem kardiovaskular. Dalam dosis terapi, AH1 tidak memperlihatkan efek yang
berarti pada system kardiovaskular.
Penggolongan Antihistamin (AH1)
Golongan dan
Contoh Obat
Dosis Dwasa Masa Kerja Aktivitas
AntikolinergikANTIHISTAMIN GENERASI I
Etanolamin
-Karbinoksamin 4-8 mg 3-4 jam +++
-Difenhidramin 25-50 mg 4-6 jam +++
-Dimenhidrinat 50 mg 4-6 jam +++
Etilenediamin
-Pirilamin 25-50 mg 4-6 jam +
-Tripelenamin 25-50 mg 4-6 jam +
Piperazin
-Hidroksizin 25-100 mg 6-24 jam ?-Siklizin 25-50 mg 4-6 jam -
-Meklizin 25-50 mg 12-24 Jam -
Alkilamin
-Klorfeniramin 4-8 mg 4-6 jam +
-Bromfeniramin 4-8 mg 4-6 jam +
Derivat Fenotiazin
-prometazin 10-25 mg 4-6 jam +++
Lain-Lain
-siprogeptadin 4 mg ± 6 jam +
-mebhidrolin
napadisilat
50-100 mg ± 4 jam +
ANTIHISTAMIN GENERASI II
-astemizol 10 mg < 21 jam -
-faksofenadin 60 mg 12-24 jam -
Lain-Lain
-loratadin 10 mg 24 jam -
-setirizin 5-10 mg 12-24 jam
Antagonis Reptor H2 (AH2)
Antagonis reseptor H2 berkerja menghambat sekresi asam lambung. Burimamin danmetiamid merupakan antagonis resptor H2 yang pertama kali ditemukan, namun
karena toksik tidak digunakan diklinik. Antagonis reseptor H2 yang ada dewasa ini
adalah simetidin, ranitidine, famotidine, dan nizatidin.
1. Simetidin dan Ranitidin
Simetidin dan renitidin menghambat reseptro H2 secara selektif dan reversible.
Perangsang reseptor H2 akan merangsang sekresi asal m=lambung, sehingga pada
pemberian simetidin atau ranitidine sekresi asam lambung dihambat. Pengaruh
fisiologik simetidin dan ranitidine terhadap resptor H2 lainnya =, tidak begitu penting.
Walaupun tidak sebaik penekanan sekresi asam lambung pada keadaan basal,
simetidin dan ranitidine dapat menghambat sekresi asam lambung akibat
perangsangan obat muskarinik, stimulasi vagus, atau gastrin. Simetidin dan ranitidine juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung.
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 13/18
2. Famotidine
Sama halnya dengan simitidin dan ranitidine, famotidine merupakan AH2 sehingga
dapat menghambat sekresi asam labung pada keadaan basal, malam dan akibat
distimulasi oleh pentagastrin. Famotidine 3x lebih poten daripada ranitidine dan 20x
lebih poten dari pada simetidin.
3.
NizatidinePotensi nizatidin dalam menghambat sekresi asam lambung kurang lebih sama dengan
ranitidine.
2.4 Farmakokinetik
1. AH1
Setelah pemberian oral atau parental, AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya
timbul 15-30 menitsetelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja
AH1 generasi I setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam. Kadar tertinggi
terdapat pada paru-paru sedangkan limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya rendah.
Tempat utama biotransfarmasi AH1 adalah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru danginjal. AH1 diekskresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk
metabolitnya.
2. AH2
SimetidinBioavailabilitas oral simetidin sekitar 70 %. Sama dengan setelah pemberian IV atau
IM. Ikatan protein plasmanya hanyalah 20 %. Absorpsi simetidin diperlambat oleh
makanan, sehingga simetidin diberikan bersama atau segera setelah makan dengan
maksud untuk memperpanjang efek pada periode pasca makan. Absorpsi simetidin
terutama terjadi pada menit ke 60-90. Simetidin masuk ke dalam SPP dan kadarnya
dalam cairan spinal 10-20 % dari kadar serum. Sekitar 50-80 % dari dosis IV dan 40
% dari dosis oral simetidin diekskresi dalam bentuk asal dalam urin. Masa peruh
eliminasinya sekitar 2 jam.
RenitidinBiovailabilitas renitidin yang diberikan secara oral sekitar 50 % dan meningkat pada
pasien penyakit hati. Masa [paruhnya kira-kira 1,7 – 3 jam pada orang dewasa, dan
menmanjang pada orang tua dan pada pasien gagal ginjal. Pada pasien penyakit hati
masa paruh ranitidine juga memanjang menskipun tidak sebesar pada gagal ginjal.
Kada puncak pada plasma dicapai 1.3 ja setalah penggunana 150 mg ranitidine
secara oral, dan yang terikat protein plasma hanya 15%. Ranitidine mengalami
metabolisme lintas utama dihati dalam jumlah cukup besar setelah pemberian oral.
Rranitidin dan metabolitnya dieksresi rerutama melalui ginjal, sisanya melalui tinja.Sekitar 70% dari ranitidine yang diberikan IV dan 30% dari yang diberikan secara
oral dieksresi dalam urin dalam bentuk asal.
Famotidin
Famotidin mencapai kadar puncak diplasma kira-kira dalam 2 jam setelah
penggunaanan secara oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam dan bioavailibitas 40-50%.
Metabolit utama adalah famotidine-S-oksida. Setelah dosis oral tunggal, sekitar 25%
dari dosis ditemukan dalam bentuk asal di urin.npada pasien gagal ginjal berat masa
paruh eliminasi dapat melebnihi 20 jam.
Nizatidin
o Bioavailibitas oral nizatidin lebih dari 90% dan tidak dipengaruhi oleh makanan
atau antikolinergik. Klirens menurun pada pasien uremik dan usia lanjut.
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 14/18
o Kadar puncak dalam serum setelah pemberian oraldicapai dalam 1 jam, masa
paruh plasma sekitar satu setengah jam dan lama kerja sampai dengan 10 jam.
Nizatidin disekresikan terutama melalui ginjal; 90 % dari dosis yang digunakan
ditemukan diurin dalam 16 jam.
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi
INDIKASI
Antihistamin digunakan terutama untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh
kelebihan histamine yang dilepaskan oleh sel inflamasi. Berikut merupakan kondisi
seperti yang dimaksud:
Rhinitis, terutama alergi rhinitis musiman (hay fever)
Urtikaria
Anafilaksis
Angio-edema
Asthma
Hyper-reactive (vasomotor) rhinitis
Pruritushttp://www.patient.co.uk/doctor/Antihistamines.htm
KONTRAINDIKASI
Saat hamil dan laktasi, antihistamine dapat mengganggu perkembangan fetus
Anak-anak dibawah usia 12 tahun
Saat menggunakan obat sedative lainnya
Saat pasien mengonsumsi alcohol, antihistamin dapat menyebabkan efek
sedative Pasien yang mempunyai sejarah penyakit seperti penyakit jantung, glaucoma,
asthma, dan pembesaran prostat.
2.6 Efek Samping
1. Efek samping antihistamin generasi pertama:
Efek samping yang umum:
Mengantuk
Mulut kering
Pusing
Konstipasi Pengelihatan buram
Susah untuk BAK
Efek samping antihistamin yang kurang umum:
Insomnia
Mimpi buruk
Halusinasi
Kulit gatalEfek samping antihistamin yang jarang:
Denyut nadi cepat
Sesak
2.
Efek samping histamine generasi kedua:
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 15/18
Mengantuk diiringin dengan,
Pusing
Mulut kering
Hidung kering
Gejala-gejala yang disebutkan biasanya tidak bertahan lama dan berlangsung
cepat.
3. Efek samping antihistamine generasi ketiga:
Mengantuk
Pusing
Mulut kering
Mual (feeling sick)
4. H2 antagonis reseptor
Antihistamin yang dikenal sebagai ulkus lambung.
Diare Pusing
Sakit kepala
Ruam pada kulit
Lelah dan letih
Obat generasi baru, efek sampingnya kecil sedikit dibanding obat generasi lama.
Efek samping pada umumnya:
Mulut kering
Mengantu
Pusing
Mual dan muntah
Gelisah
Kebingungan
Pengelihatan kabur
Kesulitan buang air kecil dan besar.
Less common side effects of first-generation antihistamines include:
5. Memahami dan Menjelaskan Kortikosteroid
3.1 Definisi
3.2 Jenis
3.3 Farmakodinamik3.4 Farmakokinetik
3.5 Indikasi dan Kontraindikasi
3.6 Efek Samping
I. Peningkatan berat badan
Penggunaan steroid meningkatkan nafsu makan. Peningkatan berat badan bervariasi pada
setiap orang. Selain itu, steroid juga menyebabkan penumpukan lemak tubuh di tempat-
tempat yang tidak diinginkan yaitu; wajah (moon face), leher bagian belakang (buffalo hump)
dan perut. Perubahan-perubahan tersebut dapat dikontrol dengan cara:
•
Hindari garam: secara normal, ginjal menjaga tubuh kita dalam keadaan garam yang
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 16/18
seimbang. Jika garam di dalam tubuh kita berlebihan, maka akan dikeluarkan ke
dalam urin. Steroid menyebabkan retensi natrium dan kehilangan kalium yang dapat
menyebabkan retensi cairan, berat badan, kembung serta rendahnya kadar kalium di
darah. Pada beberapa orang, hal ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau
memperburuk kondisi yang sudah ada. Kami menyarankan diet tanpa garam dan
menghindari makanan yang sangat asin. Beberapa makanan yang dapat meningkatkankadar kalium, seperti: pisang, buah jeruk, melon dan tomat baik untuk diet anda.
Pastikan bahwa tekanan darah dan kimia darah anda diperiksa secara teratur.
• Hindari lemak: lemak memiliki kalori dua kali lebih banyak dari protein dan karbohidrat.
Dengan membatasi lemak dalam diet anda, secara otomatis mengurangi kalori, berat
badan dan kolesterol darah anda.
• Hindari karbohidrat: karbohidrat (gula dan zat tepung) dapat berupa molekul sederhana
atau molekul kompleks. Hindari karbohidrat sederhana yang terlalu cepat dicerna dan
sehingga mudah merasa lapar. Karbohidrat kompleks lebih mengenyangkan karena
harus dipecah pada proses pencernaan dan diserap lebih lambat di dalam tubuh.Beberapa contoh karbohidrat sederhana yaitu permen, kue, pie dan roti putih.
Beberapa contoh karbohidrat kompleks yaitu roti gandum, beras, kacang, kentang
manis, sereal tinggi serat dan permen bebas gula.
• Makan kecil di antara waktu makan besar (ngemil): untuk menahan rasa lapar yang
meningkat, anda dapat mengemil makanan ringan rendah kalori seperti; buah-buahan,
sayuran, produk susu rendah lemak, kue beras rendah garam dan permen bebas gula.
Anda lebih disarankan untuk makan dalam porsi yang kecil tetapi dengan frekuensi
yang lebih sering daripada makan tiga kali sehari dengan porsi yang besar.
•
Makan di luar: ketika makan di luar, katakan kepada pelayan apa yang anda butuhkan.Ketika berada dalam pesawat, mintalah makanan rendah lemak dan rendah garam. Jika
anda berada dalam situasi di mana tidak dapat memesan makanan sesuai dengan yang
anda butuhkan, jangan panik. Makan makanan asin, berlemak atau mengandung gula
yang tinggi pada beberapa kesempatan (tidak setiap hari) tidak akan membuat banyak
perbedaan.
II. Peningkatan gula darah
• Alasan lain untuk menghindari makanan bergula adalah fakta bahwa steroid memiliki
kecenderungan untuk meningkatkan kadar gula dalam darah. Pada kebanyakan orang,
hal ini bukanlah masalah berarti. Namun pada penderita diabetes, orang-orang dengan
berat badan berlebih, wanita hamil dan mereka yang memiliki riwayat keluarga
dengan diabetes kenaikan gula darah adalah hal yang berisiko. Beberapa penderita
diabetes yang sebelumnya telah dikontrol oleh diet atau pil mungkin harus beralih ke
insulin untuk sementara waktu. Kenaikan gula darah ini umumnya sembuh ketika
dosis steroid berkurang atau dihentikan. Pastikan dokter Anda tahu jika Anda
penderita diabetes dan pada semua pasien yang diberi steroid harus melakukan tes
gula darah secara berkala.
III. Osteoporosis
•
Setiap hari sel-sel tulang yang lama akan mati dan akan digantikan oleh sel tulang yang
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 17/18
baru. Steroid mempercepat kematian sel tulang dan memperlambat pembentukan sel
tulang baru yang menyebabkanpenurunan kepadatan tulang (osteoporosis).
•
Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan osteoporosis yaitu:
•
Perempuan• Ras Kaukasia atau Asia
• Kurus
• Tidak rutin latihan beban
• Asupan kalsium dalam makanan kurang
•
Riwayat keluarga osteoporosis
• Menopause dini atau indung telur telah diangkat
• Pria dengan kadar testosteron rendah
•
Perokok atau peminum alkohol
• Hipertiroid
• Diabetes
• Penyakit Crohn
• Gangguan makan seperti anoreksia
IV. Masalah kulit
• Steroid dapat menyebabkan jerawat pada wajah, dada dan punggung. Umumnya, menjaga
kulit sebersih mungkin dan menggunakan obat jerawat topikal dapat mengontrol
masalah ini. Jika tidak membantu, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter kulit.
Pasien dengan steroid juga sering menjadi mudah memar, bahkan hanya dengan
sedikit trauma. Masalah kulit lain termasuk penyembuhan luka menjadi lebih lambat,
kemerahan pada wajah, stretch mark, keringat malam dan peningkatan rambut wajah.
Pasien dengan steroid harus menjaga kulit mereka agar tetap bersih dan terlindungi
serta hindari trauma kulit termasuk kulit yang terbakar akibat paparan matahari.
V. Gangguan pencernaan
• Steroid dosis tinggi dapat menyebabkan iritasi sistem pencernaan bagian atas. Peradangan
yang terjadi pada permukaan lambung disebut gastritis. Jika semakin parah, dapat
terjadi ulkus peptikum. Ulkus terutama terjadi pada pasien yang memiliki riwayat
ulkus atau secara teratur mengkonsumsi obat anti-inflamasi lain seperti aspirin atau
obat untuk arthritis. Pada kasus yang ringan, ranitidin dapat membantu. Jika Anda
terus-menerus merasa mual atau perih di lambung, hubungi dokter anda.
VI. Suasana hati yang tidak stabil
•
Anda mungkin merasa gembira tanpa alasan yang jelas, kesulitan tidur di malam hari. Di
8/10/2019 PBL MPT Alergi
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-mpt-alergi 18/18
lain waktu, mungkin ada perasaan cemas atau kurang konsentrasi. Umumnya anda
akan merasa lelah dan sendu untuk beberapa hari setiap kali dosis prednison sedang
diturunkan.
• Jika Anda mengalami perubahan mental selama terapi steroid, yakinkan keluarga dan orang
terdekat bahwa Anda tidak mengalami gangguan mental dan bahwa perubahan iniakan mereda setelah obat dihentikan. Dalam beberapa kasus, mungkin diperlukan obat
untuk mencegah kegelisahan atau antidepresan untuk sementara waktu. Jika terjadi
insomnia, cobalah untuk tidur siang di sore hari.
VII. Perubahan pada mata
•
Dosis tinggi steroid atau penggunaan jangka panjang steroid dapat menyebabkan dua
masalah mata yaitu katarak dan glaukoma. Dokter anda akan selalu memeriksa
kemungkinan tersebut saat anda melakukan pemeriksaan
VIII. Perubahan sistem kekebalan tubuh
Salah satu cara kerja steroid adalah dengan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Efek
ini dapat bersifat menguntungkan dan juga merugikan. Jika sistem kekebalan tubuh
anda dilemahkan, kerentanan tubuh terhadap infeksi menjadi meningkat. Steroid tidak
membuat anda menjadi lebih mudah terkena flu atau masuk angin. Tetapi dapat
meningkatkan kerentanan untuk terjangkit cacar air (varicella) dan virus herpes
lainnya. Pasien yang telah sembuh dari TBC dapat mengalami reaktivasi penyakit.
Jika Anda belum pernah menderita cacar air beritahu dokter Anda. Jika Anda memiliki
TB (aktif atau tidak aktif), herpes zoster atau infeksi herpes pada mata, bibir atau alat
kelamin jangan mengkonsumsi steroid tanpa pengawasan dokter. Anda tidak bolehdivaksinasi selama mengkonsumsi steroid terutama vaksin polio. Tes alergi kulit dan
tes TB kulit umumnya akan memberikan hasil yang invalid saat anda mengkonsumsi
steroid. Pada sejumlah kecil pasien yang mengkonsumsi steroid dapat terjadi infeksi
jamur pada mulut (thrush) atau vagina. Namun umumnya hal tersebut dapat diatasi
dengan terapi.
6. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap SIkap Berhati-hati
4.1 Al-Qur’an
4.2 Hadist
https://www.inkling.com/read/robbins-basic-pathology-kumar-abbas-aster-
9th/chapter-4/hypersensitivity-reactions
sumber:
Buku Saku Patofisiologi Corwin oleh Elizhabet J. Corwin
Buku Patofisiologi oleh Dr. Jan Tambayong
Buku Robbins Basic Pathology oleh Vinay Kumar, Abul K. Abbas, Jon C. Aster.