20
Mata Merah dengan Visus Normal Selvi Leasa 102009035 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Barat 11510 [email protected] 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Konjungtivitis atau mata merah merupakan inflamasi konjungtiva. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata. Mata merah adalah istilah yang sering dipakai untuk merujuk pada semua tipe konjungtivitis. Mata merah merupakan kondisi yang cukup umum, terutama di kalangan usia sekolah. Mata merah dapat menimbulkan gangguan visus atau kerusakan mata jika tidak ditangani maupun diperhatikan dengan baik. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah antara lain: 1. Memenuhi tugas makalah mandiri blok 23 Special Sense sesuai skenario yang telah ditentukan.

PBL 23.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

special sains

Citation preview

Page 1: PBL 23.docx

Mata Merah dengan Visus Normal

Selvi Leasa

102009035

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)

Jalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Barat 11510

[email protected]

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Konjungtivitis atau mata merah merupakan inflamasi konjungtiva. Konjungtiva merupakan

membran mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata. Mata merah adalah istilah yang

sering dipakai untuk merujuk pada semua tipe konjungtivitis. Mata merah merupakan kondisi

yang cukup umum, terutama di kalangan usia sekolah. Mata merah dapat menimbulkan

gangguan visus atau kerusakan mata jika tidak ditangani maupun diperhatikan dengan baik.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah antara lain:

1. Memenuhi tugas makalah mandiri blok 23 Special Sense sesuai skenario yang telah

ditentukan.

2. Membahas anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, etiologi, epidemiologi, patofisiologi,

gejala klinis, pengobatan, pencegahan, komplikasi, prognosis.

Page 2: PBL 23.docx

1.3 Skenario

Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa ibunya ke UGD dengan keluhan kedua mata

merah sejak 5 hari yang lalu disertai keluar air mata berdarah. Adanya riwayat kontak dengan

teman sekelasnya dengan keluhan serupa. Tidak ada riwayat trauma. Pemeriksaan fisik:

kesadaran compos mentis, subfebris, adanya limfadenopati preaurikular. Status oftamologi:

kedua palpebra edema, perdarahan subkonjungtiva, injeksi konjungtiva dengan reaksi folikel,

membrane berwarna keputihan pada konjungtiva palpebra. Visus ODS: 20/20.

1.4 Hipotesis

Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dengan keluhan mata merah sejak 5 hari yang lalu

disertai keluar air mata berdarah menderita konjungtivitis viral.

1.5 Sasaran Belajar

Mengetahui anamnesis.

Mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang.

Mengetahui working diagnosis Konjungtivitis Viral

Mengetahui differential diagnosis

Mengetahui manifestasi klinik.

Mengetahui etiologi

Mengetahui patogenesis

Mengetahui epidemiologi.

Mengetahui penatalaksanaan.

Mengetahui pencegahan

Mengetahui komplikasi.

Mengetahui prognosis.

Page 3: PBL 23.docx

2. Isi

2.1 Anamnesis

Terdapat 2 jenis anamnesis, yakni autoanamnesis dan alloanamnesis.

Pada kasus ini dilakukan alloanamnesis.

a. Riwayat pribadi pasien

Meliputi nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku,

alamat, pendidikan.

b. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan sudah berapa lama?

Ada keluar air mata? Apakah ada perubahan warna air mata?

Ada sekret? bagaimana bentuknya? Berupa purulen, mukopurulen?

Adakah rasa nyeri di sekitar mata?

Apakah mata terasa berpasir atau tidak?

Ada keluhan gatal pada kedua mata?

Adakah demam?

Adakah nyeri tenggorokan?

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit ini?

Apakah sudah diberikan pengobatan? Jika sudah, bagaimana hasilnya?

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama?

Page 4: PBL 23.docx

2.2 Pemeriksaan

2.2.1 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran: Compos mentis,

Suhu Tubuh: Subfebris

Status oftalmologi:

Inspeksi

kedua palpebra edema, perdarahan subkonjungtiva, injeksi konjungtiva dengan reaksi folikel,

membran berwarna keputihan pada konjungtiva palpebra.

Palpasi:

Adanya Limfadenopati preaurikuler

Gambar 1. Limfadenopati preaurikuler

Pemeriksaan Visus1

Ini biasa dilakukan ketika pasien datang dengan keluhan penglihatan memburam atau

perkiraan mata menjadi minus atau plus. Biasanya pasien akan diminta duduk pada sebuah kursi

dan di hadapannya diberikan papan tulisan huruf (papan Snellen) atau angka sekitar

Page 5: PBL 23.docx

5atau 6 meter di depan. Pasien akan diminta untuk membaca tulisan dari atas (terbesar) hingga

tulisan terbawah yang bisa dibaca. Masing-masing tulisan memiliki nilai visus atau ketajaman

mata. Misalnya bila pasien bisa membaca tulisan teratas, maka ketajaman mata adalah 6/60.

Pemeriksaan dilanjutkan hingga tulisan terkecil yang dapat dibaca. Setelah diketahui nilai

visus, pasien biasanya akan diberikan kacamata periksa, dimana lensanya dapat

digonta-ganti. Tujuannya adalah agar mata dengan baik membaca tulisan terbawah

dalam papan Snellen dengan visus 6/6. Ketajaman 6/6 adalah ketajaman terbaik.

Gambar 2. Snellen Chart

Bila visus mata sangat buruk, atau tulisan terbesar pun tak terbaca, biasanya pemeriksa akan

melakukan dengan memperagakan jumlah jari pada 1 meter di hadapan pasien. Pasien harus

menghitung jumlah jarinya. Bila tidak terlihat, maka akan dilakukan dengan lambaian

tangan.Bila bahkan lambaian tak terlihat, maka dilakukan uji dengan cahaya senter. Bila cahaya

pun tak terlihat, maka mata mungkin mengalami kebutaan.

Page 6: PBL 23.docx

2.2.2 Pemeriksaan Penunjang1

LaboratoriumPada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik dengan pulasan gram

(mengidentifikasi organisme bakteri) pulasan Giemsa (menetapkan jenis dan morfologi sel)

maka didapat kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya limfosit-monosit-sel berisi

nucleus sedikit plasma, maka infeksi mungkin disebabkan virus; leukosit, PMN disebabkan oleh

bakteri; eosinofil, basofil oleh alergi.

Pemeriksaan lainnya

Ada banyak pemeriksaan penunjang lainnya pada mata seperti keratoskope ( bentuk kornea),tes

buta warna (Ishihara), Eksoptalmometer dari Hertel, Optalmodinamometer

(pengukur t e k a n a n   a r t e r i   d i   r e t i n a ) ,   X - R a y : F o t o o r b i t a , C o m b e r g

t e s , F F A   ( F l o u r e c e i n   F u n d u s angiografi), USG, CT scan, MRI, elektroretinografi,

metaloloketer, Visual Evoked Potensialuntuk menilai transmisi impuls dari rerina sampai korteks

oksipital.

2.3 Diagnosis

Working diagnosis : Konjungtivitis Viral

Konjungtivitis viral merupakan suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis

virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat, sampai infeksi

ringan yang cepat sembuh sendiri.1

Pasien dengan konjungtivitis viral didapat dengan gejala okular saja atau dengan infeksi saluran

napas atas yang menyertai. Konjungtivitis viral sering timbul unilateral, tetapi sering

menimbulkan mata kontralateral setelah pasien menyentuh mata yang tidak sakit tanpa mencuci

tangan terlebih dahulu. Pasien mengeluhkan adanya injeksi konjungtiva, sekret dan pruritus.

Pada pemeriksaan fisik, injeksi sklera, epifora, kemosis, perdarahan subkonjungtiva dan eritema

serta edema kelopak mata juga sering terjadi, tetapi bukan merupakan temuan yang spesifik.2

Page 7: PBL 23.docx

Bentuk konjungtivitis viral dapat berupa:

1. Demam faringokonjungtiva

2. Keratokonjungtivitis epidemik

3. Konjungtivitis herpetik

4. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut3

Differential Diagnosis:

Konjungtivitis Bakteri

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri: akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan

kronik. Konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung < 14

hari. Beberapa bekteri penyebab konjungtivitis bakteri akut antara lain Streptococcus pneumonia

dan Haemophilus aegyptus. Pengobatan dengan salah satu obat antibakteri yang tersedia

biasanya menyembuhkan dalam beberapa hari. Sebaliknya konjungtivitis hiperakut (purulen)

yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoae dapat menimbulkan komplikasi mata berat jika tidak

diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra atau

obstruksi duktus nasolakrimalis. Bakteri penyebab konjungtivitis bakteri kronik yakni

Staphylococcus aureus dan Moraxella lacunata. 1

Umumnya konjungtivitis ini bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan pelebaran pembuluh

darah (injeksi) bilateral, eksudat purulen dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur dan

kadang-kadang edema palpebra. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan melalui tangan

menular ke sebelahnya. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat

menyebarkan kuman. 1

Pengobatan dapat diberikan antibiotika tetes mata dan atau salep mata. Dosis pemberian:

bila konjungtivitis ringan: berikan 4 kali 2 tetes per hari, bila berat: 6 kali 2 tetes per hari / lebih.

Contohnya kloramfenikol, tetrasiklin, gentamisin, tobramisin, ciprofloksasin, ofloxasin. Tetes

mata memberikan efek cepat (lebih kurang 5-10 menit) sudah sampai dan memeberi efek terapi

pada daerah yang terinfeksi, sedangkan salep mata memberikan efek setelah 2-4 jam, sehingga

salep mata dapat diberikan bila menginginkan berefek yang agak lama onsetnya, misalnya

malam hari sebelum tidur. Obat tetes mata/salep mata campuran antibiotika + steroid dapat

Page 8: PBL 23.docx

digunakan bila tidak ada kontraindikasi. Steroid mempunyai efek samping yang berbahaya bila

digunakan secara berulang kali dan berlebihan dalam waktu yang lama. Efek samping steroid

tetes adalah katarak dan glaucoma. Pemakaian oral jangka panjang efek samping moon face,

osteoporosis, menopause dini dan sebagainya. Kontraindikasi steroid yakni virus dan jamur.4

Konjungtivitis Alergi

Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi

cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi

terhadap obat, bakteri, dan toksik. Gejala utama penyakit ini adalah radang (merah, sakit,

bengkak, panas), gatal, silau berupalang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya adalah

terdapatnya papil besar pada konjungtiva, datang bermusim yang dapat mengganggu

penglihatan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan

basofil.3

Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit dan

memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian disusul

dengan kompres air dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat

diberikan antihistamin dan steroid sistemik.3 Ada beberapa macam konjungtivitis alergi, yakni

seasonal conjungtivitis, perenial conjungtivitis, konjungtivitis vernal, konjungtivitis atopic,

konjungtivitis alergika.

Tabel Diagnosis Banding Konjungtivitis Gambaran Klinis3

Tanda Viral Bacterial Alergik

Injeksi Konjungtivitis Sedang Mencolok Ringan-sedang

Hemoragi + + -

Kemosis +/- ++ +/-

Eksudat Jarang, air Purulen atau

mukopurulen

Berserabut (lengket)

putih

Pseudomembran +/- +/- -

Papil - +/- +

Folikel + - -

Page 9: PBL 23.docx

Tabel Diagnosis Banding Tipe Konjungtivitis yang Lazim3

Klinik dan Sitologi Viral Bakteri Alergi

Gatal Minim Minim Hebat

Hiperemia Umum Umum Umum

Air mata Profuse Sedang Sedang

Eksudasi Minim Mengucur Minim

Adenopati-preaurikular Lazim Jarang Tidak ada

Pewarnaan Kerokan dan

eksudat

Monosit Bakteri, PMN Eosinofil

Sakit tenggorokan,

panas yang menyertai

Kadang Kadang Tidak pernah

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis konjungtivitis viral secara umum, yakni adanya pembengkakan, hangat, rasa

tidak nyaman pada mata yang terinfeksi. Visus mata normal, dapat terjadi unilateral maupun

bilateral. Mungkin infeksi pernapasan sedang berlangsung atau sebelumnya terpapar dengan

penderita mata mereah. Konjungtiva mengalami hiperemia difus. Kelopak mata terlihat bengkak.

Terdapat nodul pada preaurikular.5

Bentuk konjungtivitis viral dapat berupa:

1. Demam faringokonjungtiva

Demam faringokonjungtiva ditandai dengan demam 38,3-400C, sakit tenggorokan dan

konjungtivitis folikular pada satu atau dua mata. Folikel sangat sering mencolok pada

kedua konjungtiva dan mukosa faring. Penyakit ini bias unilateral maupun bilateral. Mata

merah sering terjadi, selain itu mungkin ada keratitis epitel superficial untuk sementara

dan sesekali terdapat sedikit kekeruhan di subepitel. Yang khas adalah limfadenopati

preaurikular (tidak nyeri tekan). Sindrom ini mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas

satu atau dua tanda utama (demam, faringitis, konjungtivitis). Keadaan ini lebih sering

pada anak-anak daripada orang dewasa dan mudah menular di kolam renang berklor

Page 10: PBL 23.docx

rendah. Tidak ada pengobatan spesifik, tetapi konjungtivitis umumnya sembuh sendiri

kira-kira dalam 10 hari.1,3

2. Keratokonjungtivitis epidemik

Keratokonjungtivitis epidemik umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata saja,

dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya, terdapat injeksi konjungtiva, nyeri

sedang, dan berair mata; dalam 5-14 hari akan diikuti oleh fotofobia, keratitis epitel, dan

kekeruhan subepitel yang bulat. Sensasi kornea normal dan nodus preaurikular dengan

nyeri tekan yang khas. Edema palpebra, kemosis dan hyperemia konjungtiva menandai

fase akut dengan folikel dan perdarahan konjungtiva yang sering muncul dalam 48 jam.

Konjungtivitis epidemika pada orang dewasa terbatas di bagian luar mata, tetapi pada

anak-anak mungkin terdapat gejala-gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit

tenggorokan, otitis media dan diare.1,3

3. Konjungtivitis herpetic 3

Konjungtivitis herpetic dapat merupakan manifestasi primer herpes dan terdapat pada

anak-anak yang mendapat infeksi dan pembawa virus berlangsung 2-3 minggu. Ditandai

dengan infeksi unilateral, iritasi, secret mukosa, nyeri dan fotofobia ringan. Keadaan ini

disertai dengan keratitis herpes simpleks, dengan vesikel pada kornea yang dapat

membentuk gambaran dendrite. Vesikel-vesikel herpes terkadang muncul di palpebra dan

tepi palpebra disertai edema palpebra hebat, dengan pembesaran kelenjar preaurikular

disertai nyeri tekan.

4. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut1,3

Penyakit ini khas memiliki inkubasi yang pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-

7 hari). Gejala dan tanda yang biasa berupa nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, banyak

mengeluarkan air mata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva

kadang-kadang juga terjadi kemosis. Perdarahan subkonjungtiva umumnya difus, tetapi

awalnya dapat berupa bintik-bintik; mulai dari konjungtiva bulbaris superior dan

menyebar ke bawah. Kebanyakan pasien mengalami limfadenopati preaurikular, folikel

konjungtiva, dan keratitis epitel. Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke

Page 11: PBL 23.docx

orang dan oleh benda penular seperti seprai, alat-alat optic yang terkontaminasi dan air.

Tidak ada pengobatan yang pasti

2.5 Etiologi 1,3

Adapun etiologi konjungtivitis berdasarkan macamnya.

1. Demam faringokonjungtiva, oleh adenovirus tipe 3, 4 dan 7

2. Keratokonjungtivitis epidemik, oleh adenovirus tipe 8 dan 19

3. Konjungtivitis herpetik, oleh Virus Herpes Simpleks

4. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut, oleh enterovirus tipe 70

2.6 Patogenesis

Altered Host defense

Normal Flora

Mediator Inflamasi

External contamination

Disruption Epithelial Layer Of Conjunctiva

Fagositosis Oleh Neutrofil

Hematologic immune Mechanism Immunoglobulin Dan lisozim

Pelebaranvaskular

Injeksi konjungtival

Gatal Lakrimasi

Page 12: PBL 23.docx

Konjungtivitis infektif terjadi sebagai hasil dari berkurangnya pertahanan dan kontaminasi dari

luar. Patogen bisa menyerang dari darah atau kelenjar dan berkembang di mukosa sel

konjungtiva. Semua infeksi bakteri dan viral membuat leukosit atau cascade inflamasi lymphe

menarik sel darah putih dan merah ke  daerah infeksi. Sel darah putih ini mencapai permukaan

conjuctiva dan berakumulasi disana bergerak melalui permiabilitas yang rendah dan dilatasi

kapiler.

2.7 Epidemiologi6

Konjungtivitis viral merupakan penyakit mata umum yang tersebar di seluruh dunia. Infeksi

virus umumnya menyebar pada keluarga, sekolah, kantor dan asrama militer. Konjungtivitis

viral terjadi sama banyak pada laki-laki dan perempuan. Konjungtivitis viral dapat menyerang

semua kelompok umur, tergantung etiologi viral spesifik. Biasanya adenovirus menginfeksi

kelompok umur 20-40 tahun. HSV dan VZV biasanya menginfeksi anak-anak dan bayi.

2.8 Penatalaksanaan7

Medika

Penatalaksanaan Konjungtivitis viral biasanya dilakukan dengan obat tetes mata dan bilasan

mata pada tahap awal. Infeksi berat yang melibatkan Virus Herpes Simpleks menggunakan

antiviral oral. Obat-obat yang termasuk Zovirax, Dendrid, Viroptic and Vira-A. Pemberian terapi

suportif-paliativ, yaitu obat untuk panas badan, pegal-pagal, roborantia (vitamin) untuk

meningkatkan daya tahan tubuh.

Page 13: PBL 23.docx

2.9 Pencegahan4

Pencegahan kepada keluarga / masyarakat sekitar:

- Orang sakit jangan tidur bersama orang sehat

- Pisahkan alat-alat yang biasa digunakan sehari-hari

- Seluruh anggota keluarga di rumah sering mencuci tangan

- Handuk mandi orang sakit jangan ditumpuk dengan handuk orang sehat

- Istirahat yang cukup

- Jangan kompres mata dan mata tidak perlu dicuci/diguyur dengan cairan-cairan pencuci

mata.

2.10 Komplikasi7

Bila penyakit ini diabaikan dan tidak dibiarkan tidak diobati dalam waktu yang lama, maka akan

menimbulkan komplikasi seperti keratokonjungtivitis dan blepharitis. Beberapa tipe virus dapat

menginfeksi bagian yang lebih dalam mata sehingga menimbulkan keratitis atau radang kornea

sehingga menyebabkan gangguan visus bahkan jaringan parut pada kelopak mata pada beberapa

kasus.

2.11 Prognosis

Dubia at bonam.

Page 14: PBL 23.docx

3. Penutup

Konjungtivitis merupakan radang yang terjadi pada konjungtiva mata. Pada umumnya

konjungtivitis ditandai dengan mata merah, tanpa adanya gangguan penglihatan. Konjungtivitis

disebabkan oleh beberapa organisme penyebab, misalnya bakteri, virus, jamur, maupun alergi.

Konjungtivitis viral ditandai dengan mata merah, lakrimasi, edema palpebra, limfadenopati

preaurikular. Konjungtivitas viral merupakan konjungtivitis yang disebabkan oleh virus.

Penatalaksanaanya dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari, akan tetapi dapat juga diberikan

obat tetes mata maupun antiviral oral. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan

penggunaannya, karena merupakan media yang baik untuk pertumbuhan virus.

Daftar Pustaka

1. Paul Riordan-Eva  , John P.Whitcher. Vaughan & Asbury Oftalmologi umum, edisi 17.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010

2. Greenberg, M.I. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan, jilid 1. Jakarta: Erlangga; 2008.

3. Iiyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2011.

4. Morosidi S. A., Paliyama M.F., Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Penerbit Fakultas

Kedokteran Ukrida; 2011.

5. Viral Conjunctivitis. Diunduh dari http://www.aao.org/theeyeshaveit/red-eye/viral-

conjunctivitis.cfm, 13 Maret 2012.

6.  Ingrid U Scott, MD, MPH; Chief Editor: Hampton Roy Sr, MD. 20 September 2011.

Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1191370-treatment#showall, 12

Maret 2012.

7. Viral Conjunctivitis – Symptoms, Duration, Causes and Treatment diunduh dari

http://www.conjunctivitis.co/viral-conjunctivitis-symptoms-duration-causes-and-

treatment.html , 13 Maret 2012.