PBL kel 5.docx

Embed Size (px)

Citation preview

1. Faktor-faktor demografi terhadap kematian ibu dan bayi Faktor demografi kematian bayi1) Usia ibu Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia menemukan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kematian balita adalah usia ibu saat melahirkan, dimana kematian balita yang tinggi terjadi pada mereka yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun dan kelompok diatas 35 tahun. Hal senada dikemukakan oleh Mantra(1985) dan Budi Utomo(1984) bahwa kematian balita terendah terjadi pada usia melahirkan antara 25 hingga 29 tahun.2) Pendidikan ibuMenurut sampel RISKESDAS (2010), pendidikan ibu yang rendah mengambil andil terbesar untuk penyebab kematian neonatal dini yaitu sebanyak 90,7%. Makin rendah tingkat pendidikan seorang wanita kurang memberikan pemahaman dan keleluasaan terhadap kesehatan kehamilan dan balitanya sehingga akan berdampak pada kematian balita.Pengetahuan / pendidikan bersifat aktif adalah pengetahuan yg didapat dari bangku pendidikan. Dengan tingkat pendidikan yg tinggi, maka pola piker dan kebiasaan ibu berbeda dengan yang berpendidikan rendah. Pengetahuan pasif adalah pengetahuan yg di dapat dari orang lain melalui media penyampaian baik melalui penyuluhan ataupun seminar. Tingakt kesadaran ibu hamil yang menerima pengetahuan bersifat pasif akan kesehatan tergantung dr bagaimana penyampaian dan tindak lanjut dari tenaga kesehatan, juga tergantung dengan bagaimana cara ibu menerima sumber informasi.3) Pekerjaan ibu.Menurut sampel RISKESDAS (2010), pekerjaan ibu tidak terlalu berpengaruh terhadap kematian neonatal dini karena antara ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja hanya selisih sedikit yaitu ibu yang bekerja (88,0%) dan ibu yang tidak bekerja (88,8%)4) Tempat tinggal Perbedaan tingkat kematian balita antara daerah perdesaan dan perkotaan dapat dilihat menurut karakteritik sosio ekonomi wanita yang mencerminkan perilaku seorang ibu meliputi cara hidup sehat dan konsumsi gizi. Wanita hamil dipedesaaan kebanyakan kekurangan gizi karena kurangnya pengetahuan tentang konsumsi gizi ibu hamil. Hal itu diperparah dengann letak geografis dan ekonomi yang tindak memandai sehingga sulit untuk mendapatkan gizi cukup untuk ibu hamil.sehinnga ibu hamil akan cenderung untuk mengalami anemia yang berdampak pada kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada kematian.5) Paritas ibuSemakin tinggi nomor urut kelahiran balita akan memberikan risiko yang tinggi terhadap kematian. Hal ini dapat dimungkinkan karena pembagian perhatian terhadap kesehatan dan gizi kemungkinan lebih rendah dibandingkan dengan balita sebelumnya sebagai dampak dari faktor sosial ekonomi keluarga yang makin menurun dengan banyaknya anak, serta faktor ibu yang makin terbebani dengan makin banyaknya kelahiran anak yang pada akhirnya juga berdampak pada perilaku pra dan pasca persalinan. Kelalaian-kelalaian yang dilakukan oleh seorang ibu dalam hal perawatan kehamilan dan perawatan balita merupakan faktor penentu terhadap kematian balitanya.6) Jarak kelahiran Jarak antar kelahiran yang pendek akan mempengaruhi status kesehatan ibu maupun anak karena ibu harus menyapih anak yang lebih tua untuk menyusui anak yang baru lahir. Sehingga perawatan untuk anak-anaknya tidak bisa maksimal dan dapat meningkatkan resiko kematian bayi.7) Antenatal careMenurut data dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu, rata-rata 10% ibu di Indonesia tidak pernah memeriksakan kandungan ke petugas kesehatan, sebanyak 30% ibu di Indonesia tidak melahirkan di pelayanan kesehatan seperti dokter atau bidan, melainkan lebih memilih untuk melahirkan ke paraji atau dukun.(MANTRA, Ida Bagoes, 1985; UTOMO, Budi, 1984; Santiyasa, I Wayan. 2004)8) Kurangnya ketersediaan dan penyebaran tenaga kesehatanBila dilihat ketersediaan bidan di desa, masih banyak desa yang tidak memiliki bidan. Hanya provinsi di Pulau Jawa dan sebagaian kecil Sumatera yang melebihi 80% desa yang memiliki bidan. Papua dan Papua Barat berkisar antara 20%-40%, sebagian besar Provinsi di Pulau Kalimantan baru 40-60% desa yang memiliki bidan. Dari penyebarannya terlihat sebagian besar masih berkumpul di Pulau Jawa. Kendala bagi keberadaan bidan di desa antara lain:1. Tidak ada reward dan punishment bagi bidan desa2. Bidan desa tidak bertempat di desa sesuai dengan Surat Keputusan Bupati3. Di kabupaten tertentu jumlah bidan tidak sesuai dengan jumlah desa.Untuk itu perlu dilihat ketersediaan dan pemanfaatan perawat di desa. Belum semua kabupaten memiliki dokter spesialis anak yang merupakan tempat rujukan pelayanan kesehatan anak9) Ketersediaan Fasilitas KesehatanJumlah layanan dan fasilitas kesehatan memiliki peranan penting dalam menanggulangi jumlah kematian ibu dan bayi. Semakin banyak dan meratanya jumlah fasilitas kesehatan, semakin besar pula kesempatan masyarakat untuk mengaksesnya.Berdasarkan data dari Ditjen BUK Depkes RI, tercatat jumlah fasilitas kesehatan keluarga berencana sesuai standar paling banyak ada di Provinsi Jateng sebanyak 8270 layanan. Sedangkan wilayah Indonesia bagian timur seperti Sulawesi Utara (54 layanan), Maluku (165 layanan), Papua (290 layanan). Jika dilihat jumlahnya masih jauh dibawah layanan yang ada di Pulau Jawa.

Faktor demografi kematian ibuAngka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, yakni 307/100.000 kelahiran. Propinsi penyumbang kasus kematian ibu melahirkan terbesar adalah Propinsi Papua 730/100.000 kelahiran, Nusa Tenggara Barat (NTB) 370/100.000 kelahiran, Maluku 340/100.000 kelahiran dan Nusa Tenggara Timur (NTT) 330/100.000 kelahiran. Tingginya AKI menunjukkan bahwa derajat kesehatan di Indonesia masih belum baik. Penyebab langsung kematian ibu terjadi pada umumnya sekitar persalinan dan 90% oleh karena komplikasi. Penyebab langsung kematian ibu menurut SKRT 2001 adalah : perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium (11%), abortus (5%), trauma obstetric (5%), emboli obstetric (5%), partus lama/macet (5%) serta lainnya (11%).2 Penyebab langsung tersebut diperburuk oleh status kesehatan dan gizi ibu yang kurang baik, dan adanya faktor resiko kehamilan pada ibu. Penyebab tidak langsung antara lain adalah : rendahnya taraf pendidikan perempuan, kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi, kedudukan dan peranan ibu yang kurang menguntungkan dalam keluarga, serta kurangnya ketersediaan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (KB). Penyebab kematian ibu berdasarkan faktor demografi yaitu :1) Tingkat ekonomi yang rendah (kemiskinan) Kemiskinan biasanya disertai dengan pengangguran, kekurangan gizi, kebodohan, status wanita yang rendah, rendahnya akses ke pelayanan sosial dan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Faktor-faktor ini memberikan kontribusi terhadap tingginya fertilitas, morbiditas dan mortalitas, serta rendahnya produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang besar pada penggunaan tenaga kesehatan terlatih sebagai penolong persalinan menurut kelompok ekonomi. Sebanyak 89,2% ibu dari kelompok ekonomi tinggi melahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan, dibandingkan dengan 21,3% dari kelompok ekonomi rendah Hal ini menggambarkan adanya ketimpangan dalam akses finansial untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan dalam distribusi tenaga yang bermutu.7,8 Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menunjukkan bahwa salah satu penyebab kematian ibu lebih banyak terjadi pada ibu dengan karakteristik kemampuan membayar biaya pelayanan persalinan rendah dan melakukan persalinan di rumah.2 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 di NTT menemukan bahwa meskipun program bidan desa telah dikembangkan, 72% kelahiran dilakukan di rumah dan 54,2% kelahiran ditolong oleh dukun beranak.2 Proses persalinan yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan menyebabkan keterlambatan-keterlambatan sebagai berikut:a. Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk segera mencari pertolongan;b. Terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pertolongan persalinan;c. Terlambat memperoleh pertolongan yang memadai di fasilitas pelayanan kesehatan.2) Tingkat pendidikan yang rendah Pendidikan berperan penting dalam penurunan AKI karena berkaitan dengan pengetahuan kesehatan ibu. Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menunjukkan bahwa kematian ibu lebih banyak terjadi pada ibu dengan karakteristik pendidikan di bawah sekolah lanjutan pertama (SLP). 2,3 Berdasarkan hasil penelitian SMERU,6 tingkat pendidikan di NTT masih rendah. Lama sekolah untuk wanita rata-rata di bawah enam tahun, artinya masih banyak penduduk wanita yang belum menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan masyarakat menyebabkan keterlambatan-keterlambatan sebagai berikut: a. Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk segera mencari pertolongan; b. Terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pertolongan persalinan; c. Terlambat memperoleh pertolongan yang memadai di fasilitas pelayanan kesehatan.3) Total Fertility Rate (TFR) yang Masih Tinggi Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki empat anak akan memiliki nilai probabilitas persentase angka kematian sebesar 1,23% sebagai akibat dari kehamilan mereka.8 Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 memperlihatkan bahwa terdapat 7 (tujuh) propinsi yang masih memiliki angka kelahiran total di atas 3 (tiga) anak per wanita, dengan NTT sebagai propinsi yang memiliki angka kelahiran total tertinggi, yaitu 3,366 anak per wanita.5 Hal ini berhubungan juga dengan tingkat pendapatan yang rendah (kemiskinan) yang menyebabkan mereka kesulitan untuk membeli alat kontrasepsi.4) Tempat tinggal Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kematian ibu antara lain faktor tempat tinggal. Tingkat kematian ibu di daerah perkotaan lebih rendah dibanding daerah pedesaan. Hal ini didasari karena masyarakat kota pada umumnya mempunyai kondisi sosial ekonomi yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih tinggi, serta penyediaan air dan sanitasi yang lebih baik, demikian pula konsentrasi pelayanan kesehatan modern dan tenaga kesehatan lebih besar di kota.3 Contohnya wilayah provinsi NTT yang secara geografis terdiri dari daratan yang berbukit-bukit menyebabkan sulitnya transportasi antar wilayah, termasuk kondisi daerah yang masih terpencil. Hal ini menyebabkan sulitnya akses pelayanan kesehatan yang menyebabkan:2a. Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan untuk segera mencari pertolongan; b. Terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pertolongan persalinan; c. Terlambat memperoleh pertolongan yang memadai di fasilitas pelayanan kesehatan5) Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dibandingkan ibu. Misalnya :ibu hamil terlambat dibawa ke rumah sakit karena masih adanya kekuasaan tradisional di keluarga, karena budaya paternalistik yang membenarkan dominasi laki-laki dalam pengambilan keputusan sering mengakibatkan ibu hamil terlambat dibawa ke rumah sakit6) Usia ibu hamil yang terlalu tua (usia >35)Kematian ibu yang disebabkan karena timbulnya berbagai komplikasi kehamilan seperti perdarahan dan distosia yang dihubungkan dengan kondisi organ reproduksi ibu yang mengalami penurunan fungsi sehingga memperberat kondisi ibu saat hamil.7) Usia ibu hamil yang relatif dini (usia