Upload
abamvc-muhammad-akbar
View
29
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan probnlem based learning blok cardiology pbl 3 universitas jenderal soedirman purwokerto
Citation preview
LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 3
BLOK SISTEM CARDIOVASCULAR
Tutor: dr. Afifah
Disusun oleh:
Kelompok 1
Nur Astuti Harahap G1A010004
Aji Suandana G1A010009
Kholifah Alhuda G1A010013
Windarto G1A010036
Gilang Ridha f G1A010042
Ridda Nurraida s G1A010044
Risma Pramudya w G1A010045
Nikko Aulia rachman G1A010047
Dasep Padilah G1A010062
Nurvynda Pratiwi G1A010066
KEMENTERIAAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2012
PBL 3
Informasi 1
An. Ananda (15 bulan, 12 kg), dibawa oleh ibunya ke IGD RSUD. An. Ananda
mengalami mencret sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi 10-15 kali/ hari,
sekali +/- ½ gelas blimbing, Sulit makan-minum dan sering muntah.
Saat pemeriksaan fisik awal, diketahui KU : anak tampak lemah dan gelisah .
Akral teraba dingin dan nadi teraba lemah.
Kejelasan Istilah dan Konsep
1. Muntah : Mekanisme traktus Gastro Intestinal dalam membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hamper semua bagian atas traktus GI teriritasi secara luas, sangat mengembang/terlalu terangsang.
2. Akral adalah keadaaan yang mempengaruhi pada bagian ektremitas. (Dorland, 1998).
I. Identifikasi Masalah
1) Identitas Pasien
A. Nama : An. Amanda
B. Usia : 15 bulan
C. Jenis Kelamin : Perempuan
D. Berat badan : 12 kg
2) Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan Utama : Mencret
b. Onset : 3 hari
c. Kualitas : -
d. Kuantitas :
e. Faktor memperingan :
f. Faktor memperberat : -
g. Gejala penyerta : Sulit makan-minum, muntah
3) Riwayat Penyakit Dahulu: -
4) Riwayat Penyakit Keluarga: -
5) Riwayat Sosial dan ekonomi: -
1. Analisis Masalah
1. Bagaimana patofisiologi diare?
2. Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare
3. Bagaimana sifat tinja pada orang diare?
4. Definisi syok
5. Klasifikasi syok
6. Patofisiologi syok
7. Penatalaksanaan syok
2. Menyusun berbagai penjelasan mengenai permasalahan
1. Patofisiologi Diare
Karena adanya faktor infeksi yang masuk lewat makanan. Kemudian
faktor infeksi masuk ke epitel usus halus dan terjadi infeksi. Kemudian
terjadi kerusakan sel-sel epitel lalu digantikan oleh sel enterosit baru. Hal
ini menyebabkan fili-fili akan atrofi dan tidak dapat diserap dengan baik.
Hal ini menyebabkan terjadinya reaksi hiperperistaltik. Makanan yang
tidak dapt diserap ke dalam tubuh terorog melalui usus menuju anus
sehingga terjadi mencret. (Guyton, 2008).
2. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan Diare
Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala
Dehidrasi Berat Terdapat dua atau lebih tanda
di bawah ini:
1. Letargis/tidak sadar
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum atau
malas minum
4. Cubitan kulit perut
kembali sangat
lambat(≥ 2detik)
Dehidrasi
Ringan/Sedang
Terdapat dua atau lebih tanda
dibawah ini:
1. Rewel, gelisah
2. Mata cekung
3. Minum dengan lahap,
haus
4. Cubitan kulit kembali
lambat
Tanpa Dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda
untuk diklasifikasikan sebagai
dehidrasi ringan atau berat
Tabel 1. Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare (WHO, 2008).
3. Sifat tinja pada orang diare
Awitan diare mendadak dengan buang air besar lebih dari empat kali
per hari dan tidak ada muntah sebelum diare meningkatkan kemungkinan
adanya erteritis bakterial. Diare berdarah dan demam paling sering
dijumpai pada enteritis bakterial walaupun infeksi Cryptosporidum juga
sebaiknya dipertimbangkan pada anak-anak yang berada di tempay
peitipan anak.
1. Tinja pada infekasi Rotavirus biasanya berwana hijau, berair dan
tidak berdarah.
2. Tinja pada onfeksi Salmonella biasanya berwarna hijau,
berlendir, dan berbau telur busuk.
3. Tinja pada infeksi Shigella khas berair, berdarah dan tidak
berbau.
(Sudoyo, 2006).
4. Klasifikasi Syok Berdasarkan Etiologi
a. Syok hipovolemik
1. perdarahan
2. kehilangan volume cairan
3. perpindahan cairan dari vaskuler ke sel interstisial
b. Syok kardiogenik
Gangguan kemampuan pompa jantung (cardiac arrest, aritmia,
kelainan katup, degenerasi miokard, infeksi sistemik obat – obatan.
c. Syok anafilaktik
Reaksi ana f ilaktik yang tidak begitu parah dapat menyebabkan
syok an af ilaktik dikarenakan allergen menyebabkan penyebaran
vasodilasi dan pergerakan cairan dari darah ke tissue.
d. Syok neurogenik
Penyebab syok paling jarang adalah terlukanya spinal chord yanng
menyebabkan s yo k ne u rogenik . Syok neurogenik disebabkan oleh
kehilangan signal sistem saraf simpatetik dengan mendadak kepada
otot licin di tembok vesel. Tanpa stimulasi konstan, vesel akan
menjadi tenang dan menyebabkan pengurangan mendadak
pertahanan vaskular dan pengurangan tekanan darah.
e. Syok septik
Organisme penyebab gram negatif (P. aerogenosa, Escherichia
coli, Klebseilla pneomoni, Staphylococcus, Streptococcus).
( Patrick, 2010).
Perbedaan syok dari faktor pencetus
a. Syok hipovolemik : dapat disebabkan karena berkurangnya volume
intravaskular yang sangat banyak.
b. Syok kardiogenik : terganggunya pompa jantung karena kolaps.
c. Syok anafilaktik : dapat disebabkan respons alergi yang meluas berkaitan
dengan degranulasi sel mast dan pelepasan inflamasi.
d. Syok septik : dapat disebabkan infeksi sistemik masif dan pelepasan
mediator vasoaktif inflamasi.
e. Syok neurogenik : dapat disebabkan hilangnya tonuss vaskular secara
mendadak di seluruh tubuh.
(Corwin, 2009).
Informasi II
Anamnesis lebih lanjut
An. Ananda menderita panas sejak 3 hari yang lalu, tinggi, terus menerus, turun
ketika diberi penurun panas, 3-4 jam kemudian naik lagi, pilek (+) dan kadang
batuk. BAB cair, lendir(-). Kencing lebih pekat dari biasanya, terakhir 12 jam
yang lalu.
Pemeriksaan Fisik
1) KU : lemas, gelisah.
2) TV : HR: 165 x/menit
3) Nadi : 165 x/menit
4) Teraba lemah
5) RR : 44 x/menit
6) Suhu : 38,5 0C
7) Mata : konjungtiva: merah muda (tidak anemis)
8) Hidung : nafas cuping (-)
9) Mulut : sianosis (-)
10) Dada :
a. Jantung : BJ I/II
b. Bising : (-)
c. HR : 165 x/menit
d. Paru : SD: Vesikuler
e. ST : (-)/(-)
11) Abdomen : BU(+) N; teraba supel, distensi (-)
12) Hepar : teraba 3 cm bawah arkus costa
13) Lien : S-0
14) Ekstremitas : akral dingin(+), cap refill: 3”, sianosis (-)
Informasi III
An. Ananda mengalami syok hipovolemik akibat Diare Akut dengan Dehidrasi
Berat (DADB), dan memperoleh resusitasi cairan untuk mengatasi kegawatannya.
1. Langkah awal : ABC : pastikan jalan nafas bersih dan posisi tepat.
2. Oksigenasi 100%
3. Resusitasi cairan RL: 12 x 20 ml = 240 ml dalam 10 menit: dapat diulang
4. Konsultasikan ke Spesialis Anak yang ada dan jika perlu konsul ICU
(tidak respon terhadap cairan yang diberikan, terhadap ancaman gagal
nafas, terjadi syok berulang).
5. Sebaiknya anak ini dirawat di ICU atau minimal di HCU (Ruang
pengawasan ketat) karena diduga terdapat problematika yang berat (Syok,
sepsis, DADB).
3. Merumuskan Tujuan Belajar
1. DEFINISI DIARE
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan konsistensi
feses menjadi cair. Diare bisa dikatakan apabila frekuensi buang air besar
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair. Diare bisa digolongkan
menjadi 2, yaitu diare akut atau bila telah berlangsung lebih dari 2 minggu
dikategorikan sebagai diare kronik. (Sudoyo, 2006).
2. ETIOLOGI DIARE MENURUT WAKTU
a. Diare akut
Diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut
World Gastroenterology Organisation Global guidelines, bahwa diare
akut adalah tinja dalam keadaan cair/lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal dan berlangsung selama kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Batasan 15 hari ini
ditujukan agar dokter di Indonesia tidak lengah dan dapat lebih cepat
menginvestigasi penyebab diare dengan tepat.
c. Diare persisten
Diare yang berlangsung antara rentang waktu 15-30 hari yang
merupakan kelanjutan dari diare akut. Merupakan masa peralihan
antara diare akut dan kronik dengan lama diare kronik yang dianut
adalah lebih dari 30 hari. (Sudoyo, 2006).
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.Infeksi enteral meliputi:
b. Infeksi bakteri: vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
c. Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)
d. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida. Pada bayi yang
terpenting dan tersering ialah intolerasi laktrosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan: makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas.
(Latief, 1985).
3. DEFINISI SYOK
Syok merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan perfusi jaringan yang
disebabkan oleh gagalnya sistem kardiovaskular untuk menyediakan
sirkulasi darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan semua jaringan
vital ditubuh. (Chandrasoma, 2005).
4. ETIOLOGI SYOK
a. Syok dapat terjadi apabila pompa jantung tidak bekerja sehingga
tekanan darah turun misalnya pada serangan jantung, trauma tulang
belaang, rasa sakit yang hebat, dan infeksi.
b. Syok dapat disebabkan oleh berkurangnya volume cairan tubuh atau
pembuluh darah mengalami dilatasi. Hal ini bisa karena kehilangan
banyak darah sebagai akibat dari perdarahan luar atau dalam maupun
kehilangan banyak cairan akibat luka bakar hebat, diare dan muntah-
muntah.
(Chandrasoma, 2005).
A. Etiologi Syok Hipovolemik
Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik
adalah kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-
muntah, diare, diuresis, dan perpindahan cairan internal seperti : hemoragi
internal, luka baker, asites dan peritonitis.
1. Perdarahan.
a. Hematom subkapsular hati.
b. Aneurisma aorta pecah.
c. Perdarahan gastrointestinal.
d. Perlukaan berganda.
2. Kehilangan plasma.
a. Luka bakar luas.
b. Pankreatitis.
c. Deskuamasi kulit.
d. Sindrom Dumping.
3. Kehilangan cairan ekstravaskular.
a. Muntah.
b. Dehidrasi.
c. Diare.
d. Terapi diuretik yang sangat agresif.
e. Diabetes insipidus.
(Ika, 2009).
4. PATOFISIOLOGI SYOK HIPOVOLEMIK
Patofisiologi sangat berhubungan dengan penyakit primer penyebab
dari syok. Namun secara umum bila terjadi penurunan tekanan darah maka
tubuh akan mengadakan respon untuk mempertahankan sirkulasi dan
perfusi yang adekuat pada organ-organ vital melalui refleks
neurohormonal. Integritas sirkulasi tergantung pada volume darah yang
beredar, tonus pembuluh darah dan sistem pompa jantung. Gangguan dari
salah satu fungsi tersebut dapat menyebabkan terjadinya syok. Bila terjadi
syok hipovolemik maka mekanisme kompensasi adalah melalui :
1) Baroreseptor
Reseptor ini mendapat rangsangan dari perubahan tegangan
dalam pembuluh darah. Bila terjadi penurunan tekanan darah maka
rangsangan terhadap baroreseptor akan menurun, sehingga rangsangan
yang dikirim baroreseptor ke pusat menjadi berkurang, sehingga
terjadi :
a. Penurunan rangsangan terhadap cardioinhibitory centre.
b. Penurunan hambaran terhadap pusat vasomotor
Akibat dari kedua hal tersebut maka terjadi vasokonstriksi dan
takikardia. Baroreseptor ini terdapat sinus caroticus, arcus aorta,
atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan dalam sirkulasi paru.
Baroreseptor sinus caroticus merupakan baroreseptor perifer yang
paling berperan dalam pengaturan tekanan darah.
2) Kemoreseptor
Respon baroreseptor mencapa respon maksimal bila tekanan
darah menurun sampai 60 mmHg. Bila tekanan darah menurun
dibawah 60 mmHg. Bila tekanan darah menurun dibawah 60 mmHg
maka yang bekerja adalah kemoreseptor, yang terangsang bila tyerjadi
hipoksia dan asidosis jaringan. Akibat rangsangan kemoreseptor ini
terjadi vasokonstriksi yang luas dan rangsangan pernafasan.
3) Cerebral Ischemic Resreptor
Bila aliran darah ke otak menurun sampai < 40 mmHg maka akan
terjadi symphathetic discharge massif. Respon dari reseptor di otak ini
lebih kuat dari respon reseptor perifer.
4) Respon Hurmonal
Bila terjadi hipovolemia// hiipotensi maka tubuh akan
mengeluarkan hormon-hormon stress seperti epinefrin, glukagon dan
kortisol yang merupakan hormon yang mempunyai efek kontra dengan
insulin. Akibat dari pengeluaran hormon ini adalah terjadi takikardia,
vasokonstriksi dan hiperglikemia. Vasokonstriksi diharapkan akan
meningkatkan tekanan darah perifer dan preload, isi sekuncup dan
curah jantung. Sekresi ADH oleh hipofise posteior juga meningkat
sehingga pengeluaran air dari ginjal dapat dikurangi.
5) Retensi air dan garam oleh ginjal
Bila terjadi hipoperfusi ginjal maka akan terjadi pengeluaran
renin oleh aparatus yukstaglomerulus yang merubah angiotensinogen
menjadi angitensin 1. Angitensin 1 ini oleh angiotensin convertizing
enzyme dirubah menjadi angiotensin II yang mempunyai sifat :
c. Vasokonstriktor kuat
d. Merangsang pengeluaran aldosteron sehingga meningkatkan
reabsorbsi natrium di tubulus ginjal
e. Meningkatkan sekresi vasopresin.
(Sudoyo, 2006).
(Gambar 1. Refleks kardiovaskular pada hipotensi)
5. PENATALAKSANAAN SYOK HIPOVOLEMIK
A. Penatalaksanaan secara umum
1. Penyebab syok harus diidentifikasi dan diatasi apabila mungkin.
2. Penggantian volume plasma penting dilakukan, kecuali untuk syok
kardiogenik. Larutan yang digunakan sebagai pengganti cairan
bergantung pada penyebab syok.
3. Mungkin diperlukan suplemen oksigen atau ventilasi arifisial.
4. Agen vasopresor diberikan dengan tujuan untuk mengembalikan
tekanan darah ke arah normal.
(Corwin, 2009).
Cardio inhibitory center dihambat Aktivasi cardiostimulatory center
Volume sirkulasi menurun
Preload menurun
Volume sekuncup menurun
Baroreseptor, kemoreseptor cerebral ischemic receptor
Curah jantung menurun
Output simpatetik meningkat
Output parasimpatik menurun
HR meningakat, kontaktilitas otot jantung meningakat , vasokonstriksi
Ginjal
Angiotensin, vasopresin, aldosteron
B. Penatalaksanaan Syok Metode ABC
1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat
lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik
vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan
tekanan darah.
2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
A. Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap
bebas, tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang
tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh
ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan
ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut.
B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan
bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke
mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai
udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan
napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan
jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga
harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan
sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih
aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau
trakeotomi.
C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri
besar (a. karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi
jantung luar.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan
hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi
jantung paru. (Ward, 2008).
(Ward, 2008).
Pasang CVP
Cathecolamine resistance shock
T normalCapillary refill < 2 detikUrine . 1 ml/kg/JamAkral hangat
A B CR/L/ koloid 20 mg/kg/BB/ 10 menit dapat dinaikan sampai mencapai 60 ml/kgBB dalam 1 jam Koreksi hipoglikemia, hipokalsemia
SyokT Nadi cepat lemahAkral dinginCapillary reffill time > 3 dtkKesadaran menurun
T Nadi cepat lemahAkral dinginCapillary reffill time > 3 dtkKesadaran menurun
Respon -, (fluid refractory shock)Respon +
Dopamin
Fluid refractory-dopamin resitant shockEpinefrinNorepinefrinVasodilator
Observasi I C U
SaO2Glukosa darah , Ca ++
Gas darahECG monitor
Respon -
Resiko insufisiensi adneral + Resiko insufisiensi adrenal -
Hidrokortison + Hidrokortison -
DAFTAR PUSTAKA
Chandrasoma, Parakrama. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dorland, W.A. 1998. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton & Hall .2008 .Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Ika ,Prasetya, et all.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid 1.Jakarta : Internal Publishing.
Kline JA. Shock In: Marx JA, Hockberger RS, Wall RM eds. Rosen’s Emergency
Medicine : Concepts and clinical practice 5th ed. St Louis : Mosby, 2002: 34-
47.
Latief, Abdul. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI
Patrick, gaskins. 2010. “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan syok hipovolemik” http://jrpatrickgaskins.blogspot.com (diakses tgl: 30 Mei 2012)
Schwartz, M. William. 1996. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Thijs L G. The Heart in Shock (With Emphasis on Septic Shock). Dalam
kumpulan makalah: Indonesian Symposium On Shock & Critical Care. Jakarta-
Indonesia, August 30 – September 1, 1996 ; 1 – 4.
Ward,
World Health Organization Indonesia. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit, Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di
Kabupaten/Kota. Jakarta: WHO Indonesia