20
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu merupakan agenda rutin yang dilaksanakan Universitas Negeri Semarang yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa. Sebagai mahasiswa tentunya harus benar-benar menguasai dan memahami serta mengaplikasikan ilmu yang kita dapat selama di bangku kuliah. Oleh karena itu dengan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan teori yang telah dipelajari di bangku kuliah serta dapat mengaplikasikannya ke dalam dunia kerja yang sesuai dengan ilmu yang kita terima. Kuliah Kerja Lapanga n (KKL) merupak an kesempatan yang tepat untuk mengembangkan potensi dalam hal berfikir, keterampilan dan kepribadian serta pandangan masa depan karena dalam pelaksanaannya terjadi interaksi antara mahasiswa dengan objek belajar secara langsung. Dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu 2012 saya berkesempatan mengunjungi kantor lembaga Direktorat Jenderal Pajak yang notabene kunjungan tersebut berkesinambungan dengan materi perkuliahan perpajakan. Karena kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu 2012 Universitas Negeri Semarang ini wajib bagi seluruh mahasiswa, maka sebagai tugas akhir agar mahasiswa dapat dinyatakan lulus dalam kegiatan tersebut diperlukan adanya laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan kunjungan pada kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu , maka masalah yang akan dibahas sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan pajak ? 2. Apakah fungsi pajak ?

Paper Pajak (Kkl)

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGKuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu merupakan agenda rutin yang dilaksanakan Universitas Negeri Semarang yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa. Sebagai mahasiswa tentunya harus benar-benar menguasai dan memahami serta mengaplikasikan ilmu yang kita dapat selama di bangku kuliah. Oleh karena itu dengan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan teori yang telah dipelajari di bangku kuliah serta dapat mengaplikasikannya ke dalam dunia kerja yang sesuai dengan ilmu yang kita terima.Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan kesempatan yang tepat untuk mengembangkan potensi dalam hal berfikir, keterampilan dan kepribadian serta pandangan masa depan karena dalam pelaksanaannya terjadi interaksi antara mahasiswa dengan objek belajar secara langsung.Dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu 2012 saya berkesempatan mengunjungi kantor lembaga Direktorat Jenderal Pajak yang notabene kunjungan tersebut berkesinambungan dengan materi perkuliahan perpajakan.Karena kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu 2012 Universitas Negeri Semarang ini wajib bagi seluruh mahasiswa, maka sebagai tugas akhir agar mahasiswa dapat dinyatakan lulus dalam kegiatan tersebut diperlukan adanya laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). 1.2. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan kunjungan pada kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu , maka masalah yang akan dibahas sebagai berikut :1. Apa yang dimaksud dengan pajak ?2. Apakah fungsi pajak ?3. Ketentuan umum dan tata cara perpajakan

1.3. TUJUAN DAN MANFAATKegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini bertujuan sebagai berikut : 1. Mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang tepat untuk penerapan di masa yang akan datang.2. Membantu mahasiswa dalam memahami teori dan konsep yang akan dan telah diperoleh di bangku kuliah sesuai dengan program keahlian.3. Memberi gambaran tentang aplikasi teori perpajakan dalam dunia kerja.4. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa.Manfaat dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sebagai berikut :1. Memahami sistem perpajakan di Indonesia.2. Mendapatkan pengalaman berkunjung di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

1.4. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAANPelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu 2012 dilaksanakan pada :Hari: SeninTanggal: 16 Juli 2012Waktu: pukul 09.30 11.30 WIBTempat: Kantor Direktorat Jenderal Pajak

1.5. PESERTA KKL TERPADUPeserta Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu 2012 Universitas Negeri Semarang terdiri dari mahasiswa Pendidikan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan angkatan 2011. Kegiatan kunjungan disesuaikan dengan program masing-masing jurusan.

1.6. BENTUK KEGIATANKegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Terpadu 2012 jurusan Pendidikan Ekonomi (Akuntansi) berupa kunjungan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak dan sebagian di Kantor BNI Jakarta.

1.7. METODE PENGUMPULAN DATAMetode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :a. ObservasiPengamatan langsung di objek kunjungan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).b. Wawancara atau InterviewProses tanya jawab langsung mengenai hal-hal yang ingin dan perlu diketahui sebagai tambahan wawasan untuk menyusun laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini.c. Studi PustakaMencari sumber informasi tentang perpajakan di Indonesia melalui sumber tertulis dari Direktorat Jenderal Pajak maupun browsing melalui internet di website www.pajak.go.id atau sumber lainnya.

1.8. SISTEMATIKA PENULISANSistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Waktu Pelaksanaan, Bentuk Kegiatan, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan. BAB II Pembahasan yang meliputi Profil Direktorat Jenderal Pajak dan pembahasan mengenai perpajakan di Indonesia. BAB III Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. DIREKTORAT JENDERAL PAJAKDirektorat Jenderal Pajak adalah sebuah direktorat jenderal dibawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perpajakan. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Pajak menyelenggarakan fungsi : Penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang perpajakan. Pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang perpajakan. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan. Pelaksanaan administrasi direktorat jenderal.

a. SejarahDirektorat Jenderal pajak pada mulanya merupakan perpaduan beberapa unit organisasi : Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan kas Bendaharawan Pemerintah; Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak Negara; Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan Pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan Wajib Pajak Badan; dan Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Ditjen Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 diubah menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan keputusan Presiden RI No. 12 tahun 1976 tanggal 27 Maret 1976, Direktorat Ipeda diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-undang RI No. 12 tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Demikian juga unit kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi Ipeda diganti menjadi Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas Luar Ipeda diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ItDa) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah ini kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang ini. *1924 Djawatan Padjak dibawah Departemen Van Financien berdasar Staatsblad 1924 No. 576 Artikel 3 *1942 Djawatan Padjak dibawah Zaimubu (Djawatan Padjak, Bea Cukai dan Padjak Hasil Bumi) *1945 berdasarkan Penetapan Pemerintah No.2/SD Urusan Bea ditangani Departemen Keuangan Bahagian Padjak *1950 Djawatan Padjak dibawah Direktur Iuran Negara *1958 Djawatan Padjak dibawah vertikal langsung Departemen Keuangan *1964 Djawatan Padjak berubah menjadi Direktorat Pajak dibawah pimpinan Menteri Urusan Pendapatan Negara *1965 Direktorat IPEDA di bawah Ditjen Moneter *1966 Direktorat Padjak diubah menjadi Direktorat Jenderal Pajak *1976 Direktorat IPEDA dialihkan Ke Direktorat Jenderal Pajak *1983 Tax Reform I berlakunya Self Assesment *1985 IPEDA berganti nama menjadi Direktorat PBB *2000 Tax Reform II *2002 Modernisasi BirokrasiDirektorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan institusi penting di negara ini dimana saat ini dipercaya mengumpulkan sekitar 80% dari dana APBN, ternyata mempunyai sejarah panjang sejak sebelum proklamasi kemerdekaan RI. Sejarah singkat DJP terbagi dalam beberapa periode sebagai berikut:1. Pra Proklamasi Kemerdekaan RIPada zaman penjajahan Belanda, tugas pemerintahan dalam bidang moneter dilaksanakan oleh Departemen Van Financien dengan dasar hukumnya yaitu Staatsblad 1924 Number 576, Artikel 3. Pada masa penguasaan Jepang, Departemen Van Financien diubah namanya menjadi Zaimubu. Djawatan-djawatan yang mengurus penghasilan negara seperti Djawatan Bea Cukai, Djawatan Padjak, serta Djawatan Padjak Hasil Bumi. Ketiganya digabungkan dan berada di bawah seorang pimpinan dengan nama Syusekatjo.

2. Periode 1945-1959Maklumat Menteri Keuangan Nomor 1 Tanggal 5 Oktober 1945 yang menyatakan bahwa seluruh Undang-undang atau peraturan tentang perbendaharaan Keuangan Negara, pajak, lelang, bea dan cukai, pengadaan candu dan garam tetap menggunakan Undang-Undang atau peraturan yang ada sebelumnya sampai dengan dikeluarkannya peraturan yang baru dari pemerintah Indonesia. Sedangkan Penetapan Pemerintah tanggal 7 Nopember 1945 No. 2/S.D. memutuskan bahwa urusan bea ditangani Departemen Keuangan Bahagian Padjak mulai tanggal 1 Nopember 1945 sesuai dengan Putusan Menteri Keuangan tanggal 31 Oktober 1945 No. B.01/1. Akhir tahun 1951 Kementerian Keuangan mengadakan perubahan dimana Djawatan Padjak, Djawatan Bea dan Cukai dan Djawatan Padjak Bumi berada dibawah koordinasi Direktur Iuran Negara.

3. Periode 1960-1994Tahun 1964 Djawatan Padjak diubah menjadi Direktorat Pajak yang berada dibawah pimpinan Pembantu Menteri Urusan Pendapatan Negara. Kemudian pada tahun 1966 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet No. 75/U/KEP/11/1966 tentang Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Departemen-Departemen, Direktorat Padjak diubah menjadi Direktorat Djenderal Padjak yang membawahi Sekretariat Direktorat Djenderal, Direktorat Padjak Langsung, Direktorat Padjak Tidak Langsung, Direktorat Perentjanaan dan Pengusutan,dan Direktorat Pembinaan Wilayah.

b. Visi dan MisiVisiMenjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.MisiMenghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

c. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pajak1. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajaka. Sekretariat Direktorat JenderalMelaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada semua unsur di DJP.b. Direktorat Peraturan Perpajakan IMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang peraturan KUP, Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, PPN dan PPnBM, serta PTLL, dan PBB dan BPHTB.c. Direktorat Peraturan Perpajakan IIMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang peraturan PPh, perjanjian dan kerjasama perpajakan internasional, bantuan hukum, pemberian bimbingan dan pelaksanaan bantuan hukum, dan harmonisasi peraturan perpajakan.d. Direktorat Pemeriksaan dan PenagihanMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pemeriksaan dan penagihan pajak.e. Direktorat Intelijen dan PenyidikanMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang intelijen dan penyidikan pajak.f. Direktorat Ekstensifikasi dan PenilaianMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang ekstensifikasi dan penilaian perpajakan.g. Direktorat Keberatan dan BandingMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang keberatan dan banding.h. Direktorat Potensi Kepatuhan dan PenerimaanMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang potensi, kepatuhan, dan penerimaan.i. Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan MasyarakatMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penyuluhan, pelayanan dan hubungan masyarakat.j. Direktorat Teknologi Informasi PerpajakanMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang teknologi informasi perpajakan.k. Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya AparaturMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kepatuhan internal dan transformasi sumber daya aparatur.l. Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan InformasiMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang transformasi teknologi komunikasi dan informasi.m. Direktorat Transformasi Proses BisnisMerumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang transformasi proses bisnis.2. Pusat Pengolahan Data dan Dokumen PerpajakanMelaksanakan penerimaan, pemindaian, perekaman, dan penyimpanan dokumen perpajakan dengan memanfaatkan teknologi informasi perpajakan.3. Kantor Wilayah Wajib Pajak Besar dan Jakarta KhususMelaksanakan koordinasi, bimbingan, pengendalian, analisis, dan evaluasi atas pelaksanaan tugas Kantor Pelayanan Pajak (KPP), serta penjabaran kebijakan dari kantor pusat untuk Wajib Pajak Badan dengan tingkat omset tertentu dan kriteria tertentu: BUMN, Penanaman Modal Asing, Perusahaan Masuk Bursa, dan sebagainya. 4. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal PajakMelaksanakan koordinasi, bimbingan, pengendalian, analisis, dan evaluasi atas pelaksanaan tugas KPP, serta penjabaran kebijakan dari kantor pusat. 5. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar, Khusus, dan MadyaMelaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan kepada wajib pajak, berdasarkan segmentasi wajib pajak yang diadministrasikannya: Wajib Pajak Badan dengan tingkat omset tertentu dan kriteria tertentu seperti: BUMN, Penanaman Modal Asing, Perusahaan Masuk Bursa, dan sebagainya. 6. Kantor Pelayanan Pajak PratamaMelaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan kepada wajib pajak, berdasarkan segmentasi wajib pajak yang diadministrasikannya: Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan dengan tingkat omset tertentu di luar yang diadministrasikan oleh Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar, Khusus, dan Madya. 7. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi PerpajakanMelaksanaan pelayanan, penyuluhan, dan konsultasi perpajakan kepada masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh kantor-kantor pelayanan pajak.

2.2. PENGERTIAN PAJAKPajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara tidak dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi : Pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), Subsidi Listrik, Subsidi Pupuk, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Pengadaan Beras Miskin (RASKIN), Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, atau puskesmas, kantor polisi. Pembiayaan lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.Pada dasarnya setiap orang baik Warga Negara Indonesia/Warga Negara Asing yang bertempat tinggal di Indonesia dan badan yang didirikan di Indonesia merupakan Wajib Pajak, kecuali ketentuan peraturan perundang-undangan menentukan lain. Mengingat sifatnya yang wajib, maka orang atau suatu badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan disebut sebagai Wajib Pajak (WP).Wajib Pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : Orang PribadiMereka yang telah mempunyai penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dimana batasan PTKP telah ditentukan oleh Undang-undang Pajak Penghasilan. BadanSekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

2.3. DEFINISI TIAP PAJAK PUSAT1. Pajak Penghasilan (PPh)Dikenakan atas setiap penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi dan menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, hasil sewa rumah, bunga, deviden, royalti, komisi, gratifikasi, bonus dan lain sebagainya.2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak yang dipungut dari konsumen atas konsumsi setiap barang dan ataujasa di dalam negeri. Pada prinsipnya setiap barang dan jasa dikenakan PPN, kecuali detetapkan lain oleh undang-undang, misalnya kebutuhan pokok seperti beras.3. Pajak Penjualan atas Barang yang tergolong Mewah (PPnBM) Dikenakan terhadap konsumsi barang-barang yang tergolong mewah.Barang yang tergolong mewah adalah: Barang tersebut bukan merupakan kebutuhan pokok Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi Barang tersenut dikonsumsi untuk menunjukkan status Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat.4. Pajak Bumi dan Bangunan Dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan bumi dan atau bangunan.Contoh: Apabila si A memiliki rumah toko(ruko), dan ruko tersebut disewakankepada PT X maka dalam hal ini PT X yang mendapat manfaat lansung dari ruko tersebut wajib membayar PBB-nya , kecuali perjanjian menentukan lain. Namun pada tahun 2014, PBB tidak lagi dipungut oleh pusat melainkan oleh daerah.5. Bea MateraiBea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokoumen. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan, bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan. Contoh: Surat Berharga, kwitansi pembayaran yang menyebutkan jumlah uang, Surat Perjanjian, Akta-akta notaris termasuksalinannya, Akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, surat-surat lain yang digunakan sebagai alat pembuktian di depan pengadilan.

2.4. FUNGSI PAJAKAda dua fungsi pajak, yaitu :1. Fungsi BudgetairPajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara.2. Fungsi Mengatur (regulured)Pajak sebagai alat untuk mengatur kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2.5. KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKANDasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah Undang-undang No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang No. 28 Tahun 2007.Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasiperpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.Fungsi NPWP sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Juga untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan.Pendaftaran NPWP ditujukan bagi semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, Wajib Pajak mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan NPWP. Tempat pendaftaran dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal dan tempat kegiatan usaha.Sanksi diberikan kepada setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dan atas perbuatannya tersebut menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.Penghapusan NPWP apabila Wajib Pajak tersebut sudah tidak memenuhi persyaratan subyektif dan/atau obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Misalnya Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan atau meninggalkan warisan tetapi sudah terbagi habis kepada ahli warisnya. Contoh lain adalah Wajib Pajak tidak lagi memperoleh penghasilan atau memperoleh penghasilan tetapi di bawah PTKP.Format NPWP yaitu terdiri dari 15 digit, 9 digit pertama merupakan kode wajib pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode administrasi perpajakan. Formatnya sebagai berikut XX.XXX.XXX.X-XXX.XXX.Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang ada dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor, mengekspor, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak mewujudkan dari luar daerah pabean. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan /atau Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang perpajakan.Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, obyek pajak dan/atau bukan obyek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Macam-macam SPT : SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.Fungsi SPT yaitu sebagai pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dibayarkan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Negara.Fungsi SSP adalah sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapat validasi.Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pajak, sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.Fungsi SKPKB sebagai koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPTnya, sarana untuk menegakkan sanksi dan alat untuk menagih pajak.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang.Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak.Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bagian dan/atau denda.Keberatan dan Banding, Tata Cara Penyelesaian Keberatan : Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal pajak Pengajuan keberatan yang dituangkan dalam bentuk keberatan sebagaimana dan harus memenuhi syarat. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan. Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak belum memenuhi persyaratan, Wajib Pajak dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan melengkapi persyaratan yang belum terpenuhi sebelum jangka tiga bulan. Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan bukan merupakan surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan dan tidak diterbitkan Surat Keputusan Keberatan. Pembukuan, catatan, data, informasi atau keterangan lainnya yang tidak diberikan pada saat pemeriksaan tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan, kecuali pembukuan, catatan, data, informasi atau keterangan lain tersebut berada di pihak ketiga dan belum diperoleh Wajib Pajak pada saat pemeriksaan.Tata Cara Penyelesaian Banding : Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Badan Peradilan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan. Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara. Permohonan banding diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima, dengan cara tertulis dengan Bahasa Indonesia, mengemukakan alasan-alasan yang jelas, melampirkan salinan Surat Keputusan Keberatan. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat mengajukan permohonan banding belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan putusan banding diterbitkan.

BAB III PENUTUP3.1. KESIMPULANPengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang ada dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, memanfaatkan barang tidak mewujudkan dari luar daerah pabean.Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang pertambahan nilai.Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara maka akan dipidana paling lambat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun penjara dan/atau membayar denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang atau yang tidak dibayar.Direktorat Jenderal Pajak sebagai sebuah lembaga di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan. DJP bertugas untuk menghimpun penerimaan pajak dari masyarakat yang akan digunakan untukbelanja Negara. Oleh karena itu besar penerimaan pajak sangatlah penting karena membiayai sebagian besar belanja Negara.

3.1. SARAN1. Untuk Direktorat Jenderal Pajak diharapkan untuk terus berkomitmen dalam meningkatkan jumlah penerimaan pajak serta memberikan pengawasan yang ketat terhadap SDMnya agar tidak terjadi lagi kasus-kasus mafia pajak.

2. Untuk masyarakat diharapkan untuk mempunyai kesadaran yang tinggi untukmembayar pajak karena kegunaan pajak tersebut sangatlah penting untukmembiayai pengeluaran Negara.

DAFTAR PUSTAKA1. Trisni Suryarini, Tarsis Tarmudji.2009.Pengetahuan Perpajakan. Semarang : Universitas Negeri Semarang Press2. www.pajak.go.id3. www.wikipedia.com4. Buku-buku Lebih Dekat Dengan Pajak dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas 2011.

18