KKL PKL.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    1/75

    KUMPULAN LAPORAN

    KKL dan PKL 

    Asmat Creative Team 2014

    ASMAT UNDIP

    2014 Present 

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    2/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        1 

    OPTIMASI BIAYA PEMESANAN OBAT DI APOTEK SETYA

    SEHAT FARMA DENGAN MENGGUNAKAN ECONOMIC

    ORDER QUANTITY (EOQ) MODEL

    Uzer Tarmizi (24010111130049)

    Dosen Pembimbing: Nikken Prima Puspita, M.Sc

    Jurusan Matematika FSM UNDIP

    I.  PENDAHULUAN

    Apotek Setya Sehat Farma didirikan pada tanggal 21 April 2004 yang berlokasi di jalan Sapta Prasetya no. 39 Semarang. Daerah tersebut merupakanwilayah yang strategis karena di perumahan Sapta Prasetya belum ada apotek danterletak di tengah-tengah pemukiman elite penduduk dengan daya beli masyarakatyang tergolong tinggi, sehingga apotek sering kekurangan stok yang

    mengakibatkan apotek sering melakukan pemesanan.

    Agar tidak terjadi kekurangan stok obat maka harus ada pengendalian stokobat sehingga apotek tidak sering melakukan pemesanan. Dengan pengendalianstok obat ini dapat meminimalkan total biaya pemesanan. Penulis akan menyusundan menyelesaikan suatu model pengendalian stok obat di Apotek Setya SehatFarma dengan menggunakan Economic Order Quantity (EOQ) Model.

    Obat merupakan kebutuhan primer yang harus terpenuhi. Kualitas dankuantitas obat harus tetap dijaga. Salah satu cara menjaga kualitas dan kuantitasobat, yaitu menyimpan di kulkas. Disamping itu, semakin lama obat disimpanakan menimbulkan resiko lain, seperti penyusutan kualitas. Oleh karena itu, perluadanya pengendalian stok obat. Yang dimaksud pengendalian stok obat di siniadalah mengetahui jumlah kebutuhan obat yang harus dipesan dalam satu kali

     periode pemesanan sehingga Apotek Setya Sehat Farma memperoleh penghematan semaksimal mungkin dalam pengeluaraan biaya pemesanan obat

    Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk mengoptimalkan biaya yang di keluarkan Apotek Setya Sehat Farma dengan cara menentukan jumlah obat yang perlu diadakan yang memenuhi semua kendala yang ada.

    Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah:

    1. Bagi Mahasiswa

    Dapat mengaplikasikan teori matematika yang telah didapatkan melalui perkuliahan pada masalah dunia nyata.

    2. Bagi Apotek

    Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam managemen pengelolaanapotek.

    3. Bagi Intitusi Pendidikan

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    3/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        2 

    Menambah khasanah kepustakaan, khususnya dalam pengembangan dan pengaplikasian matematika yang berbasis riil problem solving.

    II.  PEMBAHASAN

    Istilah persediaan (Inventory) mencakup persediaan bahan baku, persediaan

     bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.Manajemen yang kurang baik terhadap persediaan bisa berakibat fatalterhadap produksi barang.

    Tujuan yang hendak dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalahmeminimalkan total biaya persediaan.

    Beberapa hal yang dpaat kita ketahui dengan Metode Model InventoryEconomic Order Quantity (EOQ) yaitu

    •  Total biaya persediaan TC(q) dapat dicari dengan menjumlahkan total biaya pemesanan, total biaya pembelian, dan total biaya perawatan atau

     penyimpanan.

    •  ()   total biaya pemesanan + total biaya pembelian + total biaya perawatan

    •  Jika diasumsikan jumlah pesanan adalah q unit, dan permintaan per tahunadalah D unit.

    Total biaya persediaan TC(q)

    ()

     

    Sedangkan total biaya per satuan waktu C(q) dapat dihitung dengan caramembagi total biaya persediaan dengan satuan waktu, sebagai berikut :

    () ()  Dengan  maka diperolah total biaya persediaan per satuan waktu :

    ()

     

    Untuk mencari nilai q yang optimal C(q), maka turunan pertama C(q) terhadapq sama dengan nol.

    ()  Sehingga diperoleh jumlah pemesanan optimal sebagai berikut:

     

     

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    4/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        3 

    Dengan mensubstitusikan q* ke turunan kedua C(q) terhadap q, diperoleh:

    () ()

    √    

    Order Quantity (EOQ) yang didapat adalah minimal

    Keterangan

    •  TC(q) = total biaya persediaan

    •  k = biaya pemesanan barang (set up cost)

    •   p = biaya pembelian

    •  Ch = biaya perawatan (holding cost)

    • 

    T = waktu antar pembelian yang berurutan (cycle)

    •  q = jumlah pemesanan

    Optimasi Biaya Pemesanan Obat dengan EOQ

    Berdasarkan Hasil Pengamatan dalam praktek kerja lapangan di Apotek SetyaSehat Farma, Diperoleh jumlah permintaan dalam 1 tahun (Maret 2013  –  Februari 2014).

    Tabel 1. Tabel Permintaan Dalam 1 tahun

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    5/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        4 

    Biaya Penyimpanan (Ch) adalah Biaya yang di keluarkan untuk menyimpan obat.Obat di simpan dengan menggunakan kulkas dengan daya 1,05 kWh. Biaya yangdi keluarkan adalah Rp 795,- /kWh ( golongan rumah tangga R1 ). Dan kulkasterus digunakan dalam 1 tahun, maka biaya yang dikeluarkan untuk menyimpanobat yaitu :

    •  1,05 kWh x 24 (jam) x 365 (hari) x Rp. 795 / kWh =   •

     

    Maka biaya yang di keluarkan / tablet adalah   Biaya pemesanan (k) adalah biaya yang di keluarkan untuk satu kali pemesananobat. Dalam pemesanan obat, waktu yang di butuhkan adalah 5 menit dengan tarifRp. 300 / menit (telpon rumah).Maka biaya yang di butuhkan untuk memesanstock :

    •  5 menit x Rp. 300 /menit = Rp. 1500,-

    Maka untuk mencari jumlah pemesanan optimal (q*) masing  –   masing obatadalah:

    • 

    Ultraproct

    q* = √    = √    = 10,24 ≈ 11 •  Superhoid

    q* = √    = √    = 11,26 ≈ 12 •  Lacto B

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    6/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        5 

    q* = √    = √    = 24,35 ≈ 25 •  Flagystatin

    q* = √    = √    = 10,03 ≈ 10 •  Co Amoxiclav

    q* =√    =√    = 23,88 ≈ 24 Biaya persediaan persatuan waktu dengan pemesanan optimal (q*) adalah

    •  Ultraproct

    ( )  

     

     

     

     

     

     

      = Rp.545.940,57•  Superhoid

    ( )             = Rp.250.408,2

    •  Lacto B

    ( )

     

     

      

     

     

     

      

    = Rp.

    942.039,75

    •  Flagystatin

    ( )                   = Rp.618.602,9

    •  Co Amoxiclav

    ( )

     

     

      

     

     

     

      

    = Rp.

    1.179.257,16

    Sedangkan biaya persediaan persatuan waktu dengan pemesanan apotek () adalah

    •  Ultraproct  ()             = Rp.547.879,9

    •  Superhoid

     

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    7/75

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    8/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        7 

    Penulis menyarankan Apotek Setya Sehat Farma mengganti jumlah pemesanan masing-masing obat. Ultraproct sebanyak 11 tablet, Superhoidsebanyak 12 tablet, Lacto B sebanyak 25 tablet, dan Co Amoxiclav sebanyak24 tablet.

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    9/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        8 

    MENENTUKAN BIAYA PRODUKSI OPTIMUM SELENDANG

    BATIK PADA BATIK PRINTING MA’SUM SA’AD DENGAN

    METODE ECONOMI C PRODUCTION QUANTITY (EPQ)

    Ibnu Imam Dluhri (24010111130049)

    Dosen Pembimbing : Drs. Harjito, M.Kom.

    JurusanMatematika FSM UNDIP

    I.  Pendahuluan

    Produksi adalah segala sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung

     bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

    manusia. Dalam proses produksi suatu barang biasanya akan dikeluarkan biaya

    yang terdiri dari biaya persediaan, biaya produksi dan biaya penyimpanan barang.

    Akan tetapi biaya tersebut akan sering berubah-ubah,. Biaya persediaan barang

    akan berubah sesuai dengan frekuensi jumlah barang yang dibutuhkan. Biaya

     penyimpanan barang juga dapat berubah sesuai dengan besarnya rata-rata

     persediaan. Begitu juga dalam proses produksi pada Batik Printing Ma’sum Sa’ad

    dimana perusahaan tersebut memperhatikan biaya produksi agar total produksinya

    tetap optimal. Oleh karena itu diperlukan evaluasi dalam jumlah produksi batik

    sehingga dapat menekan total biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan

    Batik Printing Ma’sum Sa’ad. 

    Dengan adanya evaluasi pada jumlah produk batik yang dihasilkan, maka

    diharapkan Batik Printing Ma’sum Sa’ad dapat mengoptimalkan jumlah produksi

     batik sehingga dapat meminimalisir total biaya produksi yang dikeluarkan

    sehingga diperoleh hasil keuntungan yang minimal. Batik Printing Ma’sum Sa’ad

    memproduksi selendang batik dengan jumlah dan biaya produksi tertentu. Untuk

    meminimumkan biaya produksi, maka diperlukan jumlah produksi optimal

    sehingga Batik Printing Ma’sum Sa’ad memperoleh keuntungan yang maksimal.Permasalahan yang akan di bahas kali ini adalah mengoptimalkan jumlah

     produksi selendang batik yang dapat diproduksi oleh Batik Printing Ma’sum

    Sa’ad untuk memperoleh biaya yang paling minimal serta menentukan siklus

     produksinya.

    II.  Pembahasan

    Metode  Economic Production Quantity (EPQ) dikembangkan oleh E.W.

    Taft tahun 1918 yang merupakan perluasan dari metode Economi Order Quantity

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    10/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        9 

    (EOQ) ,  dimana pengadaan bahan baku berupa komponen tertentu diproduksi

    secara masal dan dipakai sendiri sebagai sub komponen suatu produk jadi oleh

     perusahaan. Untuk metode EPQ total biaya yang dikeluarkan dapat dicapai

    apabila besarnya biaya persiapan ( set up cost ), biaya produksi ( production cost ) 

    dan biaya penyimpanan (holding cost ) yang dikeluarkan jumlahnya minimum.

    Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan atau

    total inventory cost   (TIC) minimum. Asumsi yang digunakan Metode EPQ yaitu

    Single item production (produksi satu barang), permintaan tahunan ( Annual

    demand ) diketahui, rata-rata permintaan harian ( Daily demand ) konstan, rata-rata

     produk harian (  Daily production) konstan, tidak ada diskon, tidak ada waktu

    tunggu, dan rata-rata jumlah produksi harian lebih besar dari rata-rata permintaan

    harian. Parameter yang digunakan dalam Metode EPQ model adalah :

    K = biaya persediaan ( setup cost )

    D = permintaan tahunan (annual demand )

    d = permintaan harian rata-rata (daily demand rate)

    r = jumlah produksi rata-rata per hari (daily production rate)

    Ch = biaya penyimpanan (holding cost )

    Q* = Jumlah produksi optimal (Optimal production quantity)

    I = Jumlah maksimal inventory 

    T1 = waktu produksi

    T2 = waktu non produksi

    T = siklus/ waktu pemesanan ( T = T1 + T2 )

    Total biaya produksi yang dikeluarkan dalam 1 siklus adalah

    Total biaya produksi yang dikeluarkan = biaya persediaan (setup cost) +

    biaya produksi (production cost ) + biaya penyimpanan (holding cost )

    T1 =() ⇒ ( )

    T2 = ⇒

    ( )   ( )  Sehingga,  Maka dari model total biaya produksi yang dikeluarkan dapat dikembangkan lebih

    luas yaitu

    ( )Rata-rata biaya yang dikeluarkan persiklusnyadiperoleh sebagai berikut

    ()

     atau ()

    ( ) 

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    11/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        1    0 

    Untuk mencari jumlah optimal produksi dalam satu siklus dapat dicari dengan

    mencari turunan tingkat pertama fungsi C(Q) terhadap variabel Q yaitu :

    ()

     

    ( )  Didapat turunan pertama C(Q) yaitu :

    ( )  

    ( ) 

    ( )   (), Sehingga diperoleh Q* yaitu :     √    () 

    Karena   telah diperoleh, selanjutnya akan diselidiki apakah Q* adalah pengoptimal fungsi dengan melihat nilai turunan kedua C(Q) di yaitu :

    () () ( )   () Dengan mensubstitusikan persamaan (8) pada persamaan (9) diperoleh

    () () √    √   

    =

    hrd

    √ 2r 3h rd 

    arena r > 0 maka ’’ > 0 sehingga merupakan peminimal fungsi

    C(Q). Untuk waktu produksi yang optimal dapat dihitung dengan cara sebagai

     berikut :  Dengan demikian besarnya total biaya produksi minimal yang dikeluarkan

     pada periode tertentu dapat dihitung dengan mengganti harga Q pada C(Q) dengan

     adalah

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    12/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        1    1 

    ()

    ( ) Dari Batik Printing Ma’sum Sa’ad dengan produk berupa selendang batik

    didapatkan data tentang produksi selendang batik tersebut, diantaranya : Batik

    Printing Ma’sum Sa’ad memproduksi selendang batik sebanyak 10.000 potong

     per bulan, sedangkan untuk permintaan konsumen tergolong konstan dengan rata-

    rata permintaan sebesar 7.000 potong per bulan. Sedangkan, rata-rata keuntungan

     bulanan yang diperoleh Batik Printing Ma’sum Sa’ad sebesar Rp 10.000.000,-.

    Besar Biaya Penyimpanan adalah dihitung berdasarkan persentase harga jual

     per potong yang disimpan di gudang per bulannya. Biaya penyimpanan ini

    meliputi :

     

    Biaya kerusakan dan kehilangan : 2% dari harga jual per bulan

      Biaya penanganan persediaan : 1% dari harga jual per bulan

      Biaya fasilitas penyimpanan : 1% dari harga jual per bulan

      Total biaya penyimpanan : 4% dari harga jual per bulan

    Harga jual per potong adalah Rp 11.000,-. Biaya persediaan meliputi biaya

     perawatan perkakas dan biaya pemesanan bahan baku diperoleh hasil pengamatan

    sebagai berikut:

     

    Biaya perawatan perkakas setiap kali produksi sebesar Rp 20.000,-  Biaya bahan baku meliputi pemesanan bahan baku, pengadaan bahan

     baku yaitu :

    Pemesanan bahan baku : Rp 15.000,- per pesan. Biaya untuk pengadaan bahan

     baku untuk setiap kali produksi : Kain mori Rp 20.000,-, Obat pewarna, Rp

    5.000,-, dan Malam (lilin),Rp 5.000,-.

    Biaya untuk membeli bahan buku dan upah tenaga kerja selama satu bulan adalah

    sebagai berikut : Total harga pembelian kain mori selama satu bulan : Rp64.750.000,-

    Total harga pembelian obat pewarna selama satu bulan : Rp 10.400.000,-

    Total harga pembelian malam selama satu bulan : Rp 2.350.000,-

    Upah tenaga kerja : Rp 1.000.000,- per bulan x 15 pekerja = Rp

    15.000.000,-

    Asumsi-asumsi dari data tersebut adalah sebagai berikut ini :

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    13/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        1    2 

      Barang yang diproduksi oleh Batik Printing Ma’sum Sa’ad hanya satu jenis

    yaitu selendang batik. Permintaan tahunan selendang batik diketahui. Satu

     bulansama dengan 25 hari kerja.

      Rata-rata permintaan harian dan produk harian selendang batik konstan.

     

    Batik Printing Ma’sum Sa’ad tidak memberikan diskon.

      Batik Printing Ma’sum Sa’ad selalu mempunyai stok ketika ada permintaan

    tiba-tiba berarti tidak ada waktu tunggu ketika ada pesanan.

      Rata-rata jumlah produksi harian selendang batik lebih besar dari rata-rata

     permintaan harian.

    Dengan diasumsikan satu bulan sama dengan 25 hari kerja diperoleh produksi

    tahunan, produksi harian dan permintaan harian adalah permintaan per tahun (D)

    = 7.000 x 12 = 84.000 potong per tahun, permintaan per hari (d) = 7.000 : 25 =

    280 potong per hari, produksi per hari (r) = 10.000 : 25 = 400 potong per hari.

    Sedangkan biaya penyimpanannya adalah 4 % dari harga jual per bulan = 4 %

    x Rp 11.000,-= Rp 440,- per potong per bulan. Biaya penyimpanan dalam satu

    tahun sebesar Rp 440,- x 12 = Rp 5280,- per potong per tahun. Jadi diperoleh

     biaya penyimpanan (Ch) sebesar Rp 5.280,- per tahun. Besarnya biaya persediaan

    adalah dihitung dari besarnya biaya perawatan perkakas Rp 20.000,-, dan biaya

     pemesanan bahan baku Rp 55.000,-. Total Biaya Set up cost (K) Rp 75.000,-

    Besarnya biaya produksi adalah dihitung total besarnya biaya pembelian bahan

     baku dan upah pekerja. Dari data pengamatan diperoleh biaya produksi per bulan

    adalah sebagai berikut :

    Harga kain mori + harga malam + harga obat pewarna + upah pekerja = Rp

    64.750.000,- + Rp 2.350.000,- + Rp 10.400.000,- + Rp 15.000.000,- = Rp

    92.500.000,-.

    Jadi, biaya produksi per bulan sebesar Rp 92.500.000,-. Karena produksiselendang batik setiap bulan sebanyak 10.000 potong, maka diperoleh biaya

     produksi tiap potong sebesar Rp 9.250,-. Jadi, biaya produksi (p) selendang batik

     per potong sebesar Rp 9.250,-.

    Dengan metode  Economic Production Quantity  (EPQ) maka jumlah

     produksi secara optimal dapat ditentukan sebagai berikut:

    √ 

    √ 

    √ 

    √ 

     = 2359,699519 ≈ 2360 potong 

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    14/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        1    3 

    Batik Printing Ma’sum Sa’ad harus memproduksi selendang batik

    sebanyak 2360 potong dalam satu kali produksi untuk meminimumkan biaya

     produksi. Untuk mencapai produksi optimal Batik Printing Ma’sum Sa’ad harus

    memproduksi sebanyak 2360 potong selendang batik selama T1=

     =

     

     = 5,9

    ≈ 6 hari. 6 hari kerja. Maksimal penyimpanan dalam gudang selama satu kali

    masa produksi sebanyak : I = T1  (r-d) = 6 (400-280) = 720 potong. Total waktu

    untuk menghabiskan persediaan produk selendang batik dalam satu masa produksi

    sebagai berikut : T = =  = 8,428571429 ≈ 8 hari 

    Total biaya produksi selendang batik minimum dalam satu kali waktu

     produksi pada Batik Printing Ma’sum Sa’ad  (Ch=5280 : 300 = Rp 17,6 per

    hari) ( )  () = 75000 + 21830000 + 49843 =Rp 21.954.843,- per siklus

    Total biaya dalam satu tahun

    () ( ) =   + 9250x84000 + (400-280) = 2669492 + 777000000 + 1869120 = Rp 781.538.612,- per tahun

    Total keuntungan dalam satu kali masa produksi yaitu :

    Keuntungan = Harga jual x Q* - T(C) = 11000 x 2360 –  21954843= 4005157

    Sedangkan Keuntungan perbulan=Total

    keuntunganx =4005157x = 12516116. Selanjutnya, akan

    dibandingkan antara keuntungan bulanan yang diperoleh Batik Printing Ma’sum

    Sa’ad sebelum dilakukan proses perhitungan dengan metode  Economic Order

    Quantity (EPQ) dengan setelah dilakukan proses perhitungan adalah sebagai

     berikut :

    Keuntungan tambahan = keuntungan setelah EPQ –  keuntungan awal = 12516116

     –  10000000

    = 2516116

    Jadi, jika Batik Printing Ma’sum Sa’ad mengik uti pola produksi sesuai

    dengan perhitungan diatas akan memperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp

    2.516.116,- per bulan.

    III.  Kesimpulan

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    15/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        1    4 

    Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode

    EPQ diperoleh jumlah produksi optimal selendang batik oleh Batik Printing

    Ma’sum Sa’ad sebanyak 2360 potong untuk setiap kali produksi.   Waktu yang

    dibutuhkan untuk satu kali produksi selendang batik selama 6 hari, sedangkan

    waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan seluruh barang yang ada di gudang

    selama 8 hari. Maksimal penyimpanan dalam gudang sebanyak 720 potong

    selendang batik selama satu kali masa produksi. Total biaya optimal yang

    dibutuhkan oleh Batik Printing Ma’sum Sa’ad untuk memproduksi selendang

     batik dalam satu kali masa produksi sebesar Rp 21.954.843,-. Total biaya optimal

    untuk memproduksi selendang batik dalam satu tahun sebesar Rp 781.538.612,-.

    Sedangkan, keuntungan yang akan diperoleh Batik Printing Ma’sum Sa’ad setelah

    dilakukan proses perhitungan dengan metode  Economic Production Quantity

    (EPQ) sebesar Rp 4.005.157,-. Sedangkan keuntungan yang diperoleh tiap bulan

    sebesar Rp 12.516.116,-. Jadi, Batik Printing Ma’sum Sa’ad akan memperoleh

    tambahan keuntungan sebesar Rp 2.516.116,- jika mengikuti pola produksi sesuai

    dengan perhitungan dari metode Economic Production Quantity (EPQ).

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    16/75

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    17/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        1    6 

    mengurangi kecurangan pengerjaan Ujian Nasional menggunakan jumlah

     paket soal yang minimal.

    Manfaat dari penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini

    adalah:

    1. 

    Bagi mahasiswa

    Mengetahui aplikasi matematika dalam membantu menyelesaikan

     permasalahan nyata, dalam hal ini adalah untuk mengurangi

     peluang kecurangan saat pengerjaan Ujian Nasional dengan

    menggunakan jumlah paket soal yang minimal

    2.  Bagi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

    Memberikan informasi sesuai hasil perhitungan yang dapat

    digunakan sebagai bahan masukan dan menjadi pertimbangan

    kepada BSNP dalam menentukan kebijakan-kebijakan di masa

    yang akan datang.

    2.  Bagi Masyarakat

    Menambah khasanah ilmu pengetahuan akan aplikasi dari ilmu

    matematika dalam membantu menyelesaikan permasalahan sehari-

    hari.

    II. 

    PEMBAHASAN

    Data diperoleh penulis dari hasil wawancara dan studi pustaka tentang

     peraturan penyelenggaraan Ujian Nasional yaitu Prosedur Operasi Standar

    Ujian Nasional (POS UN) tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 yang

    diperoleh dari Situs resmi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan

    Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Dari hasil kajian pustaka pada POS

    UN dari tahun 2010 sampai tahun 2014 terdapat beberapa perbedaan, yaitu

    sebagai berikut;Tabel 1. Perbedaan POS UN Dari Tahun 2010 Sampai Tahun 2014 Dalam

    Hal Penataan Ruang Ujian

     No POS UN pada

    Tahun-

    Jumlah paket

    Soal

    Orientasi pembagian soal dan

     pengerjaan siswa

    1. 2010 2 Jenis Siswa bernomor ganjil

    mengerjakan paket soal A

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    18/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        1    7 

    siswa bernomor genap

    mengerjakan paket soal B

    2. 2011 dan 2012 5 Jenis Siswa mengerjakan paket soal

    sesuai tempat duduk, orientasi pembagian tergantung pelaksana

    di tingkat satuan pendidikan

    3. 2013 dan 2014 20 Jenis Setiap siswa mengerjakan soal

    yang berbeda satu sama lain

    dalam setiap ruang ujian.

    Keterangan : Untuk mengetahui secara lengkap tentang peraturan penataanruang ujian pada POS UN dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dapat

    dilihat pada bagian Lampiran (bagian akhir laporan ini)

    Dari perbedaan di atas selanjutnya akan dianalisis kelebihan dan

    kekurangannya dalam meminimalkan peluang kerja sama antar siswa saat

     pengerjaan Ujian Nasional.

    Analisis yang dimaksud adalah memperhitungkan peluang kerja sama

    setiap peserta ujian dengan peserta lain yang mempunyai tempat duduk yang

     berdekatan pada setiap jenis paket soal. Berikut adalah analisis yang

    dilakukan penulis pada paket soal AB dan ABCDE terhadap peluang kerja

    sama saat pengerjaan Ujian Nasional. Perhatikan gambar berikut !

    Gambar 7. Formasi Tempat Duduk Peserta UN Paket Soal A/B

    Berikut adalah beberapa formasi tempat duduk berdasarkan paket soal

    lima jenis (A/B//C/D/E) dan orientasi cara pembagian paket soal pada siswa

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    19/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        1    8 

    Gambar 8. Variasi Bentuk S Terbalik

     Berulang

    Gambar 9. Variasi Bentuk Zig-zag

    Gambar 10. Variasi Bentuk S Terlentang Berulang

    Dari penjelasan diatas masih terdapat peluang yang cukup besar bagi

    siswa untuk melakukan kecurangan. Sedangkan pada penggunaan paket soal

    20 jenis secara peluang memang kecil untuk dapat bekerja sama, akan tetapi

    membuat semakin tidak setara bobot soalnya. Sehingga metode 20 jenis paketsoal juga belum tepat dalam menguranggi kecurangan saat pengerjaan Ujian

     Nasional. Pencarian formasi tempat duduk yang akan meminimalkan

    terjadinya kecurangan saat pengerjaan Ujian Nasional dengan penggunaan

     jumlah paket soal yang minimal ini menggunakan konsep pewarnaan titik

    (Vertex coloring ). Dimana setiap dua peserta Ujian Nasional atau lebih tidak

    diperkenankan mempunyai jenis paket soal yang sama. Adapun tahapan dalam

     penyelesaian permasalahan ini melalui tahapan-tahapan berikut:1.  Pemodelan Tempat Duduk peserta UN dalam Graf

    Pemodelan yang dimaksud adalah memodelkan kondisi formasi

    tempat duduk peserta UN ke dalam system graf. Pada model kali ini sebuah

    simpul (verteks) mewakili tempat duduk peserta UN, dan sisi (edge)

    menghubungkan pasangan sivertex di mana setiap simpul yang dihubungkan

    oleh minimal satu sisi (edge) terhadap simpul (vertex) yang lain tidak

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    20/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        1    9 

    diperbolehkan mengerjakan jenis paket soal yang sama. Ilustrasinya adalah

    sebagai berikut. Perhatikan gambar di bawah ini !

    Gambar 11. Graf kesesuaian untuk formasi tempat duduk peserta UN

    Jika dalam satu ruang ujian terdapat 20 (dua puluh) peserta UN maka

    akan terdapat 20 simpul (vertex) beserta beberapa sisi (edge) sebagai

    hubungan peluang kerja sama yang akan membangun sebuah system graf

    dalam sebuah ruang ujian. Untuk menentukan hubungan sebuah titik dengan

    titik lain dalam sebuah garis yang merepresentasikan peluang kerja sama

    sehingga dihasilkan system graf yang akan meminimalkan kecurangan, maka

    diperlukan analisis terhadap peluang kerja sama terhadap jumlah paket soal

    yang selama ini digunakan. Jumlah paket soal yang pernah digunakan BSNP

    saat pelaksanaan Ujian Nasional sebelum tahun 2013 yaitu paket soal A/Bdan paket soal 5 (lima) jenis yaitu A/B/C/D/E.

    Dari analisis data yang dilakukan di atas maka aturan yang memungkin

    untuk mengurangi kecurangan saat pengerjaan di antara peserta UN yang

    tepat adalah siswa yang mempunyai tempat duduk berdekatan secara

    langsung serta siswa yang mempunyai tempat duduk terpisahkan oleh

    satu siswa dibelakang atau disamping tidak diperkenankan mempunyai

     jenis paket soal yang sama. Berdasarkan ketentuan diatas maka hubungan dalam sebuah titik dalam

    graf dan sistem graf terhubung dalam satu ruang ujian adalah terlihat seperti

    dibawah ini. Di mana setiap simpul mewakili posisi tempat duduk peserta

    UN, sementara sisi (edge) merupakn aturan bagi setiap simpul tidak

    mempunyai jenis paket soal yang sama sehingga kecurangan akan berkurang.

    Perhatikan gambar di bawah ini !

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    21/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        2    0 

    Gambar 12. Ketentuan yang diwakili

    oleh sisi (edge) yang akan menyusun

     sistem graf

    Gambar 13. Sistem Graf Terhubung

    dalam Satu Ruang Ujian

    2.  Penyelesaian Model Graf dengan Algoritma Welch Powell

    Penyelesaian model ini pada dasarnya adalah pencarian bilangan

    kromatik pada system graf terhubung dalam sebuah ruang Ujian. Pada

    kesempatan ini penulis menggunakan Algoritma Welch Powell yaitu sebagai

     berikut;

    1.  Urutkan semua titik berdasarkan derajat-nya, dari derajat besar ke derajat

    kecil.

    2. 

    Ambil warna pertama (misalnya 1), warnai titik pertama yang sudah kita

    urutkan berdasarkan derajatnya tadi. Kemudian warnai titik berikutnyayang tidak berdampingan dengan titik pertama tadi dengan warna yang

    masih sama.

    3.  Kemudian kita lanjutkan dengan warna kedua misal 2, dan seterusnya,

    sampai semua titik telah diberi warna.

    Sebelum menyelesaikan model terlebih dulu diberikan label setiap titik

     pada graf terhubung satu ruang ujian untuk memudahkan perhitungan.

    Hubungan antar titik dalam graf tertsebut direpresentasikan dalam tablesebagai matriks ketetanggaan (adjacency matrix) graf tersebut.

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    22/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        2    1 

    Gambar 14. graf berlabel satu ruang ujian

    Berikut adalah representative graf ketetanggaan yang diwakili oleh

    sebuah table.

    Tabel 2. Representatif Matriks Ketetanggaan

    Keterangan:   Setiap titik yang bertetangga diberi angka 1, dan yang tidak

    bertetangga diberi angka 0. Dari table tersebut secara arah horizontal ke kiri

    maka dihasilkan derajat setiap titik.

    Tabel 3. Derajat Setiap Titik Setelah Diurutkan Dari yang Terbesar Ke

    yang Terkecil

    A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T Derajat

    A 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5

    B 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7

    C 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7

    D 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5

    E 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7

    F 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 10

    G 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 10

    H 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 7

    I 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 8

    J 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 11

    K 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 11

    L 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 8

    M 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 7

    N 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 10

    O 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 10

    P 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 7

    Q 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 5

    R 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 7

    S 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 7

    T 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 5

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    23/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        2    2 

    No Titik Derajat No Titik Derajat

    1 J 11 11 E 7

    2 K 11 12 H 7

    3 F 10 13 M 7

    4 G 10 14 P 7

    5 N 10 15 R 7

    6 O 10 16 S 7

    7 I 8 17 A 5

    8 L 8 18 D 5

    9 B 7 19 Q 5

    10 C 7 20 T 5

    Langkah selanjutnya adalah memberikan warna-warna pada graf tersebut

    sesuai aturan dalam Algoritma Welch-Powell, yaitu dimuai dari simpul yang

    mempuyai derajat tertinggi. Adapun iterasinya seperti gambar di bawah ini !

    Iterasi 1

    Lakukan langkah yang sama untuk pewarnaan simpul-simpul lain.

    Iterasi 2 Iterasi 3

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    24/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        2    3 

    Iterasi 4 Iterasi 5

    Iterasi 6

    Gambar 15. Iterasi Pemberian Warna Sesuai Algoritma Welch Powell

    Berdasarkan pengulangan (iteration) diatas diperoleh hasil bahwa

     bilangan kromatik sistem graf terhubung setiap ruang ujian adalah 6.3.  Representatif Model terhadap Penataan Ruang Ujian Soal

    Dari hasil penyelesaian model dihasilkan bahwa bilangan kromatiknya

    adalah 6 (enam). Dengan tanpa merubah kondisi graf seperti pada gambar 15

    selanjutnya setiap warna diganti dengan jenis paket soal tertentu. Sehingga

    dihasilkan formasi tempat duduk beserta paket soal bagi setiap siswa dalam ruang

    ujian. Adapun formasi tempat duduk dan jumlah paket soal yang akan mengurangi

    kecurangan tersebut terlihat seperti gambar bawah ini.

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    25/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        2    4 

    Gambar 16. Formasi Tempat Duduk Beserta Paket Soal Hasil Perhitungan

    Dari gambar 16 dapat diketahui bahwa beberapa jenis paket soal

    mempunyai jumlah yang berneda yaitu 4 dan 3. Secara lengkap jumlah masing-

    masing jenis paket soal dalam setiap uang ujian telah disajikan dalam tabel di

     bawah ini.

    Tabel 4. Jumlah Paket Soal Berdasarkan Jenis Warna Hasil Perhitungan

    Jadi dengan teknik pewarnaan graf menggunakan Algoritma Welch

    Powell

    cukup

    menggunakan 6 jenis paket soal saja. Jumlah setiap paket . Kelebihan solusi

    alterbatif ini adalah mampu mengurangi peluang kerja sama saat pengerjaan

    dengan menggunakan jumlah paket soal yang minimal. Jika dibandingkan

    dengan penggunaan paket soal 20 (dua puluh) jenis, maka strategi ini lebih

    No Warna Jenis Soal Jumlah Soal

    1 Merah Jenis P1 4

    2 Jingga Jenis P2 4

    3 Kuning Jenis P3 34 Biru Jenis P4 3

    5 Hijau Jenis P5 3

    6 Merah Muda Jenis P6 3

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    26/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        2    5 

     baik karena dengan penggunaan variasi soal yang semakin banyak maka

    kesetaraan bobot soal semakin tidak seimbang. Selain itu strayegi ini juga

    sangat tepat untuk mengurangi kecurangan saat pengerjaan terutama dengan

    modus kertas contekan dan modus menggunakan kode bahasa tubuh.

    III. 

    KESIMPULAN

    Dalam pencarian formasi tempat duduk dan jumlah paket soal Ujian

     Nasional menggunakan Algoritma Welch dihasilkan 6 jenis paket soal yang

    formasi tenpat duduknya meminimalkan kecurangan karena setiap siswa yang

    mempunyai tempat duduk yang berdekatan tidak mengerjakan paket soal yang

    sama.

    Kelebihan dari penggunaan solusi alternative ini adalah jumlah paket

    soal yang digunakan semakin sedikit sehingga bobot (kesetaraan) semakin

     berimbang jika dibandingkan dengan penggunaan paket soal 20 jenis. Selain

    itu jika dibandingkan dengan penggunaan paket soal AB dan ABCDE adalah

     peluang kerja sama antar siswa semakin kecil. Sehingga penggunaan Algoritma

    Welch Powell untuk mencari formasi tempat duduk dan jumlah paket soal ini

    dapat menjadi solusi alternative yang baik untuk mengurangi kecurangan

     pengerjaan dengan mengunakan paket soal yang minimal.

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    27/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        2    6 

    PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK

    PEMBANGUNAN GEDUNG ARTAJASA BSD CITY UNTUK

    KEGIATAN TUMPANG TINDIH MENGGUNAKAN METODE

    DIAGRAM PRESEDEN

    Rizky Handayani (24010111130036)

    Dosen Pembimbing: Dr. Sunarsih,M.Si.

    Jurusan Matematika FSM UNDIP

    I.  Pendahuluan

    Proyek konstruksi berkembang semakin besar dan mempunyai

    keterbatasan akan sumber daya, baik berupa sumber daya manusia, material, biaya

    ataupun alat. Dengan meningkatnya tingkat kompleksitas proyek dan langkanya

    sumber daya maka dibutuhkan juga peningkatan sistem pengelolaan proyek yang

     baik dan terintegrasi. Fleksibilitas proyek diperlukan ketika terjadi berbagai hal

    yang tidak pasti dilapangan.

    Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar

    kegiatan dibuat lebih terperinci dan detail. Oleh karena itu, perencanaan dan

     penjadwalan proyek dirasakan perlu pada suatu proyek agar alokasi sumber daya

    dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.

    Masalahnya adalah bagaimana perencanaan dan penjadwalan suatu proyek

    dengan kegiatan yang tumpang tindih dapat selesai sesuai dengan waktu

     pelaksanaan yang telah ditentukan.

    II. Hasil dan Pembahasan

    Proyek pembangunan gedung operasional Artajasa yang dilakukan oleh

    PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung, terdiri 17 pekerjaan utama.

    A. 

    Hubungan Ketergantungan

    Hubungan ketergantungan antar kegiatan yang satu dengan kegiatan yang

    lain dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.1 Hubungan ketergantungan antar kegiatan Proyek Pembangunan GedungOperasional Artajasa

    No Nama Kegiatan Simbol Kurun Waktu

    (Minggu)

    Kegiatan

    Pengikut

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    28/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        2    7 

    1 Pekerjaan tanah A 13 B, C

    2 Pekerjaan pondasi B 15 C, E

    3 Pekerjaan struktur bawah C 14 E, D, P

    4 Urugan tanah kembali D 4 -

    5 Pekerjaan struktur betonatas

    E 16 F, G, I, J

    6 Pekerjaan kanopi dan crown F 9 -

    7 Struktur tangga G 14 H

    8 Penyelesaian tangga H 10 -

    9 Kaca luar I 21 -

    10 Dinding dalam dan partisi J 23 K, L

    11 Pintu dan jendela K 14 -

    12 Penyelesaian dinding L 17 N, M

    13 Penyelesaian plafon M 17 -

    14 Penyelesaian lantai N 13 O

    15 Barang sanitair dan

     perabotan

    O 9 -

    16 Pekerjaan hardscape P 10 Q

    17 Pekerjaan softscape Q 10 -

    Karena proyek pembangunan gedung operasional Artajasa mempunyai

    lebih dari satu kegiatan akhir, maka untuk memudahkan pembuatan diagram

     jaringan kerja dapat ditambah dengan kegiatan dummy (kegiatan R) dengan kurun

    waktu yang bernilai nol.

    Kemudian ditentukan konstrain antar kegiatan seperti tabel berikut :

    Tabel 4.2 Konstrain yang dimiliki masing-masing kegiatan

    No Nama Kegiatan Simbol Kurun Waktu

    (Minggu)

    Konstrain

    1 Pekerjaan tanah A 13 -

    2 Pekerjaan pondasi B 15 SS (A-B) = 3

    3 Pekerjaan struktur bawah C 14 SS (A-C) = 8

    FF (B-C) = 4

    4 Urugan tanah kembali D 4 FS (C-D) = 0

    5 Pekerjaan struktur beton

    atas

    E 16 SS (B-E) = 11

    SS (C-E) = 6

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    29/75

     

    Asmat Undip    P

       a   g   e

        2    8 

    6 Pekerjaan kanopi dan

    crown

    F 9 FF (E-F) = 2

    7 Struktur tangga G 14 FF (E-G) = 5

    8 Penyelesaian tangga H 10 -

    9 Kaca luar I 21 SS (E-I) = 1210 Dinding dalam dan partisi J 23 SS (E-J) = 10

    11 Pintu dan jendela K 14 FF (J-K) = 0

    12 Penyelesaian dinding L 17 FF (J-L) = 0

    13 Penyelesaian plafon M 17 FF (L-M) = 0

    14 Penyelesaian lantai N 13 FF (L-N) = 0

    15 Barang sanitair dan

     perabotan

    O 9 FF (N-O) = 0

    16 Pekerjaan hardscape P 10 -

    17 Pekerjaan softscape Q 10 FF (P-Q) = 0

    4.2.3. Diagram Jaringan Kerja

    Langkah-langkah untuk menyusun diagram jaringan kerja dengan metode

    PDM untuk proyek pembangunan gedung operasional Artajasa adalah sebagai

     berikut:

    1) 

    Membuat denah node dan mencantumkan atribut masing-masing kegiatan

    dalam proyek serta menghubungkan node-node tersebut sesuai dengan

    konstrain yang dimiliki. Berdasarkan hubungan ketergantungan atau

    konstrain yang dimiliki setiap kegiatan proyek seperti yang terlihat pada tabel

    4.2

    2)  Setelah menyusun node-node sebanyak kegiatan yang dilakukan dan

    menghubungkannya tersebut sesuai dengan konstrain yang dimiliki,

    selanjutnya menghitung ES, EF, LS, dan LF pada masing-masing kegiatan

    untuk mengidentifikasi kegiatan kritis, jalur kritis, dan waktu penyelesaian

     proyek.

    Dari perhitungan tersebut didapatkan diagram jaringan kerja proyek sebagai

     berikut

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    30/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

      

    14E

    30

    14 30

    5 16

    23F

    32

    38 47

    6 9

    3B

    18

    3 18

    2 15

    21G

    35

    30 44

    7 14

    28 H 3837 47

    8 10

    33K

    47

    33 47

    11 1438

    O47

    38 47

    15 9

    47R

    4

    47 4

    1 026I

    47

    26 47

    9 21

    0A

    13

    0 13

    1 13

    34N

    47

    34 47

    14 13

    30L

    47

    30 47

    12 17 3 M18

    3 18

    2 15

    24J

    47

    24 47

    10 23

    8C

    22

    8 223 14

    37 P 4737 47

    16 10

    22D

    2643 47

    4 4

    37Q

    47

    37 47

    17 10

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    31/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        3    0 

    4.2.4. Jalur Kritis

    Berdasarkan gambar diagram jaringan kerja proyek pembangunan gedung

    operasional Artajasa pada lampiran 2, pengertian tentang lintasan kritis, dan kegiatan

    kritis, maka proyek tersebut terdapat enam lintasan kritis diantaranya adalah : 

    1) 

    Pekerjaan A → Pekerjaan B → → Pekerjaan E → Pekerjaan I → kegiatan

    dummy (R)

    2)  Pekerjaan A → Pekerjaan B → Pekerjaan E → Pekerjaan J → Pekerjaan →

    kegiatan dummy (R)

    3)  Pekerjaan A → SSA-B=3 →Pekerjaan B → Pekerjaan E → Pekerjaan J →

    Pekerjaan L → Pekerjaan N → Pekerjaan O → kegiatan dummy (R)

    4)  Pekerjaan A → Pekerjaan B → Pekerjaan E → Pekerjaan J → Pekerjaan L →

    Pekerjaan M → kegiatan dummy (R)

    5)  Pekerjaan A → Pekerjaan B → Pekerjaan E → Pekerjaan P → Pekerjaan →

    kegiatan dummy (R)

    6)  Pekerjaan A → Pekerjaan → Pekerjaan P → Pekerjaan → kegiatan

    dummy (R)

    Umur proyek dari lintasan kritis proyek pembangunan gedung operasional

    Artajasa tersebut adalah selama 47 minggu.

    4.2.5. Tenggang Waktu KegiatanTelah dijelaskan pada bab II, bahwa tenggang waktu kegiatan merupakan

     batas toleransi keterlambatan kegiatan yang terdiri dari TF, FF, dan IF. Adapun nilai

    TF, FF, dan IF untuk masing-masing kegiatan pada proyek pembangunan gedung

    operasional Artajasa dapat dilihat pada tabel berikut :

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    32/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        3    1

    Tabel 4.3 Nilai Tenggang Waktu Masing-masing Kegiatan Pada Proyek Pembangunan Gedung

    Operasional Artajasa

    No

    (1)

    Jenis Kegiatan

    (2)

    Kurun

    Waktu

    (Minggu)

    (3)

    ES

    (4)

    LS

    (5)

    EF

    (6)

    LF

    (7)

    Tenggang Waktu

    TF

    (8)

    (8)=(7)-

    (3)-(4)

    FF

    (9)

    (9)=(6)-

    (3)-(4)

    IF

    (10)

    (10)=(6)-

    (3)-(5)

    1 Pekerjaan tanah 13 0 0 13 13 0  0  0 

    2 Pekerjaan pondasi 15 3 3 18 18 0  0  0 

    3 Pekerjaan struktur

     bawah

    14 8 8 22 22 0  0  0 

    4 Urugan tanah

    kembali

    4 22 43 26 47  21  0  -21 

    5 Pekerjaan struktur

     beton atas

    16 14 14 30 30  0  0  0 

    6 Pekerjaan kanopi

    dan crown

    9 23 38 32 47  15  0  -15 

    7 Struktur tangga 14 21 30 35 44  9  0  -9 

    8 Penyelesaian

    tangga

    10 28 37 38 47  9  0  -9 

    9 Kaca luar 21 26 26 47 47  0  0  0 

    10 Dinding dalam

    dan partisi

    23 24 24 47 47  0  0  0 

    11 Pintu dan jendela 14 33 33 47 47  0  0  0 

    12 Penyelesaian

    dinding

    17 30 30 47  47  0  0  0 

    13 Penyelesaian

     plafon

    17 30 30 47  47  0  0  0 

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    33/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        3    2

    14 Penyelesaian

    lantai

    13 34 34 47  47  0  0  0 

    15 Barang sanitair

    dan perabotan

    9 38 38 47  47  0  0  0 

    16 Pekerjaan

    hardscape

    10 37 37 47  47  0  0  0 

    17 Pekerjaan

    softscape

    10 37 37 47  47  0  0  0 

    Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa :

    1)  Kegiatan yang mempunyai nilai TF sebesar nol adalah kegiatan kritis meliputi kegiatan A,

    kegiatan B, kegiatan C, kegiatan E, kegiatan I, kegiatan J, kegiatan K, kegiatan L, kegiatan

    M, kegiatan N, kegiatan O, kegiatan P, dan kegiatan Q. Hal ini berarti kegiatan tersebut

    tidak bisa ditunda dalam pengerjaannya.

    2)  Kegiatan D memiliki nilai TF sebesar 21 yang berarti kegiatan tersebut dapat ditunda selama

    21 minggu tanpa mempengaruhi waktu penyelesaian proyek, yaitu 47 minggu. Begitu juga

    untuk kegiatan dengan nilai TF > 0 yang lainnya.

    3)  Semua kegiatan dalam proyek tersebut mempunyai nilai FF sebesar nol berarti kegiatan

    tersebut tidak boleh mengalami keterlambatan supaya kegiatan berikutnya juga tidak

    terlambat

    4.2.6. Alternatif Jadwal Kegiatan

    •  Keadaan Jadwal Paling Awal (Tipe I)

      Keadaan jadwal kegiatan pada tipe I dimulai dan diselesaikan seawal mungkin,

    dengan HM₁  sebagai hari mulai I dan HS₁  sebagai hari selesai I. Nilai HM1 dan

    HS1 dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

    HM1 = ES + 1

    HS1 = ES + D

    •  Keadaan Jadwal Paling Akhir (Tipe II)

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    34/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        3    3

      Keadaan jadwal kegiatan pada tipe II dimulai dan diselesaikan selambat mungkin,

    dengan HM₂ sebagai hari mulai II dan HS₂ sebagai hari selesai II. Nilai HM2 dan

    HS2 dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

    HM2 = LF – D + 1

    HS2 = LF

    •  Keadaan Jadwal dengan Menghabiskan FF (Tipe III)

      Keadaan jadwal kegiatan pada tipe III dimulai dan diselesaikan dengan

    menghabiskan  Free Float   (FF), dengan HM₃  sebagai hari mulai III dan HS₃ 

    sebagai hari selesai III. Nilai HM3 dan HS3 dinyatakan dengan rumus berikut :

    HM3 = EF –  D + 1

    HS3 = EF

    • 

    Keadaan Jadwal Paling Awal (Tipe I)

    •  Keadaan Jadwal Paling Akhir (Tipe II)

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    35/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        3    4

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    36/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        3    5

    •  Keadaan Jadwal dengan Menghabiskan FF (Tipe III)

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan dan

     penjadwalan proyek yang mengalami kegiatan tumpang tindih dapat diselesaikan dengan

    menggunakan metode diagram preseden. Diagram jaringan kerja dengan menggunakan metode

    diagram preseden tidak memerlukan banyak kegiatan dummy, sehingga diagram jaringan kerja

    yang dihasilkan menjadi lebih sederhana, karena hanya memerlukan maksimal dua kegiatan

    dummy yaitu kegiatan start  dan finish.

    Oleh karena itu, perencanaan dan penjadwalan proyek yang mengalami tumpang tindih dengan

    menggunakan metode diagram preseden akan menghasilkan umur proyek yang lebih singkat

    dibandingkan menggunakan metode PERT atau CPM karena suatu kegiatan dapat dimulai tanpa

    harus menunggu kegiatan pendahulunya selesai. Sehingga proyek yang mengalami kegiatan

    tumpang tindih dapat selesai sesuai dengan waktu pelaksanaan yang sudah ditentukan.

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    37/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        3    6

    Dwi Nurul Suci (24010111120012)

    Dosen Pembimbing: Suryoto,M.Si.

    Jurusan Matematika FSM UNDIP 

    I.  PENDAHULUAN

    Latar Belakang 

    Di dalam laporan PKL yang akan penulis bahas, penulis akan memfokuskan pada

    keoptimalan keuntungan yang bisa didapatkan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dari

     jumlah gas alam yang harus didistribusikan pada konsumen yang dibagi menjadi beberapa

    daerah

    Perumusan Masalah

    Pendistribusian Persero dibagi ke dalam empat unit bisnis strategi (SBU) berdasarkan

    aspek geografis. Unit bisnis itu: SBU distribusi wilayah I, meliputi Sumatera Selatan, Jawa

    Barat, dan Jakarta; SBU distribusi wilayah II, meliputi Jawa Timur; SBU distribusi wilayah III,

    meliputi Sumatera Utara, Riau (Pekanbaru), dan Kepulauan Riau (Batam); SBU Transmisi

    meliputi jaringan transmisi di Sumatera Selatan dan Jawa. Dalam laporan ini penulis membatasi

    Proses pendistribusian gas yang dilakukan oleh Persero. SBU distribusi wilayah I hanya untuk

    wilayah Bogor yang kemudian dimasukkan ke dalam Program Linear. Persero Bogor meliputi

    daerah: Cileungsi, Wanaherang, Gunung Putri, Cibinong, dan Bogor.

    Tujuan

    Membuat bentuk Program Lineardistribusi aliran gas pada jaringan pendistribusian

    gas alam, menentukan jumlah optimal gas alam yang perlu didistribusikan daerah, mencari

    keuntungan maksimal pendistribusian gas pada konsumen wilayah Bogor.

    Manfaat 

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    38/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        3    7

    Mahasiswa dapat menerapkan ilmu matematika terapan dalam masalah nyata,

    khususnya Program Linear untuk masalah optimalisasi keuntungan dan mengetahui keuntungan

    maksimum yang bisa didapatkan dari pendistribusian gas alam di wilayah Bogor. Serta bagi

    Persero diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan menjadi pertimbangan dalam

    menentukan kebijakan-kebijakan di masa yang akan datang. 

    II.  PEMBAHASAN

    Data dasar

    Data yang diperoleh selama melakukan Praktik Kerja Lapangan selama dua minggu

    terkait pendistribusian gas yang dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

    wilayah Bogor adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.1 Pemasok Gas

    PemasokKontrakMax(BBTUD)

    Kontrak max(m3)

    Biaya Beli(US$/MMBTU)

    BiayaJual (US$)

    Biaya(US$/M3)

    Conoco Phillips 399.5 11,213,565.5 6.5 10 0.23160

    Pertamina EPSumbagsel

    250.0

    7,017,250.0 7.0 10 0.24940Medco SSE(S&CS)

    20.0561,380.0 6.5 10 0.23157

    MedcoLematang

    37.01,038,553.0 7.0 10 0.24940

    Pertamina JBB 30.0 842,070.0 7.0 10 0.24940

    EllipsJatirarangon

    11.0308,759.0 7.5 10 0.26720

    Catatan:  Tabel 4.2 Penggunaan Gas Tiap Daerah

    DaerahBanyaknyaKonsumen

    Penggunaan Gas(m3)

    PenggunaanGas (mmbtu)

    Cileungsi 61.0 16,317,050.0 581,319.24899

    Wanaherang 14.0 4,994,668.0 177,942.49884

    Cibinong 9.0 4,388,511.0 156,347.25142

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    39/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        3    8

    Bogor 318.0 4,087,264.0 145,614.87762

    Cimanggis 18.0 3,091,369.0 110,134.63251

    Sentul 11.0 1,936,680.0 68,997.11425

    Terdapat tiga titik offtake dalam pendistribusian gas PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

    wilayah Bogor: Kedep meliputi Bogor, Sentul, Cibinong, dan Wanaherang. Narogong meliputi

    Cileungsi. Cimanggis meliputi Cimanggis.

    Data di atas jika disusun dalam sebuah tabel untuk penggunaan gas yang melewati

    masing-masing offtake tersebut menjadi

    Tabel 4.3 Penggunaan Gas yang Melewati Offtake

    DaerahPenggunaan Gas(mmbtu)

    Kedep 548,901.7421

     Narogong 581,319.2490

    Cimanggis 110,134.6325

    Dari permasalahan yang telah dibahas sebelumnya. Akan dimodelkan ke dalam Program

     Non Linear dari data pemasok dan kebutuhan pelanggan.Pemodelan data tersebut meliputi

    variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala.

    Dari data yang didapatkan, dapat dibentuk

    Tabel 4.4 Model Program Linear dari Permasalahan

    Daerah Alokasi (m3)

    Pemasok Kedep Narogong Cimanggis

    Conoco Phillips x1 x2 x3

    Pertamina EP Sumbagsel

    x4 x5 x6

    Medco SSE (S&CS) x7 x8 x9

    Medco Lematang x10 x11 x12

    Pertamina JBB x13 x14 x15

    Ellips Jatirarangon x16 x17 x18

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    40/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        3    9

    Variabel Keputusan:

    Alokasi gas dari pemasok Conoco Phillips ke daerah Kedep.

    Alokasi gas dari pemasok Conoco Phillips ke daerah Narogong.

    Alokasi gas dari pemasok Conoco Phillips ke daerah Cimanggis. Alokasi gas dari pemasok Pertamina EP Sumbagsel ke daerah Kedep. Alokasi gas dari pemasok Pertamina EP Sumbagsel ke daerah Narogong. Alokasi gas dari pemasok Pertamina EP Sumbagsel ke daerah Cimanggis. Alokasi gas dari pemasok Medco SSE (S&CS) ke daerah Kedep. Alokasi gas dari pemasok Medco SSE (S&CS) ke daerah Narogong. Alokasi gas dari pemasok Medco SSE (S&CS) ke daerah Cimanggis. Alokasi gas dari pemasok Medco Lematang ke daerah Kedep. Alokasi gas dari pemasok Medco Lematang ke daerah Narogong. Alokasi gas dari pemasok Medco Lematang ke daerah Cimanggis.

    Alokasi gas dari pemasok Pertamina JBB ke daerah Kedep.

    Alokasi gas dari pemasok Pertamina JBB ke daerah Narogong. Alokasi gas dari pemasok Pertamina JBB ke daerah Cimanggis. Alokasi gas dari pemasok Ellips Jatirarangon ke daerah Kedep. Alokasi gas dari pemasok Ellips Jatirarangon ke daerah Narogong. Alokasi gas dari pemasok Ellips Jatirarangon ke daerah Cimanggis.Fungsi tujuan:

    Memaksimumkan keuntungan terhadap alokasi yang dilakukan pada tiap daerah.

    ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    41/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        4    0

    Kendala:

    Kontrak maksimal

     

           

     Penggunaan gas:

         

    Untuk mengetahui solusi dari permasalahan dapat menggunakan metode

    simpleks.Namun dalam laporan ini penulis memakai POM  for Windows  untuk menyelesakan

     permasalahan yang ada.

    1.1 Analisis

    Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa alokasi gas

    yang tidak dilakukan, hal ini disebabkan pada iterasi terakhir variabel bernilai nol. Dari hasil

    iterasi terakhir terdapat tujuh alokasi gas yang dapat memaksimumkan keuntungan PT

    Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, yaitu

     Alokasi gas dari pemasok Conoco Phillips ke daerah Kedep sebesar 200.902 MMBTU,

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    42/75

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    43/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        4    2

    Pada pencarian keuntungan maksimal yang dilakukan tersebut tidak memerlukan

     pengalokasian ke tiap daerah dari tiap pemasok. Dengan demikian PT Perusahaan Gas Negara

    (Persero) Tbk dapat mengetahui pengalokasian gas yang baik dilakukan agar tiap offtake dapat

    digunakan sesuai dengan kebutuhan tiap daerahnya dan itu dapat membantu menjaga merawat

    offtake agar tidak sering dilakukan peremajaan. Serta PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

    akan mendapatkan keuntungan yang maksimal tiap harinya sebesar $2.446.750,- untuk distribusi

    gas wilayah Bogor.

    Saran

    Dari pembahasan di atas semoga dapat memberikan penjelasan yang berguna bagi semua

     pihak.Bagi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk semoga laporan ini dapat dijadikan

     pertimbangan untuk kebijakan yang akan diambil di masa yang akan datang.

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    44/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        4    3

    PENGOPTIMALAN BIAYA OPERASIONAL PADA PERUSAHAAN

    DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA WIWITANING KAURIPAN

    DENPASAR DENGAN VAM , LEAST COST  DAN MODI  

    Irtrianta Pasangka (24010111120022)

    Ufil Mideh (24010111130068)

    Tito Sumarsono (24010111140078)

    Gloria Hermiana Helen (24010111140085)

    Dosen Pembimbing : Robertus Heri, M.Si

    JurusanMatematika FSM UNDIP

    I. 

    Pendahuluan

    Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan badan usaha yang seluruh atau separuh

    sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah dan mengolah sumber  –   sumber ekonomi untuk

    menyediakan barang dan/atau jasa bagi masyarakat demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

    Salah satu BUMN ini adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). PDAM merupakan salah

    satu badan usaha yang menangani kebutuhan masyarakat akan air bersih yang notabene

    merupakan kebutuhan primer. Dewasa ini, perkembangan penduduk dan pembangunan

    merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan pasokan air tanah semakin cepat

     berkurang. Namun, semakin bertambah jumlah penduduk, semakin banyak pula kebutuhan air,

    sedangkan air tanah tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan air penduduk. Untuk

    memenuhi kebutuhan air bersih di kota Denpasar - Bali, pemerintah kota Denpasar membangun

    Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Wiwitaning Kauripan.

    Berdasarkan latar belakang di atas, PDAM kota Denpasar memerlukan pengalokasian

    distribusi air dari reservoir ke daerah tujuan secara efektif dan efisien sehingga dapat

    mengoptimalkan biaya pendistribusian air pada PDAM kota Denpasar dengan tetap

    memperhatikan permintaan dari tiap daerah tujuan.II.  Pembahasan

    Dari data-data yang telah diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

     perhitungan dan analisa sehingga tujuan dari penulisan laporan ini terpenuhi yaitu menganalisis

     pengoptimalan biaya pendistribusian air PDAM Denpasar.

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    45/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        4    4

    Adapun langkah- langkah yang pengolahan data adalah sebagai berikut:

    1.  Menganalisis grafik distribusi dan produksi menjadi tabel yang lebih mudah dipahami

    2.  Melakukan perhitungan permintaan, penawaran atau distribusi dari sumber, serta biaya

    distribusi tiap daerah tujuan dengan menggunakan rumus

     dan

     3.  Menentukan fungsi tujuan dan batasan-batasan kendala yang ada, serta asumsi yang

    diperlukan untuk membentuk table transportasi

    4.  Membuat matriks transportasi berdasarkan fungsi tujuan dan batasan-batasan yang telah

    dibentuk.

    5.  Melakukan perhitungan dan analisa menggunakan metode VAM (Vogel’s Approximation

     Method) untuk solusi awal, dan metode MODI (Modified Distribution) untuk solusi akhir.

    6.  Menetapkan solusi yang memenuhi kendala yang ada serta menghitung fungsi objektifnya.

    Asumsi –  asumsi yang digunakan antara lain :

    1.  Reservoir dan sumur bor merupakan sumber dan daerah yang dialiri air dari reservoir dan

    sumur bor merupakan daerah tujuan ( daerah pendistribusian ).

    2. 

    Aliran air konstan tiap detik selama 24 jam

    3.  Biaya rata-rata per m3 didapatkan dari data yang telah diketahui

    4.  Tidak ada kobocoran pada pipa penyaluran air dan masalah keterlambatan suplai air.

    5.  Biaya per m3 untuk masing-masing daerah pelayanan ditentukan oleh banyaknya permintaan

    dan penawaran. Semakin besar jumlah permintaan maka biaya per m3 semakin kecil.

    6.  Produksi air tiap reservoir dan sumur bor dianggap kosntan tiap bulan

    7.  Permintaan tiap wilayah pelayanan dianggap konstan tiap bulan.

    8.  Air yang didistribusikan berasal hanya dari produksi PDAM kota Denpasar.

    Tabel 4.1 Volume Pasokan Air PDAM Kota Denpasar

    Reservoir

    Daerah Pelayanan

    DenpasarBarat

    DenpasarUtara

    DenpasarTimur

    DenpasarSelatan

    Reservoir Belusung 693018 585101 216934

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    46/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        4    5

    Reservoir Waribang 23289 430311

    SB. Ubung 15251

    SB. Kebo Iwa 18662

    SB Mahendradata 24445

    SB 2 Peguyungan 5254 5253

    SB 3 Peguyungan 4717 4717SB Penatih 38958

    SB Tonja 20810

    SB Br. Gunung 62638

    SB Sedap Malam II 74722

    SB E1 Subita 189506

    SB E2 Kecubung 77120

    SB E4 Sarigading 4910

    SB Pelagan 42378

    SB Sedap Malam I 129718

    SB 4 Sanur 33620

    TPW 4 67074SB 6 Panjer 71104

    SB Sidakarya 72216

    SB Pulau Singkep 108554

    SB Badak Agung 88379

    SB TKD Badung 93312

    Jumlah total air = 3.201.971 m3. Biaya Operasional rata-rata PDAM Denpasar per m3 adalah

    Rp 630,00. Dapat terlihat biaya pasokan air per m3 untuk masing-masing daerah pelayanan

     pada tabel 4.2

    Tabel 4.2 Penawaran, Permintaan dan Biaya per m3

     per Daerah Pelayanan

    DaerahPelayanan

    Sumber Penawaran(m3)

    Permintaan Biaya perm3 (Rp)

    DenpasarBarat

    Reservoir Belusung 472601 693018 429,63

    SB. Ubung 15552 15251 642,43

    SB. Kebo Iwa 23328 18662 787,52

    SB. Mahendradata 23328 24445 601,21

    SB. 2 Peguyungan 5184 5254 621,61

    SB. 3 Peguyungan 3888 4717 519,28

    Denpasar

    Utara

    Reservoir Belusung 472601 585101 508,87

    SB. 2 Peguyungan 5184 5253 621,72SB. 3 Peguyungan 3888 4717 519,28

    DenpasarTimur

    Reservoir Belusung 472601 216934 1372,48

    Reservoir Waribang 226800 23289 6135,26

    SB Penatih 36288 38958 586.82

    SB Tonja 15552 20810 470.82

    SB Br. Gunung 80352 62638 808.16

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    47/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        4    6

    SB Sedap Malam II 75168 74722 633.76

    SB E1 Subita 178848 189506 594.57

    SB E2 Kecubung 72576 77120 592.88

    SB E4 Sarigading 5184 4910 665.16

    SB Pelagan 36288 42378 539.46

    DenpasarSelatan

    Reservoir Waribang 226800 430311 332,05SB Sedap Malam I 129600 129718 629.43

    SB 4 Sanur 28512 33620 534.28

    TPW 4 77760 67074 730.37

    SB 6 Panjer 72576 71104 643.04

    SB Sidakarya 62208 72216 542.69

    SB Pulau Singkep 93312 108554 541.54

    SB Badak Agung 54432 88379 388.01

    SB TKD Badung 93312 93312 630.00

    Dari permasalahan yang ada dapat dibawa ke dalam bentuk matematika sehingga

    diperoleh formulasi dari permasalahan tersebut adalah :Variabel keputusan : xij = volume air dari sumber i ke daerah pelayanan j

    cij = biaya operasional distribusi air dari sumber i ke daerah pelayanan j

    dimana i = 1 … 23, j = 1 … 4, dengan sumber 1 adalah Reservoir Belusung, sumber 2 adalah

    Reservoir Waribang, sumber 3 adalah Sumur Bor (SB) Ubung, sumber 4 adalah Sumur Bor (SB)

    Kebo Iwa, sumber 5 adalah Sumur Bor (SB) Mahendradata, sumber 6 adalah Sumur Bor (SB) 2

    Peguyungan, sumber 7 adalah Sumur Bor (SB) 3 Peguyungan, sumber 8 adalah Sumur Bor (SB)

    Penatih, sumber 9 adalah Sumur Bor (SB) Tonja, sumber 10 adalah Sumur Bor (SB) Br.

    Gunung, sumber 11 adalah Sumur Bor (SB) Sedap Malam I, sumber 12 adalah Sumur Bor (SB)

    E1 Subita, sumber 13 adalah Sumur Bor (SB) E2 Kecubung, sumber 14 adalah Sumur Bor (SB)

    Sarigading, sumber 15 adalah Sumur Bor (SB) Pelagan, sumber 16 adalah Sumur Bor (SB)

    Sedap Malam II, sumber 17 adalah Sumur Bor (SB) 4 Sanur, sumber 18 adalah TPW 4, sumber

    19 adalah Sumur Bor (SB) 6 Panjer, sumber 20 adalah Sumur Bor (SB) Sidakarya, sumber 21

    adalah Sumur Bor (SB) Pulau Singkep, sumber 22 adalah Sumur Bor (SB) Badak Agung,

    sumber 23 adalah Sumur Bor (SB) TKD Badung, daerah pelayanan 1 adalah Denpasar Barat,

    daerah pelayanan 2 adalah Denpasar Utara, daerah pelayanan 3 adalah Denpasar Timur, dan

    daerah pelayanan 4 adalah Denpasar Selatan. Untuk reservoir dan sumur bor yang tidak

    mengalirkan air ke daerah pelayanan tertentu dialokasikan sebanyak 0 sehingga diperoleh

    formulasi dari permasalahan pendistribusian air PDAM Kota Denpasar adalah

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    48/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        4    7

    Meminimumkan Z = 429.63x1,1  + 508,87x1,2  + 1372,48x1,3  + 6135,26x2,3  + 332,05 x2,4  +

    642,43x3,1  + 787,52x4,1  + 601,21x5,1  + 621,61x6,1  + 621,72x6,2  + 519,28x7,1  + 519,28x7,2  +

    586,82x8,3 + 470,82x9,3 + 808,16x10,3 + 633,76x11,3 + 594,57x12,3 + 592,88x13,3 + 665,16x14,3 +

    539,46x15,3 + 629,43x16,4 + 534,28x17,4 + 730,37x18,4 + 643,04x19,4 + 542,69x20,4 + 541,54x21,4 +

    388,01x22,4 + 630x23,4 

    Kendala : x1,1 + x3,1 + x4,1 + x5,1 + x6,1 + x7,1 = 761347

    x1,2 + x6,2 + x7,2 = 595071

    x1,3 + x2,3 + x8,3 + x9,3 + x10,3 + x11,3 + x12,3 + x13,3 + x14,3 + x15,3 = 751265

    x2,4 + x16,4 + x17,4 + x18,4 + x19,4 + x20,4 + x21,4 + x22,4 + x23,4 = 1094288

    x1,1 + x1,2 + x1,3 = 1495053

    x2,3 + x2,4 = 453600

    x3,1 = 15251

    x4,1 = 18662

    x5,1 = 24445

    x6,1 + x6,2 = 10507

    x7,1 + x7,2 = 9434

    x8,3 = 38958

    x9,3 = 20810

    x10,3 = 62638

    x11,3 = 74722

    x12,3 = 189506

    x13,3 = 77120

    x14,3 = 4910

    x15,3 = 42378

    x16,4 = 129718

    x17,4 = 33620

    x18,4 = 67074

    x19,4 = 71104

    x20,4 = 72216

    21,4 = 108554

    22,4 = 88379

    x23,4 = 93312

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    49/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        4    8

    Total biaya operasional PDAM Kota Denpasar sebelum dioptimalisasi adalah Rp

    1.928.290.008,39. Setelah dioptimalisasi menggunakan VAM dan Least Cost diperoleh total

     biaya operasional minimal yang sama yaitu sebesar Rp 1.827.855.571.

    III.  Kesimpulan

    Dari pembahasan dalam laporan ini disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode

    Vogel’s Aproximation Method  (VAM), dan metode Least Cost pada tahap penyelesaian awal dan

    metode MODI untuk pengoptimalan dengan berdasarkan atas asumsi-asumsi yang telah

    diberikan diperoleh biaya operasional minimal sebesar Rp 1.827.855.571,29. Sedangkan biaya

    awal yang dikeluarkan oleh PDAM kota Denpasar pada tahun 2013 adalah sebesar Rp

    1.928.290.008,39. Sehingga, PDAM kota Denpasar dapat menghemat biaya operasional sebesar

    Rp 100.434.437,1 

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    50/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        4    9

    Dodi Jendralta Ritongga(24010111120008)

    Efni Agustiarini(24010111130065)

    Andistia Han Putra(24010111130070)

    Rahmatika Fajar S(24010111140081)

    Dosen Pembimbing: Abdul Aziz,M.Si.

    Jurusan Matematika FSM UNDIP

    I. 

    Pendahuluan

    Dalam keseharian hidup manusia, tak bisa dipungkiri bahwa air merupakan kebutuhan

     penting yang diperlukan ketersediaannya. Ketersediaan air menjadi penting karena jika hal

    tersebut sulit untuk dipenuhi, secara langsung ataupun tidak langsung keseharian aktifitas

    masyarakat pasti terganggu.

    Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang semakin meningkat di masyarakat, pemerintah kota

    setempat membentuk badan usaha yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Fungsi

     pelayanan yang diberikan oleh perusahaan ini adalah menyediakan air bersih untuk memenuhi

    kebutuhan masyarakat Kota Denpasar

    Dari tahun ke tahun jumlah pelanggan Kota Denpasar semakin bertambah. Saat ini

     jumlah pelanggan PDAM sebesar 72.636 unit. Jumlah air yang disalurkan ke satu daerah dengandaerah lain bisa berbeda-beda. Hal ini disebabkan jumlah permintaan air tiap daerah juga

     berbeda-beda. Masalah yang timbul adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air tiap daerah yang

     bukan hanya disebabkan oleh jumlah produksi air, melainkan juga pada pendistribusian air

    hingga sampai ke pelanggan. Dalam hal ini tinjauan bahasan kami adalah Kebutuhan air bersih

    di Kota Denpasar, Bali. Denpasar merupakan ibu kota dari Provinsi Bali. Kota Denpasar

    memiliki 4 kecamatan, yakni Kecamatan Denpasar Utara, Kecamatan Denpasar Selatan,

    Kecamatan Denpasar Barat dan Kecamatan Denpasar Timur.

    II. 

    Pembahasan

    Program Linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan mengenai

     pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantaranya beberapa aktivitas yang bersaing,

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    51/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        5    0

    dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan agar memperoleh suatu solusi yang optimal.

    Permasalahan PL memiliki karakteristik dengan ciri-ciri sebagai berikut:

    i.  Menentukan pilihan dari alternatif yang mungkin. Alternatif inilah yang disebut sebagai

    variable keputusan. Lebih jauh lagi variable ini harus bilangan yang bernilai pecahan

    artinya nilai pecahan dari variable ini masuk akal.

    ii.  Memiliki sasaran (objektif) yaitu satu entitas yang akan diminimumkan atau

    dimaksimumkan. Fungsi disini merupakan bentuk hubungan antara variable keputusan.

    iii.  Terdapat paling sedikit satu fungsi kendala atau ketentuan pembatas sumber daya harus

    diperhatikan atau persyaratan harus dipenuhi.

    iv.  Setiap variable keputusan itu berpangkat satu baik didalam fungsi objektif maupun pada

    setiap fungsi kendalanya.

    Dominannya terdefinisikan dengan jelas. Pada umumnya variable keputusan nilainya

    harus non negatif yang sering ditulis sebagai x≥0. Namun tidak jarang dibatasi pada nilai

    tertentu, yang sering ditulis sebagai a≤ x ≤b, seperti 0≤ x ≤100.  Dalam notasi matrix Program

    Linier bisa dituliskan sebagai

    Min   (1)dengan kendala

        (2)   (3)Dimana (1) merupakan fungsi objektif atau sasaran disini diminimumkan. Sedangkan

    ekspresi (2) disebut kendala dan (3) disebut kendala tidak negatif. Kendala biasanya berupa

    ungkapan pembatasan pemakaian sumber daya yang ada atau dapat juga ungkapan prasyarat

    yang harus dipenuhi dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa

     pada umumnya kendala akan berupa pertidaksamaan, maka bentuknya akan ditandai oleh lima

    lambang hubungan yaitu (  )Metode dual simpleks dapat digunakan jika memenuhi ketentuan-ketentuan :

    1. 

    Semua kendala dalam bentuk  

    2.  Leaving variable dipilih dari variable basis yang memiliki harga negatip terbesar (paling

    negatip), jika variable semua basis bernilai positip atau nol maka kondisi ini sudah fisibel.

    3.  Entering variable ditentukan dengan :

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    52/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        5    1

    a.  Mencari rasio persamaan 0 (persamaan Z) dengan leaving variable (dipilih yang negatip)

    abaikan yang positif atau nol. Jika setiap leaving variable (penyebut) berharga positip

    atau nol maka masalah tidak memiliki solusi fisibel.

     b.  Untuk masalah maksimal pilih rasio absolut terkecil dan untuk masalah minimal pilih

    rasio terkecil.

    4.  Lakukan iterasi (operasi elementer baris) hingga kondisi fisibel, yaitu semua nilai pada

    kolom RHS bernilai 0  

    Asumsi yang digunakan dalam laporan ini antara lain :

    1.  Sumber produksi yaitu Sumur bor, Instansi Pengolahan Air (IPA) dan beberapa PDAM lain

    (air yang dibeli) dan aliran air konstan tiap detik.

    2. 

    Kapasitas prosuksi masing-masing sumber dan permintaan di tiap-tiap daerah diperoleh dari

    data yang sudah ada dan biaya produksi rata-rata per

     diperoleh dari data yang sudah ada.

    Tabel 4.1 Jumlah Sumber Poduksi , Produksi Air, Permintaan Air Tiap Kecamatan di Kota

    Denpasar dalam 1 bulan ( satuan m3 )

    Biaya produksi : Rp. 630 / m3 

    Beli dari PDAM lain : Rp. 2.000 / m3 

    Variabel keputusan model program linier    Jumlah air yang dikirim dari IPA ke Denpasar Utara (dalam )

       Jumlah air yang dikirim dari Sumur bor ke Denpasar Utara (dalam

    )

       Jumlah air yang dikirim dari IPA ke Denpasar Selatan (dalam )    Jumlah air yang dikirim dari Sumur bor ke Denpasar Selatan (dalam )    Jumlah air yang dikirim dari IPA ke Denpasar Barat (dalam )    Jumlah air yang dikirim dari Sumur bor ke Denpasar Barat (dalam )33

     x   = Jumlah air yang dikirim dari PDAM lain ke Denpasar Barat (dalam )    Jumlah air yang dikirim dari IPA ke Denpasar Timur (dalam )

    IPA Sumur Bor Beli dari PDAM lain Permintaan (m )Denpasar Utara 1 2 - 595.071

    Denpasar Selatan 1 7 - 978.882

    Denpasar Barat 1 5 2 821.371

    Denpasar Timur 2 8 2 778.894

    Produksi (m ) 1.948.054 1.190.000 68.005

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    53/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        5    2

       Jumlah air yang dikirim dari Sumur bor ke Denpasar Timur (dalam )43

     x   = Jumlah air yang dikirim dari PDAM lain ke Denpasar Timur (dalam )Fungsi Tujuan : Meminimalkan biaya produksi dari air yang dialirkan tiap sumber produksi ke

    tiap kecamatan di kota Denpasar dalam 1 bulan

    Minimal Z = 630 11 12 21 22 31 32 41 42 x x x x x x x x  + 2000 33 43 x x  

    Kendala :

    I. Permintaan Air :11 12

    2 595.071 x x  

    21 227 978.882 x x  

    31 32 335 2 821.371 x x x  

    41 42 432 8 2 778.894 x x x  

    II.  Produksi Air : 11 21 31 412 1.948.054 x x x x  

    12 22 32 422 7 5 8 1.190.000 x x x x  

    33 432 2 68.005 x x  

    Pembatas tanda :11 12 21 22 31 32 33 41 42 43

    , , , , , , , , , 0 x x x x x x x x x x    

    Dengan menggunakan metode dual simplek diperoleh

    Minimal Z = 1.132.787.000, dengan

    11

    12

    21

    22

    31

    32

    33

    41

    42

    43

    595.071

    0

    0

    139.840,3

    574.089

    42.223,6

    18.082

    389.447

    0

    0

     x

     x

     x

     x

     x

     x

     x

     x

     x

     x

     

    Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa PDAM Denpasar dapat meminimalisir biaya

     produksi air dalam 1 bulan senilai Rp. 1.132.787.000 (  sebesar 1,1 Milyar ) dengan jumlah air

    yang dialirkan dari IPA ke Denpasar Utara sebesar 595.071 m3, Sumur bor ke Denpasar Selatan

    sebesar 139.840,3 m3, IPA ke Denpasar Barat sebesar 574.089 m3, Sumur bor ke Denpasar Barat

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    54/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        5    3

    sebesar 42.223,6 m3, PDAM lain ke Denpasar Barat sebesar 18.082 m3, IPA ke Denpasar Timur

    sebesar 389.447 m3.

    III.  Kesimpulan

    1.  Biaya produksi minimal yang bisa dikeluarkan pihak PDAM Denpasar dalam 1 bulan sebesar

    Rp. 1.132.787.000 (  sebesar 1,1 Milyar )

    2.  Untuk meminimalkan biaya produksi, jumlah air yang di alirkan ke Denpasar Utara sebesar

    595.071 m3 dari IPA, ke Denpasar Selatan sebesar 139.840,3 m3 dari sumur bor, ke Denpasar

    Barat sebesar 574.089 m3 dari IPA, sebesar 42.223,6 m3 dari sumur bor, sebesar 18.082 m3 

    dari PDAM lain dan ke Denpasar Timur sebesar 389.447 m3 dari IPA.

    3.  Untuk meminimalkan biaya produksi, sumber produksi yang digunakan untuk mengalirkan

    air ke Denpasar Utara adalah IPA, ke Denpasar Selatan adalah sumur bor, ke Denpasar Barat

    adalah IPA, sumur bor, PDAM lain dan ke Denpasar timur adalah IPA.

    4.  Untuk meminimalkan biaya produksi, sumber produksi yang tidak digunakan untuk

    mengalirkan air ke Denpasar Utara adalah sumur bor, ke Denpasar Selatan adalah IPA dan ke

    Denpasar Timur adalah sumur bor dan dari PDAM lain.

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    55/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        5    4

    Analisis Hubungan Hasil Produksi Koran dengan Masing-masing

    Kecepatan dan Waktu Perawatan Mesin Cetak di PT Harian Surya

    Purwarian Febrio (24010111120001)

    Anindita Henindya P. (24010111130031)

    Khoirul Anam (24010111130069)

    Indri Ria Septyanti (24010111140076)

    Dosen Pembimbing : Drs. Solichin Zaki,M.Kom.

    Jurusan Matematika FSM UNDIP

    I.  Pendahuluan

    Pada era teknologi dan informasi saat ini, terjadi banyak perubahan baik pada manusia

    maupun pada lingkungannya. Manusia makin maju dan berkembang, kemajuan dan

     perkembangan tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan manusia terhadap informasi.

    Peningkatan kebutuhan manusia terhadap informasi menyebabkan banyak pihak tertarik untuk

     berinvestasi, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Pada media cetak, terjadi

     persaingan ketat seiring dengan meningkatnya jumlah dan variasi media cetak, Salah satu jenis

    media cetak yang tingkat persaingannya paling ketat adalah surat kabar harian. Setiap

     perusahaan surat kabar harian berusaha untuk mempertahankan konsumen yang telah ada dan

    memperoleh konsumen baru sebanyak mungkin dengan berbagai cara. Salah satu cara yangditerapkan adalah dengan pengiriman surat kabar harian hingga sarnpai ke tangan konsumen

    tepat pada waktunya.

    Proses produksi merupakan salah satu faktor penting agar surat kabar harian dapat

    sampai ke konsumen tepat pada waktunya. Elemen paling penting dalam proses produksi adalah

    mesin cetak berkecepatan tinggi yang harus selalu dipantau dan dirawat. perusahaan perlu

    memprediksi besarnya hubungan hasil produksi sura kabar harian (koran) dengan kecepatan dan

    waktu perawatan mesin cetak dengan menggunakan pendekatan matematis. Salah satu

     pendekatan yang dapat digunakan adalah analisis model regresi linier. Analisis model regresi

    linier yang memenuhi berbagai asumsi akan menghasilkan model yang bersifat BLUE ( Best

     Linear Unbiased Estimator ) sehingga dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik.

    RumusanMasalah

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    56/75

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    57/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        5    6

    No Bulan HasilProduksi(Eksemplar) Kecepatan Mesin(Cph) Waktu Perawatan

    Mesin(Jam)

    1 Januari 53708 4149 137

    2 Februari 188955 5072 913 Maret 265409 4823 64

    4 April 358990 4895 102

    5 Mei 343303 5153 215

    6 Juni 845513 5965 21

    7 Juli 390013 4620 130

    8 Agustus 255793 4469 136

    9 September 507123 5022 184

    10 Oktober 175050 5077 440

    11 November 43445 2881 385

    12 Desember 42605 3825 396

    Sumber: PT Harian Surya Surabaya

    Penelitian ini menggunakan model regresi linier sederhana. Sebab jika menggunakan regresi

    linier berganda, pada model regresi hubungan hasil produksi koran dengan kecepatan dan waktu

     perawatan mesin cetak, koefisien regresi dari variabel X2(waktu perawatan mesin cetak) tidak

    signifikan. Sehingga perlu dilakukan pengujian secara individual pengaruh variabel kecepatan

    dan waktu perawatan mesin cetak terhadap variabel hasil produksi koran.

    Model Hubungan Hasil Produksi Koran dengan Kecepatan Mesin Cetak

    1.  Uji Asumsi Klasik

    Uji asumsi klasik untuk model regresi hubungan hasil produksi koran dengan kecepatan

    mesin cetak adalah sebagi berikut.

    1) 

     Normalitas

    a.  Visual

    Dilihat pada tabel Charts-Normal P-P Plot , data residual berdistribusi normal karena

    titik-titik residual berada di sekitar garis normal.

     b. 

    Formal

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    58/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        5    7

    Hipotesis

    : Fn(x) = F0(x) (Data residual berdistribusi normal): Fnx ≠ F0(x) (Data residual tidak berdistribusi normal)Taraf Signifikansi :

     

    Statistik Uji : Dari tabel  Explore-Test of Normality  diperoleh nilai sig ( Kolmogorov

    Smirnov) = 0.200

    Kriteria Penolakan :  ditolak jika  Keputusan : Karena sig = 0.200  maka  diterimaKesimpulan : Pada taraf signifikasi   didapat bahwa data residual berdistribusi

    normal. Artinya, data hasil produksi koran dan data kecepatan mesin cetak

     berdistribusi normal.

    2) Homoskedastisitas (Kesamaan Variansi)

    Berdasarkan hasil pengujian dari tabel Regression-Sresid by Zpred Scatterplot , titik titik

    residual menyebar atau tidak membentuk pola sehingga asumsi homoskedastisitas terpenuhi.

    Artinya, varian dari error  model regresi hubungan hasil produksi koran dengan kecepatan mesin

    cetak adalah konstan atau varian error  antar kelompok pengamatan adalah sama (homogen).

    3) 

    AutokorelasiHipotesis

    ρ = 0 (tidak terdapat autokorelasi positif/negatif) ρ≠0 terdapat autokorelasi positif/negatif Taraf Signifikansi :  Statistik Uji : Dari tabel  Regression-Model Summary  diperoleh nilai  Durbin Watson  =

    2.117 dan dari tebel  Durbin Watson  diperoleh nilai

     

    Keputusan :Karena nilai maka tidak terdapat autokorelasi positif dan  maka tidak terdapat auokorelasinegatif sehingga  diterima.

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    59/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        5    8

    Kesimpulan : Pada taraf signifikansi   didapat bahwa tidak ada autokorelasi positif/negatif atau dengan kata lain asumsi autokorelasi tidak terpenuhi.

    Artinya, tidak ada korelasi yang terjadi antara residual pada satu

     pengamatan dengan pengamatan lain atau tidak ada ketergantungan diantara

    komponen error   berdasarkan waktu tertentu pada model regresi hubungan

    hasil produksi koran dengan kecepatan mesin cetak.

    Jadi, berdasarkan uji asumsi diatas, semua asumsi residual terpenuhi. Model regresi

    hubungan hasil produksi dengan kecepatan mesin cetak dapat digunakan dan dapat dikatakan

     baik dan bersifat BLUE ( Best Linear Unbiased Estimator ). Karena uji asumsi klasik terpenuhi

    maka dapat dilakukan uji kecocokan model regresi dengan menggunakan analisis varian (uji F).

    2. Model Regresi Linier Sederhana

    Berdasarkan hasil pengujian dari tabel  Regression-Coefficients  diperoleh nilai dan , sehingga diperoleh model regresi linier ̂ = . Yang artinya setiap terjadi kenaikkan kecepatan mesin sebesar 1 eksemplar per jammaka akan menyebabkan kenaikan hasil produksi sebesar

    eksemplar.

    3.  Uji Kecocokan Model Regresi

    Hipotesis

    (modelregresi tidak cocok dengan data) (modelregresi cocok dengan data)Taraf Signifikansi :  Statistik Uji : Dari tabel Regression-Anova diperoleh nilaisig =0.003 

    Kriteria Penolakan :  ditolak jika  Keputusan :  ditolak, karena  Kesimpulan : Pada taraf signifikansi   didapat bahwa model cocok dengan data.

    Artinya, kecepatan mesin cetak mempunyai pengaruh terhadap hasil

     produksi koran.

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    60/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        5    9

    4.  Koefisien Determinasi (R 2)

    Berdasarkan hasil pengujian dari tabel  Regression-Model Summary  diperoleh nilai R 2 

    =0.602 yang berarti sebesar 60.2% hasil produksi koran dipengaruhi oleh kecepatan mesin

    cetak, dan sebesar 39.8% hasil produksi koran dipengaruhi oleh faktor lain diluar model regresi.

    Model Hubungan Hasil Produksi Koran dengan Waktu Perawatan Mesin Cetak

    1.  Uji Asumsi Klasik

    Uji asumsi klasik untuk model regresi hubungan hasil produksi koran dengan waktu

     perawatan mesin cetak adalah sebagi berikut.

    1)  Normalitas

    a.  Visual

    Dilihat pada tabel Charts-Normal P-P Plot , residual berdistribusi normal karena titik-

    titik residual berada di sekitar garis normal.

     b. 

    Formal

    : Fn(x) = F0(x) (Data residual berdistribusi normal): Fnx ≠ F0(x) (Data residual tidak berdistribusi normal)Taraf Signifikansi :

     

    Statistik Uji : Dari tabel  Explore-Test of Normality  diperoleh nilai sig ( Kolmogorov

    Smirnov) = 0.200

    Kriteria Penolakan :  ditolak jika  Keputusan : Karena sig = 0.200  maka  diterimaKesimpulan : Pada taraf signifikasi   didapat bahwadata residual berdistribusi

    normal. Artinya,data hasil produksi koran dan data waktu perawatan mesin

    cetak berdistribusi normal.

    2) 

    Homoskedastisitas (Kesamaan Variansi)Berdasarkan hasil pengujian dari tabel Regression-Sresid by Zpred Scatterplot , titik titik

    residual menyebar atau tidak membentuk pola sehingga asumsi homoskedastisitas terpenuhi.

    Artinya,varian dari error  model regresi hubungan hasil produksi koran dengan waktu perawatan

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    61/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        6    0

    mesin cetak adalah konstan atau varian error   antar kelompok pengamatan adalah sama

    (homogen).

    3) Autokorelasi

    Hipotesis

    ρ (tidak terdapat autokorelasi positif/negatif) ρ (terdapat autokorelasi positif/negatif)Taraf Signifikansi :  Statistik Uji : Dari tabel  Regression-Model Summary  diperoleh nilai  Durbin Watson  =

    1.072 dan dari tebel  Durbin Watson  diperoleh nilai

     Keputusan : Deteksi autokorelasi positif menunjukkan nilai   maka pengujian tidak meyakinkan (berada di daerah

    keraguan) dan deteksi autokorelasi negatif menunjukkan nilai maka tidak terdapat autokorelasi negatif sehinggadeteksi autokorelasi tidak dapat ditarik kesimpulan.

    Pengujian asumsi non autokorelasi dengan uji  Durbin Watson  tidak dapat ditarik

    kesimpulan. Oleh sebab itu, untuk mengetahui lebih lanjut ada atau tidaknya autokorelasi maka

    dilakukan uji Run ( Run Test ) sebagai berikut.

    Hipotesis

    ρ (Tidak terdapat autokorelasi)

    ρ

    (Terdapat autokorelasi)

    Taraf Signifikansi :  Statistik Uji : Dari tabel Npar Test-Runs Test  diperoleh nilai  Kriteria Penolakan :  ditolak jika  

  • 8/16/2019 KKL PKL.pdf

    62/75

     

    Asmat Undip

    Asmathundip.blogspot.com

        P   a   g   e

        6    1

    Keputusan :Karena  maka  diterimaKesimpulan : Pada taraf signifikasi   didapat bahwa tidak terdapat autokorelasi

    (residual acak) atau dengan kata lain, asumsi non autokorelasi

    terpenuhi.Artinya,tidak ada korelasi yang terjadi antara residual pada satu

     pengamatan dengan pengamatan lain atau tidak ada ketergantungan diantara

    komponen error berdasarkan waktu tertentu pada model regresi hubungan

    hasil produksi koran dengan waktu perawatan mesin cetak.

    Jadi, berdasarkan uji asumsi diatas, semua asumsi residual terpenuhi. Model regresi

    hubungan hasil produksi dengan waktu perawatan mesin cetak dapat digunakan dan dapat

    d