9
PEMANFAATAN LIMBAH KULTUR JARINGAN SEBAGAI TAMBAHAN UNSUR NUTRISI PADA PAKAN TERNAK DARI ONGGOK TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI PAKAN AYAM BROILER Disusun Oleh : Iqbal Kurniawan 1314002 Defrizal Rizky P. 1414909 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 2015

pakan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ff

Citation preview

Page 1: pakan

PEMANFAATAN LIMBAH KULTUR JARINGAN SEBAGAI TAMBAHAN UNSUR NUTRISI PADA PAKAN TERNAK DARI

ONGGOK TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI PAKAN AYAM BROILER

Disusun Oleh :

Iqbal Kurniawan

1314002

Defrizal Rizky P.

1414909

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG2015

Page 2: pakan

PEMANFAATAN LIMBAH KULTUR JARINGAN SEBAGAI TAMBAHAN

UNSUR NUTRISI PADA PAKAN TERNAK DARI ONGGOK TEPUNG

TAPIOKA SEBAGAI PAKAN AYAM BROILER

Iqbal k.1) , Nevy V.2) , Program studi teknik kimia, Institut teknologi nasional 1)

Fakultas teknik industri institut teknologi nasional malang2)

RINGKASAN

Tujuan dari proposal ini adalah untuk menunjukkan bahwa limbah kultur

jaringan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan nilai nutrisi dari onggok sebagai

pakan ternak ayam yang bermutu tinggi. Selain itu, proposal ini tertuju kepada

peternak sebagai salah satu cara mendapatkan makanan ternak yang lebih murah

dengan tetap memenuhi kebutuhan gizi pada ternak ayam. Kandunagan protein

pada onggok tidak lebih dari 0.5% fosfor karena itu penambahan unsur dar kultur

jarngan diharapkan dapat meningkatkan nilai fosfor sehingga meningkatkan nilai

mutu dari pakan dari limbah onnggok ini sendiri dan tetap punya karbohidrat

tinggi dengan haya proses pengeringan.

PENDAHULUANLatar Belakang

Pemanfaatan akan ubi kayu sangat banyak. Selain digunakan sebagai bahan

baku pembuatan tempe, getuk, keripik dan lain-lain. Tanaman ini juga

dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tepung tapioka atau tepung terigu.

Tingkat penggunaan tepung ini sangat tinggi karena tepung ini dapat diolah menjadi

beragam produk pangan seperti mie, snack, kue dan jenis makanan lain yang dapat

dibuat dari tepung terigu maupun tepung beras.

Page 3: pakan

Selain dikarenakan oleh faktor-faktor diatas, pengetahuan akan informasi

komposisi gizi seperti yang terlihat pada tabel ini:

Zat gizi Tepung ubi kayu

Energi (kal)

Protein (gram)

Lemak (gram)

Karbohidrat (gram)

Ca (mg)

P (mg)

Fe (mg)

Vit. A (RE)

Vit. B (mg)

Vit. B (mg)

Air (gram)

BDD (%)

363

1,1

0,5

88,2

84

125

1

0

0

0,04

9,1

100

Sumber : (BKP, 2009)

yang dimiliki oleh tepung ini juga memiliki pengaruh tersendiri. Semakin banyak

masyarakat yang mengetahui komposisi gizi ini maka semakin bersemangat pula

masyarakat-masyarakat ini untuk menjadikannya sebagai bahan

pangan. Dampaknya penggunaan atau permintaan akan tepung ini meningkat.

Meningkatnya jumlah permintaan tepung tapioka menyebabkan peningkatan

hasil produksi tepung ini. Sehingga tidak dapat dipungkiri limbah yang dihasilkan

juga banyak. Limbah dari hasil pembuatan tepung tapioka ini disebut wet pulp atau

biasa disebut dengan onggok basah. Limbah-limbah ini nantinya akan membawa

dampak negatif bagi lingkungan apabila tidak dimanfaatkan dengan baik, karena

berpotensi sebagai polutan di daerah sekitar pabrik.

Para pengusaha tepung ini cenderung akan membuang limbah onggok

mereka daripada memanfaatkannya. Ketidak pengetahuan mereka akan manfaat

dari limbah ini berdampak pada terbuangnya limbah ini, sehingga dapat

mencemari lingkungan di daerah tersebut. Padahal pada dasarnya berdasarkan

Page 4: pakan

penelitian yang dilakukan oleh Balitnak (Balai Penelitian Ternak) jika onggok

dapat dimanfaatkan dengan baik maka onggok dapat menjadi pakan ternak ayam

yang memiliki nilai protein dan karbohidat tinggi. Kandungan karbohidratnya

mencapai 51.8 % (Tamudji, 2004). Namun tingginya kandungan karbohidrat

tersebut tidak diimbangi dengan kandungan proteinya serta kandungan makro .

Protein dalam limbah ini tidak lebih dari 1.1 g sedangkan nilai dari unsur makro

sebesar 125 mg fosfor dan 84 mg calsium , nilai protein dapat ditingkatkan

melalui proses fermentasi Kemudian nilai unsur makro diharapkan dapat

ditingkatkan dari pemanfaatan limbah kultur jaringan sehingga dapat memenuhi

sarat, Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan

tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman

dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta

menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang

kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya

sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi

tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan

tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media

buatan yang dilakukan di tempat steril. Setiap kultur jaringan haus memiliki

Berikut penjelasan dari masing-masing komposisi media tersebut :

Hara Makro

Unsur hara makro. terdiri dari enam unsur utama yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan sel dan jaringan tanaman, yaitu: nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K),

kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Konsentrasi optimum yang

dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan maksimum bervariasi diantara jenis

tanaman.

Media kultur harus mengandung sedikitnya 25-60 mg nitrogen anorganik

untuk pertumbuhan sel tanaman. Sel-sel tanaman mungkin dapat tumbuh pada

sumber N dari nitrat saja, tetapi diketahui bahwa pertumbuhan yang lebih baik

adalah apabila mengandung nitrat dan amonium. Nitrat yang disediakan umumnya

berkisar 25-40 mg, konsentrasi amonium berkisar antara 2-20 mg. Akan tetapi

untuk beberapa spesies tanaman konsentrasi amonium > 8 mg akan menghambat

pertumbuhan sel. Sel-sel dapat tumbuh dalam media kultur yang hanya

Page 5: pakan

mengandung amonium sebagai sumber nitrogen jika satu atau lebih terdapat asam-

asam yang terlibat dalam siklus TCA (seperti sitrat, suksinat, atau malat) juga

terdapat dalam media pada konsentrasi sekitar 10 mg. Apabila nitrat dan amonium

sebagai sumber nitrogen digunakan bersama dalam media maka ion-ion amonium

akan digunakan lebih cepat dibandingkan dengan ion-ion nitrat. Kalium dibutuhkan

untuk pertumbuhan sel bagi sebagian besar spesies tanaman.

Umumnya media mengandung kalium (dalam bentuk nitrat atau klorida)

pada konsentrasi 20-30 mg. Konsentrasi optimum untuk unsur P, Mg, S dan Ca

berkisar antara 1-3 mM. Konsentasi yang lebih tinggi dari hara-hara tersebut

mungkin diperlukan jika terjadi defisiensi dari hara yang lain.

Namun kultur jaringan akan dibuang begitu saja ketika pengembangan

biakan berakhir, dengan melihat itu semua penulis menganggap bahwa limbah

kultur jaringan dapat dimanfaatkan kembali untuk menambah unsur mako dalam

onggok

Sehingga pada akhirnya dapat menjadi income alternatif bagi pengusaha

tepung tapioka. Mahalnya harga pakan bagi hewan ternak ayam ini membuat para

peternak terus mencari alternatif pakan bagi hewannya. Jika harga onggok yang

dijadikan pakan ternak ayam lebih murah daripada harga pakan ternak ayam

seperti jagung dan dedek atau polard sedangkan gizi yang dikandung sama maka

para peternak akan lebih memilih onggok sebagai pakan ternak mereka, dan

keuntungan bagi pengusaha tepung tapioka yang mampu mengolah limbah

onggok mereka.

Page 6: pakan

Langkah Pengolahan Onggok dengan Fermentasi

Pertama- tama onggok harus dikeringkan terlebih dahulu, sampai kadar

kekeringannya menjadi 20% dan selanjutnya digiling. Kemudian onggok

difermentasikan dengan menggunakan kapang Aspergillus niger sebagai

inokulum, ditambah campuran urea dan ammonium sulfat sebagai sumber

nitrogen anorganik. Untuk setiap 10 kg bahan baku pakan dibutuhkan 80 gram

kapang Aspergillus niger dan 584,4 gram campuran mineral anorganik. Sedang

untuk preparasinya, 10 kg onggok kering giling dimasukkan ke dalam baskom

besar berukuran 50 kg. Selanjutnya ditambah 584,4 gram campuran mineral dan

diaduk sampai rata. Kemudian ditambah air hangat sebanyak 8 liter lalu

dimasukkan limbah kultur jaringan dengan asumsi bahwa tidak ada bakteri

berbahaya penambahan ini dimaksudkan untuk melarutkan media dengan

onggok , diaduk rata dan dibiarkan selama beberapa menit. Setelah agak dingin

baru ditambahkan 80 gram Aspergillus niger dan diaduk kembali. Setelah

tercampur rata kemudian dipindahkan ke dalam baki plastik dan ditutup.

Fermentasi berlangsung selama empat hari. Setelah terbentuk miselium yang

terlihat seperti fermentasi tempe, maka onggok terfermentasi dipotong- potong,

diremas-remas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC dan selanjutnya

digiling. Setelah penggilingan onggok tersebut siap untuk dipasarkan.

Onggok yang sudah dipasarkan ini, nantinya akan memberikan

keuntungan sampingan yang cukup banyak bagi pengusaha tepung tapioka.

Seperti perhitungan yang sudah ada pada pembahasan sebelumnya, keuntungan

yang diperoleh mencapai 7.400.000 rupiah/hari. Dari sinilah pengusaha tepung

tapioka mampu mendapatkan income sampingan yang tidak sedikit jumlahnya.

Mengingat onggok yang dijadikan alternatif makanan ayam harganya lebih murah

dari harga pakan ayam pada umumnya sehingga para peternak ayam. lebih suka

menggunakan onggok ini sebagai makanan ternak mereka. Oleh karena itulah

penjualan onggok ini laris manis.