Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN HASIL PENELITIAN KUALITATIF
Konsumsi Makanan Cepat Saji ala Barat pada Anak, Bagaimana Persepsi Pengasuh di
Desa Nologaten?
Disusun oleh : Kelompok 7
Maulina Hasan/Maul (17/409932/SP/27777)
Naufal Ro’isul Amien/ Naufal (17/413259/SP/27976)
Ana Ndari Pertiwi/Ana (17/414946/SP/28073)
Findya Rosa/Findya (17/414953/SP/28080)
Kadek Dita Krismaya Sari/ Maya (17/414955/SP/28082)
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN AJARAN 2018-2019
1 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman yang serba cepat menuntut begitu banyak perubahan dalam gaya hidup.
Termasuk gaya hidup dalam konteks makanan. Hal ini disertai dengan menjamurnya
industri makanan, seperti katering, kafetaria dan restoran, termasuk restoran siap saji.
Perkembangan makanan cepat saji dimulai pada abad-20, saat itu outlet makanan cepat
saji semakin menyebar hingga kepenjuru kota.
Hadirnya restoran siap saji di ruang umum mendapat respon yang baik dari
masyarakat. Kemajuan dalam berbagai bidangpun ikut mendukung adanya restoran siap
saji, salah satunya adalah kemajuan dalam bidang iptek dan komunikasi. Seiring dengan
perkembangan tersebut, iklan berperan signifikan dalam memengaruhi orang untuk
menjadikan RSS sebagai pilihan untuk makan di luar (eating out), terutama dengan
berbagai promosi yang ditawarkan,mulai dari paket hemat, hingga paket makanan plus
mainan yang menyasar anak-anak (Sihaloho 2012), tapi juga keluarga, terutama ibu-ibu.
Terlebih RSS dipadati anak-anak usia sekolah dan pengasuhnya. Saat ini,
pengasuh anak sudah tidak lagi terlalu khawatir akan gizi dan gaya hidup yang akan
tertanam pada diri anak karena dalam perkembangannya restoran siap saji justru menjadi
alternatif tempat rekreasi keluarga. Hal ini dapat memicu intensitas anak pengonsumsi
makanan cepat saji. Intensitas anak mengkonsumsi makanan cepat saji atau restoran siap
saji salah satunya dibawa oleh pengasuh. Kesibukan pengasuh yang tidak sempat
menyiapkan makanan rumah menjadikan anak memilih restoran siap saji sebagai tujuan
yang ditunjang oleh keadaan sosial ekonomi dan kepraktisan penyajian makanan. Restoran
siap saji juga dijadikan upaya bagi pengasuh sebagai penyemangat dalam mengerjakan
tugas sekolah, dan berperilaku baik bagi anak-anak karena dijanjikan akan eating out ke
restoran siap saji.
Penelitian ini peneliti lakukan mengingat adanya keterkaitan yang erat antara
persepsi pengasuh terhadap konsumsi makanan anak, sehingga persepsi pengasuh tentang
baik atau buruknya suatu makanan menentukan batasan boleh tidaknya anak mengonsumsi
makanan tersebut, termasuk dalam hal makanan cepat saji ala barat.Karena ada empat
aspek yang memotivasi orang mengonsumsi makanan siap saji, yakni: meniru orang lain,
pergaulan, ajakan teman, dan kesenangan (Intihari 2012 dan Jackson 2003). Dalam
2 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
penelitan ini peneliti
memfokuskan penelitian pada anak
yang tinggal bersama pengasuh
dan bukan dengan orangtuanya.
Pengertian pengasuh menurut
KBBI adalah orang yang
mengasuh; wali (orang tua dan
sebagainya) namun dalam kasus
ini peneliti membatasi
pengertian pengasuh sebagai pihak diluar orang tua yang bertanggungjawab secara
langsung dan tinggal bersama anak tersebut. Dalam definisi menurut KBBI di atas
"pengasuh" memiliki makna dan artian yang sama dengan "wali". Akan tetapi "Pengasuh"
kerap diidentikan atau justru disamakan dengan asisten rumah tangga atau ART. Oleh
karena itu, untuk menghindari kesalahan dalam pemaknaan, kami sepakat memberi
batasan dalam istilah"pengasuh". Pengasuh anak bisa jadi adalah Paman, Bibi, Kakek,
Nenek, Pihak keluarga lain atau bisa juga pihak diluar keluarga yang diberi wewenang.
Namun, Kristianti (2009) menemukan bahwa remaja cenderung mengonsumsi makanan
siap saji karena kesibukan orang tua, terutama ibu yang tidak sempat menyiapkan
makanan di rumah, sehingga makanan siap saji menjadi alternatif yang ditunjang oleh
kondisi sosial ekonomi dan kepraktisan penyajian makanan dan waktu. Pengasuh
menganggap bahwa restoran siap saji sangat di minati oleh anak-anak karena promosinya
yang menarik dan memiliki suasana yang mendukung sebagai arena bermain. Akan tetapi
terlepas dari ketertarikan anak akan hal tersebut, restoran siap saji juga memiliki dampak
yang kurang baik bagi kesehatan anak dan hal ini kurang begitu diperhatikan oleh
pengasuh. Dalam satu kasus, menurut Ibu Flamboyan (35 tahun), sepanjang tidak
menjadikan makanan siap saji sebagai makanan rutin, maka itu dianggapnya tidak
berbahaya bagi kesehatan. Namun, ia mengakui bahwa RSS adalah pilihan utama
keluarganya, terutama anak-anaknya, sehingga setiap kali mereka berjalan-jalan keluar
rumah, maka biasanya mereka akan berakhir di Restoran Siap Saji (RSS).
Melihat adanya celah dimana kurangnya literatur dan yang membahas mengenai
konsumsi makanan cepat saji ala barat pada anak dari perspektif pengasuh, peneliti
memutuskan untuk mengambil peluang tersebut dan mencoba mengisi kekosongan celah
tersebut melalui penelitian yang berjudul “Konsumsi Makanan Cepat Saji ala Barat
3 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
pada Anak, Bagaimana Persepsi Pengasuh di Desa Nologaten?”. Melalui ini peneliti
ingin mengetahui sejauh mana persepsi pengasuh dapat berkaitan pada anak dalam hal
konsumsi makanan cepat saji ala barat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana persepsi pengasuh dalam memberikan makanan cepat saji ala barat pada anak
di Desa Nologaten?
C. Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui persepsi pengasuh dalam memberikan makanan cepat saji ala barat
pada anak di Desa Nologaten.
D. Tujuan Penelitian
Untuk memberikan informasi mengenai persepsi pengasuh dalam memberikan makanan
cepat saji ala barat pada anak di Desa Nologaten.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis model penelitian kualitatif. Model Penelitian
kualitatif merupakan suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan
memahami suatu gejala sentral (Creswell, 2008), dapat di artikan pula Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial
yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif
(Saryono,2010). Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai
suatu hal menurut pandangan masyarakat yang diteliti, berhubungan dengan persepsi
informan yang dirancang untuk memberikan pengalaman senyatanya dan menangkap
makna sebagaimana yang tercipta di lapangan pada penelitian melalui interaksi
langsung antara peneliti dan yang diteliti.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Tanggal 14 April 2018 di Desa Nologaten.
Tanggal 15 April 2018 di Desa Nologaten.
3. Narasumber / Informan
Anak-anak usia 7-18 tahun
Pengasuh
(Nenek/Kakek/Kakak/Bibi/Orang yang bertanggungjawab atas anak tersebut).
4. Teknik Pengumpulan Data
4 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi.
Wawancara mendalam : Peneliti memberikan kebebasan diri pada informan
untuk secara luas dan mendalam menjawab
pertanyaan dari pewawancara.
Observasi : Peneliti mengamati kejadian, lingkungan, pose dan
gestur tubuh informan .
Dokumentasi : Pegambilan foto/ gambar, rekaman video, rekaman
audio, dan catatan.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah Transkip hasil wawancara, reduksi data
(indexing, coding, menulis memo), dan pembuatan Data networking/ Mind mapping.
Dalam penelitian ini, data akan di analisa secara deskriptif yang mana akan
memberikan gambaran tentang persepsi pengasuh terhadap konsumsi makanan cepat
saji ala barat berdasarkan kenyataan yang ditemui dilapangan serta penjelasan yang
mendukung.
5 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
BAB II
LATAR SOSIAL
Penelitian di lakukan di Desa Nologaten. Desa yang berada ditengah-tengah Kota
Yogyakarta, Desa ini berada tidak jauh dari gerai makanan cepat saji seperti KFC, McD,
Pizza Hut, dll karena letaknya berdekatan dengan Ambarukmo Plazza yang merupakan
salah satu Mall terbesar di Yogyakarta. Namun, meski berada didekat kawasan elit desa ini
tetap terlihat sederhana. Rumah-rumah masih terlihat sederhana dan aktifitas yang berjalan
masih bersifat kekeluargaan. Dari pengamatan kesederhanaan tersebut tercermin ketika
pewawancara sedang mewawancarai salah satu informan tetangganya/ warga lewat dan
mereka saling tegur sapa, hal ini juga bisa didasari dari rumah yang ada di Desa Nologaten
antarsatu rumah dengan rumah lainnya hampir tidak ada jarak/ saling berhimpitan.
Kehidupan kesederhanaan mereka terlihat bahagia, bersyukur, dan terlihat apa adanya.
Tapi, kesederhanaan itu tidak lepas membuat para pengasuh masih sangat mengutamakan
kesehatan terlebih pada makanan.
6 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Gambar 2.1 Peta Jl. Nologaten, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55281
Gambar 2.2 Lapangan dimana biasanya banyak anak-anak bermain
Gambar 2.3 Kenampakan Rumah Masyarakat Desa Nologaten yang Saling Berdekatan
7 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Peneliti juga menemukan bahwa kebanyakan pengasuh tidak menyukai makanan
cepat saji ala barat. Mereka lebih memilih memasak sendiri di rumah ataupun apabila
mereka tidak memiliki waktu untuk memasak, mereka akan lebih memilih untuk membeli
di warung-warung terdekat ketimbang membeli makanan di restoran siap saji ala barat.
Alasannya beragam, beberapa alasan tersebut antara lain “tidak sehat”, “mahal”, hingga
“tidak enak”. Tetapi dari berbagai alasan tersebut, terdapat satu alasan yang menarik bagi
peneliti yaitu alasan tidak menyukai makanan cepat saji ala barat karena “tidak enak”.
Bukan berarti mengesampingkan aspek subyektivitas informan, namun alasan ini
berbanding terbalik dengan suatu hal yang sudah menjadi rahasia umum, yaitu hampir
semua anak-anak menyukai makanan cepat saji. Apabila benar makanan cepat saji
memang tidak enak, maka anak-anak pun tentunya akan menjawab hal yang serupa.
Namun dalam hal ini mengapa seolah-olah para orangtua & pengasuh kompak menjawab
“tidak enak” padahal di sisi lain anak-anak sangat menyukai makanan cepat saji?. Peneliti
berspekulasi bahwa telah terjadi perbedaan kultur antara generasi orangtua & pengasuh
dengan generasi muda & anak-anak di dusun Nologaten. Di satu sisi anak mulai menyukai
dan mendefinisikan rasa “enak” adalah seperti rasa makanan cepat saji ala barat,
sedangkan di sisi lain para orangtua yang notabene dari generasi yang berbeda
mendefinisikan rasa “enak” adalah seperti makanan-makanan jawa atau makanan-
makanan rumahan yang sehat dan dengan gizi seimbang. Spekulasi lain adalah mungkin
saja generasi orangtua & pengasuh mengakui bahwa makanan cepat saji memiliki rasa
yang “enak”, namun mereka berusaha mengkonstruksikan dan meyakinkan dirinya bahwa
makanan-makanan lokal seperti misalnya Gudeg, Jadah tempe, dan Ayam ingkung jauh
lebih enak daripada makanan—makanan cepat saji ala barat. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa setting sosial dari penelitian ini adalah terjadinya perbedaan kultur
antar generasi muda dan generasi tua, tiap-tiap generasi berusaha mempertahankan
eksistensi kultural mereka masing-masing. Terlepas dari apa yang terjadi di dusun
Nologaten, hal tersebut adalah hasil observasi yang peneliti lakukan dalam penelitian
8 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
BAB III
ANALISIS
A. Persepsi Pengasuh terhadap Konsumsi Makanan Cepat Saji ala Barat pada Anak di
Desa Nologaten
Pada topik ini, peneliti membagi hasil temuan lapangan menjadi 5 bagian/kategorisasi
yang didalamnya mengandung penjelasan mengenai persepsi pengasuh terhadap makanan
cepat saji ala barat pada anak di Desa Nologaten yang mana saling berasosiasi antara
persepsi pengasuh dengan konsumsi makanan cepat saji ala barat pada anak, sebagai
berikut :
1. Orangtua
Bahasan Persepsi pengasuh tidak lepas dari kaitannya dengan Orangtua. Inilah yang peneliti temukan dalam lapangan. Dalam lapangan peneliti menemukan fakta bahwa sebagian besar dari informan (pengasuh) yang diwawancarai memaparkan tentang adanya kaitan antara pola asuh yang diterapkannya dengan pola asuh orangtua dari anak tersebut. Melalui wawancara dengan informan peneliti secara tersurat menemukan suatu informasi bahwa perlu adanya pola asuh yang saling mendukung antara orangtua dan pengasuh sehingga menunjang adanya pemahaman anak terutama dalam konsumsi makanan cepat saji ala barat. Berdasarkan yang peneliti dapatkan dari wawancara dengan informan mengenai adanya kaitan yang erat antara orangtua dan pengasuh membuat peneliti menulis bahasan khusus mengenai peran “Orangtua” menurut informan yang mana akan dijelaskan pada point berikut.
Dari wawancara peneliti bersama dengan pengasuh/informan, peneliti menemukan berbagai sebab dan alasan mengapa orangtua
9 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
menitipkan anak-anak mereka pada pengasuh. Sebagian besar dikarenakan oleh kesibukan kedua orangtuanya yang menyebabkan mereka tidak mampu mengawasi dan mengasuh anak hingga menitipkannya pada pengasuh. Selain itu, peneliti menemukan bahwa terdapat juga kondisi-kondisi lain yang menyebabkan seorang anak terpaksa harus dititipkan pada pengasuh. Salah satunya adalah seperti yang ada di story box berikut.
Story BoxSalah satu anak asuh dari informan peneliti, memiliki kondisi keluarga yang kurang kodusif. Ibunya memutuskan pergi dan tinggal di ibukota sedangkan ia tinggal bersama dengan ayahnya di Nologaten. Beruntung ia tinggal di lingkungan dimana keluarga besarnya masih tinggal bertetangga. bibi dari anak tersebut merasa iba dan kasihan melihat kondisi keluarga anak tersebut sehingga ia memutuskan untuk menjadi pengasuh anak tersebut selagi ayahnya pergi bekerja.
Seperti yang bias dibaca pada story box diatas, kondisi keluarga yang sudah tidak lagi harmonis menyebabkan kedua orangtua terpaksa berpisah dan tidak tinggal se-atap lagi.Akibatnya salah satu pihak dari kedua orangtua tersebut menjadi single parent dan memiliki peran ganda. Di satu sisi single parent berperan sebagai kepala keluarga yang berkewajiban mencukupi nafkah bagi anak-anaknya, namun disisi lain single parent juga harus bisa menjadi seorang ibu yang mampu mengurus anak. Namun karena tuntutan biaya hidup yang semakin tinggi ditambah dengan biaya pendidikan anak-anaknya, terkadang single parent lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja daripada meluangkan waktu untuk sekedar berkumpul bersama anak-anak. Oleh karena itu saat dalam kesibukan bekerja dan mencari nafkah seorang single parent terpaksa menitipkan anaknya kepada pengasuh agar tetap ada yang mengurus dan mengawasi anaknya .
10 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Orangtua yang sibuk bekerja biasanya fokus dalam tugas pekerjaanya sehingga kurang memperhatikan hal-hal yang secara tidak langsung berkaitan dengan anak-anak mereka. Hal ini termasuk juga dalam hal konsumsi makanan terutama makanan cepat saji yang berkaitan dengan kesehatan dalam jangka panjang. Melalui wawancara dengan berbagai informan, peneliti dapat mengatakan bahwa terdapat sebagian orangtua yang sibuk bekerja membolehkan anak-anaknya mengonsumsi makanan cepat saji ala barat dan bahkan membelikan anak-anak mereka makanan cepat saji ala barat dengan tujuan tertentu. Makanan cepat saji ala barat memang banyak digemari anak-anak sehingga ada kemungkinan bahwa motif dari pemberian makanan cepat saji oleh orangtua adalah sebagai bentuk kompensasi dari waktu kebersamaan antara orangtua dan anak yang tersita oleh kesibukan bekerja. Makanan cepat saji ala barat dipilih karena sangat disukai anak-anak sehingga makanan tersebut dirasa tepat sebagai bentuk representasi atas kasih sayang mereka yang tersita atas kesibukan bekerja. Dalam segi harga, harga makanan cepat saji cukup beragam tergantung dari merek dan brand makanan cepat sajiala barat itu sendiri. Bagi orangtua yang berasal dari kalangan menengah keatas pasti tidak sulit untuk membelikan anaknya makanan-makanan cepat saji ala barat seperti MC’D ataupun KFC. Namun bagi orangtua yang berasal dari kalangan menengah kebawah tersedia juga alternatif makanan cepat saji yang berasal dari brand-brand lokal seperti Popeye, Olive, dan Jogja Chicken yang harganya jauh lebuh tejangkau apabila dibandingkan dengan brand-brand diatas.
11 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Gambar 3.1 Orangtua yang mengajak anak-anaknya makan di restoran fast food
Sumber: https//depositophotos.com//Paragraf diatas menunjukkan bahwa meski sebagian besar
waktu anak dihabiskan dengan pengasuh tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat peran orangtua yang kuat dalam menentukan setiap perilaku anak termasuk dalam konsumsi makanan cepat saji ala barat.Sehingga meski anak tersebut tidak mengonsumsi makanan cepat saji selama dalam pengawasan pengasuh, sangat dimungkinkan konsumsi makanan cepat saji anak justru diberikan oleh orangtua dalam pengawasan orangtua. Hal demikian juga dikatakan oleh ibu sardi selaku pengasuh dari seorang anak bernama Fatah
Verbatim Box...misalkan yo mas cireng karo chicken ki berbahaya tapi wong tuwane gawene nukokke yo podho wae ho’o toh......misalkan ya mas, cireng dan chicken(fastfood) itu berbahaya tapi orangtuanya membelikan terus ya sama saja iya kan?
Ibu SardiAdanya kaitan antara pola asuh orangtua dan pola asuh
pengasuh dalam menentukan perilaku anak juga didukung oleh jurnal milik Istina Rakhmawati yang menyatakan bahwa Orangtua merupakan cerminan yang bisa dilihat dan ditiru oleh anak-anaknya dalam keluarga. Hal ini juga sejalan dengan yang dikatakan oleh
12 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Hurlock(1978) yang menyatakan bahwa orang yang paling penting bagi anak adalah orangtua, guru dan teman sebaya(peer group).
2. Pengasuh
Pola pikir, sikap, dan perbuatan anak tidak akan lepas dari keterkaitan persepsi
pengasuh. Status pengasuh yang disandangnya menyebabkan timbul keinginan terbaik
untuk masa depan anak-anaknya. Pengasuh akan menyiapkan segala hal yang sesuai
untuk tumbuh kembang dan masa depan anak-anaknya, terlebih pada pola konsumsi
makanannya. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa dalam prosesnya terdapat
keterkaitan antara persepsi pengasuh terhadap konsumsi makanan anak. Persepsi yang
ada pada pengasuh mengenai baik dan buruknya makanan menentukan batasan anak
untuk mengkonsumsi makanan , termasuk dalam urusan makanan cepat saji ala barat.
Bahasan mengenai persepsi pengasuh terhadap konsumsi makanan cepat saji ala
barat pada anak khususnya di Desa Nologaten tidak terlepas dari alasan mengapa
pengasuh masih memperbolehkan anaknya untuk mengkonsumsi makanan tersebut
dengan berbagai alasan pendukung, meskipun melalui informan yang peneliti temui
keseluruhan melarang anak-anaknya untuk mengkonsumsi makanan tersebut.
13 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Story Box
Siang itu sekitar pukul 13.45 Nenek Kartini pengasuh dari Satria dan 2 cucu perempuan lainnya sedang menyuapi makan siang cucu-cucunya. Saat peneliti datang Ibu Kartini sangat antusias ingin menjadi informan
Saat wawancara dimulai, terlihat bahwa pengasuh tersebut sangat menyayangi cucunya terlihat dari perhatian dan tingkah laku cucu-cucunya terhadap sang pengasuh. Di tengah perbincangan membahas mengenai cara menanggulangi masalah konsumsi makanan cepat saji pada satria sang nenek menjawab “ya lebih karena terpaksa” “ Kalau bisa pasti di masakkan dirumah” sontak ini membuat pewawancara berfikir bahwa Etic yang saya bangun sedikit berbeda. Dan ketika saya membahas mengenai tanggapan konsumsi makanan cepat saji ala barat pengasuh menjawab “ ya rocket itu”, “gak enak””mahal” “gak sehat”. Bagi pengasuh makanan cepat saji adalah makanan yang bukan di konsumsi oleh keluarganya karena banyak alasan yang mendasarinya.
Hubungan yang dijalin antara cucu dan neneknya sangatlah kental terlebih karena
sang nenek memang menjaganya dengan penuh perhatian. Mengenai konsumsi
makanan cepat saji ala barat pada anak, generasi tua (pengasuh) sangat tidak
menyetujui dan berusaha menghalangi cucu-cucunya untuk mengkonsumsi itu
dengan cara selalu memasakkannya dirumah, Namun jika memang sangat
terpaksa maka sang pengasuh tetap memperbolehkan cucunya mengkonsumsi
makanan cepat saji namun dengan batasan-batasannya.
Melalui informan yang telah diwawancarai yaitu pengasuh yang kebanyakan
adalah seorang nenek dan kakek ditemukan fakta bahwa mereka membatasi anak-
anaknya untuk makan diluar rumah dengan cara sebisa mungkin memasak makanan
dirumah, sehingga kemungkinan anak untuk membeli makanan cepat saji ala barat
sangatlah jarang. Inilah yang dikatakan salah satu informan yaitu ibu kartini : “ya
cuman lebih karena terpaksa sih mbak, kalau bisa dimasakan ya pasti masak kok
mbak. Lagian ya gak baik juga to mbak buat kesehatan ya jadinya gimana kalau harus
di bolehin”. Pembatasan ini juga tidak hanya berasal dari pengasuh namun juga dari
orang tua anak. Pembatasan yang dilakukan pengasuh juga didasari oleh usia mereka
yang dibilang sudah lanjut usia/ tua dan anggapan tentang diri mereka yang kuno.
Anggapan kekunoan pada diri pengasuh membawa karakter lidah mereka untuk tidak
cocok memakan makanan tersebut dan cenderung lebih sensitif terhadap segala apa
yang di konsumsi oleh anak-anaknya.
Menurut informan yang diwawancarai mereka mengartikan makanan cepat saji
sebagai makanan yang tidak layak dikonsumsi dalam jangka panjang. Ditemui pula
informasi dilapangan bahwa tidak semua pengasuh mengartikan makanan cepat saji
ala barat sesuai dengan batasan ala barat yang sesungguhnya. Masih ada informan
yang mengartikan makanan cepat saji ala barat sama dengan makanan cepat saji ala
lokal/ brand lokal. Bagi mereka segala makanan cepat saji merupakan makanan ala
barat yaitu makanan yang diadopsi dari luar. Hal ini dikarenakan pengasuh membawa
kultur lama yaitu makanan lokal/ makanan tradisional sebagai makanan zaman dulu
yang di buat dengan bahan dasar sehat dan perlu waktu sedikit lama untuk
memprosesnya menjadi makanan. Makanan lokal yang diartikan pengasuh tidak
mutlak makanan sehat karena dalam wawancara ditemui bahwa mereka menyebut
ayam goreng, batagor, cireng, es cream, bakso, dan mie ayam sebagai makanan
lokal/tradisional yang mana sebenarnya makanan-makanan tersebut juga makanan
cepat saji. Ketidaksadaran tersebut dijadikan sebagai kebiasaan dan dikonsumsi setiap
harinya oleh pengasuh dan anak. Ditambah pula informan menyebutkan makanan yang
memang dikatakan sebagai makanan sehat seperti telor, sayur, sayur bayam, sop, ayam
bakar lalapan, tumis dan kangkung sebagai makanan yang dimasak dirumah dan
14 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
dikonsumsi setiap hari. Makanan inilah yang menjadi titik silang dari
diperbolehkannya anak mengkonsumsi makanan cepat saji.
Melalui penjelasan diatas diketahui bahwa keseluruhan pengasuh benar-benar
membatasi persepsi dan perilaku mereka mengenai makanan cepat saji ala barat
sehingga anak-anak pun secara tidak sadar melakukan hal yang sama dengan yang
dilakukan pengasuh. Kemudian ketika pengasuh diwawancarai mengenai tanggapan
mereka tentang makanan cepat saji ala barat dengan batasan sebenarnya keseluruhan
menjawab melarang namun juga memperbolehkan dengan berbagai alasan pendukung
yang memang masuk akal.
Dari informan diketahui bahwa mereka melarang anak untuk mengkonsumsi
makanan cepat saji ala barat seperti KFC, McD, Burger King, dll dikarenakan persepsi
mereka bahwa 1. makanan tersebut adalah makanan yang tidak sehat dengan artian
ayam yang dipakai adalah ayam suntikan, minyak yang digunakan untuk menggoreng
dipakai 3 kali lebih yang mana sebenarnya baiknya minyak goreng digunakan 2-3 kali
penggorengan saja, 2. kemasan yang digunakan untuk membungkus ayam tersebut jika
dibungkus/ dibawa pulang juga bukan dari bahan plastik yang sehat diketahui karena
salah satu dari informan pernah bekerja dipabrik plastik atau pembungkus yang
digunakan sebagai kemasan makanan cepat saji ala barat ,dan yang ke 3. bahwa
makanan cepat saji ala barat adalah makanan yang berbahaya/ beresiko yang mereka
mendapat informasinya melalui televisi-televisi, koran, dan percakapan satuorang
dengan orang lainnya. Sehingga mereka dapat menasehati, dan memberitahu dampak
bagi kesehatan pada anak-anaknya dan menjadikan mereka mengkonsumsi makanan
sehat/ makanan non cepat saji ala barat.
Tidak hanya melarang secara mutlak, namun pengasuh tetep memperbolehkan anak-
anaknya untuk mengkonsumsi makanan cepat saji ala barat dalam intensitas jarang
dengan pertimbangan 1. Puasa, ketika anak berpuasa maka keinginan mereka untuk
membeli makanan cepat saji ala barat lebih besar dikarenakan saat berpuasa ditemui
dipinggiran jalan makanan-makanan tersebut dijual dengan kemasan menarik dan juga
diskon-diskon yang fantastis untuk membuat daya tarik tersendiri, 2. Menahan lapar
dan terpaksa, tidak 24 jam makanan sehat yang di masak dirumah akan selalu ada,
karena akan ada waktu dimana makanan itu habis atau bahan yang digunakan habis
sehingga tidak tersedia makanan dirumah yang kemudian anak akan merasa lapar.
Untuk menghindari kelaparan sang anak terlebih ketika jam makan siang maka
15 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
pengasuh memperbolehkan anak mereka makan makanan cepat saji, 3. Berprestasi,
ketika anak mendapatkan prestasi maka secara langsung anak akan meminta imbalan
dari apa yang mereka usahakan dan kebanyakan dari mereka akan meminta untuk
dibelikan makanan cepat saji ala barat. Pengasuh akan membelikan makanan tersebut
dengan cara mengantarkannya ke restoran siap saji, dengan alasan ketika pengasuh
mengantarkan anak maka pengasuh tetep bisa membatasi konsumsi makanan mereka
dan membuat mereka merasa senang.
Dari penjelasan-penjelasan di atas peneliti mendapatkan informasi tentang konsumsi
makanan cepat saji ala barat pada anak melalui persepsi pengasuh khususnya di Desa
Nologaten bahwa pengasuh selalu mengusahakan anak-anaknya untuk makan
makanan yang sehat yang mana diselingi oleh pembolehan mengkonsumsi makanan
cepat saji ala barat dengan intensitas jarang dan alasan yang masuk akal.
3. Makanan Cepat Saji ala Barat
Fast Food Ala Barat pada dasarnya merupakan makanan cepat saji yang berasal
dari barat seperti Mc’D, KFC, Burger King, dan lain-lain. Di negara asalnya sendiri,
makanan seperti ini dikonsumsi karena harganya murah dan porsinya banyak, sehingga
konsumenya rata-rata adalah orang dengan pendapatan yang rendah dan minim akan
kesadaran kesehatannya. Berbeda dengan Indonesia yang menganggap makanan
seperti itu adalah makanan untuk kelas atas dikarenakan harganya yang tergolong
mahal. Namun makanan cepat saji itu sendiripun sudah diadaptasi oleh masyarakat
lokal dengan menghadirkan makanan cepat saji serupa dengan merk lokal dan harga
yang lebih murah, contohnya di Kota Yogyakarta ini sendiri banyak sekali gerai
makanan cepat saji lokal seperti Popeye, Olive, dan sebagainya. Masyarakat di Desa
Nologaten lebih akrab dengan makanan cepat saji lokal seperti Popeye, Olive, Rocket
Chicken dikarenakan harganya yang lebih terjangkau dan letak gerainya pun sangat
dekat dengan tempat tinggal warga. Jika harga makanan cepat saji ala barat dengan
merk luar seperti Mc’D contohnya yang berkisaran Rp.25.000 ke atas, makanan cepat
saji dengan merk lokal berkisar dari mulai Rp.10.000 yang tentunya jauh lebih murah
walaupun fasilitas dan letak gerai juga cenderung berbeda dengan gerai makanan cepat
saji ala barat. Gerai makanan cepat saji lokal biasanya terdapat dimana saja bahkan di
jalan-jalan sempit dengan fasilitas seadanya, berbeda dengan gerai makanan cepat saji
ala barat yang biasanya terdapat di mall atau pinggir jalan besar dengan fasilitas seperti
pendingin ruangan, Wifii, dan parkir yang luas. Terlepas dari tempatnya, ada pula
16 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
informan yang memahami makanan cepat saji ala barat yaitu sebagai ayam goreng,
minuman kemasan, ataupun makanan kaleng asalkan yang menurut mereka praktis.
Pandangan informan mengenai makanan cepat saji itu sendiripun berbeda-beda. Bagi
para pengasuh yang kami wawancarai yang rata-rata memiliki usia lanjut berpendapat
bahwa rasa dari makanan cepat saji itu tidak cocok dengan lidah mereka yang
“Indonesia” dan lebih memilih untuk memakan makanan rumah seperti sayur-sayuran
seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan yang berusia lanjut dalam verbatim
box berikut.
Verbatim Box
“…saya itu ya misalnya saya itu ndak makan sayur tiga hari ijo ijo an itu aja sayur sayur apa bentuk daun pepaya, daun apa sawi apa apa itu aja kayak orang apa punya orok itu lo punya bayi kecil itu kan kalau nggak makan sayuran kan saya kayak gitu misalnya dua hari tiga hari nggak ketemu sama sayur”
IbuHarjani
Lain halnya dengan cucu-cucu mereka yang sebagian besar mengakui bahwa rasa
dari makanan cepat saji itu memang enak. Selain dari rasanya, para informan baik
pengasuh maupun anak pada dasarnya sadar akan dampak buruk makanan cepat saji
tersebut. Rata-rata dari mereka memilih makanan cepat saji hanya sebagai menu
alternatif ketika tidak ada makanan di rumah ataupun karena terpaksa.
Verbatim Box
“Duh mbak saya itu pokoknya ndak suka mbak makanan kayak gitu itu. Gak enak enakan masakan rumah trus juga mahal toh mbak sayang uangnya mbak mending buat cucu aja jajan mbak. Gak sehat juga mbak gak ada sayur-sayurnya gitu toh padahal kalau seumur saya sama cucu ini kan harus banyak makan sayuran toh mbak biar sehat jauh juga mbak..........”,
Ibu Kartini
Verbatim Box
“Oh...mahal banget, ternyata gara-gara opo? Kakehan mangan chicken (kebanyakan makan chicken/fast food)...memang anak itu nek digawekke ora gelem, gelem e chicken yo kuwi pokoke, mangan e kuwi kuwi kuwi kuwi kuwi (memang anak itu kalau dibuatkan makan nggak mau, maunya ya chicken/fast food, makannya ya itu-itu saja) sebegitu saya sampai terkejutnya”.
Ibu Sardi
Contohnya seperti saat sarapan dan terburu-buru maka akan dibekali makanan
cepat saji, atau mungkin jika semua sibuk dan tidak ada waktu untuk memasak, maka
agar lebih praktis dan cepat mereka membeli makanan cepat saji. Ada pula yang 17 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
membeli makanan cepat saji karena keinginan sendiri namun hal tersebut jarang
dilakukan dikarenakan pengasuh yang juga membatasi konsumsi makanan cepat saji
atas beberapa alasan yaitu kesehatan, lokasi gerai, dan harga. Dari segi kesehatan, rata-
rata menyebutkan tidak sehatnya makanan cepat saji yaitu karena tidak segar dan
mendengar dari berbagai informasi seperti televisi bahwa ada yang dinamakan “ayam
suntik” , ada pula yang melihat tetangganya terkena penyakit akibat terlalu banyak
mengkonsumsi makanan cepat saji ,seperti cerita salah satu informan yang mengku
bahwa ada tetangganya yang memiliki rambut pitak di karenakan mengkonsumsi
makanan cepat saji secara berlebihan.
Lalu ada yang beralasan karena banyak bahan pengawet, dan karena menurut
mereka minyak yang digunakan dalam makanan cepat saji itu tidak sehat. Bagi
pengasuh yang lanjut usiapun makanan cepat saji dapat menyebabkan kolesterol
karena minyaknya dan ayamnya. Ada pula pengasuh yang melarang cucunya membeli
makanan cepat saji ala barat karena lokasinya yang jauh. Selain itu, menurut informan
harga makanan cepat saji cenderung mahal terutama yang dikatakan sebagai makanan
cepat saji ala barat yaitu Mc’D, KFC, sebab itu mereka cenderung memilih popeye,
rocket chicken yang lebih murah atau dikarenakan pula yang mereka ketahui sebagai
makanan cepat saji hanyalah merk tersebut. Bagi yang gemar mengkonsumsi makanan
cepat saji, mereka berpendapat bahwa tempat yang disediakan oleh gerai makanan
cepat saji cukup nyaman terutama bagi anak-anak, mereka berpendapat bahwa gerai
makanan cepat saji yang memiliki tempat bermain seperti Mc’D itu menyenangkan.
Namun kebanyakan dari mereka terutama yang mengkonsumsi popeye ataupun rocket
chicken memilih untuk menyantap makanannya di rumah masing-masing atau
istilahnya di bungkus karena merasa lebih nyaman ketika makan di rumah sendiri.
Ketika kami mulai membahas mengenai iklan, rata-rata informan melihatnya melalui
televisi. Tidak hanya itu, ada pula yang mengamati iklan melalui baliho-baliho di
jalan. Salah satu informan yang merupakan seorang anak berpendapat bahwa iklan
yang ia ingat adalah iklan KFC dikarenakan ayamnya yang menggoda dan terlihat
enak.
Persepsi warga tentang makanan cepat saji cenderung sama yaitu berbahaya jika
dikonsumsi berlebihan, entah informasinya mereka dapatkan melalui televisi, internet,
maupun melalui omongan orang-orang terutama warga sekitar atau teman sepergaulan.
Ada pula yang membandingkan makanan cepat saji dengan jajanan-jajanan pinggir
18 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
jalan yang tidak higenis dan murah, yang sering dikonsumsi anak-anak terutama yang
terdapat pada pinggir jalan dekat sekolah. Menurut informan tersebut makanan cepat
saji dan jajanan pinggir jalan sama saja, contohnya sama-sama tidak higenis dan tidak
sehat karena tidak jelas cara memasaknya dan bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat, hanya saja harganya berbeda karena jajanan pinggir jalan tentu jauh lebih
murah menyesuaikan kantong anak-anak. Pada intinya, pemahaman masyarakat Desa
Nologaten mengenai arti dari “makanan cepat saji ala barat” masih kurang, karena bagi
mereka semua makanan ataupun minuman yang dianggap tahan lama dan praktis
adalah makanan cepat saji ala barat. Mengenai persepsi tentang konsumsi makanan
cepat saji, bagi mereka sama saja bahwa makanan cepat saji cenderung berdampak
negatif dan tidak sehat, namun tetap dikonsumsi atas dasar terpaksa maupun
memenuhi keinginan anak namun tetap membatasi.
4. Konsumsi Makanan Cepat Saji ala Barat pada Anak
Gambar 3.2 Anak yang sangat gemar mengonsumsi fast food
Sumber: https//fokusjambi.com/
Kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji saat ini memang sudah tidak dapat
dipungkiri lagi. Hal tersebut dikarenakan seiring berkembangnya zaman, kini restoran
siap saji dapat ditemukan dengan mudah. Keberadaannya yang mudah ditemukan dan
selalu memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen dan menjadikan seseorang
untuk terus mengkonsumsi makanan cepat saji tanpa harus berfikir panjang. Sebagian
besar orang pasti menilai bahwa makanan cepat saji memiliki rasa yang lezat apalagi
bagi anak-anak yang memang pada dasarnya menyukai makanan yang menarik dengan
tempat yang nyaman, bersih, dan tanpa harus menunggu lama dalam penyajiannya.
19 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Hal tersebut tentunya akan berkaitan dengan bagaimana konsumsi makanan cepat saji
ala barat pada anak.
Membahas tentang konsumsi makanan cepat saji ala barat pada anak tentunya
tidak terlepas dari berbagai macam alasan mendasar dalam diri seorang anak mengapa
ia menjadikan makanan cepat saji ala barat sebuah pilihan bagi mereka. Selain alasan
mendasar dalam diri mereka, konsumsi makanan cepat saji ala barat ini juga tidak
terlepas dari peran lingkungan yang dapat mempengaruhi pola konsumsi pada anak.
Peran penting lingkungan tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara terhadap
informan mengenai bagaimana peran pengasuh terhadap konsumsi makanan cepat saji
ala barat pada anak. Pengasuh sebagai informan yang dimaksud yaitu anggota keluarga
selain orangtua dan asisten rumah tangga. Hasil wawancara tersebut membuktikan
bahwa pengasuh memiliki peran yang penting dalam pola konsumsi anak terhadap
makanan cepat saji.
Berbagaimacam isu tentang bahaya makanan cepat saji (fast food) yang termasuk
makanan tidak sehat memang bukan lagi rahasia umum, bahkan hamper semua orang
mengetahuinya. Isu-isu di media banyak membahas tentang berbagai macam penyakit
yang di sebabkan oleh konsumsi makanan cepat saji ala barat secara berlebihan seperti
contohnya banyak anak yang terkena obesitas, dan juga seseorang dapat menderita
kolestrol karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan cepat saji ala barat. Isu
tentang bahayanya fast food ternyata sudah tersebar di berbagai kalangan.Hal tersebut
ditunjukkan dengan jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh informan pengasuh yang
telah diwawancari, dan semua pengasuh menganggap bahwa makanan cepat saji
merupakan makanan yang tidak sehat sehingga dapat menyebabkan munculnya
berbagai macam penyakit. Salah satu seorang informan nenek yang bernama Harjani,
menjelaskan bahwa beliau mengetahui kandungan-kandungan berbahaya dalam
makanan cepat saji terutama yang berbahan dasar ayam (ayamsuntik) dari acara
televisi seperti Dokter Oz yang sering beliau saksikan. Sehingga acara televisi tersebut
dianggap dapat menambah informasi dan juga pengetahuan untuk mendidik,
menasihati, dan sekaligus mengatur intensitas konsumsi anak pada makanan cepat saji.
Selain itu, informan lain menjelaskan bahwa beliau memperbolehkan anak untuk
mengonsumsi makanan cepat saji pada acara tertentu, seperti acara keluarga, dan
acara ulang tahun teman.
20 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Verbatim Boxmisalnya ki SD-SD kene iki misale”pak aku ra maem je” si fatah”aku ra maem” ”ngopo?” “kancaku ngko ulang tahun nah terus ngko aku arep nang nggone popeye” gimana coba? Wis piye? [kan di sana misalnya anak-anak SD sini misalnya”pak aku nggak makan ya” si fatah “aku nggak makan” “kenapa?” “temanku nanti ulang tahun terus aku mau ke tempat popeye” gimana coba? Nah gimana?]...orang tuanya ora repot bocahe seneng...
IbuSardiTidak hanya pada kesempatan itu saja, namun ketika seorang anak berprestasi tak
jarang pengasuh memberikannya hadiah berupa makanan cepat saji atas prestasinya
tersebut. Beliau juga menjelaskan bahwa kadangkala ketika tidak ada makanan di
rumah, maka memperbolehkan si anak tersebut untuk mengonsumsi makanan cepat
saji.
Sebagian besar anak memang lebih menyukai makanan cepat saji dibandingkan
dengan makanan yang lain. Maka dalam hal ini peran pengasuh sangat dibutuhkan
untuk mengontrol konsumsi anak terhadap makanan cepat saji. Salah satu informan
kakek yang bernama Jawadi menjelaskan bahwa bahwa cucunya sangat menyukai
makanan cepat saji dan sering dalam mengonsumsinya, hal tersebut ternyata
dikarenakan oleh kedua orangtuanya yang tidak mendukung untuk mengkonsumsi
makanan yang sehat seperti sayur-sayuran walaupun beliau seorang kakeknya juga
tidak setuju apabila cucunya terus menerus untuk mengonsumsi makanan cepat saji. Di
samping ketidaksetujuannya terhadap hal tersebut, tetapi beliau juga beranggapan
bahwa sekarang ini memang zamannya untuk makan makanan cepat saji yang tentunya
akan berkaitannya dengan pergaulan si anak. Pergaulan tersebut yang telah dijelaskan
oleh infoman pengasuh contohnya seperti apabila seorang teman mereka membeli
makanan cepat saji maka ia akan merasa pengen juga dan ikut-ikutan untuk
membelinya.
Story Box
Salah satu informan peneliti yaitu seorang anak kecil bernama fadhil mengaku
menyukai makanan cepats aji ala barat karena rasanya yang enak dan gurih terlebih
pada bagian kulitnya yang tebal
21 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Berdasarkan informan anak, mereka merasa senang apabila mengonsumsi
makanan cepat saji ala barat karena rasanya yang enak, ayamnya yang menggoda
apalagi bagian kulitnya yang gurih dan renyah. Mereka juga menjelaskan bahwa
alasan mereka untuk mengkonsumsi makanan cepat saji yaitu kepraktisannya,
pendapat itu tentunya sesuai dengan definisi makanan cepat saji itusendiri. Mudahnya
memperoleh makanan tersebut di pasaran yang menyediakan variasi makanan sesuai
selera dan daya beli masyarakat dan penyajiannya lebih cepat, sangat membantu bagi
mereka yang selalu sibuk dengan pekerjaannya (Sulistijani, 2002).
Alasan karena kepraktisan tersebut diungkapkan oleh salah satu informan anak
kelas X SMA yang bernama Ayu, ketika hendak keluar bersama teman-temannya, dan
mereka mengkonsumsi makanan cepat saji apabila mereka merasa bosan dengan
masakan rumah, sehingga memutuskan untuk membeli makanan cepat saji dari pada
makanan yang lainnya. Namun, beberapa informan anak lainnya menjelaskan bahwa
mereka merasa takut dan was-was ketika mengonsumsi makanan cepat saji karena
mereka telah diberitahu bahwa makanan cepat saji itu berbahaya dan dapat
memberikan dampak buruk yang tidak diinginkan sama sekali, Beberapa contohnya
seperti salahsatu informan pengasuh bernama Sardi melihat salah satu tetangganya
yang memiliki orangtua dengan latarbelakang secara intelektual cukup bagus, tetapi
anaknya yang masih SD justru rambutnya pitak (botak) karena terlalu banyak
mengkonsumsi makanan cepat saji (terutama yang berbahan dasar ayam)
Verbatim Box“pernah ya, saya itu ada tetangga dia itu ibunya sibuk terus ibunya sibuk eee padahal dari keluarga secara intelektual itu bagus nah to tiba-tiba si anak itu entah usianya berapa ya masih SD kok...petak mas...ternyata gara-gara opo? Kakehan mangan chicken[kebanyakan makan chicken/fast food]
IbuSardiAnggapan-anggapan tersebutlah tentunya mendorong pengasuh untuk mengontrol
seorang anak agar tidak mengonsumsi makanan cepat saji terus menerus mungkin
seminggu hanya sekali atau dua minggu sekali.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa pengasuh dan anak di Desa
Nologaten, mereka mengaku jarang dalam mengonsumsi makanan cepat saji dan juga
tidak membiasakan untuk mengonsumsi makanan cepat saji pada anggota keluarga
mereka. Hal tersebutdikarenakan mereka telah mengetahui bahaya yang ditimbulkan
apabila mengonsumsi makanan cepat saji terus menerus. Jadi mereka pun
22 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
mengonsumsi makanan cepat saji dengan alasan-alasan tertentu seperti yang telah
dijelaskan di atas, dan tentunya konsumsi anak pada makanan cepat saji di Desa
Nologaten ini sangat didorong oleh peran pengasuh.
5. Dampak Konsumsi Makanan Cepat saji ala Barat pada Anak
Fast food sering dikatakan sebagai makanan cepat saji. Makanan cepat saji
artinya praktis, mudah, dan diolah dengan cara yang sederhana. Bertram (1975)
mendefinisikan makanan cepat saji merupakan makanan yang dapat disiapkan dan
dikonsumsi dalam waktu yang singkat. Makanan yang disajikan secara cepat dan
mudah selalu terindikasi tidak sehat. Lalu apakah makanan cepat saji juga tergolong
kategori makanan tidak sehat? apa yang menyebabkan makanan cepat saji menjadi
makanan tidak sehat? Apa saja dampak dari konsumsi makanan cepat saji ala barat?
Dan bagaimana persepsi pengasuh dalam hal ini kaitannya dengan kakek, nenek, atau
siapapun yang mengasuh anak tetapi masih anggota keluarga dan bukan orangtua nya
menggambarkan dampak dari makanan tersebut?
Segala sesuatu pasti memiliki dampak, begitu pula dengan konsumsi makanan
cepat saji pada anak. Menurut informasi dari informan anak, makanan cepat saji ialah
makanan yang tidak sehat karena menurut dia makanan cepat saji dapat menyebabkan
sakit perut. Meskipun begitu dia tetap saja tertarik pada makanan cepat saji ala barat
ini. Bahkan menurut neneknya ayam yang menjadi bahan dasar pembuatan makanan
cepat saji ala barat seperti McD, KFC merupakan ayam suntikan dan dapat
menyebabkan sakit perut. Meskipun begitu informan masih saja mengonsumsi
makanan cepat saji ala barat dengan alasan rasanya yang enak dan teman-temannya
juga mengonsumsi. Informan juga mengatakan bahwa ayam McD, KFC juga
mengandung cacing, jadi apabila dia akan mengonsumsi ayam kfc maupun mcd dia
akan mengecek terlebih dahulu ayam itu dan dilihat apakah benar ada cacingnya atau
tidak.
Dari perspektif pengasuh dalam hal ini adalah nenek, beliau mengatakan bahwa
makanan cepat saji ala barat ini merupakan makanan yang tidak sehat. maka dari itu
beliau memperbolehkan cucunya mengonsumsi makanan cepat saji hanya karena kalau
ingin saja, itupun jarang-jarang. Seminggu mungkin hanya sekali atau dua minggu.
23 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Nenek merasa kasihan kalau cucunya benar-benar dilarang untuk mengonsumi
makanan cepat saji karena melihat teman-teman cucunya juga mengonsumsi.
Dalam hal ini pengasuh tidak hanya seorang nenek namun ada juga kakek. Jadi
perspektif seorang kakek mengatakan bahwa makanan cepat saji ala barat juga
merupakan makanan yang tidak sehat
“Emang sekarang itu ya, makanan-makanan sekarang banyak mengandung apa pengawet”.
“Lahiya mba, makanan-makanan seperti itu dari bungkus nya aja yang kaya minyak itu udah bahaya banget”.
“Ya saya kasih tahu bahayanya, terus kalo minta gak saya kasih”. “Pernah mba, tapi ke orangtuanya. Kalo saya si mending anaknya nangis kejer
gapapa asal tidak makan racun.”Bapak jawadi
Dari verbatim box di atas bahkan beliau mengatakan makanan cepat saji ala barat
seperti KFC dan McD sudah tidak sehat mulai dari kemasannya, katanya lapisan
plastik dalam kemasan sangat berbahaya bagi tubuh, lalau juga pengawet yang
terkandung dalam makanan cepat saji ala barat tentu berbahaya juga bagi kesehatan.
Mengapa beliau berkata demikian? Karena beberapa tahun yang lalau beliau pernah
bekerja dalam bidang percetakan bungkus di Yogyakarta. Maka dari itu beliau sangat
melarang cucunya untuk mengonsumsi makanan cepat saji ala barat. Beliau
mengatakan bahwa lebih baik cucunya menangis daripada harus membelikannya
racun. Artinya sang kakek sebagai pengasuh sudah menyadari adanya bahaya yang
cukup mengkhawatirkan akibat konsumsi makanan cepat saji ala barat.
Kakek juga mengatakan bahwa dampak dari konsumsi makanan cepat saji ala
barat ini memang tidak langsung terasa, namun efeknya akan berasa beberapa puluh
tahun kemudian. Menurut kakek, zat-zat kimia yang terkandung dalam makanan cepat
saji ala barat akan mengendap dan nantinya akan muncul setelah beberapa tahun
lamanya. Dampak ini yang kemudian membuat kakek sangat tidak menyarankan
cucunya mengkonsumi makanan cepat saji ala barat. Meskipun kakek tahu untuk tidak
mengonsumsi itu sangat tidak mungkin bagi anak zaman sekarang
24 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Gambar 3.3 Anak yang sedang mengecek kadar gula darahnya
Sumber: https//I.ytimg.com/
Lain sumber mungkin lain perspektif, namun dari ketiga sumber diatas yaitu satu
informan anak dan dua informan pengasuh yang terdiri kakek dan nenek mengatakan
hal yang sama, yaitu makanan cepat saji ala barat merupakan hal yang tidak sehat.
satu lagi, perspektif pengasuh dari budhe juga mengatakan bahwa makanan cepat saji
ala barat juga merupakan makanan yang tidak sehat. budhe ini merawat keponakannya
sejak kelas 5 SD dan sekarang sudah kelas 6 SD karena kedua orang tuanya telah
bercerai dan ibunya tidak tahu kemana perginya. Menurut informan ke empat ini yaitu
budhe, makanan cepat saji ala barat dapat menyebabkan penyakit gula dan
menganggu kesehatan ginjal. Beliau mengatakan seperti itu karena ada anak smp
yang terkena gula dan harus cuci darah. Beliau mengatakan ini merupakan efek dari
makanan cepat saji ala barat.
Pengetahuan yang didapat dari para informan tentang makanan cepat saji ala
barat ada 2, yaitu yang pertama makanan cepat saji ala barat merupakan makanan
yang tidak sehat, dan yang kedua makanan cepat saji ala barat merupakan makanan
yang mengandung resiko. Dua pengetahuan tersebut yang menyebabkan para
informan tidak melulu mengonsumsi dan menyarankan memakan makanan cepat saji
ala barat. Informan hanya mengonsumsi makanan cepat saji ala barat hanya jika ada
keinginan sesaat. Tidak harus setiap hari, bahkan satu minggu sekali pun jarang.
Intinya, dari pendapat informan tidak ada yang benar-benar setuju dengan
konsumsi makanan cepat saji ala barat. Bahkan informan memang tidak menyukai itu
karena faktor kesehatan. Dampak yang ditimbulkan oleh makanan cepat saji ala barat
sangat menggangu bagi kesehatan. Seperti yang sudah di jelaskan di atas ada penyakit
gula, ginjal, dan sakit perut. Misalkan informan mengonsumsi itu hanya sesekali
25 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
karena rasanya yang enak dan praktis. Kepraktisan ini juga bisa jadi pemicu
mengonsumsi makanan cepat saji ala barat.
Dampak-dampak tersebut nampaknya sudah disadari informan lebih dini sehingga
lebih sadar akan bahaya makanan cepat saji dan dapat mencegahnya dengan tidak
terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji ala barat.
B. Story Box
Hubungan yang dijalin antara cucu dan neneknya sangatlah kental terlebih karena sang nenek memang menjaganya dengan penuh perhatian. Mengenai konsumsi makanan cepat saji ala barat pada anak, generasi tua (pengasuh) sangat tidak menyetujui dan berusaha menghalangi cucu-cucunya untuk mengkomsi itu dengan cara selalu memasakkannya dirumah, Namun jika memang sangat terpaksa maka sang pengasuh tetap memperbolehkan cucunya mengkonsumsi makanan cepat saji namun dengan batasan-batasannya.
26 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Siang itu sekitar pukul 13.45 Nenek Kartini pengasuh dari Satria dan 2 cucu perempuan lainnya sedang menyuapi makan siang cucu-cucunya. Saat peneliti datang Ibu Kartini sangat antusias ingin menjadi informan
Saat wawancara dimulai terlihat bahwa pengasuh tersebut sangat menyayangi cucunya terlihat dari perhatian dan tingkah laku cucu-cucunya terhadap sang pengasuh. Di tengah perbincangan membahas mengenai cara menanggulangi masalah konsumsi makanan cepat saji pada satria sang nenek menjawab “ya lebih karena terpaksa” “ Kalau bisa pasti di masakkan dirumah” sontak ini membuat pewawancara berfikir bahwa Etic yang saya bangun sedikit berbeda. Dan ketika saya membahas mengenai tanggapan konsumsi makanan cepat saji ala barat pengasuh menjawab “ ya rocket itu”, “gak enak””mahal” “gak sehat”. Bagi pengasuh makanan cepat saji adalah makanan yang bukan di konsumsi oleh keluarganya karena banyak alasan yang mendasarinya.
Pada hari sabtu 14 apriil 2018 pukul 11.00 wib peneliti mendatangi sebuah rumah yang kala itu ada 2 orang kakek yang sedang berbincang di teras rumah. Peneliti kemudian memohon izin untuk melakukan wawancara dan kemudian dipersilahkan masuk. Akhirnya peneliti memulai wawancara dengan salah satu kakek ini yang tinggal serumah dengan cucunya kelas 2 smp. Kakek ini mengerti apa itu makanan cepat saji ala barat dalam hal ini seperti KFC atau McD karena rumah kakek ini dekat dengan dua gerai tersebut. Namun, kakek juga sangat menyadari bahaya akan makanan cepat saji ala barat sehingga beliau sangat tidak menyarankan cucunya untuk mengkonsumsi
Saat pewawancara dating ibu sardi tengah bersiap untuk memasak, ibu sardi tinggal di tengah lingkungan yang dikelilingi oleh keluarganya dimana terdapat pula seorang anak yang ayahnya sibuk bekerja dan ibunya pergi kejakarta. Anak tersebut adalah fatah, keponakan ibu sardi. Sehari-hari fatah tinggal dengan ayah dan kakak perempuannya dan jika ayahya bekerja maka ia dalam pengawasan ibu sardi. Ibu sardi Nampak dekat dengan fatah. Selain keponakannya, ia juga anak bimbingannya di bimbingan belajar untuk sekolah dasar. Pewawancara berbincang banyak dengan ibu sardi dan suaminya. Hingga sepertinya ibu sardi tidak jadi memasak.
27 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Pada hari sabtu 14 apriil 2018 pukul 11.00 wib peneliti mendatangi sebuah rumah yang kala itu ada 2 orang kakek yang sedang berbincang di teras rumah. Peneliti kemudian memohon izin untuk melakukan wawancara dan kemudian dipersilahkan masuk. Akhirnya peneliti memulai wawancara dengan salah satu kakek ini yang tinggal serumah dengan cucunya kelas 2 smp. Kakek ini mengerti apa itu makanan cepat saji ala barat dalam hal ini seperti KFC atau McD karena rumah kakek ini dekat dengan dua gerai tersebut. Namun, kakek juga sangat menyadari bahaya akan makanan cepat saji ala barat sehingga beliau sangat tidak menyarankan cucunya untuk mengkonsumsi
Setelah menemukan rumah informan yang dicari yaitu Ibu Harjani, kemudian peneliti langsung mengucapkan permisi dan memastikan apakah benar ini rumah dari Ibu Harjani kepada beberapa orang perempuan yang terlihat sedang mengobrol di depan rumah. Tidak lama kemudian, ketika peneliti bertanya, tiba-tiba keluarlah Ibu Harjani dan langsung mempersilahkan peneliti untuk duduk dengan rasa penasaran di raut wajahnya seperti hendak menanyakan ada kepentingan apa kemari.
Setelah peneliti menjelaskan, Ibu Harjani terlihat sangat mengerti dan sangat welcome terhadap peneliti. Pada saat wawancara Ibu Harjani menjelaskan pula bahwa ternyata perempuan-perempuan yang sedang duduk mengobrol itu tadi adalah cucu-cucunya.
Ketika peneliti menenanyakan tentang makanan cepat saji Ibu Harjani nampak sedikit kebingungan, kemudian saya menjelaskan ulang bahwa makanan cepat saji yang dimaksud ialah seperti Popeye mungkin atau McD. Setelah saya menjelaskan, Ibu Harjani ternyata tidak mengetahui apa itu McD dan hanya mengetahui sebatas Popeye saja, dan terlihat dari jawaban Ibu Harjani bahwa beliau sangat jarang dalam mengkonsumsi makanan cepat saji karena beliau menganggap bahwa makanan yang berbahan dasar ayam itu tidak sehat dan harganya mahal.
Ibu Harjani menganggap bahwa mengkonsumsi ayam terus menerus itu tidak baik untuk kesehatan terlebih apabila kita membelinya dalam keadaan matang, yang tidak tau asal-usul ayamnya dan bagaimana pengolahannya. Beliau mengungkapkan sering mendapatkan informasi mengenai makanan-makanan tersebut melalui acara televisi yang sering beliau saksikan, karena demi kesehatannya yang sudah berumur dan tidak lagi muda. Berdasarkan acara televisi tersebut Ibu Harjani menjelaskan bahwa ayam pada zaman sekarang banyak mengandung zat-zat yang berbahaya seperti disuntik, dan menjelaskan juga bagian ayam yang paling tidak sehat untuk dikonsumsi yaitu bagian kulitnya (ceker dan kepala).
Beliau juga mengungkapkan bahwa tidak terlalu menyukai makanan yang berbahan dasar ayam, tidak hanya beliau tetapi cucu-cucunya juga yang katanya ketika mengkonsumsi ayam dangingnya pasti dipetani (dikuliti) dulu karena ada perasaan was-was dan takut apabila terdapat sesuatu didalam daging ayam yang hendak dikonsumsi tersebut.Dalam hal makanan Ibu Harjani sangat menyukai sayur-sayuran demi kesehatan beliau. Beliau mengungkapkan apabila tidak mengkonsumsi sayur-sayuran dalam tiga hari saja di tubuh terasa seperti orok (bayi kecil).
Ibu Suryani memiliki warung makan di depan rumahnya yang menjual makanan seperti lotek, dan sebagainya. Karena itu, ia lebih sering memberi makan cucunya makanan buatannya sendiri. Namun, jika cucunya ingin membeli makanan cepat saji ia membolehkan walau hal tersebut jarang terjadi. Keluarga inipun memiliki kesadaran yang cukup terhadap bahaya makanan cepat saji dan berusaha membatasi konsumsi terhadap makanan cepat saji itu sendiri
28 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Pertemuan pewawancara dan Informan terjadi secara tidak sengaja. Siang itu pewawancara bermaksud untuk menanyakan alamat informan yang lain kepada Ibu Suryani. Namun ketika melihat keluarga Ibu Suryani yang dirasa cocok untuk dijadikan informan, pewawancara secara spontan meminta izin untuk mewawancarai Ibu Suryani dan cucunya, lalu mereka dengan ramah menerima kami. Padahal, siang itu sebenarnya mereka baru saja sampai di rumah selepas dari perjalanan jauh dari Jawa Timur.
Pada saat wawancara, Ibu Suryani dan cucunya menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan lancar dan memberi tanggapan baik terhadap pewawancara. Namun karena melihat kondisi mereka yang baru pulang dari perjalanan jauh, pewawancarapun hanya menanyakan pertanyaan inti dan menyingkat waktu wawancara agar tidak mengganggu waktu istirahat mereka terlalu lama.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa Nologaten merupakan desa di tengah-tengah kota Yogyakarta yang mana
memiliki akses tercepat menuju gerai restoran siap saji, Namun para pengasuh di desa ini
memiliki kebiasaan yang baik dalam mengkonsumsi makanan sehingga para pengasuh
melarang anak-anaknya untuk mengkonsumsi makanan cepat saji ala barat meskipun
tetap memperbolehkan tapi dengan berbagai alasan yang masuk akal dan dengan intensitas
yang jarang.
Dalam batasannya pengasuh mengartikan makanan cepat saji ala barat sama
dengan makanan cepat saji ala lokal , informan juga beranggapan bahwa makanan cepat
saji ala barat adalah makanan yang tidak layak dikonsumsi dalam jangka panjang,
harganya mahal, bungkusnya tidak sehat, minyak yang digunakan tidak sehat (digunakan
untuk menggorang berkali-kali), dan khususnya pada ayam para pengasuh banyak yang
beranggapan bahwa makanan cepat saji merupakan ayam suntikan.
B. Kritik dan Saran
Masyarakat di Desa Nologaten terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda-
beda. Maka dari itu, tak heran jika mereka memiliki pengetahuan yang berbeda pula
tentang hal-hal tertentu, khususnya dalam hal ini mengenai makanan cepat saji (fastfood).
Pengetahuan tentang makanan cepat saji ini sendiri sesungguhnya sangat diperlukan
berhubung pada area tersebut banyak sekali gerai-gerai makanan cepat saji dengan merk
lokal maupun asing. Oleh karena itu, maka pemerintah sebaiknya melakukan sosialisasi
tentang makanan cepat saji agar warga memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
29 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
kandungan gizi, dan apa saja efek baik maupun buruk yang akan terjadi saat
mengkonsumsi makanan cepat saji terutama jika berlebihan. Sosialisasi ini dapat diberikan
pada pengasuh maupun anak-anak yang biasanya menjadi sasaran utama untuk dijadikan
konsumen. Tindakan ini merupakan bagian dari edukasi kesehatan yang bermanfaat bagi
masyarakat dan dengan ini akan membantu masyarakat dalam menentukan pilihan menu
makanan sehari-hari dengan mempertimbangkan gizi dan kesehatannya.
Pemerintah setempat diharapkan untuk tidak menyepelekan hal seperti ini karena
menyangkut kesehatan masyarakat berhubung banyak sekali kasus seperti obesitas, dan
penyakit seperti gangguan pencernaan hingga kanker akibat lalai dalam memperhatikan
kandungan makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan ketidaktahuan akan efek yang dapat
ditimbulkan dari apa saja yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari. Dengan ini pula akan
mendidik generasi muda untuk memperhatikan kesehatannya sejak dini.
30 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Daftar Pustaka
Fast Food Dan Junk Food. http://repository.unpas.ac.id/28077/4/BAB%20II.pdf . 19 Mei
2018
HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA REMAJA DAN ORANG TUA
http://eprints.ums.ac.id/21451/14/NASKAH_PUBLIKASI_TOTAL.pdf . 19 Mei 2018
Rosalyn Anwar,C 2016, “Food: Gaya Hidup dan Promosi Makanan Siap Saji”, ETNOSIA
Jurnal Etnografi Indonesia, vol.1, no.2, hh. 54-65.
31 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Lampiran
A. Data Informan, tanggal wawancara, tempat wawancara, dan pewawancara
Informan : Sardi (Bibi dari Fatah)Tanggal Wawancara : 15 April 2018Tempat Wawancara : Rumah Ibu Sardi (Nologaten)Pewawancara : Naufal Ro’isul Amien Informan : Kartini (Nenek dari Satria)Tanggal Wawancara : 15 April 2018Tempat Wawancara : Rumah Ibu Kartini (Nologaten)Pewawancara : Maulina HasanInforman : Bapak JawadiTanggal Wawancara : 15 April 2018Tempat Wawancara : Rumah Bapak JawadiPewawancara : Ana Ndari PratiwiInforman : Ibu Harjani & Islamita Ayu Wardani
Tanggal Wawancara : 15 April 2018Tempat Wawancara : Rumah Ibu Harjani (Nologaten)
Pewawancara : Findya rosaInforman : FadhilTanggal Wawancara : 15 April 2018Tempat Wawancara : Rumah Ibu SuryaniPewawancara : Kadek Dita Krismaya
B. Verbatim Box
32 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Pewawancara 1 : Naufal Informan 1 : Ibu Sardi- Suami Ibu Sardi.Pewawancara 2 :Maul Informan 2 : Ibu Kartini- Satria. Pewawancara 3 :Maya Informan 3: Ibu Suryani- Fadhil.Pewawancara 4 :Findya Informan 4 : Ibu Harjani- Ayu.Pewawancara 5 :Ana Informan 5 : Bapak Jawadi- istri Bapak Jawadi.1. Topik Orangtua
2. Topik Pengasuh
3. Topik Makanan Cepat Saji ala Barat
33 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Pewawancara1...misalkan yo mas cireng karo chicken ki berbahaya tapi wong tuwane gawene nukokke yo podho wae ho’o toh......misalkan ya mas, cireng dan chicken(fastfood) itu berbahaya tapi orangtuanya membelikan terus ya sama saja iya kan?
Informan 1
Pewawancara 2
“ya cuman lebih karena terpaksa sih mbak, kalau bisa dimasakan ya pasti masak kok mbak. Lagian ya gak baik juga to mbak buat kesehatan ya jadinya gimana kalau harus di bolehin”.
Informan 2
Pewawancara 4
“…saya itu ya misalnya saya itu ndak makan sayur tiga hari ijo ijo an itu aja sayur sayur apa bentuk daun pepaya, daun apa sawi apa apa itu aja kayak orang apa punya orok itu lo punya bayi kecil itu kan kalau nggak makan sayuran kan saya kayak gitu misalnya dua hari tiga hari nggak ketemu sama sayur”
Informan 4
Pewawancara 2 “Duh mbak saya itu pokoknya ndak suka mbak makanan kayak gitu itu. Gak enak enakan masakan rumah trus juga mahal toh mbak sayang uangnya mbak mending buat cucu aja jajan mbak. Gak sehat juga mbak gak ada sayur-sayurnya gitu toh padahal kalau seumur saya sama cucu ini kan harus banyak makan sayuran toh mbak biar sehat jauh juga mbak..........”,
Informan 2
Pewawancara 1
“Oh...mahal banget, ternyata gara-gara opo? Kakehan mangan chicken (kebanyakan makan chicken/fast food)...memang anak itu nek digawekke ora gelem, gelem e chicken yo kuwi pokoke, mangan e kuwi kuwi kuwi kuwi kuwi (memang anak itu kalau dibuatkan makan nggak mau, maunya ya chicken/fast food, makannya ya itu-itu saja) sebegitu saya sampai terkejutnya”.
Informan 1
4. Topik Konsumsi Makanan Cepat Saji ala Barat pada Anak
5. Topik Dampak Konsumsi Makanan Cepat Saji ala Barat pada Anak
C. Visual Etnografi/ Hasil Observasi
34 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Pewawancara 1misalnya ki SD-SD kene iki misale”pak aku ra maem je” si fatah”aku ra maem” ”ngopo?” “kancaku ngko ulang tahun nah terus ngko aku arep nang nggone popeye” gimana coba? Wis piye? [kan di sana misalnya anak-anak SD sini misalnya”pak aku nggak makan ya” si fatah “aku nggak makan” “kenapa?” “temanku nanti ulang tahun terus aku mau ke tempat popeye” gimana coba? Nah gimana?]...orang tuanya ora repot bocahe
Pewawancara 1“pernah ya, saya itu ada tetangga dia itu ibunya sibuk terus ibunya sibuk eee padahal dari keluarga secara intelektual itu bagus nah to tiba-tiba si anak itu entah usianya berapa ya masih SD kok...petak mas...ternyata gara-gara opo? Kakehan mangan chicken[kebanyakan makan chicken/fast food]
Informan 1
Pewawancara 5 “Emang sekarang itu ya, makanan-makanan sekarang banyak mengandung apa
pengawet”. “Lahiya mba, makanan-makanan seperti itu dari bungkus nya aja yang kaya
minyak itu udah bahaya banget”. “Ya saya kasih tahu bahayanya, terus kalo minta gak saya kasih”. “Pernah mba, tapi ke orangtuanya. Kalo saya si mending anaknya nangis kejer
gapapa asal tidak makan racun.”Informan 5
35 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Restoran Siap Saji Lokal
Evaluasi sore oleh dosen
36 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Burjo menjadi salahsatu alternatif apabilia tidak ada makanan dirumah
Warung Makan Lokal yang masih eksis
SDN Carturtunggal 4
37 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Lapangan dimana biasanya banyak anak-anak bermain
38 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Kenampakan Rumah
Informan, suasana saat
wawancara
D. Data Networking Tugas Kelompok
39 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Kenampakan rumah informan
Per kategorisasi
1) Orangtua
40 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
2) Pengasuh
41 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
3)
Makanan Cepat Saji ala Barat
42 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
4) Konsumsi Makanan Cepat Saji ala Barat pada Anak
5)
Dampak Konsumsi Makanan Cepat Saji ala Barat pada Anak
43 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
E. Data Networking Individu
1. Naufal
44 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
2. Maulina
3. Ana
45 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
4.
Findya
46 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
5. Maya47 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
F. Daftar Data Kompilasi Tugas Individu
Nama Tugas Sudah mengumpulkan
Naufal Ro’isul Amien Verbatim Transkrip VReflection Diary VIndexing VCoding VData Networking V
Maulina Hasan Verbatim Transkrip VReflection Diary VIndexing VCoding VData Networking V
Kadek Dita Krismaya Sari Verbatim Transkrip VReflection Diary VIndexing VCoding VData Networking V
Findya Rosa Verbatim Transkrip VReflection Diary VIndexing VCoding VData Networking V
Ana Ndari Pertiwi Verbatim Transkrip VReflection Diary VIndexing VCoding VData Networking V
G. Daftar Penulisan Sub-Bab
Orangtua : Naufal Ro’isul Amien/ Naufal
Pengasuh : Maulina Hasan/Maul
Makanan cepat saji ala barat : Kadek Dita Krismaya Sari/ Maya
Konsumsi makanan cepat saji ala barat pada anak : Findya Rosa/Findya
48 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
Dampak Konsumsi makanan cepat saji ala barat pada anak : Ana Ndari Pertiwi/Ana
H. Observation Point
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi secara terus terang
pada informan dengan mengajukan beberapa pertanyaan dalam bentuk wawancara. Selain
itu, peneliti juga menggunakan metode observasi tersamar berupa pengamatan untuk
mengetahui berbagai aspek yang sifatnya sensitif. Sedangkan untuk ruang lingkup
observasi, kami memilih tiga lingkup yang peneliti anggap sangat berperan dalam
mengkonstruksikan persepsi pengasuh tentang makanan cepat saji ala barat pada anak
yaitu :
Lingkup Rumah
Dalam observasi, kami akan meneliti apakah lingkungan rumah dan anggota keluarga
lain memiliki keterikatan terhadap munculnya alasan pengasuh untuk mengajak anak-
anak makan di restoran siap saji.
Lingkup Pergaulan dalam RT
Menyadari kuatnya dorongan orang lain dalam pengambilan keputusan, kami
melakukan penelitian terhadap lingkungan pertemanan pengasuh dalam skala RT. Hal
ini dikarenakan kemungkinan penggunaan simbol atapun kelas tertentu dalam
pergaulan yang menuntut pengasuh memperbolehkan konsumsi makanan cepat saji
pada anak.
Lingkup Media Sosial
Di era globalisasi ini dunia komunikasi bisa diakses dengan mudah dan cepat. Oleh
karena itu dalam kasus ini tidak menutup kemungkinan alasan pengasuh didasari oleh
orang-orang yang secara fakta berjauhan namun saling terikat komunikasi satu sama
lain dengan adanya media sosial.
Lokasi Daerah Nologaten.
Target Anak-anak usia 7-18 tahun dan
pengasuh(nenek/kakek/kakak/bibi/orang yang bertanggungjawab
atas anak tersebut).
Waktu Sekitar tanggal 14-15 April 2018.
Media/ alat -Handphone (alat perekam),
49 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
pendukung -Kamera (menggambil gambar*jika dibutuhkan),
-Alat tulis (mencatat informasi yang dipaparkan informan).
Poin Observasi Tujuan
Persepsi
Pengasuh
Melihat alasan dibalik diperbolehkannya anak makan makanan
cepat saji ala barat.
Waktu Melihat dijam atau hari apa yang menjadi target pengasuh untuk
mengajak anaknya makan direstoran siap saji.
Kegiatan di
rumah
Menanyakan kepada pengasuh kegiatan apa yang paling menjadi
fokus pengasuh dalam memberikan makanan tersebut.
Kegiatan diluar Kegiatan apa saja yang dilakukan saat anak dan pengasuh pergi
kerestoran siap saji.
I. Interview Guide
Subjek : Pengasuh dan anak-anak usia 7-18 tahun yang pernah mengonsumsi ataupun
yang hanya sekedar mengetahui makanan cepat saji ala barat.
(pertanyaan dibawah akan berubah sesuai kondisi dan respon dari informan)
Anak-anak Pengasuh
*menanyakanidentitas (perkenalan diawal)
1.Apakah Anda pernah mengkonsumsi
makanan cepat saji ala barat?
2. Seberapa sering Anda makan makanan
*menanyakan identitas (perkenalan
diawal)
1.Apakah Anda pernah mengkonsumsi
makanan cepat saji ala barat?
50 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n
cepat saji ala barat?
3.Apakah Anda merasa senang ketika
mengkonsumsi makanan cepat saji ala
barat? Jelaskan!
4. Siapa yang paling sering mengajak
kerestoran siap saji? Anda atau Pengasuh
Anda?
5. Apa yang membuat Anda sangat
menyukai makanan cepat saji?
6. Bagaimana hubungan Anda dengan
pengasuh Anda setelah pergi kerestoran siap
saji? Semakin dekatkah atau bagaimana?
Jelaskan!
7. Apakah anda tau apa dampak negatif dari
mengonsumsi makanan cepat saji?
8. Apakah pengasuh pernah menjelaskan
dampak negatif dari mengkonsumsi
makanan cepat saji?
9. Apakah pengasuh memberi batasan
dalam mengkonsumsi makanan cepat saji?
2.Seberapa sering Anda makan makanan
cepat saji ala barat?
3.Apakah Anda mengetahui informasi
mengenai makanan cepat saji ala barat?
4.Apakah hanya Anda yang mengajak
anak makan direstoran siap saji? Atau
bahkan sebaliknya?
5.Bagaimana bentuk dari alasan yang
mendasari Anda memperbolehkan anak
mengkonsumsi makanan tersebut?
6. Apa masalah yang ditimbulkan dari
persepsi Anda dalam pemberian makanan
tersebut?
7. Apa setelah anda mengetahui resiko
mengkonsumsi makanan tersebut anda
tetap memperbolehkan anak Anda untuk
memakannya? Jelaskan!
8. Bagaimana cara anda mengatasi
masalah yang disebabkan oleh persepsi
Anda diawal?
9. Apakah ada pengaruh dari luar yang
mendasari alasan anda memperbolehkan
anak mengkonsumsi makanan tersebut?
10. Bagaimana hubungan Anda dengan
anak setelah memperbolehkannya makan
makanan tersebut?
11. Seperti apa lingkungan disekitar
rumah Anda? Apakah mendukung
persepsi Anda atau tidak? Jelaskan!
51 | P e r s e p s i P e n g a s u h t e r h a d a p K o n s u m s i M a k a n a n C e p a t S a j i a l a B a r a t p a d a A n a k d i D e s a N o l o g a t e n