Osteoarthritis papaer

  • Upload
    fiza-jp

  • View
    165

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

artikel materi

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTHRITIS ABSTRAK Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Di seluruh dunia kecenderungan penderita wanita lebih tinggi dibanding pria, dimana diperkirakan 9,6 % pria dan 18% wanita berumur 60 tahun atau lebih menderita osteoarthritis. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti, namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini. Factor resiko terdir dari umur, jenis kelamin, suku bangsa, genetic, kegemukan dan penyakit metabolic, Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga, kelainan pertumbuhan. Manifestasi klinis dapat berupa Rasa kaku pada sendi, nyeri, krepitasi berupa rasa gemeretak, hampir semua pasien osteoarthritis lutut, pergelangan kaki, tumit, atau panggul yang tidak terkontrol berkembang menjadi pincang. Pada sebagian kasus, radiografis pada sendi yang terkena osteoarthritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostic yang lebih canggih. Penatalaksanaan berupa terapi farmakologis dan non farmakologis. Asuhan keperawatan yang dapat dilaksanakan pada pasien osteoarthritis mencakup pengkajian pada riwayat atau adanya factor-faktor resiko, penegakan diagnosa, perencanaan,dan intervensi, serta evaluasi dan dokumentasi yang tepat.

A. Pendahuluan Osteortritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau arthritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendisendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Sering kali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi lainnya (Mansjoer, dkk, 2000).

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena osteoarthritis ( Sudoyo, dkk, 2007 ). Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang yang baru pada permukaan tulang (Price & Wilson,2005). Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan ( kartilago ) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan ( kartilago ) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, yang memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago dapat menyebabkan tulang bergesekan satu sama lain, yang menyebabkan kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi ( http://www.fortunestar.co.id, 2009 ). Osteoartritis adalah salah satu jenis dari keluarga besar penyakit arthritis yang paling sering terjadi. Sering disebut juga degeneratif osteoarthritis atau hipertropic osteoartritis. Osteoartritis merupakan radang sendi yang bersifat kronis dan progresif disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa integrasi (pecah) dan perlunakan progresif permukaan sendi dengan pertumbuhan tulang rawan sendi (osteofit)di tepi tulang (Mukipartono, 2009).

B. Epidemiologi Prevalensi osteoarthritis cukup tinggi. Di seluruh dunia kecenderungan penderita wanita lebih tinggi dibanding pria, dimana diperkirakan 9,6 % pria dan 18% wanita berumur 60 tahun atau lebih menderita osteoarthritis. Insiden osteoarthritis meningkat dengan bertambahnya usia, 80 % pasien berusia lebih dari 75 tahun memiliki bukti radiologis adanya osteoarthritis. Presentasi ini dapat terus meningkat akibat pola hidup tidak sehat, obesitas dan bertambahnya usia harapan hidup ( I Gusti Ngurah Agung Tresna Erawan, 2010 ). Prevalensi osteoarthritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 15,5 % pada pria dan 12,7 % pada wanita ( Sudoyo, dkk, 2007 ).

Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah pasien arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insiden bertambah dengan meningkatnya usia. Osteoarthritis dahulu diberi nama arthritis yang rusak karena dipakai karena sendi menjadi aus dengan bertambahnya usia. Tetapi, temuan-temuan yang lebih baru dalam bidang biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori ini (Price & Wilson, 2005)

C. Klasifikasi Berdasarkan patogenesisnya osteoarthritis dibedakan menjadi dua yaitu osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer disebut juga osteoarthritis idiopatik yaitu osteoarthritis yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoarthritis sekunder adalah osteoarthritis yang didasari oleh oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Osteoarthritis primer lebih sering ditemukan disbanding osteoarthritis sekunder ( Woodhead, 1989;

Sunarto, 1990; Rahardjo, 1994 dikutip dari Sudoyo, dkk, 2007 ).

D. Etiologi Factor-faktor genetic memainkan peranan pada beberapa bentuk

osteoarthritis. Perkembangan osteoarthritis sendi-sendi interfalang distal tangan (nodus Herbeden) dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada perempuan.nodus Herbeden 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hormone seks dan factor-faktor hormonal lain juga kelihatannya berkaitan dengan perkembangan osteoarthritis. Hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang dan prevalensi osteoarthritis pada perempuan menunjukkan bahwa hormone memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini. Sendi yang paling sering terserang oleh

osteoarthritis adalah sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebrae lumbal dan servikal dan sendi-sendi pada jari. Gambaran osteoarthritis yang khas adalah lebih seringnya keterlibatan sendi falang distal dan proksimal, sementara sendi metakarpofalangeal biasanya tidak terserang. Osteoarthritis terutama menyebabkan perubahan-perubahan

biomekanika dan biokimia di dalam sendi ; penyakit ini bukan suatu gangguan peradangan. Namun, seringkali perubahan-perubahan di dalam sendi ini disertai oleh sinovitis, menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Selain dari jenis osteoarthritis yang lazim, ada beberapa varian lain. Osteoarthritis generalisata primer berbeda dalam hal adanya peningkatan banyaknya dan beratnya sendisendi yang terserang. Osteoarthritis peradangan erosif terutama menyerang sendi pada jari-jari dan berhubungan dengan episode peradangan akut yang menimbulkan deformitas dan alkalosis. Hiperostosis alkalosis menimbulkan penulangan vertebrae. Osteoarthritis sekunder terjadi sebagai konsekuensi dari beberapa penyakit lain, seperti arthritis rheumatoid atau gout (Price & Wilson,2005). Pengapuran sendi atau yang sering disebut dengan osteoartritis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh penipisan dan kemunduran fungsi lapisan tulang rawan sendi. Kebanyakan osteoartritis terjadi pada sendi lutut dan pinggul. Sampai sejauh ini tidak diketahui apa panyebab pasti dari osteoartritis tersebut, namun diyakini bahwa osteoartritis merupakan bagian dari proses penuaan (www.beritaterkinionline.com.2009). Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini yaitu : 1. Usia lebih dari 40 tahun 2. Jenis kelamin, wanita lebih sering 3. Suku bangsa, genetik 4. Kegemukan dan penyakit metabolic 5. Cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga 6. Kelainan pertumbuhan 7. Kepadatan tulang (Mansjoer, dkk, 2000)

E. Faktor Resiko Untuk penyakit dengan penyebab yang tidak jelas, istilah factor resiko (factor yang meningkatkan resiko penyakit) adalah lebih tepat. Secara garis besar factor resiko untuk timbulnya osteoarthritis (primer) adalah seperti di bawah ini. Harus diingat bahwa masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera dan persentase gangguan yang berbeda, sehingga peran factor-faktor resiko tersebut untuk masing-masing osteoarthritis tertentu berbeda. Dengan melihat factorfaktor resiko ini, maka sebenarnya semua osteoarthritis individu dapat dipandang sebagai: Factor-faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata Factor-faktor yang menyebabkan beban biomekanis tak normal pada sendi-sendi tertentu. 1. Umur Dari semua factor resiko untuk timbulnya osteoarthritis, factor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. osteoarthritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun saja. Akan tetapi harus diingat bahwa oateoarthritis bukan akibat ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan perubahan pada osteoarthritis. 2. Jenis kelamin Wanita lebih sering terkena osteoarthritis lutut dan osteoarthritis banyak sendi, dan lelaki lebih sering terkena osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun ( setelah menopause) frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita daripada pria. 3. Suku bangsa Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis nampaknya terdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya osteoarthritis paha lebih jarang di antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. osteoarthritis lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian)

daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan congenital dan pertumbuhan. 4. Genetik Factor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis misalnya, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Heberden) terdapat 2 kali lebig sering osteoarthritis pada sendisendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan lebih cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen structural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoarthritis tertentu (terutama osteoarthritis banyak sendi). 5. Kegemukan dan penyakit metabolic Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoarthritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis sendi lain (tangan atas sternoklavikula). Oleh karena itu di samping factor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat factor lain (metabolic) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran factor metabolic dan hormonal pada kaitan antara osteoarthritis dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan hipertensi. Pasien-pasien osteoarthritis ternyata mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang tanpa osteoarthritis. 6. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus(misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan

peningkatan resiko osteoarthritis tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan resiko

osteoarthritis yang lebih tinggi. Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya osteoarthritis masih menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi osteoarthritis cedera traumatic yang dapat mengenai sendi. 7. Kelainan pertumbuhan Kelaina congenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan dislokasi congenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya osteoarthritis pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih banyaknya osteoarthritis paha pada laki-laki dan ras tertentu. 8. Factor-faktor lain Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoarthritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Factor ini diduga berperan pada lebih tingginya osteoarthritis pada orang gemuk dan pelari. Merokok dilaporkan menjadi factor yang melindungi untuk timbulnya osteoarthritis, meskipun mekanismenya belum jelas (Sudoyo, 2007).

F. Patofisiologi Osteoarthritis dapat dianggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang menyatu menjadi suatu predisposisi penyakit yang menyeluruh. Osteoarthritis mengenai kartiloago artikuler, tulang subkondrium (lempeng tulang yang menyangga kartilago artikuler) serta sinovium dan menyebabkan keadaan campuran dari proses degenerasi, inflamasi, serta perbaikan. Proses degeneratif dasar dalam sendi telah berkembang luas hingga sudah berada diluar pandangan bahwa penyakit tersebut hanya semata-mata proses aus akibat pemakaian yang berhubungan dengan penuaaan. Factor resiko bagi osteoarthritis mencakup usia, jenis kelamin wanita, predisposisi genetik, obesitas, stress mekanik sendi, trauma sendi, kelainan sendi atau tulang yang dialami sebelumnya, dan riwayat penyakit inflamasi, endokrin serta metabolic. Unsur herediter osteoarthritis yang dikenal sebagai nodal generalized osteoarthritis (yang mengenal tiga atau lebih

kelompok sendi) telah dikomfirmasikan. Tipe osteoarthritis ini meliputi proses inflamasi primer. Wanita pascamenopause dalam keluarga yang sama ternyata memiliki tipe osteoarthritis pada tangan yang ditandai dengan timbulnya nodus pada sendi interfalang distal dan proksimal tangan. Gangguan congenital dan perkembangan pada koksa sudah diketahui benar sebagai predisposisi dalam diri seseorang untuk mengalami osteartritis koksa. Gangguan ini mencakup sublokasi-dislokasi congenital sendi koksa, displasia, asetabulum, penyakit Legg-Calve-Perthes dan pergeseran epifise destroyed femoris. Obesitas memiliki kaitan dengan osteoarthritis sendi lutut pada wanita. Meskipun keadaan ini mungkin terjadi akibat stress mekanik tambahan, dan ketidaksejajaran sendi lulut terhadap bagian tubuh lainnya karena diameter paha, namun obesitas dapat memberikan efek metabolik langsung pada kartilago. Secara mekanis, obesitas dianggap meningkatkan gaya sendi wet arena itu menyebabkan generasi kartilago. Teori bourgeois metabolic yang berkaitan dengan dan menyebabkan osteoarthritis. Obesitas akan disertai dengan peningkatan masa tulang subkondrium yang dapat menimbulkan kekakuan pada tulang sehingga menjadi kurang lentur terhadap dampak beban muatan yang akan mentrasmisikan lebih besar gaya pada kartilago artikuler yang melapisi atasnya dan dengan demikian memuat tulang tersebut lebih rentan terhadap cidera. Factor-faktor mekanis seperti trauma sendi, aktivitas olahraga dan pekerjaan juga turut terlibat. Factorfaktor ini mencakup kerusakan pada ligamentum krusiatum dan robekan menikus, aktivitas fisik yang berat dan kebiasaan sering berlutut (Brunner and Suddarth, 2000).

G. Manifestasi Klinis Nyeri merupakan gejala utama. Nyeri sendi pada osteoarthritis sering dideskripsikan sebagai nyeri dalam yang terlokalisasi. Umumnya nyeri diperberat oleh penggunaan sendi dan berkurang dengan istirahat. Namun seiring dengan memberatnya penyakit, nyeri menjadi persisten ( menetap) dan sangat mengganggu aktivitas dan kualitas hidup penderita. Rasa kaku pada sendi juga sering dirasakan penderita, terutama setelah periode tidak beraktivitas

( misalnya setelah tidur malam, duduk di kursi atau berkendara dalam waktu yang lama ) tetapi biasanya kekakuan ini berlangsung kurang dari 30 menit. Hambatan gerakan sendi biasanya bertambah berat dengan perlahan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Krepitasi berupa rasa gemeretak ( kadangkadang dapat di dengar ) pada sendi yang sakit. Pasien mungkin juga menunjukkan bahwa salah satu sendinya pelan-pelan membesar dan terakhir adalah perubahan gaya berjalan. Hampir semua pasien osteoarthritis lutut, pergelangan kaki, tumit, atau panggul yang tidak terkontrol berkembang menjadi pincang ( I Gusti Ngurah Agung Tresna Erawan, 2010 ). Gambaran klinis osteoarthritis umumnya berupa nyeri, sendi, terutama apabila sendi bergerak atau menanggung beban. Nyeri tumpul ini berkurang bila pasien beristirahat, dan bertambah bila sendi digerakkan atau memikul beban tubuh. Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan menghilang setelah sendi digerakkan. Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi, biasanya hanya bertahan selama beberapa menit, bila dibandingkan dengan kekakuan sendi di pagi hari yang disebabkan oleh arthritis reumatoid yang terjadi lebih lama. Spasme otot atau tekanan pada saraf di daerah sendi yang terganggu adalah sumber nyeri. Gambaran lainnya adalah keterbatasan dalaam gerakan (terutama tidak dapat berekstensi penuh), nyeri tekan local, pembesaran tulang disekitar sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi. Perubahan yang khas terjadi pada tangan. Nodus Herbeden atau pembesaran tulang sendi interfalang distal sering dijumpai. Nodus Bouchard lebih jarang ditemukan, yaitu pembesaran tulang sendi interfalang proksimal. Perubahan yang khas juga terlihat pada tulang belakang, yang akan menjadi nyeri, kaku dan akan mengalami keterbatasan daalam bergerak (ROM). Pertumbuhan tulang yang berlebihan atau spur dapat mengiritasi radiks yang keluar dari tulang vertebra. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan neuromuscular, seperti nyeri, kekakuan, dan keterbatasan gerak. Ada beberapa orang yang mengeluh sakit kepala sebagai akibat laangsung osteoarthritis paada tulang belakang bagian leher.

H. Komplikasi Penurunan fungsi tulang ini akan berlanjut terus. Beberapa penderita bahkan mengalami penurunan fungsi yang signifikan. Beberapa penderita akan berujung pada kehilangan kemampuan berdiri atau berjalan. Jika engsel tersebut sudah parah, biasanya dokter akan menyarankan penggantian engsel dengan pembedahan. Pada beberapa penderita yang tidak bisa melakukan pembedahan akan dilakukan terapi nyeri/ngilu dan akan diajari cara menggunakan alat tambahan untuk mempermudah gerakan sehari-hari (gadgetplus.wordpress. 2008).

I.

Pemeriksaan fisis 1. Hambatan gerak Hambatan ini seringkali sudah ada meskipun pada osteoarthritis yang masih dini (secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerak) maupun eksentris (salah satu arah gerak saja). 2. Krepitasi Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinik oateoarthritis lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi. 3. Pembengkakan sendi yang sering kali asimetris Pembengkakan sendi pada osteoarthritis dapat timbul karena efusi pada sensi yang biasanya tak banyak (< 100 cc). sebab lain adalah karena adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi.

4. Tanda-tanda peradangan Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena adanya sinuvitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki. 5. Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi. 6. Perubahan gaya berjalan Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada osteoarthritis lutut, sendi paha, dan osteoarthritis tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada sendisendi lain, seperti tangan bahu, siku dan pergelangan tangan, osteoarthritis juga menimbulkan gangguan sendi (Sudoyo, 2007) . J. Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis osteoarthritis biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis. Pada sebagian kasus, radiografis pada sendi yang terkena osteoarthritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostic yang lebih canggih. Gambaran radiografis sendi yang menyokong diagnosisi osteoarthritis ialah: 1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban) 2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkhondral 3. Kista tulang 4. Osteofit pada pinggir sendi 5. Perubahan struktur anatomis sendi

Berdasarkana perubahan-perubahan radiografis di atas, secara radiografis osteoarthritis dapat digradasi dari ringan sampai berat (criteria Kellgren dan Lawrence). Harus diingat bahwa pada awal penyakit, radiografis sendi seringkali masih normal (Sudoyo, 2007). Ciri khas yang sering terlihat pada gambaran radiogram osteoarthritis adalah penyempitan ruang sendi. Keadaan ini terjadi karena rawan sendi menyusut. Pada sendi lutut penyempitan ruang sendi dapat terjadi pada salah satu kompartemen saja. Selain ditemukannya penyempitan sendi, juga bisa terjadi peningkatan densitas tulang disekitar sendi. Osteofit (spur) bisa terlihat pada aspek marginal dari sendi. Kadangkala terlihat perubahanperubahan kistik dalam berbagai ukuran. Beratnya perubahan pada sendi yang terlihat secara radiografis dapat tidak berhubungan dengan gejala-gejala yang ada. Bukti radiologis osteoarthritis dapat ditemukan pada hampir 85% pasien yang berusia diatas 75 tahun, sedangkan pasien yang mengeluh nyeri dan kaku sendi persentasenya jauh lebih rendah. Radiogram khusus dapat membantu untuk mengevaluasi

osteoarthritis. Radiogram sendi lutut yang sedang memikul beban tubuh dapat memberi gambaran yang lebih baik tentang efek penyakit bila dibandingkan dengan gambaran sendi yang sedang tidak memikul beban tubuh. Osteoarthritis bukan suatu penyakit yang simetris, sehingga pembuatan gambar radiogram sendi kontralateral akan dapat membantu.

K. Pemeriksaan Penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium pada osteoarthritis biasanya tidak banyak berguna. Darah tepi ( hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali osteoarthritis generalisata yang harus dibedakan dengan arthritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, factor rheumatoid dan komplemen) juga normal. Pada osteoarthritis yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (