4
Anti-kalah Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga "Tak ada yang perlu saya lakukan di rumah. Tugas orangtualah untuk mengurusi saya. Secara hukum mereka berkewajiban demikian. Saya tidak minta dilahirkan, kan? Selama saya masih kecil, mereka berkewajiban mencukupi sandang pangan saya. Saya tidak wajib melakukan apa-apa. Saya sama sekali tidak berkewajiban membuat mereka senang” Demikian dikatakan seorang anak berusia 16 tahun yang menemui Dr. Thomas Gordon seorang psikolog yang menemukan metode pelatihan “Menjadi Orangtua Efektif”. Sejenak Dr. Gordon termenung pikirnya, “Manusia-manusia apakah yang kita hasilkan bila anak-anak itu dibiarkan tumbuh besar dengan sikap bahwa dunia berutang budi besar padanya walau mereka tidak banyak menyumbang kepada dunia? Warganegara macam apakah yang diturunkan orangtua ke bumi ini? Masyarakat bagaimanakah yang akan diciptakan oleh manusia-manusia yang hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri seperti ini? Dalam hal ini hampir semua orang menyalahkan orangtua atas problematika remaja dan kesulitan-kesulitan dalam masyarakat yang sepertinya disebabkan oleh kaum muda. Semua ini kesalahan orangtua, begitu keluh para ahli kesehatan jiwa, setelah mempelajari statistik yang mencemaskan mengenai cepat meningkatnya jumlah remaja yang terbebani dengan masalah emosional serius atau melumpuhkan, yang menjadi korbang penyalah gunaan obat atau yang melakukan bunuh diri. Politikus dan penegak hukum menyalahkan orangtua yang dianggapnya telah membesarkan generasi yang tidak tahu terima kasih, pemberontak, pembangkang, demonstran, pengacau, anarkis, nyeleneh dan segala cap- cap yang buruk. Bila anak-anak gagal berprestasi di sekolah apalagi sampai drop out, maka dengan mudah para pendidik menuduh bahwa orangtua tidak memperhatikan anaknya. Pertanyaannya kemudian apakah benar 100% salah orangtua? Adakah pihak- pihak yang membela orangtua dalam hal ini? Seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk membantu orangtua agar lebih efektif membesarkan anak- anak? Dari mana orangtua dapat mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan ada cara lain yang dapat mereka lakukan? Orangtua disalahkan, tapi apakah pernah mereka dilatih? Setiap tahunnya ada jutaan orangtua muda menerima tugas yang paling sulit:

Orangtua yang efektif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Orangtua yang efektif

Anti-kalah Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga

"Tak ada yang perlu saya lakukan di rumah. Tugas orangtualah untuk mengurusi saya. Secara hukum mereka berkewajiban demikian. Saya tidak minta dilahirkan, kan? Selama saya masih kecil, mereka berkewajiban mencukupi sandang pangan saya. Saya tidak wajib melakukan apa-apa. Saya sama sekali tidak berkewajiban membuat mereka senang”

Demikian dikatakan seorang anak berusia 16 tahun yang menemui Dr. Thomas Gordon seorang psikolog yang menemukan metode pelatihan “Menjadi Orangtua Efektif”. Sejenak Dr. Gordon termenung pikirnya, “Manusia-manusia apakah yang kita hasilkan bila anak-anak itu dibiarkan tumbuh besar dengan sikap bahwa dunia berutang budi besar padanya walau mereka tidak banyak menyumbang kepada dunia? Warganegara macam apakah yang diturunkan orangtua ke bumi ini? Masyarakat bagaimanakah yang akan diciptakan oleh manusia-manusia yang hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri seperti ini?

Dalam hal ini hampir semua orang menyalahkan orangtua atas problematika remaja dan kesulitan-kesulitan dalam masyarakat yang sepertinya disebabkan oleh kaum muda. Semua ini kesalahan orangtua, begitu keluh para ahli kesehatan jiwa, setelah mempelajari statistik yang mencemaskan mengenai cepat meningkatnya jumlah remaja yang terbebani dengan masalah emosional serius atau melumpuhkan, yang menjadi korbang penyalah gunaan obat atau yang melakukan bunuh diri. Politikus dan penegak hukum menyalahkan orangtua yang dianggapnya telah membesarkan generasi yang tidak tahu terima kasih, pemberontak, pembangkang, demonstran, pengacau, anarkis, nyeleneh dan segala cap-cap yang buruk. Bila anak-anak gagal berprestasi di sekolah apalagi sampai drop out, maka dengan mudah para pendidik menuduh bahwa orangtua tidak memperhatikan anaknya.

Pertanyaannya kemudian apakah benar 100% salah orangtua? Adakah pihak-pihak yang membela orangtua dalam hal ini? Seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk membantu orangtua agar lebih efektif membesarkan anak-anak? Dari mana orangtua dapat mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan ada cara lain yang dapat mereka lakukan?

Orangtua disalahkan, tapi apakah pernah mereka dilatih? Setiap tahunnya ada jutaan orangtua muda menerima tugas yang paling sulit: memperoleh bayi-manusia terkecil yang hampir tiada berdaya, bergantung penuh kepada orangtuanya, bertanggung jawab atas kesehatan badan dan jiwa anak itu serta membesarkannya sehingga dia dapat menjadi Warganegara yang berguna bagi masyarakat. Adakah tugas lain yang lebih sukar dan lebih menyita perhatian? Namun, sudah berapa banyak orang tua yang dilatih untuk menghadapi hal tersebut?

Saat menginjak masa remaja, anak mengalami pergolakan yang mana hal tersebut normal terjadi pada setiap remaja dan tak terelakkan. Hal ini merupakan akibat dari keinginan umum kaum remaja untuk menegakkan kebebasan mereka dan memberontak terhadap orangtua mereka. Masa remaja seperti sudah ditunjukkan oleh banyak studi merupakan masa badai dan ketegangan dalam keluarga. Sebenarnya anak remaja tidak memberontak terhadap orangtua. Mereka hanya memberontak terhadap beberapa metode disiplin tertentu yang bersifat merusak yang hampir selalu dipakai oleh orangtua.

Page 2: Orangtua yang efektif

Dilema utama para orangtua masa kini ialah mereka hanya melihat dua cara pendekatan dalam mengatasi konflik di rumah – konflik yang mau tak mau akan timbul antara orangtua dengan anak. Dua cara pendekatan itu adalah “saya menang-kamu kalah” atau “kamu menang-saya kalah”

Dalam Pelatihan “Menjadi Orangtua Efektif” yang dirancang oleh Dr. Thomas Gordon, cara penyelesaian konflik melalui kesepakatan bersama atau pengikatan-pengikatan bersama yang dapat diterima oleh kedua belah pihak disebut metode “anti-kalah”. Bagi hampir semua orangtua metode ini dianggap sebagai suatu gagasan baru bagi pemecahan konflik orangtua dengan anak, namun para orangtua segera mengenali metode ini karena sering digunakan dalam hubungan dengan pihak lain. Suami istri seringkali menggunakan metode ini untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat antara mereka melalui kesepakatan bersama. Mitra-mitra dalam usaha mengandalkan cara tersebut untuk mencapai persetujuan bagi konflik yang sering terjadi di antara mereka. Serikat-serikat buruh dan para pemimpin perusahaan menggunakannya untuk merundingkan kontrak-kontrak yang akan ditaati keuda belah pihak. Banyak perseteruan hukum diselesaikan melalui jalan di luar pengadilan (out of court settlement).

Banyak di antara pasangan suami-istri yang menyelesaikan konflik mereka melalui pemecahan masalah antara kedua pihak. Demikian pula mitra-mitra dalam usaha. Serikat-serikat kerja dan pimpinan perusahaan merundingkan kontrak-kontrak yang mengikat kedua pihak. Pengaturan hak milik atau harta benda dalam perceraian seringkali dicapai melalui pengambilan keputusan bersama. Bahkan anak-anak seringkali menyelesaikan konflik di antara mereka melalui kesepakatan bersama atau pengikatan-pengikatan informal yang dapat diterima oleh dua pihak (“Kalau Anda melakukan ini, maka saya akan menyetujui”). Organisasi-organisasi perusahaan semakin meningkatkan frekuensinya untuk melatih pegawai-pegawai mereka dalam hal penggunaan proses pengambilan keputusan melalui partisipasi dalam menyelesaikan konflik-konflik.

Metode “anti-kalah” ini sering digunakan untuk menyelesaikan konflik antar individu yang mempunyai kekuasaan sama atau hampir sama”. Bila hanya sedikit atau tak ada perbedaan kekuasaan antar-dua orang, tidak ada alasan tepat dan jelas mengapa tidak ada satu di antara keduanya mencoba untuk menggunakan kekuasaan untuk menyelesaikan konflik-konflik.

Bila orang tidak mempunyai kekuatan berlebih, maka penggunaan metode berdasarkan kekuasaan hanya merupakan kebodohan yang akan mengundang cemoohan orang saya. Bayangkan bila sepasang suami-istri di mana sang suami menggunakan metode menang-kalah untuk menyelesaikan suatu konflik yang dihadapi – misalkan tentang berapa orang yang akan diundang bila hendak mengadakan jamuan makan. Kadang beberapa suami lebih menyukai kalau orang yang datang lebih banyak daripada yang disanggupi para istri. Andaikan sang suami berkata pada istrinya “Saya sudah memutuskan bahwa kita akan mengundang sepuluh pasutri, tak kurang dari itu”. Setelah sadar dari awal keterkejutan dan ketidakpercayaannya, sang istri mungkin akan kembali dengan mengatakannya kira-kira begini:

“Kamu telah memutuskan” atau “Kalau begitu, aku memutuskan kita tidak jadi mengundang siapa-siapa,” atau“Bagus! Aku harap kamu sendiri menyiapkan makanan dan membereskannya setelah itu!”

Page 3: Orangtua yang efektif

Terasa menggelikan bila sang suami menggunakan metode “menang-kalah” dalam situasi seperti itu. Sang Istri memiliki kekuatan (kekuasaan) yang cukup besar dalam hubungan mereka berdua untuk menolak usaha sang suami untuk mengalahkannya.

Mungkin dapat dianggap prinsip bahwa manusia yang mempunyai kekuasaan yang sama atau relatif sama (hubungan setara) jarang menggunakan metode menang-kalah. Bila suatu ketika mereka mencobanya, bagaimanapun orang lain tak akan mengizinkan adanya penyelesaian konflik secara ini. Akan tetapi bila seseorang berpikir atau bila ia yakin bahwa ia mempunyai kekuasaan yang lebih besar daripada orang lain, ia cenderung menggunakan metode menang-kalah. Bila seseorang berpikir bahwa orang lain mempunyai kekuasaan lebih besar, maka orang itu tidak mempunyai pilihan lain selain menerima, kecuali bila ia memilih menolak atau berjuang dengan kekuasaan apa pun yang dianggap dimilikinya. Maka menjadi jelas bahwa metode anti-kalah merupakan metode tanpa kekuasaan; konflik diselesaikan tanpa ada salah satu yang menang maupun kalah. Kedua-duanya malah dapat dianggap menang karena penyelesaian harus dapat diterima oleh dua belah pihak. Hal ini merupakan penyelesaian konflik dengan persetujuan bersama.

Singkatnya metode anti-kalah dalam penerapannya dalam keluarga dapat dipaparkan sebagai berikutOrangtua dan anak menghadapi situasi konflik kepentingan. Orangtua meminta anak untuk bersama orangtua mencari beberapa penyelesaian yang dapat diterima oleh baik anak itu sendiri maupun orangtuanya. Salah satu atau kedua pihak dapat menyodorkan kemungkinan penyelesaian. Mereka bersama menilai kemungkinan-kemungkinan penyelesaian yang disodorkan tadi secara kritis dan membuat keputusan akhir yang dapat diterima oleh kedua pihak. Setelah keputusan dipilih, tidak perlu lagi merisaukan kemungkinan pemecahan yang lain, karena kedua belah pihak telah menerimanya. Tidak diperlukan kekuasaan untuk memaksakan kepatuhan, karena tidak ada pihak yang menolak keputusan itu