Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
OPTIMALISASI KELEMBAGAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(KEK) DALAM PENGELOLAAN KEK SEI MANGKEI BERDASARKAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG
KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
ASHRI AZHARI BAEHA
NIM : 140200467
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
i
OPTIMALISASI KELEMBAGAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(KEK) DALAM PENGELOLAAN KEK SEI MANGKEI BERDASARKAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG
KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH:
ASHRI AZHARI BAEHA
NIM: 140200467
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Disetujui/Diketahui Oleh:
KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Prof. Dr. BismarNasution, S.H., M.H
NIP 195603291986011001
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum
NIP 195603291986011001 NIP 197302202002121001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis kepada Allah SWT. atas segala limpahan rahmat
dan karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
Salam juga senantiasa Penulis sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW
yang telah membimbing umat manusia menuju jalan keselamatan dan keberkahan.
Skripsi dengan judul “OPTIMALISASI KELEMBAGAAN KAWASAN
EKONOMI KHUSUS (KEK) DALAM PENGELOLAAN KEK SEI
MANGKEI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29
TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI
MANGKEI” disusun untuk memenuhi tugas dan memenuhi persyaratan
mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
Secara khusus saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orangtua saya, selayaknya matahari dan bulan yang selalu
menerangi hari-hari saya setiap hari agar terus cerah dan bersinar, orangtua yang
telah mendoakan serta memberikan cinta, kesabaran, perhatian, dukungan,
bantuan dan pengorbanan yang tak ternilai sehingga saya dapat melanjutkan dan
menyelesaikan studi dengan baik.
Dalam proses penyusunan skripsi ini saya juga mendapat banyak
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan
dan ucapan terima kasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah
diberikan, saya menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H.,M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara;
Universitas Sumatera Utara
ii
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Prof. Dr. OK Saidin, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara;
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H.,M.H., selaku Ketua Departemen
Hukum Ekonomi sekaligus selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih
banyak atas saran, arahan, dan masukan yang membangun dalam setiap
bimbingan, serta waktu yang Bapak berikan sehingga saya menyelesaikan
skripsi ini;
7. Bapak Dr. Mahmul Siregar S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II.
Terimakasih atas waktu, bimbingan, saran, nasihat, ide dan ilmu yang
cemerlang yang Bapak berikan selama ini disetiap bimbingan dengan
penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai;
8. Ibu Mariati Zendrato, S.H., M.Hum selaku dosen pendamping akademik
yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian studi ini;
9. Seluruh Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
mengajar dan memberikan ilmu yang terbaik, serta membimbing penulis
selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
10. Seluruh staf pegawai dan tata usaha di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang telah membantu dalam urusan administrasi;
Universitas Sumatera Utara
iii
11. Kepada kesayangan yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam
menempuh perjalanan hidup serta mendoakan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini yaitu ketiga adik-adik penulis yang telah
mengisi keramaian serta kerusuhan hari-hari di rumah yang tidak hentinya
juga menghibur serta menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini;
12. Rekan-rekan seperjuangan dari awal mula semester satu yaitu Nida dan
Anna yang tak terlupakan kerusuhan serta kehebohan yang selalu dilalui,
serta masih setia menyemangati satu sama lain sejak awal perkuliahan di
kampus ini;
13. Rekan sekaligus sahabat saya Rizky dan Mahmud selaku Ketum dan
Sekum, serta Soqi dan Mahdi terkhususnya selaku jajaran Kabid di HMI
Komisariat FH USU Periode 2017-2018, yang selalu setia menghibur dan
meramaikan perjalanan saya dalam mengukir skripsi ini;
14. Teman-teman tim hore-hore Nasfi Daely (kakak sekaligus sahabat from
Nias Island), Cintia (wanita heboh nah tangguh), serta Ajeng, Fadhila,
Desi, Iin, Nelly, Junita, Widya, Ika, Fahri, Defriandi, Nopal dll yang selalu
semangat dan ceria untuk tetap menyemangati penulis;
15. Teman-teman maupun adinda-adinda, kakanda serta pelatih, (terkhusus
Rodo Bebski sebagai partner silat, Bg Ojai, sebagai pelatih sekaligus
senior, Bg Helmi, Dek Anggik, Rindam, Charles, Saepul, Ihsan, Ilham,
Yola, Fritz, dll) di Keluarga Besar Merpati Putih Kolat Garuda FH USU
dan juga Merpati Putih Cabang Medan yang masih dengan ramahnya
selalu menghibur dan mendukung penulis selama berada di kampus ini;
Universitas Sumatera Utara
iv
16. Teman-teman, adinda-adinda serta kakanda (yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu) di Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam
Komisariat Fakultas Hukum USU yang paling tidak selalu mengisi hari-
hari serta memberikan kesibukan kepada penulis sehingga penulis sadar
bahwa himpunan ini sangat membanggakan karena memiliki konflik dan
kader yang sangat luar biasa;
17. Rekan-rekan presidium seperjuangan hingga akhir periode 2016-2017,
terkhusus juga kawan-kawan kader HMI 14 ( Icak, Tasiah, Nazla, Egin,
Dika, Arisyah, Ganang, Fredy, dll) di HMI Komisariat Fakultas Hukum
USU yang telah ikut meramaikan keseharian penulis baik diluar maupun
dalam kampus;
18. Rekan-rekan presidium HMI Komisariat Fakultas Hukum USU Periode
2017-2018, terkhusus kepada adinda-adinda wabendum saya yang insha
Allah satu periode akan bersama-sama di kepengurusan sampai akhir;
19. Keluarga besar BTM. Aladdinsyah,S.H, Kakanda stambuk 2012 yang
begitu menyenangkan, Kakanda stambuk 2013 yang begitu ramah,
kesatuan dari Alfatih Nabawiyah serta Adinda-adinda stambuk 2015-2017
yang telah menemani hari-hari dikampus dari awal perkuliahan yang tidak
dapat disebutkan satu persatu namanya. Kalian telah menjadi teman
terbaik dengan memberikan dukungan dan semangat serta membuat hari-
hari selama di perkuliahan menjadi lebih berarti;
20. Abang-abangan stok lama terkhusus Bg Opie, Bg Bal, Bg Hen, Bg Virs,
Bg Al, Bg Zik dan kakak-kakak an stok lama Kak Liza, Kak Dinda, Kak
Bellski, Kak Iput, Kak Lian, Kak Amanda, Kak Icak, Kak Eci, Kak Syifa,
Universitas Sumatera Utara
v
Kak Mimi, Kak Pika, Kak Fitri dll yang selalu menemani dan akan selalu
melekat di hati penulis;
21. Sahabat dari masa putih biru hingga masa putih abu-abu terkhusus “My
LongDistanceFriendship”; Claud, Jejes, Erin, Valen dan Luz yang sampai
saat ini selalu setia hadir di kehidupan penulis;
22. Sahabat dari masa putih merah di “Dengki Squad” Dekzol dan Utiii serta
“Bima Squad” Erin, Fatur, Wira yang selalu heboh memberikan semangat
dan masukan kepada penulis;
23. Sahabat di Permata UNHAS 2016, terkhusus Daya, Winni, Kak Vira, Kak
Dwik, Sari, Teh Riri, Aa Endang, Bg Imam yang telah mengukir kisah
indah selama 1 semester di Makassar;
24. Sahabat di Fakultas Hukum UNHAS terkhusus Rani, Nila, Kak Fitrah,
Fatih, Winda, Kak Tika, dll, yang telah setia menemani penulis di kampus
merah nah indah;
25. Sahabat selama di Makassar, Kak Wandi, Kak Dadang, Vera, Vivi, Kak
Ichlas dll yang dengan ramah telah menemani penulis menempuh ilmu di
perantauan dengan penuh semangat;
26. Terkhusus CK-skripsian dengan doping yang sama, Refi Rafika!
Trimakasih telah membakar semangat penulis bahwa begadang itu
sungguh indah;
27. Serta seluruh teman-teman di Grup A 2014, IMAHMI, dan keseluruhan di
Fakultas Hukum USU selama di bangku perkuliahan, kantin, perpus,
koridor, GC serta parkiran yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Universitas Sumatera Utara
vi
namanya yang saling memberikan dukungan selama ini hingga penulis
dapat menyelesaikan studi di kampus ini.
Penulis menyadari skripsi ini ibarat sebutir pasir di pantai ilmu nan luas,
jauh dari kata sempurna karena hanya Sang Khalik yang memiliki kesempurnaan
itu, penulis berusaha memberi kontribusi pemikiran sederhana sebagai upaya
latihan dan belajar guna menjadi ilmuwan yang lebih baik nantinya. Penulis
berharap pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk kedepannya, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya. Aamiin.
Medan, Januari 2018
Ashri Azhari Baeha
NIM. 140200467
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 12
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 12
D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 13
E. Keaslian Penulisan ............................................................................. 14
F. Tinjauan Kepustakaan ........................................................................ 16
G. Metode Penelitian............................................................................... 22
H. Sistematika Penulisan......................................................................... 27
BAB II PENGELOLAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BERDASARKAN PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA ................................................................................ 29
A. Tinjauan Umum Kawasan Ekonomi Khusus ..................................... 29
1. Tujuan Pembentukan KEK .......................................................... 29
2. Persyaratan Pembentukan KEK ................................................... 32
3. Kelebihan KEK Dibandingkan dengan Kawasan Lainnya .......... 37
4. Perkembangan KEK di Indonesia ................................................ 42
B. Usulan, Penetapan dan Pembangunan KEK ..................................... 45
1. Usulan Pembentukan KEK .......................................................... 45
2. Penetapan KEK ............................................................................ 49
3. Pembangunan KEK ...................................................................... 50
C. Pengelolaan KEK .............................................................................. 54
1. Pengelola KEK ............................................................................. 54
2. Pelayanan Terpadu Satu Pintu ..................................................... 57
3. Evaluasi Pengelolaan ................................................................... 59
BAB III KELEMBAGAAN KEK ............................................................... 62
A. Dewan Nasional ................................................................................ 62
B. Dewan Kawasan ................................................................................. 67
Universitas Sumatera Utara
viii
C. Administrator KEK ............................................................................ 70
D. Badan Usaha Pengelola ...................................................................... 72
E. Pelaku Usaha ...................................................................................... 75
BAB IV OPTIMALISASI KELEMBAGAAN KAWASAN EKONOMI
KHUSUS DALAM PENGELOLAAN KEK SEI MANGKEI
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR
29 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN EKONOMI
KHUSUS SEI MANGKEI ............................................................... 78
A. Profil Singkat KEK Sei Mangkei ....................................................... 78
1. Sejarah Singkat Pembentukan ...................................................... 78
2. Infrastruktur Kawasan dan Infrastruktur Pendukung Diluar
Kawasan ............................................................................................. 82
3. Kegiatan Investasi Pelaku Usaha ................................................. 88
B. Masalah dalam KEK Sei Mangkei ..................................................... 93
1. Ketersediaan dan Kecukupan Infrastruktur .................................. 93
2. Fasilitas Investasi ......................................................................... 100
3. Kepastian Hukum terhadap Regulasi ........................................... 107
C. Masalah yang Dihadapi Kelembagaan dalam Mengelola KEK
Sei Mangkei ........................................................................................ 113
D. Optimalisasi Kelembagaan KEK dalam Meningkatkan Investor
di KEK Sei Mangkei .......................................................................... 118
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 127
A. Kesimpulan ........................................................................................ 127
B. Saran ................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 133
Universitas Sumatera Utara
ix
ABSTRAK
OPTIMALISASI KELEMBAGAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(KEK) DALAM PENGELOLAAN KEK SEI MANGKEI BERDASARKAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG
KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI
Ashri Azhari Baeha*
Bismar Nasution **
Mahmul Siregar***
Dalam rangka mempercepat pembangunan perekonomian di wilayah
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, serta untuk menunjang
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional, dipandang perlu untuk
mengembangkan kawasan Sei Mangkei sebagai kawasan ekonomi khusus.
Provinsi Sumatera Utara dikenal sebagai daerah awal dan sentra industri minyak
sawit nasional. Industri kelapa sawit memegang peranan penting dalam aspek
perdagangan ekspor nasional. Setelah melakukan pengkajian, dewan Nasional
KEK menyetujui usulan pembentukan KEK Sei Mangkei tersebut dan
mengajukan rekomendasi penetapannya kepada Presiden dengan memberlakukan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Sei Mangkei sebagai regulasi atas kawasan tersebut. Sei. Mangkei ditetapkan
sebagai KEK oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dikelola oleh PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan memiliki peran strategis yang dapat
menyerap hingga 83.304 tenaga kerja dan dalam jangka panjang, KEK Sei
Mangkei diharapkan mampu menyerap investasi hingga Rp.3,673 triliun,
sehingga dapat mendorong percepatan dalam segala aspek mulai perekonomian
hingga status sosial masyarakat Sumatera Utara.
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian
hukum normatif dengan pengumpulan data secara penelusuran kepustakaan
(library research) untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, serta bahan hukum tersier, kemudian data dianalisis dengan metode
kualitatif.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus, KEK menjadi lokasi tujuan utama investor
menanamkan modal, dimana penyelenggaraannya diatur melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus. Namun, hingga saat ini, masih minim investor yang datang untuk
berinvestasi di KEK Sei Mangkei. Hal ini berkaitan dengan masih banyaknya
hambatan dalam pembangunan dan pengelolaan KEK. Terutama dalam
permasalahan belum optimalnya kebijakan pemerintah dalam mengembangkan
KEK, sehingga mempengaruhi beberapa faktor penting dalam pembangunan
KEK, diantaranya terhambatnya ketersediaan infrastruktur pendukung di sekitar
KEK Sei Mangkei, fasilitas investasi yang secara khusus dijanjikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
x
investor KEK belum terealisasi, serta regulasi yang belum memberikan kepastian
hukum dapat menyebabkan tumpang tindih peraturan, dan kekosongan
pengaturan, sehingga dapat menimbulkan hambatan yang menjadi kendala-
kendala pada struktur kelembagaan KEK Sei Mangkei dalam melaksanakan
kewenangan, mengambil kebijakan serta dalam melakukan koordinasi antar
lembaga bersama dengan pemerintah. Oleh karena itu, untuk mempercepat
pembangunan, pengembangan serta pengelolaan KEK Sei Mangkei, maka tata
kelola antara pemerintah pusat, daerah bersama dengan kelembagaan KEK harus
saling berkoordinasi dengan efektif agar penyelesaian hambatan-hambatan diatas
dapat diatasi sehingga pelaksanaan pembangunan KEK Sei Mangkei dapat
mencapai sasaran pembentukan dan tujuannya berdasarkan masterplan KEK Sei
Mangkei dapat berjalan secara optimal.
Kata Kunci : KEK Sei Mangkei, Kelembagaan KEK, Optimalisasi, Pengelolaan
* Mahasiswa
** Dosen Pembimbing I
*** Dosen Pembimbing II
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
maka penyelenggaraan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan perlu
dimaksimalkan secara merata berdasar atas demokraksi ekonomi dengan
prinsipnya1 sesuai dengan amanat Pasal 33 ayat 4 Undang-Undang Dasar NRI
Tahun 1945, yang merupakan salah satu landasan dalam penyusunan tata
perekonomian Indonesia.
Dewasa ini, pelaksanaan pembangunan perekonomian nasional bergantung
pada paradigma yang dianut oleh suatu negara. Sebagai negara berkembang,
Indonesia secara berkelanjutan menjalankan pembangunan nasionalnya dengan
berfokus pada pembangunan ekonomi.2 Salah satu aspek yang diperkirakan akan
mampu memberikan kontribusi positif dalam penyelenggaraan perekonomian
nasional adalah dengan mengoptimalisasikan pasar domestik dengan
memanfaatkan potensi sumber daya lokal.3 Hal ini dapat diwujudkan melalui
1Bunyi Pasal 33 ayat 4 Undang-Undang Dasar NRI 1945 menjelaskan bahwa
perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 2Presiden Republik Indonesia, “Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia
2011-2025”, Lampiran Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011, hlm. 1. 3 Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang telah
direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan kewenangan yang seluas-
luasnya kepada daerah dalam mengurus aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi dan
pembangunan untuk kesejahteraan rakyat di daerah yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2
peningkatan penanaman modal sebagai salah satu upaya memacu kekuatan
ekonomi nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat banyak.4
Melalui penanaman modal, potensi sumber kekayaan alam dan manusia
akan dapat mempengaruhi tingkat penerimaan suatu daerah5, antara lain dengan
adanya kebijakan pengembangan ekonomi di wilayah lokal/daerah tertentu guna
menarik potensi pasar domestik dan bahkan pasar internasional serta sebagai daya
dorong untuk meningkatkan pertumbuhan suatu kawasan atau wilayah ekonomi
khusus yang bersifat strategis bagi pengembangan perekonomian nasional.6
Dalam menghadapi tantangan berupa kebutuhan akan modal untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi nasional berkelanjutan, maka diperlukan
langkah strategis yang dapat memaksimalkan arus penanaman modal ke
Indonesia. Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus / Special Economic Zone
(yang selanjutnya disebut dengan KEK) dengan menjadikan suatu kawasan
dengan memiliki kebijakan strategis, diharapkan akan dapat memajukan dan
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui jalur kegiatan penanam modal.7 Upaya
dalam meningkatkan daya tarik pembentukan KEK tersebut merupakan salah satu
amanah dalam penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas
4 Syarifuddin Hasyim, Penanaman Modal Dalam Kerangka Otonomi Daerah, (Banda
Aceh: Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, 2008) hlm. 11 5 Ibid, hlm. 113
6 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
menjadi Undang-Undang, Penjelasan Umum 7 Penanam modal dalam KEK terdiri dari Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanam Modal Asing (PMA), kegiatan dalam penanam modal di KEK dapat berupa penciptaan
lapangan pekerjaan, meningkatkan kapasitas produksi, dan meningkatkan kegiatan perdagangan
baik barang dan jasa. Selanjutnya, dari kerjasama tersebut akan dibangun industri-industri
manufaktur yang memiliki daya saing internasional dan industri lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3
provinsi yang menjadi urusan pemerintah sesuai dengan Pasal 30 Ayat 4 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 Penanaman Modal.
Pengembangan pembentukan KEK bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi
pengembangan ekonomi nasional serta untuk menjaga keseimbangan kemajuan
suatu daerah8. Hal ini dilakukan dengan mengolah potensi ekonomi menjadi
kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri
maupun dari luar negeri.9 Pembangunan KEK merupakan salah satu strategi
Indonesia dalam mendorong kegiatan penanaman modal guna meningkatkan daya
saing Negara Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat ideal bagi
pengembangan pusat perekonomian, logistik serta distribusi yang dilalui oleh jalur
maritim internasional, menjadi salah satu keunggulan Indonesia dalam
membentuk KEK.
Sementara itu, pengembangan kawasan ekonomi di Indonesia bukanlah hal
yang asing. Pada tahun 1970, Indonesia berhasil mengembangkan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1970 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
Selanjutnya, pada tahun 1996 dikembangkan pula Kawasan Berikat (Bounded
Warehouse), lalu dikembangkan Kawasan Industri (KI). Selanjutnya, pada tahun
2007 dikembangkan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).10
8 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Bab XIV, Pasal 31. 9 Syarifuddin Hasyim, Op.Cit., hlm. 11
10 Ayu Prima Yesuari sebagai Tenaga Ahli Muda Kawasan Ekonomi Khusus Deputi V
Kemenko Perekonomian, “Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus”, diakses pada 05 Desember
2017 pukul 20.35 WIB
Universitas Sumatera Utara
4
Syed Muhammad Taufik mengatakan bahwa kawasan-kawasan tersebut
sebenarnya merupakan salah satu manifestasi atau model dari KEK yang
merupakan pengembangan dari kawasan-kawasan ekonomi lainnya yang telah
diatur oleh peraturan perundang-undangan.11
Meskipun demikian, pengembangan
kawasan-kawasan tersebut belum memberikan hasil yang optimal dan masih
terdapat berbagai kendala dalam implementasinya.
Oleh karena itu, pada tahun 2009 pemerintah mengembangkan KEK
dengan mengedepankan berbagai fasilitas yang diharapakan dapat menarik minat
lebih penanam modal/investor untuk berinvestasi di berbagai wilayah di
Indonesia.12
Hal ini merupakan salah satu strategi yang mendorong KEK untuk
dapat meningkatkan penanaman modal karena memiliki dua alasan, yakni
kebijakan-kebijakan khusus dan infrastruktur serta kemudahan13
sebagai sarana
yang berguna dalam strategi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
menarik minat para investor.
Keberhasilan KEK di Negara China14
dan India yang terlebih dahulu
menerapkan KEK memberikan inspirasi bagi Negara Indonesia dalam membentuk
KEK. Bahkan data-data empiris menguraikan bahwa KEK di negara tersebut
mampu menarik para investor, terutama investor asing untuk berinvestasi dan
11
Syarif Hidayat dan Agus Syarip Hidayat (ed.), Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. v. 19 12
Tumpal Sihaloho dan Naufa Muna, “Kajian Dampak Ekonomi Pembentukan Kawasan
Ekonomi Khusus”, diakses dari http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/04/25/-
1366882248.pdf, pada tanggal 23 Desember 2017 pukul 16.51 WIB 13
Akinci, G. & Crittle, J., Special Economic Zones: Performance, Lessons Learned, and
Implications for Zone Development, Foreign Investment Advisory Service (FIAS) (World Bank:
Washington, D.C, Occasional Paper, 2008), hlm. 1 14
Keberhasilan Negara China melalui KEK telah mempercepat reformasi ekonomi Cina
dan menjadikannya terbuka pada dunia luar, dikutip dari Valenshia Destaningtyas, dalam
tulisannya Kawasan Ekonomi Khusus, FH UI, 2010
Universitas Sumatera Utara
5
menciptakan lapangan kerja.15
Pemberlakuan status KEK bagi daerah tertentu
sangat memberikan keuntungan ekonomi secara nasional maupun regional. Hal itu
tak lain karena kemudahan yang didapat para investor, seperti kemudahan
birokrasi, pengaturan khusus di bidang ketenagakerjaan dan keimigrasian, serta
pelayanan yang efisien dan ketertiban di dalam suatu kawasan.16
Pada tahun 2014, berdasarkan RPJMN 2015-2019, KEK diarahkan sebagai
pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan
sebagai penggerak utama pengembangan wilayah.17
KEK sebagai kawasan
strategis diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang
memaksimalkan keuntungan aglomerasi18
dan terletak pada posisi strategis serta
mendapat dukungan dari pemerintah, baik pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota.19
KEK Sei Mangkei yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara resmi
ditetapkan pada Februari 2012 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dan pada Februari 2015
kawasan tersebut resmi memulai operasinya.20
KEK Sei Mangkei atau Sei
Mangkei Special Economic Zone (SEZ) telah dirancang oleh Pemerintah
Indonesia sebagai kluster21
industri untuk industri produk turunan minyak kelapa
15
Akinci, G. & Crittle, J, Loc.Cit 16
Ayu Prima Yesuari, Loc.Cit 17
Tatang Suheri, dkk, “Analisis Triple Helix dalam Kawasan Ekonomi Khusus (Studi Kasus: KEK Sei Mangkei)”, (Bandung: Program Studi Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia, 2017), hlm. 1
18 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Aglomerasi merupakan kegiatan
pengumpulan atau pemusatan dalam lokasi atau kawasan tertentu, diakses melalui
https://kbbi.web.id/aglomerasi, 23 Deseember 2017 pukul 18.58 WIB
19 Tatang Suheri, dkk, Op.Cit, hlm. 2
20 Ibid
21Istilah “klaster (cluster) mempunyai pengertian harfiah sebagai kumpulan, kelompok,
himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atau dasar karakterikstik
tertentu. https://www.scribd.com/document/87728597/Apa-Itu-Klaster-Industri,
diakses pada 23 Desember 2017 pukul 01.47 WIB
Universitas Sumatera Utara
6
sawit dan karet22
dengan memiliki luas sekitar 2.002,77 ha (dua ribu dua koma
tujuh tujuh hektar are) yang terletak di wilayah Kecamatan Bosar Maligas,
Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara.23
Indonesia adalah salah satu negara penyuplai minyak kelapa sawit mentah
(Crude Palm Oil/ CPO) terbesar di dunia. Kebun sawit pertama di Indonesia
dimulai di Sumatera Utara yakni Pulu Raja dan Tanah Itam Ulu tahun 1911.
Industri minyak sawit merupakan industri strategis dalam perekonomian Sumatera
Utara dengan jumlah ekspor komoditas sawit sepanjang tahun 2016, mencapai Rp
240 triliun dengan produksi 25,67 juta ton. Menurut data yang dirilis oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015, Indonesia mengekspor sebesar 26.467.600
ton minyak kelapa sawit.24
Kontribusi ekspor minyak sawit dan turunannya
menyumbang sekitar 50 persen lebih dari total ekspor Sumatera Utara.25
Potensi
tersebut mendorong Pemerintah Indonesia menetapkan Sei Mangkei di Sumatera
Utara sebagai salah satu KEK yang berfokus pada pengembangan industri hilir
berbasis bahan mentah minyak kelapa sawit.
KEK Sei Mangkei memiliki potensi yang cukup besar dalam
pengembangan ekonomi nasional dan daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012
tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei (yang selanjutnya disebut PP
22
Muhammad Riza Febriano, Hariyadi A. Faroby Falatehan dalam “Abstrak Strategi
Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei,
Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Terintegrasi dan Berkelanjutan”. 23
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei 24
Yos Mo, “7 Negara Tujuan Utama Ekspor Minyak Kelapa Sawit dari Indonesia”,
http://www.isw.co.id/single-post/2017/02/27/Negara-Tujuan-Utama-Ekspor-Minyak-Kelapa-
Sawit-dari-Indonesia, diakses pada 23 Desember 2017, pukul 20.15 WIB 25
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Cabang Sumatera Utara, Industri
Minyak Sawit Sumatera Utara Berkelanjutan, (Bogor: PASPI, 2016)
http://paspimonitor.or.id/Adv/sumut.pdf, diakses pada 23 Desember 2017, pukul 23.10 WIB
Universitas Sumatera Utara
7
tentang KEK Sei Mangkei). Usulan pembentukan KEK Sei Mangkei mendapat
persetujuan dari Pemerintah Kabupaten Simalungun yang diajukan oleh
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada Dewan Nasional KEK.26
Berdasarkan
Pasal 3 PP tentang KEK Sei Mangkei, Pemerintah Kabupaten Simalungun
menetapkan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III persero sebagai badan usaha
pengelola yang melakukan pembangunan dan pengelolaan KEK Sei Mangkei
sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (yang selanjutnya disebut PP tentang
Penyelenggaraan KEK). PTPN III sebagai badan usaha pengusul telah memenuhi
kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Khusus (yang selanjutnya disebut UU tentang KEK)
dan Pasal 7 PP tentang Penyelenggaraan KEK.27
Pada tahun 2017, PTPN III mulai melakukan kerjasama dengan PT
KINDRA sebagai anak perusahaan dari PTPN III yang ditunjuk untuk bersama-
sama mengelola KEK Sei Mangkei sebagai badan usaha pengelola KEK.28
Sasaran utama dari berbagai peraturan mengenai pembentukan KEK Sei
Mangkei bertujuan untuk meningkatkan aktivitas ekonomi, dalam hal ini
meningkatkan daya saing ekspor industri hilir kelapa sawit, serta meningkatkan
datangnya para investor Indonesia khususnya bagi Provinsi Sumatera Utara
dengan kawasan strategis yang dimiliki oleh Sei Mangkei. Disamping itu,
pembentukan KEK Sei Mangkei diharapkan dapat mendorong terciptanya
lapangan kerja khususnya bagi masyarakat daerah Sei Mangkei baik dalam hal
26
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei, Penjelasan Umum 27
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei, Penjelasan Umum 28
Tatang Suheri, dkk, Op.Cit., hlm. 4
Universitas Sumatera Utara
8
peningkatan produksi industri hilir kelapa sawit, maupun peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat.
Berdasarkan sasaran-sasaran tersebut, Pemerintah dalam mewujudkan
kegiatan penyelenggaraan KEK Sei Mangkei tidak akan berjalan dengan
sendirinya. Pemerintah telah membentuk Kelembagaan KEK yang terdiri dari
dewan nasional KEK yang berada di tingkat pusat bertugas untuk menyusun
rencana induk nasional KEK. Sedangkan ditingkat provinsi, terdapat dewan
kawasan yang tugasnya mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan dari tugas
administrator KEK, dimana disetiap adanya KEK, terdapat administrator KEK
yang berperan untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian
operasionalisasi KEK.29
Dan pada akhirnya, kegiatan usaha di KEK dikelola oleh
Badan Usaha Pengelola (BUP dalam hal ini KEK Sei Mangkei memiliki PTPN III
sebagai BUP yang menentukan keberhasilan KEK Sei Mangkei dalam menarik
investor atau dalam kelembagaan KEK disebut sebagai Pelaku Usaha yang
memiliki peranan penting dalam mendorong perkembangan industri hilir kelapa
sawit di KEK Sei Mangkei.
Dalam rangka mendorong percepatan daya tarik investor terhadap KEK
Sei Mangkei, kebijakan-kebijakan khusus yang diberikan dalam KEK Sei
Mangkei harus terlihat jelas dan tepat sasaran. Masalah daya tarik investor
merupakan masalah yang krusial dalam ruang lingkup perekonomian nasional.30
Masih minimnya investor yang melakukan kegiatan usaha di dalam KEK Sei
Mangkei dapat disebabkan terdapat berbagai permasalahan yang menghambat
29
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Republik Indonesia,
http://kek.go.id/dewan-nasional-kek, diakses pada 23 Desember 2017, pukul 16.47 WIB
30Haryadi, “Analisis Daya Tarik Investasi”,
https://haryadikamal.files.wordpress.com/2010/07/daya-tarik-investasi.pdf, Universitas Jambi,
Mendalo Darat, hlm. 1, diakses pada 23 Desember 2017, pukul 23.11 WIB
Universitas Sumatera Utara
9
pembangunan dan pengembangan KEK Sei Mangkei. Hambatan tersebut pada
dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua kelompok masalah, yaitu masalah yang
dihadapi dalam kawasan Sei Mangkei itu sendiri dan masalah yang terjadi
berkaitan dengan kelembagaan KEK dalam membangun dan mengelola KEK Sei
Mangkei. 31
Masalah yang dihadapi dalam kawasan Sei Mangkei itu sendiri
diantaranya; masalah infrastuktur, baik dalam kawasan maupun pendukung diluar
kawasan yang masih belum cukup mampu mendukung proses pengembangan
kawasan;32
masalah fasilitas yang belum memadai, berkaitan erat dengan
kebijakan-kebijakan khusus yang telah diatur dalam regulasi KEK, menyebabkan
belum tertariknya investor untuk menanamkan modalnya di KEK Sei Mangkei;33
serta persoalan ketidakpastian hukum terkait kebijakan-kebijakan khusus diatas
dengan ketersediaan regulasi yang masih terbatas dan terlihat tumpang tindih
sehingga menjadi hambatan bagi investor dalam menanamkan modalnya.34
Persoalan ini merupakan faktor penting bagi investor apakah tempat tujuan
berinvestasinya aman atau sudah sesuai dengan regulasi yang telah dibentuk.35
Disamping itu, masalah kelembagaan KEK dalam membangun dan
mengelola KEK Sei Mangkei didasarkan atas hubungan koordinasi antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah sebagai penyelenggara utama dalam
pembangunan KEK. KEK dikembangkan berdasarkan konsep pemerataan dan
31
Wenny Eka Septina, “Penghambat Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus: Kajian
Dalam Aspek Regulasi, Sumberdaya, Dan Kelembagaan”, https://11841-27497-1-PB.pdf, 2016
hlm. 129 32
Tatang Suheri, dkk, Op. Cit vol. 52 33
Tatang Ary Gumanti, Manajemen Investasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), hlm.
242 34
Wenny Eka Septina, Op. Cit hlm. 136 35
Rowland B. F. Pasaribu, Investasi dan Penanaman Modal, hlm. 235 http://investasi-
dan-penanaman-modal.pdf, diakses pada 24 Desember 2017, pukul 12.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
10
berbasis kompetensi daerah. Untuk mensukseskan pembangunan dan pengelolaan
KEK Sei Mangkei, maka upaya dari pemerintah bersama-sama dengan
kelembagaan KEK sebagai stakeholder yang berperan penting dalam
mengembangkan KEK Sei Mangkei perlu dioptimalkan. Pada kenyataannya,
KEK Sei Mangkei belum berperan secara optimal bagi pembangunan ekonomi di
Sumatera Utara, terlebih dikarenakan hubungan antara instansi pemerintah, baik
di tingkat pusat, daerah maupun kementerian yang terkait dalam pengembangan
kawasan tersebut belum optimal, hal ini berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
atas regulasi yang mendukung kewenangan dari masing-masing instansi
pemerintah.
Dalam menjalankan kewenangannya, pemerintah daerah dalam
mengembangkan KEK, harus sejalan dengan otonomi daerah. Oleh karena itu,
tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah jauh lebih besar,
sedangkan pemerintah pusat hanya bertugas untuk memfasilitasi/mendukung
pengembangan Sei Mangkei di tingkat daerah.36
Hal ini berarti, pembagian tugas
dan kewenangan antar tiga unit pemerintahan tersebut harus sesuai dengan tata
kelola yang baik (good governance)37
agar kerjasama dapat dilakukan dengan
maksimal dan optimal sehingga berbagai hambatan yang terjadi dalam
pengelolaan KEK Sei Mangkei ini dapat segera diatasi.
Tujuan dibentuknya KEK Sei Mangkei sebagai pilihan utama lokasi
investasi bagi industri kelapa sawit di Sumatera Utara, seharusnya didukung
dengan keseimbangan kebijakan yang tepat atas kewenangan dari pemerintah
pusat, daerah, kabupaten serta kelembagaan KEK itu sendiri, guna menghindari
36
Wenny Eka Septina, Op. Cit., hlm. 134 37
Tumpal Sihaloho dan Naufa Muna, Op.Cit., hlm. 30
Universitas Sumatera Utara
11
terjadinya tumpang tindih kewenangan yang berkaitan dengan regulasi dalam
pelaksanaan KEK Sei Mangkei. Disamping itu, SDM dari masing-masing
stakeholder tersebut diharapkan telah mengetahui terkait kewenangan yang
dimilikinya. Apabila ketidaktahuan maupun ketidakmampuan terhadap
kewenangan dari masing-masing stakeholder, maka dapat membawa dampak
terhadap permasalahan dalam kelembagaan KEK Sei Mangkei itu sendiri38
, baik
itu dewan nasional, dewan kawasan, adiminstrator, badan usaha pengelola serta
pelaku usaha KEK dalam hal ini berupa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,
Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun, PTPN III bersama PT KINDRA.
Bagaimanapun juga, investasi BUP KEK Sei Mangkei dengan jumlah
yang cukup besar, tidak akan menghasilkan manfaat ekonomi jika investor tidak
masuk dan datang menanamkan modalnya di KEK Sei Mangkei. Pengembangan
KEK Sei Mangkei harus fleksibel serta dinamis mengikuti arah perkembangan
zaman dimana persaingan ekonomi secara globalisasi saat ini sudah memasuki
persaingan melalui kemajuan teknologi dan informasi yang membutuhkan inovasi
dan kreatifitas dari KEK Sei Mangkei itu sendiri agar mampu menciptakan ciri
khas yang dapat menarik daya saing para investor mencakup pasar domestik
maupun internasional39
serta dapat memberikan manfaat dan ekspektasi yang baik
terhadap masyarakat daerah setempat khususnya Sumatera Utara.
Diharapkan, secara keseluruhan, hal tersebut dapat terwujud apabila setiap
stakeholder yang berperan juga masyarakat di sekitar kawasan Sei Mangkei
tentunya dapat saling berinteraksi secara efektif satu sama lain di dalam
38
Tatang Suheri, dkk, Op.Cit., vol. 54 39
Tatang Suheri, dkk, Op.Cit., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
12
mengelola KEK Sei Mangkei,40
sehingga optimalisasi kelembagaan dapat menarik
banyaknya investor menanamkan modalnya serta mendukung industri hilir kelapa
sawit dalam pembangunan daerah khususnya di Sei Mangkei, dan umumnya di
Sumatera Utara.
Sehubungan dengan latar belakang di atas maka penulis mengangkat judul
penelitian mengenai Optimalisasi Kelembagaan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Dalam Pengelolaan KEK Sei Mangkei Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berdasarkan
perundang-undangan di Indonesia?
2. Bagaimana bentuk kelembagaan yang mengelola kawasan ekonomi
khusus (KEK) di Indonesia?
3. Bagaimana optimalisasi kelembagaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
dalam pengelolaan KEK Sei Mangkei berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei?
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan yang akan dicapai dari penulisan skripsi ini, adalah :
1. Mengetahui pengelolaan kawasan ekonomi khusus (KEK) berdasarkan
perundang-undangan di Indonesia.
40
Sari Wahyuni, Competitiveness of Special Economic Zones. Comparison Between
Indonesia, Malaysia, Thailand and China. (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
13
2. Mengetahui bentuk kelembagaan yang mengelola kawasan ekonomi
khusus (KEK) di Indonesia.
3. Mengetahui dan menganalisa apakah sudah optimal kelembagaan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam pengelolaan KEK Sei Mangkei
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 Tentang
Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei?
D. Manfaat Penulisan
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan,41
sehingga
muncul harapan penulis agar penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penulisan skripsi ini diharapkan mampu mengisi ruang-ruang kosong
dalam ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan substansi penulisan
skripsi ini, hingga pada akhirnya skripsi ini memberikan sumbangsih
berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum terkait
pengoptimalan kelembagaan KEK dalam mengelola KEK Sei Mangkei
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
2. Secara Praktis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan infromasi serta
masukan untuk pemerintah, pengusaha, investor, universitas dan pihak
41
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 2010), hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
14
lainnya yang memiliki kepentingan dalam pengelolaan KEK Sei
Mangkei.
E. Keaslian Penulisan
Sebelum melakukan penulisan skripsi ini, penulis terlebih dahulu
melakukan penelusuran pada perpustakaan di lingkungan Fakultas Hukum USU.
Oleh karenanya, keaslian dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan oleh
penulis sendiri dan telah sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung
tinggi secara akademik yaitu kejujuran, rasional, objektif, dan terbuka. Dari
permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini, dapat
dikatakan skripsi ini merupakan karya sendiri yang asli dan bukan jiplakan dari
skripsi orang lain yang diperoleh dari hasil pemikiran, referensi buku-buku,
makalah-makalah, jurnal, media elektronik yaitu internet serta berbagai bantuan
para pihak.
Setelah dilakukan pemeriksaan, selanjutnya perpustakaan Fakultas Hukum
USU mengeluarkan surat pada tanggal 28 Desember 2017 yang menyatakan tidak
ada judul yang sama. Jika terdapat judul skripsi yang hampir sama dengan ini,
akan tetapi substansi pembahasannya berbeda.
Adapun skripsi-skripsi yang dimaksud berjudul “Analisis Hukum
Pengelolaan KEK Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus”, oleh Dwi Susilawati
(2014). Adapun perumusan masalah dalam penelitian penulis tersebut yaitu
penyelenggaraan KEK berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan KEK, kewajiban BUP dalam mengelola KEK dan
hubungan BUP dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
Universitas Sumatera Utara
15
Pengelolaan KEK. Selain itu terdapat judul “Dampak Keberadaan KEK Sei
Mangkei Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Simalungun
(Studi Kasus : Kecamatan Bosar Maligas Dan Kecamatan Bandar)”, oleh Ruth
Aritonang (2015). Adapun perumusan masalah dalam penelitian tersebut yaitu
mengenai peranan dari keberadaan investasi KEK Sei Mangkei dalam aktivitas
ekonomi daerah Simalungun dan tentang pengaruh dari keberadaan KEK Sei
Mangkei dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Simalungun.
Walaupun terdapat kemiripan dengan beberapa judul di atas, namun
terdapat perbedaan signifikan mengenai substansi pembahasan. Penelitian ini
berjudul “Optimalisasi kelembagaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam
pengelolaan KEK Sei Mangkei berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei” secara khusus
membahas lebih dalam mengenai berbagai permasalahan dalam mengelola KEK
Sei Mangkei yang dikelola oleh kelembagaan KEK yang telah diamanatkan sesuai
dengan perundang-undangan apakah kelembagaan tersebut sudah optimal atau
belum. Sedangkan dari kedua judul diatas, dari rumusan masalahnya dapat
diperhatikan bahwa tujuan dari penelitian ini jelas berbeda dengan kedua judul
diatas.
Surat dari Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU
tersebut kemudian dijadikan dasar bagi Prof. Dr. Bismar Nasution S.H, M.Hum.
(Ketua Departemen Hukum Ekonomi) untuk menerima judul yang diajukan oleh
penulis, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan
judul-judul skripsi lain. Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah
melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum
Universitas Sumatera Utara
16
ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Sekalipun ada, hal itu
adalah diluar sepengetahuan penulis dan tentu saja substansinya berbeda dengan
substansi dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah
murni hasil pemikiran Penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-
teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun
media elektronik. Oleh karena itu, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah
karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini, penulis akan melakukan pembatasan atau memberikan
definisi terhadapa beberapa istilah yang akan dibahas dan menjadi fokus utama
penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Optimalisasi
Optimalisasi merupakan hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan,
harapan secara efektif dan efisien.42
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, optimalisasi adalah suatu proses, cara atau perbuatan untuk
menjadikan sesuatu paling baik dan paling tinggi. Optimalisasi adalah
ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan. Optimalisasi hanya dapat
diwujudkan apabila dalam perwujudannya secara efektif dan efisien.43
Dalam hal ini, yang dijadikan untuk menjadi lebih baik serta
perwujudannya secara efektif dan efisien, adalah kelembagaan kawasan
ekonomi khusus (KEK) Sei Mangkei sebagai unsur penyelenggara yang
42
W.J.S. Poerdwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1997), hlm.753 43
Ridwan Nasrulloh, Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, (Skripsi Program Studi Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Medan, 2008) hlm. 12
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50599/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isA
llowed=y, diakses pada 24 Desember 2017, pukul 21.10 WIB
Universitas Sumatera Utara
17
memiliki wewenang dalam mengelola dan memaksimalkan tujuan dari
dibentuknya KEK Sei Mangkei itu sendiri.
2. Kewenangan Suatu Kelembagaan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata kewenangan, diartikan
sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak, kekuasaan membuat
keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada
orang/badan lain.44
Menurut H.D Stout, wewenang adalah pengertian
yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan
sebagai seluruh aturan-aturan berkenaan dengan perolehan dan
penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam
hubungan hukum publik.45
Kewenangan merupakan hak menggunakan
wewenang yang dimiliki seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan
yang berlaku, menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat
dilakukan menurut kaedah-kaedah formal.46
Kewenangan diperoleh melalui tiga sumber, yaitu atribusi, delegasi, dan
mandat. Kewenangan atribusi digariskan melalui pembagian kekuasaan
negara oleh Undang-Undang Dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan
mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan. Atribusi
kewenangan dalam peraturan perundang-undangan adalah pemberian
kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan yang pada
44
Kamal Hidjaz, Efektivitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Sistem Pemerintahan
Daerah Di Indonesia (Makasar: Pustaka Refleksi, 2010), hlm. 35. 45
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013),
hlm. 71. 46
Ibid, hlm. 99
Universitas Sumatera Utara
18
puncaknya diberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945 atau Undang-
Undang kepada suatu lembaga negara atau pemerintah.47
Dalam hal mandat, terjadi pelimpahan dalam rangka hubungan atasan
bawahan yang bersifat rutin.48
Pengertian mandat dalam asas-asas
Hukum Administrasi Negara, diartikan sebagai perintah untuk
melaksanakan perintah atasan, dimana sewaktu-waktu dilaksanakan oleh
pemberi mandat, dan tidak terjadi peralihan tanggung jawab. Dalam hal
delegasi, mengenai prosedur pelimpahannya berasal dari suatu organ
pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lainnya dengan peraturan
perundang-undangan, dengan tanggung jawab dan tanggung gugat
beralih ke delegataris. Setiap perubahan, pencabutan suatu peraturan
pelaksanaan perundang-undangan, dilakukan oleh pejabat yang
menetapkan peraturan dimaksud. Jadi, suatu delegasi selalu didahului
oleh adanya suatu atribusi wewenang.49
Berdasarkan dari penelitian ini, kewenangan kelembagaan KEK yang
dimaksud merupakan kewenangan atribusi yang berasal dari perundang-
undangan yaitu Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
Kelembagaan berupa aturan yang tidak tertulis memiliki pengaruh yang
lebih kuat dibanding dengan aturan tertulis. Kelembagaan mempunyai
sifat yang abstrak dan mengikat. Kelembagaan mengatur secara normatif
kehidupan individu di lingkungan masing-masing. Pentingnya
kelembagaan dalam kehidupan individu dimaknai sebagai sesuatu yang
47
Ibid, hlm. 104. 48
Ibid, hlm.108-109. 49
Ibid, hlm. 104-105.
Universitas Sumatera Utara
19
mampu mendukung dan mendorong individu dalam mengembangkan
kapasitas diri.50
Berdasarkan dari teori kewenangan diatas, bahwa suatu kelembagaan
dalam menjalankan kewenangannya harus sesuai dengan peraturan
perundang-undnagan yang mengikat dari kewenangan tersebut. Untuk
mengukur apakah kewenangan tersebut telah dijalankan dengan baik
berdasarkan peraturan perundang-undangan, maka perlu memperhatikan
hasil kinerja/output dari tujuan kewenangan yang diberikan tersebut.
Berbicara mengenai hasil kinerja atau optimalisasi dari suatu
kelembagaan yang dilakukan berjalan dengan optimal atau tidak, maka
dapat merujuk pada pencapaian atau pengoptimalan dari apa yang telah
dilaksanakan dari suatu kewenangan.
3. Pengelolaan
Pengelolaan berasal dari kata kelola,51
hal. berarti memimpin,
mengendalikan, mengatur, dan mengusahakan supaya lebih baik, lebih
maju dan sebagianya serta bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu.
Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan
dan tujuan memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan dan pencapaian tujuan.52
Menurut Soewarno
Handayaningrat pengelolaan juga bisa diartikan penyelenggaraan suatu
kegiatan. Pengelolaan bisa diartikan manajemen, yaitu suatu proses
50
Aditya Cahya Saputra, “Kelembagaan sebagai pondasi penting membentuk karakter
individu”, https://www.kompasiana.com/aditya.cahya.saputra/kelembagaan-sebagai-pondasi-
penting-membentuk-karakter-individu_54f8b4e0a33311b9188b4721, diakses pada 24 Desember
2017, pukul 21.01 WIB 51
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer Modern
(Jakarta : English Press, 2002) hlm. 695 52
Ibid, hlm. 534
Universitas Sumatera Utara
20
kegiatan yang di mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan-
penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditentukan.53
Menurut Balderton dalam buku Adisasmita, mengemukakan bahwa,
pengelolaan bukan hanya melaksanakan suatu kegiatan, akan tetapi
merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi fungsi-fungsi manajemen,
seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.54
Berdasarkan pengertian pengelolaan oleh beberapa ahli di atas, maka
yang di maksud pengelolaan pada penelitian ini adalah serangkaian
proses atau kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan
(pengorganisasian dan pengarahan), penyelenggaraaan, pengembangan
dan pengawasan atau pengendalian terhadap kemajuan KEK Sei
Mangkei.
4. Kawasan Ekonomi Khusus
Istilah Kawasan Ekonomi Khusus memiliki arti yang cukup luas sebab
dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai jenis zona komersial.
Pabrik-pabrik di Maquiladora, Meksiko, dan seluruh kota Shenzhen
merupakan KEK, meskipun memiliki perbedaan pada struktur dan
ukuran. Istilah ini sudah cukup banyak diketahui sebagai iterasi modern
53
Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Study Administrasi Dan Manajemen (Jakarta :
CV Haji Masagung,1990) hlm. 9 54
Bab II tinjauan pustaka, eprints.uny.ac.id/7900/3/bab2%20-%2006101244019.pdf,
diakses pada 24 Desember 2017 pukul 10.43 WIB
Universitas Sumatera Utara
21
dari zona komerasial bebas, yang mana pertama kali berdiri pada tahun
1959 di Shannon, Irlandia.55
Pemerintah menargetkan pengembangan KEK sebagai salah satu
alternatif solusi untuk masalah-masalah yang terkait dengan iklim
investasi dan bisnis di Indonesia.56
Menurut World Bank, KEK dalam
segala bentuknya terdiri atas, sedikitnya, area yang secara geografis
dibatasi dengan area kepabeanan yang terpisah, dibawahi oleh sebuah
badan pengatur, dan dimana manfaatnya dapat dirasakan oleh mereka
yang berlokasi di dalam kawasan.57
Dengan kata lain, KEK adalah
sebuah zona dimana pemerintah berharap untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan ekspor dan investasi dengan
menyediakan berbagai keunggulan kompetitif bagi entitas yang memilih
untuk berlokasi di dalam zona.
Peraturan Pemerintah Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus belum mengatur secara rinci
mengenai pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian Kawasan
Ekonomi Khusus dengan memberikan pilihan-pilihan tata cara
pembangunan dan pengoperasian Kawasan Ekonomi Khusus.58
Maka
terjadi perubahan mengenai Peraturan Pemerintah tersebut, menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
55
Yose Rizal Damuri, dkk. Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia:
Tinjauan atas Peluang dan Permasalahan (Jakarta : Centre for Strategic and International Studies,
2015) hlm. 13 56
Ibid 57
Akinci, G. & Crittle, J., Op.Cit., hlm. 10-11 58
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus,
Konsideran, Bagian Menimbang.
Universitas Sumatera Utara
22
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus.
5. Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei
KEK Sei Mangkei merupakan kawasan suatu klaster industri hilir yang
berbasis Kelapa Sawit dan terletak di kebun Sei Mangkeii PTPN III,
Kabupaten Simalungun. KEK Sei Mangkei adalah kawasan yang berada
di sentra bahan baku berbasis agro, yang tidak dimiliki kawasan industri
lainnya di Indonesia. Lahan seluas 104 hektar dalam kawasan tersebut
akan terus dikembangkan menjadi 3000 hektar dimasa yang akan
datang. Jarak dari KEK Sei Mangkei menuju Jalan Lintas Sumatera
kurang lebih 10 Km, dan jarak ke Pelabuhan Kuala Tanjung kurang lebih
40 Km serta jarak ke Bandara Internasional Kuala Namu kurang lebih
110 Km.59
Kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan ekonomi
khusus oleh dewan nasional KEK berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Dalam suatu penulisan skripsi, posisi metodologi sangatlah penting
sebagai suatu pedoman. Metodologi merupakan logika yang menjadi
dasar suatu penelitian ilmiah.60
Penelitian yang dilakukan dalam hal ini
adalah penelitian hukum yuridis-normatif.61
Jenis penelitian yang
digunakan dalam penulisian skripsi ini adalah penelitian hukum normatif
59
PTPN III (Holding), Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei,
http://www.ptpn3.id/index.php/id/medias/berita/20-peningkatan-signifikan-di-sektor
agrowisata?showall=1, diakses pada 03 Desember 2017, pukul 17.45 WIB 60
Soerjono Soekanto, Op. cit., hlm. 6. 61
Ibid.hlm. 9-10.
Universitas Sumatera Utara
23
atau kepustakaan, karena penelitian hukum ini meneliti peraturan
perundang-undangan, dan sumber data yang digunakan berasal dari data
sekunder. Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian
norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah
atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang
perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat.62
Penelitian ini menggunakan sifat penelitian dari sudut tujuan
penelitian deskripitif, dimana bertujuan untuk memberikan data-data
seteliti mungkin tentang subjek-subjek yang berperan dalam penelitian
ini dengan keterkaitannya terhadap gejala-gejala yang terjadi. Penelitian
ini dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Desain penelitian ini
digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang
sedang dihadapi pada situasi saat ini, dimaksudkan untuk memberikan
data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala
lainnya.63
2. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitain ini adalah data sekunder
yang terdiri dari:
a. Bahan Hukum Primer
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
62
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai
Bahan Ajar, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm.54. 63
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia-Press), 1986, hlm. 137.
Universitas Sumatera Utara
24
2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik
Negara
3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus
6) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
7) Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
8) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Sei Mangkei
9) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal
10) Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia
Nomor Per-04/MBU/09/2017 tentang Perubahan Atas Perubahan
Atas Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik
Indonesia Nomor Per-03/MBU/08/2017 tentang Pedoman Kerjasama
Badan Usaha Milik Negara
11) Peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan.
Universitas Sumatera Utara
25
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, seperti misalnya literatur yang
diperoleh dari perpustakaan seperti bahan bacaan, buku-buku, jurnal-
jurnal, skripsi, tesis, dan artikel-artikel lain yang berhubungan dengan
pengelolaan kawasan ekonomi khusus.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, contohnya adalah kamus, ensiklopedia dan sebagainya.
d. Bahan Non Hukum
Di samping bahan-bahan hukum, skripsi ini juga akan menggunakan
bahan non hukum. Penggunaan bahan non hukum ini bertujuan untuk
memperluas wawasan dalam proses pembuatan skripsi ini. Studi yang
dilakukan dengan menggunakan bahan non hukum seperti interview
atau wawancara dengan narasumber-narasumber yang terkait dengan
skripsi ini. Narasumber antara lain dengan bapak Revondy Brahmana,
S.H.,M.Hum selaku Staff Administrasi Bisnis Perusahaan di dalam
Kantor PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu
kebenaran dalam penulisan skripsi, dalam hal ini digunakan metode
pengumpulan data sekunder dengan cara studi kepustakaan (library
research), yaitu mempelajari dan menganalisis data secara sistematis
Universitas Sumatera Utara
26
melalui buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, internet, peraturan
perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
materi yang dibahas dalam skripsi ini. Hasil dari kegiatan pengkajian
tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari
hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini
adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-
pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian.64
Selain itu, penulis juga menggunakan
metode wawancara sebagai bagian dari data primer yang penulis
gunakan untuk mendukung data dari penelitian ini dimana wawancara
dilakukan di kantor PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) bersama
Bapak Revondy Brahmana, S.H.,M.Hum selaku staff administrasi
bisnis perusahaan di kantor tersebut.
4. Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis
kemudian dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode
deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca,
menafsirkan, dan membandingkan, sedangkan metode induktif
dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan
dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang
sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Analisis data
dapat dirumuskan sebagai suatu proses penguraian secara sistematis
dan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu, dimana analisis
64
Ibid, hlm 24
Universitas Sumatera Utara
27
memiliki kaitan erat dengan pendekatan masalah yuridis normatif.
Sesuai dengan metode pendekatan yang diterapkan, maka data yang
diperoleh dari penelitian ini selanjutnya akan dianalisis terhadap
sumber-sumber data yang dilakukan secara menyeluruh dan
komprehensif65
. Metode penafsiran dipergunakan untuk
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkait dan kepastian hukum
dari pengelolaan KEK Sei Mangkei.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini ditulis secara sistematis agar memberikan kemudahan
bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Adapun
sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I memuat pendahuluan yang menggambarkan secara umum tentang
latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Bab II memuat tentang pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus
berdasarkan perundang-undangan di Indonesia. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub
bab, yakni mengenai tinjauan umum dari kawasan ekonomi khusus, usulan,
penetapan dan pembangunan KEK, dan membahas tentang pengelolaan KEK
secara umum.
Bab III memuat tentang kelembagaan dari KEK itu sendiri yang terdiri
atas dewan nasional KEK, dewan kawasan, administratur KEK, badan usaha
pengelola serta pelaku usaha KEK.
65
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20,
(Bandung, Alumni: 1994), hlm. 152.
Universitas Sumatera Utara
28
Kemudian, bab IV akan memuat profil singkat mengenai sejarah singkat
pembentukan KEK Sei Mangkei, membahas infrastruktur kawasan dan juga
pendukung diluar kawasan serta kegiatan investasi yang dilakukan oleh pelaku
usaha. Selain itu, di bab ini akan diuraikan mengenai masalah-masalah yang
dihadapi KEK Sei Mangkei, baik itu tentang ketersediaan dan kecukupan
infrrastruktur, fasilitas investasi, regulasi sebagai pendukung keberhasilan KEK
Sei Mangkei, serta masalah yang dihadapi oleh kelembagaan KEK dalam
mengelola KEK Sei Mangkei. Sehingga diakhir pembahasan akan membahas
tentang optimalisasi kelembagaan KEK dalam pengelolaan KEK Sei Mangkei
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
Akhirnya, bab V memuat kesimpulan dan saran. Bab ini berisi kesimpulan
dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran yang mungkin berguna dan
dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB II
PENGELOLAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS BERDASARKAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
A. Tinjauan Umum Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
1. Tujuan Pembentukan KEK
Memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan dari
pembentukan pemerintahan negara. Amanat tersebut, telah diuraikan dalam
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
merupakan amanat konstitusi yang mendasari pembentukan seluruh peraturan
perundang-undangan di bidang perekonomian.66
Berkaitan dengan hal
tersebut, kegiatan penanaman modal menjadi bagian dari salah satu upaya
untuk memajukan kesejahteraan umum melalui penyelenggaraan
perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan survei United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD) pada Juni 2017 lalu, menyampaikan bahwa pada
tahun 2017-2019 mendatang, Negara Indonesia menempati urutan ke 4
(empat) sebagai negara tujuan kegiatan penanaman modal setelah negara
Amerika Serikat, China dan India.67
Posisi ini sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang, meskipun
66
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Bagian Umum 67
Yoga Sukmana, “UNCTAD: Dari Posisi 8, Indonesia Kini Posisi 4 Negara Tujuan
Investasi”,http://ekonomi.kompas.com/read/2017/06/08/120000726/unctad.dari.posisi.8.indonesia.
kini.posisi.4.negara.tujuan.investasi, diakses pada 25 Desember 2017, pukul 11.43 WIB
Universitas Sumatera Utara
30
kesiapan dari Indonesia masih harus diperhatikan melihat masih banyaknya
hambatan yang terjadi terhadap peningkatan kegiatan penanaman modal.
Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi
nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan
kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi68
dan geostrategis69
.
Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri70
,
ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi
sebagai urgensi mempercepat pengembangan dan pertumbuhan ekonomi
nasional serta untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah. KEK
merupakan kawasan tertentu, dimana diberlakukan ketentuan khusus
didalamnya, baik di bidang kepabeanan, perpajakan, perijinan, keimigrasian
dan ketenagakerjaan.71
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diketahui
bahwa tujuan pembentukan KEK antara lain adalah untuk membantu atau
mendukung perekonomian lokal, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki
struktur industri di lokasi tersebut, guna meningkatkan ekspor serta cadangan
devisa.72
Secara umum, KEK dapat dikatakan sebagai bagian utama dan
terpenting dari kerangka kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
68
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasann
Ekonomi Khusus, yang dimaksud dengan “geoekonomi” adalah kombinasi faktor ekonomi dan
geografi dalam perdagangan internasional, Penjelasan Pasal 2 69
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasann
Ekonomi Khusus, yang dimaksud dengan “geostrategi” adalah kombinasi faktor geopolitik
(pengaruh faktor geografi, ekonomi, dan demografi dalam politik luar negeri suatu negara) dan
strategi yang memberikan peran tertentu pada suatu kawasan geografis, Penjelasan Pasal 2 70
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasann
Ekonomi Khusus, Kegiatan industri” adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, kegiatan rancang bangun, dan perekayasaan industry, Penjelasan Pasal 2 71
Tumpal Sihaloho dan Naufal Muna, Op.Cit., hlm. 4 72
Ibid
Universitas Sumatera Utara
31
melalui ekspansi industri ekspor. Alasan dari penerapan kebijakan ini
dikarenakan KEK dapat menciptakan industri yang kompetitif dalam sebuah
negara. Industri yang dimaksud, kemudian dapat meluas dan bervariasi. KEK
dapat menjadi alat yang berguna sebagai strategi pertumbuhan ekonomi untuk
meningkatkan daya saing industri dan menarik foreign direct investment
(FDI).73
Dengan adanya KEK, pemerintah dapat membentuk dan membangun
serta memperluas ekspor dengan tetap memelihara batas perlindungannya,
menciptakan lapangan kerja dan untuk mengarahkan kebijakan baru. KEK
memberi ruang kepada pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap
perusahaan pada pembagian infrastruktur dan pengawasan lingkungan.74
KEK diharapkan mampu meningkatkan kegiatan penanaman modal dan
mendorong daya saing internasional.
Secara nasional, tujuan yang ingin dicapai KEK meliputi pemerataan
ekonomi, terutama dari sudut pandang pendapatan, dan daya saing produk
nasional. Sesuai dengan konsep pembentukan KEK, dibutuhkan persiapan
yang menyeluruh serta komitmen dari seluruh yang berkepentingan dalam
mendukung pelaksanaan kegiatan di kawasan tersebut. Harapan yang
diberikan pemerintah terhadap KEK tidak berlebihan mengingat banyak
negara yang telah sukses meningkatkan pertumbuhan penanaman modal
ekonomi di negaranya melalui pembentukan KEK.75
Dengan demikian
apabila tercapai, KEK akan menjadi sangat penting dalam peningkatan
investasi asing di Indonesia serta dapat mendorong daya saing internasional.
73 Akinci, G. & Crittle, J., Op.Cit., hlm. 1 74 Ibid 75
Ukay Karyadi, KEK Indonesia Sebagai Kawasan Pertumbuhan, http://ukay-
karyadi.blogspot.co.id/2009/01/keki-sebagai-kawasan-pertumbuhan.html, diakses pada 27
Desember 2017, pukul 17.56 WIB
Universitas Sumatera Utara
32
2. Persyaratan Pembentukan KEK
KEK adalah sebuah zona dimana pemerintah berharap untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat melalui peningkatan ekspor dan
investasi dengan menyediakan berbagai keunggulan kompetitif bagi entitas
yang memilih untuk berlokasi di dalam zona tersebut.76
Zona merupakan area
di dalam KEK dengan batas tertentu yang pemanfaatannya sesuai dengan
peruntukannya.77
Adapun zona yang terdapat dalam KEK sebagai berikut:78
a. Pengolahan ekspor
Zona pengolahan ekspor diperuntukkan bagi kegiatan logistik dan
indusri yang produksinya ditujukan untuk ekspor.
b. Logistik
Zona logistik diperuntukkan bagi kegiatan penyimpanan, perakitan,
penyotiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan, dan
perekondisian permesinan dari dalam negeri dan luar negeri.
c. Industri
Zona industri diperuntukkan bagi kegiatan industri yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi,
serta agroindustri dengan nilai yang lebih tinggi, termasuk rekayasa
industri yang produksinya untuk ekspor dan/atau untuk dalam
negeri.79
76
Yose Rizal Damuri, dkk. Op.Cit., hlm. 14 77
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus, Pasal 1 angka (2) 78
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 3. 79
Dinas Pemerintahan “Standar Penyelenggaraan Infrastruktur Dalam Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK)”. (Jakarta: Kawasan Ekonomi Khusus 2011). hlm. 9
Universitas Sumatera Utara
33
d. Pengembangan teknologi
Zona ini diperuntukkan bagi kegiatan riset dan teknologi, rancang
bangun, rekayasa, teknologi terapan, pengembangan perangkat lunak,
serta jasa di bidang teknologi informasi.
e. Pariwisata
Zona pariwisata diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk
mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan,
pameran, serta kegiatan yang terkait.
f. Energi
Zona energi diperuntukkan untuk kegitan riset dan pengembangan di
bidang energi serta produksi dari energi alternatif, energi terbarukan,
dan energi primer.
g. Ekonomi lain
Zona ekonomi lain diperuntukkan untuk kegiatan lain sebagaimana
dimaksud yang ditetapkan oleh Dewan Nasional.
Berdasarkan ketentuan perundang-undangan, untuk lokasi yang dapat
diusulkan menjadi KEK harus memenuhi beberapa kriteria yang telah
ditetapkan. Adapun kriteria tersebut antara lain sebagai berikut:80
a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi
mengganggu kawasan lindung;
Rencana Tata Ruang Wilayah meliputi budidaya yang
peruntukkannya berdasarkan peraturan daerah rencana tata ruang
80
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab II, Pasal 4
Universitas Sumatera Utara
34
wilayah kabupaten/kota dapat digunakan untuk kegiatan Kawasan
Ekonomi Khusus.81
b. Pemerintah provinsi/kabupaten/kota mendukung KEK;
Menurut Prof. Winarmi Monoarfa, berhasilnya lokasi KEK, harus
sesuai dengan RTRW baik Provinsi maupun RTRW Kabupaten dan
didukung penuh oleh pemerintah daerah.82
Untuk memperoleh
dukungan pemerintah provinsi dan/atau pemerintahkabupaten/kota,
maka persyaratan yang harus dipenuhi paling sedikit meliputi: 83
1) Adanya komitmen rencana pemberian insentif berupa pembebasan
atau keringanan pajak dan retribusi daerah
2) Pendelegasian kewenangan di bidang perizinan, fasilitas, serta
kemudahannya.
c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan
internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di
Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;
Posisi yang dimaksud tersebut merupakan lokasi yang memiliki akses
ke pelabuhan atau bandar udara atau tempat lain yang melayani
kegiatan perdagangan internasional dengan memiliki akses yang
mudah.
81
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab II, Pasal 8. 82
Dwi Susilawati, Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus, (Skripsi Program Studi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan,
2014), hlm. 23 83
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab II, Pasal 9.
Universitas Sumatera Utara
35
d. Mempunyai batas yang jelas.
Diperlukan batas yang jelas atau nyata yang membatasi KEK dengan
area luar untuk membedakan KEK dengan area lainnya agar tidak
terjadi permasalahan. Batas tersebut dapat berupa batas alam, seperti
gunung, sungai, ataupun batas buatan yang sengaja dibuat untuk
dijadikan penanda, misalnya tembok yang mengelilingi KEK.84
Sebelum menetapkan sebuah kawasan menjadi KEK, pemerintah
harus memperhatikan segala aspek demi kelangsungan KEK agar dapat
berkembang sebagaimana yang diharapkan. Kebijakan-kebijakan
pembentukan KEK tersebut hendaknya didasarkan atas beberapa
pertimbangan sebagai berikut :85
a. Daerah yang dijadikan KEK memiliki keuntungan secara ekonomi.
Pada dasarnya, bagi penanam modal yang terpenting adalah
mendapatkan keuntungan. Dengan demikian diperlukan lokasi KEK
yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi bagi penanaman
modal tersebut.86
84
Hasil wawancara dengan direktur perencanaan sarana, prasarana, jasa dan kawasan,
BKPM Bpk Ir. Syofyan Syafiudin pada tanggal 17 Maret 2010, Valenshia Destaningtyas,
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal dan
Daya Saing Internasional (Dalam Skripsi Program Studi Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Depok, 2010) 85
Valenshia Destaningtyas, Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia Sebagai Upaya
Peningkatan Penanaman Modal dan Daya Saing Internasional, (Dalam Skripsi Program Studi
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2010), hlm. 32 86
Hasil wawancara dengan direktur perencanaan sarana, prasarana, jasa dan kawasan,
BKPM Bpk Ir. Syofyan Syafiudin pada tanggal 17 Maret 2010, Valenshia Destaningtyas,
Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal dan
Daya Saing Internasional (Dalam Skripsi Program Studi Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Depok, 2010)
Universitas Sumatera Utara
36
b. Kepastian hukum
Kepastian hukum merupakan salah satu pertimbangan utama bagi
penanam modal. Arus penanaman modal asing bersifat fluktuatif,
tergantung dari iklim penanaman modal negara yang bersangkutan.87
Menurut lawrence M. Friedman, disamping kepastian hukum berupa
struktur dan substansinya, budaya hukum merupakan unsur terpenting
dari sistem hukum. Tegaknya peraturan hukum tergantung kepada
budaya hukum masyarakatnya.88
Oleh karena itu, kepastian hukum
harus meliputi setiap aspek substansi hukum, mulai dari peraturan
perundang-undangan tersebut juga harus memberikan kepastian
hukum.89
c. Memiliki potensi untuk diintegrasikan dengan industri pendukung.
Industri pendukung merupakan hal yang cukup penting dalam KEK.
Salah satu tujuan dari dibentuknya KEK itu sendiri yakni untuk
memajukan daerah di sekitarnya, dimana industri pendukung tersebut
juga berada di daerah sekitar KEK. Sehingga KEK yang akan
dibentuk harus memiliki potensi untuk diintegrasikan dengan industri
pendukung tersebut agar KEK berjalan dengan baik.90
d. Diupayakan pada kawasan yang memiliki infrastruktur yang baik dan
relatif berkembang.
87
Pancras J. Nagy, Country Risk, How to Asses Quantify and Monitor
(London:Euronomy Publications, 1979) hlm. 54, Dikutip dari Erman Rajagukguk (A), Hukum
Investasi di Indonesia Pokok Bahasan (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006),
hlm. 40 88
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi. (Bandung: CV Nuansa Aulia. 2010) hlm. 32-33 89
Erman Rajagukguk (A), Op.Cit., hlm. 49-50 90
Valenshia Destaningtyas, Hasil wawancara, Loc.Cit
Universitas Sumatera Utara
37
Infrastruktur yang baik dan berkembang menjadi salah satu daya tarik
bagi penanam modal untuk menanamkan modalnya ke suatu tempat.
Namun, syarat tersebut bukanlah hal yang mutlak karena tidak harus
selalu daerah yang telah memiliki infrastruktur yang berkembang yang
dapat dijadikan KEK. Pembangunan KEK juga dapat dilakukan di
kawasan yang masih merupakan tanah kosong dengan catatan adanya
fasilitas dalam bentuk jaminan insentif dari pemerintah kepada para
investor yang ingin menanam modal di kawasan tersebut sebagai
penyeimbang kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.91
3. Kelebihan KEK Dibandingkan dengan Kawasan Lainnya
Sebelum adanya KEK, sebagai salah satu strategi utama yang
digunakan pemerintah Indonesia dalam menetapkan wilayah-wilayah
tertentu sebagai kawasan strategis selama 40 tahun terakhir, Indonesia telah
melakukan pengembangan kawasan strategis, yang berada pada periode dan
lokasi yang berbeda-beda.92
Secara singkat, sejarah pengembangan kawasan
strategis di Indonesia dimulai pada tahun 1970, berikut adalah penjelasan
mengenai kawasan strategis tersebut :93
a. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB)
KPBPB didefinisikan sebagai suatu kawasan yang berada dalam
wilayah hukum Indonesia yang terpisah dari daerah pabean, yang
didesain untuk mengembangkan beberapa sektor perekonomian,
seperti perdagangan, jasa, dan manufaktur, dan ditujukan untuk
meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar
91
Ibid 92
Yose Rizal Damuri, dkk., Op.Cit., hlm. 18 93
Ibid, hlm. 19
Universitas Sumatera Utara
38
internasional. Daerah kawasan ini minimal dilengkapi dengan jalan
antar kavling, saluran pembuangan limbah dan gardu listrik yang
cukup besar untuk menampung kebutuhan pengusaha yang diharapkan
akan berlokasi di tempat tersebut.94
Kawasan ini merupakan zona
yang diperuntukkan untuk kegiatan perdagangan serta jasa
perdagangan maupun kegiatan industri sepanjang ditujukan untuk
menunjang perdagangan. Zona di kawasan ini tidak diperbolehkan
adanya kegiatan komersial95
atau pemukiman umum.
b. Kawasan Berikat (KB)
KB didefinisikan sebagai suatu wilayah dengan batasan tertentu yang
digunakan untuk menimbun barang impor dan/atau barang yang
berasal dari tempat lain dalam daerah pabean, yang akan digunakan
sebagai input dalam proses produksi barang ekspor dengan
mensyaratkan adanya akses langusng terhadap sarana transportasi
udara dan laut yang langsung mengarah pada perdagangan
internasional. Pulau Batam adalah contoh dari baik KPBPB maupun
Kawasan Berikat. Zona di kawasan ini tidak diperbolehkan adanya
kegiatan komersial96
atau pemukiman umum.
c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
KAPET didefinisikan sebagai suatu wilayah geografis dengan batas-
batas tertentu yang memenuhi tiga persyaratan: (1) memiliki potensi
untuk cepat tumbuh, (2) mempunyai sektor unggulan yang dapat
94
Ini bedanya KEK bonded dan FTZ, http://nasional.kontan.co.id/news/ini-bedanya-kek-
bonded-zone-dan-ftz, diakses tanggal 26 Desember 2017, pukul 13.53 WIB 95
Kegiatan komersial seperti hotel, duty free shop, dan pariwisata dapat dimungkinkan
keberadaannya di dalam kawasan sepanjang ditujukan untuk wisatawan asing. 96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya, (3)
memiliki potensi pengembalian investasi yang besar. Berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun 2000 tentang Penetapan
Lokasi KAPET, ditetapkan terdapat 14 (empat belas) KAPET, yang
terdiri dari 12 KAPET di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan 2
(dua) KAPET di Kawasan Barat Indonesia (KBI).97
KAPET
direncanakan sebagai strategi untuk pemerataan pembangunan dan
motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, terutama di Indonesia
Timur.
d. Kawasan Industri (KI)
KI didefinisikan sebagai tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan KI yang telah memiliki
izin usaha Kawasan Industri. Fokus pengembangan KI adalah untuk
memicu pertumbuhan dan daya saing sektor manufaktur di daerah. 98
Sekalipun demikian, pengembangan dari keempat kawasan tersebut
belum memberikan hasil yang optimal dan masih terdapat kendala dalam
implementasinya. Untuk itu, pemerintah mengembangkan KEK dengan
mengedepankan berbagai fasilitas yang menarik minat lebih penanam modal
untuk berusaha di berbagai wilayah di Indonesia. Pemerintah menargetkan
pengembangan KEK sebagai salah satu alternatif solusi untuk masalah-
masalah yang terkait dengan iklim investasi dan bisnis di Indonesia.
97
Alviansaf, “Mengenal Kawasan Ekonomi dan Strategis Nasional (Telaah Singkat KAPET
dan KEK)”, https://alviansaf.wordpress.com/2013/08/19/mengenal-kawasan-ekonomi-dan-strategis-
nasional-telaah-singkat-kapet-dan-kek/, diakses pada 24 Desember 2017, pukul 13.32 WIB 98
Marsudi Djojodipuro. Pengembangan Kawasan Industri Dalam Meningkatkan
Investasi di Kota Semarang. (Semarang. Universitas Diponegoro, 2007), hlm 74
Universitas Sumatera Utara
40
Didalam KEK, dapat dibentuk KPBPB dan KB dan sebagainya.99
Secara umum, KEK, KAPET, dan KPBPB adalah sama, dimana sebenarnya
masing-masing kawasan merupakan kawasan ekonomi dengan ketentuan
khusus, akan tetapi terdapat beberapa pengaturan yang menjadikan KAPET
dan KPBPB berbeda dengan KEK. KPBPB hanya memiliki jangka waktu
selama 70 tahun sejak ditetapkan sebagai KPBPB, sedangkan KEK dapat
terus beropasi tanpa ada batasan waktu tertentu.100
KAPET memiliki kelemahan dalam proses pembentukannya, yakni
pemerintah pusat yang menentukan suatu daerah menjadi KAPET. Berbeda
dengan KEK, proses pembentukannya dilakukan atas usulan oleh
pemerintah daerah setempat yang kemudian diajukan ke dewan nasional.
Hal ini menjadi keuntungan tersendiri karena terjadi komunikasi yang baik
antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat serta pemerintah pusat tidak
perlu memaksakan adanya kehendak untuk menjadikan suatu daerah sebagai
sebuah kawasan Ekonomi.101
Sesuai dengan Pasal 48 ayat (1) UU No. 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus, menjelaskan bahwa ketika peraturan tersebut
berlaku, KPBPB, yaitu Batam, Bintan, dan Karimun, sebelum atau sesudah
jangka waktu yang ditetapkan berakhir, dapat diusulkan menjadi KEK
sesuai dengan ketentuan tersebut dan ketentuan peraturan perundang-
undangan lain. Namun, jika KPBPB tidak diusulkan menjadi KEK,
KPBPB akan berakhir sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
Selain itu, dalam pasal 49 menjelaskan bahwa ketika status KPBPB
99
Valenshia Destaningtyas, Op.Cit., hlm. 31 100
Ibid 101
Ibid, hlm. 32
Universitas Sumatera Utara
41
beralih, maka Undang-Undang tentang KPBPB tersebut dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Berikut matrik yang menjelaskan beberapa perbedaan antara KEK,
KPBPB dan KAPET terkait fasilitas dan kemudahan yang diberikan :102
102
Ibid, hlm. 35
Aspek KAPET KPBPB KEK
Dasar
Hukum
1. Keppres No. 150
Tahun 2000
tentang KAPET.
2. PP No. 20 Tahun
2000 tentang
Perlakuan
Perpajakan di
KAPET.
3. PP No. 147 Tahun
2000 tentang
Perubahan PP No.
20 Tahun 2000
tentang Perlakuan
Perpajakan di
KAPET.
1. UU No. 36
Tahun 2000
tentang KPBPB
2. UU No. 44
Tahun 2007
tentang
Perubahan UU
No. 36 Tahun
2008
1. UU No. 39 Tahun
2009 tentang KEK
2. PP No. 2 Tahun 2011
tentang
Penyelenggaraan KEK
3. PP No. 100 Tahun
2012 tentang
Perubahan Atas PP
No. 2 Tahun 2011
tentang
Penyelenggaraan KEK
Fasilitas
dan
Perlakuan
Khusus
1. Pembebasan fiskal
untuk jangka
waktu 10 tahun.
2. Pajak deviden
(PPh) sebesar 10%
3. Fasilitas-fasilitas
yang diberikan KB
yang berlokasi di
dalam KAPET
akan mendapatkan
perlakuan khusus
yang sama dengan
perusahaan di
dalam KB di luar
area KAPET.
1. Diberikan dari
bea masuk dan
cukai untuk
ekspor dan
impor yang
dilakukan.
2. Dibebaskan dari
PajakPertambah
an Nilai (PPN)
3. Tidak dipungut
PajakPertambah
an Nilai Barang
Mewah
(PPnBM)
1. Pajak Penghasilan
(PPh).
2. Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
3. PPN dan PpnBM atas
barang yang diimpor.
4. PPh impor.
5. Penangguhan bea
masuk.
6. Pembebasan cukai
untuk bahan baku dan
bahan penolong
produksi.
7. Penyerahan barang
kena pajak dari tempat
lain di dalam daerah
pabean ke KEK tidak
dikenakan PPN dan
PPnBM.
8. Pengurangan atau
pembebasan pajak dan
retribusi.
Universitas Sumatera Utara
42
Berdasarkan matrik diatas, perbedaan yang cukup signifikan adalah
terdapat pada insentif fiskal yang diberikan di dalam KEK dengan skema
insentif yang paling menyeluruh dan lebih luas cakupannya dibandingkan
dengan lainnya. Karena secara khusus salah satu tujuan dibentuknya KEK
adalah untuk mendorong daya saing nasional melalui ekspor barang olahan
(processed goods), maka zona pengolahan ekspor di dalam KEK juga
mendapat insentif fiskal yang berbeda dengan jenis-jenis zona lainnya.
4. Perkembangan KEK di Indonesia
Pengembangan KEK ditujukan untuk mempercepat perkembangan
daerah dan sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk
pertumbuhan ekonomi antara lain: industri, pariwisata, dan perdagangan
sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.103
Program KEK di Indonesia
saat ini telah berjalan selama kurang lebih lima tahun. Namun, program
tersebut masih belum berjalan dengan baik, meskipun terdapat dua kawasan
yang secara resmi telah beroperasi.
Perkembangan KEK saat ini berfokus pada pemerataan daerah,
dikarenakan lebih mengutamakan pemilihan lokasi daerah tertinggal,
meskipun juga memperhatikan karakteristik lokasi, terutama pada
ketersediaan sumber daya alam.104
Berkaitan dengan hal itu, KEK
menyediakan lokasi bagi UMKM dan koperasi agar dapat mendorong
terjadinya keterkaitan dan sinergi hulu hilir dengan perusahaan besar, baik
sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung pelaku usaha lain. Secara
103
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus, Penjelasan Umum 104
Yose Rizal Damuri, dkk, Op.Cit., hlm. 70
Universitas Sumatera Utara
43
umum pengembangan KEK di Indonesia mempunyai empat sasaran utama
yang dituju oleh pemerintah, yaitu sebagai berikut :105
a. Peningkatan penanaman modal/investasi melalui penyiapan
kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis
b. Optimalisasi kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan
ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi,
c. Menunjang percepatan pembangunan daerah, melalui
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru untuk
mencapai keseimbangan pembangunan antar wilayah,
d. Mewujudkan model baru pengembangan kawasan untuk
pertumbuhan ekonomi sehingga dapat menciptakan lapangan
pekerjaan.
Pada tahun 2015, terdapat 8 (delapan) wilayah KEK telah ditetapkan di
seluruh Indonesia. Kedelapan wilayah tersebut adalah KEK Sei Mangkei di
Sumatera Utara, KEK Tanjung Api-Api di Sumatera Selatan, KEK Tanjung
Lesung di Banten, KEK Mandalika di Nusa Tenggara Barat, KEK Maloy
Batuta Trans Kalimantan (MBTK) di Kalimantan Timur, KEK Palu di
Sulawesi Tengah, KEK Bitung di Sulawesi Utara, dan KEK Morotai di
Maluku Utara. Masing-masing KEK tersebut memiliki peruntukan zona
yang berbeda sesuai dengan potensi wilayah. Terdapat 6 (enam) dari 8
(delapan) KEK tersebut memiliki zona industri, hanya dua KEK yang tidak
105
Ibid, hlm. 43
Universitas Sumatera Utara
44
memiliki zona industri106
, dan hanya mengandalkan zona pariwisata107
, yaitu
KEK Tanjung Lesung dan KEK Mandalika. Sementara itu, 6 (enam) KEK
lainnya saat ini masih dalam tahap pembangunan dan persiapan untuk
memulai operasinya. Keenam KEK tersebut seluruhnya resmi ditetapkan
oleh dewan nasional sebagai KEK melalui Peraturan Pemerintah pada tahun
2014. Dengan demikian, menurut undang-undang, keenam KEK tersebut
harus memulai operasi paling lambat tahun 2017. Pada tahun 2017,
perkembangan KEK semakin luas menjadi sebelas kawasan, dimana telah
terdapat KEK Sorong, KEK Tanjung Kelayang dan KEK Arun
Lhoksumawe sebagai pembaharuan yang telah ditetapkan pemerintah
untuk mengoptimalkan potensi ekonomi di wilayah-wilayah tersebut
melalui KEK. Berikut gambar dari beberapa KEK yang telah diuraikan
diatas :108
106
Zona industri diperuntukkan bagi kegiatan industri yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi, serta agroindustri dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri yang
produksinya untuk ekspor dan/atau untuk dalam negeri. KEK diharapkan menciptakan keterkaitan
(linkage) yang kuat dan sinergi sub-sektor baik. http://kek.go.id/kek-industri, diakses pada 30
Desember 2017, pukul 14.30 WIB 107
Indonesia memiliki kekayaan alam dengan keanekaragaman jenis atraksi wisata alam
kelas dunia. Zona pariwisata diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk mendukung
penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, pameran serta kegiatan terkait.
http://kek.go.id/kek-pariwisata, diakses pada 30 Desember 2017, pukul 14.30 WIB 108
Laporan Tahun Kawasan Ekonomi Khusus Tahun 2016, http://kek.go.id/laporan-
akhir-tahun, diakses pada 02 Januari 2018, pukul 12.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
45
B. Usulan, Penetapan dan Pembangunan KEK
1. Usulan Pembentukan KEK
Dalam tahap pengusulan untuk pembentukan KEK, perlu dilengkapi
dokumen sesuai dengan format yang ditentukan oleh Dewan Nasional dan
ditandatangani oleh pimpinan yang mewakili badan usaha, bupati/walikota
mewakili pemerintah kabupaten/kota dan gubernur yang mewakili dari
pemerintah provinsi.109
Lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area
baru atau area perluasan KEK yang sudah ada dengan telah memenuhi
kriteria lokasi KEK.110
Yang dapat mengusulkan pembentukan KEK kepada
dewan nasional adalah: 111
109
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II, Pasal 4 ayat 2 110
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 6 111
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II, Pasal 4 ayat 1
Gambar 1
Peta Perkembangan dan Penyebaran Wilayah KEK di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
46
a. Badan usaha yang didirikan di Indonesia;
Lokasi yang diusulkan untuk pembentukan KEK oleh badan usaha
harus berada dalam satu wilayah kabupaten/kota; atau lintas wilayah
kabupaten/kota,112
dimana usulan tersebut disampaikan melalui
pemerintah provinsi setelah memperoleh persetujuan pemerintah
kabupaten/kota.113
Untuk usulan lokasi KEK yang berada dalam satu
wilayah kabupaten/kota, badan usaha mengajukan permohonan
persetujuan kepada bupati/walikota114
disertai dengan dokumen usulan
yang lengkap.115
Jika pemerintah kabupaten/kota menolak
permohonan yang disampaikan oleh badan usaha, penolakan
disampaikan secara tertulis kepada Badan Usaha disertai alasannya.116
Dan jika usulan permohonan diterima, maka pemerintah
kabupaten/kota meneruskan usulan tersebut kepada pemerintah
provinsi dengan menyertakan komitmen pemerintahan kabupaten/kota
mengenai rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau
keringanan pajak daerah dan retribusi daerah serta kemudahan.117
Untuk KEK yang berlokasi dalam lintas wilayah kabupaten/kota,
badan usaha mengajukan permohonan kepada gubernur disertai
112
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 4 ayat 4 113
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 12 ayat 1 114
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 13 ayat 1 115
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II. Pasal 13 ayat (2) huruf b. 116
Jika alasan tersebut karena belum terpenuhinya dokumen usulan yang dipersyaratkan,
maka Badan Usaha dapat menyampaikan kembali permohonan tersebut setelah terpenuhinya
seluruh dokumen usulan yang dipersyaratkan. 117
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 13 ayat (4)
Universitas Sumatera Utara
47
seluruh dokumen terkait persyaratan. Dimana gubernur akan
berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota mengenai usulan
wilayah yang akan dijadikan sebagai bagian dari lokasi KEK.118
Jika
pemerintah kabupaten/kota menolak usulan pembentukan KEK dari
pemerintah provinsi, maka pemerintah kabupaten/kota akan
menyampaikan penolakan secara tertulis kepada pemerintah provinsi
disertai alasannya.119
Dan apabila usulan pembentukan disetujui, maka
pemerintah kabupaten/kota akan menyampaikan persetujuannya
kepada pemerintah provinsi serta menyertakan komitmen
pemerintahan kabupaten/kota mengenai rencana pemberian insentif
berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah
serta kemudahan.120
Hal selanjutnya dilakukan, pemerintah provinsi
menyampaikan usulan pembentukan KEK tersebut kepada dewan
nasional disertai dengan dokumen usulan pembentukan KEK.121
b. Pemerintah Kabupaten/Kota;
Usulan ini diatur dalam Pasal 20 dan Pasal 21 PP tentang
Penyelenggaraan KEK. Lokasi yang diusulkan tersebut harus berada
dalam satu wilayah kabupaten/kota,122
yang disampaikan melalui
118 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 17 ayat (1) 119 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 17 ayat (2) 120 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 17 ayat (4) 121 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 18 122
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 4 ayat 5
Universitas Sumatera Utara
48
pemerintah provinsi123
, untuk disampaikan kepada dewan nasional
disertai dokumen usulan pembentukan KEK.124
c. Pemerintah Provinsi;
Usulan KEK harus berada pada lintas wilayah kabupaten/kota,125
yang diatur dalam Pasal 22 – Pasal 25 PP tentang Penyelenggaraan
KEK. Dimana, usulan tersebut disampaikan setelah mendapat
persetujuan pemerintah kabupaten/kota126
dengan menyampaikan
rencana pembentukan KEK pada lintas wilayah kabupaten/kota
tersebut yang wilayahnya akan menjadi bagian dari lokasi KEK.127
Jika pemerintah kabupaten/kota menolak, penolakan disampaikan
secara tertulis kepada pemerintah provinsi disertai alasannya. Apabila
disetuji, pemerintah kabupaten/kota menyertakan komitmen
pemerintahan kabupaten/kota mengenai rencana pemberian insentif
berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah
serta kemudahan.128
Berdasarkan persetujuan dari masing-masing
pemerintah kabupaten/kota, maka pemerintah provinsi menyampaikan
usulan tersebut kepada dewan nasional disertai seluruh dokumen.129
123 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 20 ayat (1) 124
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 21 125 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 4 ayat 6 126
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 22 ayat (1) 127
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 23 128
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 24 129
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 25
Universitas Sumatera Utara
49
d. Kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.
Usulan oleh kementerian/lembaga pemerintah non kementerian
diatur dalam Pasal 26 PP tentang Penyelenggaraan KEK. Usulan
tersebut disampaikan kepada dewan nasional secara tertulis sesuai
format yang ditentukan oleh dewan nasional dan ditandatangani oleh
menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian dengan disertai
persyaratan dokumen.130
Penyampaian usulan yang disampaikan
terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota dengan membawa persyaratan dokumen
sesuai dengan Pasal 26 ayat (2) PP tentang Penyelenggaraan KEK.
2. Penetapan KEK
Penetapan KEK dilakukan oleh dewan nasional KEK atas pengusulan
yang telah disampaikan oleh badan usaha, pemerintah kabupaten/kota,
pemerintah provinsi ataupun kementrian/lembaga pemerintah non
kementrian. Penetapan KEK mencakup pengaturan mengenai kajian
terhadap usulan pembentukan KEK, persetujuan atau penolakan pengusulan
KEK, dan rekomendasi pembentukan KEK kepada Presiden.131
Dewan nasional dapat menyetujui atau menolak usulan pembentukan
KEK setelah melakukan pengkajian atas usulan.132
Sebagai dasar
persetujuan atau penolakan pengusulan KEK, diatur mengenai kajian
130
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 26 ayat 1 131
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran
Kawasan Ekonomi Khusus, Penjelasan Umum 132
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus, Bab III Pasal 7
Universitas Sumatera Utara
50
kriteria lokasi yang dapat ditetapkan sebagai KEK133
serta kajian
kebenaran dan kelayakan isi dokumen yang telah dipersyaratkan.134
Setelah semua dokumen dikumpulkan, dewan nasional KEK akan
memberikan keputusan dalam 45 hari apakah wilayah tersebut ditetapkan
sebagai KEK atau tidak. Dalam hal tertentu, pemerintah dapat menetapkan
suatu wilayah sebagai KEK tanpa melalui proses pengusulan.135
Apabila dewan nasional menolak, penolakan disampaikan secara
tertulis kepada pengusul disertai dengan alasan.136
Jika dewan nasional
menyetujui pembentukan KEK, dewan nasional mengajukan rekomendasi
pembentukan KEK kepada Presiden disertai dengan rancangan peraturan
pemerintah tentang penetapan suatu lokasi sebagai KEK untuk ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.137
KEK yang
telah ditetapkan harus siap beroperasi paling lambat 3 (tiga) tahun sejak
tanggal pembentukan KEK ditetapkan.138
3. Pembangunan KEK
Dalam hal pembangunan KEK, berdasarkan Pasal 12 UU tentang
KEK dijabarkan bahwa KEK harus siap beroperasi dalam waktu paling
lama 3 (tiga) tahun sejak ditetapkan, dan jika setelah 3 (tiga) tahun KEK
belum beroperasi, maka Dewan Nasional akan melakukan evaluasi terkait
133
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran
Kawasan Ekonomi Khusus, Penjelasan Umum 134
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran
Kawasan Ekonomi Khusus, Bab III, Pasal 27 ayat (2) huruf b 135
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus, Bab III Pasal 8 136
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran
Kawasan Ekonomi Khusus, Bab III, Pasal 28 ayat (4) 137
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab III, Pasal 28 ayat (3) 138
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab III, Pasal 29
Universitas Sumatera Utara
51
pembangunan KEK dengan cara melakukan perubahan atas usulan
sebelumnya; memberikan perpanjangan waktu paling lama 2 (dua)
tahun139
; dan/atau mengambil langkah penyelesaian masalah
pembangunan KEK. Pembangunan KEK memperoleh pembiayaan dari:140
a. Badan usaha;
b. Kerjasama pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota dengan Badan Usaha;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah; dan/atau
d. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pembangunan KEK meliputi kegiatan:141
a. Pembebasan tanah untuk lokasi KEK;
Pembebasan tanah untuk lokasi KEK dilakukan oleh:142
1) Badan usaha dalam hal KEK diusulkan oleh badan usaha;
2) Pemerintah provinsi dalam hal KEK diusulkan oleh pemerintah
provinsi;
3) Pemerintah kabupaten/kota dalam hal KEK diusulkan oleh
pemerintah kabupaten/kota;
139
Dalam hal perpanjangan waktu jika KEK belum siap beroperasi karena bukan dari kelalaian atau karena force majeure, Dewan Nasional dapat memberikan perpanjangan waktu setelah mendapat pertimbangan dari Dewan Kawasan.
140 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab IV,
Pasal 31 141
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab III, Pasal 30 142
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab III, Pasal 32 ayat (1)
Universitas Sumatera Utara
52
4) Kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dalam hal
KEK diusulkan oleh kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian;
Tanah untuk lokasi KEK yang dibebaskan oleh badan usaha baik
berbentuk koperasi atau swasta dapat diberikan hak atas tanah berupa hak
guna bangunan.143
Sedangkan tanah untuk lokasi KEK yang dibebaskan
oleh BUMN, BUMD, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
atau kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, kepada BUMN,
BUMD, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dapat diberikan hak
atas tanah berupa hak pakai atau hak pengelolaan.144
b. Pelaksanaan Pembangunan Fisik KEK.
Berdasarkan penetapan KEK, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, atau kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian menetapkan badan usaha untuk melakukan pembangunan
KEK145
sekaligus ditetapkan sebagai badan usaha pengelola.146
Badan
Usaha melaksanakan pembangunan dan pengelolaan KEK
berdasarkan perjanjian dengan pemerintah provinsi atau pemerintah
kabupaten/kota. Perjanjian tersebut memuat : lingkup pekerjaan;
jangka waktu; penyelesaian perselisihan; dan pemutusan atau
143 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab III, Pasal 32 ayat (2) 144
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab III, Pasal 32 ayat (3) 145
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab III, Pasal 33 146
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab IV,
Pasal 34 A ayat (2)
Universitas Sumatera Utara
53
pengakhiran perjanjian.147
Dalam melaksanakan pembangunan KEK,
berdasarkan pasal 36 PP tentang Penyelenggaraan KEK, badan usaha
memiliki beberapa ketentuan yang harus dilakukan demi
melaksanakan kelangsungan dan kelancaran dalam pembangunan
KEK. Dimana ketentuan tersebut dapat berupa:148
1) Badan Usaha yang melaksanakan pembangunan KEK harus
menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan pembangunan
kepada pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau
kementerian/lembaga pemerintahan non kementerian setiap 12 (dua
belas) bulan.
2) Badan Usaha harus menyampaikan laporan status kesiapan KEK
kepada pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau
kementerian/lembaga pemerintahan non kementerian untuk
dinyatakan siap operasi oleh Dewan Nasional pada jangka waktu
paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak KEK ditetapkan.
3) Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau
kementerian/lembaga pemerintahan non kementerian sebagaimana
dimaksud diatas meneruskan laporan perkembangan pelaksanaan
pembangunan KEK dan laporan status kesiapan KEK kepada
dewan nasional melalui dewan kawasan.
Pelaksanaan pembangunan KEK setiap tahun dilakukan evaluasi
oleh dewan nasional dimana hasil evaluasi disampaikan kepada pengusul
147
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus,, Bab IV,Pasal 35 148
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus,, Bab IV, Pasal 36
Universitas Sumatera Utara
54
untuk ditindaklanjuti.149
Dewan nasional melakukan evaluasi yang
disampaikan oleh dewan kawasan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
kerja.150
Berdasarkan evaluasi tersebut, dewan nasional dapat :151
1) memberikan perpanjangan waktu pembangunan KEK; atau
2) menyampaikan usulan pencabutan penetapan KEK kepada
Presiden disertai dengan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
pencabutan Peraturan Pemerintah tentang penetapan suatu lokasi
sebagai KEK.
Apabila KEK belum dapat juga beroperasi, dewan nasional
mengajukan usulan pencabutan penetapan KEK kepada Presiden disertai
dengan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang pencabutan Peraturan
Pemerintah tentang penetapan suatu lokasi sebagai KEK.152
C. Pengelolaan KEK
Pelaksanaan pengelolaan KEK didasarkan pada perjanjian antara badan
usaha pengelola dengan pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, atau
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.153
1. Pengelola KEK
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan KEK, pengelolaan KEK dilakukan oleh:154
149
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab IV, Pasal 37 150
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab IV Pasal 40 Ayat 1 151
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab IV Pasal 40 Ayat 3 152
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran
Kawasan Ekonomi Khusus, Bab IV, Pasal 41 153
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus, Penjelasan Umum
Universitas Sumatera Utara
55
a. Administrator;
Administrator dibentuk oleh dewan kawasan dengan memiliki
tugas dalam hal perizinan usaha yang diperlukan pelaku usaha
berkaitan dengan mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan
usaha di KEK; serta melakukan pengawasan dan pengedalian
operasionalisasi KEK yang dilakukan oleh badan usaha pengelola
KEK.155
Dalam mengelola KEK berkaitan dengan operasonalisasi
KEK, administrator KEK melakukan laporan operasionalisasi tersebut
secara berkala setiap 6 (enam) bulan dalam setahun yang disampaikan
kepada dewan nasional ataupun dewan kawasan ketika memerlukan
perkembangan dari operasionalisasi KEK tersebut ataupun dalam hal
melakukan penilaian apabila terdapat kondisi yang harus segera
dilaporkan.
b. Badan Usaha pengelola.
Salah satu hal penting yang harus dilaksanakan dalam mengelola
KEK agar berjalan dengan baik, bergantung kepada bagaimana
kegiatan usaha di kawasan tersebut diselenggarakan. Badan usaha
pengelola KEK sebagai badan yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan usaha KEK ditetapkan pada saat pembangunan suatu
kawasan dinyatakan oleh dewan nasional siap untuk beroperasi
154
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran
Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 42 155
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran
Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V Pasal 43
Universitas Sumatera Utara
56
sebagai KEK. Badan usaha pengelola KEK tersebut dapat berbentuk
berupa :156
1) Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah;
2) Badan Usaha koperasi;
3) Badan Usaha swasta; atau
4) Badan Usaha patungan antara swasta dan/atau koperasi dengan
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah
kabupaten/kota.
Badan Usaha pengelola melaksanakan pengelolaan KEK berdasarkan
perjanjian pengelolaan KEK, yang ditandatangani bersama antara badan
usaha dengan pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, atau
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian sesuai dengan
kewenangannya.157
Perjanjian tersebut paling sedikit memuat:
1) lingkup pekerjaan;
2) jangka waktu;
3) standar kinerja pelayanan;
4) sanksi;
5) pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa;
6) pemutusan perjanjian oleh pemerintah kabupaten/kota,
pemerintah provinsi, atau kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian dalam hal tertentu;
7) manajemen operasional KEK;
8) pengakhiran perjanjian;
9) pertanggungjawaban terhadap barang milik negara/daerah;
156
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 47 157
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V,
Pasal 49
Universitas Sumatera Utara
57
10) serah terima aset atau infrastruktur oleh Badan Usaha pengelola
kepada kementerian/lembaga pemerintah non kementerian,
pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota setelah
kerjasama pengelolaan berakhir; dan
11) kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan
pelayanan kepabeanan dan cukai.
Berdasarkan pasal 48 PP Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
KEK menjabarkan bahwa apabila terdapat pengelolaan yang dilakukan oleh
BUMN/BUMD dengan barang milik negara/daerah dalam pengelolaan KEK
tersebut, maka pengelolaannya dapat dilakukan dengan mekanisme
penyertaan modal negara/daerah kepada suatu BUMN/BUMD serta tidak
memerlukan perjanjian pengelolaan KEK seperti yang telah diuraikan diatas.
2. Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pelaksanaan dan pembinaan PTSP di KEK dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan penanaman modal158
yang
diselenggarakan oleh administrator. Dalam rangka mendekatkan dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta mempersingkat proses
pelayanan guna mewujudkan pelayanan yang cepat, mudah, murah,
transparan, pasti, dan terjangkau, maka dilaksanakan suatu PTSP untuk
menyatukan proses pengelolaan pelayanan baik yang bersifat pelayanan
Perizinan dan Nonperizinan.159
Dalam menyelenggarakan PTSP di KEK, administrator mendapat
pendelegasian wewenang dari menteri/kepala lembaga pemerintah non
158
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 46 159
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Konsiderat Bagian Menimbang
Universitas Sumatera Utara
58
kementerian, gubernur, atau bupati/walikota yang memiliki kewenangan
perizinan, fasilitas, dan kemudahan; dan menteri/kepala lembaga pemerintah
non kementerian, gubernur, atau bupati/walikota yang berwenang
mengeluarkan perizinan, fasilitas, dan kemudahan di KEK dapat menunjuk
penghubung dengan administrator.160
Tujuan dibentuknya PTSP sebagai one
stop service di KEK adalah sebagai berikut:161
a. Meningkatkan pelayanan perizinan dan non perizinan
b. Memberikan kemudahan kepada investor untuk mendapatkan layanan
perizinan dan non perizinan
c. Meningkatkan kepastian pelayanan perizinan dan non perizinan
d. Meningkatkan pelayanan investasi kepada investor dalam bentuk
pelayanan investasi 3 jam.
Penyelenggaraan PTSP di daerah berdasarkan Peraturan Presiden Nomor
27 Tahun 2009 Tentang PTSP di Bidang Penanaman Modal dilakukan oleh
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Penyelenggaraan PTSP
oleh pemerintah provinsi dilaksanakan oleh PDPPM (Perangkat Daerah
Provinsi bidang Penanaman Modal) setelah mendapat pendelegasian
wewenang pemberian Perizinan dan Nonperizinan di bidang Penanaman
Modal yang menjadi urusan pemerintah provinsi,162
sedangkan untuk
penyelenggaraan PTSP oleh pemerintah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh
PDKPM (Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal)
setelah mendapat pendelegasian wewenang pemberian perizinan dan
160
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 44 161
Pelayanan Perizinan 3 Jam, http://kek.go.id/perizinan, diakses pada 02 Januari 2018,
pukul 13.40 WIB 162
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di
Bidang Penanaman Modal, Pasal 11 ayat (2)
Universitas Sumatera Utara
59
nonperizinan di bidang Penanaman Modal yang menjadi urusan pemerintah
kabupaten/kota.163
Pelaksanaan PTSP tersebut memiliki lima strategi dalam
melakukan pelayanannya, antara lain :164
a. Ketepatan waktu dalam penyelesaian proses perizinan
b. Meningkatkan kualitas pelayanan secara profesional
c. Melakukan pembinaan dan pengembangan kepada administrator
d. Mengedepankan pemanfaatan sistem informasi untuk
mempercepat pelayanan
Dengan adanya sistem PTSP, sangat diharapkan baik ditingkat pusat
maupun daerah dapat menciptakan penyederhanaan perizinan dan percepatan
penyelesaiannya. Diharapkan Pemerintah daerah tempat lokasi KEK terutama
dapat memberikan berbagai fasilitas penunjang investasi dengan maksimal.
Hal ini dapat berpengaruh dalam bentuk pengurangan pajak dan retribusi
daerah, serta PTSP yang dijalankan oleh Administrator KEK dapat
memudahkan investor untuk mengurus perizinan usaha, sehingga tidak perlu
lagi mengurus perizinan kepada masing-masing badan pemerintah daerah.
3. Evaluasi Pengelolaan
Evaluasi pengelolaan dilakukan oleh dewan kawasan berdasarkan atas
laporan yang disampaikan oleh adiministrator, dimana hasil evaluasi tersebut
nantinya akan disampaikan kepada adiministrator kembali dan juga kepada
dewan nasional.165
Hasil evaluasi tersebut berguna untuk melakukan
163
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di
Bidang Penanaman Modal, Pasal 12 ayat (2)
164 Prosedur Investasi, http://kek.go.id/prosedur-investasi, diakses pada 05 Januari 2018
pukul 12.45 WIB 165
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab VI, Pasal 50
Universitas Sumatera Utara
60
pengendalian operasionalisasi KEK.166
Berdasarkan hasil evaluasi dewan
kawasan maka dewan nasional akan melakukan penilaian terhadap
operasionalisasi KEK yang mana pelaksanaanya dapat berupa :167
a. memberikan arahan kepada Dewan Kawasan untuk peningkatan
kinerja operasionalisasi KEK;
b. melakukan pemantauan terhadap operasionalisasi KEK; dan/atau
c. memberikan rekomendasi mengenai langkah tindak lanjut
operasionalisasi KEK berupa:
pemutusan perjanjian pengelolaan KEK badan usaha pengelola
perbaikan manajemen operasional KEK dalam hal badan usaha
pengelola merupakan Badan Usaha pengusul yang melakukan
kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha;
pengusulan pencabutan penetapan KEK.
Berkaitan dari uraian diatas, terdapat rekomendasi pemutusan perjanjian
pengelolaan KEK yang disampaikan oleh dewan nasional kepada dewan
kawasan, apabila badan usaha pengelola tersebut antara lain:168
a. tidak memenuhi standar kinerja pelayanan;
b. dinyatakan pailit;
c. melakukan kegiatan yang menyimpang dari izin usaha dan izin lain
yang diberikan; dan/atau
d. mengajukan permohonan pemberhentian sebagai Badan Usaha
pengelola KEK.
166
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab VI, Pasal 51 167
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab VI, Pasal 52 ayat (2) 168
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab VI, Pasal 52 ayat (3)
Universitas Sumatera Utara
61
Selain itu, terdapat rekomendasi pencabutan penetapan KEK
disampaikan oleh dewan nasional kepada Presiden apabila dalam
pengoperasian KEK :
a. tidak dilakukan perbaikan kinerja
b. terdapat dampak negatif skala luas terhadap lingkungan di
sekitarnya;
c. menimbulkan gejolak sosial ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya;
dan/atau
d. terjadi pelanggaran hukum di KEK.
Apabila status badan usaha pengelola dicabut, maka pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, atau kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian melakukan proses penetapan badan usaha pengelola yang baru
dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah pencabutan badan
usaha pengelola.169
Oleh karena itu, pengelolaan KEK sementara dilakukan
oleh pemerintah provinsi/lembaga pemerintah non kementerian sampai
dengan penetapan badan usaha pengelola yang baru.
169
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab VI, Pasal 53
Universitas Sumatera Utara
62
BAB III
KELEMBAGAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Untuk menyelenggarakan Kawasan Ekonomi Khusus, dibentuk lembaga
penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan
Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk administrator KEK di
setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian
operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan
Pelaku Usaha.
Gambar 2
Struktur Kelembagaan KEK di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
63
A. Dewan Nasional
Dalam menyelenggarakan pengembangan KEK, maka di tingkat nasional
dibentuk dewan nasional KEK. 170
Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) UU tentang
KEK, dewan nasional KEK dibentuk melalui keputusan presiden, yaitu Keputusan
Presiden Nomor 8 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional Kawasan Ekonomi
Khusus. Dewan nasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden171
dan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Presiden secara
berkala atau sewaktu-waktu bila diperlukan, dimana segala biaya yang diperlukan
untuk pelaksanaan tugasnya dibebankan pada anggaran belanja kementerian
koordinator bidang perekonomian.172
Dewan Nasional KEK terdiri atas menteri dan kepala lembaga pemerintah
non-kementerian173
yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, beranggotakan menteri dan kepala lembaga pemerintah non
kementrian174
yang sekurang-kurangnya menangani urusan pemerintahan di
bidang pembinaan pemerintahan daerah, keuangan, perindustrian, pekerjaan
umum, perdagangan, perhubungan, tenaga kerja, perencanaan pembangunan
nasional, dan koordinasi penanaman modal. Melalui Keputusan Presiden Nomor 8
Tahun 2010 tentang Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus dibentuk
170
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab I, Pasal 1 ayat (3) 171
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab IV Pasal 15 ayat (2) 172
Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional Kawasan Ekonomi
Khusus, Konsiderat, Bagian Memutuskan 173
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab IV, Pasal 14 ayat (2) 174
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab IV, Pasal 16 ayat (1)
Universitas Sumatera Utara
64
keanggotaan dari dewan nasional yang di ketuai oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, yaitu sebagai berikut :175
1. Menteri Keuangan;
2. Menteri Perdagangan;
3. Menteri Perindustrian;
4. Menteri Dalam Negeri;
5. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
6. Menteri Perhubungan;
7. Menteri Ketenagakerjaan;
8. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional;
9. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus, Dewan Nasional KEK mempunyai tugas sebagai
berikut :
1. Menyusun Rencana Induk Nasional KEK;
2. Menetapkan kebijakan umum serta langkah strategis untuk
mempercepat pembentukan dan pengembangan KEK;
3. Menetapkan standar infrastruktur dan pelayanan minimal dalam KEK;
4. Melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk dijadikan
KEK;
5. Memberikan rekomendasi pembentukan KEK;
6. Mengkaji dan merekomendasikan langkah pengembangan di wilayah
yang potensinya belum berkembang;
175
Dewan nasional KEK, http://kek.go.id/dewan-nasional-kek, diakses pada 05 Januari
2018, Pukul 12.25 WIB
Universitas Sumatera Utara
65
7. Menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan,
pengelolaan, dan pengembangan KEK; dan
8. Memantau dan mengevaluasi keberlangsungan KEK serta
merekomendasikan langkah tindak lanjut hasil evaluasi kepada
Presiden, termasuk mengusulkan pencabutan status KEK.
Berdasarkan pasal 5 Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, dewan
nasional KEK dapat membentuk tim pelaksana guna membantu dewan nasional,
yang keanggotaannya adalah pejabat esalon 1 (satu) dari kementrian dan lembaga
pemerintah non kementerian terkait yang terdiri atas: Ketua tim pelaksana, wakil
ketua I tim pelaksana, wakil ketua II tim pelaksana dan wakil ketua III tim
pelaksana. Keanggotaan dewan nasional memiliki tugas sebagai berikut :176
1) Membantu Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus dalam
merumuskan kebijakan kawasan ekonomi khusus;
2) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional KEK.
Disamping itu, dewan nasional juga membentuk sekretariat dewan
nasional yang bertanggungjawab kepada ketua dewan nasional dan secara
administratif berkedudukan di kementerian koordinator bidang perekonomian.
Sekretariat Dewan Nasional mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan dan
pelayanan teknis operasional dan administratif kepada dewan nasional, serta
pembinaan terhadap seluruh unsur dalam lingkungan sekretariat dewan nasional
KEK. Selain tugas tersebut, sekretariat dewan nasional KEK juga aktif untuk
memastikan bahwa KEK yang berdaya saing dapat terwujud melalui fasilitasi dan
176
Tim Pelaksana Dewan Nasional KEK, http://kek.go.id/tim-pelaksana, diakses pada 05
Januari 2018, 19.43 WIB
Universitas Sumatera Utara
66
koordinasi penyelesaian faktor, yang meliputi: regulasi, standar dan pedoman,
infrastruktur wilayah, sumber daya manusia, serta sosialisasi dan promosi. Dalam
menyelenggarakan tugasnya, sekretariat dewan nasional menyelenggarakan
fungsinya sebagai berikut:177
1. Pemberian dukungan teknis operasional kepada Dewan Nasional;
2. Pemberian pelayanan administrasi penyusunan rencana dan program
kerja Dewan Nasional;
3. Penyelenggaraan kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi
administrasi kegiatan dan tindak lanjut pelaksanaan tugas dewan
nasional;
4. Pemberian pelayanan administrasi kerja sama dewan nasional dengan
lembaga pemerintah dan pihak lain yang terkait;
5. Pemberian pelayanan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data
serta penyusunan laporan kegiatan Dewan Nasional; dan
6. Penyelenggaraan administrasi keanggotaan Dewan Nasional serta
pembinaan organisasi, administrasi ketatausahaan, kepegawaian,
keuangan, sarana dan prasarana Sekretariat Dewan Nasional.
Berdasarkan Pasal 17 Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, tata kerja
dari dewan nasional yaitu mengadakan rapat konsultasi dengan ketua dewan
kawasan minimal 1 (satu) kali dalam kurun waktu 2 (dua) tahun.178
Selain itu,
juga melaksanakan sidang, minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun yang
dipimpin oleh ketua dewan nasional serta dihadiri para anggota. Dalam
177
Sekretariat Dewan Nasional KEK, http://kek.go.id/sekretariat, diakses pada 05 Januari
2018 pukul 19.30 WIB
178 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab IV, Pasal 17
Universitas Sumatera Utara
67
persidangan tersebut, dewan nasional dapat mengundang menteri, kepala lembaga
pemerintah non kementrian, gubernur, bupati/walikota atau pejabat tertentu serta
unsur-unsur lainnya yang terkait untuk hadir turut serta dalam melaksanakan
upaya pengembangan KEK.179
B. Dewan Kawasan
Dewan kawasan merupakan dewan yang dibentuk di tingkat provinsi
untuk membantu dewan nasional dalam penyelenggaraan KEK. Dewan kawasan
diusulkan oleh dewan nasional kepada Presiden untuk ditetapkan melalui
keputusan presiden dan bertanggung jawab kepada dewan nasional. Secara
organisatoris, dewan kawasan terdiri atas: ketua, yaitu gubernur, wakil ketua,
yaitu bupati/walikota, dan anggota, yaitu unsur pemerintah di provinsi yang
menganangi urusan pemerintahan di bidang perpajakan, pertanahan dan
keimigrasian; serta unsur pemerintah daerah yang menangani urusan
perekonomian dan perencanaan pembangunan daerah di pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota.180
Dewan kawasan mempunyai tugas membantu
dewan nasional yaitu sebagai berikut:181
1. Melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh dewan
nasional untuk mengelola dan mengembangkan KEK di wilayahnya;
2. Membentuk administrator KEK di setiap KEK;
179 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010
Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 16 180 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010
Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 20 181
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab IV, Pasal 21
Universitas Sumatera Utara
68
3. Mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan mengoordinasikan
pelaksanaan tugas administrator KEK dalam penyelenggaraan sistem
pelayanan terpadu satu pintu dan operasionalisasi KEK;
4. Menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam
pelaksanaan kegiatan KEK di wilayah kerjanya;
5. Menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional
setiap akhir tahun; dan
6. Menyampaikan laporan insidental dalam hal terdapat permasalahan
strategis kepada Dewan Nasional.
Dalam melaksanakan tugasnya, dewan kawasan dapat:182
1. Meminta penjelasan Administrator KEK mengenai pelaksanaan sistem
pelayanan terpadu satu pintu serta pengawasan dan pengendalian
operasionalisasi KEK;
2. Meminta masukan dan/atau bantuan kepada instansi Pemerintah atau
para ahli sesuai dengan kebutuhan; dan/atau
3. Melakukan kerja sama dengan pihak lain sesuai dengan kebutuhan.
Disamping itu, dalam mendukung pelaksanaan tugasnya, dewan kawasan
membentuk sekretariat dewan kawasan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada ketua dewan kawasan.183
Sekretariat dewan kawasan
secara ex-officio dilaksanakan oleh unit kerja / perangkat daerah provinsi yang
182
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab IV, Pasal 22 183
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010
Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II, Pasal 21
Universitas Sumatera Utara
69
menangani tugas dan fungsi di bidang investasi atau perdagangan. Dimana
sekretariat dewan kawasan menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut:184
1. Memberikan dukungan teknis operasional kepada Dewan Kawasan;
2. Memberikan pelayanan administrasi dalam penyusunan rencana dan
program kerja dewan kawasan;
3. Menyelenggarakan kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi
administrasi kegiatan dan tindak lanjut pelaksanaan tugas dewan
kawasan;
4. Memberikan pelayanan administrasi dalam kerja sama dewan kawasan
dengan lembaga pemerintah dan pihak lain yang terkait;
5. Menyelenggarakan pelayanan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan
penyajian data serta penyusunan laporan kegiatan sekretariat dewan
kawasan; dan
6. Menyelenggarakan kegiatan administrasi keanggotaan dewan kawasan
serta melaksanakan pembinaan organisasi, administrasi kepegawaian,
keuangan, sarana dan prasarana sekretariat dewan kawasan.
Selain membentuk sekretariat dewan kawasan, apabila dipandang perlu,
maka dewan kawasan dapat membentuk Tim Ahli, yang susunan keanggotaannya
ditetapkan oleh Ketua Dewan Kawasan.185
Tata kerja dewan kawasan yaitu
dengan melaksanakan sidang paling kurang 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan yang
dipimpin oleh Ketua Dewan dan dihadiri para anggota. Dalam sidangnya, dewan
kawasan dapat mengundang Lembaga, Bupati/Walikota atau pejabat tertentu,
184 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010
Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II, Pasal 23 185
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010
Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II, Pasal 25
Universitas Sumatera Utara
70
serta unsur-unsur lain yang terkait untuk hadir dalam sidang dewan kawasan, dan
mengikutsertakannya dalam upaya pengembangan KEK di wilayah KEK
tersebut.186
C. Administrator KEK
Administrator adalah bagian dari dewan kawasan yang dibentuk untuk
setiap wilayah yang ditetapkan sebagai KEK, guna membantu dewan kawasan
dalam penyelenggaraan KEK187
dan melaksanakan PTSP di setiap kawasan.
Dalam melaksanakan tugasnya, administrator juga mendapatkan pelimpahan
kewenangan dari Kepala BKPM terkait urusan dalam penerbitan izin prinsip, izin
prinsip perubahan, izin prinsip perluasan, izin prinsip penggabungan perusahaan,
pembatalan serta pencabutannya.188
Kewenangan yang dilimpahkan sebagaimana
dimaksud, terdiri atas :189
1. Penanaman modal yang didalamnya terdapat modal asing;
2. Penanaman modal yang menjadi kewenangan Pemerintah berdasarkan
peraturan perundangan-undangan mengenai pembagian urusan
pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Administrator harus sudah dibentuk paling lambat sebelum KEK
dinyatakan siap untuk beroperasi. Administrator yang dibentuk, ditetapkan
sebagai Perangkat Daerah oleh Gubernur dalam hal KEK berada pada lintas
186 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010
Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 26 187
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab I, Pasal 1 ayat (5) 188 Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip Penanaman Modal Kepada Kepala
Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Pasal 2 189
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip Penanaman Modal Kepada Kepala
Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Pasal 3 ayat (1)
Universitas Sumatera Utara
71
kabupaten/kota, atau oleh Bupati/Walikota dalam hal KEK berada pada
kabupaten/kota.190
Administrator dipimpin oleh seorang Kepala Administrator
yang berasal dari PNS dengan jabatan setara eselon Iib, dengan memiliki anggota
terdiri atas:191
sekretariat, bidang perizinan, dan bidang Pemonitoran dan
Pengendalian. Administator dan badan usaha pengelola bersama-sama sebagai
pengelola KEK192
, memiliki tugas adalah sebagai berikut :193
1. Melaksanakan pemberian izin usaha dan izin lain194
yang diperlukan
bagi pelaku usaha yang mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan
usaha di KEK;
2. Melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK; dan
3. Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan
insidental kepada Dewan Kawasan.
Berdasarkan Pasal 43 PP tentang Penyelenggaraan KEK, administrator
memiliki kewenangan untuk memberikan :
1. Arahan kepada BUP KEK untuk perbaikan operasionalisasi KEK
2. Teguran kepada BUP KEK dalam hal terjadi penyimpangan dalam
pengoperasian KEK.
Dalam melaksanakan tugasnya, dewan nasional, dewan kawasan, dan
administrator KEK memperoleh pembiayaan yang berasal dari:195
1. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah; dan
190
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010
Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 29 191
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010
Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab II Pasal 31 192
Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 43 193
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab IV, Pasal 23 194
Administrator melakukan perizinan melalui pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) 195
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab IV, Pasal 25
Universitas Sumatera Utara
72
2. Sumber lain yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
D. Badan Usaha Pengelola
Badan Usaha pengelola merupakan perusahaan berbadan hukum yang
dapat berupa Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi,
swasta, dan usaha patungan antara swasta dan/atau koperasi dengan Pemerintah,
dan/atau pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bertugas
untuk menyelenggarakan kegiatan usaha KEK dan sekaligus ditetapkan sebagai
pengelola KEK.196
Apabila badan usaha yang mengusul suatu daerah KEK, maka badan usaha
sebagai pengusul tersebut ditetapkan sekaligus sebagai badan usaha pengelola
KEK tersebut guna melaksanakan pembangunan KEK dalam jangka waktu paling
lama 90 (sembilan puluh) hari sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah
tentang KEK yang ditetapkan.197
BUP KEK harus ditetapkan pada masa pelaksanaan pembangunan KEK
sebelum dinyatakan siap beroperasi oleh dewan nasional.198
Namun, ketentuan
tersebut tidak berlaku bagi KEK yang diusulkan oleh badan usaha yang
penetapannya sebagai BUP dilakukan bersamaan sekaligus dengan penetapan
196
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus, Bab IV, Pasal 26 197
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V,
Pasal 33 A 198
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab V, Pasal 47
Universitas Sumatera Utara
73
badan usaha pembangun KEK, dimana pengelolaannya dilakukan dengan
mekanisme kerjasama antara pemerintah dengan Badan Usaha.199
Dalam hal KEK yang ditetapkan merupakan usulan dari pemerintah
kabupaten/kota, penetapan badan usaha untuk membangun KEK dilakukan oleh
pemerintah kabupaten/kota secara terbuka dan transparan berdasarkan:200
1. Ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota; atau
2. ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Pemerintah tentang Penyelenggaraan KEK dalam hal pembangunan
KEK dibiayai dari kerjasama pemerintah kabupaten/kota dengan
badan usaha.
3. perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah201
Dalam hal KEK yang ditetapkan merupakan usulan dari pemerintah
provinsi, penetapan badan usaha untuk membangun KEK dilakukan oleh
pemerintah provinsi secara terbuka dan transparan berdasarkan:202
1. ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi; atau
199
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V
Pasal 34 200 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V
Pasal 34 201 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V
Pasal 35 A 202
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V
Pasal 34 A
Universitas Sumatera Utara
74
2. ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Pemerintah ini dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama
pemerintah provinsi dengan badan usaha.
3. berdasarkan perjanjian dengan pemerintah provinsi203
Dalam hal KEK yang ditetapkan merupakan usulan dari
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, penetapan badan usaha untuk
membangun KEK dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian secara terbuka dan transparan berdasarkan:204
1. ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; atau
2. ketentuan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Pemerintah ini dalam hal pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dengan Badan
Usaha.
3. perjanjian dengan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.
Badan usaha bersama-sama dengan pemerintah, pemerintah provinsi
dan/atau pemerintah kabupaten/kota, dalam melaksanakan pembangunan KEK,
bertugas untuk membiayai pembangunan KEK tersebut.205
203 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V
Pasal 35 A 204 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V
Pasal 34 B 205
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V
Pasal 31
Universitas Sumatera Utara
75
E. Pelaku Usaha
Pelaku Usaha adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum, tidak
berbadan hukum atau usaha orang perseorangan yang melakukan kegiatan usaha
di KEK. Sebelum dapat melakukan kegiatan usaha di KEK, maka pelaku usaha
terlebih dahulu harus mendaftar dan mengajukan diri melalui prosedur investasi
untuk memperoleh izin melakukan kegiatan usaha di KEK. Pelaku usaha dalam
mengajukan perizinan berusaha kepada administrator melalui PTSP KEK guna
mendapatkan pendaftaran penanaman modal (izin investasi), diharuskan
memenuhi beberapa dokumen sebagai berikut :206
1. Akta Pendirian Badan Usaha dan Pengesahannya dari Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia;
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
3. Tanda Daftar Perusahaan;
4. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA);
5. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA);
6. Angka Pengenal Impor (API); dan
7. Akses Kepabeanan
8. Informasi Lahan
Keseluruhan dokumen tersebut akan diperoleh dalam waktu 3 (tiga) jam
yang merupakan salah satu kemudahan yang diberikan di KEK. Pengajuan
perizinan berusaha sekaligus pengajuan permohonan penerbitan perizinan lainnya,
diperlukan dalam bentuk checklist (komitmen pemenuhan persyaratan). Checklist
tersebut berisikan:207
1. Perizinan dalam rangka konstruksi dan komersial, yang mencakup
paling sedikit:
206
Prosedur Investasi, http://kek.go.id/prosedur-investasi, loc.Cit
207 Ibid
Universitas Sumatera Utara
76
a. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL);
b. Sertifikat tanah; dan
c. Teknis bangunan/Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
2. Fasilitas dan kemudahan yang ingin diajukan, yaitu:
a. Fasilitas Pajak Penghasilan;
b. Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;
c. Fasilitas kepabeanan dan cukai;
d. Fasilitas dan kemudahan lalu lintas barang;
e. Fasilitas dan kemudahan ketenagakerjaan;
f. Fasilitas dan kemudahan keimigrasian; dan/atau
g. Fasilitas dan kemudahan pertanahan.
Setelah melalui prosedur diatas, pelaku usaha mengisi dan
menandatangani formulir permohonan penerbitan perizinan yang diperlukan
dalam bentuk checklist (pemenuhan persyaratan) tersebut secara mandiri, disertai
dengan komitmen dan jangka waktu pemenuhan persyaratan yang harus dipenuhi.
Formulir permohonan yang disertai dengan komitmen tersebut kemudian akan
diregister oleh administrator/PTSP KEK.
Pendaftaran penanaman modal (Izin Investasi) dan bukti registrasi yang
diperoleh dari Administrator/PTSP KEK nantinya akan menjadi Perizinan
Berusaha Sementara bagi Pelaku Usaha untuk memulai kegiatan konstruksi dan
berusaha. Pelaku usaha harus memulai pelaksanaan konstruksi paling lambat 90
(sembilan puluh) hari sejak pendaftaran dilaksanakan.
Apabila Pelaku usaha tidak memenuhi seluruh atau sebagian persyaratan
yang dimuat dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist) dan komitmen
Universitas Sumatera Utara
77
waktu penyelesaiannya serta belum memulai konstruksi, maka
Administrator/PTSP KEK akan :
1. memberikan teguran tertulis;
2. memberikan penangguhan Perizinan Berusaha dalam bentuk
pemenuhan persyaratan (checklist);
3. memberikan perpanjangan waktu untuk melengkapi persyaratan yang
belum dipenuhi;
4. menghentikan kegiatan sementara; dan/atau
5. mencabut Perizinan Berusaha sementara.
Ketika Pelaku usaha telah memenuhi seluruh persyaratan,
Administrator/PTSP KEK akan menerbitkan Perizinan Berusaha. Dalam hal untuk
pelaksanaan konstruksi dan komersial masih diperlukan persyaratan teknis
lainnya, maka Pelaku Usaha mengajukan pemenuhan persyaratan teknis dimaksud
kepada kementerian/lembaga melalui Administrator/PTSP KEK. Setelah pelaku
usaha selesai mendaftarkan diri dan mendapatkan izin penanaman modal dari
administrator KEK, maka baik pelaku usaha akan memperoleh beragam fasilitas
khusus dan kemudahan yang ditawarkan oleh KEK sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.208
208
Ini Syarat Kemudahan Perpajakan di Kawasan Ekonomi Khusushttp://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5693668423db4/ini-syarat-kemudahan-perpajakan-di-kawasan-ekonomi-khusus, diakses tanggal 1 Januari 2018, pukul 17.35 WIB
Universitas Sumatera Utara
78
BAB IV
OPTIMALISASI KELEMBAGAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(KEK) DALAM PENGELOLAAN KEK SEI MANGKEI BERDASARKAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG
KAWASAN EKONOMI KHUSUS SEI MANGKEI
A. Profil Singkat KEK Sei Mangkei
1. Sejarah Singkat Pembentukan
Pembentukan, pembangunan dan pengoparasiaan suatu kawasan
ekonomi khusus dilakukan dengan adanya usulan dari badan usaha,
pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi atau kementerian / non
kementerian kepada dewan nasional. Dengan terbukanya kesempatan untuk
badan usaha dapat mengusulkan sebagai badan usaha pembangun dan
pengelola KEK, maka PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) mengusulkan
kawasan Sei Mangkei untuk menjadi KEK sebagai Badan Usaha Pembangun
dan Pengelola KEK Sei Mangkei.
PTPN III (Persero) yang berpusat di kota Medan, berada di Jalan Sei
Batang Hari No. 2 Medan itu didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, dalam
rangka restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang
perkebunan. Pada awalnya, pemerintah telah melakukan realokasi
pengalihan areal perkebunan dibawah BUMN Perkebunan, dimana PT
Perkebunan III, IV, dan V telah dinyatakan bubar sejak tanggal tersebut, dan
bergabung kedalam perusahaan baru yaitu PT Perkebunan Nusantara III
Universitas Sumatera Utara
79
(Persero) yang telah memiliki lahan perkebunan serta didukung dengan
pabrik pengolahan untuk masing-masing komoditi tersebut.209
Badan usaha tersebut mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten
Simalungun areal seluas 2.002,77 ha210
berdasarkan Sertifikat Hak Guna
Usaha Nomor 1/ Sei Mangkei Atas Nama PTPN III yang terletak di Desa Sei
Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi
Sumatera Utara oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.
Dengan adanya pengusulan pembentukan KEK Sei Mangkei oleh PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero), kemudian mendapat persetujuan dari
Pemerintah Kabupaten Simalungun yaitu melalui Surat Bupati Simalungun
tanggal 10 Desember 2007 Nomor 503/993/PIT perihal Pemberian Izin
Prinsip Persetujuan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei maka
diajukanlah oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada dewan
nasional KEK mengenai usulan tersebut. Sebelum KEK Sei Mangkei
ditetapkan sebagai KEK pertama di Indonesia, pemerintah pusat telah
membentuk tim nasional Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia (timnas
KEKI) melalui Surat Keputusan Menteri Perekonomian No. Kep-
21/M.EKON/03/2006 tentang Tim Nasional Kawasan Ekonomi Khusus
Indonesia tertanggal 24 Maret 2006. Selain itu, penetapan KEK Sei Mangkei
juga disetujui oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara dengan Surat Menteri
209
PT Perkebunan Nusantara III (Persero),
http://www.ptpn3.co.id/sejarah.php?h=tentang-kami, diakses pada 2 Januari 2018, pukul 15.40
WIB 210
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei, Bab I, Pasal 1 ayat (2)
Universitas Sumatera Utara
80
Badan Usaha Milik Negara tanggal 30 Mei 2008 Nomor S-465/MBU/2008
perihal Persetujuan Pembangunan Kasawan Industri Sei Mangkei.211
Selanjutnya pada tahun tanggal 27 Februari 2012 Pemerintah
menetapkan kawasan industri Sei. Mangkei menjadi KEK berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Industri Sei
Mangkei. Satu tahun kemudian, PTPN III (Persero) ditetapkan sebagai
Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK Sei Mangkei berdasarkan
Surat Keputusan Bupati Simalungun No. 188.45/193/Bppd tanggal 30
Januari 2013. KEK Sei Mangkei telah memperoleh status Hak Pengelolaan
(HPL) sesuai SK Kepala BPN RI No. 27/HPL/BPN RI/2014 tanggal 23 Juni
2014 dan Sertifikat HPL No. 1 Tahun 2014.
Setelah adanya penetapan KEK Sei Mangkei, peruntukan lahan
berubah, tidak hanya kegiatan usaha perkebunan saja melainkan dibagi
menjadi tiga zona yaitu zona industri, zona logistik dan zona pariwisata.212
Perubahan peruntukan lahan ini diawali dengan dilakukan perubahan hak
atas tanah yang melekat pada lahan KEK Sei Mangkei, yaitu perubahan hak
guna usaha menjadi hak pengelolaan.213
Hal tersebut dilakukan agar
penggunaan tanah untuk KEK Sei Mangkei tersebut dapat dilakukan secara
maksimal. Pemberian hak pengelolaan pada KEK Sei Mangkei nantinya
dimanfaatkan sesuai peruntukan, sifat dan tujuan dari hak yang diberikan
serta tidak akan diterlantarkan.
211
Sheila Aristyani, Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna
Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan
Nusantara III (Persero). (Dalam Thesis Program Studi Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, Medan, 2015), hlm. 8 212
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei, Bab I, Pasal 2 213
Sheila Aristyani, Op.Cit., hlm. 9
Universitas Sumatera Utara
81
Pemberlakuan KEK Sei Mangkei akan membawa keuntungan ekonomi
secara nasional maupun regional, apabila dapat menjadi kawasan yang
memiliki daya tarik bagi investor dalam negeri maupun investor asing untuk
menanamkan modalnya di KEK. Selain regulasi diatas, KEK Sei Mangkei
juga memerlukan regulasi yang diterbitkan oleh pemerintah Kabupaten
Simalungun dalam menjalankan roda investasinya guna mengembangkan
kegiatan perekonomian pada wilayah Sei Mangkei yang bersifat strategis
bagi pengembangan ekonomi nasional. Regulasi memberikan ruang yang
cukup bagi daerah untuk melaksanakan kerjasama daerah sebagai salah satu
sarana yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
urusan pemerintah daerah.
Regulasi berupa Peraturan daerah guna mendukung KEK Sei Mangkei
tersebut adalah Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 10 Tahun
2012214
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun Tahun
2011-2031 yang ditetapkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 29
Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei. Oleh karena
itu, PTPN III sebagai Badan Usaha yang melaksanakan pembangunan KEK
Sei Mangkei, harus siap melaksanakan operasi pembangunan dan
pengelolaan kawasan tersebut dalam jangka waktu paling lama 36 (tiga
puluh enam) bulan sejak berlakunya Peraturan Pemerintah tersebut.
214
DRPD Sumut dukung percepatan penyelesaian KEK Sei Mangkei,
http://rajawalinews.com/7650/pansus-rtrw-dprd-sumut-dukung-percepatan-penyelesaiankek-sei-
mangkei/, diakses tanggal 2 Januari 2018, pukul 14.55 WIB
Universitas Sumatera Utara
82
2. Infrastruktur Kawasan dan Infrastruktur Pendukung Diluar
Kawasan
KEK Sei Mangkei sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (2) PP
No. 29 Tahun 2012 tentang KEK Sei Mangkei, mempunyai batas sebagai
berikut:215
a. sebelah Utara berbatasan dengan desa Keramat Kuba;
b. sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN IV (Persero) Kebun
Mayan;
c. sebelah Timur berbatasan dengan PTPN IV (Persero) Kebun
Gunung Bayu;
d. sebelah Barat berbatasan dengan sungai Bah Bolon.
Penyediaan infrastruktur merupakan hal yang sangat penting dalam
tahap pembangunan KEK Sei Mangkei. Infrastruktur memberikan
kontribusi terhadap perekonomian daerah dan meningkatkan pembangunan
ekonomi dengan memberikan efek langsung maupun tidak langsung.
Gambaran umum perkembangan infrastruktur dasar dalam pembangunan
KEK di Kabupaten Simalungun cukup baik dan terus berlanjut dari tahun
2004 hingga tahun 2017. Infrastruktur dasar merupakan bagian prasarana
yang sangat penting perannya. Infrastruktur dalam kawasan tahap pertama
di KEK Sei Mangkei telah terbangun, di antaranya jalan, instalasi
pengolahan air, instalasi pengolahan limbah, listrik, dan telekomunikasi. Di
luar kawasan telah tersedia akses jalan ke Pelabuhan Belawan dan Bandara
Kuala Namu. Pada penelitian ini, penulis akan menguraikan infrastruktur-
215
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei, Bab I, Pasal 1 ayat (3)
Universitas Sumatera Utara
83
infrastruktur yang sampai saat ini telah tersedia di KEK Sei Mangkei, yaitu
sebagai berikut :216
a. Infrastruktur Kawasan
1) Areal milik PTPN III (Persero).
Areal milik PTPN III di Sei Mangkei dekat dengan sumber bahan
baku, disekitar KEK Sei Mangkei banyak tersedia bahan baku baik
dari perkebunan pemerintah maupun perkebunan swasta, hal ini
menjadi salah satu alasan diterimanya pembangunan KEK Sei
Mangkei.
2) PTPN III (Persero) telah membangun Pabrik Kelapa Sawit 30
Ton/TBS/Jam sejak tahun 1997 yang kemudian pada tahun 2010
telah ditingkatkan menjadi 75 Ton/TBS/Jam
3) Jalan dalam Kawasan
Sebahagian besar telah selesai dan selebihnya masih dalam tahap
konstruksi. Terdapat 1 ruas jalan kabupaten dan 1 (satu) ruas jalan
provinsi untuk akses KEK Sei Mangkei menuju Kuala Tanjung
yang telah ditingkatkan statusnya menjadi jalan nasional. Selain itu,
terdapat 3 (tiga) ruas jalan kabupaten sedang diupayakan ditangani
APBN melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
4) Jaringan Pipa Gas
Sebesar 75 MMSCFD (Million Metric Standard Cubic Feet per
Day) telah dioperasikan. PT Pertagas telah membangun pipa gas
216
Infrastruktur KEK Sei Mangkei, http://kek.ekon.go.id/kek-di-indonesia/sei-mangke/,
diakses pada 10 Januari 2018 pukul 16.45 WIB
Universitas Sumatera Utara
84
Belawan – Sei Mangkei sepanjang 138 Km yang telah selesai pada
2016 lalu.
5) Jaringan telekomunikasi dan IT
Fiber optic sejak tahun 2010 telah dioperasionalkan
6) Dry Port Tahap 1
Merupakan aset dari pemerintah yang diberikan untuk
pengembangan KEK Sei Mangkei. Sebesar 2300 TEUs sejak tahun
2015 persiapan operasional dan Stasiun Kereta Api Selesai
dibangun.
7) Tank Farm
Merupakan aset dari pemerintah yang diberikan untuk
pengembangan KEK Sei Mangkei. Sejak tahun 2015 diproses, dan
tahun 2017 sebesar 2 x 3000 Ton CPKO dan 5 x 5000 Ton CPO
telah diperasionalkan
8) Water Treatment Plant (WTP) / Instalasi Pengolahan Air
Sebesar 250 m3/jam telah diperasionalkan.
9) Waste Water Treatment Plant (WWTP) / Instalasi Pengolahan Air
Limbah
Pada tahun 2015 sebesar 250 m3/jam telah diperasionalkan
10) Penerangan jalan umum (PJU) kawasan
Telah selesai pada April 2017
11) Gardu Hubung Utama sebagai pusat kontrol kelistrikan
Listrik di Kabupaten Simalungun mengalami peningkatan yang
signifikan selama 10 tahun. Pada tahun 2014, PTPN III (Persero)
Universitas Sumatera Utara
85
telah membangun Pabrik Listrik Tenaga Biomassa Sawit yang
menghasilkan daya 2 X 3,5 MW dan sudah beroperasi. Saat ini,
PT. PLN telah membangun jaringan kabel listrik mencapai 150
KV./60 MVA. Gardu Induk 60 MVA telah beroperasi Februari
2016. Keseluruhan dari gardu hubung utama telah selesai Minggu
ke-1 Mei 2017.
12) Jalan ROW 43 A (jalan penghubung dari jalan poros ke lokasi
104 ha)
Proses konstruksi dimulai sejak 16 Agustus 2017 dan target
pencapaian pada Februari 2018.
13) Jaringan Distribusi Air Bersih Primer dan Sekunder
Sumber air cukup tersedia dari sungai bah bolon dengan aliran
debit air 37,3 M3/detik. Proses review oleh BPKP Sumatera
Utara, direncanakan akan konstruksi pada tahun 2018
Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di KEK Sei Mangkei217
217
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), 2017, dikutip melalui Penelitian
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Budiman Ginting, Dkk, Harmonisasi Pengelolaan
Kawasan Ekonomi Khusus Sei. Mangkei:Optimalisasi Industri Hilir Kelapa Sawit Sumatera Utara
Untuk Mendukungpembangunan Daerah, Suatu Kajian Hukum, hlm. 32
No
.
Area Peruntukan (Zona) Luas
(Ha)
Persentase Luas (%)
Kav. Ind Facility Jalan Taman
Hijau
1 Industri Sawit 245,49 12,69
2 Aneka Industri 579,50 29,97
3 Saprodi 85,06 4,40
4 Industri Karet 84,10 4,35
5 Industri Elektronika 155,40 8,04
6 Kawasan Komersial 31,91 1,65
7 Kawasan Perkantoran 42,57 2,20
8 Logistik dan
Pergudangan
67,67 3,50
Universitas Sumatera Utara
86
b. Infrastruktur Pendukung Di luar Kawasan
1) Rel Kereta Api Bandar Tinggi - Pelabuhan Kuala Tanjung
Pada 5 Desember 2016, rel kereta api dari KEK Sei Mangkei
menuju Pelabuhan Belawan telah beroperasi.218
Namun, rel kereta
api dari KEK Sei Mangkei menuju Pelabuhan Kuala Tanjung
belum dapat diselesaikan, masih terkendala dalam proses
pembangunan, yang masih dilakukan proses pembebasan lahan dan
pembangunan rel sepanjang 7,25 km, sehingga rel sepanjang 21,5
km diharapakan akan beroperasi tahun 2018.219
2) Bandara Kuala Namu Internasional
Waktu tempuh dari KEK Sei Mangkei menuju Bandara Kuala
Namu Internasional cukup dekat dengan memerlukan waktu
218
Hasil wawancara dengan Bapak Revondy Brahmana, S.H.,M.Hum selaku Staff
Administrasi Bisnis Perusahaan di dalam Kantor PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), pada 11
Januari 2018 pukul 16.00 WIB 219
Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei,
http://www.seimangkeisez.com/f1.asp/?action=rminf, diakses pada 10 Januari 2018, pukul 17.20
WIB
9 Fasilitas Umum (RS,
BLK, Sekolah, Masjid)
24,50 1,27
10 Perumahan (karyawan,
expatriate)
11,80 5,78
11 Pariwisata 117,50 0,61
12 Industri Listrik 38,32 1,98
13 Standard Factory
Building
19,40 1,00
14 IKM 16,30 0,84
15 WWTP 13,24 0,68
16 WTP 10,90 0,56
17 Jalan ROW/Utilitas 185,10 9,58
18 Taman Hijau 205,04 10,60
Total Luas (Ha) 1.933,80
Persentase Luas (%) 100,00 69,78 10,04 9,58 10,60
Universitas Sumatera Utara
87
tempuh selama 3 jam dari Sei Mangkei dengan jarak sekitar 115
Km.
3) Jalan Tol Lintas Sumatera (Medan-Tebing Tinggi)
4) Pelabuhan Laut Kuala Tanjung
KEK Sei Mangkei dekat dengan Pelabuhan Kuala Tanjung dengan
jarak sekitar 40 Km. Pelabuhan Kuala Tanjung merupakan Global
Hub di Koridor Ekonomi I (Sumatera Utara) dengan kapasitas
terminal peti kemas (kontainer) 400.000 TEUs dan kapasitas
terminal curah (Bulk) 3,5 Juta Ton. Pelabuhan sedang dalam
pembangunan oleh PT. Prima Multi Terminal (anak perusahaan PT.
Pelindo I). Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan
Pengembangan Wilayah, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Wahyu Utomo menyampaikan bahwa Pelabuhan
Kuala Tanjung diharapkan dapat segera beroperasi pada kwartal
pertama tahun 2018.220
Dengan beroperasinya pelabuhan ini, akan
sangat penting untuk menarik investasi ke KEK Sei Mangkei,
karena kemudahan kegiatan industri mengakses pelabuhan. Dalam
jangka panjang sampai 2025, pelabuhan Kuala Tanjung yang
dikelola oleh Pelindo 1 tersebut dirancang untuk mengakomodir
logistik peti kemas sampai dengan 20 juta TEUs. 221
5) Perlintasan Tak Sebidang (Flyover)
220
Debottlenecking Infrastruktur KEK Sei Mangkei,
http://kek.go.id/berita/2017/04/Debottlenecking-Infrastruktur-KEK-Sei-Mangkei, diakses pada 11
Januari 2018, pukul 21.22 WIB
Universitas Sumatera Utara
88
Pada tahun 2016, rencana pembangunan flyover/Perlintasan Jalur
kereta api eksisting Perlanaan – Kisaran dengan ruas Jalan
Nasional Indrapura – Lima Puluh, ditargetkan selesai pada tahun
2018.
3. Kegiatan investasi Pelaku Usaha
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III (Persero), selaku pengelola
KEK Sei Mangkei, telah menggandeng sejumlah BUMN seperti PT
Pertagas dan PT KA Logistik (KALOG) dan juga perusahaan swasta, PT
UOI dalam upaya mempercepat pengembangan investasi dan infrastruktur
di KEK Sei Mangkei. Untuk mewujudkan hal itu, PTPN III (Persero) telah
melakukan tujuh kerja sama dan berhasil membuat MoU sebagai hasil dari
rapat kerja Kemenko Bidang Perekonomian, KEK Sei Mangkei. Dengan
adanya penandatanganan perjanjian dan MOU, diharapkan dapat semakin
mempercepat perkembangan investasi dan pembangunan infrastruktur di
KEK Sei Mangkei.222
Hingga saat ini, realisasi investasi pembangunan infrastruktur dan
industri di KEK Sei Mangkei telah mencapai Rp 3,99 triliun. Dengan
tingkat penggunaan lahan (Occupation Rate) seluas 212 hektare atau setara
10,96% dari total luas lahan KEK Sei Mangkei sebesar 1.933,80
hektare.223
Dengan memiliki 2000 hektar lahan KEK Sei Mangkei,
ditargetkan dapat digunakan untuk investor, walau sementara hanya 200
222 PTPN Gandeng Tiga BUMN Percepat Pengembangan KEK Sei Mangkei,
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/11/28/p03deb423-ptpn-gandeng-tiga-bumn-
percepat-pengembangan-kek-sei-mangkei 28 Desember 2017, 03:49 WIB 223
Penyampaian Sekretaris Perusahaan PTPN III Holding Perkebunan Nusantara Furqan
Tanzala, dalam siaran pers di Jakarta, Senin (27/11) lalu.
Universitas Sumatera Utara
89
hektar224
. Dengan komitmen investasi, diharapkan pada tahun 2018
investasi yang diserap dapat mencapai mencapai Rp 15-16 tilliun. Berikut
kegiatan investasi yang telah berlangsung smembangun KEK Sei
Mangkei:225
Tabel 4.2 Penggunaan Lahan di KEK Sei. Mangkei (sd. November 2017)
No. Nama Investor Kegiatan Pelaku Usaha Penggunaan
Lahan (Ha)
1 PT Unilever
Oleochemical Indonesia
Oleochemical Industries 27,28
2 PT PLN (Persero) Gardu Induk 150 KV, 60 MVA 14,20
3 PT Pertamina Gas Metering Gas Station 1,00
4 PTPN III (Persero) Palm Oil Mill, Palm Kernel Oil
Mill, PLTBm 2 x 3,5 MW, Kantor
Kawasan, Perumahan Karyawan,
Mess, Jalan dalam kawasan,
Saluran Drainase
97,99
5 Kementerian
Perindustrian
Gedung Pusat Inovasi, Tank Farm,
Dry Port, Jalur Kereta Api, Jalan
dalam kawasan (Poros ROW 62)
66,45
6 PT. Industri Nabati
Lestari
Refinery Plant 600.000 MTPY 7,50
7 PTPN III (Persero), PT
Pertamina (Persero), dan
International Partner
(Posco Energy)
(Rencana)
IPP PLTG 250 MW 20,00
8 PTPN III (Persero) dan
PT Pertamina (Persero)
PLTBg Kap. 2,11 MW 2,00
TOTAL AREAL TERPAKAI (Ha) 212,00
Berdasarkan dari uraian diatas, selain PTPN III (Persero) sebagai
Badan Usaha Pengelola dan sekaligus pemilik KEK Sei. Mangkei, baru 224
,Penyampaian Darmin Nasution selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
dalam kunjungan kerja di KEK Sei Mangkei, Sumatera Utara, Senin, 27 November 2017. 225 Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), 2017, dikutip melalui Penelitian
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Budiman Ginting, Dkk, Harmonisasi Pengelolaan
Kawasan Ekonomi Khusus Sei. Mangkei:Optimalisasi Industri Hilir Kelapa Sawit Sumatera Utara
Untuk Mendukungpembangunan Daerah, Suatu Kajian Hukum, hlm. 32
Universitas Sumatera Utara
90
terdapat 5 (lima) investor yang menanamkan modalnya di KEK, yakni : PT
Unilever Oleochemical Indonesia, PT.PLN (Persero), PT. Pertamina Gas,
PT. Pertamina (Persero) dan PT. Industri Nabati Lestari. Sedangkan
konsorsium PTPN III (Persero), PT Pertamina (Persero), dan International
Partner (Posco Energy) masih dalam tahap rencana dan belum melakukan
realisasi investasi. Demikian pula kementerian Perindustrian, bukan
termasuk pelaku usaha, dikarenakan tujuannya melakukan kegiatan usaha
di KEK Sei Mangkei adalah untuk membantu dalam percepatan
pengembangan infrastruktur dalam kawasan. Sebagian besar dari kegiatan
investasi yang dilakukan oleh 5 (lima) pelaku usaha tersebut adalah untuk
pembangunan infrastruktur dalam kawasan.226
Perkembangan kegiatan investasi oleh pelaku usaha di KEK Sei
Mangkei telah mengalami perubahan yang cukup signifikan dari tahun
2015 lalu. Selain melakukan kerjasama dengan beberapa BUMN maupun
perusahaan swasta lokal, PTPN III juga telah merealisasikan investasi dari
beberapa pelaku usaha asing yang bergabung di KEK Sei Mangkei.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution
menyampaikan bahwa KEK Sei Mangkei mampu dalam mendatangkan
investor. Salah satunya adalah PT Unilever Oleochemical Indonesia (UOI)
sebagai investor asing pertama yang bergabung bersama KEK Sei
Mangkei.
226
Budiman Ginting, dkk, Op.Cit., hlm. 38
Universitas Sumatera Utara
91
Unilever telah dikenal sebagai perusahan penyedia kebutuhan sehari-
hari dengan pertumbuhan bisnis yang sangat pesat di pasar berkembang.227
PT. UOI bermaksud untuk mempergunakan sebagian tanah Hak
Pengelolaan milik PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) di Kawasan Sei
Mangkei yaitu seluas 27,3980 ha yang akan digunakan untuk
membangun pabrik. Unilever melakukan pembangunan pabrik pengolahan
minyak kelapa sawit yang berlokasi di KEK Sei Mangkei, Sumatera
Utara.135
Pabrik Unilever didirikan agar memungkinkan Unilever mengontrol
traceability (penelusuran asal usul) dan segregasi minyak kelapa sawit yang
berkelanjutan dalam mendukung pelaksanaan bisnis unilever serta
mempercepat transformasi industri dalam menerapkan bisnis yang
berkelanjutan.136
PT UOI telah berinvestasi sebesar Rp 2 triliun di KEK Sei
Mangkei dan akan memperluas pabriknya, dari semula 18 hektar menjadi 27
hektar. Perluasan 9 hektar bernilai investasi sebesar Rp 1 triliun, sehingga
total investasi PT UOI di KEK Sei Mangkei akan mencapai Rp 3 triliun.137
Selain itu, terdapat PT Industri Nabati Lestari yang akan
merealisasikan pembangunan pabrik dengan nilai investasi Rp 1,1 triliun
pada lahan seluas 7 hektar di KEK Sei Mangkei. Pabrik yang proses
konstruksinya sudah mencapai 50% itu, akan memproduksi minyak goreng
kapasitas 456.000 ton per tahun, furined fatty acid distillate 27.000 ton per
227
Pabrik Pengolahan Minyak Pertama Milik Unilever Ini Akan Mendorong Pengadaan
Minyak Sawit Yang 100% Dapat Ditelusuri Asal-Usulnnya”,
http://www.unilever.co.id/id/mediacentre/pressreleases/2013/Unilever-Mendirikan-Pabrik-
Pengolahan-Minyak-Kelapa-Sawit.aspx diakses pada tanggal 10 Desember 2017 pada pukul 19.00
WIB
Universitas Sumatera Utara
92
tahun, dan stearin 114.000 ton per tahun. Pabrik ini ditargetkan selesai pada
pertengahan tahun 2018.228
Disamping itu, PT. Alternatif Protein Indonesia (API) juga akan segera
merealisasikan investasi sebagai pelaku usaha di KEK Sei Mangkei senilai USD
500 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun. Perusahaan ini akan memproduksi alternatif
protein, fats, chitin, lauric acids, serta turunan dari protein dan bio-fertilizer di
lahan seluas 51 hektar. Hal ini dibuktikan dengan dilaksanakannya
penandatanganan Perjanjian Kompensasi Lahan oleh PT. Alternatif Protein
Indonesia (API) dengan PTPN III di KEK Sei Mangkei pada Senin, 27 November
2017 lalu. Dengan tersedianya lahan bagi PT API, pembangunan pabrik pada
Januari 2018 dapat direalisasikan.229
Manfaat perusahaan asing dari Hongkong ini bagi PTPN III adalah untuk
mendapatkan penerimaan pendapatan dari penggunaan lahan di KEK Sei Mangkei
dan pendapatan dari penjualan tandan kosong kelapa sawit dan palm kernel meal.
Sementara manfaat bagi negara selain peningkatan nilai investasi ke Indonesia,
pengembangan industri protein alternatif ini direncanakan menyerap lebih dari
1.000 pekerja, dimana secara bertahap akan mencapai total 10.000 pekerja
sehingga Indonesia dapat menjadi pemimpin global di sektor protein alternatif.
Holding PTPN III (Persero) sebagai Badan Usaha Pembangunan dan
Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei berkomitmen akan
228
Kembangkan KEK Sei Mangkei, PTPN akan Jadikan Kota Industri Modern ,
http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/yKX89q4K-kembangkan-kek-sei-mangkei-ptpn-akan-
jadikan-kota-industri-modern, diakses pada 11 Januari 2018, pukul 17.00 WIB 229
Ptpn III persero dipercaya kelola asset barang milik Negara di kek sei mangkei,
http://www.ptpn3.id/index.php/id/medias/siaran-pers/35-pt-perkebunan-nusantara-iii-persero-
dipercaya-kelola-aset-barang-milik-negara-di-kek-sei-mangkei, diakses pada 2 januari 2018 pukul
12.35 WIB
Universitas Sumatera Utara
93
terus berupaya untuk melengkapi fasilitas infrastruktur di dalam KEK Sei
Mangkei demi kelancaran kegiatan investasi bagi pelaku usaha serta dapat
memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pelaku usaha (tenant) di dalam
kawasan demi mewujudkan visi KEK Sei Mangkei yaitu Menjadi kota industri
modern yang berdaya saing tinggi dan berwawasan lingkungan melalui
pengembangan sumber daya alam lokal230
secara lebih optimal.
B. Masalah dalam KEK Sei Mangkei
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Dewan
Nasional KEK menyampaikan bahwa KEK sendiri merupakan bagian dari
infrastruktur kegiatan ekonomi yang akan mendorong kegiatan investasi agar
lebih menyebar ke seluruh Nusantara hingga internasional.231
Hingga saat ini,
antusiasme dalam penanaman investasi di KEK Sei Mangkei tersebut masih
belum berkembang dengan baik.232
Untuk itu, pemerintah Indonesia, baik di pusat
maupun daerah, harus dapat mempercepat penyelesaian berbagai faktor yang
selama ini menghambat perkembangan dari KEK tersebut.
1. Ketersediaan dan Kecukupan Infrastruktur
Sebagai suatu kawasan yang akan melakukan kegiatan dengan orientasi
ekspor, KEK membutuhkan infrastruktur penunjang yang harus memadai.
Walaupun memiliki lokasi pembentukan KEK yang dinilai strategis, tetapi jika
tanpa diimbangi ketersediaan infrastruktur berskala internasional maka tentu saja
akan mengurangi nilai jual suatu kawasan tersebut. Kenyataannya saat ini, baik
230
Ptpn III persero dipercaya kelola asset barang milik Negara di kek sei mangkei, Ibid 231
dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman dan Serah Operasionalisasi Aset
Pemerintah di Jakarta, Rabu, 17 Mei 2017, seperti dimuat dalam keterangan tertulis,
https://bisnis.tempo.co/read/876295/ini-daftar-11-kawasan-ekonomi-khusus-dan-peluang-
investasinya, diakses pada 11 Januari 2018, pukul 13.35 WIB 232
Yose Rizal Damuri, dkk, Op.Cit., hlm. 78
Universitas Sumatera Utara
94
daerah pengusul maupun pengelola KEK memiliki infrastruktur yang tersedia
dalam kondisi yang kurang terawat, masih jauh dari standar internasional. Kondisi
semacam ini tentunya kurang menarik minat investor untuk menanamkan
modalnya di wilayah tersebut.233
Pengembangan KEK Sei Mangkei dilakukan dalam tiga tahap
pembangunan. Pada tahap pertama (2011-2015) akan dilakukan Pengembangan
KEK Sei Mangkei Tahap I seluas 104 Ha, didukung dengan pembangunan
infrastruktur di dalam dan di luar kawasan. Pada tahap kedua (2016-2020)
dilakukan pengembangan KEK Sei Mangkei seluas 640 Ha, yang didukung
dengan sarana dan prasarana pengembangan infrastruktur di dalam dan di luar
kawasan yang terintegrasi. Tahap ketiga meliputi pengembangan KEK Sei
Mangkei seluas 1933,8 Ha, yang didukung dengan kelengkapan sarana dan
prasarana infrastruktur terintegrasi untuk melayani operasional KEK Sei Mangkei.
Pada pengembangan tahap pertama, masih belum memenuhi harapan yang
diinginkan, dikarenakan sebahagian besar infrastruktur dalam kawasan telah
selesai dibangun dan telah operasional dan sebahagian lagi masih dalam proses
penyelesaian.234
Begitu juga hal yang sama terjadi pada infrastruktur di luar
kawasan, terutama dalam permasalahan jalan. Faktor-faktor permasalahan yang
terjadi merupakan faktor yang menghambat pencapaian tujuan KEK Sei Mangkei
sebagai pusat pengembangan industri hilir kelapa sawit di Sumatera Utara,
diantaranya lebih jelas diuraikan sebagai berikut :235
233
Wenny Eka Septina, Op.Cit., hlm. 8 234
Budiman Ginting, dkk, Op.Cit., hlm. 34 235
Ibid, hlm. 70
Universitas Sumatera Utara
95
a. Belum selesainya pembangunan rel kereta api dari Stasiun Bandar Tinggi
ke Pelabuhan Kuala Tanjung sepanjang ± 21,5 Km.
Dikarenakan jarak KEK Sei Mangkei menuju pelabuhan lebih kurang 30
Km dari pelabuhan laut Kuala Tanjung, maka sesuai dengan masterplan
rencana pembangunan KEK Sei Mangkei, lokasi KEK Sei Mangkei akan
terkoneksi dengan rel kereta api PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan akan
dibangun rel kereta api baru dari Stasiun Bandar Tinggi menuju Pelabuhan
Kuala Tanjung sepanjang ± 21,5 Km untuk mempercepat waktu tempuh yang
dilalui dari KEK Sei Mangkei menuju Pelabuhan Kuala Tanjung tersebut.
Namun infrastruktur rel kereta api tersebut belum dapat dimanfaatkan karena
rel kereta api menuju Pelabuhan Kuala Tanjung belum selesai dikarenakan
terkendala oleh pembebasan lahan masyarakat sepanjang +400 m, padahal
perencanaan rel kereta api dari Sei Mangkei menuju Pelabuhan Kuala
Tanjung akan selesai pada tahun 2016, namun ditunda sampai dengan akhir
tahun 2017 dan belum dapat dipastikan kapan jalur kereta api tersebut akan
selesai di bangun dan dioperasikan.
Akibat dari ketidakpastian tersebut, menyebabkan investor memiliki
dua pilihan, yaitu mengangkut hasil produksi atau barang yang dibutuhkan
dari dan ke Pelabuhan Belawan Medan dengan menggunakan truk atau jalur
kereta api namun belum dapat sampai di stasiun Pelabuhan Kuala Tanjung,
yang tentunya membutuhkan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan
transportasi kerata api ke Pelabuhan Kuala Tanjung. Terdapat perbedaan
waktu tempuh lebih kurang selama dua jam. Berdasarkan situasi tersebut,
menyebabkan calon investor yang ingin berinvestasi ke KEK Sei. Mangkei
Universitas Sumatera Utara
96
mempertimbangkan kembali faktor ketersediaan infrastruktur rel kereta api
tersebut yang belum dapat terkoneksi dari dalam kawasan menuju Pelabuhan
terdekat. Bahkan bagi investor yang telah berinvestasi bisa saja mengajukan
keberatan atas ketidakpastian dari infrastruktur tersebut.
PTPN III (Persero) sebagai BUP KEK Sei Mangkei sulit bertanggung
jawab dalam permasalahan ini, dikarenakan infrastruktur rel kereta api
menuju Pelabuhan Kuala Tanjung merupakan infrastruktur wilayah yang
berada di luar KEK Sei. Mangkei yang merupakan tanggung jawab dari
pemerintah pusat sebagai pihak yang lebih berwenang.
b. Belum selesainya pembangunan Global Hub Pelabuhan Kuala Tanjung
Proyek pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung dibangun di
Kabupaten Batubara dengan terdiri atas tiga tahapan pembangunan. Sampai
dengan saat ini, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung memasuki tahap
kedua dan telah selesai lebih kurang 92%. Masalah pelabuhan Kuala Tanjung
ini mengakibatkan investor di KEK Sei Mangkei, terutama PT. UOI masih
menggunakan pelabuhan Belawan untuk kegiatan operasional perusahaan
yang menyebabkan biaya pengeluaran yang lebih tinggi. Selain itu,
dikarenakan jarak lintas pengangkutan barang yang dapat mencapai 700-800
kontainer per bulan, berpotensi dapat memperlama waktu tempuh serta
mendapati kemacetan lalu lintas mulai dari KEK Sei Mangkei sampai Kota
Medan. Namun, jikalau pelabuhan Kuala Tanjung sudah beroperasi, maka
dapat terhindar dari berbagai permasalahan tersebut.
Disamping itu, terkait waktu tempuh, pembangunan jalan Tol Tebing
Tinggi-Kuala Tanjung- Sei Mangkei belum juga terlaksana, hanya masih
Universitas Sumatera Utara
97
sampai tol antara Medan-tebing Tinggi. Oleh karena itu, Pemerintah Pusat
dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum diharapkan untuk segera
menindaklanjuti Pembangunan jalan tol tersebut.
c. Tidak tersedianya tempat penampungan Limbah Bahan Berbahaya
Beracun (Limbah B3).
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun
(B3), setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. Tindakan pengelolaan Limbah
B3 meliputi kegiatan pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan. Pengelolaan
Limbah B3 harus dilakukan secara terpadu karena dapat menimbulkan
kerugian terhadap kesehatan manusia, makhluk hidup lainnya dan lingkungan
hidup. Oleh karena itu, lokasi beroperasinya KEK industri secara ideal
memiliki fasilitas pengelolaan limbah B3 untuk melindungi kepentingan
masyarakat dan lingkungan hidup.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staff di PTPN III
menyampaikan bahwa akibat tidak adanya tempat pengelola limbah B3 di
sekitar daerah Simalungun maupun Provinsi Sumatera Utara, menyebabkan
investor, PT. UOI harus setiap bulannya mengeluarkan biaya 200 juta USD
hanya untuk mengirimkan limbah-limbah tersebut ke tempat pengelola
limbah B3 yang hanya terdapat satu di Indonesia, yaitu di daerah Cilengsi,
Jawa Barat. Keadaan ini memberikan dampak biaya yang relatif tinggi dalam
biaya operasional perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
98
Dalam berbagai rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh Dewan
Nasional KEK pada tahun 2017, pembuangan limbah menjadi salah satu isu
dalam KEK Sei. Mangkei. Perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan menyampaikan bahwa akan ada konsorsium BUMN yang
khusus dibentuk untuk mengelola limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Saat ini tengah dilakukan evaluasi penentuan lokasi pembuangan pada 3
(tiga) alternatif lokasi, yaitu beberapa area di Riau, serta kawasan di sekitar
Medan dan Inalum (Kuala Tanjung). Diharapkan penyelesaian infrastruktur
pengelolaan limbah B3 ini dapat segera teralisasikan demi kelancaran
produksi para pelaku usaha di KEK Sei Mangkei.
d. Belum tersedianya tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang
dihasilkan industri dalam KEK.
Setiap orang yang menghasilkan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga wajib melakukan penangan sampah yang
dihasilkannya dengan cara berwawasan lingkungan, sesuai ketentuan UU
No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Tidak tersedianya TPA
sampah yang dihasilkan industri dalam KEK, dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan baik di sekitar KEK Sei Mangkei sendiri, maupun
diluar dari kawasan tersebut. Pemerintah Kabupaten Simalungun seharusnya
menyediakan TPA untuk sampah yang dihasilkan kegiatan usaha di KEK
Sei Mangkei, mengingat setelah dua tahun pengoperasian KEK Sei
Universitas Sumatera Utara
99
Mangkei236
telah memiliki beberapa pelaku usaha yang sangat berpengaruh
dalam kegiatan industri.
e. Harga gas relatif mahal dalam KEK Sei. Mangkei.
PTPN III sebagai pengusul dan pengelola KEK Sei Mangkei
menyatakan bahwa daya tarik kawasan sangat besar bagi pelaku usaha
(tenant), namun terdapat kendala utama bagi pelaku usaha yaitu terletak
pada tarif gas yang cukup tinggi. Harga gas yang mencapai USD
10,75/MMBtu menyulitkan para pelaku usaha di kawasan tersebut, dengan
harapan adanya penyamarataan harga gas seperti di kawasan Belawan yaitu
USD 9.95/MMBtu. Perbedaan harga yang cukup signifikan antara kedua
kawasan yang masih berada di provinsi yang sama tersebut disebabkan oleh
adanya toll fee dalam distribusi gas yang harus ditanggung pelaku usaha.237
Bahkan, jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti
Singapura, Malaysia dan Thailand, harga gas industri pada kisaran USD 6
s.d USD 7/MMBTU. PT PTPN III berharap, harga gas tersebut dapat segera
menurun paling tidak sebesar USD 8/MMBTU, dikarenakan hal ini
berkaitan dengan pembangunan pipa gas. Apabila harga gas tidak segera
turun, maka pembangunan pipa gas memerlukan biaya investasi yang sangat
besar hingga 400 juta USD. Aliran gas penting dikarenakan KEK Sei
Mangkei memiliki bisnis utama berupa hilirisasi kelapa sawit dan karet.
236
KEK Sei Mangkei sudah ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus sejak 27
Februari 2012 lalu dan sudah diresmikan operasionalisasinya oleh Presiden Joko Widodo pada 27
Januari 2015. 237
Debottlenecking Infrastruktur KEK Sei Mangkei, Loc.Cit
Universitas Sumatera Utara
100
Untuk itu Kementerian Perhubungan dalam mengambil keputusan harus
mempertimbangkan pengembangan kawasan.238
Agar pengembangan infrastruktur di KEK Sei Mangkei berjalan cepat,
Kementerian Perindustrian harus terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk
mengatasi masalah yang ada. Baik itu masalah pasokan listrik, gas, hingga jalan
dan pelabuhan. Melalui koordinasi tersebut, harapannya pembangunan fasilitas di
Sei Mangkei segera diatasi.239
2. Fasilitas Investasi
Agar KEK berkembang dan menarik penanaman modal terutama
penanaman modal asing baru dan lebih kompetitif dibandingkan dengan
KEK sejenis di berbagai negara, maka kawasan tersebut perlu diberikan
fasilitas dan kemudahan dalam bentuk perpajakan, kepabeanan, dan cukai,
lalu lintas barang, ketenagakerjaan, keimigrasian, pertanahan, serta
perizinan dan nonperizinan.240
Fasilitas dan kemudahan dalam bentuk perpajakan, kepabeanan, dan
cukai berupa pemberian fasilitas Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, dan/atau kepabeanan, dan/atau cukai. Jenis, besaran, dan jangka
waktu pemberian fasilitas dan kemudahan pajak penghasilan yang
diberikan kepada Badan Usaha serta Pelaku Usaha berdasarkan keterkaitan
bidang usahanya dengan Kegiatan Utama di KEK.
238
KEK Sei Mangkei dan Bitung Terkendala Infrastruktur,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/13552/KEK-Sei-Mangkei-dan-Bitung-Terkendala-
Infrastruktur, diakses pada 12 Januari 2018, pukul 23.22 WIB 239
KEK terganjal infrastruktur, http://www.kemenperin.go.id/artikel/13553/KEK-
Terganjal-Infrastruktur, diakses pada 12 Januari 2018, pukul 23.25 WIB 240
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2015
Tentang Fasilitas Dan Kemudahan Di Kawasan Ekonomi Khusus, Konsideran Bagian Umum
Universitas Sumatera Utara
101
Fasilitas dan kemudahan dalam bidang ketenagakerjaan berupa
pembentukan Dewan Pengupahan dan Lembaga Kerja sama Tripartit yang
khusus di KEK dan hanya ada 1 (satu) Forum Serikat Pekerja/Serikat
Buruh di setiap perusahaan. Disamping itu, diberikan kemudahan dalam
rangka penggunaan tenaga kerja asing di KEK dengan tetap
mengutamakan tenaga kerja dalam negeri.241
Fasilitas dan kemudahan di bidang keimigrasian menyangkut
Pemberian Visa Kunjungan Saat Kedatangan, Visa Khusus, dan izin
tinggal bagi orang asing yang bekerja di KEK maupun orang asing/badan
hukum asing yang memiliki rumah tinggal/hunian di KEK pariwisata.
Sedangkan Fasilitas dan kemudahan di bidang pertanahan menyangkut
pengadaan tanah, pengukuran dan pemberian hak atas tanah. Adapun
fasilitas dan kemudahan menyangkut perizinan dan
non perizinan yaitu dengan melakukan percepatan dan kemudahan dalam
melakukan penanaman modal di KEK.
Untuk menarik minat investor untuk beroperasi di dalam KEK, pemerintah
menyusun sejumlah skema insentif fiskal maupun non-fiskal. Dengan berbagai
fasilitas diharapkan akan mengundang banyak industri yang membuka industri di
KEK, terutama di daerah yang belum berkembang, sehingga mendorong
penyebaran aktivitas perekonomian di berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan
uraian diatas, yang termasuk dalam Fasilitas fiskal yang diberikan antara lain:242
241
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2015
Tentang Fasilitas Dan Kemudahan Di Kawasan Ekonomi Khusus, Penjelasan Umum 242
Poltak UB Panjaitan, Analisis Hukum Fasilitas
Bagi Investor Di Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
102
a. mencakup insentif pada Pajak Penghasilan (PPh) badan untuk
perusahaan di KEK, termasuk diberikannya investment allowance pada
sektor tertentu pada seluruh zona, serta tax holiday bagi industri pionir
yang terletak pada zona pengolahan ekspor.
b. skema insetif PPh lainnya seperti keringanan pada pajak dividen serta
kemungkinan untuk mempercepat perhitungan amortisasi yang akan
mengurangi beban pajak pada periode awal pendirian.
c. fasilitas Bea Masuk, yang dapat ditangguhkan untuk industri pada zona
pengolahan ekspor maupun pada zona lainnya, terutama untuk impor
barang modal, seperti mesin dan bahan baku dalam masa pembangunan
dan pengembangan.
d. Fasilitas dibebaskannya pemungutan cukai di KEK juntuk berbagai
industri terkait dalam pengelolaan KEK.
e. Fasilitas pembebasan dan penangguhan PPN dan PPnBM bagi industri
di zona ekspor, maupun untuk berbagai barang dan bahan baku yang
dibeli dari impor dibebaskan untuk impor barang-barang strategis,
termasuk barang modal yang digunakan untuk produksi dalam KEK.
f. fasilitas lainnya yang terkait dengan PPN dan PPnBM, diberikannya
pengembalian kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri yang
melakukan transaksi di dalam KEK.
Selain fasilitas fiskal terdapat pula fasilitas non-fiskal yang ditujukan
untuk memperbaiki iklim investasi dan lingkungan usaha di dalam KEK, antara
lain berupa kemudahan memperoleh perizinan usaha, pelayanan terpadu,
Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, (Dalam Thesis Program Studi Fakultas Hukum
USU, 2014) hlm. 37
Universitas Sumatera Utara
103
kemudahan memperoleh hak atas tanah, dan fasilitas imigrasi dan
ketenagakerjaan. Bagi pelaku usaha, kepastian/ keamanan usaha dan investasi
di kawasan adalah isu yang sangat penting, sehingga tidak cukup bagi
pemerintah hanya menawarkan insentif fiskal.
Setelah 2 (dua) tahun KEK Sei Mangkei diresmikan beroperasi pada
tahun 2015, selain permasalahan infrastruktur, fasilitas investasi nyatanya juga
mengalami hambatan sehingga minat investor untuk bergabung dengan KEK
Sei Mangkei masih rendah dan pembangunan industri pengolahan sawit KEK
Sei Mangkei terbesar di Indonesia menjadi terhambat. Berikut beberapa
permasalahan belum terealisasinya fasilitas investasi secara maksimal, antara
lain :243
1. Harga tanah dalam kawasan yang relatif mahal.
Menurut beberapa narasumber dari unsur DPRD dan Pemerintah
Kabupaten Simalungun, permasalahan tanah sebagai salah satu bagian dari
fasilitas dan kemudahan yang diberikan KEK Sei Mangkei kepada investor,
saat ini memiliki harga kompensasi penggunaan tanah dalam kawasan
tersebut sebesar Rp 650.000,-/m2 yang relatif mahal.. Namun, menurut PTPN
III sebagai pengelola KEK, harga kompensasi tanah tersebut relatif murah
dibandingkan dengan harga kompensasi tanah di beberapa kawasan industri
yang ada di Sumatera Utara dan di luar Sumatera Utara yang berada pada
kisaran Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp 2.000.000,-/ m2. Perbedaan dari
penilaian harga tanah tersebut jika tidak dapat diselesaikan, justru akan
243
Budiman Ginting, dkk, Op.Cit., hlm. 45
Universitas Sumatera Utara
104
semakin menghambat perkembangan tanah untuk menarik minat investor di
KEK Sei Mangkei.
2. Regulasi fasilitas dan Kemudahan KEK
Dibentuknya Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang
Fasilitas dan Kemudahan di KEK menurut Revondy Brahmana sebagai Staf
Bagian Perencanaan dan Pengembangan PTPN III, menyampaikan bahwa
sampai saat ini peraturan pemerintah tersebut belum berjalan pelaksanaannya.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Simalungun juga belum menanggapi
peraturan pemerintah tersebut, sehingga peraturan daerah yang berkaitan
dengan fasilitas dan kemudahan KEK, belum dibentuk.244
Belum lahirnya petunjuk pelaksana (juklak) dari Peraturan Pemerintah
Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di KEK,
mengakibatkan terhambatnya kegiatan dari pelaku usaha di KEK Sei
Mangkei, terutama PT. UOI sebagai investor pertama yang beroperasi di
KEK Sei Mangkei. Sebagai investor, PT. UOI belum dapat merasakan
manfaat atas fasilitas dan kemudahan yang diberikan KEK Sei Mangkei
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas
dan Kemudahan di KEK. Hal ini dapat menyebabkan koordinasi dengan
PTPN III sebagai badan usaha pengelola KEK Sei Mangkei tidak berjalan
dengan baik.245
Selain itu, PTPN 3 Medan selaku Pengelola KEK Sei Mangkei sendiri,
juga mengeluhkan mengenai kemudahan perpajakan yang sebenarnya
244 Hasil wawancara dengan Bapak Revondy Brahmana, S.H.,M.Hum selaku Staff
Administrasi Bisnis Perusahaan di dalam Kantor PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), pada 11
Januari 2018 pukul 16.00 WIB 245 Budiman Ginting, Dkk, Op.Cit, hlm. 46
Universitas Sumatera Utara
105
menjadi bagian yang diatur di dalam PP Fasilitas dan Kemudahan di KEK,
tetapi pada kenyataannya perubahan status tanah KEK Sei Mangkei yang
pada awalnya Hak Guna Usaha (HGU) menjadi Hak Pengelolaan (HPL) yang
dituangkan dalam Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor 1 Tahun 2014
menyebabkan kenaikan pajak daerah, padahal tanah yang digunakan untuk
keperluan KEK Sei Mangkei baru digunakan 200 ha dari lahan yang
berukuran 2000 ha. Disamping itu, kondisi lahan yang berukuran 2000 ha
masih lebih dominan ditumbuhi tanaman kelapa sawit, belum merupakan
kawasan industri yang akan dikelola oleh KEK Sei Mangkei.246
Kenaikan pajak dengan status HPL mencapai angka Rp 8 M (delapan),
yang pada mulanya pada saat status KEK Sei Mangkei adalah HGU besaran
pajaknya yaitu sebanyak 2 Miliyar, dan setelah menjadi HPL, besaran
pajaknya menjadi 10 Miliyar. Melihat situasi seperti, PTPN III mengeluhkan
belum adanya insentif terkait pajak/retribusi dari Pemerintah Daerah untuk
KEK Sei Mangkei dan menganggap perlu adanya insentif terkait dari
Pemerintah Daerah, seperti keringanan atau pembebasan PBB dan BPHTB
guna menarik minat investor melalui peraturan daerah untuk KEK Sei
Mangkei.247
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Simalungun tidak sinkron
dengan UU KEK. Di dalam Pasal 35 UU tentang KEK diatur bahwa:
246
Ibid, hlm. 50 247
Hasil wawancara dengan bapak Revondy Brahmana, S.H.,M.Hum selaku Staff
Administrasi Bisnis Perusahaan di dalam Kantor PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).
Universitas Sumatera Utara
106
1) Setiap wajib pajak yang melakukan usaha di KEK diberikan insentif
berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Selain insentif pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pemerintah daerah dapat memberikan kemudahan lain.
Ketentuan keringanan pajak daerah yang diatur dalam UU tentang KEK
ini dikeluhkan PTPN III Medan karena pemberlakuan penyesuaian tarif PBB
yang dikenakan oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun oleh karena
perubahan status HGU menjadi HPL. Semestinya, jikalau penggunaan lahan
masih sebesar 200 ha, PTPN III berharap kenaikan pajak atas HPL tersebut
masih terhadap lahan sebesar 200 ha tersebut. Selain itu, kenaikan PBB yang
cukup signifikan ini juga tidak sinkron dengan PP Fasilitas dan Kemudahan
di KEK.
Disamping itu, terdapat Kemudahan dan keringanan perizinan bidang
keimigrasian sebagai bentuk fasilitas lainnya sebagaimana ditentukan dalam
UU tentang KEK juga tidak disebutkan bentuk kemudahan yang dimaksud.
Jika merujuk pada peraturan yang ada tentang keimigrasian maka izin yang
diperlukan dalam bidang penanaman modal seperti izin tinggal tetap, izin
tinggal terbatas, izin tinggal kunjungan dan izin masuk kembali (khususnya
investor yang berasal dari luar negeri).248
Demikian halnya dengan perizinan bidang kepelabuhan yang juga
merupakan fasilitas yang diberikan kepada investor berdasarkan UUKEK,
tidak disebutkan bentuk kemudahan dan keringanan, apakah kemudahan
248
Poltak UB Panjaitan, Op.Cit., hlm. 84
Universitas Sumatera Utara
107
dan/atau keringanan dalam memperoleh pelayanan yang terdapat di
pelabuhan atau kemudahan untuk memperoleh izin menjadi Badan Usaha
Pelabuhan.249
Selain masalah tingginya harga tanah seperti yang diuraikan diatas, yang
ditetapkan oleh Pengelola KEK Sei Mangkei, diharapkan baik permasalahan
tanah maupun fasilitas guna kemudahan bagi investor semestinya ditanggapi
dengan cepat dan tepat oleh Pemerintah Pusat dengan memberikan subsidi
terkait permasalahan tersebut.
3. Kepastian Hukum terhadap Regulasi
Kepastian hukum memiliki peranan penting dalam mendukung keadaan
iklim dunia usaha yang kondusif. Kegiatan dunia usaha akan mengalami
hambatan apabila kepastian hukum dalam kegiatan usaha tidak terpenuhi.
Kepastian hukum dalam kegiatan dunia usaha dapat berasal dari terjaminnya
keamanan para investor untuk melakukan kegiatan investasi di Indonesia,
sehingga para investor tidak akan takut untuk melakukan kegiatan investasi di
Indonesia. 250
Menurut Erman Rajagukguk, faktor pendorong investor
menanamkan modal ada tiga hal penting antara lain: 251
1. Adanya kesempatan ekonomi (economic opportunity), dimana
investasi mampu memberikan keuntungan secara ekonomis bagi
investor, seperti sumber daya alam, ketersediaan bahan baku, pasar
yang prospekif, upah buruh murah, insentif investasi, infrastruktur
yang baik, dan lain-lain;
249 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, Pasal 70 ayat (1)
250
Sentosa Sembiring. Op.Cit., hlm 19
251 Erman Rajagukguk, Op. Cit., hal. 40.
Universitas Sumatera Utara
108
2. Adanya stabilitas politik (political stability) dimana investasi akan
sangat dipengaruhi oleh stabilitas politik, kesadaran berpolitik tinggi,
dan lain-lain;
3. Adanya kepastian hukum (legal certainty), dimana peluang ekonomi
(economic opportunity) dan stabilitas politik (Political stability) harus
dijamin dengan kepastian hukum. dikarenakan kepastian hukum
mutlak diperlukan bagi pembangunan ekonomi.252
Menurut Suparji, kepastian hukum merupakan unsur yang sama
pentingnya dengan stabilitas politik dan kesempatan ekonomi.253
Kepastian
hukum dimaknai dalam suatu aturan yang bersifat tetap, yang bisa dijadikan
sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah-masalah.254
Namun yang terjadi saat ini, kepastian hukum justru menjadi hambatan
bagi para investor dikarenakan terdapat masalah tersendiri terhadap regulasi-
regulasi yang terbentuk melalui peraturan perundang-undangan. Masalah
regulasi menjadi tantangan tersendiri dimana payung hukum merupakan
pedoman penting yang harusnya tersusun sejak dini.255
Masalah kepastian hukum berkaitan dengan substansi hukum bersumber
pada hambatan yang diciptakan oleh regulasi, dapat berupa ketidakpastian
regulasi, tumpang tindih peraturan, kekosongan pengaturan, dan sistem
252
Erman Rajagukguk. Kepastian Hukum Mutlak Bagi Pembangunan Ekonomi : Badan
Hukum, BUMN, dan Perlunya Amendemen UU Keuangan Negara, UU BUMN dan UU Anti
Korupsi. Disampaikan pada diskusi “Peran dan Komitmen BUMN/BUMD dalam Memerangi
Praktik Bisnis yang Koruptif dalam Kaitan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”,
diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta 4 Juni 2012. 253
Budiman Ginting. Kepastian Hukum dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan
Investasi Di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum
Investasi pada Fakultas Hukum, diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara,
Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 20 September 2008, hal. 6. 254
Theo Huijbers. Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah. (Yogyakarta: Kanisius.
1992), hal. 42. 255 Wenny Eka Septina, Op.Cit., hlm. 5
Universitas Sumatera Utara
109
birokrasi yang diciptakan oleh regulasi tidak efektif dan efisien. Penerapan
peraturan perundang-undangan dalam jumlah banyak secara bersamaan dalam
waktu dan ruang yang sama, sudah tentu membawa konsekuensi terjadinya
tumpang tindih antar peraturan sehingga dapat mengakibatkan benturan
kepentingan dari masing-masing yang diamanatkan dalam undang-undang
tersebut. Masing-masing peraturan perundang-undangan memiliki tujuan,
strategi untuk mencapai tujuan, dan pedoman melaksanakan strategi, dimana
ketiganya ini sering dirumuskan dalam bentuk kebijakan-kebijakan. 256
Melalui Pasal 3 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
menempatkan asas kepastian hukum dalam posisi teratas dari 10 asas
penyelenggaran penanaman modal di Indonesia. Namun, masalah kepastian
hukum dalam penyelenggaraan investasi di KEK tidak seluruhnya ditentukan
oleh kaidah-kaidah hukum dalam UU tersebut. 257
Sebelum disahkannya UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, regulasi yang digunakan sebagai payung hukum utama program
pengembangan kawasan ini adalah UU No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, khususnya dalam Bab XIV yaitu tentang Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK). Sayangnya ketentuan ini belum mampu
mengakomodasi secara penuh permasalahan-permasalahan yang terjadi di
seputar pembangunan KEK sehingga hambatan-hambatan dalam
pengembangan KEK khususnya pada KEK Sei Mangkei masih belum dapat
terselesaikan. Terdapat beberapa pengaturan terkait dengan fasilitas bagi
256 Budiman Ginting, dkk, Op.Cit., hlm. 16
Universitas Sumatera Utara
110
investor yang menanamkan modalnya di KEK berdasarkan UU KEK yang
tidak sinkron dengan peraturan yang lain yang terkait, yaitu:258
1) Pengaturan mengenai fasilitas PPh
Pada pengaturan mengenai fasilitas pengurangan PPh oleh UU KEK,
diberikan kepada setiap wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha di KEK.
Wajib pajak di KEK dapat berupa orang perseorangan, berbadan hukum
dan/atau tidak berbadan hukum. Fasilitas PPh tersebut diberikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagaimana Peraturan
tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang
Fasilitas Pajak Penghasilan.
Namun, dalam hal Undang-Undang Penanaman Modal, penanaman
modal yang dilakukan di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau Daerah-
daerah Tertentu, fasilitas PPh tersebut hanya diberikan kepada wajib pajak
yang berbentuk perseroan terbatas dan koperasi. Hal ini berarti bahwa usaha
orang perseorangan yang melakukan kegiatan usaha di dalam KEK, tidak
akan memperoleh fasilitas PPh.
Selain itu, dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
130/PMK.011/2011 Tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, fasilitas PPh badan hanya diberikan
kepada badan yang berbadan hukum Indonesia, industri pionir, serta memiliki
modal satu triliun rupiah, sehingga dengan demikian wajib pajak di KEK
yang tidak berbadan hukum tidak akan mendapatkan pengurangan PPh badan.
258
Ibid, hlm. 71
Universitas Sumatera Utara
111
Dari uraian kedua peraturan diatas, dapat dipahami bahwa kedua
peraturan tersebut, belum sesuai dengan UU KEK dalam memnuhi kriteria
wajib pajak yang dimiliki oleh UU KEK.
2) Pengaturan mengenai fasilitas PBB
Melalui UU KEK, fasilitas PPB diberikan kepada penanam modal sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-
undangan terkait dengan UU KEK adalah Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 748/KMK.04/1990 Tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan di
Wilayah Tertentu. Perihal wilayah tertentu dalam keputusan Menteri ini, tidak
termasuk wilayah Sumatera Utara dan Banten, padahal di Sumatera Utara dan
Banten telah terdapat KEK yang sudah ditetapkan, sehingga fasilitas
pengurangan PBB di KEK dikhawatirkan tidak akan diperoleh investor.
3) Pengaturan pada fasilitas penangguhan bea masuk barang impor
Dalam hal fasilitas penangguhan bea masuk barang impor, tidak
ditentukan dengan jelas jenis barang impor tersebut, apakah terhadap bahan
baku atau bahan penolong atau apakah untuk semua jenis barang impor yang
masuk ke KEK. Selain itu, tidak ditentukan pula bentuk penangguhannya,
apakah dibebaskan atau diberi keringanan atau ditunda bea masuknya
terhadap barang impor tersebut.
4) Belum ada standar operasional pengelolaan kegiatan usaha dalam kawasan
Standar operasional pengelolaan kegiatan usaha dalam kawasan pada
dasarnya merupakan peraturan internal yang ditetapkan oleh BUP. Standar
operasional ini merupakan rujukan dalam melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu bagi investor dalam kawasan, sehingga terjadi persamaan persepsi
Universitas Sumatera Utara
112
mengenai syarat dan ketentuan terkait aktivitas tertentu dalam kawasan.
Tidak adanya standar operasional ini, dapat mengakibatkan ketidakpastian
dalam operasional kegiatan-kegiatan tertentu dalam KEK.
Belum adannya petunjuk teknis pengelolaan kegiatan di KEK,
mengakibatkan kebingungan bagi tenant, atau terjadi perbedaan persepsi
antara tenant dengan BUP KEK. Tenant mengharapkan agar BUP KEK Sei.
Mangkei segera mengeluarkan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan dalam
KEK Sei. Mangkei. Belum ada standar operasional pengelolaan kegiatan
usaha dalam kawasan kebijakan BUP, Tidak ada kepastian, potensi berbeda
interpretasi antara pelaku usaha dengan BUP, bisa saja menyebabkan
perselisihan (dispute).
Berdasarkan dari permasalahan diatas, kepastian hukum dibutuhkan
dalam memecahkan ketidaksinkronan dari peraturan-peraturan tersebut
sehingga bagi investor mendapat kepastian terhadap fasilitas yang akan
diperolehnya. Perundang-undangan yang dimaksud terkait dengan peraturan
yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan bidang fasilitas dan kemudahan yang
diberikan bagi investor, yang dikhawatirkan akan saling tumpang tindih
(overlapping), sehingga dapat menimbulkan masalah, akibatnya tidak
terakomodir kepastian hukum bagi investor. Hal ini senada dengan pendapat
Sentosa Sembiring yang menyatakan bahwa “kepastian hukum dibutuhkan
investor selain tunduk pada hukum investasi, tetapi juga ketentuan lain seperti
perpajakan, ketenagakerjaan, perizinan dan masalah pertanahan”.259
259 Sentosa Sembiring. Op Cit., hal 16
Universitas Sumatera Utara
113
C. Masalah Yang Dihadapi Kelembagaan dalam Mengelola KEK Sei
Mangkei
Selain dengan adanya dewan nasional KEK, pembentukan berbagai
dewan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagai dewan kawasan,
diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan di setiap KEK di
Indonesia. Meskipun pembentukan dewan kawasan dapat memberikan
partisipasi pemerintahan daerah secara lebih aktif, namun nyatanya masih
terdapat berbagai potensi permasalahan dalam pelaksanaan program KEK.
Besarnya peran pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan di KEK
justru berpotensi untuk menghambat pengembangan KEK itu sendiri.260
Hal tersebut dapat terjadi berkaitan dengan koordinasi antara lembaga
yang terdapat di KEK, terutama antara lembaga penyelenggara KEK dengan
dewan kawasan sebagai perwakilan dari pemerintah daerah yang dapat
menyebabkan terhambatnya operasional KEK dan bahkan bisa sampai pada
tingkat pemerintah pusat.
Peraturan Daerah sebagai bagian dari hukum positif merupakan sarana
yang penting untuk memelihara ketertiban. Oleh karena itu, harus
dikembangkan dan dibina sedemikian rupa, sehingga dapat memberi ruang
gerak bagi perubahan, bukan justru sebaliknya. Dalam hal ini, bentuk
lemahnya koordinasi antar pemangku kepentingan tersebut sebagai contoh
dalam permasalahan pembangunan infrastruktur di KEK Sei Mangkei telah
terjadi.
260
Yose Rizal, dkk, Op.Cit., hlm. 58
Universitas Sumatera Utara
114
Dari uraian diatas, dapat diperhatikan, bahwa peran dari pemerintah
daerah terkait permasalahan kondisi infrastruktur diluar kawasan maupun
didalam kawasan KEK Sei Mangkei yang masih memiliki tanggungjawab di
dalamnya, tidak memberikan koordinasi yang cukup signifikan, sama seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya pada sub-bab mengenai permasalahan
infrastruktur Sei Mangkei.
Disamping itu, permasalahan rendahnya kepastian hukum yang telah
diuraikan pada sub-bab sebelumnya, tercermin dari adanya tumpang tindih
kebijakan antar pusat dan daerah serta antar sektor penyelenggara KEK.
Belum berjalannya pelaksanaan program desentralisasi yang serius dalam
Pemerintahan Simalungun mengakibatkan tumpang tindih kewenangan antara
pemerintah pusat dan daerah dalam melaksanakan kebijakan investasi di KEK
Sei Mangkei sehingga minat investor untuk bergabung di KEK Sei Mangkei
dapat menurun.
Dalam pengembangan KEK, jika suatu provinsi telah ditetapkan menjadi
lokasi KEK, maka provinsi yang bersangkutan harus membentuk dewan
kawasan yang tugasnya termasuk mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas administrator KEK. Sementara itu, Administrator KEK sendiri bertugas
memberikan berbagai izin yang diperlukan pelaku usaha untuk memulai
mengembangkan usahanya di dalam KEK yang pada akhirnya tanggung
jawab atas kegiatan usaha di dalam KEK adalah BUP yang dibentuk khusus
untuk tujuan tersebut. Dari keempat lembaga di atas, terdapat dua yang
Universitas Sumatera Utara
115
peranannya sangat penting untuk keberhasilan KEK di suatu daerah, yaitu
Administrator KEK dan BUP KEK.261
Yang pertama ialah Administrator KEK. Secara garis besar, ada dua cara
yang dapat ditempuh oleh administrator kawasan untuk melaksanakan
tugasnya. Administrator dapat berperan layaknya PTSP yang banyak ditemui
di berbagai daerah di Indonesia, di mana PTSP menjadi koordinator dan
penghubung antara pihak pengusaha dengan berbagai badan pemerintah.
Pemberian izin masih harus dikoordinasikan dengan masing-masing lembaga
bersangkutan.
Metode lainnya adalah menjadikan Administrator lebih dari sekedar
PTSP. Yang diharapkan adalah adanya pendelegasian wewenang dari semua
lembaga pemerintah terkait, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun
kabupaten/kota. Administrator menerima tanggung jawab dan otoritas untuk
mengeluarkan berbagai izin tersebut khusus di dalam KEK. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, setiap lembaga terkait bisa menempatkan
stafnya di kantor Administrator untuk memproses izin yang tadinya menjadi
wewenang lembaga bersangkutan. Penugasan ini lebih ditujukan untuk
pembangunan kapasitas Administrator, sehingga selama ditempatkan, pejabat
yang bersangkutan bertanggung jawab langsung kepada Adminstrator dan
bukan kepada lembaga asalnya.262
Dewasa ini, Administrator KEK masih menggunakan metode pertama
sebagai penghubung antara pihak investor dengan lembaga pemerintah.
Untuk dapat menjalankan tugasnya secara lebih efektif, administrator
261
Yose Rizal, dkk, Op.Cit., hlm. 58 262
Ibid, hlm. 59
Universitas Sumatera Utara
116
seharusnya mendapatkan limpahan kewenangan dari berbagai lembaga
pemerintah terkait. Hal ini sebenarnya dimungkinkan karena pelimpahan
kewenangan mempunyai dasar hukum yang cukup kuat baik melalui PP No. 2
Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan KEK, maupun dalam PP No. 97 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan PTSP. Namun nyatanya, masih terdapat
berbagai pemasalahan dalam pelaksanaannya. Salah satunya yaitu lambatnya
proses pengalihan kewenangan. Proses pendelegasian kewenangan di KEK
Sei Mangkei, misalnya pada saat baru saja mendapatkan pengesahan dari
kewenangan yang diterima beberapa hari sebelum diresmikannya KEK Sei
Mangkei tersebut, bahkan banyak dari kewenangan perizinan tersebut belum
diberikan pada saat KEK Sei Mangkei beroperasi.263
Selain masalah pendelegasian wewenang, masalah kesiapan sumber daya
manusia sebagai pemangku kepentingan di KEK Sei Mangkei, dalam hal ini
administrator, dan badan usaha pengelola juga mengalami hambatan yang
serius.264
Dalam hal perizinan dan pelayanan, lembaga yang dibentuk untuk
mengurus perizinan di KEK Sei Mangkei yaitu administrator terkesan tidak
memahami Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Sumber Daya Manusia yang berada
di Administratur sebagai lembaga yang mengurus perizinan di KEK Sei
Mangkei, terkesan tidak tahu / tidak mau tahu dengan Inpres No. 1 Thn 2016.
PT API (Alternative Protein Indonesia) dan PT INL mengalami proses
263
Ibid, hlm. 62 264
KEK sei mangkei jadi benchmark nasional, http://www.ollydondokambey.com/kek-
sei-mangkei-jadi-benchmark-nasional/, diakses pada 12 Desember 2018, pukul 15.43 WIB
Universitas Sumatera Utara
117
perizinan yang berbelit-belit ketika mengurus izin usaha kawasan industri
dikarenakan Administratur belum berfungsi secara efektif.265
Selain itu, terdapat masalah lain yang terkait dengan kapasitas
administrator KEK untuk mengkaji berbagai permintaan perizinan usaha. Apalagi,
lembaga yang terhimpun di dalam KEK mendelegasikan wewenanganya kepada
administrator KEK, tanpa menempatkan pejabat-pejabat dari lembaga terkait
untuk membantu tugas administrator tersebut. Hal ini menyebabkan administrator
masih perlu berkonsultasi dengan lembaga bersangkutan yang berpotensi
menyebabkan lamanya waktu perizinan di KEK.
Hal ini berkaitan dengan banyaknya jenis perizinan yang perlu
diselesaikan bahkan dalam tahap ketika memulai suatu usaha. Pada saat KEK Sei
Mangkei diresmikan, administrator KEK Sei Mangkei menerima pelimpahan
kewenangan untuk mengurus 65 perizinan dari berbagai lembaga di tingkat pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota dan masih terus berlanjut penambahan perizinannya.
Tanpa adanya peningkatan kapasitas dan pemahaman dari pihak administrator
mengenai karakteristik dari berbagai perizinan tersebut, pihak administrator akan
kesulitan dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, bahkan hanya akan
memperlama proses perizinan. Oleh karena itu, penyederhanaan jenis perizinan
juga perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat dan daerah untuk
mendukung keberlangsungan KEK Sei Mangkei.266
Badan lain yang juga menentukan keberhasilan KEK dalam menarik
investor adalah Badan Usaha Pengelola (BUP). Tugas BUP tersebut mencakup
pemasaran, membuat perjanjian sewa-menyewa dengan perusahaan, menjamin
265
Budiman Ginting, dkk, Op.Cit., hlm. 49 266
Yose Rizal, dkk, Op.Cit., hlm. 56
Universitas Sumatera Utara
118
tersedianya sarana listrik, air, gas, dan telekomunikasi guna memenuhi kebutuhan
para penyewa, serta menyediakan layanan jasa-jasa lainnya seperti sarana-sarana
pelatihan, angkutan, kesehatan, dan sebagainya. BUP menjadi bagian yang
menentukan sampai sejauh mana berbagai sarana yang diperlukan dapat
berkualitas tinggi dan berfungsi dengan baik. 267
Dewasa ini, permasalahan yang
dialami oleh BUP Sei Mangkei adalah terkait baru terdapat satu perusahaan yang
mulai membangun pabriknya di KEK Sei Mangkei tersebut. Pentingnya faktor
pemasaran bagi keberhasilan suatu KEK dan sebaiknya dilakukan sedini mungkin,
bahkan sebelum KEK bersangkutan diresmikan sangat diperlukan.
Berdasarkan uraian diatas, guna menyelesaikan berbagai permasalahan
guna mendukung keberhasilan pelaksanaan KEK Sei Mangkei, maka perlu adanya
kejelasan tentang pengaturan relasi kewenangan, baik antar tingkatan pemerintah
(pusat-daerah, dan antarpemerintah daerah), pada satu sisi, serta pendelegasian
kewenangan dari pemerintah (pusat dan daerah) kepada lembaga penyelenggara
dan pengelola KEK pada sisi lain dikarenakan peran dan kontribusi dukungan
pemerintah provinsi untuk pengembangan KEK, serta komitmen pemerintah
daerah untuk keberhasilan KEK sangat diperlukan.
D. Optimalisasi Kelembagaan KEK dalam Meningkatkan Investor di KEK
Sei Mangkei
Penyelenggaraan pemerintahan merupakan urusan pemerintahan yang
terdiri atas urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah dan urusan
pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan
pemerintahan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah terdiri
267
Ibid, hlm. 58
Universitas Sumatera Utara
119
atas urusan pemerintahan dan urusan pemerintah daerah. Unsur terpenting dalam
penyelenggaraan pemerintahan adalah peran pemerintah dalam pelayanan dan
pengawasan. Pemberian pelayanan kepada masyarakat merupakan kewajiban
utama bagi pemerintah,268
sedangkan di bidang pengawasan, peran pemerintah
sangat diperlukan, dikarenakan Indonesia menganut asas desentralisasi, sehingga
dalam kegiatan penanaman modal dapat diselenggarakan sendiri oleh pemerintah
pusat ataupun melimpahkannya ke pemerintah daerah. Untuk itu, pengawasan
diperlukan terhadap kegiatan penanaman modal di daerah,269
dimana pengawasan
tersebut diperlukan untuk mengetahui perkembangan investasi di seluruh wilayah
Indonesia,270
seperti salah satu dari bentuk kegiatan penanaman modal itu sendiri
adalah kegiatan kawasan ekonomi khusus yang dilaksanakan di Sei Mangkei,
Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
Untuk mengoptimalkan peran pemerintah, khususnya dalam memberikan
pelayanan administrasi publik, maka pelaksanaan KEK harus diseimbangkan
dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Keterkaitan antara kebijakan
otonomi daerah dengan keberadaan KEK ini, terletak pada dua titik simpul utama
yaitu; Pertama, pengaturan relasi kewenangan antar tingkatan pemerintahan
(pusat-daerah dan antar pemerintah daerah) dalam menopang pelaksanaan KEK.
Kedua, pengaturan hak dan tanggungjawab pemerintah daerah, baik dalam proses
pengambilan keputusan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, maupun dalam
mendapatkan manfaat atas keberadaan KEK itu sendiri.271
268
Adrian Sutedi. Op.Cit., hal. 3.
269 Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kompendium Bidang Hukum Investasi.
(Jakarta Timur: Badan Pembinaan Hukum Nasional. 2011), hal. 76. 270
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Bab XII, Pasal 27 ayat (1)
271 Budiman Ginting, dkk, Op.Cit., hlm. 23
Universitas Sumatera Utara
120
Pada dasarnya, kebijakan otonomi daerah dengan KEK tidak dapat
dikemukakan secara eksplisit di beberapa literatur yang ada. Namun, pada tingkat
merealisasikannya, sesungguhnya terdapat keterkaitan yang sangat kuat antara
keduanya. KEK sesuai dengan identitasnya sebagai suatu “kawasan khusus”,
maka seyogyanya KEK harus dikelola secara khusus, yang pada gilirannya juga
menghendaki “kewenangan-kewenangan khusus” dalam pelaksanaannya. Dari
situasi seperti ini, dapat diketahui bahwa keterkaitan antara kebijakan
desentralisasi (pada umumnya) dan otonomi daerah (pada khususnya) erat
kaitannya dengan kebijakan pengembangan KEK.272
Oleh karena itu, harus ada keseimbangan antara pemerintah pusat,
provinsi, dan kabupaten dalam proses pembangunan dan pengembangan KEK.
Hal ini berarti bahwa pembagian tugas dan kewenangan antar tiga unit
pemerintahan tersebut harus dibagi dengan jelas agar kerjasama dapat dilakukan
dengan maksimal, serta masalah-masalah yang terjadi dalam pembentukan KEK
ini dapat segera diatasi. Sejalan dengan otonomi daerah, maka tugas dan
kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah jauh lebih besar, sedangkan
pemerintah pusat bertugas untuk memfasilitasi/mendukung pengembangan KEK
di daerah.
Dewan nasional sebagai dewan tertinggi di kelembagaan KEK yang
mewakili pemerintah pusat harus mampu menyeimbangkan setiap kebutuhan dan
kebijakan yang diperlukan di setiap daerah yang memiliki KEK dengan
diperbantukan oleh Dewan Kawasan dan Administrator KEK. Berdasarkan tugas
Dewan Kawasan dan tugas Administrator KEK, terlihat bahwa terdapat peran
272
Ibid, hlm. 20
Universitas Sumatera Utara
121
pemerintah daerah melalui Dewan Kawasan, dimana pemerintah daerah turut
serta dalam melaksanakan tugas sebagaimana diemban oleh Dewan Kawasan.
Demikian halnya dalam bidang perizinan usaha, pemerintah daerah dibantu oleh
Administrator KEK.
KEK Sei Mangkei dengan unsur ketua dewan kawasan adalah gubernur
Sumatera Utara dan didampingi oleh wakil ketua yaitu bupati Simalungun,
membentuk administrator KEK yang dibentuk dan ditetapkan sebagai perangkat
daerah oleh gubernur dalam hal KEK berada pada lintas kabupaten/kota seperti
administrator KEK Sei Mangkei dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur
Sumatera Utara selaku Ketua Dewan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Provinsi
Sumatera Utara Nomor 188.441741KPTS/2014 tentang Pembentukan
Administrator KEK di Sei Mangkei Provinsi Sumatera Utara.
Dalam melaksanakan tugas Administrator memberikan pelayanan terpadu
satu pintu (PTSP), di mana calon investor dan perusahaan di dalam KEK hanya
perlu berhubungan dengan pihak administrator dalam pengurusan berbagai
perizinan dan keperluan usaha. Dalam hal pengurusan izin usaha tersebut,
bukanlah hal yang mudah. Administrator melaksanakan PTSP selama 3 (tiga) jam
yang belum terealisasi sampai saat ini, dibutuhkan kerjasama yang fokus dengan
didampingi oleh sumber daya manusia yang berkompeten terutama SDM yang
berada di Kabupaten Simalungun. Maksud dari 3 (tiga) jam dalam satu pintu
terpadu tersebut, semua pihak yang berkepentingan terutama direktorat dan
kementerian yang menyangkut pengurusan izin bagi calon investor, harus berada
pada satu tempat guna mempercepat penyelesaian proses perizinan bagi calon
investor. Namun yang terjadi saat ini, pembangunan kantor untuk administrator
Universitas Sumatera Utara
122
guna melakukan percepatan selama 3 (tiga) jam, belum bisa direalisasikan
dikarenakan pemerintah belum memiliki pemenuhan anggaran, untuk itu pihak
dari PTPN III sebagai BUP Sei Mangkei akan segera membantu guna
mempercepat dalam memberikan kemudahan-kemudahan pelayanan yang cepat,
tepat, dan aman tersebut.273
Dalam beberapa hal, pihak Administrator dan BUP KEK seperti Sei
Mangkei dapat belajar dari pengalaman Kawasan Industri Kabil di Batam. Kabil
menyediakan layanan one-stop services, yang antara lain mencakup jasa
konsultasi bagi investor yang mau menjalankan usaha disana, yang disebutnya
project management consultation.274
Dalam konsultasi tersebut, calon investor
bisa mendapatkan informasi mengenai biaya yang dibutuhkan untuk masuk,
penjelasan tentang semua peraturan yang harus dipenuhi, izin-izin apa saja yang
dibutuhkan, dan sebagainya. Dengan demikian, calon investor mendapat
gambaran yang jelas dan menyeluruh baik tentang biaya maupun tentang segala
persyaratan yang harus dipenuhi untuk masuk di Kabil. Konsultasi tersebut
disediakan oleh Kabil tanpa dipungut biaya, sebagai bagian dari upaya
pemasarannya.
Berkaitan dengan berbagai permasalahan yang terjadi di KEK Sei
Mangkei seperti yang telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya, upaya
penyelesaikan permasalahan tersebut merupakan tanggungjawab bersama
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota). Seperti permasalahan terkait infrastruktur dimana harga gas
masih terlalu tinggi sebesar 9,8 MBTU, sedangkan melihat dari segi kebijakan
273
Hasil wawancara dengan bapak Revondy Brahmana, S.H.,M.Hum selaku Staff
Administrasi Bisnis Perusahaan di dalam Kantor PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). 274
Yose Rizal, dkk, Op.Cit., hlm. 56
Universitas Sumatera Utara
123
bisnis, gas diharapkan dapat diturunkan menjadi sebesar 8 USD. Hal ini berkaitan
dengan pembangunan pipa gas, dengan harga gas sebesar 9,8 MBTU,
menyebabkan PT Pertagas mengeluarkan biaya investasi sampai hampir sebesar
400 juta usd biaya investasi pertagas. Oleh karena itu, BUP mengharapkan kepada
pemerintah pusat bersama daerah dapat membentuk regulasi guna menurunkan
harga gas tersebut.
Pemerintah pusat mempunyai fungsi fasilitatif baik dalam masalah
regulasi maupun pembiayaan, sedangkan pemerintah daerah memiliki fungsi
pelaksana pembentukkan dan pengembangan KEK di wilayahnya. Selain
beberapa fasilitas dan kemudahan yang diberikan, kekhususan KEK juga ditandai
dengan besarnya peran pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya menetapkan
norma, standar, pedoman dan manualnya (NSPM), sedangkan daerah mempunyai
peran untuk menyiapkan lahan beserta infrastrukturnya dengan dana untuk
pembangunan infrastruktur tersebut yang dapat berasal dari pemerintah pusat,
provinsi maupun kabupaten, serta melibatkan sektor swasta sesuai dengan
pembagian kewenangan yang ada.275
Berkaitan dengan peran pemerintah daerah dalam pemberian fasilitas
penanaman modal bagi investor di KEK Sei Mangkei, pemerintah daerah
Simalungun perlu menyesuaikannya dengan kebijakan melalui regulasi Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas Dan
Kemudahan Di KEK guna menyesuaikan pemberian izin dari perangkat
pemerintah daerah yang tidak tergolong dalam Administrator KEK Sei Mangkei.
Peraturan daerah tersebut yang harus disesuaikan seperti, dalam hal penetapan
275 Syarifuddin Hasyim, Op.Cit., hlm. 43
Universitas Sumatera Utara
124
kebijakan di bidang PBB dan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah melalui
penyeseuaian terhadap regulasi yang lebih tinggi yakni undang-undang yang
mengatur kedua ketentuan tersebut. Dikarenakan Undang-undang yang mengatur
tentang PBB dan undang-undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jika
dikaitkan dengan bentuk fasilitas tentang PBB dan Pajak Daerah dan Retribusi
daerah berdasarkan UU tentang KEK terdapat perbedaan penafsiran seperti yang
telah diuraikan sebelumnya, maka diperlukan korelasi regulasi mengenai PBB dan
regulasi tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai bentuk fasilitas yang
diberikan kepada investor antara UU tentang KE Undang-undang Nomor 12
Tahun 1985 dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.276
Oleh karena itu, peran pemerintah daerah harus mampu menangani
perbedaan penafsiran dari undang-undang tersebut melalui kebijakan dengan
penetapan peraturan daerah. Kebijakan yang diambil tidak sekedar mementingkan
daerahnya tetapi demi membangun daerahnya masing-masing melalui KEK.
Selain itu, kebutuhan hukum yang memerlukan kepastian bagi investor untuk
berinvestasi bukan hanya hukum investasi tetapi juga hukum di bidang
perpajakan, perizinan dan pertanahan. Regulasi-regulasi yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah harus sesuai atau tidak bertentangan dengan kepentingan
publik serta tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
Disamping itu, Badan Usaha Pengelola (BUP) harus mempratikkan tata
kelola yang baik (good governance) seperti yang seharusnya dilakukan oleh suatu
276 Poltak UB Panjaitan, Op.Cit., hlm. 93
Universitas Sumatera Utara
125
badan usaha yang lain dalam membawa keuntungan sebesar-besarnya. Di satu
sisi, BUP bertanggung jawab kepada pemegang saham, kepada pemerintah
daerah, perusahaan milik negara maupun investor swasta. Di sisi lain, BUP juga
bertanggung jawab kepada perusahaan yang ada dalam kawasan. Artinya, BUP
harus memperhatikan pelayanan terhadap perusahaan tersebut. Kedua tanggung
jawab ini saling berkaitan, karena jika KEK berkembang, perusahaan-perusahaan
di KEK mengalami kemajuan, maka pemegang saham juga akan mendapati
keuntungan.277
Pada sisi lain, seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan
sebelumnya, bahwa dalam pelaksanaan KEK-mulai dari tahap persiapan sampai
tahap pengelolaan, peran pemerintah pusat menjadi bagian yang terpenting.
Begitu krusialnya peran pemerintah tersebut, sehingga Wong dan Chu (1985)
dengan tegas mengatakan : satu di antara faktor penentu dari keberhasilan atau
sebaliknya kegagalan dari KEK adalah sistem pelayanan administrasi publik.
Dalam hal ini, KEK Sei Mangkei sebagai suatu proyek besar yang mampu
mempengaruhi perkembangan wilayah dan nasional secara signifikan, keterlibatan
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten bersamaan dengan para pelaku usaha
dengan dibarengi berbagai permasalahan kompleks yang terjadi, maka diperlukan
suatu komunikasi intensif antar pihak yang terlibat untuk menghindari
tumpangtindih dari tugas pokok yang dimiliki oleh masing-masing. Sinergisitas
dan koordinasi antar pihak terkait sangat dibutuhkan, dimana hubungan kerjasama
tidak hanya diprioritaskan dalam upaya memenuhi persyaratan saja, tetapi juga
harus diprioritaskan pada pemecahan masalah-masalah yang terjadi dalam
277
Yose Rizal, dkk, Op.Cit., hlm. 57
Universitas Sumatera Utara
126
pengembangan kawasan ini.278
Komunikasi yang lebih efektif antara pihak yang
terlibat, baik pusat, daerah, maupun swasta bersama dengan BUP Sei Mangkei,
dapat meminimalisir terjadinya tumpang tindih kewenangan dengan diidentifikasi
sedini mungkin bersamaan dengan satu kesatuan regulasi-regulasi yang saling
memudahkan satu sama lain.
278
Wenny Eka Septina, Op.Cit., hlm. 5
Universitas Sumatera Utara
127
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan KEK merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Dalam
pembentukan KEK terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi baik
terkait kriteria lokasi dan berbagai fasilitas infrastruktur yang
mendukung dari suatu kawasan yang akan dijadikan sebagai KEK.
Tahap pengusulan, penetapan, pembangunan serta pengelolaan KEK
dilaksanakan oleh Badan Usaha, Pemerintah Provinsi maupun Daerah,
Pelaku Usaha serta Dewan Nasional beserta keanggotaannya. Tujuan
utama pengembangan KEK adalah menghadirkan aktivitas ekonomi
strategis yang berdaya angkat dan berdaya dorong bagi proses
pembangunan dan ketahanan perekonomian, melalui instrumen investasi
yang diiringi dengan berbagai kemudahan, dukungan infrastruktur, dan
insentif. Kebijakan ini mempunyai empat sasaran, yaitu: terbangunnya
kawasan yang berkeunggulan geoekonomi dan geostrategis;
terwujudnya kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain
yang bernilai tambah ekonomi tinggi; terjadinya percepatan
perkembangan daerah dan keseimbangan pembangunan antar wilayah
melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru;
Universitas Sumatera Utara
128
terciptanya lapangan pekerjaan melalui kehadiran berbagai kegiatan
ekonomi.
2. Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK
yang terdiri atas dewan nasional di tingkat pusat dan dewan kawasan di
tingkat provinsi. Dewan kawasan membentuk administrator KEK di
setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan
pengendalian operasionalisasi KEK sedangkan yang menjalankan
kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh badan usaha dan pelaku usaha.
Administrator KEK dan badan usaha bersama-sama dengan pelaku
usaha memiliki peranan yang sangat penting untuk keberhasilan KEK
di suatu daerah KEK tersebut.
3. Terdapat sejumlah hambatan dalam pengelolaan dan pengembangan
KEK Sei Mangkei. Faktor-faktor hambatan tersebut menyebabkan
KEK Sei Mangkei menjadi kurang menarik minat investor,
diantaranya masalah infrastruktur; masih tingginya harga gas, masalah
dalam penetapan tarif listrik, belum adanya insentif terkait
pajak/retribusi dari pemerintah daerah, pembangunan global Hub
Pelabuhan Kuala Tanjung yang tidak kunjung selesai, belum
selesainya pembangunan rel kereta api dari Stasiun Bandar Tinggi ke
Pelabuhan Kuala Tanjung, mutu jalan kabupaten/provinsi di sekitar
KEK Sei Mangkei yang tidak memadai, tidak tersedianya tempat
pembuangan/pengolahan Limbah B3, tidak tersedianya akses jalan tol
Tebing Tinggi-Kuala Tanjung-Sei Mangkei, tidak tersedia TPA di
sekitar KEK Sei Mangkei; belum terjaminnya kepastian hukum terkait
Universitas Sumatera Utara
129
regulasi-regulasi mengenai pengelolaan dan kelembagaan KEK. Selain
itu, permasalahan lainnya adalah belum optimalnya koordinasi terkait
kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
wewenangnya untuk mendukung keberadaan KEK Sei Mangkei yang
dapat menyebabkan tumpah tindih kewenangan maupun kekosongan
regulasi hukum. Tujuan pengembangan KEK Sei Mangkei sebagai
pusat pengembangan industri hilir kelapa sawit belum dapat
diwujudkan, dikarenakan dukungan dari kebijakan yang tepat dan
efektif oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah belum
terlihat. Bagaimanapun juga, investasi BUP KEK Sei Mangkei yaitu
PT. Perkebunan Nusantara III Persero bersama dengan PT. KINDRA
sebagai anak perusahaan, memiliki jumlah yang cukup besar, namun
jikalau hingga saat ini permasalahan dari kelembagaan KEK Sei
Mangkei itu sendiri belum dapat dioptimalkan kewenangannya, maka
akan sulit mendatangkan investor untuk menanamkan modalnya di
KEK Sei Mangkei. Dengan demikian, diharapkan terwujudnya
koordinasi dan keseimbangan yang lebih efektif dari segala pihak, baik
pemerintah pusat, daerah, swasta bersama BUP KEK Sei Mangkei
serta kelembagaan KEK guna untuk meminimalisir terjadinya tumpang
tindih kewenangan dengan diidentifikasi sedini mungkin bersamaan
dengan satu kesatuan regulasi-regulasi yang saling memudahkan satu
sama lain.
Universitas Sumatera Utara
130
B. Saran
Adapun beberapa saran yang menyangkut permasalahan dalam skripsi ini
antara lain:
1. Diharapkan setelah kurang lebih lima tahun dilaksanakannya program
KEK, dapat terselenggaranya koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi
penyelesaian peraturan pelaksana Undang-Undangan KEK meliputi :
penyelesaian peraturan pelaksanaan fasilitas dan kemudahan di KEK;
tersusunnya standar dan pedoman pembangunan infrastruktur, kinerja
pengelolaan, dan perijinan di KEK. Sehingga dapat terlaksanakan
KEK sesuai dengan arah kebijakan Pengembangan KEK adalah dalam
rangka mewujudkan Visi Presiden, dan Prioritas Pembangunan
Nasional/Nawacita, yang dijabarkan dalam RPJMN 2015-2019, serta
Undang-Undang No 39 Tahun 2009 Kawasan Ekonomi Khusus.
2. Relasi kewenangan di antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,
serta badan usaha, dalam hal ini melalui Dewan Nasional, Dewan
Kawasan, Administrator, Badan Usaha serta Pelaku Usaha harus diatur
secara spesifik sedemikian rupa sehingga terdapat kejelasan tentang
lingkup otoritas, serta hak dan tanggung jawab dari masing-masing
lembaga, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap
pengelolaan/operasionalisasi KEK. Disamping itu, agar kewenangan
dapat terlaksana sesuai dengan tugas masing-masing, diperlukan SDM
yang berkompeten dalam menjalin kerjasama dengan pelaku usaha dari
investor asing dalam melakukan kegiatan usaha dan pemasaran di
Badan Usaha dan Pengelola KEK Sei Mangkei.
Universitas Sumatera Utara
131
3. Peranan KEK Sei Mangkei saat ini sudah harus memiliki
peningkatan dalam daya saing yang tidak hanya antar kawasan
secara global, namun juga antar kawasan pasar ekonomi secara
internasional. Pemerintah daerah harus mampu memberikan
jaminan kepastian hukum yang merupakan kebutuhan investor
mengenai penyediaan dan bentuk fasilitas bagi investor yang
berinvestasi di KEK dengan melakukan penyeseuaian terkait
peraturan-peraturan mana saja yang tepat untuk digunakan, baik
aturan yang diperintahkan oleh UU tentang KEK maupun peraturan
yang terkait yang disesuaikan dari UU tentang KEK itu sendiri.
Terkait permasalahan limbah, negara harus membuat tempat
pembuangan limbah di setiap daerah di Indonesia, terutama di luar
kawasan KEK Sei Mangkei, bukan hanya di daerah Cilengsi, Jawa
Barat. Sebaiknya, Pemerintah Simalungun membuat tempat
pembuangan limbah maupun TPA di luar kawasan, dikarenakan di
dalam masterplan KEK Sei Mangkei tidak dapat dijadikan sebagai
tempat pembuangan limbah. Dikarenakan standard layanan baku
dari pemerintah belum memiliki kepastian waktu yang cepat dan
tepat dalam mengurus perizinan yang harus dikembangkan untuk
investor, dengan maksud, apabila proses input sampai akhirnya jelas
waktunya kapan selesai, sehingga investor dapat dengan nyaman
mendaftarakan maupun peralihan yang harus dikembangkan, maka
pemerintah harus segera mempercepat pembentukan berbagai
regulasi terkait permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan
Universitas Sumatera Utara
132
sebelumnya. Walaupun dikatakan kewenangan pemerintah daerah
jauh lebih besar dalam pengembangan KEK, namun pemerintah
pusat juga masih tetap memiliki peran strategis. Pemerintah pusat,
melalui kementerian-kementerian terkait memiliki kewenangan
untuk mengatur regulasi, berkoordinasi, dan memberikan arahan
bagi daerah yang wilayahnya ditetapkan sebagai KEK. Oleh karena
itu, diperlukan keseimbangan pelaksanaan fungsi antara pemerintah
pusat, provinsi, dan kabupaten, agar pembangunan KEK Sei Mangkei
tidak terhambat.
Universitas Sumatera Utara
133
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Akinci, G. & Crittle, J., Special Economic Zones: Performance, LessonsLearned,
and Implications for Zone Development, Foreign Investment
AdvisoryService (FIAS), World Bank: Washington, D.C, Occasional
Paper, 2008
Damuri, Yose Rizal, dkk. Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia:
Tinjauan atas Peluang dan Permasalahan, Jakarta : Centre for Strategic and
International Studies, 2015
Dinas Pemerintahan “Standar Penyelenggaraan Infrastruktur Dalam Kawasan
EkonomiKhusus (KEK)”, Jakarta: Kawasan Ekonomi Khusus 2011
Salim, Peter Salim dan Yenny, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer
Modern, Jakarta : English Press, 2002
Djojodipuro, Marsudi.Pengembangan Kawasan Industri Dalam Meningkatkan
Investasi di Kota Semarang, Semarang:Universitas Diponegoro, 2007
Hasyim, Syarifuddin, Penanaman Modal Dalam Kerangka Otonomi Daerah,
Banda Aceh: Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, 2008
Hidayat, Syarif Hidayat dan Agus Syarip (ed.), Quo Vadis Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK), Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Hartono, Sunaryati.Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20,
Bandung, Alumni: 1994
Hidjaz, Kamal.Efektivitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Sistem
Pemerintahan Daerah Di Indonesia,Makasar: Pustaka Refleksi, 2010
Universitas Sumatera Utara
134
HR, Ridwan.Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013
Huijbers, Theo. Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Kanisius.
1992
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kompendium Bidang Hukum
Investasi, Jakarta Timur: Badan Pembinaan Hukum Nasional. 2011
Nagy, Pancras J., Country Risk, How to Asses Quantify and Monitor,
London:Euronomy Publications, 1979 , Dikutip dari Erman Rajagukguk
(A), Hukum Investasi di Indonesia Pokok Bahasan (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2006
Nasrulloh, Ridwan.Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Skripsi Program Studi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008
Poerdwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 1997
Sembiring, Sentosa.Hukum Investasi, Bandung: CV Nuansa Aulia. 2010
Suheri, Tatang, dkk, “Analisis Triple Helix dalam Kawasan Ekonomi Khusus
(Studi Kasus: KEK Sei Mangkei)”, Bandung: Program Studi Sarjana
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia, 2017
Wahyuni, Sari.Competitiveness of Special Economic Zones. Comparison Between
Indonesia, Malaysia, Thailand and China, Jakarta: Salemba Empat, 2013
Soekanto, Soerjono.Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2010
Universitas Sumatera Utara
135
Siregar, Mahmul dan Edy Ikhsan.Metode penelitian dan Penulisan Hukum
Sebagai Bahan Ajar, Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, 2009
Soewarno, Handayaningrat. Pengantar Study Administrasi Dan
Manajemen,Jakarta : CV Haji Masagung,1990
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan
Usaha Milik Negara
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2015
Tentang Fasilitas Dan Kemudahan Di Kawasan Ekonomi Khusus
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010
Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi
Khusus
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus
Universitas Sumatera Utara
136
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu
di Bidang Penanaman Modal
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Sei Mangkei
Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus
Presiden Republik Indonesia, “Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi
Indonesia 2011-2025”, Lampiran Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun
2011
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2014 Tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip
Penanaman Modal Kepada Kepala Administrator Kawasan Ekonomi
Khusus Sei Mangkei
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah yang telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
menjadi Undang-Undang
Universitas Sumatera Utara
137
C. JURNAL/MAKALAH
Aristyani,Sheila,Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak
Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus
Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero). (Dalam Thesis
Program Studi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2015)
Destaningtyas, Valenshia, Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia Sebagai Upaya
Peningkatan Penanaman Modal dan Daya Saing Internasional, (Dalam
Skripsi Program Studi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok,
2010)
Bab II tinjauan pustaka, eprints.uny.ac.id/7900/3/bab2%20-%2006101244019.pdf,
diakses pada 24 Desember 2017 pukul 10.43 WIB
Febriano, Muhammad Riza, Hariyadi A. Faroby Falatehan dalam “Abstrak
Strategi Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei,
Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit Terintegrasi dan Berkelanjutan”.
Ginting, Budiman, Dkk, Harmonisasi Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei.
Mangkei:Optimalisasi Industri Hilir Kelapa Sawit Sumatera Utara Untuk
Mendukungpembangunan Daerah, Suatu Kajian Hukum, Penelitian
Unggulan Perguruan Tinggi
Panjaitan, Poltak UB, Analisis Hukum Fasilitas
Bagi Investor Di Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan Undang-undang
Nomor 39 Tahun 2009Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, (Dalam Thesis
Program Studi Fakultas Hukum USU, 2014)
Universitas Sumatera Utara
138
Pasaribu, Rowland B. F., Investasi dan Penanaman Modal, http://investasi-dan-
penanaman-modal.pdf, diakses pada 24 Desember 2017, pukul 12.00 WIB
Septina, Wenny Eka, “Penghambat Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus:
Kajian Dalam Aspek Regulasi, Sumberdaya, Dan Kelembagaan”,
https://11841-27497-1-PB.pdf, 2016
Susilawati, Dwi, Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, (Skripsi Program Studi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2014)
Yesuari, Ayu Prima sebagai Tenaga Ahli Muda Kawasan Ekonomi Khusus
Deputi V Kemenko Perekonomian, “Mengenal Kawasan Ekonomi
Khusus”, 2014 diakses pada 05 Desember 2017 pukul 20.35 WIB
D. WEBSITE
Aditya Cahya Saputra, “Kelembagaan sebagai pondasi penting membentuk
karakter individu”,
https://www.kompasiana.com/aditya.cahya.saputra/kelembagaan-sebagai-
pondasi-penting-membentuk-karakter
individu_54f8b4e0a33311b9188b4721, diakses pada 24 Desember 2017,
pukul 21.01 WIB
Alviansaf, “Mengenal Kawasan Ekonomi dan Strategis Nasional (Telaah Singkat
KAPET dan KEK)”, https://alviansaf.wordpress.com/2013/08/19/mengenal-
kawasan-ekonomi-dan-strategis-nasional-telaah-singkat-kapet-dan-kek/,
diakses pada 24 Desember 2017, pukul 13.32 WIB
Universitas Sumatera Utara
139
Debottlenecking Infrastruktur KEK Sei Mangkei,
http://kek.go.id/berita/2017/04/Debottlenecking-Infrastruktur-KEK-Sei-
Mangkei, diakses pada 11 Januari 2018
DRPD Sumut dukung percepatan penyelesaian KEK Sei Mangkei,
http://rajawalinews.com/7650/pansus-rtrw-dprd-sumut-dukung-
percepatan-penyelesaiankek-sei-mangkei/, diakses tanggal 2 Januari 2018,
pukul 14.55 WIB
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Republik Indonesia,
http://kek.go.id/dewan-nasional-kek, diakses pada 23 Desember 2017,
pukul 16.47 WIB
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Cabang Sumatera Utara, Industri
Minyak Sawit Sumatera Utara Berkelanjutan, (Bogor: PASPI, 2016)
http://paspimonitor.or.id/Adv/sumut.pdf, diakses pada 23 Desember 2017,
pukul 23.10 WIB
Haryadi, “Analisis Daya Tarik Investasi”,
https://haryadikamal.files.wordpress.com/2010/07/daya-tarik-investasi.pdf,
Universitas Jambi, Mendalo Darat, hlm. 1, diakses pada 23 Desember
2017, pukul 23.11 WIB
Ini Syarat Kemudahan Perpajakan di Kawasan Ekonomi Khusus,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5693668423db4/ini-syarat-
kemudahan-perpajakan-di-kawasan-ekonomi-khusus, diakses tanggal 1
Januari 2018, pukul 17.35 WIB
Universitas Sumatera Utara
140
Ini bedanya KEK bonded dan FTZ, http://nasional.kontan.co.id/news/ini-bedanya-
kek-bonded-zone-dan-ftz, diakses tanggal 26 Desember 2017, pukul 13.53
WIB
Infrastruktur KEK Sei Mangkei, http://kek.ekon.go.id/kek-di-indonesia/sei-
mangke/, diakses pada 10 Januari 2018 pukul 16.45 WIB
Kamus Besar bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/aglomerasi, 23 Deseember
2017 pukul 18.58 WIB
Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei,
http://www.seimangkeisez.com/f1.asp/?action=rminf, diakses pada 10
Januari 2018, pukul 17.20 WIB
KEK sei mangkei jadi benchmark nasional,
http://www.ollydondokambey.com/kek-sei-mangkei-jadi-benchmark-
nasional/, diakses pada 12 Desember 2018, pukul 15.43 WIB
Kembangkan KEK Sei Mangkei, PTPN akan Jadikan Kota Industri Modern
,http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/yKX89q4K-kembangkan-kek-
sei-mangkei-ptpn-akan-jadikan-kota-industri-modern, diakses pada 11
Januari 2018, pukul 17.00 WIB
KEK Sei Mangkei dan Bitung Terkendala Infrastruktur,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/13552/KEK-Sei-Mangkei-dan-
Bitung-Terkendala-Infrastruktur, diakses pada 12 Januari 2018, pukul
23.22 WIB
KEK terganjal infrastruktur, http://www.kemenperin.go.id/artikel/13553/KEK-
Terganjal-Infrastruktur, diakses pada 12 Januari 2018, pukul 23.25 WIB
Universitas Sumatera Utara
141
Sekretariat Dewan Nasional KEK, http://kek.go.id/sekretariat, diakses pada 05
Januari 2018 pukul 19.30 WIB
Pabrik Pengolahan Minyak Pertama Milik Unilever Ini Akan Mendorong
Pengadaan Minyak Sawit Yang 100% Dapat Ditelusuri Asal-Usulnnya”,
http://www.unilever.co.id/id/mediacentre/pressreleases/2013/Unilever-
Mendirikan-Pabrik-Pengolahan-Minyak-Kelapa-Sawit.aspxdiakses pada
tanggal 10 Desember 2017 pada pukul 19.00 WIB
PT Perkebunan Nusantara III (Persero),
http://www.ptpn3.co.id/sejarah.php?h=tentang-kami, diakses pada 2
Januari 2018, pukul 15.40 WIB
Pelayanan Perizinan 3 Jam, http://kek.go.id/perizinan, diakses pada 02 Januari
2018, pukul 13.40 WIB
PTPN III (Holding), Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei,
http://www.ptpn3.id/index.php/id/medias/berita/20-peningkatan-
signifikan-di-sektor agrowisata?showall=1, diakses pada 03 Desember
2017, pukul 17.45 WIB
PTPN Gandeng Tiga BUMN Percepat Pengembangan KEK Sei Mangkei,
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/11/28/p03deb423-
ptpn-gandeng-tiga-bumn-percepat-pengembangan-kek-sei-mangkei,
diakses pada 28 Desember 2017, pukul 03.49 WIB
Ptpn III persero dipercaya kelola asset barang milik Negara di kek sei mangkei,
http://www.ptpn3.id/index.php/id/medias/siaran-pers/35-pt-perkebunan-
nusantara-iii-persero-dipercaya-kelola-aset-barang-milik-negara-di-kek-
sei-mangkei, diakses pada 2 januari 2018 pukul 12.35 WIB
Universitas Sumatera Utara
142
Tumpal Sihaloho dan Naufa Muna, “Kajian Dampak Ekonomi Pembentukan
Kawasan Ekonomi Khusus”, diakses dari
http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/04/25/-1366882248.pdf, pada
tanggal 23 Desember 2017 pukul 16.51 WIB
Tim Pelaksana Dewan Nasional KEK, http://kek.go.id/tim-pelaksana, diakses
pada 05 Januari 2018, 19.43 WIB
Ukay Karyadi, KEK Indonesia Sebagai Kawasan Pertumbuhan, http://ukay-
karyadi.blogspot.co.id/2009/01/keki-sebagai-kawasan-pertumbuhan.html,
diakses pada 27 Desember 2017, pukul 17.56 WIB
Yoga Sukmana, “UNCTAD: Dari Posisi 8, Indonesia Kini Posisi 4 Negara
TujuanInvestasi”,http://ekonomi.kompas.com/read/2017/06/08/120000726
/unctad.dari.posisi.8.indonesia.kini.posisi.4.negara.tujuan.investasi,
diakses pada 25 Desember 2017, pukul 11.43 WIB
Yos Mo, “7 Negara Tujuan Utama Ekspor Minyak Kelapa Sawit dari Indonesia”,
http://www.isw.co.id/single-post/2017/02/27/Negara-Tujuan-Utama-
Ekspor-Minyak-Kelapa-Sawit-dari-Indonesia, diakses pada 23 Desember
2017, pukul 20.15 WIB
E. WAWANCARA
Brahmana, Revondy. (Staff Administrasi Bisnis Perusahaan di Kantor PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero), Medan : Wawancara pada hari Rabu,
10 Januari 2018
Universitas Sumatera Utara