12
1 HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE BERDASARKAN PENCAHAYAAN ALAMI DI JAKARTA SELATAN Fransiska Yuanita, Daryanto, Welly Wangidjaja Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jalan KH Syahdan No.9 Jakarta Barat 11480, 021-5350660 [email protected] ABSTRACT The need of hotels continuously to increase each year, along with the increasing number of people who visit Jakarta for both business and holiday trip. The author did design a five-star boutique hotel in elite area of South Jakarta. Boutique hotel is famous with its identical and uniqueness, as reflected in the hotel design. Theme of this project is façade form optimization based on natural lighting with formation of mass building and certain opening enormity of building. The result is creates unique façade, provide great functionality and can produced great visual experience. The study method which is a quantitative based simulating the amount of window apertures in a room with the help of Ecotect software. Begin with searching building form with analysis of human, environment, and buildings. Next step are determine kind and amount of window opening, which in this research is observed. The result is the most optimized configuration for windows opening with shading technique using balcony is 25% of the 32.5 m 2 room area which oriented to north and south. Overall the conclusion is, building form, orientation, room function are affect kind and amount of window opening. (FY) Keywords: boutique hotel, form, façade, natural lighting, window opening ABSTRAK Kebutuhan hotel di Jakarta terus bertambah setiap tahunnya, seiring dengan bertambah pula pengunjung yang datang ke Jakarta baik untuk keperluan bisnis maupun untuk wisata. Penulis melakukan perancangan hotel butik bintang lima di daerah elit Jakarta Selatan. Hotel butik identik dengan ciri khas dan keunikan yang tercermin dari desain hotelnya. Tema perancangannya adalah optimalisasi bentuk fasade berdasarkan cahaya alami dengan pengaturan bentuk massa dan besaran bukaan dalam bangunannya. Hasil perancangan ini menghasilkan bentuk fasade hotel yang unik, fungsional dan memiliki kualitas visual ruang yang baik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan simulasi perhitungan intensitas cahaya menggunakan software Ecotect. Diawali dengan pencarian bentuk gubahan massa dengan analisis manusia, lingkungan dan bangunan. Langkah berikutnya yaitu menentukan jenis dan besarnya bukaan jendela, dalam penelitian ini yang diteliti adalah besaran bukaan untuk kamar hotelnya. Hasil penelitian ini adalah bukaan jendela dengan teknik shading menggunakan balkon untuk kamar sebesar 32.5m 2 dengan orientasi ke utara dan selatan yang paling efisien adalah sebesar 25% dari luas kamar tersebut. Secara keseluruhan kesimpulannya adalah bentuk bangunan, orientasi, fungsi ruang sangat mempengaruhi jenis dan besarnya bukaan suatu ruangan. (FY) Kata Kunci: hotel butik, bentuk, fasade, pencahayaan alami, bukaan jendela PENDAHULUAN Jakarta merupakan pusat bisnis dan salah satu tujuan utama wisata di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011) orang yang berkunjung ke Jakarta terus meningkat,

HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

  • Upload
    lyxuyen

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

1

HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI

BENTUK FASADE BERDASARKAN PENCAHAYAAN ALAMI DI JAKARTA

SELATAN

Fransiska Yuanita, Daryanto, Welly Wangidjaja Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jalan KH Syahdan No.9 Jakarta Barat 11480,

021-5350660 [email protected]

ABSTRACT The need of hotels continuously to increase each year, along with the increasing number of people who visit Jakarta for both business and holiday trip. The author did design a five-star boutique hotel in elite area of South Jakarta. Boutique hotel is famous with its identical and uniqueness, as reflected in the hotel design. Theme of this project is façade form optimization based on natural lighting with formation of mass building and certain opening enormity of building. The result is creates unique façade, provide great functionality and can produced great visual experience. The study method which is a quantitative based simulating the amount of window apertures in a room with the help of Ecotect software. Begin with searching building form with analysis of human, environment, and buildings. Next step are determine kind and amount of window opening, which in this research is observed. The result is the most optimized configuration for windows opening with shading technique using balcony is 25% of the 32.5 m2 room area which oriented to north and south. Overall the conclusion is, building form, orientation, room function are affect kind and amount of window opening. (FY) Keywords: boutique hotel, form, façade, natural lighting, window opening

ABSTRAK Kebutuhan hotel di Jakarta terus bertambah setiap tahunnya, seiring dengan bertambah pula pengunjung yang datang ke Jakarta baik untuk keperluan bisnis maupun untuk wisata. Penulis melakukan perancangan hotel butik bintang lima di daerah elit Jakarta Selatan. Hotel butik identik dengan ciri khas dan keunikan yang tercermin dari desain hotelnya. Tema perancangannya adalah optimalisasi bentuk fasade berdasarkan cahaya alami dengan pengaturan bentuk massa dan besaran bukaan dalam bangunannya. Hasil perancangan ini menghasilkan bentuk fasade hotel yang unik, fungsional dan memiliki kualitas visual ruang yang baik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan simulasi perhitungan intensitas cahaya menggunakan software Ecotect. Diawali dengan pencarian bentuk gubahan massa dengan analisis manusia, lingkungan dan bangunan. Langkah berikutnya yaitu menentukan jenis dan besarnya bukaan jendela, dalam penelitian ini yang diteliti adalah besaran bukaan untuk kamar hotelnya. Hasil penelitian ini adalah bukaan jendela dengan teknik shading menggunakan balkon untuk kamar sebesar 32.5m2 dengan orientasi ke utara dan selatan yang paling efisien adalah sebesar 25% dari luas kamar tersebut. Secara keseluruhan kesimpulannya adalah bentuk bangunan, orientasi, fungsi ruang sangat mempengaruhi jenis dan besarnya bukaan suatu ruangan. (FY) Kata Kunci: hotel butik, bentuk, fasade, pencahayaan alami, bukaan jendela

PENDAHULUAN

Jakarta merupakan pusat bisnis dan salah satu tujuan utama wisata di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011) orang yang berkunjung ke Jakarta terus meningkat,

Page 2: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

2

sehingga menyebabkan kebutuhan akan hotel juga meningkat. Diprediksi oleh Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSalle dalam risetnya bahwa pertumbuhan hotel terbesar akan tumbuh di Jakarta Selatan. Daerah Jakarta Selatan terdapat daerah-daerah elite yang merupakan daerah segitiga emas Jakarta. Sehingga akan dibuat rancangan hotel butik bintang lima, karena hotel tersebut memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, terletak di pusat kota dengan target untuk pebisnis dan wisatawan kelas atas, dan biasanya mengandung unsur budaya di lokasi hotel tersebut berada.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk dapat memaksimalkan bentuk fasade berdasarkan pencahayaan alami terhadap suatu bangunan terdapat berbagai sistem pencahayaan bangunan dan memiliki kriteria khusus agar sistem pencahayaannya berhasil. Jenis dan besar bukaan merupakan salah astu faktor utama yang harus diolah agar sistempencahayaan alaminya berhasil.

Dewasa ini, banyak hotel-hotel yang telah ada di Indonesia khususnya di Jakarta, masih jarang hotel yang dirancang dengan mempertimbangkan pencahayaan alami. dikarenakan kamar hotel jarang digunakan saat siang hari. Padahal unsur pencahayaan alami dalam setiap bangunan merupakan hal yang sangat penting. Bukan hanya dapat mengurangi penggunaan energi dalam bangunan tersebut, melainkan juga sebagai perwujudan kualitas visual ruang yang baik bagi penggunanya, yang memberikan dampak psikologis tertentu yang tidak bisa dihasilkan oleh pencahayaan buatan (Khoshroonejad,2010). Kualitas visual ruang merupakan salah satu suatu tolak ukur bagus atau tidaknya suatu bangunan tersebut.

Keterkaitan proyek, lokasi dengan topik dan temanya yaitu akan dihasilkan bentuk bangunan hotel butik sedemikian rupa yang menghasilkan area-area pembayangan dan bentuk bangunan yang diatur jenis dan besaran bukaannya agar dapat memasukan cahaya tidak langsung sesuai dengan fungsi dan kebutuhan cahaya ruang-ruang di hotel tersebut. Sehingga dapat mengurangi penggunaan energi dalam hotel dari segi pencahayaan.

Perancangan ini bertujuan untuk memaksimalkan bentuk fasade berdasarkan pencahayaan alami dengan mengatur jenis dan besaran bukaan yang dipadukan dengan unsur budaya Indonesia agar menghasilkan bentuk fasade hotel yang unik, fungsional, memiliki kualitas visual ruang yang baik dan memiliki identitas.

Dalam penelitian ini akan digunakan software Ecotect, merupakan alat yang sangat penting yang dapat sangat membantu dalam pembuatan analisa lingkungan untuk mendesain sustainable building dan sangat menghemat waktu daripada analisa manual (Barry,2010).

Unsur kebaruan atau inovasi dalam proyek ini yaitu meneliti bentuk fasade dengan pencarian gubahan massa berdasarkan analisis manusia, lingkungan dan bangunan, yang dipadukan dengan unsur budaya, kemudian menentukan jenis dan besaran bukaan untuk bangunan hotel butik berdasarkan pencahayaan alami dengan menggunakan simulasi Ecotect. Penelitian ini lebih spesifik pada jenis dan besar bukaan untuk kamar tidurnya.

METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan simulasi dan perbandingan

(komparatif), data yang nantinya akan dikumpulkan dan diteliti berupa angka-angka. Dalam penelitian ini akan dilakukan beberapa simulasi terhadap bukaan ruang-ruang kamar hotel dengan menggunakan software Ecotect. Variabel yang saling terkait adalah besaran bukaan, dan kondisi intensitas cahaya sehubungan dengan lokasi, orientasi, tanggal dan waktu pengukuran cahayanya. Simulasi tersebut berpatokan dengan standar intensitas pencahayaan (lux) dari SNI, GBCI dari segi Natural Lighting dan beberapa pertimbangan lain. Kemudian hasil-hasil simulasi tersebut akan di bandingkan dengan zoning kamar hotel, besar bukaan mana yang paling mendekati standar intensitas cahaya (SNI) yang dibutuhkan dalam kamar tersebut.

Teknik Pengumpulan Data 1) Studi literatur, mencari data-data dari artikel dan jurnal dari internet dan dari buku-buku

yang berhubungan dengan topik dan tema sinopsis tugas akhir untuk memperkuat teori dalam perancangan proyek tugas akhir.

2) Studi Banding terhadap proyek sejenis atau proyek lain dengan tema dan topik yang sama.

3) Survey lapangan, melakukan pengamatan langsung dan menganalisa lokasi tapak dan lingkungan sekitarnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan.

Page 3: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

3

4) Wawancara, dengan melakukan diskusi tanya jawab terhadap orang-orang yang bersangkutan yang mengetahui tentang proyek ataupun tentang topic dan tema yang bersangkutan.

5) Simulasi pengukuran intensitas cahaya (lux) kamar dengan pengaturan besar bukaan jendela kamar.

Variabel Penelitian

1) Jenis dan besar presentase dimensi bukaan 2) Posisi dan orientasi bukaan

Tahap-tahap Penelitian

1) Pembentukan gubahan massa sesuai dengan pertimbangan berdasarkan analisis manusia, lingkungan, dan bangunan.

2) Analisis pembayangan untuk menentukan jenis shading dan panjang kanopi yang akan digunakan pada kamar hotel dengan software SketchUp dengan memasukkan lokasi eksistingnya..

3) Buat gubahan massanya di software Ecotect dan atur lokasinya di “Jakarta”. 4) Tentukan waktu analisanya, penulis memilih tanggal 21 Juni karena saat itu posisi

peredaran matahari sedang berada di lintang utara, sehingga pada tanggal tersebut daerah Jakarta akan menerima cahaya matahari lebih lama di bandingkan bila matahari berada di posisi Khatulistiwa maupun di lintang selatan.

5) Tentukan persentase besar bukaan yang akan disimulasikan, yaitu 15%, 20%, 25%, dan 30% bukaan terhadap luas lantai.

6) Setelah itu tentukan titik-titik area kamar yang akan di simulasikan intensitas cahayanya di Ecotect, yaitu pada kamar yang terletak di tengah di lantai 4, 8, dan 13, yaitu kamar terendah, di tengah dan kamar di bagian atas.

7) Kemudian simulasi pengukuran intensitas cahaya (lux) dalam ruang kamar dilakukan terhadap perbedaan dimensi jendela.

8) Hasil tersebut dibandingkan dengan pembuatan zoning kamar hotel beserta dengan standar intensitas cahayanya.

9) Dicari dimensi bukaan yang paling mendekati dengan zoning kamar yang telah dibuat. 10) Ditarik kesimpulan. 11) Kemudian hasil tersebut diujikan kembali dengan jenis bukaan lainnya dengan besar

persentase bukaan yang sama namun dimensi dan letak jendela yang berbeda. 12) Hasilnya di bandingkan dengan hasil kesimpulan pertama. 13) Kesimpulan akhir.

HASIL DAN BAHASAN

Sebelum melakukan analisa simulasi intensitas cahaya dengan software Ecotect, penulis terlebih dahulu melakukan analisis terhadap manusia, lingkungan dan bangunan untuk menghasilkan gubahan massa bangunannya, sehingga sudah diketahui bentuk bangunan dan menentukan orientasi kamar-kamar hotelnya. Berikut adalah hasil gubahan massanya:

Gambar 1 Gubahan Massa

Sumber: hasil olahan pribadi (2013) Memiliki dua tower dengan sayap untuk lebih memaksimalkan luas lahan, sehingga

dengan penambahan sayap tersebut jumlah unit kamar lebih banyak. Massa tower dengan

Page 4: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

4

sayapnya memiliki ketinggian yang berbeda-beda yang dihasilkan dari analisa lingkungan, view, pertimbangan peraturan lahan (KLB-total luas bangunan yang diperbolehkan) serta pertimbangan bentuk proporsi bangunan. Setelah megetahui bentuk massanya, peneliti melakukan analisa pembayangan dengan software SketchUp dan memasukkan lokasi eksistingnya untuk mengetahui panjang kanopi yang dibutuhkan untuk dapat membayangi area kamar dengan sample waktu pukul 09.00 dan 15.00. Penggunaan kanopi biasa di bandingkan dengan kamar menggunakan balkon yang dibentuk sedemikian rupa sehingga bisa berfungsi ganda sebagai sirip vertikal dan horizontal. Hasil pembayangannya lebih efisien yaitu menggunakan balkon yang berfungsi ganda.

Gambar 2 Ilustrasi potongan kamar dengan shading kanopi-

Sumber: buku Sunlighting as Formgiver for Architecture (1986)

Gambar 3 Ilustrasi kamar dengan balkon berfungsi ganda

Sumber: hasil olahan pribadi (2013)

Setelah itu di tentukan ukuran kamar yang akan dilakukan simulasi intensitas cahaya dengan software Ecotect, zoning kegiatan kamar beserta standar luxnya, posisi orientasi kamar, jenis dan besaran bukaan.

Ada 8 jenis kamar, namun semuanya memiliki ukuran penggandaan dari ukuran kamar jenis Executive (luas kamar 40,5 m2 : 32.5 m2 kamar + 8 m2 balkon), sehingga kurang lebih zoning yang di hasilkan hampir sama. Perbedaaanya ada beberapa jenis kamar yang memiliki area tanpa balkon namun ukurannya tetap sama dengan kamar jenis Executive.

Gambar 4 Zoning fungsi kamar serta kebutuhan lux standar berdasarkan SNI

Sumber: Hasil olahan pribadi (2013)

Page 5: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

5

Gambar 5 Zoning fungsi kamar serta kebutuhan lux standar berdasarkan SNI

Sumber: Hasil olahan pribadi (2013)

Besaran intensitas cahaya sesuai SNI: WC : 250 lux Koridor : 100 lux R.Tidur : 150 lux R. kerja : 350 lux Living Room : 120 lux Dapur & R. Makan : 120-250 lux

Penelitian yang akan penulis lakukan adalah membandingkan beberapa besar bukaan jendela

dalam ruang kamar jenis Executive dengan menggunakan balkon dan tanpa balkon, sehingga akan diketahui besar bukaan yang paling mendekati dengan standar lux pada zoning kamar di atas.

Waktu yang digunakan untuk analisa adalah tanggal 21 Juni (Posisi Matahari berada di lintang Utara, sehingga daerah Jakarta akan tersinari lebih lama oleh matahari).

Menurut Lechner (2007) dalam buku Heating, Cooling, Lighting, dikatakan bahwa “Area jendela harus sedikitnya 20 persen dari besaran lantai karena adanya kelebihan panas pada musim panas dan kehilangan panas pada musim dingin. Dengan penggunaan reflektor dan penyebar cahaya, area jendela kecil dapat mengumpulkan cahaya alami yang besar.

Oleh karena itu percobaan besaran bukaan yang penulis lakukan untuk kamar dengan balkon adalah:

1) 15% dari 32.5 m2 (3x1,6 meter, 1 meter dari atas floor to floor) 2) 20% dari 32.5 m2 (3x 2,1 meter, 1 meter dari atas floor to floor) 3) 25% dari 32.5 m2 (3x 2,7 meter, 1 meter dari atas floor to floor) 4) 30% dari 32.5 m2 (3 x 3,25 meter, 1 meter dari atas floor to floor)

Sedangkan percobaan besaran bukaan untuk kamar tanpa balkon adalah: 5) 15% dari 40.5 m2 (3x2 meter, 1 meter dari atas floor to floor) 6) 20% dari 40.5 m2 (3x 2,7 meter, 1 meter dari atas floor to floor) 7) 25% dari 40.5 m2 (3x 3,3 meter, 1 meter dari atas floor to floor) 8) 30% dari 40.5 m2 (3 x 4 meter, 1 meter dari atas floor to floor)

Percobaan besaran bukaan kamar dilakukan di ruang kamar yang letaknya di tengah di: 1. lantai 4 (letak kamar terbawah tower) 2. lantai 8 (letak kamar di tengah tower) 3. lantai 13 (letak kamar bagian atas tower)

Kamar yang dianalisa adalah kamar-kamar yang diberikan nomor 1-6 yang letaknya cenderung berada di tengah-tengah.

Page 6: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

6

Gambar 5 Ilustrasi bentuk massa

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013)

Keterangan Gambar:

: Kamar menghadap Utara (terkena matahari barat), kamar nomor 1-3

: Kamar menghadap Selatan (terkena matahari timur), kamar nomor 4-6

Berikut ini adalah hasil beberapa sample pengukuran besaran bukaan yang dipilih karena posisi kamar-kamar tersebut mendapatkan intensitas cahaya yang lebih besar dari kamar-kamar lainnya:

Kamar dengan balkon lantai 4 nomor 1 (menghadap utara):

Gambar 6 – Hasil Analisis Bukaan Jendela 15% dan 20%

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013)

Gambar 7 – Hasil Analisis Bukaan Jendela 25% dan 30%

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013)

Page 7: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

7

Kamar dengan balkon lantai 8 nomor 6 (menghadap selatan):

Gambar 8 – Hasil Analisis Bukaan Jendela 15% dan 20%

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013)

Gambar 9 – Hasil Analisis Bukaan Jendela 25% dan 30%

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013)

Kamar tanpa balkon lantai 13 nomor 1 (menghadap utara):

Gambar 10 – Hasil Analisis Bukaan Jendela 15% dan 20%

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013)

Page 8: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

8

Gambar 11 – Hasil Analisis Bukaan Jendela 25% dan 30%

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013)

Kamar tanpa balkon lantai 8 nomor 4 (menghadap selatan):

Gambar 12 – Hasil Analisis Bukaan Jendela 15% dan 20%

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013)

Gambar 13 – Hasil Analisis Bukaan Jendela 25% dan 30%

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013) Hasil Analisis Besar Bukaan Jendela

Sebelum mengambil kesimpulan bukaan mana yang paling efisien, ada beberapa faktor yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan besaran bukaan jendela yang paling efisien adalah:

• Standar lux ruang kamar tidur hotel berdasarkan SNI adalah 150 lux. • Besaran jendela minimal 20% dari luasan lantai (Lechner,2007).

Page 9: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

9

• Standar GBCI pada tolok ukur penggunaan Natural Lighting “ Penggunaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas lantai yang digunakan untuk bekerja mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 lux. Perhitungan dapat dilakukan dengan cara manual maupun software.”

• Ruang kerja membutuhkan standar pencahayaan ±350 lux (SNI). • Di dalam kamar hotel terdapat kamar mandi, standar lux kamar mandi 250 lux (SNI). • Dibeberapa jenis kamar ada living room atau tempat-tempat duduk dengan standar lux 120-150 lux

(SNI). • Dibeberapa jenis kamar ada dapur dan ruang makan dengan standar lux 150-250 lux (SNI)

Dengan pertimbangan faktor-faktor di atas dan perbandingan zoning kamar, bukaan yang paling mendekati dengan standar lux SNI adalah sebesar 25% (sebesar 3 x 2,7 meter) untuk ruang kamar dengan balkon.

Gambar 14 – Ilustrasi Perspektif Unit Kamar dengan Balkon Bukaan Sebesar 25%

Sumber: Hasil olahan pribadi – SketchUp (2013)

Area kamar mandinya mendapatkan intensitas yang cukup, area ruang kerja juga mendapat intensitas cahaya yang cukup, serta berdasarkan warna konturnya area yang memiliki intensitas sebesar 300 lux kurang lebih telah memenuhi standar GBCI yaitu 30%.

Gambar 15 – Hasil Analisis Bukaan Jendela dengan Balkon Sebesar 25% & Zoning Kamar

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013)

Bukaan 15% dan 20% masih kurang intensitas cahayanya untuk area kamar mandi, dan ruang kerja, sedangkan bukaan 30% intensitas cahaya yang di hasilkan terlalu besar dan memiliki kemungkinan terjadi silau.

Bukaan ruang kamar tanpa balkon bukaan yang paling mendekati standar lux SNI adalah bukaan sebesar 20% (sebesar 3 x 2,7 meter).

Gambar 16 – Ilustrasi Perspektif Unit Kamar Tanpa Balkon Bukaan Sebesar 20%

Sumber: Hasil olahan pribadi – SketchUp (2013)

Page 10: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

10

Pada bagian tengah-tengah ruangan intensitas yang di butuhkan sekitar 150-250 lux cukup

untuk living room atau ruang makan, daerah ruang kerja mencapai 350 lux, dan daerah yang memiliki pencahayaan 300 lux mencapai kurang lebih 30%. Namun bagian kamar mandinya tetap tidak memenuhi standar pencahayaannya yaitu 250 lux, sehingga tetap membutuhkan bantuan cahaya buatan.

Gambar 17 – Hasil Analisis Bukaan Jendela Tanpa Balkon Sebesar 20% & Zoning Kamar

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect (2013)

Bukaan yang menghasilkan intensitas cahaya (lux) yang cocok untuk kamar mandi hanya bukaan sebesar 30%, namun untuk daerah lainnya terlalu memiliki pencahayaan yang berlebihan, sama dengan bukaan sebesar 25% menghasilkan intensitas cahaya yang cenderung berlebihan Sedangkan untuk bukaan 15% intensitas cahaya yang dihasilkan masih kurang dari standar pencahayaan yang di butuhkan.

Analisis Lanjutan Menentukan Jenis Bukaan yang Paling Efisien

Pada bagian ini penulis akan membandingkan dengan jendela bentuk lain yang tidak memiliki bukaan hingga ke bawah, namun tetap sebesar 25% dari luas lantai menjadi 4x2 meter, 1 meter dari bawah lantai.

Gambar 18 – Perbandingan Jenis Bukaan Jendela

Sumber: Hasil olahan pribadi – Ecotect dan SketchUp (2013) Secara garis besar hasilnya intensitas cahayanya hampir sama, dari segi rata-rata lux dan

zoning bagian area kamar mandi dan koridor kamar. Perbedaan yang terjadi adalah pada bagian depan

Page 11: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

11

di area yang dekat dengan jendela lebih terang bila menggunakan jendela berukuran 4x2 meter, sehingga memungkinkan terjadinya silau pada bagian depan kamar (zona ruang tidur dan ruang kerja).

Sehingga pada akhirnya dipilih jendela berukuran 3x2,7 meter, selain menghasilkan intensitas cahaya yang cukup, juga berfungsi sebagai jendela untuk view sekaligus sebagai pintu menuju balkon.

SIMPULAN DAN SARAN Perancangan hotel butik bintang lima ini mengupayakan unsur hemat energi dari segi

pencahayaan, karena cahaya alami merupakan unsur alam yang gratis dan berlimpah yang masih belum dimanfaatkan secara maksimal dalam gedung-gedung hotel. Dengan memanfaatkan cahaya alami, bukan hanya bisa menghemat energi, tetapi juga bisa menghadirkan visual ruang yang baik yang mempengaruhi psikologis pengguna bangunan yang tidak bisa dihadirkan dengan penggunaan cahaya buatan.

Secara keseluruhan, untuk dapat memanfaatkan pencahayaan alami secara efisien yaitu mengatur agar intensitas cahaya suatu ruangan sesuai dengan standar kebutuhannya. Hal tersebut dipengaruhi dari bentuk bangunan, orientasi, fungsi ruang, jenis bukaan, dan besar bukaan.

REFERENSI BARRY, Raphaël. (2010). Sustainable Building Design with Autodesk Ecotect. (Online). Paris: Le

Sommer Environment (diakses 9 April 2013) dari www.diva-portal.org Jones Lang Lasalle. (2012). Jakarta Property Market Review First Quarter 2012. (Online). (diakses

25 Maret 2013) dari http://www.eurocham.or.id Lam, William M. C. (1986). Sunlight as Formgiver for Architecture. New York: Van Nostrand

Reinhold. Lechner, Norbert. (2007). “Heating, Cooling and Lighting : Metode Desain untuk Arsitektur”. Jakarta:

Rajagrafindo Persada. Khoshroonejad, Sowgol. (2010). A Comparison of Daylight Prediction Methods. (Online).

Gazimağusa, North Cyprus : Eastern Mediterranean University (diakses 9 April 2013) dari http://i-rep.emu.edu

RIWAYAT PENULIS Fransiska Yuanita lahir di Bekasi pada 10 Desember 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2013.

Page 12: HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE …thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2012-2-01212-AR WorkingPaper001.pdf · bangunan dan memiliki kriteria khusus agar ... yang berhubungan

12