Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    1/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 1

    By.FDR

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Trauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami cedera oleh sesuatu

    sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalulintas, indunstri, olahraga, dan trauma

    rumah tangga. Setiap tahun 60 juta penduduk di Amerika Serikat mengalami trauma dan 50

    % memerlukan tindakan medis, 3,6 juta (12% dari 30 juta) membutuhkan perawatan dirumah

    sakit dan menghabiskan biaya sekitar 100 milyar dolar (40%) dari biaya kesehatan di amerika

    serikat. Didapat 300 ribu orang menderita kecacatan yang menetap (1%) kematian sebanyak

    145 ribu orang pertahun (0,5%).

    Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas sekitar 12 ribu orang pertahun,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa trauma dapat menyebabkan : dibutuhkan biaya

     pengobatan yang sangat besar, angka kematian yang tinggi, hilangnya waktu kerja yang

     banyak, kecacatan sementara dan permanen.

    Bedasarkan data di atas maka desakan untuk memperbaiki atau meningkatkan cara

    dan sistem penanggulangan penderita gawat darurat sekarang sangat disarankan. Untuk

    meningkatkan kemampuan penanggulangan trauma dirumah sakit, di Indonesia saat ini

    diadakan kursus advance trauma life suport  (ATLS) yang diikuti terutama oleh para dokteryang berkecimpung dalam bidang trauma.

    Pertolongan penderita trauma perlu dimasyarakatkan dan dokter yang bertugas di

     puskesmas perlu mengetahui dasar-dasar penanggulangan trauma untuk melakukan

     penaggulangan awal dan rujukan ke rumah sakit terdekat.

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    2/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 2

    By.FDR

    BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    2.1.  ANATOMI TIBIA DAN FIBULA

    Os tibia merupakan os longum  yang terletak di sisi medial region cruris. Ini

    merupakan tulang terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang ke

     proksimal untuk membentuk articulation genu dan ke distal terlihat semakin

    mengecil.

    Sumber: http://old.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4868-0550x0475.jpg

    Os fibula atau calf bone terletak sebelah lateral dan lebih kecil dari tibia. Extremitas

     proximalis fibula terletak agak posterior dari caput tibia, dibawah articulation genusdan tulang ini tidak ikut membentuk articulation genus.

    Fascia cruris merupakan tempat perleketan musculus dan bersatu dengan perosteum.

    Ke proximal akan melanjutkan diri ke fascia lata, dan akan melekat di sekitar

    articulation genus ke os patella, ligamentum patellae, tuberositas tibiae dan

    capitulum fibulae. Ke posterior membentuk fascis poplitea yang menutupi fossa

     poplitea. Disini tersusun oleh serabut-serabut transversal yang ditembus oleh vena

    saphena parva. Fascia ini menerima serabut-serabut tendo m.biceps femoris femoris

    http://old.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4868-0550x0475.jpghttp://old.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4868-0550x0475.jpg

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    3/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 3

    By.FDR

    disebelah lateral dan tendo m. Sartorius, m.gracilis, m.semitendinosus, dan

    m.semimembranosus disebelah medial. Ke anterior, fascia ini bersatu dengan

     perosteum tibia serta perostenium capitulum fibulae dan malleolus fibulae. Ke distal,

    faascia ini melanjutkan diri ke raetinaculum mm.extensorum superior dan

    retinaculum mm. flexorum. Fascia ini menjadi tebal dan kuat dibagian proximal dan

    anterior cruris, untuk perlekatan m.tibialis anterior dan m.extensor digitorum longus.

    Tetapi, fascia ini tipis dibagian posterior yang menutupi m.gastrocnemeus dan

    m.soleus. disisi lateral cruris, fascia ini membentuk  septum intermusculare anterius 

    dan septum intermusculare posterius. Musculus di region cruris dibedakan menjadi

    tiga kelompok. Yaitu (a) kelompok anterior, (b) kelompok posterior dan (c) kelompo

    lateralis.

    OTOT-OTOT REGIO CRURIS

    Otot di tungkai bawah terdiri dari otot flexor, extensor dan otot perinei.

      Otot-otot flexor yang terdapat di bagian posterior, terdiri dari 2 lapisan yaitu

    superficial dan profundus: musculus triceps surae, musculus tibialis posterior,

    musculus flexor digitorum longus, dan musculus flexor hallucis longus.

    Musculus triceps surae sendiri terdiri dari musculus soleus, dan musculus

    gastrocnemius (caput mediale dan caput laterale). Musculus triceps surae

     bersama musculus plantaris berinsertio melalui satu tendo, yaitu tendo calcaneus

    (achilles) pada os calcaneus.

      Otot extensor di bagian anterior terdiri dari m.tibialis anterior, m.extensor

    hallucis longus, dan m.extensor digitorum longus.

      Otot perinei terdiri dari m.peroneus longus, m.peroneus brevis, dan m.peroneus

    tertius.

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    4/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 4

    By.FDR

    Sumber: https://www.imaios.com/en/e-Anatomy/Limbs/Lower-extremity-diagrams

    PEMBULUH DARAH DAN SARAF

    Di bagian distal fossa poplitea, arteri poplitea bercabang dua menjadi arteri tibialis

     posterior dan arteri tibialis anterior. Sesuai namanya, masing-masing arteri terdapatdi posterior dan anterior tungkai bawah. Arteri tibialis anterior berakhir sebagai

    arteri dorsalis pedis, dan arteri tibialis posterior menuju telapak kaki dan bercabang

    menjadi arteri plantaris medialis dan arteri plantaris lateralis.

    2.2.  DEFINISI FRAKTUR

    Fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi, tulangrawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

    Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana dan mengapa tulang mengalami

    kepatahan, kita harus mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang

    dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat

    menahan kompresi dan tekanan memuntir atau ( shearing ).

    Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama

    tekanan membengkok, memutar dan tarikan.

    https://www.imaios.com/en/e-Anatomy/Limbs/Lower-extremity-diagramshttps://www.imaios.com/en/e-Anatomy/Limbs/Lower-extremity-diagrams

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    5/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 5

    By.FDR

    Trauma bisa bersifat:

    -  Trauma langsung

    Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur

     pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan

     jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

    Trauma tidak langsung

    Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan kedareah yang lebih

     jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat

    menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak

    tetap utuh.

    Tekanan pada tulang dapat berupa:

    Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik

    -  Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

    Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi,dislokasi, fraktur dislokasi

    -  Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah misalnya

     pada badan vertebra, talus atau fraktur buckel pada anak-anak

    -  Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan

    menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z

    Fraktur oleh karena remuk

    -  Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendon akan menarik sebagian tulang

    2.3.  KLASIFIKASI

    2.5.1. Klasifikasi Etiologis

      Fraktur Traumatik

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    6/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 6

    By.FDR

    Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.

      Fraktur Patologis

    Trejadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis

    didalam tulang

      Fraktur Stres

    Terjadi karena adanya trauma yang terus-menerus satu tempat tertentu.

    2.5.2. Klasifikasi Klinis

      Fraktur tertutup (simple fracture)

    Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan

    dengan dunia luar.

      Fraktur terbuka (compound fracture)

    Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada

    kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau

    fram without (dari luar)

     

    Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

    Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi

    misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.

    2.5.3. Klasifikasi Radiologis

    Klasifikasi ini berdasarkan atas:

    a. 

    Lokalisasi

      Diafisial

      Metafisial

      Intra-artikuler

      Fraktur dengan dislokasi

     b.  Konfigurasi

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    7/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 7

    By.FDR

      Fraktur trasnversal

      Fraktur oblik

      Fraktur spiral

      Fraktur Z

      Fraktur segmental

      Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen

      Fraktur baji biasanya karena vertebra karena trauma kompresi

      Fraktur avulsi, fragmen kecil oleh otot atau tendon, misalnya fraktur

    epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, fraktur petal.

      Fraktur depresi, karena trauma langsung pada tulang tengkorak

      Fraktur impaksi

      Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah

    misalnya pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus.

      Fraktur epifisis

    c.  Menurut eksitensi

      Fraktur total

      Fraktur tidak total (fraktur crack)

      Fraktur buckle atau torus

      Fraktur garis rambut

      Fraktur Green Stick

    d.  Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

      Tidak bergeser (undisplaced )

      Bergeser (displaced )

    Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara:

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    8/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 8

    By.FDR

    -  Bersampingan

    -  Angulasi

    -  Rotasi

    Distraksi

    -  Over-riding

    -  Impaksi

    2.4.  MANIFESTASI KLINIS

    2.4.1. Anamnesis

    Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik fraktur) baik yang

    hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk

    menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat

    karena fraktur tidak selamanya terjadi didaerah trauma dan mungkin fraktur

    terjadi pada daerah lain. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas,

     jatuh dari ketinggian, atau jatuh dari kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena

    mesin atau karena trauma olahraga. Penderita biasanya datang karena, adanya

    nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan

    gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

    2.4.2. Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

    a. 

    Syok, anemia atau perdarahan

     b.  Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sum-sum tulang

     belakang, atau organ-organ dalam rongga thoraks, panggul dan abdomen.

    c.  Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.

    2.4.3. Pemeriksaan lokal

    a. 

    Inspeksi ( Look )

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    9/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 9

    By.FDR

      Bandingkan dengan bagian yang sehat

      Perhatikan posisi anggota gerak

      Keadaan umum penderita secara keseluruhan

      Ekspresi wajah karena nyeri

      Lidah kering atau basah

      Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan

      Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan

    fraktur tertutup atau terbuka

     

    Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari

      Perhatikan adanya deforitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan

      Lakukan survey pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-

    organ lain

      Perhatikan kondisi mental penderita

      Keadaan vaskularisasi

     b.  Palpasi ( Feel )

    Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya

    mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

      Temperatur tempat yang meningkat

       Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan

    oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

      Krepitasi ; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara

    hati-hati.

      Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri

    radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan

    anggota gerak yang terkena

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    10/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 10

    By.FDR

     Refiilling   (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal

    daerah trauma, temperatur kulit.

      Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui

    adanya perbedaan panjang tungkai.

    c. 

    Pergerakan ( Move)

    Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakan secara aktif

    dan pasif sendi prosimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.

    Pada penderita dengan fraktur setiap gerakan akan menyebabkan nyeri

    hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar,

    disamping itu juga kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah

    dan saraf.

    d.  Pemeriksaan neurologis

    Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensorik dan

    motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis

    atau neurotmesis. Kelainan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan

     baik karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim)

     penderita serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.

    e.  Pemeriksaan radiologis

    Foto Polos

    Dengan pemeriksaan klinis kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.

    Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan

    keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta

    kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita menggunakan

     bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum

    dilakukan pemeriksaan radiologis.

    Tujuan pemeriksaan radiologis

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    11/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 11

    By.FDR

      Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

      Untuk melihat ejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

     pergerakannya

      Untuk menentukan teknik pengobatan

      Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

      Untuk menentukan fraktur itu intra-artikuler ataau ekstra-artikuler

      Melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

      Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

    Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua (rule of

    two):

      Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-

     posterior dan lateral

      Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, diatas dan

    dibawah sendi yang mengalami fraktur

     

    Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada

    dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka

     perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang belakang.

      Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang

    skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga diperlukan foto

     berikutnya 10-14 hari.

    2.4.4. 

    Pemeriksaan radiologis lainnya

    Pemeriksaan khusus dengan

    a. 

    Tomografi, misalnya pada fraktur vertebra atau pada fraktur kondilus tibia

     b.  CT  –  Scan

    c.  MRI

    d. 

    Radioisotop scanning

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    12/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 12

    By.FDR

    Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu

    ditanyakan apakah fraktur tertutup atau fraktur terbuka, tulang mana yang

    terkena dan lokasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur serta bentuk

    fraktur itu sendiri.

    Konfigurasi fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu penyembuhan

    fraktur misalnya penyembuhan fraktur transversal lebih lambat dari fraktur

    oblik.

    2.5. 

    PENATALAKSANAAN

    2.5.1.  Fraktur tertutup

    Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam

      Konservatif

      Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan

    K-wire

      Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang

      Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan prostesis

    Konservatif

    Terdiri atas:

      Proteksi semata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi)

    Proteksi pada fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut

    misalnya dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas

    atau tongkat pada anggota gerak bawah.

    Indikasi

    Terutama pada fraktur-fraktur tidak bergeser, fraktur iga yang stabil,

    falangs dan metacarpal atau fraktur klafikula pada anak. Indikasi lain

    yaitu fraktur kompresi pada tulang belakang, impaksi fraktur pada

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    13/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 13

    By.FDR

    humerus proksimal serta fraktur yang sudah mengalami union secara

    klinis, tetappi belum mencapai konsolidasi radiologik.

      Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa direduksi)

    Imobilsasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan sedikit

    imobilisasi biasanya menggunakan plester of paris (gips) atau dengan

     bermacam-macam bidai dai plastik atau metal.

    Indikasi

    Digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses

     penyembuhan.

      Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna,

    menggunakan gips

    Reduksi tertutup yang diarikan manipulasi, dilakukan baik dengan

     pembiusan umum ataupun lokal. Reposisi yang dilakukan melawan

    kekuatan terjadinya fraktur. Menggunakan gips untuk imobilisasi

    merupakan alat utama pada teknik ini.

    Indikasi

    -  Sebagai bidai pada fraktur untuk pertolongan pertama

    -  Imobilisasi sebagai pengobatan definitif pada fraktur

    -  Diperlukan manipulasi pada fraktur yang bergeser dan diharapkan

    dapat direduksi dengan cara tertutup dan dapat dipertahankan. Fraktur

    yang bersifat tidak stabil atau kominitif akan bergerak didalam gips

    sehingga diperlukan pemeriksaan radiologis yang berulang-ulang.

    -  Imobilisasi mencegah fraktur patologis

    -  Sebagai alat bantu tambahan pada fiksasi interna yang kurang kuat

      Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi

    Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti dengan traksi berlanjut dapat

    dilakukan dengan beberapa cara, yaitu traksi kulit dan traksi tulang.

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    14/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 14

    By.FDR

      Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi

    Dengan menggunakan alat-alat mekanik seperti bidai thomas, bidai

     brown bohler, bidai thomas dengan pearson knee flexion attachment.

    Tindakan ini mempunyai tujuan utama berupa redksi bertahapp dan

    imobilisasi.

    Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus

    dengan K-wire

    Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil,

    maka reduksi dapat dipertahankan dengan memasukan K-Wire perkutaneus

    misalnya, pada fraktur suprakondiler pada anak-anak atau fraktur colles. Juga

    dapat dilakukan pada fraktur neck humerus dan pertrokanter dengan

    memasukan batang metal, serta pada fraktur batang femur dengan teknik

    tertutup dan hanyaa membuat lubang kecil pada daerah proksimal femur.

    Teknik ini biasanya memerlukan bantuan alat rontgen image intensifier

    (garm).

    Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang

    Tindakan operasi diputuskan dengan cermat dan dilakukan oleh dokter ahli

     bedah serta pembantunya yang berpengalaman dalam ruangan yang aseptik.

    Operasi harus dilakukan secepatnya (dalam 1 minggu) kecuali bila ada

    halangan.

      Reduksi terbuka dengan fiksasi interna

    Indikasi

    -  Fraktur intra artikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon,

     patela

    Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius

    dan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur tidak stabil

    -  Bila terdapat interposisi jaringan diantara kedua fragmen

    Bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    15/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 15

    By.FDR

    -  Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik

    dengan reduksi tertutup misalnya fraktur Monteggia dan fraktur

    Bennet

    Fraktur terbuka

    -  Bila terdapat kontraindikasi pada imobilisasi eksterna sedangkan

    diperlukan imobilisasi yang cepat, misalnya fraktur pada orang tua

    Eksisi fragmen yang kecil

    -  Eksisi fragmen tulang yang kemungkinan mengalami nekrosis

    avaskuler misalnya fraktur femur pada orang tua

    Fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri

    -  Fraktur epifisis tertentu pada grade III dan IV (Salter-Harris) pada

    anak-anak

    Fraktur multipel misalnya fraktur tungkai atas dan bawah

    -  Untuk mempermudah perawatan penderita misalnya fraktur vertebra

    tulang belakang yang disertai paraplegia

      Reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna

    Reduksi terbuka dengan alat fiksasi eksterna dengan menggunakan

    kanselosa screw dengan metilmetakrilat (akrilik gigi) atau fiksasi

    eksterna dengan jenis-jenis lain.

    Indikasi

    Fraktur terbuka grade II dan grade III

    -  Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat

    Fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartritis

    -  Fraktur yang miskin jaringan ikat

    -  Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita DM

    Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan prostesis

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    16/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 16

    By.FDR

    Pada fraktur leher femur dan sendi siku orang tua, biasanya terjadi nekrosis

    avaskuler dari fragmen atau nonunion, oleh karena dilakukan pemasangan

     porostesis yaitu alat dengan komposisi tertentu untuk menggantikan bagian

    yang nekrosis. Sebagai bahan tambahan sering dipergunakan metilmetakrilat.

    2.5.2.  Fraktur terbuka

    Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan

    lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga

    timbul komplikasi berupa infeksi.

    Luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus

    kulit ( From within) atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru

    atau trauma langsung ( from without ).

    Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan

     penanganan segera yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. Selain

    mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi

    fungsi anggota gerak. Beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam

     penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera,

    secara berhati-hati, debrideman yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting secara dini dan pemberian antibiotik yang

    adekuat.

      Klasifikasi

    Klasifikasi menurut Gustilo, Merkow dan Templeman 

    -  Tipe I

    Luka kecil kurang dari 1 cm panjangnya, biasanya karena luka

    tusukan dari fragmen tulangyang menembus keluar kulit. Terdapat

    sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda-tanda kerusakan

     jaringan yang hebat pada jaringan lunak.fraktur yang terjadi biasanya

     bersifat simpel, transversal, oblik pendek atau sedikit komunitif.

    Tipe II

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    17/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 17

    By.FDR

    Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang

    hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan

    dengan sedikit kontaminasi dari fraktur.

    Tipe III

    Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot,

    kulit dan struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Tipe

    ini biasanya disebabkan oleh trauma yang tinggi.

    Tipe III A

    Jaringan lunak cukup untuk menutupi tulang yang patah walaupun

    terdapat laserasi kulit yang hebat ataupun adanya flap. Fraktur

     bersifat segmental atau komunitif yang hebat.

    Tipe III B

    Fraktur disertai dengan trauma hebat dengan kerusakan dan

    kehilangan jaringan, terdapat pendorong ( stripping ) periost, posisi

    tulang terbuka, kontaminasi yang hebat serta fraktur komunitif yang

    hebat.

    Tipe III C

    Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang

    memerlukan perbaikan segera tanpa memperhatikan tingkat

    kerusakan jaringan.

     

    Penaggulangan fraktur terbuka

    Beberapa prinsip pengelolaan fraktur terbuka:

    -  Obati fraktur terbuka sebagai suatu kegawatan

    -  Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat

    menyebabkan kematian

    -  Brikan antibiotik dalam ruang gawat darurat, dikamar operasi dan

    setelah operasi

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    18/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 18

    By.FDR

    -  Segera dilakukan debrideman dan irigasi yang baik

    -  Ulangi debrideman 24-72 jam berikutnya

    -  Stabilisasi fraktur

    Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari

    -  Lakukan bone grafting autogenous secepatnya

    -  Rehabilitasi anggota gerak yang terkena

      Tahap-tahap pengobatan fraktur terbuka

    -  Pembersihan luka

    Pembersihan luka di lakukan dengan cara irigasi dengan cairan

     NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing

    yang melekat.

    -  Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debrideman)

    Semua jaringan yng kehilangan vaskularisasinya merupakan darah

    tempat pembenihan bakteri sehingga diperlukan eksisi secara

    operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak, fasia, otot, dan

    fragmen-fragmen yang lepas.

    -  Pengobatan fraktur itu sendiri

    Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu traksi skeletal

    atau reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II

    dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.

    Penutupan kulit

    Apabila fraktur tebuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam

    mulai dari terjadinya kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. Hal

    ini tidak dilakukan apabila penutupan membuat kulit sangat tegang.

    Dapat dilakukan split thickness skin-graft  serta pemasangan drainase

    isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang

    dalam. Luka dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak

    lebih dari 10 hari. Kulit dapat ditutup kembali disebut delayet

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    19/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 19

    By.FDR

     primary closure. Yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan

    kulit tidak di paksakan yang mengakibatkan sehingga kulit menjadi

    tegang.

    Pemberian antibiotik

    Pemberian atibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik

    diberikan dalam dosis yang adekuat sebelum, pada saat dan sesudah

    tindakan operasi.

    -  Pencegahan tetanus

    Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan

    tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup

    dengan pemberian toksoid tapi yang belum, dapat diberikan 259 unit

    tetanus imunoglobulin (manusia).

      Komplikasi fraktur terbuka

    1.  Perdarahan, syok septik sampai kematian

    2. 

    Septikemia, toksemia oleh karena infeksi piogenik

    3.  Tetanus

    4.  Gangren

    5.  Perdaran sekunder

    6.  Osteimielitis kronik

    7. 

    Delayet union

    8.   Nonunion dan malunion

    9. 

    Kekakuan sendi

    10. Komplikasi lain oleh karena perawatan yang lama

      Perawatan lanjut dan rehabilitasi fraktur

    1. 

    Menghilangkan nyeri

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    20/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 20

    By.FDR

    2.  Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari

    fragmen fraktur

    3.  Mengharapkan dan mengusahakan union

    4. 

    Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan

    fungsi otot dan sendi, mencegah atrofi otot, adesi dan kekakuan sendi,

    mencegah terjadinya komplikasi seprti dekubitus, trombosis vena,

    infeksi saluran kencing, serta pembentukan batu ginjal.

    5.  Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan tujuan akhir

     pengobatan fraktur. Sejak awal penderita harus dituntun secara

    fisikologis untuk membantu penyembuhan dan pemberian fisioterapi

    untuk memperkuat otot-otot serta gerakan sendi baik secara isomertik

     pada setiap otok yang berada pada lingkup fraktur serta isotonik yaitu

    latihan aktif dinamik pada otot-otot tungkai dan punggung.

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    21/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 21

    By.FDR

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    3.1. IDENTITAS

     Nama : Tn. Firly

     No. DM : 38 46 56

    Umur : 22 tahun

    Alamat : Tanah Hitam

    Pekerjaan : Swasta

    Suku :

    Agama : Islam

    TMRS : 11 Maret 2015

    3.2. 

    ANAMNESIS

    3.2.1.  Mekanisme of injury :

    Pasien datang dengan keluhan utama luka di kaki kiri post kecelakaan lalu lintas

     pada tanggal 9 maret 2015 jam 15.00 Wit. Menurut Pasien, pasien mengendarai

    motor dengan kecepatan ± 60 km/jam saat hendak membelok di tikungan pasien

    tergelincir dan terjatuh sambil terseret dengan motor keluar jalur lalu menabrak

     pohon. Saat menabrak pohon, kaki kiri pasien yang bertama bersentuhan dengan

     pohon. Saat kejadian pasien dalam keadaan sadar, mual dan muntah disangkal

    oleh pasien, pingsan disangkal oleh pasien. Saat terjadi kecelakaan pasien tidak

    dalam pengaruh alkohol.

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    22/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 22

    By.FDR

    3.3.  PRIMARY SURVEY :

    Airway  : Bebas, pasien dapat berbicara jelas.

    Breathing  : Dada simetris, jejas (-), retraksi (-), RR 20/min, deviasi trakea (-).

    Circulation  : Nadi 84/min, TD 120/80 mmHg, CRT < 3 detik.

    Disabillity  : Kesadaran : Alert

    Exposure  : SB 36,9 ºC, Regio pedis sinistra :

    Look : Terbalut elastic verban, edema (+),

    Feel : Nyeri (+), Hangat (+), Pulsasi A. Dorsalis pedis (+)

    Move : Terbatas

    3.4.  SECONNDARY SURVEY :

    Keluhan Utama :

    Pasien datang dengan keluhan utama luka di kaki kiri post kecelakaan lalu lintas pada

    tanggal 9 maret 2015.

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang dengan keluhan utama luka di kaki kiri post kecelakaan lalu lintas pada

    tanggal 9 maret 2015 jam 15.00 Wit. Menurut Pasien, pasien mengendarai motor

    dengan kecepatan ± 60 km/jam saat hendak membelok di tikungan pasien tergelincir

    dan terjatuh sambil terseret dengan motor keluar jalur lalu menabrak pohon. Saat

    menabrak pohon, kaki kiri pasien yang bertama bersentuhan dengan pohon. Saat

    kejadian pasien dalam keadaan sadar, mual dan muntah disangkal oleh pasien, pingsan

    disangkal oleh pasien. Saat terjadi kecelakaan pasien tidak dalam pengaruh alkohol.

    Makan/minum baik, BAB/BAK baik. Pasien sempat dirujuk ke RS Bhayangkara tetapi

    ditolak karena tidak mampu membayar biaya administrasi sehingga pasien akhirnya

    dirujuk ke RSUD Dok II Jayapura. Pasien tiba di RSUD Dok 2 Jayapura tanggal 11

    maret 2015 jam 18.00 Wit.

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    23/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 23

    By.FDR

    3.4.1.  Status Generalis

    Pemeriksaan Kepala

      Rambut : warna hitam

      Mata : CA (+/+), SI (-/-), pupil isokor, Refleks cahaya (+/+)

      Hidung : tidak ada secret, tidak ada deviasi.

      Bibir : mukosa bibir kering, sianosis (-)

      Gigi : caries (-)

      Tidak ada pembesaran KGB, thyroid dan tidak ada peningkatan JVP

    Pemeriksaan thoraks

     

    Paru-paru :

    Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-)

    Palpasi : Vokal fremitus D = S

    Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.

    Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+). Rh (-/-), wh (-/-)

      Jantung :

    Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.

    Palpasi : Tidak teraba ictus cordis, Thrill (-)

    Perkusi : Batas jantung normal, tidak ada pembesaran

    Auskultasi : BJ I - II murni reguler

    Pemeriksaan abdomen

    Inspeksi : Datar

    Auskultasi : Bising usus (+) normal.

    Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

    Perkusi : Tympani seluruh lapang abdomen

    Ekstremitas

    Kekuatan otot :

    5  –  5  –  5 5  –  5  –  5

    5  –  5  –  5 5  –  5  –  5

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    24/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 24

    By.FDR

    Edema(−/−)

    (−/+) 

    3.4.2. 

    Status Lokalis

    Regio cruris sinistra :

    Look : Terbalut elastic verban, edema (+),

    Feel : Nyeri (+), Hangat (+), Pulsasi A. Dorsalis pedis (+)

    Move : Terbatas

    3.5.  KONSULTASI :

    3.5.1. 

    Konsul dr. Sp.OT

    3.6.  JAWABAN KONSUL :

    3.6.1. 

    Cek D, CT, BT

    3.6.2.  Siapkan SIO

    3.6.3.  Besok dokter visite

    3.7.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

    3.7.1.  Pemeriksaan laboratorium

    Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil

    12/3/2015

    WBC 10.03 mm3 HGB 8,9 g/dL

    HCT 26,3 %

    PLT 171.000 

    RBC 3,14

    CT 7’30” 

    BT 3’00” 

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    25/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 25

    By.FDR

    3.7.2.  Pemeriksaan Rontgen

    3.8. 

    RESUME

    Pasien laki-laki 21 tahun merupakan pasien rujukan dari RS Bhayangkara. Pasien

    datang dengan keluhan utama luka di kaki kiri post kecelakaan lalu lintas pada tanggal

    9 maret 2015 jam 15.00 Wit. Pasien mengendarai motor dengan kecepatan ± 60

    km/jam saat hendak membelok di tikungan pasien tergelincir dan terjatuh sambil

    terseret dengan motor keluar jalur lalu menabrak pohon. Saat menabrak pohon, kaki

    kiri pasien yang bertama bersentuhan dengan pohon. Saat kejadian pasien dalam

    keadaan sadar, mual dan muntah disangkal oleh pasien, pingsan disangkal oleh pasien.

    Saat terjadi kecelakaan pasien tidak dalam pengaruh alkohol. Pasien sempat dirujuk ke

    RS Bhayangkara tetapi ditolak karena tidak mampu membayar biaya administrasi

    sehingga pasien akhirnya dirujuk ke RSUD Dok II Jayapura. Pasien tiba di RSUD Dok

    2 Jayapura tanggal 11 maret 2015 jam 18.00 Wit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan

    Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD 120/80 mmHg,

     Nadi 84/min, SB 36,9 ºC, CRT < 2 detik. Makan/minum baik, BAB/BAK baik. Pada

    status lokalis didapatkan Reg. Cruris (s): Look:  Deformitas (+), edema (+), tampak

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    26/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 26

    By.FDR

    vulnus laceratum (+), Feel: Nyeri (+), Hangat (+), Move: Terbatas karena nyeri. Dari

     pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur segmental tibia fibula (s). dari pemeriksaan

    laboratorium didapatkan HB 8,9 gr/dL, sehingga pasien didagnosa dengan Open

    Fraktur Segmental Tibia et fibula (s) grade IIIA. Untuk penatalaksanaan pasien ini

    diberikan IVFD RL 20 tpm makro, Inj. Ketorolac 3 x 1 amp (iv), Inj. Ranitidin 2 x 50

    mg (iv), Inj. Kalnex 3 x 1 amp (iv), Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (iv).

    3.9.  DIAGNOSA

    Open Fraktur Segmental Tibia et fibula (s) grade IIIA

    3.10. PENATALAKSANAAN

    3.10.1.  IVFD RL 20 tetes/min makro

    3.10.2. 

    Inj. Ketorolac 3 x 1 amp (iv)

    3.10.3.  Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (iv)

    3.10.4. 

    Inj. Kalnex 3 x 1 amp (iv)

    3.10.5.  Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (iv)

    3.10.6.  Pasang back slap

    3.11. FOLLOW UP

    Tanggal S O A P

    12/3/2015

    KU: Nyeri padakaki kiri terutama

     bila digerakan

    KU: TSS, Kes: CMTD: 110/80 mmHg

     N: 88/min

    RR: 20/min

    SB: 36,8 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)

    M: Terbatas

    Open FrakturSegmental Tibia

    et fibula (s)

     

    IVFD RL 20tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Kalnex 3 x 1amp (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

      Pasang back

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    27/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 27

    By.FDR

    slap

    13/3/2015

    KU: Nyeri padakaki kiri

    KU: TSS, Kes: CMTD: 110/80 mmHg

     N: 76/min

    RR: 20/minSB: 36,7 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)

    M: Terbatas

    - Open FrakturSegmental Tibia

    et fibula (s)

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Kalnex 3 x 1amp (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

    14/3/2015

    KU: Nyeri pada

    kaki kiri

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 120/80 mmHg

     N: 80/min

    RR: 20/minSB: 36,3 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis pedis (+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s)

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

     

    Inj. Ketorolac 3x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Kalnex 3 x 1

    amp (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

      GV luka

      Pro ORIF tgl

    16/3/2015

    15/3/2015

    KU: Nyeri pada

    kaki kiri

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/80 mmHg

     N: 92/minRR: 20/min

    SB: 36,8 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elasticverban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s)

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

     

    GV luka

      Pro ORIF tgl

    16/3/2015

    16/3/2015

    KU: Nyeri pada

    kaki kiri

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 120/80 mmHg

     N: 84/min

    RR: 20/min

    SB: 36,9 ºCStatus Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elasticverban

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s)

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

     

    Inj. Ceftriaxone

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    28/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 28

    By.FDR

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)

    M: Terbatas

    2 x 1 gr (iv)

      GV luka

      Pro ORIF

    17/3/2015

    KU: Nyeri pada

    kaki kiri

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/70 mmHg N: 88/min

    RR: 20/min

    SB: 36,8 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibiaet fibula (s)

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

      GV luka

      Pro ORIF

     

    GV Luka

    18/3/2015

    KU: Nyeri pada

    kaki kiri

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/80 mmHg N: 68/min

    RR: 16/min

    SB: 36,5 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibiaet fibula (s)

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftriaxone2 x 1 gr (iv)

     

    Pro ORIF

    19/3/2015

    KU: Nyeri padakaki kiri

    KU: TSS, Kes: CMTD: 110/80 mmHg

     N: 68/min

    RR: 16/min

    SB: 36,5 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)M: Terbatas

    - Open FrakturSegmental Tibia

    et fibula (s)

      IVFD RL 20tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftriaxone2 x 1 gr (iv)

     

    Pro ORIF

    20/3/2015

    KU: Nyeri pada

    kaki kiri

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/80 mmHg

     N: 88/min

    RR: 20/min

    SB: 36,8 ºC

    Status Generalis : DBNStatus Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s) Gr.

    IIIA

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    29/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 29

    By.FDR

    M: Terbatas   Transfusi PRC

      Pro ORIF

    21/3/2015

    KU: Nyeri pada

    kaki kiri

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 120/80 mmHg

     N: 84/min

    RR: 20/min

    SB: 36,9 ºCStatus Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s) Gr.

    IIIA

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

     

    Inj. Ketorolac 3x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

      Pro ORIF

    22/3/2015

    KU: Nyeri pada

    kaki kiri

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/80 mmHg

     N: 82/min

    RR: 18/min

    SB: 36,8 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verbanF: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s) Gr.

    IIIA

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

     

    Inj. Ketorolac 3x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

      Pro ORIF

    23/3/2015

    KU: Nyeri pada

    kaki kiri

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 120/80 mmHg

     N: 84/minRR: 20/minSB: 36,9 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s) Gr.IIIA

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

     

    Inj. Ketorolac 3x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

      Pro ORIF

    24/3/2015

    KU: Nyeri pada

    kaki kiri

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 120/80 mmHg

     N: 80/minRR: 20/min

    SB: 36,3 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elasticverban

    F: nyeri(+), pulsasi a. dorsalis

     pedis (+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s) Gr.IIIA

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

     

    Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

      Pro ORIF hari

    ini

    25/3/2015

    KU: Nyeri pada

     bekas Operasi

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/70 mmHg

     N: 88/min

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s) Gr.

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    30/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 30

    By.FDR

    RR: 20/min

    SB: 36,2 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verbanF: nyeri(+)

    M: Terbatas

    IIIA + ORIF et

    Debrideman

    - POD 1

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftriaxone

    2 x 1 gr (iv)

      Gentamisin 3x1

    amp

    26/3/2015

    KU: Nyeri pada bekas Operasi

    KU: TSS, Kes: CMTD: 120/80 mmHg

     N: 98/min

    RR: 20/min

    SB: 37,2 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elasticverban

    F: nyeri(+)

    M: Terbatas

    - Open FrakturSegmental Tibia

    et fibula (s) Gr.

    IIIA + ORIF et

    Debrideman

    - POD 2

      IVFD RL 20tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

     

    Inj. Ceftazidime2x1 gr (iv)

      Gentamisin 3 x

    1 amp (iv)

      Aff Drain

      GV Luka

      Blleder training

    27/3/2015

    KU: Nyeri pada

     bekas Operasi

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/80 mmHg N: 88/min

    RR: 20/min

    SB: 36,8 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibiaet fibula (s) Gr.

    IIIA + ORIF et

    Debrideman

    - POD 3

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

     

    Inj. Ketorolac 3x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftazidime

    2x1 gr (iv)

      Gentamisin 3 x

    1 amp (iv)

      GV luka

     Aff DC

    28/3/2015

    KU: Nyeri pada

     bekas Operasi

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 120/80 mmHg

     N: 84/min

    RR: 20/min

    SB: 36,9 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s) Gr.

    IIIA + ORIF et

    Debrideman

    - POD 4

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftazidime2x1 gr (iv)

      Gentamisin 3 x

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    31/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 31

    By.FDR

    1 amp (iv)

    29/3/2015

    KU: Nyeri pada

     bekas Operasi

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/80 mmHg N: 88/min

    RR: 20/min

    SB: 36,8 ºCStatus Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibiaet fibula (s) Gr.

    IIIA + ORIF et

    Debrideman- POD 5

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftazidime

    2x1 gr (iv)

      Gentamisin 3 x

    1 amp (iv)

      Metronidazole 3

    x 500 mg (iv)

      Cek albumin +

    LED besok

    30/3/2015

    KU: Nyeri pada

     bekas Operasi

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/70 mmHg

     N: 86/min

    RR: 20/min

    SB: 36,8 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verbanF: nyeri(+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s) Gr.

    IIIA + ORIF et

    Debrideman- POD 6

      IVFD RL 20

    tetes/min makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftazidime

    2x1 gr (iv)

      Gentamisin 3 x

    1 amp (iv)

      Metronidazole

    3x500 mg (iv)

      Cek Albumin +

    LED

    31/3/2015

    KU: Nyeri pada

     bekas Operasi

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/80 mmHg

     N: 76/min

    RR: 20/min

    SB: 36,5 ºC

    Status Generalis : DBNStatus Lokalis:Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s) Gr.

    IIIA + ORIF et

    Debrideman

    POD 7

      IVFD Asering

    20 tetes/min

    makro

      Inj. Ketorolac 3

    x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftazidime

    2x1 gr (iv)

      Gentamisin 3 x

    1 amp (iv)

      Metronidazole 3

    x 500 mg (iv)

    1/4/2015KU: Nyeri pada

     bekas Operasi

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/80 mmHg

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

      IVFD Asering

    20 tetes/min

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    32/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 32

    By.FDR

     N: 72/min

    RR: 20/min

    SB: 36,1 ºC

    Status Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elasticverban

    F: nyeri(+)

    M: Terbatas

    et fibula (s) Gr.

    IIIA + ORIF et

    Debrideman

    - POD 8

    makro

      Inj. Ketorolac 3x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftazidime

    2x1 gr (iv)

      Gentamisin 3 x

    1 amp (iv)

      Metronidazole 3

    x 500 mg (iv)

    2/4/2015

    KU: Nyeri pada

     bekas Operasi

    KU: TSS, Kes: CM

    TD: 110/80 mmHg

     N: 88/min

    RR: 20/min

    SB: 36,9 ºCStatus Generalis : DBN

    Status Lokalis:

    Reg. Cruris (s) :

    L: Tampak terbalut elastic

    verban

    F: nyeri(+)

    M: Terbatas

    - Open Fraktur

    Segmental Tibia

    et fibula (s) Gr.

    IIIA + ORIF et

    Debrideman- POD 9

      IVFD Asering

    20 tetes/min

    makro

     

    Inj. Ketorolac 3x 1 amp (iv)

      Inj. Ranitidin 2

    x 50 mg (iv)

      Inj. Ceftazidime

    2x1 gr (iv)

      Gentamisin 3 x

    1 amp (iv)

      Metronidazole 3

    x 500 mg (iv)

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    33/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 33

    By.FDR

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Untuk menentukan suatu diagnosis pada kasus trauma, membutuhkan ketelitian saat

    memeriksaan awal ketika pasien datang, hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik

    akan membantu menentukan keberhasilan dari tindakan yang akan diambil. Pasien

    mengendarai motor dengan kecepatan ± 60 km/jam saat hendak membelok di tikungan pasien

    tergelincir dan terjatuh sambil terseret dengan motor keluar jalur lalu menabrak pohon. Saat

    menabrak pohon, kaki kiri pasien yang bertama bersentuhan dengan pohon. Saat kejadian

     pasien dalam keadaan sadar, mual dan muntah disangkal oleh pasien, pingsan disangkal oleh

     pasien. Saat terjadi kecelakaan pasien tidak dalam pengaruh alkohol. Dari anamnesis yang

    dilakukan terhadap teman dan pasien sendiri didapatkan bahwa pasien mengalami trauma

    karena kecelakaan lalu lintas pada daerah tungkai bawah sebelah kiri. Dan saat kejadian,

    menurut pasien sendiri terjadi banyak perdarahan dari luka tersebut. Teori mengatakan bahwa

    fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera yang

    terstandar untuk mengurangi resiko infeksi.

    Primary sourvey pada pasien ini berupa penilaian keadaan pasien dan prioritas terapi

    didasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda vital dan mekanisme trauma. Pada pasien yang

    terluka parah, terapi diberdasarkan prioritas. Tanda vital pasien harus dinilai secara cepat dan

    efisien. Pengelolaan pasien berupa primary sourvey yang cepat dan kemudian resusitasi,

    secondary sourvey dan akhirnya terapi deinitif. Proses ini merupakan ABCDE-nya trauma,

    dan berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebh dahulu, dengan

     berpatokan pada urutan berikut: 1) airway, menjaga airway dengan kontrol servikal, 2)

     breathing, menjaga pernapasan dengan ventiilasi, 3) circulation, dengan kontrol perdarahan

    4) disabillity, yaitu dengan menilai status neurologis, 5) expossure/enviromental control,

     buka baju pasien, sambil kita mencegaah hipotermi. Selama primary sourvey keadaan yang

    mengancam nyawa harus dikenali, dan resusitasinya dilakukan saat itu juga.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,

    kesadaran pasien compos mentis. TD 120/80 mmHg, Nadi 84/min, Respirasi 20/min dan

    Suhu badan 36,8°C. Untuk status interna didapatkan konjungtiva anemis dan edema pada

    tungkai sebelah kiri. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada pasien-pasien dengan fraktur,

    terutama fraktur pada tulang panjang seperti femur dan tibia dapat menyebabkan kehilangan

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    34/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 34

    By.FDR

    darah sampai 1500 cc. Sehingga pada keadaan seperti ini dapat menyebabkan anemia pada

     pasien-pasien yang mengalami fraktur.

    Dari pemeriksaan pada status lokalis didapatkan Regio cruris sinistra  : Look:

    tampak terbalut elastic verban (+), edema (+), Feel: Nyeri (+), Hangat (+), Move: Terbatas

    karena nyeri. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada pasien-pasien dengan fraktur terbuka

     pada pemeriksaan fisik akan didapatkan pada inspeksi (look) adanya tanda-tanda anemia

    karena perdarahan, deforitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan. Pada palpasi akan

    didapatkan temperatur yang meningkat dan adanya nyeri tekan. Sedangkan pada pergerakan

    (move) penderita dengan fraktur setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji

     pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga kerusakan pada jaringan

    lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

    Untuk menegakan diagnosis suatu fraktur sebenarnya berdasarkan pemeriksaan fisik

    dan mpemerikaan status lokalis kita sudah mencurigai adanya suatu fraktur pada ekstremitas

    yang bersangkutan. Tetapi untuk menentukkan letak fraktur, dan konfigurasi fraktur maka

    dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen ekstremitas yang bersangkutan.

    Berdasarkan hasil rontgen pasien ini didapatkan fraktur pada tulang tibia dan fibula dengan

    konfigurasi frakur yaitu segmental.

    Untuk penatalaksanaan pada pasien ini adalah luka pasien dibersihkan dengan

    membuang jaringan-jaringan yang sudah mati. Lalu dilakukan pengobatan fraktur itu sendiri

     berupa reduksi terbuka dengan pemasangan fiksasi eksterna. Hal ini sesuai dengan teori

     bahwa. Tahap-tahap pengobatan fraktur terbuka terdiri dari: 1) Pembersihan luka.

    Pembersihan luka di lakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara

    mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat. 2) Eksisi jaringan yang mati dan

    tersangka mati (debrideman). Semua jaringan yng kehilangan vaskularisasinya merupakan

    darah tempat pembenihan bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit,

     jaringan subkutaneus, lemak, fasia, otot, dan fragmen-fragmen yang lepas. 3) Pengobatan

    fraktur itu sendiri. raktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau

    reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi

    dengan fiksasi eksterna. 4) Penutupan kulit. Apabila fraktur tebuka diobati dalam waktu

    golden periode (6-7 jam mulai dari terjadinya kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. Hal

    ini tidak dilakukan apabila penutupan membuat kulit sangat tegang. Dapat dilakukan  split

    thickness skin-graft   serta pemasangan drainase iasp untuk mencegah akumulasi darah dan

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    35/36

    LAPORAN KASUS | Open Fraktur Segmental Tibia et Fibula (s) Gr. III A 35

    By.FDR

    serum pada luka yang dalam. Luka dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak

    lebih dari 10 hari. Kulit dapat ditutup kembali disebut delayet primary closure. Yang perlu

    mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak di paksakan yang mengakibatkan sehingga

    kulit menjadi tegang. 5) Pemberian antibiotik . Pemberian atibiotik bertujuan untuk

    mencegah infeksi. Antibiotik diberikan dalam dosis yang adekuat sebelum, pada saat dan

    sesudah tindakan operasi. 6) Pencegahan tetanus. Semua penderita dengan fraktur terbuka

     perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif

    cukup dengan pemberian toksoid tapi yang belum, dapat diberikan 259 unit tetanus

    imunoglobulin (manusia).

  • 8/8/2019 Open Fraktur Segmental Tibia Et Fibula Sinistra

    36/36

    BAB V

    KESIMPULAN

    5.1. KESIMPULAN

    Untuk menentukan suatu diagnosis pada kasus trauma pada ekstremitas yang

    menyebabkan fraktur, membutuhkan ketelitian saat pemeriksaan awal ketika pasien

    datang, hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapat membantu menentukan

    keberhasilan dari tindakan yang akan diambil. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

    dan pemeriksaan penunjang yang di temukan pasien didiagnosis dengan Open fraktur

    segmental Tibia et Fibula (s) grade III A.