106
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI-DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: KURNIA 106016200599 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Oleh: KURNIA

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Oleh: KURNIA

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI-DISCOVERY

LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

TERMOKIMIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

KURNIA

106016200599

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: Oleh: KURNIA
Page 3: Oleh: KURNIA
Page 4: Oleh: KURNIA

i

ABSTRAK

Kurnia, Pengaruh Metode Inkuiri –Discovery Learning Terhadap Hasil

Belajar Siswa Pada Materi Termokimia ” Skripsi, Program Studi Pendidikan

Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri-discovery

learning terhadap hasil belajar siswa pada meteri termokimia. Penelitian ini

dilakukan di MAN Rengasdengklok-Karawang. tahun ajaran 2010/2011.

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dan pengambilan

sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 30

siswa kelas XI IPA A sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa kelas XI IPA B

sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil

belajar dan hasilnya diuji dengan menggunakan uji “t”. Dari hasil perhitungan uji t

diperoleh nilai thitung sebesar 6,6888 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α

= 0,05 sebesar 1,931 atau thitung > ttabel. Ini berarti Ho ditolak. Maka dapat

disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh dalam penggunaan

metode belajar inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri-discovery learning dapat

mneningkatkan hasil belajar siswa.

Kata kunci: Metode inkuiri-discovery learning, Hasil Belajar Kimia.

Page 5: Oleh: KURNIA

ii

ABSTRACS Kurnia, Contribution of Inquiry-discovery learning Method Toward the Result of

students of Materials Thermochemical. Skripsi, Chemistry Education Program,

Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah Teaching Syarif Hidayatullah

Jakarta Islamic State University.

This research aims to know comparison the result of students chemistry between

using cooperative learning model type NHT and TPS. The research has conducted

in SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, academic year 2010/2011. The research

method used is a quasi experimental and sampling using a purposive sampling

technique. Study sample amounted to 34 students a class XI IPA 6 as the first

experimental class and 34 students a class XI IPA 7 as second experimental class.

The instrument of research is instrument of learning achievement test, and result

tested using t-test. The research shows the result from the calculation of “t” test

(α = 0,05), obtained that score (5,74) > ttable (1,99). It’s means Ho refused.

Finally, It can be concluded that Ha have a difference between the results of

students chemistry is taught with cooperative learning type NHT and TPS

acceptable. This suggests that the use of cooperative learning model type NHT

can improve student learning outcomes in comparison with the chemical using a

model of cooperative learning type TPS.

Page 6: Oleh: KURNIA

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul

“Pengaruh Metode Inkuiri-Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada

Materi Termokimia”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dengan segala daya dan upaya, penulis berusaha menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis tidak menutup diri untuk

menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mungkin tidak terlaksana tanpa adanya

bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

bapak/ibu:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dedi Irwandi, M.Si selaku dosen penasehat sekaligus pembimbing I yang senantiasa

membantu mahasiswanya.

5. Tonih Feronika, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu,

tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam

menyusun skripsi ini.

6. Drs. Kusnawan, M.P.Mat, selaku kepala sekolah MAN Rengasdengklok.

7. Orang tua saya yang mendukung lahir dan batin serta tak henti mendoakan saya.

8. Suami ku yang senantiasa mendukung.

9. Anak-anak ku, semoga kalian jadi anak yang soleh dan solehah.

Page 7: Oleh: KURNIA

iv

10. Teman-teman seperjuangan yang telah mendahului saya lulus dari kampus tercinta,

semoga kesuksesan kalian mengikuti langkah saya.

11. Dan untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu namun

tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya.

Besar harapan penulis agar penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca umumnya dan untuk penulis khususnya.

Jakarta, Januari 2014

Penulis

Page 8: Oleh: KURNIA

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK………………………………………………………………………………... i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… iii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………………… v

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………… vi

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………… vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………. 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………………... 6

C. Pembatasan Masalah………………………………………………….. 7

D. Perumusan Masalah…………………………………………………… 7

E. Tujuan Masalah……………………………………………………….. 7

F. Manfaat Masalah……………………………………………………… 7

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Landasan Teori………………………………………………………... 9

1. Metode Inkuiri-Discovery Learning……………………………….. 9

2. Metode Ceramah dan Latihan (Drill) ……………………………... 16

3. Belajar dan Hasil Belajar…………………………………………... 21

B. Kerangka Berfikir……………………………………………………... 26

C. Hipotesis Penelitian…………………………………………………… 28

D. Hasil Penelitian Yang Relevan………………………………………... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………..... 31

B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel.............................. 31

C. Metode Penelitian……………………………………………………… 32

Page 9: Oleh: KURNIA

v

D. Variabel Penelitian…………………………………………………....... 32

E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………... 32

F. Instrumen Penelitian…………………………………………………… 34

1. Tingkat Kesukaran……………………………………………….... 35

2. Daya Beda…………………………………………………………. 35

3. Validitas Instrumen……………………………………………….... 36

4. RealibilitasInstrumen………………………………………………. 37

G. Teknik Analisis Data…………………………………………………… 38

1. Uji Normalitas Data………………………………………………... 38

2. Uji Homogen……………………………………………………….. 39

3. Pengujian Hipotesis………………………………………………... 40

H. Hipotesis Statistik ……………………………………………………... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Analisis Data……………………………………………. 42

1. Deskripsi Data……………………………………………………… 42

2. Analisis Data……………………………………………………….. 43

B. Pembahasan…………………………………………………………….. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 52

B. Saran……………………………………………………………………. 53

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 54

LAMPIRAN

Page 10: Oleh: KURNIA

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian

Tabel 4.1 Hasil belajar kelas eksperimen

Tabel 4.2 Hasil belajar kelas kontrol

Tabel 4.3 Hasil uji normalitas data hasil belajar

kelas eksperimen

Tabel 4.4 Hasil uji normalitas data belajar

kelas kelas kontrol

Tabel 4.5 Hasil uji homogenitas data hasil belajar

kelas eksperimen dan kelas kontrol

Tabel 4.6 Hasil uji hipotesis data hasil belajar (pretest)

Tabel 4.7 Hasil uji hipotesis data hasil belajar (posttest)

Page 11: Oleh: KURNIA

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 …………………………………………………………………………... 27

Gambar 2.3 …………………………………………………………………………… 28

Gambar 2.4 …………………………………………………………………………… 30

Page 12: Oleh: KURNIA

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran kontrol……………………………… 61

Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen…………………… 64

Lampiran 3 Kisi-kisi instrumen………………………………………………………... 78

Lampiran 4 Lembar kerja siswa………………………………………………………... 92

Lampiran 5 Nilai hasil ujian siswa……………………………………………………... 95

Lampiran 6 Distribusi frekuensi posttest ……………………………………………… 96

Lampiran 7 Perhitungan uji normalitas posttest ………………………………………. 100

Lampiran 8 Perhitungan uji homogenitas ……………………………………………... 102

Lampiran 9 Perhitungan uji hipotesis uji-t……………………………………………... 103

Lampiran 10 Tabel nilai kritis uji liliefors…………………………………………….... 104

Lampiran 11 Tabel nilai presentil distribusi F…………………………………………… 105

Lampiran 12 Tabel distribusi t…………………………………………………………… 108

Lampiran 13 Rekapitulasi instrument penelitian………………………………………... 109

Page 13: Oleh: KURNIA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membantu

perkembangan dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan

hidupnya sebagai individu dan sebagai warga negara.1 Pendidikan adalah

usaha manusia untuk membina keperibadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat, kebudayaan dan agama.2

Adapun tujuan pendidikan dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”3

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut tentunya harus di

tunjang dengan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan

nasional dalam arti dan lingkup yang seluas-luasnya merupakan titik berat

pembangunan di bidang pendidikan. Dalam rangka upaya mewujudkan mutu

yang setinggi-tingginya, pemerintah dan masyarakat yang berasal dalam

jajaran pendayaguna sumber daya pendidikan tak henti-hentinya mengadakan

pembenahan terhadap dimensi-dimensi penentu kemajuan pendidikan.4

Upaya pendidikan diaplikasikan melalui kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran adalah upaya untuk mengubah siswa yang belum terdidik

1 Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar

Biologi Pada Siswa SMUN III Ambon, (Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 2, November, 2004), h. 1 2 Zulfikar Ali Buto, Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner DalamNuansa

Pendidikan Modern, Millah Edisi Khusus Desember 2010 STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

Email: [email protected] hal. 56 3 UU Republik Indonesia no. 20 tahun 2003, h. 3

4 Zulfa Amrina, Studi Tentang Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Menggunakan

Metode Penemuan dan Metode Ekspositori Dalam Kaitannya Dengan Taraf Intelegensi Siswa,

Edukasi, h. 1

Page 14: Oleh: KURNIA

2

menjadi siswa yang terdidik, yang belum memiliki pengetahuan tentang

sesuatu menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.5 Untuk melaksanakan

proses pembelajaran perlu adanya persiapan dari seorang guru diantaranya

persiapan terhadap situasi, persiapan terhadap peserta didik yang akan

menerima pelajaran, persiapan metode mengajar, persiapan alat bantu dan

persiapan bahan pelajaran.

Dalam pembelajaran tersebut terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi. Diantaranya yaitu faktor guru, siswa, sarana, prasarana dan

lingkungan. Guru adalah salah satu komponen yang sangat menentukan dalam

kegiatan pembelajaran. Guru disini berperan sebagai penyalur ilmu, motivator,

pembimbing dan banyak lagi peran guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru

sebagai pendidik tidak hanya sebagai sumber informasi tetapi juga sebagai

fasilitator yang membelajarkan peserta didik. Sebagai fasilitator guru harus

menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membimbing

peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam

diri peserta didik baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan

keterampilan (psikomotor). Selain peran guru yang sudah disebutkan di atas,

peran penting guru lainnya yaitu menguasai dan memahami serta

mengaplikasikan jenis-jenis/variasi metode pembelajaran sebagai usaha guru

untuk menjadikan siswanya merasa nyaman untuk belajar, membuat siswa

tertarik untuk mempelajari materi yang terkadang dianggap rumit, dan

menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan.

Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor

siswa yang perannya tidak kalah penting dengan guru. Selain sebagai

penerima ilmu yang diberikan guru, siswa juga berperan dalam hal

pemahaman materi yang diterimanya dari guru. Untuk itu peran aktif siswa

haruslah diperhatikan. Jangan sampai siswa hanya duduk terdiam menerima

materi dari guru saja. Sangat dianjurkan siswa ikut serta dalam membangun

5 Dr. Aunurrahman, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.

34

Page 15: Oleh: KURNIA

3

pemaham agar ilmu yang didapat tidak mudah dilupakan. Artinya materi yang

diberikan bertahan lama dalam ingatan siswa. Hal tersebut dapat terwujud jika

guru bisa mengexploitasi potensi siswa dan mengajak terjun langsung

menemukan masalah.

Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor

sarana dan prasarana. Dan dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor

yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas

dan faktor iklim sosial-psikologi. Adapun faktor organisasi kelas diantaranya

persiapan, pemeliharaan disiplin dan pemberian dorongan belajar, komunikasi

pengajar, peserta didik serta bangunan tempat atau kelas.6

Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang memberikan

jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana fenomena alam yang

berkaitan dengan komposisi, struktur, dinamika dan energetik zat yang

melibatkan keterampilan dan penalaran.7

Sudah menjadi rahasia umum, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

yang sulit dimengerti karena bersifat abstrak walaupun manfaat nyatanya

banyak dan sangat berhubungan langsung dengan aplikasi kehidupan sehari-

hari. Dengan karakteristik konsep kimia yang rumit dan abstrak seperti

disebutkan di atas maka dibutuhkan metode yang dapat memudahkan

pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tersebut.

Kualitas proses pembelajaran kimia dewasa ini dapat dilihat dari

kegiatan pembelajaran yang bersifat regular, artinya pemilihan pendekatan,

strategi, metode kurang bervariasi atau bisa dikatakan masih bersifat

konvensional. Proses belajar mengajar cenderung dimulai dengan orientasi

dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari

siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes. Proses

belajar yang demikian memungkinkan siswa tidak mengalami banyak hal yang

seharusnya menjadi pengalaman yang dapat menunjang pengetahuannya. Dan

6 Bohar Suharto, Pendekatan dan Teknik Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito,

1996), h. 55 7 Suyanto, dkk, Kimia Untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 1

Page 16: Oleh: KURNIA

4

siswa pun akan merasa bosan karena tidak ada hal yang menarik yang

disajikan guru. Apalagi materi kimia yang dianggap sulit.

Peningkatan mutu pembelajaran kimia secara khusus diperlukan

perubahan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebelumnya proses belajar

mengajar untuk mata pelajaran kimia kurang fokus pada siswa. Artinya bahwa

masih banyaknya pelaksanaan pembelajaran yang di dominasi oleh guru. Dari

mulai pemberian materi, pemecahan masalah dan hal lain yang sebenarnya

bisa dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa diperlukan

model, strategi maupun metode belajar yang efektif, terutama untuk materi

pelajaran atau pokok bahasan yang bersifat abstrak atau materi yang sifatnya

tidak cukup hanya melalui pemberian materi secara verbal. Salah satu jalan

keluarnya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk terjun langsung dalam menemukan masalah

dan memecahkannya baik secara mandiri maupun berkelompok.

Aunurrahman menjelaskan implikasi prinsip belajar dalam

pembelajaran, salah satunya yakni prinsip keterlibatan langsung. Dimana

siswa di dalam proses pembelajara memiliki intensitas keaktifan yang lebih

tinggi. Siswa tidak hanya mendengar, mengamati dan mengikuti melainkan

terlibat langsung dalam melaksanakan percobaan, peragaan atau

mendemonstrasikan sesuatu.8

Jika dalam pembelajaran siswa merasa belum paham dan tidak mampu

menemukan konsep utama dalam meteri yang diberikan mengenai kimia

khususnya, maka ada kemungkinan materi kurang tersampaikan dengan jelas

dan disinilah peran guru diperlukan. Dengan kata lain guru bertugas membuat

siswanya memahami materi dengan menggunakan metode maupun stratetgi

tertentu.

Ketuntasan belajar yang belum sepenuhnya tercapai, tujuan

pembelajaran yang belum benar-benar fokus secara maksimal, kurangnya

8 Dr. Aunurrahman, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.

121

Page 17: Oleh: KURNIA

5

variasi metode belajar yang digunakan guru dalam pembelajaran

mengakibatkan siswa tidak bisa merasakan sensasi belajar dengan

menggunakan metode lain selain ceramah. Hal tersebut adalah faktor yang

bmenjadikan kurangnya kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan analis

ketika melakukan suatu percobaan dengan menggunakan konsep dan prinsip

kimia yang dipelajari. Disinilah peran guru dalam menerapkan metode

maupun strategi yang tepat untuk mensiasati permasalahan tersebut.

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan

nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.9 Dengan metode yang

baik dan bersifat efisien terhadap bahan ajar maka besar kemungkinan materi

tersampaikan dengan baik dan dapat dipahami oleh siswa. Untuk itu guru

perlu memiliki keterampilan dalam memilah dan memilih metode mana yang

akan digunakan supaya mendapat ketuntasan dalam pembelajaran. Baik itu

ketuntasan pada pemahaman siswa, ketercapaian nilai yang bagus serta

kualitas kemampuan siswa menjadi lebih baik.

Terdapat banyak metode dalam dunia pembelajaran. Namun guru

harus memperhatikan metode, strategi, pendekatan ataupun model

pembelajaran mana yang sekiranya dapat menopang kemampuan siswa agar

mudah dalam memahami materi yang diberikan. Salah satu metode yang

berpusat pada siswa (student centre) yang mengajak siswa terjun langsung

dalam identifikasi masalah, mengumpulkan data secara mandiri dan

memprosesnya secara berkelompok dan membuktikan hasil identifikasi

melalui percobaan serta melatih siswa untuk membuat kesimpulan dari data

yang diperoleh adalah metode inkuiri-discovery learning.

Pengetahuan yang diperoleh melalui proses penemuan akan bertahan lama dan

mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan

9 Dra. Sutriari Astati, MM, Apa Perbedannya: Model, Metode, Strategi, Pendekatan Dan

Teknik Pembelajaran, (LMPD D.I Yogyakarta “The services for better education”, 2011), h.1,

Page 18: Oleh: KURNIA

6

penalaran dan kemmapuan berfikir secara bebasdan melatih keterampilan-

keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.10

Permasalahan dalam pembelajaran diharapkan dapat teratasi dengan

penggunaan metode inkuiri-discovery learning yang sebelumnya belum

pernah digunakan. Metode ini menekankan pada kemandirian, proses berfikir

secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu

masalah. Jadi pada dasarnya tujuan inkuiri adalah melatih siswa belajar

menemukan sendiri pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Juga

memahami materi tersebut melalui pengalaman yang ditemukan melalui

proses inkuiri. Dan melalui metode inkuiri-discovery learning ini pula

diharapkan mampu mengasah kemampuan siswa dalam hal kognitif maupun

afektif.

Peneliti terdahulu telah banyak meneliti terkait metode pembelajaran

inkuiri. Nik Kar dan kawan-kawan dalam jurnalnya yang berjudul Kesan

Pendekatan Inkuiri Penemuan Terhadap Pencapaian Pelajar Dalam Mata

Pelakaran Kimia dan Hermalina Abarua dalam jurnalnya yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada

siswa SMUN III Ambon”, keduanya menyatakan bahwa terdapat perubahan

hasil belajar yang signifikan sesudah menggunakan metode inukiri.

Berdasarkan latar belakang tersebutlah peneliti ingin mengetahui

sejauh mana pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning

terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia.

B. Identifikasi Masalah

Dari hasil pembahsan latar belakang masalah, penulis menyimpulkan

permasalahan yang ada diantaranya:

1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru

2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga

menghambat pemahaman siswa

10

Ato Illah, Penerapan Model Inkuiri Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa, Jurnal Tarbawi vol 1. No 2 Juni 2012, hal. 96

Page 19: Oleh: KURNIA

7

3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa

mengenai suasana belajar

4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian yang akan penulis kaji kali ini dibatasi

dalam kajiannya yaitu:

1. Penelitain dilakukan pada siswa kelas XI MAN Rengasdengklok-

Karawang.

2. Materi pelajaran yang diteliti peneliti adalah materi termokimia.

3. Adapun hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kimia siswa

setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaraan

inkuiri-discovery learning pada kelas eksperimen kedua dilihat dari aspek

kognitifnya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

dikemukakan di atas maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “adakah pengaruh metode

pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada

materi termokimia?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil

belajar kimia siswa.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memiliki manfaat

sebagai berikut:

Page 20: Oleh: KURNIA

8

1. Dapat memberikan informasi kepada guru kimia tentang metode inkuiri-

discovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill).

2. Dapat menjadi masukan bagi penulis dan calon guru kimia SMA/MA

maupun SMK mengenai hal-hal yang baik mengenai metode inkuiri-

discovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill).

3. Sebagai upaya meningkatkan kompetensi yang ada pada diri siswa dan

meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas.

Page 21: Oleh: KURNIA

9

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Metode Inkuiri-Discovery Learning

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu inqury yang dapat

diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap

pertanyaan ilmiah yang diajukan.1

Inkuiri memiliki tujuan membantu siswa mengembangkan disiplin dan

mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk

mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa

ingin tahunya. 2

Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.3

Metode iinkuiri menekankan pada permasalahan bagaimana siswa

menggunakan sumber belajar.4 Dimana sumber belajar ini dipakai untuk

mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah.

Dalam jurnal penyelidikan MPSAH 2003 oleh Thangaveli a/l

Marimuthu, dkk menyebutkan bahwa pendekatan inkuiri penemuan

menekankan pembelajaran melalui pengalaman.5

1 Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Inkuiri,

http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html, h. 1 2 Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 161

3Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2008), h. 194 4 Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http:

//www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta–didik-strategi-htm, hal 8 5 Thangavelo a/l Marimuthu, dkk, Masalah Pelaksanaan Strategi Inkuiri Penemuan di

Kalangan Guru Pelatih semasa Praktikum Satu Kajian Kes, 2003, hal. 36

Page 22: Oleh: KURNIA

10

Definisi lain dari inkuiri adalah suatu pembelajaran yang memberi

keleluasaan pada siswa untuk membuat perkiraan, mengadakan percobaan

dan mengajukan pendapat dalam memperoleh pengetahuan.6

Menurut Prof. Dr. Muslimin Ibrahim inkuiri memiliki siklus yang dimulai

dari observasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan dugaan,

mengumpulkan databerkait dan merumuskan kesimpulan berdasarkan

data. Pembelajaran dengan langkah demikian menekankan pada proses

keterlibatan dan keaktifan siswa secara optimal. Hal tersebut dapat

menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengasah kemampuan siswa.

Menurut Aunurrahman dalam bukunya Belajar dan pembelajaran,

inkuiri termasuk dalam kelompok model pengolahan informasi. Dimana

model pembelajarn ini lebih menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang

terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk

meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran.7

Teknik inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif

mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber

sendiri dan mereka belajar bersama dalam kelompok serta dapat

mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan.8

Adapun arti dari discovery adalah proses mental dimana siswa atau

individu mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip.9 Menurut

Ruseffendi dalam Widiyastuti Akhmadan menyebutkan bahwa metode

penemuan atau discovery adalah metode mengajar yang mengatur

pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan

yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan

artinya sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.10

Discovery terjadi

6 Dianne Amor Kusuma, Meningkatkan Komunikasi Matematika Dengan Menggunakan

Metode Inkuiri, (Jurusan Matematika FMIPA UNPAD), h. 2-3 7 Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 157

8 Roestiyah, N. K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 76

9 Roestiyah, N.K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 20

10 Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, latihan Praktik (Drill and

practice), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 4

Page 23: Oleh: KURNIA

11

bila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk

menemukan beberapa konsep atau prinsip. Dalam pembelajaran penemuan

siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa

mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan

mereka menemukan prinsip-prinsip bagi diri sendiri.

Pada discovery learning siswa didorong untuk belajar secara

mandiri dan terlibat langsung untuk mendapatkan pengetahuan yang

ditemukan melalui kegiatan tertentu.

Dari definisi-definisi di atas mengenai inkuiri-discovery learning

maka dapat disimpulkan bahawa metode inkuiri-discovery learning adalah

metode pembelajaran yang menekankan proses berfikir kritis untuk

memecahkan masalah melalui percobaan guna mengasah keterampilan

siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu konsep.

Adapun dalam pelaksanaan metode inkuiri-discovery learning

dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:11

1) Simulation, guru memberikan masalah kepada siswa atau

menginstruksikan siswa untuk menemukan masalah dari bahan materi.

Materi dapat berupa demonstrasi atau berupa materi bacaan. Pada

tahap ini disajikan permaslahan yang dapat memacu keingintahuan

peserta didik.12

Tahap ini bisa disebut juga sebagai tahap orientasi dimana guru

menyajikan topik melalui simulasi atau ilustrasi yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari agar lebih menarik siswa dalam mempelajari

materi tersebut. Pada tahap ini pula guru melakukan langkah untuk

membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang

11

Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.

19 12

Ai Mahmudatussa’adah, Pendekatan Inkuiri-Kontekstual Berbasis Teknologi Informasi

Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Mahasiswa, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga FPTK UPI (INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 115 – 130), hal. 118

Page 24: Oleh: KURNIA

12

dilakukan guru dalam tahap orientasi ini adalah:13

(a) Menjelaskan

topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh

siswa. (b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan

oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-

langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah

merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. (c)

Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

2) Problem statement, siswa mengidentifikasikan masalah yang hasilnya

akan dirumuskan menjadi hipotesis.

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki untuk memecahkan masalah.

Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa

untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:14

(1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.

(2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki

yang jawabannya pasti.

(3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah

diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

Pada langkah ini pula siswa dilatih untuk mengembangkan potensinya

untuk berfikir dan membuat hipotesis. Potensi berpikir itu dimulai dari

kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira

(berhipotesis) dari suatu permasalahan. Guru dapat membantu melalui

memberikan pertanyaan yang mengarah pada jawaban sementara

(hipotesis).

13

I Putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar

Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN I Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, Undiksha, 2012, hal. 5 14 Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam

Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan

kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, hal 138

Page 25: Oleh: KURNIA

13

3) Data collection, siswa mengumpulkan data melalui referensi (studi

pustaka) atau melalui media lain yang mendukung.

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang

dibutukhan untuk menguji hipotesis yang diajukan.15

Pada langkah ini siswa dilatih untuk mengumpulkan data yang

merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan

intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan

motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan

ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

4) Data processing, pengolahan data yang dihasilkan dari langkah ke 3.

Pada langkah ini siswa melakukan eksperimen guna membuktikan atau

memproses data yang didapat dari langkah sebelumnya.

5) Verivication, siswa membuktikan hasil data terhadap hipotesis.

Langkah ini melatih siswa dalam hal keyakinan dalam menentukan

jawaban yang telah dibuktikan pada langkah sebelumnya. Dalam hal

ini siswa dilatih berfikir rasional. Artinya siswa harus mampu

membuktikan kebenaran jawaban dengan argumentasi dan bukti yang

dapat dipertanggungjawabkan.

6) Generalitation, membuat kesimpulan yang dihasilkan dari data yang

diperoleh.

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Agar kesimpulan

relevan dengan fokus permasalahan maka, guru hendaknya mampu

menunjukkan kepada siswa, data mana yang relevan dan mana yang

kurang relevan.16

15

I putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar

Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, (UNDIKSHA 2012), hal.

5 16

Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam

Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan

kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, hal 139

Page 26: Oleh: KURNIA

14

Inkuiri memiliki tujuan atau kegunaan tertentu diantaranya adalah

(1) mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk mampu

memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan

mandiri; (2) mengembangkan kemampuan berfikir para siswa yang terdiri

atas serentetan keterampilan-keterampilan yang memerlukan latihan dan

pembiasaan; (3) melatih kemampuan berfikir melalui proses dalam situasi

yang benar-benar dihayati; dan (4) mengembangkan sikap ingin tahu,

berfikir objektif, mandiri, kritis, analitis, baik secara individual maupun

kelompok.17

Untuk mendukung agar kegiatan siswa dalam pembelajaran

inkuiri-discovery learning dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:18

1) Membimbing kegiatan laboratorium

2) Modifikasi inkuiri

3) Kebebasan inkuiri

4) Taka-teki bergambar

Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan

yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna. Namun jalannya metode pembelajaran inkuiri tak lepas dari

peranan guru di dalamnya. Terdapat peranan guru dalam pelaksanaan

metode pembelajaran inkuiri ini yakni sebagai motivator, fasilitator,

penanya, administrator, pengarah, manager, dan sebagai rewarder

(pemberi penghargaan). 19

Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan

menunjukkan beberapa kebaikan, diantaranya:

17

Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan : Peningkatan Kemampuan Siswa dalam

Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri, 2011, hal 4 18

Roestiyah, N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 77 19

Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan : Peningkatan Kemampuan Siswa dalam

Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri, 20011, hal 3-4

Page 27: Oleh: KURNIA

15

1) Pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila

dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara

lain.

2) Pengajaran menjadi berpusat pada pelajar20

3) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara

bebas

4) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan

memcahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

5) Membangkitkan keingintahuan siswa.

6) Memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban.

7) Mudah ditransfer 21

Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah memakan waktu

yang cukup banyak dan jika kurang terpimpin atau kurang terarah dapat

menjurus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.22

Adapun mengenai kekurangan metode inkuiri-discovery learning

ini menurut Rensus Silalahi dalam jurnalnya adalah:23

1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu

yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan

waktu yang telah ditentukan.

20

Sochibin, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan

Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SD, Jurnal Pendidikan Fisika, Juli 2009, hal.

97 21

Drs. A Tabrani, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1992), h. 178 22

Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.

20 23

Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam

Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus no 2, Agustus 2011, hal. 139-140

Page 28: Oleh: KURNIA

16

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka akan sulit diimplementasikan oleh

setiap guru.

2. Ceramah Dan Latihan (Drill)

a. Metode Ceramah

Metode belajar yang sudah tidak asing bagi kita yaitu metode

ceramah. Metode ini sangat sering digunakan oleh para pengajar

karena dianggap siap pakai tanpa menyiapkan hal yang merepotkan

dan meyita waktu. Metode ini biasanya digunakan agar siswa

mendapat informasi tentang sustu informasi atau persoalan tertentu.

Teknik ini juga biasanya digunakan ketika jumlah siswa banyak

sehingga sulit untuk menggunakan teknik lain.

Metode ceramah menurut Tonih Feronika adalah metode

mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan.24

Pengertian lain dari ceramah adalah metode penyampaian informasi

oleh seseorang pembicara kepada sekelmpok pendengar.25

Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.

Metode ini senatiasa bagus bila penggunaannya betul-betul disiapkan

dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-

batas kemungkinan penggunaannya.26

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode

ceramah adalah metode penyampaian materi secara lisan kepada

sekelompok pendengar yang senantiasa bagus selam dipersiapkan

dengan matang.

24

Tonih feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, UIN Syarif Hidayatullah, h.

36 25

Mulyati Arifin, Pengembangan program pengajaran bidang studi kimia, h. 108 26

Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan Departemen Nasional, Strategi Pembelajarn Dan Pemilihannya, 2008, h. 13

Page 29: Oleh: KURNIA

17

Metode utama dalam penyampaian materi pelajaran itu adalah

berbicara, yaitu guru menerangkan, sedangkan siswa mendengarkan

penjelasan guru serta mencatat materi pelajaran yang hanya bisa

diterima siswa. Metode ini hany abersifat “transfer of knowledge” ,

yang penting proses belajar mengajar dapat berlangsung. Proses belajar

mengajar berpusat pada guru (teacher centered) belum berpusat pada

siswa (student centered), siswa hany sebagai pendengar yang siap

untuk menerima informasi yang disampaikan guru.

Metode ceramah ini baik digunakan ketikan bahan ajar yang

akan disampaikan banyak dan waktu tersedia relative singkat, bahan

ajar berupa instruksi, peserta didik yang akan diajar jumlahnya banyak

dan guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Tak beda

halnya dengan metode maupun strategi yang lainnya. Jika dipersiapkan

dengan baik dan matang maka kemungkinan sukses dapat diraih.

Dalam pelaksanaan metode ceramah ada hal-hal yang dapat

menunjang pelaksanaan teknik tersebut. Pertama, sekolah telah

tersedia bahan bacaan atau buku-buku yang berisi bahan atau masalah

yang akan dipelajari. Kedua, bila jumlah siswa tidak terlalu banyak

sehingga memungkinkan guru dapat menggunakan teknik-teknik

penyajian yang lain yang lebih efektif. Ketiga, jika guru bukan seorang

pembicara yang baik, tidak mampu menarik perhatian siswa.27

Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam

pelaksanaan metode ceramah menurut Rista Linawati dalam Suciani

adalah sebagaiberikut:28

1) Tahap persiapan : yang artinya tahap guru untuk menciptakan

kondisi sebelum memulai mengajar.

27

Roestiyah, N.K, Strategi \Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 137-

138 28

Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan Pembelajaran

Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 44

Page 30: Oleh: KURNIA

18

2) Tahap penyajian : yang artinya saat guru menyampaikan bahan

ceramah.

3) Tahap asosiasi : yang artinya memberikan kesempatan pada siswa

untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang

telah diterimanya. Untuk itu pada tahap ini diberikan kesempatan

untuk Tanya jawab dan diskusi.

4) Tahap generalisasi dan kesimpulan : yang artinya menyimpulkan

hasil ceramah, umumnya siswa mencatat dari yang telah

diceramahkan.

5) Tahap aplikasi atau evaluasi : yang artinya penilaian terhadap hasil

siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru, evalusi biasanya

dalam bentuk lisan, tertulis, dan lain – lain.

Seperti halnya metode lain, metode ceramah dalam pelaksanaannya

disini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah:

1) Guru mudah menguasai kelas

2) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar

4) Hemat biaya

5) Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan

pengelompokan murid-murid seperti pada metode yang lain.29

6) Susana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan

aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid

sekaligus secara komprehensif.30

Sedangkan kekurangan dari metode ceramah adalah:

1) Guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami

uraiannya31

29

Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan Pembelajaran

Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 45 30

Dasuki, Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam Mamahami

Pelajaran Aqidah Akhlak, (UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 9 31

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.138

Page 31: Oleh: KURNIA

19

2) Kurang menarik

3) Sulit dipakai untuk anak-anak

4) Membatasi daya ingat

5) Pembicara tidak terlalu menilai reaksi orang yang belajar

b. Metode Latihan (Drill)

Metode latihan atau drill adalah suatu teknik yang dapat

diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan

kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki keterampilan yang lebih

tinggi dari apa yang telah dipelajari.32

Definisi tersebut sejalan dengan

definisi menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu

Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional yang

meyebutkan bahwa metode latihan pada umumnya digunakan untuk

memperoleh ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah

dipelajari.33

Definisi lain dari metode latihan atau drill adalah suatu metode

mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ke tempat latihan

keterampilan atau eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara

membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat

dan apa manfaatnya. Dan menurut Ahmad Muradi dalam Zuhairini

metode drill atau latihan adalah suatu metode dalam pendidikan dan

pengajaran dengan jalan mealtih anak-anak terhadap bahan pelajaran

yang sudah diberikan.34

Metode drill atau latihan siap dimaksudkan

untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap

apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis

32

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 125 33

Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan Departemen Nasional, Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya, 2008, h. 29 34

Ahmad Muradi, Pelaksanaan Metode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran

Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni 2006, h. 4

Page 32: Oleh: KURNIA

20

suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan dapat lebih dipahami oleh

siswa.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi metode drill

atau latihan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill atau

latihan adalah metode atau cara menyajikan bahan pelajaran dengan

cara melihat secara langsung suatu kejadian atau suatu kegiatan

eksperimen.

Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan

agar siswa:35

1) Memiliki keterampilan motorik seperti, menghafal, menulis, dan

lain-lain.

2) Mengembangkan kecakapan intelek seperti, mengalikan, membagi,

menjumlahkan dan lain sebagainya.

3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan

dengan hal lain, seperti hubungan sebab akibat, penggunaan simbol

dan lainnya.

Agar pelaksanaan metode latihan atau drill ini ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, diantaranya:36

1) Gunakan latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang

dilakukan secara otomatis yakni dilakukan siswa tanpa pemikiran

dan pertimbangan yang mendalam.

2) Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat

menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan

latihan sebelum mereka melakukan.

3) Guru memperhitungkan waktu latihan yang singkat saja agar tidak

meletihkan dan membosankan.

4) Guru dan siswa perlu memperhatikan dan mengutamakan proses

yang esensial.

35

Roestiyah, N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 125 36

Roestiyah, N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.127-128

Page 33: Oleh: KURNIA

21

Adapun kekurangan dan kelebihan dari metode tersebut adalah

sebagai berikut. Kelebihan dari metode drill atau latihan menurut

ahmad Muradi dalam Yusuf dan Syaiful anwar:37

1) Dalam waktu yang lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan

2) Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan

lancar

3) Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinu dan disiplin diri,

melatih diri serta belajar mandiri

4) Menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal

kepada Allah

5) Dapat menambah kesiapan siswa dan meningkatkan kemampuan

respon yang cepat38

Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah:39

1) Dapat membentuk kebiasaan yang kaku

2) Kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir40

3) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan

4) Menimbulkan kebosanan dan kejengkelan

3. Belajar Dan Hasil Belajar

a. Belajar

Manusia dikatakan belajar ketika ia paham akan sesuatu hal

dan berdampak bagi dirinya baik positif maupun negatif. Belajar

adalah hal yang sadar ataupun tidak sadar dialalmi oleh setiap individu.

37

Ahmad Muradi, Pelaksanaan Metode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran

Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni 2006, h. 5 38

Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and

pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3 39

Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and

pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3 40 Rosita, dkk, Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Metode Latihan Pelajaran

Matematika Kelas II SDN 42 Kubu Raya, PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, PontianakEmail

: [email protected], hal. 3

Page 34: Oleh: KURNIA

22

Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan,

keterampilan dan sikap.41

Belajar adalah aktivitas yang dilakukan

secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah

dipelajari sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan

sekitarnya.42

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau

ilmu.43

Aunurrahman dalam Burton menyebutkan bahwa belajar

adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan

lingkungannya sehingga mereka mampu berintreaksi dengan

lingkungannya.44

Keinginan belajar setiap individu berbeda tergantung ada

tidaknya dorongan dalam dirinya. Kemampuan belajar seseorang

adalah ciri yang membedakan jenisnya dari jenis makhluk lainnya.

Kemampuan tersebut juga dapat memberikan manfaat bagi individu

dan juga masyarakat. Belajar terjadi dalam interaksi dengan

lingkungan dalam bergaul dengan orang dalam memegang benda dan

dalam mengahadapi peristiwa.

Dikatakan belajar jika dapat menghasilkan perubahan, namun

tidak semua perubahan merupakan akibat langsung dari usaha belajar.

Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau diluar

sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada

perubahan perilaku yang baik dan positif, sedangkan belajar di luar

sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan

perubahan perilaku yang positif ataupun negatif.

41

Margaret E. Bell-Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo,

1994), h. 1 42

Nadlir dkk, Psikologi Belajar, Pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah, 2009 43 Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan Pembelajaran

Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 33 44

Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajarn, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 35

Page 35: Oleh: KURNIA

23

Terjadinya proses belajar pada murid yang sedang berlangsung

memang sulit untuk diketahui secara kasat mata, karena proses belajar

berlangsung secara mental.45

Terdapat ciri-ciri yang menunjukkan

bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar:46

1) Perubahan tingkah laku aktual atau potensial

2) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu

merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif atau afektif

atau psikomotorik

3) Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang

yang belajar dari pengalaman (memperhatikan, mengamati,

memikirkan, merasakan) atau dengan latihan.

Ciri-ciri belajar lainnya yang disebutkan oleh aunurrahman

dalam bukunya yaitu, pertama belajar menunjukkan suatu aktivitas

pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar

merupakan interaksi individu dengan lingkungan. Ketiga, hasil belajar

ditandai dengan perubahan tingkah laku.47

Dapat disimpulkan bahwa dalam belajar diperoleh

kemampuan-kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang

dibawa sejak lahir, bahkan dari bawaan. Proses belajar mengajar

merupakan suatu siklus yang digambarkan sebagai berikut:48

Gambar 2.1. Siklus belajar

45

Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http:

//www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta –didik-strategi-html. Hal. 6 46

Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 5-6 47

Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal 35-37 48

Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 7

Planning

Observs

Reflect Experience

Page 36: Oleh: KURNIA

24

1) Planning atau perencanaan adalah kegiatan awal guru untuk dapat

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik

2) Experience (pengalaman belajar) merupakan kegiatan siswa yang

dibantu guru

3) Observs (observasi) merupakan kegiatan guru melihat proses

belajar siswa melalui catatan harian atau lembar observasi

pembelajaran

4) Reflect (refleksi), dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar yang

meliputi evaluasi proses belajar dan hasil belajar

b. Hasil Belajar

Hasil belajar perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku

yang dilakukan oleh usaha pendidikan atau dapat diartikan perubahan

dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikornotorik, tergantung dari

tujuan pengajarannya.49

Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.

Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku dihasilkan dari belajar.

Perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari belajar adalah perubahan

yang dapat diamati (observable) meskipun tidak secara mutlak.

Perubahan yang dapat diamati baiasanya bersifat perubahan motorik.

Adapun perubahan lainnya yang dihasilkan dari belajar adalah

perubahan afektif dan perubahan kemampuan berfikir.50

Dari proses belajar maka akan dihasilkan pula hasil perubahan

kepandaian, kecakapan atau kemampuan.

49

Soeyono, dkk, Efektivitas Pembelajaran Melalui Metode Penemuan Terhadap

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN I Plosorejo Randublatung Kab. Blora

Tahun Pelajaran 2011/2012, (FIP IKIP PGRI Semarang), Volume 2, Nomor 1, Juli 2012, hal. 9 50

Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 36-38

Page 37: Oleh: KURNIA

25

Gambar 2. Bagan hasil belajar

Dari bagan di atas menggambarkan bahwa belajar

diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi

belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil

belajar tergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku dari

individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajari. Sementara

proses belajar dan hasilnya dipengaruhi faktor internal yang

mencangkup fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal berupa

lingkungan dan instrumental.

Gambar 2.3.

Faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar

pengetahuan

perilaku

belajar tes Hasil belajar

nilai

Faktor yang

mempengaruhi belajar

&hasil belajar

Internal

Eksternal

Fisiologis

Psikologis

Kondisi fisiologi umum

Pancaindra

Intelegensi

Perhatian

Minat & bakat

Kognitif & daya nalar

Motif & motivasi

Sarana & fasilitas Kurikulum

Sosial

Guru

Alam

Instrumental

Lingkungan

Page 38: Oleh: KURNIA

26

B. Kerangka Berfikir

Dari penjelasan teori di atas diketahui bahwa belajar yang efektif,

efisien dan kondusif adalah yang tepat menghasilkan perubahan yang lebih

baik dalam hal kognitif, afektif maupun psikomotor.

Selain faktor internal yang dapat mempengaruhi kualitas belajar dan

hasilnya, terdapat beberapa faktor eksternal yang juga memiliki peran penting

dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah lingkungan atau suasana

belajar. Ketika siswa merasakan kebosanan dalam kegiatan belajar yang

disebabakan beberapa hal diantaranya monotonnya proses belajar, tidak

menariknya penyajian materi oleh guru, komunikasi satu arah dan hal lainnya,

maka permasalahan tersebut dapat menyebabkan hasil belajar yang tidak

maksimal sehingga perlu dilakukan evaluasi dan beberapa perubahan pada

kegiatan belajar. Diantaranya yakni mencari metode, strategi ataupun

pendekatan yang sekiranya mampu membuat siswa merasa nyaman serta

mendukung keberhasilan proses dan hasil belajar.

Belajar adalah aktivitas yang bertujuan. Tujuan tersebut erat

kaitannya dengan perubahan atau pembentukkan tingkah laku tertentu. Namun

terkadang tujuan tersebut sulit untuk dicapai siswa jika suasana belajar tidak

mendukung.

Kurangnya perhatian siswa dalam proses belajar dapat disebabkan

karena beberapa hal. Pertama, siswa sudah memahami informasi atau materi

yang disampaikan guru, sehingga mereka menganggap materi tersebut tidak

penting lagi. Kedua, dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha

mengajak berpikir kepada siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa

menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan

mengembangkan kemampuan berfikir. Ketiga, guru menganggap bahwa ia

adalah orang yang paling mampu dan menguasai materi pelajaran

dibandingkan dengan siswa. Untuk menghindari hal–hal tersebut, sebagai guru

Page 39: Oleh: KURNIA

27

sudah seharusnya ia mencari solusi dari permasalahan tersebut. Bagaimana

membuat siswa menjadi nyaman saat belajar. Bagaimana cara penyajian

materi agar siswa ikut berpartisipasi dalam membangun pengetahuannya

sendiri. Bagaimana pula mencari metode, pendekatan ataupun strategi yang

sesuai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Metode, strategi, model maupun pendekatan yang bagus dapat

membantu jalannya pemahaman materi siswa. Sehingga guru dituntut untuk

memahami metode atau model atau strategi atau pendekatan manakah yang

sekiranya bisa membantu siswa untuk mewujudkan pemahamannya tersebut.

Adapun kimia adalah mata pelajaran yang cukup rumit, khususnya di

lokasi penelitian. Hal tersebut diketahui setelah penulis berdiskusi secara non

formal dengan siswa dan guru. Masing-masing diskusi dilakukan secara

terpisah.

Berangkat dari permasalahan tersebut maka penulis mencoba

menyajikan metode inkuiri-discovery learning sebagai salah satu metode

mengajar yang diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut.

Metode ini dapat membawa siswa merasakan langsung atau memahami secara

personal dan kelompok jalannya proses pemecahan masalah melalui

penemuan yang dilakukannya sendiri. Dan kegiatan dalam proses

pembelajaran inkuiri-discovery learning ini dapat mengurangi kepasifan siswa

dalam proses pembelajaran, menggali potensi berfikir kritis dan melatih

kemandirian.

Atas dasar permasalahan tersebut maka peneliti mencoba mengangkat

metode yang sebelumnya belum dilakukan oleh guru kimia di lokasi

penelitian, agar dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar siswa

terhadap hasil belajar kimia ketika disajikan dengan cara yang berbeda dari

biasanya dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 40: Oleh: KURNIA

28

Diatasi dengan menerapkan

Gambar 2.4 Bagan kerangka berfikir

C. Hipotesis Penelitian

Apakah ada pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning

terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia, atas dasar inilah maka

penulis menyimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho = tidak ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri-

discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

Ha = ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri- discovery

learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru

2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga menghambat

pemahaman siswa

3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa mengenai

suasana belajar selain suasana belajar tradisional

4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru

Metode inkuiri-discovery learning

Metode ceramah dan latihan (drill)

Langkah-langkah:

1. Simulation

2. Problem statment

3. Data collection

4. Data prossesing

5. Verivication

6. Generalitation

Hasil belajar

Page 41: Oleh: KURNIA

29

1. Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil

Belajar Biologi Pada siswa SMUN III Ambon, Jurnal kependidikan vol. 1

no. 2 november 2004

Dalam penelitiannya menyatakan terdapat perubahan hasil belajar biologi

yang lebih baik pada siswa kelas I sesudah menggunakan metode inukiri.

2. I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model Pembelajaran Dan

Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah

siswa SMAN 4 Singaraja, jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan

1(2), 15-29, jurusan pendidikan fisika FMIPA Undiksha, 2008.

Hasil penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara

model pembelajaran inkuiri (MPI) dan model pembelajaran konvensional

(MPK) dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika.

3. Dainne Amor Kusuma, Jurnal penelitian jurusan matematika FMIPA

UNPAD, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Dengan

Menggunakan Metode Inkuiri.

Hasil penelitiannya menyatakan kemempuan komunikasi matematik siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada

siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

4. Rensus Silalahi, jurnal penelitian edisi khusus No. 2, Agustus 2011,

Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstial Tipe Inkuiri Dalam

Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual

berhasil meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran

PKn.

5. Niken Indraswati dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan

Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui

Metode Inkuiri. Penelitian ini membuktikan bahwa melalui metode inkuiri

siswa dapat meningkatkan kemampuan dan penguasaan konsep materi

menentukan pokok pikiran bacaan karena siswa dapat bertukar pikiran dan

Page 42: Oleh: KURNIA

30

terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar

lebih menyenangkan.

6. I Putu Mudalara dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model

Pembelajaran Inkuiri BebasTerhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI

IPA SMAN 1 Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah.

Pada penelitainnya dihasilkan hasil belajar kimia siswa yang belajar

melalui model pembelajaran inkuiri bebas lebih tinggi dari hasil belajar

kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional

Page 43: Oleh: KURNIA

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh metode inkuiri-discovery learning

terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia dilaksanakan di MAN

Rengasdengklok-Karawang, pada semester ganjil tepatnya pada tanggal 1-15

November 2010.

B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.1 Populasi adalah

keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika

hasil analisis yang dialkukan terhadap sampel penelitian.2

Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil

populasi yang diteliti).3

Populasi penelitian adalah seluruh siswa MAN Rengasdengklok dan sampel

yang diambil adalah siswa 30 kelas XIA, sebagai kelas kontrol dan 30 siswa

kelas XIB sebagai kelas eksperimen.

Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan melalui pemilihan

sampel bertujuan (purposive sample) karena pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan dengan tujuan atau pertimbangan tertentu.4

1 Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta,

2007), h. 80 2 Abdurrahmat Fathoni, M. Si, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 103

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), h. 131 4 Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta,

2007), h. 85

Page 44: Oleh: KURNIA

32

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode kuasi eksperimen. Dalam desain

ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya

untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan

eksperimen.5

Adapun rancangan penelitian yang penulis gunakan adalah desain the

nonequivalent control group. Desain ini hamir sama dengan pretest-posttest

control group design,6 hanya dalam desain ini kelopmpok eksperimen maupun

kelompok kontrol tidak dipilih secara random.

yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian

O1 X O2

O3 X O4

Keterangan:

X = Perlakuan

O1 dan O3 = kelompok yang belum diberikan perlakuan (Pretes)

O2 dan O4 = kelompok yang sudah diberikan perlakuan (Post-test)

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable) : pengaruh metode inkuiri-

discovery learning

2. Variabel terikat (dependent variable) : hasil belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan pengumpulan data, peneliti terlibat langsung, baik

dalam mengambil, mengolah maupun menarik kesimpulan dari data yang

diperoleh. Pada tahap awal penelitian, peneliti melakukan persiapan untuk

5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), h. 77 6 Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta,

2007), h. 79

Page 45: Oleh: KURNIA

33

proses pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan pengajaran pada kelas

eksperimen mengenai pokok bahasan termokimia dengan mengikuti langkah-

langkah yang ada pada metode inkuiri-discovery learning sedangkan pada

kelas pembelajaran dilakukan dengan metode yang biasa dilakukan oleh guru

di lokasi yakni metode ceramah dan latihan.

Langkah pertama adalah simulation dimana peneliti sebagai pengajar

melakukan pengenalan awal mengenai materi termokimia. Langkah kedua

adalah problem statment dimana peneliti menugaskan para siswa membuat

pertanyaan berdasarkan ilustrasi yang telah dilakukan pada langkah

sebelumnya kemudian pertanyaan para siswa dijadikan sebagai dugaan awal

atau hipotesis mengenai ilustrasi dari langkah awal pemberian materi.

Selanjutnya dilakukan pengumpulan data (data collection) melalui percobaan,

studi pustaka dan tanya jawab kepada nara sumber (guru kimia). Setelah data

terkumpul kemudian diproses untuk disiapkan sebagai jawaban sementara

dari pertanyaan yang diajukan siswa pada langkah sebelumnya dilakukan

verivication sebagai langkah untuk menentukan apakah data yang dihasilkan

dari langkah data collection dapat terbukti atau dapat dipertanggungjawabkan

kebenaranannya. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil

olahan data yang telah di verifikasi.

Untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dilakukan dengan

metode ceramah dan latihan (drill).

Adapun masing-masing kelas baik kelas kontrol maupun kelas

eksperimen dilakukan proses pembelajaran sebanyak 8 kali pertemuan.

Setelah materi pokok bahasan termokimia selesai diberikan,

kemudian peneliti memberikan tes objektif kepada kelas eksperimen maupun

kelas kontrol yang berupa soal kimia mengenai pokok bahasan termokimia.

Hasil tes dijadikan sebagai hasil belajar kimia siswa kemudian dikelompokkan

menjadi dua bagian yakni hasil belajar kelas eksperimen dan hasil belajar

kelas kontrol.

Data dalam penelitian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

belajar siswa diperoleh dari post test mengenai materi termokimia. Post test

Page 46: Oleh: KURNIA

34

diberikan kepada masing-masing kelompok, yaitu kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Untuk selanjutnya dilakukan pegolahan data hasil

belajar.

F. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini berupa tes. Tes

hasil belajar adalah alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi

yang diberikan baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Tes yang digunakan kali ini adalah berupa tes objektif sebanyak 20

soal yang terdiri dari aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3)

dan analisis (C4).

Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen penelitian

Indikator Tingkat kognitif dan No soal

C1 C2 C3 C4

(Kompetensi dasar 2.1):

- Memahami hukum kekekalan energy

1, 4

2, 5

3

- Menjelaskan perbedaan sistem dan

lingkungan

6, 7,

8, 10 9 11,

12

- Menjelaskan perbedaan reaksi yang

melepaskan kalor (eksoterm) dengan

reaksi yang menerima kalor (endoterm)

16, 14, 15,

17,

19

18 13

- Memahami macam-macam perubahan

entalpi pada suatu reaksi

20,

21,

22,

25

23,

24,

26

(Kompetensi dasar 2.2) :

- Menghitung harga ΔH reaksi melalui

percobaan

27,

31

28, 29,

30

- Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan Data entalpi

pembentukkan standar (ΔHfo)

32,

33,

34

35,

36,

37, 38

- Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan hukum Hess 39 40,

41,

42,

43,

Page 47: Oleh: KURNIA

35

Sebelum menentukan valid dan reliabel tidaknya suatu butir soal,

terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat kesukaran dan daya beda

dari instrumen yng diujikan.

1. Tingkat kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar tidaknya suatu soal disebut

indeks kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah

ataupun terlalu susah. Tingkat kesukaran ini merupakan salah satu analisis

kuantitatif konvensional paling sederhana dan mudah. Dan untuk

perhitungannya dapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 7

Keterangan:

P = proporsi (indeks kesukaran)

B = jumlah siswa yang menjawab benar

N = jumlah total peserta tes

Dengan ketentuannya:

P = 0 – 0,25 (sukar)

P = 0,26 – 0,76 (sedang)

P = 0,76 – 1 (mudah)

2. Daya Beda

7 Ahmad Sofyan , et. al, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN

Jakarta, 2006), h.103

44

- Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan energi ikatan 45 46,

47,

48,

49, 50

Page 48: Oleh: KURNIA

36

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal

dalam membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa

yang kurang pandai. daya beda yang baik adalah jika nilai D > 0,30

Adapun untuk perhitungannya dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

dengan:

D = daya beda

Ba = jumlah siswa pada kelompok atas yang menjawab benar

Bb = jumlah siswa pada kelompo bawah yang menjawab benar

N = jumlah peserta tes

Klasifikasi harga daya pembeda:8

0,00 – 0,20 = Jelek

0,21 – 0,40 = Cukup

0,41 – 0,70 = Baik

0,71 – 1,00 = Baik sekali

Negatif = Semuanya tidak baik (soal bernilai daya pembeda

negative sebaiknya tidak digunakan)

3. Validitas Instrumen

Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya.9 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.10

Validitas dinyatakan dengan korelasi antara distribusi skor tes yang

bersangkutan (X) dengan distribusi skor suatu kriteris yang relevan (Y),

sehingga koefisien validitas diberi simbol rxy. Adapun perhitungan

8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009),

h. 218. 9 Ahmad Sofyan , et. al, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN

Jakarta, 2006), h. 105 10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006), h. 168

Page 49: Oleh: KURNIA

37

q

p

t

tibis

S

XXr

1

)(

2

11 st

qp

k

kr

ii

ii

validitas untuk butir soal yang bersifat dikotomi (objektif) yakni dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:11

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial

1X = mean skor tes yang mnejawab benar

tX = mean skor yang menjawab salah

St = mean skor total

p = populasi tes yang menjawab benar

q = populasi yang menjawab salah

Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka hasil

perhitungan rhitung dibandingkan dengan rtabel point biserial. Jika hasil

perhitungan rhitung ≥ rtabel, maka soal tersebut valid. Jika hasil perhitungan

rhitung ≤ rtabel, maka soal tersebut tidak valid.

4. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut sudah baik.12

Reliabilitas menunjuk pada

tingkat keterandalan suatu instrumen.

Untuk perhitungan reliabilitas pada butir soal dikotomi atau soal objektif

dapat digunakan rumus KR-20 yakni sebagai berikut:13

11

Ahmad Sofyan , et. al , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:

UIN Jakarta, 2006), h.109 12

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009),

h. 178

13

Ahmad Sofyan , et. al , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:

UIN Jakarta, 2006), h. 113

Page 50: Oleh: KURNIA

38

Keterangan:

rii = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = populasi tes yang menjawab benar

q = populasi tes yang menjawab salah

∑pq = jumlah hasil kali antara p dan q

n = jumlah butir soal dalam perangkat instrument

S = standar deviasi

Jika rhitung ≥ rtabel, maka instrumen hasil belajar pada pokok bahasan

termokimia, adalah reliabel.

G. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data dan rumus yang digunakan adalah uji-t. namun

untuk menggunakan rumus tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis

persyaratan sebagai berikut:

1. Pengujian Prasyarat Analisis

a. Uji normalitas data

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah

sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

yang digunakan adalah uji liliefors dengan taraf signifikan α = 0.05.

Pengujian normalitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar

Tentukan nilai

dengan:

Zi = skor baku

X = nilai rata-rata

Xi = skor rata-rata

S = simpangan baku

S

XX

iiZ

Page 51: Oleh: KURNIA

39

2) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan

table Zi dan sebut dengan F(Zi) dengan aturan:

Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0.05 + nilai table

Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1- (0.5 + nilai table)

3) Hitung proporsi Z1,Z2,…..,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi,

maka proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:

S(Zi) =banyaknya Z1, Z2, ….Zn yang ≤ Zi dibagi n

4) Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut,

nilai ini dinamakan Lo.

5) Memberikan interpretasi, Lo dengan membandingkan dengan Lt. Lt

adalah harga yang diambil dari table harga kritis uji liliefors.

6) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt, yang telah

didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi

normal.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan

populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tentukan hipotesis

Ho = data memiliki varians homogen

H1 = data tidak memiliki varians homogenya

Bagi data menjadi 2 kelompok

2) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok.

3) Tentukan F hitung dengan

Fhitung = terkecil

terbesar

ians

ians

var

var

4) Tentukan taraf nyata yang digunakan.

5) Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians

terkecil).

Page 52: Oleh: KURNIA

40

6) Tentukan kriteria pengujian

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti varians kedua

populasi homogen.

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, yang berarti varains kedua

populasi tidak homogen.

c. Pengujian Hipotesis

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

discovery learning dengan strategi inkuiri terhadap hasil belajar kimia

siswa pada pokok bahasan termokimia.

Pengujian hipotesis menggunakan ujit-t pada taraf signifikansi

α =0.05 dengan rumus sebagai berikut:

21

11

21

nndsg

XXt

dengan dsg =

2

11

21

2211

nn

vnvn

Keterangan:

1X rata-rata data kelompok eksperimen

2X rata-rata data kelompok kontrol

dsg = nilai deviasi standar gabungan

n1 = banyaknya data kelompok eksperimen

n2 = banyaknya data kelompok kontrol

v1 = varians data kelompok eksperimen

v2 = varians data kelompok control

Dengan interpretasi jika to > tt maka Ho ditolak dan jika to < tt maka

Ho diterima.

H. Hipotesis Statistik

Ho : µ1 = µ2

H1 : µ1 >µ2

Page 53: Oleh: KURNIA

41

Ho : tidak ada pengaruh dari penggunaan metode belajar inkuiri-discovery

learning terhadap hasil belajar siswa

H1 : ada pengaruh dari penggunaan metode belajar inkuiri-discovery learning

terhadap hasil belajar siswa)

µ1 : rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa menggunakan metode inkuiri-

discovery learning

µ2 : rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa tanpa menggunakan metode

inkuiri-dsicovery learning

Page 54: Oleh: KURNIA

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil tes. Tes yang

diberikan merupakan aspek kognitif dengan menggunakan instrumen berupa tes

pilihan berganda sebanyak 20 soal yang diberikan sebelum perlakuan (pretest) dan

setelah perlakuan (posttest). Data yang diperoleh meliputi data skor hasil belajar dari

60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol.

Posttest bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode inkuiri–

discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan

termokimia.

1. Deskripsi Data

Data yang didapat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Data

pertama didapat dari hasil belajar kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi

perlakuan dengan metode inkuiri-discovery learning. Data yang kedua didapat

dari hasil belajar kelas kontrol yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan metode

ceramah dan latihan (drill).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dilakukan

perhitungan statistik terhadap hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen dan

kontrol. Data perhitungan statistik hasil belajar kelas eksperimen maupun kleas

kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.1 Hasil Belajar Kelas Eksperimen

No Statistik Nilai

Pretest Posttest

Page 55: Oleh: KURNIA

43

Tabel. 4.2 Hasil Belajar Kelas Kontrol

2. Analisis Data

a. Pengujian Persyaratan Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t

untuk melihat adanya perbedaan dari perlakuan yang diberikan, maka perlu

dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu terhadap data hasil

penelitian. Beberapa uji persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

1) Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengolahan data hasil belajar kelas eksperimen

dan kelas kontrol, maka dilanjutkan dengan pengujian normalitas.

Pengujian normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa sebaran

data yang masing-masing kelas tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang

berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan

menggunakan uji Liliefors. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data

berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan sebagai berikut:

- Jika Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel), maka data berdistribusi normal

- Jika Lo (Lhitung) > Lt (Ltabel), maka data tidak berdistribusi normal

1 Rata-rata 45,367 75,267

2 Median 46,7 75,5

3 Modus 48,3 75,5

4 SD 12,768 7,2

5 S2

163,021 51,84

No Statistik Nilai

Pretest Posttest

1 Rata-rata 44,3 72,03

2 Median 41,357 76

3 Modus 33 72,833

4 SD 15,405 6,135

5 S2

237,314 37,63

Page 56: Oleh: KURNIA

44

Data diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.

Berikut ini adalah hasil dari perhitungan uji normalitas, yaitu:

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen

No Statistik Pretest Posttes

1 Jumlah sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (mean) 45,367 75,267

3 Standar deviasi 12,768 7,2

4 Lhitung 0,092 0,089

5 Ltabel 0,161 0,161

Kesimpulan

Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel) Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel)

Berdistribusi normal Berdistribusi normal

Dari data statistik di atas dengan jumlah sampel (N) keduanya adalah 30

didapatkan rata-rata (mean) untuk pretes 45,367 dan posttest 75,267.

Standar deviasi didapatkan 12,768 untuk kelompok pretes dan 7,2 untuk

kelompok posttest. Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α) =

0,05. Dari tabel diatas diketahui bahwa Ltabel untuk kedua kelompok

sebesar 0,16. Pada kelompok pretest didapat hasil Lhitung sebesar 0,092

sedangkan untuk kelompok posttest hasil Lhitung sebesar 0.89, karena nilai

Lhitung kedua kelompok memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel maka dapat

disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal.

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol

No Statistik Pretest Posttes

1 Jumlah sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (mean) 44,3 72,03

3 Standar deviasi 15,405 6,135

4 Lhitung 0,125 0,139

5 Ltabel 0.161 0,161

Page 57: Oleh: KURNIA

45

Kesimpulan

Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel) Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel)

Berdistribusi normal Berdistribusi normal

Dari data statistik di atas dengan jumlah sampel (N) keduanya adalah 30

didapatkan rata-rata (mean) untuk pretes 44,3 dan posttest 72,03. Standar

deviasi didapatkan 15,405 untuk kelompok pretes dan 6,135 untuk

kelompok posttest. Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α) =

0,05. Dari tabel diatas diketahui bahwa Ltabel untuk kedua kelompok

sebesar 0,16. Pada kelompok pretest didapat hasil Lhitung sebesar 0,125

sedangkan untuk kelompok posttest hasil Lhitung sebesar 00,139, karena

nilai Lhitung kedua kelompok memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel maka dapat

disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal,

selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas dengan uji perbedaan

varians dengan menggunakan Uji Fisher. Pengujian homogenitas

dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data

masing-masing kelas tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang

berdistribusi homogen. Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat

kepercayaan tertentu. Sampel akan dinyatakan homogen apabila fhitung <

ftabel. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan uji homogenitas, yaitu:

Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Statistik Nilai

Pretes Posttest

1 S2 eksperimen 163,021 51,84

2 S2

kontrol 237,314 37,64

3 Fhitung 1,455 1,377

4 Ftabel 1,85 1,85

Page 58: Oleh: KURNIA

46

Kesimpulan Varians kedua kelas homogen

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95 %. Dari tabel diatas

didapatkan hasil fhitung sebesar 1,455 untuk kelas pretes dan 1,377 untuk

kelas posttest, sedangkan hasil ftabel kedua kelas adalah 1,85.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kedua kelas berasal

dari populasi yang homogen, karena fhitung< ftabel. Hasil perhitungan uji

homogenitas kelas eksperimen baik untuk pretest maupun posttest dapat

dilihat pada lampiran.

Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis terhadap data dari

kedua kelas diatas, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. Pengujian

hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan uji-t.

b. Pengujian Hipotesis Penelitian

Setelah dilakukan uji persyaratan, maka selanjutnya dilakukan

pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Pengujian dilakukan untuk

mengetahui adanya perbedaan antara skor tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hipotesis yang

diajukan adalah:

Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan metode inkuiri-discovery learning

terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

Ha : ada pengaruh penggunaan metode inkuiri-discovery learning

terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

Pengujian hipotesis tersebut akan diuji dengan menggunakan rumus uji-t

dengan kriteria pengujian sebagai berikut: jika harga thitung < t-tabel pada

tingkat kepercayaan 0,05 maka Ho diterima, sedangkan jika t-hitung > t-tabel

pada tingkat kepercayaan 0,05 maka Ha diterima. Berikut ini adalah data hasil

uji hipotesis, yaitu:

Page 59: Oleh: KURNIA

47

Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Belajar (Pretest)

No Statistik Kelas kontrol Kelas

eksperimen

1 Jumlah sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (mean) 44,3 45,367

3 Varians (S2) 237,314 163,021

4 t-hitung 0,303

5 t-tabel 1,931

Keputusan Ho diterima, Ha ditolak

Dari data tabel perhitungan uji t untuk pretest didapatkan kesimpulan

bahwa t tabel > t hitung, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya antara

kelas kontol dan kelas eksperimen tidak berbeda nyata.

Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Belajar (Posttest)

No Statistik Kelas kontrol Kelas

eksperimen

1 Jumlah sampel (N) 30 30

2 Rata-rata (mean) 72,03 75,267

3 Varians (S2) 37,63 51,84

4 t-hitung 6,688

5 t-tabel 1,931

Keputusan Ho ditolak, Ha diterima

Sedangkan pada tabel perhitungan uji t untuk posttest didapatkan hasil

sebaliknya, t tabel < t hitung, itu artinya Ho ditolak dan Ha diterima.

Berarti ada pengaruh yang signifikan yang didapatkan dari penggunaan

metode inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MAN Rengasdengklok-

Karawang, diperoleh perhitungan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA A (kelas

eksperimen) dengan penerapan metode inkuiri-discovery learning sebsesar 75,267

dan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA B (kelas kontrol) dengan penerapan metode

ceramah dan latihan (drill) sebesar 72,03. Setelah dilakukan pengolahan data secara

Page 60: Oleh: KURNIA

48

statistik yaitu dengaan melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan

uji homogenitas.

Perhitungan uji t untuk pretest diperoleh ttabel 1,931 dan thitung 0,30. Itu artinya Ho

diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelas eksperimen dengan

kelas kontrol. Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t untuk

posttes thitung sebesar 6,688, sedangkan nilai ttabel sebesar 1,931. Berdasarkan data

tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa

Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

penggunaan metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran termokimia.

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat dikatakan

bahwa penerapan pembelajaran dengan metode inkuiri-discovery learning yang

diterapkan pada kelas eksperimen pada konsep termokimia dapat memberikan hasil

yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran metode ceramah dan

latihan (drill) yang diterapkan pada kelas kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa

perbedaan hasil belajar yang signifikan dari kedua kelas tersebut merupakan efek

dari perlakuan yang telah dilakukan.

Penerapan metode inkuiri-discovery learning memberikan hasil yang lebih

baik dibandingkan pembelajaran dengan metode ceramah dan latihan (drill). Hal ini

terjadi karena dalam metode inkuiri-discovery learning melibatkan peranan

langsung siswa dalam mendalami materi melalui terjun langsung melakukan

eksperimen dengan langkah-langkah yang terarah dan dapat menjadikan siswa lebih

mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan kelebihan metode inkuiri-

discovery learning yaitu pengajaran menjadi berpusat kepada siswa atau pelajar.

Selain itu kelebihan metode ini yang lain yakni pengetahuan akan bertahan lama

atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh

dengan cara-cara lain.1 Hal tersebut dapat membantu siswa memperoleh hasil

1 Sochibin, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan

Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SD, Jurnal Pendidikan Fisika, Juli 2009, hal 97

Page 61: Oleh: KURNIA

49

belajar yang baik karena ilmu atau pengetahuan yang mereka dapat bisa bertahan

lama dan mudah diingat.

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas eksperimen dengan

menerapkan metode inkuiri-discovery learning siswa dikelompokkan dalam

beberapa kelompok kecil. Dengan kata lain, proses pembelajaran menggunakan

metode inkuiri-discovery learning sangat mengoptimalkan partisipasi siswa,

sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran dan hasil belajar yang diperoleh

pun akan meningkat.

Pada tahap awal guru memberikan pengenalan awal materi dengan

memberikan gambaran yang mengilustrasikan dengan mengambil contoh dari

kehidupan nyata agar siswa lebih tertarik untuk mempelajarinya, kemudian

menugaskan siswanya untuk menyusun pertanyaan dari hasil ilustrasi tersebut. Hal

ini bisa menjadi pemacu atau pancingan agar siswa berfikir mandiri, tidak hanya

disuapi oleh guru. Sementara pada kelas kontrol yang menggunakan metode

ceramah dan latihan pada pelaksanaan pembelajarannya, hanya dilakukan

pembukaan biasa tanpa ada langkah menyusun pertanyaan dari pembukaan materi

yang diberikan guru sehingga kurang melatih siswa untuk berfikir lebih kritis. Pada

tahap ini pula siswa pada kelas kontrol hanya berperan sebagai pendengar, kegiatan

belajar didominasi oleh guru.

Langkah kedua dari pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen adalah guru

menugaskan untuk menyusun sejumlah pertanyaan dari materi yang di ilustrasikan

untuk selanjutnya dijadikan sebagai hipotesis atau dugaan awal. Langkah ini

melatih siswa untuk berfikir kritis mengenai suatu masalah. Guru bisa membantu

melalui pertanyaan atau berupa teka-teki yang mengarah kepada jawaban sementara

(hipotesis). Hal tersebut dapat mengembangkan potensi siswa dalam berfikir. Ini

sesuai pula dengan tujuan metode inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan

berfikir para siswa yang terdiri dari serentetan keterampilan-keterampilan yang

Page 62: Oleh: KURNIA

50

memerlukan latihan dan pembiasaan. 2 Sedangkan untuk kelas kontrol dilanjutkan

pemberian materi tanpa menyusun pertanyaan ataupun hipotesis sehingga siswa

hanya menunggu atau malah kebingungan untuk melakukan tindakan apalagi yang

harus dilakukan setelah diberikan materi oleh guru. Guru hanya memberikan

pertanyaan yang selanjutnya akan dipecahkan langsung ketika pelaksanaan

eksperimen. Dan hipotesis tersusun saat eksperimen berlangsung.

Setelah tersusun hipotesis guru menugaskan mencari data yang mendukung

dari hipotesis. Untuk kelas eksperimen mencari data yang mendukung hipotesis

mereka. Adapun sumber data bisa didapatkan melalui berbagai media, baik itu cetak

maupun media masa. Misalnya siswa mencari data dari buku, internet, koran,

artikel dan media lainnya.

Sedangkan untuk kelas kontrol pencarian data dilakukan tanpa memiliki hipotesis

sebelumnya, mereka mengumpulkan data yang diperkirakan dapat membantu dan

memecahkan masalah yang nantinya akan diselesaikan dalam kegiatan eksperimen.

Sama halnya dengan siswa pada kelas eksperimen, kelas kontrol juga dapat mencari

data yang mendukung dari sumber yang sama.

Kemudian guru menugaskan siswa menyiapkan perlengkapan untuk

melakukan percobaan guna memproses data dan memecahkan masalah. Dari

langkah inilah metode inkuiri-discovery learning lebih terarah dan membimbing

secara langsung anak didik menjadi mandiri dalam menemukan masalah dan

memecahkannya. Karena telah memiliki hipotesis sebelumnya, kelas eksperimen

akan lebih fokus melaksanakan eksperimen.

Untuk kelas kontrol dilakukan hal yang sama namun tanpa memiliki hipotesis.

Hipotesis pada kelas kontrol dibuat ketika sedang melakukan percobaan sehingga

kurang efektif dan mengakibatkan kurang fokusnya siswa dalam melakukan

eksperimen yang seharusnya menjadi jalan untuk memecahkan hipotesis. Disini

kelas kontrol melakukan kegiatan ganda, bereksperimen dan berhipotesis. Hal

tersebut membebani siswa sehingga harus lebih berkerja keras dan kemungkinan

2 Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan (Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan

Pokok Pikiran Bacaan Melalui Metode Inkuiri, 2011) hal. 4

Page 63: Oleh: KURNIA

51

tidak efisiennya penggunaan waktu dapat terjadi. Akibatnya mereka tertinggal satu

langkah untuk menyelesaikan eksperimen dan mendapatkan hasilnya.

Percobaan yang dilakukan siswa di atas akan menjadi data atau bukti dan

mengenai materi yang bersangkutan yang akan di verifikasi oleh masing-masing

kelas. Sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan hasilnya dengan

argumen-argumen yang rasional. Langkah akhir dari kedua kelas adalah penarikan

kesimpulan. Melalui langkah penyampaian kesimpulan dari masing-masing

kelompok ini, siswa bisa mengungkapkan pendapat masing-masing yang sekiranya

mendukung hasil penelitian atau percobaan mereka atau bisa dikatakan disini siswa

bertukar fikiran dan berbagi informasi. Dari langkah akhir ini guru dapat menuntun

siswa agar mengetahui mana data yang relevan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar

dengan menggunakan metode inkuiri-discovery learning lebih menegedapankan

kemampuan siswa dalam menemukan masalah dan memecahkannya melalui

pengalamn sendiri serta menjadikan guru sebagai pembimbing semata, tidak

menjadikan guru sebagai pusat pemecahan masalah. Hal ini menjadikan metode

inkuiri-discovery learning lebih efektif dan menghasilkan siswa yang mandiri, kritis

dan kreatif dibandingkan metode ceramah dan latihan (drill) yang lebih menjadikan

guru sebagai pemeran utama sehingga menjadikan siswa bersikap pasif dan kurang

kreatif.

Oleh karena itu hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan metode

inkuiri-discovery learning lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang

menggunakan metode ceramah dan latihan (drill).

Page 64: Oleh: KURNIA

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbedaan hasil belajar kimia yang

meggunakan metode inkuiri-discovery learning dengan metode ceramah dan

latihan (drill) yang dilakukan pada siswa kelas XI MAN Rengasdengklok-

Karawang, diperoleh data dari perhitungan statistik uji hipotesis dengan

menggunakan uji-t didapatkan hasil thitung sebesar 6,674, sedangkan nilai t-

tabel sebesar 2,02. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil t-

hitung > t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diteima.

Dari data yang telah disajikan, hasil belajar kelas eksperimen yang

menerapkan metode inkuiri-discovery learning lebih tinggi dibandingkan kelas

kontrol yang menerapkan metode ceramah dan latihan (drill). Hal ini

menunjukkan bahwa pengalaman langsung serta kerja kelompok yang

dilaksanakan dalam metode inkuiri-discovery learning lebih banyak

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam menemukan

sendiri pemecahana masalah dari suatu bahan pelajaran melalui studi pustaka

ataupun melalui praktek langsung. Hal tersebut dapat melatih siswa berfikir

kritis dan analitis sehingga siswa memiliki pengalaman dan keahlian lebih

dari sebelumnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan signifikan pada hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan

metode inkuiri-discovery learning dengan ceramah dan latihan (drill).

B. Saran

Pada kesempatan ini, penulis ingin memberikan sedikit saran demi

keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah, khususnya pada mata

pelajaran kimia:

Page 65: Oleh: KURNIA

53

1. Guru harus memperhatikan dan membimbing siswa dalam pelaksanaan

metode inkuiri-discovery learning agar hambatan-hambatan yang sering

muncul dalam proses pembelajaran dapat terpantau.

2. Gunakan metode belajar yang lebih inovatif agar siswa tertarik dan

termotivasi suntuk belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh baik.

Page 66: Oleh: KURNIA

DAFTAR PUSTAKA

Abarua, Hermelina. 2004. Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil

Belajar Biologi Pada Siswa SMU Negeri III Ambon. Jurnal Kependidikan

Vol. 1 No. 2 November

Ali Buto, Zulfikar. 2010. Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner

DalamNuansa Pendidikan Modern. Millah Edisi Khusus Desember 2010

STAIN Malikussaleh Lhokseumawe Email: [email protected]

Akhmadan, Widyastuti. Metode Pembelajaran Ekspositori, latihan Praktik (Drill

and practice), Penemuan dan Inkuiri. Universitas Sriwijaya

Amrina, Zulfa. Studi Tentang Hasil Belajar MTK Siswa Yang Menggunakan

Metode Penemuan dan Metode Ekspositori Dalam Kaitannya Dengan

Taraf Intelegensi Siswa. Jurnal Edukasi

Amor Kusuma, Dianne. Meningkatkan Komunikasi Matematika Dengan

Menggunakan Metode Inkuiri. Jurusan Matematika FMIPA UNPAD

Aninomus. Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran. http:

//www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta –didik-strategi-html.

Arifin, Mulyati. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia.

Surabaya: Airlangga University Press

Astati, Sutriari MM. 2011. Apa Perbedannya: Model, Metode, Strategi,

Pendekatan Dan Teknik Pembelajaran. LMPD D.I Yogyakarta “The

services for better education”.

Aunurrahman, M. Pd. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Bahri Djamarah, Syaiful. 2006. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Dasuki. 2006. Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam

Mamahami Pelajaran Aqidah Akhlak. UIN Syarif Hidayatullah

Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan Departemen Nasional. 2008. Strategi Pembelajarn Dan

Pemilihannya

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.

Jakarta: Rineka Cipta

Page 67: Oleh: KURNIA

Feronika, Tonih. 2008. Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: UIN

Jakarta

Gredler, Margaret E. Bell-. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja

Grafindo.

Ibrahim, Muslimin. Pembelajaran Inkuiri.

http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html

Indraswati, Niken. 2011. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan

Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri. Jurnal Pendidikan

Kamsinah. 2008. Metode Dalam Proses Pembelajaran:Studi tentang ragam dan

implementasiny. Lentera pendidikan, vol. 11 no. 1 Juni 2008:101-104

Linawati, Rista. 2009. Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan

Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta.

Universitas Sebelas Maret

Made, I Wirtha dan Ni Ketut Rapi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan

Penalaran Formal Terhadap Penguasaankonsep Fisika Dan Sikap Ilmiah

Siswa Sma Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan 1(2), 15-29, Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha

Marimuthu, ThangavelO a/l, dkk. 2003. Masalah Pelaksanaan Strategi Inkuiri

Penemuan di Kalangan Guru Pelatih semasa Praktikum Satu Kajian Kes

Muradi, Ahmad. 2006. Pelaksanaan Metode Drill (Latihan Siap) Dalam

Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni

Mudalara, I Putu. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri BebasTerhadap

Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Gianyar Ditinjau Dari

Sikap Ilmiah. Universitas Pendidikan Ganesha

Nadlir dkk. 2009 . Psikologi Belajar. Pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah

Novianti, Asri dkk. Makalah penilaian dan evaluasi pendidikan IPA: Tujuan

Pembelajaran IPA Dalam Bentuk Kompetensi, Fakultas matematika Dan

IPA, Universitas Yogyakarta

Roestiyah, N.K. 2008Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta,

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Page 68: Oleh: KURNIA

Sidharta, Arief. Model Pembelajaran Asam Basa Bebasis Inkuiri Laboratorium

Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Jurnal Pendidikan

Silalahi, Rensus. 2011. Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri

Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan. Jurnal Edisi Khusus No. 2,

Agustus 2011

Sochibin, dkk. Juli, 2009Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin

Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa

SD. Jurnal Pendidikan Fisika

Rosita, dkk. Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Metode Latihan Pelajaran

Matematika Kelas II SDN 42 Kubu Raya. PGSD, FKIP Universitas

Tanjungpura, PontianakEmail : [email protected]

Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori Praktik, Jilid 2. Jakarta:

Indeks

Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, Burhanudin Milama. 2006. Evaluasi

Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. UIN Syarif Hidayatullah

Suharto, Bohar. 1996. Pendekatan dan Teknik Proses Belajar Mengajar,

Bandung: Tarsito.

Sukarma, Ketut. 2005. Aplikasi Teori Bruner Tentang Discovery Learning

(Pembelajaran Kubus). Jurnal Kependidikan, Vol. 4 No. 1

Suyanto, dkk, 2006. Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Grasindo.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:

Alfabeta

Tabrani, A. 1992. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Rosdakarya

Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003

Page 69: Oleh: KURNIA

54

LAMPIRAN 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Nama sekolah : MAN Rengasdengklok

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI

Standar Kompetensi : 2.mengukur perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara

pengukurannya

Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi

eksoterm dan reaksi endoterm

2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hokum

Hess, data perubahan entalpi pembentukan standard dan

energi ikatan

Indikator Kompetensi Dasar 2.1 :

- Menjelaskan hukum kekekalan energi

- Menjelaskan perbedaan sistem dan lingkungan

- Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang

menerima kalor (endoterm)

- Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi

Indikator Kompetensi Dasar 2.2 :

- Menghitung harga ∆H reaksi melalui percobaan

Page 70: Oleh: KURNIA

55

- Menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan data entalpi pembentukan

standar

- Menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess

- Menghitung harga ∆H dengan menggunakan energy ikatan

Tujuan pembelajaran :

Kompetensi Dasar 2.1 :

- Siswa dapat menjelaskan hukum kekekalan energi

- Siswa dapat membedakan sistem dan lingkungan

- Siswa dapat membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan

reaksi yang menerima kalor (endoterm) melalui percobaan

- Siswa dapat menjelaskan macam-macam perubahan entalpi

Kompetensi Dasar 2.2 :

- Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi melalui percobaan

- Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan data entalpi

pembentukan standar (∆Hf)

- Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess

- Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan energi ikatan

A. Materi ajar : Termokimia

B. Metode pembelajaran : Ceramah, metode latihan (Drill) dan metode

eksperimen

Page 71: Oleh: KURNIA

56

C. Media pembelajaran :

- Papan tulis

- Spidol

- Alat dan bahan eksperimen

D. Langkah kegiatan pembeajaran

Kegiatan 1:

Awal

Alokasi

waktu

Kegiatan

Guru Siswa

10

menit

- Guru memberikan apersepsi

mengenai termokimia dengan

menyebutkan beberapa aplikasi

dari termokimia:

1. Bila kita mempunyai kompor

gas berarti kita membakar gas

metan (komponen utama dari

gas alam) yang menghasilkan

panas untuk memasak

2. Bensin yang dibakar dalam

mesin mobil akan

menghasilkan kekuatan yang

menyebabkan mobil

- Siswa menyimak apersepsi dari

guru

- Siswa bersiap untuk belajar

Page 72: Oleh: KURNIA

57

bergerak.

- Guru mempersiapkan siswa

untuk belajar

Inti 50

menit

- Guru memulai kegiatan belajar

dengan menggunakan metode

ceramah. (materi terlampir)

- Guru memberikan waktu kepada

siswa untuk mencatat pelajaran

yang sudah dijelaskan

- Guru memberikan waktu kepada

siswa untuk mengajukan

pertanyaan

- Guru mengintruksikan salah satu

siswa untuk menyimpulkan

materi yang telah dipelajari

- Siswa memperhatikan

penjelasan guru

- Siswa mengajukan pertanyaan

berupa materi:

1. Hukum kekekalan energi

2. Sistem dan lingkungan

3. Reaksi eksoterm dan endoterm

4. Entalpi dan perhitungannya

Penutup 10

menit

- Guru mengakhiri pertemuan

dengan memberikan latihan

(Drill)

- Siswa mengerjakan latihan

Page 73: Oleh: KURNIA

58

Kegiatan 2:

Awal

Alokasi

waktu

Kegiatan

Guru Siswa

10

menit

- Guru mereview pelajaran pada

pertemuan sebelumnya

- Siswa menyimak apersepsi dari

guru

Inti 50

menit

- Guru memulai kegiatan belajar

dengan menggunakan metode

ceramah. (materi terlampir)

- Guru memberikan waktu kepada

siswa untuk mencatat pelajaran

yang sudah dijelaskan

- Guru memberikan waktu kepada

siswa untuk mengajukan

pertanyaan

- Guru mengintruksikan salah satu

siswa untuk menyimpulkan

materi yang telah dipelajari

- Siswa memperhatikan penjelasan

guru

- Siswa mengajukan pertanyaan

berupa materi mengenai :

1. Perhitungan harga ∆H reaksi

melalui percobaan

2. Perhitungan harga ∆H reaksi

dengan menggunakan data

entalpi pembentukan standar

(∆Hf)

Penutup 10

menit

- Guru mengakhiri pertemuan

dengan memberikan lembar kerja

siswa sebagai persiapan kegiatan

praktikum (eksperimen).

Page 74: Oleh: KURNIA

59

Kegiatan 3:

Awal

Alokasi

waktu

Kegiatan

Guru Siswa

10

menit

- Guru mereview pelajaran pada

pertemuan sebelumnya

- Siswa menyimak apersepsi dari

guru

Inti 50

menit

- Guru memulai kegiatan belajar

dengan menggunakan metode

ceramah. (materi terlampir)

- Guru memberikan waktu kepada

siswa untuk mencatat pelajaran

yang sudah dijelaskan

- Guru memberikan waktu kepada

siswa untuk mengajukan

pertanyaan

- Guru mengintruksikan salah satu

siswa untuk menyimpulkan

materi yang telah dipelajari

- Siswa memperhatikan penjelasan

guru

- Siswa mengajukan pertanyaan

berupa materi mengenai :

1. Perhitungan harga ∆H reaksi

dengan menggunakan hukum

Hess

2. Perhitungan harga ∆H reaksi

dengan menggunakan energi

ikatan

Penutup 10

menit

- Guru mengakhiri pertemuan

dengan menugaskan siswa untuk

bersiap melaksanakan kegiatan

praktikum

Page 75: Oleh: KURNIA

60

E. Sumber belajar :

- Buku paket kimia kelas XI

- perlengkapan praktikum/eksperimen

F. Penilaian :

1. Kognitif (tes, laporan praktikum)

2. Afektif (keaktifan, diskusi, performance) : lembar observasi

3. Psikomotor (keterampilan menyiapkan perlengkapan praktikum dan

melakukan percobaan) : lembar observasi

Page 76: Oleh: KURNIA

61

LAMPIRAN 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Nama Sekolah : MAN Rengasdengklok

Mata pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI

Standar Kompetensi :

2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan

cara pengukurannya

Kompetensi Dasar :

2.1 Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi

eksoterm dan reaksi endoterm.

2.2 Menentukan ΔH reaksi berdasarkan percobaan, hukum

Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar dan data

energi ikatan

Indikator Kompetensi Dasar 2.1 :

Menjelaskan hukum kekekalan energi

Menjelaskan perbedaan sistem dan lingkungan

Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi

yang menerima kalor (endoterm)

Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi

Indikator Kompetensi Dasar 2.2 :

Menghitung harga ΔH reaksi melalui percobaan

Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan data entalpi

pembentukkan standar (ΔHfo)

Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan hukum Hess

Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan energi ikatan

Tujuan Pembelajaran :

Kompetensi Dasar 2.1

Page 77: Oleh: KURNIA

62

Siswa dapat menjelaskan hukum kekekalan energi

Siswa dapat membedakan sistem dan lingkungan

Siswa dapat membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm)

dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm) melalui percobaan

Siswa dapat menjelaskan macam-macam perubahan entalpi.

Kompetensi Dasar 2.2

Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi melalui percobaan

Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan data

entalpi pembentukkan standar (ΔHf)

Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan hukum

Hess

Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan energi

ikatan

A. Materi ajar : Termokimia

B. Metode pembelajaran : Inkuiri-Discovery Learning

C. Media pembelajaran :

- Papan tulis

- Spidol

- Perlengkapan eksperimen

D. Langkah kegiatan pembelajaran

Pertemuan 1

Alokasi

waktu

Kegiatan

Guru Siswa

Awal 10 menit

- Guru memberikan apersepsi mengenai

termokimia dengan menyebutkan

beberapa aplikasi dari termokimia:

1. Bila kita mempunyai kompor gas

berarti kita membakar gas metan

(komponen utama dari gas alam)

yang menghasilkan panas untuk

memasak.

2. Bensin yang dibakar dalam mesin

mobil akan menghasilkan kekuatan

yang menyebabkan mobil berjalan.

- Siswa menanggapi apersepsi

dari guru mengenai aplikasi

termokimia yang dapat

ditemukan pada kehidupan

sehari-hari

Page 78: Oleh: KURNIA

63

- Guru mempersiapkan siswa untuk belajar

Inti 60 menit

- Guru memulai kegiatan belajar

Pelaksanaan metode inkuiri-discovery

learning :

1. Simulation. Guru memberikan

pengenalan awal dilanjutkan dengan

memberikan permasalahan kepada

mengenai:

- Hukum kekekalan energi. Misalnya:

pada pembakaran kayu atau minyak

tanah, suhu atau panas di sekitranya

akan meningkat, namun lama-

kelamaan keadaan akan kembali

normal seperti semula sebelum

pembakaran kayu atau minyak tanah.

Hal tersebut merupakan salah satu

perubahan bentuk energi.

(materi diberikan melalui power

point)

- Contoh reaksi eksoterm dan

endoterm yang dapat ditemukan di

kehidupan sehari-hari.

Misalnya: memperlihatkan secangkir

kopi panas. Lalu memberikan

permasalahan kepada siswa

mengenai penyebab menurunnya

suhu kopi yang lama-kelamaan akan

menurun.

(materi diberikan melalui kegiatan

demonstrasi)

- Perbedaan antara sistem dan

lingkungan.

Dari contoh di atas dapat di

ditentukan perbedaan antara sistem

dan lingkungan, perubahan entalpi

dan perhitungkan ∆H reaksi yang

terjadi.

(materi diberikan melalui power

point)

- Siswa memulai kegiatan belajar

- Siswa menanggapi

permasalahan dengan seksama

mengenai:

1. Hukum Kekekalan energi

2. Contoh reaksi eksoterm

dan endoterm yang dapat

ditemukan di kehidupan

sehari-hari

3. Perbedaan antara sistem

dan lingkungan.

4. Contoh perubahan entalpi

dan perhitungannya

Penutup 10 menit

- Guru memberikan kesempatan untuk

siswa mengajukan pertanyaan.

- Guru memberikan waktu kepada siswa

untuk menyimpulkan materi

- Siswa mengajukan pertanyaan

mengenai:

1. Hukum Kekekalan energi

2. Contoh reaksi eksoterm dan

endoterm yang dapat

ditemukan di kehidupan

sehari-hari

3. Perbedaan antara sistem dan

lingkungan.

4. Contoh perubahan entalpi

dan perhitungannya

- Siswa memberikan kesimpulan

dari materi Hk. Kekekalan

energi, perbedaan reaksi

eksoterm dan endoterm,

Page 79: Oleh: KURNIA

64

- Guru menyempurnakan kesimpulan.

Pada langkah problem statement guru

menugaskan untuk:

1. membuat pertanyaan mengenai

materi yang disampaikan pada

kegiatan simulation sebagai bahan

untuk penentuan permasalahan

yang akan diidentifikasi dan diuji

cobakan pada pertemuan

berikutnya.

2. mempersiapkan alat dan bahan

praktikum sesuai dengan LKS yang

diberikan untuk percobaan yang

akan dilakukan pada pertemuan

selanjutnya.

perubahan dan perhitungan ∆H.

1. Hk. Kekekalan energi:

―Energi tidak dapat

diciptakan maupun

dimusnahkan, tetapi dapat

diubah dari bentuk energi

yang satu menjadi bentuk

energi yang lain‖

2. Reaksi eksoterm dan

endoterm: reaksi Eksoterm

adalah reaksi yang

melepaskan kalor atau

menghasilkan energi dan

reaksi endoterm adalah reaksi

yang menyerap kalor atau

memerlukan energi.

3. Perubahan entalpi suatu

sistem dapat diukur jika

sistem mengalami perubahan.

H = Hakhir – Hawal

- Siswa membuat pertanyaan

secara berkelompok mengenai

materi pada kegiatan simulation

- Siswa menyiapkan alat dan

bahan praktikum mengenai:

1. Pengukuran suhu pada

larutan HCl dan NaOH.

2. Penentuan reaksi eksoterm

dan endoterm dari

pencampuran garam dan

air.

Pertemuan 2:

Alokasi

waktu

Kegiatan

Guru Siswa

Awal 10 menit

- Guru mereview pelajaran pada

pertemuan sebelumnya

- Siswa memperhatikan

penjelasan guru mengenai Hk.

Kekekalan energy,perbedaan

reaksi eksoterm dan endoterm,

perubahan dan perhitungan ∆H.

Inti 60 menit

- Guru memulai kegiatan belajar dengan

mengintruksikan kepada siswa untuk

mengumpukan pertanyaan yang

ditugaskan pada pertemuan sebelumnya.

- Guru mengarahkan siswa memilih

pertanyaan untuk ditentukan sebagai

- Masing-masing kelompok

mengumpulkan pertanyaan

mengeani materi yang diberikan

pada kegiatan simulation yang

telah disusun sebelumnya

- Siswa menentukan pertanyaan

dan merumuskan hipotesis,

Page 80: Oleh: KURNIA

65

hipotesis dan dibuktikan melalui

percobaan pada langkah selanjutnya.

- Guru melanjutkan tahapan inkuiri-

discovery learning

3. Data Collection.

Pada langkah ini, guru

mengintruksikan kepada siswa untuk

mencari data sebanyak mungkin

melalui studi pustaka dan melakukan

percobaan untuk menjawab hipotesis

mereka yang telah didapatkan.

mengenai:

1. Penyebab terjadinya

penurunan panas pada

secangkir kopi

2. Penyebab terjadinya proses

perpindahan kalor

- Siswa mengumpulkan data

untuk mendukung jawaban

hipotesis melalui:

1. Pengumpulan sumber data

(studi pustaka)

2. Melakukan percobaan.

Adapun percobaan yang

dilakukan adalah untuk

masing-masing kelompok.

- Melakukan pengukuran

terhadap perubahan suhu yang

terjadi pada reaksi antara

garam dan air. Siswa

mengukuran suhu ketika

garam dan air dicampurakan

lalu dikocok. Kemudian siswa

menentukan reaksi tersebut

merupakan reaksi eksoterm

ataukah endoterm.

- Melakukan percobaan untuk

menentukan ∆H reaski dengan

kalorimeter.

Siswa memasukkan NaOH 1

M ke dalam geals kimia dan

memasukkan HCl 1 M ke

dalam gelas lainnya.

Kemudian siswa mengukur

suhu kedua larutan tersebut.

Hasil dari pengukuran suhu ini

ditetapkan sebagai suhu awal.

Selanjutnya kedua larutan

tersebut dicampurkan dan

siswa mengukur suhu larutan

tersebut. Suhu pada

pengukuran ini disebut suhu

akhir. Untuk mengetahui

perubahan suhu dilakukan

perhitungan selisih antara suhu

awal dengan suhu akhir.

Penutup 10 menit

- Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengajukan pertanyaan.

- Guru mengintruksikan pada masing-

masing kelompok untuk mencatat hasil

percobaan

- Pada langkah data processing/pengolahan

- Siswa mengajukan pertanyaan

mengenai permasalahan yang

muncul ketika mereka

melakukan percobaan.

- Para siswa mencatat hasil

percobaan masing-masing

- Masing-masing kelompok

Page 81: Oleh: KURNIA

66

data guru menugaskan pada masing-

masing kelompok untuk mengolah data

dan mendiskusikan hasil percobaan di

luar jam pelajaran dan hasilnya akan

didiskusikan pada pertemuan selanjutnya.

mempersiapkan semua data

untuk diproses selanjutnya

Kegaiatan 3

Alokasi

waktu

Kegiatan

Guru Siswa

Awal 10 menit Guru mempersiapkan siswa-siswanya untuk

pelaksanaan praktikum.

Siswa memperhatikan penjelasan

guru

Inti 60 menit

5. Verivication/pembuktian. Berdasarkan

data hasil studi pustaka, hasil percobaan

pada tahap data collection, dan data yang

telah diproses, maka masing-masing

kelompok ditugaskan untuk mengecek

hipotesis, apakah terjawab atau tidak dan

terbukti atau tidak

6. Generalitation. Menarik kesimpulan

diakukan oleh perwakilan masing-masing

kelompok.

- Siswa mengecek hasil

pengumpulan data dan di

cocokan dengan hipotesis,

terjawab atau tidak, dan terbukti

atau tidak. Jika terjawab dan

terbukti maka hipotesis berarti

benar.

- Masing-masing perwakilan

kelompok mengutarakan hasil

percobaannya mengeani

penyebab penurunan suhu

secangkir kopi dan perpindahan

kalor, serta menyimpulkannya.

Penutup 10 menit

- Guru memberikan kesempatan untuk

siswa mengajukan pertanyaan.

- Guru menjawab pertanyaan siswa

mengenai permasalahan yang muncul

pada hasil percobaan masing-masing

kelompok

- Guru mengintruskikan masing-masing

perwakilan kelompok untuk

menyimpulkan hasil percobaannya.

- Guru menyempurnakan kesimpulan dari

kesimpulan masing-masing kelompok

pada kegiatan inti.

- Guru menugaskan untuk membuat

laporan kegaiatan praktikum/percobaan.

- Siswa mengajukan pertanyaan

mengenai hasil percobaan

masing-masing, apakah sudah

terbukti dan benar

- Siswa memperhatikan

penjelasan guru

- Siswa menyimpulkan masing-

masing hasil percobaan yang

didapatnya

- Siswa mempersiapkan

rancangan atau format penulisan

laporan praktikum.

E. Sumber belajar :

- Buku paket kimia kelas XI

- perlengkapan praktikum

- www.aidianet.co.cc

F. Penilaian :

1. Kognitif (tes, laporan praktikum)

Page 82: Oleh: KURNIA

67

2. Afektif (keaktifan, diskusi, performance) : lembar observasi

3. Psikomotor (keterampilan menyiapkan perlengkapan praktikum dan

melakukan percobaan) : lembar observasi

Page 83: Oleh: KURNIA

68

BAHAN AJAR

TERMOKIMIA

Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi,

yaitu pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia. Karena dalam sebagian besar

reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi yang berwujud perubahan

kalor, baik kalor yang dilepaskan maupun diserap. Kalor merupakan salah satu

bentuk dari energi. James Prescott Joule (1818-1889) merumuskan Asas

Kekekalan Energi:

“Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah

dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain”.

Jadi, energi yang menyertai suatu reaksi kimia, ataupun proses fisika, hanya

merupakan perpindahan atau perubahan bentuk energi. Untuk mempelajari

perubahan kalor dari suatu proses perlu dikaji beberapa hal yang berhubungan

dengan:

energi yang dimiliki oleh suatu zat

bagaimana energi tersebut berubah

bagaimana mengukur perubahan energi tersebut

bagaimana hubungan energi dengan struktur zat.

A. Entalpi Dan Perubahan Entalpi

1. Sistem dan lingkungan

Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian yang

kita pelajari perubahan energinya. Sedangkan yang disebut lingkungan

adalah segala sesuatu di luar sistem.

Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi

tiga macam, yaitu:

a. Sistem Terbuka, suatu sistem yang memungkinkan terjadinya

pertukaran kalor dan zat (materi) antara lingkungan dan sistem.

b. Sistem Tertutup, suatu sistem yang memungkinkan terjadinya

pertukaran kalor antara sistem dan lingkungannya, tetapi tidak terjadi

pertukaran materi.

Page 84: Oleh: KURNIA

69

c. Sistem Terisolasi (tersekat), suatu sistem yang tidak memungkinkan

terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan

Tabel 2.1

Sifat-sifat sistem dan perbedaannya

2. Energi dan entalpi

Dalam setiap reaksi kimia selalu terjadi perubahan energi.

Satuan-satuan energi:

Entalpi sama dengan besarnya energi dalam yang disimpan dalam suatu

sistem. Entalpi (H) merupakan energi dalam bentuk kalor yang tersimpan

di dalam suatu sistem.

3. Perubahan entalpi

Perubahan entalpi suatu sistem dapat diukur jika sistem mengalami

perubahan. Perubahan entalpi ( H): Jika suatu reaksi berlangsung pada

tekanan tetap, maka perubahan entalpinya sama dengan kalor yang harus

dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya agar suhu sistem

kembali ke keadaan semula.

Besarnya perubahan entalpi adalah selisih besarnya entalpi sistem setelah

mengalami perubahan dengan besarnya entalpi sistem sebelum perubahan

pada tekanan tetap.

H = Hakhir – Hawal

Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh : jumlah

zat, keadaan fisis zat, suhu (T), tekanan (P).

Page 85: Oleh: KURNIA

70

4. Reaksi eksoterm dan reaksi endoterm

Gambar 1.

Proses eksoterm dan endoterm

- Reaksi Eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor atau menghasilkan

energi. Entalpi sistem berkurang (hasil reaksi memiliki entalpi yang lebih

rendah dari zat semula).

Hakhir < Hawal

Hakhir – Hawal < 0

H berharga negative

- Reaksi Endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor atau memerlukan

energi.

Entalpi sistem bertambah (hasil reaksi memiliki entalpi yang lebih tinggi

dari zat semula).

Hakhir > Hawal

Hakhir – Hawal > 0

H berharga positif

5. Perubahan Entalpi Standar (H

0)

a. ΔH Pembentukan Standar (ΔHf0)

Adalah ΔH untuk membentuk 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsur

penyusunnya pada keadaan standar.

C(s) + O2(g) —→ CO2(g) ΔH = – 94,1 kkal

ΔH pembentukan standar CO2(g) = – 94,1 kkal/mol.

Umumnya dituliskan ΔHf0

CO2(g) = – 94,1 kkal/mol.

Page 86: Oleh: KURNIA

71

Jika suatu senyawa tersusun/terbentuk bukan dari unsur-unsur

penyusunnya, maka ΔH-nya tidak sama dengan ΔH pembentukan

standar.

b. ΔH Penguraian Standar (ΔHd0)

Adalah ΔH untuk menguraikan 1 mol suatu senyawa menjadi unsur-

unsur penyusunnya pada keadaan standar.

CO2(g) —→ C(s) + O2(g) ΔH = + 94,1 kkal

= ΔH penguraian standar CO2(g)

CO2 (g) —→ CO(g) + ½O2(g) ΔH = + 26,4 kkal

≠ ΔH penguraian standar CO2(g)

c. ΔH Pembakaran Standar (ΔHc0)

Adalah ΔH dalam pembakaran sempurna 1 mol suatu senyawa pada

keadaan standar.

CH4(g) + 2O2(g) —→ CO2(g) + 2H2O(l) ΔH = – 212,4 kkal

= ΔH pembakaran CH4(g)

CH4(g) + 3/2O2(g) —→ CO(g) + 2H2O(l) ΔH = – 135,1 kkal

≠ ΔH pembakaran CH4(g)

B. Penentuan Perubahan Entalpi

1. Kalorimeter

- Kalorimeter adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang diserap

atau dibebaskan sistem. Data H reaksi yang terdapat pada tabel-tabel pada

umumnya ditentukan secara kalorimetri.

Page 87: Oleh: KURNIA

72

- Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari wadah yang bersifat isolator

(tidak menyerap kalor). Sehingga wadah dianggap tidak menyerap kalor

pada saat reaksi berlangsung.

- Kalorimeter Bom merupakan suatu kalorimeter yang dirancang khusus

sehingga benar-benar terisolasi. Pada umumnya sering digunakan untuk

menentukan perubahan entalpi dari reaksi-reaksi pembakaran yang

melibatkan gas.

- Jumlah kalor yang dilepas atau diserap sebanding dengan massa, kalor

jenis zat, dan perubahan suhu. Hubungannya adalah sebagai berikut:

q = m. c . ∆T

dengan, q = perubahan kalor (J)

m = massa zat (g)

c = kalor jenis zat (J/g.K)

∆T = perubahan suhu (K)

2. Hukum Hess

Perubahan entalpi kadang sukar diukur atau ditentukan langsung dengan

percobaan. Pada tahun 1840 Henry Hess dari Jerman menyatakan,

perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir

sistem, tidak bergantung pada jalannya reaksi. Contoh: Reaksi karbon dan

oksigen untuk membentuk CO2 dapat berlangsung dalam satu tahap (cara

langsung) dan dapat juga dua tahap(cara tidak langsung).

1) Satu tahap: C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = –394 kJ

2) Dua tahap: C(s) + O2(g) → CO(g) ∆H = –110 kJ

CO(g) + O2(g) → CO2(g) ∆H = –284 kJ +

C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = –394 kJ

Jadi, jika suatu reaksi berlangsung menurut dua tahap atau lebih, maka kalor

reaksi totalnya sama dengan jumlah kalor tahap reaksinya. Hukum Hess kita

gunakan untuk menghitung H suatu reaksi, berdasarkan beberapa harga H

dari reaksi lain yang sudah diketahui.

Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus atau diagram

tingkat energi. Diagram siklus untuk reaksi pembakaran karbon pada contoh

di atas adalah

Page 88: Oleh: KURNIA

73

sebagai berikut:

Dari siklus reaksi di atas, pembakaran karbon dapat melalui dua lintasan,

yaitu lintasan-1 yang langsung membentuk CO2, sedangkan lintasan-2,

mula-mula membentuk CO, kemudian CO2. Jadi H1 = H2 + H3.

3. Menggunakan Entalpi Pembentukan

Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan dari data pembentukan zat pereaksi

dan produknya. Secara umum untuk reaksi:

a PQ + b RS → c PS + d QR

reaktan produk

maka,

Contoh :

Tentukan entalpi reaksi pembakaran etanol, jika diketahui :

Hf C2H5OH = –266 kJ

Hf CO2 = –394 kJ

Hf H2O = –286 kJ

Jawab:

Reaksi pembakaran etanol :

C2H5OH + O2 → 2CO2 + 3H2O

∆H reaksi = [2 x Hf CO2 + 3 x Hf H2O] – [1x Hf C2H5OH + 1x Hf O2]

= [2 (–394) + 3 (–286)] kJ – [1 (–266) + 1 (0)] kJ

Page 89: Oleh: KURNIA

74

= [–1646 + 266] kJ

= –1380 kJ

4. Energi Ikatan

Pada dasarnya reaksi kimia terdiri dari dua proses, yaitu pemutusan ikatan

antar atom-atom dari senyawa yang bereaksi (proses yang memerlukan

energi) dan penggabungan ikatan kembali dari atom-atom yang terlibat

reaksi sehingga membentuk susunan baru (proses yang membebaskan

energi).

Menghitung ∆H reaksi berdasarkan energi ikatan:

Contoh:

Diketahui energi ikatan: C – C = 348 kJ/mol, C = C = 614 kJ/mol, C – H =

413 kJ/mol, C – Cl = 328 kJ/mol, dan H – Cl = 431 kJ/mol. Tentukan

Hreaksi C2H4 + HCl → C2H5Cl!

Jawab:

Langkah 1 → Gambar struktur ikatan:

Langkah 2 → Hitung Energi Total Pemutusan Ikatan:

4 x C – H = 4 x 413 = 1.652

1 x C = C = 1 x 614 = 614

1 x H – Cl = 1 x 431 = 431 +

Energi Total Pemutusan Ikatan = 2.697

Langkah 3 → Hitung Energi Total Pembentukan Ikatan:

5 x C – H = 5 x 413 = 2.065

1 x C – C = 1 x 348 = 348

1 x C – Cl = 1 x 328 = 328 +

Energi Total Pemutusan Ikatan = 2.741

Langkah 4 → Hitung Entalpi reaksi:

Hreaksi = (energi pemutusan ikatan) – (energi pembentukan ikatan)

= 2.697 – 2.741 = -44 kJ/mol

Page 90: Oleh: KURNIA

75

LAMPIRAN 3

KisKisi Instrumen

Standar Kompetensi :

2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara

pengukurannya

Kompetensi Dasar :

2.1 Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksoterm

dan reaksi endoterm.

2.2 Menentukan ΔH reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data

perubahan entalpi pembentukan standar dan data energi ikatan

Indikator Tingkat kognitif dan No soal

C1 C2 C3 C4

(Kompetensi dasar 2.1):

- Memahami hukum kekekalan energy

1, 4

2, 5

3

- Menjelaskan perbedaan sistem dan

lingkungan

6, 7, 8, 10 9 11, 12

- Menjelaskan perbedaan reaksi yang

melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi

yang menerima kalor (endoterm)

16, 14, 15,

17, 19

18 13

- Memahami macam-macam perubahan

entalpi pada suatu reaksi

20, 21, 22,

25

23, 24,

26

(Kompetensi dasar 2.2) :

- Menghitung harga ΔH reaksi melalui

percobaan

27, 31

28, 29,

30

- Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan Data entalpi pembentukkan

standar (ΔHfo)

32, 33,

34

35, 36, 37, 38

- Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan hukum Hess 39 40, 41, 42,

43, 44

- Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan energi ikatan 45 46, 47, 48,

49, 50

Page 91: Oleh: KURNIA

76

LAMPIRAN 4

MAN RENGASDENGKLOK

ULANGAN HARIAN

MAPEL : KIMIA

WAKTU : 70 menit

1. Keseluruhan energi yang dimiliki oleh suatu sistem dalam keadaan tertentu disebut dengan

istilah….

A. entalpi

B. kalor

C. energi dalam (U)

D. energi ikat

E. sistem

2. Setiap berkurangnya energi potensial akan digantikan oleh energi kinetik yang semakin

bertambah. Hal tersebut sejalan dengan prinsip….

A. Energi dalam

B. Energi termokimia

C. Energi kimia

D. Perubahan energi

E. Kekekalan energy

3. Mobil mengubah energi kimia menjadi energi gerak, aki merubah energi kimia menjadi energi

listrik dan lampu mengubah energi listrik menjadi energi cahaya. Hal tersebut merupakan

beberapa aplikasi dari penggunaan prinsip….

A. Perubahan kalor

B. Energi mekanik

C. Energi kinetik

D. Energi potensial

E. Kekekalan energy

4. Pada suatu reaksi terdapat sesuatu yang menjadi pusat perhatian atau pengamatan. Hal tersebut

dikenal dengan istilah…

A. lingkungan

B. sistem

C. ekosistem

D. entalpi

E. kalor

5. Yang bertindak sebagai lingkungan pada gambar di bawah adalah…

A. Kopi

B. Gelas dan kopi

C. Selain larutan kopi

D. Gelas, piring dan kopi

E. Salah semua

6. Perhatikan gambar di bawah ini. Yang terrmasuk lingkungan adalah…

Page 92: Oleh: KURNIA

77

A. Batang pengaduk

B. Termometer

C. HCl

D. Zn

E. Udara, termometer, pengaduk dan gelas kimia

7. Dari gambar di atas bagian manakah yang termasuk sistem….

A. Termometer

B. Pengaduk

C. HCl dan Zn

D. Termometer, pengaduk, HCl dan Zn

E. Zn

8. Perhatikan gamabr berikut! Jika lempeng logam Mg di masukkan ke dalam larutan HCl,

dihasilkan gelembung gas H2. Reaksi antara HCl dan logam Mg merupakan reaksi…

A. eksoterm

B. endoterm

C. kimia

D. fisika

E. peleburan

9. Reaksi antara CaO dan H2O tergolong reaksi eksoterm. CaO(s) + H2O → CaO(OH)2(aq), karena…

A. Sistem membebaskan kalor

B. Suhu air turun

C. Suhu air naik

D. Sistem menreima kalor

E. Lingkungan melepaskan kalor

10. Diantara yang berikut ini:

1) Fotosintesis 4) Respirasi

2) Pembakaran 5) dekomposisi termal

3) Pelelehan

4) Yang termasuk proses endoterm adalah…

A. 1, 2, 3

B. 1, 4, 5

C. 2, 3, 4

D. 2, 3, 5

E. 1, 3, 4, 5

11. Reaksi yang termasuk entalpi pembakaran di bawah ini adalh…

A. CO2(g) → C(S) + O2(g)

B. C(s) + O2(g) → CO2(g)

C. 2C(g) + H2(g) → C2H2(g)

D. H2O(g) → H2(g) + ½ O2(g)

E. Na(s) + ½ Cl2(g) → NaCl(s)

12. Pernyataan yang tepat tentang kalor pembentukan standar adalah ….

A. kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa terurai menjadi unsur-unsurnya

pada kondisi standar

B. kalor yang dilepaskan atau diserap pada pembakaran 1 mol senyawa dalam kondisi standar

C. kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa dalam bentuknya yang paling stabil

terurai menjadi unsur-unsurnya.

D. Kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa dibentuk dari unsur-unsurnya pada

kondisi standar

Page 93: Oleh: KURNIA

78

E. Kalor yang dilepaskan apabila 1 mol senyawa terurai menjadi unsur-unsurnya.

13. Pada suatu percobaan direaksikan 50 mL larutan HCl 1 M dengan 50 mL NaOH 1 M dalam geals

plastic yang kedap panas, ternyata suhunya naik dari 290C menjadi 35,5

0C. kalor jenis larutan

dianggap sama dengan kalor jenis air yaitu 4,18 jg-1

K1- dan massa jenis larutan dianggap 1g/cm

3,

maka perubahan entalpi reaksi dari NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) adalah….

A. 54,4 kJ/mol

B. -54,4 kJ/mol

C. 44,5 kJ/mol

D. 50 kJ/mol

E. -50 kJ/mol

14. Pada pemanasan 400 gram air bersuhu 250C diperlukan

kalor 84 kJ. Jika diketahui kalor jenis air 4,2 J/goC , maka suhu air setelah pemanasan adalah…

0C

A. 70

B. 80

C. 75

D. -75

E. 50

15. Kalor pembentukan adalah perubahan kalor/entalpi yang dibutuhkan untuk membentuk 1 mol zat

tersebut dari unsur/molekul bebasnya. Di antara reaksi berikut yang dapat disebut sebagai kalor

pembentukan adalah…

A. Ag+ + Cl

- → AgCl

B. ½ H2 + ½ I2 → HI

C. 2S + 3O2 → 2SO3

D. NH4+ + Cl

- → NH4Cl

E. H+ + OH

- → H2O

16. Diketahui ΔHfo C2H4 = -52,26 kJ, ΔHf

o CO2 = -393,52

kJ, ΔHfo

H2O = -241,82 kJ. Maka harga ΔH reaksi C2H4(g) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 2H2O(g)

adalah…

A. -687,6 kJ

B. 582,08 kJ

C. 687,6 kJ

D. 1218,42 kJ

E. -1218,42 kJ

17. Diketahui reaksi-reaksi berikut:

S(s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = A kkal

2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g) ∆H = B kkal

Perubahan entalpi (∆H) untuk reaksi berikut adalah….

2S(s) + 3O2 (g) → 2SO3(g)

A. (A + B) kkal

B. (2A + B) kkal

C. (A - B) kkal

D. (2A - B) kkal

E. (A + 2B) kkal

18. Diketahui CuO(s) → Cu(s) + ½ O2(g) ∆H = +155,08 kJ

H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g) ∆H = -241,6 kJ

Maka perubahan entalpi untuk reaksi CuO(s) + H2(g) → Cu(s) + H2O(g) adalah…

A. +396,68 kJ

B. +86,52 kJ

C. -43,26 kJ

D. -86,52 kJ

E. -396,68 kJ

Larutan HCl 1 M 50 Ml

Larutan NaOH 1 M 50 Ml

Suhu awal (T1) 290C

Suhu akhir (T2) 35,50C

Massa jenis (ρ) 1 g/cm3

Kalor jenis (c) 4,18 jg-1

K-1

Page 94: Oleh: KURNIA

79

19. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari suatu molekul wujud gas

merupakan definisis dari…

A. Energi ikatan

B. Energi van der walls

C. Energi kinetik

D. Energi potensial

E. Kekekalan energi

20. Diketahui energi ikatan:

Cl-Cl = 243 kJ/mol C-H = 414 kJ/mol, C-Cl = 326 kJ/mol H-Cl = 431 kJ/mol.

Maka harga perubahan entalpi pada reaksi CH4(g) + Cl2(g) → CCl4(g) + 4HCl(g) adalah…

A. 112,9 kJ

B. 1129 kJ

C. 414 kJ

D. 271 kJ

E. -1129 kJ

NB. Jangan nyontek ya….!

Say NO to “NYONTEK”

Page 95: Oleh: KURNIA

80

LAMPIRAN 5

NILAI POSTEST SISWA KELAS EKSEPRIMEN

No Nama Nilai

1 A 60

2 B 75

3 C 80

4 D 75

5 E 80

6 F 60

7 G 70

8 H 75

9 I 65

10 J 85

11 K 70

12 L 65

13 M 80

14 N 85

15 O 70

16 P 80

17 Q 85

18 R 70

19 S 85

20 T 80

21 U 75

22 V 75

23 W 65

24 X 80

25 Y 80

26 Z 75

27 A1 85

28 B1 80

29 C1 75

30 D1 75

Page 96: Oleh: KURNIA

81

LAMPIRAN 6

DISTRIBUSI FREKUENSI PRETEST KELAS EKSPERIMEN

A. Banyak data

20 20 25 30 30 30 35 35 40 40

40 45 45 45 45 47 47 47 50 50

50 50 55 55 60 60 65 65 70 70

B. Nilai terbesar = 70

Nilai terkecil = 20

Rentang kelas (R) = 70 – 20 = 50

C. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log N

= 1 + 3,3 log 30

= 1 + 3,3 x 1,477

= 5,874 ~ 6

D. Panjang kelas (interval/C)

R/C = 50/6 = 8

E. Table distribusi

No Interval f Xi Xi2 fXi fXi

2

1 20-27 3 23.5 552.25 70.5 1656.75

2 28-35 5 31.5 992.25 157.5 4961.25

3 36-43 3 39.5 1560.25 118.5 4680.75

4 44-51 11 47.5 2256.25 522.5 24818.8

5 52-59 2 55.5 3080.25 111 6160.5

6 60-70 6 63.5 4032.25 381 24193.5

Jumlah 30 261 12473.5 1361 66471.5

F. Mean /Rata-rata =

=

Page 97: Oleh: KURNIA

82

G. Median = L + C

= 43,5 + 8

= 43,5 + 8

= 43,5 + 8 x 0,4 = 46,7

H. Modus = L + C

= 43,5 + 8

= 43,5 + 8 x 0,6 = 48,3

I. Standar deviasi =

=

=

Page 98: Oleh: KURNIA

83

LAMPIRAN 7

DISTRIBUSI FREKUENSI PRETEST KELAS KONTROL

A. Banyak data

20 20 20 25 25 30 30 30 30 35

35 35 40 40 40 45 45 50 50 50

55 55 55 60 60 60 60 65 70 75

B. Nilai terbesar (Nt) = 75

Nilai terkecil (Nk) = 20

Rentang kelas (R) = Nt – Nk = 75 – 20 = 55

C. Banyaknya kelas (K)

K = 1 + 3,3 log N

= 1 + 3,3 log 30

= 1 + 3,3 x 1,477

= 1 + 4,874 = 5,874 ~ 6

D. Panjang kelas (interval/C)

R/K = 55/6 = 9

E. Tabel distribusi frekuensi

No Interval f Xi Xi2 fXi fXi

2

1 20-28 5 24 576 120 2880

2 29-37 7 33 1089 231 7623

3 38-46 5 42 1764 210 8820

4 47-55 6 51 2601 306 15606

5 56-63 4 60 3600 240 14400

Page 99: Oleh: KURNIA

84

6 64-75 3 74 5476 222 16428

Jumlah 30 227 15106 1329 65757

F. Mean =

=

G. Median = L + C

= 28,5 + 9

= 28,5 + 9 x 1,428 = 41,357

H. Modus = L + C

= 28,5 + 9 x

= 28,5 + 9 x 0,5 = 33

I. Standar deviasi =

=

=

= 15,405

Page 100: Oleh: KURNIA

85

LAMPIRAN 8

PENGUJIAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN

No Xi F Zn Zi Zt Fz Sz IFz-SzI

1 20 2 2 -1.986 0.476 0.023 0.066 0.042

2 25 1 3 -1.595 0.440 0.059 0.100 0.040

3 30 3 6 -1.203 0.384 0.115 0.200 0.084

4 35 2 8 -0.812 0.291 0.209 0.266 0.057

5 40 3 11 -0.420 0.162 0.337 0.366 0.029

6 45 4 15 -0.028 0.008 0.492 0.500 0.008

7 47 3 18 0.127 0.047 0.547 0.600 0.052

8 50 4 22 0.362 0.140 0.640 0.733 0.092

9 55 2 24 0.754 0.276 0.776 0.800 0.023

10 60 2 26 1.146 0.329 0.829 0.866 0.037

11 65 2 28 1.537 0.438 0.938 0.933 0.004

12 70 2 30 1.929 0.472 0.972 1000 0.027

Ltab = 0,161 (untuk N = 30)

Dari uji normalitas dengan uji Lielifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab (0,092 < 0,161),

maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Perhitungan Zi didapatkan dari rumus Zi = , salah satu contoh

perhitungannnya yaitu:

Zi =

Nilai Fz didapat dari = 0,5 + Zt (untuk nilai Zi positif)

= 0,5 – Zt (untuk nilai Zi negatif)

Page 101: Oleh: KURNIA

86

LAMPIRAN 9

PENGUJIAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS KONTROL

No Xi f Zn Zi Zt Fz Sz IFz-SzI

1 20 3 3 -1.577 0.441 0.058 0.100 0.041

2 25 2 5 -1.252 0.394 0.105 0.166 0.061

3 30 4 9 -0.928 0.321 0.178 0.300 0.121

4 35 3 12 -0.603 0.225 0.274 0.400 0.125

5 40 3 15 -0.279 0.106 0.393 0.500 0.106

6 45 2 17 0.045 0.016 0.516 0.566 0.050

7 50 3 20 0.370 0.144 0.644 0.666 0.022

8 55 3 23 0.694 0.254 0.754 0.766 0.011

9 60 4 27 1.019 0.343 0.843 0.900 0.056

10 65 1 28 1.343 0.409 0.909 0.933 0.023

11 70 1 29 1.668 0.451 0.951 0.966 0.015

12 75 1 30 1.992 0.476 0.976 1.000 0.023

Ltab = 0,161 (untuk N = 30)

Dari uji normalitas dengan uji Lielifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab (0,125 < 0,161),

maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Page 102: Oleh: KURNIA

87

LAMPIRAN

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

1. Varians kelas kontrol

Si2 = 237,314

2. Varians kelas eksperimen

Si2 = 163,021

Fh =

\ =

Dilakukan interpolarisasi untuk mendapatkan ftab

df pembilang : 30 – 1 = 29

df penyebut : 30 – 1 = 29

F(30, 29) : 1,85

F(30,30) : 1,84

F(29,29) :

Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas didapatkan Fhitung ≤ Ftabel dengan

taraf signifikansi α = 0,05 yaitu 1,455 ≤ 1,850 maka dapat disimpulkan bahwa data homogen.

Page 103: Oleh: KURNIA

88

LAMPIRAN

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS

Uji-t dapat dihitung dengan cara :

t =

=

=

=

=

Ho = µ (tidak berbeda nyata)

Ha ≠ µ (berbeda nyata)

df = n1 + n2 – 2

= 30 + 30 – 2 = 58

Dilakukan interpolarisasi untuk mendapatkan ttab :

ttab(60,95%) = 2,00

Selisih antara ttab dengan df adalah 2, jadi untuk df 58 adalah:

t(58,95%) = 2,00 ─ (2,00)

= 2 – 0,034 x 2

= 2 – 0,0689

= 1,931

Page 104: Oleh: KURNIA

89

Dari uji-t pretest menunjukkan bahwa thit < ttab (0.303 < 1,931) dengan df =

(30+30) – 2 = 58 (melalui interpolarisasi) pada derajat signifikansi 95%, maka dapat

disimpulkan bahwa kedua kelas tidak berbeda nyata artinya Ho diterima dan Ha

ditolak.

Page 105: Oleh: KURNIA

Lampiran 13

REKAPITULASI INSTRUMEN PENELITIAN

No No soal Tingkat

kognitif

Indeks

Daya

Beda

Kualifikasi

Taraf

kesukaran

Status soal Kualifikasi

1 1 C1 50 sedang Valid Dipakai

2 2 C2 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

3 3 C3 58.33 sedang Tidak Valid Tidak dipakai

4 4 C1 66.67 sukar Valid Dipakai

5 5 C2 66.67 sukar Valid Dipakai

6 6 C1 83.33 sukar Valid Dipakai

7 7 C1 -33.33 sangat mudah Tidak valid Tidak dipakai

8 8 C1 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai

9 9 C2 50 sedang Valid Dipakai

10 10 C1 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai

11 11 C4 16.67 sangat mudah Tidak Valid Tidak dipakai

12 12 C4 33.33 sedang Valid Dipakai

13 13 C4 33.33 sedang Valid Dipakai

14 14 C2 33.33 sedang Valid Dipakai

15 15 C2 33.33 sedang Tidak valid Tidak dipakai

16 16 C1 -16.67 mudah Valid Dipakai

17 17 C2 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai

18 18 C3 50 sedang Tidak valid Tidak dipakai

19 19 C2 16.67 sedang Valid Dipakai

20 20 C1 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

21 21 C1 50 sedang Tidak valid Tidak dipakai

22 22 C1 16.67 sedang Valid Dipakai

23 23 C2 16.67 sukar Tidak valid Tidak dipakai

24 24 C2 50 sedang Valid Dipakai

25 25 C1 -33.33 sukar Valid Dipakai

26 26 C2 66.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

27 27 C3 33.33 sukar Tidak valid Tidak dipakai

28 28 C4 33.33 sukar Valid Dipakai

29 29 C4 16.67 sukar Tidak valid Tidak dipakai

30 30 C4 50 sedang Valid Dipakai

31 31 C3 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai

32 32 C2 83.33 sedang Tidak valid Tidak dipakai

33 33 C2 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

34 34 C2 16.67 sedang Valid Dipakai

Page 106: Oleh: KURNIA

35 35 C3 66.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

36 36 C3 0 sukar Tidak Valid Tidak dipakai

37 37 C3 66.67 sedang Valid Dipakai

38 38 C3 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai

39 39 C1 33.33 sedang Valid Dipakai

40 40 C3 33.33 sukar Tidak valid Tidak dipakai

41 41 C3 33.33 sukar Tidak valid Tidak dipakai

42 42 C3 33.33 sedang valid Dipakai

43 43 C3 83.33 sedang Valid Dipakai

44 44 C3 50 sedang Tidak valid Tidak dipakai

45 45 C1 6.67 sedang Valid Dipakai

46 46 C3 16.67 sedang valid Dipakai

47 47 C3 33.33 sedang Tidak valid Tidak dipakai

48 48 C3 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

49 49 C3 33.33 sedang valid Dipakai

50 50 C3 16.67 mudah Tidak valid Tidak dipakai