159
PENGARUH APLIKASI HORMON IBA (Indole Butyric Acid) DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TANAMAN NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Disusun Oleh: Kurnia Verawati 06308144010 PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010

KURNIA VERAWATI pdf

  • Upload
    rohman1

  • View
    882

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KURNIA VERAWATI pdf

PENGARUH APLIKASI HORMON IBA (Indole Butyric Acid) DAN

KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK

BATANG TANAMAN NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sains

Disusun Oleh:

Kurnia Verawati

06308144010

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2010

Page 2: KURNIA VERAWATI pdf
Page 3: KURNIA VERAWATI pdf
Page 4: KURNIA VERAWATI pdf
Page 5: KURNIA VERAWATI pdf

MOTTO :

Tiada Keberhasilan tanpa Do‟a, Usaha, Ilmu, dan Tawakal

“Yaa Rob curahkan Rohmat-Mu pada Nabi Muhammad SAW

dan bukakan semua kebaikan yang tetutup”

”Yaa Rob curahkan Rohmat-Mu pada Nabi Muhammad SAW

dan sampaikan semua pada semua tujuan dan cita-cita”

(Al-Habib Ali Al-Habsyi)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Alloh SWT, karya kecil ini saya

persembahkan kepada:

Kedua orangtua untuk do‟a, samudera kasih sayang, dan perhatian

Para guru untuk do‟a, ilmu, dan nasehatnya

KakakQ tercinta

Sahabat-sahabatQ :Echy, Depy, Mitha, Susi, Yuni, Dhinz, Tina, Andri,

Hajim, Aas, Ulul.

Semua teman Pondok Pesantren Miftahussalam, Pon.Pes Sirau dan Pon.

Pes Wahid Hasyim, HISWAH, dan HISBAN

Semua temen-temen seperjuangan Bio NR „06

Page 6: KURNIA VERAWATI pdf

PENGARUH APLIKASI HORMON IBA (Indole Butyric Acid) DAN

KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK

BATANG TANAMAN NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L)

Oleh

Kurnia Verawati

06308144010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi hormon IBA dan

komposisi media tanam yang efektif untuk pertumbuhan stek batang tanaman

Nyamplung (Calophyllum inophyllum L).

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Kelompok (RALK)

2 faktor percobaan. Dalam penelitian ini terdapat 20 kombinasi perlakuan dengan

masing-masing 10 ulangan sehingga keseluruhan ada 200 batang stek. Variabel

bebas penelitian ini adalah konsentrasi hormon IBA (0 ppm, 1000 ppm, 2000

ppm, 3000 ppm, 4000 ppm) dan komposisi media tanam (tanah + pasir, tanah +

pupuk kandang, pasir + pupuk kandang, tanah + pasir + pupuk kandang). Variabel

tergayutnya persentase hidup, panjang akar, jumlah akar, bobot basah, bobot

kering, kandungan klorofil, dan serapan N. Faktor mikroklimat yang diukur

meliputi kelembaban udara, intensitas cahaya, kecepatan angin, suhu udara dan

faktor edafik yang diukur meliputi keasaman media, kelembaban media, N

tersedia, suhu media dan N tersedia. Pengukuran data dilakukan pada 20 MST

(minggu setelah tanam). Data hasil pengukuran dilakukan analisis varian

(ANAVA). Apabila hasilnya signifikan maka dilanjutkan uji DMRT untuk

melihat pengaruh sederhana pemberian konsentrasi hormon IBA dan komposisi

media tanam. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hormon IBA

dan komposisi media tanam terhadap jumlah akar dilakukan uji Kruskall-Wallis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hormon IBA yang efektif

untuk pertumbuhan stek batang nyamplung adalah 2000 ppm. Sedangkan

komposisi media tanam yang efektif dalam pertumbuhan stek batang tanaman

nyamplung adalah campuran tanah dan pupuk kandang

Kata kunci: Aplikasi Hormon IBA, Komposisi Media Tanam, Pertumbuhan

Stek Batang

Page 7: KURNIA VERAWATI pdf

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas petunjuk, kesempatan,

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis

menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.A. Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Ariswan, Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta atas

ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian ini.

3. Bapak Ir. Suhandoyo, M.S. Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA

Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Ibu Siti Umniyatie, M.Si. Ketua Program Studi Biologi FMIPA

Universitas Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Bapak Dr. I Gusti Putu Suryadarma, M.S. Dosen Penasehat Akademik

yang telah memberikan bimbingan selama penulis kuliah.

6. Bapak Drs. Suyitno AL, MS dan Ibu Budiwati, M.Si. Dosen Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan dan arahan mulai dari penyusunan

proposal sampai penulisan laporan skripsi.

7. Bapak. Prof. Dr. Djukri dan Bapak Sudarsono, MS. Dosen Penguji yang

telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.

Page 8: KURNIA VERAWATI pdf

8. Seluruh staf Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemulian Tanaman

Hutan, khususnya Bapak Ir. Sugeng Pudjiono, M.P yang telah membantu

kegiatan penelitian selama di lapangan.

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat.

10. Seluruh staf Laboratorium Biologi FMIPA UNY, atas bantuannya dalam

menyediakan peralatan penelitian.

11. Bapak dan Ibu beserta keluarga besar Banyumas yang begitu mencintai

dan menyayangiku, terima kasih atas doa, pengorbanan, cinta dan kasih

sayang yang telah diberikan.

12. Kakakku tersayang, yang selalu memberikan semangat dan dukungannya,

serta selalu menemani sampai terselesaikannya penulisan Tugas Akhir

Skripsi ini.

13. Teman-teman Biologi Non Reguler ’06, atas persahabatan yang hangat

dan memberikan kenangan yang tak terlupakan.

14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena

itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis

berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Yogyakarta, Desember 2010

Penulis

Page 9: KURNIA VERAWATI pdf

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 7

D. Rumusan Masalah .............................................................................. 8

E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8

G. Definisi Penelitian .............................................................................. 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori................................................................................... 10

1. Nyamplung atau Bintangur ......................................................... 10

2. Pertumbuhan ............................................................................... 15

3. Stek ............................................................................................. 20

4. Faktor Penghambat Pertumbuhan Stek Batang .......................... 29

5. Hal-Hal Penting pada Penyetekan .............................................. 31

6. Peranan Hormon dalam Perakaran Stek ..................................... 32

7. Media Tanam .............................................................................. 36

8. Pupuk .......................................................................................... 39

Page 10: KURNIA VERAWATI pdf

9. Klorofil ........................................................................................ 45

10. Serapan Nitrogen oleh Tumbuhan dan peranannya bagi

Tumbuhan ................................................................................... 50

B. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 52

C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 55

D. Hipotesis penelitian ............................................................................ 57

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................... 58

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 59

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................... 60

D. Variabel Penelitian ............................................................................. 60

E. Objek Penelitian ................................................................................. 61

F. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 61

G. Prosedur Penelitian ............................................................................ 63

H. Teknik Analisis Data.......................................................................... 71

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................. 72

1. Kondisi Fisik Lingkungan .......................................................... 72

2. Keberhasilan Stek Tanaman Nyamplung ................................... 73

a. Persentase Hidup Stek Tanaman Nyamplung ...................... 73

b. Tinggi Stek Tanaman Nyamplung ....................................... 75

c. Panjang Akar Stek Tanaman Nyamplung ............................ 77

d. Jumlah Akar Stek Tanaman Nyamplung ............................. 79

e. Bobot Basah Stek Tanaman Nyamplung ............................. 81

f. Bobot Kering Stek Tanaman Nyamplung ............................ 83

g. Kandungan Klorofil Stek Tanaman Nyamplung ................. 86

h. Serapan N Stek Tanaman Nyamplung ................................. 88

B. Pembahasan........................................................................................ 90

1. Kondisi Mikroklimat ................................................................... 90

2. Kondisi Edafik ............................................................................ 91

Page 11: KURNIA VERAWATI pdf

3. Pengaruh Pemberian Hormon IBA dan Komposisi Media

Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Nyamplung ........ 92

a. Persentase Hidup Stek Tanaman Nyamplung ...................... 92

b. Tinggi Stek Tanaman Nyamplung ....................................... 93

c. Panjang Akar Stek Tanaman Nyamplung ............................ 95

d. Jumlah Akar Stek Tanaman Nyamplung ............................. 97

e. Bobot Basah dan Kering Stek Tanaman Nyamplung .......... 99

4. Pengaruh Pemberian Hormon IBA dan Komposisi Media

Tanam terhadap Kandungan Klorofil Stek Tanaman

Nyamplung .................................................................................. 100

5. Pengaruh Pemberian Hormon IBA dan Komposisi Media

Tanam terhadap Serapan N Stek Tanaman Nyamplung ............. 102

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................ 106

B. Saran .................................................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: KURNIA VERAWATI pdf

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Unsur Hara Pupuk Kandang ......................................... 42

Tabel 2. Kombinasi perlakuan pada masing-masing parameter ................... 58

Tabel 3. Lay out penelitian dari keseluruhan variasi perlakuan ................... 59

Tabel 4. Rata-rata Kondisi Mikroklimat Penelitian antara Bulan Juni –

Oktober 2010 ................................................................................... 72

Tabel 5. Kondisi Edafik Berbagai Media Tanam .......................................... 73

Tabel 6. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap Persentase

Hidup Stek Tanaman Nyamplung .................................................. 74

Tabel 7. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Komposisi Media Tanam

terhadap Persentase Hidup Stek Tanaman Nyamplung ................... 75

Tabel 8. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap Tinggi

Stek Tanaman Nyamplung .............................................................. 76

Tabel 9. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Komposisi Media Tanam

terhadap Tinggi Stek Tanaman Nyamplung .................................... 77

Tabel 10. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap Panjang

Akar Stek Tanaman Nyamplung ..................................................... 78

Tabel 11. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Komposisi Media Tanam

terhadap Panjang Akar Stek Tanaman Nyamplung ......................... 79

Tabel 12. Hasil Analisis Kruskall-Wallis pada Pemberian Hormon IBA dan

Komposisi Media Tanam terhadap Jumlah Akar Stek Tanaman

Nyamplung ...................................................................................... 81

Tabel 13. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap Bobot

Basah Stek Tanaman Nyamplung.................................................... 82

Tabel 14. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Komposisi Media Tanam

terhadap Bobot Basah Stek Tanaman Nyamplung .......................... 83

Tabel 15. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap Bobot

Kering Stek Tanaman Nyamplung .................................................. 85

Page 13: KURNIA VERAWATI pdf

Tabel 16. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Komposisi Media Tanam

terhadap Bobot Keringi Stek Tanaman Nyamplung........................ 85

Tabel 17. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap

Kandungan Klorofil Stek Tanaman Nyamplung ............................. 87

Tabel 18. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap Serapan N

Stek Tanaman Nyamplung .............................................................. 89

Page 14: KURNIA VERAWATI pdf

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pohon Nyamplung pada Sebaran Alami ................................ 14

Gambar 2. Daun dan Bunga Nyamplung .................................................... 15

Gambar 3. Buah yang Masih Muda dan Buah yang Sudah Mengering ...... 15

Gambar 4. Grafik Hasil Rerata Persentase Hidup Stek Tanaman

Nyamplung pada Umur 20 MST ................................................ 73

Gambar 5. Grafik Hasil Rerata Tinggi Stek Tanaman Nyamplung pada

Umur 20 MST ............................................................................. 75

Gambar 6. Grafik Hasil Rerata Panjang Akar Stek Tanaman Nyamplung

pada Umur 20 MST .................................................................... 77

Gambar 7. Grafik Hasil Rerata Jumlah Akar Stek Tanaman Nyamplung

pada Umur 20 MST .................................................................... 80

Gambar 8. Grafik Hasil Rerata Bobot Basah Stek Tanaman Nyamplung

pada Umur 20 MST .................................................................... 81

Gambar 9. Grafik Hasil Rerata Bobot Kering Stek Tanaman Nyamplung

pada Umur 20 MST .................................................................... 84

Gambar 10. Grafik Hasil Rerata Kandungan Klorofil Stek Tanaman

Nyamplung pada Umur 20 MST ................................................ 86

Gambar 11. Grafik Hasil Rerata Serapan N Stek Tanaman Nyamplung pada

Umur 20 MST ............................................................................. 88

Page 15: KURNIA VERAWATI pdf

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 111

Lampiran 2. Data Pengukuran ...................................................................... 115

Lampiran 3. Hasil Analisis ANAVA Persentase Hidup Stek Tanaman

Nyamplung ............................................................................... 118

Lampiran 4. Hasil Analisis ANAVA Tinggi Stek Tanaman Nyamplung..... 120

Lampiran 5. Hasil Analisis ANAVA Panjang Akar Stek Tanaman

Nyamplung ............................................................................... 122

Lampiran 6. Hasil Analisis Kruskall-Wallis Jumlah Akar Stek Tanaman

Nyamplung ............................................................................... 124

Lampiran 7. Hasil Analisis ANAVA Bobot Basah Stek Tanaman

Nyamplung ............................................................................... 126

Lampiran 8. Hasil Analisis ANAVA Boobot Kering Stek Tanaman

Nyamplung ............................................................................... 128

Lampiran 9. Hasil Analisis ANAVA Kandungan Klorofil Stek Tanaman

Nyamplung ............................................................................... 130

Lampiran 10. Hasil Analisis ANAVA Serapan N Stek Tanaman

Nyamplung ............................................................................... 132

Page 16: KURNIA VERAWATI pdf

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nyamplung (Callophyllum inophyllum L.) merupakan salah satu

jenis tanaman hutan yang mempunyai banyak kegunaan baik kayu, getah,

maupun buahnya. Pohon nyamplung selama ini dimanfaatkan kayunya

sebagai bahan konstruksi, furnitur, pembuatan lemari, kapal, alat musik dan

lain-lain. Sedangkannya dapat dijadikan obat anti HIV. Akhir-akhir ini

berdasarkan beberapa penelitian buah nyamplung mempunyai potensi yang

cukup besar sebagai bahan baku biofuel (Sofwan Bustomi, dkk. 2008 : 2).

Menurut Sasanti Widiarsih (2008:3), perbanyakan tanaman

nyamplung dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Salah satu

cara perbanyakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara

stek. Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan

dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk

ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif

buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan

khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan

lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan

jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru

terbentuk tidak tahan stres lingkungan. Akhir-akhir ini perbanyakan vegetatif

tanaman nyamplung sering dilakukan dengan cara stek pucuk, sehingga pada

penelitian ini menggunakan stek batang.

Page 17: KURNIA VERAWATI pdf

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan pembiakan

vegetatif dengan stek antara lain: umur stek, media, drainase media, intesitas

cahaya, teknik pengguntingan dan konsentrasi hormon yang digunakan.

(Sugeng Pudjiono, 1996: 12)

Menurut Sugeng Pudjiono (1996: 11), pada dasarnya penanaman

stek memerlukan syarat-syarat tertentu yang perlu untuk dipenuhi. Syarat-

syarat tersebut antara lain: kelembaban tinggi > 80%, suhu 24-32 oC, dan

media mempunyai aerasi yang baik dan juga dapat menjaga kelembaban

media dengan baik. Persyaratan untuk masing-masing jenis tidak sama begitu

juga cara penyetekan juga berbeda, untuk tanaman nyamplung penanaman

dilakukan dengan menggunakan kantong plastik, yang mana kantong tersebut

diletakan di bawah sungkup plastik dengan diberi jaring naungan.

Pada saat mengambil bahan stek, pohon induk harus dalam keadaan

sehat dan tidak sedang bertunas, yang dijadikan stek biasanya adalah bagian

pangkal dan tengah dari cabang. Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5 cm

di bawah mata tunas yang paling bawah dan untuk ujung bagian atas sejauh 1

cm dari mata tunas yang paling atas. Kondisi daun pada cabang yang hendak

diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan demikian seluruh daun dapat

melakukan fotosintesis yang menghasilkan zat makanan dan karbohidrat.

Nantinya zat ini akan disimpan dalam organ penyimpanan,antara lain di

batang. Karbohidrat pada batang ini penting sebagai sumber energi

yangdibutuhkan pada waktu pembentukan akar baru. Ukuran besar cabang

yang diambil cukup sebesar kelingking. Diameter sekitar 1 cm dengan

Page 18: KURNIA VERAWATI pdf

panjang antara 10-15 cm. Cabang tersebut memiliki 3-4 mata tunas. Kondisi

batang pada saat pengambilan berada dalam keadaan setengah tua dengan

warna kulit batang biasanya coklat muda. Pada saat ini kandungan

karbohidrat dan auxin (hormon) pada batang cukup memadai untuk

menunjang terjadinya perakaran setek (Nugroho H. Prastowo, 2006: 31).

Pemilihan bahan dengan mengambil batang pada bagian cabang

tanaman nyamplung yang mempunyai mata tunas agar stek tersebut

menghasilkan akar. Menurut Dwidjoseputro (1989: 192-194), bahwa

sekalipun stek tidak mempunyai tunas, namun pembentukan akar dapat juga

terjadi apabila diberikan hormon IAA atau zat yang sejenis, untuk keperluan

perhutanan seperti nyamplung dapat diperoleh dalam bentuk larutan, pasta

atau serbuk yang dapat langsung dikenakan pada stek yang dikehendaki.

Menurut Telly Kurniasari (2003: 5), untuk bahan yang berukuran

sedang hingga besar (misalnya bakau, katapang dan nyamplung), penanaman

sebaiknya dilakukan secara langsung dalam polybag. Penanaman langsung

dinilai lebih efisien karena tidak memerlukan penyapihan. Stek tanaman

nyamplung ditancapkan sedalam 5-7 cm langsung ke dalam polybag.

Proses pemberian hormon harus memperhatikan jumlah dan

konsentrasinya agar didapatkan waktu tumbuh dan sistem perakaran yang

baik. Konsentrasi dan jumlah hormon tergantung pada faktor-faktor seperti

umur bahan stek, waktu/ lamanya pemberiaan hormon, cara pemberian

hormon, jenis tanaman dan sistem stek yang digunakan. Hormon auksin yang

baik untuk perakaran tanaman adalah kelompok IBA (Indole Butyric Acid).

Page 19: KURNIA VERAWATI pdf

Pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh komponen media tanam

terutama bibit. Media tanam tidak hanya sebagai tempat tumbuh bagi

tanaman tetapi sebagai sarang hama dan penyakit, sehingga pemilihan media

tanam yang tepat diharapkan dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Hal

ini dikarenakan media dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara dan

penyedia lingkungan bagi perkembangan akar. Ada dua macam media murni

yang digunakan yaitu pasir dan tanah. Pasir digunakan dalam media murni

karena sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan

bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media

lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya

setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan

dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase

media tanam dan media tanah ini digunakan sebagai media yang paling

familiar sebagai media pertumbuhan. Masalah yang kemudian muncul adalah

apakah media tanam tanah dan pasir ini dapat memenuhi kebutuhan unsur

hara tanaman, sehingga perlu diberikan pupuk sebagai penunjang.

Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis

tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan

standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal

yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan

kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat

menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan

dapat menahan ketersediaan unsur hara.

Page 20: KURNIA VERAWATI pdf

Pertumbuhan yang sehat dicerminkan oleh status penyerapan hara

yang optimal, konsentrasi hara, serta besarnya nutrisi serapan dalam jaringan

tanaman. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi diperlukan jumlah

hara yang cukup dan seimbang. Kandungan hara tanaman tergantung pada

hara yang tersedia di dalam tanah, sifat fisik tanah dimana tanaman tumbuh,

dan lingkungan. Unsur nitrogen sebagai salah satu unsur makro dibutuhkan

tanaman dalam jumlah besar karena nitrogen berperan sebagai pemacu

pertumbuhan tanaman vegetative bagi tanaman, sehingga dibutuhkan dalam

jumlah yang besar. Ketersediaan unsur ini dalam media tanam akan memacu

pertumbuhan tanaman. Curtis dan Clark (1950: 60-61) menyatakan bahwa

apabila kekurangan N dapat mengakibatkan turunnya jumlah klorofil yang

akan berpengaruh pada pertumbuhan

Dengan menggunakan media murni yaitu tanah dan pasir campuran

pupuk kandang diharapkan dapat diperoleh media yang paling baik bagi

tanaman nyamplung, karena media campuran mengandung bahan mineral dan

lingkungan yang lebih baik dari pada media murni, mengingat media tanaman

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan stek.

Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman

yang akan ditanam, maka dalam penelitian ini perlu diketahui komposisi

media yang cukup asupan hara dan konsentrasi hormon yang paling efektif

untuk pertumbuhan tanaman nyamplung.

Page 21: KURNIA VERAWATI pdf

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. Permasalahan yang berkaitan dengan tanaman nyamplung adalah saat ini

biji tanaman nyamplung belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat

2. Permasalahan yang berkaitan dengan penyetekan sebagai berikut.

a) Keberhasilan pembiakan stek belum sepenuhnya terwujud atau

berhasil karena adanya keterbatasan pengetahuan masyarakat dalam

melakukan pembiakan vegetatif khususnya dengan cara stek batang

b) Kurangnya pengetahuan cara menanam bibit nyamplung yang baik

c) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi batang stek yang baik

d) Belum tentu pemotongan batang untuk stek pada panjang tertentu

dapat menghasilkan bibit yang baik

e) Belum tentu kedalaman penanaman batang stek sama untuk tiap jenis

tanaman

3. Permasalahan yang berkaitan dengan media tanam adalah sebagai berikut.

a) Tidak semua jenis media cocok digunakan untuk penyetekan tanaman

nyamplung

b) Belum diketahui jenis media tanam yang paling efektif digunakan

untuk penyetekan tanaman nyamplung

4. Permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan mikroklimat adalah

belum diketahui pengaruh pencahayaan, kelembaban, dan suhu terhadap

pertumbuhan stek tanaman nyamplung

Page 22: KURNIA VERAWATI pdf

5. Permasalahan yang berkaitan dengan hormon penumbuh akar adalah

sebagai berikut.

a) Tidak semua jenis tanaman cocok dengan pemberian hormon

penumbuh akar yang sama

b) Lamanya perendaman batang pada konsentrasi hormon penumbuh

akar belum tentu pertumbuhan akar stek menjadi baik

6. Permasalahan yang berkaitan dengan unsur hara tanaman adalah

bagaimana ketersediaan nutrisi tanaman dan berapa besar kemampuan

tanaman untuk menyerap unsur hara yang tersedia

7. Permasalahan yang berkaitan dengan klorofil daun adalah adanya

hubungan antara serapan N dengan kandungan klorofil

C. Pembatasan masalah

Penelitian ini dibatasi pada usaha pembiakan vegetatif tanaman

nyamplung melalui stek batang yang diberi macam konsentrasi hormon

perakaran (IBA) yaitu 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm

dan kombinasi media tanam (tanah + pasir, tanah + pupuk kandang, pasir +

pupuk kandang, tanah + pasir + pupuk kandang).

Page 23: KURNIA VERAWATI pdf

D. Perumusan Masalah

1. Berapakah konsentrasi hormon IBA yang efektif untuk pertumbuhan stek

batang tanaman nyamplung?

2. Komposisi media tanam yang bagaimana untuk pertumbuhan stek batang

tanaman nyamplung?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui konsentrasi hormon IBA yang efektif untuk pertumbuhan stek

batang tanaman nyamplung

2. Mengetahui komposisi media tanam yang efektif dalam pertumbuhan stek

batang tanaman nyamplung

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah.

1. Menambah wawasan keilmuan tentang pengaruh aplikasi hormon IBA

(Indole Butyric Acid) dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan

stek batang tanaman nyamplung (Calophyllum inophyllum L)

2. Memberikan sumbangan pengetahuan pada masyarakat tentang

perkembangbiakan nyamplung (Calophyllum inophyllum L) secara

vegetatif khususnya dengan stek batang

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang mendatang

Page 24: KURNIA VERAWATI pdf

G. Definisi Operasional

1. Aplikasi hormon adalah penerapan hormon sebagai perangsang penumbuh

akar supaya pertumbuhan tanaman yang diinginkan lebih cepat. Pemberian

hormon dilakukan dengan cara merendam bagian ujung batang ke larutan

hormon sedalam 2 cm dan selama 10 detik

2. Komposisi media tanam adalah campuran beberapa media tanam yang

digunakan untuk tempat tumbuh tanaman

3. Pertumbuhan stek batang adalah pembelahan yang menyebabkan

pertambahan dan peningkatan jumlah serta pembesaran sel tanaman pada

perbanyakan dengan stek batang

Page 25: KURNIA VERAWATI pdf

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Nyamplung atau Bintangur

Nyamplung (Callophyllum inophyllum L.) merupakan salah satu

jenis tanaman hutan yang mempunyai banyak kegunaan baik kayu, getah,

maupun buahnya. Pohon nyamplung selama ini dimanfaatkan kayunya

sebagai bahan konstruksi, furnitur, kapal, alat musik dan lainnya. Sedangkan,

getah dari kulit kayunya dapat dijadikan obat/ anti HIV. Akhir-akhir ini

berdasarkan beberapa penelitian buah nyamplung mempunyai potensi yang

cukup besar sebagai bahan baku biofuel (Sofwan Bustomi, dkk. 2008 : 2).

Menurut Sofwan Bustomi, dkk. (2008: 9-10), keunggulan

nyamplung sebagai sumberdaya terbarukan (renewable resources) adalah.

a. Tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar secara alami hampir di seluruh

pantai berpasir Indonesia

b. Relatif mudah dibudidayakan, dapat ditanam secara monokultur atau

campuran dengan tanaman pertanian (tumpang sari), permudaan alami

banyak dan berbuah sepanjang tahun

c. Produktivitas biji lebih tinggi di bandingkan jenis lain sebesar 20 ton/ha

(jarak pagar: 5ton/ha; sawit: 6 ton/ha)

d. Pemanfaatan nyamplung sebagai biofuel tidak berkompetisi dengan

kebutuhan pangan

Page 26: KURNIA VERAWATI pdf

e. Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan

menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi, terutama

biji untuk bahan baku biofuel

f. Dapat ditanam sebagai tanaman pemecah angin (wind breaker) dan

konservasi sempadan pantai

Keunggulan biodiesel yang dihasilkan dari Nyamplung adalah

sebagai berikut.

a. Rendemen minyak nyamplung tergolong tinggi dibandingkan jenis

tanaman lain yang dapat mencapai 40 – 73 % (Jarak pagar: 40 – 60 %,

Sawit: 46 – 54 %)

b. Sebagian parameter biodiesel yang dihasilkan telah memenuhi standar

kualitas biodiesel Indonesia

c. Minyak biji nyamplung (biokerosene) memiliki daya bakar dua kali lebih

lama dibandingkan minyak tanah. Dalam uji untuk mendidihkan air,

ternyata minyak tanah yang di butuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak biji

nyamplung hanya 0,4 ml

d. mempunyai keunggulan kompetitif di masa depan antara lain.

1) Biodiesel nyamplung dapat digunakan sebagai pencampur solar

dengan komposisi tertentu, bahkan dapat digunakan 100 % apabila

teknologi pengolahan tepat.

2) Kualitas emisi lebih baik dari solar

3) Dapat digunakan sebagai biokerosene sebagai pengganti minyak tanah

Page 27: KURNIA VERAWATI pdf

Menurut Sofwan Bustomi, dkk. (2008 : 10), manfaat dari tanaman

Nyamplung adalah sebagai berikut.

1) Kayu, termasuk kayu komersial, dapat digunakan untuk bahan pembuatan

perahu, balok, tiang, papan lantai dan papan pada bangunan perumahan

dan bahan kontruksi ringan

2) Getah, dapat disadap untuk mendapatkan minyak yang di kenal dengan

nama minyak tamanu (Tahiti), minyak undi (India), minyak domba

(Afrika). Bahan aktif dari getah ini diindikasikan berkhasiat untuk

menekan pertumbuhan virus HIV

3) Daun, mengandung senyawa costatolide-A, saponin dan acid hidrocyanic

yang berkhasiat sebagai obat oles untuk sakit encok, bahan kosmetik

untuk perawatan kulit, menyembuhkan luka bakar dan luka potong

4) Bunga, dapat digunakan sebagai campuran pengharum minyak rambut

5) Biji, setelah diolah menjadi minyak bermanfaat untuk pelitur, minyak

rambut dan minyak urut, berkhasiat juga untuk obat rematik

Klasifikasi dan Persyaratan Tumbuh

Menurut Usnul (2007 : 2), tanaman nyamplung memiliki klasifikasi

sebagai berikut.

a. Klasifikasi :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Guttiferales

Page 28: KURNIA VERAWATI pdf

Suku : Guttiferae

Marga : Calophyllum

Jenis : Calophyllum inophyllum L

b. Persyaratan Tumbuh

Menurut Sofwan Bustomi, dkk. (2008:11), tanaman nyamplung

tumbuh pada wilayah pantai berpasir yang toleran terhadap kadar garam

serta pada tanah yang mengandung liat berdrainase baik, pH 4-7,4.

Tumbuh baik pada ketinggian 0-200 m dpl, bertipe curah hujan A dan B

dengan curah hujan 1000-3000 mm/tahun, 4-5 bulan kering dan suhu rata-

rata 18-33oC. Sedangkan menurut Yetty Heryati (2007:1), tanaman

nyamplung juga dapat tumbuh pada ketinggian sampai 800 m dpl.

Karakteristik pohon

Menurut Sofwan Bustomi, dkk. (2008 : 3), karakteristik nyamplung

adalah sebagai berikut.

1) Pohon bertajuk rimbun menghijau dengan akar tunjang. Tinggi pohon

dapat mencapai 25 m dengan tinggi bebas cabang 4 – 10 m, diameter

dapat mencapai 150 cm (Gambar. 1)

2) Batang berkayu dengan percabangan mendatar dan jarang berbanir,kulit

batang bagian luar berwarna kelabu atau putih, beralur dangkal dan

mengelupas besar-besar tipis, pada kulit kayu terdapat saluran getah

berwarna kuning (Gambar. 1)

3) Daun tunggal bersilang-berhadapan bulat memanjang atau bulat telur,

ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip,

Page 29: KURNIA VERAWATI pdf

panjang 20- 21 cm, lebar 6- 11 cm, tangkai 1,5- 2,5 cm, daging daun

seperti kulit/ berlulang, warna hijau (Gambar. 2A)

4) Bunga majemuk, bentuk tandan diketiak daun yang teratas, berkelamin

dua, diameter 2- 3 cm, daun kelopak empat tidak beraturan, benang sari

banyak, tangkai putik membengkok, kepala putik berbentuk perisai, daun

mahkota empat, lonjong, putih (Gambar. 2 B)

5) Buah muda berwarna hijau dan yang sudah tua berwarna

kekuningkuningan, apabila dibiarkan lama, buah berwarna seperti kayu,

buah termasuk kategori buah batu, bulat seperti peluru, dengan mancung

kecil, didepannya, diameter antara 2,5 – 5 cm (Gambar. 3A)

6) Biji berbentuk bulat tebal dan keras, berukuran relatif besar berdiameter

2,5 – 4 cm, daging buah tipis dan biji yang telah kering dapat tahan

disimpan selama 1 bulan, inti biji mengandung minyak berwarna kuning

kecoklatan (Gambar. 3B)

Gambar 1. Pohon Nyamplung pada sebaran alami (Sofwan

Bustomi, dkk. 2008: 4)

Page 30: KURNIA VERAWATI pdf

2. Pertumbuhan

Pertumbuhan tanaman merupakan proses yang sangat penting dalam

kehidupan suatu organism. Pertumbuhan berlangsung terus-menerus

sepanjang daur hidup, terantung pada tersedianya meriste, hasil asimilasi,

hormone dan substansi pertumbuhan lainnya,serta lingkungan yang

mendukung. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pembelahan jumlah serta

pembesaran sel atau peningkatan ukuran (Gardener, et, al, 1991:248)

Gambar 2. Daun (A) dan bunga (B) Nyamplung (Sofwan

Bustomi, dkk. 2008: 4)

(A)

(A)

(B)

(B)

Gambar 3. Buah yang masih muda (A) dan buah yang Sudah

mengering (B) (Sofwan Bustomi, dkk. 2008: 4)

Page 31: KURNIA VERAWATI pdf

Pertumbuhan dinyatakan dalam pertumbuhan ruang atau volume

yang tidak dapat kembali lagi (irreversible increase in volume). Setelah

sunstrast (modal) awal habis digunakan, penyediaan substrat selanjutnya

tergantung pada luas daun dan efisiensinya memfiksasi CO2. Sejalan dengan

bertambahanya umur tanaman, luas daun akan meningkat, tetapi ini tidak

selalu diikuti peningkatan produksi karbohidrat yang proporsional karena

adanya penurunan efisiensi fiksasi CO2 khusunya pada tanaman yang tumbuh

dalam suatu komuniti yang cukup rapat. Penyediaan oleh daun sebagai

substrat karbohidrat untuk pembentukan biomassa tanaman harus diimbangi

aktivitas akar menyerap air dari unsur hara yang ditentukan oleh aktivitas

akar dan efisiensi akar menyerap bahan-bahan tersebut. Unsur hara tersebut

akan diangkut sampai ke daun bersama dengan aliran traspirasi dimana unsur

hara ini kemudian akan terlibat dalam proses metabolisme dasar seperti

sintesis asam amino (Bambang Guritno dan Sitompul. 1995:21-22).

a. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

Menurut Endang Saptiningsih (2007), pertumbuhan adalah

proses pertambahan ukuran sel atau organism yang bersifat kuantitatif /

terukur. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu.

1) Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan

Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan

tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari

tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22-37oC.

Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat

Page 32: KURNIA VERAWATI pdf

mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. Hasan Bisri

(1992: 35) menyatakan bahwa untuk pertumbuhan tanaman diperlukan

suhu antara 15-40oC. Dibawah suhu 15

oC atau diatas suhu 40

oC

pertumbuhan tanaman menurun drastis.

2) Faktor Kelembaban Udara

Kadar air dalam udara mempengaruhi pertumbuhan serta

perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi

tumbuhan karena lebih mudah mendapatkan air serta berkurangnya

penguapan sehingga pembentukan sel lebih cepat. Ance Gunarsih

Kartasapoetra (1993:44) menjelaskan bahwa pengaruh kelembaban

mendorong pertumbuhan dan membatasi hilangnya air bagi tumbuhan.

3) Faktor Cahaya Matahari

Cahaya matahari dibutuhkan tanaman untuk melakukan

fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman

kekurangan cahaya matahari, maka tanaman tampak pucat dan

warnanya kekuning-kuningan (etiolasi). Sebaliknya pada kecambah,

cahaya matahari justru dapat menghambat proses pertumbuhan.

4) Faktor Hormon

Hormon pada tumbuhan memegang peranan penting dalam

proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk

membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan

dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan

sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.

Page 33: KURNIA VERAWATI pdf

b. Parameter Pertumbuhan

Pengetahuan mengenai pola pertumbuhan dibutuhkan untuk

mengetahui perilaku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, hal ini bisa

dijadikan sebagai dasar dalam melakukan perlakuan (treatment) dan untuk

memperoleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman optimal. Parameter

yang diukur untuk mengetahui pertumbuhan tanaman, antara lain.

1) Akar

Pada kebanyakan penelitian tanaman hutan, akar sangat jarang

diamati. Padahal akar merupakan kesatuan dari tanaman dan

mempunyai fungsi yang sangat penting terutama dalam pertumbuhan

tanaman, Bambang Guritno dan Sitompul (1995:96) menyatakan

bahwa peranan akar dalam pertumbuhan tanaman sama pentingnya

dengan tajuk. Tajuk berfungsi untuk menyediakan karbohidrat melalui

proses fotosintesissedangkan akar berfungsi menyediakan unsur hara

dan air yang diperlukan dalam metabolisme tanaman. Hal ini

membuktikan bahwa semakin banyak akar maka semakin tinggi

pertumbuhan tanaman tersebut.

Hasil pengamatan akar dapat dinyatakan persatuan tanaman,

persatuan volume tanah (media tumbuh) dan per satuan luas.

Parameter yang dapat diamati langsung untuk mengamati

pertumbuhan akar adalah berat akar, jumlah akar, dan panjang akar

(Bambang Guritno dan Sitompul 1995:228-229)

Page 34: KURNIA VERAWATI pdf

2) Daun

Pengamatan daun dilakukan berdasarkan fungsinya sebagai

organ produsen, indikator pertumbuhan, juga data penunjang untuk

proses pertumbuhan dan pembentukan biomassa. Atas dasar ini luas

daun menjadi pilihan parameter utama, karena laju fotosinteis

ditentukan oleh luas daun (Bambang Guritno dan Sitompul 1995:93)

3) Tinggi tanaman

Tinggi tanaman sering digunakan sebagai indikator

pertumbuhan yang mudah diamati, dilakukan tanpa merusak tanaman.

Namun akan kesulitan dalam penentuan batas-batasnya, baik bagian

atas maupun bagian bawah yang tergantung kedalaman penanaman

(Bambang Guritno dan Sitompul 1995:95)

4) Produksi Biomassa

Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering

digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan

tanaman. pengukuran biomassa tanman dapat dilakukan melalui

penimbangan bahan tanaman yang sudah dikeringkan. pengeringan

bahan, yang bertujuan untuk menghilangkan semua kandungan air

bahan, dilaksanakan pada suhu relative tinggi (800C) selama jangka

waktu tertentu (Bambang Guritno dan Sitompul 1995:89-91)

3. Stek

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan

dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk

Page 35: KURNIA VERAWATI pdf

ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif

buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan

khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan

lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan

jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru

terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman

yang masih bertahan. (Sasanti Widiarsih,dkk, 2008:1)

Menurut Sasanti Widiarsih,dkk (2008:2), faktor intern yang paling

penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah

faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan

regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan

perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman sumber seharusnya

mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama dan/ataupenyakit.

Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi

tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi.

Menurut Hartmann et al, 1997 (Sasanti Widiarsih,dkk. 2008:2),

kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman sumber

diantaranya adalah.

a. Status air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam

kondisi turgid

b. Temperatur. Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C -27°C.

Page 36: KURNIA VERAWATI pdf

c. Cahaya. Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tamnaman sumber

tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya

ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat

d. Kandungan karbohidrat. Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat

bahan stek yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan

pengeratan untuk menghalangi translokasi karbohidrat. Pengeratan juga

berfungsi menghalangi translokasi hormon dan substansi lain yang

mungkin penting untuk pengakaran, sehingga terjadi akumulasi zat-zat

tersebut pada bahan stek. Karbohidrat digunakan dalam pengakaran untuk

membangun kompleks makromolekul, elemen struktural dan sebagai

sumber energi. Walaupun kandungan karbohidrat bahan stek tinggi, tetapi

jika rasio C/N rendah maka inisiasi akar juga akan terhambat karena unsur

N berkorelasi negatif dengan pengakaran stek.

Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok berpengaruh pada

terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media

pengakaran yang kondusif yaitu cukup lembab, evapotranspirasi rendah,

drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak terkena

cahaya penuh (200-100 W/m2) dan bebas dari hama atau penyakit.

Menurut Nugroho H. Prastowo (2006: 31-32), stek adalah

menumbuhkan bagian tanaman sehingga menjadi tanaman baru. Keuntungan

dan kerugian bibit dari stek adalah sebagai berikut.

Page 37: KURNIA VERAWATI pdf

a. Keuntungan bibit dari stek

1) Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang sama

dengan induknya, terutama bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya

2) Tanaman asal stek bisa ditanam pada tempat yang permukaan air

tanahnya dangkal, karena tidak mempunyai akar tunggang

3) Perbanyakan tanaman buah dengan stek merupakan cara perbanyakan

yang praktis dan mudah dilakukan

4) Stek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak

memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi

b. Kerugian bibit dari stek

1) Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin

kencang tanaman menjadi mudah roboh

2) Apabila musim kemarau panjang, tanaman tidak tahan kekeringan

Menurut Kramer dan Kozlowski, 1979 (Mahfudz. 2009),

keberhasilan stek dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam

adalah semua faktor yang terdapat didalam bahan stek. Sedangkan faktor luar

adalah faktor lingkungan yang mendukung keberhasilan penyetekan. Faktor

dalam yang berpengaruh dalam penyetekan sebagaimana dikemukakan oleh

Hartman dan Kester (1997) adalah.

1. Kandungan makanan dalam jaringan stek.

Karbohidrat dan nitrogen yang diperoleh dari hasil fotosintesis

merupakan factor penting dalam merangasang pembentukan perakaran

stek. Persediaan makanan stek sering dinyatakan dalam perbandingan

Page 38: KURNIA VERAWATI pdf

karbohidrat (C) dan Nitrogen (N). perbandingan C/N yang tinggi dapat

mempercepat pembentukan akar primodia, sedangkan yang rendah dapat

mempercepat pembentukan tunas. Kandungan karbohidrat dalam stek

tergantung pada waktu pengambilan dan kesehatan pohon induk.

Pengambilan stek dianjurkan pada sore hari karena kandungan

karbohidrat dari hasil fotosintesis cukup banyak.

2. Umur tanaman / pohon induk.

Bahan stek yang diambil dari tanaman muda akan lebih mudah

berakar dari pada bahan stek dari tanaman tua karena kemampuan

pembelahan sel jaringan tanaman yang tua telah menurun sehingga bahan

stek yang diambil dari jaringan tua akan mengalami kesulitan dalam

pembentukan akar primodia.

3. Hormon endogen dalam jaringan stek.

Hormon tanaman didefinisikan sebagai senyawa organik bahan

nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil. Hormon tersebut dapat dibuat oleh

tanaman (fitohormon) dan dapat pula disintesa (hormon). Fitohormon

sering disebut hormon endogen, sedangkan hormon yang disintesis

disebut hormon eksogen. Jika hormon endogen telah cukup maka hormon

eksogen tidak perlu diberikan.

4. Jenis tanaman

Terdapat variasi diantara individu-individu pohon dalam spesies

dalam hal kemampuan untuk berakar. Kemampuan untuk berakar dan

menghasilkan tunas baru dari stek jula dipengaruhi faktor genetik.

Page 39: KURNIA VERAWATI pdf

Sedangkan faktor luar yang berpengaruh terhadap keberhasilan stek adalah.

1. Media perakaran

Media perakaran sangat berperan dalam menahan stek pada

kedudukannya, menjaga dan memasok air, mengatur kelembaban dan

aeasi disekeliling pangkal stek. Jenis media yang digunakan akan

menentukan keberhasilan stek untuk berakar.

2. Kelembaban

Kelembaban pada stek harus dipertahankan diatas 90% terutama

sebelum stek mampu membentuk berakar. Namun pada kelembaban dan

suhu tinggi media tidak steril akan memcu perkembangan mikroba

pathogen (cendawan dan bakteri). Oleh karena itu media yang akan

digunakan untuk media perkaran harus steril.

3. Ketersediaan air

Pemotongan bahan stek dari induknya akan menyebabkan

kekurangan air dan zat hara mineral terganggu, sehingga terjadi

kekurangan air sementara proses (evapotraspirasi) tetap berjalan normal.

Kehilangan air dapat dikurangi dengan cara pengaturan lingkungan stek,

misalnya stek diletakan dibawah sungkup dan pengurangan permukaan

traspirasi dengan cara memotong sebagian daun. Ketersediaan air

berfungsi untuk memperlancar proses metabolisme dalam bahan stek dan

menstabiliser ukuran sel. Traspirasi yang berlebihan menyebabkan

persediaan karbohidrat akan dipergunakan untuk pernafasan sehingga

ukuran sel dapat mengecil.

Page 40: KURNIA VERAWATI pdf

4. Suhu

Setiap jenis tanaman memerlukan suhu udara yang berbeda-beda

untuk merangsang pembentukan primordial akar. Kisaran suhu udara baik

didalam sungkup untuk pembentukan akar adalah 26- 29 0C, sedangkan

suhu yang baik untuk media tumbuh adalah 20-24 0C. Pengaturan suhu

tersebut dapat dikendalikan dengan penyiraman.

5. Intensitas cahaya

Cahaya merupakan faktor penting bagi berlangsungnya

fotosintesis. Karbohidrat hasil fotosintesis akan dipergunakan untuk

membangun jaringan dan organ-organ tanaman baru. Oleh karena itu

sungkup harus tembus sinar matahari agar proses fotosintesis dapat

berjalan dengan normal

6. Teknik penyiapan stek

Kegagalan stek untuk berakar dapat disebabkan faktor mekanis

terutama yang berkaitan dengan peralatan, misalnya pisau kurang tajam,

cara pemotongan, bahan stek terlalu kering, cara penerapan hormon

eksogen.

Macam-macam stek tanaman:

a) Stek Batang

Stek batang dilakukan dengan memotong batang dari tanaman

induk kemudian menanam pada media. Disebut stek batang karena bahan

tanamnya diambil dari batang atau cabang pohon induk. Cabang yang

terlalu tua tidak baik untuk bahan stek karena secara fisiologis sangat

Page 41: KURNIA VERAWATI pdf

sulit untuk menumbuhkan akar, yaitu regenerasi dari sel yang lambat.

Sementara cabang yang terlalu muda akan cepat layu dan mati

kekeringan karena penguapannya barlangsung cepat.

Menurut Hartmann et al, 1997 (Sasanti Widiarsih,dkk. 2008:2),

bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang

dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang

tanaman, yakni: berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous.

Menurut Hartmann et al, 1997 (Sasanti Widiarsih,dkk. 2008: 4),

bahan tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras

antara lain: apel, pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia

IBA atau NAA 2500 - 5000 ppm. Panjang stek berkisar antara 10-76 cm

atau dua buku (nodes). Stek batang semi berkayu, contohnya terdapat

pada tanaman Citrus sp, dengan perlakuan kimia yang sudah umum yaitu

IBA dan NAA 1000 – 3000 ppm dan panjang stek 7,5-15 cm. Pada stek

batang semi berkayu ini, daun-daun seharusnya dibuang untuk

mengendalikan transpirasi. Di samping itu, pelukaan sebelumnya

mungkin dapat membantu pengakaran. Untuk stek batang berkayu lunak,

contohnya terdapat pada tanaman Magnolia dengan perlakuan IBA atau

NAA 500-1250 ppm dan panjang stek 7,5-12,5 cm. Stek batang berkayu

lunak umumnya akar relatif cepat keluar (2-5 minggu).

b) Stek pucuk

Menurut Dwijoseputro seperti yang dikutip oleh Irwanto (2001),

stek yang akan ditanam harus mempunyai tunas, agar stek tersebut dapat

Page 42: KURNIA VERAWATI pdf

menghasilkan akar. Untuk stek pucuk yang diambil adalah tunas

orthotrop (tunas vertikal), bukan yang plagiotrop (tunas ke samping atau

cabang). Alasan pemilihan tunas orthotrop karena stek dari bahan

orthotrop akan selalu tumbuh orthotrop dan stek yang berasal dari

cabang plagiotrop hampir selalu tumbuh plagiotrop. Bibit yang berasal

dari tunas orthotrop pertumbuhan arsitekturnya sama dengan pohon

asalnya.

Keunggulan dari stek pucuk berdasarkan fenotipnya dimana yang

pokok dinilai adalah pertumbuhan batang lurus, panjang dan tidak

berlobang. Pengambilan stek pucuk dari tunas orthotrop perlu

memperhatikan dengan seksama tahap-tahap pertumbuhannya, dimana

hampir semua jenis stek pucuk tumbuh secara ritmis. Artinya selama

waktu tertentu tidak terbentuk daun baru, kemudian setelah waktu

istirahat ini beberapa daun baru muncul dan terbentuk batang baru yang

cukup panjang pada sumbuh pokok. Selama proses pembentukan daun

belum selesai dan daun paling atas masih belum cukup kuat maka tidak

boleh diambil stek dari pucuk/bibit tersebut . Stek yang diambil dalam

keadaan seperti ini akan mudah layu dan busuk. Jadi sebaiknya bahan

stek diambil dari pucuk yang dalam keadaan "istirahat". Pengambilan

stek pucuk pada bibit , harus tersisa satu atau dua daun pada batang

pokok dimana bahan stek diambil, supaya reetraisasi (pertunasan) baru

dapat terbentuk lagi, sedangkan pada steknya sendiri harus ada sedikit 2

atau 3 daun yang melekat. Peranan daun pada stek juga cukup besar,

Page 43: KURNIA VERAWATI pdf

karena daun akan melakukan proses asimilasi dan hasil asimilasi tentu

dapat mempercepat pertumbuhan akar, tetapi jumlah daun yang terlalu

banyak, mempunyai proses transpirasi yang besar.

c) Stek umbi

Menurut Hartmann et al, 1997 (Sasanti Widiarsih,dkk. 2008:3),

bahan awal untuk perbanyakan stek umbi yaitu: umbi batang, umbi akar,

umbi sisik, dan lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan, umbi dapat

digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya

mengadung calon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk pada setiap

potongan umbi, maka umbi perlu dierandap dalam bakterisida dan

fungisida. Contoh tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi

antara lain: Solanum tuberosum, Ipomoea batatas, Caladium, Helianthus

tuberosus, Amarilis, dan lainnya.

d) Stek daun

Menurut Hartmann et al, 1997 (Sasanti Widiarsih,dkk. 2008: 3),

bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek daun dapat

berupa lembaran daun atau lembaran daun beserta petiol. Bahan awal

pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru.

Penggunaan bahan yang mengandung kimera periklinal dihindari agar

tanaman-tanaman baru yang dihasilkan bersifat true to type.

Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem

primer atau meristem sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan

tunas baru berasal dari meristem primer pada kumpulan sel-sel tepi daun

Page 44: KURNIA VERAWATI pdf

dewasa, tetapi pada tanaman Begonia rex, Saint paulia (Avrican violet),

Sansevieria, Crassula dan Lily, akar dan tunas baru berkembang dari

meristem sekunder dari hasil pelukaan.

Pada beberapa species seperti Peperomia, akar dan tunas baru

muncul dari jaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem

sekunder karena pelukaan. Masalah pada stek daun secara umum adalah

pembentukan tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan

akar adventif pada daun lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas

adventif.

Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun

dengan panjang 7,5-10 cm (Sansevieria) atau memotong daun beserta

petiolnya kemudian ditanam pada media.

4. Faktor penghambat pada pertumbuhan stek batang

Kadang-kadang setek batang yang ditanam sulit membentuk akar,

sehingga perlu diberikan perlakuan khusus, misalnya.

a) Mengerat batang.

Pengeratan dilakukan agar cabang yang disetek memiliki

kandungan karbohidrat dan auksin yang cukup untuk membentuk

akar. Pengeratan dilakukan 1-2 bulan sebalum cabang dipotong.

Caranya : buat keratan melingkar selebar 2-3 cm pada jarak 30-40

cm dari ujung cabang. Kulit cabang pada batang keratan dibuang, lalu

dibiarkan selam 1-2 bulan sampai muncul tonjolon yang menandakan

telah terjadi penumpukan karbohidrat dan auksin.

Page 45: KURNIA VERAWATI pdf

b) Mengetiolasi batang.

Etiolasi dilakukan dengan membungkus bagian cabang stek

dengan kertas, plastik atau kain. Warna pembungkus sebaiknya hitam

agar cahaya matahari tidak dapat menembus kulit cabang yang

dibungkus sehingga zat klorofil hilang dan zat auksin berkumpul.

Perlakuan ini membuat akar cepat tumbuh setelah ditanam.

c) Menggunakan Hormon penumbuh akar

Secara alami tanaman menghasilakan hormon tumbuh

sendiri, yaitu auksin, namun kadang jumlahnya tidak mencukupi

untuk membantu pembentukan akar sehingga perlu tambahan auksin

dari luar untuk memacunya. Hormon auksin yang digunakan dapat

berupa IBA, IAA, atau NAA. Hormon-hormon ini berbentuk kristal

sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu dalam larutan alkohol.

Pemberiannya bisa dilakukan dengan cara.

1) Celup cepat

Bahan pelarut yang digunakan adalah alkohol 50% dengan

konsentrasi tergantung jenis hormon yang digunakan. Jika hormon

yang digunakan IAA, konsentrasinya 500-1000 ppm atau 500-1000

mg IAA/ liter pelarut. Jika yang digunakan NAA, konsentrasinya

5000 ppm atau 5 g/l pelarut. Sementara itu, jika hormon yang

digunakan IBA, konsentrasinya 5000-10000 ppm atau 5-10 g/l

pelarut. Setelah itu batang-batang stek disatukan dan 2 cm bagian

pangkalnya dicelupkan selam 5-10 detik kedalam larutan hormon.

Page 46: KURNIA VERAWATI pdf

2) Perendaman

Hormon auksin dilarutkan terlebih dahulu dalam alkohol

95%, lalu ditambahkan akuades sesuai konsentrasi yang dibutuhkan.

Umumnya untuk stek batang tanaman buah, konsentrasinya 100 ppm

dengan lama perendaman 1-2 jam. Sementara itu, untuk tanaman

yang mudah berakar seperti beberapa jenis tanaman hias,

konsentrasinya hanya 5 ppm dengan lama perendaman 1-5 menit.

5. Hal-hal penting pada penyetekan

a) Besar stek tidak berhubungan dengan sukar mudahnya berakar, tetapi

ada hubungannya dengan banyaknya jumlah akar. Jumlah akar pada

cabang yang besar atau panjang lebih banyak dari pada cabang yang

kurus atau kecil.

b) Jumlah daun memudahkan berakar lebih banyak, tetapi kalau stek

mempunyai daun terlalu banyak, kuantitas penguapan besar sehingga

stek layu, hal ini berakibat berakar tidak baik.

c) Luas ujung potongan pada bagian dasar stek yang besar lebih baik

tetapi mengandung resiko pembusukan.

d) Untuk berakarnya stek perlu suhu tanah yang lebih tinggi dari suhu

permukaan. Suhu tanah tidak diperlukan dalam jangka waktu yang

lama. Umumnya pada tumbuhan yang berkembang pada suhu 10oC,

perlu diletakan 1 sampai beberapa hari pada suhu tanah 20-25oC.

e) Setelah penanaman stek sampai berakar perlu menjaga kelembaban,

menghindari kekeringan dan suhu yang terlalu tinggi.

Page 47: KURNIA VERAWATI pdf

f) Setelah berakar, mengurangi kuantitas penyiraman sedikit demi

sedikit agar dapat bertahan dalam penyapihan. (Sugeng Pudjiono,

1996:14-15)

6. Peranan Hormon atau Zat Pengatur Tumbuh dalam Perakaran Stek

Menurut Abidin, 1982 (Diana Nababan. 2009:21), hormon

tumbuh adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman, yang dalam

konsentrsasi rendah dapat mengatur proses fisiologi. Hormon biasanya

bergerak dari bagian tanaman yang menghasilkan menuju tanaman

lainnya. Zat tumbuh pada tanaman (plant regulator) adalah senyawa

organik yang bukan hara , yang dalam sedikit dapat mendukung,

menghambat, dan merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur

tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu auksin,

giberalin, cytokinin, ethylene, dan inhibitor dengan ciri khas dan

pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis

a) Manfaat Penggunaan Hormon IBA (Indole Butyric Acid)

Perangsangan pengakaran merupakan saah satu aplikasi

penggunakan auksin dalam pertanian, khususnya dalam perbanyakan

vegetatif. Dalam tanaman perkebunana dan hortikultura, penyediaan

bahan tanaman melalui setek merupakan hal yang umum. Setek adalah

bahan perbanyakan yang diambil dari organ tanaman dan dirangsang

untuk membentuk akar dan tunas agar menjadi tanaman baru (Sri

Setyati Harjadi, 2009: 27).

Page 48: KURNIA VERAWATI pdf

Menurut Sri Setyati Harjadi (2009: 28), pada tanaman berkayu

akar dapat berasal dari sel-sel floem sekunder yang masih muda,

kambium, atau empelur. Umumnya akar berasal dari dalam batang.

Pengakaran dapat terjadi lebih cepat bila diberi zat pengatur

tumbuh (ZPT). Menurut Sri Setyati Harjadi (2009: 31), salah satu

jenis auksin yang paling umum digunakan dan mempunyai efek paling

dalam menginduksi pengakaran adalah IBA (Indol Butyric Acid, atau

Asam Indol Butirat). Sebenarnya auksin jenis ini mempunyai aktifitas

yang lemah, tetapi pada tingkat konsentrasi tinggi IBA menyebabkan

sel mengalami kematian. Sifatnya persisten, artinya penguraiannya

oleh enzim-enzim tanaman dapat dikatakan sangat lambat. Demikian

juga translokasi (pengangkutan kebagian lain) IBA berjalan lambat,

sehinga IBA tetap berasa disekitar aplikasinya. Ketiga sifat tersebut

menyebabkan IBA efektif dalam induksi perakaran.

Umumnya, stek batang memberikan respon yang cukup baik

terhadap pemberian zat tumbuh IBA mupun NAA. Oleh karena itu,

umum digunakan dalam perangsangan pengakaran untuk menentukan

jenis , kosentrasi, dan campuran auksin yang tepat, perlu dilakukan

percobaan dengan dasar kosentrasi efektif pada tanaman yang sudah

berhasil dirangsang pengakarannya (Sri Setyati Harjadi, 2009: 34).

Hormon IBA termasuk salah satu hormon kelompok auksin dipakai

untuk merangsang perakaran, hormon IBA juga mempunyai manfaat

yang lain seperti menambah daya kecambah, merangsang

Page 49: KURNIA VERAWATI pdf

perkembangan buah, mencegah kerontokan, pendorong kegiatan

kambium dan lain-lainnya. IBA mempunyai sifat yang lebih baik dan

efektif dari pada IAA dan NAA. IBA juga dapat memacu

pembentukan akar stek (Hartmann, et al, 1990) dan memacu

pertumbuhan panjang akar (Sebanek & Jesko, 1989). Hal ini didukung

oleh pendapat Rismunandar (1988) yang menyatakan bahwa IBA

dapat mempercepat tumbuhnya akar baru pada tanaman (bibit yang

baru dipindahkan dari persemaian pada beberapa jenis tanaman keras.

Dengan demikian IBA paling cocok untuk merangsang aktifitas

perakaran, karena kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya

lebih lama. IBA yang diberikan kepada stek berada ditempat

pemberiannya, tetapi IAA biasanya mudah menyebar ke bagian lain

sehingga menghambat perkembangan pertumbuhan pucuk, sedangkan

NAA mempunyai kisaran (range) kepekatan yang sempit sehingga

batas kepekatan yang meracuni dari zat ini sangat mendekati

kepekatan optimum. Dengan semakin cepatnya pembentukan akar dari

stek yang diberikan perlakuan hormon IBA semakin lebih baik sistim

perakarannya sehingga air dan unsur-unsur hara dalam tanah yang

diserap stek akan lebih banyak (Irwanto,2003:9).

b) Keuntungan Penggunaan Hormon Penumbuh Akar

Konsentrasi auksin yang digunakan dalam segala metode

pemberian, berkisar antara 10-5000 ppm (Part Per Million= mg/l

larutan), tergantung pada keperluan. Untuk stek cemara Juniperus

Page 50: KURNIA VERAWATI pdf

digunakan IBA sekitar 4000 ppm. Pada umumnya, stek berbatang

lunak memerlukan auksin dalam jumlah yang sedikit. Dalam metode

celup tanaman berbatang lunak diberi auksin 100-1000ppm,

sedangkan stek berkayu diberikan auksin 1000-5000 ppm. Dapat juga

stek direndam dalam waktu yang lebih lama (sekitar 10 jam) dengan

konsentrasi auksin 10-100 ppm (Sri Setyati Harjadi. 2009: 35).

Menurut Sri Setyati Harjadi (2009: 37), dalam metode

perendaman, jika larutan yang dibuat encer maka waktu perendaman

harus lebih panjang. Bila digunakan kosentrasi tinggi antara 1000-

5000 ppm, waktu perendaman antara 5-10 detik. Bahan aktif akan

terserap kedalam jaringan melalui luka pada bekas pemotongan. Cara

ini mempunyai keuntungan sebagai berikut.

a. Jumlah ZPT yang menempel pada bagian pangkal sama untuk

semua stek

b. Perlakuan setiap stek sangat cepat

c. Cocok untuk membuat stek dalam jumlah besar

Hasil penelitian Nurul Sumiasri dan Ninik Setyowati Indarto

(2001: 3), semakin tinggi dosis IBA yang digunakan maka semakin

baik pengaruhnya terhadap persentase tumbuh yaitu pada penggunaan

hormon IBA dengan dosis 0.40% memberikan pengaruh terbaik yaitu

100%,. Hal ini sesuai dengan pendapat Lakitan (1995) bahwa aplikasi

IBA pada stek batang berkayu (hardwood) memerlukan dosis tinggi,

sedangkan batang lunak (softwood) memerlukan dosis rendah.

Page 51: KURNIA VERAWATI pdf

7. Media Tanam

Media tanam merupakan komponen utama dalam bercocok tanam.

Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis

tanaman yang ditanam. Menentukan media tanam yang tepat untuk jenis

tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini

dikarenakan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin

yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga

kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat

menahan ketersediaan unsur hara.

Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak sama.

Misalnya menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang,

sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga

tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara

bahan satu dengan lainnya. Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan

perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru.

Media untuk perakaran stek biasanya dipilih yang memunyai sifat

menahan air besar untuk mempertahankan kelembaban pada masa

perakaran, sehingga pertumbuhan akar stek tidak terhambat. Media yang

digunakan untuk perakaran stek adalah pasir dan tanah dengan campuran

pupuk kandang yang sebelumnya telah disterilkan terlebih dahulu.

Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan

jenis tanaman yang akan ditanam, maka harus mengenai karakteristik

Page 52: KURNIA VERAWATI pdf

media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya. Berikut

jenis-jenis media tanam yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Tanah (top soil)

Tanah sebagai media pertumbuhan dan perkembangan tanaman

tidak begitu saja menunjang keberhasilan usaha penanaman, ada

kalanya hasil usaha tanaman itu memuaskan, ada kalanya demikian

menyedihkan bahkan sampai kegagalan. Hal ini tidak lain karena

tanah memberikan berbagai pengaruh bagi kelangsungan pertumbuhan

tanaman. Pengaruh–pengaruh tersebut antara lain temperatur tanah,

kelembaban tanah, kesarangan tanah, permebialitas, tersedianya unsur

hara, kegiatan hidup jasad renik dan banyak sifat tanah lainnya.

kesemuanya itu demi menunjang kehidupan dan perkembangan

tanaman. Pengaruh-pengaruh dan sifat-sifat tanah lainnya perlu

diperhatikan dalam usaha penanaman kalau memang dari usaha ini

diharapkan adanya hasil yang memuaskan (Mul Mulyani. 2002:55).

Fungsi tanah untuk tanaman adalah sebagia media tempat

tumbuh, penyedia hara dan air dan lingkungan tempat akar dan batang

dalam tanah melaksanakan aktivitas fisiologinya. Untuk dapat tumbuh

baik dan berproduksi tinggi tanaman tidak hanya membutuhkan hara

yang cukup dan seimbang, tetapi juga memerlukan lingkungan fisik

tanah yang cocok supaya akar tanaman dapat berkembang dengan

bebas, proses-proses fisiologi bagian tanaman yang berada didalam

Page 53: KURNIA VERAWATI pdf

tanah dapat berlangsung dengan baik dan tanaman berdiri tegak, tidak

mudah rebah (Titiek Islami, dkk, 1995:273).

Menurut Mul, Mulyani (2002 :18-19), kesuburan tanah yang

terkandung pada lapisan tanah permukaan atau topsoil terjadi karena

pemupukan atau karena berlangsungnya proses pembentukan tanah

yang dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, jasad hidup,

bahan induk lainnya sehinggga hewan mati dan bahan organik lainnya

seperti sisa terangkut tanaman ketika penenan dan zat-zat tersebut

hasil pelapukan bahan induk tanah.

b. Pasir

Pasir dapat digunakan sebagai media tanam alternatif untuk

menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan

sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih,

pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman.

Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan

bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke

media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan

mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media

tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat

meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam.

Pasir memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro)

sehingga mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan.

Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir

Page 54: KURNIA VERAWATI pdf

sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan

demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan

yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang

digunakan sebagai media tanam tunggal.

Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan

dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan,

atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman. Pasir

pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitas

tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk digunakan

sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih

dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat

menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ

tanaman seperti, akar dan daun juga memperlihatkan gejala terbakar

yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis)

(Anonim. 2002:2).

8. Pupuk

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakann untuk mengubah sifat

fisik, kimia, atau biologi tanah sehinggga menjadi lebih baik bagi

pertumbuhan tanaman, namun dapat pula diartikan sebagai bahan yang

mengandung satu atau lebih unsur hara yang penting bagi tanaman.

Sumber utama bahan organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman,

baik berupa sampah-sampah tanaman atau sisa-sisa tanaman yang sudah

mati. sumber bahan ornaik lainnya adalah hewan. Limbah atau kotorannya

Page 55: KURNIA VERAWATI pdf

atau pun hewan yang sudah mati, kesemuannya ini merupakan bahan

organik yang diperlukan tanah-tanah pertanian. (Mul Mulyani

Sutejo.1995: 86), macam pupuk ada dua yakni pupuk organik dan pupuk

anorganik.

a. Pupuk organik

Dalam pupuk organik termasuk berbagai macam kotoran

binatang (kotoran sapi, babi, ayam dan lain-lain), hasil buangan dari

binatang dan tanaman (kompos dan endapan dari pembersihan air)

serta pupuk hijau. Pupuk organik mengandung berbagai macam zat

makanan tanaman yang sebagian terdapat didalam persenyawaan

kimia yang sama seperti pupuk buatan (Rinsema.W.T.1986:143).

1) Pupuk kandang

Salah satu pupuk organik yang digunakan untuk

pertumbuhan tanaman adalah pupuk kandang. Dalam

pemakainnya, pupuk kandang yang telah busuk lebih cepat

melapuk dalam tanah sehingga waktu pemakainnya dapat

dibedakan dengan pemakaian pupuk kandang yang masih segar

(Mul Mulyani Sutejo.1995: 96).

Pupuk kandang memang dapat menambah tersediannya

bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserapnya

dari dalam tanah. selain itu, pupuk kandang ternyata mempunyai

pengaruh yang positif terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah,

mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik. Pupuk

Page 56: KURNIA VERAWATI pdf

kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor

dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin

kesuburan tanah (Mul Mulyani Sutejo.1995: 97).

Menurut Mul Mulyani Sutejo, (1995:108) pupuk kandang

mempunyai nilai yang sangat baik dibanding dengan pupuk alam

lainnya maupun dengan pupuk buatan. Walaupun cara kerjanya

kalau dibandingkan dengan cara kerja pupuk buatan dapat dikatan

lambat karena harus mengalami proses-proses perubahan terlebih

dahulu sebelum dapat diserap tanaman.

Pupuk kandang dalam tanah mempunyai pengaruh yang

baik terhadap sifat fisis tanah. Penguraian-penguraian yang terjadi

mempertinggi kadar bunga tanah (humus) yang sangat

berpengaruh baik terhadap sifat fisis tanah., Mempertahankan

struktur tanah, menjadikan tanah mudah diolah dan terisi oksigen

yang cukup. Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk terlengkap

karena selain menimbulkan tersediannya unsur-unsur hara bagi

tanaman juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme

didalam tanah. Jasad renik sangat penting bagi kesuburan tanah,

seresah dan sisa-sisa tanaman dapat diubahnya menjadi humus,

senyawa-senyawa tertentu disintesanya menjadi bahan-bahan

yang berguna bagi tanaman (Mul Mulyani Sutejo. 1995:108).

Page 57: KURNIA VERAWATI pdf

Tabel. 1 Komposisi Unsur Hara Pupuk Kandang

Material Sapi Kambing Unggas

Totol % N 2,4a 6,0

a

2,0b 1,5

b 5,0 b

Total % P 1,2a 4,0

a

1,5 b 1,5

b 3,0 b

Total % K 0,16 a 0,6

a

2,0 b 3,0

b 1,5 b

Total % Ca 4,0 b 2,0

b 4,0 b

Total % Mg 1,0 b 1,0

b

Total % S 0,5 b 2,0

Sumber : a. Milliar, 1955; Archer, 1985 dalam Tivy, 1991

b. Ignatief and Page, 1962 dalam Anonim, 1991

Macam-Macam Pupuk Kandang

a) Pupuk kambing

Pupuk kambing terdiri dari 67% bahan padat (faeces)

dan 33% bahan cair (urine). Sebagai pupuk kandang

komposisi unsur haranya 0,95% N, 0,35% P2O5, dan 1,00%

K2O, kadar N pupuk kambing cukup tinggi, kadar air lebih

rendah dari pupuk sapi. Keadaan ini merangsang jasad renik

melakukan perubahan-perubahan aktif, sehingga perubahan

berlangsung dengan cepat. Pada perubahan-perubahan ini

berlangsung pula pembentukan panas, sehingga pupuk

kambing dapat dicirikan sebagai pupuk panas. Pembenaman

pupuk dalam tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2 minggu

sebelum masa tanam (Mul Mulyani Sutejo. 1995: 103).

b) Pupuk sapi

Pupuk sapi merupakan pupuk padat yang banyak

mengandung air dan lendir. Bagi pupuk padat yang

Page 58: KURNIA VERAWATI pdf

keadaannya demikian bila berpengaruh oleh udara maka cepat

akan terjadi pergerakan-pergerakan sehingga keadaannya akan

menjadi keras, selanjutnya air tanah dan udara yang akan

melapukan pupuk itu menjadi sukar menembus/merembes ke

dalamnya. Dalam keadaan yang demikian peranan jasad renik

untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk

menjadi zat-zat hara yang tersedia dalam tanah untuk

mencukupi keperluan pertumbuhan tanaman mengalami

hambatan-hambatan, perubahan berlangsung secara perlahan-

ahan. Pada perubahan ini kurang sekali terbentuk panas.

Keadaan demikian mencirikan bahwa pupuk sapi adalah:

pupuk dingin (Mul Mulyani Sutejo. 1995: 102).

c) Pupuk unggas

Kotoran dari berbagai macam unggas termasuk pupuk

alam yang baik karena umumnya unggas pemakan tanaman

atau bagian-bagian tanaman utama (hasil tanaman, seperti

gabah atau beras, biji-bijian dan buah tanaman).

Kotoran ayam dan merpati termasuk pupuk yang

bernilai tinggi (hal ini menurut kenyataan, bukan karena ayam

dan merpati merupakan unggas peliharaan), sedangkan

kotoran bebek dan angsa yang termasuk pula unggas

peliharaan kurang nilainya apabila dijadikan pupuk alam.

Page 59: KURNIA VERAWATI pdf

Kotoran ayam selain banyak dimanfaatkan dalam usaha

bercocok tanam, pada masa kini banyak dimanfaatkan dalam

usaha perkembangan perikanan(khususnya perikanan darat)

(Mul Mulyani Sutejo. 1995: 142).

b. Pupuk Hijau

Pupuk hijau dibuat dari bahan-bahan pembentuk tanaman atau

bagian tanaman yang masih muda yang dibenamkan dalam tanah.

Dengan demikian yang dimaksud dengan pupuk hijau adalah:

tanaman atau bagian-bagian tanaman yang masih muda terutama

yang termasuk famili leguminosa, yang dibenamkan kedalam tanah

dengan maksud agar meningkatkan tersedianya bahan –bahan organik

dan unsur-unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

yang diusahakan (Mul Mulyani Sutejo. 1995: 111).

c. Pupuk anorganik

Menurut Mul Mulyani Sutejo (1995: 93-94), pupuk anorganik

atau pupuk buatan yang merupakan hasil industri atau hasil pabrik

pembuat pupuk. Pupuk-pupuk tersebut pada umumnya mengandung

unsur hara yang tunggi. Macam-macam pupuk anorganik adalah.

1). Pupuk nitrogen

Nitrogen dalam tanaman merupakan unsur sangat

penting untuk pembentukan protein, daun dan berbagai

persenyawaan organik lainnya (Rinsema.W.T.1986:41).

Page 60: KURNIA VERAWATI pdf

2). Pupuk fosfat

Menurut Rinsema.W.T (1986:69), pupuk fosfat

sederhana yang biasa dipakai umumnya hanya mengandung

kalium fosfat. Pada pupuk yang majemuk terdapat juaga

amonium fosfat.

3). Pupuk kalium

Karena beberapa tanaman tidak tahan terhadap ion Cl-

maka sebagian dari KCL secara kimiawi ditransformasikan

kedalam kalium sulfat (K2SO4). Hasilnya pupuk patenkali dan

kalium sulfat (pupuk kalium yang sangat kekurangan khlor)

(Rinsema.W.T.1986:83).

9. Klorofil

Menurut Ika Susanti Hendriyani, dan Nintya Setiari (2009:149),

klorofil merupakan zat hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan

hijau yang berfotosintesis. Berdasarkan penelitian, klorofil ternyata tidak

hanya berperan sebagai pigmen fotosintesis. Klorofil mempunyai manfaat

antara lain, sebagai obat kanker otak, paru-paru, dan mulut.

Kloroplas berasal dari proplastid kecil (plastid yang belum dewasa,

kecil dan hampir tak berwarna, dengan sedikit atau tanpa membran

dalam). Pada umumnya proplastid berasal hanya dari sel telur yang tak

terbuahi, sperma tak berperan disini. Proplastid membelah pada saat

embrio berkembang, dan berkembang menjadi kloroplas ketika daun dan

batang terbentuk. Kloroplas muda juga aktif membelah, khususnya bila

Page 61: KURNIA VERAWATI pdf

organ mengandung kloroplas terpanjang pada cahaya. Jadi, tiap sel daun

dewasa sering mengandung beberapa ratus kloroplas. Sebagian besar

kloroplas mudah dilihat dengan mikroskop cahaya, tapi struktur rincinya

hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron. (Salisbury dan Ross, 1995).

Menurut Campbell (2002:183), warna daun berasal dari klorofil,

pigmen warna hijau yang terdapat di dalam kloroplas. Energi cahaya yang

diserap klorofil inilah yang menggerakkan sitesis molekul makanan dalam

kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu jaringan

yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam

daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata.

Klorofil terdapat didalam kloroplas sebagai butir-butir hijau. Pada

umumnya klorplas berbentuk oval yang bahan dasarnya disebut stomata,

sedangkan butir-butir yang terkandung di dalamnya disebut grana. Pada

tanaman tingkat tinggi terdapat dua macam klorofil yaitu.

a. Klorofil a dengan rumus C55H72O5N4Mg dan berwarna hijau tua.

Klorofil a berperan sebagai penyusun pusat reaksi yang akan

menerima energi cahaya matahari yang diserap oleh pigmen antenna.

Klorofil a bertindak dalam pengkonversian energi radiasi menjadi

energi kimia

b. Klorofil b dengan rumus C55H70O6N4Mg dan berwarna hijau muda.

Klorofil b berperan dalam memperluas kisaran cahaya yang

digunakan oleh tumbuhan. Klorofil b meneruskan energi cahaya yang

Page 62: KURNIA VERAWATI pdf

diserap ke klorofil a kemudian menyimpan energy untuk kegiatan

reaksi terang (Dwidjoseputro, 1983:6)

Sifat fisik klorofil adalah fluoresen, artinya dapat menerima sinar

dan mengembalikannya dalam gelombang yang berlainan. Klorofil a

tampak hijau tus tetapi jika sinar direfleksikan akan tampak merah darah.

Sedangkan klorofil b akan tampak merah coklat pada fluoresensi. Klorofil

banyak menyerap sinar dengan panjang gelombang 400-700 nm

(Dwidjoseputro, 1994:17). Sifat kimia klorofil adalah sebagai berikut.

a. Klorofil merupakan molekul organik yang tidak larut dalam air,

melainkan dapat larut dalam etanol, methanol, eter, aseton, benzol,

dan kloroform.

b. Apabila klorofil terkena asam maka Mg akan tergeser oleh 2 atom H

sehingga membentuk persenyawaan yang disebut feofitin yang

berwarna coklat. Feofitin merupakan pigmen yang tidak aktif

terhadap fotosintesis.

Dwidjoseputro (1983:17), menyebutkan bahwa rumus bangun

klorofil berupa cincin porfirin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai

inti. Pada porfirin melekat ekor hodrokarbon yang berinteraksi dengan

daerah hidrofobik protein dalam membrane tilakoid. Klorofil b berbeda

dengan klorofil a hanya dalam salah satu gugus fungsional yang diikat

pada porfirin ini. Pada klorofil terdapat suatu rangkaian yang disebut fitil

yang dapat terlepas menjadi fitol C20H39OH apabila terkena air (hidrolisis)

dan karena pengaruh enzim klorofilase.

Page 63: KURNIA VERAWATI pdf

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil meliputi

faktor dalam dan faktor luar dari suatu tumbuhan.

a) Faktor dalam

1) Umur daun

Sejalan dengan pertumbuhan daun, kemampuannya untuk

berfotosintesis juga meningkat sampai daun berkembang penuh

kemudian mulai menurun secara perlahan. Daun tua yang hampir

mati, menjadi kuning dan tidak mampu berfotosintesis karena

rusaknya klorofil dan hilangnya fungsi kloroplas (Salisbury dan

Ross, 1995:82).

2) Genetik

Pembentukaan klorofil dibawa oleh suatu gen tertentu

didalam kromosom. Gen secara tidak langsung menentukan

jumlah klorofil yang akan dibentuk karena faktor ini secara

langsung menentukan jumlah protoklorofil yang merukan

prekusor klorofil. Apabila gen tersebut tidak ada maka tumbuhan

akan tampak putih. (Dwidjoseputro, 1983:18).

b) Faktor luar

Menurut Dwidjoseputro (1983:18-19), faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain:

1) Cahaya

Pada tumbuhan yang mengandung protoklorofil yang mirip

klorofil a. Protoklorofil mengandung kurang 2 atom H dari pada

Page 64: KURNIA VERAWATI pdf

klorofil a. Reduksi protoklorofil untuk menjadi klorofil a

memerlukan cahaya dan cahaya ini diserap sendiri oleh

protoklorofil untuk mengubah dirinya menjadi klorofil a. Oleh

karena itu, pada tumbuhan yang ditumbuhkan dalan gelap tidak

berhasil membentuk klorofil. Cahaya yang berlebihan juga member

pengruh buruk pada klorofil.

2) Oksigen

Oksigen diperlukan dalam sintesis klorofil karena klorofil b

terjadi dari klorofil a yang telah teroksidasi sehingga gugus CH3

pada cicin H dalam klorofil a berubah menjadi gugus –COH pada

klorofil b. Pada keadaan tanpa oksigen tumbuhan yang mengalami

etiolasi akan gagal membentuk klorofil meskipun diberi cukup

cahaya.

3) Temperatur

Temperatur antara 30C-48

0C merupakan kondisi yang baik

dalam pembentukan klorofil pada kebanyakan tumbuhan. Akan

tetapi, temperatur optimum bagi sintesis klorofil adalah 26oC-30

0C.

pembentukan klorofil akan gagal pada 440C-48

0C.

4) Air

Kekurangan air akan mengakibatkan disintegrasi klorofil

seperti yang terjadi pada rumput dan pepohonan di musim kering.

Page 65: KURNIA VERAWATI pdf

5) Karbohidrat

Karbohidrat terutama dalam bentuk gula sangat menentukan

keberhasilan pembentukan klorofil pada daun-daun yang tumbuh di

tempat gelap. Dengan tidak adanya gula, daun-daun tidak mampu

menghasilkan klorofil meskipun faktor-faktor lain tersedia.

6) Nitrogen, magnesium, besi

Unsur-unsur N, Mg, dan Fe merupakan bahan utama

pembentuk klorofil dan merupakn suatu condition sine qua non

(keharusan). kekurangan akan salah satu dari zat-zat tersebut

mengakibatkan klorosis pada tumbuhan

7) Mn, Cu, dan Zn

Unsur Mn, Cu, dan Zn membantu pembentukan klorofil.

Tanpa unsur-unsur tersebut tanaman akan mengalami klorosis.

10. Serapan Nitrogen oleh Tumbuhan dan Peranannya bagi Tumbuhan

Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat sering membatasi

hasil tumbuhan. Nitrogen sangat penting dalam kehidupan tumbuhan,

karena merupakan komponen protein, asam nukleat dan beberapa bahan

penting lainnya. Sebagai penyusun protein, nitrogen sangat penting

keberadaannya dalam kehidupan tumbuhan. Nitrogen yang diserap

tumbuhan berada dalam bentuk NH4+

(ammonium) dan NO3-(nitrat). Cara

utama nitrogen masuk ke dalam tanah adalah melalui kegiatan jasad renik,

baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiosis dengan

Page 66: KURNIA VERAWATI pdf

tumbuhan,akibat loncatan listrik di udara, serta terbawa oleh air hujan

dalam bentuk nitrat (Gardner, dkk. 1991:146).

Menurut Henry, Foth D. (1994:259), atmosfer mengandung 79 %

nitrogen (menurut volume) karena gas N2 yang lamban menolak bereaksi

dengan unsur-unsur lainnya untuk membuat suatu bentuk nitrogen yang

dapat digunakan oleh sebagian tanaman. Peningkatan persediaan nitrogen

dalam tanah untuk tanaman terdiri atas peningkatan jumlah fiksasi biologi

atau penambahan pupuk nitrogen.

Kelimpahan nitrogen mendorong pertumbuhan yang cepat dengan

perkembangan daun dan batang hijau tua yang lebih besar. Meskipun salah

satu fungsi nitrogen yang paling menyolok adalah dorongan pertumbuhan

vegetative diatas tanah, pertumbuhan ini tidak dapa berlangsung kecuali

dengan adanya cukup banaya fosfor, kalium, dan unsure-insur utama

lainnya yang tersedia (Henry, Foth D. 1994:265-267).

Menurut Henry, Foth D. (1994:267), persediaan nitrogen yang

cukup dapat digunakan selama kehidupan awal tanaman mungkin

merangsang pertumbuhan dan menghasilkan kedewasaan yang lebih awal.

Akan tetapi, adanya kelebihan nitrogen sepanjang musim pertumbuhan

tanaman sering memperpanjang masa pertumbuhan.

Keperluan nitrogen lebih banyak ditunjukan oleh penampilan daun-

daun yang hijau muda sampai kuning. Gejala kekurangan nitrogen

biasanya di tandai dengan daun-daun di bagian bawah yang lebih tua mulai

berubah menjadi hijau muda, kemudian berubah menjadi kuning

Page 67: KURNIA VERAWATI pdf

diujungnya. Daun itu seluruhnya mungkin berubah menjadi kuning,

meskipun jaringan-jaringanya masih hidup dan penuh (Henry, Foth

D.1994:267). Sedangkan menurut Salisbury dan Ross (1995:143),

tumbuhan yang terlalu banyak mendapatkan nitrogen biasanya mempunyai

daun berwarna hijau tua dan lebat, dengan sistem akar yang kerdil.di

jelaskan juga oleh Tisdale et al. (1990: 57), bahwa nitrogen adalah unsur

hara makro yang sangat diperlukan tanaman. Bila dalam keadaan

kekurangan akan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dan

sebaliknya akan memperpanjang fase pemasakan buah. Nitrogen adalah

unsur makro primer yang merupakan komponen utama berbagai senyawa

dalam tubuh tanaman. Tanaman yang tumbuh harus mengandung nitrogen

dalam membentuk sel-sel baru. Fotosintesis menghasilkan karbohidrat dan

O2, namun proses tersebut tidak bisa berlangsung untuk menghasilkan

protein dan asam nukleat bilamana nitrogen tidak tersedia. Nitrogen yang

tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein, dan

disamping itu juga merupakan bagian integral dari klorofil (Nyakpa dkk.,

1988: 86).

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Irwanto (2003) dalam “Pengaruh Hormon IBA (indole butyric

acid) terhadap Persen jadi Stek Pucuk Meranti putih (Shorea

montigena)”, diperoleh hasil bahwa pemberian hormon IBA dengan

tingkat konsentrasi 2000 ppm meningkatkan “persen jadi” stek batang

Page 68: KURNIA VERAWATI pdf

Gofasa (Vitex cofassus Reinw), dimana rata-rata persen jadi stek yang

berakar mencapai 85 %.

2. Penelitian Sri Ramadiana (2007) dalam “Respon Pertumbuhan Setek

Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata var. Lorentii) pada Pemberian

Berbagai Konsentrasi IBA dan Asal Bahan Tanam”, diperoleh hasil

bahwa aplikasi 0 dan 1000 ppm IBA menghasilkan waktu muncul tunas

lebih cepat 14-17 hari dibandingkan 2000 dan 4000 ppm IBA, dan

konsentrasi IBA 2000 ppm menghasilkan pertumbuhan akar terbaik pada

variabel waktu muncul akar dan jumlah akar sedangkan IBA 0 ppm

menghasilkan pertumbuhan terbaik pada variabel waktu muncul tunas,

persen setek bertunas dan bobot basah tunas.

3. Hasil penelitian Delima Nababan (2009) dalam “Penggunaan Hormon

IBA Terhadap Stek Ekaliptus Klon IND 48” diperoleh bahwa

pemberian hormone IBA yang tepat pada konsentrasi 2000 ppm karena

hormone IBA yang tidak tepat dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

4. Hasil penelitian Dyan Yoseph Mardani (2005) dalam “Pengaruh Jumlah

Ruas dan Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Stek

Nilam (Pogostemon cablin. Benth)” tentang komposisi media tanam pada

stek tanaman nilam adalah:

Perlakuan Persentase hidup

Tanah+pasir (1:1) 68.072 %

Tanah+pupuk kandang (1:1) 74.072 %

Pasir+pupuk kandang(1:1) 81.480 %

Tanah+pasir+pupuk kandang (1:1:1) 83.332 %

Page 69: KURNIA VERAWATI pdf

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam

memberikan pengaruh yang baik terhadap persentase hidup.

5. Hasil dari penelitian I Gede Tirta (2006) dalam “Pengaruh Beberapa

Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Vegetatif

Anggrek Jamrud (Dendrobium macrophyllum A. Rich.)”. Diperoleh hasil

Interaksi perlakuan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap

pertumbuhan anggrek D. macrophyllum. Media campuran pakis dan

kadaka yang ditambah dengan pupuk kandang meningkatkan

pertambahan berat kering total tanaman (54,81%), pertambahan berat

basah total tanaman (67,48%), pertambahan panjang akar

(41,63%)pertambahan jumlah daun (70,73%), pertambahan tinggi

tanaman (59,01%) dan jumlah tunas (72,22%).

6. Dalam penelitian Praptiningsih (2009) dalam “Serapan N, Kandungan

Klorofil dan Laju Fotosintesis Polytrias sp Menurut Faktor Jarak Tempat

Tumbuh dari Pusat Letupan Lumpur Garam Bledug Kuwu Grobogan”.

Diperoleh hasil bahwa serapan N tumbuhan Polytrias sp memiliki

hubungan regresi secara positif yang signifikan dengan kandungan

klorofil. Kandungan klorofil berhubungan kuat dengan laju fotosintesis.

Serapan N daun dan kandungan klorofil berkorelasi positif dengan laju

fotosintesis.

7. Hasil penelitian Andriyono (2010) dalam “Uji Provenan Tanaman

Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) pada Tingkat Persemaian di

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Page 70: KURNIA VERAWATI pdf

(BBPBPTH) Purwobinangun Yogyakarta”. Diperoleh hasil bahwa

kandungan N jaringan daun tinggi maka kandungan klorofil juga tinggi

disebabkan oleh tanaman Nyamplung yang berkemampuan dalam

penyerapan air dan unsur hara (N,Mg,Fe).

C. Kerangka Berpikir

Media tanam merupakan komponen utama dalam bercocok tanam.

Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman

yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk

jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini

dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang

berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban sekitar

akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.

Media tanam tidak hanya sebagai tempat tumbuh bagi tanaman tetapi

sebagai sarang hama dan penyakit, sehingga pemilihan media tanam yang

tepat diharapkan dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Media tanam

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman

terutama bibit. Hal ini dikarenakan media dapat mempengaruhi ketersediaan

unsure hara dan penyedia lingkungan bagi perkembangan akar. Ada dua

macam media murni yang digunakan yaitu pasi dan tanah. Pasir digunakan

dalam media murni karena sifatnya yang cepat kering akan memudahkan

proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk

dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan

Page 71: KURNIA VERAWATI pdf

mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam

pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem

aerasi serta drainase media tanam dan media murni tanah ini digunakan

sebagai media yang paling familiar sebagai media pertumbuhan

Penggunakan media campuran pupuk kandang diharapkan dapat

diperoleh media yang paling baik bagi tanaman nyamplung. Karena media ini

mengandung bahan mineral, unsur hara dan lingkungan yang lebih baik dari

pada media murni. Karena menurut Henry Foth D. 1994:265-267,

kelimpahan nitrogen mendorong pertumbuahn yang cepat dengan

perkembangan daun dan batang hijau tua yang lebih besar. Henry Foth D.

(1994:267) menyatakan bahwa persediaan nitrogen yang cukup dapat

digunakan selama kehidupan awal tanaman mungkin merangsang

pertumbuhan dan menghasilkan kedewasaan yang lebih awal.

Perbanyakan bibit nyamplung secara vegetatif dengan stek merupakan

teknik yang telah lama diterapkan. Untuk mempercepat perakaran stek

diperlukan perlakuan khusus yaitu dengan permberian hormon dari luar.

Kelompok auksin yang baik untuk perakaran terutama untuk tanaman

kehutanan adalah kelompok IBA (Indole Butyric Acid).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dilakukan penelitian tentang

pengaruh aplikasi hormon IBA dan komposisi media tanam terhadap

pertumbuhan stek batang tanaman nyamplung.

Page 72: KURNIA VERAWATI pdf

D. Hipotesis Penelitian

1. Pemberian hormon IBA (Indole Butyric Acid) pada konsentrasi 2000 ppm

akan memberikan pengaruh optimal terhadap pertumbuhan stek batang

tanaman nyamplung.

2. Komposisi media tanam yang tepat akan memberikan pengaruh optimal

terhadap pertumbuhan stek batang tanaman nyamplung.

Page 73: KURNIA VERAWATI pdf

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Kelompok

(RALK) 2 faktor percobaan yaitu konsentrasi hormon IBA dan komposisi

media tanam. Pemberian hormon IBA dilakukan dengan 5 konsentrasi

hormon yang berbeda yaitu 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, dan

4000 ppm. Sedangkan media tanam yang digunakan terdiri dari 4 jenis

komposisi yaitu (tanah + pasir), (tanah + pupuk kandang), (pasir + pupuk

kandang), (tanah + pasir + pupuk kandang). Sehingga dalam penelitian ini

terdapat 20 kombinasi perlakuan seperti pada Tabel 2:

Tabel 2. Kombinasi perlakuan pada masing-masing parameter

Konsentrasi

Hormon IBA

Komposisi media tanam

M0 M1 M2 M3

H0 M0 H0 M1 H0 M2 H0 M3 H0

H1 M0 H1 M1 H1 M2 H1 M3 H1

H2 M0 H2 M1 H2 M2 H2 M3 H2

H3 M0 H3 M1 H3 M2 H3 M3 H3

H4 M0 H4 M1 H4 M2 H4 M3 H4

Keterangan :

H0 = 0 ppm

H1 = 1000 ppm

H2 = 2000 ppm

H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

M0 = tanah + pasir M1 = tanah + pupuk kandang M2 = pasir + pupuk kandang M3 = tanah + pasir + pupuk kandang

Dari 20 kombinasi perlakuan masing-masing dilakukan 10 ulangan, sehingga

keseluruhan ada 200 batang stek tanaman nyamplung dengan lay out

penelitian seperti pada Tabel 3.

Page 74: KURNIA VERAWATI pdf

Tabel 3. Lay out penelitian dari keseluruhan variasi perlakuan

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium yang meliputi.

1. Penelitian lapangan, dilakukan di Balai Besar Penelitian Bioteknologi

dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Purwobinangun Yogyakarta

Jalan Palagan Tentara Pelajar KM. 15 Telp.(0274)895954, 896080

2. Penelitian laboratorium, dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA

UNY dan Institut Pertanian (INSTIPER)

Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2010

(M0H0)1 (M2H3)8 (M3H0)10 (M3H2)3 (M3H1)8 (M1H1)1 (M0H4)1 (M0H2)10 (M2H0)7 (M3H3)5

(M3H3)6 (M0H0)2 (M2H4)5 (M1H1)9 (M3H2)4 (M3H2)5 (M1H4)10 (M2H0)6 (M0H4)3 (M1H0)9

(M1H0)10 (M1H3)9 (M0H0)3 (M1H3)1 (M3H4)6 (M3H1)9 (M2H0)5 (M0H4)2 (M2H4)1 (M0H4)4

(M0H4)5 (M3H4)3 (M3H4)4 (M0H0)4 (M0H2)7 (M2H0)4 (M1H1)2 (M3H1)1 (M1H0)8 (M1H3)7

(M1H3)8 (M3H3)7 (M2H3)9 (M1H4)7 (M0H0)5 (M1H4)9 (M3H2)6 (M3H4)9 (M1H4)2 (M2H0)8

(M2H0)9 (M2H0)10 (M1H1)8 (M0H1)10 (M1H3)2 (M0H0)6 (M0H1)3 (M1H0)7 (M3H1)2 (M1H4)3

(M2H3)7 (M2H4)4 (M3H2)2 (M3H4)5 (M2H0)3 (M3H4)7 (M0H0)7 (M1H1)3 (M3H2)8 (M3H2)9

(M3H2)10 (M1H1)7 (M0H1)9 (M0H2)6 (M1H4)8 (M0H2)8 (M2H4)9 (M0H0)8 (M3H3)4 (M1H1)5

(M1H1)6 (M1H4)5 (M3H3)8 (M2H0)2 (M1H2)6 (M0H1)2 (M1H0)6 (M1H3)5 (M0H0)9 (M3H1)3

(M3H1)4 (M2H1)6 (M0H2)5 (M2H4)6 (M0H3)3 (M0H4)10 (M1H3)4 (M3H2)7 (M1H1)4 (M0H0)10

(M2H1)5 (M0H1)8 (M2H0)1 (M3H1)7 (M0H1)1 (M2H2)6 (M0H2)9 (M0H1)4 (M1H3)6 (M2H2)10

(M0H3)9 (M3H2)1 (M0H4)7 (M2H3)10 (M2H4)7 (M1H0)5 (M2H3)3 (M2H2)8 (M0H1)5 (M2H4)2

(M1H4)4 (M0H3)10 (M3H1)6 (M2H1)8 (M2H1)9 (M1H3)3 (M2H2)7 (M3H3)3 (M3H4)10 (M0H1)6

(M0H1)7 (M3H0)9 (M0H3)1 (M2H2)4 (M1H0)4 (M0H3)4 (M3H3)2 (M3H0)5 (M2H2)9 (M0H3)8

(M2H4)3 (M0H4)6 (M2H1)7 (M0H3)2 (M2H3)1 (M2H1)10 (M3H0)4 (M1H4)1 (M2H1)3 (M1H2)1

(M1H2)2 (M3H1)5 (M2H2)3 (M1H0)3 (M2H2)5 (M2H3)2 (M0H3)5 (M2H3)4 (M3H0)6 (M3H4)1

(M3H4)2 (M0H2)4 (M1H3)10 (M0H4)8 (M1H1)10 (M3H0)3 (M1H2)8 (M0H3)6 (M2H3)5 (M2H1)4

(M3H0)8 (M2H2)2 (M1H0)2 (M1H2)5 (M0H4)9 (M2H4)8 (M3H4)8 (M2H1)2 (M1H2)10 (M0H2)2

(M0H2)3 (M1H2)3 (M1H4)6 (M3H3)9 (M3H0)2 (M3H3)1 (M2H1)1 (M2H4)10 (M0H3)7 (M2H3)6

(M2H2)1 (M1H0)1 (M1H2)4 (M3H0)1 (M3H3)10 (M1H2)7 (M3H1)10 (M1H2)9 (M0H2)1 (M3H0)7

Page 75: KURNIA VERAWATI pdf

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Aplikasi Hormon merupakan penerapan hormon sebagai perangsang

pertumbuhan akar dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda yaitu 0

ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, dan 4000 ppm

2. Komposisi Media yaitu campuran beberapa media tanam yang digunakan

sebagai tempat tumbuh tanaman meliputi (tanah + pasir), (tanah + pupuk

kandang), (pasir + pupuk kandang), dan (tanah + pasir + pupuk kandang)

3. Pertumbuhan stek meliputi panjang akar, tinggi tanaman, kandungan

klorofil, dan serapan N jaringan daun

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

a) Konsentrasi Hormon IBA

H0 = 0 ppm

H1 = 1000 ppm

H2 = 2000 ppm

H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

b) Komposisi Media Tanam

M0 = tanah + pasir

M1 = tanah + pupuk kandang

M2 = pasir + pupuk kandang

Page 76: KURNIA VERAWATI pdf

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang

2. Variabel tergayut

a) Persentase hidup stek nyamplung

b) Panjang akar yang tumbuh

c) Jumlah akar

d) Bobot basah

e) Bobot kering

f) Kandungan klorofil

g) Serapan N jaringan

E. Obyek penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah stek tanaman Nyamplung

F. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat dan Bahan Kegiatan di lapangan

a. Pembuatan media tanam

1) Alat yang digunakan adalah Polybag ukuran 18x15 cm

2) Bahan yang digunakan meliputi tanah, pasir, dan pupuk kandang

3) Fungisida dengan menggunakan antracol

b. Pengukuran faktor mikroklimat dan edafik

1) Hygrometer (Sato Kerryoki, SK 110 THR type 1)

2) Thermometer (Sato Kerryoki)

3) Lux meter (NT 1332 Nakamura Scientific Japan)

Page 77: KURNIA VERAWATI pdf

4) Soil tester (Demetra Pat. 193478E. M System Soil Tester Tokyo)

5) Anemometer

c. Pengukuran tinggi tunas dengan penggaris

d. Pengambilan sampel dengan menggunting bagian pangkal daun

(dengan kriteria yang telah ditentukan). Alat yang digunakan meliputi.

1) Gunting

2) Kantong plastik 1 kg

3) Spidol

4) Kertas label

2. Alat dan Bahan Kegiatan di laboatorium

a. Pembuatan kosentrasi hormon IBA

1) Alat yang digunakan

a) Bekker glass 500 ml

b) Timbangan digital (a&d company limited 0,001 gr)

c) Tabung ukur

d) Pipet

e) Kertas saring

2) Bahan yang digunakan meliputi.

a) Etanol 96%

b) Hormon IBA

b. Pengukuran kadar klorofil

1) Alat yang digunakan meliputi .

a) Spektrofotometer type spektronik 20 D

Page 78: KURNIA VERAWATI pdf

b) Cuvet

c) cawan (lumping porselen)

d) Mortar

e) Tabung reaksi( Pyrex. Iwaki) 250 ml

f) Timbangan digital (A&D Company limited 0,001 gr)

g) Pengaduk kaca

h) Pipet

i) Kertas saring

j) Aluminium foil

2) Bahan yang digunakan meliputi.

a) Daun Nyamplung

b) Etanol 96 %

c. Pengukuran berat basah dan berat kering

1) Alat yang digunakan meliputi:

a) Oven pengering

b) Timbangan digital

c) Amplop

2) Bahan yang digunakan adalah stek tanaman Nyamplung

G. Prosedur Penelitian

a. Parameter mikroklimat

1) Suhu udara dengan menggunakan thermometer udara

2) Kelembaban udara dengan menggunakan hygrometer

Page 79: KURNIA VERAWATI pdf

3) Intensitas cahaya matahari dengan menggunakan lux-meter

4) Kecepatan angin dengan menggunakan anemometer

b. Parameter edafik

1) Keasaman (pH) dan kelembaban media menggunakan Soil tester

2) Suhu media dengan menggunakan thermometer tanah

3) N tersedia media diukur di Laboratoium Tanah INSTIPER

c. Tempat atau lahan stek

1) Membuat tempat penyetekan berupa sungkup yang terbuat dari bambu

dan penutup plastik dengan tinggi 1 meter

2) Mengatur intensitas cahaya matahari dengan memasanag penghalang

paranet hitam di atas sungkup

d. Pembuatanan media tanam

1) Menyiapkan media tanam

a) M0 campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1

b) M1 campuran tanah dan pupuk dengan perbandingan 1:1

c) M2 campuran pasir dan pupuk dengan perbandingan 1:1

d) M3 campuran tanah, pasir, dan pupuk dengan perbandingan 1:1:1

2) Memasukan media tanam kedalam polybag hingga penuh

3) Media tanam kemudian di siram dengan fungisida untuk mematikan

jamur atau mikroorganisme

e. Pengambilan stek

1) Menentukan tanaman induk yang sehat dan cukup umur untuk diambil

batangnya sebagai bahan stek batang

Page 80: KURNIA VERAWATI pdf

2) Memilih batang yang memenuhi kriteria yaitu tumbuh sehat yang

memiliki mata tunas, diameter sekitar 1-2 cm dan panjang 10 cm

3) Menyiapkan alat potong gunting stek yang tajam dan steril

4) Memotong batang dengan kriteria 2-4 daun sempurna, daun dipotong

1/3 bagian untuk mengurangi proses transpirasi

5) Membersihkan pisau atau gunting stek setiap selesai melakukan

pemotongan ke dalam alkohol 96% untuk mengurangi penularan dan

persebaran penyakit tanaman

6) Batang stek direndam di dalam ember yang berisi air agar tidak layu

7) Memotong sedikit ujung pangkal batang stek

f. Pembuatan Hormon IBA

Menurut Sri Setyati Harjadi. (2009: 35) bahwa untuk stek berkayu

diberikan auksin 1000-5000 ppm

1) Menyiapkan zat pengatur tumbuh IBA

a. Larutan hormon dibuat dengan cara bubuk hormon dilarutkan

kedalam 1 ml etanol

b. Untuk 1000 ppm dibuat dari 1000 mg dicampur akuades hingga

mencapai 1000 ml

c. Untuk 2000 ppm dibuat dari 2000 mg dicampur akuades hingga

mencapai 1000 ml

d. Untuk 3000 ppm dibuat dari 3000 mg dicampur akuades hingga

mencapai 1000 ml

Page 81: KURNIA VERAWATI pdf

e. Untuk 4000 ppm dibuat dari 4000 mg dicampur akuades hingga

mencapai 1000 ml

2) Mencelupkan bagian pangkal stek sedalam 2 cm selama 10 detik

3) Menanamkan kedalam media yang sudah disiapkan sedalam 5 cm

g. Tahap pemeliharaan

Menyiram media tanam secara teratur untuk menjaga kelembaban

h. Pengukuran

1) Persentase hidup stek nyamplung dihitung menggunakan rumus

%100stek alJumlah tot

hidup yangstek Jumlah Hidup % x

2) Panjang akar yang tumbuh yaitu mengukur akar terpanjang mulai dari

pangkal sampai ujung akar tanaman nyamplung

3) Jumlah akar yaitu menghitung seluruh jumlah akar induk yang tumbuh

pada batang tanaman nyamplung

4) Bobot basah yaitu penimbangan tanaman segar dengan timbangan

digital

5) Bobot kering yaitu penimbangan tanaman yang sudah dikeringkan

dengan oven pengering pada suhu 1000C. Sebelum dimasukan oven,

tanaman dimasukan dalam amplop agar tetap utuh

6) Pengukuran kandungan klorofil daun nyamplung menggunakan

spektrofotometer di Laboratorium Biologi FMIPA UNY. Kandungan

klorofil diukur menggunakan Metode Winterman dan De Mots dengan

cara sebagai berikut.

Page 82: KURNIA VERAWATI pdf

a. Penyiapan Larutan Klorofil

(1) Menimbang sampel daun nyamplung sebanyak 0,1 gram dan

diekstrak (digerus menggunakan cawan porselin) dengan sedikit

pelarut ethanol 96%

(2) Sampel daun yang telah digerus disaring dengan kertas saring

untuk diambil filtratnya

(3) Memasukkan filtrat ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan dengan pelarut ethanol sehingga volume larutan

menjadi 10 ml

b. Kalibrasi Transmittan

(1) Menghidupkan spektrofotometer sebelum digunakan untuk

mengukur agar alat tersebut stabil

(2) Menuangkan pelarut ethanol 96% ke dalam tabung cuvet sampai

tanda batas

(3) Membersihkan dan mengeringkan tabung cuvet

(4) Mengatur panjang gelombang spektrofotometer yaitu 649 nm

(klorofil a) dan 665 nm (klorofil b)

(5) Memasukkan tabung cuvet ke dalam spektrofotometer,

kemudian membuat nilai “transmittan” menjadi 100% dengan

memutar tombol pengatur sinar

c. Pengukuran Klorofil

(1) Menuangkan larutan klorofil ke dalam tabung cuvet sampai

garis batas

Page 83: KURNIA VERAWATI pdf

(2) Membersihkan permukaan tabung cuvet dengan tisu dan

dimasukkan ke dalam spektrofotometer

(3) Mencatat nilai absorbansi untuk setiap panjang gelombangnya

d. Menghitung kandungan klorofil total masing-masing sampel dengan

menggunakan formula:

Klorofil a (mg/l) = 13,7 (abs 665) – 5,67 (abs 649)

Klorofil b (mg/l) = 25,8 (abs 649) – 7,60 (abs 665)

Klorofil total (mg/l) = 20,0 (abs 649) + 6,10 (abs 665)

7) Pengukuran N jaringan daun dilakukan di laboratorium Tanaman,

INSTIPER Yogyakarta dengan cara sebagai berikut.

a. Memasukkan 200 mg cuplikan daun nyamplung ke dalam labu

destruksi, ditambahkan 2,5 ml H2SO4 pekat dan dibiarkan selama 24

jam, kemudian ditambahkan 2,5 ml H2O2 pekat, dipanaskan dalam

blok degister atau hot plate (270 °C selama 30 menit) sampai jernih,

kemudian angkat dan didinginkan

b. Jika cairan belum jernih ditambahkan 5 tetes H2O2 pekat, kemudian

dipanaskan kembali selama 10 menit, diangkat dan didinginkan.

Langkah ini diulangi sampai cairan menjadi jernih (bahan organik

sudah hancur semua)

c. Setelah dingin, isi labu destruksi dituangkan melalui corong gelas ke

dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan aquades sampai batas

tanda, ditutup dan goyangkan agar homogen

Page 84: KURNIA VERAWATI pdf

d. Mengambil 25 ml larutan (c) dan dimasukkan ke dalam tabung

destilasi, kemudian ditambahkan 20 ml NaOH 45% untuk destilasi

e. Destilat ditampung pada erlenmeyer yang berisi 4 ml Asam Borat

4% dengan indikator campuran BCG-MR sampai volume 200 ml

f. Titrasi destilat dengan menggunakan H2SO4 0,05 N hingga berubah

warna. Volume titrasi dicatat sebagai data

g. Melakukan langkah-langkah seperti diatas untuk blanko (tanpa

sampel)

Formula yang digunakan adalah:

N %1001425/10042)(

xcontohmg

xxSOxNHBT

Keterangan:

T = cc H2SO4 dalam titrasi baku

B = cc H2SO4 dalam titrasi blanko

N H2SO4 = Normalitas H2SO4

8) Pengukuran N tersedia media tanam dilakukan di laboratorium tanah

INSTIPER Yogyakarta dengan cara sebagai berikut:

a. Memasukan 200 gram sampel tanah yang sudah diketahui kadar

airnya kedalam labu kyeldahl (500 cc), kemudian menambah 0,5 -

0,7 gram Ca(OH)2 atau setengah sendok teh, 200 cc air suling,

beberapa tetes minyak mineral dan sedikit kelereng gelas (pecahan

batu apung)

b. Menghubungkan labu dengan alat destilasi. Ujung tabung pendingin

dicelupkan kedalam 25 cc asam borat 4% yang mengandung 4 tetes

larutan indikator campuran.

Page 85: KURNIA VERAWATI pdf

c. Hidrolisa alkalin dengan Ca(OH)2 dijalankan pada temperatur didih

selama 30 menit (waktu dihitung dari mulai mendidih).

d. Menyuling amonia yang terbebas masuk kedalam larutan asam borat.

Mula-mula indikator dalam larutan penampung berwarna semu

jambon. Dengan bertambah banyak jadi hijau bebiruan. 22 cc larutan

asam borat 4% mampu menangkap 48 mg N (58 mg NH3)

e. Setelah selesai penyulingan larutan penampung diangkat sehabis

ujung tabung pendingin disemprot bersih dengan air suling. Asam

borat yang terpakai menampung NH3 dititrasi kembali dengan

larutan H2SO4 ¼ N (regensia No. 4). Sampai warna indikator tepat

hilang

f. Mengerjakan hidrolisa blanko dengan cara yang sama seperti diatas

menggunakan kertas saring sebagai pengganti tanah.

Formula yang digunakan adalah:

%N dalam tanah = t

xNxBT 4,1)( , dimana

T = cc H2SO4 dalam titrasi baku

B = cc H2SO4 dalam titrasi blanko

N = Normalitas H2SO4

t = berat contoh tanah kering mutlak (t = 100/100+ Ka x b)

Kg/ha

N dalam lapis olah = %N x dx b.v x 1000, dimana

%N = kadar n dari perhitungan diatas

d = tebal lapis dalam cm

b.v = berat volume lapis olah

Page 86: KURNIA VERAWATI pdf

H. Teknik Analisis Data

Rancangan penelitian ini adalah Analisis varian faktorial 4x5, untuk

mengetahui ada tidaknya efek interaksi antara konsentrasi hormon IBA

dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan tanaman Nyamplung

berdasarkan tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah dan kering, N jaringan

dan kandungan klorofil. Apabila hasilnya signifikan maka dilakukan uji Jarak

Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test-DMRT) untuk melihat

efek sederhana faktor konsentrasi hormon IBA dan komposisi media tanam

yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman Nyamplung. Sedangkan untuk

mengetahui pengaruh konsentrasi hormon IBA dan komposisi media tanam

terhadap jumlah akar dilakukan uji Kruskall-Wallis.

Page 87: KURNIA VERAWATI pdf

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan salah satu usaha untuk memilih jenis

komposisi media tanam dengan pemberian konsentrasi hormon IBA yang

optimal bagi pertumbuhan stek batang tanaman Nyamplung.

1. Kondisi Fisik Lingkungan

Pada penelitian ini, kondisi fisik lingkungan yang diukur meliputi

kondisi mikroklimat dan kondisi edafik. Kondisi mikroklimat mencakup

suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya dan kecepatan angin.

Sedangkan kondisi edafik yang diukur sesuai dengan perlakuan media

mencakup pH media, kelembaban, dan kadar N tersedia. Tabel 4

pengambilan data dilakukan pada pagi hari berkisar 09.00-11.00 WIB.

Tabel.4 Rata-rata Kondisi Mikroklimat pada Penelitian antara Bulan

Juni-Oktober 2010

No Parameter Hasil Pengukuran

1 Suhu udara 31oC

2 Kelembaban udara 80%

3 Intensitas cahaya 4850 Lux

4 Kecepatan Angin 46,5 m/s

Penelitian dilakukan di B2BPTH Purwobinangun yang terletak

pada ketinggian 420 dpl, dengan curah hujan 1878 mm/tahun.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa keadaan mikroklimat daerah

penelitian memiliki kondisi lingkungan yang baik bagi pertumbuhan

Nyamplung. Menurut Sofwan Bustomi (2008:11), suhu yang baik bagi

pertumbuhan Nyamplung dalam rentang 18-330C.

Page 88: KURNIA VERAWATI pdf

Tabel 5. Kondisi Edafik Berbagai Media Tanam

Parameter Hasil pengukuran

M0 M1 M2 M3

pH media 6 6,3 6,7 6,5

Kelembaban

tanah 39,9% 39,5% 39,5% 39%

Suhu tanah 260 C 27

0 C 27

0 C 28

0 C

N tersedia (%) 19,634 29,574 39,699 30,860

Berdasarkan Tabel 5 ditunjukkan adanya perbedaan kandungan hara pada

masing-masing media tanam. Penambahan pupuk kandang pada media

cenderung meningkatkan pH media. Media yang mengandung pupuk

kandang memiliki kandungan N tersedia yang lebih tinggi dibandingkan

media tanpa campuran pupuk kandang.

2. Keberhasilan Stek Tanaman Nyamplung

a. Persentase Hidup Stek Tanaman Nyamplung

Pengaruh perbedaan konsentrasi hormon IBA dan komposisi

media tanam terhadap rerata persentase hidup stek nyamplung dapat

dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4. Grafik Hasil Rerata Persentase Hidup Stek Tanaman

Nyamplung pada Umur 20 MST.

Page 89: KURNIA VERAWATI pdf

Berdasarkan Gambar 4 ditunjukkan bahwa rerata persentase hidup

stek batang nyamplung pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi

dibandingkan dengan kontrol. Pada konsentrasi 1000-2000 ppm

mengalami peningkatan, sedangkan pada konsentrasi 3000-4000 ppm

mengalami penurunan tingkat stimulasinya.

Hasil analisis varian (Lampiran 3) ditunjukkan bahwa

perbedaaan rerata persentase hidup stek tanaman nyamplung pada

konsentrasi hormon IBA maupun komposisi media tanam berbeda

nyata (p<0,05). Hal itu berarti persentase hidup tanaman dipengaruhi

oleh faktor hormon IBA dan faktor komposisi media tanam.

Tabel 6. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Konsentrasi Hormon IBA

terhadap Persentase Hidup Stek Tanaman Nyamplung

Hormon IBA N Rata-rata

H0 4 42.50a

H1 4 57.50b

H2 4 65.00c

H3 4 57.50b

H4 4 55.00b

Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf yang sama pada kolom

menunjukkan tidak ada beda nyata pada taraf α = 0,05

menurut analisis DMRT.

Berdasarkan hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa rerata

persentase hidup pada perlakuan pemberian hormon IBA lebih tinggi

dari kelompok kontrol. Nilai rerata persentase hidup paling optimal

dicapai pada konsentrasi hormon IBA 2000 ppm (H2). Hal ini berarti

faktor hormon IBA memacu persentase hidup stek Nyamplung.

Page 90: KURNIA VERAWATI pdf

Tabel 7. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Komposisi Media Tanam

terhadap Persentase Hidup Stek Tanaman Nyamplung

Hormon IBA N Rata-rata

M0 5 50.00a

M1 5 60.00b

M2 5 54.00a b

M3 5 58.00b c

Berdasarkan hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa rerata

persentase hidup stek pada perlakuan komposisi media tanam lebih

tinggi dibandingkan dengan kontrol. Retata tinggi stek mengalami

peningkatan hingga M1, namun tingkat stimulasi menurun pada

media diatas M1. Hal ini berarti komposisi media tanam memacu

terhadap tinggi stek Nyamplung terutama pada M1

b. Tinggi Stek Tanaman Nyamplung

Hasil rerata tinggi stek tanaman Nyamplung sebagai respon

terhadap faktor jenis hormon IBA dan komposisi media tanam

disajikan dalam grafik berikut.

Gambar 5. Grafik Rerata Tinggi Stek Tanaman Nyamplung pada

Umur 20 MST.

Page 91: KURNIA VERAWATI pdf

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa rerata tinggi stek tanaman

nyamplung pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol. Pada konsentrasi 2000 ppm (H2) mengalami

peningkatan rerata, namun tingkat stimulasinya menurun pada

konsentrasi IBA diatas konsentrasi 2000 ppm. Hal ini berarti hormon

IBA dapat memacu tinggi stek tanaman Nyamplung.

Hasil analisis varian (Lampiran 3) ditunjukkan bahwa rerata

tinggi stek tanaman nyamplung pada konsentrasi hormon IBA

maupun komposisi media tanam berbeda nyata (p<0,05). Hal itu

berarti tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor hormon IBA dan

faktor media tanam.

Tabel 8. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap

Tinggi Stek Tanaman Nyamplung

Hormon IBA N Rata-rata

H0 12 12.67a

H1 12 15.08ab

H2 12 23.08d

H3 12 19.92c

H4 12 15.58b

Berdasarkan hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa rerata

tinggi stek tanaman nyamplung pada perlakuan hormon IBA lebih

tinggi dibandingkan dengan kontrol. Rerata tinggi stek pada

perlakuan pemberian hormon IBA mengalami peningkatan hingga

H2, namun tingkat stimulasi menurun pada konsentrasi hormon IBA

diatas H2. Hal ini berarti faktor hormon IBA dapat memacu tinggi

stek tanaman Nyamplung.

Page 92: KURNIA VERAWATI pdf

Tabel 9. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Komposisi Media Tanam

terhadap Tinggi Stek Tanaman Nyamplung

Media Tanam N Rata-rata

M0 15 16.00a

M1 15 19.13b

M2 15 17.20a b

M3 15 16.73a

Berdasarkan hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa rerata

tinggi stek pada perlakuan komposisi media tanam lebih tinggi

dibandingkan dengan kontrol. Retata tinggi stek mengalami

peningkatan hingga M1, namun tingkat stimulasi menurun pada

media diatas M1. Hal ini berarti komposisi media tanam memacu

terhadap tinggi stek Nyamplung terutama pada M1.

c. Panjang Akar Stek Tanaman Nyamplung

Hasil rerata panjang akar stek tanaman Nyamplung sebagai

respon terhadap faktor jenis hormon IBA dan komposisi media tanam

disajikan dalam grafik berikut.

Gambar 6. Grafik Hasil Rerata Panjang Akar Stek Tanaman

Nyamplung Pada Umur 20 MST.

Page 93: KURNIA VERAWATI pdf

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa rerata panjang akar stek tanaman

nyamplung pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol. Hal itu berarti hormon IBA dapat memacu

pertumbuhan akar tanaman Nyamplung. Rerata panjang akar tertinggi

yaitu 17,66 cm dicapai pada media (M1) pada konsentrasi hormon

2000 ppm (H2), namun pada konsentrasi 3000-4000 ppm mengalami

penurunan tingkat stimulasinya. Hal itu berarti hormon IBA dapat

memacu panjang akar stek tanaman Nyamplung.

Hasil analisis varian (Lampiran 3) menunjukan bahwa rerata

panjang akar stek tanaman nyamplung pada kosentrasi hormon IBA

maupun komposisi media tanam berbeda nyata (p<0,05). Hal itu

berarti panjang akar dipengaruhi oleh faktor hormon IBA dan faktor

media tanam.

Tabel 10 Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap

Panjang Akar Stek Tanaman Nyamplung

Hormon IBA N Rata-rata

H0 12 6.67a

H1 12 8.50a b

H2 12 14.75c

H3 12 9.83b

H4 12 8.08a b

Berdasarkan hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa rerata

panjang akar stek tanaman nyamplung pada perlakuan hormon IBA

lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Pada rerata panjang akar

stek pada perlakuan pemberian hormon IBA mengalami peningkatan

hingga H2, namun tingkat stimulasi menurun pada konsentrasi

Page 94: KURNIA VERAWATI pdf

hormon IBA diatas H2. Hal ini berarti faktor hormon IBA dapat

memacu panjang akar stek tanaman Nyamplung.

Tabel 11. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Komposisi Media Tanam

terhadap Panjang Akar Stek Tanaman Nyamplung

Berdasarkan tabel 10 hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa

rerata panjang akar stek pada perlakuan komposisi media tanam lebih

tinggi dibandingkan dengan kontrol. Retata panjang akar stek

mengalami peningkatan hingga M1, namun tingkat stimulasi menurun

pada media M2. Sedangkan pada media M3 menghambat panjang

akar stek. Hal ini berarti komposisi media tanam memacu terhadap

panjang akar stek Nyamplung dan menghambat pada media M3.

d. Jumlah Akar Stek Nyamplung

Hasil rerata jumlah akar stek tanaman Nyamplung sebagai

respon terhadap faktor jenis hormon IBA dan komposisi media tanam

disajikan dalam grafik berikut.

Media Tanam N Rata-rata

M0 15 8.67a b

M1 15 12.47c

M2 15 9.93b

M3 15 7.20a

Page 95: KURNIA VERAWATI pdf

Gambar 7. Grafik Hasil Rerata Jumlah Akar Stek Tanaman

Nyamplung pada Umur 20 MST.

Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa rerata jumlah akar stek

tanaman nyamplung pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi

dibandingkan dengan kontrol. Hal itu berarti hormon penumbuh akar

dapat memacu pertumbuhan stek Nyamplung. Pada perlakuan

hormon IBA dengan konsetrasi 1000-2000 ppm mengalami

peningkatan, dan konsentrsi 3000-4000 ppm mengalami penurunan

tingkat stimulasinya. Namun rerata jumlah akar yang paling banyak

adalah pada konsentrasi 2000 ppm (H2) yaitu sebanyak 8 akar dan

dicapai pada kombinasi media tanah dengan pupuk kandang (M1).

Hal itu berarti hormon penumbuh akar dapat memacu jumlah akar

tanaman Nyamplung.

Hasil analisis varian (Lampiran 3) menunjukan bahwa rerata

jumlah akar stek tanaman nyamplung pada antar konsentrasi hormon

maupun komposisi media tanam adalah berbeda nyata (p<0,05). Hal

Page 96: KURNIA VERAWATI pdf

itu berarti jumlah akar tanaman dipengaruhi oleh faktor hormon IBA

dan faktor media tanam.

Tabel. 12 Hasil Analisis Kruskall Wallis Pemberian Konsentrasi

Hormon IBA dan Komposisi Media Tanam terhadap

Jumlah Akar Atek Tanaman Nyamplung

komposisi media tanam kosentrasi hormon

Mean Rank Assymp

Sig. Mean Rank Assymp

Sig M0 M1 M2 M3 H0 H1 H2 H3 H4

22.70 38.50 26.23 34.57 0.044 15.79 33.25 46.54 32.08 24.83 0.000

Dari tabel 12 ditunjukkan bahwa pemberian konsentrasi hormon IBA

dan komposisi media tanam memberikan pengaruh yang signifikan

(p<0,05) terhadap jumlah akar. Hal ini berarti kedua faktor

berpengaruh terhadap jumlah akar.

e. Bobot Basah Stek Tanaman Nyamplung

Hasil rerata bobot basah stek tanaman nyamplung sebagai

respon terhadap faktor jenis hormon penumbuh akar dan komposisi

media tanam disajikan dalam Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Bobot Basah Stek Tanaman Nyamplung pada

Umur 20 MST.

Page 97: KURNIA VERAWATI pdf

Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa rerata bobot basah stek tanaman

nyamplung pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol. Hal itu berarti hormon IBA dapat memacu

pertumbuhan stek tanaman Nyamplung. Perlakuan hormon IBA

dengan konsentrasi 1000-2000 ppm rerata bobot basah mengalami

peningkatan, sedangkan pada konsentrsi 3000-4000 ppm mengalami

penurunan tingkat stimulasinya. Namun rerata bobot basah yang

paling optimal pada konsentrasi 2000 ppm (H2) yaitu 20,256 gr dan

dicapai pada kombinasi media tanah dengan pupuk kandang (M1).

Hal ini berarti hormon IBA dan komposisi media tanam dapat

memacu bobot basah tanaman Nyamplung.

Hasil analisis varian (Lampiran 3) ditunjukkan bahwa rerata

bobot basah stek tanaman nyamplung pada antar konsentrasi hormon

IBA maupun komposisi media tanam adalah berbeda nyata (p<0,05).

Hal itu berarti bobot basah tanaman dipengaruhi oleh faktor hormon

IBA dan faktor media tanam.

Tabel. 13 Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap

Bobot Basah Stek Tanaman Nyamplung

Berdasarkan hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa rerata

bobot basah pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi dibandingkan

Hormon IBA N Rata-rata

H0 12 6.80983a

H1 12 9.38717b

H2 12 17.76258d

H3 12 13.65858c

H4 12 11.14742b

Page 98: KURNIA VERAWATI pdf

dengan kontrol. Meskipun tingkat stimulasinya menurun pada

konsentrasi 3000- 4000 ppm, namun pada konsentrasi ini masih dapat

memacu pertumbuhan stek tanaman Nyamplung. Pada kosentrasi

2000 ppm (H2) mempunyai nilai rerata yang paling optimal. Hal ini

berarti faktor hormon IBA dapat memacu rerata bobot basah stek

tanaman Nyamplung.

Tabel 14. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Komposisi Media Tanam

terhadap Bobot Basah Stek Tanaman Nyamplung

Media Tanam N Rata-rata

M0 15 11.32413a

M1 15 14.02760b

M2 15 10.02773a

M3 15 11.63300a

Berdasarkan tabel 13 hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa

rerata bobot basah stek pada perlakuan komposisi media tanam lebih

tinggi dibandingkan dengan kontrol. Retata bobot basah stek

mengalami peningkatan hingga M1, namun tingkat stimulasi menurun

pada media M3. Sedangkan pada M2 menghambat pertumbuhan stek.

Hal ini berarti komposisi media tanam memacu terhadap rerata bobot

basah stek Nyamplung dan menghambat pada media M2.

f. Bobot Kering Stek Tanaman Nyamplung

Hasil rerata bobot kering stek tanaman nyamplung sebagai

respon terhadap faktor jenis hormon penumbuh akar dan komposisi

media tanam disajikan dalam grafik berikut.

Page 99: KURNIA VERAWATI pdf

Gambar 9. Grafik Hasil Rerata Bobot Kering Stek Tanaman

Nyamplung pada Umur 20 MST.

Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa rerata bobot kering stek tanaman

nyamplung pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol. Pada konsentrasi 1000-2000 ppm rerata bobot kering

mengalami peningkatan, sedangkan pada konsentrasi 3000-4000 ppm

tingkat stimulasinya mengalami penurunan. Rerata bobot kering

paling optimal dicapai pada konsentrasi 2000 ppm (H2) pada

kombinasi media tanah dengan pupuk kandang (M1). Hal ini berarti

hormon IBA dan komposisi media tanam dapat memacu rerata bobot

kering stek tanaman Nyamplung.

Hasil analisis varian (Lampiran 3) ditunjukkan bahwa rerata

bobot kering stek tanaman nyamplung pada antar konsentrasi hormon

IBA maupun komposisi media tanam adalah berbeda nyata (p<0,05).

Hal itu berarti bobot kering tanaman dipengaruhi oleh faktor hormon

IBA dan faktor media tanam.

Page 100: KURNIA VERAWATI pdf

Tabel 15. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap

Bobot Kering Stek Tanaman Nyamplung

Hormon IBA N Rata-rata

H0 12 1.94600a

H1 12 2.65267b

H2 12 4.85342d

H3 12 3.59500c

H4 12 3.00500b

Berdasarkan hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa rerata

bobot kering pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol. Tingkat stimulasi menurun pada konsentrasi 3000-

4000 ppm, namun masih dapat memacu pertumbuhan stek tanaman

Nyamplung. Pada kosentrasi 2000 ppm (H2) mempunyai nilai rerata

yang paling optimal. Hal ini berarti faktor hormon IBA dapat

memacu rerata bobot kering stek tanaman Nyamplung.

Tabel 16. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Komposisi Media Tanam

terhadap Bobot Kering Stek Tanaman Nyamplung

Media tanam N Rata-rata

M0 15 3.35607b

M1 15 3.68860b

M2 15 2.60593a

M3 15 3.19107b

Berdasarkan tabel 16 hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa

rerata bobot kering stek pada perlakuan komposisi media tanam lebih

tinggi dibandingkan dengan kontrol. Retata bobot basah stek

mengalami peningkatan hingga M1, namun menghambat

pertumbuhan stek pada media diatas M1. Hal ini berarti komposisi

media tanam memacu terhadap rerata bobot kering stek Nyamplung,

terutama pada M1.

Page 101: KURNIA VERAWATI pdf

g. Kandungan klorofil Stek Tanaman Nyamplung

Hasil rerata kandungan klorofil stek tanaman nyamplung

sebagai respon terhadap faktor jenis hormon IBA dan komposisi

media tanam disajikan dalam grafik berikut.

Gambar 10. Hasil Rerata Kandungan Klorofil Stek Tanaman

Nyamplung pada Umur 20 MST.

Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa rerata kandungan klorofil stek

tanaman nyamplung pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi

dibandingkan dengan kontrol. Hal itu berarti hormon penumbuh akar

dapat memacu pertumbuhan stek tanaman Nyamplung. Pada

perlakuan hormon IBA dengan kosentrasi 1000-2000 ppm rerata

kandungan klorofil mengalami peningkatan. Sedangkan konsentrsi

3000-4000 ppm mengalami penurunan tingkat stimulasinya. Namun

nilai rerata yang paling optimal pada kosentrasi 2000 ppm (H2). Hal

itu berarti hormon penumbuh akar dapat memacu pertumbuhan stek

tanaman Nyamplung.

Hasil analisis varian (Lampiran 3) ditunjukkan bahwa rerata

Page 102: KURNIA VERAWATI pdf

kandungan klorofil stek tanaman nyamplung pada antar konsentrasi

hormon adalah berbeda nyata (p<0,05) dan tidak berbeda nyata

(p>0,05) menurut komposisi media. Hal itu berarti kandungan

klorofil tanaman dipengaruhi oleh faktor hormon IBA namun tidak

dipengaruhi oleh faktor media tanam.

Tabel 17. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap

Rerata Kandungan Klorofil Stek Tanaman Nyamplung

Hormon IBA N Rata-rata

H0 12 12.50767a

H1 12 13.94233ab

H2 12 16.32417c

H3 12 15.28058b c

H4 12 14.18167a b

Berdasarkan hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa rerata

kandungan klorofil stek tanaman nyamplung pada perlakuan hormon

IBA lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Pada rerata

kandungan klorofil stek pada perlakuan pemberian hormon IBA

mengalami peningkatan hingga H2, namun tingkat stimulasi menurun

pada konsentrasi hormon IBA diatas H2. Hal ini berarti faktor hormon

IBA dapat memacu kandungan klorofil stek tanaman Nyamplung.

h. Serapan N Stek Tanaman Nyamplung

Hasil rerata serapan N stek tanaman nyamplung sebagai

respon terhadap faktor jenis hormon IBA dan komposisi media tanam

disajikan dalam grafik berikut.

Page 103: KURNIA VERAWATI pdf

Gambar 11. Grafik Hasil Rerata Serapan N Stek Tanaman

Nyamplung pada Umur 20MST.

Pada gambar 11 dapat dilihat bahwa rerata serapan N stek tanaman

nyamplung pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol. Hal itu berarti hormon IBA dapat memacu

pertumbuhan stek tanaman Nyamplung.

Pada media tanam M1 dengan konsentrasi hormon 1000 ppm

(H1) menghambat pertumbuhan stek. Nilai rerata yang paling optimal

pada konsentrasi 2000 ppm (H2) dan mengalami penurunan tingkat

stimulasi hingga konsentrasi hormon 4000 ppm (H4). Pada media

tanam M2 mengalami peningkatan nilai N hingga konsentrasi hormon

4000 ppm (H4). Sedangkan untuk media tanam M3 dengan

konsentrasi 1000 ppm akan menghambat pertumbuhan stek. Nilai

rerata paling optimal pada konsentrasi 2000 ppm (H2) dan mengalami

penurunan tingkat stimulasi hingga konsentrasi hormon 4000 ppm

(H4). Dari keempat komposisi media tanam rerata paling optimal

Page 104: KURNIA VERAWATI pdf

yaitu pada media tanah dan pupuk kandang (M1) dan dicapai pada

konsentrasi hormon 2000 ppm (H2). Hal itu berarti hormon IBA

dapat memacu serapan N stek Nyamplung.

Hasil analisis varian (Lampiran 3) ditunjukkan bahwa rerata

serapan N pada konsentrasi hormon IBA berbeda nyata (p<0,05) dan

menurut komposisi media tidak berbeda nyata (p>0,05). Hal itu

berarti serapan N tanaman dipengaruhi oleh faktor hormon IBA dan

tidak dipengaruhi faktor media tanam.

Tabel 18. Hasil Analisis DMRT Pengaruh Hormon IBA terhadap

Rerata Serapan N Stek Tanaman Nyamplung

Hormon IBA N Rata-rata

H0 5 1.38075a b

H1 5 1.32425a

H2 5 1.55700b

H3 5 1.51450b

H4 5 1.55000b

Berdasarkan hasil analisis DMRT di atas ditunjukkan bahwa rerata

serapan N pada perlakuan hormon IBA lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol. Pada H1 mengalami penurunan rerata serapan N,

sehingga serapan N terhambat. Nilai rerata paling optimal pada H2.

Rerata serapan N mengalami penurunan tingkat stimulasi pada

konsentrasi hormon IBA diatas H1. Hal ini berarti faktor hormon IBA

dapat memacu serapan N stek tanaman Nyamplung.

Page 105: KURNIA VERAWATI pdf

B. PEMBAHASAN

1. Kondisi Mikroklimat

Media tanam merupakan salah satu syarat utama bagi

tumbuhan untuk dapat melangsungkan kehidupannya yaitu tumbuh dan

berkembang. Oleh karena itu media tanam harus banyak mengandung

unsur mikro dan unsur makro untuk pertumbuhannya. Media untuk

perakaran stek biasanya dipilih yang memunyai sifat menahan air besar

untuk mempertahankan kelembaban pada masa perakaran, sehingga

pertumbuhan akar stek tidak terhambat.

Pada penelitian ini suhu rata-rata adalah 310C dengan

kelembaban udara sebesar 80%, intensitas cahaya 4850 Lux dan

kecepatan angin sebesar 46,5 m/s. Suhu udara yang tinggi

menyebabkan adanya penguapan air laut. Selanjutnya uap-uap ini

dibawa oleh angin dari laut kedaratan sehingga mengakibatkan

kelembaban udara di sekitarnya tinggi. Semakin tinggi daratan maka

semakin tinggi kelembabannya. Intensitas cahaya matahari di lokasi

penelitian cukup tinggi. Perubahan itensitas cahaya mengakibatkan

perubahan pada suhu udara. Selain itu, kelembaban udara yang cukup

tinggi dapat menyebabkan permukaan tanah lebih dingin (kelembaban

tanah tinggi) sehingga suhu tanah pun rendah. Kecepatan angin cukup

kencang disebabkan sedikitnya tanaman-tanaman pelindung di sekitar

daerah penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sofwan Bustomi

Page 106: KURNIA VERAWATI pdf

(2008:11), suhu yang baik bagi pertumbuhan Nyamplung dalam

rentangan 18-330C. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

menunjukan bahwa suhu sebesar 31oC. Dengan suhu yang tidak terlalu

tinggi, tanaman Nyamplung mampu bertahan hidup.

2. Kondisi Edafik

Adanya penambahan pupuk kandang memberikan pengaruh

yang berbeda terhadap kondisi edafik. Berdasarkan Tabel 5,

penambahan pupuk kandang cenderung menyebabkan meningkatnya N

tersedia. Hal ini karena pupuk kandang mengembangkan kehidupan

mikroorganisme yang diubah menjadi humus dan senyawa-senyawa

yang disintesanya menjadi bahan makanan yang berguna bagi tanaman.

Kondisi ini sesuai dengan pendapat Mul Mulyani Sutejo (1995: 97)

bahwa pupuk kandang dapat menambah tersediannya bahan makanan

(unsur hara) bagi tanaman.

Pada Tabel 5 tampak adanya keterkaitan antara kelembaban

media, suhu, dan N tersedia. Suhu media semakin menurun diikuti

kenaikan kelembaban media. Hal ini karena kelembaban udara yang

tinggi menyebabkan permukaan media menjadi dingin sehingga suhu

media menjadi rendah. Peningkatan derajat keasaman atau pH juga

mempengaruhi N tersedia. Berdasarkan fakta yang ada, pH media

meningkat dengan penambahan pupuk kandang. Hal ini ditegaskan oleh

Mul Mulyani Sutejo (1995: 67) bahwa pada pH 6,5 -7,5, unsur-unsur

hara tersedia cukup banyak.

Page 107: KURNIA VERAWATI pdf

3. Pengaruh Pemberian Hormon IBA dan Komposisi Media Tanam

terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Nyamplung

a. Persentase Hidup Stek Tanaman Nyamplung

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian hormon IBA

cenderung memiliki pengaruh yang sama dengan komposisi media

tanam terhadap kehidupan stek Nyamplung. Hal ini diduga karena

media tanam yang terbatas dalam pengakaran sehingga kerja akar

terbatas.

Dari Gambar 4 pemberian hormon IBA cenderung memacu

persentase hidup stek tanaman nyamplung. Dari kelima perlakuan

pemberian hormon IBA yang pengaruhnya paling optimal dalam

memacu persentase hidup stek adalah pada konsentrasi 2000 ppm

(H2). Hal ini disebabkan hormon auksin yang berasal dari tanaman

sudah cukup untuk proses pertumbuhannya, sehingga jika diberikan

hormon dengan konsentrasi yang lebih tinggi akan menyebabkan

residu bagi tanaman itu sendiri, ataupun menghambat pertumbuhan.

Di tegaskan oleh pernyataan Kusumo (1994 : 34) pada kadar rendah

akan mendorong pertumbuhan tanaman, sementara pada kadar yang

lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Sri Setyati Harjadi (2009: 31) bahwa pada tingkat

konsentrasi tinggi hormon IBA menyebabkan sel mengalami

kematian. Namun dalam penelitian ini pada konsentrasi 3000-4000

ppm masih memacu pertumbuhan stek, meskipun mengalami

Page 108: KURNIA VERAWATI pdf

penurunan tingkat stimulasi.

Perlakuan komposisi media cenderung tidak memberikan

pengaruh terhadap persentase hidup stek tanaman Nyamplung.

Namun pada media tanah dengan campuran pupuk kandang (M1)

mempunyai persentase tertinggi. Hal tersebut dikarenakan campuran

pupuk kandang akan menambah unsur hara dan tanah merupakan

media yang mampu menahan air, sehingga kelembaban akan terjaga.

Menurut Mul Mulyani Sutejo (1995: 97) bahwa media dengan

campuran pupuk kandang lebih baik untuk pertumbuhan, karena

pupuk kandang dapat menambah tersediannya bahan makanan

(unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserapnya dari dalam tanah.

selain itu, pupuk kandang ternyata mempunyai pengaruh yang positif

terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah, mendorong kehidupan

(perkembangan) jasad renik.

b. Tinggi Stek Tanaman Nyamplung

Pertumbuhan tanaman didefinisikan sebagai proses

pembelahan (peningkatan sel) dan pemanjangan sel. Salah satu

petunjuk memberikan ciri pertumbuhan adalah tinggi tanaman

(Gardner, F. P, et all. 1991:248). Pada penelitian ini, terlihat

perbedaan perlakuan pemberian hormon IBA dan komposisi media

terhadap tinggi stek. Pada perlakuan hormon IBA cenderung

memacu tinggi stek Nyamplung dibandingkan pada kelompok

kontrolnya. Hal tersebut karena tanaman pada perlakuan hormon

Page 109: KURNIA VERAWATI pdf

IBA akan mempercepat penyerapan hara dari media yang akan

meningkatkan tinggi tanaman. Apabila pertumbuhan akar lambat

maka penyerapan hara pun juga terhambat. Hal ini dijelaskan oleh

Frank B Salisbury, et all (1992: 142), tumbuhan menggapai

kuranganya pasokan unsur esensial dengan gejala yang khas, gejala

yang terlihat meliputi terhambatnya pertumbuhan akar, batang dan

daun serta klorosis atau nekrosis pada berbagai organ.

Pada kosentrasi hormon H2 (2000 ppm) memiliki tinggi

tanaman yang cenderung lebih optimal di antara perlakuan hormon

IBA yang lainnya. Pada konsentrasi 3000-4000 ppm mengalami

sedikit penurunan tingkat stimulasinya. Konsentrasi 3000-4000 ppm

dianggap dalam kadar rendah, sehingga masih dapat memacu tinggi

tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumo (1994 : 34) bahwa

pada kadar hormon IBA yang lebih tinggi akan menghambat

pertumbuhan tanaman.

Nilai rerata tinggi stek tanaman Nyamplung pada perlakuan

komposisi media tanam lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Pada media M1 mempunyai rerata tinggi paling optimal, karena

media campuran dengan pupuk kandang banyak mengandung unsur

hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini sependapat dengan Mul

Mulyani Sutejo (1995:108) bahwa pupuk kandang dianggap sebagai

pupuk terlengkap karena selain menimbulkan tersediannya unsur-

unsur hara bagi tanaman juga mengembangkan kehidupan

Page 110: KURNIA VERAWATI pdf

mikroorganisme didalam tanah. Dengan demikian pada penelitian ini

rerata tinggi yang paling banyak adalah media tanah dan pupuk

kandang (M1)

c. Panjang Akar Stek Tanaman Nyamplung

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian hormon

penumbuh akar cenderung memacu panjang akar stek Nyamplung

dibandingkan dengan kontrol. Pada konsentrasi 2000 ppm (H2)

mempunyai rerata panjang akar paling optimal, karena konsentrasi

ini masih baik untuk pertumbuhan akar yaitu tidak terlalu tinggi dan

tidak terlalu rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sri Setyati

Harjadi (2009: 34) bahwa kosentrasi hormon yang baik tidak terlalu

rendah dan tidak terlalu tinggi antara 2000 -4000 ppm. Hal itu di

buktikan oleh Hasil penelitian Sri Rama Diana (2007: 229) yang

menyatakan bahwa Konsentrasi IBA 2000 ppm menghasilkan

pertumbuhan akar terbaik pada variabel panjang akar dan jumlah

akar. Hormon IBA juga dapat memacu pembentukan akar stek

(Hartmann, et al, 1990) dan memacu pertumbuhan panjang akar

(Sebanek & Jesko, 1989). Hal ini didukung oleh pendapat

Rismunandar (1988) yang menyatakan bahwa IBA dapat

mempercepat tumbuhnya akar baru pada tanaman (bibit yang baru

dipindahkan dari persemaian pada beberapa jenis tanaman keras).

Nyamplung adalah tanaman yang menghendaki media tanam

yang dapat memberikan kondisi fisik, kimia dan biologi yang kondusif

Page 111: KURNIA VERAWATI pdf

sehingga dapat mendukung pertumbuhan akar pada khususnya dan

tanaman secara keseluruhan (Kurniawan Budiarto et all. 2005: 16).

Pada Gambar 6 media M3 cenderung menghambat, kemungkinan itu

disebabkan oleh suhu tanah meningkat dan rendahnya kelembaban

media. Menurut Kurniawan Budiarto et all. (2005: 16) bahwa media

perakaran untuk stek biasanya dipilih yang mempunyai sifat menahan

air yang besar untuk mempertahankan kelembaban pada masa

perakaran dan porus, sehingga pertumbuhan akar stek tidak terhambat.

Apabila tanaman ditempatkan pada media yang kering maka akarpun

juga tidak akan muncul. Hal itu sesuai dengan hasil penelitian ini

bahwa pemberian komposisi media tanam tanah dengan campuran

pupuk kandang (M1) cenderung memacu terhadap rerata panjang akar

stek Nyamplung secara optimal, karena tekstur tanah yang lembut

dan berpori sangat kecil sehingga memiliki sifat menahan air yang

baik. Memiliki pH cenderung netral yang merupakan syarat tumbuh

tanaman Nyamplung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sofwan

Bustomi (2008:11), bahwa tanaman Nyamplung dapat tumbuh pada

pH 4-7,5. Dengan campuran pupuk kandang pada media tanah akan

menambah unsur hara yang diperlukan tanaman. Sesuai dengan

pernyataan Mul Mulyani Sutejo (1995:108) bahwa pupuk kandang

menimbulkan tersediannya unsur-unsur hara bagi tanaman. Semakin

cepatnya pembentukan akar dari stek yang diberikan perlakuan

hormon IBA semakin lebih baik sistim perakarannya sehingga air dan

Page 112: KURNIA VERAWATI pdf

unsur-unsur hara dalam tanah yang diserap stek akan lebih banyak.

(Irwanto. 2003:9)

d. Jumlah Akar Stek Tanaman Nyamplung

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian hormon

penumbuh akar cenderung meningkatkan jumlah akar stek

Nyamplung. Pada Gambar 4 ditunjukkan pengaruh hormon IBA dan

komposisi media tanam yang bervariasi, rerata jumlah akar yang

optimal pada konsentrasi 2000 ppm (H2) karena konsentrasi ini

masih efektif untuk pertumbuhan akar terutama untuk jumlah akar.

Hal itu dijelaskan pada Hasil penelitian Sri Rama Diana (2007: 229)

yang menyatakan bahwa Konsentrasi IBA 2000 ppm menghasilkan

pertumbuhan akar terbaik pada variabel jumlah akar. Ditegaskan

pula oleh Sri Setyati Harjadi (2009: 34) bahwa kosentrasi hormon

yang baik tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi antara 2000-

4000 ppm. Selain itu hormon IBA juga bersifat persisten, artinya

penguraiannya oleh enzim-enzim tanaman dapat dikatakan lambat.

Demikian juga translokasi (pengangkutan kebagian lain) IBA

berjalan lambat, sehingga IBA tetap berada disekitar tempat

aplikasinya. Kedua sifat tersebut menyebabkan IBA efektif dalam

induksi pengakaran.

Pemberian komposisi media tanam tanah dengan campuran

pupuk kandang (M1) cenderung memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap rerata jumlah akar stek Nyamplung, hal ini

Page 113: KURNIA VERAWATI pdf

dikarenakan tanah memiliki sifat menahan air yang baik. Hal itu

seperti yang di jelaskan oleh Kurniawan Budiarto et all (2005: 16),

bahwa media perakaran untuk stek biasanya dipilih yang mempunyai

sifat menahan air yang besar untuk mempertahankan kelembaban

pada masa perakaran dan porus, sehingga pertumbuhan akar stek

tidak terhambat. Apabila tanaman ditempatkan pada media yang

kering maka akar tidak akan muncul. Hal tersebut ditegaskan oleh

Frank B Salisbury (1992: 103), jika tumbuhan ditempatkan dalam

kondisi atmosfir yang cukup kering atau di tanah yang

kelembabannya rendah, maka tekanan akar tidak muncul sebab air

dalam batangnya berada di bawah tegangan dan bukan dibawah

tekanan.

Daya serap tanaman terhadap zat hara dalam media

tergantung pada permukaan akar yang aktif, kapasitas pertukaran ion

dari akar, produksi H+

dan HCO3 dan energi yang tersedia. Selain itu

keadaan mikroklimatik sangat berpengaruh terhadap penyerapan

hara oleh akar tanaman, seperti yang dikemukakan oleh Ridwan Al-

Huda (2006: 28), keadaan media yaitu zat hara, persediaan O2,

temperatur, cahaya dan pH sangat mempengaruhi penyerapan hara.

e. Bobot Basah dan Bobot Kering Stek Tanaman Nyamplung

Dalam Penelitian ini dilakukan pengukuran bobot basah dan

bobot kering tanaman. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada

perlakuan komposisi media tanam cenderung lebih meningkatkan

Page 114: KURNIA VERAWATI pdf

nilai rerata dibandingkan kontrol. Pada media tanah dan pupuk

kandang (M1) rerata bobot basah dan bobot kering paling optimal

dibandingkan dengan media lain. Media ini mempunyai cukup unsur

hara dan dapat menahan air sehingga mudah tersedia bagi tanaman.

Bobot basah tanaman tergantung dari kadar air dalam tanaman yang

di absorbsi akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Garner et all

(1991: 98) bahwa jaringan tanaman yang tumbuh cepat terutama

terdiri dari air. Kandungan air suatu tanaman sangat bervariasi antara

70 hingga 90 %, tergantung dari umur, spesies, jaringan tertentu

serta lingkungan sekitar. Air akan diserap oleh akar tanaman yang

dipengaruhi oleh kondisi edafik media terutama kelembaban media.

Sedangkan pada media (M2) cenderung menghambat.

Kemungkinan pada media (M2) memiliki pasokan unsur hara dan N

tersedia serta kelembaban tanah yang kurang sehingga bobot basah

dan bobot kering menjadi rendah. Ditegaskan pula oleh Djukri dan

Purwoko (2003:1), pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan hara

yang diserap dari dalam tanah, termasuk nitrogen. Penurunan kadar

nitrogen tanaman berpengaruh terhadap fotosintesis baik lewat

kandungan klorofil maupun enzim fotosintetik sehingga menurunkan

fotosintat (pati) yang terbentuk, akibatnya menurunkan bobot basah

dan bobot kering tanaman.

Pemberian hormon IBA cenderung memacu pertumbuhan,

meskipun pada konsentrasi 3000-4000 ppm mengalami penurunan

Page 115: KURNIA VERAWATI pdf

tingkat stimulasinya. Namun pada masing-masing media bobot

basah dan bobot kering yang paling optimal pada perlakuan

konsentrasi hormon 2000 ppm. Hal ini terjadi karena pemberian

konsentrasi hormon yang sesuai, dimana tidak terlalu tinggi dan

tidak terlalu rendah. Serta meningkatkan jumlah akar dan panjang

akar, sehingga bertambahnya tinggi dan ada banyak daun yang

terbentuk. Hal itu menyebabkan meningkatnya bobot basah dan

bobot kering tanaman. Hasil ini didukung oleh Gardner, et all (1991:

71), yang melaporkan berat kering tanaman penimbunan hasil

asimilasi CO2 sepanjang masa.

4. Pengaruh Pemberian Hormon IBA dan Komposisi Media tanam

Terhadap Kandungan Klorofil Stek Tanaman Nyamplung

Pada penelitian ini, perlakuan komposisi media tanam

cenderung meningkatkan rerata kandungan klorofil dibandingkan

dengan kontrol. Perbedaan kandungan klorofil disebakan adanya

perbedaan kemampuan dalam penyerapan air dan unsur hara (N, Mg,

Fe). Media tanah dan pupuk kandang (M1) serta pasir dan pupuk kadang

(M2) memliki kemampuan penyerapan air dan unsur hara dengan baik,

hal ini didukung oleh penambahan pupuk kandang dalam media.

Salisbury dan Ross (1995:297), menambahkan bahwa pada potensial air

yang sedikit, pembentukan klorofil akan terhambat. Dijelaskan pula

oleh Mul Mulyani Sutejo (1995:108) bahwa pupuk kandang

menimbulkan tersediannya unsur-unsur hara bagi tanaman juga

Page 116: KURNIA VERAWATI pdf

mengembangkan kehidupan mikroorganisme didalam tanah.

Pembentukan klrofil juga di pengaruhi beberapa faktor seperti:

gen, pembentukan klorofil seperti halnya dengan pembentukan pigmen-

pigmen lain pada hewan dan manusia yang dikontrol oleh suatu gen

tertentu di dalam kromosom. Apabila susunan materi genetik di dalam

gen tersebut tetap atau tidak berubah karena faktor luar maka,

pembentukan klorofil tidak akan terganggu. Cahaya, diperlukan dalam

reduksi protoklorofil untuk menjadi klorofil a dan sinar ini diserap

oleh protoklorofil untuk menjadi klorofil a. Pada penelitian ini, stek

tanaman Nyamplung cukup mendapatkan cahaya matahari sehingga

pembentukan klorofil tetap berjalan dengan baik. Oksigen (O2),

diperlukan dalam sintesis klorofil karena klorofil b terjadi dari

klorofil a yang telah teroksidasi sehingga gugus CH3 pada cincin II

dalam klorofil a berubah menjadi gugus –COH pada klorofil b.

Kekurangan air akan mengakibatkan disintegrasi klorofil. Selain itu

aerasi dan air berkaitan erat dengan aktivitas mikroorganisme tanah

yang berperan dalam penyediaan unsur hara yang ikut mendukung

biosintesis klorofil. Dalam penelitian ini, stek tanaman nyamplung

cukup mendapat O2 dan air yang digunakan untuk membentuk klorofil.

Temperatur, antara 300C-48

0C merupakan suatu kondisi yang baik

untuk pembentukan klorofil pada kebanyakan tanaman, akan tetapi

yang paling baik adalah pada suhu 260C-30

0C. Namun dalam penelitian

ini temperatur udara 310C, sehingga masih dalam kondisi yang baik

Page 117: KURNIA VERAWATI pdf

untuk membentuk klorofil. Seperti ditegaskan oleh Dwidjoseputro

(1983:18-19) pembentukan klorofil dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain gen, cahaya, oksigen, air dan temperatur.

5. Pengaruh Pemberian Hormon IBA dan Komposisi Media Tanam

terhadap Serapan N Stek Tanaman Nyamplung

Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat sering membatasi

hasil tumbuhan. Nitrogen sangat penting dalam kehidupan tumbuhan

karena merupakan komponen protein, asam nukleat dan beberapa bahan

penting lainnya. Sebagai penyusun protein, nitrogen sangat penting

keberadaannya dalam kehidupan tumbuhan. Nitrogen yang terbawa

oleh air hujan di serap tumbuhan berada dalam bentuk NH4+

(ammonium) dan NO3-(nitrat). Hal ini di tegaskan oleh Gardner, et all.

(1991:146) bahwa cara utama nitrogen masuk ke dalam tanah adalah

melalui kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang

bersimbiosis dengan tumbuhan, akibat loncatan listrik diudara, serta

terbawa oleh air hujan dalam bentuk nitrat.

Penyerapan hara oleh permukaan akar tanaman dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu tanah (media tanam), kandungan air tanah,

kerapatan dan distribusi akar. Serapan N menggambarkan kadar N yang

dapat diangkut oleh tanaman dari dalam tanah, sehingga dalam

penelitian ini dilakukan uji kadar serapan N jaringan tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan kadar serapan N dipengaruhi

secara nyata oleh perlakuan konsentrasi hormon dan tidak secara nyata

Page 118: KURNIA VERAWATI pdf

oleh komposisi media tanam. Namun meningkatnya serapan N terkait

dengan meningkatnya jumlah N tersedia dalam tanah dan suhu media.

Suhu media tinggi maka nitrogen akan berkurang. Hasil analisis N

jaringan diketahui tanaman yang dapat menyerap secara optimal pada

media (M1) dengan kadar N tersedia yang cukup. Sedangkan kadar

serapan N jaringan pada tanaman yang lain hampir sama. Kadar serapan

N paling rendah terjadi pada media dan konsentraasi hormon (M3H1)

yaitu 1,183 % dan yang paling optimal pada (M1H2) yaitu 1,747 %.

Kadar serapan N termasuk rendah karena menurut Rosmarkam, A dan

Nasih. W, (2002: 51) kandungan serapan N tanaman rata-rata 2-6%.

Kekurangan nitrogen dapat terlihat dimulai dari daunnya, warna yang

hijau agak kekuning-kuningan selanjutnya berubah menjadi kuning

lengkap. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabakan daun

selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Menurut

Mul Mulyani Sutejo (1995:70-71) bahwa kandungan unsur N yang

rendah menimbulkan daun penuh dengan serat, karena menebalnya

membran sel daun, sedangkan selnya berukuran kecil.

Penyerapan hara yang maksimal terjadi karena lingkungan atau

media mendukung dan menyediakan hara tersebut. Penggunaan

berbagai komposisi media tanam menyebabkan pH media bervariasi.

pH media dari berbagai komposisi media tanam berkisar antara 6-6,7.

Keadaan ini hampir mendekati netral sehingga nitrogen menjadi lebih

tersedia dan lebih mudah diserap akar, karena pada pH ini unsur hara

Page 119: KURNIA VERAWATI pdf

lebih mudah larut dalam air. Penurunan serapan N oleh tumbuhan

disebabkan karena lingkungan panas dapat mengakibatkan kehilangan

nitrogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Otto Soemarwoto (1992:

225) bahwa kehilangan nitrogen dipengaruhi oleh berbagai faktor antara

lain pH tanah yang rendah, kondisi kering dan panas, serta angin yang

kuat. Hal ini ditegaskan pula oleh Mul Mulyani Sutejo (1995: 43).

Nitrogen yang berasal dari bahan organik tertentu dengan proses

aminisasi (peristiwa senyawa organik diubah menjadi amina dengan

bantuan mikrobia) – amonifikasi – nitrifikasi. Proses nitrifikasi (proses

perubahan amonium menjadi nitrat (NO3-) yang dilakukan oleh bakteri

oksidas enzimatis) dan amonifiksasi (proses perubahan amina menjadi

amonium) akan terhambat pada tanah yang memilki pH rendah. Hal ini

disebabkan karena proses tersebut membutuhkan pH yang mendekati

netral (6,5-7,5).

Tanah masam mengakibatkan terhambatnya proses nitrifikasi

dan amonifikasi, sehingga kandungan nitrogen tersedia dalam tanah

rendah dan diikuti serapan N jaringan juga rendah. Proses yang

dipengaruhi oleh kondisi tersebut adalah proses nitrifikasi, karena

bakteri Nitrobacter dan Nitrosomonas yang dibutuhkan dalam proses

tersebut jumlahnya turun dan kerjanya kurang efektif. Hal tersebut di

tegaskan oleh Henry Foth. D. (1994: 88) bahwa mikroorganisme

perombak bahan organik menjadi nitrogen hidup dalam tanah dengan

pH antara 6-8.

Page 120: KURNIA VERAWATI pdf

Kadar serapan N yang tinggi membuat tanaman tumbuh

dengan baik karena unsur N membantu pertumbuhan vegetatif tanaman.

Seperti dikatakan Gardener et all (1991: 432), bahwa N berperan dalam

pertumbuhan vegetatif tanaman karena salah satu fungsi N adalah

sebagai pembentuk klorofil daun yang berfungsi dalam proses

fotosintesis. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Praptiningsih (2009:

89) bahwa peningkatan kandungan N daun diikuti dengan

meningkatnya kandungan klorofil.

Page 121: KURNIA VERAWATI pdf

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Konsentrasi hormon IBA yang efektif sampai 20 MST dalam memacu

pertumbuhan stek batang nyamplung adalah 2000 ppm

2. Komposisi media tanam yang efektif sampai 20 MST dalam pertumbuhan

stek batang tanaman nyamplung adalah campuran tanah dan pupuk

kandang (M1) dengan perbandingan 1:1

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka bagi peneliti lain yang ingin

mengembangkan penelitian ini disarankan untuk mencoba variasi hormon

penumbuh akar yang lain, variasi konsentrasi hormon yang digunakan,

menggunakan komposisi media tanam dengan variasi jenis pupuk yang

digunakan.

Page 122: KURNIA VERAWATI pdf

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1982 Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh.

Angkasa. Bandung.

Ance Gunarsih Kartasapoetra. 1993. Klimatologi (Pengaruh Iklim Terhadap

Tanah dan Tanaman). Jakarta: Bumi Aksara.

Anonim. 1991. Kesuburan Tanah. Jakarta: Penerbit Direktorat Pendidikan Tinggi.

_______. (2005). Dalam www.kebonkembang.com/panduan-dan-tip-rubrik-

35/145-ragam-media-tanam.html, diakses pada tanggal 24 Juli 2010, jam

15.00 WIB.

Bambang G, Sitompul M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta :

UGM

Campbell, dkk. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Curtis, O. F and Clark, D. G. 1950. An Introduction to Plant Physiology. London:

Mc Graw Hill Book Company Inc.

Diana Nababan. 2009. Penggunaan Hormon IBA Terhadap Stek Ekaliptus Klon

IND 48. Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Djukri dan Purwoko, B. S. (2003). Pengaruh Naungan Paranet terhadap Sifat

Toleransi Tanaman Talas (Colocasoa esculenta (L.) Sgcott.). Dalam

http://desktop.tp.ac.id. Diakses 6 November 2010 jam 17.02 WIB.

Dwidjoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka.

Endang Saptiningsih. 2007. “Peningkatan Produktivitas Tanah Pasir untuk

Pertumbuhan Tanaman Kedelai dengan Inokulasi Mikorhiza dan

Rhizobium”. Semarang: UNDIP. Jurnal. Vol. 9, No. 2, Desember 2007(

Hal. 58 – 61).

Foth D. Henry . 1994. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Alih Bahasa

Soenartono Adisoemarto. Jakarta: Erlangga.

Gadner .F. P, B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991 Fisiologi Tanaman

Budidaya (Herawati Susilo Terjemahan). Jakarta: UII Press.

Page 123: KURNIA VERAWATI pdf

Hasan Basri Jumin. 1992. Ekologi Tanaman (Suatu Pendekatan Fisiologis).

Jakarta: Rajawali Press.

Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant

propagation principles and practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood

Cliffs, N.J. Dalam Sasanti Widiarsih, dkk. (2008). “Perbanyakan Tanaman

Secara Vegetatif Buatan”. Halm. 1-14.

I Gede Tirta. 2006. Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang

terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium

macrophyllum A. Rich.). Bali: UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun

Raya “Eka Karya” Bali, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Jurnal. Volume 7, Nomor 1 Januari 2006 Halaman: 81-84.

Ika Susanti Hendriyani, dan Nintya Setiari. 2009. “Kandungan Klorofil dan

Pertumbuhan Kacang Panjang (vigna Sinensis) pada Tingkat Penyediaan

Air yang Berbeda”. Jurnal Sains & Mat. (Vol. 17 No. 3, Juli 2009 ) Hlm.

145-150.

Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) terhadap Persen jadi

Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Ambon. Dalam

www.irwantoshut.com.Diakses tanggal 24 Februari 2010, jam15.00 WIB.

____. 2003. “Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) terhadap

Keberhasilan Stek Gofasa(Vitex cofassus Reinw)”. Ambon. Dalam

www.irwantoshut.com. Diakses tanggal 24 Februari 2010, jam 15.00 WIB.

Kurniawan Budiarto dan Yoyo Sulto. 2005. Proses Produksi “Panduan Budidaya

Krisan”. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat

Penelitian dan Pengembangan Holtikultura Balai Penelitian Tanaman Hias.

Lakitan, B. 1995. Hortikultura. Teori Budidaya & PascaPanen. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Mahfudz. 2005. ”Potensi dan Peluang Nyamplung sebagai Bahan Baku Biodisel

di Indonesia”. Dalam fudz1.multiply.com/journa. Diakses tanggal 24

Februari 2010, jam 15.00 WIB.

______. 2009. Pengaruh Ketuaan dan Posisi Cabang Pada Tajuk Pohon Induk

Terhadap Keberhasilan Okulasi Dan Produksi Stek Pucuk Jati (Tectona

grandis L.f). Yogyakarta: Badan Litbang Kehutanan (B2BPTH).

Mul Mulyani. S, & A.G Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:

Rineka Cipta.

Mul Mulyani Sutejo. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 124: KURNIA VERAWATI pdf

Nugroho H. Prastowo,dkk. 2006. “Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif

Tanaman Buah”. Bogor: World Agroforestry Centre

(ICRAF)&WinrockInternational.Dalamhttp://www.worldagroforestry.org/

units/Library/books/pdfs/Prastowo%202006.pdf)Diaksestanggal 5 april

2010, jam 15.30 WIB.

Nurul Sumiasri dan Ninik Setyowati-indarto. (2001). “Tanggap Stek Cabang

Bambu Betung (Dendrocalamus asper) Pada Penggunaan Berbagai Dosis

Hormon IAA dan IBA”. Jurnal Natur Indonesia III (2).Hlm 121 – 128 .

Nyakpa, Y.M., A.A. Lubis., M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, B.H. Go,

dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Otto Soemarwoto. 1992. Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan. Jakarta :

Gramedia.

Praptiningsih. 2009. Serapan N, Kandungan Klorofil dan Laju Fotosintesis

Polytrias sp Menurut Faktor Jarak Tempat Tumbuh dari Pusat Letupan

Lumpur Garam Bledug Kuwu Grobogan. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan

Biologi FMIPA UNY.

Ridwan Al-Huda. 2006. Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Organik pada

Pertumbuhan Bibit jambu Mete (Anacardium occidentale L) Dalam

Polybag. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Pertanian UST. (Tidak

dipublikasikan).

Rismunandar, 1988. Hormon Tanaman dan Ternak. PS Penebar Swadaya.

Jakarta.

Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Bhratara Karya

Aksara.

Rosmarkam, A dan Nasih. W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:

Kanisius.

Sebanek, J. & T. Jesko. 1989. Hormonal control of growth and development of the

root and the shoot in Kolek, J. & V. Kozinka. 1989. Physiology of the

plant root system. Kluwer Academic Publisher. The Netherlands: 27-30.

Sri Rama Diana. 2007. Respon Pertumbuhan Setek Lidah Mertua (Sansevieria

trifasciata var. Lorentii) pada Pemberian Berbagai Konsentrasi IBA dan

Asal Bahan Tanam. Jurusan Budidaya

PertanianUNILA:Lampung.Dalamwww.lemlit.unila.ac.id/file/arsip%2020

09/PROSIDING%20dies%20ke43%20UNILA%202008/ARTIKEL%20Pdf/

SRI%20RAMA%20DIANA%20224-229.pdf. Diakses tanggal 16 juni 2010,

pukul 11.00.

Page 125: KURNIA VERAWATI pdf

Sri Setyati Harjadi. 2009. Zat Pengatur Tumbuh (Pengenalan dan Petunjuk pada

Tanaman). Jakarta: Penebar Swadaya.

Sugeng Pudjiono. 1996. Dasar-dasar Umum Pembuatan Setek Pohon Hutan.

Yogyakarta: Badan Litbang Kehutanan (B2BPTH).

Suyetno. 2008. Pengaruh Jenis Hormon Penumbuh Akar Terhadap akeberhasilan

apembibitan aakrisan (Chrysanthemum morifolium R) dengan Stek yang

di Tanam Pada Media Arang Sekam. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Biologi

FMIPA UNY.

Sofwan Bustomi., T. Rostiwati, R. Sudradjat, B. Leksono, A.S. Kosasih, I.

Anggraeni, D. Syamsuwida, Y. Lisnawati, Y. Mile, D. Djaenudin,

Mahfudz, E.Rahman. 2008. Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)

Sumber Energi Biofuel yang Potensial. Jakarta: Pusat Informasi

Kehutanan.

Telly Kurniasari. 2003. Mempersiapkan Bibit di Persemaian. Bogor: Wetlands

International.

Titiek Islami dan Wani Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman.

Semarang: IKIP Semarang Press.

Tisdale, S.L., E.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizer.

Fourth edition. New York: Mc Millan Pub. Co.

Yetty Heryati. 2007. Nyamplung. Bogor: Departemen Kehutanan Badan Litbang

Kehutanan.

Page 126: KURNIA VERAWATI pdf
Page 127: KURNIA VERAWATI pdf

Gambar 1. Pengukuran Tinggi Stek Gambar 2. Pengukuran Panjang Akar (cm)

Gambar 5. Hasil Stek pada Media M2 Gambar 6. Hasil Stek pada Media M3

Gambar 4. Hasil Stek pada Media M1 Gambar 3. Hasil Stek pada Media M0

LAMPIRAN 1

Dokumentasi Penelitian

1000

ppm

2000

ppm

3000

ppm

4000

ppm

1000

ppm

2000

ppm

0

pp

m

3000

ppm

4000

ppm

1000

ppm

2000

ppm

0

pp

m

3000

ppm

4000

ppm

1000

ppm

2000

ppm

0

pp

m

3000

ppm

4000

ppm

1000

ppm

2000

ppm

0

pp

m

3000

ppm

4000

ppm

Page 128: KURNIA VERAWATI pdf

Gambar 9. Persiapan Lahan

Gambar 7. Larutan Konsentrasi Hormon IBA

Gambar 8. Hasil Ekstrak Klorofil Daun

Gambar 10. Pembuatan Media Tanam

Gambar 11. Media Siap Tanam Gambar 12. Media Tanam dengan Sungkup

0 p

pm

1000

ppm

3000

ppm

3000

ppm

4000

ppm

2000

ppm

1000

ppm

0 p

pm

Page 129: KURNIA VERAWATI pdf

Gambar 13. Pembuatan Hormon IBA

............ Gambar 14. Penggerusan Daun

Nyamplung

Gambar 18. Stek Batang Nyamplung

Gambar 19. Perendaman dalam

Hormon IBA Gambar 20. Penanaman Stek

Nyamplung

Gambar 17. Pemotongan Batang Nyamplung

Page 130: KURNIA VERAWATI pdf

Gambar 24. Timbangan Digital untuk

Menimbang Bahan Kimia

Gambar 23. Timbangan Digital untuk

Menimbang Bobot Tanaman

Gambar 22. Termometer, Hygrometer,

dan Lux meter Gambar 21. Alat-alat untuk Membuat

Hormon IBA

Gambar 20. Spektrofotometer Gambar 19. Alat-alat untuk Mengukur

Kandungan Klorofil

Page 131: KURNIA VERAWATI pdf

LAMPIRAN 2. DATA PENGUKURAN

Data Pengukuran Tinggi Stek Batang Nyamplung

Minggu ke -2 Tanggal : 29 Mei 2010

No Perlakuan Tinggi (cm)

1 M0 H0 1,3 1,2 1,4 1,0 1,0 1,4 1,3 1,2 1,2 1,0

M0 H1 1,2 1,5 1,2 1,2 1,7 1,5 1,6 1,5 1,6 1,5

M0 H2 2,3 2,0 2,0 1,5 2,3 2,2 1,5 1,8 2,2 2,0

M0 H3 1,2 1,5 1,8 1,7 1,8 2,0 1,7 1,2 1,5 1,5

M0 H4 1,2 1,0 1,0 1,2 1,5 1,2 1,2 1,4 1,3 1,0

2 M1 H0 1,1 1,2 1,3 1,0 1,2 1,0 1,0 1,7 1,2 1,4

M1 H1 1,5 1,3 1,2 1,5 1,6 1,5 1,7 2,0 1,8 1,9

M1 H2 2,0 2,8 1,8 2,7 1,5 2,3 1,8 1,6 2,1 1,2

M1 H3 2,3 1,0 2,4 1,8 2,0 1,5 1,2 1,9 1,5 1,7

M1 H4 1,5 2,3 1,5 1,7 1,2 1,8 2,1 1,5 1,2 2,0

3 M2 H0 1,3 1,1 1,2 1,0 1,5 1,2 1,0 1,0 1,5 1,3

M2 H1 1,6 1,5 1,3 1,2 1,3 1,4 1,2 1,3 1,5 1,0

M2 H2 2,0 2,2 1,5 2,6 2,0 2,3 2,1 1,5 1,9 1,8

M2 H3 1,9 2,0 1,2 1,5 1,8 2,2 1,5 1,7 1,8 2,0

M2 H4 1,5 1,8 1,4 1,4 1,6 1,4 1,6 1,5 1,5 1,4

4 M3 H0 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0 1,2 1,4 1,3 1,2 1,0

M3 H1 1,2 1,6 1,4 1,5 1,2 1,3 1,5 1,6 1,7 1,5

M3 H2 2,2 2,4 2,2 2,0 2,2 2,0 2,4 2,5 1,6 2,0

M3 H3 2,2 2,2 2,0 1,8 2,4 1,8 1,9 2,0 1,5 1,8

M3 H4 1,2 1,0 1,2 1,0 1,5 1,3 1,4 1,2 1,0 1,2

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 132: KURNIA VERAWATI pdf

Minggu ke -4 Tanggal : 12 Juni 2010

No Perlakuan Tinggi (cm)

1 M0 H0 2,6 2,4 2,8 2,1 - 2,8 2,5 2,4 2,4 2,0

M0 H1 2,4 2,9 2,4 2,4 3,3 3,0 3,2 3,0 3,2 3,0

M0 H2 4,7 4,0 4,0 3,0 4,6 4,5 3,0 3,7 4,4 3,8

M0 H3 2,4 3,0 3,7 3,5 3,6 3,8 3,3 2,4 3,0 3,0

M0 H4 2,5 2,2 - 2,4 3,0 2,4 2,4 2,9 2,6 2,0

2 M1 H0 2,3 2,4 2,7 2,0 2,4 2,2 - 3,3 2,4 2,8

M1 H1 3,0 2,7 2,4 3,1 3,3 3,0 3,4 4,0 3,6 3,8

M1 H2 4,0 5,6 3,8 5,4 3,0 4,5 3,5 3,1 4,3 2,4

M1 H3 4,6 - 4,7 3,7 4,0 3,0 2,4 3,8 3,0 3,4

M1 H4 3,0 4,7 3,0 3,3 2,4 3,5 4,2 3,0 2,4 4,0

3 M2 H0 2,7 2,3 2,4 - 2,9 2,4 2,0 2,0 3,0 2,6

M2 H1 3,3 3,0 2,7 2,4 2,7 2,8 2,4 2,7 3,1 -

M2 H2 4,0 4,5 3,0 5,2 4,0 4,5 4,3 3,0 4,0 3,7

M2 H3 3,8 4,0 2,4 3,0 3,6 4,3 3,0 3,4 3,6 4,0

M2 H4 3,0 3,6 2,8 2,9 3,2 2,8 3,3 2,9 3,0 2,7

4 M3 H0 2,5 2,4 2,3 2,0 2,0 2,4 2,8 2,7 2,4 2,0

M3 H1 3,5 3,2 2,9 3,0 2,6 2,8 2,5 3,3 3,4 3,0

M3 H2 4,3 4,8 4,4 3,9 4,3 4,0 4,8 5,0 3,2 4,0

M3 H3 4,5 4,4 4,1 3,6 4,7 3,6 3,8 4,0 3,0 3,7

M3 H4 2,5 - 2,4 2,2 2,9 2,6 2,8 2,4 2,3 2,5

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 133: KURNIA VERAWATI pdf

Minggu ke -6 Tanggal : 26 Juni 2010

No Perlakuan Tinggi (cm)

1 M0 H0 4,0 3,6 4,2 3,2 - 4,2 3,8 3,6 3,6 3,0

M0 H1 3,6 4,4 3,6 3,6 5,0 4,5 4,8 4,5 4,7 4,5

M0 H2 7,0 6,0 6,0 4,5 6,9 6,8 4,5 5,5 6,6 5,8

M0 H3 3,6 4,5 5,6 5,2 5,4 5,8 4,9 3,6 4,6 4,5

M0 H4 3,8 3,4 - 3,6 4,5 3,6 3,6 4,4 3,9 3,0

2 M1 H0 3,4 3,6 4,1 3,0 3,6 3,2 - 5,0 3,6 4,3

M1 H1 4,5 4,0 3,6 4,7 4,9 4,5 5,0 6,0 5,5 5,7

M1 H2 6,0 8,5 5,6 8,2 4,5 6,8 5,2 4,7 6,4 3,6

M1 H3 7,0 - 7,0 5,6 6,2 4,5 3,6 5,7 4,5 5,2

M1 H4 4,6 7,0 4,5 4,9 3,6 5,3 6,4 4,5 - 6,2

3 M2 H0 4,0 3,5 - 3,0 4,4 3,6 3,0 3,0 4,5 3,9

M2 H1 4,9 4,5 4,0 3,6 4,2 4,3 3,6 3,8 4,6 -

M2 H2 6,0 6,7 4,5 7,8 6,0 6,8 6,5 4,5 6,0 5,6

M2 H3 5,8 6,2 3,6 4,5 6,0 6,5 4,5 5,2 5,3 6,0

M2 H4 4,5 5,5 4,2 4,4 4,8 4,2 5,0 4,4 4,5 4,0

4 M3 H0 3,7 3,6 3,5 - 3,0 3,6 4,2 4,0 3,6 3,0

M3 H1 5,0 4,8 4,4 4,6 4,8 4,2 4,6 5,0 5,2 4,5

M3 H2 6,5 7,3 6,6 5,8 6,5 6,0 7,2 7,6 4,8 6,0

M3 H3 6,7 6,6 6,2 5,4 7,0 5,4 5,8 6,0 - 5,6

M3 H4 3,7 - 3,6 3,2 4,4 4,0 4,2 3,6 3,5 3,8

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 134: KURNIA VERAWATI pdf

Minggu ke -8 Tanggal : 10 Juli 2010

No Perlakuan Tinggi (cm)

1 M0 H0 5,4 4,8 5,6 4,2 - 5,6 5,0 4,8 4,8 4,0

M0 H1 4,8 5,8 4,8 5,0 6,6 6,0 6,5 6,0 6,2 -

M0 H2 9,4 8,0 8,1 6,0 9,3 9,0 6,0 7,3 8,8 7,7

M0 H3 4,8 6,0 7,5 7,0 - 7,7 6,6 4,8 6,2 6,0

M0 H4 5,0 4,6 - 4,8 6,0 4,8 4,8 5,8 5,3 4,0

2 M1 H0 4,6 4,8 5,5 4,0 4,8 4,3 - 6,6 4,8 5,7

M1 H1 6,0 5,3 4,8 6,2 6,6 6,0 6,7 8,0 7,3 7,8

M1 H2 8,0 11,3 7,5 11,0 6,0 9,0 7,0 6,2 8,5 4,8

M1 H3 9,3 - 9,4 7,4 8,2 6,0 4,8 7,7 6,0 6,8

M1 H4 6,2 9,4 6,0 6,6 4,8 7,0 8,5 6,0 - 8,2

3 M2 H0 5,3 4,6 - 4,0 5,8 4,8 - 4,0 6,0 5,3

M2 H1 6,6 6,0 5,4 4,8 5,5 5,7 4,8 5,1 6,2 -

M2 H2 8,0 8,9 6,0 10,5 8,0 9,0 8,6 6,0 7,9 7,4

M2 H3 7,8 8,2 4,8 6,0 7,3 8,6 6,0 7,0 7,2 8,0

M2 H4 6,0 7,3 5,6 5,8 6,4 5,6 6,5 5,9 6,0 5,5

4 M3 H0 4,9 4,8 4,6 - 4,0 4,8 5,6 5,4 4,8 4,0

M3 H1 6,6 6,5 5,8 6,1 5,8 5,5 - 6,6 7,0 6,0

M3 H2 8,7 9,7 8,8 7,8 8,6 8,0 9,6 10,0 6,4 7,9

M3 H3 9,0 8,9 8,2 7,2 9,4 7,2 7,8 8,0 - 7,4

M3 H4 4,9 - 4,8 4,3 5,8 5,3 5,6 4,8 4,6 5,0

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 135: KURNIA VERAWATI pdf

Minggu ke -10 Tanggal : 24 Juli 2010

No Perlakuan Tinggi (cm)

1 M0 H0 6,7 6,0 7,0 5,3 - 7,0 6,3 6,0 6,0 5,0

M0 H1 6,0 7,3 6,0 6,2 8,3 - 8,1 7,5 7,9 -

M0 H2 11,8 10,0 10,2 7,5 11,6 11,3 7,5 9,2 11,0 9,7

M0 H3 - 7,5 9,4 8,7 - 9,7 8,3 6,0 7,7 7,5

M0 H4 6,4 5,7 - 6,0 7,6 6,0 6,0 7,3 6,6 5,0

2 M1 H0 5,7 6,0 6,8 5,0 6,0 5,4 - 8,3 6,0 7,1

M1 H1 7,5 6,7 6,0 7,8 8,2 7,5 8,4 10,0 9,2 9,6

M1 H2 10,0 14,0 9,4 13,6 7,5 11,3 8,7 7,8 10,7 6,0

M1 H3 11,6 - 11,8 9,3 10,2 7,5 6,0 9,6 7,5 8,6

M1 H4 7,7 - 7,5 8,3 6,0 8,8 10,6 7,5 - 10,2

3 M2 H0 6,6 5,8 - 5,0 7,3 6,0 - 5,0 7,5 6,6

M2 H1 8,2 7,5 6,7 6,0 6,8 7,1 6,0 6,4 7,8 -

M2 H2 10,0 11,2 7,5 13,0 10,0 11,3 10,8 7,5 10,0 9,3

M2 H3 9,6 10,2 6,0 7,5 9,2 10,8 7,5 8,7 8,9 10,0

M2 H4 7,5 9,1 7,0 7,3 8,0 - 8,2 7,4 7,5 6,8

4 M3 H0 6,2 6,0 5,8 - 5,1 6,0 7,0 6,8 6,0 5,0

M3 H1 - 8,1 7,3 7,7 8,2 6,9 - 8,3 8,6 7,5

M3 H2 10,8 12,2 11,0 9,8 10,8 10,0 12,0 12,6 8,0 9,9

M3 H3 11,2 11,1 10,3 9,0 11,7 9,0 9,7 10,0 - 9,3

M3 H4 6,2 - 6,0 5,4 7,3 6,6 7,0 6,0 5,8 6,4

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 136: KURNIA VERAWATI pdf

Minggu ke -12 Tanggal : 7 Agustus 2010

No Perlakuan Tinggi (cm)

1 M0 H0 8,0 - 8,4 6,3 - 8,5 7,6 - 7,2 6,0

M0 H1 7,2 8,8 7,2 7,3 10,0 - 9,7 9,0 9,5 -

M0 H2 14,0 12,0 12,2 9,0 14,0 13,5 9,0 11,0 13,2 11,6

M0 H3 - 9,0 11,2 10,4 - 11,6 9,9 7,2 9,2 9,0

M0 H4 7,6 6,8 - 7,2 9,0 7,2 7,2 8,8 7,9 -

2 M1 H0 6,8 - 8,2 6,0 7,2 6,5 - 10,0 7,2 8,5

M1 H1 - 8,0 7,2 9,3 9,8 9,0 10,0 12,0 11,0 11,5

M1 H2 12,0 17,0 11,3 16,3 9,0 13,6 10,5 9,4 12,8 -

M1 H3 14,0 - 14,1 11,2 12,2 9,0 7,2 11,5 9,0 10,3

M1 H4 9,2 14,0 9,0 9,9 7,2 10,5 12,7 9,0 - 12,2

3 M2 H0 7,8 6,9 - 6,0 8,8 7,2 - - 9,0 8,0

M2 H1 9,8 9,0 8,0 7,2 8,2 8,5 7,2 7,7 9,3 -

M2 H2 - 13,4 9,0 15,7 12,0 13,6 12,9 9,0 11,8 11,1

M2 H3 11,5 12,2 7,2 9,0 11,0 - 9,0 10,4 10,7 -

M2 H4 9,0 10,9 8,4 8,7 9,6 - 9,8 8,9 9,0 8,2

4 M3 H0 7,4 7,2 6,9 - 6,2 7,2 8,4 8,1 - 6,0

M3 H1 - 9,7 8,7 9,2 7,2 8,3 - 9,9 10,3 9,0

M3 H2 13,0 14,6 13,2 11,7 12,9 - 14,4 15,2 9,6 11,8

M3 H3 13,4 13,3 12,4 10,8 14,2 10,8 11,6 12,0 - 11,1

M3 H4 7,4 - 7,2 6,5 8,7 7,9 8,4 7,2 6,9 7,5

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 137: KURNIA VERAWATI pdf

Minggu ke -14 Tanggal : 21 Agustus 2010

No Perlakuan Tinggi (cm)

1 M0 H0 9,4 - 9,8 7,4 - 9,8 8,8 - 8,4 -

M0 H1 8,4 10,2 - 8,5 11,6 - 11,3 10,5 11,0 -

M0 H2 16,5 14,0 14,2 10,5 16,2 15,8 - 12,8 15,4 13,5

M0 H3 - 10,5 13,2 12,2 - 13,5 11,6 - 10,7 10,5

M0 H4 8,8 8,0 - 8,4 10,6 8,4 8,4 10,2 9,2 -

2 M1 H0 7,9 - 9,6 - 8,4 7,6 - 11,6 8,4 10,0

M1 H1 - 9,3 8,4 10,8 11,5 10,5 11,8 - 12,8 13,4

M1 H2 14,0 19,7 13,2 19,0 10,5 15,8 12,3 10,9 15,0 -

M1 H3 16,3 - 16,5 13,0 14,3 - 8,4 13,4 10,5 12,0

M1 H4 10,8 16,4 - 11,6 8,4 12,3 14,8 10,5 - 14,3

3 M2 H0 9,3 8,0 - 7,0 10,2 8,4 - - 10,5 9,2

M2 H1 11,5 10,5 9,8 - 9,6 10,0 8,4 8,9 10,8 -

M2 H2 - 15,6 10,5 18,4 14,0 15,8 15,0 - 13,8 12,9

M2 H3 13,4 14,3 - 10,5 12,8 - 10,5 - 12,5 14,0

M2 H4 - 12,7 9,8 10,2 11,2 - 11,4 10,5 10,5 9,6

4 M3 H0 8,6 8,4 8,0 - 7,1 8,4 9,8 9,5 - -

M3 H1 - 11,3 10,2 10,7 8,4 9,7 - 11,5 12,0 10,5

M3 H2 15,2 17,0 15,4 13,6 15,0 - 16,8 17,6 11,2 13,8

M3 H3 15,7 15,5 14,5 - 16,5 12,6 13,6 - - 12,9

M3 H4 8,6 - 8,4 7,6 10,2 9,2 9,8 - 8,0 8,8

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 138: KURNIA VERAWATI pdf

Minggu ke -16 Tanggal : 4 September 2010

No Perlakuan Tinggi (cm)

1 M0 H0 10,7 - - 8,4 - 11,3 10,0 - 9,6 -

M0 H1 - 11,7 - 9,8 13,2 - 12,9 - 12,6 -

M0 H2 18,8 - 16,2 - 18,6 18,0 - 14,6 17,6 15,4

M0 H3 - - 14,9 14,0 - 15,4 13,2 - 12,2 -

M0 H4 10,2 9,2 - 9,6 12,0 - - 11,7 10,6 -

2 M1 H0 9,0 - 11,0 - 9,6 8,6 - 13,3 - 11,4

M1 H1 - 10,6 9,6 12,4 13,2 - 13,4 - 14,6 15,5

M1 H2 - 22,6 15,0 21,8 - 18,0 14,0 12,5 17,2 -

M1 H3 18,6 - 18,8 14,8 16,3 - 9,6 15,4 - 13,8

M1 H4 12,2 18,7 - 13,2 - 14,0 16,9 - - 16,3

3 M2 H0 10,6 9,2 - 8,0 11,7 - - - - 10,6

M2 H1 13,2 - 10,7 - 11,0 11,4 - 10,2 12,4 -

M2 H2 - 17,8 - 20,9 16,0 18,0 17,2 - 15,8 14,8

M2 H3 15,4 16,3 - 12,0 14,6 - - - 14,2 -

M2 H4 - 14,6 - 11,6 - - 13,0 11,8 12,0 11,0

4 M3 H0 9,8 9,6 9,2 - 8,2 - - 10,8 - -

M3 H1 - 12,9 11,6 12,2 9,6 11,0 - 13,2 13,8 -

M3 H2 17,4 19,4 - 15,6 17,2 - 19,2 20,2 - 15,8

M3 H3 17,9 17,8 16,4 - 18,8 - 15,5 - - 14,8

M3 H4 9,8 - - 8,6 11,6 10,6 11,2 - 9,2 10,0

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 139: KURNIA VERAWATI pdf

Minggu ke -18 Tanggal : 18 September 2010

No Perlakuan Tinggi (cm)

1 M0 H0 12,0 - - 9,4 - 12,8 11,3 - - -

M0 H1 - 13,1 - 11,0 14,8 - 14,6 - 14,2 -

M0 H2 21,2 - 18,3 - 20,9 20,3 - 16,5 19,8 17,4

M0 H3 - - 16,8 15,7 - 17,4 14,8 - 13,7 -

M0 H4 11,4 10,3 - - 13,6 - - 13,2 11,9 -

2 M1 H0 10,3 10,8 12,3 - - 9,7 - 15,0 - 12,8

M1 H1 - 12,0 - 14,0 14,8 - 15,2 - 16,5 17,3

M1 H2 - 25,4 17,0 24,5 - 20,3 15,7 14,0 19,3 -

M1 H3 21,0 - 21,2 16,7 18,4 - - 17,3 - 15,5

M1 H4 13,9 21,0 - 14,8 - 15,7 19,0 - - 18,4

3 M2 H0 12,0 10,4 - - 13,2 - - - - 11,8

M2 H1 14,8 - 12,0 - 12,3 12,8 - 11,5 14,0 -

M2 H2 - 20,0 - 23,6 - 20,3 19,4 - 17,8 16,7

M2 H3 17,3 18,4 - - 16,5 19,4 - 15,7 16,0 -

M2 H4 - 16,5 - 13,0 - - 14,7 13,3 - 12,3

4 M3 H0 11,0 - 10,6 - 9,2 - - 12,2 - -

M3 H1 - 14,6 13,0 13,8 - 12,4 - 14,8 15,6 -

M3 H2 19,5 21,8 - 17,6 19,4 - 21,6 22,7 - 17,8

M3 H3 20,2 20,0 18,5 21,2 - 17,5 - - 16,7

M3 H4 11,0 - - 9,7 13,1 11,8 - - 10,4 11,3

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 140: KURNIA VERAWATI pdf

Minggu ke -20 Tanggal : 2 Oktober 2010

No Perlakuan Tinggi (cm)

1 M0 H0 13,4 - - 10,5 - 14,1 12,6 - - -

M0 H1 - 14,6 - 12,2 16,5 - 16,2 - 15,8 -

M0 H2 23,5 - 20,3 - 23,2 22,5 - 18,3 - 19,3

M0 H3 - - 18,7 17,4 - 19,3 16,5 - 15,3 -

M0 H4 12,7 11,4 - - 15,1 - - 14,6 13,2 -

2 M1 H0 11,4 - 13,7 - - 10,8 - 16,6 - 14,2

M1 H1 - 13,3 - 15,5 16,4 - 16,8 - 18,3 19,2

M1 H2 - 28,2 18,8 27,2 - 22,6 17,5 15,6 21,4 -

M1 H3 23,3 - 23,5 18,5 20,4 - - 19,2 - 17,2

M1 H4 15,4 23,4 - 16,5 - 17,5 21,2 - - 20,4

3 M2 H0 13,3 11,5 - - 14,6 - - - - 13,2

M2 H1 16,4 - 13,4 - 13,7 14,2 - 12,8 15,5 -

M2 H2 - 22,3 - 26,2 - 22,6 21,5 - 19,8 18,5

M2 H3 19,2 20,4 - - 18,3 21,6 - 17,4 17,8 -

M2 H4 - 18,2 - 14,5 - - 16,3 14,8 - 13,7

4 M3 H0 12,3 - 11,5 - 10,2 - - 13,5 - -

M3 H1 - 16,2 14,5 15,3 - 13,8 - 16,5 17,2 -

M3 H2 21,7 24,3 - 19,5 21,5 - 24,0 25,2 - 19,8

M3 H3 22,4 22,2 20,5 - 23,6 - 19,4 - - 18,5

M3 H4 12,3 - - 10,8 14,5 13,2 - - 11,5 12,5

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 141: KURNIA VERAWATI pdf

DATA PENGUKURAN TINGGI, PANJANG AKAR DAN JUMLAH

AKAR

No Perlakuan Parameter

Tinggi (cm) Panjang Akar (cm) Jumlah Akar

1 M0 H0 13,4 10,5 14,1 6,4 4,4 7,2 3 2 5

M0 H1 14,6 12,2 16,2 7,2 6,5 8,3 4 3 6

M0 H2 23,5 19,3 23,2 12,3 9,2 13,5 6 5 8

M0 H3 19,3 17,4 15,3 12,5 8,4 10,1 4 6 3

M0 H4 12,7 15,1 13,2 5,3 8,4 10,3 2 4 3

2 M1 H0 11,4 16,4 14,2 8,2 10,4 7,4 4 6 4

M1 H1 16,4 13,3 18,3 12,3 11,5 14,2 8 7 6

M1 H2 27,2 28,2 15,6 18,6 21,7 11,7 8 9 7

M1 H3 23,5 19,2 23,3 12,7 13,8 9,5 7 4 6

M1 H4 15 24 21 10,2 12,3 12,5 4 5 4

3 M2 H0 13,3 11,5 13,2 6,5 5,5 8,0 2 2 3

M2 H1 16,4 14,2 13,4 9,8 6,7 5,5 6 4 3

M2 H2 26,2 22,3 21,5 15,6 23,6 13,8 7 6 4

M2 H3 19,2 20,4 17,2 12,7 10,8 8,5 6 5 4

M2 H4 14,5 18,2 16,3 6,5 8,0 7,5 8 4 5

4 M3 H0 12,3 10,2 11,5 6,2 4,6 5,3 4 2 5

M3 H1 15,3 16,2 14,5 8,5 5,2 6,3 4 7 6

M3 H2 24,0 24,3 21,7 17,8 10,4 8,8 7 8 6

M3 H3 22,4 22,2 19,4 6,5 5,3 7,2 5 5 7

M3 H4 12,3 13,2 11,5 5,4 6,4 4,2 4 5 6

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 142: KURNIA VERAWATI pdf

DATA PENGUKURAN BOBOT BASAH DAN BOBOT KERING

Hari / tanggal :

No Perlakuan Parameter

Bobot Basah (gr) Bobot Kering (gr)

1

M0 H0 6,539 5,674 7,865 2,038 1,933 2,334

M0 H1 12,174 9,008 7,673 3,654 2,558 2,022

M0 H2 14,360 15,892 16,534 4,354 4,642 5,952

M0 H3 16,38 10,805 14,174 5,438 2,484 3,832

M0 H4 9,975 12,905 9,904 2,576 3,802 2,722

2 M1 H0 7,854 10,110 12,099 3,139 2,185 3,165

M1 H1 10,479 10,839 15,156 3,364 3,027 4,466

M1 H2 21,428 17,654 18,299 5,729 4,323 4,762

M1 H3 16,936 15,854 11,763 4,062 3,352 3,256

M1 H4 15,813 13,888 12,424 3,690 3,334 3,475

3 M2 H0 5,231 5,208 5,293 1,347 1,302 1,446

M2 H1 9,420 6,087 8,461 2,242 1,518 2,564

M2 H2 17,943 16,991 13,283 4,640 4,370 3,517

M2 H3 8,564 13,158 11,256 2,374 2,805 2,929

M2 H4 11,158 9,702 8,661 3,185 2,621 2,229

4

M3 H0 4,611 4,670 6,564 1,101 1,345 2,017

M3 H1 8,717 8,375 6,257 2,089 2,509 1,819

M3 H2 19,369 17,695 23,703 5,129 4,435 6,392

M3 H3 14,236 11,519 19,258 3,538 3,408 5,662

M3 H4 9,701 9,540 10,280 2,416 2,919 3,091

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 143: KURNIA VERAWATI pdf

DATA RATA-RATA PARAMETER UNTUK SETIAP PERLAKUAN

No Perlakuan

Parameter

%

Hidup Tinggi

Panjang

Akar

Jumlah

Akar

Bobot

Basah

Bobot

Kering

Klorofi

l Total

N

Jaringan

1 M0 H0 40,00 12,667 6,000 3,333 6,693 2,102 9,761 1,409

M0 H1 50,00 14,333 7,333 4,333 9,618 2,745 13,455 1,465

M0 H2 60,00 22,000 11,667 6,333 15,595 4,983 14,965 1,522

M0 H3 50,00 17,333 10,333 4,333 13,786 3,918 14,856 1,493

M0 H4 50,00 13,667 8,000 3,000 10,928 3,033 13,688 1,522

2 M1 H0 50,00 14,000 8,667 4,667 10,021 2,830 13,298 1,324

M1 H1 60,00 16,000 12,667 7,000 12,158 3,619 14,686 1,212

M1 H2 70,00 23,667 17,667 8,000 19,127 4,938 17,360 1,747

M1 H3 60,00 22,000 12,000 5,667 14,851 3,557 16,113 1,550

M1 H4 60,00 20,000 11,667 4,333 13,981 3,500 15,215 1,691

3 M2 H0 40,00 12,667 6,667 2,333 5,244 1,365 13,984 1,381

M2 H1 60,00 14,667 7,333 4,333 7,989 2,108 14,118 1,437

M2 H2 60,00 23,333 17,333 5,667 16,072 4,176 16,846 1,437

M2 H3 60,00 19,000 10,667 5,000 10,993 2,703 15,360 1,550

M2 H4 50,00 16,333 8,333 5,667 9,840 2,678 14,143 1,578

4 M3 H0 40,00 11,333 5,333 3,667 5,282 1,488 12,988 1,409

M3 H1 60,00 15,333 6,667 5,667 7,783 2,139 13,510 1,183

M3 H2 70,00 23,333 15,333 7,000 20,256 5,317 16,126 1,522

M3 H3 60,00 21,333 10,000 5,667 15,004 4,203 14,793 1,465

M3 H4 60,00 12,333 11,000 5,000 9,840 2,809 13,681 1,409

Keterangan :

M0 = tanah + pasir H0 = 0 ppm

M1 = tanah + pupuk kandang H1 = 1000 ppm

M2 = pasir + pupuk kandang H2 = 2000 ppm

M3 = tanah + pasir + pupuk kandang H3 = 3000 ppm

H4 = 4000 ppm

Page 144: KURNIA VERAWATI pdf

Lampiran 3. Hasil Analisis ANAVA Persentase Hidup Stek Tanaman

Nyamplung

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Persentase Hidup

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1365.000a 7 195.000 18.000 .000

Intercept 61605.000 1 61605.000 5686.615 .000

Media 295.000 3 98.333 9.077 .002

Hormon 1070.000 4 267.500 24.692 .000

Error 130.000 12 10.833

Total 63100.000 20

Corrected Total 1495.000 19

a. R Squared = ,913 (Adjusted R Squared = ,862)

a. Analisis varian konsentrasi hormon IBA terhadap persentase hidup

Homogeneous Subsets

Persentase Hidup

Hormon

IBA N

Subset

1 2 3

Duncana,,b

H0 4 42.50

H4 4 55.00

H1 4 57.50

H3 4 57.50

H2 4 65.00

Sig. 1.000 .327 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 10,833.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

b. Alpha = ,05.

Page 145: KURNIA VERAWATI pdf

b. Analisis varian komposisi media tanam terhadap persentase hidup

Homogeneous Subsets

Persentase Hidup

Media

Tanam N

Subset

1 2 3

Duncana,,b

M0 5 50.00

M2 5 54.00 54.00

M3 5 58.00 58.00

M1 5 60.00

Sig. .079 .079 .356

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 10,833.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

b. Alpha = ,05.

Page 146: KURNIA VERAWATI pdf

Lampiran 4. Hasil Analisis ANAVA Tinggi Stek Tanaman Nyamplung

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Tinggi Tanaman

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 916.067a 7 130.867 15.620 .000

Intercept 17888.267 1 17888.267 2135.095 .000

Media 80.667 3 26.889 3.209 .030

Hormon 835.400 4 208.850 24.928 .000

Error 435.667 52 8.378

Total 19240.000 60

Corrected Total 1351.733 59

a. R Squared = ,678 (Adjusted R Squared = ,634)

Estimated Marginal Means

1. Media Tanam

Dependent Variable:Tinggi Tanaman

Media

Tanam Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

M0 16.000 .747 14.500 17.500

M1 19.133 .747 17.634 20.633

M2 17.200 .747 15.700 18.700

M3 16.733 .747 15.234 18.233

2. Hormon IBA

Dependent Variable:Tinggi Tanaman

Hormon

IBA Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

H0 12.667 .836 10.990 14.343

H1 15.083 .836 13.407 16.760

H2 23.083 .836 21.407 24.760

H3 19.917 .836 18.240 21.593

H4 15.583 .836 13.907 17.260

Page 147: KURNIA VERAWATI pdf

a. Analisis DMRT konsentrasi hormon IBA terhadap tinggi stek tanaman

nyamplung

Tinggi Tanaman

Hormon

IBA N

Subset

1 2 3 4

Duncana,,b

H0 12 12.67

H1 12 15.08

H4 12 15.58

H3 12 19.92

H2 12 23.08

Sig. 1.000 .674 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 8,378.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000.

b. Alpha = ,05.

b. Analisis DMRT komposisi media tanam terhadap tinggi stek tanaman

nyamplung

Tinggi Tanaman

Media

Tanam N

Subset

1 2

Duncana,,b

M0 15 16.00

M3 15 16.73

M2 15 17.20 17.20

M1 15 19.13

Sig. .291 .073

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 8,378.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15,000.

b. Alpha = ,05.

Page 148: KURNIA VERAWATI pdf

Lampiran 5. Hasil Analisis ANAVA Panjang Akar Stek Tanaman

Nyamplung

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Panjang Akar

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 688.567a 7 98.367 11.312 .000

Intercept 5491.267 1 5491.267 631.506 .000

Media 224.333 3 74.778 8.600 .000

Hormon 464.233 4 116.058 13.347 .000

Error 452.167 52 8.696

Total 6632.000 60

Corrected Total 1140.733 59

a. R Squared = ,604 (Adjusted R Squared = ,550)

Estimated Marginal Means

1. Media Tanam

Dependent Variable:Panjang Akar

Media

Tanam Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

M0 8.667 .761 7.139 10.194

M1 12.467 .761 10.939 13.994

M2 9.933 .761 8.406 11.461

M3 7.200 .761 5.672 8.728

2. Hormon IBA

Dependent Variable:Panjang Akar

Hormon

IBA Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

H0 6.667 .851 4.959 8.375

H1 8.500 .851 6.792 10.208

H2 14.750 .851 13.042 16.458

H3 9.833 .851 8.125 11.541

H4 8.083 .851 6.375 9.791

Page 149: KURNIA VERAWATI pdf

a. Analisis DMRT konsentrasi hormon IBA terhadap panjang akar stek

tanaman nyamplung

Panjang Akar

Hormon

IBA N

Subset

1 2 3

Duncana,,b

H0 12 6.67

H4 12 8.08 8.08

H1 12 8.50 8.50

H3 12 9.83

H2 12 14.75

Sig. .157 .176 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 8,696.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000.

b. Alpha = ,05.

b. Analisis DMRT komposisi media tanam terhadap panjang akar stek

tanaman nyamplung

Panjang Akar

Media

Tanam N

Subset

1 2 3

Duncana,,b

M3 15 7.20

M0 15 8.67 8.67

M2 15 9.93

M1 15 12.47

Sig. .179 .245 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 8,696.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15,000.

b. Alpha = ,05.

Page 150: KURNIA VERAWATI pdf

Lampiran 6. Hasil Analisis Kruskall-Wallis Jumlah Akar Stek Tanaman

Nyamplung

a. Analisis Kruskal-Wallis jumlah akar terhadap konsentrasi hormon IBA

Descriptive Statistics

N Mean Std.

Deviation Minimum Maximum

Percentiles

25th

50th

(Median) 75th

Jumlah Akar 60 5.05 1.770 2 9 4.00 5.00 6.00

Hormon IBA 60 3.00 1.426 1 5 2.00 3.00 4.00

Ranks

Hormon

IBA N Mean Rank

Jumlah Akar H0 12 15.79

H1 12 33.25

H2 12 46.54

H3 12 32.08

H4 12 24.83

Total 60

Test Statisticsa,b

Jumlah Akar

Chi-Square 20.934

df 4

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Hormon IBA

Page 151: KURNIA VERAWATI pdf

b. Analisis Kruskal-Wallis jumlah akar terhadap komposisi media tanam

Descriptive Statistics

N Mean Std.

Deviation Minimum Maximum

Percentiles

25th

50th

(Median) 75th

Jumlah Akar 60 5.05 1.770 2 9 4.00 5.00 6.00

Media Tanam 60 2.50 1.127 1 4 1.25 2.50 3.75

Ranks

Media

Tanam N Mean Rank

Jumlah Akar M0 15 22.70

M1 15 38.50

M2 15 26.23

M3 15 34.57

Total 60

Test Statisticsa,b

Jumlah Akar

Chi-Square 8.095

df 3

Asymp. Sig. .044

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Media Tanam

Page 152: KURNIA VERAWATI pdf

Lampiran 7. Hasil Analisis ANAVA Bobot Basah Stek Tanaman

Nyamplung

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Bobot Basah

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 966.972a 7 138.139 29.109 .000

Intercept 8288.145 1 8288.145 1746.474 .000

Media 125.230 3 41.743 8.796 .000

Hormon 841.742 4 210.435 44.343 .000

Error 246.773 52 4.746

Total 9501.890 60

Corrected Total 1213.745 59

a. R Squared = ,797 (Adjusted R Squared = ,769)

Estimated Marginal Means

1. Media Tanam

Dependent Variable:Bobot Basah

Media

Tanam Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

M0 11.324 .562 10.195 12.453

M1 14.028 .562 12.899 15.156

M2 10.028 .562 8.899 11.156

M3 11.633 .562 10.504 12.762

2. Hormon IBA

Dependent Variable:Bobot Basah

Hormon

IBA Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

H0 6.810 .629 5.548 8.072

H1 9.387 .629 8.125 10.649

H2 17.763 .629 16.501 19.024

H3 13.659 .629 12.397 14.920

H4 11.147 .629 9.886 12.409

Page 153: KURNIA VERAWATI pdf

a. Analisis DMRT konsentrasi hormon IBA terhadap bobot basah stek

tanaman nyamplung

Bobot Basah

Hormon

IBA N

Subset

1 2 3 4

Duncana,,b

H0 12 6.80983

H1 12 9.38717

H4 12 11.14742

H3 12 13.65858

H2 12 17.76258

Sig. 1.000 .053 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 4,746.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000.

b. Alpha = ,05.

b. Analisis DMRT komposisi media terhadap tanam pada panjang akar

stek tanaman nyamplung

Bobot Basah

Media

Tanam N

Subset

1 2

Duncana,,b

M2 15 10.02773

M0 15 11.32413

M3 15 11.63300

M1 15 14.02760

Sig. .061 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 4,746.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15,000.

b. Alpha = ,05.

Page 154: KURNIA VERAWATI pdf

Lampiran 8. Hasil Analisis ANAVA Boobot Kering Stek Tanaman

Nyamplung

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Bobot Kering

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 66.827a 7 9.547 19.194 .000

Intercept 618.407 1 618.407 1243.311 .000

Media 9.235 3 3.078 6.189 .001

Hormon 57.593 4 14.398 28.948 .000

Error 25.864 52 .497

Total 711.098 60

Corrected Total 92.691 59

a. R Squared = ,721 (Adjusted R Squared = ,683)

Estimated Marginal Means

1. Media Tanam

Dependent Variable:Bobot Kering

Media

Tanam Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

M0 3.356 .182 2.991 3.721

M1 3.689 .182 3.323 4.054

M2 2.606 .182 2.241 2.971

M3 3.191 .182 2.826 3.556

2. Hormon IBA

Dependent Variable:Bobot Kering

Hormon

IBA Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

H0 1.946 .204 1.537 2.355

H1 2.653 .204 2.244 3.061

H2 4.853 .204 4.445 5.262

H3 3.595 .204 3.186 4.004

H4 3.005 .204 2.596 3.414

Page 155: KURNIA VERAWATI pdf

a. Analisis DMRT konsentrasi hormon IBA terhadap bobot kering stek

tanaman nyamplung

Bobot Kering

Hormon

IBA N

Subset

1 2 3 4

Duncana,,b

H0 12 1.94600

H1 12 2.65267

H4 12 3.00500

H3 12 3.59500

H2 12 4.85342

Sig. 1.000 .227 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,497.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000.

b. Alpha = ,05.

b. Analisis DMRT komposisi media tanam terhadap bobot kering stek

tanaman nyamplung

Bobot Kering

Media

Tanam N

Subset

1 2

Duncana,,b

M2 15 2.60593

M3 15 3.19107

M0 15 3.35607

M1 15 3.68860

Sig. 1.000 .073

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,497.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15,000.

b. Alpha = ,05.

Page 156: KURNIA VERAWATI pdf

Lampiran 9. Hasil Analisis ANAVA Kandungan Klorofil Stek Tanaman

Nyamplung

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Klorofil

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 133.401a 7 19.057 3.605 .003

Intercept 12523.440 1 12523.440 2369.071 .000

Media 33.744 3 11.248 2.128 .108

Hormon 99.657 4 24.914 4.713 .003

Error 274.884 52 5.286

Total 12931.724 60

Corrected Total 408.284 59

a. R Squared = ,327 (Adjusted R Squared = ,236)

Estimated Marginal Means

1. Media Tanam

Dependent Variable:Klorofil

Media

Tanam Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

M0 13.345 .594 12.154 14.536

M1 15.334 .594 14.143 16.526

M2 14.890 .594 13.699 16.081

M3 14.220 .594 13.028 15.411

2. Hormon IBA

Dependent Variable:Klorofil

Hormon

IBA Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

H0 12.508 .664 11.176 13.840

H1 13.942 .664 12.610 15.274

H2 16.324 .664 14.992 17.656

H3 15.281 .664 13.949 16.612

H4 14.182 .664 12.850 15.514

Page 157: KURNIA VERAWATI pdf

a. Analisis DMRT konsentrasi hormon IBA terhadap kandungan klorofil

stek tanaman nyamplung

Klorofil

Hormon

IBA N

Subset

1 2 3

Duncana,,b

H0 12 12.50767

H1 12 13.94233 13.94233

H4 12 14.18167 14.18167

H3 12 15.28058 15.28058

H2 12 16.32417

Sig. .097 .185 .271

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 5,286.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12,000.

b. Alpha = ,05.

b. Analisis DMRT komposisi media tanam terhadap kandungan klorofil

stek tanaman nyamplung

Klorofil

Media

Tanam N

Subset

1 2

Duncana,,b

M0 15 13.34507

M3 15 14.21967 14.21967

M2 15 14.89007 14.89007

M1 15 15.33433

Sig. .087 .217

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 5,286.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 15,000.

b. Alpha = ,05.

Page 158: KURNIA VERAWATI pdf

Lampiran 10. Hasil Analisis ANAVA Serapan N Stek Tanaman Nyamplung

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:N Jaringan

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .213a 7 .030 2.668 .065

Intercept 42.942 1 42.942 3766.290 .000

Media .033 3 .011 .958 .444

Hormon .180 4 .045 3.951 .029

Error .137 12 .011

Total 43.292 20

Corrected Total .350 19

a. R Squared = ,609 (Adjusted R Squared = ,381)

Estimated Marginal Means

1. Media Tanam

Dependent Variable:N Jaringan

Media

Tanam Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

M0 1.482 .048 1.378 1.586

M1 1.505 .048 1.401 1.609

M2 1.477 .048 1.373 1.581

M3 1.398 .048 1.294 1.502

2. Hormon IBA

Dependent Variable:N Jaringan

Hormon

IBA Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

H0 1.381 .053 1.264 1.497

H1 1.324 .053 1.208 1.441

H2 1.557 .053 1.441 1.673

H3 1.515 .053 1.398 1.631

H4 1.550 .053 1.434 1.666

Page 159: KURNIA VERAWATI pdf

a. Analisis varian pada serapan N terhadap konsentrasi hormon

N Jaringan

Hormon

IBA N

Subset

1 2

Duncana,,b

H1 4 1.32425

H0 4 1.38075 1.38075

H3 4 1.51450

H4 4 1.55000

H2 4 1.55700

Sig. .469 .051

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,011.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

b. Alpha = ,05.

b. Analisis varian pada serapan N terhadap komposisi media tanam

N Jaringan

Media

Tanam N

Subset

1

Duncana,,b

M3 5 1.39760

M2 5 1.47660

M0 5 1.48220

M1 5 1.50480

Sig. .167

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,011.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

b. Alpha = ,05.