15
TUGAS OSEANOGRAFI FISIKA “OCEAN DATA VIEW (ODV)” Disusun oleh: Kelompok 11 Raissa Adirasanti 230210100013 Lola Nurul Afifah 230210100027 Fardes Duantara I 230210100037 M. Sibghatulloh Ridho 230210100042 Sri Setyawati 230210100057 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JATINANGOR 2012

ODV n Penjelasannya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ODV n Penjelasannya

TUGAS OSEANOGRAFI FISIKA

“OCEAN DATA VIEW (ODV)”

Disusun oleh:

Kelompok 11

Raissa Adirasanti 230210100013

Lola Nurul Afifah 230210100027

Fardes Duantara I 230210100037

M. Sibghatulloh Ridho 230210100042

Sri Setyawati 230210100057

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

2012

Page 2: ODV n Penjelasannya

1. Arlindo berasal dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia melewati

Indonesia, outflownya berada di Selat Timor. Buktikan dengan T-S

diagram dan jelaskan!

Indonesian Throughflow (ITF) atau arus lintas Indonesia (Arlindo)

adalah arus yang mengalir dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia

karena adanya perbedaan suhu perairan antara keduanya. Arlindo (Gambar 1)

merupakan bagian dari sistem arus dunia atau conveyor belt.

Gambar 1. Arus Lintas Indonesia (Arlindo)

(Sumber: http://sefray.wordpress.com)

Arus ini berasal dari Samudra Pasifik (Gambar 1), cabang utamanya

mengalir ke Laut Sulawesi berlanjut ke Selat Makassar lalu berbelok ke timur

dan masuk ke Laut Flores dan Laut Banda, lalu berbelok ke arah selatan dan

barat daya melewati laut Timor dan terus ke Samudra Hindia.

Page 3: ODV n Penjelasannya

Sementara cabang yang lainnya mengalir ke Laut Halmahera berlanjut ke

Laut Seram dan sebagiannya kembali lagi ke Samudra Pasifik melalui Laut

Maluku.

Begitu juga dengan cabang lainnya yang masuk melalui Laut Maluku,

namun langsung berbelok kembali kea rah Samudra Pasifik bersama dengan

yang berasal dari Laut Halmahera sehingga membentuk counter current.

Arlindo yang melewati selat-selat di perairan Indonesia sangat penting

peranannya karena membawa sejumlah massa air hangat dari Pasifik, juga

membawa serta nutrient yang terkandung di dalamnya. Untuk itu penting sekali

mempelajari arlindo ini untuk mengetahui karakteristik di perairan Indonesia,

terutama yang dilalui oleh arus ini.

Gambar 2. Peta Samudra Pasifik Barat

(Sumber: Dokumentasi Pribadi Menggunakan Software ODV)

Page 4: ODV n Penjelasannya

Arus yang berasal dari Samudra Pasifik (Gambar 2) keluar dari Selat

Timor (Gambar 4) menuju Samudra Hindia. Dengan demikian karakteristik

perairan di Selat Timor akan dipengaruhi oleh arlindo ini. Hal ini dapat

dibuktikan dengan membuat T-S diagram di Selat Timor dan di Samudra

Pasifik, lalu membandingkan keduanya.

Gambar 3. T-S Diagram dari Samudra Pasifik

(Sumber: Dokumentasi Pribadi Menggunakan Software ODV)

Page 5: ODV n Penjelasannya

Gambar 3 merupakan diagram T-S (suhu terhadap salinitas) dari

Samudra Pasifik yang dapat menunjukkan karakteristiknya. Dari Gambar 3

dapat dilihat bahwa:

Di permukaan (kedalaman 0-100 m) yang merupakan mix layer, suhunya

tinggi mencapai 30°C dengan kadar antara 30,1-34 psu.

Kedalaman 100-250 m yang merupakan lapisan termoklin, suhunya antara

9-20°C dengan kadar salinitas mencapai 35,5 psu.

Kedalaman 1000 m, suhunya rendah yaitu 4-6°C dengan kadar salinitas

antara 34,2-34,6 psu.

Kedalaman 2000 m, suhunya sangat rendah yaitu 2°C dengan kadar salinitas

34,5 psu.

Kedalaman 5000 m, suhu sangat rendah mencapai 1°C dengan kadar

salinitas 34,7 psu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik Samudra Pasifik adalah

semakin tinggi kedalaman, maka suhu semakin rendah dan salinitas semakin

tinggi. Pada mix layer yang berada di dekat permukaan, suhu dan salinitas

cenderung seragam dan konstan karena adanya pengadukan oleh angin dan

arus permukaan. Hal yang paling menonjol adalah adanya perubahan suhu dan

salinitas yang sangat drastis pada kedalaman 100-250 m yang merupakan

lapisan termoklin. Lalu pada deep layer, suhu sangat rendah yaitu mencapai

1°C, sedangkan salinitas cenderung meningkat jika dibandingkan dengan mix

layer namun tidak melebihi salinitas di permukaan.

Page 6: ODV n Penjelasannya

Gambar 4. Peta Selat Timor

(Sumber: Dokumentasi Pribadi Menggunakan Software ODV)

Selanjutnya akan dibandingkan dengan T-S diagram di Selat Timor

(Gambar 5). Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa:

Di permukaan (kedalaman 0-100 m) yang merupakan mix layer, suhunya

tinggi mencapai 29°C dengan kadar salinitas 32,3-35 psu.

Kedalaman 100-250 m yang merupakan lapisan termoklin, suhunya

mencapai 10°C dengan kadar salinitas mencapai 34,7 psu.

Kedalaman 500 m, suhunya 7°C dengan kadar salinitas mencapai 34,6 psu.

Kedalaman 1000 m, suhunya rendah yaitu 5°C dengan kadar salinitas

mencapai 34,7 psu.

Kedalaman 2000 m, suhunya sangat rendah yaitu 2°C dengan kadar salinitas

34,8 psu.

Page 7: ODV n Penjelasannya

Gambar 5. T-S Diagram dari Selat Timor

(Sumber: Dokumentasi Pribadi Menggunakan Software ODV)

Dari Gambar 5 dapat dilihat bagaimana karakteristik Selat Timor, yaitu

semakin tinggi kedalaman, maka suhu semakin rendah dan salinitas semakin

tinggi. Pada mix layer yang berada di dekat permukaan, suhu dan salinitas

cenderung seragam dan konstan karena adanya pengadukan oleh angin dan

arus permukaan. Hal yang paling menonjol adalah adanya perubahan suhu dan

salinitas yang sangat drastis pada kedalaman 100-250 m yang merupakan

lapisan termoklin. Lalu pada deep layer, suhu sangat rendah yaitu mencapai

Page 8: ODV n Penjelasannya

2°C, sedangkan salinitas cenderung meningkat jika dibandingkan dengan mix

layer namun tidak melebihi salinitas di permukaan.

Dari perbandingan kedua T-S diagram (Gambar 3 dan 5), dapat

disimpulkan bahwa Selat Timor memiliki karakteristik yang sama dengan

Samudra Pasifik, sehingga dapat dibuktikan bahwa arus yang berasal dari

Samudra Pasifik mengalir melewati Selat Timor.

2. Gambarkan T-O diagram dengan 5 titik di Samudra Hindia. Jelaskan apa yang anda gambar!

Gambar 6. Peta Samudra Hindia

(Sumber: Dokumentasi Pribadi Menggunakan Software ODV)

Page 9: ODV n Penjelasannya

Gambar 6 merupakan peta Samudra Hindia, yang didalamnya terdapat 5

titik yang dapat digambarkan karakteristiknya melalui T-O diagram (perhatikan

Gambar 7).

Gambar 7. T-O Diagram dari 5 Titik di Samudra Hindia

(Sumber: Dokumentasi Pribadi Menggunakan Software ODV)

Dari Gambar 7 dapat dilihat dua parameter yaitu suhu dan oksigen yang

karakteristiknya dipengaruhi kedalaman. Bertambahnya kedalaman akan

Page 10: ODV n Penjelasannya

mengakibatkan suhu semakin menurun karena penetrasi cahaya kecil, sehingga

energi panas matahari yang masuk ke laut dalam akan semakin sedikit.

Berbeda halnya dengan suhu, kadar oksigen justru memberikan hasil

yang lebih variatif pada setiap kedalaman karena polanya tidak hanya

dipengaruhi oleh kedalaman saja, namun dipengaruhi pula oleh kelarutan

oksigen dalam air.

Sumber oksigen di lautan antara lain dari proses fotosintesis fitoplankton

dan tumbuhan hijau, difusi dari atmosfer dan reaksi oksidasi di dalam laut.

Kadar oksigen atau sering disebut Dissolved Oxygen adalah jumlah mili liter

gas oksigen yang terlarut dalam satu liter air. Kelarutan oksigen di laut

merupakan fungsi dari suhu, semakin rendah suhu maka kelarutan oksigen

semakin tinggi. Oleh karena itu makin dingin suatu badan air, makin banyak

oksigen yang dapat dikandungnya.

Tabel 1. Hubungan antara temperatur dan kelarutan oksigen di perairan

Suhu Kelarutan oksigen (mg/L)0481216202430

14,613,111,910,810,09,28,57,6

Sumber: Chanlett (1979)

Dari Gambar 7, dapat dilihat bahwa karakteristik Samudra Hindia adalah

sebagai berikut:

Pada kedalaman 0-20 m: kadar oksigen maksimum dimana terjadi kegiatan

fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan hijau, juga difusi dari atmosfer yang

mengakibatkan kelewatjenuhan.

Pada kedalaman 20-300 m: meskipun suhunya semakin menurun, tidak

mengakibatkan jumlah oksigen terlarut menjadi tinggi karena digunakan

oleh biota laut untuk metabolisme tubuhnya.

Page 11: ODV n Penjelasannya

Pada kedalaman 500 m dan 700 m: merupakan daerah oksigen minimum,

karena tidak ada proses fotosintesis.

Pada kedalaman > 800 m, kandungan oksigen mulai meningkat seiring

bertambahnya kedalaman, tapi tidak mendekati nilai di permukaan. Daerah

ini merupakan laut dalam, meskipun kegiatan biologi di daerah ini sedikit

atau sama sekali tidak ada proses fotosintesis, namun tidak menyebabkan air

laut bagian dalam bersifat anoksik. Hal ini terjadi karena ketika air

tenggelam dari permukaan, air begitu dingin sehingga mengandung oksigen

yang banyak, lebih banyak daripada yang dikonsumsi oleh populasi

binatang laut dalam yang terbatas jumlahnya.

SUMBER:

Nybakken, James W. 1992. Biologi Laut. Jakarta: PT. Gramedia.

http://sefray.wordpress.com/2010/03/14/arus-lintas-indonesia-arlindo/

http://a053.blogsome.com/2007/01/18/

http://mariaulpa6.blogspot.com/2012/03/keberadaan-oksigen-di-laut.html