15
1 Tradisi Megengan di Desa Jamsaren Kediri Laporan Observasi di Buat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi yang di Bimbing Bapak Drs. Yahya, MA. Oleh: Mochammad Ilhamudin(08410155/D) JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

Observasi Antropologi MEGENGAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Observasi Antropologi MEGENGAN

1

Tradisi Megengan di Desa Jamsaren Kediri

Laporan Observasi di Buat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Antropologi yang di Bimbing Bapak Drs. Yahya, MA.

Oleh: Mochammad Ilhamudin(08410155/D)

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2009

Page 2: Observasi Antropologi MEGENGAN

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami sampaikan kepada Allah swt, yang telah memberi kita

hidayah dan inayahnya hingga kita dapat hidup di dunia ini dengan berbagai

macam nikmat yang telah diberikannya kepada kita semua sehingga kita dapat

menjalani hidup dengan baik. Dengan Rahmat dan Hidayahnya pun, kami dapat

menyelesaikan tugas kami untuk observasi tentang kebudayaan manusia yang

dibahas banyak dalam ilmu antropologi.

Kebudayaan merupakan suatu obyek yang sangat menarik sekali untuk

diamati, baik dalam lingkungan sekitar masing-masing. Keberagaman suku

bangsa yang ada di Indonesia inilah yang menjadi faktor utama dalam perbedaan

kebudayaan yang digunakan oleh mereka sendiri. Dalam menjalani kehidupan

sehari-hari, setiap individu mempunyai cara sendiri-sendiri untuk

mempertahankan hidupnya. Kebudayaan juga bisa disebut sebagai identitas suatu

bangsa atau suku yang tinggal dalam suatu lingkup populasi.

Dengan adanya tulisan kami yang sangat sederhana dan simpel bahkan banyak

kesalahan disana-sini ini semoga dapat menambah pasokan ilmu yang bermanfaat

bagi para pembacanya.

Malang, 25 Mei 2009

Penulis

Page 3: Observasi Antropologi MEGENGAN

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

”Bhineka Tunggal Ika” adalah sebuah kalimat yang telah menjadi

semboyan negara kita yang tercinta, Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI)

ini. Terdiri dari berbagai macam suku bangsa diberbagai daerah dan dengan

budaya yang berbeda-beda pula, semakin disadari bahwa pemahaman mengenai

latar belakang budaya yang beragam-ragam itu sangat penting. Ilmu Antropologi

terbagi menjadi dua, yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya. Antropologi

budaya itu dibagi menjadi empat, yaitu arkeologi (kebudayaan yang telah sirna

atau kebudayaan yang telah menjadi sejarah), etnografi (pelukisan kebudayaan

terhadap bangsa-bangsa), etnologi (ilmu kebudayaan bangsa-bangsa), dan

antropologi linguistik(ilmu kebudayaan tentang bahasa-bahasa bangsa-bangsa).

Dalam antropologi ada beberapa definisi yang digunakan, diantara definisi

itu adalah: antropolog berkebangsaan Amerika pernah mengatakan bahwa pokok-

pokok yang tercakup oleh antropologi itu hanya dibatasi oleh manusia. Dalam

pernyataan sederhana itu, William A. Haviland mengataakan bahwa antropologi

adalah studi yang mempelajari tentang umat manusia dan berusaha menyusun

generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk

memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Alfred

Kroeber memberi sorotan yang khusus kepada ruang lingkup yang sangat luas

dari pengetahuan yang sangat luas dan dari pengetahuaan yang dicakup oleh ilmu

antropologi.

Menurut tokoh lain yaitu: David Hunterpu mengatakan bahwa antropologi

adalah ilmu yang lahir dari rasa keingin-tahuan(kuriousitas)yang ada pada

manusia yang tidak terbatas tentang umat manusia. Koentjaraningrat mengatakan

bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu manusia pada

umumnya, dengan mempelajari aneka macam warna, bentuk fisik masyarakat

serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan

oleh masing-masing individu, sehingga setiap manusia yang satu dengan yang

lainnya menunjukkan perbedaan-perbedaan yang signifikan.

Page 4: Observasi Antropologi MEGENGAN

4

Salah satu definisi kebudayaan antropologi, yang merupakan definisi

kebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan

sehari-hari: ”kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak

hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja, yang dianggap lebih tinggi dan

lebih diinginkan”(Ralph Linton). Jadi kebudayaan mengarahkan penelitiannya

pada berbagai aspek kehidupan yang ada pada masyarakat luas. Salah satu hal

yang diperhatikan dalam penelitian antropologi adalah perbedaan dan persamaan

makhluk manusia dengan makhluk bukan manusia, seperti simpanse atau orang

utan yang secara fisik banyak mempunyai kesamaan-kesamaan yang sedikit.

Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam ras yang

berbeda-beda yang menimbulkan perbedaan baik dari segi bentuk fisik maupun

lainnya. Salah satu hal yang terpenting dalam sebuah masyarakat adalah sebuah

kebudaayaaan masyarakat itu sendiri, kebudayaan sebuah masyarakat dengan

masyarakat lainnya tidaklah mungkin sama. Kebudayaan itu sendiri dapat

menghasilkan cara hidup, cara berperilaku, tradisi, dan nilai-nilai adat yang

berbeda-beda. Keanekaragaman ras inilah yang menimbulkan berbagai perbedaan

kebudayaan pada tiap daerah. Perbedaan kebudayaan ini juga ada pada

lingkungan pelosok, yang dapat diambil salah satu contohnya adalah kebudayan

menikah yang berbeda-beda. Sebuah daerah mempunyai budaya yang berbeda

untuk menikahkan masyarakatnya, biasanya pemuka agama yang menyebarkan

kebudayaan itu, agar budaya tersebut tidak pernah hilang sampai kapanpun. Hal

inilah yang juga menimbulkan kebudayaan tertentu yang menarik untuk

diobservasi. Oleh karena itu, kami melakukan pengamatan terhadap salah satu

budaya yang ada di Jawa yaitu ”Tradisi Megengan” yang dilaksanakan sebelum

masuk bulan Ramadhan setiap tahunnya.

Page 5: Observasi Antropologi MEGENGAN

5

B. Rumusan Masalah

Didalam rumusan masalah ini terdapat beberapa permasalahan berupa

pertanyaan yang akan penulis jawab dalam laporan observasi ini. Oleh karena itu,

penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini agar dapat terjawab dalam laporan

observasi ini, dan rumusan masalah tersebut adalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan “Megengan”?

2. Apa dan bagaimana sejarah awal adanya “Megengan”?

3. Untuk siapa dan apa saja yang menjadi wasilah dalam “Megengan”?

C. Tujuan Penelitian

Penulis mempunyai tujuan dalam pembuatan laporan observasi ini, antara

lain adalah :

1. Untuk mengetahui maksud dan arti dari “Megengan”.

2. Mengetahui sejarah diadakannya “Megengan”.

3. Mengerti apa saja dan untuk siapa saja ditujukan “Megengan”.

Page 6: Observasi Antropologi MEGENGAN

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Antropologi

Principally in united states, anthropology is often define as being

“holistic” and based on a “four field” approach. There is an ongoing dispute as to

whether this makes sense theorically or pragmatically in the structure of American

academic institutions. Supporters consider anthropology holistic in two sense: it is

concerned with all human beings accross times and places, and with all

dimensions of humanity(evolutionary, biophysical, sociopolitical, economic,

cultural, linguistic, psycological, etc.), also many academic programs following

this approach take a “four-field” approach to anthropology that encompasses

phsycal anthropology, archeology, linguistics, and cultural anthropology or social

anthropology. The definition of anthropology as holistic and the “four-field”

approach are disputed by some leading anthropologists, that consider those as

artifacts from 19th century social evolutionary thought that inappropiately impose

scientific positivism upon cultural anthropology in particular. The pressure for the

“integrtion’ of socio-cultural anthropology(inherently associated with the

humanities), with “biological-physical anthropology” (inherently associated with

the natural sciences), has been criticized as an inappropiate imposition of

positivism(the belief that the only proper knowledge is that derived from the

scientific method) upon cultural anthropology. This criticism argument has been

raised towards the development of sociobiology in the late 1960s (by cultural

anthropologists sucs as Marshall Sahlins), and towards the “four-field holism” of

American Anthropology. While originating in the US, both the four field

approach and debates concerning it have been exported internationally under

American academic influence.1

Pola-pola kelakuan yang berlaku untuk seluruh jenis homo sapiens hampir

tidak ada, bahkan untuk semua individu manusia yang termasuk satu ras pun,

seperti misalnya ras Mongoloid, ras Kaukasoid, ras Negroid, ataupun ras

Australoid, tidak ada suatu sistem pola kelakuan yang seragam. Ini disebabkan

karena kelakuan homo sapiens tidak hanya timbul dari dan ditentukan oleh sistem

Page 7: Observasi Antropologi MEGENGAN

7

organik biologinya saja, melainkan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh akal

dan jiwanya, sedemikian rupa sehingga variasi pola keelakuan antara seorang

individu homo sapiens dengan individu homo sapiens lainnya, dapat sangat besar.

Malah, pola kelakuan tiap manusia secara individual sebenarnya unik dan berbeda

dengan manusia –manusia lain. Karena itu para ahli antropologi, sosiologi, dan

psikologi yang mempelajari pola-pola kelakuan manusia ini juga tidak lagi bicara

mengenai pola-pola kelakuan atau patterns of behaviour dari manusia, melainkan

mengenai pola-pola tingkah laku, atau pola-pola tindakan(pattern of action) dari

individu manusia. Oleh karena itu kelakuan organisme manusia sangat

dipengaruhi oleh naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks, atau kelakuan

manusia yang tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan

jiwanya(kelakuan yang membabi-buta).2

Antropologi yaitu ilmu yang mempelajari manusia. Sifat khas yang

membedakan antropologi dari disiplin yang lain yang juga mempelajari manusia,

adalah bahwa ilmu ini mempunyai perhatian terhadap manusia yang mendiami

tempat manapun dari bumi ini dan yang pernah hidup pada zaman manapun.3

Clifford Geertz(1973:346) menulis, “ketahuilah apa yang(antropolog)

maksud dengan suatu masyarakat primitif itu, maka anda akan mudah mengetahui

kajiannya. “Jika kita mengetahui bagaimana seorang antropolog mendefinisikan

kebudayaan, maka anda akan mengetahui dengan baik apa yang dikajinya. Ranah

kajian antropologi meliputi ihwal dipertahankannya kehidupan dan identitas

manusia, dan premis mendasar dari perspektif antropologi adalah bahwa

dipertahahankannya kehidupan dan identitas itu adalah melalui medium

kebudayaan. Akan tetapi tidak ada standar definisi yang diterima bersama

dikalangan antropolog, meski ada beberapa hal tertentu dari konsep tersebut yang

diterima oleh semua antropolog. Apabila kita mengetahui apa yang dimaksudkan

sebagai kebudayaan oleh antropolog, maka kita akan mengetahui wilayah dari

ranah kajian antropologi yang dilaksankannya.4

1Yahya. References of Anthropology. Hlm. 14.

2Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Hlm. 101-102.

3Ihromi. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Hlm. 1.

4.A. Fedyani Saifudin. Antropologi Kontemporer. Hlm.82.

Page 8: Observasi Antropologi MEGENGAN

8

BAB III

PEMBAHASAN

A. Sejarah

Masyarakat Jawa adalah merupakan peradaban tertua yang pernah ada di

Indonesia. Dimulai dengan berbagai kerajaan-kerajaan besar yang menduduki

sebagian besar wilayah-wilayah penting di Jawa. Setiap wilayah-wilayah kerajaan

tersebut masing-masing memiliki cara hidup dan berperilaku yang beraneka

macam. Selain kedua hal tersebut diatas, kebudayaan dan adat-istiadat di berbagai

daerah pun berbeda-beda.

Dalam hal ini kami mencoba untuk menjelaskan tentang kerajaan Kediri

yang sudah berdiri dari abad ke-8 atau sekitar tahun 800-900 masehi. Dalam

kebudayaan, Kerajaan Kediri memiliki beberapa keunikan, misalnya saja dari

beberapa narasumber yang kami ketahui adalah adat larung sesaji yang terdapat di

daerah sekitar lereng gunung Kelud. Tradisi ini dilaksanakan setiap satu tahun

sekali menjelang tahun Baru “Suro”(1 Muharom), semua orang berkumpul

disuatu tempat yang telah ditentukan oleh pembesarnya dan kemudian bersama-

sama melarung(menggiring) sesajennya pada suatu tempat yang sakral dan sudah

ada sejak dahulu.

Dalam banyak hal, kebudayaan Jawa banyak pula dipengaruhi oleh adat

Islam, ini disebabkan karena pengaruh dari para da’i-da’i yang hijrah baik dari

Jawa sendiri maupun luar jawa dan bahkan dari Persia, Turki, dan lain-lain ke

ranah Jawa. Orang-orang penyebar agama Islam berdakwah dari hari kehari

sehingga para pengikutnya pun bertambah banyak dan menyebar keseluruh Jawa.

Salah satu kebudayaan Jawa yang terpengaruh oleh adat Islam salah

satunya yang menjadi bahasan utama kami disini adalah tradisi “megengan” yang

dilaksanakan oleh masyarakat Jawa setiap tahunnya menjelang masuknya bulan

Ramadhan dalam rangka menyambut datangnya dan berdoa agar diberi

kelancaran untuk menjalankan puasa didalamnya.Sebagai penyelenggaranya

Page 9: Observasi Antropologi MEGENGAN

9

adalah seluruh masyarakat Jawa yang mempunyai kepercayaan atas tradisi ini.

Tradisi “megengan sendiri telah turun temurun dari nenek moyang kita terdahulu.

B. Setting Lingkungan

Desa Jamsaren kecamatan Kotamadya Kediri adalah salah satu desa yang

terletak dipusat kota. Desa yang dibagi menjadi dua yakni Jamsaren gang 1 atau

yang lebih populer dengan Jamsaren Utara dan Jamsaren gang 2 atau Jamsaren

Selatan, degan luas keseluruhan adalah ± 110665m² dan terletak 2km sebelah

timur dari alun-alun kota Kediri, terkenal dengan salah satu masjidnya yakni

Masjid Wakaf yang sering disebut-sebut sebagai “Masjid Gede” oleh warga

sekitar karena memang ukuran dari masjid ini cukup besar dan umurnya yang

sudah tua.

Adapun rincian data penduduknya adalah sebagai berikut:

- Warga asli: 4905 jiwa

- Warga pendatang: 275 jiwa

- Warga laki-laki: 2557 jiwa

- Warga wanita: 2623 jiwa

Dengan pendapatan perkapita dari warga desa adalah

Rp.650000,00/bulan, mereka hidup dari berbagai macam pekerjaan yang berbeda-

beda. Agama yang dipeluk oleh warga pun adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu,

Budha. Meskipun dengan agama yang berbeda inipun warga bisa menjaga

keharmonisan hidup berinteraksi diantara masing-masing individu.

C. Pengertian

Suatu kebudayaan, akan mengandung arti yang berbeda-beda yang

melambangkan kepribadian suatu masyarakat tertentu. Dalam kehidupan

bermasyarakat, di Indonesia sangat mengedepankan solidaritas hubungan antara

satu orang dengan individu lainnya. Dari sini kita sebagai masyarakat social, kita

ditutut untuk dapat menerima semua golongan masyarakat yang berbeda-beda ras

dan kebudayaannya.

Hidup saling berdampingan dengan damai tanpa kekurangan sesuatu

apapun dalam hal bermasyarakat, adalah dambaan setiap manusia yang tinggal

Page 10: Observasi Antropologi MEGENGAN

10

diberbagai pelosok negeri kita tercinta ini. Dalam ilmu sosiologi kita telah

mempelajari bagaimana dan apa hakikat dari hidup berdampingan dengan sesame

masyarakat lainnya tersebut. Oleh karena itu sekarang kitaa tinggal

menerapkannya dalam berkehidupan dengan masyarakat luas. Setiap individu

pasti menunjukkan perbedaan-perbedaan yang jelas sekali terlihat dalam diri

masing-masing individu tersebut, penyesuaian dan pengendalian dirilah yang

perlu kita perbuat untuk dapat berkehidupan dengan orang-orang yang sangat

berbeda baik dari ras, suku bangsa, maupun kebudayaan masing-masing.

Dalam masyarakat sendiri terdapat banyak kebudayaan dan adat-istiadat,

yang kami bahas dalam tulisan kami ini adalah “Tradisi Megengan” yang kami

ambil dari salah satu desa yang ada dikota Kediri. Dalam masyarakat desa

Jamsaren sendiri mereka mempunyai definisi tentang apa itu yang dimaksud

dengan “megengan”? dan apa tujuannya?

Dari segi bahasa kata “Megeng” artinya adalah menahan. Yang dimaksud

dengan menahan disini adalah menahan diri dari segala sesuatu yang kiranya bias

membuat puasa seseorang itu menjadi tidak sah atau batal(karena tradisi ini

diperingati ketika menjelang bulan Ramadhan tiba). Arti dari “Megengan” sendiri

adalah sebuah bentuk ritual selamatan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa

yang sudah tercampur dengan unsure Islam dengan dasar beramal atau shodaqoh

dan juga diartikan sebagai selamatan(kenduren)yang diadakan oleh masyarakat

Jawa pada khususnya untuk menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan.

Tradisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Islam (khususnya Jawa) sangat

bersyukur dan sangat senang dengan bertemunya mereka kembali dengan bulan

Ramadhan pada tahun tersebut, karena tidak semua orang bisa merasakannya, ada

yang meninggal sebelumnya, sakit yang menyebabkan dia tidak bias

melaksanakan puasa, berhalangan untuk melaksanakan puasa, dan lain

sebagainya. Puasa adalah salah satu nikmat dari Allah swt. Yang dimana barang

siapa dia melaksanakan puasa dengan lengkap dan hanya karena Allah, maka dia

akan mendapatkan pahala yang setimpal dengan amal ibadahnya tersebut. Oleh

karena itu sudah jelas kita ketahui bahwa tujuan dari megengan adalah sebuah

rasa syukur dan doa agar selamat dan dapat menjalankan ibadah puasa dengan

baik dan lengkap.

Page 11: Observasi Antropologi MEGENGAN

11

Selain itu dengan bershodaqoh sebelum mulai bulan puasa diharapkan

dapat terhindari dari sengkolo atau mara bahaya yang akhirnya diberi nama

“Megengan” semoga selama menjalankan ibadah puasa mampu menahan nafsu

karena hakikatnya puasa adalah menahan mafsu tidak hanya nafsu untuk makan

dan minum.

D. Apa dan Siapa Saja yang Terlibat?

Dalam tradisi megengan, mereka yang terlibat adalah semua orang yang

mempunyai kepercayaan tentang tradisi Jawa yang satu ini. Kebanyakan dari

mereka adalah orang yang merupakan orang asli Jawa yang mendapatkan warisan

kebudayaan langsung dari nenek moyang mereka.

Bagi para penduduk Jawa yang bukan merupakan orang asli Jawa akan

sedikit sekali prosentasenya yang melaksanakan tradisi ini, jika dibandingkan

dengan yang asli. Tetapi masyarakat sendiri membuat satu paket makanan yang

akan dibagi-bagikan kepada orang lain atau tetangga-tetangga sekitarnya, antara

lain yaitu apem, pisang, pukis, kukus, lemper, dan lain-lain yang mempunyai arti

dari masing-masing jenis makanan tersebut. Menurut data yang kami peroleh,

sebagai besar masyarakat Jawa masa sekarang sudah banyak yang tidak

mengetahui apa saja arti dari setiap jenis makanan tersebut.Menurut yang mereka

ketahui adalah:

1. Apem: melambangkan payung yang akan melindungi kita dari segala

mara-bahaya yang terjadi pada bulan Ramadhan. Dengan payung ini

pulalah, setiap orang diingatkan bahwasannya diatas yang perkasa

masih ada yang lebih perkasa lagi yakni yang Maha Perkasa Allah swt.

Yang akan selalu senantiasa menjaga kita dari berbagai musibah dan

godaan setan yang mampu membelokkan kita dari jalan yang lurus.

2. Pisang: Melambangkan tangkai payung yang menjadi wasilah kita

kepada payung tersebut, karena tanpa tangkai tersebut bagaimana kita

dapat menjadikan payung tersebut sebagai pelindung hujan.

3. Dan lain sebagainya(menurut data yang kami peroleh hanya inilah

yang masyarakat sekarang ketahui dari sebuah tradisi “megengan”).

Page 12: Observasi Antropologi MEGENGAN

12

Bagi yang melaksanakan tradisi ini akan sangat sibuk mulai dua hari

sebelum puasa dengan mengantarkan jajanan yang telah kami sebutkan

sebelumnya. Dalam masyarakat desa jamsaren sendiri ada sekitar 10-20 kepala

keluarga sajalah yang melaksanakan ritual ini, untuk keluarga-keluarga lainnya

yang biasa mereka lakukan adalah menyesuaikan dengan kondisi lingkungan

sekitar mereka sehingga mereka juga berbagi jajanan seperti itu untuk sekedar

menghormati mereka yang melaksanakannya.

Mulai dari Kepala Desa, RT, RW, sampai masyarakat biasa pun

melaksanakan ritual ini. Jadi untuk melaksanakan ritual ini tidaklah begitu

persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang masyarakat. Tempat untuk

mengadakan hajatan ini pun sangat sederhana, yaitu tidak memerlukan banyak

tempat, jadi tinggal mengantarkan jajanan tersebut kerumah-rumah orang lain atau

tetangganya.

Bagi setiap masyarakat Jawa, semua ritual yang dilaksanakan sangatlah

berarti bagi mereka. “Solidaritas” dan “rasa memiliki” yang mereka miliki sangat

kental dan turun-temurun dari nenek moyang mereka. Rasa budaya dari megengan

sangat dijaga oleh masyarakat Jawa sendiri, seperti yang telah kami jelaskan

diatas.

Page 13: Observasi Antropologi MEGENGAN

13

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari sebuah tradisi kebudayaan atau adat-istiadat masyarakat Jawa yang

masih dibawa hingga kini yakni “megengan” yang dimana pelaku-pelakunya

adalah seluruh masyarakat yang masih percaya dengan tradisi ini. Sangatlah

menarik adanya untuk kami jadikan bahan observasi yang membahas ilmu

antropologi didalamnya.

Dari segi sejarah, pengertian, dan apa saja dan untuk apa “megengan” itu

dilaksanakan, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya tradisi kebudayaan

ini sangatlah dijaga keberlangsungannya secara turun-temurun dan merupakan

suatu kewajiban bagi kita sebagai generasi muda yang merupakan generasi

penerus dari para orang-orang terdahulu untuk dapat melestarikannya.

Kebudayaan adalah merupakan suatu bentuk identitas suatu masyarakat yang

dapat mengindikasikan cirri-ciri masyarakat tersebut dari masyarakat luas lainnya.

Identitas suatu masyarakat pun dapat menjadi identitas suatu bangsa yang

mencerminkan bagaimana bangsa tertentu tersebut.

B. Saran

Semoga apa saja yang kami sampaikan dalam laporan observasi ini dapat

bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca, Kami menyampaikan saran

bagi para pembaca bahwasannya gunakanlah tulisan kami ini sebagaimana

mestinya dan semoga dapat bermanfaat, amin.

Page 14: Observasi Antropologi MEGENGAN

14

LAMPIRAN

Jajanan “megengan”

(yang biasanya dihantarkan pada para

tetangga)

Kegiatan mengantar jajanan”megengan”

(tampak dari depan pintu)

Page 15: Observasi Antropologi MEGENGAN

15

DAFTAR PUSTAKA

Fedyani, Ahmad Saifuddin. 2006. Antropologi Kontemporer ”Suatu Pengantar

Kritis mengenai Paradigma”. Jakarta: KENCANA.

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif ”Aplikasi Praktis Pembuatan

Proposal dan Laporan Penelitian”. Cetakan pertama. Malang: UMM

Press.

Yahya. 2009. References of Anthropology. Malang

Swartz, J. Marc. Anthropology: Perspective on Humanity. New York.

Ihromi. 1996. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Cetakan kedelapan. Jakarta:

Rineka Cipta.

By: M. Ilhamudin/08410155/UIN MALIKI Malang