Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN
SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
TAMAM SYARIF
11110195
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
ii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id email : [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelahdikoreksidandiperbaiki, makaskripsisaudara:
Nama : Tamam Syarif
NIM : 11110195
Fakultas : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN
KECAMATAN SURUH KABUPATEN
SEMARANG 2014
Telah kami setujuiuntukdimunaqosahkan.
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id email : [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tamam Syarif
NIM : 11110195
Fakultas : Tarbiyah
Program studi : PAI
Menyatakan bahwa skripsi ini yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
iv
KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT TAHAJUD
DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SANTRIWAN SANTRIWATI
PONDOK PESANTREN AL HUDA SUSUKAN KABUPATEN
SEMARANG
TAHUN 2015
DISUSUN OLEH
NAMA TAMAM SYARIF
NIM 11110195
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tangal 11 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
v
MOTTO
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Al Mujaadilah
58/11, Syamil Al Qur‟an Terjemah, 2007:543).
vi
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan baik
moril maupun materil;
2. Saudara-saudaraku (Mas Badarudin, Mak Sri, Mbak Siti Mudhaqiroh,
Mas Sugiyanto, Mas Sofwan, Mbak Lichah, Mas Rohmat, Mbak Yani,
Mbak Fidah, Mas Yidin, Mbak Tsuaibatul, Mas Dul, Mas Barrul, Mbak
iin, Faticha, Nandy, Maghfur, dan segenap ponakanku semua yang tidak
bisa saya sebutkan satu-persatu, yang telah mendukungku dalam segala
hal;
3. Bapak M Ghufron, M.Ag. yang telah sabar dalam mengarahkan dan
memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini;
4. Teman-teman (Ustadz Safarudin, Agus, Majid, Salis, Nova) yang selalu
memberikan semangat dan dorongan;
5. Teman-teman HIMMATUTTAQWA (Himpunan Muda-Mudi Masjid
Baituttaqwa) dan GEMMARS (Generasi Muda Mandiri RT Sepuluh)
Krajan Kedugringin;
6. Teman-teman HAPE (Himpunan Anak PAI.E)
7. Dek Umi Coirotunisak yang selalu memberikan semangat
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yangtelah melimpahkan
rahmat, taufiq serta hidayanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang revormasi
sejati yaitu Nabiyullah Agung Muhammad SAW keluarga serta para sahabatnya
yang membawa kebenaran dari zaman jahiliyyah hingga terang seperti saat ini.
Yang akan kita nanti-nantikan syafaatnya besok di yaumil qiyamah. Amin.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang 2014/2015. Penulisan skripsi ini dapat
selesai tidak lepas dari kehendak Allah SWT, dan berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr.Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga
3. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd sebagai Ketua Studi Pendidikan Agama Islam
4. Bapak M. Ghufron, M.Ag yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan pikiran dan
tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian
penulisan skripsi iniyang telah mendorong serta memberikan semangat
kepada Mahasisiawa
viii
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah
memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selsesai;
6. Ibudan Bapakku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun spiritual, serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi
tercapainya cita-cita;
7. Saudara-Saudaraku dan sahabat-sahabatku semua yang telah membantu
memeberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini;
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, dikarenakan karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis
sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan,
bagi agama, nusa dan bangsa, amin.
Salatiga, 16 Maret 2015
Penulis
ix
ABSTRAK
Syarif, Tamam. 2015. 11110195. NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN
SURUH KABUPATEN SEMARANG. Skripsi. Jurusan
Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M.
Ghufron, M.Ag.
Kata Kunci : Nilai Pendidikan Islam, Sedekah Desa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: sejarah sedekah desa
kedungringin kecamatan suruh kabupaten semarang. Subyek penelitian, tokoh
agama, tokoh masyarakat dan warga. Pengumpulan data menggunakan
wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk mengetahui data yang
falid.Pendidikan merupakan organisasi, teknik dan upaya yang dipergunakan
sebagai sarana untuk mentransfer nilai-nilai dan tradisi masyarakat dari tradisi
terdahulu ke generasi yang akan datang, atau dari orang tua ke anaknya. Melalui
pendidikan pulalah, peradaban umat manusia yang berkembang dikarenakan ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat sesuai pandangan dan misi masyarakat
dalam kehidupanya.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, peneliti
mengamati secara langsung pada acara sedekah desa dan wawancara dengan
tokoh masyarakat, dan tokoh agama juga warga.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Tradisi sedekah desa ini sangat
penting sekali karena ini adalah mewujudkan syukur kepada Allah SWT,
melestarikan kebudayaan yang ada di indonesia juga terdapat nilai-nilai
pendidikan, yaitu nilai syukur, nilai ibadah, nilai gotong royong, nilai persatuan
dan kesatuan, juga manfaat dari pada sedekah desa ini, sejarah dari seekah desa ini
adalah syukuran adat desa untuk mengirimkan doa kepada orang yang pertama
kali dikuburkan di makam kedungringin yang bernama nyai mboro, adapun
prosesi dari sedekah desa adalah, kirim doa masyarakat berkumpul bersama
dengan membawa ambengan pada Hari Selasa Kliwon, sumber dananya dari
masing-masing kepala keluarga sebesar Rp 30.000 untuk kalangan menengah
kebawah, dan Rp 70.000 untuk menengah keatas. Dana ini di pergunakan untuk
penyewaan tenda memberikaan konsumsi dari persiapan acara hinggga selesai
puncak acara, dan untuk mengundang pagelaran wayang, sedekah desa ini
menghabiskan biaya sebesar Rp 18.000.000.00 untuk keseluruhan dari awal
hingga akhir acara selesai.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
ABSTRAK............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 6
C. Tujuan Penulisan................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 7
E. Definisi Operasional .......................................................... 8
1. Nilai........................................................... .................. 8
2. Pendidikan Islam.............................................. ............ 9
3. Tradisi................................................. ......................... 10
4. Sedekah............................... ........................................ 10
xi
F. Metode Penelitian............................................................. 10
1. Jenis Penelitian................................................... ........ 10
2. Tempat Penelitian.............................................. ......... 10
3. Subjek Penelitian................................................ ........ 11
4. Metode Pengumpulan Data.................................. ....... 11
5. Teknik Analisis Data......................................... ......... 14
G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................. 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam .................................. 18
1. Pengertian Nilai............................................................ 18
2. Pendidikan Islam .......................................................... 20
3. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam.............................. 35
4. Ruang Lingkup Pendidkan Islam.............................. .... 38
5. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam.............................. 39
6. Metode Pendidikan Islam.......................................... ... 45
B. Tinjauan Tentang Tradisi Sedekah Desa ............................ 47
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. Letak Geografis Desa Kedungringin................................... 53
1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ................ 54
2. Pemeluk Agama ........................................................... 55
3. Pendidikan Masyarakat Desa Kedungringin ................. 56
4. Sarana...................................................................... .... 57
B. Upacara Sedekah Desa…………………………….. .......... 58
C. Acara-Acara Dalam Tradisi Sedekah Desa.......................... 63
xii
1. Bersih Lingkungan............................................ 63
2. Doa Bersama...................................................... 63
3. Hiburan Pagelaran Wayang............................... 63
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sejarah Tradisi Sedekah Desa ......................................... 69
B. Prosesi Tradisi Sedekah Desa .......................................... 69
C. Nilai-Nilai Pendidikan Islam ........................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 77
B. Saran .............................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur .......................... 54
Tabel 3.2 Data Pemeluk Agama ............................................................. 55
Tabel 3.3 Pendidikan Masyarakat Desa Kedungringin ............................ 56
Tabel 3.4 Sarana Pendidikan .................................................................. 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Pustaka......................................................................................... 81
Pedoman Wawancara.............................................................................. 82
Riwayat Hidup Penulis............................................................................ 83
Surat Bukti Penelitian..............................................................................84
Lembar Konsultasi.................................................................................. 85
Surat Keterangan Kegiatan..................................................................... 86
Dokumentasi............................................................................................ 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan organisasi, teknik dan upaya yang dipergunakan
sebagai sarana untuk mentransfer nilai-nilai dan tradisi masyarakat dari tradisi
terdahulu ke generasi yang akan datang, atau dari orang tua ke anaknya.
Melalui pendidikan pulalah, peradaban umat manusia yang berkembang
dikarenakan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat sesuai pandangan dan
misi masyarakat dalam kehidupanya.
Pendidikan mempunyai kontribusi yang besar dalam ,penyelesaiakan
problem-problem kemasyarakatan kekinian, dan menawarkan solusi pemikiran
yang benar bagi generasi muda dengan cara berfikir ilmiah dan mendalam.
Sehingga peranan pemuda dalam masyarakat mempunyai dasar pemikiran yang
kokoh, bukan pemikiran impor dan instan dan bersumber dari nilai-nilai dan
tradisi, serta sesuai dengan aturan yang diinginkan oleh pemuda dan
semangatnya,tanpa menghilangkan kepribadian masyarakat. Dengan demikian
perubahan dalam masyarakat senantiasa akan berlangsung secara terus
menerus menuju keutamaan, dan dapat melewati berbagai rintangan dan
menghindari berbagai kesalahan-kesalahan. Maka harus dibuang jauh-jauh
seruan untuk mengimpor pola pemikiran dan sistem pendidikan yang berbeda
dengan pola pemikiran, aqidah dan ideologi dalam masyarakat setempat
(Hafid&Kastolani, 2009:7).
2
Pendidikan dan pengajaran adalah sesuatu yang hidup dan dinamis,
berkembang dalam masyarakat karena untuk mengabdi kepada kebudayaan dan
peradabanya dan generasi muda untuk hidup di masyarakat,
mengembangkanya untuk berangsur-angsur,rasional sesuai dengan kebutuhan
dan filsafatnya dalam kehidupan (Hafid&Kastolani, 2009:8).
Kiyai dimasyarakat desa kedungringin ini mengadakan tradisi sedekah
desa ini menggunakan dasar niat yaitu niat syukur atas rahmat, nikat iman, nikmat
kesehatan, yang sampai saat ini masyarkat telah diberi umur panjang, kesehatan,
aman desanya, tentram dan sejahtera, dari Allah SWT. Kiyai juga meluruskan
aqidahnya atau keimananya bahwa segala sesuatu yang ada dibumi ini adalah
milik Allah dan Allah lah yang patut disembah dan tempat untuk berdoa atau
meminta.
Mengenalkan atau meluruskan akidah masyarakat Desa Kedugringin
kepada Allah SWT. Bukan jin atau pohon-pohon besar tempat memintamu tapi
hanya Allah Jallajalaluh tempat memintamu Allah Maha Agung. Sperti dalam
Al-Qur‟an Allah berfirman:
Artinya Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku (Mujama‟ Al Malik Fahd Li Thiba‟at Al Mush-Haf:862)
3
Selain itu upacara berfungsi pula untuk mengukuhkan ikatan solidoritas.
Sehingga upacara tradisional mempunyai fungsi sosial, kultural dan religi.
Dalam masyarakat agraris dapat dijumpai tradisi yang masih dilakukan dan
dilestarikan oleh pedukungnya saat ini. Salah satu tradisi yang masih dilakukan
sampai saat ini ada tradisi dekahan desa. Tradisi ini dilaksanakan masyarakat
sebagai wujud rasa syukuran adat Desa atas karunia Allah SWT berupa rizki,
kesehatan dan ketentraman.
Tradisi sedekah desa ini merupakan syukuran adat desayang sampai
sekarang masih tetap dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat, termasuk
masyarakat di desa kedungringin kecamatan suruh kabupaten semarang. Pada
hakekatnya tradisi tersebut merupakan kegiatan sosial yang melibatkan seluruh
warga masyarakat dalam usaha bersama untuk mendapatkan, ketentraman
bersama, dalam hal ini ulama desa/kiyai menggunakan dalil tentang menjaga
tradisi yaitu Surat Ar-Ra‟d ayat 11, dandalil sedekah surat An-Nahl dan syukur
dalam surat Al-Baqarah ayat 195 sedekah desa ini biasanya dilaksanakan setiap
1 Tahun sekali pada Hari Selas Kliwon, 19 Agustus yang didukung oleh
seluruh warga dan masyarakat, biasanya acara tradisi sedekah desa ini, setiap
kepala keluarga dimintai iuran itupun ada 2 golongan, golongan pertama
menengah kebawah sebesar Rp 30.000 dan golongan ke 2 menengah keatas
yang terhitung lebih dari mampu sebesar Rp 70.000, seleanjutanya uang
tersebut ditarik oleh ketua RT dan kemudian dikumpulkan kepada panitia
penyelenggara Sedekah Desa dengan ketua bapak Notosusanto dan bendahara
bapak Taslan, agar dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti:
4
penyewaan tenda, konsumsi, dan untunk mengundang penyelenggaraan
wayang.
Kemudain pada Hari Selasa Pukul 07:00 WIB seluruh warga dan
masyarakat berkumpul bersama dilokasi utuk menyiapkan tempat pagelaran
wayang yang akan diselenggarakan pada puncak acara pada siang dan malam
harinya, biasanya sebelum menyiapkan tempat, menata berbagai keperluan dsb.
Seluruh warga dan masyarakat menikmati hidangan yang sudah disediakan
oleh panitia.
Setelah selesai menikmati hidangan, warga dan masyarakat memanjatkan
doa bersama dengan membaca Tahmid, Tahlil, Sholawat,dan doa sesudah
Tahlil yang di khususkan untuk arwah dan para leluhur yang telah meninggal
dunia, doa ini biasanya dipimpin oleh Kiyai yang dianggap paling sepoh dari
segi umur dan dari segi keilmuanya. Setelah membaca doa bersama-sama
seluruh warga dan masyarakat diminta untuk menikmati hidangan yang berupa
Nasi Tumpeng/ambengan dan ingkung, ini sudah menjadi kebiasaan
masyarakat pedesaan apabila setelah selesai membaca tahlil dan doa biasanya
ada makan bersama, ini adalah bentuk rasa terimakasih oleh panitia karena
sudah mau hadir dan mau untuk mendoakan para sesepoh danleluhur yang
sudah meninggal dunia. Kemudian setelah menikmati hidangan warga dan
masyarakat membersihkan lapangan yang berukuran 20x25m bersama-sama
dan menyiapkan keperluan dsb.
Acara wayangan itu sendiri dilaksanakan pada ahad pukul 14:00 Wib,
saat adzan ashar istirahat dilanjutkan lagi pukul 20:00 Wib atau ba‟da isya,
5
pada acara wayang ini biasanya warga mengajak keluarga untuk menyaksikan
langsung dan mendengarkan suara dalang yang lincah memainkan wayang dan
suara gendang dan alat musik tradisioal yang sangat khas suaranya untuk
didengarkan, ada juga yang ingin membeli berbagai makanan dan kuliner baik
anak-anak maupun orang dewasa sekalipun, adapun isi dari pada wayang ini
adalah “mboyong Mbok Sri” maksutnya adalah boyong artinya menghilangkan
dan Sri artinya tikus, maka dapat dijelaskanyaitu menghilngkan tikus yang ada
di sawah karena mayoritas penduduk desa kedungringin ini sebagian besar
petani padi, karena banyak sekali pedagang-pedagang makanan yang datang
dari luar daerah, ada juga pengunjung yang hanya ingin menyaksikan betapa
ramainya pengunjung ia pun rela walaupun harus berdesak-desakan di lokasi
pagelaran wayang tersebut hingga pukul 03:00 Wib dini hari.
Betapa pentingnya tradisi dan kebudayaan di indonesia lebih-lebih tradisi
Sedekah Desa Di Kedungringin ini, antusias warga dan seluruh elemen
masyarakat bersatu padu bergotong royong untuk menunjukan kerukunan
saling menghormati, menghargai dan bisa menunjukan eksistensi diri pada
masyarakat di Desa Kedungringin ini, sebagaiwarga negara indonesia yang
cinta tanah air maka sebaiknya kita wujudkan dengan menjaga dan
melestarikan budaya dan tradisi agar tetap terjaga dan tidak hilang sampai
generasi ke generasi berikutnya.
Tokoh dalam tradisi ini dari nara sumber hasil wawancara dengan bapak
Miftah beliau mengatakan tradisi sedekah desa ini mengikuti Sunan Kalijaga,
yang menyebarkan ajaran-ajaran islam ditanah jawa ini dahulu adalah sunan,
6
sunan disini sangat banyak sekali, tetapi kalau wali hanya 9 yaitu wali songo,
kalau wali disini adalah waliyullah atau kekasih Allah, Seperti dalam hadis
ulama adalah warisan para Nabi, kalau sunan belum tentu wali tetapi kalau
wali sudah pasti sunan, dahuluada salah satu yang pertama kali masuk didesa
ini yaitu namanya Nyai Mboro, dan yang pertama kali menempati
kuburan/Makam di Desa Kedungringin, masyarakat disini khususnya kiyai itu
syukuran adat desa kemudian mengirim doa kepada yang pertama kali
menempati makam di desa kedungringin yaitu Nyai Mboro, dengan
menggunakan dasar Nabi Muhammad SAW, dahulu pernah berjalan ditengah
perjalan beliau mendengarkan didalam kubur ada yang menangis kemudian
Nabi membaca al ikhlas 3 kali dan kemudian menancapkan bunga, bertujuan
untuk meringankan siksa kubur.
Berdasarkan hal-hal tersebut, Maka peneliti mengajukan penelitian yang
berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH
KABUPATEN SEMARANG.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang?
2. Bagaiman prosesi Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang?
7
3. Apa sajakah Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Tradisi
Sedekah Desa Di Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejara Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui prosesi Tradisi Sedekah Desa Di Kedungringin
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
3. Untuk mengetahui Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah
Desa Di Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
akademik maupun manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pendidikan Islam terkait
dengan strategi pendidikan Islam melalui kebudayaan.
2. Manfaat praktis
Sebagai masukan bagi orang tua untuk memberikan perhatian kepada
anak-anaknya terutama dalam hal pendidikan.
8
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah fahaman dalam memahami pengertian istilah-
istilah yang ada di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh
sebagai berikut :
1. Nilai
a. Harga; kualitas; pada tingkat.
b. Sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak
dicapai.Nilai pembentuk adalah nilai usaha pendidikan yang dapat
mempertinggi pengetahuan, kemampuan,prestasi, dan pembentukan
watak. Nilai Praktis Adalah Sesuatu yang dianggap bermanfaat dan
berharga dalam praktek kehidupan sehari-hari.Nilai religius adalah
sesuatu yang dianggap bermanfaat ditinjau dari segi keagamaan
(Sastrapradja, 2010:339)
Nilai Harga, angka kepandaian, isi, kadar, mutu, sifat/hal yang penting
atau berguna bagi kemanusiaan
Nilai agama Nilai-nilai yang berhubungan dengan aktivitas
keagamaan, akhlak, sifat yang terpuji, Sikap yang sesuai dengan aturan
agama, dan sebagainya.
Nilai budaya Nilai-nilai yang bertolak dari perilaku kehidupan sosial
masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Nilai budaya
tersebut dapat mencakup banyak masalah, diantaranya kebiasaan hidup, adat
istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap.
9
Nilai ekstrinsik nilai karya sastra yang ditentukan oleh faktor-faktor di
luar karya yakni faktor sejarah, sosial, psikologi, dll.Nilai estetika nilai yang
berkaitan dengan keindahan perilaku, penampilan, gaya hidup, dan
sebagainya. Nilai etika nilai yang berkaitan dengan sopan santun,
kesusilaan, kesopanan ucapan, tingkah laku, cara berpakaian dan cara
berhias.Nilai intrinsik nilai karya sastra yang ditentukan oleh karya sastra itu
sendiri.Nilai kehidupan sifat-sifat atau hal-hal penting yang bermanfaat bagi
kehidupan. Nilai moral nilai yang berkaitan dengan baik buruknya
perilaku.Nilai pendidikan nilai yang berkaitan dengan tigkah laku dan sifat
manusia yang terbentuk melalui proses. Nilai psikologi hal-hal yang
berhubungan dengan kejiwaan. Nilai sosial hal-hal yang berhubungan
dengan antara manusia dengan manusia atau berkaitan dengan kegiatan
dengan kegiatan kemanusiaan, sosial dalam suatu masyarakat.
Nilai–nilai kehidupan pesan moral, agama, atau etika sosial yang
disampaikan (Haryanta, 2012:178-179). Nilai sifat-sifat (hal-hal) yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan, nilai-nilai agama yang perlu kita
indahkan (W.J.S. Poerwadarminta, 2006:677).
2. Pendidikan Islam
Muhammad Hamid an-Nashir dan Kulah Abd al-Qodir Darwis,
misalnya, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai proses pengarahan
perkembangan manusia (ri‟ayah) pada sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah-
laku, dan kehidupan sosial dan keagamaan yang diarahkan pada kebaikan
menuju kesempurnaan. Sementara itu, Omar Muhammad at-Toumi asy-
10
Syaibani sebagai disitir oleh M. Arifin, menyatakan bahwa pendidikan
Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadi atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan di alam sekitarnya
(Roqib, 2009:17-18)
3.Tradisi
Tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan,
ajaran dsb) yang turun-temurun dari nenek moyang (W.J.S
Poerwadarminta, 2006:1088)
4.Sedekah
Memberi kepada orang miskin dsb (berdasarkan cinta kasih kepada
sesama manusia) memberi kepada fakir miskin (Poerwadarminta, 2006:883)
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Lofland mengemukakan bahwa penelitian kualitatif ditandai dengan
jenis-jenis pertanyaan yang diajukannya, yakni: apakah yang berlangsung
disini? Bagaimanakah bentuk-bentuk fenomena ini?variasi apa yang kita
temukan dalam fenomena ini? Lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu
secara terinci. Secara lebih spesifik (Mulayana, 2010:149).
2.Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Kedungringin Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang. Waktu penelitian dimulai Tanggal 19 Agustus 2014.
11
3.Subjek penelitian
Dalam penelitian ini dipilih yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat dan
warga sebagai subjek penelitian atau 3 orang. Subjek yang telah dipilih
tersebut diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
4.Metode Pengumpulan Data
Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif, tergatung
beberapa faktor.Paling tidak ditentukan oleh faktor kejelasan tujuan dan
permasalahan penelitian, ketepatan pemilihan pendekatan/ metodologi,
ketelitian dan kelengkapan data/ informasi itu sendiri. Dalam penelitian
yang mendasarkan pada pendekatan kualitatif ini dipergunakan beberapa
teknik pengumpulan data, yaitu wawancara dan studi dokumentasi. Kedua
teknik akan dijelaskan berikut ini, digunakan peneliti dalam rangka
memperoleh informasi saling melengkapi.
Wawancara (interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview giude (panduan wawancara)
(Nazir, 2003:) interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan
data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik
dan berlandaskan berdasarkan tujuan penelitian (Supriyanto &Mahfudz,
2010:199).
Penelitimelakukanwawancaratatapmukasecaralangsungdengannarasumber
menggunakansoal yang telahdisiapkan.
12
Observasi adalah pengamatan dan pencatan suatu objek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarmudi, 2004:69), Observasi
ini digunakan untuk memperoleh data, Keadaan dalam Tradisi Sedekah
Desa di Kedungringin.
Penelitimelakukanobservasisecaralangsungpadasaatacaratradisisedekahdes
adanpuncakacarawayanganmelihatsuasanadankeadaandisekitar.
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,
rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006).
Penelitimenggunakanalatuntukmengambilgambarsecaralangsungpadasaatb
erdoabersama-samamaupunpuncakacarayaituwayangan.
Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (arikunto, 2002).
Teknik ini digunakanuntuk mengambil data internal perusahan seperti
sejarah perusahaan, profil perusahaan, struktur organisasi( Supriyanto &
Mahfudz, 2010:199-200).
Selain wawancara dan dokumentasi juga menggunakan observasi,
yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap proses/tahapan dalam
pelaksanaan sedekah desa di Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang.
Dalam penelitian kualitatif tidak terdapat prosedur pengumpulan data
yang memiliki pola yang pasti. Rianse (2009:6) mengatakan “masing-masing
13
peneliti dapat memberi sejumlah petunjuk dan saran berdasarkan pengalaman
masing-masing”, namun demikian Lincoln dan Guba (Rianse,2009)
mengatakan terdapat rangkaian prosedur dasar yang dipergunakan dalam
penelitian kualitatif, prosedur itu meliputi tahap orientasi, exsplorasi, dan
member check. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini melalui
kegiatan sebagai berikut:
1.Tahap Orientasi
Pada saat ini peneliti melakukan kegiatan: Pendekatan tokoh Agama,
tokoh masyarakat dan warga yang menjadi obyek penelitian, dengan tujuan
untuk memperoleh gambaran tentang lokasi dan fokus masalah penelitian,
serta memilih jumlah informasi awal yang memadai untuk memperoleh
informan yang tepat. Melakukan pendalaman terhadap sumber-sumber
bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian, guna menyususn
kerangka penelitian dan teori-teor. Melakukan wawancara awal untuk
memperoleh informasi yang bersifat umum yang berkenaan dengan ruang
lingkup penelitian.
2.Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan: Mengadakan wawancara
secara intensif dengan subjek penelitian, yaitu tokoh agama, kepala desa,
tokoh masyarakat, dan masyarakat yang mengetahui tradisi yang
dilaksanakan secara turun temurun.
3.Tahap Member Check
14
Pada tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan dan
dicek ulang dengan metode triangulasi, untuk melihat kelengkapan atau
kesempurnaan serta validitas data.pengecekan data ini dilakukan dengan
kegiatan sebagai berikut: Mengecek ulang data-data yang sudah terkumpul
dari wawancara, hasil observasi maupun dokumen. Meminta data atau
informasi ulang kepada subjek penelitian apabila ternyata data yang
terkumpul tersebut belum lengkap.Meminta penjelasan kepada pihak terkait
tentang data siswa yang melanjutkan serta data lain yang berhubungan
dengan penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Tujuan utama penelitian ini adalah memahami perilaku manusia
dalam konteks tertentu. Sebagai konsekuensi daritujuan, sifat dan
pendekatan penelitian kualitatif tersebut, maka proses dan teknik analisa
data yang ditempuh peneliti cenderung beragam. Kualitas koseptual,
kreativitas dan intuisi penelitimenentukan keberhasilan analisanya. Sesuai
dengan sifat penelitian yang naturalistic-fenomenologis kualitatif, tentunya
semua informasi yang dijaring dengan berbagai macam alat studi ini
berupa uraian yang penuh deskripsi mengenai subjek yang diteliti,
pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainya yang berkaitan.
Tentu tidak semua data itu dipindahkan dalam laporan penelitian,
melainkan dianalisis dengan menggunakan prosedur menurut Sugiyono
(2009:45) yaitu: (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil
15
keputusan dan verifikasi. Analisis data dalam penilitian naturalistik
kualitatif menurut rianse (2009:65) adalah proses mengatur data untuk
ditafsirkan dan diketahui maknanya.
1.Reduksi Data
Tahap ini dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu wawancara,pengamatan lapangan, dan
dokumen hal-hal pokok dari proyek yang diteliti yang berkenaan
dengan fokus penelitian.
2.Display Data
Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum hal-hal pokok yang
ditemukan dalam susunan dan sistematis, yaitu data disusun dengan cara
menggolongkanya ke dalam pola, tema, unit atau katagori, sehigga tema
sentral dapat diketahui dengan mudah, kemudian diberi makna sesuai
materi penelitian. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan analisis dan
interpretasi data adalah merupakan proses penyederhanaan dan
transformasi timbunan data mentah, sehingga menjadi kesimpulan-
kesimpulan yang singkat dan bermakna.
16
3.Verifikasi
Pada tahap ini dilakukan pengajuan tentang kesimpulan yang telah
diambil dengan data pembandingan yang bersumber dari hasil
pengumpulan data dan penunjang lahirnya.Pengujian ini dimaksudkan
untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan
yang diambil dilakukan dengan menghubungkan atau
mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli.
Terutama teori yang menjadi kerangka acuan peneliti dan keterkaitanya
dengan temuan-temuan dari penelitian lainya yang relevan, melakukan
proses memberchek mulai dari tahap orientasi sampai dengan kebenaran
data terakhir, dan akhirnya membuat kesimpulan untuk dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
17
G. SistematikaPenulisanSkripsi
Sistematika penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait
dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional
Metode Penelitian meliputi Metode Pemilihan Subyek,Metode
Pengumpulan Data, Metode, Analisis Data serta Sistematika
Penulisan
BAB II: Kajian Pustaka
a. Tinjauan tentang Nilai Pendidikan Islam meliputi: Definisi Nilai dan
Pendidikan Islam
b. Tinjauan tentang Sedekah Desa
BAB III: Hasil Penelitianan
a. Gambaran umumDesa Kedungringin dan Keadaan Sosial
Masyarakat.
b. Tradisi Sedekah Desa di Kedungringin
BAB IV: Analisis Data,meliputi
a) Analisis data tentang tradisi sedekah desa dan nilai pendidikan islam
dalam tradisi sedekah desa
b) Analisis data tentang tradisi sedekah desa serta pembahasan tradisi
sedekah desa
BAB V :Penutupdalam bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan dan
saran.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Nilai
Keindahan itu disebut nilai estetik, ia merupakan sejenis nilai,
disamping jenis-jenis nilai lainya. Ada nilai sain dan teknologi, nilai
etik, nilai ekonomi, nilai agama, nilai sosial, nilai politik dan lain-lain,
di samping nilai estetik. Apa yang dikatakan nilai?
Sesuatu yang bernilai ialah sesuatu yang dihargai. Karena ia
berharga, ia dikehendaki, dihasrati, disukai, diamalkan, dicita-citakan.
Sesuatu yang tidak bernilai tidak dihargai, tidak dikehendaki, tidak
disukai atau tidak diamalakan. Salah satu definisi nilai ialah: “Daya
yang dipercayai ada pada sesuatu benda untuk memuaskan hasrat
manusia. Seseorang atau golongan tertarik kepadanya”
Sifat kepuasan menentukan sifat nilai. Kepuasan keindahan
ditimbulkan oleh nilai estetik, kepuasan keindahan ditimbulkan oleh
nilai estetik, kepuasan kebenaran dihasilkan oleh nilai sains dan
falsafah, kepuasan peralatan oleh nilai teknologi, kepuasan kebendaan
oleh nilai ekonomi dan lain-lain. Maka menyatakan suatu benda
bernilai ialah karena alasan tertentu, misalnya alasan kebenaran, alasan
peralatan, alasan ekonomi dan lain-lain.
Misalnya adat, pakaian tradisional, kesenian tradisional bernilai
bagi kaum tua, tapi tidak bagi kaum muda. Bagi kaum muda yang
19
bernilai itu ialah sains dan teknologi, pakaian barat, kesenian
kontemporer. Definisi lain baik ditambahkan untuk memperlengkap
gambaran pengertian, suatu benda bernilai, kalau ia berharga bagi kita.
Tanda ia berharga ialah ia menimbulkan kepuasan dalam hati kita
ketika mendapat nilai itu” (Madya, 1988:68) .
Ada bermacam sifat nilai
a. Nilai subjektif dan nilai objektif
nilai subjektif ialah nilai yang berkaitan dengan subjek, sedangkan
nilai objektif berkaitan dengan objek, lepas daripada subjek.
Misalnya, kapak batu (chopper) yang menurut palaean tropoogi
dipergunakan oleh Homo Soloensis, secara objektif nilainya sama
dengan batu b. yang berserakan disungai atau dijalan, tapi bagi
ilmuan ia amat bernilai.
b. Nilai pribadi dan nilai sosial
Nilai pribadi berharga bagi individu, nilai sosial berharga bagi
masyarakat.
c. Nilai ekstrinsik dan nilai intrinsik;
Nilai yang pertama ialah nilai suatu benda sebagai alat untuk
sesuatu yang lain, nilai sebagai alat untuk membantu sesuatu.
Misalnya uang kertas merupakan alat nilai untuk mas. Nilai
intrinsik mengandung nilai pada dirinya sendiri, pentingnya suatu
benda berkaitan dengan dirinya sendiri. Nilai-nilai itu ialah
kebenaran, kebaikan dan keindahan.
20
Nilai positif dan nilai negatif
Benda bernilai positif mengandung nilai, benda yang bernilai
negatif tidak mengandung nilai.(Madya, 1988:67-69)Nilai angka
kepandaian; harga sesuatu yang diukur dengan uang; sifat-sifat
yang penting bagi kemanusiaan (Saliman&Sudarsono, 1994:339)
2. Pendidikan Islam
Menurut bahwa pendidikan agama islam merupakan salah satu
bagian dari pendidikan islam. Istilah “Pendidikan Islam” dapat dipahami dalam
berbagai perspektif, yaitu:
1. Pendidikan menurut Islam atau pendidikan yang berdasarkan Islam,
dan atau sistem pendidikan yang Islami . yakni pendidikan yang di
pahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-
Qur‟an dan al-sunnah/hadis. Dalam pengertian ini pendidikan Islam
dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan
diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber dasar
tersebut.Dalam realitasnya, pendidikan yang dibangun dan
dikembangkan dari kedua sumber dasar tersebut terdapat beberapa
perspektif, yaitu (1) pemikiran, teori dan praktik penyelenggaraanya
melepaskan diri dan/atau kurang mempertimbangkan situasi kongret
dinamika pergumulan masyarakat muslim (era klasik dan
kontemporer) yang mengitarinya; (2) pemikiran, teori dan praktik
penyelenggaraanya hanya mempertimbangkan pengalaman dan
21
khasanah keilmuan ulama klasik; (3) pemikiran, teori danpraktik
penyelenggaraanya mempertimbangkan situasi sosio-historis dan
kultural masyarakat kontemporer,dan melepaskan diri dari
pengalaman-pengalaman serta khasanah intelektual ulama klasik; (4)
pemikiran,teori dan praktik penyelenggaraanya mempertimbangkan
pengalaman dan khasanah intelektual Muslim klasik serta
mencermati situasi sosio-historis dan kultural masyarakat
kontemporer.
2. Pendidikankeislaman atau pendidikan agama islam, yakni upaya
mendidik agama islam atau ajaran islam dan nilai-nilai nya agar
menjadi way of lifee (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam
pengertian yang kedua ini dapat berwujud: (1) segenap kegiatan
yang dilakukan seseorang untuk membantu seseorang atau
sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan/atau menumbuh
kembangkan ajaran islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan
pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan
dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari; (2)
segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau
lebih yang dampaknya ialah tertanamnya dan/atau tumbuh
kembangnya ajaran islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau
beberapa pihak.
3. Pendidikandalam Islam, atau proses dan praktik penyelenggaraan
pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat
22
Islam. Dalam arti proses bertumbuh kembangnya Islam dan
umatnya, baik Islam sebagai agama, ajaran maupun sistem budaya
dan peradaban, sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Sampai
sekarang. Jadi, dalam pengertian yang ketigaini istilah “pendidikan
Islam” dapat dipahami sebagai proses pembudayaan dan pewarisan
ajaran agama, budaya dan peradaban umat islam dari generasi
sepanjang sejarahnya (Muhaimin, 2003:6-8).
Pendidikan islam pada hakikatnya adalah proses perubahan menuju
kearah yang positif dalam konteks sejarah, perubahan yang positif ini adalah
jalan Tuhan yang telah dilaksanakan sejak Zaman Nabi Muhammad SAW.
Pendidikan Islam dalam konteks perubahan ke arah yang positif ini identik
dengan kegiatan dakwah yang biasanya dipahami sebagai upaya untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. Sejak wahyu pertama
diturunkan dengan program iqro‟ (membaca), pendidikan islam praktis telah
lahir, berkembang, dan eksis dalam kehidupan umat Islam, yakni sebuah proses
pendidikan yang melibatkan dan menghadirkan Tuhan. Membaca sebagai
sebuah proses pendidikan dilakukan dengan menyebut nama Tuhan yang maha
Menciptakan (Roqib,2009:18-19)
Kebudayaan umumnya dikatakan sebagai proses atau hasil krida, cipta,
rasa, dan karsa manusia dalam upaya menjawab tantangan kehidupan yang
berasal dari alam sekelilingnya. Alam ini, di samping memberikan fasilitas
yang indah, juga menghadirkan tantangan yang harus diatasi.
23
Manusia tidak puas dengan hanya apa yang terdapat dalam alam
kebendaan. Manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup tertentu dengan
kesadaran dan cita-citanya. Karena itu, ada enam nilai yang amat menentukan
wawasan etik dan kepribadian manusia maupun masyarakat. Mengenai keenam
nilai budaya, st. Takdir Alisjahbana mengatakan:Jika tujuan proses itu
mengetahui alam sekitarnya yaitu menentukan dengan objektif identitas benda-
benda dan kejadian-kejadian, kita menghadapi proses penilaian teori yang
menuju kearah pengetahuan yang kita sebut nilai teori. Jika tujuanya adalah
memakai atau menggunakan benda-benda dan kejadian-kejadian, kita
menghadapi proses penilaian ekonomi, yang berlaku menurut logika efisiensi
dan menuju kearah guna yang sebesar besarnya untuk hidup dan kesenagan
hidup, yaitu nilai ekonomi atau kegunaan. Kombinasi antara nilai teori dan
nilai ekonomi yang senantiasa maju disebut aspek progresif dari kebudayaan
(Simuh, 2003:2).
Jika dalam proses penilaian dunia sekitar dihadapi sebagai ekspresi dari
pada rahasia dan kebesaran hidup dan alam semesta, kita menghadapi nilai
agama,kekudusan, yang terhadapnya manusia merasa takzim, penuh
tremendum et fecinans (kegemetaran dan ketakjuban). Jika yang dialami
itukeindahan, kita menghadapi penilain estetik, yang bersifat keekspresifan
benda-benda dan kejadian-kejadian, Kombinasi antara nilai agama dan nilai
seni yang sama-sama menekankan intuisi,perasaan dan fantasi disebut aspek
ekspresif dari kebudayaan.
24
Kita juga melihat sesama kita, yaitu dalam hubungan kekuasaan dan
solidoritas. Dalam proses penilaian kuasa yang dituju kekuasaan, yaitu kita
merasa puas jika orang lain mengikuti norma-norma dan nilai-nilai kita;
pendeknya kita mempunyai otoritas dan kuasa atas mereka. Dengan proses
penilaian solidoritas, kita tiba pada hubungan cinta,persahabatan, simpati
dengan sesama manusia, yaitu kita menghargai mereka sebagai individu atau
golongan dengan kemungkinan-kemungkinannya sendiri, dan kita puas jika
dapat membantu dalam perkebangan kemungkinan-kemungkinan mereka.
Keenam macam nilai di atas memang merupakan kristalisasi berbagai
macam nilai kehidupan manusia, sehingga keenamnya merupakan pilar yang
menentukan konfigurasi kepribadian dan norma etik individu dan masyarakat.
Dari keenam nilai tersebut, tentu ada nilai yang paling dominan, yang
merupakan norma tertinggi dari seluruh pola kehidupan pribadi dan
masyarakat. Misalnya, jika nilai ekonomi yang dipandang sebagai nilai utama,
pasti pola tingkah laku cenderung ke arah paham materialis. Karena tujuan
utama adalah keuntungan tentu ia menghalalkan segala cara dan tak
mempedulikan halal dan haram. Demikian pula jika kekuasaan menjadi nilai
utama. Kedudukanlah yang diutamakan, sehingga jalan apapun untuk merebut
dan mempertahankanya dipandang halal. Tetapi jika nilai ilmiah yang utama,
lahirlah idealisme yang rela berkorban bagi pengembangan ilmiah, namun,
nilai ilmiah pun sangat mungkin terjerumus kedalam paham materialis dan
sekularis.
25
Tiga nilai budaya, yaitu nilai agama, seni, dan solidoritas, berkaitan
dengan rasa, yang menurut St. Takdir Alisjahbana bersendi pada perasaan,
intuisi dan imajinasi. Budaya ekspresif umumnya berwatak konserfatif. Agama
misalnya, jika tidak didukung oleh pemikiran yang rasional. Karena itu yang
utama bagi kemajuan umat manusia adalah bagaimana cara mengembangkan
budaya yang memiliki keserasian nilai progresif dan ekspresif. Hal ini hanya
mungkin jika nilai agama dijadikan sendi utama dan didukung oleh nilai teori
dan ekonomi (Simuh, 2003:1-3)
Jika nilai agama menjadi dasar bagi pola budaya individu dan masyarakat
nilai agama itu tentuakan mewarnai tingkah laku seseorang atau masyarakat.
Contohnya, adalah pola budaya masyarakat bersahaja dari suku bangsa jawa
sebelum dipengaruhi oleh budaya India.Demikian pula, budaya-budaya asli
Indonesia pada umumnya. Hanya saja penghayatan individu atau masyarakat
terhadap agama mereka juga bertingkat-tingkat. Karena itu, konsep beragama
yang ideal adalah jika nilai agama mereka berhasil menjiwai nilai-nilai budaya
yang lain. Kalau belum tercapai,berarti penghayatan agama belumutuh, atau
belum sungguh-sungguh mengakar. Dalam hal agama, animisme ini belum
menjadi agama dalam pengertian yang sempurna. Artinya, animisme belum
membawa kesadaran keagamaan secara utuh, tetapi masih dekat kepada
kepercayaan tradisional (Simuh,2003:48-49).
26
Istilah pendidikan dalam kontek islam pada umumnya mengacu
kepada term al-tabiyah, al-ta‟dib, dan al-ta‟lim. Dari ketiga istilah
tersebut term yang populer digunakan dalam praktik pendidikan islam
ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta‟dib dan al-ta‟lim jarang
sekali digunakan sejak awal pertumbuhan Pendidikan Islam.
Kendatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga tersebut
memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term
memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Untuk
itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga term
pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tesendiri dari
beberapa para ahli pendidikan Islam.
a. Istilah al-Tarbiyah
Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kta rabb.
Walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian
dasarnya menunjukan makna tumbuh, berkembang, memelihara,
merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau
eksistensinya.(Nizar, 1997:25).
Dalam penjelasan lain kata al-tarbiyahberasal dari tiga kata yaitu :
1) rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh, dan berkembang
Artinya: Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar
Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan
27
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).(syamil
Al-Qur‟an Terjemah, 2007:408).
2) rabiya-yarbu berarti menjadi besar.
3) rabba-yarubbu berarti memperbaiki, menguasai urusan,
menuntun, dan memelihara.
Kata rabb sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. Al Fatihah/1:2
Artinya: Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (Syamil
Al-Qur‟an Terjemah, 2007:1)
Alhamdu segala puji. memuji orang adalah karena perbuatannya
yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka
memuji Allah berarti: menyanjung-Nya karena perbuatannya
yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui
keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita
menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber
dari segala kebaikan yang patut dipuji.
Rabb (tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki,
mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain
untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul
bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang
diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam,
seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan,
28
benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-
alam itu.
Keduanya mempunyai kandungan makna yang berkonotasi
dengan istilah al-Tarbiyah. Sebab kata rabb (Tuhan) dan murabbi
(pendidik) berasal dari akar kata yang sama. Berdasarkan hal ini,
maka Allah adalah Pendidik Yang Maha Agung bagi seluruh alam
semesta.
Uraian di atas, secara filosofis mengisyaratkan. bahwa
proses pendidikan islam adalah bersumber pada pendidikan yang
diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaanya-Nya, termasuk
manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam
yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur
pendekatan, yaitu : (1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik
menjelang dewasa (baligh). (2) Mengembangkan seluruh potensi
menuju kesempurnaan. (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju
kesempurnaan. (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.(Nizar,
1997:26)
Penggunaan term al-tarbiyah untuk menunjukan makna
pendidikan Islam dapat difahami dengan menunjuk firman Allah:
Artinya:Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai
29
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Q.S. Al
Israa‟/17:24).(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:284).
b. Istilah al-ta‟lim
istilah al-ta‟limtelah digunakan sejak periode awal
pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih
bersifat universal di banding dengan al-tarbiyah maupun al-ta‟dib.
Rasyid Ridha, misalnya mengartikan al-ta‟lim sebagai proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa
adanya batasan dan ketentuan tertentu. Argumentasinya didasarkan
dengan merujuk pada ayat ini;
Artimya:Sebagaimana (kami telah menyempurnakan
nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus
kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan
ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-
Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang
belum kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah/2:
151).(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:23).
Kalimat wa yu‟allimuhum al-kitab wa al-hikmah dalam
ayat tersebut menjelaskan aktivitas Rasulullah mengerjakan tilawah
al-Quran kepada kaum muslimin. Menurut Abdul Fatah Jalal, apa
yang dilakukan Rasul bukan hanya sekedar membuat umat Islam
30
bisa membaca, melainkan membawa kaum muslimin kepada nilai
pendidikan tazkiyah an-nafs (pensucian diri) dari segala kotoran,
sehingga memungkinkanya menerima al-hikmah serta mempelajari
segala yang bermanfaat untuk diketahui. Oleh karena itu, maka al-
ta‟lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang lahiriyah akan
tetapi mencakup pengetahuann teoritis, mengulang secara lisan,
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan,
perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk
perilaku.(Nizar, 1997:27)
Kecenderungan Abdul Fatah Jalal sebagaimana
dikemukakan di atas, didasarkan pada argumentasi bahwa manusia
pertama yang mendapat pengajaran langsung dari Allah adalah Nabi
Adam a.s. Hal ini secara eksplisit disinyalir dalam Q.S. Al Baqarah
2:31.
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar!"(Syamil Al-Quran
Terjemah, 2007:6).
Pada ayat tersebut dijelaskan, bahwa penggunaan kata
allamauntuk memberikan pengajaran kepada Adam a.s.memiliki
31
nilai lebih yang sama sekali tidak dimiliki para malaikat.(Nizar,
1997:28)
Dalam argumentasi yang agak berbeda, istilah al-ilmu
(sepadan dengan al-ta‟lim) dalam Al-Quran tidak terbatas hanya
berarti ilmu saja. Lebih jauh kata tersebut dapat diartikan ilmu dan
amal. Hal ini didasarkan ayat berikut ini;
Artinya:Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada
Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan
Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan
tempat kamu tinggalmu.”(Q.S.
Muhammad/47:19).(Syamil Al-Qur‟an Terjemah,
2007:508).
Kata ta‟lim (ketahuilah) pada ayat di atas memiliki makna
sekedar mengetahui (ilmu) secara teoritis yang tidak memiliki
pengaruh bagi jiwa, akan tetapi mengetahui yang membekas dalam
jiwa dan ditampilkan dalam bentuk aktifitas (amaliah).(Nizar,
1997:29)
Dalam hal ini Allah berfirman :
32
Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-
binatang melata dan binatang-binatang ternak ada
yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun(Q.S.
Fathir/35:28).(Mujama‟ Al Malik Fahd Li Thiba‟at Al
Mush-Haf, 2007:700)
Dalam konteks ini, makna kata ulama dalam ayat di atas
adalah orang-orang yang mengetahui ajaran agama dan
mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari. Di sini, fungsi ilmu
pada dasarnya menuntut adanya amal. Tanpa amal, maka ilmu tidak
akan berfungsi sebagai alat bagi manusia melaksanakan amanat-Nya
sebagai khalifah fi al-ardh.
c. Istilah al-ta‟dib
Menurut al-Attas, Istilah yang paling tepat untuk
menunjukkan pendidikan Islam adalah al-ta‟dib. Konsep ini
didasarkan pada hadis Nabi SAW:
(رو اه العسكري عن علي)ادبني ربي فاحسن تاءديبي
Artinya:“Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan
pendidikanku”.(H.R. al-Askary dari Ali r.a).
Kata addabadalam hadis di atas dimaknai al-Attas
“mendidik”. Selanjutnya ia mengemukakan, bahwa hadis tersebut
bisa dimaknai kepada “Tuhanku telah membuatku mengenali dan
mengakui dengan adab yang dilakukan secara berangsur-angsur
ditanamkan-Nya ke dalam diriku, tempat-tempat yang tepat bagi
33
segala sesuatu di dalam penciptaan, sehingga hal itu membimbingku
ke arah pengenalan dan pengakuan tempat-Nya yang tepat di dalam
tatanan wujud dan kepribadian, serta –sebagai akibatnya- Ia telah
membuat pendidikanku yang paling baik.
Berdasarkan batasan tersebut,maka al-ta‟dib berarti
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-
tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.
Dengan pendekatan ini pendidikan akan berfungsi sebagai
pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang
tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.(Nizar,1997:30)
Lebih lanjut ia ungkapkan bahwa, penggunaan istilah
tarbiyah terlalu luas untuk mengungkap hakikat dan operasinalisai
pendidikan Islam. Sebab kata al-tarbiyah yang memiliki arti
pengasuh, pemeliharaan, dan kasih sayang tidak hanya digunakan
untuk manusia, tetapi juga digunakan untuk melatih dan memelihara
binatang atau makhluk Allah lainya (Nizar, 1997:31). Oleh
karenanya, penggunaan istilah al-tarbiyah tidak memiliki akar yang
kuat dalam khazanah bahasa Arab. Timbulnya istilah ini dalam dunia
Islam merupakan terjemahan dari bahasa Latin “educatio” atau
bahasa inggris “education”. Kedua kata tersebut dalam batasan
pendidikan Islam, penekananya tidak hanya aspek tersebut, akan
tetapi juga pada aspek psikis dan material. Dengan demikian, istilah
34
al-ta‟dib merupakan terma yang paling tepat dalam khazanah bahasa
Arab karena mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan,
kebijaksanaan, pengajaran, dan pengasuh yang baik sehingga makna
al-tarbiyah dan al-ta‟lim sudah tercakum dalam terma al-ta‟dib.
Terlepas dari perdebatan makna dari ketiga term di atas, secara
terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasi
pengertian pendidikan Islam. Di antara batasan yang sangat variatif
tersebut adalah :
1) al-Syaibaniy ; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah
proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada
kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses
tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran
sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak
profesi asasi dalam masyarakat (Nizar, 1997:31).
2) Muhammad Fadhil al-Jamaly; mendifinisikan pendidikan Islam
sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak
peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai
yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut,
diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih
sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan,
maupun perbuatanya (Nizar, 1997:32).
3) Ahmad D. Marimba ; mengemukakan bahwa pendidikan Islam
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
35
terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
terbentuknya yang utama (insan kamil) (Nizar, 1997:32).
4) Ahmad Tafsir, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai
bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang
secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Nizar, 1997:32).
Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
adalah sesuatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik)
dapat mengarahkan kehidupanya sesuai ideologi Islam. Melalui
pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan
darinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam yang diyakininya
(Nizar,1997:32).
3. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang
berlangsung secara kontineu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal
ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam
adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang
hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan
memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan
berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir
hayatnya.
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap
kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara
36
fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memunginkan tugas
pendidikan berjalan dengan lancar.
Telaah liter di atas,dapat difahami bahwa, tugas pendidikan Islam-
setidaknya-dapat dilihat dari tiga pendekatan, Ketiga pendidikan
tersebut adalah ; pendidikan Islam sebagai pengembanganpotensi,
proses pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya.
Sebagai pengembangan potensi, tugas pendidikan Islam adalah
menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki
peserta didik, sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupanya
sehari-hari.
Sementara sebagai pewarisan budaya, tugas Pendidikan Islam
adalah alat transmisi unsur-unsur pokok-pokok budaya dari satu
generasi kegenerasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap
terpelihara dan terjamin dalam sebagai interaksi antara potensi dan
budaya, tugas pendidikan Islam adalah sebagai proses transaksi
(memberi dan mengadopsi) antara manusia dan lingkunganya. Dengan
proses ini peserta didik (manusia) akan dapat menciptakan dan
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
mengubah atau memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan
lingkunganya (Nizar, 1997:33).
Untuk menjamin terlaksananya tugas pendidikan Islam secara
baik, hendaknya terlebih dahulu dipersiapkan situasi kondusif
pendidikan yang bernuansa elastis. Dinamis, dan kondusif yang
37
mungkin bagi pencapaian tugas tersebut. Hal ini berari bahwa
pendidikan Islam dituntut untuk dapat menjalankan fungsinya, baik
secara struktural maupun institusional.
Secara struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur
organisai yang mengatur proses jalannya pendidikan, baik pada dimensi
vertikal maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia
mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan
hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan
zaman yang terus berkembang. Untuk itu, diperlukan kerja sama
berbagai jalur dan jenis pendidikan mulai dari sistem pendidikan
sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari
dua bentuk, yaitu : (a) Alat untuk memelihara, memperluas, dan
menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan
sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional. (b) Alat untuk
mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis
besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan
skill yang dimilki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik)
yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan
ekonomi yang demikian dinamis (Nizar, 1997:34)
4. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Dengan mengacu pada pendapat Zakiyah Daradjad dan Noeng
Muhadjir, konsep pendidikan Islam mencakup kehidupan manusia
38
seutuhnya, tidak hanya memperhatikan dan mementingkan segi akidah
(keyakinan), ibadah (ritual), dan akhlak (norma-etika) saja, tetapi jauh
lebih luas dan dalam dari pada semua itu. Para pendidik Islam pada
umumnya memiliki pandangan yang sama bahwa pendidikan Islam
mencakup berbagai bidang: (1) keagamaan, (2) akidah dan amaliah, (3)
akidah dan budi pekerti, dan (4) fisik biologis, eksak, mental psikis, dan
kesehatan. Dari sisi akhlak, pendidikan Islam harus dikembangkan
dengan didukung oleh ilmu-ilmu lain yang terkait.
Dari penjelasan di depan maka dapat dinyatakan bahwa ruang
lingkup pendidikan Islam meliputi:
a. Setiap proses perubahan menuju ke arah kemajuan dan
perkembangan berdasarkan ruh ajaran islam.
b. Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental,
perasaan (emosi), dan rohani (spiritual).
c. keseimbangan antara pendidikan jasmani-rohani, keimanan-
ketakwaan pikir-dzikir, ilmiah-amaliah, materiil-spiritual,
individual-sosial dan dunia akhirat.
d. Realisai dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan sebagai
hamba Allah („adullah) untuk menghambakan diri semata-mata
kepada Allah dan fungsi kekhalifahan sebagai khalifah Allah
(khalifatullah) yang diberitugas untuk menguasai, memelihara,
memanfaatkan, melestarikan dan memakmurkan alam semesta
(rahmatan lil „alamin).(Raqib,2009:21-22)
39
5. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Persoalan pendidikan adalah persoalan yang menyangkut hidup
dan kehidupan manusia yang senantia satelah terproses dan
berkembang dalam kehidupanya. Di antara persoalan pendidikan yang
cukup penting dan mendasar adalah mengenai cita pendidikan. Tanpa
adanya perumusan tujuan pendidikan yang baik, maka perbuatan
mendidik menjadi tidak jelas, tanpa arah dan bahkan tersesat.
Sebagaimana diketahui, bahwa suatu usaha tanpa tujuan tidak akan
berarti apa-apa (Aziz, 2009:37).
sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan
kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau
dasar yang dijadikan landasn kerja. Dengan dasar ini akan memberikan
arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam
konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya
merupakan sumber nilai kebenaran dan ke kuatan yang dapat
menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan. Oleh
karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-
Quran dan Sunnah Rasulullah (hadis).
Menetapkan Al-Quran dan hadis sebagai dasar pendidikan Islam
bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada
keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam
kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat
40
dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai
pedoman, Al-Quran tidak ada keraguan padanya.
Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Q.S. Al
Baqarah/2:2).(Syamil Al-Quran Terjemah, 2007:2)
Ia tetap terpelihara kebenaran dan kesucianya
Artinya:Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; yang
Maha besar lagi Maha tinggi..(Q.S. Ar Ra‟d/15:9).(Syamil Al-Qur‟an
Terjemah, 2007:250).
Baik dalam pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek
sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran hadis
sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam. Secara umum, hadis
difahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW,
baik berupa perkataan,perbuatan, serta ketetapanya. Keperibadian Rasul
sebagai uswatunal-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik (Nizar,
1997:35).
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
41
dan Dia banyak menyebut Allah(Q.S. Al
Ahzab/33:21).(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:420).
Oleh karena itu, perilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol
oleh Allah SWT (Q.S. An Najm/53:3-4).
Artinya: Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran)
menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).(Syamil Al-
Qur‟an Terjemah, 2007:526).
Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul SAW mempuanyai dua
fungsi, yaitu : (1) menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat
dalam Al-Quran dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di
dalamnya. (2) menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan
Rasulullah bersama sahabat, perilakunya terhadap anak-anak, dan
pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.
Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa‟id Ismail Ali
sebagaimana dikutip Langgulung terdiri atas 6 macam, yaitu ; Al-
Quran, Sunnah, qaul al-shahabat, masalih al-mursalah, urf, dan
pemikiran hasil ijtihad intelektual muslim. Seluruh rangkaian dasar
tersebut secara hierarki menjadi acuan pelaksanaan sistem pendidikan
Islam.
Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu ;
42
a. Tujuan dan tugas manusia dimuka bumi, baik secara vertikal
maupun horizontal.
b. Sifat-sifat dasar manusia.
c. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
d. Dimensi-dimensi ideal Islam. Dalam aspek ini setidaknya ada 3
macam dimensi ideal Islam, yaitu ; (a) mengandung nilai yang
berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka
bumi. (b) mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha
keras untuk meraih kehidupan yang baik. (c) mengandung nilai
yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan
akhirat (fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirat al-hasanah).
Berdasarkan batasan di atas, para ahli pendidikan (muslim)
mencoba merumuskan tujuan pendidikan Islam. Diantaranya al-
Saebani, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi Pendidikan Islam
adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujan
akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik,
baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan
terbentuk pribadi yang utuh dan ardh. Pendekatan tujuan ini memiliki
makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi
muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan
sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupanya di dunia
dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikanya.
43
Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam
menurut al-Quran meliputi ; (1) menjelaskan posisi peserta didik
sebagai manusia di antara makhluk Allah lainya dan tanggung
jawabnya dalam kehidupan ini. (2) menjelaskan hubunganya sebagai
makhluk sosial dan tanggungjawabnya dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat. (3) menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan
tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara
memakmurkan alam semesta. (4) menjelaskan hubunganya dengan
Khaliq sebagai pencipta alam semesta.
Konsepsi di atas secara global mengisyaratkan bahwa ada dua
kematian yang perlu direalisasikan dalam praktek pendidikan Islam,
yaitu dimensi dialektika horizontal dan dimensi ketundukan vertikal.
Peda dimensi dialektika horizontal, pendidikan Islam hendaknya
mampu mengembangkan relitas kehidupan, baik yang menyangkut
dengan dirinya, masyarakat, maupun alam semesta beserta segala
isinya. Sementara dalam dimensi ketundukan vertikal mengisyaratkan
bahwa, pendidikan Islam selain sebagai alat untuk memelihara,
memanfaatkan, dan melestarikan sumberdaya alami, juga kehendaknya
menjadi jembatan untuk memahami fenomena dan misteri kehidupan
dalam upaya mencapai hubungan yang abadi dengan Khaliqnya.
Secara praktis, Muhammad Athiyah al-Abrasyi, menyimpulkan
bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu: (1)
membentuk akhlak mulia (2) mempersiapkan kehidupan dunia dan
44
akhirat (3) persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi
kemanfaatanya (4) menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan pesrta
didik (5) mempersiapkan tenaga profesional yang trampil (Nizar,
1997:37)
Kongres sedunia ke II tentang pendidikan Islam tahun 1980 di
Islamabad, menyatakan bahwa :
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik.) secara menyeluruh
dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran
(intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Karena
itu, pendidikan hendaknya mencangkup pengembangan seluruh aspek
fitrah pesrta didik; aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah,
dan bahasa baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong
semua aspek tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan.
Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan
ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi
komunitas, maupun seluruh umat manusia(Nizar, 1997:38)
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan
Islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik
secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik
sebagai muslim paripurna (insan al-kamil). Melalui sosok pribadi yang
demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi
iman, ilmu, dan amal (Q.S. Al Mujadalah/58:11)
45
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Syamil Al-Quran
Terjemah, 2007:543)
Secara integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik
dunia maupun akhirat (Nizar, 1997:39).
Tujuan fungsi pendidikan berakar pada tuntutan atas diri manusia untuk menjadi
kholifah di muka bumi secara kongkret hal tersebut mustahil dilakukan mengingat
keterbatasan kemempuan manusia, bahkan malaikat sendiri pun mempertanyakan
kemampuan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi (Assegaf, 2005:104-
105).
6. Metode Pendidikan Islam
Istilah metode sering kali disamakan dengan istilah pendekatan
strategi, dan teknik sehingga dalam penggunaannya juga sering saling
bergantian yang pada intinya adalah suatu cara untuk mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan atau cara yang tepat dan cepat untuk meraih
tujuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Istilah pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian,
filsafat, dan keyakinan, walaupun hal itu tidak mesti dapat dibuktikan.
Ia terkait dengan serangkaian asumsi mengenai hakikat pembelajaran.
Pendekatan merupakan kerangka filosofis dan teoretis yang menjadi
dasar pijak bagi cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan.
46
Ada banyak contoh tentang pendekatan dalam pendidikan, seperti
pendekatan humanisme (insaniya), liberialisme (hurriyah),
behaviorisme (sulukiyah), dan pendekatan kognitivisme (an-nazariyah
al-ma‟rifiyah). Setiap dasar filosofis yang dipakai dalam pendidikan
akan berkonsekuensi pada kerangka metodologis dan teknik yang
berbeda pula meskipun secara kasatmata terlihat sama (Raqib,
2009:90).
Di Indonesia dikenal beberapa istilah pendekatan yang popular
dalam pengajaran, seperti Cara Belajar Siswa (CBSA) dan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM) yang dapat
disebut dengan edutainment. Pendekatan pertama lebih menekakan
pada keaktifan peserta didik sedangkan yang kedua lebih menekan pada
sisi kreativitas dan pembelajaran yang menyenangkan (Raqib, 2009:91).
Metode pendidikan Islam adalah proses umum dalam penyampaian
materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan atas asumsi
tertentu tentang hakikat Islam sebagai supra sistem. M. Ahiyah al-
Abrasyi mengartikan metode sebagai jalan yang dilalui untuk
memperoleh pemahan peserta didik (Raqib, 2009:91). Sementara
Abdul Aziz mengartikan metode sebagai cara-cara memperoleh
informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan berpikir, serta cinta
kepada ilmu, guru, dan sekolah. Metode ini diperlukan untuk mengatur
pembelajaran dari persiapan sampai evaluasi (Raqib, 2009:90-92).
47
B. Tinjauan Tentang Sedekah Desa
Pengertian Sedekah Desa
Akar kata kebudayaan‟ (ke – budaya – an) ialah „budaya‟. Budaya
ialah singkatan daripada 2 kata; budi dan daya. Ini adalah kaidah tata
bahasa Sansekerta, yang dalam tata bahasa Indonesia dikenal dengan
hukum M-D (Menerangkan – Diterangkan). Kata lain menurut pola yang
sama ialah bumi-putera. Dalam hukum tatabahasa Indonesia hukum itu
terbalik, yaitu daya-budi dan putera-bumi, terkenal dengan hukum D-M
(Diterangkan – Menerangkan).
Haji Agus Salim mengartikan kebudayaan sebagai persatuan antara
budi dan daya, mengandung makna himpunan segala usaha dan daya –
upaya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi, untuk
memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai kesempurnaan (Madya,
1988:1).
Bahasa Inggris menyebut kebudayaan itu „culture‟. Etimologi kata
ini juga membawa kepada budi, karena pengertian awal ialah
menumbuhkan budi manusia atau perkembanganya dengan latihan. Bahasa
Arab menyebut kebudayaan itu „ath-thaqafah‟, yang mengandung
pengertian awal: penggosokan, pemurnian, pembersihan,. Sebutir batu
yang digali dari tambang, digosok sampai bercahaya menjadi berlian,
adalah perbuatan itu disebut „thaqafah‟ itu menjadi unsur kebudayaan.
Penggosokan, pemurnian, dan pembersihan itu dipikirkan oleh budi dan
diwujudkan oleh tangan.
48
Sutan Takdir Alisyahbana mendefinisikan kebudayaan dengan
“manifestasi cara berfikir”. Dan bukankah yang berpikir itu budi? Alam
dalam bentuk murninya bukanlah kebudayaan. Setelah ia dikerjakan
dengan menggunakan pendapat budi, barulah ia menjadi kebudayaan
(Madya, 1988:1).
Dasar Tradisi Sedekah Desa
Adapun dasar dari sedekah desa tersebut diambil dari Al-Quran
tentang sedekah desa. Dan bentuk syukur kepda Allah SWT,
Tentang Syukur Surat An-Nahl Ayat 18:
Artinya Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak
dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (Syamil Al-Quran Terjemah:269)
Tentang sedekah/shodaqoh Surat Al-Baqoroh ayat 195:
195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
49
baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik (Syamil Al-Qur‟an Terjemah:30)
Nilai-nilai pendidikan islam yang terdapat dalam sedekah desa diantaranya
adalah:
1) Nilai Syukur
Doa memiliki pengaruh yan luas dalam berbagai bentuk
pelaksanaan upacara tradisional orang jawa. Berdoa adalah suatu
penyampaian segala permintaan kepada suatu dzat yang tertinggi yaitu
Tuhan. Fungsi doa adalah memohon kepada Allah agar diberi keselamatan
dan kesejahteraan, dengan doa manusia akan selalu ingat kepada Tuhan.
Dalam hadis doa adalah otaknya ibadah.
Berdoa mempunyai wujud syukur kepada Allah dengan berdoa dan
memberikan dari sebagian apa yang diperoleh adalah wujud syukur.
Firman Allah dalam Surat ibrahim Ayat 7:
Arttinya Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih".(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:256).
2) Nilai Ibadah
Menurut keyakinan islam, orang yang telah meninggal dunia
ruhnya tetap hidup dan tinggal sementara di alam kubur atau alam barzah.
Ruh adalah suatu zat yang diciptakan Allah di dalam tubuh manusia
50
dengan itu manusia hidup. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-hijr
ayat 29:
Artinya Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud (Syamil Al-Qur‟an Terjemah 2007:263).
3) Nilai Akidah
Akidah atau keimanan dalam Islam merupakan hakikat yang
meresap ke dalam hati dan akal iman merupakan pedoman dan pegangan
yang terbaik bagi manusia dalam rangka mengarungi kehidupan, iman
merupakan pendidikan paling luhur, mendidik akhlaq, karakter dan mental
manusia, dengan iman manusia dapat mengatur keseimbangan antara
jasmani dan rohani. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Ikhlas
ayat 1-4
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."(Syamil Al-Qur‟an
Terjemah, 2007:604)
4) Nilai Gotong Royong
Dalam acara sedekah desa segala bentuk penyelenggaraan dari
persiapan membutuhkan kerja sama antar warga. Gotong roong
51
merupakan hal yang diperintahkan oleh agama Islam dalam hal
kebaikan dan takwa. Firman Allah dalam surat Al-maidah/5 ayat 2:
ArtinyaHai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan
haram jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya dan binatang-
binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan
dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat
siksa-Nya.(Syamil Al-Qur‟an Terjemah, 2007:106).
Nilai negatif dari sedekah desa, nilai-nilai leluhur yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam, diantaranya adalah:
a) Ada sebagian warga mempercayai kalau sedekah desa itu
mengikuti tradisi nenek moyang terdahulu.
b) Masih mengundang adanya hal-hal negatif seperti adanya
perjudian/permainan klutuk (dadu) pada saat acara puncak kegiatan
sedekah desa.
52
c) Sikap pemborosan, yaitu kegiatan sedekah desa membutuhkan dana
yang besar hanya untuk kegiatan-kegiatan yang mengandung sikap
pemborosan saja.
d) Syirik masyarakat menganggap bahwa tradisi sedekah desa ini
menyembah selain Allah.
e) Masyarakat menganggap bahwa sedekah desa ini wajib.
53
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Letak Geografis Desa Kedungringin
Desa Kedungringin merupakan salah satu desa yang terletak
diKecamatan Suruh Kabupaten Semarang 20 km dari arah timur Kota
Salatiga.
Adapun desa-desa yang berbatasan dengan desa Kedungringin sebagai
berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Dusun Winong
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Glagahombo
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Randurancang Kecamatan
Karanggede
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Banjaran
Desa kedungringin berbatasan dengan kabupaten Boyolali yaitu di
sebelah utara desa Kedungringin, dan ada salah satu bagian masjid yaitu
imamnya Kabupaten Boyolali dan serambinya adalah kabupaten
semarang.
Luas desa Kedungringin 2000 ha yang terdiri dari tanah sawah, tanah
pekarangan, tanah pemukiman, jalan serta sungai. Dilihat dari kondisi
geografis, desa Kedungringin merupakan desa yang berada pada
ketinggian +- 200 meter dari permukaan laut, sehingga desa ini termasuk
dataran sedang.
54
Berdasarkan data di kantor Kepala Desa Kedungringin terdiri dari 8
dusun yaitu Dusun Krajan, Dusan Kaliloko, Dusun Boro, Dusun Lestri,
Dusun Krenceng, Dusun Krisik, Dusun Danggorok, dan Dusun Jagir
Menurut data monografi Bulan April 2014, penduduk Desa Kedungringin
terdiri dari 1000 Kepala Keluarga dengan jumlah 3250 jiwa,
dikelompokan berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 3.1
1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0-1 tahun
1-5 tahun
6-10 tahun
11-15 tahun
16-20 tahun
21-25 tahun
26-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
51-60 tahun
60 tahun ke atas
154
97
180
156
283
181
135
293
137
152
48
100
80
197
135
290
195
150
170
131
145
75
254
177
277
291
573
376
285
363
168
197
123
Sumber: Kepala Desa Kedungringin
55
Agama yang dianut oleh masyarakat Desa Kedungringin
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
2. Data Pemeluk Agama
No Agama Jumlah Prosentase
1
2
3
4
5
Islam
Kristen
Katolik
Budha
Hindu
3300
1
-
-
-
100%
0,1%
-
-
-
Sumber: Kepala Desa Kedungringin
Taraf pendidikan dan mata pencaharian warga desa Kedungringin
Walaupun letaknya cukup jauh dari ibu kota kabupaten dan
berdekatan dengan Salatiga, namun masyarakat desa Kedungringin
memiliki motivasi untuk memperoleh pendidikan sangat besar. Hal ini
berarti bahwa para orang tua memiliki kemauan yang tinggi untuk
memasukkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut tingkat pendidikan yang di tempuh oleh penduduk Desa
Kedungringin dapat digambarkan sebagai berikut.
56
Tabel 3,3
3. Pendidikan Masyarakat Desa Kedungringin
No Jenis Pendidixan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
Tamat Perguruan Tinggi
Tamat SMA
Tamat SMP
Tamat SD
Tamat MI
Tidak Tamat SD
Tidak Tamat MI
Tidak Sekolah
50
300
400
455
385
225
100
600
Sumber: Kepala Desa Kedungringin
57
Adapun Sarana Pendidikan yang Ada di Desa Kedungringin.
Tabel 3,4
4. Sarana Pendidikan
No Jenis Sarana Jumlah Gedung Jumlah Murid
1
2
3
4
PAUD
TK
Sekolah Dasar
MI
1
2
4
2
32
30
500
300
Sumber: Kepala Desa Kedungringin
Perekonomian masyarakat desa kedungringin dapat digolongkan
maju, terbukti sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai
petani, pegawai negeri, pedagang, buruh dan sopir.
Melihat letak geografis Desa Kedungringin masih jauh dari pusat
kota dan mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah petani dan
kuli bangunan, maka pola pikir masyarakat desa Kedungringin masih
banyak terpengaruh oleh budaya dan kepercayaan jawa dari generasi
kegenerasi secara turun-temurun, yaitu mereka masih melaksanakan
sedekah desa yang dilaksanakan secara rutin setiap satu tahun sekali.
Dilihat dari kacamata perekonomian dan penghasilan Desa
Kedungringin, mayoritas pendukungnya adalah petani padi, perantauan,
dan itupun masih sedikit, maka pola pikir masyarakat desa Kedungringin
58
tergolong sudah berkembang karena sudah terpengaruhi oleh
perkembangan zaman danpergaulan saat diperantauan, namun demikian
juga masih banyak orang-orang yang cara berfikirnya masih kekinian,
masyarakat desa Kedungringin masih dipengaruhi oleh budaya dan
keprcayaan jawa yang sudah turun temurun, antara lain mereka masih
melaksanakan budaya sedekah desa yang diaksanakan secara rutin setiap
setahun sekali.
B. Upacara Sedekah Desa Kedungringin
Sedekah desa merupakan tradisi turun-temurun sejak zaman
dahulu, dilaksanakan setahun sekali setiap Tahunya dan merupakan
warisan dari para pendahulu-pendahulu desa kedungringin, adapun sejarah
dari sedekah desa ini konon dahulu masyarakat desa kedungringin, adalah
bentuk rasa syukur atas kesehatan, kesejahteraan, kedamaian dan juga
ketentraman dari Allah SWT ini betul-betul telah dirasakan oleh
masyarakat desa kedungringin, kemudian rasa syukur tersebut diwujudkan
dalam bentuk atau dijuluki dengan sedekah desa, kemudian yang
kemudian disepakati oleh seluruh elemen masyarakat.
Sedangkan alur dari kegiatan sedekah desa ini adalah tokoh
masyarakat dikumpulkan terlebih dahulu waktunya satu bulan sebelum
pelaksanaan, untuk membentuk ketua panitia pelaksanaan sedekah desa,
adapun tokoh masyarakat tersebut adalah modin, kepala desa, ketua RT,
ketua remaja, seluruh perangkat desa dll. Kemudian ketua panitia dalam
59
acara sedekah desa ini adalah kadus atau kepala dusun, sekaligus yang
menjadi tuan rumah nantinya dalam acara tersebut.
Kemudian setelah itu ketua RT masing-masing diberikan tugas
untuk mengumumkan sekaligus megumpulkan sedekah dari warga berupa
uang setiap kepala keluarga sebesar Rp 30.000 untuk kalangan menengah
ke bawah dan menengah keatas sebesar Rp 70.000, yang akan digunakan
untuk terlaksananya kegiatan desa yaitu sedekah desa, kemudian RT
mengumpulkan kepada ketua panitia yaitu bapak kadus, uang dan beras
tersebut akan digunakan untuk keperluan yang sangat banyak sekali yaitu:
penyewaan tenda, wayang, dan konsumsi. Setelah semuanya terkumpul
kemudian masing-masing panitia yang dipilih oleh ketua panitia diminta
untuk melaksanakan tugasnya, ada yang bertugas untuk menyewa tenda,
ada yang diminta untuk mencari dalang dan sound sistem yang akan
memeriahkan acara sedekah desa tersebut, ada juga yang bertugas untuk
keperluan konsumsi karena konsumsi sangat penting untuk
berlangsungnya acara.
Pagi hari pukul 08:00 wib, warga dan masyarakat diminta untuk
berdoa bersama yang dipimpin oleh modin/kiyai setempat, biasanya dalam
doa itu adalah tahlilan bersama kemudian setelah tahlil selesai dilanjutkan
doa yang dipimpin oleh kiyai tersebut. Setelah itu warga diminta untuk
menikmati hidangan yang telah disediakan, dan makan bersama, lalu
warga dan masyarakat diminta untuk menyiapkan tempat yang akan
60
dipergunakan untuk wayang yang akan dilaksanakan mulai pukul 14:00
wib sampai 15:00 wib dalang untuk istirahat karena sudah memasuki
sholat ashar untuk isoma istirakat sholat dan makan sampai 17:00 wib
karena siap-siap untuk melaksanakan sholat maghrib dan sekaligus
menunggu datangnya sholat isya.
Dimulai lagi pukul 20:00 wib inilah waktu yang di nanti-nanti pa
ra warga, pemuda, remaja an anak-anak semua memenuhi lokasi pegelaran
wayang yang begitu ramainya, walaupun harus berdesak-desakan warga
pun rela untuk mendengarkan dan melihat dalang beserta sinden dan
jajaran group wayang alat musik yang mengiringi wayang tersebut.
Tujuan diadakan sedekah desa adalah: menggalang dan
memperkokoh persatuan warga desa, melestarikan adat istiadat dan
budaya jawa khususnya yang ada di desa, memberikan wacana
pembelajaran bagi generasi muda agar tidak lupa akan sejarah dan
kebudayaan masyarakat, sebagai media silaturrahmi, sabagai sarana
penghormatan bagi para pendiri desa dan tokoh agama, masyarakat yang
telah berjasa atas perkembangan dan pembangunan dusun juga sarana
penghormatan bagi leluhur warga desa.
Demikian halnya dengan tradisi sedekah desa, sebagai warisan
kebudayaan masyarakat yang sampai sekarang masih berlaku dalam
masyarakat tentu mendasarkan pada nilai luhur, yang ada
didalamnya.
61
Yang didukung oleh seluruh warga dan masyarakat, biasanya acara
tradisi sedekah desa ini, setiap kepala keluarga dimintai iuran dan beras,
selanjutnya uang dan beras tersebut diambil oleh ketua RT dan kemudian
dikumpulkan kepada penyelenggara Tradisi sedekah desa agar dapat
dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti, penyewaan tenda,
konsumsi, dan untuk mengundang pagelaran Wayang.
Apakahsejarah dilaksanakanya tradisi sedekah desa? sebagaimana
hasil wawancara dengan bapak K.H Nur Amin (Tokoh Agama) hari Rabu
17 pukul 20:30 wib dirumahnya, beliau menjawab merupakan syukuran
adat desa sejak dahulu dan merupakan suatu tradisi secara turun temurun
yang tidak diketahui kapan dimulai awalnya yang dilaksanakan setiap satu
Tahun sekali. Apakah nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi sedekah desa?
Beliau menjawab, nilai syukur, nilai ibadah, nilai aqidah dan nilai
persatuan. Berdasarkan wawancara dengan bapak Nur amin tersebut
terungkap bahwa pelaksanaan sedekah desa didasari oleh pewarisan
serangkaian kebiasaan dan syukuran adat desa dari suatu generasi-
kegenerasi berikutnya apa dasar? Al-Quran tentang shodaqoh dan tentang
syukur.
Dasar dari pada tradisi sedekah desa ini adalah ajaran islam, bukan
melestarikan ajaran Hindu, Buda, maupun yang lainnya, kirim doa melalui
sedekah dengan membawa ambengan, sebagai lantaran disedekahkan
kepada orang lain, kemudian cara berdoanya pun secara berjamaah,
masyarakat yakin apabila ada 40 orang atau lebih berdoa maka doanya pun
62
akan sampai dan Malaikat akan datang menyaksikan orang-orang yang
bedoa dan dimintakan dikabulkan kepada Allah atas doa tersebut.
Apa saja acara didalam tradisi sedekah desa?beliau menjawab
tahlilan, pada pagi hari jam 7, kemudian wayangan, adalah hasil
wawancara dengan bapak Mustofa (Kadus) apakah ada hari dan bulan
khusus pada saat sedekah desa? Beliau menjawab, hari selasa kliwon.
Bulan apa? Agustus.Dalangnya siapa? Bapak Nardi dari blumban
karanggede boyolali, apa isi dari cerita wayang itu? mboyong mbok sri,
mboyong artinya “menghilangkan” Sri artinya “tikus” siapa nama panitia?
Bapak Notosusanto bendahara bapak taslan, berapa iuran tiap kepala
rumah tangga? Rp 30.000 untuk kalangan kebawah, menengah keatas Rp
70.000 berapa biaya yang dihabiskan? Rp 18.000.000.ada yaitu Hari
Selasa kliwon Bulan Agustuspukul 07:00 WIB. Masyarakat berkumpul
bersama dengan membawa ambengan sendiri-sendiri dikumpulkan
menjadi satu, setelah semua warga berkumpul kemudian kiyai mengajak
kepada seluruh warga untuk berdoa bersama membaca tahlil, setelah tahlil
selesai makanan yang dibawa tersebut dimakan secara bersama-sama,
disini makanan yang akan dimakan tidak miliknya yang dibawa sendiri
namun milik orang lain, karena disini termasuk tukar-menukar ambengan.
Kemudian itu habis dhuhur sekitar pukul 01:00 dimulailah wayang
kulit yang dalangnya diambil dari Blumban. Karanggede Kab Boyolali
dengan Dalang Nardi. Adapun isi dari cerita wayang tersebut adalah
Mboyong Mbok Sri, boyong artinya mengusir/menghilangkan, dan Sri
artinya tikus, jadi maksudnya adalah untuk menghilangkan hama tikus dari
tanaman padi di sawah .
Panitia dari Tradisi sedekah desa ini adalah bapak Noto Susanto,
ini adalah Guru SD dikedungringin, yang dibendaharai oleh bapak Taslan,
panitia dan Kepala Desa mauun perangkat dan seluruh perwakilan dalam
musyawarahnya tiap-tiap kepala keluarga dimitai bantuan iuran sebesar Rp
63
30.000 ini untuk kalangan umum yang menengah ke bawah, dan untuk
yang mampu atau kalangan menengah ke atas dimintai iuran sebesar Rp
70.000 dari acara tradisi sedekah desa ini menghabiskan biaya kurang
lebih Rp 18.000.000.00 untuk operasional keseluruhan.
C. Acara Tradisi Sedekah Desa
Adapun acara-acara dalam pelaksanaan sedekah desa
dikedungringin kecamatan suruh dengan kegiatan sebagai berikut:
1. pelaksanaan sedekah desa, yaitu pada hari Selasa Kliwon, biasanya
yang dibersihkan adalah lingkungan tempat pagelaran wayang,
dilaksanakan 1 minggu sebelum puncak acara, ini dimaksudkan agar
sekitar tempat acara nampak bersih dan indah. Kegiatan pembersihan
ini dilaksanakan secara gotong-royong/kerja bakti. Kegiatan bersih-
bersih itu dilakukan semua masyarakat hanya bapak-bapak saja.
2. Doa bersama. Doa bersama ini dimaksudkan mengirimkan doa kepada
arwah atau orang tua yang mendahului dan memohon agar dalam
acara puncak nanti yaitu pagelaran wayang, diberi keamanan oleh
Allah SWT, tidak ada suatu apapun pada saat puncak acara nantinya.
3. Melaksanakan hiburan berupa pagelaran wayang kulit (dalang pada
waktu penelitian adalah Nardi dari Karanggede, dengan lakon/tema
siang hari mboyong Mbok Sri. Ini adalah puncak acara di dusun
krajan dilaksanakan pada siang dan malam hari, antara lain pagelaran
wayang kulit.
64
Apa tanggapan tentang sedekah desa? warga wawancara dengan
bapak Miftah (warga) tentang acara sedekah desa di kedungringin
kecamatan suruh kabupaten semarang beliau menjawab saya senang sekali
dengan adanya kegiatan sedekah desa.Apakah pelajaran yang dapat
diambil tentang tradisi sedekah?mengerti kepanitiaan, menghargai satu
sama lain, bagaimana suasan? Sanagat ramai sekali.Senang tidak dengan
diadakanya sedekah desa?Senang.
Kepanitiaan yang dibentuk dan juga dapat menumbuhkan
semangat berdemokrasi warga masyarakat melalui kegiatan
musyawarah/mufakat, dalam merencanakan kegiatan sedekah desa.
Masyarakat juga bisa mengambil pelajaran berharga bagaimana cara
menghargai pendapat orang serta tidak merasa bahwa pendapatnya paling
benar sendiri, karena ajaran Allah itu Rohmatan Lil „alamiin yang artinya
rahmat bagi seluruh alam.
Kami sangat senang sekali dengan acara sedekah desa yang
diselenggarakan ini, banyak sekali warga dari desa lain untuk mengunjungi
dan menyaksiakan acara, banyak juga para pedagang baik penjual
makanan minuman dan mainan anak-anak, barang kebutuhan masyarakat.
Kebanyakan pedagang sudah datang 1 hari sebelum pelaksanaan sedekah
desa untuk memilih lokasi berjualan yang strategis, dengan harapan
dagangan yang dibawanya cepat laris.
65
1. Sejarah Tradisi Sedekah Desa
Sejarah tradisi sedekah desa Kedugringin adalah syukuran adat desa sejak
dahulu dan merupakan suatu tradisi secara turun temurun yang tidak diketahui
kapan dimulai awalnya, yang dilaksanakan setiap satu Tahun sekali pada bulan
Agustus .
2. Prosesi Tradisi Sedekah Desa
Pagi hari Selasa Kliwon Bulan Agustus pukul 07:00 WIB, masyarakat
berkumpul bersama degan membawa ambengan sendiri-sendiri dikumpulkan
menjadi satu, setelah semua warga berkumpul kemudian kiyai mengajak kepada
seluruh warga untuk berdoa bersama membaca tahlil, setelah tahlil selesai
makanan yang dibawa tersebut dimakan secara bersama-sama, disini makanan
yang akan dimakan tidak miliknya yang dibawa tadi namun milik orang lain,
karena disini tersmasuk tukar-menukar ambengan.
Kemudian habis dhuhur sekitar pukul 01:00 dimulailah wayang kulit
yangdalangnya dari Blumban Karanggede Kabupaten Boyolali dengan dalang
Nardi.adapun isi dari cerita wayang tersebut adalah Mboyong Mbok Sri, boyong
artinya mengusir/menghilangkan, dan Sri artinya tikus. Jadi menghilangkan hama
tiukus.
66
3. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Di
Kedungringin
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Tradisi Sedekah Desa di
kedungringin kecamatan suruh kabupaten semarang meliputi:
1. Nilai Syukur
Ungkapan rasa syukur atas panen yang berhasil melalui acara
sedekah desa tersebut diwujudkan dengan melakukan kegiatan tahlil dan
pengajian sebagai ungkapan atas karunia dan berkah Allah SWT kepada
masyarakat Dusun krajan Desa Kedungringin.
2. Nilai ibadah
Dalam acara Sedekah Desa di Krajan, saat dilaksanakanya acara
tahlilan atau membaca doa. Tahlil untuk mendo‟akan arwah masing-
masing keluarga dan sesepoh desa merupakan suatu bentuk ibadah,
menghargai orang tua yang telah mendahului warga masyarakat.
3. Nilai Aqidah
Keyakinan bahwa yang memberikan rizki dan telah menjaga
keselamatan hasil tanam adalah Allah merupakan nilai aqidah dalam acara
Sedekah Desa di Kedungringin. Nilai aqidah ini menjadi sangat penting,
karena masyarakat jawa yang dahulu mengadakan sedekah desa karena
faktor agama Hindu dan Budha, setelah masyarakat meyakini bahwa
sedekah desa merupakan suatu bentuk keyakinan bahwa yang memberikan
keselamatan atas hasil panenya adalah Allah SWT.
67
4. Nilai Persatuan dan Kesatuan
Tradisi Sedekah Desa yang diselenggarakan di Dusun Krajan Desa
Kedungringin ternyata dapat menggalang persatuan dan kesatuan warga
setempat. Sebagai warga Dusun Krajan Desa Kedugringin yang
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, mempunyai anggapan bahwa manusia
tidak dapat hidup sendirian, tetapi selalu tergantung kepada sesamanya.
Oleh karena itu Tradisi Sedekah Desa yang menyangkut kegiatan seluruh
warga ditujukan untuk kepentingan bersama. Hal ini disebabkan karena
tradisi tersebut merupakan kepentingan bersama, memberikan
kesejahteraan, ketentraman dan keselamatan warga Dusun Krajan Desa
Kedungringin. Nilai persatuan dan kesatuan yang ada sehubungan dengan
adanya Tradisi Sedekah Desa dapat pula dilihat pada waktu pelaksanaan
Doa bersama.
5. Nilai pendidikan Islam
Nilai pendidikan islam, terutama dalam pagelaran wayang nampak
sekali pada cerita yang didalamnya disipkan nilai-nilai pendidikan Islam,
terutama agar menghormati orang tua, senantiasa bersyukur, senantiasa
bersabar atas segala cobaan ( dalam lakon Wayang Purba Kayun).
6. Nilai Musyawarah
Dalam penyelenggaan tradisi sedekah desa sangat menjunjung
tinggi nilai musyawarah. Hal ini ditunjukkan dalam tradisi sedekah desa.
Sebelum diselenggarakan, dibentuk panitia secara musyawarah, yang
dinamakan rembug desa antara warga masyarakat dengan aparat desa.
68
Dalam musyawarah tersebut dibicarakan bagaimana cara mencari dana
untuk penyelenggaraan
7. Nilai Pengendalian Sosial
Tradis Sedekah Desa selain merupakan suatu upaya warga
masyarakat Dusun Krajan Desa Kedungringin dan sekaligus memberikan
penghormatan dan ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
juga merupakan upaya pelestarian tradisi yang sangat besar manfaatnya
bagi masyarakat Dusun Krajan.
8. Nilai Kearifan Lokal
Tradisi Sedekah Desa yang dilakukan masyarakat Dusun Krajan
Desa Kedungringin mempunyai kearifan lokal tradisi yang dapat
dilestarikan. Sebelum pelaksanaan sedekah Desa pada hari Sabtu diadakan
kerja bakti membersihkan lingkungan.
9. Nilai Kerjasama/Gotong Royong
Nilai gotong royong dalam upacara Tradisi Sedekah Desa ini telihat dalam
pelaksanaan atau penyelenggaraan yang dilakukan bersama-sama antara warga
masyarakat Dusun Krajan Desa Kedungringin dan sekitarnya.
69
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sejarah Tradisi Sedekah Desa
Sejarah tradisi sedekah desa Kedugringin adalah syukuran adat desa
sejak dahulu dan merupakan suatu tradisi secara turun temurun yang tidak
diketahui kapan dimulai awalnya, yang dilaksanakan setiap satu Tahun sekali
pada bulan Agustus .
B. Prosesi Tradisi Sedekah Desa
Pagi hari Selasa Kliwon Bulan Agustus pukul 07:00 WIB, masyarakat
berkumpul bersama degan membawa ambengan sendiri-sendiri dikumpulkan
menjadi satu, setelah semua warga berkumpul kemudian kiyai mengajak
kepada seluruh warga untuk berdoa bersama membaca tahlil, setelah tahlil
selesai makanan yang dibawa tersebut dimakan secara bersama-sama, disini
makanan yang akan dimakan tidak miliknya yang dibawa tadi namun milik
orang lain, karena disini tersmasuk tukar-menukar ambengan.
Kemudian habis dhuhur sekitar pukul 01:00 dimulailah wayang kulit
yangdalangnya dari Blumban Karanggede Kabupaten Boyolali dengan dalang
Nardi.adapun isi dari cerita wayang tersebut adalah Mboyong Mbok Sri,
boyong artinya mengusir/menghilangkan, dan Sri artinya tikus. Jadi
menghilangkan hama tikus.
70
Tanggapan dari hasil wawancara sedekah desa dari keseluruhan
narasumber yang ada, beliau-beliau menganjurkan tradisi sedekah desa ini
dilaksanakan, atau harus dilaksanakan terus-menerus, mengapa demikian
beliau mengatakan ini adalah ungkapan syukur yang dilakukan melalui niat
yang baik, tujuan yang baik maka harus dijaga dan dilestarikan secara
terusmenerus, mengapa demikian karena dari tradisi sedekah desa masyarakat
merasakan berkah dan manfaat tersendiri “segala sesuatu tergantung pada
niatnya, niat yang baik dan dilaksanakan maka hasilnya juga akan baik pula,
“Barang siapa menanam kebaikan maka dia akan menikmati hasilnya”
dengan niat saja maka mendapatkan satu kebaikan dari Allah, kemudian niat
itu dilaksanakan dengan perbuatan maka mendapatkan satu kebaikan lagi,
maka dari sini mendapatkan 2 kebaikan. Kiyai dimasyarakat desa
kedungringin ini mengadakan tradisi sedekah desa ini menggunakan dasar
niat yaitu niat syukur atas rahmat, nikat iman, nikmat kesehatan, yang sampai
saat ini masyarkat telah diberi umur panjang, kesehatan, aman desanya,
tentram dan sejahtera, dari Allah SWT. Kiyai juga meluruskan aqidahnya
atau keimananya bahwa segala sesuatu yang ada dibumi ini adalah milik
Allah dan Allah lah yang patut disembah dan tempat untuk
berdoa.Mengenalkan atau meluruskan akidah kepada Allah SWT. Bukan jin
atau pohon-pohon besar tempat memintamu tapi hanya Allah SWT tempat
meminta.Sperti dalam Al-Qur‟an Allah berfirman:
71
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku Syamil (Al-Qur‟an Terjemah:523)
C. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Di
Kedungringin
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Tradisi Sedekah
Desa di kedungringin kecamatan suruh kabupaten semarang meliputi:
1. Nilai Syukur
Ungkapan rasa syukur atas panen yang berhasil melalui acara
sedekah desa tersebut diwujudkan dengan melakukan kegiatan tahlil dan
pengajian sebagai ungkapan atas karunia dan berkah Allah SWT kepada
masyarakat Dusun krajan Desa Kedungringin.
2. Nilai ibadah
Dalam acara Sedekah Desa di Krajan, saat dilaksanakanya acara
tahlilan atau membaca doa. Tahlil untuk mendo‟akan arwah masing-
masing keluarga dan sesepoh desa merupakan suatu bentuk ibadah,
menghargai orang tua yang telah mendahului warga masyarakat.
3. Nilai Aqidah
Keyakinan bahwa yang memberikan rizki dan telah menjaga
keselamatan hasil tanam adalah Allah merupakan nilai aqidah dalam acara
Sedekah Desa di Kedungringin. Nilai aqidah ini menjadi sangat penting,
72
karena masyarakat jawa yang dahulu mengadakan sedekah desa karena
faktor agama Hindu dan Budha, setelah masyarakat meyakini bahwa
sedekah desa merupakan suatu bentuk keyakinan bahwa yang memberikan
keselamatan atas hasil panenya adalah Allah SWT.
4. Nilai Persatuan dan Kesatuan
Tradisi Sedekah Desa yang diselenggarakan di Dusun Krajan Desa
Kedungringin ternyata dapat menggalang persatuan dan kesatuan warga
setempat. Sebagai warga Dusun Krajan Desa Kedugringin yang
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, mempunyai anggapan bahwa manusia
tidak dapat hidup sendirian, tetapi selalu tergantung kepada sesamanya.
Oleh karena itu Tradisi Sedekah Desa yang menyangkut kegiatan seluruh
warga ditujukan untuk kepentingan bersama. Hal ini disebabkan karena
tradisi tersebut merupakan kepentingan bersama, memberikan
kesejahteraan, ketentraman dan keselamatan warga Dusun Krajan Desa
Kedungringin. Nilai persatuan dan kesatuan yang ada sehubungan dengan
adanya Tradisi Sedekah Desa dapat pula dilihat pada waktu pelaksanaan
Doa bersama.
5. Nilai pendidikan Islam
Nilai pendidikan islam, terutama dalam pagelaran wayang nampak
sekali pada cerita yang didalamnya disipkan nilai-nilai pendidikan Islam,
terutama agar menghormati orang tua, senantiasa bersyukur, senantiasa
bersabar atas segala cobaan ( dalam lakon Wayang Purba Kayun).
73
6. Nilai Musyawarah
Dalam penyelenggaan tradisi sedekah desa sangat menjunjung
tinggi nilai musyawarah. Hal ini ditunjukkan dalam tradisi sedekah desa.
Sebelum diselenggarakan, dibentuk panitia secara musyawarah, yang
dinamakan rembug desa antara warga masyarakat dengan aparat desa.
Dalam musyawarah tersebut dibicarakan bagaimana cara mencari dana
untuk penyelenggaraan
7. Nilai Pengendalian Sosial
Tradis Sedekah Desa selain merupakan suatu upaya warga
masyarakat Dusun Krajan Desa Kedungringin dan sekaligus memberikan
penghormatan dan ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
juga merupakan upaya pelestarian tradisi yang sangat besar manfaatnya
bagi masyarakat Dusun Krajan.
8. Nilai Kearifan Lokal
Tradisi Sedekah Desa yang dilakukan masyarakat Dusun Krajan
Desa Kedungringin mempunyai kearifan lokal tradisi yang dapat
dilestarikan. Sebelum pelaksanaan sedekah Desa pada hari Sabtu diadakan
kerja bakti membersihkan lingkungan.
9. Nilai Kerjasama/Gotong Royong
Nilai gotong royong dalam upacara Tradisi Sedekah Desa ini
telihat dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan yang dilakukan bersama-
sama antara warga masyarakat Dusun Krajan Desa Kedungringin dan
sekitarnya. Misalnya dalam hal biaya penyelenggaraan ditanggung
74
bersama dengan warga masyarakat. Demikian pula dalam hal gotong
royong yang dilakukan warga masyarakat pada waktu diadakan kerja bakti
di tempat penyelenggaraan. Membersihkan, menyiapkan berbagai
keperluan yang akan digunakan pada acara nanti, mereka membantu
secara suka rela, sehingga merasa puas, dan gotong royong yang menjadi
ciri khas warga dan masyarakat dapat dilestarikan atau dipertahankan.
Dengan mengamati berbagai kegiatan yang ada pada acara Tradisi
Sedekah Desa di Kedungringin tersebut kiranya dapatdiambil maknanya:
a) Adanya rasa takwa dan hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ini
dapat dilihat adanya kegiatan doa bersama pagi hari di tempat
penyelenggaraan secara bersama ditujukan kepada arwah leluhur
b) Adanya rasa kebersamaan persatuan, gotong-royong berati
menghilangkan egoisitis dan individualisme. Ini dapat kita lihat dalam
kerja sama dalam mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan
pelaksanaan Sedekah Desa.
c) Adanya perilaku rasa penghormatan terhadap orang yang lebih tua
atau yang lebih dahulu ada. Ini memberikan suatu teladan bahwa yang
muda sudah sewajarnya memberi hormat kepada yang lebih tua.
Bagaimanapun orang yang lebih tua itu sebagai panutan.
Namun demikian, kegiatan sedekah desa selain mengandung
nilai-nilai positif juga masih banyak hal-hal yang tdak sesuai dengan
ajaran islam, diantaranya adalah :
75
a) Ada sebagian warga yang mempercayai kalau sedekah desa tersebut
mengikuti tradis nenek moyang terdahulu
b) Adanya kegiatan permainan perjudian yang hingga saat ini masih ada
saat acara sedekah desa didusun krajan desa kedungringin, berupa
permainan dadu (klutuk). Permainan ini ada ketika saat pertunjukan
wayang dari siang sampai malam hari. Padahal kalau tidak ada acara
sedekah desa, permainan dadu ini sudah lama tidak ada, namun saat
sedekah desa ada bandar yang memainkan permainan dadu. Segala
bentuk perjudian tersebut yang muncul dalam kegiatan sedekah desa
akan membawa dampak negatif bagi masyarakat, terutama bagi
generasi penerus seperti, anak-anak, remaja, bahkan orang tua pun
ikut, mengingat apabila perjudian terus menerus berlangsung,
kehidupan masyarakat akan bobrok, masyarakat akan selalu diiming-
imingi dengan harapan-harapan akan dari perjudian tersebut.
c) Biaya yang dikeluarkan untuk pertunjukan wayang kulit di Dusun
Krajan Desa Kedungringin, meskipun berdasarkan iuran masyarakat,
mencapai Rp.18.000.000 ini merupakan biaya yang cukup besar,
sedangkan nilai yang diperoleh hanyalah hiburan semata. Alangkah
lebih baiknya iuran warga masyarakat tersebut digunakan untuk hal-
hal yang bersifat positif dan mengandung nilai-nilai ibadah seperti
memperbaiki masjid/mushola, santunan yatim piatu, atau shodaqoh
jariyah lainya, sehingga dalam setiap tahun apabila dapat terkumpul
76
sejumlah uang dengan nilai tersebut dapat memperbaiki kualitas
ummat dalam mendukung kegiatan keagamaan.
Tradisi sedekah desa di arahkan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat
dan agamis.
Menjalankan ibadah
Alat-alat wayang islami
Lebih pada kesenian islami
Untuk memeriahkan lomba-lomba islami (anak-anak, bapak-bapak,
ibu-ibu,remaja maupun dewasa)
Pasar malam yang selektif.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sejarah tradisi sedekah desa kedungringin diniatkan kepada syukuran
Desa,tradisi sedekah desa ini mengikuti Sunan Kalijaga, yang
menyebarkan ajaran-ajaran islam ditanah jawa ini dahulu adalah sunan,
sunan disini sangat banyak sekali, tetapi kalau wali hanya 9 yaitu wali
songo, kalau wali disini adalah waliyullah atau kekasih Allah, Seperti
dalam hadis ulama adalah warisan para Nabi, kalau sunan belum tentu
wali tetapi kalau wali sudah pasti sunan, dahulu ada salah satu yang
pertama kali masuk didesa ini yaitu namanya Nyai Mboro, dan yang
pertama kali menempati kuburan/Makam di Desa Kedungringin, dan
juga merupakan ajaran Sunan Kalijaga masyarakat berbondong-
bondong membawa ambengan dikumpulkan secara bersamaan, dan
kemudian dilanjutkan membaca tahlil, dalam tahlil terdapat ayat-ayat
Allah (Al-Quran), dzikir, tahmid, tasbih, istighfar, sholawat,
dsb.Menurut narasumber lain sedekah desa adalah selametan desa yang
bertujuan supaya tidak ada halangan suatu apapun, melalui
mengirimkan doa kepada arwah leluhur dengan membaca tahlil.
Menurut nara sumber yang lain adalah syukuran adat Desa, yang
dilakuka setiap satu tahun sekali.
78
2. Hari Selasa Kliwon bulan Agustus pukul 07:00 WIB, masyarakat
berkumpul bersama dengan membawa ambengan sendiri-sendiri
dikumpulkan menjadi satu, setelah semua warga berkumpul kemudian
kiyai mengajak kepadaseluruh warga untuk berdoa bersama membaca
tahlil, setelah tahlil selesai makanan yang dibawa tersebut dimakan
secara bersama-sama, disini makanan yang akan dimakan tidak
miliknya yang dibawa tdai namun milik orang lain, karena disini
termasuk tukar-menukar ambengan.Kemudian itu habis dhuhur sekitar
pukul 01:00 WIB dimulailah wayang kulit yang dalangnya diambil dari
Blumban Karanggede Kab. Boyolali dengan Dalang Nardi. Adapun isi
dari cerita wayang tersebut adalah Mboyong Mbok Sri, boyong artinya
mengusir/menghilangkan, menghilangkan hama tikus dari tanaman padi
di sawah.
3. Tradisi sedekah desa berkaitan dengan kepercayaan merupakan bentuk
warisan leluhur yang sampai saat ini masih dilestarikan atau
dilaksanaan oleh masyaraat Desakedungringin. Pada hakikatnya tradisi
tersebut merupakan kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga
masyarakat dalam usaha bersama untuk mendapatkan keselamatan dan
talisilaturrahmi bersama.
a. Nilai Syukur
Ungkapan rasa syukur atas panen yang berhasil melalui acara
sedekah desa tersebut diwujudkan dengan melakukan kegiatan tahlil
79
dan pengajian sebagai ungkapan atas karunia dan berkah Allah SWT
kepada masyarakat Dusun krajan Desa Kedungringin.
b. Nilai ibadah
Dalam acara Sedekah Desa di Krajan, saat dilaksanakanya
acara tahlilan atau membaca doa. Tahlil untuk mendo‟akan arwah
masing-masing keluarga dan sesepuh desa merupakan suatu bentuk
ibadah, menghargai orang tua yang telah mendahului warga
masyarakat.
c. Nilai Aqidah
Keyakinan bahwa yang memberikan rizki dan telah menjaga
keselamatan hasil tanam adalah Allah merupakan nilai aqidah dalam
acara Sedekah Desa di Kedungringin. Nilai aqidah ini menjadi
sangat penting, karena masyarakat Jawa yang dahulu mengadakan
sedekah desa karena faktor agama Hindu dan Budha,setelah
masyarakat meyakini bahwa sedekah desa merupakan suatu bentuk
keyakinan bahwa yang memberikan keselamatan atas hasil panenya
adalah Allah SWT.
d. Nilai Kerjasama/Gotong Royong
Nilai gotong royong dalam upacara Tradisi Sedekah Desa ini
telihat dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan yang dilakukan
bersama-sama antara warga masyarakat Dusun Krajan Desa
Kedungringin dan sekitarnya. Misalnya dalam hal biaya
penyelenggaraan ditanggung bersama dengan warga masyarakat.
80
Demikian pula dalam hal gotong royong yang dilakukan warga
masyarakat pada waktu diadakan kerja bakti di tempat
penyelenggaraan. Membersihkan, menyiapkan berbagai keperluan
yang akan digunakan pada acara nanti, mereka membantu secara
suka rela, sehingga merasa puas, dan gotong royong yang menjadi
ciri khas warga dan masyarakat dapat dilestarikan atau
dipertahankan.
B. Saran
Pada akhir penulisan ini penulis memberikan saran yang mungkin
dapat membantu dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
orang lain:
1. Masyarakat desa kedungringin agar tetap menjaga melestarikan
mempertahankan tradisi yang sesuai dengan ajaran islam sehingga nilai-
nilai pendidikan islam dapat dilestarikan dari generasi ke generasi.
2. Perlunya masyarakat memupuk kesadaran untuk selalu bersyukur atas
nikmat yang diberikan Allah Serta senantiasa bersabar atas ujian yang
diberikan kepada hambanya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Simuh. 2003.Islam Dan Pergumulan Budaya Jawa. Jakarta: Teraju.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan IslamPengembangan Integratif di Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: LkiS.
Hafidz, Muhammad&Kastolani. 2009. Pendidikan Islam Antara Tradisi dan
Modernitas, Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset
W.J.S Poerwadarminta. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN
BALAI PUSTAKA.
Branen, Juliya. 1997.Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Sugiyono. 2008.Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif Kualitatif,
dan D&D. Bandung : Alfabeta.
Rianse, Usman 2009.MetodologiPenelitian Sosial. Bandung : Alfabeta.
Supriyanto, Mahfudz. 2010.Metodologi Riset Manajemen Sumberdaya Manusia.
Malang: UIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI).
Haryanta,Tri Agung. 2012. Kamus Kebahasaan Dan Kesusastraan. Surakarta:
PT. Aksarra Sinergi Media.
Sastrapradja, M. 1981. Kamus Istilah Pendidikan dan Umum. Surabaya: usaha
nasional.
Sukandarrumidi, 2004. Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis Untuk Penelitian
Pemula). Yogyakarta: Gajah Mada University press.
Shohib, Muhammad. 2007. Al Qur‟an Nulkarim Terjemah Tafsir Perkata.
Bandung: SYGMA PUBLISHING .
Assegaf, Rohman. 2005. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Albone, Aziz. 2009. Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikultural.
Jakarta: BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA.
82
PEDOMAN WAWANCARA
NAMA :
JABATAN :
Jawablah pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya, jawaban saudara tidak akan
memberikan pengaruh terhadap jabatan/kedudukan saudara, karena hanya
digunakan untuk penelitian
1. Apakah sejarah dari sedekah Desa?mengikui orang terdahulu, ulama dan
sunan.(Bapak K.H Nur Amin)
2. Kapan dilaksanakan tradisi sedekah desa? Mengapa memilih hari tersebut?
Apa makna dari hari tersebut?
Hari Selasa kliwon Bulan Agustus tanggal 19. Karena naluri orang-orang
terdahulu (Bapak Kadus Mustofa)
Apa saja acara dari tradisi sedekah desa?Berdoa bersama dengan membawa
ambengan, pagelaran wayang dari siang sampai malam hari (Bapak Kadus
Mustofa).
3. Adakah iuran yang dikenakan? Berapa besarnya?ada, Rp 30.000 untuk
kalangan menengah kebawah dan Rp 70.000 untuk kalangan menengah
keatas.(Bapak Kadus Mustofa)
4. Apa dasar dari tradisi sedekah desa?dasar alquran tentang sedekah (Q.S Al-
Baqoroh:195) (Bapak Miftah)
5. Adakah Nilai-nilai pendidikan islam yang terdapat dari acara sedekah desa?
Ada yaitu: Nilai Syukur, nilai ibadah, nilai aqidah, nilai persatuan dan
kesatuan, nilai pendidikan islam, nilai musyawarah, nilai pengendalian
sosial, nilai kearifan lokal, nilai gotong royong (Kadus Mustofa).
6. Siapa dalang dalam pertunjukan wayang kulit? Apa isi dari wayang tersebut?
Dalang Nardi, isi Mboyong Mbok Sri (Kadus Mustofa).
7. Bagaimana suasana dari tradisi sedekah desa?suasana sangat ramai (Kadus
Mustofa)
8. Apa tanggapan warga dalam pelaksanaan sedekah desa ini? Senang sekali dan
semoga bisa tetap dilaksanakan dari generasi ke generasi (bapak Miftah).
83
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Tamam Syarif
Tempat tanggal lahir : Kab Semarang, 15 Mei 1991
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Krajan Kedungringin Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang
Riwayat Pendidikan:
a. Raudhatul Athfal Krajan Kedungringin Lulus tahun 1997
b. Madrasah Ibtidaiyah Krajan Kedungringin Lulus tahun 2003
c. Madrasah Tsanawiyah Negeri Susukan Lulus tahun 2006
d. Madrasah Aliyah Negeri Salatiga Lulus tahun 2009
e. S1 STAIN Salatiga Lulus tahun 2015
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 16 Maret 2015
Penulis
Tamam Syarif
NIM: 111 10 195
84
Dokumentasi
85