Upload
vanminh
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
NILAI-NILAI EDUKASI S}IYAG} AL-AMR DALAM QS AL-BAQARAH
(Analisis Perspektif Ilmu Bala>gah)
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Magister dalam Bidang Pendidikan Bahasa Arab pada
Program Pascasarjana UIN Alauddin
Makassar
Oleh
MUTAILLAH
NIM: 80100212117
PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2015
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mutaillah
NIM : 80100212117
Tempat/ Tgl.Lahir : Lawo/ 23 Nopember 1983
Konsentrasi : Pendidikan Bahasa Arab
Program : Dirasah Islamiyah
Alamat : Jl. Merdeka Watansoppeng
Judul : Nilai-nilai Edukasi S}iyag} al-Amr Dalam QS al-Baqarah
(Analisis Perspektif Ilmu Bala>gah)
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa
tesis ini benar hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti
bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuatkan orang lain
secara keseluruhan atau sebagian, maka tesis ini dan gelar yang
diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, Maret 2015
Penyusun,
Mutaillah NIM: 80100212117
iii
PERSETUJUAN PROMOTOR
Tesis yang berjudul “Nilai-nilai Edukasi S}iyag} al-Amr dalam al-Qur’an
Surah al-Baqarah (Analisis Perspektif Ilmu Bala>gah)” yang disusun oleh Mutaillah,
NIM: 80100212117, mahasiswa konsentrasi Pendidikan Bahasa Arab pada Program
Pascasarjana (PPs) UIN Alauddin Makassar, memandang bahwa tesis tersebut telah
memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk menempuh Ujian Seminar
Hasil Tesis.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.
Promotor, Kopromotor,
Prof. Dr. H. Sabaruddin Garancang, M.A. Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag.
Makassar, Desember 2014
Diketahui oleh:
Direktur Program Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar,
Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A.
NIP. 195408161983031004
iv
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيماحلمد هلل رب العاملني و الصالة و السالم على أشرف األنبياء و املرسلني سيدنا حممد و على
آله و أصحابه أمجعني. أما بعد: Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena atas
petunjuk dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
judul: “Nilai-nilai Edukasi S}iyag al-Amr dalam QS al-Baqarah (Analisis
Perspektif Ilmu Bala>gah)”, untuk diajukan guna memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Pascasarjana UIN
Alauddin Makassar.
Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak.
Olehnya itu, sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang turut
memberikan andil, baik secara langsung maupun tidak, moral maupun
material. Untuk maksud tersebut, maka pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Abd. Qadir Gassing HT., M.S., selaku Rektor UIN
Alauddin Makassar, para wakil rektor dan seluruh staf UIN Alauddin
Makassar;
v
2. Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A., selaku Direktur Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar, yang telah memberikan kesempatan dengan
segala fasilitas dan kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan
studi pada program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar;
3. Prof. Dr. H. Sabaruddin Garancang, M.A. dan Dr. H. Kamaluddin Abu
Nawas, M.Ag., masing-masing selaku promotor dan kopromotor yang
secara langsung memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran
berharga kepada penulis sehingga tulisan ini dapat terwujud;
4. Prof. Dr. H. Rusydi Khalid, M.A. dan Dr. Hj. Amrah Kasim, M.A.,
masing-masing selaku penguji 1 dan penguji 2 yang telah mengoreksi
dan memberikan bimbingan serta saran-saran berharga kepada penulis;
5. Para Guru Besar dan segenap dosen Program Pascasarjana UIN
Alauddin Makassar yang telah memberikan ilmu dan bimbingan
ilmiahnya kepada penulis selama masa studi;
6. Kepala Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar beserta segenap
stafnya yang telah menyiapkan literatur dan memberikan kemudahan
untuk dapat memanfaatkan secara maksimal demi penyelesaian tesis
ini;
7. H. Muh. Taslim Basri, Lc. selaku Pimpinan Pontren Yasrib Soppeng
dan Dra. Hj. Harnis, M.Pd. selaku Kepala MTs. PP. Yasrib Lapajung
vi
Soppeng yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis
untuk melanjutkan studi.
8. Sembah sujud dan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis
haturkan kepada orang tua penulis yang tercinta: Muntaha dan
Muhaiyyang (Almh), tak lupa juga mertua penulis: A. Kusmin dan Hj.
A. Saima. Semoga jerih payah mereka yang telah mengasuh,
membimbing serta tiada hentinya memanjatkan doa ke hadirat Allah
untuk memohon keberkahan dan kesuksesan bagi anak-anaknya
diberikan pahala yang berlipat ganda oleh Allah swt.;
9. Saudara (i) penulis: Muhtasang, Muhtar, Muheriani, S.Pd., M.Pd., dan
Muheriadi;
10. Isteri penulis yang tercinta A. Nurul Hikmah, S.Pd.I. dan anakda Muh.
Zurrifqi Najib, yang tak kenal lelah mendampingi dan memotivasi
penulis selama menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana UIN
Alauddin Makassar;
11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Dirasah Islamiyah angkatan
2012 yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan kerjasama
terhadap penulis selama perkuliahan dan penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis
vii
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan tesis ini.
Akhirnya, semoga Allah swt. senantiasa meridai dan merahmati semua
amal usaha yang kita laksanakan dengan baik dan penuh kesungguhan serta
keikhlasan karena Allah swt.
A>mi>n Ya> Rab al-‘A>lami>n
Wassalam.
Makassar, 2015
Penulis,
MUTAILLAH
NIM. 80100212117
x
DAFTAR TRANSLITERASI DAN SINGKATAN
A. Transliterasi
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat
dilihat pada halaman berikut:
Huruf Arab
Nama Huruf Latin Nama
ا
alif
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
ب
ba
b
be
ت
ta
t
te
ث
s\a
s\
es (dengan titik di atas)
ج
jim
j
je
ح
h}a
h}
ha (dengan titik di bawah)
خ
kha
kh
ka dan ha
د
dal
d
de
ذ
z\al
z\
zet (dengan titik di atas)
ر
ra
r
er
ز
zai
z
zet
س
sin
s
es
ش
syin
sy
es dan ye
ص
s}ad
s}
es (dengan titik di bawah)
ض
d}ad
d}
de (dengan titik di bawah)
ط
t}a
t}
te (dengan titik di bawah)
ظ
z}a
z}
zet (dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
apostrof terbalik
غ
gain
g
ge
ف
fa
f
ef
xi
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda
apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Nama
Huruf Latin
Nama
Tanda
fath}ah
a a ا
kasrah
i i ا
d}ammah
u u ا
ك
kaf
k ka
ل
lam
l
el
م
mim
m
em
ن
nun
n
en
و
wau
w
we
ـه
ha
h
ha
ء
hamzah ’
apostrof
ى
ya
y
ye
ق
qaf
q qi
xii
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Contoh:
kaifa : كـيـف
لهـو : haula
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Contoh:
تمـا : ma>ta
<rama : رمـى
qi>la : قـيـل
تيـمـو : yamu>tu
4. Ta>’ marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup
atau mendapat harkat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t].
Nama
Huruf Latin
Nama
Tanda
fath}ah dan ya
ai a dan i ـى
fath}ah dan wau
au a dan u
ـو
Nama
Harkat dan
Huruf
fath}ahdan alif atau ya
ى|...ا...
kasrah dan ya
ىــ
d}ammah dan wau
وـــ
Huruf dan
Tanda
a>
i>
u>
Nama
a dan garis di
atas
i dan garis di
atas
u dan garis di
atas
xiii
Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’
marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
طفالاألروضـة : raud}ah al-at}fa>l
الـفـاضــلةالـمـديـنـة : al-madi>nah al-fa>d}ilah
al-h}ikmah : الـحـكـمــة
5. Syaddah (Tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda tasydi>d ( ــ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan
huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
ـنا <rabbana : ربـ
ـيــنا <najjai>na : نـج
al-h}aqq : الــحـق
al-h}ajj : الــحـج
ــم nu“ima : نع
aduwwun‘ : عـدو
Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah
( .maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (i>) ,(ـــــى
Contoh:
Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)‘ : عـلـى
Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)‘ : عـربــى
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال (alif
lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti
xiv
biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata
sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis
mendatar (-).
Contohnya:
ـ مـسالش : al-syamsu (bukan asy-syamsu)
لــزلــة al-zalzalah (bukan az-zalzalah) : الز
al-falsafah : الــفـلسـفة
al-bila>du : الــبـــالد
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal
kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contohnya:
ta’muru>na : تـأمـرون
وءالـنـ : al-nau’
syai’un : شـيء
تمـرأ : umirtu
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat
yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau
sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara
transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), Sunnah, khusus dan
umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab,
maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.
Contoh:
Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
Al-Sunnah qabl al-tadwi>n
Al-‘Iba>ra>t bi ‘umu>m al-lafz} la> bi khus}u>s} al-sabab
xv
9. Lafz} al-Jala>lah (هللا)
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau
berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransli-terasi tanpa huruf
hamzah.
Contoh:
للاديـن di>nulla>h للابا billa>h
Adapun ta>’ marbu>t }ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah,
ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
للارحـــمةفيمـه hum fi> rah}matilla>h
B. Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la >
saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam
a.s. = ‘alaihi al-sala>m
H = Hijrah
M = Masehi
SM = Sebelum Masehi
l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)
w. = Wafat tahun
Q.S. …/…: 4 = Contoh: Q.S. al-Baqarah/2: 4
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
TRANSLITERASI ................................................................................... x
ABSTRAK ................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 11
C. Pengertian Judul................................................................... 11
D. Kajian Pustaka ..................................................................... 13
E. Kerangka Teoretis ............................................................... 16
F. Metodologi Penelitian ......................................................... 17
G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 19
H. Garis-Garis Besar Isi Tesis .................................................. 20
BAB II: NILAI-NILAI EDUKASI DALAM ALQURAN ..................... 23
A. Konsep Ilmu dalam Alquran ................................................ 23
B. Materi dan Metode Edukasi dalam Alquran ....................... 30
BAB III: S}IYAG AL-AMR DALAM TINJAUAN ILMU BALA>GAH.. 44
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu al-Bala>gah ................ 44
B. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu al-Ma’a>ni> ................. 48
C. Pengertian S}iyag al-Amr dan Bentuk Penggunaannya
dalam Kalimat ...................................................................... 62
D. Makna-maknaS}iyag al-Amr ................................................ 65
ix
BAB IV: ANALISIS S}IYAG AL-AMR DAN MAKNANYA
DALAM QS AL-BAQARAH ................................................... 72
A. Ayat-ayat yang Mengandung S}iyag al-Amr
dalam QS al-Baqarah .......................................................... 72
B. Makna S}iyag al-Amr dalam QS al-Baqarah ....................... 80
C. Nilai-Nilai Edukasi S}iyag al-Amr pada QS al-Baqarah ...... 93
BAB V: PENUTUP ................................................................................. 114
A. Kesimpulan .......................................................................... 114
B. Implikasi Penelitian ............................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 117
xvi
ABSTRAK
Nama : Mutaillah
NIM : 80100212117
Judul Tesis : NILAI-NILAI EDUKASI S}IYAG} AL-AMR DALAM QS AL-BAQARAH
(Analisis Perspektif Ilmu Bala>gah)
Tesis ini membahas tentang nilai-nilai edukasi s}iyag al-amr yang
terdapat di dalam QS al-Baqarah dengan sub pokok permasalahan yang
dibahas adalah bagaimana s}iyag al-amr dan maknanya yang terdapat dalam
QS al-Baqarah?, serta nilai-nilai edukasi s}iyag al-amr, dengan tujuan adalah
mengungkapkan makna s}iyag al-amr yang terdapat dalam QS al-Baqarah dan
nilai-nilai edukasi yang terkandung di dalamnya dengan cara
mendeskripsikan.
Menjawab pokok permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini
menggunakan beberapa metode, jenis penelitian ini dapat dikategorikan
sebagai penelitian kualitatif deskriktif. Adapun sumber penelitian ini
merupakan penelitian pustaka (library research) yang diklasifikasikan menjadi
dua data yaitu data primer dan data sekunder. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan multidisipliner. Pengumpulan data dilakukan dengan
kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat macam s}iyag al-amr, hanya tiga yang terdapat dalam QS al-Baqarah yaitu: fi’il amr bentuk inilah
yang paling banyak ditemukan, fi’il mud}a>ri’ yang dimasuki la>m al-amr dan
mas}dar pengganti fi’il. Sedangkan makna s}iyag al-amr terbagi dua yaitu ada
yang bermakna asli dan ada yang keluar dari makna aslinya, s}iyag al-amr yang
keluar dari makna aslinya dapat diketahui dengan konteks ayat atau
qarinahnya. Adapun makna lain dari s}iyag al-amr dalam QS al-Baqarah adalah
makna doa, irsya>d (petunjuk/ nasihat), iba>hah (kebolehan), ta’ji>z (melemahkan), tahqi>r (menghina), takhyi>r (pilihan). Sedangkan nilai-nilai
edukasi di dalamnya adalah keimanan, ibadah, sosial/ kemasyarakatan, moral/
akhlak, doa, kesehatan reproduksi, kedisiplinan, menunaikan amanah,
Istiqamah, dan kepatuhan.
Implikasi dari hasil penelitian, memahami dan mengkaji isi
kandungan Alquran sangat dibutuhkan sarana dan prasarana seperti lembaga
pendidikan Alquran dan tenaga edukasi yang professional dalam bidang
xvii
tersebut. Mersepon hal tersebut sangat dibutuhkan ide-ide kepada yang
berwenang dalam hal itu demi untuk meningkatkan kualitas professional
sebagai alumni UIN yang bercirikan Islam. Kepada calon peneliti selanjutnya
diharapkan meneliti secara akurat dengan modal harus mengetahui berbagai
cabang ilmu bahasa Arab termasuk ilmu bala>gah dan lebih khusus ilmu ma’a>ni>.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alquran bagi kaum muslimin bahkan bagi Alquran sendiri merupakan
kala>mullah yang tidak ada keraguan di dalamnya dan berlaku sepanjang masa.
Ia menegaskan dirinya sebagai petunjuk bagi manusia, hudan li al-na>s. Allah
berfirman dalam QS al-Baqarah/2: 185.
…
Terjemahnya:
“Bulan Ramad}an, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Alquran sebagai petunjuk bagi manusi dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
batil)…”1
Sebagai hudan Alquran menerangkan segala perintah dan larangan,
yang halal dan haram, yang baik dan buruk, bahkan juga memuat berbagai
kisah sejarah umat masa lampau.2 Seluruh ajaran Islam pada prinsipnya telah
tertuang dalam kitab suci ini. Isinya sangat universal yang sesuai untuk segala
1Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media,
2005), h. 28.
2Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Quran dan Hadis (Jakarta: Rahmat
Semesta Center, 2008), h. 10.
2
zaman dan tempat. Ia telah terbukti menjadi pelita yang agung dalam
membimbing manusia mengarungi perjalanan hidupnya.
Alquran adalah kitab suci universal (berlaku untuk setiap ruang dan
waktu manusia) yang dianugerahkan Allah kepada seluruh umat manusia.3
Keuniversalan Alquran terletak pada cakupan pesannya yang menjangkau
seluruh lapisan umat manusia, kapan dan di manapun. Alquran
memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di
antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh
Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.4 Allah berfirman dalam QS
al-Hijr/15: 9.
Terjemahnya:
“Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya
kami benar-benar memeliharanya”.5
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Alquran
selama-lamanya serta tidak berubah sampai akhir zaman, kecuali pemikiran
3Umar Shihab, Kontekstualisasi Alquran: Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum dalam
Alquran (Cet.III; Penamadani: Jakarta, 2005), h. 4. 4M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan, 2003), h. 21.
5Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 262.
3
dan pemahaman manusia tentangnya yang mengalami perubahan sesuai
konteks yang dialaminya. Allah menjamin keotentikan dan kesuciannya dari
upaya-upaya manusia untuk merubahnya.
Sebagai kitab universal, telah ada upaya memahami Alquran melalui
kajian-kajian dan pemikiran secara mendalam serta keseriusan agar tetap
mempertahankan nilai kebenaran ajarannya di tengah-tengah masyarakat.6
Namun demikian, pemahaman terhadap isi bacaan yang dikandungnya
tidaklah semudah orang memahami isi bacaan kitab-kitab atau buku-buku
selainnya. Hal ini terjadi karena ada di antara ayat-ayat Alquran itu jelas
makna, kandungan dan sistematikanya dan ada yang tidak jelas.
Dalam menghadapi ayat-ayat yang jelas makna, kandungan dan
sistematikanya tentu saja tidak akan menimbulkan perbedaan sebab apa yang
dimaksudkan oleh nas} telah jelas. Akan tetapi dalam menghadapi ayat-ayat
yang tidak jelas makna, kandungan dan sistematikanya dapat menimbulkan
berbagai macam interpretasi.7
Alquran yang berfungsi sangat vital bagi manusia itu penuh dengan
pesan-pesan dari Allah. Untuk menghasilkan pemahaman Alquran yang lebih
komprehensif dan ada relevansinya dengan masalah-masalah kemanusiaan dan
6TM. Hasbi As-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran (Jakarta: Bulan Bintang,
1994), h. 54. 7Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki> al-Husni>, Zubdah al-Itqa>n fi> ‘ulu>m al-Qur’a>n terj.
Mutiara Ilmu-Ilmu Alquran oleh: Rosihon Anwar (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 142-144.
4
perkembangan zaman, perlu adanya kesungguhan dari umat Islam untuk
menguak ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Alquran serta membuka belenggu
ketertinggalan dalam berpikir. Di samping itu berusaha menanggalkan sedikit
demi sedikit tradisi keilmuan yang jelas jauh dan menjauhkan manusia dari
nilai-nilai agama. Sebagai muslim kita harus berusaha keras untuk
membangun peradaban modern yang erat kaitannya dengan media
pemahaman terhadap fenomena-fenomena alam dan alam itu sendiri.8
Alquran, kalau dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
semakin dipelajari dan dikaji isinya maka semakin tampak validitas
kemukjizatannya. Hal ini dapat membantu dalam menemukan nilai-nilai yang
dapat dijadikan pedoman dalam penyelesaian berbagai problem hidup dan
apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran, perasaan dan karsa
kita mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan dalam ketentraman
hidup pribadi dan masyarakat.9 Oleh karena itu, memahami kandungan
Alquran, seorang mufasir hendaknya terlebih dahulu mengetahui dan
meyakini dengan baik bahwa Alquran berisi berbagai informasi keilmuan dan
mengayomi segala bentuk kemaslahatan manusia, serta menjadikan Alquran
8Abu Anwar, Ulumul Qur’an (Pekanbaru: Amzah, 2005), h. 2.
9M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Cet.VII; Bandung: Mizan, 1998), h. 13.
5
sebagai pelita pandangan dan pemikiran untuk mengamati berbagai peristiwa
yang telah lalu maupun yang akan datang.
Selain hal tersebut di atas, seorang mufasir juga dituntut untuk
memperhatikan cakupan pengertian dan keserasian makna yang terkandung
dalam redaksi ayat Alquran. Di samping itu pula, ia juga harus tetap
memelihara dan memperhatikan semua redaksi ayat serta makna ayat yang
mengarah kepadanya, yaitu makna yang tidak terjangkau oleh penyebutan
redaksi ayat tetapi relevan dengan maknanya.10
Bahasa Arab telah ditakdirkan oleh Allah swt. sebagai bahasa Alquran
sebagai rujukan pertama dan utama bagi umat Islam. Oleh karena itu, umat
Islam dituntut untuk mempelajarinya dengan baik dan benar. Karena Alquran
diturunkan dalam bahasa Arab, maka untuk mengkajinya dengan baik, kita
dituntut untuk memahami bahasa Arab dengan berbagai macam cabangnya.
Diantara cabang bahasa Arab yang harus dikuasai untuk memahami
makna dan kandungan Alquran yaitu ilmu balag}ah. Ilmu balagah adalah suatu
ilmu tentang tata bahasa Arab atau salah satu cabang bahasa Arab yang
mempelajari gaya bahasa yang berhubungan dengan kaidah-kaidah
penyusunan kata dan kalimat yang benar. Tujuan mempelajari ilmu ini ialah
10
Abd. Rahman Dahlan, Kaidah-Kaidah Penafsiran Alquran (Cet. II; Bandung: Mizan, 1998),
h. 22.
6
agar seseorang memiliki kemampuan menyampaikan suatu maksud dengan
jelas dengan menggunakan ungkapan bahasa Arab yang baik dan benar yang
mempunyai pengaruh dalam jiwa dan sesuai dengan obyek yang dibicarakan
serta subyek yang diajak bicara.
Ilmu balag}ah ini bertugas menyelidiki hal ihwal kalimat, misalnya:
apakah kalimat dapat memberikan pengertian yang jelas dan kesan yang lebih
kuat, dengan memakai uslub-uslub atau gaya bahasa yang bermacam-macam
misalnya: tasybi>h, maja>z, kina>yah yang disebut ilmu baya>n, apakah ia dapat
dipahami dengan mudah dan cepat tersebut di atas itu, bagaimana caranya
menyusun kalimat itu sesuai dengan tuntutan keadaan yang disebut ilmu
ma’a>ni> , apakah ia mempunyai segi-segi keindahan, baik ditinjau dari segi
lafaz-nya ataupun makna yang dikandungnya dan sebagainya yang disebut
ilmu badi>’.11 Oleh karena itu, bidang kajian ilmu bala>gah ini ada tiga sub ilmu
yaitu:
1. Ilmu baya>n, ilmu untuk mengungkapkan suatu makna dengan
berbagai gaya bahasa. Ilmu ini objek pembahasannya berupa gaya
bahasa yang berbeda untuk mengungkapkan suatu ide yang sama.
11Abd. Karim Hafid. Berbagai Sudut Pandang dalam Memahami Bahasa Arab. (Cet. I;
Makassar: Alauddin University Press, 2012).h. 155-157.
7
Ilmu baya>n berfungsi untuk mengetahui macam-macam kaidah
pengungkapan. Kajiannya mencakup tasybi>h, maja>z dan kina>yah,
2. Ilmu ma’a>ni>, ilmu ini mempelajari bagaimana kita mengungkapkan
suatu ide atau perasaan ke dalam sebuah kalimat yang sesuai
dengan tuntutan keadaan. Bidang kajian ilmu ini meliputi kala>m
dan jenis-jenisnya, tujuan-tujuan kala>m, was}l dan fas}l, qas}r, zikr dan
hazf, i>ja>z, musa>wa>h dan it}na>b.
3. Ilmu badi>’, ilmu ini membahas tata cara memperindah suatu
ungkapan baik pada aspek lafaz} maupun pada aspek makna. Ilmu ini
membahas dua bidang utama, yaitu muhassina>t lafz}iyyah meliputi
jina>s, iqtiba>s, saja>. Sedangkan muhassina>t ma’nawiyyah meliputi
tauriyyah, tiba>q, muqa>balah, husn al-ta’li>l, ta’ki>d al-madh bima>
yusybih al-zamm dan uslu>b al-haki>m.
Perlu dijelaskan bahwa keindahan kalimat yang dapat diusahakan oleh
ilmu badi>’ ini adalah sekedar keindahan tambahan (التحسني العرضي), sedang
keindahan asli (التحسني الذايت) adalah tergantung pada ilmu baya>n dan ilmu
ma’a>ni.12
12Abd. Karim Hafid, Berbagai Sudut Pandang dalam Memahami Bahasa Arab, h. 158.
8
Dari ketiga bidang kajian ilmu balag}ah tersebut di atas, penulis akan
fokus pada kajian ilmu ma’a>ni>. Diantara kajian ilmu ma’a>ni> ialah bentuk-
bentuk amr (perintah) dan maknanya. Adapun definisi amr menurut ahli
bala>gah yaitu:
13األمر طلب الفعل على وجه اإلستعالء و اإللزام
Artinya:
“ Amr adalah tuntutan mengerjakan sesuatu dari pihak yang
lebih tinggi dan bersifat paksaan (keharusan)”
Dari definisi tersebut, amr berarti perintah dari orang yang lebih tinggi
derajatnya kepada orang yang lebih rendah. Seperti perintah atasan kepada
bawahan, orang tua kepada anaknya, Allah kepada hambanya dan seterusnya.
Sementara bentuk-bentuk amr itu ialah fi’il amr seperti إعمل
(berusahalah!), fi’il mud}a>ri’ yang memiliki la>m al-amr (ل ) seperti ضيفه فليكرم
(hendaklah dia memuliakan tamunya!), ism fi’il amr seperti آمني (terimalah!),
mas}dar sebagai pengganti fi’il amr seperti 14.(!berdirilah) قياما
Sebagai contoh, Allah berfirman dalam QS al-Baqarah/2: 21.
.يا أي ها الناس اع بدوا ربكم الذي خلقكم والذين من ق ب لكم لعلكم ت ت قون
13Bakri> Syekh Ami>n, al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi> S |aubiha> al-Jadi>d (Beirut: Da>r al-S|aqa>fah
al-Isla>miyyah, 1979), h. 102.
14
Bakri> Syekh Ami>n, al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi> S |aubiha> al-Jadi>d, h. 102.
9
Terjemahnya:
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”15
Bentuk perintah dalam ayat di atas ialah اعبدوا, fi’il amr yang berarti
sembahlah. Di dalam tafsi>r Jala>lain, kata اعبدوا ditafsirkan yang berarti وحدوا16
“Esakanlah”, perintah ini mengandung makna al-wa>jib (kewajiban) untuk
menyembah kepada Allah swt. dan mengesakan-Nya. Disamping itu perintah
dalam ayat tersebut juga mengandung nilai edukasi yaitu keimanan kepada
Allah. Sebagai makhluk tidak ada yang boleh di sembah dan diesakan oleh
manusia kecuali Tuhan yang telah menciptakannya.
Menurut Bakri Syekh Amin, Bukan hal yang penting dalam
pembahasan amr untuk mengetahui bentuk-bentuknya melainkan hal yang
penting ialah mengetahui makna-maknanya yang keluar dari makna aslinya.17
Maksudnya selain makna asli amr yaitu tuntutan melakukan sesuatu
dari yang lebih tinggi derajatnya dan sebuah keharusan, ada juga makna lain
yang dikandungnya. Di dalam Alquran banyak sekali kita temukan ayat-ayat
15Depatemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 3.
16
Jala>l al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad al-Mah}alli> dan Jala>l al-Di>n Abd. Rah}ma>n bin Abi> Bakr
al-Suyu>t}i>, Tafsi>r al-Qura>n al-‘Az}i>m (Juz I; Surabaya: al-Hida>yah, t.th.), h. 4.
17Bakri> Syekh Ami>n, al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi> S |aubiha> al-Jadi>d, h. 102.
10
yang redaksinya berbentuk amr tidak selamanya bermakna keharusan untuk
melakukannya, seperti firman Allah dalam QS al-Baqarah/2: 23.
ن زل نا على عب دنا فأ توا بسورة ممن ممث له واد عوا شهداءكم ممن دون الله إن كن تم وإن كنتم ف ري ب مما
﴾٣٢صادقني ﴿
Terjemahnya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu
selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”.18
Perintah dalam ayat di atas tidak bermakna keharusan atau tuntutan
melakukan sesuatu melainkan bermakna al-ta’ji>z (melemahkan). Ini
merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran al-
Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera
dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw.
Bentuk-bentuk (s}iyag) amr seperti ini yang akan dikaji oleh penulis
melalui perspektif ilmu bala>gah lebih khusus lagi ilmu ma’a>ni> dan nilai-nilai
edukasi di dalamnya. Nilai-nilai edukasi itu ialah keimanan, ibadah, moral
(akhlaq), sosial/ kemasyarakatan dan seksual. Dengan perspektif ini, dapat
18
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 3.
11
ditemukan penjelasan yang lebih mendetail tentang nilai-nilai edukasi dalam
bentuk-bentuk (s}iyag) amr dan makna yang dikandungnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
pokok permasalahan yang akan dibahas adalah Bagaimana nilai-nilai edukasi
dalam S}iyag} al-Amr dalam QS al-Baqarah? Dari permasalahan pokok
tersebut, maka dapat dirinci dalam tiga sub masalah sebagai berikut:
1. Ayat-Ayat mana saja yang mengandung s}iyag al-amr dalam QS al-
Baqarah?
2. Bagaimana makna s}iyag al-amr dalam QS al-Baqarah?
3. Bagaimana nilai-nilai edukasi dalam s}iyag al-amr pada QS al-
Baqarah?
C. Pengertian Judul Berdasarkan dari judul penelitian tesis ini, yaitu: “Nilai-nilai Edukasi
dalam S}iyag} al-Amr pada QS al-Baqarah (Analisis Perspektif Ilmu Balagah)”,
perlu ada pengertian atau definisi terhadap istilah atau variabel yang ada
dalam judul tersebut untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran dan
kesalahan persepsi dalam memahami kajian tesis ini.
Variabel yang dimaksud ialah:
a. Nilai-nilai edukasi
12
Nilai-nilai berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan.19
Sesuatu dipandang bernilai karena berguna bagi kita, tetapi
bagi orang lain mungkin tidak bernilai, karena baginya tidak berguna.20
Sedangkan edu`kasi berarti pendidikan21
. Adapun nilai-nilai edukasi yang
dimaksud dalam tesis ini ialah hal-hal penting dan berguna yang bersifat
pendidikan yang termuat dalam ungkapan-ungkapan kalimat perintah dalam
QS al-Baqarah.
b. S}iyag al-amr
Kata s}iyag adalah bentuk jamak dari s}i>gah berarti macam atau
bentuk22
, al-amr berarti perintah23
. Jadi S}iyag al-amr berarti bentuk-bentuk
kata perintah baik berupa fi’il amr, mas}dar sebagai pengganti fi’il, fi’il
mud}a>ri’ yang memiliki la>m al-amr dan ism fi’il amr.
c. Perspektif ilmu al-bala>gah
Perspektif berarti cara pandang atau sudut pandang dan tinjauan
terhadap sesuatu24
. Adapun Bala>gah secara etimologi berasal dari kata dasar
بلغ"" yang berarti sampai, sedangkan menurut istilah ialah sifat dari kala>m
19Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia
pustaka, 2008), h. 963.
20
Muh. Room, Implementasi Nilai-Nilai Tasawuf dalam Pendidikan Islam (Makassar:
Cet.III; Berkah Utami, 2010), h. 20.
21
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 351.
22
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (t.p., 1984), h. 803.
23
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, h. 38.
24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1054.
13
(kalimat) dan mutakallim (penutur kalimat) sehingga lahirlah sebutan kala>m
bali>g dan mutakallim bali>g.25 Dalam pembahasan tesis ini penulis akan
menggunakan perspektif (tinjauan) ilmu balagah.
Dari definisi di atas, maka fokus penelitian ini berupaya mengkaji
tentang nilai-nilai edukasi (pendidikan) dalam s}iyag al-amr yang terdapat
pada QS al-Baqarah dengan menjelaskan s}iyag al-amr dan maknanya serta
implikasinya terhadap penafsiran nilai-nilai pendidikan.
D. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini, penulis akan memaparkan tulisan karya
ilmiah atau buku yang berkaitan dengan pembahasan tesis ini. Dalam
penulusurannya, penulis belum menemukan tesis atau disertasi yang
membahas tentang nilai-nilai edukasi dalam s}iyag al-amr dan maknanya yang
terdapat dalam Alquran fokus pada surah al-Baqarah akan tetapi terdapat tesis
yang pembahasannya terkait dengan pendidikan yaitu tesis yang ditulis oleh
Idham (2011) yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Uslu>b al-Istifha>m dan
Maknanya dalam Alquran Juz ke-29”, tesis tersebut membahas tentang uslu>b
al-istifha>m (gaya bahasa pertanyaan) yang terdapat dalam Alquran juz 29,
makna dan nilai-nilai pendidikan yang dikandungnya yang dikaji dengan
perspektif ilmu ma’a>ni.
25Hafni> Bik Nas}if dkk, Qawa>’id al-Lugah al-‘Arabiyyah, (Surabaya: Ahmad bin Sa’d bin
Nabha>n wa aula>duhu>, t.t.), h. 101.
14
Tesis yang ditulis oleh Nasri Akib (2003) yang berjudul “S}iyag al-Amr
dan al-Nahy dalam Penafsiran al-Zamakhsyariy (Analisis Konseptual
Pendekatan Balagah)”, tesis tersebut merupakan penelitian terhadap tafsir al-
Kasysya>f dengan memfokuskan pada bentuk-bentuk analisis s}igat al-amr dan
al-nahy dalam konsep penafsiran al-Zamakhsyariy dengan menjadikan disiplin
ilmu Bala>gah sebagai tolok ukur.
Analisis terhadap tafsir al-Kasysya>f tampak sangat memperhatikan
makna yang terkandung dibalik s}igat al-amr dan al-nahy. Oleh sebab itu al-
Zamakhsyariy dalam menafsirkan kedua s}igat tersebut tidak hanya melihat
dari aspek struktur dan pola pembentukan semata, akan tetapi lebih jauh
mempertimbangkan aspek makna. Sehingga dengan demikian s}igat al-amr
dan al-nahy tidak hanya mengandung makna wajib dan tidak wajib tetapi
melampaui kedua konsep tersebut.
Buku al-Tafsi>r al-Muni>r oleh Wahbah al-Zuh}aili>, pada setiap awal
surah selalu mendahulukan penjelasan tentang keutamaan dan kandungan
surah serta memberikan tema yang terkait secara garis besar. Dan dalam
setiap tema membahas dari aspek bahasa dan menjelaskan istilah yang
terdapat dalam sebuah ayat serta menyertakan keterangan dari segi bala>gah
dan gramatikal bahasanya termasuk menjelaskan makna amr yang terdapat
dalam sebuah ayat.
15
Buku S}afwah al-Tafa>si>r oleh Muhammad Ali al-S}abu>ni>, menjelaskan
surah Alquran secara global kemudian merinci maksud-maksud yang
terkandung dalam surah tersebut seperti menjelaskan kandungannya yang
berkaitan dengan masalah aqidah, ibadah, muamalah, akhlak dan menjelaskan
tentang latar belakang penamaan surah serta menjelaskan tentang hal-hal
yang berhubungan dengan bahasa dan pembahasan ayat dari segi balagahnya.
Buku Jawa>hir al-Bala>gah oleh Ahmad al-Ha>syimi>, menjelaskan
pengertian al-bala>gah, al-fas}ah}ah, al-ma’a>ni>, al-baya>n, al-badi>’ dan salah satu
sub bahasannya ialah tentang al-amr dan makna-maknanya disertai dengan
contoh-contoh.
Buku al-Bala>gah al-Wa>d}ih}ah oleh ‘Ali> Ja>rim dan Mus}t}afa> Ami>n.
Penulisan dalam buku ini sistematis, yaitu dengan memaparkan beberapa
contoh lebih dahulu, melakukan analisis pembahasan terhadap contoh-contoh,
menjelaskan kaidahnya kemudian menyempurnakannya dengan latihan-
latihan dan praktik-praktik kemahiran. Adapun materi yang dibahas di
dalamnya diantaranya: prakata dan bahasan tentang fas}a>hah, bala>gah, dan
uslu>b, pengantar tentang ilmu ma’a>ni>, pembagian kala>m insya> kepada amr,
nahi, istifha>m, tamanni> dan nida>’.
Buku Tafsir dan Hadis tentang Pendidikan oleh Nanang Gojali,
membahas tentang pendidikan dalam Alquran dan hadis yang mencakup
16
konsep ilmu, tujuan pendidikan, materi dan metode pendidikan dalam Alquran
dan hadis.
E. Kerangka Teoretis
Memahami isi kandungan Alquran terutama memahami ayat-ayat yang
berbentuk perintah dan nilai-nilai edukasi yang dikandungnnya tidak lepas
dari berbagai disiplin ilmu Alquran yang harus dipahami. Salah satu disiplin
ilmu tersebut ialah ilmu Balagah. Kaitannya dengan ayat-ayat perintah,
pembahasannya bisa ditemukan dalam ilmu al-ma’a>ni> yang merupakan cabang
ilmu al-bala>gah kemudian secara khusus penjelasannya dalam kala>m insya.
Hal tersebut dapat dilihat dalam skema berikut:
ALQURAN SURAH AL-BAQARAH
AYAT-AYAT PERINTAH
ILMU BALA>GAH
ILMU MA’A>NI>
KALAM INSYA
S}IYAG AL-AMR>
NILAI EDUKASI
(HAS
17
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, yaitu penelitian eksploratif untuk mendapatkan pengetahuan.
Sebagai penelitian kualitatif, data-data dan bahan keperluan untuk penelitian
ini dilakukan dan diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research).
Sedangkan berdasarkan tujuannya, penelitian ini dikategorikan sebagai
penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis makna ayat-
ayat Alquran yang memiliki s}iyag al-amr yang terdapat pada surah al-
Baqarah.
2. Metode Pendekatan
Adapun metode pendekatan yang digunakan dalam menganalisis
masalah dalam penelitian ini ialah pendekatan multidisipliner yang meliputi
pendekatan linguistik, pendekatan teologis normatif dan pendekatan filologi.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode library research yaitu
membaca literatur kepustakaan, misalnya: buku, makalah, dokumen-dokumen
dan jenis-jenis karya ilmiah lainnya yang ada hubungannya dengan judul yang
akan dibahas dengan menggunakan cara:
18
a. Kutipan langsung, yaitu penulis mengutip dari buku yang telah
dibaca dan dipindahkan sesuai dengan aslinya;
b. Kutipan tidak langsung, mengutip suatu data atau pendapat yang
ada dengan mengubah redaksinya tanpa mengubah maksud dan
tujuannya dari suatu sumber referensi.
Adapun sumber data dibagi dua, yaitu:
a. Data Primer
Sumber primer dari penelitian ini ialah mushaf Alquran.
b. Data Sekunder
Untuk mendukung data primer di atas, penulis juga menggunakan
berbagai referensi sebagai pendukung dalam melengkapi pembahasan tesis ini,
yaitu: S}afwah al-Tafa>si>r oleh ‘Ali al-S}a>bu>ni, Tafsi>r al-Mis}ba>h oleh M.
Quraish Shihab, I’ra>b al-Qur’a>n oleh Muhyiddin al-Darwi>sy, Tafsi>r al-
Kasysya>f oleh Mah}mu>d bin ‘Umar al-Zamakhsyari>, al-Tafsi>r al-Muni>r oleh
Wahbah al-Zuhaili>.
Selain tafsir, terdapat juga buku bala>gah yang terkait, seperti Jawa>hir
al-Bala>gah oleh Ahmad al-Ha>syimi>, ‘Ulu>m al-Bala>gah oleh Ahmad Mus}tafa
al-Mara>gi>, al-Mu’jam al-Mufas}s}al fi ‘Ulum al-Bala>gah oleh In’am Fawwal
‘Akkawi, al-Bala>gah al-Wad}ihah oleh ‘Ali Ja>rim dan Mus}t}afa Ami>n, al-
Bala>gah fi> S|aubiha> al-Jadi>d oleh Bakri> Syekh Ami>n. al-Qawa>’id al-Asa>siyyah
19
li al-Lugah al-‘Arabiyyah oleh Ahmad al-Ha>syimi>, Qawa>’id al-Lugah al-
‘Arabiyyah oleh Hifni Bek Nas}if Dayya>b, al-Munawwir Kamus Arab-
Indonesia oleh Ahmad Warson Munawwir, Linguistik Alquran oleh Amrah
Kasim, Tafsir dan Hadis tentang Pendidikan oleh Nanang Gojali serta buku-
buku pendukung lainnya yang representatif dan mempunyai hubungan dengan
judul penelitian ini.
4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data yang digunakan dalam tesis ini ialah metode
kualitatif karena mengingat penelitian ini merupakan kajian pustaka (libreary
research). Adapun data yang telah ditemukan dari berbagai sumber data baik
data primer maupun data sekunder, dikumpulkan kemudian dianalisis
sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang bisa dituangkan dalam
bentuk karya ilmiah.
G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui ayat-ayat yang mengandung s}iyag al-amr dalam
al-Qur’a >n surah al-Baqarah;
b. Untuk mengetahui makna s}iyag al-amr dalam al-Qur’a>n surah al-
Baqarah;
20
c. Untuk memahami nilai-nilai edukasi s}iyag al-amr dalam al-Qur’a>n
surah al-Baqarah.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Kegunaan Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
dalam pengembangan ilmu-ilmu keislaman khususnya di bidang bahasa Arab
dan Alquran dan untuk memudahkan bagi yang ingin mengkaji Alquran dari
segi kebahasaan yang terkait dengan bentuk-bentuk perintah dan maknanya
dalam Alquran.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan memberi sumbangsih dalam rangka
memperkaya khazanah literatur Islam, sehingga siapapun yang membacanya
bisa memahami dengan baik nilai-nilai edukasi (pendidikan) s}iyag al-amr
sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup baginya untuk keselamatan
dunia akhirat.
H. Garis-Garis Besar Isi Tesis
Memahami gambaran isi tesis ini maka penulis akan mendeskripsikan
garis-garis besarnya, bahwa tesis ini tediri dari lima bab dan masing-masing
bab mempunyai sub bab sebagai penjelasan yang salin terkait satu sama lain.
21
Bab I merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari delapan sub bab.
Bagian pertama, uraian tentang latar belakang yang menjadi pengantar.
Kedua, rumusan masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan dengan
berdasar dari masalah pokok yang akan dikaji dan dianalisis dalam dalam
penelitian selanjutnya. Ketiga, pengertian judul yang berisi penjabaran dan
penafsiran dari variabel-variabel yang terkandung dalam judul. Keempat,
kajian pustaka yang berisi sekelumit sumber-sumber penelitian yang relevan
yang menjadi sumber data dalam penelitian ini. Kelima, gambaran kerangka
teoritis penelitian sebagai konsep dasar dan alur penelitian ini. Keenam,
metodologi penelitian yang digunakan penulis dalam membedah dan
menganalisis serta mengolah data. Ketujuh, tujuan dan kegunaan penelitian
sebagai maksud dari penelitian yang dilakukan. Kedelapan, garis-garis besar
isi penelitian secara keseluruhan mengenai permasalahan yang akan dibahas.
Bab II, dalam bab ini penulis mendeskripsikan teori nilai-nilai edukasi
dalam Alquran yang terdiri dari dua sub bab yaitu pertama, tentang konsep
ilmu dalam Alquran dan yang kedua mengenai materi dan metode edukasi
dalam Alquran.
Bab III, pada bab ini diuraikan masalah s}iyag al-amr dalam tinjauan
ilmu balagah yang terdiri dari empat sub bab yaitu pengertian dan ruang
lingkup ilmu balagah, pengertian dan ruang lingkup ilmu ma’ani, pengertian
22
s}iyag al-amr dan bentuk penggunaannya dalam kalimat serta s}iyag al-amr
yang keluar dari makna aslinya.
Bab IV, dalam bab ini merupakan inti dari pembahasan tesis ini yang di
dalamnya dijelaskan analisis s}iyag al-amr, struktur dan maknanya dalam QS
al-Baqarah, dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya.
Bab V, merupakan bab pentup yang berisi kesimpulan dan implikasi
dari hasil penelitian.
23
BAB II
NILAI-NILAI EDUKASI DALAM ALQURAN
A. Konsep Ilmu dalam Alquran
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali1 dalam
Alquran. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan
objek pengetahuan.’Ilm dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala
yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Ilmu adalah
pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.
Al-Ra>g{ib al-As}faha>ni> dalam Yu>suf al-Qard}a>wi> berkata, “Ilmu adalah
mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama,
mengetahui inti sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan tas}awwur). Kedua,
menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada, atau menafikan sesuatu
yang tidak ada (oleh ahli logika dinamakan tas}di>q, maksudnya mengetahui
hubungan sesuatu dengan sesuatu).”
Al-Ra>g{ib al-As}faha>ni> juga membagi ilmu dari sisi lain, yakni menjadi
ilmu teoretis dan aplikatif. Ilmu teoretis berarti ilmu yang hanya
membutuhkan pengetahuan tentangnya. Jika telah diketahui berarti telah
sempurna seperti ilmu tentang keberadaan dunia. Sedangkan ilmu aplikatif
1
Muh}ammad Fua>d ‘Abdulba>qi >, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfa>z} al-Qura>n al-Kari>m, (Cet.III, Kairo: Da>r al-H}adi>s|, 1991), h. 596-611.
24
adalah ilmu yang tidak sempurna tanpa dipraktikkan seperti ilmu tentang
ibadah, akhlak, dan lain sebagainya. Selanjutnya al-Ra>gib menjelaskan, dari
sudut pandang lainnya, ilmu dapat pula dibagi menjadi dua bagian: ilmu
rasional dan doktrinal. Ilmu rasional adalah ilmu yang didapat dengan akal
dan penelitian, sedangkan ilmu doktrinal merupakan ilmu yang didapatkan
dengan pemberitaan wahyu dan nabi. 2
Tidak ada agama selain Islam dan tidak ada kitab suci selain Alquran
yang demikian tinggi menghargai ilmu pengetahuan3, mendorong untuk
mencarinya4, dan memuji orang-orang yang menguasainya.
5 Termasuk di
dalamnya menjelaskan ilmu dan pengaruhnya di dunia dan akhirat,
mendorong untuk belajar dan mengajar, serta meletakkan kaidah-kaidah
yang pasti untuk tujuan tersebut dalam sumber-sumber Islam yang asasi
yakni Alquran dan sunnah.
Patut diingat, ayat Alquran yang pertama diturunkan kepada
Rasulullah saw. menunjuk pada keutamaan ilmu pengetahun, yaitu dengan
memerintahkan membaca sebagai kunci ilmu pengetahuan dan menyebut
2
Yu>suf al-Qard}a>wi>, al-‘Aql wa al-‘Ilm fi> al-Qur’a>n al-Kari>m, terj. Alqur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan oleh: Abdul Hayyie al-Kattani dkk, (Jakarta: Gema Insani,
2004), h. 88.
3Lihat QS al-Zumar/ 39: 9.
4Lihat QS al-Taubah/ 9: 123.
5Lihat QS al-Muja>dilah/ 58: 11.
25
qalam sebagai alat transformasi ilmu pengetahuan. Allah swt. berfirman
dalam QS al-‘Alaq/96: 1-5.
Terjemahnya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”6
Kalau ayat-ayat tersebut dibaca dengan baik, di dalamnya terkandung
perintah Allah kepada manusia agar membaca dan menulis. Membaca
penting sekali untuk memahami, menerapkan, mengembangkan dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Di dalamnya Allah swt. menyebut
nikmatnya dengan mengajarkan manusia apa yang ia tidak ketahui. Hal itu
menunjukkan kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan. Allah swt. memulai
surat dengan memerintahkan untuk membaca yang timbul dari sifat tahu.
Lalu, menyebutkan penciptaan manusia secara khusus dan umum.
Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena
Alquran menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bi
6Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media,
2005), h. 28.
26
ismi rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Pengulangan
perintah membaca dalam wahyu pertama ini bukan sekedar menunjukkan
bahwa kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali mengulang-ulang
bacaan atau membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas
maksimal kemampuan. Tetapi hal itu untuk mengisyaratkan bahwa
mengulang-ulang bacaan bi ismi rabbik (demi Allah) akan menghasilkan
pengetahuan dan wawasan baru, walaupun yang dibaca masih itu-itu juga.7
Wahyu pertama Alquran tersebut mengisyratkan bahwa menuntut
ilmu adalah suatu perintah yang wajib dilaksanakan oleh manusia,
sebagaimana Nabi Muhammad yang menuruti perintah Malaikat Jibril
tentang peristiwa di gua hira.
Selanjutnya, dari wahyu pertama Alquran diperolah isyarat bahwa
ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar
dengan pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya dan mengajar
manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama adalah
mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara kedua dengan
mengajar tanpa tanpa alat atau tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda,
keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah swt.
7
M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 2007), h. 433-434.
27
Dari wahyu pertama juga ditemukan petunjuk tentang pemanfaatan
ilmu. Melalui iqra’ bi ismi rabbika, digariskan bahwa titik tolak atau
motivasi pencarian ilmu, demikian juga tujuan akhirnya harus karena Allah.
Allah swt mengkhususkan manusia dari sekian makhluk-makhluk-
Nya, dengan keajaiban-keajaiban yang Allah letakkan dalam dirinya, ayat-
ayat-Nya yang menunjukkan akan sifat rububiyah dan kekuasaan-Nya, ilmu
dan hikmah-Nya, serta kesempurnaan rahmat-Nya. Tidak ada Tuhan selain
dia dan tidak ada Rab selain-Nya. Allah menyebutkan dalam surat tersebut
di atas proses penciptaan manusia dari ’alaq (segumpal daging). Namun
‘alaq adalah permulaan proses transformasi nut}fah. Nut}fah adalah
permulaan titik penciptaan manusia. Kemudian Allah swt kembali
menegaskan bahwa Dia adalah al-akram (Maha Pemurah). Akram adalah
isim tafd}i>l (bersifat paling), yang bermakna banyak memberi kebaikan.
Selanjutnya, Allah swt. menyebut bagaimana Dia mengajarkan manusia,
secara umum dan khusus, “yang mengajarkan dengan kalam” ini termasuk di
dalamnya mengajarkan malaikat dan manusia. Dilanjutkan dengan
pengajaran manusia secara khusus, “mengajarkan manusia apa yang dia
tidak ketahui.”8
8
Yu>suf al-Qard}a>wi>, al-‘Aql wa al-‘Ilm fi> al-Qur’a>n al-Kari>m terj. Alqur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan oleh: Abdul Hayyie al-Kattani dkk, h. 92.
28
Seluruh ilmu di dalam otak didapatkan dengan pengajaran Allah swt.
seluruh lafal dalam lisan dan tulisan adalah dengan kekuasaan, penciptaan,
dan pengajaran-Nya. Ini adalah tanda-tanda kekuasaan dan bukti
kebijaksanaan-Nya. Maksudnya adalah Allah berkenalan dengan hamba-Nya
dengan apa yang dia ajarkan kepada mereka dengan kebijaksanaan-Nya
melalui tulisan, lafal, dan makna. Ilmu adalah salah satu tanda yang paling
jelas dan agung yang menunjukkan manusia menuju Allah swt.
Ilmu dapat meningkatkan keimanan seseorang, karena selain
membuktikan kebenaran Alquran terhadap pengetahuan alamiah yang
ilmiah, juga dapat menjadikan karakter seseorang yang berkepribadian
mulia, sehingga dapat memperoleh keselamatan baik di dunia maupun di
akhirat. Namun penggunaan ilmu yang tidak berdasarkan Alquran hanyalah
akan mendapatkan kehampaan bahkan kesesatan yang berbahaya baik di
dunia maupun di akhirat.
Dalam pandangan Alquran, ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna
menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia
pertama yang dijelaskan dalam QS al-Baqarah/2: 31-32.
29
Terjemahnya:
“Dan dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-
benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”9
Manusia menurut Alquran memiliki potensi untuk meraih ilmu dan
mengembangkannya dengan seizin Allah swt. karena itu, bertebaran ayat
yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan
hal tersebut. Berkali-kali pula Alquran menunjukkan betapa tinggi
kedudukannya orang-orang yang berpengetahuan. Peranan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan seseorang sangat besar, dengan ilmu pengetahuan, derajat
manusia akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga
tidaklah sama antara orang yang berpengetahuan dan orang yang tidak
berpengetahuan.
9
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 6.
30
B. Materi dan Metode Edukasi dalam Alquran
1. Materi Edukasi dalam Alquran
Mengenai materi edukasi dalam Alquran, ada seorang tokoh yang
patut diteladani dalam mendidik anaknya yaitu Luqman al-Hakim yang
diabadikan namanya dalam Alquran. Nama lengkapnya adalah Luqman bin
Ba’ura bin Nahur bin Tarah. Ia adalah sepupu Nabi Ayyub. Usianya
mencapai 1.000 tahun, 50 tahun lebih tua daripada usia Nabi Nuh. Sebelum
Daud diangkat menjadi Rasul, Luqman menjabat sebagai ahli fatwa pada
pemerintahan Bani Israil. Menurut mayoritas ulama, ia seorang wali yang
terkenal sangat bijaksana berkat pancaran hikmah dari Allah. Ia bukanlah
nabi seperti banyak yang dipersangkakan orang.10
Alquran mengabadikan namanya berkat sikapnya yang sangat
bijaksana sebagai pelajaran bagi umat Nabi Muhammad saw. terutama
dalam kaitannya dengan mendidik anak. Alquran memotret kehidupan
keluarga Luqman sebagai keluarga yang sangat mementingkan pendidikan
keimanan dan akhlak, tetapi tidak mengecilkan arti penting dari pendidikan-
pendidikan lainnya.
Materi edukasi yang pertama kali ditanamkan Luqman kepada
anaknya adalah: (1) pendidikan keimanan; (2) Pendidikan akhlak kepada
10
Nanang Gojali, Tafsir dan Hadis tentang Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.
184.
31
orang tua; (3) Pengajaran dan pendidikan salat; (4) Pendidikan akhlak
karimah kepada sesama manusia. Semua itu dijelaskan secara perperinci
dalam QS Luqman/31: 12-19.
Terjemahnya:
“Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,
Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur
(kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
32
sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar".
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah
kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.11
Pada ayat 12-19 surah Luqman di atas digambarkan tentang proses
kegiatan pendidikan atau materi pendidikan yang dilakukan Luqman kepada
anaknya.
11
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 412.
33
Secara umum lingkup materi pendidikan menurut Abdullah Nasikh
Ulwan dalam Heri Jauhari Muchtar terdiri dari tujuh unsur yaitu: a)
Pendidikan keimanan, b) Pendidikan moral, c) Pendidikan fisik/ jasmani, d)
Pendidikan rasio/ akal, e) Pendidikan kejiwaan, f) Pendidikan sosial/
kemasyarakatan, g) Pendidikan seksual.12
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan keimanan
Pendidikan ini mencakup keimanan kepada Allah, Malaikat,
Kitab-kitab Allah, Nabi/ Rasul, Hari Akhirat dan Takdir. Termasuk di
dalamnya adalah materi tata cara ibadah. Tujuan dari materi ini adalah agar
anak/ peserta didik memiliki dasar-dasar keimanan dan ibadah yang kuat.
b. Pendidikan moral/ akhlak
Materi pendidikan ini merupakan latihan membangkitkan nafsu-
nafsu rubu>biyyah (ketuhanan) dan meredam/ menghilangkan nafsu-nafsu
syait}a>niyyah (setan).
Pada materi ini peserta didik dikenalkan atau dilatih mengenai
perilaku/ akhlak yang mulia seperti jujur, rendah hati, sabar dan sebagainya.
Juga dikenalkan perilaku/ akhlak yang tercela seperti dusta, sombong,
12
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Cet.II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), h. 15.
34
curang dan sebagainya. Setelah materi-materi tersebut disampaikan kepada
peserta didik diharapkan memiliki perilaku-perilaku akhlak yang mulia dan
meninggalkan perilaku-perilaku akhlak yang tercela.
c. Pendidikan Jasmani
Rasulullah pernah memerintahkan umatnya agar mengajarkan
memanah, berenang, naik kuda dan bela diri kepada para putra-putrinya. Ini
merupakan perintah agar mengajarkan pendidikan jasmani kepada anak-anak
(peserta didik). Tujuan dari materi ini adalah agar peserta didik memiliki
jasmani yang sehat dan kuat.
d. Pendidikan rasio/ akal
Sebagaimana diketahui bahwa manusia dianugerahi oleh Allah
kelebihan diantaranya berupa akal. Supaya akal dapat berkembang dengan
baik maka perlu dilatih dengan teratur dan sesuai dengan umur atau
kemampuan anak/ peserta didik seperti menghitung atau penyelesaian
masalah. Tujuan materi ini adalah agar peserta dapat menjadi cerdas dan
dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
e. Pendidikan kejiwaan/ hati nurani
Selain nafsu dan akal yang harus dilatih/ dididik pada diri manusia
adalah kejiwaan atau hati nuraninya. Pada materi ini peserta didik dilatih
35
agar dapat membina hati nuraninya agar memiliki jiwa atau hati nurani yang
kuat, sabar dan tabah dalam menjalani hidup ini.
f. Pendidikan sosial/ kemasyarakatan
Dalam materi pendidikan sosial atau kemasyarakatan ini anak/
peserta didik dikenalkan mengenai hal-hal yang terdapat atau terjadi
dimasyarakat serta bagaimana caranya hidup di dalam masyarakat, tentu
dengan tata cara yang islami. Dengan materi pendidikan ini diharapkan anak
atau peserta didik memiliki wawasan kemasyarakatan dan mereka dapat
hidup serta berperan aktif di masyarakatnya secara benar.
g. Pendidikan seksual
Pendidikan seksual yang dimaksud di sini adalah yang islami dan
sesuai dengan perkembangan usia serta mental peserta didik. Contoh
pendidikan seksual dalam Islam misalnya dengan memisahkan tempat tidur
anak dari kamar orang tua, memisahkan kamar tidur anak laki-laki dengan
anak perempuan, mengenalkan dan menjelaskan perbedaan jenis kelamin
anak, kewajiban menutup aurat laki-laki dan perempuan, menjelaskan batas-
batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan menurut Islam dan
sebagainya.
36
2. Metode Edukasi dalam Alquran
Edukasi Islam, tentunya tidak akan terlepas dari panduan ajaran
Islam itu sendiri yakni Alquran. Dalam konsep pendidikan Islam, maka
harus melihat segala sesuatunya dari sudut Alquran dan Sunnah. Metode
dalam pengajaran juga termasuk ke dalam kurikulum pendidikan. Dan
pendidikan agama Islam, harus mengacu kepada Alquran.
Sebagaimana dalam beberapa ayat Alquran, metode memiliki kaitan
yang amat luas. Metode yang digunakan tersebut, terkadang di dalam
Alquran dilihat dari segi objeknya, sifatnya, fungsinya, akibatnya dan
sebagainya. Hal ini berarti di dalam Alquran terdapat perhatian yang luar
biasa tinggi. Dan dengan demikian Alquran lebih menunjukannya dengan
isyarat-isyarat yang memungkinkan dilakukan dan dikembangkan lebih
lanjut. Akan tetapi, dalam hal ini Alquran tidak menunjukan arti dari
metode pendidikan secara tersurat, akan tetapi tersirat, hal ini karena
memang Alquran bukan ilmu pengetahuan tentang metode. Dan pemahaman
sangat dituntut dalam menemukan pengertian yang macam-macam.
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata
metode berasal dari dua suku kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti
37
melalui dan hodos berarti jalan atau cara.13
Sedangkan menurut terminologi
para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, terlebih jika
metode itu sudah disandingkan dengan kata pendidikan atau pengajaran
diantaranya:
Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang
di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.14
Sedangkan
Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau
instruktur.15
Selanjutnya Ramayulis mendefinisikan bahwa metode
mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan
demikian metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses
pembelajaran.16
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai
pengertian metode di atas beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah
adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya aktivitas untuk mencapai
13Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 209.
14
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1998), h.
96.
15
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar , (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 52.
16
Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya, h. 3.
38
tujuan, aktivitas itu terjadi saat proses pembelajaran berlangsung, adanya
perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Di dalam Alquran terdapat banyak metode pendidikan yang mengacu
pada prinsip rabba>niyah. Disifati rabba>niyah karena metode yang digunakan
berdasar pada wahyu ilahiyah. Prinsip rabbaniyah dalam metode pendidikan
qurani ini sangat jelas dalam memberikan hasil dan mutu untuk sebuah
proses pendidikan manusia.
Metode yang digunakan di dalamnya adalah merupakan hal yang
sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dalam sistem proses belajar
mengajar yang berlangsung di tengah manusia sepanjang zaman. Oleh
karena itu, tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “ الطريقة أهم من
bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi. Karena sebaik ,”املادة
apapun tujuan edukasi jika tidak didukung oleh metode yang tepat, maka
tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat dicapai dengan baik. Sebuah
metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap
atau tidak.
Adapun metode yang ditawarkan oleh Alquran dalam tata cara
menyampaikan materi edukasi yaitu:
39
1. Metode Tablig
Dalam QS al-Maidah/5: 67 Allah berfirman:
Terjemahnya:
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.17
Allah menyuruh Nabi Muhammad saw. agar tidak perlu merasa
gentar kepada siapa pun dalam menyampaikan risalah, juga tidak merasa
berkecil hati dengan sedikitnya pendukung dan banyaknya penentang.
Perintah ballig dalam ayat itu bermakna bersabar dan tabah dalam
menyampaikan risalah. Jadi, tablig bukan hanya ceramah tetapi tablig dalam
arti menyampaikan isi risalah berikut melaksanakannya dengan penuh
kesabaran dan ketabahan.
Hikmah yang dapat diambil dari ayat di atas bahwa metode tablig
adalah metode yang dapat diperkenalkan bagi dunia pendidikan modern saat
ini, yaitu metode pendidikan yang tidak sekedar penyampaian pelajaran dari
17Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 119.
40
guru kepada muridnya, tetapi dalam metode tersebut terkandung beberapa
persyaratan untuk terciptanya efektivitas belajar mengajar, yaitu:
a. Aspek kepribadian guru yang selalu menampilkan sosok
keteladanan yang baik bagi murid-muridnya;
b. Aspek kemampuan intelektual yang memadai;
c. Aspek penguasaan metodologi yang memadai;
d. Aspek keikhlasan;
e. Aspek spritualitas, dalam arti pengamal ajaran agama yang
istiqamah.
2. Metode hikmah, metode nasihat yang baik, metode diskusi
Ketiga metode di atas terangkum dalam QS al-Nahl/16: 125.
Terjemahnya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.18
18Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 281.
41
Ayat di atas menjelaskan bahwa metode yang dapat digunakan untuk
menyampaikan kegiatan pendidikan yaitu, pertama bi al-hikmah, menurut
tafsir Departemen Agama al-hikmah ialah perkataan yang benar dan tegas
yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil.19
Sedangakan
menurut Nanang Gojali, al-hikmah ialah nilai-nilai kebenaran universal yang
dapat digali dari ungkapan dan isyarat-isyarat quraniyah.20
Metode ini hanya
dapat ditujukan kepada peserta didik tertentu yang telah menggunakan
potensi berpikirnya dengan baik. Kedua, nasihat yang baik. Metode ini akan
lebih efektif untuk peserta didik yang karena keterbatasan kemampuan
berpikirnya cenderung bersikap taqli>d dalam menerima kebenaran, seperti
anak kecil yang masih belum dapat berpikir konsepsional atau orang dewasa
pada komunitas masyarakat umum. Dalam metode ini biasanya dimasukkan
unsur-unsur cerita, pahala dan ganjaran. Ketiga, diskusi (jadal) yaitu suatu
metode pendidikan dengan cara adu kebenaran melalui uji argumentasi,
melalui forum diskusi, debat, seminar, dan sejenisnya.
3. Metode perumpamaan
19
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 789.
20
Nanang Gojali, Tafsir dan Hadis tentang Pendidikan, h. 230.
42
Salah satu metode yang digunakan Alquran dalam menyampaikan
pesan-pesannya adalah metode perumpamaan. Sebagai contoh firman Allah
dalam QS Ibrahim/14: 24-25.
Terjemahnya:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat”.21
Dalam ayat di atas Allah mengumpamakan kalimat t}ayyibah dengan
sebuah pohon yang baik. Akarnya kuat menembus ke dasar bumi, sedangkan
rantingnya menjulang ke angkasa. Yang dimaksud dengan akarnya yang
kokoh adalah tauhid yang diformulasikan dalam kalimat t}ayyibah, terhujam
dalam hati seorang mukmin. Adapun yang dimaksud cabang yang menjulang
ke angkasa adalah amal salih yang ditimbulkan oleh kalimat t}ayyibah
memancar ke mana-mana ke setiap penjuru angin. Tujuan Allah swt. adalah
21Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 258.
43
memberikan gambaran perumpamaan ini agar manusia berpikir dan selalu
mengingat-Nya.
Konsep pendidikan yang tersimpul dalam ayat di atas, yaitu
perumpamaan merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam
proses pendidikan dan pengajaran. Melalui ungkapan pemisalan, anak didik
mudah memahami materi pelajaran dan lebih terdorong untuk melakukan
karya-karya nyata dan positif.
44
BAB III
S}IYAG AL-AMR DALAM TINJAUAN ILMU BALA>GAH
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Bala>gah
1. Pengertian Ilmu Bala>gah
Bala>gah secara etimologis berasal dari kata dasar بلغ yang memiliki arti
sama dengan kata وصل yaitu sampai. Makna ini bisa kita lihat pada firman
Allah QS al-Ah}qa>f/46: 15.
… …
Terjemahnya:
“…Sehingga apabila dia telah sampai dewasa dan umurnya sudah
sampai empat puluh tahun…”1
Bala>gah secara terminologi sebagaimana diungkapkan oleh ‘Ali> Ja>rim
dan Mus}t}afa> Ami>n adalah:
تأدية املعىن اجلليل واضحا بعبارة صحيحة فصيحة, هلا ىف النفس أثر خالب مع مالءمة كل أما البالغة 2كالم للموطن الذي يقال فيه واألشخاص الذين خياطبون
Artinya:
“Bala>gah adalah mengungkapkan makna yang indah dengan jelas
mempergunakan ungkapan yang benar, berpengaruh dalam jiwa, tetap
menjaga relevansi setiap kalimatnya dengan tempat diucapkannya
1
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media,
2005), h. 504.
2‘Ali> Ja>rim dan Must}afa> Ami>n, al-Bala>gah al-Wa>d}ih}ah al-Baya>n wa al-Ma’a>ni> wa al-Badi>’
(Cet. XII; Kairo: Da>r al-Ma’a>rif , 1957), h. 8.
45
ungkapan itu serta memperhatikan kecocokannya dengan pihak yang
diajak bicara.”
Dari definisi di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa inti dari
bala>gah adalah penyampaian suatu pesan dengan menggunakan ungkapan
yang fasih dan tetap memperhatikan situasi dan kondisi pengungkapannya,
menjaga kepentingan pihak penerima pesan serta memiliki pengaruh yang
signifikan dalam diri penerima pesan tersebut.
Ilmu bala>gah ini lahir ketika para sarjana Islam mulai membawa sebab
dan segi-segi kemukjizatan Alquran, sehingga mudahlah bagi kita untuk
membedakan ayat-ayat Alquran itu dari segi palsu yang diciptakan oleh kaum
Zindiq untuk merusak sendi-sendi agama Islam.
Para sarjana mulai menyusun ilmu balagah setelah mereka selesai
menyusun ilmu lugah, s}araf, nahwu yang dimaksudkan untuk menjaga
kemurnian bahasa Alquran itu, supaya kaum muslimin dan generasi-generasi
berikutnya tetap dapat memahami ayat-ayat Alquran seperti yang dipahami
oleh bahasa Arab ketika Alquran diturunkan.
Setelah mereka selesai menyusun ilmu-ilmu tersebut, barulah mereka
mulai menyelidiki cara-cara yang dapat dipergunakan menyusun kalimat
sesuai dengan situasi dan kondisi, itulah yang kita namakan sekarang ini
dengan ilmu ma’ani. Mereka selidiki pula cara-cara untuk menyampaikan
46
suatu pengertian dengan memakai uslu>b yang bermacam-macam, itulah yang
kita namakan sekarang ini dengan ilmu baya>n. dan mereka bahas pula
berbagai cara untuk memperindah kalimat, baik dari segi lafaznya ataupun
dari segi maknanya, itulah yang kita namakan ilmu badi>’.
Sudah barang tentu, bahwa ilmu balagah ini pada mulanya amat
sederhana dan disusun setahap demi setahap sehingga lama kelamaan menjadi
suatu ilmu yang luas dan sempurna serta tersusun rapi dan mempunyai garis-
garis yang nyata antara ketiga bahagiannya itu, sebagaimana yang dapat kita
lihat sekarang ini.3
2. Ruang Lingkup Ilmu Bala>gah
Ilmu bala>gah merupakan sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan
masalah kalimat, yaitu mengenai maknanya, susunannya, pengaruh jiwa
terhadapnya, serta keindahan dan kejelian pemilihan kata yang sesuai dengan
tuntutan. Untuk sampai pada sasaran tersebut ada tiga sub ilmu yaitu:
a. Ilmu baya>n, ilmu untuk mengungkapkan suatu makna dengan
berbagai uslu>b. Ilmu ini objek pembahasannya berupa uslu>b-uslu>b yang
berbeda untuk mengungkapkan suatu ide yang sama. Ilmu bayan berfungsi
3
Abd. Karim Hafid, Berbagai Sudut Pandang Dalam Memahami Bahasa Arab, (Makassar:
Alauddin University Press, 2012), h. 159.
47
untuk mengetahui macam-macam kaidah pengungkapan, sebagai ilmu seni
untuk meneliti setiap uslu>b dan sebagai alat penjelas rahasia balagah.
Kajiannya mencakup tasybi>h, maja>z dan kina>yah.
b. Ilmu ma’a >ni>, ilmu ini mempelajari bagaimana kita
mengungkapkan suatu ide atau perasaan ke dalam sebuah kalimat yang sesuai
dengan tuntutan keadaan. Bidang kajian ilmu ini meliputi: kalam dan jenis-
jenisnya, tujuan-tujuan kalam, was}l dan fas}l, qas}r, zikr, hazf, i>jaz, musa>wah
dan it}na>b.
c. Ilmu badi>’, ilmu ini membahas tatacara memperindah suatu
ungkapan, baik pada aspek lafaz maupun pada aspek makna. Ilmu ini
membahas dua bidang utama, yaitu muhassina>t lafz}iyyah dan muhassina>t
ma’nawiyyah. muhassina>t lafz}iyyah meliputi jina>s, iqtiba>s dan saja’.
Sedangkan muhassina>t ma’nawiyyah meliputi tauriyah, t}iba>q, muqa>balah,
husn al-ta’li>l, ta’ki>d al-madh bima> yusybihu al-zam dan uslu>b al-haki>m.
B. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu al-Ma’a>ni>
1. Pengertian Ilmu al-ma’a>ni>
48
Kata al-ma’a>ni> (املعاين) merupakan jamak dari kata املعىن. Secara bahasa
kata tersebut berarti maksud, perhatian atau gambaran pikiran.4 Sedangkan
menurut istilah, al-ma’a>ni> (املعاين) berarti beberapa penjelasan yaitu
pengungkapan melalui ucapan tentang sesuatu yang ada dalam pikiran atau
disebut juga sebagai gambaran pikiran dari ungkapan yang dimaksud.5
Memperjelas pengertian tersebut di atas maka terdapat beberapa
pengertian ilmu al-ma’a>ni menurut para ahli balagah, yaitu:
a. Menurut Hifni Bek Dayyab dkk.:
6علم املعاين هو علم يعرف به أحوال اللفظ العريب اليت يطابق مقتضى احلال
Artinya:
“Ilmu al-ma’a>ni> ialah ilmu untuk mengetahui keadaan-keadaan lafaz
bahasa Arab yang sesuai dengan situasi dan kondisi”
b. Menurut Ah}mad al-Ha>syimi>:
علم املعاين أصول و قواعد يعرف هبا أحوال الكالم العريب اليت يكون هبا مطابقا ملقتضى احلال حبيث 7ي سيق له.يكون وفق الغرض الذ
Artinya:
“ Ilmu al-ma’a>ni> ialah dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang dengannya
dapat diketahui keadaan kalimat bahasa Arab yang sesuai dengan
4
Luis Ma’lu>f, al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’la>>m ( Cet. XXVII; Beirut: Da>r al-Masyriq,
1986), h. 535.
5Ah}mad al-Ha>syimi>, Jawa>hir al-Bala>gah fi> al-Ma’a>ni> wa al-Baya>n wa al-Badi>’, h. 48.
6Hifni Bek Dayya>b dkk., Qawa>’id al-Lugah al-‘Arabiyyah (Cet.IV: Jakarta: Da>r al-‘Ulu>m
Press, 1993), h. 418. 7
Ah}mad al-Ha>syimi>, Jawa>hir al-Bala>gah fi> al-Ma’a>ni> wa al-Baya>n wa al-Badi>’, h. 46.
49
situasi dan kondisi, yakni adanya kesesuaian tujuan yang dikehendaki
oleh kalimat tersebut”.
c. Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi> berpendapat bahwa:
علم املعاين هو قواعد يعرف هبا كيف مطابقة الكالم مقتضى احلال حىت يكون وفق الغرض الذي سيق له فيه حنرتز عن اخلطأ ىف تأدية املعىن املراد, فنعرف السبب الذي يدعو إىل التقدمي والتأخري و احلذف
8ناب والفصل والوصل.والذكر واإلجياز واإلط
Artinya:
“Ilmu al-ma’a>ni> ialah kaidah-kaidah yang dengannya dapat diketahui
bagaimana menyusun kalimat yang sesuia dengan situasi dan kondisi
sehingga kalimat tersebut dapat sesuai dengan tujuannya, yang di
dalamnya kita dapat terhindar dari kesalahan dalam menyampaikan
makna yang diinginkan, dan kita dapat mengetahui sebab yang
mengharuskan kalimat didahulukan dan diakhirkan, membuang dan
menyebutkan, menyederhanakan dan memperpanjang, fas}l dan was}l “
Berdasarkan dari definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat
dipahami bahwa ilmu al-ma’a>ni> ialah suatu ilmu yang membahas tentang tata
cara menyusun kalimat bahasa Arab yang sesuai dengan keadaan pendengar
atau orang yang diajak bicara. Kalimat yang disampaikan kepada orang cerdas
atau orang yang terdidik maka cukup dengan menyampaikan kalimat yang
ringkas dia sudah mengerti, berbeda halnya kepada orang awam atau anak-
anak maka mereka memerlukan penjelasan panjang lebar, karena kalau tidak
demikian kemungkinan besar mereka tidak mengerti sekalipun tujuan
pembicaraan sama.
8
Ah}mad Must}afa> al-Mara>gi>, ‘Ulu>m al-Bala>gah al-Baya>n wa al-Ma’a>ni> wa al-Badi’> (Cet.III;
Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1993), h. 41.
50
2. Ruang Lingkup Ilmu al-Ma’a>ni>
Ilmu al-ma’a>ni> merupakan bagian dari ilmu Balagah yang menjadi
objek pembahasannya meliputi dua hal pokok, yaitu:
a. Membahas tentang keadaan lafaz bahasa Arab dalam berbagai bentuknya;
b. Membahas tentang kesesuaian lafaz-lafaz tersebut dengan situasi dan
kondisi.
Para pakar Balagah telas sepakat bahwa kalimat dalam bahasa Arab
terbagi ke dalam dua bentuk yaitu: kala>m khabar dan kala>m insya. Untuk
membedakan kedua hal tersebut, berikut penulis kemukakan pengertian yang
dikutip dari beberapa pendapat ulama:
a. Khabar
Khabar menurut bahasa adalah kabar, berita dan keterangan.9 Menurut
istilah sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad al-Ha>syimi>, ialah:
10 اخلرب هو كالم حيتمل الصدق والكذب لذاته أو ما يتحقق مدلوله ىف اخلارج بدون النطق به
Artinya:
“Khabar ialah kalimat yang mengandung kebenaran atau dusta pada
isinya atau kalimat yang menunjukkan di alam realita tanpa harus
diucapkan”
9
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir , h. 138. 10
Ah}mad al-Ha>syimi>, Jawa>hir al-Bala>gah fi> al-Ma’a>ni> wa al-Baya>n wa al-Badi>’ , h. 53.
51
Sedangkan menurut ‘Ali> Ja>rim dan Must}afa> Ami>n, ia menjelaskan
bahwa khabar ialah:
ادقا فاخلرب مايصح أن يقال لقائله إنه صادق فيه أو كاذب فإن كان الكالم مطابقا للواقع كان قائله ص11وإن كان غري مطابق للواقع له كان قائله كاذبا
Artinya:
“Khabar adalah kalimat yang pembicaranya dapat dikatakan sebagai
orang benar atau pendusta, bila kalimat itu sesuai dengan kenyataan
maka pembicaranya benar dan bila kalimat itu tidak sesuai dengan
kenyataan maka pembicaranya berdusta”.
Dari pengertian tersebut di atas, khabar mengandung dua
kemungkinan, adakalanya benar dan ada kalanya dusta (tidak benar)
tergantung pada alam realita. Misalnya, seorang berkata: “Pejabat telah hadir
di tempat acara”. Untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan tersebut
maka mesti melihat kenyataan sebenarnya. Apabila pejabat itu benar-benar
telah hadir di tempat acara, maka pernyataan tersebut benar. Akan tetapi
apabila ternyata pejebat belum hadir di tempat acara, berarti pernyataan itu
dusta.
Adapun tujuan kalimat khabar diantaranya sebagai permohonan belas
kasihan (istirh}a>m), menampakkan kelemahan dan kepasrahan, penyesalan dari
sesuatu yang diharapkan. Dilihat dari susunan gramatikalnya kalimat khabar
dibagi ke dalam dua bentuk: pertama, jumlah fi’liyah, menunjukkan suatu
11‘Ali> Ja>rim dan Mus}t}afa> Ami>n, al-Bala>gah al-Wa>d}ih}ah al-Baya>n wa al-Ma’a>ni> wa al-Badi>’,
h. 139.
52
pekerjaan yang temporal dengan tiga keterangan waktu yaitu sekarang, yang
telah berlalu dan yang akan datang. Contoh: حضر املدرس ىف الفصل (Pak guru
telah hadir di kelas). Kedua, jumlah ismiyyah, kalimat yang di awali
dengan kata benda. Contoh: األرض متحركة والشمس مشرقة (Bumi bergerak dan
matahari bersinar).
b. Insya>’
Kata إنشاء merupakan masdar dari kata ينشئ –أنشأ yang berarti
pembangunan, pendirian, penyusunan, penulisan dan karangan.12
Sedangkan
menurut istilah sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad al-Ha>syimi>:
13اإلنشاء كالم ال حيتمل الصدق وال الكذب لذاته أو ما ال حيتمل مضمونه وال يتحقق به
Artinya:
“Insya’ ialah kalimat yang tidak mengandung unsur benar atau dusta
pada isinya atau kalimat yang kandungannya belum terwujud”.
Sedangkan menurut Bakri Syekh Amin:
14اإلنشاء قول ال حيتمل الصدق والكذب وال حيصل أن يقال لقائله إنه صادق فيه أو كاذب
Artinya:
“Perkataan yang tidak mengandung unsur benar atau dusta dan orang
yang mengatakannya tidak dapat dikatakan bahwasanya dia itu benar
atau dusta”
12
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir , h. 1417.
13Ah}mad al-Ha>syimi>, Jawa>hir al-Bala>gah fi> al-Ma’a>ni> wa al-Baya>n wa al-Badi>’ , h. 75.
14Bakri> Syekh Ami>n, al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi > S|aubiha> al-Jadi>d, h. 51.
53
Dari kedua definisi di atas dapat dipahami bahwa insya>’ merupakan
kebalikan dari khabar, yaitu suatu perkataan yang isinya tidak mengandung
unsur benar atau dusta. Misalnya, seorang berkata: “Pergilah !”, ungkapan ini
tidak dapat dikatakan benar atau dusta karena digunakan untuk menghendaki
terjadinya sesuatu yang belum terjadi pada saat diucapkan.
Perbedaan lain yang sangat menonjol antara khabar dan insya>’ yaitu
kandungan isi insya>’ belum terwujud sebelum diucapkan sedangkan
kandungan khabar sudah terwujud sebelum diucapkan. Pada contoh insya>’
dapat dilihat pernyataan yang berbunyi “pergilah!”, ini merupakan perintah
dengan arti lain bahwa sebelum kalimat itu diucapkan, orang yang diperintah
belum pergi, inilah yang dimaksud bahwa kandungan isinya belum terjadi
sebelum ungkapan itu diucapkan. Bila dibandingkan dengan contoh khabar
dalam kalimat “pejabat telah hadir di tempat acara”, kalimat ini diucapkan
setelah terjadi kehadiran pejabat di tempat acara.
Ulama Balagah membagi insya>’ ke dalam dua bagian yaitu: insya>’
t}alabi> dan insya>’ gairu t}alabi>.
1. Insya>’ t}alabi>
Adapun definisi insya>’ t}alabi> adalah:
54
15مايستدعي مطلوبا غري حاصل وقت الطلب
Artinya:
“Suatu kalimat yang menghendaki adanya tuntutan yang tidak
terwujud ketika kalimat itu diucapkan”.
Dari definisi di atas tampak bahwa pada insya>’ t}alabi> terkandung suatu
tuntutan. Tuntutan tersebut belum terwujud ketika ungkapan tersebut belum
diucapkan. Kalimat-kalimat yang termasuk kategori insya>’ t}alabi> adalah amr
(perintah), nahyu (larangan), istifha>m (pertanyaan), nida> (panggilan), tamanni>
(angan-angan).
a. Amr
Secara bahasa amr bermakna perintah. Sedangkan dalam terminologi
ilmu balagah, amr adalah:
16طلب الفعل على وجه اإلستعالء واإللزام
Artinya:
“Tuntutan mengerjakan sesuatu dari pihak yang lebih tinggi dan
bersifat paksaan (keharusan)”
Definisi tersebut menjelaskan bahwa amr (kalimat perintah) sebagai
tuturan yang disampaikan oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada
pihak yang lebih rendah agar melaksanakan suatu perbuatan.
15‘Ali> Ja>rim dan Must}afa> Ami>n, al-Bala>gah al-Wa>d}ih}ah al-Baya>n wa al-Ma’a>ni> wa al-Badi>’,
h. 170.
16
Bakri> Syekh Ami>n, al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi> S |aubiha> al-Jadi>d, h. 102.
55
b. Nahyu
Makna nahyu secara leksikal adalah melarang, menahan, dan
menentang. Sedangkan dalam terminologi ilmu balagah, nahyu adalah:
17طلب الكف عن الفعل على وجه اإلستعالء
Artinya:
“Tuntutan meninggalkan suatu perbuatan dari pihak yang lebih tinggi”
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa nahyu adalah tuturan yang
disampaikan oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang
lebih rendah agar meninggalkan suatu perbuatan.
S}igat yang digunakan dalam nahyu hanya satu saja yaitu fi’il mud}a >ri’
yang didahului oleh la>m al-nahyi. Contoh firman Allah QS al-Baqarah/2: 22.
…
Terjemahnya:
“…Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
padahal kamu mengetahui”18
Pada ayat di atas terdapat ungkapan nahyu yaitu pada kata فال جتعلوا,
ungkapan tersebut bermakna larangan. Allah swt. melarang manusia untuk
17‘Ali> Ja>rim dan Mus}t}afa> Ami>n, al-Bala>gah al-Wa>d}ih}ah al-Baya>n wa al-Ma’a>ni> wa al-Badi>’,
h. 187. 18
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 5.
56
mengadakan sekutu baginya yaitu segala sesuatu yang disembah di samping
menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
S}igat nahyu juga terkadang keluar dari makna aslinya sebagai larangan
ke makna yang lain, hal ini dapat diketahui dari susunan kalimatnya atau
situasi dan kondisi pada saat ungkapan itu diucapkan, yaitu dapat bermakna
do’a, sebagaimana firman Allah QS A>li ‘Imra >n/3:8.
Terjemahnya:
“(mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati
kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada
kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)”19
Selain do’a, nahyu juga kadang bermakna tamanni> (angan-angan),
tahqi>r (merendahkan), taubi>kh (menjelek-jelekkan), irsya>d (petunjuk), tahdi>d
(ancaman).20
c. Istifha>m
19
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 50.
20‘Ali> Ja>rim dan Mus}t}afa> Ami>n, al-Bala>gah al-Wa>d}ih}ah al-Baya>n wa al-Ma’a>ni> wa al-Badi>’,
h. 187.
57
kata استفهام merupakan bentuk mas}dar dari kata استفهم. Secara leksikal
kata tersebut bermakna meminta pemahaman/ meminta pengertian. Secara
istilah, istifha>m bermakna:
21طلب العلم بشيئ مل يكن معلوما من قبل
Artinya:
“Tuntutan untuk mengetahui sesuatu yang sebelumnya belum
diketahui”
Sedangkan menurut Sa’i >d Sam’an dalam Bakri > Syekh Ami>n, istifha>m
ialah:
22هو السؤال عن حقيقة أمر أو عمل
Artinya:
“Pertanyaan tentang hakikat suatu urusan atau perbuatan”
Dari pengertian tersebut di atas dapat dipahami bahwa istifha>m ialah
kalimat yang berfungsi untuk meminta informasi tentang sesuatu yang belum
diketahui sebelumnya dengan menggunakan salah satu adawa>t istifha>m (kata
tanya).
Adapun adawa>t istifha>m yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Hamzah ( أ ) : apakah
21‘Ali> Ja>rim dan Mus}t}afa> Ami>n, al-Bala>gah al-Wa>d}ih}ah al-Baya>n wa al-Ma’a>ni> wa al-Badi>’,
h. 194. 22
Bakri> Syekh Ami>n, al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi> S|aubiha> al-Jadi>d, h. 84.
58
siapa : من .2
apa : ما .3
kapan : مىت .4
kapan : أيان .5
di mana : أين .6
dari mana : أن .7
bagaimana : كيف .8
berapa : كم .9
apakah : هل .10
apa, yang mana : أي .1123
d. Nida>’
Secara leksikal nida>’ artinya panggilan. Sedangkan dalam terminologi,
nida>’ adalah:
طلب املتكلم إقبال املخاطب عليه حبرف من حروف النداء حيل الفعل املضارع "أنادي" املنقول من
24اخلرب إىل اإلنشاء حمله
Artinya:
23Bakri> Syekh Ami>n, al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi> S |aubiha> al-Jadi>d, h. 86.
24
Bakri> Syekh Ami>n, al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi> S |aubiha> al-Jadi>d, h. 113.
59
“Tuntutan mutakallim (pembicara) terhadap mukha>t}ab (orang yang
diajak bicara) untuk menemuinya dengan menggunakan huruf nida>’ yang menempati posisi fi’il mud}a>ri’ (saya memanggil) yang
dipindahkan dari bentuk khabar ke bentuk insya>’”
Pengertian di atas dapat memberikan pemahaman bahwa nida>’ adalah
seruan yang bermakna panggilan, dengan menggunakan huruf nida>’. Adapun
huruf nida>’ yang digunakan ada delapan yang terdiri dua bagian yaitu:
1. Huruf yang digunakan untuk memanggil yang dekat, yaitu: hamzah
;keduanya berarti wahai أي dan )أ(
2. Huruf yang digunakan untuk memanggil yang jauh, yaitu: ,هيا, آ, أيا
digunakan untuk seluruh muna>da> (yang يا Khusus untuk .يا dan آي, وا
dipanggil), baik dekat maupun jauh.
Penggunaan huruf nida>’ tersebut di atas terkadang menyalahi aturan
dasarnya, adakalanya huruf yang semestinya dipergunakan untuk memanggil
yang dekat, tetapi dipergunakan untuk yang jauh, demikian pula sebaliknya.
Hal tersebut disebabkan karena adanya maksud-maksud tertentu, misalnya;
untuk merendahkan atau memuliakan, atau dianggap jauh karena kehinaannya
meskipun pada hakikatnya ia dekat, atau dianggap dekat karena ia dekat di
hati meskipun ia jauh.25
Sebagai contoh, seorang ibu yang memanggil anaknya
yang berjauhan dengannya, mengatakan أ ولدي (wahai anakku), lafal ini
25
Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi>, ‘Ulu>m al-Bala>gah al-Baya>n wa al-Ma’a>ni> wa al-Badi>, h. 41.
60
mestinya digunakan untuk memanggil yang dekat namun digunakan untuk
jauh, hal ini disebabkan karena si ibu merasakan bahwa anaknya terasa dekat
dihatinya sehingga ia menggunakan huruf )أ(.
e. Tamanni>
Kalimat tamanni> (berangan-angan) adalah kalimat yang berfungsi
untuk menyatakan keinginan terhadap sesuatu yang disukai, tetapi tidak
mungkin untuk dapat meraihnya. Ahmad Mustafa al-Maragi mendefinisikan
tamanni> sebagai berikut:
يرجى حصوله, إما لكونه مستحيال وإما لكونه كمكنا غري مطموع ىف هو طلب حصول شيئ حمبوب ال
26نيله
Artinya:
“Tuntutan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan yang tidak dapat
diharapkan keberhasilannya, baik karena mustahil ataupun mungkin
tetapi sulit untuk mendapatkannya”
Dari definisi tersebut, tamanni> adalah suatu bentuk ungkapan dengan
harapan atas terjadinya sesuatu yang mustahil akan terjadi. Syi’ir di bawah ini
merupakan contoh tamanni> yang mengharapkan sesuatu yang mustahil
terjadi, yakni:
فأخربكم مبا فعل املشيب –أال ليت الشباب يعود يوما 26
Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi>, ‘Ulu>m al-Bala>gah al-Baya>n wa al-Ma’a>ni> wa al-Badi>, h. 62.
61
Artinya:
“Aduh, seandainya masa muda itu kembali sehari saja, aku akan
mengabarkan kepada kalian bagaimana yang terjadi ketika sudah tua”
Pada syair di atas penyair mengharapkan kembalinya masa muda walau
hanya sehari. Hal ini tidak mungkin, sehingga dinamakan tamanni>.
2. Insya>’ gairu t}alabi>
Ahmad al-Hasyimi> mendefinisikan insya>’ gairu t}alabi> sebagai berikut:
27ما ال يستدعي مطلوبا غري حاصل وقت الطلب
Artinya:
“Kalimat yang tidak menghendaki atas terjadinya suatu perbuatan pada
waktu tuntutan”
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa insya>’ gairu t}alabi>
merupakan kebalikan dari insya>’ t}alabi> karena ungkapannya tidak bermakna
tuntutan atau permintaan terhadap suatu perbuatan. Adapun bentuk
kalimatnya adalah:
a. Bentuk pujian, seperti: نعم الرجل عمر (sebaik-baik laki-laki adalah
Umar)
b. Bentuk celaan, seperti: جوهان بئس الرفيق (seburuk-buruk teman
adalah Johan)
27
Ah}mad al-Ha>syimi>, Jawa>hir al-Bala>gah fi> al-Ma’a>ni> wa al-Baya>n wa al-Badi>’ , h. 75.
62
c. Bentuk ‘uqu>d , seperti: بعتك هذا الثوب (saya menjual baju ini
kepadamu)
d. Bentuk takjub, seperti: ما أمجل السماء (alangkah indahnya langit)
Namun sebetulnya pembahasan insya>’ gairu t}alabi> ini lebih dekat
kepada pembahasan ilmu nahwu.
C. Pengertian S}iyag al-Amr dan Bentuk Penggunaannya dalam Kalimat
Secara bahasa s}iyag adalah bentuk jamak taksir dari kata s}igah yang
berarti bentuk dan amr bermakna perintah. Sedangkan dalam terminologi ilmu
balagah, amr adalah:
28طلب الفعل على وجه اإلستعالء واإللزام
Artinya:
“Tuntutan mengerjakan sesuatu dari pihak yang lebih tinggi dan
bersifat paksaan (keharusan)”
Definisi tersebut menjelaskan bahwa amr (kalimat perintah) sebagai
tuturan yang disampaikan oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada
pihak yang lebih rendah agar melaksanakan suatu perbuatan.
Dinamakan s}iyag al-amr karena ada beberapa bentuk yang digunakan
untuk membuat kalimat perintah dalam artian bukan hanya fi’il amr. Untuk
menyusun suatu kala>m amr ada empat bentuk yang biasa digunakan, yaitu:
28Bakri> Syekh Ami>n, al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi> S |aubiha> al-Jadi>d, h. 102.
63
1. Fi’il amr
Semua kata kerja yang berbentuk fi’il amr termasuk kategori t}alabi> .
Contoh firman Allah QS al-Baqarah/2: 21
Terjemahnya:
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.29
Fi’il amr dalam ayat di atas adalah yang berarti sembahlah.
2. Fi’il mud}a>ri’ yang disertai la>m amr
Fi’il mud}a>ri’ yang disertai la>m amr maknanya sama dengan amr yaitu
perintah. Contoh firman Allah QS al-Baqarah/2: 185
… …
Terjemahnya:
“…Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu…”30
Fi’il mud}a>ri’ yang disertai la>m amr dalam ayat di atas adalah فليصمه
yang berarti hendaklah ia berpuasa.
29
Depatemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 3.
30
Depatemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 75.
64
3. Isim fi’il amr
Isim yang bermakna fi’il amr termasuk bentuk insya’ t}alabi>. Contoh
kata آمني bermakna terimalah.
4. Mas}dar pengganti fi’il
Mas}dar yang posisinya berfungsi sebagai pengganti fi’il bisa juga
bermakna amr. Contoh firman Allah QS al-Baqarah/2:83
… …
Terjemahnya:
“… dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapakmu …”31
Mas}dar pada ayat di atas yaitu .
D. Makna-maknaS}iyag al-Amr
Makna asli s}iyag al-amr adalah wajib yang berarti harus
dilaksanakan namun dalam konteks tertentu, s}iyag al-amr terkadang
menyimpang dari makna aslinya dan menunjukkan makna-makna lain, di
antaranya makna doa, iltima>s, irsya>d, tamanni>, takhyi>r, iba>hah, ta’ji>z , tahdi>d,
tah}qi>r, dan taswiyah.32
1. Makna doa
31
Depatemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, h. 13.
32
Bakri> Syekh Ami>n, al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi> Saubiha> al-Jadi>d, h. 102-107.
65
Ungkapan amr bisa menunjukkan makna doa jika perintah itu berupa
permohonan yang datang dari bawah kepada yang di atas, dari anak-anak
kepada orang dewasa, dari orang lemah kepada orang kuat dan dari makhluk
kepada sang khalik. Contohnya permohonan kita kepada Allah agar
mengampuni segala dosa dan kesalahan kita:
Terjemahnya:
“Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan
hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah
kami bersama orang-orang baik”
Dalam doa di atas, kita tidak memerintah Allah untuk mengampuni
dosa, menghapus kesalahan dan mewafatkan kita bersama orang-orang baik,
akan tetapi permohonan yang di dalamnya terdapat ketundukan dan rasa
takut.
2. Makna Iltima>s
Ungkapan amr bisa juga menunjukkan makna iltima>s, yaitu perintah
yang berasal dari pihak yang sederajat atau sesama teman. Contoh,
permintaan seseorang kepada teman sejawatnya untuk membawakan
secangkir kopi:
66
يا زميلي خذ يل كوبا من القهوة !
Artinya:
“Sahabatku! Ambillah secangkir kopi untukku.”
3. Makna Irsya>d
Amr juga bisa menunjukkan makna irsya>d atau bimbingan jika perintah
tersebut, misalnya: berisi pepatah, nasehat, atau cara-cara untuk
melaksanakan sesuatu atau mendapatkan sesuatu. Misalnya nasehat seorang
guru kepada muridnya untuk rajin belajar:
سةإذا أردمت النجاح ىف اإلمتحان فاجتهدوا ىف الدرا
Artinya: “Jika Anda ingin sukses dalam ujian maka rajinlah belajar.”
Adapun contoh dari Alquran sebagaimana firman Allah QS al-
Baqarah/2: 282.
67
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah
ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan
(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada
hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di
antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya
jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka
dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil
maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih
dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu
68
lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”33
4. Makna Tamanni>
Ungkapan amr pun dapat menunjukkan makna tamanni>, yaitu meminta
atau memohon sesuatu yang diinginkan yang tidak ada harapan untuk terjadi
karena mustahil atau sulit diwujudkan. Contohnya, ungkapan orang yang
sedang merindukan kekasihnya:
يا عصافري بلغ سالمي و شوقي إليها !
Artinya: “Wahai burung-burung pipit, sampaikanlah salam dan rinduku
kepadanya.”
5. Makna Takhyi>r
Makna lain dari amr adalah makna takhyi>r atau pilihan. Biasanya,
konteks ini muncul jika ada dua perintah yang diajukan untuk dipilih salah
satunya, seperti ungkapan:
عش كرميا أو مت شهيدا
Artinya:
“Hidup dalam keadaan mulia atau matilah dalam keadaan
syahid.”
33Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, h. 48.
69
6. Makna Iba>hah
Amr pun terkadang menunjukan makna iba>hah, yakni kebolehan
(kebebasan) untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, bukan sebuah
kewajiban dan tidak ada dosa bagi yang meninggalkannya. Seperti perintah
untuk makan dan minum dalam Alquran:
Terjemahnya:
“Makan dan minumlah dan janganlah berlebihan.”
7. Makna Ta’ji>z
Makna lain dari amr adalah ta’ji>z yaitu meminta orang lain untuk
melakukan sesuatu yang sulit untuk menampakkan kelemahannya. Contohnya
tantangan Alquran terhadap orang-orang Quraisy yang ragu tentang
kebenarannya sebagaimana firman Allah QS al-Baqarah/2: 23
Terjemahnya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat
70
(saja) yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu
selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”34
Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang
kebenaran Alquran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan
semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi
Muhammad saw.
8. Makna Tahdi>d
Amr pun terkadang menunjukkan makna tahdi>d yaitu perintah yang
disertai dengan ancaman. Jika amr diungkapkan dalam konteks ini, maka pada
dasarnya menunjukkan sindiran atau ketidaksetujuan dari pihak yang memberi
perintah tersebut. Contoh firman Allah swt QS Fus}s}ilat/41: 40.
Terjemahnya:
“Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha
melihat apa yang kamu kerjakan.”35
Ayat di atas adalah seruan bagi orang-orang yang ingkar terhadap ayat-
ayat Allah swt.
34Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, h. 4.
35
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, h. 481.
71
9. Makna Tahqi>r
Makna lain dari amr adalah tahqi>r yang bermakna menghina atau
merendahkan derajat lawan bicara. Seperti firman Allah QS al-Baqarah/2:65
Terjemahnya:
“Lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang
hina.”36
10. Makna Taswiyah
Amr juga bermakna taswiyah yaitu menyamakan antara dua hal,
dimana lawan bicara menyangka bahwa salah satunya lebih baik dari yang
lain. Contoh firman Allah QS al-Taubah/9 :53
Terjemahnya:
“Katakanlah: “Nafkahkanlah hartamu, baik dengan sukarela ataupun
dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari
kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik.”37
36Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, h. 10.
37
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, h. 195.
72
BAB IV
ANALISIS S}IYAG AL-AMR DAN MAKNANYA DALAM QS AL-
BAQARAH
A. Ayat-Ayat yang mengandung S}iyag al-Amr dalam QS al-Baqarah
Surah al-Baqarah (sapi betina) adalah surah ke dua dalam Alquran.
Surah ini terdiri dari 286 ayat dan tergolong surah Madaniyyah. Surah ini
merupakan surah terpanjang dalam Alquran. Surah ini dinamai al-Baqarah
yang artinya sapi betina karena di dalam surah ini terdapat kisah
penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani> Isra>i>l.
Dalam penulusuran penulis menemukan 53 (lima puluh tiga) ayat dalam
QS al-Baqarah yang menggunakan bentuk perintah atau s}iyag al-amr1 namun
1
QS al-Baqarah/2: 13, QS al-Baqarah/2: 21, QS al-Baqarah/2: 23, QS al-Baqarah/2: 24, QS
al-Baqarah/2: 25, QS al-Baqarah/2: 31, QS al-Baqarah/2: 33, QS al-Baqarah/2: 34, QS al-Baqarah/2:
35, QS al-Baqarah/2: 36, QS al-Baqarah/2: 38, QS al-Baqarah/2: 40, QS al-Baqarah/2: 41, QS al-
Baqarah/2: 43, QS al-Baqarah/2: 45, QS al-Baqarah/2: 47, QS al-Baqarah/2: 48, QS al-Baqarah/2: 54,
QS al-Baqarah/2: 57, QS al-Baqarah/2: 58, QS al-Baqarah/2: 60, QS al-Baqarah/2: 61, QS al-
Baqarah/2: 63, QS al-Baqarah/2: 65, QS al-Baqarah/2: 68, QS al-Baqarah/2: 69, QS al-Baqarah/2: 70,
QS al-Baqarah/2: 73, QS al-Baqarah/2: 83, QS al-Baqarah/2: 91, QS al-Baqarah/2: 93, QS al-
Baqarah/2: 104, QS al-Baqarah/2: 109, QS al-Baqarah/2: 110, QS al-Baqarah/2: 111, QS al-
Baqarah/2: 117, QS al-Baqarah/2: 122, QS al-Baqarah/2: 125, QS al-Baqarah/2: 126, QS al-
Baqarah/2: 127, QS al-Baqarah/2: 128, QS al-Baqarah/2: 129, QS al-Baqarah/2: 131, QS al-
Baqarah/2: 135, QS al-Baqarah/2: 136, QS al-Baqarah/2: 142, QS al-Baqarah/2: 144, QS al-
Baqarah/2: 148, QS al-Baqarah/2: 149, QS al-Baqarah/2: 150, QS al-Baqarah/2: 152, QS al-
Baqarah/2: 153, QS al-Baqarah/2: 155, QS al-Baqarah/2: 168, QS al-Baqarah/2: 170, QS al-
Baqarah/2: 172, QS al-Baqarah/2: 185, QS al-Baqarah/2: 186, QS al-Baqarah/2: 187, QS al-
Baqarah/2: 190, QS al-Baqarah/2: 191, QS al-Baqarah/2: 193, QS al-Baqarah/2: 194, QS al-
Baqarah/2: 195, QS al-Baqarah/2: 196, QS al-Baqarah/2: 197, QS al-Baqarah/2: 198, QS al-
Baqarah/2: 199, QS al-Baqarah/2: 200, QS al-Baqarah/2: 201, QS al-Baqarah/2: 203, QS al-
Baqarah/2: 206, QS al-Baqarah/2: 208, QS al-Baqarah/2: 209, QS al-Baqarah/2: 217, QS al-
Baqarah/2: 219, QS al-Baqarah/2: 220, QS al-Baqarah/2: 222, QS al-Baqarah/2: 223, QS al-
Baqarah/2: 231, QS al-Baqarah/2: 234, QS al-Baqarah/2: 235, QS al-Baqarah/2: 236, QS al-
Baqarah/2: 238, QS al-Baqarah/2: 239, QS al-Baqarah/2: 243, QS al-Baqarah/2: 244, QS al-
73
penulis hanya mengemukakan 19 (sembilan belas) ayat saja karena kesembilan
belas ayat tersebut merupakan representasi dari ayat-ayat yang lain baik dari
segi s}i>gatnya maupun maknanya. Adapun ayat-ayat yang dimaksud adalah:
1. Ayat-ayat yang memiliki bentuk fi’il amr diantaranya:
a. QS al-Baqarah: 21
Terjemahnya:
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”
Bentuk perintah dalam ayat di atas yaitu اعبدوا yang merupakan bentuk
fi’il amr yang menunjukkan banyak orang.
b. QS al-Baqarah: 23
Terjemahnya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)
Baqarah/2: 246, QS al-Baqarah/2: 250, QS al-Baqarah/2: 254, QS al-Baqarah/2: 259, QS al-
Baqarah/2: 260, QS al-Baqarah/2: 267, QS al-Baqarah/2: 281, QS al-Baqarah/2: 282, QS al-
Baqarah/2: 283 dan QS al-Baqarah/2: 286.
74
yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
Bentuk perintah dalam ayat di atas yaitu فأتوا dan ادعوا.kedua kata
tersebut berbentuk fi’il amr yang menunjukkan banyak orang.
c. QS al-Baqarah: 172
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-
baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
Bentuk perintah yang terdapat dalam ayat di atas yaitu كلوا dan اشكروا
yang keduanya merupakan fi’il amr yang menunjukkan banyak orang.
d. QS al-Baqarah: 201
Terjemanya: “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka.”
75
Kata perintah dalam ayat di atas adalah آت dan ق keduanya adalah fi’il
amr.
e. QS al-Baqarah: 222
Terjemahnya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu
adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, Maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Bentuk berintah dalam ayat di atas adalah اعتزلوا dan فأتوا keduanya
merupakan fi’il amr.
f. QS al-Baqarah: 238
Terjemahnya:
“Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wust}a>. Berdirilah
untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyu'.”
76
Kata perintah yang terdapat pada ayat di atas adalah حافظوا dan قوموا
kedua kata tersebut berbentuk fi’il amr.
g. QS al-Baqarah: 254
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian
dari rezki yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang
pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan
orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”
Adapun kata bentuk perintah dalam ayat di atas adalah أنفقوا yang
merupakan fi’il amr.
2. Ayat yang memiliki bentuk mas}dar pengganti fi’il yaitu
a. QS al-Baqarah: 83
Terjemahnya:
77
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan
kamu selalu berpaling.”
Dalam ayat di atas terdapat kata احسانا kata ini adalah berbentuk isim
mas}dar pengganti kata perintah (fi’il amr).
b. QS. Al-Baqarah: 239
Terjemahnya:
“Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil
berjalan atau berkendaraan. kemudian apabila kamu telah aman,
Maka sebutlah Allah (salatlah), sebagaimana Allah telah
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”
Dalam ayat di atas terdapat kata رجاال dan ركبانا kedua kata ini adalah
berbentuk isim mas}dar pengganti kata perintah (fi’il amr).
3. Ayat yang mengandung bentuk fi’il mud}a>ri’ yang dimasuki la>m al-
amr (huruf la>m yang berarti perintah) yaitu:
78
a. QS al-Baqarah: 185
Terjemahnya:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah
ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Dalam ayat di atas terdapat kata فليصمه yaitu bentuk fi’il mud}a>ri’ yang
dimasuki huruf la>m al-amr yang bermakna perintah.
b. QS al-Baqarah: 186
Terjemahnya:
79
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.”
Pada ayat di atas terdapat kata فليستجيبوا dan وليؤمنوا yaitu fi’il mud}a>ri’
yang dimasuki la>m al-amr
c. QS al-Baqarah: 282
…
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar…”
Ayat di atas terdapat kata ليكتب kata tersebut adalah fi’il mud}ari’ yang
dimasuki la>m al-amr (huruf la>m yang menunjukkan perintah).
d. QS. al-Baqarah: 283
80
Terjemahnya:
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang
menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Pada ayat di atas terdapat kata فليؤد dan وليتق kedua kata ini adalah
fi’il mud}a>ri’ yang dimasuki huruf la>m al-amr (huruf la>m yang menunjukkan
perintah).
Adapun bentuk perintah yang berupa isim fi’il amr penulis tidak
menemukan dalam surah al-Baqarah.
B. Makna S}iyag al-Amr dalam QS al-Baqarah
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa s}iyag al-amr selain
memiliki makna asli yaitu tuntutan untuk melaksanakan sesuatu dari yang
lebih tinggi derajatnya ke yang lebih rendah atau bermakna wajib untuk
dilakukan, juga memiliki makna yang lain sehingga dapat dipahami bahwa
tidak semua perintah di dalam Alquran termasuk dalam surah al-Baqarah
81
menunjukkan kewajiban melakukannya. Hal itu dapat diketahui dengan
melihat konteks ayat atau qari>nahnya. Dari kesepuluh makna amr yang keluar
dari makna aslinya yang telah disebutkan sebelumnya, ada tujuh yang
terdapat dalam QS al-Baqarah yaitu makna asli, doa, irsya>d, iba>h}ah, ta’ji>z,
tahqi>r dan takhyi>r.
Adapun makna yang terkandung pada kalimat perintah atau s}iyag al-amr
adalah:
1. Makna asli yaitu طلب الفعل على وجه اإلستعالء و اإللزام
Adapun ayat-ayat dalam QS al-Baqarah yang mengandung makna asli
tersebut diantaranya adalah:
a. QS al-Baqarah: 21
Terjemahnya:
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”
Pada ayat di atas terdapat kata perintah yaitu اعبدوا berasal dari kata
yang berarti sembahlah. Melihat dari konteks ayat tersebut (fi’il mad}i) عبد
82
yaitu perintah kepada seluruh manusia untuk menyembah hanya kepada Allah
swt. yang telah menciptakannya dalam artian perintah dari yang lebih tinggi
ke yang rendah yaitu perintah Allah swt. kepada manusia, maka penulis
berkesimpulan bahwa s}igat amr tersebut bermakna wajib. Artinya manusia
wajib menyembah hanya kepada Allah swt. sebagai Sang Kha>liq.
b. QS al-Baqarah: 43
Terjemahnya:
“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'.”
Pada ayat di atas terdapat kata perintah yaitu أقيموا, آتوا, اركعوا yang
berarti dirikanlah, tunaikanlah, sujudlah. Ketiga kata ini adalah merupakan
perintah untuk mendirikan salat, menunaikan zakat dan rukuk bersama orang-
orang yang rukuk. Melihat konteks kalimatnya, ketiga kata tersebut bermakna
wajib.
c. QS al-Baqarah: 83
83
Terjemahnya:
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani> Isra>i>l
(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan
orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu
tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu,
dan kamu selalu berpaling.”
Pada ayat di atas terdapat kalimat وبالوالدين احسانا yang berarti
berbuat baiklah kepada kedua orang tua yang menunjukkan kewajiban bagi
setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya.
d. QS al-Baqarah: 222
Terjemahnya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu
adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
84
dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, Maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Bentuk berintah dalam ayat di atas adalah اعتزلوا dan فأتوا keduanya
merupakan fi’il amr.
e. QS al-Baqarah: 238
Terjemahnya:
“Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wust}a>. Berdirilah
untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyu'.”
Pada ayat di atas terdapat kata perintah yaitu حافظوا dan قوموا kedua
kata tersebut berbentuk fi’il amr yang berarti jagalah dan dirikanlah. Melihat
konteks ayat tersebut yaitu perintah untuk menjaga dan mendirikan salat
dengan baik. Hal ini adalah kewajiban bagi setiap umat Islam, sehingga dapat
dipahami bahwa perintah tersebut bermakna wajib.
2. Makna doa
Adapun ayat-ayat dalam QS al-Baqarah yang bermakna doa adalah:
85
a. QS al-Baqarah: 201
Doa memohon kebaikan dunia dan akhirat:
Terjemahnya:
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka.”
b. QS al-Baqarah: 250
Terjemahnya: “Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka,
merekapun (Ta}lu>t dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian
kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.”
c. QS al-Baqarah: 260
Terjemahnya:
86
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah
berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah
meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)
Allah berfirman: "(kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu
cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas
tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian
panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera."
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
d. QS al-Baqarah: 286
Terjemahnya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. beri maaflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir.”
87
Pada ayat-ayat di atas terdapat bentuk perintah berupa fi’il amr yang
mengandung makna doa atau harapan karena tidak mungkin seorang hamba
memerintah Allah swt. untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Makna Irsya>d (petunjuk/ nasihat)
Adapun ayat dalam QS al-Baqarah yang bermakna irsya>d terdapat
pada:
a. QS al-Baqarah: 282
88
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah
ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan
(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada
hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di
antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki
dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya
jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka
dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil
maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih
dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu
lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
Pada ayat di atas terdapat kata ليكتب dari kata كتب yang berarti
hendaklah menulis. Konteks ayat tersebut adalah perintah untuk menulis
89
segala transaksi yang terjadi di antara manusia baik jual-beli, utang-piutang,
sewa-menyewa dan sebagainya. Dan hendaknya orang yang menulis transaksi
adalah orang yang adil, jujur. Kalau transaksi yang terjadi di antara manusia
tidak ditulis karena sudah saling percaya di antara mereka maka tidak apa-
apa. Olehnya itu dapat dipahami bahwa perintah tersebut adalah bermakna
irsya>d yaitu petunjuk kepada manusia untuk mencatat segala transaksi yang
terjadi agar tidak terjadi kesalah pahaman.2
4. Makna iba>hah (boleh)
Adapun ayat yang bermakna iba>hah dalam QS al-Baqarah terdapat
pada ayat 187 yang berbunyi3:
2
In’a>m Fawwa>l ‘Akka>wi>, Al-Mu’jam Al-Mufas}s}al fi> ‘Ulu>m al-Bala>gah al-Badi>’ wa al-Baya>n
wa al-Ma’a>ni>, (Cet.III; Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006), h. 222.
3In’a>m Fawwa>l ‘Akka>wi>, Al-Mu’jam Al-Mufas}s}al fi> ‘Ulu>m al-Bala>gah al-Badi>’ wa al-Baya>n
wa al-Ma’a>ni>, h. 221.
90
Terjemahnya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi
ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa
yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan dan minumlah
hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam
mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia,
supaya mereka bertakwa.”
5. Makna ta’ji>z (melemahkan)
Ayat yang memiliki makna ta’ji>z dalam QS al-Baqarah terdapat pada
ayat 23 yang berbunyi:
Terjemahnya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)
yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
91
Pada ayat di atas terdapat kata perintah yaitu فأتوا kata dasarnya adalah
maka (huruf jar) ب yang berarti datang, kemudian disusul dengan huruf أتى
berarti datangkanlah. أدعوا kata dasarnya دعا yang berarti serulah. Konteks
ayat tersebut adalah tantangan bagi orang-orang yang ragu-ragu terhadap
kebenaran Alquran untuk mendatangkan atau membuat sebuah surah yang
sama dengan Alquran dan mereka juga ditantang untuk menyeru para wakil-
wakil mereka untuk membantu membuat yang semisal dengan Alquran. Akan
tetapi tentu hal itu mustahil terjadi karena Alquran adalah kala>mullah
sekaligus merupakan mu’jizat Nabi Muhammad saw. yang tidak ada bisa
menandinginya. Maka dapat dipahami bahwa perintah pada ayat tersebut
bermakna ta’ji>z (melemahkan).4
6. Makna tahqi>r (menghina/ menganggap rendah)
Ayat yang mengandung makna tahqi>r atau penghinaan dalam QS al-
Baqarah terdapat pada ayat 65 yang berbunyi:
4
Wahbah al-Zuhaili>, Al-Tafsi>r al-Muni>r fi al-‘Aqi>dah wa al-Syari>’ah wa al-Manhaj, (Jilid 1;
Beirut: Da>r al-Fikri al-Mu’a>s}ir, 1991), h. 100.
92
Terjemahnya:
“Dan Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar
diantaramu pada hari Sabtu, lalu kami berfirman kepada mereka:
"Jadilah kamu kera yang hina".”
Pada ayat di atas terdapat kalimat كونوا قردة yang artinya jadilah kamu
kera. Ini adalah merupakan tahqi>r / penghinaan bagi kaum Yahudi yang
melanggar perintah Allah swt.5
7. Makna Takhyi>r (pilihan)
Ayat yang mengandung makna takhyi>r atau pilihan dalam QS al-
Baqarah terdapat pada ayat 239, yaitu:
Terjemahnya:
“Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil
berjalan atau berkendaraan. kemudian apabila kamu telah aman, maka
sebutlah Allah (salatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui.”
5 Wahbah al-Zuh}aili>, Al-Tafsi>r al-Muni>r fi al-‘Aqi>dah wa al-Syari>’ah wa al-Manhaj, h. 180.
93
Pada ayat di atas terdapat kata رجاال أو ركبانا, kedua kata itu adalah
mas}dar pengganti fi’il amr yang berarti berjalan atau berkendaraanlah. Ini
merupakan pilihan atau takhyi>r.
C. Nilai-Nilai Edukasi dalam S}iyag al-Amr pada QS al-Baqarah
Alquran merupakan kitab suci yang Allah turunkan kepada Nabi
Muhammad saw. dengan perantaraan Malaikat Jibril merupakan suatu
petunjuk bagi semua umat manusia, baik petunjuk dalam masalah urusan
dunia, urusan agama, dan masalah urusan bergaul dalam kehidupan sehari-
hari, baik dengan keluarga, orang tua, dan masyarakat luas. Dalam ayat-ayat
Alquran pun terdapat sebuah nilai edukasi yang perlu dipelajari oleh seluruh
manusia pada umumnya dan umat islam pada khususnya terutama dalam QS
al-Baqarah. Surah al-Baqarah mengandung banyak sekali panduan orisinil
tentang bagaimana suatu komunitas dapat bertahan, bagaimana anggota-
anggotanya harus berperilaku sebagai individu, sebagai keluarga dan sebagai
komunitas sosial. Hal tersebut dapat kita lihat dalam ayat-ayat yang memiliki
s}iyag al-amr yang mengandung makna tertentu.
94
Dari makna yang tekandung dalam bentuk perintah ayat-ayat tersebut
di atas, penulis akan menggali nilai-nilai edukasi di dalamnya yang bisa
dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa pendidikan adalah merupakan
upaya pembinaan dan pengembangan potensi manusia agar tujuan
kehadirannya di dunia ini sebagai hamba Allah dan sekaligus khalifah Allah
tercapai sebaik mungkin.6
Adapun nilai edukasi yang terkandung pada s}iyag amr yang terdapat
dalam ayat-ayat yang telah disebutkan adalah:
1. QS al-Baqarah/2: 21
Terjemahnya:
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”
Pada ayat di atas Allah swt. menyeru seluruh manusia untuk beribadah
hanya kepada Allah yang telah menciptakannya dengan mengesakan-Nya,
syukur dan taat kepada-Nya.7 Oleh karenanya ibadah hanya ditujukan kepada
Tuhan yang maha pencipta bukan kepada makhluk yang diciptakan karena
6
A. Rahman Getteng, Pendidikan Islam dalam Pembangunan , (Ujung Pandang: Yayasan Al-
Ahkam, 1997), h. 25.
7Muh}ammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni>, S}afwah al-Tafa>si>r (Cet.I; Kairo: Da>r al-S}a>bu>ni>, 1997), h. 35.
95
apabila ibadah ditujukan kepada makhluk, maka itu adalah perbuatan
menyekutukan Allah yang merupakan dosa besar.
Ibadah adalah suatu bentuk kepatuhan dan ketundukan yang berpuncak
kepada sesuatu yang diyakini menguasai jiwa raga seseorang dengan
penguasaan yang arti dan hakikatnya tidak terjangkau. Paling tidak, ada tiga
hal yang menandai keberhasilan seseorang mencapai hakikat ibadah. Pertama,
si pengabdi tidak menganggap apa yang berada dalam genggaman tangannya
sebagai milik pribadinya, tetapi milik kepada siapa yang kepada-Nya dia
mengabdi. Kedua, segala aktivitasnya hanya berkisar pada apa yang
diperintahkan oleh siapa yang kepada-Nya dia mengabdi serta menghindar
dari apa yang dilarang-Nya. Ketiga, tidak memastikan sesuatu untuk dia
laksanakan atau hindari kecuali dengan mengaitkannya dengan kehendak
siapa yang kepada-Nya dia mengabdi.8
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa nilai edukasi yang
terkandung pada QS al-Baqarah/2: 21 adalah edukasi tentang ibadah hanya
kepada Allah sebagai Tuhan pencipta atau edukasi tentang keimanan kepada
Allah swt.
2. QS al-Baqarah/2: 43
8
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h (Vol. I; Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 119.
96
Terjemahnya: “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-
orang yang rukuk”
Pada ayat di atas terdapat perintah Allah adalah perintah mendirikan
salat dengan sempurna memenuhi rukun dan syaratnya serta secara
berkesinambungan dan perintah menunaikan zakat dengan sempurna tanpa
mengurangi dan menangguhkan serta menyampaikan dengan baik kepada
yang berhak menerimanya.
Dua kewajiban pokok itu merupakan pertanda hubungan harmonis,
salat untuk hubungan baik dengan Allah dan zakat pertanda hubungan
harmonis dengan sesama manusia. Keduanya ditekankan, sedangkan
kewajiban lainnya dicakup oleh penutup ayat ini, yaitu rukuklah bersama
orang-orang yang rukuk dalam arti tunduk dan taatlah pada ketentuan-
ketentuan Allah sebagaimana dan bersama orang-orang yang taat dan tunduk.9
Dalam ayat ini pula dapat dipahami bahwa salat dan zakat adalah dua
ibadah yang tidak boleh dipisahkan bahkan di dalam kitab tafsir Ibnu Kas|i>r
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, h. 176.
97
dijelaskan bahwa salat dan zakat merupakan ibadah fardu/ wajib tidak
berguna amal-amal lain kecuali dengan kedua ibadah tersebut.10
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa nilai edukasi yang
terkandung di dalam QS al-Baqarah/2: 43 adalah tentang ketaatan dan sosial
kemasyarakatan.
3. QS al-Baqarah/2: 83
…
Terjemahnya:
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia …”
Ayat di atas memerintahkan untuk mengingat dan merenungkan
keadaan Bani> Isra>i>l ketika Allah melalui utusannya mengambil janji dari
mereka yaitu tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah dan berbuat baik
kepada ibu bapak demikian juga kaum kerabat yakni mereka yang mempunyai
hubungan dengan kedua orang tua, serta anak –anak yatim yakni mereka yang
belum balig sedang ayahnya telah meninggal dan juga kepada orang-orang
miskin kemudian disusul dengan perintah mengucapkan kata-kata yang baik
10
‘Ima>d al-Di>n Abu> al-fida> ‘Isma>i>l ibn ‘Umar ibn Kas|i>r al-Qurasyi> al-Dimasyqi>, Tafsi> Ibn Kas|i>r (Cet. VI; Riya>d}: Da>r al-Sala>m, 2004), h. 130.
98
kepada manusia. Perintah ini menunjukkan bahwa mengucapkan kata-kata
yang baik berlaku umum untuk manusia baik mukmin atau kafir, orang baik
atau orang jahat dan di dalamnya terdapat anjuran untuk berakhlak mulia
dengan mengucapkan kata-kata yang lembut.11
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa nilai edukasi yang
terdapat dalam QS al-Baqarah/2: 83 adalah edukasi tentang akhlak/ moral.
4. QS al-Baqarah/2: 172
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-
baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
Pada ayat di atas, Allah memerintahkan hamba-hambanya yang
beriman untuk mengkonsumsi yang baik agar tubuh sehat karena rata-rata
penyakit muncul disebabkan oleh makanan yang tidak baik dan mensyukuri
segala nikmat Allah dengan mengakui bahwa anugerah yang diperoleh
semata-mata bersumber dari Allah sambil menggunakannya sesuai tujuan
penganugerahannya atau menempatkannya pada tempat yang semestinya.
Dalam ayat tersebut tidak disebutkan kata halal karena keimanan yang
11
Muh}ammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni>, S}afwah al-Tafa>si>r, h. 67.
99
bersemi di dalam hati orang-orang mukmin merupakan jaminan kejauhan
mereka dari yang tidak halal.12
Dari penjelasan di atas dapat dipahami nilai edukasi yang terkandung
dalam QS al-Baqarah/2: 172 adalah edukasi tentang kesehatan tubuh dan
syukur.
5. QS al-Baqarah/2: 185
…
Terjemahnya:
“…Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Ayat di atas menjelaskan orang yang wajib berpuasa yaitu orang yang
hadir pada bulan itu yakni berada di daerah tempat tinggalnya atau
mengetahui munculnya awal bulan Ramadan, sedang dia tidak berhalangan
dengan halangan yang dibenarkan agama, maka hendaklah dia berpuasa pada
12
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, h. 384.
100
bulan itu. Penggalan ayat ini dapat juga berarti orang yang mengetahui
kehadiran bulan Ramadan dengan melihatnya sendiri atau melalui informasi
yang dapat dipercaya maka hendaklah ia berpuasa.
Adapun nilai edukasi yang terkandung dalam QS al-Baqarah/2: 185 di
atas adalah edukasi tentang ibadah puasa.
6. QS al-Baqarah/2: 186
Terjemahnya:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt. dekat kepada hamba-
hambaNya, mendengar doa mereka dan mengetahui keadaannya. Allah
menjawab doa orang yang berdoa kepada-Nya yang disertai dengan iman, taat
kepada-Nya dan hati yang khusyuk.13
Adapun nilai edukasi di dalam QS al-
Baqarah/2: 186 adalah keimanan dan ketaatan.
13
Muh}ammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni>, S}afwah al-Tafa>si>r, h. 109.
101
7. QS al-Baqarah/2: 283
… …
Terjemahnya: “…Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”
Potongan ayat di atas menjelaskan bahwa apabila orang yang memberi
utang mempercayai orang yang berutang maka hendaklah orang yang
berutang itu menuanaikan amanah (membayar utangnya) dan bertaqwa
kepada Allah. Utang dinamakan amanah karena mengandung kepercayaan di
dalamnya.14
Nilai edukasi yang terkandung di dalam QS al-Baqarah/2: 283
adalah edukasi tentang menunaikan amanah.
8. QS al-Baqarah/2: 238
Terjemahnya:
“Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wust}a>. Berdirilah
untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk.”
Melalui ayat diatas Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk
memelihara salat yakni mendirikannya dengan tekun dan rutin mendirikan
salat pada waktunya serta khusyuk dalam pelaksanannya. Adapun yang
14
Mah}mu>d ibn ‘Umar al-Zamakhsyari>, al-Kasysya>f ‘an H}}aqa>iq g}awa>mid} al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-Aqa>wi>l fi> Wujuh> al-Ta’wi>l, (Cet. III; Kairo: Da>r al-Rayya>n li al-Tura>s|, 1987), h. 329.
102
dimaksud s}ala>t wust}a> dalam ayat di atas sebagaimana dalam tafsir al-
Kasysya>f adalah salat Asar.15
Nilai edukasi yang terkandung di dalam QS al-
Baqarah/2: 238 adalah edukasi tentang kedisiplinan.
9. QS al-Baqarah/2: 254
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah)
sebagian dari rezki yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang
hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi
syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”
Allah memerintahkan hamba-Nya untuk menafkahkan sebagian rezki
yang dianugerahkan kepada hamba tersebut di jalan Allah, jalan kebaikan agar
mendapatkan pahala dari Allah. Menafkahkan harta hendaknya dilakukan di
dunia yakni sebelum datang kematian serta tibanya hari kiamat.16
Nilai
edukasi yang terkandung dalam QS al-Baqarah/2: 254 adalah edukasi tentang
sosial/ kemasyarakatan.
10. QS al-Baqarah/2: 222
15
Mah}mu>d ibn ‘Umar al-Zamakhsyari>, al-Kasysya>f ‘an H}}aqa>iq g}awa>mid} al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-Aqa>wi>l fi> Wujuh> al-Ta’wi>l, h. 287.
16M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, h. 546.
103
Terjemahnya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu
adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. apabila mereka telah suci, maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Pertanyaan pada ayat di atas muncul karena pria-pria Yahudi
menghindari wanita-wanita yang sedang haid, bahkan tidak makan bersama
mereka dan meninggalkan rumah pada saat mereka sedang haid. Dengan
demikian pertanyaan mereka pada hakikatnya bukan tentang apa itu haid,
tetapai bagaimana tuntunan Ilahi kepada suami pada saat istrinya sedang
haid.17
Allah memberi jawaban bahwa haid itu adalah sesuatu yang kotor dan
berhubungan dengan istri pada situasi ini dapat menimbulkan penyakit bagi
suami dan istri.18
Nilai edukasi yang terkandung di dalam QS al-Baqarah/2:
222 tersebut adalah edukasi tentang kesehatan reproduksi.
17
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, h. 478.
18Muh}ammad ‘Ali> al-S}a>bu>ni>, S}afwah al-Tafa>si>r, h. 127.
104
11. QS al-Baqarah/2: 239
Terjemahnya: “Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil
berjalan atau berkendaraan. kemudian apabila kamu telah aman, maka
sebutlah Allah (salatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui.”
Ayat di atas menegaskan bahwa jika seseorang dalam keadaan takut,
baik dalam peperangan menghadapi musuh atau sebab apapun yang
mengkhawatirkannya dari segala macam bahaya, maka alternatifnya adalah
salat sambil berjalan atau berkendaraan atau dengan cara apapun yang
memungkinkan walau hanya dalam bentuk isyarat mata atau gerak bibir. Ayat
ini menjadi bukti bahwa inti salat adalah mengingat Allah dan ini adalah
amalan hati.19
Nilai edukasi di dalam QS al-Baqarah/2: 239 adalah edukasi
tentang istiqamah dalam kebaikan.
12. QS al-Baqarah/2: 201
Terjemahnya:
19
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, h.521.
105
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka.”
13. QS al-Baqarah/2: 250
Terjemahnya: “Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun
(Talut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran
atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami
terhadap orang-orang kafir.”
14. QS al-Baqarah/2: 260
Terjemahnya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah
berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah
meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)
Allah berfirman: "(kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu
cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas
tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian
panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera."
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
106
15. QS al-Baqarah/2: 286
Terjemahnya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir.”
Pada ayat-ayat yang mengandung doa di atas memberikan pelajaran
bahwa manusia tidak mampu mewujudkan sesuatu tanpa bantuan dan
petunjuk dari Allah. Oleh karena itu, nilai edukasi yang terdapat di dalamnya
adalah edukasi tentang doa hanya kepada Allah.
16. QS al-Baqarah/2: 282
107
…
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar…”
Ayat di atas memberikan petunjuk bahwa apabila ada dua orang atau
lebih bermuamalah dengan utang piutang dalam jangka waktu tertentu, maka
hendaklah menulisnya. Dan orang yang menulis utang piutang itu harus adil,
benar dan sesuai hasil kesepakatan.20
Nilai edukasi yang terkandung di dalam
QS al-Baqarah/2: 282 adalah edukasi tentang sosial/ kemasyarakatan serta
edukasi tentang penyimpanan data administrasi yang baik.
17. QS al-Baqarah/2: 187
… …
Terjemahnya:
“…Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar…”
20
‘Ima>d al-Di>n Abu> al-fida> ‘Isma>i>l ibn ‘Umar ibn Kas|i>r al-Qurasyi> al-Dimasyqi>, Tafsi> Ibn Kas|i>r, h. 463.
108
Ayat di atas menjelaskan waktu dan lama berpuasa dengan
memerintahkan makan dan minum hingga jelas benar benang putih yakni
cahaya yang nampak membentang di ufuk bagaikan benang yang panjang
pada saat tampaknya fajar s}a>diq (fajar yang benar) dari benang hitam yang
membentang bersama cahaya fajar dari kegelapan malam. Ini berarti
diperkenankan makan, minum dan berhubungan seks sejak terbenamnya
matahari sampai terbitnya fajar.21
Dapat dipahami bahwa nilai edukasi yang
terkandung di dalam QS al-Baqarah/2: 187 adalah edukasi tentang
kedisiplinan.
18. QS al-Baqarah/2: 23
Terjemahnya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)
yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
Ayat di atas adalah tantangan bagi orang-orang kafir yang ragu
terhadap kebenaran Alquran. Mereka ditantang untuk membuat satu surah
yang sama dengan Alquran dengan melibatkan penolong-penolong mereka
21
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, h.187.
109
selain Allah. Adapun nilai edukasi yang terkandung di dalam QS al-
Baqarah/2: 23 adalah edukasi tentang akhlak/ moral berupa larangan memiliki
sifat sombong.
19. QS al-Baqarah/2: 65
Terjemahnya: “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar
diantaramu pada hari Sabtu, lalu kami berfirman kepada mereka:
“Jadilah kamu kera yang hina”.”
Hari Sabtu adalah hari yang ditetapkan Allah bagi orang-orang Yahudi
–sesuai usul mereka- sebagai hari ibadah yang bebas dari aktivitas duniawi.
Mereka dilarang mengail ikan pada hari itu. Tetapi, sebagian mereka
melanggar dengan cara yang licik. Mereka tidak mengail, tetapi membendung
ikan dengan menggali kolam sehingga air bersama ikan masuk ke kolam itu.
Kemudian setelah hari Sabtu berlalu, mereka mengailnya. Allah murka
terhadap mereka, maka Allah berfirman kepada mereka, “Jadilah kamu kera
yang terkutuk.”22
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa nilai edukasi
di dalam QS al-Baqarah/2: 65 adalah edukasi tentang kepatuhan terhadap
aturan.
22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, h.66.
110
Untuk lebih jelasnya, lihat tabel ayat-ayat yang mengandung s}iyag al-
amr dan maknanya dalam QS al-Baqarah serta nilai edukasi yang terdapat di
dalamnya :
No Ayat
Makna
Balagah
Nilai Edukasi
1
Asli Ibadah hanya kepada
Allah Tuhan Pencipta
2
Asli Ketaatan dan sosial
kemasyarakatan
3
…
Asli Akhlak/ moral
4
Asli
Menjaga kesehatan
tubuh dan syukur
5
…
Asli Ibadah puasa
111
6
Asli Keimanan dan
ketaatan
7 …
…
Asli Menunaikan amanah
8
Asli Kedisiplinan
9
Asli Sosial/
kemasyarakatan
10
Asli Kesehatan reproduksi
112
11 …
Takhyi>r Istiqamah dalam
kebaikan
12
Doa Doa
13
Doa Doa
14
Doa Doa
15
Doa Doa
113
16
…
Irsya>d Sosial/
kemasyarakatan
17
…
Iba>h}ah Kedisiplinan
18
Ta’ji>z Akhlak/ moral
19
Tahqi>r Kepatuhan terhadap
aturan
114
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis membahas dan menganalisis nilai-nilai edukasi s}iyag
al-amr dalam QS al-Baqarah, maka dapat disimpulkan berdasarkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. S}iyag al-amr adalah bentuk-bentuk perintah yang terdiri dari fi’il
amr, fi’il mud}ari yang memiliki la>m al-amr, isim fi’il amr, dan
mas}dar sebagai pengganti fi’il amr. Dalam surah al-Baqarah
terdapat 53 ayat yang mengandung s}iyag al-amr. Berupa fi’il amr
diantaranya terdapat pada ayat 21, 23,172, 201, 222, 238, 254. Ayat
yang mengandung mas}dar pengganti fi’il terdapat pada ayat 83 dan
239. Ayat yang mengandung fi’il mud}ari’ yang dimasuki la>m al-amr
terdapat pada ayat 185, 186, 282 dan 283.
2. Makna s}iyag al-amr yang terdapat dalam QS al-Baqarah adalah
makna asli yaitu tuntutan melakukan perbuatan dari yang kebih
tinggi derajatnya ke yang lebih rendah yang berarti wajib, doa,
ta’ji>z (melemahkan), irsya>d (petunjuk), iba>hah (kebolehan), tahqi>r
(menghina) dan takhyi>r (pilihan);
115
3. Nilai-nilai edukasi yang terkandung di dalam QS al-Baqarah adalah,
keimanan, ibadah, sosial kemasyarakatan, moral/ akhlak, doa,
kesehatan reproduksi, kedisiplinan, menunaikan amanah, Istiqamah,
dan kepatuhan terhadap aturan.
B. Implikasi Penelitian
Akhir dari tesis ini ada beberapa implikasi penelitian yang diharapkan
dapat dipertimbangkan dan direalisasikan sebagai tindak lanjut dari penelitian
ini yaitu:
1. Memahami dan mengkaji isi kandungan Alquran sangat dibutuhkan
sarana dan prasarana seperti lembaga pendidikan Alquran dan
tenaga edukasi yang professional dalam bidang tersebut agar
mahasiswa di masa yang akan datang tidak kehilangan identitas di
tengah-tengah masyarakat disebabkan karena kurangnya
pengetahuan tentang bahasa Arab dan Alquran;
2. Untuk mempermudah penulisan karya ilmiah, kiranya masih perlu
penambahan buku-buku perpustakaan yang cukup memadai dan
mendukung dari segala cabang disiplin ilmu, khususnya dalam ilmu
agama serta melakukan pembaharuan terhadap buku-buku tafsir
klasik dan ilmu balagah seperti terjemahan kitab klasik agar para
116
pembaca dapat memahami isi kandungan Alquran secara utuh dan
dapat diamalkan serta diajarkan;
3. Ilmu dalam Alquran sungguh banyak jumlahnya, s}iyag al-amr
hanyalah bagian dari ilmu ma’a >ni> untuk memahami Alquran.
Olehnya itu kepada calon peneliti selanjutnya diharapkan meneliti
secara akurat dengan modal dasar penguasaan bahasa Arab.
117
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’a >n al-Kari>m.
‘Abdulba>qi, Muh}ammad Fua>d. Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfa>z} al-Qura>n al-
Kari>m. Cet.III, Kairo: Da>r al-Hadi>s|, 1991.
Ahmadi, Abu. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Anwar, Abu. Ulumul Qur’an. Pekanbaru: Amzah, 2005.
‘Akka>wi, In’a>m Fawwa>l >, Al-Mu’jam Al-Mufas}s}al fi> ‘Ulu>m al-Bala>gah al-
Badi>’ wa al-Baya>n wa al- Ma’a>ni>. Cet.III; Beirut: Da>r al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 2006.
Baki, Nasir A. Konsep Ta’lim dalam Alquran. Cet.I; Makassar: Alauddin
University Press, 2011.
Barsihannor. Belajar dari Lukman al-Hakim. Cet.I; Yogyakarta: Kota
Kembang, 2009.
Dahlan, Abd. Rahman. Kaidah-Kaidah Penafsiran Alquran. Cet. II; Bandung:
Mizan, 1998.
al- Darwi>sy, Muhyiddin. I’ra>b al-Qur’a>n. Cet. IX; Beirut: Da>r al-Irsya>d li al-
Syu’u>n al-Ja>mi’iyyah, 2005.
al-Di>n, ‘Ima>d Abu> al-fida> ‘Isma>i>l ibn ‘Umar ibn Kas|i>r al-Qurasyi> al-Dimasyqi>.
Tafsi> Ibn Kas|i>r. Cet. VI; Riya>d}: Da>r al-Sala>m, 2004.
Gojali, Nanang. Tafsir & Hadis Tentang Pendidikan. Cet I; Bandung:
Pustaka Setia, 2013.
al-Gulayaini>, Mus}t}afa>. Ja>mi’ al-Duru>s al-‘Arabiyyah. Cet. I; Beirut: al-
Maktabah al-‘As }riyyah, 2003.
al- Ha>syimi>, Ah}mad. Jawa>hir al-Bala>gah fi al-Ma’a>ni> wa al-Baya>n wa al-
Badi>’. Cet. 12; Surabaya: Maktabah al-Hida>yah, 1960.
118
--------. al-Qawa>’id al-Asa>siyyah. Jakarta: Dinamika Berkah Utama, t.th.
Hafid, Abd. Karim. Berbagai Sudut Pandang dalam Memahami Bahasa
Arab. Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2012.
----------. Pedoman dan Petunjuk Pengajaran dalam Membaca Kitab Kuning.
Cet. I; Makassar: Berkah Utami, 2010.
al-Husni>, Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki, Zubdah al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-
Qur’a>n terj. Mutiara Ilmu-Ilmu Alquran. Bandung: Pustaka Setia,
1999.
al- Ja>rim, ‘Ali> dan Mus}t}afa> Ami>n. al-Bala>gah al-Wa>d}ih}}ah. Cet. XV; Surabaya:
Maktabah al-Hida>yah, 1961.
Kasim, Amrah. Lingustik Alquran. Makassar: Alauddin Press,
Khali>f, Abdul Lati>f dkk, Syarh al-Azhariyyah al-Jadi>d li al-S}aff al-S|ani> al-
I’da>di>. ttp: Jumhuriyyah mis}ra al-‘Arabiyyah, tth.
al- Mara>gi, Ahmad Mus}t}afa>. ‘Ulu>m al-Bala>gah. Cet. III; Beirut: Dar al-
Kutub al-Isla>miyyah, 1993.
Muchtar, Haeri Jauhari. Fikih Pendidikan. Cet. II; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008.
Mah}mu>d ibn ‘Umar al-Zamakhsyari>. al-Kasysya>f ‘an H}}aqa>iq g}awa>mid} al-
Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-Aqa>wi>l fi> Wujuh> al-Ta’wi>l. Cet. III; Kairo:
Da>r al-Rayya>n li al-Tura>s|, 1987.
Mulyana, Rohmat. Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2004.
Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir Kamus Arab Indonesia. Cet.
XIV; Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter. Cet. II; Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2011.
119
Nas}if, Hafni Bik dkk. Qawa>’id al-Lugah al’Arabiyyah. Surabaya: Ah}mad bin
Sa’d ibn Nabha>n wa Aula>duh, t.th.
Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Cet. IV; Jakarta: Raja
Grafindo, 2010.
Ni’mah, Fua >d. Mulakhkhas} Qawa’ >id al-Lugah al-‘Arabiyyah. Beirut: Da>r al-
S|aqa>fah al-Isla>miyyah, t.th.
al-Qard}a>wi, Yu>suf >. al-‘Aql wa al-‘Ilm fi> al-Qur’a>n al-Kari>m, terj. Alqur’an
Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan oleh: Abdul Hayyie al-
Kattani dkk. Jakarta: Gema Insani, 2004.
Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Telaah Sistem
Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia, 2009.
As- Shiddieqy, TM. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran. Jakarta:
Bulan Bintang, 1994.
Shihab, Umar. Kontekstualisasi Alquran: Kajian Tematik Atas Ayat-
Ayat Hukum dalam Alquran. Cet.III; Penamadani: Jakarta, 2005.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan, 2003.
----------. Wawasan Al-Quran. Cet.VII; Bandung: Mizan, 1998.
Syafri, Ulil Amri. Pendidikan Karakter Berbasis Alquran. Cet.I; Jakarta:
Rajawali Pers, 2012.
Syekh Ami>n, Bakri>. al-Bala>gah al-‘Arabiyyah fi> S |aubiha> al-Jadi>d. Berut:
Da>r al- S|aqafah al-Isla>miyyah, 1979.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Cet. IX; Bandung: Alfabeta, 2010.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung:
Tarsito, 1998.
120
Syahidin. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Alquran. Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2009.
Umar, Nasaruddin. Deradikalisasi Pemahaman Al-Quran dan Hadis.
Jakarta: Rahmat Semesta Center, 2008.
Ya’qu >b, Emil Badi>’. Maus}u>’ah al-Nah}wi wa al-S}arfi wa al-‘I’ra>b. Cet. 9;
Beirut: Da>r al-‘Ilmi li al-Mala>yi>n, 2009.
Zaenuddin, Mamat dan Yayan Nurbayan. Pengantar Ilmu Bala>gah. Cet. I;
Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.
al- Zamakhsyari>, Tafsi>r al-Kasysya>f. Cet. III; Dar al-Rayya>n li al-Tura>s|,
1987.
al- Zuh}aili>, Wahbah, al-Tafsi>r al-Muni>r. Cet. II; Dar al-Fikri, 2003.