Upload
sulianti-indah-sari
View
76
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Neisseria meningitidis (Meningokokus)
1. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Classis : Gamma Proteobacteria
Ordo : Neisseriales
Familia : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Species : Neisseria meningitidis
(Albrecht & Ghon, 1901)
2. Morfologi
Gambar 1. Neisseria meningitidis
(Anonim, 2008)
Neisseria merupakan cocus gram negatif yang biasanya berpasangan. Secara
umum ciri-ciri Neisseria adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter
mendekati 0.8 μm. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan
sisi yang cekung akan berdekatan. Bakteri ini adalah patogen pada manusia dan biasanya
ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear.
Neisseria meningitidis merupakan penyebab penyakit meningokokus yaitu suatu
penyakit berjangkit. Neisseria meningitidis (meningokokus) merupakan bakteri kokus
gram negatif yang secara alami hidup di dalam tubuh manusia. Bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi pada selaput otak dan medulla spinalis (meningitis) sumsum
tulang belakang (meningitis), infeksi darah dan infeksi berat lainnya pada dewasa dan
anak-anak. Neisseria meningitidis (meningokokus) merupakan bakteri coccus gram
negatif yang secara alami hidup di dalam tubuh manusia.
Gambar 1. Morfologi Neisseria meningitidis
(Anonim, 2014)
Gejala terkena penyakit Neisseria meningitidis adalah demam mendadak dan
kombinasi sakit kepala, leher pegal, mual, muntah, mengantuk dan ruam. Tapi
kebanyakaan penyakit ini menyerang bayi dan anak-anak.
3. Struktur antigen bakteri Neisseria meningitidis
Delapan grup Neisseria meningitidis, yaitu A, B, C, D, X, Y, Z, Ditentukan atas
dasar reaksi aglutinasi. Organisme dalam grup A, B, dan C merupakan penyebab
penyakit yang utama di klinik. Antigen kapsuler grup A terdiri dari N-asetil dan O-asetil
inosamin fosfat. Antigen B dan C terdiri dari polimer asam neuraminat (sialic acid).
Antigen kapsuler dari grup-grup meningokokus lainnya belum diketahui sifat-sifatnnya.
Identifikasi dan purifikasi antigen polisakarida grup A, B, C telah menghasilkan
kesimpulan bahwa antigen ini dapat dipakai sebagai vaksin.
Selanjutnya grup B ini masih dapat dibedakan lagi dengan teknik bakterisid
menjadi paling sedikit 10 serotip yang berbeda. Teknik serotip bakterisid telah dipakai
secara epidemiologi untuk memeriksa epidemik yang disebabkan oleh kuman
meningokokus grup C. Reaksi-reaksi antibodi bakterisid dengan beberapa strain
Neisseria gonorrhoe pernah dilaporkan. Pada saat ini telah ditemukan teknik identifikasi
strain meningokokus penyebab epidemik, namun peranannya dalam imunitas dan
pembuatan vaksin masih tetap kurang jelas.
Selain antigen polisakarida kapsuler, masih ada antigen somatik, yang berupa
fraksi nukleoprotin dan antigen karbohidrat somatik. Zat-zat ini secara kimiawi belum
dapat ditentukan dan nampaknnya biasa ditemukan pada Neisseria dalam suatu serogrup
yang spesifik. Mungkin antigen-antigen ini ikut mengambil bagian dalam peristiwa reaksi
silang yang terlihat dalam tes aglutinasi.
4. Sejarah
Penyakit yang disebabkan oleh Neisseria meningitidis pertama kali ditemukan
pada tahun 1805 di Geva, Swiss dan disebut sebagai meningitis epimika. Satu tahun
kemudian terjadi wabah medfield, Massachusetts, yang merupakan wabah yang terjadi
pertama kali di Amerika Utara. Human penyebabnya baru ditemukan pada tahun 1887,
waktu Weichselbaum menemukan diplokokus negatif gram dalam likuor serebrospin
penderita.
5. Epidemiologi
Gambar 3. Neisseria meningitidis scanning EM
(Todar, 2012)
Meningokokus adalah penyebab meningitis (radang selaput otak) nomor satu di
dunia. Anak-anak terinfeksi 20 kali lebih sering dibandingkan orang dewasa. Neisseria
meningitidis termasuk dalam kelompok “top ten” bakteri yang bisa menimbulkan
kematian. Penyebaran kuman terjadi secara aerosol atau melalui udara, berhubungan
dekat dengan penderita meningkatkan risiko terjangkit dengan faktor 500 sampai 2000.
Infeksi bisa terjadi secara sporadis atau endemi dengan tinggal mortalitas sekitar 10–
20%. Penderita yang sembuh kadang mempunyai komplikasi permanen seperti
menurunnya inteligensi dan gangguan pendengaran. Penyakit yang disebabkan oleh
meningokokus tersebar luas di dunia, dapat bersifat sporadik epidemik. Epidemik luas
“Neisseria meningitidis“ terjadi secara teratur di negara seperti Afrika. Gelombang
terbesar “Neisseria meningitidis“ wabah yang pernah tercatat adalah Afrika Barat pada
tahun 1996. Ada diperkirakan 250.000 kasus dan 25.000 orang meninggal.
Hal ini disebabkan orang dewasa pembawa kuman (carrier) dalam nasofaring
merupakan sumber penularan penting kuman meningokokus dan juga merupakan
reservoir pencernaan kuman peralatan rumah tangga. Penyakit ini paling banyak
ditemukan anak-anak berumur antara 6-24 bulan.
6. Imunitas
Titer antibodi terendah ditemukan pada bayi berumur 6-24 bulan, hal ini berkaitan
dengan kenyataan bahwa insidens puncak penyakit meningokokus sporadic juga terdapat
pada usia tersebut.
Daya tahan terhadap infeksi dicerminkaan oleh adannya IgG, IgM dan IgA dalam
serum. Pembawa kuman (carrier) menunnjukkan perkembangan titer antibodi dalam
waktu 2 minggu sejak mulainya carrier state.
7. Patogenesis dan Manifestasi Klinik
Meningokokus masuk ke dalam tubuh lewat traktus aspiratorius bagian atas dan
berkembang biak dalam selaput nasofaring. Penyebaran meningokokus lewat aliran darah
mengakibatkan terjadinnya lesi metastetik di berbagai tempat di badan, misalnnya kulit,
selaput otak, persendian dan paru-paru. Manifestasi kliniknya tergantung kepada lokasi
metastasis.
Penyakit yang timbul dapat berupa demam ringan yang dapat disertai dengan
faringitis tanpa disertai manifestasi spesifik lainnya dari infeksi meningokokus. Penyakit
sistemik yang ditandai demam dan prostasi lebih mudah diketahui. Tidak jarang timbul
suatu macula eritematosa, yang disusun dengan munculnnya suatu pethikiae yang terus
berkembang menjadi suatu ekhimosis. Purpura siklusitik ini didahului oleh suatu emboli
meningokokus dan dianggap suatu tanda khas untuk penyakit yang berat.
Meningokoksemia dapat disertai meningitis, perikarditis, dan penyakit pada organ-organ
lainnya.
8. Diagnosis Laboratorium
Gambar 4. Neisseria meningitidis Differential sugar reactions
(Hogan, 2009)
Infeksi meningokokus terutama didiagnosis dengan cara identifikasi Neisseria
meningitidis dalam bahan yang didapat dari penderita. Jika bahan berupa eksudat,
misalnnya likuor serebrospinalis, maka dapat dibuat diagnosis presumptif yang cepat
dengan cara menemukan diplokokus negatif gram dalam sediaan apus. Kuman kadang-
kadang juga dapat ditemukan dalam sediaan apus yang berasal dari petekhiae. Dalam
kasus septicemia, kuman juga dapat ditemukan dalam sediaan apus darah tepi.
Bahan pemeriksaan dapat berupa darah, likuor seebrospinalis, bahan dari
pethekiae, cairan sendi, usap tenggorok atau nasofaring. Medium selektif Thayer-martin
dipergunakan untuk pemeriksaan bahan yang mengandung bermacam-macam bakteri,
sedangkan bahan-bahan yang berasal dari darah, likuor, atau bahan-bahan yang secara
normal steril, ditanam dalam kaldu trypticase soy atau pelat agar coklat dalam cukup
CO2.
Counter current immunooelecthroporesis adalah suatu teknik atau cara yang
dipakai untuk identifikasi polisakarida meningokokus dalam darah, likuor dan cairan
sendi secara cepat. Adanya antibodi serum dalam penderita dapat diketahui dengan
hemaglutinasi hambatan pasif atau dengan radioaktif antigen biding test merupakan cara
yang paling sensitif saat ini.
9. Pengobatan
Orang yang terkena bakteri Neisseria meningitidis dianjurkan memperoleh
bantuan medis dengan segera. Pasien akan memperlukan perawatan di rumah sakit. Kalau
tidak dapat diberi obat penicillin untuk mengobati infeksi terkena bakteri Neisseria
meningitidis, karena bakteri ini sensitif terhadap penicillin dengan kosentrasi hambatan
minimum 0.3 mikrogram/ml. Penicillin Gin aqua diberikan secara intravena dengan dosis
tinggi. Pada penderita yang sensitive penicillin, kloramfenikol merupakan terapi alternatif
yang efektif. Selain itu perlu juga dihindarkan terjadinnya koagulasi intravaskuler yang
menyebar.
10. Pencegahan
Sebelum timbulnnya resistensi, sulfonamide dapat memberantas kuman ini dari
nasofaring penderita. Pemakaian penisilin untuk kuman yang sensitif ternyata gagal
dalam keadaan carier state. jika dikehendaki pemberian obat profilaksis, dapat dianjurkan
pemberian rifampin dan minosiklin, kedua-keduanya efektif untuk eradiksi carier state.
Pengobatan dengan rifampin dalam jangka pendek dapat menghilangkan Neisseria
meningitidis dari nasofaring, tetapi dalam beberapa minggu sesudahnnya strain-strain
yang resisten terhadap rifampin dapat kembali ke nasofaring.
Individu yang kemungkinan besar mudah terkena infeksi adalah:
a. Anak-anak, terutama yang berusia kurang dari 6 tahun yang tinggal serumah
dengan penderita atau yang tempat tinggalnya sering didiami penderita.
b. Anggota militer yang tinggal sebarak dalam militer karena jumlah pembawa
bakteri meningkat 70 atau 80%. Meskipun telah diperiksa rifampin atau
minosiklin untuk profilaksis, namun hal ini tidak berarti bahwa contact person
tersebut tidak memerlukan observasi lagi.
Pencegahan Neisseria meningitidis sendiri dapat dilakukan yaitu dengan cara
jangan minum-minuman yang sama dengan orang yang terkena penyakit Neisseria
meningitidis. Orang yang dekat harus bertemu dengan dokter dengan segera jika gejala
muncul, dan mungkin minum antibiotik tertentu yang sudah dijelaskan diatas.
Pencegahan dapat juga diberikan dengan pemberian imunisasi yaitu dengan
memberikan vaksin meningokokus grup A dan C. Vaksin tersebut terdiri dari
polisakarida meningokokus tipe spesifik yang telah dimurnikan. Dosis tunggal 50
mikrogram dapat menghasilkan respons serologic 90% pada orang dewasa dan anak-anak
yang sudah besar. Pengembangan vaksin tipe spesifik untuk meningokokus grup A dan C
merupakan bantuan yang nyata bagi kedokteran pencegahan kuman grup B masih
merupakan persoalan, karena polisakaridanya merupakan imunogen yang sangat lemah.
Kemungkinan teoritis bahwa imunisasi dengan polisakarida grup A dan atau C Akan
mencegah penyakit dengan serogrup yang sama, tetapi membiarkan serogrup lainnya
menimbulkan epidemik, maka masih diharapkan pengalaman-pengalaman tes dengan
vaksin yang ada.
11. Faktor Virulensi
Gambar 5. Stage In The Pathogenesis Neisseria meningitidis
(Virji, 2009)
Virulen yang penting dari Neisseria yaitu Pili, Lipopolisakarid (LPS), Protein
membran, dan Kapsul karbohidrat. Organisma ini adalah patogen luar sel dan tidak sering
terdapat dalam sel (PMN) kalau dilihat coretan klinik, tidak boleh hidup setelah
difagositosis.
a. Pili bermanfaat untuk menempel di dinding sel epitel. Proses Penempelan ke sel
epitel diperkuat dengan protein membran. Karena dalam koloni protein membran
ini terlihat keruh dan tidak tertembus cahaya, makanya proteinnya dinamakan
opaque protein (Opa). LPS, Protein Opa, dan kapsul berbeda-beda dengan tipe
Neisseria yang lainnya. Hal ini yang menjadi dasar penentuan tipe serologi.
Sebagian besar tipe yang ditemukan dalam liquor ataupun darah adalah A,B,C,Y,
dan jarang W-135.
b. Kapsul karbohidrat merupakan faktor kepatogenan utama yang merencat
fagositosis dan menyumbang kepada keupayaan menyerang tetapi apabila
antibodi hadir organisma ini boleh difagositosis dan dimusnahkan oleh leukosit.
c. Pili merupakan faktor penting untuk kevirulenan, membantu perlekatan.
d. Endotoksin merupakan lipoologosakarid (LOS); seperti endotoksin organisma
lain menyebabkan kerosakan (nekrosis) kepada saluran vaskular dan mengaruh
gerak balas keradangan.
e. IgA1 protease merupakan semua strain N. meningitidis menghasilkan enzim ini;
khusus untuk IgA1 manusia; menguraikan rantai berta pada bagian engsel.
f. Kemandirian dalam PMN merupakan N. meningitidis boleh merencat perlakuran
antara lisozom dan fagosom selepas difagositosis oleh PMN.
g. N. meningitidis mampu menggunakan ferum yang terikat pada transferrin sebagai
sumber ferum tunggal.
.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma. 2008. Neisseria meningitidis. [Online]. Tersedia:
http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/mahendra-agil-kusuma-o781141334.pdf [21
April 2014]
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anonim. 2008. Neisseria meningitidis. [Online]. Tersedia:
http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2008/bingen_sama/ [21 April 2014]
Gambar 2. Anonim. 2014. Morfologi Neisseria meningitidis. [Online]. Tersedia:
http://www.bioquell.com/technology/microbiology/neisseria-meningitidis/ [21 April
2014]
Gambar 3. Todar. 2012. Neisseria meningitidis scanning EM. [Online]. Tersedia:
http://textbookofbacteriology.net/neisseria.html [21 April 2014]
Gambar 4. Hogan. 2009. Neisseria meningitidis. Differential sugar reactions. [Online].
Tersedia: http://www.microbeworld.org/component/jlibrary/?view=article&id=721 [21
April 2014]
Gambar 5. Virji. 2009. Stage In The Pathogenesis Neisseria meningitidis. [Online]. Tersedia:
http://www.nature.com/nrmicro/journal/v7/n4/fig_tab/nrmicro2097_F1.html [21 April
2014]