31
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Patah tulang (fraktur) adalah putusnya kontinuitas tulang, Tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial yang pada umumnya disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan tidak langsung . Fraktur femur memiliki arti yang luas dan dimulai dari stress fraktur femur hingga fraktur yang berkaitan dengan trauma berat dan luka jaringan lunak yang signifikan. Fraktur femur secara khusus dideskripsikan berdasarkan lokasi (proksimal, batang dan distal). Fraktur ini kemudian dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok mayor; fraktur trauma tekanan tinggi, fraktur trauma tekanan rendah akibat patologi tulang (fraktur patologi), dan stress fraktur akibat kegiatan repetitif yang berlebihan. Insidensi fraktur batang femur berentang dari 9.5 hingga 18.9 per 100.000 per tahun. Di Amerika Serikat, terjadi sekitar 250.000 fraktur femur proksimal per tahunnya. Angka ini diantisipasi menjadi dua kali lipat pada tahun 2050. Sedangkan insidensi fraktur distal femur ditemukan 10 kali lebih kecil daripada insidensi 1

Neglected Fracture

Embed Size (px)

DESCRIPTION

orthopedi

Citation preview

Page 1: Neglected Fracture

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Patah tulang (fraktur) adalah putusnya kontinuitas tulang, Tulang  rawan

sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial yang

pada umumnya disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan

pada tulang, baik berupa trauma langsung dan tidak langsung.

Fraktur femur memiliki arti yang luas dan dimulai dari stress fraktur femur

hingga fraktur yang berkaitan dengan trauma berat dan luka jaringan lunak yang

signifikan. Fraktur femur secara khusus dideskripsikan berdasarkan lokasi

(proksimal, batang dan distal). Fraktur ini kemudian dapat dikategorikan ke

dalam 3 kelompok mayor; fraktur trauma tekanan tinggi, fraktur trauma tekanan

rendah akibat patologi tulang (fraktur patologi), dan stress fraktur akibat kegiatan

repetitif yang berlebihan.

Insidensi fraktur batang femur berentang dari 9.5 hingga 18.9 per 100.000

per tahun. Di Amerika Serikat, terjadi sekitar 250.000 fraktur femur proksimal per

tahunnya. Angka ini diantisipasi menjadi dua kali lipat pada tahun 2050.

Sedangkan insidensi fraktur distal femur ditemukan 10 kali lebih kecil daripada

insidensi fraktur proksimal femur yang terjadi di Eropa. Selama tahun 1980-

1989, diperkirakan 34.000 fraktur femur dilaporkan dan hanya 6% (2.165) dari

kasus yang melibatkan femur bagian distal.

Insidensi fraktur femur meningkat pada pasien dengan usia lanjut. Pada

pasien dengan usia lanjut ini, fraktur femoral mungkin disebakan oleh kondisi

osteopenik. Fraktur akibat trauma tekanan tinggi merupakan penyebab utama

fraktur pada laki-laki muda. Fraktur akibat stress terjadi pada 37% pelari, dan

fraktur femur terjadi pada 11% dari fraktur akibat stress tersebut. Sekitar 53%

dari fraktur tersebut terjadi pada batang femur. Pria memiliki ratio lebih besar

dibandingkan wanita pada setiap usia dan kulit hitam memiliki ratio yang lebih

besar dibandingkan kulit putih.

1

Page 2: Neglected Fracture

Neglected fracture dengan atau tanpa dislokasi adalah suatu fraktur dengan

atau tanpa dislokasi yang tidak ditangani atau ditangani dengan tidak semestinya

sehingga menghasilkan keadaan keterlambatan dalam penanganan, atau kondisi

yang lebih buruk dan bahkan kecacatan. Menurut Subroto Sapardan, neglected

fracture adalah penanganan patah tulang pada extremitas (anggota gerak) yang

salah oleh bone setter (dukun patah), yang masih sering dijumpai di masyarakat

Indonesia. Pada umumnya neglected fracture terjadi pada orang yang

berpendidikan dan berstatus sosio-ekonomi rendah.

Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5

bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5  bulan untuk anggota gerak bawah).

Nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan

konsolidasi sehingga terdapat pseudoatrosis (sendi palsu). Malunion adalah

keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya , tetapi terdapat deformitas

yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan atau union secara

menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.

Penanganan  fraktur yang tidak tepat atau bahkan terabaikan tentu saja

akan memberikan prognosis yang kurang baik bahkan kecatatan pada pasien

sehingga penting untuk diketahui lebih lanjut bagaimana fraktur, kejadian

neglected fracture dan bagaimana penanganan fraktur yang semestinya yang akan

lebih lanjut dibahas pada laporan kasus ini.

 

           

2

Page 3: Neglected Fracture

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. S.

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pagar Alam

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

No. RM : 314551

Status pasien : BPJS Umum

B. Anamnesis

Autoanamnesis (Dilakukan tanggal 9 September 2015)

Keluhan Utama :

Pasien datang dengan keluhan pincang pada ekstremitas bawah kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan pincang selama 4 tahun terakhir. Pasien mengatakan 4

tahun yang lalu mengalami kecelakaan yaitu tertabrak motor. Sebelumnya

pasien sudah memeriksakan diri ke Rumah Sakit Muara Enim dan sudah

disarankan untuk dioperasi namun pihak keluarga lebih memilih untuk

melakukan pengobatan ke tukang urut. Pasien mengatakan panjang

ekstremitas bawah kiri dan kanan berbeda lebih dari 4 cm.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah merasakan keluhan yang seperti ini sebelumnya.

Penyakit asma, hipertensi dan DM disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat penyakit asma, hipertensi dan DM disangkal.

3

Page 4: Neglected Fracture

Riwayat Pengobatan :

Pasien melakukan pengobatan di tukang ururt. Pasien tidak mengkonsumsi

obat-obatan tertentu.

Riwayat Operasi :

Pasien belum pernah dioperasi.

Riwayat Alergi :

Alergi obat dan makanan disangkal

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum / Kesadaran : Tampak sakit sedang / Compos Mentis

Tanda Vital :

- TD : 130/90 mmHg - Nadi : 84 kali/menit

- Suhu : 36,8°C - RR : 20 kali/menit

Status Generalis

Kepala : Mesocephal

Mata : Pupil isokor kanan dan kiri, konjungtiva anemis -/-, sclera

ikterik -/-

Mulut : Bibir kering, pucat, sianosis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks :

- Jantung : BJ I & II reguler, gallop (-), murmur (-)

- Pulmo : Suara dasar vesikuler, wheezing (-), rhonchi (-)

Abdomen : Bising usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas :

- Atas : akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik

- Bawah : terdapat bebat pada kaki kanan. Akral hangat, edema (-),

CRT < 2 detik

4

Page 5: Neglected Fracture

D. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal : 03-09-2015

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Darah Rutin

Hb 14.2 12-16 g/dL

Leukosit 7.37 4-10 103/uL

Eritrosit 4.60 4.7-6.1 106/uL

Hematokrit 42.0 42-52 %

MCV 91.3 82.0-92.0 fL

MCH 30.9 >= 27 pg

MCHC 33.8 32-36 g/dL

RDW 13.2 11.5-14.5 %

Tombosit 231 150-400 103/uL

PDW 10.5 9.0-13.0 fL

MPV 8.9 7.2-11.1 fL

Limfosit% 25.4 25-40 %

Monosit% 7.6 2-8 %

Neutrophil% 62.4 50-70 %

Eosinophyl % 4.2 2-4 %

Basophyl% 0.4 0-1 %

Gol. Darah O

W. Pembekuan 5’

W. Pendarahan 2’

SGOT 21 0-35 UI

SGPT 17 0-45 mg%

Ureum 17 15-45 mg%

Kreatinin 1.2 0.6-1.3 mg%

BSS 149 <140 mg%

Pemeriksaan X-Ray 5

Page 6: Neglected Fracture

Foto Femur dextra (02-09-2015)

Ekspertisi : non union fraktur os femur kanan 1/3 distal.

Genu dextra AP – lateral (28-8-2015)

Ekspertisi :

- Old fracture os femur pars sepertiga distal, aposisi dan alignment kurang

- Osteoporosis

- Osteoarthritis genu dextra

E. Diagnosis Kerja

6

Page 7: Neglected Fracture

Non Union Fraktur Femur Dextra + Osteoporosis

F. Rencana Tindakan

1. ORIF

2. Traksi skelet

G. Prognosis

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

Quo ad Functionam : dubia

BAB III

7

Page 8: Neglected Fracture

TINJAUAN PUSTAKA

III.1. Fraktur

III.1.1 Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

III.1.2 Klasifikasi

Fraktur dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang

dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.

Derajat Deskripsi Luka0 Fraktur sederhana tanpa/disertai dengan sedikit kerusakan jaringan

lunak1 Fraktur disertai dengan abrasi superfisial atau luka memar pada

kulit dan jaringan subkutan2 Fraktur yang lebih berat dibandingkan derajat 1 yang disertai

dengan kontusio dan pembengkakan jaringan lunak3 Fraktur berat yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang

nyata dan terdapat ancaman terjadinya sindrom kompartemen.

Derajat Deskripsi Luka

I

Laserasi < 1 cm

Kerusakan jaringan tidak berarti

Luka relatif bersih

II

Laserasi > 1 cm

Tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi

Ada kontaminasi

III

Luka lebar dan rusak hebat, atau hilangnya jaringan di sekitarnya

Kontaminasi hebat

Derajat IIIA : tulang yang fraktur masih ditutupi oleh jaringan lunak

Derajat IIIB : terdapat periosteal stripping yang luas dan penutupan luka dilakukan dengan flap lokal atau flap jauh

Derajat IIIC : fraktur disertai kerusakan pembuluh darah

Tabel 2. Derajat fraktur terbuka menurut klasifikasi Gustilo dan Anderson.8

Tabel 1. Derajat fraktur tertutup menurut Tscherne

Page 9: Neglected Fracture

Fraktur juga dapat dibagi menurut garis frakturnya, misalnya fisura,

fraktur oblique, fraktur transversal, fraktur kominutif, fraktur segmental, fraktur

greenstick dan lain-lain.

Gambar 1. Klasifikasi fraktur berdasarkan garis fraktur

III.1.3 Proses Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan patah tulang atau fraktur adalah proses biologis

alami yang akan terjadi pada setiap fraktur, tidak peduli apa yang telah dikerjakan

dokter pada patahan tulang tersebut.

Pada permulaan akan terjadi perdarahan oleh terputusnya pembuluh darah

pada tulang dan periost. Fase ini disebut fase hematoma. Hematom ini kemudian

akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan vaskuler hingga

hematom berubah menjadi jaringan fibrosis dengan kapiler di dalamnya. Jaringan

ini yang menyebabkan fragmen tulang saling menempel. Fase ini disebut fase

jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patahan tulang tersebut

dinamakan kalus fibrosa. Ke dalam hematom dan jaringan fibrosis ini kemudian

juga tumbuh sel jaringan mesenkim yang bersifat osteogenik. Sel ini akan

berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid yang merupakan

bahan dasar tulang rawan, sedangkan di tempat yang jauh dari patahan tulang

9

Page 10: Neglected Fracture

yang vaskularisasinya relatif banyak, sel ini berubah menjadi osteoblast dan

membentuk osteoid yang merupakan bahan dasar tulang. Kondroid dan osteoid

ini mula-mula tidak mengandung kalsium sehingga tidak terlihat pada foto

Rontgen. Pada tahap selnajutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya

ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang. Pada foto Rontgen,

proses ini terlihat seperti bayangan radio-opak, tetapi bayangan garis patah tulang

masih terlihat. Fase ini disebut fase penyatuan klinis. Selanjutnya, terjadi

pergantian sel tulang secara berangsur-angsur oleh sel tulang yang mengatur diri

sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yang bekerja pada tulang.

Akhirnya sel tulang ini mengatur diri secara lamelar seperti sel tulang

normal. Kekuatan kalus ini sama dengan kekuatan tulang biasa dan fase ini

disebut fase konsolidasi.

III.2. Fraktur Femur

III.2.1 Definsi

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat

disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti

degenerasi tulang /osteoporosis.

10

Gambar 2. Proses penyembuhan fraktur

Page 11: Neglected Fracture

III.2.2 Anatomi Femur

Femur adalah tulang terpanjang dan terberat dari tubuh. Femur terdiri dari

bagian proksimal, corpus dan distal. Bagian proksimal femur terdiri dari caput,

collum, trochanter major dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih

kurang dua per tiga bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae

membentuk articulatio coxae. Caput femur dilapisi oleh kartilago articular kecuali

bagian medial yang diganti dengan cekungan/fovea yang merupakan tempat

perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk kaput femoris

dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea. Diantara

trochanter major dan minor terdapat linea intertrochanterica. Collum femur

berbentuk trapezoidal.

Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia

licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya

terdapat rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.

Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai krista suprakondilaris medialis menuju

tuberkulum adduktorum pada condylus medialis. Tepian lateral menyatu ke

bawah dengan krista suprakondylaris lateralis. Pada permukaan posterior batang

femur, di bawah trokanter mayor terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah

berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan

membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia

poplitea.

Bagian distal femur terbagi menjadi dua oleh lengkungan spiral menjadi

condylus medial dan lateral. Condilus femoral ini membentuk sendi dengan

condilus tibia dan disebut articulation genu.

Vaskularisasi femur berasal dari arteria iliaka komunis kanan dan kiri.

Saat arteri ini memasuki daerah femur maka disebut sebagai arteri femoralis.

Tiap-tiap arteri femoralis kanan dan kiri akan bercabang menjadi arteri profunda

femoris, rami arteria sirkumfleksia femoris lateralis asenden, rami arteria

sirkumfleksia femoris lateralis desenden, arteri sirkumfleksia femoris medialis

dan arteria perforantes. Perpanjangan dari arteri femoralis akan membentuk arteri

yang memperdarahi daerah genus dan ekstremitas inferior yang lebih distal.

11

Page 12: Neglected Fracture

Aliran balik darah menuju jantung dari bagian femur dibawa oleh vena femoralis

kanan dan kiri.

12

Gambar 3. Anatomi Femur

Page 13: Neglected Fracture

III.2.3 Epidemiologi

Fraktur femur biasanya diklasifikasikan berdasarkan lokasi yaitu

subtrochanter, batang femur (sepertiga proximal, sepertiga medial dan sepertiga

distal), supracondilar dan fisis femur distal. Kebanyakan fraktur terjadi pada

sepertiga media. Menurut Hinton et al, fraktur batang femur pada anak-anak

mencapai 19.15 per 100.000 kasus per tahunnya. Dengan usia puncak pada 2

tahun dan 17 tahun. Pria memiliki ratio lebih besar dibandingkan wanita pada

setiap usia dan kulit hitam memiliki ratio yang lebih besar dibandingkan kulit

putih.

III.2.4 Etiologi

Penyebab dari fraktur femur disebabkan oleh trauma, keadaan patologi dan kelelahan atau stress fraktur.

- Trauma

Trauma akibat tertabrak dengan kendaraan

Olahraga (adanya kontak dengan kecepatan tinggi atau kecelakaan

olahraga dengan trauma langsung seperti ski, sepak bola, hoki).

Jatuh

Luka tembak

13

Gambar 3. Vaskularisasi Femur

Page 14: Neglected Fracture

- Keadaan patologik Penyakit metabolik tulang

Tumor primer tulang

Metastasis tumor

Infeksi

Penggunaan biphosphonate berkepanjangan

-Stress fraktur

Dampak gerakan repetitif seperti berlari (jogging) dan melompat

Amenorrhea atau oligomenorrhea pada pelari wanita

Latihan yang tidak tepat

Pemakaian alas kaki yang tidak tepat

III.2.5 Gambaran Klinis

Gambaran klinis pada pasien yang mengalami fraktur femur yaitu nyeri

hebat ditempat fraktur dan tidak dapat menggerakkan ekstremitas bawah.

Melalui pemeriksaan fisik, didapatkan tanda berupa nyeri tekan dan

deformitas. Ekstremitas mungkin terlihat memendek dan adanya krepitasi yang

dirasakan saat pergerakan. Terjadi pembengkakan dikarenakan hematom. Akibat

banyaknya pembuluh darah yang memperdarahi otot di femur, fraktur diafisis

berkaitan dengan kehilangan darah yang signifikan (1 L atau lebih) dan hal ini

menyebabkan takikardi dan hipotensi. Tes fungsi neurologi distal pada

pemeriksaan fisik sulit dinilai karena adanya nyeri yang berkaitan dengan fraktur.

Cedera saraf jarang terjadi karena terlindungi oleh otot.

III.2.6 Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan tekanan, namun apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar

dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang

mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi

fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan

jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena

kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan

tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami

14

Page 15: Neglected Fracture

nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan

vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini

merupakan dasar penyembuhan tulang.

III.2.7 Diagnosis

- Anamnesis

Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma

harus diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan

trauma, arah trauma, dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan

(mekanisme trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat

lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut (Mansjoer,

2000).

- Pemeriksaan Umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur

multipel, fraktur pelvis, fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur

terbuka yang mengalami infeksi

- Pemeriksaan Fisik

Menurut Rusdijas (2007), pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk

fraktur adalah:

Look (inspeksi): bengkak, deformitas, kelainan bentuk.

Feel/palpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur.

Movement/gerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi.

- Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang penting untuk dilakukan adalah

“pencitraan” menggunakan sinar Rontgen (X-ray) untuk mendapatkan

gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang, oleh karena itu

minimal diperlukan 2 proyeksi yaitu antero posterior (AP) atau AP lateral.

Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) atau

indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari, karena adanya

superposisi. Untuk fraktur baru indikasi X-ray adalah untuk melihat jenis

15

Page 16: Neglected Fracture

dan kedudukan fraktur dan karenanya perlu tampak seluruh bagian tulang

(kedua ujung persendian).

III.2.8 Terapi

Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari

patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar

tulang tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan

waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu

yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi

(Corwin, 2010).

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk

melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan

(breathing), dan sirkulasi (circulating), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah

dinyatakan tidak ada masalah lagi , baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik

secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk

mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam , bila

lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian, lakukan foto

radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan

mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain

memudahkan proses pembuatan foto.

Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam waktu

sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai

banyak kerugian karena waktu berbaring lebih lama, meski pun merupakan

penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini

banyak dilakukan pada orang dewasa.

Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat

dimobilisasi dengan salah satu cara dibawah ini:

Traksi

Beberapa tulang, misalnya femur mempunyai otot yang kuat sehingga

diperlukan reposisi sekaligus imobilisasi dengan traksi. Tujuan traksi adalah

untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk

memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi dapat 16

Page 17: Neglected Fracture

berupa traksi kulit atau traksi tulang. Setiap traksi harus disertai

kontraktraksi. Kontratraksi biasanya dengan berat badan pasien itu sendiri,

yaitu dengan cara meninggikan bagian ekstremitas yang di traksi.

Traksi kulit biasanya menggunakan plester yang direkatkan sepanjang

ekstremitas yang kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali

untuk ditarik. Penarikan biasanya dilaksanakan dengan katrol dan beban.

Beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh melebihi lima kilogram karena bila

lebih, kulit dapat mengalami nekrosis akibat tarikan karena iskemia kulit.

Pada kulit yang tipis, beban bahkan lebih kecil lagi dan pada orang tua tidak

boleh dilakukan traksi kulit.

Traksi skelet dilaksanakan dengan pin Steinmann atau kawat Kirschner

yang lebih halus yang biasanya disebut kawat K yang ditusukkan pada tulang,

kemudian pin tersebut ditarik dengan tali, katrol dan beban. Pin Steinmann

dapat ditusukkan pada femur suprakondiler atau pada bagian proksimal tibia

pada patah tulang femur. Traksi untuk reposisi patah tulang femur dewasa

biasanya 5-7 kg, pada dislokasi lama panggul bisa sampai 15-20 kg.

Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skelet, bergantung pada

tujuan traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanyahanya beberapa

hari, sedangkan traksi untuk reposisi beserta imobilisasi lamanya sesuai

dengan lama terjadinya kalus fibrosa. Setelah terjadi kalus fibrosa,

ekstremitas dimobilisasi dengan gips.

Fiksasi interna

Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan

piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna

merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang

disertai komplikasi (Djuwantoro, 1997).

Indikasi fiksasi interna :

- Tidak dapat direposisi kecuali melalui operasi

- Fraktur tidak stabil dan cenderung displaced setelah reposisi (fraktur mid-

shaft antebrachii, fraktur ankle)

- Fraktur yang berlawanan posisi dengan gerak otot (fraktur transversal

patella, fraktur transversa olecranon)

17

Page 18: Neglected Fracture

- Fraktur yang memiliki waktu penyatuan yang lama dan sulit menyatu

(fraktur collum femoris)

- Fraktur patologis (penyembuhan tulang akan menghambat penyembuhan)

- Fraktur multiple dimana fiksasi segera (internal fiksasi dan eksternal

fiksasi) dapat menurunkan risiko komplikasi umum dan multi organ

failure

- Fraktur pada penderita dengan asuhan keperawatan sulit (paraplegia,

pasien geriatri).

Pembidaian

Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/

trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian

tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu

benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

Pemasangan Gips atau Operasi Dengan ORIF

Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk

membungkus secara keras daerah yang mengalami patah tulang. Pemasangan

gips bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak

bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara

mengimobilisasi tulang yang patah tersebut.

18

Page 19: Neglected Fracture

III.3 Neglected Fraktur

Neglected fraktur adalah yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering

terjadi akibat penanganan fraktur pada extremitas yang salah oleh bone setter.

Umumnya terjadi pada yang berpendidikan dan berstatus sosioekonomi yang

rendah. Neglected fraktur dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu:

Derajat 1 : fraktur yang telah terjadi antara 3 hari -3 minggu

Derajat 2 : fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu -3 bulan

Derajat 3 : fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan ± 1 tahun

Derajat 4 : fraktur yang telah terjadi lebih dari satu tahun.

19

Page 20: Neglected Fracture

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan pincang pada ekstremitas bawah kanan.

Keluhan ini sudah dirasakan selama 4 tahun terakhir. Pasien mengatakan 4 tahun

yang lalu mengalami kecelakaan yaitu tertabrak motor. Sebelumnya pasien sudah

memeriksakan diri ke RS dan disarankan untuk dioperasi namun pihak keluarga

lebih memilih untuk melakukan pengobatan ke tukang urut. Pasien mengatakan

panjang ektremitas bawah kiri dan kanan berbeda lebih dari 4 cm.

Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma berupa kecelakaan yang

menyebabkan pasien mengalami fraktur femur 1/3 distal, namun pasien tidak

menjalani pengobatan secara medis dan malah pergi ke tukang urut. Pasien

mengatakan pada ekstremitas bawah kanan pasien lebih pendek beberapa

sentimeter dibandingkan dengan ekstremitas bawah kiri pasien, hal ini

menandakan adanya suatu deformitas. Berdasarkan referensi pada pembahasan

sebelumnya maka kasus ini memenuhi kriteria neglected fraktur derajat 4 yakni

fraktur yang terjadi lebih dari satu tahun.

Pada pasien dilakukan pemeriksaan fisik pada ekstremitas bawah kanan

dan didapatkan hasil adanya pemendekan. Kemudian pada pasien juga dilakukan

pemeriksaan foto rontgen pada ekstremitas bawah kanannya (femur dan genu),

dan didapatkan hasil adanya non union fraktur os femur kanan 1/3 distal dengan

aposisi dan alignment yang kurang baik, osteoporosis dan adanya osteoarthritis

genu dextra. Hal ini terjadi karena pasien hanya berobat ke dukun tulang tanpa

dilakukan reposisi terlebih dahulu pada ektremitas bawah kanannya.

Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan pada pasien terjadi fraktur yang

terjadi 4 tahun yang lalu, adanya diagnosis fraktur diambil dari anamnesis dan

pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang menunjukkan penyatuan

tulang yang tidak baik/tidak menyatu seperti seharusnya pada femur kanan (non

union), dengan aposisi dan alignment yang kurang baik sehingga ektremitas

bawah kanan pasien terlihat lebih pendek lebih dari 4 cm dibandingkan

ekstremitas bawah kiri.

20

Page 21: Neglected Fracture

Pada pasien ditegakkan diagnosis non union fraktur neglected femur

dextra 1/3 distal dengan osteoporosis dan osteoarthritis genu dextra. Pada kasus

ini terjadi nonunion disebabkan oleh reduksi dan imobilisasi yang tidak adekuat.

Penatalaksanaan pada pasien yaitu dilakukan traksi, yaitu traksi skelet. Hal

ini dilakukan untuk meminimalisir perbedaan panjang antara ekstremitas bawah

kiri dan ekstremitas bawah kanan dan juga untuk memudahkan dilakukannya

reposisi. Baru kemudian dilakukan ORIF (open reduction and internal fixcation)

pada ekstremitas bawah kanan pasien. Diharapkan nantinya tulang pasien dapat

menyatu lebih baik dari yang sebelumnya, panjang ekstremitas bawah kanan dan

kiri tidak begitu jauh sehingga keluhan pincang pada pasien dapat berkurang dan

dapat digunakan atau difungsikan sebagaimana mestinya.

21

Page 22: Neglected Fracture

DAFTAR PUSTAKA

1. Romeo, Nicholas. 2015. Femur Injuries and Fracture. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/90779-overview

2. Sjamsuhidayat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta :

EGC; 2010.

3. Orthopaedic Trauma Association. 2011. Femur Shaft Fractures (Broken

Thighbone). Available at : http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?

topic=A00521

4. Orthopaedic Trauma Association. 2011. Distal Femur (Thighbone)

Fractures of the Knee. Available at : http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?

topic=A00526

5. Apley GA, Solomon L. Buku Ajar Ortophedi dan Fraktur sistem apley .

Edisi ke 9. Jakarta Widia Medika; 2010.

22