21
BAB I PENGERTIAN NEFROLITIASIS Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu : Nefrolitiasis adalah adanya batu/kalkulus dalam parenkim ginjal, sedangka nurolitiasis adalah adanya batu/kalkulus dalam sistem urinarius.Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asamurat meningkat. Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk didalam ginjal (parenkim ginjal) oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalamurine. Urolitiasis merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak 60%kandungan batu ginjal terdiri atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium,dan fosfat atau gelembung asam amino. Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus (batu ginjal).

nefrolitiasis radiolog

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nefrolitiasis radiolog

Citation preview

Page 1: nefrolitiasis radiolog

BAB I

PENGERTIAN NEFROLITIASIS

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu : Nefrolitiasis adalah adanya batu/kalkulus

dalam parenkim ginjal, sedangka nurolitiasis adalah adanya batu/kalkulus dalam sistem

urinarius.Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari

traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan

asamurat meningkat. Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk

didalam ginjal (parenkim ginjal) oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalamurine. Urolitiasis

merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak 60%kandungan batu ginjal terdiri

atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium,dan fosfat atau gelembung asam amino.

Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan

kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus (batu

ginjal).

Page 2: nefrolitiasis radiolog

ETIOLOGI

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,

gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih

belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah

terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu

keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal

dari lingkungan di sekitarnya.

1. Faktor intrinsik antara lain :

Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan

dengan pasien perempuan

2. Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran

kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah

stonebelt.

Iklim dan temperatur

Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air

yang dikonsumsi.

Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.

Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak

duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

ANATOMI FISIOLIGI

a. Ginjal

Menurut Mary Baradero (2008:2) ginjal terletak dibelakang peritoneum parietal

(retro-peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga terdapat pada kedua sisi

aorta abdominal dan vena kava inferior. Hepar menekan ginjal ke bawah sehingga ginjal

kanan lebih rendah daripada ginjal kiri. Ukuran setiap ginjal orang dewasa adalah panjang

10 cm, 5,5 cm pada sisi lebar, dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal

berkisar 150 g (Arif Muttaqin, 2011:3). Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut

Page 3: nefrolitiasis radiolog

kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua (Syaifuddin, 2006:237).

Tarwoto (2009:314) menjelaskan ginjal disokong oleh jaringan adipose dan jaringan

penyokong yang disebut fasia gerota serta di bungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna

untuk mempertahankan ginjal, pembuluh darah, dan kelenjar adrenal terhadap adanya

trauma.

Satuan unit fungsional ginjal adalah nefron. Setiap ginjal memiliki satu juta

nefron. Terdapat dua macam nefron, yaitu kortikal dan juksta medular. Delapan puluh

lima persen dari semua nefron terdiri atas nefron kortikal, sedangkan 15% terdiri atas

nefron jukstamedular. Kedua macam nefron ini diberi nama sesuai dengan letak

glomerulinya dalam renal parenkim. Nefron kortikal berperan dalam konsentarsi dan

difusi urine. Struktur urine yang berkaitan dengan proses pembentukan urine adalah

korpus, tubulus renal, tubulus koligentes. Korpus ginjal terdiri dari glomerulus dan

kapsula bowman yang membentuk ultrafiltrat dari darah. Tubulus renal terdiri atas tubulus

kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Ketiga tubulus renal ini

berfungsi dalam reabsorpsi dan sekresi dengan mengubah volume dan komposisi

ultrafiltrat sehingga terbentuk produk akhir, yaitu urine (Mary Baradero, 2008:5). Nefron

jukstamedular adalah nefron yang terletak di korteks renal sebelah dalam dekat medulla

(Arif Muttaqin, 2011:5).

b. Bagian – Bagian dalam Ginjal

Menurut Tarwoto (2009:314) ginjal terdiri dari 3 area yaitu:

1) Korteks

Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah fibrosa sampai dengan

lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1 juta.

Semua glomerulus berada di korteks dan 90% aliran darah menuju korteks.

2) Medula

Medulla terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut pyramid

ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.

3) Pelvis

Pelvis merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian bergabung

menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kaliks minor bergabung menjadi kaliks

mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelvis ginjal yang

berhubungan dengan ureter bagian proksimal.

Page 4: nefrolitiasis radiolog

c. Fungsi Ginjal :

Menurut Syaifuddin (2006:237) ginjal memilki beberapa fungsi, yaitu:

1) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan di

ekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar,

kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang

dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat

dipertahankan relative normal.

2) Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion yang

optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi

pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang

berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan

meningkatkan/mengurangi ekskresi ion-ion yang penting (misalnya Na, K, Cl, dan

fosfat).

3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Menurut Tarwoto (2009:318)

Pengendalian asam basa oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urin yang urin atau

basa, melalui pengeluaran ion hydrogen atau bikarbonat dalam urin.

4) Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan,

hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).

5) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin yang

berperan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldosteron),

membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses

pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).

d. Aliran darah di Ginjal dan Persarafan Ginjal

Menurut Arif Muttaqin (2011:6) ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah per menit

atau 21 % dari curah jantung. Aliran darah yang sangat besar ini tidak ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat secara terus-menerus

menyesuaikan komposisi darah. Dengan menyesuaikan komposisi darah, memastikan

keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat, dan pH serta membuang produk-

produk metabolisme urea.

Syaifuddin (2006:239) menjelaskan ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis

yang mempunyai percabangan arteria renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan.

Arteria renalis bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri arkuata.

Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk

Page 5: nefrolitiasis radiolog

gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang

disebut simpai bowman. Disini terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang

meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis mauk ke vena kava

inferior.

e. Persyarafan Ginjal

Menurut Syaifuddin (2006:240) ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis

(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam

ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Diatas

ginjal ini terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan sebuah kelenjar buntu

yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormon kortison.

f. Proses Pembentukan Urin

Menurut Syaifuddin (2006:239) ada 3 tahap dalam pembentukan urine, yaitu :

1) Proses filtrasi

Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena aferen lebih besar dari permukaan

eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan bagian yang tersaring adalah

bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai

bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll, yang

diteruskan ke tubulus ginjal.

2) Proses reabsorpsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida,

fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan

obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian

bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan

diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif

dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

3) Proses sekresi

Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala

ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.

Page 6: nefrolitiasis radiolog

g. Ureter

Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan

urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih (Arif Muttaqin, 2011:17). Panjangnya

25-30 cm dengan diameter 6mm. berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke 2

(Tarwoto, 2009:323).

Menurut Syaifuddin (2006:241) lapisan dinding ureter terdiri dari :

1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

2) Lapisan tengah lapisan otot polos

3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi otot

polos yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong mengeluarkan sumbatan tersebut

dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara

berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter (Arif Muttaqin, 2011:17).

Menurut Arif Muttaqin (2011:17) kedua ureter merupakan kelanjutan dari pelvis ginjal

dan membawa urine ke dalam kandung kemih, khususnya ke area yang disebut trigon.

Trigon adalah area segitiga yang terdiri atas lapisan membran mukus yang dapat berfungsi

sebagai katup untuk menghindari refluks urine ke dalam ureter ketika kandung kemih

berkontraksi (Mary Baradero, 2008:5). Ureter memasuki kandung kemih menembus otot

detrusor di daerah trigonum kandung kemih. Normalnya ureter berjalan secara oblique

sepanjang beberapa sentimeter menembus kandung kemih yang disebut dengan ureter

intramural.

h. Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )

Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian

mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi/berkemih (Arif Muttaqin,

2011:18).

Menurut Tarwoto (2009:325) kapasitas maksimum kandung kemih pada oran

dewasa sekitar 300-450 ml, dan anak-anak antara 50-200 ml. Pada laki-laki kandung

kemih berada dibelakang simpisis pubis dan didepan rektum, pada wanita kandung kemih

berada dibawah uterus dan didepan vagina. Pada keadaan penuh akan memberikan

rangsangan pada saraf aferen ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi otot detrusor yang

mendorong terbukanya leher kandung kemih, sehingga terjadi proses miksi. Fungsi utama

dari ginjal adalah menampung urin dari ureter dan kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan jaringan, yaitu:

Page 7: nefrolitiasis radiolog

(1). Lapisan paling dalam adalah mukosa yang menghasilkan mukus.

(2). Lapisan submukosa adalah lapisan otot polos yang satu sama lain membentuk

sudut disebut otot detrusor.

(3). Lapisan paling luar adalah serosa.

i. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang

berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Uretra pada pria panjang uretra ± 20 cm,

sedangkan pada perempuan panjangnya ± 3-4 cm (Syaifuddin, 2006:246). Perbedaan

panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering

terjadi pada pria. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada

perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada

perbatasan uretra anterior dan posterior (Arif Muttaqin, 2011:20). Adanya sfingter uretra

interna yang dikontrol secara involunter memungkinkan pengeluaran urine dapat

dikontrol. Pada pria saluran ini juga berfungsi sebagai tempat menyalurkan air mani

(Tarwoto,2009:327).

j. Proses Berkemih

Menurut Tarwoto (2009:326) urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1 ml/menit,

tetapi dapat bervariasi antara 0,5-20 ml/menit. Aktivitas saraf parasimpatis meningkatkan

frekwensi peristaltik dan stimulasi simpatis menurunkan frekwensi. Banyaknya aliran

urine pada uretra di pengaruhi oleh adanya obstruksi Karena konstriksi ureter dan juga

kontriksi arterior afferen yang berakibat pada penurunan produksi urine, demikian juga

pada adanya obstruksi ureter karena batu.

Kandung kemih dipersarafi oleh saraf dari pelvis , baik sensorik maupun motorik.

Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi dari otot detrusor. Normalnya

spinter interna pada leher kandung kemih berkontraksi. Sedangkan spinter eksterna

dikontrol berdasarkan kesadaran (volunter), dipersarafi oleh nervus pudendal yang

merupakan serat saraf somatik.

Page 8: nefrolitiasis radiolog

GAMBARAN KLINIS

Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :

a. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu

berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang

rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costovertebral.

b. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya

trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik

c. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal

serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.

d. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran

kemih: demam dan menggigil.

e. Gejala gastrointestinal, meliputi:

1) Mual

2) Muntah

3) Diare

KOMPLIKASI

Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari batu nefrolitiasis adalah:

a. Sumbatan: akibat pecahan batu

b. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan

pengangkatan batu ginjal

d. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007:727).

TEST DIAGNOSTIK

Ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :

a. Urin

1) PH lebih dari 7,6

2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%

3) Biakan urin

4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

Page 9: nefrolitiasis radiolog

b. Darah

1) Hb turun

2) Leukositosis

3) Urium kreatinin

4) Kalsium, fosfor, asam urat

c. Radiologi

1) Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu

2) USG abdomen

3) PIV (Pielografi Intravena)

4) Sistoskpi

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:

a. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat

dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi

simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum

yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5 –

10 mg/hr.

b. Terapi mekanik (Litotripsi)

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk

membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut

nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah

ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan

memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.

c. Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut).

Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian

saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan

jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga

dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk

memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:

Page 10: nefrolitiasis radiolog

1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal

2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal

3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter

4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih

RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :

a) Riwayat penyakit sekarang.

Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang

mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.

b) Riwayat penyakit dahulu.

Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. Menurut

Kartika S. W. (2013:137) kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga,

penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit bedah usus halus,

bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti

hipertensi, natrium, bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan

kalsium atau vitamin D.

c) Riwayat penyakit keluarga.

Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang

tua.

d) Riwayat Psikososial

Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara

umum. Menurut Arif Muttaqin (2011:112) pengkajian psikologis pasien meliputi

beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang

jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan

pemerikasaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang

menentukan tingkat perlunya pengkajian psikososialspiritual yang seksama.

PEMERIKSAAN

Pada pemeriksaan fokus nefrolitiasis didapatkan adanya perubahan TTV sekunder

dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.

Page 11: nefrolitiasis radiolog

a. Inspeksi

Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine,

dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan

muntah.

b. Palpasi

Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa kasus dapat

teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.

c. Perkusi

Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada

sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal

dan atau insisi bedah

b. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh

batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi (Kartika S. W.,

2013:189).

c. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik (Arif Muttaqin, 2011:116).

d. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

e. Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan

pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya informasi (Mary Baradero,

2008:65).

INTERVENSI

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal

dan atau insisi bedah (Susan M. T., 2007:727).

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : Rasa nyeri teratasi, menunjukkan fostur rileks.

Page 12: nefrolitiasis radiolog

Intervensi :

1) Kaji dan dokumentasikan tipe, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.

Rasional : Laporan mengenai nyeri yang hebat mengindikasikan

terjadi sumbatan kalkulus/batu atau obstruksi aliran urine.

2) Laporan mengenai pengurangan nyeri yang mendadak.

Rasional : Mengindiksikan bahwa batu telah berpindah ke saluran

yang sempit.

3) Laporan mengenai nyeri yang menyerupai nyeri yang berupa kolik

renal.

Rasional : Kolik mengindikasikan pergerakan kalkulus.

4) Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang

nyeri.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan rileks

5) Ajarkan teknik relaksasi/distraksi

Rasional : mengurangi ketegangan dan kecemasan karena nyeri.

6) Berikan obat anti nyeri/analgesik

Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri

b. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh

batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi (Kartika S. W.,

2013:189).

Tujuan : Perubahan eliminasi urine teratasi

Kriteria hasil : Haematuria tidak ada, Piuria tidak terjadi, rasa terbakar

tidak ada, dorongan ingin berkemih terus berkurang.

Intervensi :

1) Awasi pengeluaran atau pengeluaran urine.

Rasional : Evaluasi fungsi ginjal dengan memperhatikan tanda-

tanda komplikasi misalnya infeksi, atau perdarahan.

2) Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi.

Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang

menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.

3) Dorong meningkatkan pemasukan cairan.

Rasional : Segera membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat

membantu lewatnya batu.

Page 13: nefrolitiasis radiolog

4) Awasi pemeriksaan laboratorium.

Rasional :Peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit

mengindikasikan disfungsi ginjal.

c. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik (Arif Muttaqin, 2011:116).

Tujuan : Asupan klien terpenuhi.

Kriteria hasil : Klien mempertahankan status asupan nutrisi yang

adekuat, pernyataan kuat untuk memenuhi kebutuhan

nutrisinya.

Intervensi :

1) Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan

berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat

mual/muntah dan diare.

Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk

menetapkan pilihan intervensi.

2) Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai

indikasi) atau dengan makan sedikit tapi sering.

Rasional : Memperhitungkan keinginan individu dapat

memperbaiki nutrisi.

3) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan,

serta sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan oral.

Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan atau bau

obat yang dapat merangsang pusat muntah.

4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis

diet yang tepat.

Rasional : Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang

adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori

sehubungan dengan status hipermetabolik.

5) Kolaborasi untuk pemberian anti muntah

Rasional : Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan

meningkatkan kemauan asupan nutrisi dan cairan peroral.

Page 14: nefrolitiasis radiolog

Grace, Pierce. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.

Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.

Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.

Jakarta : Salemba Medika.

Purnomo, Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto