Naskah Publikasi perbandingan tingkat kecerahan kulit wajah menggunakan vitamin C sediaan oral dan topikal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skin vitamin C

Citation preview

THE COMPARISON OF SKIN BRIGHTNESS LEVELS ON FACE BY USING ORAL AND TOPICAL VITAMIN CSiti Fatkhiyyatur Rohmah1, Siti Aminah TSE21Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKIK UMYABSTRACTNowadays, the public is growing more consumtive and selective to using a skin brightness cosmetics materials. One of skin brightness cosmetic that used by the public is a cosmetics with vitamin C containing. Based on that issue, the purpose of this research is to determine the diffecerences of the effectivity between using the Vitamin C by oral and topical speciments to brighten the skin of face.This study use an experimental research design with comparison or control. The subjects of this study were 26 students of the medical faculty of University Muhammadiyah Yogyakarta. The subject of oral vitamin C is 13 students and the subjects of topical vitamin C is 13 students. The independent variable in this study is the vitamin C dosage of oral and topical, while the dependent variable is the brightness level of the skin. This measurement is done by measuring the brightness of the skin before and after given the vitamin C by oral and topical use Skin Analyzer tool. The giving of oral and topical vitamin C were observed for 30 days.The data was analyzed by using Independent Sample Test, and the results based on p correlation is 0.658 or p > 0.05 which mean there is no significant difference of effectivity between using the vitamin C Oral and Topical speciments.This study showed there is no difference between the using of vitamin C effective Oral and Topical speciments.

Keywords: Vitamin C, Skin Brightness, oral, topical.

PERBANDINGAN TINGKAT KECERAHAN KULIT WAJAH PADA PENGGUNAAN VITAMIN C DENGAN SEDIAAN ORAL DAN TOPIKALSiti Fatkhiyyatur Rohmah1, Siti Aminah TSE21Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKIK UMY

INTISARIDewasa ini, masyarakat semakin konsumtif dan selektif terhadap pemilihan bahan kosmetika pencerah kulit. Salah satu kosmetika pencerah kulit yang digunakan oleh masyarakat adalah kosmetika yang mengandung vitamin C. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektifitas penggunaan vitamin C dengan bentuk sediaan oral dan topikal dalam mencerahkan kulit wajah.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan pembanding atau kontrol. Subyek penelitian ini adalah 26 mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Subjek vitamin C oral 13 mahasiswa dan subjek vitamin C topikal 13 mahasiswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah vitamin C sediaan oral dan topikal, sedangkan variabel tergantungnya adalah tingkat kecerahan kulit. Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur tingkat kecerahan kulit sebelum dan sesudah di berikan vitamin C oral dan topikal menggunakan alat Skin Analyzer. Pemberian vitamin C oral dan topikal diamati selama 30 hari.Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Independent Sample Test, dan hasil perhitungan didapatkan hasil korelasinya p= 0,658 atau p > 0,05 maka tidak adanya perbedaan yang efektif antara penggunaan vitamin C sediaan Oral dan Topikal yang bermakna.Penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang efektif antara penggunaan vitamin C sediaan Oral dan Topikal.

Kata kunci : vitamin C, kecerahan kulit, oral, topikal.

PendahuluanDewasa ini, masyarakat semakin konsumtif dan selektif terhadap pemilihan bahan kosmetika pencerah kulit. Salah satu kosmetika pemutih kulit yang digunakan oleh masyarakat adalah kosmetika yang mengandung vitamin C. Mekanisme aksi vitamin C adalah mengganggu produksi pigmen dengan cara berinteraksi dengan ion tembaga pada tempat kerja tirosinase dan mengurangi dopaquinone.Produk viatmin C topikal yang diperoleh dari buah-buahan dan tumbuhan mungkin saja tidak stabil, sehingga aktivitasnya masih dipertanyakan. Magnesium L-ascorbic acid 2-phosphatase (MAP), derivat vitamin C yang stabil menunjukkan kemampuan untuk mencerahkan kulit (Marta dan Jorge, 2005). Pada sediaan oral kadar vitamin C dalam aliran darah akan berkurang karena melalui proses metabolisme sistem pencernaan. Pada penggunaan oral, vitamin C mudah diserap secara aktif atau mungkin secara nonaktif (difusi) pada bagian atas usus halus masuk ke peredaran darah melalui vena porta (pembuluh darah besar yang menuju ke hati lalu ke jantung). Rata-rata penyerapan adalah 90% untuk konsumsi 20 s/d 120 mg sehari . Konsumsi tinggi sampai 12 gram (sebagai pil) hanya diserap sebanyak 16% . Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan, konsentrasi tertinggi ada di dalam jaringan adrenal, pituitari dan retina (Almatsier, 2003).Manusia tidak memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesis dari prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri (Padayatti, 2003). Dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui mekanisme transport aktif (Sherwood, 2000).

Sebuah studi tahun 2003 oleh University of Franche-Comte di Perancis dan diterbitkan di Perpustakaan Nasional of Medicine AS dilakukan dalam rangka untuk menentukan dampak dari solusi pencerah kulit, salah satu keuntungan menggunakan vitamin C dalam bentuk serum topikal adalah bahwa lapisan dermis kulit wajah mampu memperlihatkan reaksi spontan dari vitamin C topikal hingga 72 jam setelah aplikasi. Tekstur dan nada kulit dapat menunjukkan perbaikan terlihat setelah hanya beberapa hari. Jika seseorang memiliki kulit sensitif, diharapkan dilakukan pengujian pada area kecil dari kulit dengan vitamin C serum sebelum mengaplikasikannya secara bebas. Efek samping yang paling umum adalah menyengat sedikit pada kulit saat aplikasi. Vitamin C serum tidak harus dikombinasikan dengan produk perawatan kulit yang mengandung peptida tembaga. Ketika akan dilakukan aplikasi vitamin C serum, pengguna harus menyadari bahwa semua produk tidak diciptakan sama. Agar serum menjadi efektif, beberapa faktor yang terlibat karena khasiat serum tergantung dari tingkat keasaman perumusannya. hal ini menjadi dasar rekomendasi bahwa PH kulit wajah harus sekitar 3,5 atau kurang. Agar efektif, solusinya harus mengandung setidaknya 10 % konsentrasi vitamin C, dengan konsentrasi 20 % ideal (1 tetes = 0, 3 0, 5 ml).Pada sediaan oral atau vitamin C dari makanan diserap usus dan masuk ke dalam peredaran darah terutama melalui usus kecil dalam beberapa jam setelah makan. Kadar vitamin C dalam darah hanya sebentar naik karena zat ini segera diambil jaringan dan setiap ada kelebihan segera dikeluarkan melalui ginjal (Suhardjo dan Kusharto, 1989).Vitamin C juga dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke dalam jaringan tubuh. Kelenjar andrenalin mengandung vitamin C yang sangat tinggi. Pada umumnya tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Pada kondisi normal pemberian vitamin C secara berlebihan akan meningkatkan sekresi vitamin C melalui urin, tetapi jika kondisi tubuh buruk sebagian besar vitamin C akan ditahan jaringan tubuh (Winarno, 1984).Asam askrobat dalam tubuh di serap dengan mekanisme transport aktif. Tingkat penyerapan vitamin C pada usus menurun ketika asupan asam askrobat meningkat. Intake vitamin C antara 1 sampai 1,5 gram 50% dapat dicerna, tetapi pada konsumsi lebih dari 12 gram hanya 16% dari vitamin yang diserap. Sebaliknya, asupan kurang dari 20 mg, memiliki tingkat penyerapan 98%. Penyerapan vitamin C lebih baik ketika beberapa individu mengkonsumsi vitamin C,dalam jumlah kurang dari satu gram, diambil sepanjang hari bukan dari satu dosis yang tinggi. 80% - 95% dari vitamin C dalam tubuh didapatkan dalam makanan diserap Selanjutnya, bioavailabilitas pada vitamin C dalam bentuk sintetik dan alami berbeda (Jacob, 1999). Penyerapan vitamin C dapat terganggu oleh sejumlah faktor. Vitamin C dosis besar tunggal yang terlarut pada enzim pencernaan dapat mengarah pada kelebihan Asam amino dalam lumen usus, yang menyebabkan banyak masalah gastrointestinal. Pektin dan seng juga menghambat penyerapan asam askrobat, tetapi mekanisme ini tidak dipahami dengan baik. Demikian juga konsentrasi besi yang tinggi dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan kerusakan oksidatif dan pada penyerapan vitamin C (Jacob, 1999).

Bahan dan CaraPenelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental dengan pembanding atau kontrol. Dengan mengolah dan membandingkan data pengukuran sebelum dan sesudah diberikan vitamin C oral dan topikal.Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY. Karena penelitian menggunakan metode eksperimental, maka jumlah sampel diambil menggunakan rumus pengambilan sampel dan didapatkan jumlah sampel 26 orang.Kriteria inklusi yangdigunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY dengan usia 20-22tahun, Sehat, Tidak ada riwayat sakit ginjal, Tidak ada riwayat sakit liver/kuning dan Tidak ada riwayat alergi.Variabel bebas dari penelitian ini adalah vitamin C dengan sediaan oral dan topikal. Dan variabel tergantungnya adalah tingkat kecerahan kulit.Instrumen dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pengukuran sebelum dan sesudah pemberian vitamin C sediaan oral dan topikal menggunakan alat skin Analyzer.Penelitian dilakukan di laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY dan Skin Care RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama satu bulan.Penelitian dilakukan dengan cara mengambil data angka kecerahan kulit wajah sebelum dilakukan pemberian vitamin C oral dan topikal. Kemudian diberikan vitamin C oral dan topikal selama satu bulan kemudain di ukur lagi tingkat kecerahan kulit wajahnya menggunakan alat skin Analyzer. Hasil pengambilan data tingkat kecerahan kulit wajah dihitung secara statistik menggunakan software statistika pada komputer. Pengolahan hasil dilakukan dengan metode analitik dan uji normalitas Shaphiro Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50. Kemudian dilakukan Uji Paired Sample Test untuk mengetahui ada tidaknya selisih sebelum dan sesudah pemberian vitamin C oral dan topikal. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji Independent Sample Test untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang efektif antara penggunaan vitamin C sediaan Oral dan Topikal.Hasil PenelitianBerdasarkan data hasil pengolahan distribusi data didapatkan distribusi data normal yang dilihat dari jumlah probandus kurang dari 50 maka yang dilihat adalah nilai Shapiro-Wilk. Menunjukan signifikansi >0.05 yang berarti distribusi data normal.Berdasarkan distribusi data tersebut maka dilakukan uji perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan Paired Sample Test.Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna dari sebelum pemberian vitamin C sediaan Oral dan Topikal dan sesudah pemberian vitamin C sediaan Oral dan topikal. Hasil menunjukkan perbedaan bermakna dilihat dari nilai p yang menunjukkan 0,000 atau angka p 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak ada signifikansi yang berarti tidak adanya perbedaan yang efektif antara penggunaan vitamin C sediaan Oral dan Topikal yang bermakna.DiskusiKarya tulis ilmiah ini membahas tentang perbandingan penggunaan vitamin C oral dan vitamin C topikal dalam mencerahkan kulit wajah. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan independent sample test maka didapatkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p > 0,05 (0,658) yang berarti tidak adanya perbedaan yang efektif antara penggunaan vitamin C oral dan vitamin C topikal . Hal tersebut sesuai dengan penelitian Yang Kyu Choi (2010) yang menyebutkan bahwa vitamin C mempunyai efek hypopigmentasi baik vitamin C sediaan oral maupun topikal.Sebuah studi tahun 2003 oleh University of Franche-Comte di Perancis dan diterbitkan di Perpustakaan Nasional of Medicine AS dilakukan dalam rangka untuk menentukan dampak dari solusi pencerah kulit, salah satu keuntungan menggunakan vitamin C dalam bentuk serum topikal adalah bahwa lapisan dermis kulit wajah mampu memperlihatkan reaksi spontan dari vitamin C topikal hingga 72 jam setelah aplikasi. Tekstur dan nada kulit dapat menunjukkan perbaikan terlihat setelah hanya beberapa hari. Jika seseorang memiliki kulit sensitif, diharapkan dilakukan pengujian pada area kecil dari kulit dengan vitamin C serum sebelum mengaplikasikannya secara bebas. Efek samping yang paling umum adalah menyengat sedikit pada kulit saat aplikasi. Vitamin C serum tidak harus dikombinasikan dengan produk perawatan kulit yang mengandung peptida tembaga. Ketika akan dilakukan aplikasi vitamin C serum, pengguna harus menyadari bahwa semua produk tidak diciptakan sama. Agar serum menjadi efektif, beberapa faktor yang terlibat karena khasiat serum tergantung dari tingkat keasaman perumusannya. hal ini menjadi dasar rekomendasi bahwa pH kulit wajah harus sekitar 3,5 atau kurang. Agar efektif, solusinya harus mengandung setidaknya 10 % konsentrasi vitamin C, dengan konsentrasi 20 % ideal (1 tetes = 0, 3 0, 5 ml).Pada sediaan oral atau vitamin C dari makanan diserap usus dan masuk ke dalam peredaran darah terutama melalui usus kecil dalam beberapa jam setelah makan. Kadar vitamin C dalam darah hanya sebentar naik karena zat ini segera diambil jaringan dan setiap ada kelebihan segera dikeluarkan melalui ginjal (Suhardjo dan Kusharto, 1989).Vitamin C juga dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke dalam jaringan tubuh. Kelenjar andrenalin mengandung vitamin C yang sangat tinggi. Pada umumnya tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Pada kondisi normal pemberian vitamin C secara berlebihan akan meningkatkan sekresi vitamin C melalui urin, tetapi jika kondisi tubuh buruk sebagian besar vitamin C akan ditahan jaringan tubuh (Winarno, 1984).Asam askrobat dalam tubuh di serap dengan mekanisme transport aktif. Tingkat penyerapan vitamin C pada usus menurun ketika asupan asam askrobat meningkat. Intake vitamin C antara 1 sampai 1,5 gram 50% dapat dicerna, tetapi pada konsumsi lebih dari 12 gram hanya 16% dari vitamin yang diserap. Sebaliknya, asupan kurang dari 20 mg, memiliki tingkat penyerapan 98%. Penyerapan vitamin C lebih baik ketika beberapa individu mengkonsumsi vitamin C,dalam jumlah kurang dari satu gram, diambil sepanjang hari bukan dari satu dosis yang tinggi. Delapan puluh sampai sembilan puluh lima persen dari vitamin C dalam tubuh didapatkan dalam makanan diserap. Selanjutnya, bioavailabilitas pada vitamin C dalam bentuk sintetik dan alami berbeda (Jacob, 1999).Pada sediaan oral kadar vitamin C dalam aliran darah akan berkurang karena melalui proses metabolisme sistem pencernaan. Pada penggunaan oral, vitamin C mudah diserap secara aktif atau mungkin secara nonaktif (difusi) pada bagian atas usus halus masuk ke peredaran darah melalui vena porta (pembuluh darah besar yang menuju ke hati lalu ke jantung). Rata-rata penyerapan adalah 90% untuk konsumsi 20 s/d 120 mg sehari . Konsumsi tinggi sampai 12 gram (sebagai pil) hanya diserap sebanyak 16% . Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan, konsentrasi tertinggi ada di dalam jaringan adrenal, pituitari dan retina (Almatsier, 2003).Produk vitamin C topikal yang diperoleh dari buah-buahan dan tumbuhan mungkin saja tidak stabil, sehingga aktivitasnya masih dipertanyakan. Magnesium L-ascorbic acid 2-phosphatase (MAP), derivat vitamin C yang stabil menunjukkan kemampuan untuk mencerahkan kulit (Marta dan Jorge, 2005).Jadi pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan vitamin C sediaan oral dan topikal. Karena dalam vitamin C oral dan topikal memiliki kandungan dan fungsi yang sama dalam mencerahkan kulit.KesimpulanKesimpulan dari penelitian ini antara lain:1. Adanya perbedaan secara bermakna tingkat kecerahan kulit sebelum diberikan vitamin C oral ataupun vitamin C topikal dengan sesudah diberikan vitamin C oral ataupun vitamin C topikal.2. Tidak adanya perbedaan secara bermakna yang signifikan antara penggunaan vitamin C sediaan Oral dan vitamin C sediaan Topikal dalam mencerahkan kulit wajah.

SaranBerdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diperlukan juga penelitian yang menggunakan metode dan pengontrolan yang lebih baik lagi dan perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecerahan kulit.Daftar Pustaka1. Winarno F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.2. Simpson, E.J. 1972. The Classification of Educational Objectives in the Psychomotor Domain. Washington, DC: Gryphon House.3. Jnger, J., et al. 2005. Effects of Basic Clinical Skills Training on Objective Structured Clinical Examination Performance. Medical Education, 39: 10151020.4. Rodin, A.E., Carlson, P.G., Barton, J.C. 1978. The Pretest as a Preinstructional Strategy In Continuing Medical Education. Medical Education. 53: 208-209.5. Jnger, J., et al. 2005. Effects of Basic Clinical Skills Training on Objective Structured Clinical Examination Performance. Medical Education, 39: 10151020.6. Carraccio, C., et al. 2000. The Objective Structured Clinical Examination: A`Step In The Direction of Competency-Based Evaluation. Arch Pediatr Adolesc Med, 154(7):736-41.7. Setiawan, I.P., Kuniawati, N, Projosasmito, S.R. 2011. Standarisasi Observer OSCE Dengan Multi Video. Yogyakarta: Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.8. Payne, N.J., et al. 2008. Sharpening the Eye of the OSCE with Critical Action Analysis. Academic Medicine, 83 (10): 900-905.