Upload
trinhdiep
View
226
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN
MEMAAFKAN PASANGAN DALAM PERNIKAHAN
Oleh :
Wiwik Pratiwi
Irwan Nuryana Kurniawan
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
2
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN MEMAAFKAN
PASANGAN DALAM PERNIKAHAN
Wiwik Pratiwi Irwan Nuryana Kurniawan
Universitas Islam Indonesia
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan. Individu yang memiliki keluarga yang sakinah maka akan mudah untuk memaafkan kesalahan pasangannya dan sebaliknya, individu yang keluarganya tidak sakinah maka akan sulit untuk memaafkan kesalahan pasangannya.
Subjek dalam penelitian ini adalah suami atau istri, beragama islam dan berusia 20 sampai 60 tahun yang tinggal di wilayah RW 011 Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, khususnya RT 001, dan RT 002. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 80 orang. Adapun skala yang digunakan adalah Skala Keluarga Sakinah yang disusun oleh peneliti berdasarkan pengertian keluarga sakinah dari Shihab (2007) yang berjumlah 32 aitem dan Skala Memaafkan yang disusun peneliti berdasarkan teori McCullough (2000) yang berjumlah 24 aitem.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistik uji korelasi Product Moment dari Pearson yang diproses dengan menggunakan program statistik SPSS for windows 12.00. Korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan korelasi r sebesar 0,600 yang artinya ada hubungan positif yang signifikan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan. Jadi hipotesis penelitian diterima.
Kata kunci : keluarga sakinah, memaafkan.
3
A. PENGANTAR Untuk menciptakan kelanggengan, kedamaian, ketentraman, dan
keharmonisan dalam hubungan suami istri, salah satu kata kuncinya adalah menjaga
rahasia dan saling memaafkan (Al-Kumayi, 2006). Pasangan suami istri harus
mengembangkan semangat saling memaafkan, menghilangkan perasaan gengsi
untuk menyatakan bersalah. Memaafkan merupakan salah satu faktor penting dalam
menyokong kelangsungan dan kepuasan perkawinan (Fenell, 1993).
Ketika suami atau istri melakukan kesalahan dan pasangannya sulit untuk
memaafkan kesalahan pasangannya, maka konflik yang terjadi dalam rumah tangga
cenderung semakin besar. Satu hal penting dari adanya suatu masalah yaitu
bagaimana cara menangani masalah tersebut. Manusia tidak pernah lepas dari
khilaf, tetapi manusia bisa memperkecil kemungkinan terjadi kesalahan yang dapat
menyakiti orang lain termasuk menyakiti pasangan. Bagi sebagian orang memaafkan
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Ketika hati seseorang terluka, memang
tidak mudah untuk bisa langsung menerima dan memberi maaf. Lamanya usia
pernikahan tidak selamanya dapat membuat pasangan mampu menyelesaikan
masalah yang terjadi dengan baik.
Memaafkan kesalahan pasangan akan membantu seseorang menjauhi jurang
kehancuran pernikahannya yaitu perceraian. Sebagian orang mungkin berpikir
bahwa bercerai atau menderita dalam pernikahan bukanlah masalah besar, bahkan
mereka hanya menganggap perceraian sebagai suatu trend. Akan tetapi, banyak
bukti yang menjelaskan bahwa betapa berbahayanya perceraian bagi semua pihak
4
yang terlibat, baik suami istri itu sendiri maupun anak dan anggota keluarga yang
lain (Gottman, 2001).
Arist Merdeka Sirait mengemukakan bahwa penyebab utama perceraian
adalah masalah ekonomi. Dari 109 kasus perceraian di DKI pada tahun 2006,
sebanyak 26 kasus (23,85%) terjadi karena faktor ekonomi. Faktor lain karena
pertengkaran terus-menerus sebanyak 21 kasus (19,26%), kekerasan dalam rumah
tangga sebanyak 13 kasus (11,92%), perselingkuhan sebanyak 9 kasus (8,25%),
dan campur tangan dari keluarga sebanyak 15 kasus (13,76%), kelainan seksual
sebanyak 4 kasus (3,66%). Faktor lain penyebab perceraian adalah ketidakcocokkan
antara suami istri, sebanyak 21 kasus (www.keluarga-samara.com.01/06/2007).
Data-data di atas memang tidak menyebutkan bahwa tidak memaafkan
merupakan faktor penyebab terjadinya perceraian, namun dapat ditarik kesimpulan
bahwa ketika terjadi pertengkaran terus-menerus, kekerasan dalam rumah tangga,
maupun perselingkuhan, korban atau pihak yang disakiti cenderung memilih untuk
berpisah atau menghindar baik fisik maupun psikologis daripada memaafkan
kesalahan pasangannya.
Kasus Ny “Syukur” dari Jakarta yang nyaris bercerai, setelah merasa
buruknya kualitas hubungan dalam pernikahannya yang sudah menginjak 7 tahun
usia perkawinan. Banyak perbedaan yang ada, baik aspirasi, keinginan dan sifat
yang saling bertentangan. Kondisi tersebut membuat keduanya mengalami depresi
dan menderita beberapa penyakit lainnya. Seorang teman mengajak mereka ke
suatu tempat pengobatan penyakit kanker yang sangat sederhana untuk berobat
5
dan bertobat. Pada akhirnya keduanya sadar akan kekhilafannya masing-masing.
Dengan keikhlasan hati, keduanya saling menerima dan memaafkan kesalahan-
kesalahan yang pernah dilakukan oleh pasangannya dan memilih untuk membangun
kembali rumah tangga mereka (www.kompas.com.4/05/2003).
Pada pengamatan awal, penulis melihat ada beberapa subjek yang dapat
dikatakan mudah memberikan maaf. Peneliti melakukan wawancara sederhana
dengan subjek tersebut. Subjek A mengatakan bahwa ia memaafkan suaminya saat
suaminya menuduhnya berselingkuh dan sempat tidak mengakui anaknya sebagai
anak mereka. Subjek A yang berusia dua tahun lebih tua dari suaminya cenderung
untuk memaklumi kesalahan yang dilakukan oleh pasangannya. Menerima kesalahan
sebagai suatu kekhilafan yang mungkin dilakukan oleh semua orang. Subjek B
mengungkapkan bahwa alasan yang membuatnya mempertahankan pernikahannya
yaitu rasa sayang terhadap suami dan anak-anaknya, meskipun sang suami sering
melakukan kesalahan bahkan pernah mengucapkan talak.
Fakta dari kasus di atas menunjukkan pentingnya keikhlasan untuk
memaafkan kesalahan yang dilakukan pasangan guna menjaga kelangsungan
pernikahan mereka. Individu yang sulit memaafkan pasangannya cenderung menilai
bahwa perceraian merupakan jalan yang terbaik ketika suatu masalah atau konflik
yang terjadi dalam pernikahan mereka tidak menemui titik temu dan jalan keluar.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 199 yang
memerintahkan hamba-Nya untuk menjadi seorang yang pemaaf, yang berbunyi:
6
? ?? ? ???? ? ? ?? ? ? ? ????? ?? ?? ? ??? ?? ? ? ?? ? ?? ????? ?? ? ??? ???? ?? ? ??? ??? ? ? ? ???
Artinya: “Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS Al-A’raf [7] : 199)
Ketika pasangan melakukan kesalahan yang menyakiti hati dan perasaan
sakit tersebut hanya dipendam, membiarkan luka itu tertumpuk tanpa melakukan
upaya untuk menerima dan memaafkan kesalahan pasangan maka hal tersebut akan
memicu munculnya konflik yang akan berakibat fatal yaitu sebuah perceraian. Bagi
sebagian orang memaafkan kesalahan pasangan merupakan hal yang sulit. Seligman
(2005) mengungkapkan beberapa alasan yang membuat orang bertahan untuk tidak
memaafkan, antara lain :
1. Memaafkan itu tidak adil. Memaafkan menyebabkan berkurangnya motivasi
untuk menangkap dan menghukum pelaku dan meredam kemarahan yang
dibenarkan, yang mungkin akan berubah menjadi membantu orang lain.
2. Memaafkan mungkin merupakan ungkapan rasa kasih kepada pelaku, tetapi
tindakan itu menunjukkan ketiadaan rasa kasih kepada korban.
3. Memaafkan menghambat pembalasan, sedangkan pembalasan adalah hal yang
benar dan alami.
Memaafkan kesalahan orang lain akan berdampak positif pada kesehatan
fisik maupun kesehatan psikologis Pada dasarnya memaafkan dapat mengubah
kepahitan menjadi kenangan yang netral bahkan positif, dengan demikian
kemungkinan besar kepuasan hidup dapat tercapai (Seligman, 2005). Seseorang
7
tidak dapat melukai pelaku dengan tidak memaafkan, namun dengan cara
memaafkan dapat membebaskan diri dari rasa sakit dan kepedihan. Memaafkan
pasangan berarti mengampuni kesalahan dan dosa yang telah dilakukan oleh
pasangan dan tidak membalas kesalahannya, walaupun mempunyai kemampuan
untuk membalas. Dengan memaafkan ada semacam kemanisan, ketenangan,
ketenraman, kemuliaan jiwa dan kebersihan diri dari sifat ingin membalas (Al-
Mashri, 2005).
Keluarga merupakan miniatur masyarakat dan bangsa. Keluarga merupakan
lingkungan pertama yang dapat memberikan dukungan besar kepada anggota
keluarga yang lain dalam menyelesaikan masalah dengan melupakan dan
memaafkan kesalahan. Anggota keluarga saling mendukung, memberikan semangat
dan keyakinan kepada anggota keluarga yang lain untuk mengungkapkan perasaan,
kebahagiaan, kekecewaan, termasuk sakit hati sekalipun. Keluarga merupakan
kesatuan terkecil dalam masyarakat namun perannya sangat besar dalam
membentuk suatu individu. Keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera
(sakinah, mawaddah dan rahmah) akan dapat lebih mudah untuk membantu
individu dalam melupakan kesalahan anggota keluarga yang lain, dalam arti mampu
memberikan maaf atas kesalahan yang telah dibuat.
Sakînah diterjemahkan sebagai ketenangan yang sengaja Allah turunkan ke
dalam hati orang-orang mu’min. Ketenangan ini merupakan suasana psikologis yang
melekat pada setiap individu yang mampu melakukannya. Ketenangan adalah
suasana batin yang hanya bisa diciptakan sendiri, tidak ada jaminan bagi orang lain
8
untuk dapat menciptakan suasana tenang bagi seseorang yang lainnya. Seseorang
yang di dalam hatinya telah tercipta mawaddah maka dengan lapang dada akan
memafkan kesalahan pasangannya, dengan cinta kasih (rahmah) seseorang akan
berusaha memberikan kebahagiaan kepada pasangannya, tidak pemarah apalagi
meyimpan dendam.
Dengan demikian keluarga sakinah merupakan unsur-unsur untuk
membentuk suatu ikatan keluarga yang kokoh dalam menyelesaikan masalah dan
memberikan maaf. Jelaslah bahwa memaafkan dipengaruhi oleh keluarga sakinah.
Keluarga sakinah akan mempunyai kemungkinan besar terhadap memaafkan,
sebaliknya keluarga yang tidak sakinah akan mempunyai kemungkinan kecil
terhadap memaafkan.
Berdasarkan uraian di atas, mengenai pentingnya keluarga sakinah dengan
memaafkan, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara
keluarga sakinah dengan memaafkan. Pertanyaan yang diajukan adalah “Apakah
ada hubungan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam
pernikahan?”.
B. METODE PENELITIAN
1. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah warga yang berdomisili di wilayah
Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, Propinsi Banten.
Pemilihan subjek didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu beragama islam,
9
sudah menikah, berusia 20-60 tahun, baik laki-laki maupun perempuan.
Dipilihnya subjek dengan kriteria tersebut dimungkinkan subjek sudah memiliki
pengalaman dalam menyelesaikan permasalahan dalam pernikahannya, serta
dalam menghadapi perasaan kecewa atau sakit karena kesalahan yang dilakukan
pasangannya. Jumlah subjek yang akan diambil dalam penelitian ini sekitar 80
orang.
2. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode skala.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu:
a. Skala Memaafkan
Skala memaafkan disusun penulis berdasarkan aspek-aspek dari
McCullough (2000), yaitu membuang keinginan untuk menghindar, membuang
keinginan untuk membalas dendam dan keinginan untuk berdamai.
Skala ini terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu: Selalu (SL), Sering
(SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), Tidak Pernah (TP). Aitem-aitem
tersebut terdiri dari aitem yang bersifat favourable dan unfavorable terhadap
atribut yang akan diukur. Pada aitem favourable, skor untuk jawaban Selalu
(SL) diberi skor 5, Sering (SR) diberi skor 4, Kadang-kadang (KD) diberi skor 3,
Jarang (JR) diberi skor 2, Tidak pernah (TP) diberi skor 1. Sedangkan pada aitem
unfavourabel skor untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 1, Sering (SR) diberi
skor 2, Kadang-kadang (KD) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 4, Tidak
10
pernah (TP) diberi skor 5. Jumlah aitem-aitem memaafkan dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1 Blue Print Skala Memaafkan Sebelum Uji Coba
Favourable Unfavourable Aspek Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah
Membuang keinginan untuk menghindar
7,10,19,22,28 5 1, 4,13,16,25 5
Membuang keinginan untuk membalas dendam
8,11,20,29 4 2,5,14,17,23, 26
6
Keinginan untuk berdamai
3,6,9,12,15,18, 27,30,31
9 21,24 2
Jumlah 18 13
b. Skala Keluarga Sakinah
Keluarga sakinah dalam penelitian ini, diungkap dengan menggunakan
skala keluarga sakinah yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek
yang dikemukakan oleh Shihab (2007), yaitu mawaddah, rahmah dan amanah.
Skala Keluarga Sakinah terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu: Selalu
(SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), Tidak Pernah (TP). Aitem-
aitem tersebut terdiri dari aitem yang bersifat favourable dan unfavorable
terhadap atribut yang akan diukur. Pada aitem favourable, skor untuk jawaban
Selalu (SL) diberi skor 5, Sering (SR) diberi skor 4, Kadang-kadang (KD) diberi
skor 3, Jarang (JR) diberi skor 2, Tidak pernah (TP) diberi skor 1. Sedangkan
pada aitem unfavourabel skor untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 1, Sering
11
(SR) diberi skor 2, Kadang-kadang (KD) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 4,
Tidak pernah (TP) diberi skor 5. Jumlah aitem-aitem keluarga sakinah dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Blue Print Skala Keluarga Sakinah Sebelum Uji Coba
Favourable Unfavourable Aspek Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah
Mawaddah 1,3,4,5,6,7,8,10,11, 12,13,14
12 2,9 2
Rahmah 15,16,17,18,19,20, 21,22,23,24,25,26, 27,28,29,30,31,32, 33,34,35
21 - 0
Amanah 36,37,38,39,40,41, 42,43
8 - 0
Jumlah 41 2 3. Metode analisis data
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu ingin mengetahui
hubungan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam
pernikahan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan
menggunakan statistik uji korelasi Product moment dari Pearson yang diproses
dengan menggunakan program statistik SPSS for windows 12.00.
C. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Hasil Penelitian
12
Hasil penelitian yang berupa angka-angka dideskripsikan agar memberikan
manfaat dan gambaran mengenai subjek penelitian, dari data yang terkumpul
diperoleh deskripsi data sebagai berikut:
Tabel 3 Deskripsi Data Subjek Penelitian
Variabel Min Maks Mean SD Keluarga Sakinah 130 170 151,45 8,87 Memaafkan 86 120 107,26 7,84
Berdasarkan deskripsi data menunjukkan bahwa mean keluarga sakinah
adalah 151,45 dengan standar deviasi (SD) = 8,87. Sedangkan mean
memaafkan adalah 107,26 dengan standar deviasi 7,84. Penelitian selanjutnya
mengelompokkan skor skala keluarga sakinah menjadi lima kategori, yaitu
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Ketegori jenjang
bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang
diukur (Azwar, 1999). Berikut ini adalah kriteria skala:
Tabel 4 Kategori Keluarga Sakinah
Jumlah Kategori Nilai N Prosentase Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
Sangat rendah
X > 167,416 156,772 < X = 167,416 146,128 < X = 156,772 135,484 = X = 146,128
X < 135,484
2 21 33 21 3
2,5% 26,25% 41,25% 26,25% 3,75%
Jumlah 80 100%
13
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga sakinah pada
pasangan suami istri yang bertempat tinggal di wilayah RT 01 dan RT 02, RW
11, Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang berada dalam
kategori sedang. Sedangkan kategorisasi memaafkan disajikan dalam tabel
berikut
Tabel 5 Kategori Memaafkan
Jumlah Kategori Nilai
N Prosentase Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
Sangat rendah
X > 121,372 111,964 < X = 121,372 102,556< X = 111,964 93,148 = X = 102,556
X < 93,148
0 27 29 22 2
0% 33,75% 36,25% 27, 5% 2,5%
Jumlah 80 100%
Berdasarkan tabel di atas, kategori memaafkan pada pasangan suami istri
yang bertempat tinggal di wilayah RT 01 Dan Rt 02, RW 11, Kelurahan Gebang
Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang berada dalam kategori sedang.
2. Hasil Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
One Sample Kolmogorov Smirnov Test, yang digunakan untuk
membandingkan frekuensi harapan dan frekuensi amatan, apabila ada
perbedaan antara frekuensi harapan dan frekuensi amatan dengan taraf
signifikansi 5% (p<0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan tidak normal,
14
sebaliknya apabila (p>0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan normal. Hasil
uji normalitas diperoleh sebaran skor memaafkan dan keluarga sakinah
adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Hasil Uji Normalitas
Data Kolmogorov Smirnov Z Probabilitas Memaafkan 0,782 0,573
Keluarga Sakinah 0,732 0,657
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai KSZ memaafkan sebesar 0,782
dengan probabilitas 0,573 dan nilai KSZ keluarga sakinah sebesar 0,732
dengan probabilitas sebesar 0,657 yang berarti bahwa semua nilai
probabilitas tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa data memaafkan dan data keluarga sakinah mempunyai distribusi
normal, sehingga subjek dalam penelitian tergolong representatif atau dapat
mewakili populasi yang ada.
b. Uji Linieritas
Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan variabel
dependent dengan variabel independent merupakan garis lurus yang linier
atau tidak. Berikut ini adalah hasil uji linieritas.
Tabel 7 Rekapitulasi Perhitungan Uji Linieritas
Uji Linieritas Fhit P
Keluarga Sakinah dengan Memaafkan dalam Pernikahan
47,216 0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Flinierity antara
variabel keluarga sakinah dengan memaafkan sebesar=47,216 dengan
15
p=0,000. Dengan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05),
menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel dalam penelitian ini
merupakan garis lurus atau linear, sehingga asumsi linieritas terpenuhi.
3. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan
teknik product moment dari Pearson dengan program SPSS for windows versi
12.00.
Tabel 8 Hasil Uji Hipotesis
Correlation
KELUARGA_
SAKINAH MEMAAFKAN KELUARGA_SAKINAH Pearson Correlation 1 .600(**) Sig. (1-tailed) . .000 N 80 80 MEMAAFKAN Pearson Correlation .600(**) 1 Sig. (1-tailed) .000 . N 80 80
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis data menunjukkan korelasi (r)
antara keluarga sakinah dan memaafkan sebesar 0,600 dengan p = 0,000 (p <
0,01). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa ada hubungan positif yang
signifikan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam
pernikahan, sehingga hipotesis yang diajukan, yaitu adanya hubungan yang
positif antara kedua variabel diterima.
Tabel 9 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (r2)
Variabel r r2 p Keterangan
16
Keluarga sakinah dengan memaafkan 0,600 0,360 0,000 Signifikan
Analisis koefisien determinasi (r2) variabel keluarga sakinah dengan
memaafkan sebesar 0,360. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga sakinah
memberikan sumbangan sebesar 36% terhadap memaafkan pada suami isteri.
4. Analisis tambahan
Analisis tambahan yang digunakan adalah analisis regresi menggunakan
metode stepwise yang bertujuan untuk melihat aspek manakah yang paling
berpengaruh menjadi prediktor.
Tabel 10 Hasil Analisis Tambahan
Model Summary Change Statistics Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate R Square Change
F Change
df1 df2
Sig. F Change
1 .546(a) .298 .289 6.61383 .298 33.047 1 78 .000 2 .577(b) .333 .315 6.48813 .035 4.052 1 77 .048
a Predictors: (Constant), RAHMAH b Predictors: (Constant), RAHMAH, AMANAH
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan kesimpulan bahwa aspek rahmah
yang paling mempengaruhi atau faktor yang menjadi prediktor memaafkan
adalah aspek rahmah. Hal ini dapat dilihat dari angka R Square Change sebesar
0,298 yang menunjukkan bahwa 29,8% memaafkan dipengaruhi oleh aspek
rahmah, dan 3,5% dipengaruhi oleh aspek rahmah dan amanah sedangkan
sisanya 66,7% disebabkan oleh variabel-variabel lainnya.
17
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil korelasi Pearson diketahui bahwa terdapat hubungan
positif yang signifikan antara Keluarga Sakinah dengan memaafkan pasangan dalam
pernikahan, atau dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi keluarga sakinah maka
semakin tinggi pula kemampuan memaafkan pada pasangan suami istri. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah keluarga sakinah maka semakin rendah pula
kemampuan memaafkan pada pasangan suami istri. Hasil analisis statistik deskriptif
diketahui bahwa keluarga sakinah dan memaafkan berada dalam kategori sedang.
Tinggi rendahnya kemampuan memaafkan seseorang terkait dengan tinggi
rendahnya keluarga sakinah.
Hasil penelitian ini selaras dengan teori yang mendasari hipotesa penelitian,
menurut McCullough (2000) bahwa dalam memaafkan terkait dengan tingkat
kedekatan, komitmen dan kepuasan. Hampir bisa dipastikan bahwa individu akan
mudah memaafkan kesalahan jika pembuat kesalahan mempunyai kedekatan
dengan korban, komitmen dan kepuasan. Kedekatan yang ada pada setiap
pasangan akan mempermudah pasangan dalam melihat perasaan pasangannya
ketika tersakiti sehingga semaksimal mungkin seseorang akan berusaha untuk tidak
menyakiti pasangannya termasuk membalas dendam atau keinginan untuk tidak
memaafkan. Disamping itu, orang yang disakiti akan lebih mudah memaafkan
pelaku yang mempunyai komitmen tinggi karena lebih merasakan kerugian dengan
terputusnya hubungan mereka.
18
Tidak memaafkan kesalahan pasangan bukan hanya akan menyakiti diri
sendiri, tetapi juga akan menyakiti pasangan karena membuat pasangan merasa
bersalah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Williamson (Martin, 2003) yang
mengungkapkan bahwa pikiran dendam dan menyerang orang lain berarti
menyerang pikiran diri dan langkah permulaan menuju kesehatan diri adalah
keinginan untuk memaafkan.
Keluarga sakinah tentunya mempunyai peranan dalam membantu seseorang
mengatasi amarahnya atau dengan kata lain memaafkan kesalahan dari pada
membalasnya. Keluarga sakinah merupakan keluarga yang di dalamnya tercipta
suasana yang nyaman, tentram, dan tenang, sehingga menjadi tempat tumbuhnya
cinta kasih (mawaddah, rahmah dan amanah) di antara sesama anggota keluarga.
Saat cinta kasih terbentuk maka seseorang akan lebih lapang dalam melihat
kesalahan pasangannya, dengan demikian maaf pun mudah diberikan.
Rata-rata skor empiris keluarga sakinah dalam penelitian ini berada pada
kategori sedang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar subjek belum
sepenuhnya mampu menciptakan keluarga yang di dalamnya memberikan suasana
yang nyaman, tentram, dan tenang, sehingga menjadi tempat tumbuhnya cinta
kasih (mawaddah, rahmah dan amanah) di antara sesama anggota keluarga.
Selaras dengan variabel keluarga sakinah, hasil penelitian menunjukkan
bahwa kategori skor memaafkan pada subjek penelitian berada dalam kategori
sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar subjek belum sepenuhnya
menerima dan memaafkan kesalahan pasangannya, dalam hal ini terkadang subjek
19
masih menghindari pasangan atau bahkan membalas dendam namun masih ada
keinginan untuk berdamai.
Secara keseluruhan sumbangan yang diberikan dari variabel keluarga sakinah
untuk variabel memaafkan pada pasangan suami istri adalah sebesar 36%. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa meskipun keluarga sakinah memiliki hubungan
positif dengan memaafkan pasangan, namun sumbangannya relatif kecil. Seperti
yang diungkapkan oleh McCullough (2000), selain tingkat kedekatan, komitmen dan
kepuasan yang terdapat dalam suatu keluarga, memaafkan juga dipengaruhi oleh
empati dan perspektif taking, perenungan dan penekanan, serta adanya permintaan
maaf dari pelaku.
Berdasarkan analisis tambahan dengan menggunakan analisis regresi
menggunakan metode stepwise diperoleh hasil bahwa aspek keluarga sakinah yang
paling mempengaruhi memaafkan adalah aspek rahmah yaitu sebesar 29,8% dan
3,5% dipengaruhi oleh aspek rahmah dan amanah.
Penelitian ini masih banyak kelemahan diantaranya tentang alat ukur
penelitian. Walaupun kedua skala yang digunakan telah melalui proses reviu dan
professional judgement, tidak menutup kemungkinan bahwa keduanya masih
mengandung social desirability. Variabel keluarga sakinah dan variabel memaafkan
merupakan hal yang bersifat pribadi, sehingga tidak menutup kemungkinan subjek
tidak sepenuhnya terbuka dan jujur dalam memberikan jawaban. Kemungkinan
terjadinya overlap antara keluarga sakinah dan memaafkan karena korelasi antara
keduanya termasuk tinggi yaitu sebesar 0,600. Di samping itu, karena Keluarga
20
Sakinah merupakan konstruk baru sehingga referensi yang digunakan masih sangat
terbatas dan memerlukan jabaran serta penelitian yang lebih mendalam.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, kesimpulan yang dapat diambil
adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara keluarga sakinah dengan
memaafkan pasangan dalam pernikahan. Semakin tinggi keluarga sakinah maka
semakin tinggi pula kemampuan memaafkan pada pasangan suami istri, begitu pula
sebaliknya. Kategori skor keluarga sakinah dan memaafkan berada dalam kategori
sedang. Sumbangan yang diberikan dari keluarga sakinah untuk variabel memaafkan
pada pasangan suami istri sebesar 36%.
Aspek keluarga sakinah yang paling berpengaruh dalam memaafkan adalah
aspek rahmah dengan sumbangan sebesar 29,8% dan 3,5% dipengaruhi oleh
aspek rahmah dan amanah.
F. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh
peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain:
1. Bagi pasangan suami istri
Disarankan kepada pasangan suami istri untuk dapat membina keluarga
sakinah karena dengan terbentuknya keluarga sakinah akan membantu
21
meningkatkan kemampuan memaafkan karena memaafkan merupakan salah
satu faktor penting dalam menyokong kelangsungan dan kepuasan perkawinan.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Bagi peneliti selanjutnya yang diharapkan dapat mengembangkan penelitian
sejenis, baik dari segi tema, variabel, metode, maupun alat ukur, agar
penelitian dalam bidang yang berkaitan dengan keluarga sakinah dan
memaafkan menjadi lebih baik dan berkualitas. Metode observasi dan
wawancara pun dapat digunakan sebagai alternatif metode pengumpulan
data tambahan selain dengan menggunakan angket.
b. Perlu diperhatikan variabel ekstra yang mungkin dapat mempengaruhi hasil
penelitian, misalnya dengan memperhatikan tipe kepribadian, jenis kelamin,
serta rentang usia pernikahan.
22